1
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN SORBITAN
MONOOLEAT 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM
FORMULA MOISTURIZING LOTION VIRGIN COCONUT OIL (VCO):
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Shinta Dian Asmara
NIM: 038114110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Karya kecil ini kupersembahkan bagi:
Allah SWT pembimbing jalan hidupku.
Ayah dan Ibuku atas kasih sayang, harapan, dan doa
Kakakku : Shantanu dan Shanti
Harapan dan Mimpi-Mimpiku
Almamater tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PRAKATA
Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT, yang telah memberkahi
penulis, dan senantiasa membimbing hingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm). Skripsi ini berjudul Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan
Sorbitan Monooleat 80 sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Moisturizing
Lotion Virgin Coconut Oil (VCO) : Aplikasi Desain Faktorial.
Selama proses penelitian hingga penyusunan skripsinya, banyak sekali
orang yang telah turut berperan bagi penulis, baik dalam dukungan moral,
material, saran dan kritik. Kesuksesan penulis tidak berarti apapun tanpa
dukungan dari mereka semua. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis
hendak mengucapkan terimakasih dan hormat bagi mereka semua. Adapun pihak-
pihak yang membantu penulis antara lain:
1. Ibu Sri Hartati Yuliani,M.Si.,Apt. selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak sekali arahan, saran, dan kritik yang sangat memacu
semangat penulis.
2. Bapak Ign.Y.Kristio Budiasmoro,M.Si., selaku pembimbing akademik yang
tak pernah berhenti membangun semangat penulis, terima kasih untuk semua
nasehat dan bimbingan spiritualnya.
3. Segenap staf dan karyawan laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Cair
Semipadat atas kemudahan sarana, bimbingan dan bantuan selama di bekerja
laboraturium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Para responden, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang ikut
berpartisipasi dalam subjective assessment yang penulis lakukan.
5. Semua teman yang telah memberikan pertolongan dan dukungan; yang
selalu ada saat dibutuhkan. Secara khusus, teman-teman seperjuangan:
Willy, Shinta Lucia, Erma, Marlinna, Yenny, Ratna, Tirza, Eva, Reni.
6. Para sahabat : Icha, Rini, Nurwi, Donny, Gallaeh, Ankga, Surya, Rinto
tanpa kalian aku bukan apa-apa. Secara khusus untuk teman-teman ’Toto-
Yank’,,aku bangga jadi bagian dari kalian.
7. Secara khusus, terima kasihku untuk Randy Rosdana yang senantiasa
membantu dan menemani dalam proses penyusunan, yang mampu
mendongkrak semangatku kembali.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada akhirnya penulis ingin mengungkapkan bahwa skripsi ini masih
memiliki kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis membuka diri terhadap
semua saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi bidang farmasi pada
khususnya.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
INTISARI
Penelitian mengenai Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan monooleat 80 sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Moisturizing Lotion dari Virgin coconut Oil (VCO): Aplikasi Desain Faktorial telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui manakah di antara Polysorbate 80, Sorbitan monooleat dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim, mengetahui komposisi optimum dari emulsifying agent yang dapat menghasilkan sifat fisik lotion yang dikehendaki.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan metode desain faktorial. Optimasi dilakukan dengan melihat parameter sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar dan viskositas setelah pembuatan, dan % stabilitas lotion setelah penyimpanan satu bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sorbitan monooleat 80 dominan dalam mempengaruhi daya sebar, viskositas setelah pembuatan, dan stabilitas lotion. Perubahan viskositas selama penyimpanan dipengaruhi secara dominan oleh interaksi Polysorbate 80 dan Sorbitan monooleat 80. Pada contour plot super
imposed dapat ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent pada level penelitian yang menghasilkan karakter fisik lotion yang dikehendaki. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum Moisturizing Lotion Virgin Coconut Oil terbatas pada jumlah bahan yang diteliti.
Kata kunci :Virgin Coconut Oil, emulsifying agent, Polysorbate 80, Sorbitan
monooleat 80, desain faktorial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ABSTRACT
The research about Optimization of Polysorbate 80 and Sorbitan Monooleat 80 Composition as Emulsifier in Moisturizing Lotion Formula of Virgin Coconut Oil (VCO) : Factorial Design Application is held. This research hold to determine which of the factors: Polysorbate 80, Sorbitan Monooleat 80, and their interaction which predominantly affects the physical properties dan physical stability, to determine the emulsifier’optimum composition which results wanted physical properties.
This research was a pure experimental research, using the factorial design method. The optimization was done by measuring lotion’s physical properties including spreadability, lotion viscosity after preparation, and lotion’s physical stability which is the viscosity change after 1 month of storage.
The results of this research exhibit that Sorbitan Monooleat 80 predominantly affects spreadability, lotion viscosity after preparation, and stability of lotion. Viscosity change was affected predominantly by interaction of Polysorbate 80 and Sorbitan Monooleat 80. At the contour plot super imposed graphic, there was a emulsifier’ optimum composition area at the research level, which results wanted physical properties. That area was estimated as the optimum formula of Moisturizing Lotion of Virgin Coconut Oil (VCO).
Keyword: Virgin Coconut Oil, emulsifying agent, Polysorbate 80, Sorbitan
monooleat 80, factorial design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PRAKATA ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vii
INTISARI .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENGANTAR ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
2. Keaslian Penelitian .............................................................................. 4
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Virgin Coconut Oil ................................................................................. 6
B. Kulit ........................................................................................................ 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C. Lotion ..................................................................................................... 15
D. Moisturizer ............................................................................................. 17
E. Emulsi. .................................................................................................... 18
F. Emulsifying Agent ................................................................................. 23
1. Polysorbate 80 ............................................................................ 26
2. Sorbitan monooleat 80 ................................................................ 27
G. Sistem HLB ............................................................................................ 28
H. Gliserin. .................................................................................................. 29
I. Asam Stearat ........................................................................................... 31
J. Trietanolamina ........................................................................................ 32
K. Metil Paraben ......................................................................................... 33
L. Metode Desain Faktorial ........................................................................ 34
M. Sensory Assessment ............................................................................... 37
N. Landasan Teori ....................................................................................... 38
O. Hipotesis ................................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 25
A. Jenis Rancangan Penelitian .................................................................... 42
B. Variabel Penelitian ................................................................................. 42
C. Definisi Operasional ............................................................................... 43
D. Alat dan Bahan ....................................................................................... 46
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 47
1. Formula ......................................................................................... 47
2. Alur Penelitian ............................................................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
F. Analisis Data dan Optimasi .................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53
A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil .................................................. 53
B. Penentuan Tipe Emulsi Lotion Virgin Coconut Oil ............................... 56
C. Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion Virgin Coconut Oil ............................. 63
D. Optimasi Formula ................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 86
A. Kesimpulan ............................................................................................. 86
B. Saran ....................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87
LAMPIRAN ....................................................................................................... 90
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor
dan dua level ...................................................................................... 36
Tabel II. Rancangan desain faktorial Polysorbate 80
dan Sorbitan monooleat 80................................................................48
Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan...........................................................49
Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik lotion VCO...........................................64
Tabel V. Hasil perhitungan efek untuk tiap faktor dan interaksi......................65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penampang kulit ............................................................................. 10
Gambar 2. Penampang lapisan epidermis ........................................................ 11
Gambar 3. Pembentukan sistem emulsi............................................................ 24
Gambar 4. Struktur molekul polysorbate 80 .................................................... 26
Gambar 5. Struktur Sorbitan Monooleat 80 ..................................................... 27
Gambar 6. Struktur gliserin ............................................................................. 29
Gambar 7. Struktur Asam Stearat .................................................................... 31
Gambar 8. Struktur Trietanolamin .................................................................. 32
Gambar 9. Struktur Metil Parabean ................................................................. 33
Gambar 10. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah
ditambah dengan fase eksternal berlebih ........................................ 57
Gambar 11. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah
dengan fase eksternal berlebih dan diaduk merata ........................ 58
Gambar 12. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah
dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal ........................ 59
Gambar 13. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah
dengan zat warna yang larut fase eksternal ................................... 60
Gambar 14. Gambar kertas saring yang ditetesi dengan lotion VCO ................ 61
Gambar 15. Gambar kertas saring yang telah dikeringkan setelah
dioleskan dengan lotion VCO ........................................................ 62
Gambar 16 (a). Grafik hubungan daya sebar-Polysorbate 80 ........................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 16(b). Grafik hubungan daya sebar-Sorbitan monooleat 80 ................ 67
Gambar 17(a). Grafik hubungan viskositas-Polysorbate 80 .............................. 70
Gambar 17(b). Grafik hubungan viskositas-Sorbitan monooleat 80 .................. 70
Gambar 18(a). Grafik hubungan pergeseran viskositas-Polysorbate 80 ............ 73
Gambar 18(b). Grafik hubungan perubahan viskositas-Sorbitan monooleat 80
............................................................................................................................ 73
Gambar 19(a). Grafik hubungan stabilitas lotion-Polysorbate 80 ...................... 77
Gambar 19(b). Ggrafik hubungan stabilitas lotion-Sorbitan monooleat 80 ....... 77
Gambar 20. Contour plot daya sebar lotion ....................................................... 80
Gambar 21. Contour plot viskositas lotion ........................................................ 81
Gambar 22. Contour plot pergeseran viskositas lotion ..................................... 83
Gambar 23. Contour plot stabilitas lotion .......................................................... 84
Gambar 24. Contour Plot Super Impose ............................................................ 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR TABEL
Halaman
Lampiran 1.Data penimbangan .......................................................................... 88
Lampiran 2. Data Fisis Lotion ............................................................................ 89
Lampiran 3. Perhitungan Persamaan desain Faktorial ....................................... 95
Lampiran 4. Persamaan Regresi ......................................................................... 99
Lampiran 5. Penampang Virgin Coconut Oil .................................................... 107
Lampiran 6 Penampang Fisik Lotion Virgin Coconut Oil ................................. 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa merupakan salah satu buah tropis Indonesia yang memiliki
berbagai manfaat. Bagian yang sangat bermanfaat sebagai pengobatan penyakit
dan perawatan kulit yaitu minyaknya yang dihasilkan dari daging buah kelapa.
Minyak kelapa atau minyak klentik sudah lama dikenal masyarakat tropis sebagai
kosmetik untuk melembutkan, melembabkan kulit, dan melebatkan rambut.
Di negara tropis seperti Indonesia masyarakatnya cenderung berkulit
kering, karena adanya pemanasan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan.
Untuk mencegah kekeringan tersebut, minyak kelapa sering digunakan sebagai
krim perawatan kulit yang memberikan efek melembabkan kulitnya kembali.
Minyak kelapa yang diolah tanpa pemanasan yang disebut VCO (Virgin
Coconut Oil) akan memberikan efek yang baik pada semua jaringan tubuh,
khususnya jaringan ikat yang memberikan elastisistas pada kulit. Struktur molekul
VCO yang sangat kecil memudahkan kulit dan rambut untuk menyerapnya. Selain
itu VCO juga sangat baik untuk melembutkan kulit yang kasar dan keriput,
sehingga minyak ini sering digunakan pada kulit untuk mencegah penuaan dini
(Sukartin, 2005).
VCO memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang paling tinggi (92%)
dibanding minyak kelapa biasa, sehingga lebih tahan terhadap ketengikan yang
disebabkan oleh oksidasi selama proses penyimpanan. Dengan demikian VCO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dapat lebih stabil pada penyimpanan dibanding minyak kelapa biasa bila dibuat
dalam sediaan semi-solid seperti lotion. Selain itu VCO mengandung asam laurat,
asam kaprat, yang bersifat sebagai antibakteri yang dapat menambah kestabilan
terhadap kontaminasi mikroba pada penyimpanan (Mary Enig,2001). Kandungan
asam lemak jenuh dalam minyak kelapa didominasi oleh asam laurat sebesar 44 -
52 % (Sukartin,2005).
Penggunaan sabun sebagai pelembab secara konsisten cenderung
menginduksi kulit menjadi kering. Sedangkan lotion biasanya digunakan setelah
penggunaan sabun untuk mendapatkan kelembaban kulit kembali (Rawling,2002).
Sediaan lotion cocok digunakan untuk kulit daerah tropis yang cenderung kering,
karena lotion dapat menjaga kelembaban kulit lebih lama.
Lotion VCO diformulasikan sebagai emulsi dengan sistem minyak dalam
air (O/W) dimana fase minyak terdispersi merata dalam fase airnya. Karena
medium dispersi pada emulsi ini merupakan fase air yang bersifat larut air, maka
lotion tersebut dapat mudah tercuci air. VCO ini tidak diformulasikan dalam
bentuk krim maupun unguenta, sebab akan terasa tidak nyaman bila diaplikasikan
pada kulit setiap hari. Sedangkan penggunaan sediaan minyak tanpa
diformulasikan dalam bentuk lain akan terasa sangat lengket dan licin pada kulit.
Hal tersebut menjadi alasan diformulasikannya lotion VCO.
Dalam formulasi tersebut digunakan kombinasi emulgatoragent
Polysorbate 80 yang memiliki sifat fisis kental namun larut dalam fase air, dan
Sorbytan Monooleate 80 yang berupa minyak kental, beraroma seperti minyak
kacang yang larut dalam fase minyak. Kombinasi keduanya yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menentukan sifat fisis dari sediaan lotion yang akan dihasilkan. Parameter sifat
fisis yang akan diukur antara lain daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas,
dan persen stabilitas. Sedangkan penentuan efek moisturizer lotion dilakukan
dengan menggunakan metode sensory assessment. Metode ini diharapkan dapat
memberikan gambaran efek moisturizer dan kenyamanan lotion saat digunakan
konsumen.
Kombinasi Polysorbate 80 dan Sorbytan Monooleate 80 dioptimasi agar
didapatkan lotion Virgin Coconut Oil yang optimal baik dari segi kualitas fisik
dan kestabilan lotion. Pada dasarnya Polysorbate 80 cenderung larut dalam air,
dan merupakan emulgator yang baik untuk sediaan lotion bentuk emulsi tipe O/W,
sehingga menghasilkan sediaan lotion yang sangat encer. Sedangkan Sorbytan
Monooleate 80 larut dalam minyak dan sulit larut dalam air. Emulgator tersebut
cenderung membentuk sediaan lotion yang sangat kental menyerupai bentuk
sediaan krim. Oleh karena itu, kedua emulgator dengan dua sifat berbeda tersebut
dikombinasikan agar didapatkan komposisi masing – masing emulgator yang
optimal untuk sediaan lotion yang tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental.
Kombinasi kedua emulgator tersebut dioptimasi dengan metode desain
faktorial agar didapatkan sediaan optimal dan acceptable. Desain faktorial
merupakan salah satu metode optimasi formula. Metode ini merupakan aplikasi
persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan
satu atau lebih variabel bebas. Persamaan desain faktorial : Y = B0 + B1(X1) +
B2(X2) + B12(X1)(X2). Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot dijadikan
satu dalam contour plot super imposed untuk mendapatkan formula yang optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sebatas level emulgator yang diteliti. Metode ini dapat menjelaskan efek tiap-tiap
faktor maupun interaksi antar faktor secara langsung (James, 1999).
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manakah di antara emulgatoragent Polysorbate 80, dan Sorbytan
Monooleate 80, maupun interaksi keduanya yang lebih dominan dalam
menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion Virgin Coconut Oil?
b. Dapatkah ditemukan area komposisi optimum Polysorbate 80 dan
Sorbytan Monooleatee 80 dengan sifat fisik lotion yang dikehendaki
dalam pembuatan lotion Virgin Coconut Oil?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian
tentang optimasi formula dari lotion moisturizer Virgin Coconat Oil dengan
menggunakan kombinasi emulgatoragent Polysorbate 80 dan Sorbytan
Monooleate 80 belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bentuk sediaan lotion
dengan zat aktif yang berasal dari minyak nabati dengan menggunakan
emulgatoragent yang berupa Polysorbate 80 dan Sorbytan Monooleate
80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Manfaat praktis
Menghasilkan bentuk sediaan kosmetik berupa lotion Virgin Coconut Oil
yang berkhasiat sebagai moisturizer, praktis, dan dapat diterima oleh
masyarakat.
c. Manfaat metodologis
Mengetahui efek dominan yang menentukan sifat fisik dan efek
moisturizer lotion, mengetahui formula optimum berdasarkan contour plot
superi mposed sifat fisik lotion dan efek moisturizer lotion.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan lotion
dengan zat aktif Virgin Coconut Oil yang mempunyai sifat fisik yang stabil
dan dapat memberikan efek moisturizer pada kulit.
2. Tujuan khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pengaruh Polysorbate 80, dan Sorbytan Monooleatee 80,
maupun interaksi keduanya yang lebih dominan dalam menentukan sifat
fisik dan efek moisturizer lotion Virgin Coconut Oil.
b. Mengetahui area komposisi optimum Polysorbate 80 dan Sorbytan
Monooleatee 80 pada contour plot superimposed sifat fisik lotion dalam
pembuatan lotion Virgin Coconut Oil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah
kelapa (Cocos nucifera). VCO hanya dapat diperoleh dari pengolahan daging
kelapa segar atau disebut non kopra. Penggunaan bahan-bahan kimia dan panas
yang tinggi tidak digunakan pada pemurnian lebih lanjut seperti halnya pada
minyak kelapa biasa (Shivaly,2005).
VCO memiliki sifat fisik berwarna jernih hingga kekuningan, dengan
rasa dan aroma khas kelapa. VCO yang berkualitas tinggi harus tidak memiliki
residu, dan tidak beraroma asap. Minyak tersebut memiliki titik beku pada 20° –
25° C dan menguap pada suhu 170° C (350° F). Asam lemak yang terkandung di
dalamnya antara lain asam laurat 45,1 - 53,2 % ; asam miristat 16,8 - 21%; asam
palmitat 7,5 -10,2 %; asam oleat 5,0 - 10,0%; asam linoleat 1,0 – 2,5%; asam
kuprat 5,0 – 8,0%; dan asam lemak yang lain (Shivaly, 2005).
VCO merupakan minyak kelapa yang diolah tanpa pemanasan atau
dengan pemanasan terbatas sehingga dihasilkan minyak jernih (bening) dan
beraroma khas kelapa. Pembuatan VCO yang dibuat tanpa pemanasan
menggunakan teknik fermentasi atau teknik minyak pancing. Pemanasan terbatas
menggunakan suhu antara 60°-80°C dilakukan untuk menghasilkan VCO karena
jika dipanaskan hingga lebih dari 100°C akan dihasilkan minyak yang berwarna
kuning tua atau kecoklatan yang merupakan minyak goreng biasa. Untuk menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sifat aslinya, pembuatan VCO tidak melalui proses kimiawi seperti penjernihan,
pemutihan, dan pengharuman. Dalam prosesnya selalu mempertahankan kadar
vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya (Anonim, 2006b).
