UPAYA MENINGKATKAN
PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM LITURGI
MELALUI PENDAMPINGAN ROHANI
DI STASI IGNASIUS LOYOLA, SAMIGALUH,
PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULON PROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Paskalena Daby
NIM: 081124035
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur
kupersembahkan skripsi ini untuk:
kedua orang tuaku, Bapak Ananias Daby,
dan Mama Magdalena Mabel,
adikku Natalia Daby,
serta bagi seluruh putra-putri Altar
di Stasi Ignasius Loyola Samigaluh,
Paroki Santa Lisieux, Boro, Kulon Progo
Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Tuhan berfirman kepadaku:
Janganlah katakan aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau
Kuutus, haruslah engkau pergi dan apapun yang Ku-perintahkan
kepadamu haruslah kau sampaikan.”
(Yer 1:7)
“Aku tidak berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan
seolah-olah dengan paksa melainkan dengan sukarela”.
(Flp 1:14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
Penulis,
Paskalena Daby
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Paskalena Daby
NIM : 081124035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:
UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM
LITURGI, MELALUI PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI IGNASIUS
LOYOLA SAMIGALUH, PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULON
PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau di media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royaliti
kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
Yang menyatakan,
Paskalena Daby
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUTRA-
PUTRI ALTAR DALAM LITURGI, MELALUI PENDAMPINGAN ROHANI
DI STASI IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH, PAROKI SANTA LISIEUX,
BORO, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, dipilih
berdasarkan kenyataan bahwa di tempat ini pendampingan rohani putra-putri altar
belum terlaksana dengan baik. Maka, salah satu cara yang digunakan untuk
meningkatkan pemahaman putra-putri altar adalah melalui pendampingan rohani
dalam bentuk rekoleksi.
Untuk mengkaji masalah tersebut diperlukan data yang akurat, maka
penulis melakukan penelitian dengan metode pengamatan dan wawancara
terpimpin dengan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara di stasi Samigaluh, sudah dilaksanakan pada tanggal 19
Desember 2013-20 Januari 2014 dengan 11 informan. Wawancara dilakukan
secara langsung kepada putra-putri altar dan beberapa pendamping putra-putri
altar di Stasi Samigaluh untuk mengetahui sejauh mana pendampingan rohani
yang dilaksanakan selama ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendampingan rohani putra-putri altar, selama ini kurang mendapat perhatian dari
paroki Boro maupun dari Stasi Samigaluh. Hambatan lain yang dirasakan
sehingga pendampingan rohani tidak berjalan lancar karena di Stasi Samigaluh
tidak mempunyai sumber bahan atau buku-buku pendukung. Selain itu, dukungan
dari orangtua maupun wilayah tidak ada. Di sisi lain, karena tidak ada
pendamping profesional yang mengarahkan putra-putri altar untuk memahami
peralatan liturgi. Bahkan struktur kepengurusan pun tidak jelas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa putra-putri
altar sebagian besar anggotanya para remaja usia tangguh. Maka, mereka ini perlu
dibina bahkan diarahkan secara terus-menerus melalui kegiatan-kegiatan
pendukung seperti rekoleksi, camping rohani atau retret agar melalui kegiatan-
kegiatan tersebut membantu mereka untuk lebih memahami peralatan liturgi
sehingga kelak mereka bertugas melayani Imam sebagai wakil Tuhan dengan
baik. Oleh sebab itu, penulis mengusulkan program rekoleksi dengan beberapa
sesi yang rencananya dilaksanakan di dalam Gereja Samigaluh. Program rekoleksi
tersebut sudah dilaksanakan dan hasilnya sangat memuaskan. Harapan
selanjutnya, semoga program rekoleksi seperti ini dapat digunakan dengan baik
oleh pihak-pihak yang terkait secara kontinyu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is IMPROVING THE SERVICE OF ALTAR
SERVERS BY CATECHETICAL INSTRUCTIONS, BASED ON A STUDY
IN THE SAMIGALUH DISTRICT OF THE LISIEUX PARISH BORO /
YOGYAKARTA. This study was chosen because there is a real lack of spiritual
mentoring for altar servers in Samigaluh. So spiritual mentoring by recollection
appeared as most fitting to improve the service of altar servers.