VCO mengandung asam laurat, asam kaprat, dan asam lainnya yang
bersifat sebagai antibakteri. Karena asam laurat dapat membunuh berbagai jenis
mikroorganisme yang membran selnya berasal dari asam lemak. Dari hasil
penelitian ilmiah telah terbukti bahwa asam laurat dalam tubuh manusia dirubah
menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat anti virus, anti
bakteri, anti protozoa dan anti fungal (Sukartin, 2005).
VCO dapat diperoleh melalui 3 metode yang umum dilakukan, yaitu :
1. Quick Drying
Daging buah kelapa segar dikeringkan hingga benar – benar kering
seperti kopra, lalu kelapa kering tersebut dihaluskan, dan diperas diambil
minyaknya. Lalu minyak dari kelapa kering tersebut ditekan (di –press)
kembali menggunakan mesin dengan tekanan yang sangat tinggi, sehingga
didapatkan minyak murni (VCO) -nya. Proses pengeringan disini digunakan
panas yang rendah agar minyak murni yang didapatkan tidak hitam (gosong).
2. Wet Milling
Pada metode ini, daging buah kelapanya tidak dikeringkan, sehingga
minyak yang didapatkan diekstrak langsung dari buah segarnya. Buah kelapa
segar dihaluskan, lalu diperas dan diambil santannya, yang sering disebut
“coconut milk”. Minyaknya didapatkan dengan cara memisahkan antara fase
air dan komponen padatnya yang berupa protein. Cara pemisahannya sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sulit, sehingga dibutuhkan beberapa cara seperti dengan pendidihan,
fermentasi, pembekuan, pemberian enzim, dan sentrifugasi.
3. Fermentation
Metode ini merupakan cara tradisional. Santan yang diambil langsung
dari daging buah kelapa segar difermentasikan selama 1 – 3 hari dengan
bantuan penambahan enzim fermentasi. Selama proses tersebut, fase air akan
terpisah dari fase minyaknya. Kemudian minyak yang telah terpisah tersebut
dipisahkan dan dipanaskan dengan pemanasan sedang di bawah titik didihnya
selama 10 – 15 menit. Pemanasan tersebut bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air dan kelembabannya. Setelah dipanaskan, minyak tersebut
disaring berkali – kali hingga didapatkan minyak yang jernih, dengan bau khas
kelapa, dan tidak berasa (Anonim, 2006c).
VCO memiliki banyak kegunaan baik dalam pengobatan maupun
kecantikan. VCO merupakan moisturizer sempurna, karena dapat digunakan
untuk menghaluskan kulit normal maupun kulit bersisik yang mudah terinfeksi.
Selain itu dapat mencegah munculnya jerawat dan komedo, serta dapat digunakan
sebagai lip balm. Penggunaan VCO secara teratur dapat membuat kulit terlihat
lebih muda, karena dapat menarik jaringan kulit yang mengerut, serta dapat
mengangkat sel kulit yang mati, sehingga mencegah garis keriput wajah. VCO
dapat mencegah kerusakan kulit akibat sinar matahari, kemampuan
antioksidannya dapat mencegah penuaan dini, dan bintik – bintik hitam yang
menyebabkan kanker kulit. VCO memiliki kemampuan sebagai antimikroba,
sehingga dapat membantu mencegah infeksi bakteri dan jamur. MCFAs (Medium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Chain Fatty Acids) yang terkandung di dalamnya akan membentuk lemak bebas
dan mampu melawan bakteri, virus dn jamur (Anonim, 2006b).
B. Kulit
Kulit terdiri dari lapisan sel yang bermacam jenis, yang membentang
secara paralel saling bertumpuk satu sama lain membentuk permukaan (Jellinek,
1970). Kulit merupakan organ terluas yang menutupi seluruh permukaan tubuh.
Kulit memiliki kekakuan yang bervariasi di setiap bagian yang berbeda. Daerah
yang paling kaku dan tebal adalah telapak kaki dan telapak tangan serta sela-sela
jari. Kulit menjadi lebih tipis dan berkeriput pada usia tua dan kelihatan
kekuningan bahkan keabu-abuan, sering disebut penuaan kulit. Pada kulit wajah,
sel-selnya sangat tipis, sehingga memungkinkan sediaan kosmetik dapat
berpenetrasi ke dalam sel (Allen, 2002).
Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh luar baik secara
fisik maupun imunologik. Kulit juga berperan penting dalam interaksi antar
individu dengan lingkungan, karena merupakan indera yang sensitive terhadap
sentuhan yang kadang membuat perasaan emosional (Rawling,2002). Kulit
membentuk lapisan berupa jaringan epitel, yang melindungi organ, pembuluh
darah dan otot yang ada di bawahnya. Fungsi utama kulit yaitu sebagai pengatur
suhu tubuh dan sirkulasi kelembaban, serta sintesis vitamin D dan vitamin B
(Allen, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 1.penampang kulit manusia (diakses dari
http://www.wikipedia/skin/pic).
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
1. Epidermis
Merupakan lapisan kulit yang paling luar, membentuk lapisan
waterproof dan bertindak sebagai barrier terhadap infeksi, dan membentuk
lapisan epitel skuamosa. Epidermis terdiri dari pembuluh darah yang memberi
nutrisi untuk lapisan dermis di bawahnya. Tipe sel yang membentuk lapisan
epidermis yaitu keratinosit, melanosit, sel Langerhans , dan sel Merkels. Sel
tersebut dibentuk memalui proses mitosis yang terjadi di lapisan basal.
Epidermis tersusun atas stratum corneum, stratum lucidum, Rein’s barrier,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum germinativum (Allen,
2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 2. penampang lapisan epidermis (diakses dari
http://www.wikipedia/skin/pic).
Stratum corneum berada pada lapisan paling luar dari epidermis,
sehingga suatu bentuk sediaan topikal harus dapat melewati stratum corneum
sebelum menimbulkan efek yang diinginkan. Stratum corneum merupakan
lapisan sel corneal (sel tanduk) yang datar dan tidak berwarna, tanpa inti sel
sehingga disebut sebagai sel mati. Lapisan ini mempunyai kelembaban rendah
(sekitar 10%). Walaupun kelembabannya rendah, tapi berperan penting dalam
menentukan kelembutan dan fleksibilitas kulit. Permukaan stratum corneum
tertutup oleh sebum dan keringat. Sebum ini berfungsi untuk menjaga
fleksibilitas kulit dan mengatur kelembaban lapisan kulit yang berada di
bawahnya (Jellinek, 1970). Sel kulit mati yang ada pada stratum corneum,
selalu digantikan dengan sel kulit baru dari stratum germinativum sekitar 1300
sel/cm2/jam. Lapisan ini terdiri dari keratin, protein yang tidak larut air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dapat membantu menjaga hidrasi kulit, dengan mencegah penguapan
kandungan air (Allen, 2002).
Stratum lucidum berada di bawah stratum corneum, yang merupakan
kumpulan dari droplet – droplet cairan minyak yang disebut eleidin. Lapisan
ini menebal di daerah telapak tangan dan telapak kaki (Jellinek, 1970).
Lapisan ini tipis, berwarna jernih, dan cenderung transparan di bawah
mikroskop. Setiap sel keratinositnya terisi oleh cairan minyak (eleidin) yang
dihasilkan dari pecahnya lysosome, sehingga membentuk lapisan yang tahan
air (Jellinek, 1970)
Stratum granulosum berada diantara stratum lucidum dan stratum
spinosum yang terdiri dari 1 – 3 sel skuamosa sehingga terlihat lebih tebal
(Anonim, 2007 l). Sel pada lapisan ini memiliki inti yang berupa substansi
padat (keratohyalin) dalam protoplasmanya sehingga terlihat lebih keruh.
Keratohyalin disini berfungsi untuk memantulkan sinar yang mengenai kulit,
dan nantinya akan membentuk keratin (Jellinek,1970).
Stratum spinosum merupakan lapisan yang terdiri dari sel kuboid.
Sel yang berdekatan bergabung dengan desmosome memberikan tampilan
lapisan berduri (spiny), yang menyebabkan kulit lebih tahan terhadap abrasi
(Anonim, 2007 l). Sel pada lapisan ini dapat terlihat dengan mudah, karena di
dalam intinya terkandung granul pigmen warna coklat yang disebut melanin
(jellinek, 1970).
Stratum basale/germinativum merupakan lapisan keratinosit yang
membentang tepat di atas dermis, terdiri dari lapisan tunggal yang tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berupa sel epitel columnar yang berbentuk silinder. Sekitar 25% sel berupa
melanosit yang akan memproduksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut (Jellinek, 1970).
2. Dermis (corium)
Terdiri atas jaringan pengikat dan serabut kolagen yang menentukan
elastisitas kulit. Antara epidermis dan corium dihubungkan dengan lapisan
papiler yang akan menjadi pipih seiring bertambahnya usia sehingga elastisitas
kulit berkurang. Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf terdapat pada bagian
corium, tepatnya pada lapisan retikuler (Jellinek, 1970).
Lapisan ini mengandung banyak ujung saraf yang mendukung indera
peraba dan panas. Di dalamnya terdapat folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebaceous, kelenjar apocrine, dan pembuluh darah. Pembuluh darah
tersebut mensuplai nutrisi dan menghilangkan kotoran dari sel itu sendiri
(Jellinek, 1970).
3. Hypodermis
Terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung banyak sel adipose
yang berfungsi sebagai pelindung organ dari benturan mekanik dan sebagai
tempat cadangan lemak (Jellinek, 1970).
Kulit memiliki jenis yang berbeda-beda satu individu dengan individu
lain, secara garis besar kulit terbagi dalam 4 tipe, antara lain sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
a. Kulit normal (normal skin)
Tipe kulit tersebut memiliki sifat lembab, lembut, warna dan bintik – bintik
pigment sehat. Pori – pori di sekitar pipi dan dagu terlihat lebar, dan
cenderung memiliki garis tipis sekitar mata, mulut, dan dahi.
b. Kulit berminyak/basah (oily skin)
Tipe kulit tersebut memiliki sekresi lemak dari kelenjar sebaseus yang
berlebihan dari dahi, hidung, dan dagu. Pori – pori kulitnya sangat lebar, dan
cenderung berkeringan berlebihan di sekitar hidung, dan memiliki sifat kimia
sangat alkali.
c. Kulit kering (dry skin)
Tipe kulit tersebut bertekstur sangat halus, mudah mengerut, dan memiliki
garis tipis pada daerah mata, dahi dan mulut yang lebih jelas. Kulit tersebut
sangat dipengaruhi oleh proses asimilasi tubuh terhadap makanan, dan
kelembabannya tergantung pada asupan nutrisi dan air ke dalam tubuh.
d. Kulit sangat kering (very dry skin)
Tipe kulit tersebut terlihat sangat halus, karena teksturnya sangat halus,
kadang mudah pecah atau terluka, sensitiv terhadap suhu, baik pada suhu
dingin maupun rendah. Kulit tersebut cenderung kehilangan kelembaban pada
wajah, dan garis kerutnya terlihat sangat tajam (Rawling,2002).
Kecantikan kulit dipengaruhi oleh keadaan keratinisasi (pigmentasi lebih
gelap) pada permukaan sel, aktivitas kelenjar sekresi, dan keadaan jaringan lemak.
Kelembabab kulit yang rendah menyebabkan kulit kering, kasar, dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menarik. Pada tingkatan yang lebih buruk menyebabkan kulit pecah-pecah dan
mudah teriritasi, atau bahkan terluka (Rawling, 2002).
Untuk menjaga kecantikan kulit, dibutuhkan nourishing cream dan
moisturizing lotion untuk menjaga kelembabannya. Kulit membutuhkan banyak
nutrisi selain dari asupan makanan, maka kulit juga membutuhkan nourishing
cream yang dapat dipakai sebagai tambahan nutrisi sekaligus lapisan pelindung
wajah baik dari sinar matahari, cuaca, suhu, bakteri, maupun kotoran. Untuk kulit
yang menua dengan kandungan air yang mulai hilang, dapat digunakan
moizturizing lotion untuk memperlambat laju evaporasi kelembaban kulit.
Nourishing cream memiliki kandungan minyak sangat tinggi, sedangkan
moisturizing lotion memiliki kandungan minyak yang lebih ringan
(Rawling,2002).
Adanya penuaan kulit disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada
lapisan dermis. Kulit menjadi keriput karena hilangnya elastisitas serat kolagen
yang disebabkan oleh hilangnya kelembaban. Penuaan juga disebabkan oleh
meningkatnya pigmentasi kulit, nampak bintik-bintik coklat karena perubahan
sekresi estrogen pada ovarium. Banyaknya sinar matahari juga dapat memicu kulit
terlihat menjadi lebih tua. Adanya gejala penuaan kulit tersebut dapat dicegah
dengan penggunaan krim emollient dan moisturizing untuk menjaga kulit terluar
tetap lembut dan dan fleksibel (Rawling, 2002)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Lotion
Lotion merupakan media dengan viskositas rendah hingga medium, baik
untuk pengobatan maupun bukan untuk pengobatan yang diaplikasikan pada kulit
yang tertutup (tidak infeksi/luka terbuka). Kebanyakan lotion adalah emulsi
minyak dalam air walaupun lotion air dalam minyak juga diformulasikan. Lotion
diaplikasikan pada kulit luar, langsung dengan tangan, dengan kain bersih, kapas,
maupun kain kasa. Lotion berupa cairan emulsi atau suspensi yang mempunyai
efek melembabkan sehingga dapat diaplikasikan pada kulit yang mengelupas,
antara jari, dan kulit telapak (Allen, 2002).
Lotion bersifat lebih encer dibanding krim maupun salep, sehingga dapat
dengan mudah diaplikasikan pada daerah kulit yang berambut seperti kulit kepala.
Lotion juga mempunyai keuntungan dapat menyebar tipis dibandingkan krim atau
salep, sehingga dapat lebih luas menutup permukaan kulit (allen, 2002).
Lotion selain sebagai sediaan kosmetik, juga dapat digunakan sebagai
sediaan pengobatan kulit. Lotion sebagai sediaan obat dapat berupa antibiotik,
antiseptik, antifungi, sediaan kortikosteroid, obat jerawat, repelant nyamuk, dan
soothing agent (contoh : calamine) (Anonim, 2006a).
Komponen lotion terdiri dari fase cair dan fase minyak, serta emulgator
untuk mencegah kedua fase tersebut terpisah. Bahan tambahan pada lotion
umumnya berupa pengharum, glyserol, petroleum jelly, pewarna, pengawet,
protein, dan stabilizing agent (Anonim, 2006a).
Lotion yang berbasis alkohol sangat merugikan, karena adanya
kandungan alkohol di dalamnya dapat mengeringkan fase minyak sehingga lotion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
cepat kering. Adanya alkohol yang berlebih juga akan menyebabkan fase minyak
dalam sistem emulsi memisah dan akan muncul di permukaan atau bahkan
mengendap di dasar wadah (Jellinek, 1970).
D. Moisturizer
Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang
secara khusus untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan lebih
kenyal dengan meningkatkan (hidrasi) kandungan airnya (Anonim, 2006a).
Moisturizier bekerja pada lapisan terluar kulit, yang disebut stratum
korneum, yang sebagian besar dibentuk dari squamus cells atau keratinocytes.
Kebanyakan, agen yang terdapat dalam moisturizing tidak bisa menembus lapisan
yang lebih dalam seperti dermis dan hypodermis (Jellinek, 1970).
Moisturizier selain mencegah hidrasi pada kulit juga dapat memperbaiki
efek yang ditimbulkan dari hidrasi tersebut, yaitu dengan membentuk lapisan yang
mampu menghambat hilangnya kandungan air yang melewati epidermis,
memperbaiki kulit bersisik, kerusakan kulit akibat pengaruh lingkungan maupun
hormon (seperti jerawat), dan memperbaiki efek penuaan pada kulit (Jellinek,
1970).
Moisturizer adalah produk emollient yang diformulasikan secara khusus
sebagai krim yang bersifat non-greasy dan lotion yang dapat menyuplai pelunak
kulit yang melembabkan kulit kering. Produk ini biasanya digunakan sepanjang
hari, kadang-kadang digunakan sebelum memakai make up. Sedangkan produk
emollient dapat melunakkan dan melicinkan kulit, mencegah dan menghilangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kekeringan. Jadi, kadang emollient sering disebut sebagai pelembut kulit,
pelembab kulit, pelicin, atau nourishing cream (Michael & Irene Ash,1997).
Moisturizer memberikan efek yang berbeda dengan emollient.
Moisturizer berefek menambah kelembaban kulit, sedangkan emollient cenderung
melembutkan kulit. Moisturizer sering digambarkan sebagai hasil produk jadi,
sedangkan emollient lebih dikenal sebagai komponen tunggal (Michael & Irene
Ash,1997).Dilihat dari aksi kerjanya, moisturizer dan emmolient memiliki dua
aksi kerja yang sama. Yaitu sebagai humectants dan occlusive. Sebagai humectant
dimana subtansinya dapat menembus stratum corneum untuk meningkatkan
kapasitas air yang berada di kulit. Dan sebagai occlusive dimana memberikan
lapisan minyak di permukaan kulit untuk memperlambat hilangnya air dan
meningkatkan kelembaban pada stratum corneum (Anonim, 2006a).
Dalam penggunaannya, moisturizer juga dapat memberikan efek
samping seperti reaksi alergi terhadap beberapa komponen di dalamnya, iritasi
kulit, dermatitis kontak ditandai dengan kulit kemerahan, gatal – gatal, kulit
mengelupas, timbul sensasi seperti terbakar. Penggunaan ekstrak tanaman,
alkohol, dan protein mampu meningkatkan bahaya efek samping tersebut (Ansel,
1989).
E. Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari kurang lebih satu cairan
yang terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk “droplet” /”globul” dengan
diameter 0,1 µm (Allen,2002). Emulsi merupakan campuran dua atau lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
substansi yang tidak dapat campur, dimana substansi yang satu terdispersi merata
ke dalam substansi yang lain (Anonim, 2006a).
Emulsi nampak berwarna keruh, bentuknya tidak stabil secaara
thermodinamika, karena sistem emulsi tidak terbentuk secara spontan. Sistem
emulsi dibuat melalui proses yang membutuhkan energi, seperti pengojogan,
pengadukan, homogenisasi, dan proses spray emulsion (Anonim,1993)
Emulsi terdiri dari fase terdispersi (fase internal), fase disperse (fase
eksternal), dan emulgatoragent sebagai penyangganya. Emulsi diaplikasikan untuk
pemberian minyak dan obat cair bersama, dengan tujuan menyamarkan bau, rasa,
dan penampilan yang tidak menyenangkan, bahkan kadang untuk mendukung
absorbsi pada obat-obat tertentu (Allen,2002).
Emulsi dapat dibuat melalui beberapa metode, yaitu :
1. English methode
Sering disebut metode gum basah dengan perbandingan minyak : air
: dan emulgator (2/4 : 2 : 1) untuk membentuk emulsi primer. Sedikit air
ditambah emulgator, diaduk sampai merata, lalu ditambah minyak sedikit
demi sedikit dengan pengadukan cepat, hingga kaku dan mengental, sisa air
yang ada ditambahkan dengan pengadukan yang lambat, lalu emulsi yang
telah terbentuk diaduk cepat hingga homogen.
2. Continental methode
Sering disebut metode gum kering dengan perbandingan minyak : air
: emulgator (4 : 2 : 1) untuk membentuk emulsi primer. Emulgator dan minyak
serta sebagian air sekaligus diaduk dengan cepat dan kuat. Saat emulsi primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
terbentuk, maka tambahkan kelebihan air dan diaduk dengan cepat hingga
emulsi homogen terbentuk.
3. Bottle methode
Metode ini dikhususkan untuk emulsi yang mengandung komponen
minyak menguap dan minyak encer untuk mencegah hilangnya kandungan
minyak tersebut. Emulgator ditambah minyak, lalu dikocok dalam botol
dengan cepat dan kuat, lalu ditambah sebagian air sama banyak dan dikocok
hingga emulsi primer terbentuk, kelebihan air ditambahkan dan terus dikocok
kuat hingga emulsi yang homogen terbentuk. Emulgator dan minyak tidak
dibiarkan kontak lebih lama, karena akan menyebabkan emulgatornya bersifat
waterproof.
4. Beaker methode
Metode tersebut umumnya menggunakan emulgator sintetik.
Formula yang ada dibagi dua menurut kelarutannya, fase minyak dan fase air.
Masing – masing fase dipanaskan pada suhu 60° – 70° C, dan suhu tetap
dipertahankan. Fase internal emulsi dicampur ke dalam fase eksternal di atas
pemanas, lalu campuran tersebut diturunkan dari pemanas dan diaduk dengan
kecepatan sedang dan teratur hingga dingin dan terbentuk emulsi yang
homogen.
5. Mechanical methode
Metode ini menggunakan variasi alat pisau pengaduk (impeller).
Campuran formula emulsi ditempatkan tepat di bawah pisau pengaduk seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mixer, lalu proses pengadukan emulsi dilakukan sampai emulsi yang homogen
terbentuk.
6. Hand homogenizer
Metode ini dilakukan dengan memecah campuran cairan melalui
lubang inlet kecil yang ada dibagian bawah alat, dengan bantuan tekanan
tinggi. Aksi gesekan yang timbul menyebabkan globul minyak dan air
terpecah, sehingga kedua fase tersebut dapat tercampur homogen membentuk
emulsi. Alat ini disebut homogenizer (Allen,2002).
Sediaan emulsi tidak stabil dalam penyimpanan yang sangat lama, yaitu
lebih dari 30 hari setelah kemasan dibuka/dirusak. Setelah 30 hari kemasan dibuka
sistem emulsinya akan rusak, dan fase minyaknya dapat terpisah dari fase airnya.
Karena masa penyimpanannya yang singkat, maka banyak sediaan lotion di
pasaran dikemas untuk pemakaian tidak lebih dari 30 hari/1 bulan saja.
Fenomena ketidakstabilan yang dapat terjadi selama penyimpanan antara
lain, coalescen yaitu terpisahnya droplet - droplet kecil minyak maupun air yang
membentuk suatu droplet besar, yang kemudian muncul ke permukaan sehingga
nampak memisah dari sistem emulsinya. Fenomena yang lain adalah creaming
yaitu berpindahnya suatu fase keluar dari sistem emulsinya, kemudian memisah
baik ke atas maupun ke bawah tergantung dari bobot jenisnya. Dapat juga terjadi
cracking yaitu pecahnya suatu sistem emulsi, sehingga terlihat kedua fase tidak
tercampur dengan baik (Ansel, 1989).
Tipe emulsi ditentukan dari proporsi fase minyak dan fase air yang
digunakan, serta dari tipe emulgator yang digunakan. Jika proporsi fase air lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
banyak daripada fase minyaknya, maka fase minyak akan terdispersi ke dalam
fase air, sehingga disebut sebagai sistem minyak dalam air (o/w). Jika fase minyak
lebih banyak daripada fase airnya, maka fase air terdispersi ke dalam fase minyak,
sehingga disebut sebagai sistem air dalam minyak (w/o) (Jellinek,1970).
Emulsi yang menggunakan emulgator larut minyak akan membentuk
emulsi tipe (w/o), sedangkan emulsi dengan emulgator larut air akan membentuk
emulsi tipe (o/w). Sistem emulsi (o/w) kurang licin daripara emulsi (w/o), sebab
air sebagai fase eksternalnya. Emulsi (o/w) mudah larut dalam air dan mudah
dicuci dengan air. Selain itu, karena fase eksternalnya air, maka emulsi (o/w)
dapat menghantarkan listrik dengan baik (Jellinek,1970).
Tipe emulsi dapat diketahui melalui metode uji berikut :
1. Indicator methode
Pewarna larut air akan larut dalam emulsi o/w, sedangkan pewarna
larut minyak terlarut di dalam emulsi w/o. Untuk pewarna larut air umumnya
digunakan methylene blue, sedangkan untuk pewarna larut minyak digunakan
sudan III.
2. Dilution methode
Metode ini berdasarkan bahwa emulsi o/w dapat larut sempurna
dalam air, sedangkan emulsi w/o mudah larut dalam minyak. Sehingga untuk
menguji tipe emulsi, cukup dengan melarutkan emulsi uji ke dalam minyak
maupun dalam air, dan dilihat kelarutannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Washing test
Tipe emulsi w/o tidak dapat hilang dari permukaan kulit hanya
dengan pencucian dengan air murni, sedangkan emulsi o/w sangat mudah
dicuci dengan air. Untuk menguji tipe emulsi, bilas permukaan kulit yang
telah dioles lotion, apabila mudah dibilas maka tipe emulsi tersebut o/w, sebab
fase eksternalnya berupa air.
4. Electrical conductivity
Cairan polar merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan
lemak non-polar tidak dapat menghantarkan listrik. Tipe emulsi dapat dilihat
dari besarnya kemampuan konduktivitas (penghantar) listriknya.
Konduktivitas listrik tipe emulsi o/w lebih tinggi dibanding tipe emulsi w/o.
5. Filter methode
Sejumlah emulsi dioleskan pada kertas filter, maka untuk tipe emulsi
o/w akan segera menyebar membentuk daerah basah yang luas di sekitar
olesan, namun untuk tipe emulsi w/o hanya menghasilkan daerah basah yang
sempit (Jellinek, 1970)..
Dalam sistem emulsi (o/w) membutuhkan kandungan asam lemak lebih
banyak dibanding sistem emulsi (w/o). Asam lemak tersebut mampu mencegah
adanya penguapan air yang berlebihan, sebab sistem emulsi (o/w) lebih banyak
mengandung fase air, sehingga zat aktif yang terdapat dalam lotion masih dapat
bertahan di permukaan kulit. Selain itu asam lemak dapat memberikan efek
emollient pada kulit (Jellinek, 1970).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
F. Emulgator
Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka
antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang
terbentuk (Allen,2002). Emulgator dapat juga disebut agen pengental dan/atau
agen pengikat yang ditambahkan dalam formula untuk mengubah komposisi
fisisnya, dicampurkan ke dalam dua atau lebih bahan yang lain. Contohnya untuk
mengubah konsistensi dari bentuk sediaan lotion menjadi cream (Anonim,
2006a).
Dalam penyimpanan tipe emulsi dapat berubah, baik dari tipe emulsi
(o/w) ke tipe emulsi (w/o) maupun sebaliknya. Perubahan sistem ini tergantung
dari volume fraksi masing - masing fase, dan juga tergantung dari tipe emulgator-
ya. Karena baik fase emulsi maupun emulgator memegang peranan penting dalam
dispersi atau tidaknya masing – masing fase dalam sistem emulsi (Anonim,
2006a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 3. pembentukan sistem emulsi (diakses dari
http://www.wikipedia/emulsifying_agent/pic).
Emulgator bekerja dengan membentuk film atau lapisan di sekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah
terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah
(Anief,2003). Pada gambar A menunjukkan dua fase cairan saling terpisah, tidak
membentuk emulsi. Gambar B menunjukkan suatu emulsi dimana fase II
terdispersi ke dalam fase I. Gambar C menunjukkan suatu emulsi yang tidak
stabil, dan akan segera memisah. Sedangkan gambar D menunjukkan surfaktan
(tepi lingkaran biru) menempatkan diri di antara permukaan kedua fase,
merupakan emulsi yang stabil (Lieberman, 2006).
Emulgator berupa molekul dengan salah satu ujungnya berupa
hidrokarbon non-polar, dan ujung lainnya polar. Bentuk molekul tersebut
memudahkan memegang kedua fase minyak dan fase air sehingga dapat
mempertahankan tegangan antar muka kedua fase. Stabilitas emulsi disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
oleh besarnya muatan di permukaan antar fase, dan (penataan) packing dari
molekul emulgator itu sendiri (Lieberman, 2006).
Fungsi dari emulgator hampir sama dengan surfactant (Surface Active
Substances). Surfaktan juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan dari
suatu larutan dan menurunkan tegangan antar muka antara dua larutan, namun
emulgator tidak berfungsi sebagai agen pembasah. Surfaktan dalam suatu emulsi
dapat meningkatkan stabilitas kinetika (Lieberman, 2006).
Efektifitas emulgator dapat dilihat dari tipe emulsi yang dihasilkan.
Pemakaian emulgatoragent sebaiknya tidak berlebihan, karena fungsinya menjadi
tidak efektif. Emulgator tersebut tidak akan berada pada permukaan antar fase,
tetapi justru akan naik membentuk lapisan terpisah dari sistem emulsinya
(Jellinek, 1970). Penggunaan campuran dua macam emulgator biasanya lebih
stabil dibanding penggunaan emulgator tunggal dengan menjumlahkan HLB
secara langsung. Emulgator dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi
yang sesuai (Allen,2002).
Emulgator yang larut dalam air memiliki rantai lemak lebih pendek, baik
untuk digunakan pada emulsi O/W. Emulgator yang baik untuk emulsi W/O
memiliki rantai lemak lebih panjang, sehingga larut dalam minyak (Anonim,
2007o).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
1. Posorbate 80
O
O
O
O
HO
O
OH
O
O
HO
Gambar 4. struktur molekul polysorbate 80 (diakses dari
http://www.wikipedia/polysorbate/pic).
Polysorbate 80 memiliki nama sistematika polyoxyethylene (20)
sorbytan monooleate dan formula molekul C64H124O26, dengan berat molar
1310 g/mol, bobot jenis 1,06 – 1,09 g/mL, termasuk dalam fase minyak
(hydrophobe), viskositas sebesar 300 – 500 centistokes (Anonim, 2006a).
Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol dimana tiap
molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul
etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa
cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993),
berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas
dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993).
Polysorbate 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P
dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut
dalam alkohol polihidrik (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 mempunyai titik
lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6.0-8.0, dan stabil dalam larutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dengan pH 2-12 (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 digunakan sebagai
emulsifier pada krim dan lotion, pelarut minyak esensial dalam air
(Greenberg, 1954).
Polysorbate 80 (Polysorbate 80) memiliki nilai HLB antara 9,6-
16,7, dimana mempunyai sifar larut air, dapat terdispersi dalam air. Sehingga
lebih dominan berada pada fase air, dan cenderung membentuk emulsi O/W
(Allen,2002). Konsentrasi polysorbate 80 yang biasa digunakan sebagai
emulsifier tunggal pada emulsi tipe W/O sebesar 1-15%. Sedangkan
polysorbate 80 yang dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik dalam
emulsi tipe O/W biasanya memiliki konsentrasi sebesar 1-10% (Boylan,
Cooper, and Chowhan, 1986). Polysorbate 80 merupakan emulgator yang baik
untuk tipe emulsi O/W (Anonim, 1995).
2. Sorbytan Monooleate 80
O
OH
OH
O
OH O
Gambar 5. struktur Sorbytan Monooleate 80 (diakses dari
http://www.wikipedia/sorbytan/pic).
Sorbytan monooleate memiliki nilai HLB antara 1,8-8,6 dimana
bersifat larut minyak, dapat terdispersi dalam minyak. Dalam emulsi akan
dominan berada pada fase minyaknya dan cencerung membentuk emulsi w/o
(Allen,2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Sorbytan monoaleate 80 (dikenal sebagai Sorbytan monooleate®
80) merupakan ester dari Sorbytan (turunan sorbitol) dan asam stearat,
termasuk dalam emulgator non-ionik, aroma seperti minyak kacang, dan
berwarna kuning sampai kecoklatan. Tersedia dalam bentuk cairan kental dan
umumnya digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan makanan, kosmetik,
pestisida, dan plastik (Anonim, 2006a).
G. Sistem HLB
Sistem HLB ( Hydrophile Lipophile System ) biasanya digunakan untuk
menggambarkan karakteristik dari emulgator. Jika nilai HLB rendah, berarti
jumlah gugus hidrofilik pada emulgator kecil, sehingga sifat emulgator lebih
cenderung lipofil (larut minyak) daripada hidrofil (larut air) (Allen,2002).
Nilai HLB lebih dari 10 berarti bahwa emulgatornya bersifat hydrophilic
dan emulgatoryang baik untuk emulsi tipe O/W , sedangkan nilai HLB kurang
dari 10 berarti bersifat lipophilic dan emulgator yang baik untuk emulsi tipe W/O
(Allen,2002).
Suhu HLB yaitu suhu saat proses emulsifikasi terjadi yaitu sekitar 60° -
70° C, dimana pada saat suhu ini sistem emulsi sangat stabil, hal ini berlaku untuk
semua jenis emulgator. Pada suhu yang lebih rendah, emulgator cenderung
melarut dalam fase air, sedangkan pada tingkat suhu yang lebih tinggi dari suhu
HLB emulgator akan cenderung bergabung dalam fase minyak. Untuk
mendapatkan emulsi dengan HLB optimal, maka dibutuhkan pemanasan suhu
sedang, diikuti dengan pendinginan yang cepat (Jellinek, 1970).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Penggunaan emulgatoragent dapat berupa campuran dua macam
emulgatoragent. Adapun perhitungan HLB campurannya yaitu :
×
++
×
+= B
yx
yA
yx
xHLB
dimana :
x : jumlah/volume emulgatoragent 1
y : jumlah/volume emulgatoragent 2
x + y : jumlah/volume total kedua emulgatoragent
A : nilai HLB emulgatoragent agent 1
B : nilai HLB emulgatoragent agent 2 (Allen,2002)
H. Gliserin
Gambar 6. struktur gliserin (diakses dari http://www.wikipedia/gliseryn/pic).
Gliserin atau glycyl alcohol mempunyai nama kimia propane-1,2,3-triol
dengan formula C3H5(OH)3, berat molekul 92,09382 g/mol, berat jenis 1,261
g/cm3, viskositas sebesar 1,5 Pa.s, titik didih 290° C, dan titik lebur 18° C
(Anonim, 1993)
Gliserin berupa sirup cair, agak manis (sekitar 0.6 kali gula tebu),
bersifat higroskopis yaitu mengabsorpsi lembab dan H2S di udara. Gliserin dapat
campur dengan air dan alkohol. Satu bagian gliserin larut dalam 11 bagian etil
asetat, larut dalam 500 bagian etil eter. Gliserin tidak larut dalam benzen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kloroform, CCl4, petroleum eter, dan minyak. Gliserin digunakan sebagai pelarut,
humektan, plasticizer, emollient, pemanis, bahan kosmetik, dan lubrikan
(Windholz, 1976).
Gliserin merupakan moisturizer alami dengan konsentrasi rendah yang
jika berada dalam konsentrasi tinggi dapat menyerap lembab. Gliserin dapat
membantu menjaga kondisi kulit yang biasanya digunakan dalam krim dan lotion
(Anonim, 2006a)
Gliserin banyak digunakan dalam lotion. Dalam sebuah penelitian
menyimpulkan, kadar gliserol kurang dari 1% tidak menunjukkan efektivitas
dalam melembabkan kulit (Rawling,2002). Gliserin digunakaan dalam preparasi
medis dan farmasetis, pada umumnya digunakan untuk meningkatkan kehalusan
dengan berperan sebagai lubrikan dan humektan, serta dapat menurunkan
tegangan intracranial, dan intraocular (Jellinek, 1970).
Dalam pembuatan sediaan topikal yang mengandung emollient
penggunaan gliserin dengan konsentrasi tinggi sangat dihindari, sebab kandungan
emollient dan gliserin dalam bersamaan dapat meningkatkan kekuatan
higroskopis. Adanya bahan higroskopik yang berlebihan tidak menarik lembab
dari udara untuk melembabkan kulit, justru sebaliknya akan menarik lembab dari
dari kulit dan akan menyebabkan kulit mengalami hidrasi berlebihan (Jellinek,
1970)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
I. Asam Stearat
Gambar 7. struktur Asam Stearat (diakses dari
http://www.wikipedia/stearic_acid/pic).
Asam stearat memiliki nama kimia octadecanoic acid, dengan formula
kimia CH3(CH2)16COOH, dengan berat molekul 284,47 g/mol, bobot jenis 0,847
g/cm3, titik lebut 69,6° C, titik didih 383° C, titik beku 49,5° C. Asam stearat
asam lemak yang berasal dari lemak dan minyak dari tumbuhan dan hewan. Pada
umumnya tersedia dalam bentuk ester maupun garamnya (Anonim, 1995).
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak, sebagian besar terdiri dari asam stearat (C18H36O2) dan asam palmitat
(C16H32O2) (Boylan et al.,1986) Pemeriannya keras mengkilat, hablur, putih atau
kuning pucat, dan mirip lemak lilin. Asam stearat praktis tidak larut dalam air
(Anonim,1979). Asam stearat mempunyai nilai HLB sebesar 15 (Rieger, 1996).
Asam stearat digunakan sebagai campuran pembuatan lilin, sabun,
plastik, crayon, dan kosmetik. Penggunaan bersama dengan ethylene glycol, glycol
stearate, dan glycol distearate dapat menghasilkan efek seperti mutiara pada
sediaan shampo, sabun, lotion, dan krim. Asam stearat dicampurkan dalam
formula dalam bentuk lunaknya, lalu setelah tercampur merata dibiarkan
mengkristal (Anonim, 2006a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
J. Trietanolamin
Gambar 8. Struktur Trietanolamin (diakses dari
http://www.wikipedia/triethanolamine/pic).