The solving of this problem needed accurate facts and datas. Therefore the
author made an investigation by interviews and questionnaires. These
investigations were done between December 19, 2013 and January 20, 2014 by
interviews with 11 informants. Direct interviews have been done with the altar
servers and some of their leaders in the Samigaluh district in order to know how
far until now the altar servers got spiritual assistance in doing their services. The
results of this investigations showed that until now there was no spiritual
assistance of the altar servers by the parish priests in Boro meither by the leaders
of the Samigaluh district. Another obstacle for spiritual assistance was the absence
of aids like handbooks. Furthermore there was no support by the parents of the
altar servers neither by the representatievs of the Samigaluh district. And of
course there was nobody who tried to train the altar servers, to make them known
in using the liturgical equipments.
According to the results of this investigations it became apparent that the
altar servers in Samigaluh - most of them are teenagers - should be trained, not
only once but continuously by efforts like recollections, spiritual camping, retreats
as well as special trainings. By these efforts they will become altar servers that
can handle liturgical equipments and will be able to serve the priest as a
representative of God. Therefore the author tries to offer a recollection program
including a couple of sessions to be realized in the chapel of Samigaluh. This
program has been realized and the result was successful as explained in this thesis.
One hopes the recollection program as proposed in this thesis will be further used
by the persons concerned.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
kasih dan kebaikan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul, UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR
DALAM LITURGI, MELALUI PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI
IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH, PAROKI SANTA LISIEUX, BORO,
KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Penulisan skripsi ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap putra-putri
altar demi memperkenalkan peralatan liturgi, warna liturgi yang digunakaan
dalam perayaan Ekaristi, serta sikap-sikap liturgis yang baik dalam melayani
imam di altar. Putra-putri altar perluh diberikan pendampingan rohani agar
mereka termotivasi melayani imam di altar. Upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan pendampingan rohani melalui berbagai kegiatan seperti rekoleksi,
camping rohani dan ziarah.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan rasa syukur dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Karl-Edmund Prier, S.J., Lic.Phil., selaku dosen pembimbing utama, yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna membimbing,
mengarahkan, memberi masukan serta saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji II, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
penulis dalam menyelesaikan studi di sini serta memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi.
3. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III, yang senantiasa
memberikan dukungan dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Santa Dharma, yang telah memberikan dukungan dan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK yang telah mendukung,
menyemangati, membimbing, mendidik dan mengarahkan penulis selama
menjalankan pendidikan di Prodi IPPAK ini.
6. Keluargaku tercinta, Bapak Ananias Daby dan Mama Magdalena Mabel serta
adikku Natalia Daby dan sanak-saudara yang selalu mendukung dalam doa,
dana dan memberikan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.
7. Pater Niko Syukur Dister, OFM yang telah membiayai studi dan biaya hidup
selama studi di IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
Penulis
Paskalena Daby
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................
MOTTO ................................................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............................
ABSTRAK ............................................................................................................
ABSTRACT ............................................................................................................
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang...……………….…......................................................
B. Rumusan Masalah...…………………………....…..............................
C. Tujuan Penulisan…………...................................................................
D. Manfaat Penulisan.………………………………................................
E. Metodologi Penulisan............................................................................
F. Sistematika Penulisan............................................................................
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUTRA-PUTRI
ALTAR DALAM LITURGI………………………………………….
A. Pelayanan Putra-putri Altar dalam Liturgi………………………........
1. 1. Sejarah Singkat Munculnya Putra-putri Altar……………………...
2. 2. Pengertian Putra-putri Altar……………………………………......