Trietanolamin memiliki nama IUPAC 2,2’,2”-Nitrilotriethanol biasa disingkat
TEA, rumus formulanya C6H15NO3, berat molekul 149,188 g/mol, bobot jenis
1,26 g/cm3, titik lebur 20,5° c, titik didih 335,4° C, titik uap 179° C. Merupakan
senyawa amina yang memiliki 3 ikatan hidroksil, tergolong basa lemah, karena
memiliki pasangan elektron bebas pada atom nitrogen. (Anonim, 1995).
Trietanolamin adalah campuran alkanolamina terdiri dari sejumlah besar
trietanolamin [N(C2H4OH)3], dietanolamin [NH(C2H4OH)2], dan monoetanolamin
[NH2(C2H4OH)]. Bentuk cairan kental agak higroskopis, tidak berwarna sampai
kuning muda, bau amoniak. Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol, larut
dalam kloroform (Anonim, 1995).
Trietanolamin digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan
kosmetik seperti lotion untuk kulit, gel mata, moizturizers, shampo, dan krim
cukur. Trietanolamin berpotensi membentuk nitrosamine dengan konsentrasi
rendah, yang diketahui penggunaan dalam kosmetik sangat sulit menembus kulit
(Anonim, 2006a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hanya monoetanolamin murni yang mempunyai efek toksik yang nyata
jika terabsorpsi di kulit. Dietanolamin dan trietanolamin sangat tidak tosik jika
terabsorpsi di kulit (Boylan et al., 1986).
K. Metil Paraben
Gambar 9. Struktur Metil Parabean (diakses dari
http://www.wikipedia/methyl_paraben/pic).
Metil paraben memiliki nama sistematis methyl 4-hydroxybenzoate, dengan rumus
formula CH3(C6H4(OH)COO). Merupakan pengawet makanan dan kosmetik yang
mampu menghambat berkembangnya jamur (fungisida) (Anonim, 2007 ).
Metil paraben berbentuk serbuk hablur kecil, tidak berwarna, atau putih,
tidak berbau, memiliki sedikit rasa terbakar. Sukar larut dalam air, benzena, dan
kloroform, mudah larut dalam etanol dan eter (Anonim, 1995).
Paraben merupakan pengawet yang efektif di banyak formula. Paraben
dan bentuk garamnya umumnya digunakan sebagai bakterisida. Paraben dapat
ditemui dalam shampo, moisturizer, shaving gel, lubrikan, sediaan topikal dan
pasta gigi. Paraben dianggap aman karena toksisitasnya rendah dan sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
penggunaan paraben yang sudah sejak lama digunakan sebagai pengawet (Anger,
Rupp, Lo, and Takruri, 1996).
L. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental kuno yang dilakukan
dengan meneliti efek dari suatu variebel eksperimental dengan menjaga variabel
lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan
secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan.
Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor – faktor
menyebabkan perubahan besar pada responnya.(Bolton, 1990)
Perencanaan percobaan faktorial (factorial design) merupakan suatu
metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari
besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk. (Voigt, 1984)
Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,
efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon.
(Voigt, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah
perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau
interaksi merupakan rata – rata respon pada level tinggi dikurangi rata – rata
respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang
diamati. Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan
level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu
respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu
respon?
b. Apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu
respon?
c. Apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap suatu respon? (Bolton, 1990)
Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu
atau lebih variabel bebas. model yang dipilih dari analisis tersebut adalah model
matematika (Bolton, 1990).
Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan
level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri
dari kombinasi semua level dari faktor. Desain percobaan yang paling sederhana
adalah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level (22). Dari percobaan dengan desain
faktorial 22 dapat diperoleh persamaan dengan konsep :
Y = B0 + B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)............................................(1)
dimana :
Y = respon hasil percobaan
X1, X2 = level, yang nilainya mulai (-1) sampai (+1)
B0, B1, B2, B12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B0 = rata – rata hasil semua percobaan
B1, B2, B12 = n
xy
2∑
(Bolton, 1990)
Untuk penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X1 dan X2
pada level rendah, X1 pada level tinggi dan X2 pada level rendah, X1 pada level
rendah dan X2 pada level tinggi, X1 dan X2 pada level tinggi. Untuk
mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level
rendah dari faktor diubah menjadi –1 (Bolton 1990).
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah
faktor). Yaitu formula (1) untuk percobaan I, formula (a) untuk percobaan II,
formula (b) untuk percobaan III, dan formula (ab) untuk percobaan IV.
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua
level
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a - + - b + - - ab + + +
Keterangan :
Formula 1 = faktor A level rendah, faktor B level rendah
Formula a = faktor A level rendah, faktor B level tinggi
Formula b = faktor A level tinggi, faktor B level rendah
Formula ab = faktor A level tinggi, faktor B level tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan persamaan diatas, dengan substitusi secara matematis, dapat
dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi dengan
menggunakan rumus :
1. Efek A =( ) ( )
2bab(1)a −+−
………………………..…………............(2)
2. Efek B = ( )( )
2aab(1)b −+−
………………………….…………........(3)
3. Efek interaksi A dan B = ( ) ( )
2a(1)bab −+−
………………….…...…(4)
(Bolton, 1990)
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1990).
Selain faktor dominan yang berpengaruh yang dapat diketahui dari metode ini,
dapat juga diketahui komposisi optimum melalui contour plot super imposed pada
level yang diteliti (Bolton, 1990).
M. Sensory Assessment
Penelitian pancaindera (rasa pada kulit) dilakukan dengan cara
pendekatan untuk mengevaluasi krim dan lotion dengan 29 voulenter yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menilai. Sukarelawan mencoba formula pada lengan bawah bagian dalam dan
menilainya dengan angka (Garg,A et al., 2002)
Larutan, salep, krim dan krim dengan viskositas rendah (lotion)
dicobakan pada 29 sukarelawan sehat yang diberi sejumlah tertentu (0.1gram)
pada bagian perut yang diperkirakan merupakan pembawa yang paling baik dalam
terapi secara topikal (Garg,A et al., 2002). Sediaan tersebut diaplikasikan pada
kulit voulenter secara merata, dicuci dengan air, dan diamati hasil olesannya.
Perlakuan tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat
dioleskan dengan mudah, dapat menyebar merata, dan mudah menyerap, serta
memberikan efek melembabkan pada kulit.
N. Landasan Teori
Virgin Coconut Oli (VCO) dibuat dari daging buah kelapa segar tanpa
melalui proses pemanasan, mengandung asam laurat yang menurut hasil
penelitian ilmiah membuktikan bahwa asam laurat dalam tubuh manusia dapat
diubah menjadi monolaurin dan dapat menjadi paling kuat dalam membunuh
virus, bakteri, cendawan, dan protozoa. Minyak kelapa itu sendiri sudah sejak
lama digunakan pada kulit untuk melembutkan dan mengencangkan kulit, dan
lapisan lemak di bawahnya. Dapat juga digunakan untuk mencegah keriput, kulti
kendor, dan menghilangkan bercak – bercak penuaan. Pada rambut, minyak
kelapa digunakan untuk meningkatkan kesuburan dan memberikan penampilan
rambut yang sehat tidak kusam, dan kering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Negara tropis seperti Indonesia, masyarakatnya cenderung memiliki kulit
dengan tipe dry skin atau bahkan very dry skin. Kulit tersebut memiliki
penampilan yang kering, kusam, bersisik, memiliki garis keriput, tidak elastis, dan
mudah terkelupas. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kelembaban dan kandungan
air dari dalam kulit akibat paparan panas dan sinar matahari yang berlebihan di
daerah tropis. Keadaan tersebut memicu terjadinya penuaan dini pada kulit, untuk
mengatasinya kulit harus diberi nutrisi dan suplai air yang cukup, dan dengan
mencegah hidrasi yang berlebihan pada permukaan kulit.
Sediaan moisturizer lotion dari VCO sangat tepat untuk mengatasi gejala
penuaan dini yang terjadi. Sediaan moisturizer mampu mengembalikan
kelembaban kulit dengan menarik lembab dari udara dan memasukkan ke dalam
stratum corneum (efek humectant), dan menjaga agar kelembabannya tidak
mudah menguap lagi (efek occlusive). Molekul VCO yang berukuran sangat kecil
mampu menembus lapisan kulit, sehingga sangat efektif memberikan lembab
(moist). Selain itu bentuk sediaan yang berupa lotion memudahkan kita dalam
pemakaian, tidak begitu encer seperti minyak murni, namun juga tidak begitu
kaku dan lengket seperti krim atau salep.
Sediaan lotion tersebut dibuat dengan sistem emulsi O/W (oil in water)
agar lotion nyaman digunakan setiap hari dan mudah dibilas dengan air. Stabilitas
fisik emulsi didefinisikan sebagai kondisi emulsi dimana kedua fase cairnya saling
terdistribusi satu sama lain secara merata, tidak terjadi pemisahan fase. Bila terjadi
droplet besar fase terdispersi terpisah dari medium dispersinya maka dapat
terdispersikan kembali dengan penggojokan kuat. Stabilitas fisik emulsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tergantung pada emulgator yang digunakan. Emulgator disini selain digunakan
untuk menyatukan fase terdispersi dengan medium dispersinya, juga berguna
untuk mempertahankan agar kedua fase tersebut tidak terpisah kembali
(berkoalesen).
VCO mempunyai afinitas tinggi terhadap gugus hidrofob karena VCO
sendiri merupakan minyak yang bersifat hidrofob. Sedangkan aquadest
afinitasnya besar terhadap gugus hidrofil, karena sifatnya yang polar. Polysorbate
80 dan Sorbytan monooleate 80 sebagai kombinasi emulgator mempunyai gugus
hidrofil pada satu ujung dan gugus hidrofob pada ujung lainnya. Gugus hidrofob
emulgator ini akan berinteraksi dan berikatan dengan VCO. Sedangkan gugus
hidrofil emulgator akan berikatan dengan aquadest. Adanya emulgator tersebut
akan saling mengikat kedua fase untuk saling terdispersi.
Untuk memperkuat efek moisturizer Virgin Coconut Oil digunakan
gliserin yang merupakan moisturizer alami yang berasal dari minyak dan lemak
tumbuhan dan hewan. Asam stearat ditambahkan dalam formula untuk
meningkatkan konsistensi dari sediaan, serta membantu mempertahankan
stabilitas sistem emulsi. Sifat asam akibat penambahan asam stearat dapat
dinetralkan dengan menambahkan trietanolamin (TEA). Untuk menghilangkan
bau tidak sedap dari penggunaan emulgator, maka ditambahkan campuran
fragance yaitu minyak melati dan minyak citrus.
Optimasi formula lotion VCO menggunakan emulgator dengan level
yang berbeda ditentukan secara simulasi menggunakan metode desain faktorial.
Polysorbate 80 lebih bersifat sebagai emulgator tipe O/W, sedangkan Sorbytan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
monooleate 80 bertindak sebagai emulgator yang cenderung W/O lebih kental
dari Polysorbate 80. Diharapkan kombinasi keduanya akan menghasilkan sediaan
emulsi tipe O/W yang stabil. Penentuan efek moisturizer dilakukan dengan
menggunakan metode sensory assessment. Metode sensory assessment yang
digunakan diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efek moisturizer dan
kenyamanan lotion saat digunakan konsumen.
O. Hipotesis
Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah diduga
ditemukan faktor yang dominan antara polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80
atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion
Virgin Coconut Oil, serta diduga ditemukan komposisi emulgatoragent yang
optimum dalam menghasilkan lotion VCO dengan sifat fisik yang dikehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni yang bersifat
eksploratif dengan menggunakan variabel eksperimental ganda (desain faktorial),
yaitu mencari komposisi emulgatoragent antara Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleate 80 dalam formula lotion Virgin Coconut Oil yang optimun dan dapat
berfungsi sebagai moisturizer dan mempunyai sifat fisik dapat diterima
konsumen.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah level tinggi dan level rendah
emulgatoragent yang digunakan, yaitu Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleate 80.
2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik lotion yang
meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion
setelah penyimpanan.
3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah alat percobaan,
wadah penyimpanan, suhu pencampuran, letak lotion saat pengukuran daya
sebar, dan tinggi letak viscometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan
dan lama pengadukan, suhu penyimpanan, kontaminasi debu dan mikroba, dan
kelembaban udara.
C. Definisi Operasional
1. Virgin Coconut Oil adalah minyak hasil olahan dari buah kelapa (Cocos
nucifera) tanpa penggunaan bahan kimia dan pemanasan, sebagian besar
merupakan minyak jenuh, mengandung asam laurat paling tinggi diantara
minyak kelapa lainnya.
2. Lotion adalah suatu sediaan topikal yang nonviscous yang diaplikasikan
pada kulit sehat yang berambut dan mempunyai daya sebar yang luas
dengan membentuk lapisan tipis pada kulit, dan biasanya diformulasikan
dalam bentuk emulsi minyak dalam air agar mudah tercuci.
3. Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang
secara khusus untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan
lebih kenyal dengan meningkatkan kandungan air
4. Emulgatoragent merupakan suatu senyawa yang dapat mengurangi
tegangan antar muka antara minyak dan air, dan meminimalkan energi
permukaan dari droplet yang terbentuk serta mencegah terjadinya koalesen
dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.
5. Sifat fisik lotion adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui
kualitas fisik lotion yang dalam penelitian ini meliputi daya sebar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas setelah penyimpanan
selama 1 bulan.
6. Daya sebar yang optimum adalah daya sebar lotion dengan diameter
penyebaran dengan range diameter 6,6 cm sampai 6,8 cm setelah 1 gram
lotion diberi beban 125 gram dan didiamkan selama 1 menit.
7. Viskositas optimum adalah viskositas yang memudahkan lotion diisikan
ke dalam wadah, dikeluarkan dari wadah saat digunakan, dan memiliki
daya sebar yang baik saat diaplikasikan ke kulit. Viskositas yang optimum
dalam penelitian ini adalah berkisar antara 36 dPa.s sampai 39 dPa.s
8. Perubahan viskositas optimum adalah selisih viskositas lotion setelah
disimpan selama 1 bulan (η2) pada suhu kamar dengan viskositas segera
setelah pembuatan yang telah dirata-rata (η1), dibandingkan dengan
viskositas segera setelah pembuatan adalah < 26% (Zatz, Berry, and
Alderman, 1996). Perubahan viskositas dihitung menurut rumus sebagai
berikut :
100%η
η-η
1
12×=asδ viskosit ...................................................................(5)
9. Stabilitas lotion menunjukkan seberapa stabil lotion selama penyimpanan
dengan parameter stabilitas yang berupa ada tidaknya pemisahan fase
selama penyimpanan. Stabilitas lotion yang optimum dalam penelitian ini
berkisar antara 99,5% sampai 100%. Stabilitas lotion dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
%100×−
−=
mulamulalotionvolume
nkeharipadastabillotionvolumelotionstabilitas .............(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
10. Desain faktorial merupakan pendekatan eksperimental sederhana yang
dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan
menjaga variabel lain konstan Penelitian ini menggunakan desain faktorial
dua faktor (Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80) dan dua level
(level rendah dan level tinggi).
11. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara
kuantitatif dalam penelitian, dalam hal ini sifat fisik lotion yaitu daya
sebar, viskositas setelah pembuatan, perubahan viskositas selama
penyimpanan, dan stabilitas lotion.
12. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon
kuantitatif dan kualitatif. Faktor pertama dalam penelitian ini yaitu
Polysorbate 80 dan faktor kedua yaitu Sorbytan monooleate 80.
13. Level adalah jumlah atau banyaknya faktor yang nilainya dinyatakan
secara numerik. Penelitian ini menggunakan dua level yaitu level rendah
dan level tinggi baik untuk Polysorbate 80 maupun untuk Sorbytan
Monooleate 80.
14. Efek adalah pengaruh perubahan faktor terhadap respon karena adanya
variasi level, dapat dihitung secara matematis berdasarkan rumus desain
faktorial dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi
respon level rendah.
15. Contour plot adalah grafik yang berasal dari persamaan desain faktorial
yang dapat memprediksi level optimum kedua faktor dengan menunjukkan
respon yang optimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
16. Contour plot super imposed adalah grafik yang dapat memprediksi area
optimum formula berdasarkan semua parameter sifat fisik lotion Virgin
Coconut Oil yang didapat dengan cara memplotkan masing-masing
contour plot sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar, viskositas,
perubahan viskositas, dan stabilitas lotion.
17. Daerah optimum dalam penelitian ini adalah sifat fisik lotion yang
meliputi daya sebar lotion 6,6 cm sampai 6,8 cm, viskositas lotion 36
dPa.s sampai 39 dPa.s, dan stabilitas lotion 99% sampai 99,5% yang
terdapat dalam daerah pada contour plot super imposed.
18. Stabilitas fisik merupakan kondisi lotion (emulsi) dengan kedua fase tetap
terdispersi merata, tidak mengalami koalesen, pemisahan fase, maupun
perubahan sistem emulsi.
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Virgin Coconut
Oil (VCO), gliserin (kualitas farmasetis), minyak melati dan minyak lemon
(kualitas farmasetis), Asam stearat (kualitas farmasetis), Polysorbate 80
(kualitas farmasetis), Sorbytan monooleate 80 (kualitas farmasetis),
Trietanolamin (kualitas farmasetis), Metil paraben (kualitas farmasetis), dan
aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini mortir dan stamfer,
glasswares (PYREX-GERMANY), gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan
Under lic.), waterbath, termometer, timbangan analitik (Precise 2000C –
2000D1), horizontal double plate, pipet tetes, penangas air, stopwatch
(Casio®), tabung berskala (Fortuna® Germany CH-BI 45-2), dan Viscometer
Rion seri VT 04 (RION-JAPAN).
E. Tata Cara Penelitian
1. Formula
Formula yang digunakan sebagai moisturizer lotion Virgin Coconut
Oil mengacu pada The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition (Allen, 2002) dengan formula sebagai berikut :
R/ A. Virgin Coconut Oil 30 ml
Polysorbate 80 1 ml
Glyceryl monostearate 1 ml
B. Gliserin 20 ml
Nipagin 1 ml
MinyakMawar 2 ml
Aquades qs 100 ml
Formula setelah penyesuaian untuk 100 gram adalah sebagai berikut:
R/ A. Virgin Coconut Oil 27,6 g
B. Polysorbate 80 (5 – 7) g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sorbytan monooleate 80 (4 – 6) g
C. Asam stearat 5 g
D. Gliserin 12,5 g
Trietanolamin 1,25 g
Nipagin 1,36 g
Minyak lemon 0,5 g
Aquades qs 35 g
Formula di atas dibuat lotion Virgin Coconut Oil yang mempunyai
efek moisturizer dengan emulgatoragent yang berupa Polysorbate 80 dan
Sorbytan monooleate 80. Level rendah Polysorbate 80 adalah 5 gram dan
level tinggi Polysorbate 80 adalah 7 gram. Level rendah Sorbytan
monooleate 80 adalah 4 gram dan level tinggi Sorbytan monooleate 80
adalah 6 gram. Berikut adalah rancangan desain faktorial Polysorbate 80 dan
Sorbytan monooleate yang digunakan dalam penelitian :
Tabel II. Rancangan desain faktorial Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleate 80
Formula Polysorbate 80 (gram) Sorbytan monooleate 80 (gram)
1 5 4 A 5 6 B 7 4 ab 7 6
Masing-masing jumlah bahan yang digunakan untuk level rendah
level tinggi tercantum dalam tabel di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan
Formula 1 A b ab VCO (gram) 110,4 110,4 110,4 110,4 Gliserin (gram) 50 50 50 50 Minyak lemon (gram) 2 2 2 2 Polysorbate 80 (gram) 20 20 28 28 Sorbytan monoleat 80 (gram) 16 24 16 24
Nipagin (gram) 5,44 5,44 5,44 5,44 Asam stearat (gram) 20 20 20 20 TEA (gram) 5 5 5 5 Aquadest (gram) 140 140 140 140
2. Alur penelitian
a. Pembuatan lotion
Bagian A dipanaskan di atas waterbath hingga 60°C. Bagian B dicampur
rata dan dipanaskan di atas waterbath hingga 60°C. Setelah suhu bagian
A dan bagian B sama, campur kedua bagian tersebut di ataas waterbath
sambil terus diaduk. Panaskan bagian C di atas waterbath dengan suhu
50° hingga meleleh sempurna. Turunkan campuran A dan B dari
waterbath, masukkan bagian C ke dalamnya sambil terus diaduk
membentuk fase minyak. Campur bagian D menjadi satu dalam beker
glas menjadi fase air. Masukkan fase minyak dalam mortir, disertai
pengadukan kontinu dan konstan masukkan fase air sedikit demi sedikit.
Setelah emulsi terbentuk, tambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit.
Terakhir tambahkan minyak lemon sambil diaduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b. Penentuan tipe emulsi lotion VCO
1) Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas permukaan air dan amati
yang terjadi. Jika emulsi menyebar dan bercampur dengan air
menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal dari emulsi
tersebut.
2) Sejumlah kecil zat warna yang larut air diteteskan di dalam emulsi
dan amati yang terjadi. Jika zat warna menyebar di dalam emulsi
menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal.
3) Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas kertas saring yang bersih
dan amati yang terjadi. Jika tetesan emulsi menyebar dengan cepat
menunjukkan bahwa emulsi tersebut bertipe O/W.
c. Pengujian daya sebar
Uji daya sebar lotion dilakukan segera setelah pembuatan dengan cara
menimbang lotion seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat
berskala. Di atas lotion diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga
berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit,
kemudian dicatat diameter penyebarannya. Dilakukan sebanyak 3 kali.
d. Pengujian viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer seri VT 04 (RION-
JAPAN) dengan cara : lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang
pada portable viscotester. Viskositas lotion diketahui dengan mengamati
gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
segera setelah gel selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan.
Masing-masing uji dilakukan sebanyak 3 kali.
e. Pengujian stabilitas
Masukkan lotion ke dalam tabung berskala. Amati pemisahan fase yang
terjadi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30.
f. Sensory assessment
Lotion dicobakan pada 29 sukarelawan dengan mengaplikasikan
sejumlah lotion (0,1 gram) pada permukaan kulit. Kemudian
sukarelawan memberikan penilaian terhadap masing-masing formula
lotion berdasarkan penilaian per individu.
F. Analisis Data dan Optimasi
Data yang terkumpul berdasarkan uji sifat fisik yang meliputi daya sebar,
viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menghitung daya sebar lotion dengan mengukur diameter rata-ratanya.
2. Menghitung viskositas lotion segera setelah pembuatan.
3. Menghitung perubahan viskositas dengan rumus pada persamaan (5).
4. Menghitung stabilitas lotion dengan rumus pada persamaan (6).
5. Menentukan faktor dominan dalam menentukan respon sifat fisik dengan
mempertimbangkan 2 hal sebagai berikut :
a. Perhitungan efek rata-rata untuk tiap faktor dan interaksi berdasarkan
persamaan (2), (3), dan (4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
b. Interpretasi grafik hubungan respon-polysorbate 80 dan grafik hubungan
respon- Sorbytan monooleate 80.
6. Membuat persamaan desain faktorial dengan rumus pada persamaan (1).
7. Membuat grafik contour plot untuk tiap-tiap respon yang diperoleh.
8. Membuat grafik contour plot super imposed untuk menentukan daerah
optimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) ini diformulasikan dalam bentuk sediaan
lotion, yang dibuat dengan sistem emulsi dengan tipe oil in water (O/W). Lotion
VCO tersebut nantinya akan berfungsi sebagai moisturizer yang berefek
melembabkan kulit. Zat aktif yang berfungsi sebagai moisturizer disini adalah
kandungan asam laurat dari VCO. Dalam formula ditambahkan gliserin untuk
memperkuat efek moisturizer dan meningkatkan konsistenssi dari lotion tersebut.
Pembuatan lotion VCO tersebut menggunakan beaker methode yang
telah dimodifikasi. Dasar dari metode tersebut adalah pencampuran fase minyak
dan fase air dengan bantuan pemanasan suhu sedang dan pengadukan cepat dan
searah. Pembuatan lotion VCO ini diawali dengan pembagian bahan menjadi dua
fase, yaitu fase air dan fase minyak, kemudian masing – masing dipanaskan di
atas waterbath pada suhu 60° C. Asam stearat berbentuk kristal padatan, untuk
mencampurnya terlebih dahulu dilelehkan di atas waterbath dengan suhu 50° C.
VCO dipanaskan terpisah secara terpisah dengan Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleate 80, masing-masing 60° C di atas waterbath, kemudian keduanya
dicampur dalam satu wadah. Asam stearat yang telah meleleh sempurna
ditambahkan ke dalam campuran fase minyak tersebut. Fase air yang berupa
sebagian aquadest, gliserin, triethanolamine, dan metil parabean dipanaskan
terpisah pada suhu 60° C. Campurkan fase minyak dan fase air yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dipanaskan ke dalam mortir, dan diaduk cepat hingga terbentuk emulsi, sambil
terus diaduk tambahkan sisa aquadest dan perfume yang diinginkan secukupnya.
Lotion yang terbentuk selanjutnya dikemas dan dilakukan uji fisik.
Emulgator yang digunakan dalam pembuatan lotion ini antara lain
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80. Polysorbate 80 merupakan
emulgator yang bersifat nonionik, dan hidrofilik yang ditambahkan ke dalam fase
minyak untuk membantu menurunkan tegangan permukaan fase air. Sorbytan
monooleate 80 cenderung bersifat lipofilik dan mampu menurunkan tegangan
permukaan fase minyak. Kombinasi keduanya diharapkan mampu menurunkan
tegangan antar muka masing-masing fase, sehingga fase minyak dapat lebih
mudah terdispersi merata ke dalam fase airnya. Kombinasi emulgator tersebut
juga berfungsi untuk mempertahankan stabilitas sistem emulsi yang telah
terbentuk.
Gliserin dalam formula tersebut berfungsi untuk meningkatkan
konsistensi lotion, agar lebih kental. Gliserin selain itu juga berfungsi sebagai
pelembab alami yang memberikan efek emollient. Efek melembabkan tersebut
mampu menambah efek lembab yang sudah ada dari VCO itu sendiri, namun efek
yang ditimbulkan tetap lebih rendah dibanding VCO. Gliserin bersifat larut air,
sehingga dalam formula ini ditambahkan dalam fase air bersama trietanolamin,
dan metil paraben.
Asam stearat berbentuk kristal padat, sehingga untuk mencampurnya
harus dilelehkan terlebih dahulu secara terpisah. Asam stearat disini berfungsi
sebagai thickening agent yang berfungsi sepagai pengental dalam sediaan. Adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
asam stearat tersebut mampu mengubah konsistensi sediaan dari bentuk emulsi
encer menjadi sediaan lotion yang lebih kental. Penggunaan asam stearat lebih
dari 10% mampu membentuk sediaan krim. Asam stearat dapat meleleh dengan
pemanasan suhu >50° C, dan cepat memadat kembali pada suhu ruangan. Saat
memadat, asam stearat mampu mengikat air dalam jumlah banyak sehingga
sediaan dapat segera mengental setelah didinginkan.
Trietanolamin bersifat basa, sehingga digunakan dalam formula tersebut
untuk menetralkan sediaan yang bersifat asam akibat penambahan asam stearat.
Sediaan topikal yang terlalu asam mampu mengiritasi kulit, dan menyebabkan
alergi pada kulit. Trietanolamin larut air, sehingga dalam formula ditambahkan ke
dalam fase air lebih dahulu. Reaksi penetralan trietanolamin terhadap adanya
asam stearat dapat menghasilkan sabun stearat, yang secara tidak langsung akan
berfungsi sama seperti emulgator. Pengadukan kuat dan cepat mampu memecah
droplet minyak menjadi lebih kecil, kemudian sabun stearat tersebut akan
menyelubungi droplet minyak tersebut dan mendispersikan ke dalam fase air.
Adanya proses penyabunan tersebut dapat menambah stabilitas sistem emulsi.
Aquadest yang digunakan terlebih dahulu dipanaskan dengan suhu yang
sama dengan fase minyaknya yaitu 60° C. Tujuannya agar dalam pencampuran
kedua fase tidak terjadi perbedaan suhu yang terlalu jauh, dan agar sistem emulsi
lebih mudah terbentuk. Fase minyak dan fase air sulit bercampur pada suhu
rendah. Penambahan minyak melati dan minyak lemon sebaiknya dilakukan
setelah sistem emulsi terbentuk, dalam keadaan dingin. Minyak atsiri bila
ditambahkan dalam keadaan panas akan kehilangan harumnya, karena minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
atsiri cepat menguap pada suhu tinggi. Penambahan minyak tersebut sebaiknya
tidak berlebihan, karena akan merusak keseimbangan sistem emulsi.
Mortir dan stamper yang akan digunakan sebaiknya direndam dahulu
dengan air panas, agar dalam proses pencampuran tidak terjadi penurunan suhu
yang drastis. Penurunan suhu secara mendadak mampu memadatkan asam stearat
secara tiba-tiba sebelum sistem emulsinya terbentuk sempurna.
B. Penentuan Tipe Emulsi Lotion Virgin Coconut Oil
Lotion yang baik, adalah lotion yang mudah dan nyaman diaplikasikan
pada kulit. Tipe lotion yang tidak lengket di kulit dan mudah dicuci dengan air
adalah lotion tipe O/W. Air sebagai fase eksternalnya menyebabkan lotion ini
mudah terlarut dalam air karena viskositasnya menjadi encer, sehingga dapat
dengan mudah dihilangkan dari permukaan kulit. Kandungan air yang lebih
banyak menyebabkan lotion tersebut tidak lengket dan basah pada kulit.
Fase eksternal dari lotion tersebut adalah air yang akan berada di
permukaan kulit, dan menjaga kelembaban kulit dengan cara terus mensuplai air
dan lembab dari permukaan. Fase internal lotion adalah minyak yang mampu
menembus lapisan kulit stratum korneum melewati pori-pori dan folikel rambut,
dan selanjutnya akan menjaga kelembaban kulit dengan mencegah pengupan
berlebihan dari dalam kulit.
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 3 macam cara, antara lain yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
1. Penambahan fase eksternal secara berlebihan.
Masing-masing formula lotion VCO diteteskan di atas air dalam jumlah
berlebihan yang merupakan fase eksternal dari sediaan lotion tersebut, kemudian
dilihat kelarutannya terhadap fase eksternalnya. Hasilnya dapat dilihat sebagai
berikut :
a) Formula 1 b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab
Gambar 10. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah
ditambah dengan fase eksternal berlebih
Gambar 10 menunjukkan bahwa penambahan air yang berlebihan dapat
menurunkan viskositas dan melarutkan sediaan lotion, sebab fase eksternal dari
lotion akan menyebar bercampur bersama air. Hal tersebut membuktikan bahwa
keempat formula lotion tersebut termasuk dalam sistem emulsi o/w dimana air
berfungsi sebagai fase eksternalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Untuk melihat lebih jelasnya, maka keempat lotion tersebut diaduk
merata dengan air yang berlebihan sampai merata hingga didapatkan lotion yang
sangat encer. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1 b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab
Gambar 11. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah
ditambah dengan fase eksternal berlebih dan diaduk merata
Gambar 11 menunjukkan bahwa keempat formula lotion tersebut dapat
melarut sempurna di dalam air yang berlebih, membentuk larutan kental putih
susu. Hal tersebut membuktikan bahwa sediaan lotion tersebut termasuk dalam
tipe emulsi o/w, sebab lotion tersebut dapat melarut sempurna dengan air tanpa
ada yang menggumpal.
2. Penambahan zat warna yang larut dalam fase eksternal.
Masing-masing formula lotion VCO ditetesi zat warna yang larut dalam
fase eksternalnya. Dalam hal ini, zat warna yang digunakan adalah methylen blue.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hasilnya dapat dilihat dengan membandingkan kelarutan methylen blue tersebut
di dalam masing-masing formula. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1 b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab
Gambar 12. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah
dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal
Gambar 12 menunjukkan bahwa methylen blue dapat menyebar dan
melarut di dalam lotion. Methylen blue merupakan pewarna larut air dan tidak
larut dalam fase minyak, sedangkan pada keempat formula tersebut menunjukkan
methylen blue tersebut mampu menyebar bersama fase eksternalnya. Sehingga
dapat dibuktikan bahwa dalam keempat formula lotion tersebut yang berfungsi
sebagai fase ekternal adalah air.
Methylen blue yang telah diteteskan tersebut kemudian diaduk sebagian
dengan lotion tersebut untuk memudahkan pengamatan. Hasil pengamatannya
dapat dilihat sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
a) Formula 1 b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab
Gambar 13. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah
dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal dan diaduk sebagian
Gambar 13 menunjukkan bahwa methylen blue yang diaduk dapat
bercampur merata dengan sediaan lotion. Hal tersebut membuktikan bahwa lotion
tersebut termasuk dalam tipe emulsi o/w dimana air berfungsi sebagai fase
eksternalnya karena mampu melarutkan methylen blue.
3. Pengolesan pada kertas saring.
Masing-masing formula lotion VCO diteteskan pada kertas saring yang
bersih dan kering, kemudian dilihat kecepatan penyebarannya. Hasil pengamatan
dapat dilihat sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
a) Formula 1 b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab
Gambar 14. Gambar kertas saring yang ditetesi dengan lotion VCO
Gambar 14 menunjukkan formula 1 dan formula ab fase eksternalnya
tidak cepat menyebar, sedangkan formula a dan formula b fase eksternalnya
menyebar cepat pada permukaan kertas saring. Formula 1 dan formula ab
memiliki kandungan air lebih sedikit dibanding formula a dan formula b.
Lotion VCO yang telah diteteskan kemudian dioleskan merata ke seluruh
permukaan kertas saring, dan ditunggu sampai mengering, Setelah mengering
maka dapat dilihat noda bekas olesan yang ditimbulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hasil pengamatan dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1 b) Formula a
a) Formula b b) Formula ab
Gambar 15. Gambar kertas saring yang telah dikeringkan setelah
dioleskan dengan lotion VCO
Berdasarkan gambar 15, terbukti bahwa keempat formula lotion tersebut
merupakan emulsi dengan tipe o/w. Saat setelah dioleskan seluruh permukaan
kertas saring terbasahi oleh lotion. Saat dikeringkan permukaan kertas saringnya
mengering, dan terdapat noda minyak tertinggal di tengah kertas, namun dalam
jumlah yang sedikit di tengah. Hal ini menunjukkan bahwa lotion yang dibuat
memiliki fase eksternal berupa air dan fase internal berupa minyak, dimana fase
air lebih mudah menguap daripada fase minyaknya. Adanya noda minyak yang
masih tertinggal tersebut disebabkan karena pengolesan pada kertas saring tidak
merata (tebal di bagian tengah), sehingga saat dikeringkan bagian tengahnya sulit
mengering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
C. Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion Virgin Coconut Oil
Parameter sifat fisik lotion yang akan dievaluasi adalah daya sebar dan
viskositas lotion setelah pembuatan. Sedangkan parameter stabilitas lotion
dievaluasi dari perubahan viskositas dan stabilitas lotion setelah penyimpanan
selama satu bulan. Lama penyimpanan tiga puluh hari (satu bulan ) diasumsikan
sebagai lamanya penggunaan lotion setelah kemasan pertama kali dibuka oleh
sebagian besar konsumen. Selain itu sediaan lotion yang berada di pasaran
sebagian besar dikemas untuk 30 hari pemakaian, sebab setelah lebih dari 30 hari
kemasan dibuka/dirusak, sediaan lotion tidak stabil, kedua fasenya saling
memisah.
Besarnya daya sebar lotion menggambarkan tingkat kemudahan lotion
diaplikasikan pada permukaan kulit. Daya sebar lotion tersebut berhubungan erat
dengan besarnya viskositas lotion. Daya sebar lotion diukur dengan menggunakan
1 gram lotion yang diletakkan di tengah kaca bulat kemudian ditimpa dengan kaca
bulat lain dan diberi beban hingga 125 gram. Setelah didiamkan selama 1 menit,
diameter rata-rata yang terbentuk dari hasil penyebaran lotion diasumsikan
sebagai panjangnya daya sebar gel yang menunjukkan penyebaran lotion saat
diaplikasikan di kulit (Garg et al., 2002).
Viskositas lotion diukur untuk mengetahui tingkat kekentalan lotion,
yang dilakukan dengan melihat skala yang tertera pada viscometer RION seri VT
04. Pengukuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat setelah
pembuatan dan setelah masa penyimpanan selama satu bulan, dengan maksud
agar dapat mengetahui perubahan viskositas yang terjadi. Stabilitas lotion dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dari pemisahan kedua fase emulsi yang terjadi selama penyimpanan. Perubahan
viskositas dan pemisahan fase emulsi yang terjadi dalam penyimpanan
menggambarkan ketidakstabilan sediaan lotion. Penurunan viskositas berarti
viskositas menjadi lebih kecil dan daya sebar akan menjadi lebih besar. Hal ini
dikarenakan viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar. Semakin kecil
viskositas sediaan maka daya sebar akan semakin besar, demikian pula sebaliknya
(Garg et al., 2002).
Pada dasarnya emulsi merupakan sistem yang tidak stabil secara
termodinamika (Allen,2002), namun sediaan lotion yang baik seharusnya tidak
mengalami perubahan viskositas dan pemisahan fase selama masa penyimpanan.
Sediaan lotion layak digunakan apabila kedua indikator ketidakstabilan tersebut
masih wajar sehingga dapat diterima oleh konsumen, sehingga perlu untuk
mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi.
Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas
lotion dalam penelitian :
Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik lotion VCO
Formula Daya sebar (cm)
Viskositas (dPas)
� viskositas (%)
Stabilitas Lotion (%)
1 7,85 ± 0,05 20,58 ± 0,72 16,35 ± 0,57 99,16 ± 1,12 a 6,75 ± 0,06 37,91 ± 0,20 11,65 ± 1,44 99,39 ± 0,15 b 7,50 ± 0,44 26,91 ± 1,11 10,83 ± 2,49 98,82 ± 1,22 ab 6,45 ± 0,05 44,16 ± 0,25 37,96 ± 0,20 100 ± 0
Menurut data pada tabel 4, dapat dilihat bahwa tiap formula memberikan
respon berbeda terhadap daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan
stabilitas lotion. Formula lotion dengan komposisi Polysorbate 80 level rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dan Sorbytan monooleate 80 level rendah memiliki daya sebar paling besar dan
viskositas paling kecil, sedangkan formula lotion dengan komposisi Polysorbate
80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level tinggi memiliki daya sebar
paling kecil dan viskositas paling besar. Dengan demikian dapat dibuktikan
bahwa besar daya sebar berbanding terbalik dengan besar viskositas. Pada tabel di
atas perubahan viskositas paling rendah terjadi pada formula b dengan komposisi
Polysorbate 80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level rendah, namun
stabilitas emulsi paling tinggi justru terjadi pada formula ab dengan komposisi
Polysorbate 80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level tinggi.
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik lotion kemudian diolah
menggunakan desain faktorial untuk mengetahui faktor mana yang paling
dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion. Hasil perhitungannya
tercantum dalam tabel berikut :
Tabel V. Hasil perhitungan efek untuk tiap faktor dan interaksi
Efek Daya sebar Viskositas � viskositas Stabilitas lotion
Polysorbate 80
│-0,3│ 6,29 10,39 0,13
Sorbytan monooleate
80
│- 1,1│ 17,29 11,20 0,70
Interaksi 0,05 │- 0,04│ 15,91 0,47
1. Daya Sebar
Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi
keduanya terhadap daya sebar lotion dapat dilihat pada tabel 5. Hasil
perhitungan dengan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek
Polysorbate 80 terhadap daya sebar sebesar |-0,30|; untuk efek Sorbytan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
monooleatee 80 sebesar |-1,10|; dan untuk efek interaksi keduanya sebesar
0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Sorbytan
monooleatee 80 mempunyai efek yang dominan terhadap daya sebar lotion
daripada Polysorbate 80 maupun interaksi keduanya. Diketahui bahwa efek
yang diberikan Polysorbate 80 bernilai negatif yang artinya bahwa adanya
Polysorbate 80 akan menurunkan daya sebar lotion. Begitu juga efek yang
diberikan Sorbytan monooleatee 80 bernilai negatif, sehingga adanya
Sorbytan monooleatee 80 akan menurunkan daya sebar lotion. Sedangkan
interaksi keduanya memberikan nilai positif yang artinya kombinasi antara
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 akan meningkatkan daya sebar
lotion.
Daya sebar lotion lebih dipengaruhi oleh Sorbytan monooleatee 80
dibanding Polysorbate 80 walaupun keduanya memiliki fungsi yang sama
sebagai emulgator. Secara teoritis Polysorbate 80 akan larut dalam air dan
cenderung membentuk sistem emulsi O/W, sedangkan Sorbytan monooleatee
80 akan larut dalam minyak dan cenderung membentuk sistem emulsi W/O
(Anonim 2007) Dilihat secara fisik, Sorbytan monooleatee80 memiliki
konsentrasi yang lebih kental dibanding Polysorbate 80 . Sehingga dalam
jumlah yang sama Sorbytan monooleatee 80 akan cenderung membentuk
emulsi dengan sistem W/O yang lebih kental.
Hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleatee 80 terhadap daya sebar lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
level
rendah
Sorbitan
monooleat
80 level tinggi
Sorbitan
monooleat
80
6
6.5
7
7.5
8
18 22 26 30
Polysorbate 80 (gram)
Daya Sebar level
rendah
polysorbate
80
level tinggi
Poltsorbate
80
6
6.5
7
7.5
8
14 18 22 26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
Daya Sebar (cm)
(16 A) (16 B)
Gambar 16. Grafik hubungan antara daya sebar-Polysorbate 80 (16a) dan
grafik hubungan antara daya sebar- Sorbytan monooleatee 80 (16b)
Grafik hubungan antara daya sebar-Polysorbate 80 (16a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak
Polysorbate 80 yang digunakan) akan menurunkan daya sebar lotion baik
pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level rendah maupun pada
penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi daya sebar lotion.
Pada grafik kedua respon tidak membentuk garis sejajar, berarti terjadi
interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion.
Grafik hubungan antaradaya sebar- Sorbytan monooleatee 80 (16b)
menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 baik pada
penggunaan Polysorbate 80 level rendah maupun pada penggunaan level
tinggi akan menurunkan daya sebar lotion. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 akan mempengaruhi daya sebar
lotion. Pada grafik kedua respon tidak membentuk garis sejajar, berarti terjadi
interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dilihat dari penurunan daya sebar lotion dari kedua grafik tersebut
(16a) dan (16b), maka Sorbytan monooleatee 80 lebih dominan dalam
mempengaruhi daya sebar lotion. Selain itu juga dari perhitungan desain
faktorial menunjukkan Sorbytan monooleatee 80 memberikan efek daya
sebar yang lebih negatif dibanding Polysorbate 80. Semakin banyak Sorbytan
monooleatee 80 yang digunakan maka akan menghasilkan lotion dengan daya
sebar yang semakin kecil. Hal ini terbukti dari data daya sebar yang
didapatkan yaitu pada formula (1) dan formula (a) dengan jumlah Polysorbate
80 yang sama pada level rendah namun menghasilkan daya sebar yang lebih
besar pada formula (1) daripada formula (a), karena pada formula (1)
digunakan Sorbytan monooleatee 80 lebih sedikit dibanding dengan formula
(a). Hal itu terjadi pula pada formula (b) dan (ab) dengan penggunaan
Polysorbate 80 yang sama pada level tinggi, dihasilkan daya sebar yang lebih
besar pada formula (b), karena formula (b) digunakan Sorbytan monooleatee
80 lebih sedikit dibanding formula (ab).
Oleh karena Sorbytan monooleatee 80 diketahui lebih dominan
menurunkan daya sebar lotion, maka dengan sedikit saja perubahan level
Sorbytan monooleatee 80 akan sangat mempengaruhi daya sebar lotion.
Sehingga bila diinginkan lotion dengan daya sebar yang lebih besar dapat
dilakukan dengan sedikit menurunkan level Sorbytan monooleatee 80, dan
berlaku sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Viskositas
Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi
keduanya terhadap viskositas lotion dapat dilihat pada tabel 5. Hasil
perhitungan dengan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek
Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar 6,29; untuk efek Sorbytan
monooleate 80 sebesar 17,29; dan untuk efek interaksi keduanya sebesar │-
0,04│. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Sorbytan
monooleate 80 mempunyai efek yang paling dominan terhadap viskositas
lotion daripada Polysorbate 80 maupun interaksi keduanya. Diketahui bahwa
efek yang diberikan Polysorbate 80 bernilai positif yang artinya bahwa adanya
Polysorbate 80 akan meningkatkan viskositas lotion. Begitu juga efek yang
diberikan Sorbytan monooleatee 80 bernilai positif, sehingga adanya
Sorbytan monooleatee 80 akan meningkatkan viskositas lotion. Sedangkan
interaksi keduanya memberikan nilai negatif yang artinya kombinasi antara
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 akan menurunkan viskositas
lotion.
Viskositas lebih dipengaruhi oleh Sorbytan monooleate 80 daripada
Polysorbate 80, karena secara fisik Sorbytan monooleatee 80 jauh lebih
kental dibanding dengan Polysorbate 80. Sorbytan monooleatee 80 memiliki
sifat-sifat kekentalan yang dimiliki oleh golongan minyak sehingga lebih larut
di dalam air (Anonim 2007)
Hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleatee 80 terhadap viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
level
rendah
Sorbitan 80
level tinggi
Sorbitan
monooleat
80
20
25
30
35
40
45
50
18 22 26 30
Polysorbate 80 (gram)
Viskositas level
rendah
Poltsorbate
80
level tinggi
Sorbitan
monooleat
80
20
25
30
35
40
45
50
14 18 22 26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
Viskositas
(17a) (17b)
Gambar 17. Grafik hubungan antara viskositas-Polysorbate 80(17a) dan
grafik hubungan antara viskositas- Sorbytan monooleatee 80 (17b)
Grafik hubungan antara viskositas-Polysorbate 80 (17a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak
penggunaan Polysorbate 80) baik pada penggunaan Sorbytan monooleatee
80 level rendah maupun level tinggi akan meningkatkan viskositas lotion. Hal
ini menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi
viskositas lotion. Namun respon yang diberikan pada penggunaan Sorbytan
monooleatee 80 level tinggi dan penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level
rendah membentuk garis yang sejajar, berarti tidak terjadi interaksi antara
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion.
Grafik hubungan antara viskositas- Sorbytan monooleatee 80 (17b)
menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 (semakin
banyak penggunaan Sorbytan monooleatee 80) baik pada penggunaan
Polysorbate 80 level rendah maupun level tinggi akan meningkatkan
viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan
monooleatee 80 mempengaruhi viskositas lotion. Namun respon yang
diberikan pada penggunaan Polysorbate 80 level tinggi dan penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Polysorbate 80 level rendah membentuk garis yang sejajar, berarti tidak
terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam
lotion.
Dilihat dari penurunan viskositas lotion dari kedua grafik tersebut
(17a) dan (17b), maka Sorbytan monooleatee 80 lebih dominan dalam
mempengaruhi viskositas lotion. Selain itu juga dari perhitungan desain
faktorial menunjukkan Sorbytan monooleatee 80 memberikan efek viskositas
yang lebih positif (lebih besar) dibanding Polysorbate 80. Semakin banyak
Sorbytan monooleate 80 yang digunakan maka akan menghasilkan lotion
dengan viskositas yang semakin besar. Hal ini terbukti dari data viskositas
yang didapatkan yaitu pada formula (1) dan formula (a) dengan penggunaan
Polysorbate 80 yang sama pada level rendah namun menghasilkan viskositas
yang lebih besar pada formula (a) daripada formula (1), karena pada formula
(a) digunakan Sorbytan monooleatee 80 lebih banyak dibanding dengan
formula (a). Hal itu terjadi pula pada formula (b) dan (ab) dengan penggunaan
Polysorbate 80 yang sama pada level tinggi, dihasilkan viskositas yang lebih
besar pada formula (ab), karena formula (ab) digunakan Sorbytan
monooleatee 80 lebih banyak dibanding formula (b).
Sorbytan monooleatee 80 memiliki konsentrasi yang kental dan
larut minyak, maka akan cenderung membentuk emulsi sistem W/O, sehingga
lotion yang terbentuk akan semakin kental. Sehingga semakin besar
penggunaan Sorbytan monooleatee 80 akan semakin kental lotion yang
dihasilkan. Oleh karena Sorbytan monooleatee 80 diketahui lebih dominan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
meningkatkan viskositas lotion, maka dengan sedikit saja perubahan level
Sorbytan monooleate 80 akan sangat mempengaruhi viskositas lotion.
Sehingga bila diinginkan sediaan lotion dengan viskositas yang lebih besar
maka dapat dilakukan dengan menaikkan level Sorbytan monooleatee 80
yang digunakan. Sebaliknya bila diinginkan lotion dengan viskositas rendah
maka dapat dengan menurunkan level Sorbytan monooleate 80 sedikit saja.
3. Pergeseran Viskositas
Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 serta interaksi
keduanya terhadap pergeseran viskositas lotion selama penyimpanan dapat
dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan berdasarkan desain faktorial
menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar
10,39; untuk efek Sorbytan monooleate 80 sebesar 11,20; dan efek interaksi
keduanya sebesar 15,91. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui
bahwa interaksi keduanya ( Sorbytan monooleate 80 dan Polysorbat 80)
mempunyai efek yang paling dominan terhadap pergeseran viskositas lotion
daripada Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleate 80. Diketahui bahwa
baik Polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80, maupun interaksi keduanya
memberikan efek yang bernilai positif, berarti ketiganya dapat meningkatkan
pergeseran viskositas pada lotion selama masa penyimpanan.
Besarnya pergeseran viskositas selama penyimpanan merupakan
salah satu faktor ketidakstabilan, semakin besar pergeseran viskositasnya
maka semakin tidak stabil sediaan tersebut dalam penyimpanan. Sediaan
emulsi dalam keadaan tidak stabil akan mengalami pemisahan antara fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
internal dengan fase eksternalnya. Apabila hal tersebut terjadi pada emulsi o/w
maka fase minyak (fase internal) akan keluar dari sistem emulsi karena ikatan
dengan emulgatornya sudah lemah, memisah dari fase air (fase eksternalnya).
Karena air disini adalah fase eksternalnya, maka dalam keadaan terpisah fase
air akan lebih banyak daripada fase minyaknya. Hal tersebut menjadiakan
viskositas sediaan akan lebih kecil (encer) dibandingkan viskositas sediaan
saat masih stabil.
Fenomena tersebut juga berlaku kebalikan pada emulsi tipe w/o,
dimana minyak sebagai fase eksternalnya memiliki komposisi lebih besar
dibanding air sebagai fase internalnya. Sehingga pada saat terjadi pemisahan
besarnya viskositas akan menjadi lebih besar (kental) dibandingkan viskositas
sebelumnya saat masih stabil. Adanya pergeseran viskositas tersebut
menunjukkan bahwa sediaan tersebut tidak stabil, sehingga sangat
berpengaruh dalam p0erhitungan stabilitas emulasi.
Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80
dan Sorbytan monooleatee 80 terhadap pergeseran viskositas lotion, dapat
dilihat pada grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
level
rendah
Sorbitan
monooleat
80
level tinggi
Sorbitan
monooleat
80
10
15
20
25
30
35
40
18 22 26 30
Polysorbate 80 (gram)
Pergeseran Viskositas
level rendah
polysorbate
80
level tinggi
Polysorbate
80
10
15
20
25
30
35
40
14 18 22 26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
Pergeseran Viskositas
(18a) (18b)
Gambar 18. Grafik hubungan antara pergeseran viskositas-Polysorbate 80
(18a) dan grafik hubungan antara perubahan viskositas- Sorbytan
monooleatee 80 (18b) Grafik hubungan antara pergeseran viskositas-Polysorbate 80 (18a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak
penggunaan Polysorbate 80) pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80
level rendah akan menurunkan pergeseran viskositas lotion. Sedangkan
peningkatan level Polysorbate 80 pada penggunaan Sorbytan monooleatee
80 level tinggi akan meningkatkan pergeseran viskositas lotion. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi
pergeseran viskositas lotion. Dilihat dari grafik yang terbentuk, maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleatee 80, karena kedua garis yang dihasilkan tidak membentuk garis
sejajar justru saling berpotongan.
Grafik hubungan antara pergeseran viskositas- Sorbytan
monooleatee 80 (18b) menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan
monooleatee 80 (semakin banyak penggunaan Sorbytan monooleatee 80)
pada penggunaan Polysorbate 80 level rendah akan menurunkan pergeseran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
viskositas lotion. Sedangkan peningkatan level Sorbytan monooleatee 80
pada penggunaan Polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan pergeseran
viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan
monooleatee 80 mempengaruhi viskositas lotion. Dilihat dari grafik yang
terbentuk, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate
80 dan Sorbytan monooleatee 80, karena kedua garis yang dihasilkan tidak
membentuk garis sejajar justru saling berpotongan.
Dilihat dari kedua gambar grafik di atas (18a) dan (18b) maka dapat
dilihat adanya interaksi yang memberikan respon yang besar terhadap
pergeseran viskositas lotion. Selain itu berdasarkan data perhitungan desain
faktorial interaksi keduanya (Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80)
memberikan efek pergeseran viskositas yang paling (positif) besar diantara
Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleatee 80 itu sendiri. Dari data
pergeseran viskositas didapatkan bahwa pada formula (ab) dengan komposisi
penggunaan Polysorbate 80 level tinggi dan penggunaan Sorbytan
monooleatee 80 level tinggi memberikan pergeseran viskositas paling besar
dibanding dengan formula yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam jumlah besar justru akan
mengakibatkan pergeseran viskositas yang sangat besar, sehingga lotion
cenderung tidak stabil dalam penyimpanan.
Oleh karena interaksi keduanya (Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleatee 80) mendominasi pergeseran viskositas lotion, maka untuk
mendapatkan sediaan lotion dapat dilakukan dengan meningkatkan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
menurunkan level baik Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleatee 80
secara optimal sampai didapatkan lotion dengan pergeseran viskositas yang
paling minimal.
4. Stabilitas Lotion
Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi
keduanya terhadap pergeseran viskositas lotion selama penyimpanan dapat
dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan berdasarkan desain faktorial
menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar
0,13; untuk efek Sorbytan monooleatee 80 sebesar 0,70; dan untuk efek
interaksi keduanya sebesar 0,47. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
diketahui bahwa efek Sorbytan monooleatee 80 terhadap stabilitas lotion
bernilai positif paling besar diantara efek Polysorbate 80 maupun efek dari
interaksi keduanya (efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80).
Dengan demikian berarti Sorbytan monooleatee 80 paling dominan dalam
mempengaruhi stabilitas lotion. Dari ketiganya baik Polysorbate 80, Sorbytan
monooleate 80, maupun interaksi keduanya memberikan efek yang bernilai
positif, berarti adanya Polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80, maupun
interaksi keduanya dapat meningkatkan stabilitas lotion.
Berdasarkan data stabilitas lotion yang didapatkan, terbukti bahwa
Sorbytan monooleate 80 paling dominan mempengaruhi stabilitas lotion.
Pada formula (1) dan (a) dengan level Polysorbate 80 yang sama didapatkan
stabilitas lotion pada formula (a) lebih besar dibanding formula (1), sebab
formula (a) menggunakan Sorbytan monooleate 80 dengan level tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
sedangkan formula (1) dengan penggunaan Sorbytan monooleate 80 level
rendah.
Stabilitas lotion diukur dengan mengukur besarnya endapan emulsi
yang masih utuh dan belum terpisah. Lotion yang tidak stabil ditandai dengan
terjadinya fenomena selama penyimpanan seperti coalesen, creaming,
cracking (Anonim, 2007,wikipedia) yang akan menyebabkan lotion tampak
pecah dan fase pembentuknya saling terpisah. Lotion yang stabil diharapkan
tidak mengalami fenomena tersebut selama masa penyimpanan. Sediaan
emulsi tidak stabil dalam penyimpanan yang sangat lama, lebih dari 30 hari
(Anonim,2008). Lebih dari masa penyimpanan, maka sediaan dengan sistem
emulsi akan mengalami fenomena ketidak stabilan.
Emulsi bentuknya tidak stabil secara thermodinamika, karena sistem
emulsi tidak terbentuk secara spontan, namun dibuat melalui proses yang
membutuhkan energi (Anonim,2007). Sehingga setelah proses pembuatan dan
didiamkan, maka emulsi dengan sendirinya akan memisah kembali
membentuk fase air dan fase minyaknya secara perlahan. Semakin lama
didiamkan dalam penyimpanan semakin banyak fase yang terpisah dari
sistemnya.
Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80
dan Sorbytan monooleate 80 terhadap stabilitas lotion, dapat dilihat pada
grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
level
rendah
Sorbitan 80
level tinggi
Sorbitan
monooleat
80
98.5
99.0
99.5
100.0
100.5
18 22 26 30
Polysorbate 80 (gram)
Stabilitas (%)
level
rendah
Polysorbate
80
level tinggi
Polysorbate
80
98.5
99
99.5
100
100.5
14 18 22 26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
Stabilitas (%)
(19a) (19b)
Gambar 19. Grafik hubungan antara stabilitas lotion-Polysorbate 80 (19a)
dan grafik hubungan antara stabilitas lotion- Sorbytan monooleate 80 (19b)
Grafik hubungan antara stabilitas lotion-Polysorbate 80 (19a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak
penggunaan Polysorbate 80) pada penggunaan Sorbytan monooleate 80
level rendah akan menurunkan stabilitas lotion. Sedangkan peningkatan level
Polysorbate 80 pada penggunaan Sorbytan monooleate 80 level tinggi akan
meningkatkan stabilitas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level
Polysorbate 80 mempengaruhi viskositas lotion. Respon yang diberikan pada
peningkatan leven Polysorbate 80 baik pada penggunaan Sorbytan
monooleate 80 level rendah maupun pada level tinggi membentuk garis yang
tidak sejajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 di dalam lotion.
Grafik hubungan antara stabilitas lotion- Sorbytan monooleate 80
(19b) menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleate 80
(semakin banyak penggunaan Sorbytan monooleate 80) baik pada
penggunaan Polysorbate 80 level rendah maupun pada penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan stabilitas lotion, namun
peningkatannya jauh lebih besar pada penggunaan Sorbytan monooleate 80
level tinggi dibanding pada penggunaan Sorbytan monooleate 80 level
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleate
80 mempengaruhi viskositas lotion. Respon yang diberikan pada peningkatan
leven Sorbytan monooleate 80 baik pada penggunaan Polysorbate 80 level
rendah maupun pada Polysorbate 80 level tinggi membentuk garis yang tidak
sejajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate
80 dan Sorbytan monooleate 80 di dalam lotion.
D. Optimasi Formula
Optimasi formula bertujuan untuk mendapatkan formula dengan sifat-
sifat fisik yang optimal dan menghasilkan sediaan yang stabil. Sediaan lotion
diharapkan dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit dan dapat dengan mudah
dituang dari kemasan. Kemampuan sediaan lotion diaplikasikan pada kulit
dipengaruhi oleh daya sebar lotion, sedangkan kemampuan sediaan lotion dapat
dituang dari kemasan dipengaruhi oleh viskositas lotion. Stabilitas lotion dapat
dilihat dari besarnya pergeseran viskositas lotion dan stabilitas lotion selama masa
penyimpanan. Hasil optimasi diharapkan mendapatkan formula lotion yang
memiliki daya sebar optimal, viskositas optimal, pergeseran viskositas yang
minimal, dan stabilitas maksimal.
Dari hasil pengukuran sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar lotion,
viskositas lotion, perubahan viskositas lotion, dan stabilitas lotion dapat dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
contour plot. Contour plot dibuat berdasarkan perhitungan persamaan desain
faktorial. Dari contour plot masing-masing uji sifat fisik tersebut ditentukan area
optimum untuk memperoleh respon seperti yang dikehendaki. Area tersebut
kemudian digabungkan dalam grafik contour plot super imposed sifat fisik lotion,
kemudian ditentukan area komposisi optimum emulgator yang memenuhi semua
respon sifat fisik yang diinginkan yakni: daya sebar, viskositas, perubahan
viskositas, dan stabilitas lotion.
1. Daya Sebar
Daya sebar lotion yang optimal adalah apabila lotion cukup mudah
diaplikasikan di permukaan kulit, sehingga lotion dapat menempel merata dan
dapat bertahan di permukaan kulit lebih lama. Daya sebar lotion akan tergantung
dari kekentalan lotion itu sendiri. Lotion yang kental (daya sebar lotion rendah)
akan sulit diaplikasikan sehingga daerah yang teraplikasi akan sempit dan tebal.
Hal tersebut akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan lengket pada konsumen.
Sedangkan, lotion yang terlalu encer memiliki daya sebar yang sangat tinggi
sehingga mudah menyebar di permukaan kulit dan tidak bertahan lama setelah
diaplikasikan.
Persamaan desain faktorial untuk daya sebar lotion Virgin Coconut Oil
adalah Y = 11,525 – 0,175 x1 – 0,0687 x2 + 0,0015x1 x2. Persamaan ini
kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Gambar 20. Contour plot daya sebar lotion
Daya sebar lotion diharapkan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah, agar menjamin pemerataan efek moisturizing lotion pada kulit. Untuk itu
telah ditetapkan daya sebar yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam
penelitian adalah 6,6 cm – 6,8 cm menurut hasil subjective assesment. Kriteria
daya sebar optimum ini ditetapkan dengan mempertimbangkan penilaian
responden terhadap daya sebar lotion Virgin Coconut Oil yang diperoleh melalui
subjective assesment, dengan cara membagikan quisioner pada 29 voulenter yang
telah terpilih. Responden lebih menyukai formula a dengan diameter rata-rata
daya sebar formula a sebesar 6.70 cm yang berada dalam rentang daya sebar 6,6
cm – 6,8 cm. Rentang daya sebar tersebut merupakan rentang optimal yang
diharapkan memberikan kemudahan penyebaran lotion dan memberikan efek
moisturizing yang merata sesuai keinginan konsumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
2. Viskositas
Viskositas lotion yang optimal adalah apabila lotion dapat dengan
mudah dituang dari kemasannya, dan dapat dioleskan merata di permukaan kulit,
selah tidak menyulitkan pengemasan. Lotion yang baik bila secara fisik
viskositasnya tidak terlalu kental maupun tidak terlalu encer. Lotion yang terlalu
encer (viskositas terlalu rendah) akan mudah tumpah saat dituang dan menempel
tipis di kulit, sedangkan lotion yang terlalu kental (viskositas terlalu tinggi) akan
sulit keluar dari kemasannya dan tidak tersebar merata saat diaplikasikan di kulit.
Persamaan desain faktorial untuk viskositas lotion Virgin Coconut Oil
adalah Y = -30,3334 + 2,1927 x1 + 0,8125x2 – 0,0013 x1x2. Persamaan ini
kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 21. Contour plot viskositas lotion
Viskositas lotion diharapkan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah,
agar menjamin kemudahan lotion dalam pengaplikasiannya di kulit. Untuk itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
telah ditetapkan viskositas yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam
penelitian adalah 36 dPas - 39 dPas. Kriteria viskositas optimum ini ditetapkan
dengan mempertimbangkan penilaian responden terhadap viskositas lotion Virgin
Coconut Oil yang diperoleh melalui subjective assesment, dengan cara
membagikan quisioner pada 29 responden yang telah terpilih. Responden lebih
menyukai formula a dengan viskositas rata-rata formula a sebesar 37,91666667
dPas yang berada dalam rentang viskositas 36 dPas – 39 dPas. Rentang viskositas
tersebut diharapkan memberikan kemudahan pengaplikasikan lotion dan
memberikan rasa nyaman seperti yang diinginkan konsumen.
3. Pergeseran Viskositas
Pergeseran viskositas lotion berhubungan erat dengan kestabilan lotion.
Lotion yang baik harus mempunyai pergeseran viskositas yang seminimal
mungkin. Pergeseran viskositas lotion yang besar selama penyimpanan
mengindikasikan bahwa lotion tersebut memiliki kestabilan yang rendah.
Persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas lotion Virgin Coconut Oil
adalah Y = -132,200154 – 10,53670123 x1 – 7,398613855 x2 + 0,497410538
x1.x2. Persamaan tersebut kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Pergeseran Viskositas
20
21
22
23
24
25
26
27
28
12.5 12.6 12.7 12.8 12.9 13
Sorbytan monooleate 80
Polysorbates 80
8 dPas 11 dPas 14 dPas 17 dPas
20 dPas 23 dPas 27 dPas 30 dPas
33 dpas 36 dpas 39 dpas
Gambar 22. Contour plot pergeseran viskositas lotion
Gambar contour plot tersebut menunjukkan bahwa tidak ada respon
pergeseran viskositas yang diberikan pada penggunaan Polysorbate 80 dengan
rentang level 20 sampai 28 terhadap penggunaan Sorbytan monooleate 80
dengan rentang level 16 sampai 24. Respon pergeseran viskositas antara
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 tetap terjadi, namun berada di luar
rentang level yang diteliti yaitu terjadi pada penggunaan Sorbytan monooleat 80
dengan rentang level 12 sampai 13. Dengan demikian respon tersebut tidak dapat
ditunjukkan dalam contour plot tersebut.
4. Stabilitas Lotion
Stabilitas lotion menggambarkan keutuhan suatu lotion secara fisik
maupun kimiawi, baik pada saat pembuatan maupun setelah penyimpanan. Lotion
yang baik memiliki kestabilan yang maksimal, salah satunya tidak berubah bentuk
maupun berkurang jumlahnya pada saat masa penyimpanan (30 hari untuk sediaan
lotion). Hal itu menjadi parameter dalam menentukan kestabilan lotion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Persamaan desain faktorial untuk stabilitas lotion Virgin Coconut Oil
adalah Y = 104,2500– 0,2662x1 – 0,2777 x2 + 0,0147 x1.x2. Persamaan tersebut
kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 23. Contour plot stabilitas lotion
Lotion yang baik memiliki stabilitas lotion maksimal (≈ 100%), semakin
mendekati 100% berarti lotion semakin tinggi stabilitasnya. Untuk itu telah
ditentukan stabilitas yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam penelitian
adalah 99,5 % - 100%. Menurut pengisian quisioner sebagian besar memilih
formula (a) sebagai formula yang paling nyaman digunakan, namun dalam
menentukan kestabilan formula ditentukan dari besarnya stabilitas sediaan yang
paling tinggi bukan berdasarkan kenyamanan produk digunakan.
5. Contour Plot Super Imposed
Formula lotion yang optimum dapat diprediksi dengan melihat area
optimum dari tiap-tiap uji sifat fisik yang telah digabungkan menjadi satu contour
plot yang disebut contour plot super imposed. Dari contour plot super imposed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
tersebut dapat diperoleh daerah dengan komposisi Polysorbate 80 dan Sorbytan
monooleate 80 yang akan memberikan daya sebar optimum, viskositas yang
optimum, pergeseran viskositas yang mimimum, dan stabilitas lotion yang
maksimum.
Gambar 24. Contour Plot Super Impose
Berdasarkan contour plot super imposed dapat diperkirakan area
komposisi optimum lotion Virgin Coconut Oil dengan sifat fisik yang dikehendaki
dalam batas jumlah penggunaan Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80
yang diteliti. Jumlah emulgator yang digunakan sangat mempengaruhi sifat fisik
lotion terutama daya sebar lotion dan viskositas lotion. Lotion yang baik dan
memenuhi acceptability masyarakat memerlukan komposisi yang optimum dari
Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80. Area yang diwarnai pada contour
plot super imposed merupakan formula optimum yang memenuhi acceptability
konsumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian dengan metode desain faktorial dapat disimpulkan
bahwa Sorbytan monooleate 80 dominan dalam menentukan daya sebar,
viskositas, dan stabilitas lotion, sedangkan interaksi antara Polysorbate 80
dengan Sorbytan monooleate 80 dominan dalam menentukan perubahan
viskositas (selama penyimpanan).
2. Ditemukan area komposisi optimum emulgator melalui contour plot super
imposed pada faktor dan level yang diteliti yaitu pada area dengan daya sebar
antara 6,6 – 6,8 cm, pada viskositas sebesar 36 dPas – 39 dPas, serta stabilitas
sebesar 99,5% - 100%. Namun pergeseran viskositas tidak memberikan respon
pada area komposisi emulgator tersebut.
B. Saran
1. Perlu dilakukan standarisasi kadar asam laurat dalam Virgin Coconut Oil agar
benar-benar mengandung 45 % asam laurat.
2. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan emulgator yang sama
namun dengan rentang level penggunaan Sorbytan monooleate 80 yang lebih
dipendekkan, agar area optimum yang ditemukan lebih tepat dan spesifik.
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambahkan antifoaming agent
untuk menghilangkan busa yang terbentuk saat pembuatan yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
mengacaukan saat perhitungan viskositas (setelah pembuatan) sehingga lotion
menjadi lebih kental.
4. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan peralatan yang lebih
modern (tidak manual), sehingga dapat mengurangi faktor human error yang
terjadi selama proses pembuatan.
5. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambahkan fragrant atau
perfume dan zat warna untuk menyamarkan bau dan warna Sorbytan
monooleate 80 yang khas sehingga tidak dapat diterima konsumen.
6. Perlu dilakukan penelitian sejenis terhadap proses optimasi pembuatan lotion
Virgin Coconut Oil dengan menggunakan komposisi emulgator pada area
yang telah diperoleh dalam penelitian ini.
7. Perlu dilakukan uji iritasi primer pada hewan uji untuk meyakinkan bahwa
formula yang dibuat tidak mengiritasi kulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical Association, USA.
Anger, C.B., Rupp, D., Lo, P., and Takruri, H., 1996, Preservation of Dispersed
Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 2, Second Edition, Revised and Expanded, 397, Marcel Dekker, Inc., New York.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 378, Departemen Kesehatan
Republik Indonesi, Jakarta.
Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 72, 413, 687, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006 a, Glossary, http://www.lamasbeauty.com/glossary.html. Diakses
pada 23 Mei 2007. Anonim, 2006 b, Virgin Coconut Oil, http://www.coconutoil.com_oil_production.
Diakses pada 23 Desember 2006. Anonim, 2006 c, Cara Produksi VCO , http://www.vico/home/cocoil/public_html
select.php. Diakses pada 23 Desember 2006. Anonim, 2006 d, Methode Fermentasi Virgin Coconut Oil,
http://www.tropic/home/vco_howmake_methode_html.php.Diakses pada 23 Desember 2006.
Anonim, 2008, Lotiom, http://www.beauty_glossary/storage. Diakses pada
tanggal 5 juni 2008. Ansel, H.C., 1989, Intoduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, 390, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Ash, I. and Michael, 1977, A Formulary of Cosmetic Preparations, 278-279,
Chemical Publishing Co., New York. Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application,
2nd Edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Boylan, J.C., Cooper, J., and Chowhan, Z.T., 1986, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 63-65, 227, 299-300, 334-335, American Pharmaceutical Association, Washington.
Enig, Mary G, 2002, Coconut In Support of Good Health in 21th Century, Nexus
Magazine, Volume 9, No.2. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September, 90, http://www.pharmtech.com. Diakses pada 22 April 2006.
Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience
Publishers, Inc., New York. James, E.D.M., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Aplications,
265-269, Marcel Dekker, Inc., New York. Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, 4-10, 351-352, John
Wiley & Sons, Inc., USA. Rawling, A., 2002, The Skin Moisturizer, 245, 259, 560, Marcel Dekker, Inc.,
New York. Rieger, M.M., Surfactants, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S.,
(Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 267, Marcel Dekker, Inc., New York.
Shilhavy, B., 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Traditional, Inc., Philipines. Sukartin, J.K., dan Sitanggang, M., 2005, Gempur Penyakit dengan VCO, 4, 14-
17, 22-25, AgroMedia Pustaka, Jakarta. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 141, 316-343, 381-
382, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Windholz, 1976, Merck Index, 9th Edition, 581-582. Merck & Co., Inc., USA.
Zatz, J.L., Berry, J.J., and Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents in
Disperse Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 290-291, Marcel Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penimbangan
Data Penimbangan
Formula 1 a b ab
VCO 110,4 110,4 110,4 110,4 Gliserin 50 50 50 50 Twenn 80 20 20 28 28 Span 80 16 24 16 24 Asam Stearat 20 20 20 20 TEA 5 5 5 5 Metil Parabean 5,44 5,44 5,44 5,44 Aqua Ad 140 140 140 140
Total 366,84 374,84 374,84 382,84
Notasi
Level tinggi = +
Level rendah = -
Faktor A = Polysorbate 80
Faktor B = Sorbitan 80
FORMULA FAKTOR A FAKTOR B INTERAKSI
1 - - + a - + - b + - - ab + + +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 2. Data Fisis : Daya Sebar, Viskositas & Pergeseran Viskositas dan
Stabilitas Lotion.
1. Daya Sebar (satuan cm)
Formula 1 a b ab
1 7,90 6,75 7,45 6,40 2 7,80 6,65 7,50 6,50 3 7,90 6,80 7,55 6,50 4 7,90 6,65 7,45 6,40 5 7,80 6,70 7,50 6,50 6 7,80 6,65 7,55 6,40 X 7,85 6,70 7,50 6,45
SD 0,054772 0,063245 0,447213 0,054772
2. Viskositas (satuan : dPa.s) dan Perubahan Viskositas (satuan : %)
a. Formula 1
Replikasi Setelah dibuat 1 bulan δ viskositas
1 21,75 17.30 15,95141699 2 20,75 17,30 15,95141699 3 20,00 17,20 16,43724695 4 20,00 17,00 17,40890687 5 21,00 17,30 15,95141699 6 21,00 17,20 16,43724695 x 20,58333333 17,21666667 16,35627529
SD 0,71879528 0,11690452 0,567957181
b. Formula a
Replikasi Setelah dibuat 1 bulan δ viskositas
1 37,50 34,00 10,32967034 2 38,00 34,00 10,32967034 3 38,00 34,00 10,32967034 4 38,00 33,00 12,96703297 5 38,00 33,00 12,96703297 6 38,00 33,00 12,96703297 x 37,91666667 33,500 11,64835166
SD 0,20412414 0,54772255 1,444543005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
c. Formula b
Replikasi Setelah dibuat 1 bulan δ viskositas
1 25,00 23,00 14,55108356 2 26,50 25,00 7,120743046 3 27,00 24,00 10,83591332 4 27,00 24,00 10,83591332 5 28,00 24,00 10,83591332 6 28,00 24,00 10,83591332 x 26,91666667 24,000 10,83591331
SD 1,11430097 0,63245553 2,349679982
d. Formula ab
Replikasi Setelah dibuat 1 bulan δ viskositas
1 44,00 27,50 37,73584906 2 44,50 27,50 37,73584906 3 44,00 27,40 37,96226416 4 44,00 27,40 37,96226416 5 44,00 27,30 38,18867925 6 44,50 27,50 38,18867925 x 44,16666667 27,43333333 37,96226416
SD 0,25819889 0,08164965 0,202511816
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
3. Stabilitas Lotion (satuan %)
a. Formula 1
Hari
ke-
Volume lotion stabil pada tabung (ml)
1 2 3 4 5 6
0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 1 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 3 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 5 20,0 19,8 20,0 20,0 20,0 20,0 7 19,9 19,8 20,0 19,8 20,0 20,0
14 19,7 19,8 20,0 19,6 20,0 20,0 21 19,7 19,8 20,0 19,6 19,6 20,0 28 19,5 19,5 19,8 19,4 19,4 19,4 30 19,5 19,5 19,6 19,4 19,4 19,4 x 19,81111 19,80000 19,93333 19,75555 19,82222 19,86666
Hari
ke-
Persentase lotion stabil pada tabung (%)
1 2 3 4 5 6
0 100 100 100 100 100 100 1 100 100 100 100 100 100 3 100 100 100 100 100 100 5 100 99,0 100 100 100 100 7 99,5 99,0 100 99,0 100 100
14 98,5 99,0 100 98,0 100 100 21 98,5 99,0 100 98,0 98,0 100 28 97,5 97,5 99,0 97,0 97,0 97,0 30 97,5 97,5 98,0 97,0 97,0 97,0
x 99,05555
5 99,00000
0 99,66666
6 98,77777
7 99,11111
1 99,3333
3 x tota
l 99,157407
SD 1,073674 0,968245 0,707106 1,301708 1,364225 1,322875
SD
total 1,122972
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
b. Formula a
Hari
ke-
Volume lotion stabil pada tabung (ml)
1 2 3 4 5 6
0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 1 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 3 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 5 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 7 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0
14 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 21 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 28 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 20,0 30 20,0 19,8 20,0 19,8 19,9 20,0 x 20,000000 19,977778 20,000000 19,955555 19,988889 20,000000
Hari
ke-
Persentase lotion stabil pada tabung (%)
1 2 3 4 5 6
0 100 100 100 100 100 100 1 100 100 100 100 100 100 3 100 100 100 100 100 100 5 100 100 100 100 100 100 7 100 100 100 100 100 100
14 100 100 100 100 100 100 21 100 100 100 100 100 100 28 100 100 100 99,0 100 100 30 100 99,0 100 99,0 99,5 100
x 100,000
0 99,88888
9 100,0000
0 99,77777
8 99,94444
4 100,0000
0 x total 99,388885
SD 0 0,333333 0 0,440958 0,166666 0 SD
total 0,156826
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
c. Formula b
Hari
ke-
Volume lotion stabil pada tabung (ml)
1 2 3 4 5 6
0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 1 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 3 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 5 20,0 19,8 20,0 20,0 20,0 20,0 7 20,0 19,8 20,0 20,0 19,7 19,6
14 19,8 19,8 20,0 19,6 19,4 19,5 21 19,8 19,4 19,8 19,6 19,4 19,5 28 19,8 19,4 19,6 19,4 19,4 19,4 30 19,6 19,4 19,6 19,4 19,2 19,4 x 19,888889 19,733333 19,888889 19,777777 19,677777 19,711111
Hari
ke-
Persentase lotion stabil pada tabung (%)
1 2 3 4 5 6
0 100 100 100 100 100 100 1 100 100 100 100 100 100 3 100 100 100 100 100 100 5 100 99,0 100 100 100 100 7 100 99,0 100 100 98,5 98,0
14 99,0 99,0 100 98,0 97,0 97,5 21 99,0 97,0 99,0 98,0 97,0 97,5 28 99,0 97,0 98,0 97,0 97,0 97,0 30 98,0 97,0 98,0 97,0 96,0 97,0
x 99,4444
4 98,66666
7 99,44444
4 98,88888
9 98,38888
9 98,55555
6 x tota
l 98,824074
SD 0,72648
3 1,322875 0,881917 1,364225 1,654119 1,401883
SD
total 1,225250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
d. Formula ab
Hari
ke-
Volume lotion stabil pada tabung (ml)
1 2 3 4 5 6
0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 1 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 3 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 5 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 7 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0
14 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 21 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 28 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 30 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 x 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000
Hari ke- Persentase lotion stabil pada tabung (%)
1 2 3 4 5 6
0 100 100 100 100 100 100 1 100 100 100 100 100 100 3 100 100 100 100 100 100 5 100 100 100 100 100 100 7 100 100 100 100 100 100
14 100 100 100 100 100 100 21 100 100 100 100 100 100 28 100 100 100 100 100 100 30 100 100 100 100 100 100 x 100 100 100 100 100 100
x total 100 SD 0 0 0 0 0 0
SD total 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 3. Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Daya Sebar
1. Daya Sebar
Formula Span 80 Twenn 80 Interaksi Respon
1 - - + 7,85 a + - - 6,70 b - + - 7,50
ab + + + 6,45
Formula Span 80 Twenn 80 Respon
1 16 20 7,85 a 24 20 6,70 b 16 28 7,50
ab 24 28 6,45
Twenn 80 LR Span 80 LT Span 80
20 7,85 6,70 28 7,50 6,45
a. Efek Span 80
2)()1( baba −+−
=
1,12
50,745,685,770,6−=
−+−=
b. Efek Twenn 80
2)()1( aabb −+−
=
3,02
70,645,685,750,7−=
−+−=
c. Interaksi
2)1()( −−−
=abab
05,02
85,770,650,745,6=
+−−=
2. Viskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Formula Span 80 Twenn 80 Interaksi Respon
1 - - + 20,58333333 a + - - 37,91666667 b - + - 26,91666667
ab + + + 44,16666667
Formula Span 80 Twenn 80 Respon 1 16 20 20,58333333 a 24 20 37,91666667 b 16 28 26,91666667
ab 24 28 44,16666667
Twenn 80 LR Span 80 LT Span 80 20 20,58333333 37,91666667 28 26,91666667 44,16666667
a. Efek Span 80
2)()1( baba −+−
=
29166667,172
91666667,2616666667,4458333333,2091666667,37=
−+−=
b. Efek Twenn 80
2)()1( aabb −+−
=
29166667,62
91666667,3716666667,4458333333,2091666667,26=
−+−=
c. Interaksi
2)1()( −−−
=abab
04166667.02
58333333,2091666667,3791666667,2616666667,44−=
+−−=
3. Pergeseran Viskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Formula Span 80 Twenn 80 Interaksi Respon
1 - - + 16,35627529 a + - - 11,64835166 b - + - 10,83591331 ab + + + 37,96226416
Formula Span 80 Twenn 80 Respon
1 16 20 16,35627529 a 24 20 11,64835166 b 16 28 10,83591331
ab 24 28 37,96226416
Twenn 80 LR Span 80 LT Span 80
20 16,35627529 11,64835166 28 10,83591331 37,96226416
a. Efek Span 80
2)()1( baba −+−
=
20921361,112
83591331,1096226416,3735627529,1664835166,11=
−+−=
b. Efek Twenn 80
2)()1( aabb −+−
=
39677526,102
64835166,1196226416,3735627529,1683591331,10=
−+−=
c. Interaksi
2)1()( −−−
=abab
91713724,152
35627529,1664835166,1183591331,1096226416,37=
+−−=
4. Stabilitas Fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Formula Span 80 Twenn 80 Interaksi Respon
1 - - + 99,157407 a + - - 99,388885 b - + - 98,824074
ab + + + 100
Formula Span 80 Twenn 80 Respon
1 16 20 99,157407 a 24 20 99,388885 b 16 28 98,824074
ab 24 28 100
Twenn 80 LR Span 80 LT Span 80
20 99,157407 99,388885 28 98,824074 100
a. Efek Span 80
2)()1( baba −+−
=
703702,02
824074,98100157407,99388885,99=
−+−=
b. Efek Twenn 80
2)()1( aabb −+−
=
138891,02
388885,99100157407,99824074,98=
−+−=
c. Interaksi
2)1()( −−−
=abab
472224,02
157407,99388885,99824074,98100=
+−−=
Lampiran 4 : Persamaan Regresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLOT
Persamaan Umum :
Y = b0 + b1 x1 + b2 x2 + b12 x1 x2
Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati.
x1, x2 = level bagian x1, bagian x2.
b0, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaan.
b0 = rata-rata hasil semua percobaan.
1. Daya Sebar
(1) 7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20)
= b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 6,70 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20)
= b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
(b) 7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28)
= b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 6,45 = b0 + 24 b1 + 28 b2+ b12 (24) (28)
= b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
Eliminasi (1) dan (a)
(1) 7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 6,70 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
1,15 = -8 b1 – 160 b12 ....................................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab)
(b) 7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 6,45 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
1,05 = -8 b1 – 224 b12....................................................(II)
Eliminasi (I) dan (II)
(I) 1,15 = -8 b1 – 160 b12
(II) 1,05 = -8 b1 – 224 b12
0,10 = 64 b12
b12 = 0,0015625
Substitusi b12 ke (I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
(I) 1,15 = -8 b1 – 160 b12
1,15 = -8 b1 – 160 (0,0015625)
1,15 = -8 b1 – 0,25
1,4 = -8 b1
b1 = -0,175
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b)
(I) 7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
7,85 = b0 + 16 (-0,175) + 20 b2 + 320 (0,0015625)
7,85 = b0 - 2,8 + 20 b2+ 0,5
7,85 = b0+ 20 b2 - 2,3
10,15= b0 + 20 b2 ...............................................................(III)
(b) 7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2+ 448 b12
7,50 = b0 + 16 (-0,175) + 28 b2 + 448 (0,0015625)
7,50 = b0- 2,8 + 28 b2 + 0,7
7,50 = b0 + 28 b2 – 2,1
9,6 = b0+ 28 b2...............................................................(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV)
(III) 10,15 = b0 + 20 b2
(IV) 9,6 = b0 + 28 b2
(V) 0,55 = - 8 b2
b2 = -0,06875
Substitusi ke persamaan (III)
(III) 10,15 = b0 + 20 b2
10,15 = b0 + 20 (-0,06875)
10,15 = b0 - 1,375
b0 = 11,525
2. Viskositas
Y = 11,525 – 0,175 x1 – 0,06875 x2 + 0,0015625 x1 x2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
(1) 20,58333333 = b0+ 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20)
= b0+ 16 b1 + 20 b2+ 320 b12
(a) 37,91666667 = b0+ 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20)
= b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
(b) 26,91666667 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28)
= b0+ 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 44,16666667 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28)
= b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
Eliminasi (1) dan (a)
(1) 20,58333333 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 37,91666667 = b0 + 24 b1 + 20 b2+ 480 b12
-17,33333334 = -8 b1 – 160 b12
17,33333334 = 8 b1 + 160 b12......................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab)
(b) 26,91666667 = b0+ 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 44,16666667 = b0 + 24 b1 + 28 b2+ 672 b12
-17,25 = -8 b1 – 224 b12
17,25 = 8 b1 + 224 b12......................................(II)
Eliminasi (I) dan (II)
(I) 17,33333334 = 8 b1 + 160 b12
(II) 17,25 = 8 b1 + 224 b12
0,08333334 = -64 b12
b12 = -0,001302083438
Substitusi b12 ke (I)
(I) 17,33333334 = 8 b1 + 160 b12
17,33333334 = 8 b1 + 160 (-0,001302083438)
17,33333334 = 8 b1 + 0,20833335
17,54166669 = 8 b1
b1 = 2,192708336
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
(1) 20,58333333 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
20,58333333= b0 + 16 (2,192708336) + 20 b2 + 320 (-0,001302083438)
20,58333333 = b0 + 35,08333338 + 20 b2 + 0,4166667
20,58333333 = b0+ 20 b2 +34,66666668
-14,08333335 = b0 + 20 b2 ..........................................(III)
(b) 26,91666667 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
26,91666667= b0 + 16 (2,192708336) + 28 b2 + 448 (-0,001302083438)
26,91666667 = b0 + 35,08333338+ 28 b2 + 0,58333338
26,91666667 = b0 + 28 b2+ 34,5
-7,58333333 = b0 + 28 b2........................................(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV)
(III) -14,08333335 = b0 + 20 b2
(IV) -7,58333333 = b0 + 28 b2
-6,50000002 = - 8 b2
b2 = 0,812500002
Substitusi ke persamaan (III)
(IV) -14,08333335 = b0 + 20 b2
(V) -14,08333335 = b0 + 20 (0,812500002)
-14,08333335 = b0+ 16,25000005
b0 = -30,3333334
3. Pergeseran Viskositas
(1) 16,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20)
= b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 11,64835166 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20)
= b0+ 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
(b) 10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28)
= b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 37,96226416 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28)
Y = -30,3333334 + 2,192708336 x1 + 0,812500002 x2 – 0,001302083438 x1 x2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
= b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
Eliminasi (1) dan (a)
(1) 16,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 11,64835166 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
4,70792363 = -8 b1 - 160 b12........................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab)
(b) 10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 b12
(ab) 37,96226416 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
-27,12635085 = -8 b1 – 224 b12.....................................(II)
Eliminasi (I) dan (II)
(I) 4,70792363 = -8 b1 - 160 b12
(II) -27,12635085 = -8 b1 - 224 b12
31,83427448 = 64 b12
b12 = 0,497410538
Substitusi b12 ke (I)
(I) 4,70792363 = -8 b1 - 160 b12
4,70792363 = -8 b1 - 160 (0,497410538)
4,70792363 = -8 b1 – 79,5856862
84,29360983 = -8 b1
b1 = -10,53670123
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b)
(1) 6,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
6,35627529 = b0 + 16 (-10,53670123) + 20 b2 + 320 (0,497410538)
6,35627529 = b0 – 168,5872197 + 20 b2 + 159,1713722
6,35627529 = b0+ 20 b2 – 9,41584754
15,77212283 = b0 + 20 b2 .........................................................(III)
(b) 10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
10,83591331 = b0 + 16 (-10,53670123) + 28 b2+ 448 (0,497410538)
10,83591331 = b0 – 168,5872197 + 28 b2 + 222,839921
10,83591331 = b0 + 28 b2 + 54,25270132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
-43,41678801 = b0 + 28 b2........................................................(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV)
(III) 15,77212283 = b0 + 20 b2
(IV) -43,41678801 = b0 + 28 b2
59,18891084 = - 8 b2
b2 = -7,398613855
Substitusi ke persamaan (III)
(III) 15,77212283 = b0 + 20 b2
15,77212283 = b0 + 20 (-7,398613855)
15,77212283 = b0 – 147,9722771
b0 = -132,200154
4. Stabilitas Fisik
(1) 99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20)
= b0+ 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 99,388885 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20)
= b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
(b) 98,824074 = b0+ 16 b1 + 28 b2+ b12 (16) (28)
= b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 100 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28)
= b0 + 24 b1 + 28 b2+ 672 b12
Eliminasi (1) dan (a)
(1) 99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a) 99,388885 = b0 + 24 b1 + 20 b2+ 480 b12
-0,231478 = -8 b1 – 160 b12 ........................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab)
Y = -132,200154 – 10,53670123 x1 – 7,398613855 x2 + 0,497410538 x1.x2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
(b) 98,824074 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab) 100 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
-1,175926 = -8 b1 - 224 b12.....................................(II)
Eliminasi (I) dan (II)
(V) -0,231478 = -8 b1 - 160 b12
(VI) -1,175926 = -8 b1 - 224 b12
0,944448 = 64 b12
b12 = 0,014757
Substitusi b12 ke (I)
(I) -0,231478 = -8 b1- 160 b12
-0,231478 = -8 b1- 160 (0,014757)
-0,231478 = -8 b1 - 2,36112
8 b1 = -2,129642
b1 = -0,26620525
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b)
(1) 99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
99,157407 = b0 + 16 ( -0,26620525) + 20 b2 + 320 (0,014757)
99,157407 = b0 – 4,259284 + 20 b2 + 4,72224
99,157407 = b0+ 20 b2 + 0,462956
98,694451 = b0 + 20 b2 .........................................................(III)
(b) 98,824074 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
98,824074 = b0 + 16 (-0,26620525) + 28 b2 + 448 (0,014757)
98,824074 = b0 – 4,259284 + 28 b2+ 6,611136
98,824074 = b0 + 28 b2+ 2,351852
96,472222 = b0 + 28 b2.........................................................(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV)
(VII) 98,694451 = b0 + 20 b2
(VIII) 96,472222 = b0 + 28 b2
2,222229 = - 8 b2
b2 = -0,277778625
Substitusi ke persamaan (III)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
(IV) 98,694451 = b0 + 20 b2
98,694451 = b0 + 20 (-0,277778625)
98,694451 = b0 – 5,5555725
b0 = 104,2500235
Lampiran 5. Gambar Virgin Coconut Oil yang Digunakan dalam Penelitian
Y = 104,2500235 – 0,26620525 x1 – 0,277778625 x2 + 0,014757 x1.x2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
(a) (b)
(c) (d)
Lampiran 6. Gambar Penampilan Fisik Lotion Virgin Coconut Oil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
(formula 1) (formula a)
(formula b) (formula ab)
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Skripsi berjudul: Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan Monooleat 80 sebagai Emulsifier dalam Formula Moisturizing Lotion Virgin Coconut Oil (VCO): Aplikasi Desain Faktorial ini ditulis oleh seorang putri bernama lengkap Shinta Dian Asmara anak ketiga dari pasangan Soekirman Dhanu Asmoro dan Upik Supiyati. Penulis dilahirkan di Kebumen, 28 Juli 1985. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya di SD Katolik Pius Bhakti Utama I Gombong tahun 1997, penulis meneruskan pendidikannya ke SMP Negeri II Gombong. Kemudian pada tahun 2003 setelah menempuh pendidikan menengah di SMU Negeri I Gombong, penulis meniti pendidikan lebih lanjut ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis lulus sebagai Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada tahun 2008. Selama menjalani studi di Fakultas Farmasi, penulis aktif sebagai pengurus organisasi sebagai Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF), dan pernah beberapa kali menjadi asisten mata kuliah Praktikum, antara lain: Farmakologi (2005), dan Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semipadat (2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related