3. 3. Dua segi dalam Pembinaan Putra-putri Altar………………………
a. Putra-putri Altar sebagai Pribadi………………………………..
b. Putra-putri Altar sebagai Kelompok……………………………
4. Organisasi Putra-putri Altar………………………………………..
a. Pengertian Organisasi…………………………………………...
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xvii
1
1
6
6
7
8
8
10
10
10
13
14
14
15
17
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
b. Syarat-syarat menjadi Anggota Putra-putri Altar…………........
c. Pelantikan Anggota Putra-putri Altar………………………......
4. Tugas Putra-putri Altar…………………………………………….
a. Tugas Putra-putri Altar sebelum Perayaan Ekaristi…………….
b. Tugas Putra-putri Altar selama Perayaan Ekaristi……………...
c. Tugas Putra-putri Altar sesudah Perayaan Ekaristi……………..
d. Perbedaan Tugas pada Masa Biasa dengan Masa Khusus (Hari
Raya)…………………………………………………………....
5. Pakaian Putra-putri Altar…………………………………………..
6. Peralatan dalam Gedung Gereja…………………………………...
B. Liturgi…………………………………………………………………
1. Pengertian Liturgi…………………………………………………..
2. Beberapa Unsur Mengenai Liturgi…………………………………
a. Liturgi sebagai Puncak Perayaan Iman………………………....
b. Keikutsertaan Aktif Kaum Beriman dalam Perayaan Ekaristi….
c. Liturgi sebagai Perayaan Syukur………………………………..
d. Liturgi sebagai Perayaan Kurban……………………………….
e. Liturgi sebagai Kenangan……………………………………….
f. Liturgi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja………...
3. Sikap-sikap yang Baik sebagai Seorang Pelayan………………….
4. Peralatan untuk Perayaan Ekaristi…………………………………
5. Bahan-bahan yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi…………...
6. Warna-warna Liturgi………………………………………………
7. Petugas Liturgi……………………………………………………..
a. Pengertian Petugas……………………………………………..
b. Petugas Tertahbis ………………………………………………
c. Petugas yang tak Tertahbiskan………………………………….
C. Pendampingan Rohani Putra-putri Altar……………………………...
1. Pengertian Pendampingan………………………………………….
2. Pengertian Rohani…………………………………………………
3. Pengertian Pendampingan Rohani…………………………………
18
19
20
20
20
21
21
27
28
30
31
32
32
33
33
34
35
35
36
39
42
44
46
46
47
48
51
51
52
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Tujuan Pendampingan……………………………………………...
5. Manfaat Pendampingan…………………………………………….
D. Nilai-nilai yang Baik yang perlu dimiliki oleh Putra-putri Altar…….
1. Menjadi Teladan…………………………………………………...
2. Melayani dengan Sukarela bukan Paksaan………………………...
3. Melayani dengan Penuh Pengabdian………………………………
BAB III. PENELITIAN TENTANG PELAYANAN PUTRA-PUTRI
ALTAR DALAM LITURGI DI STASI SAMIGALUH……………...
A. Gambaran Umum Paroki Boro dan Stasi Samigaluh…………............
1. Gambaran Umum Paroki Santa Lisieux Boro, Yogyakarta………..
a. Sejarah Singkat Paroki Santa Lisiux Boro, Yogyakarta………...
b. Letak dan Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro…
2. Gambaran Umum Stasi Ignasius Loyola Samigaluh……………..
a. Sejarah Singkat Stasi Ignasius Loyola Samigaluh……………...
b. Letak dan Batas-batas Geografis Stasi Ignasius Loyola
Samigaluh……………………………………………………….
c. Jumlah Lingkungan dan Jumlah Umat yang Ada di Stasi
Ignasius Loyola Samigaluh…………………………………….
d. Gambaran umum Putra-putri altar di Stasi Samigaluh………….
B. Metodologi Penelitian………………………………………………...
1. Jenis Penelitian……………………………………………………
2. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….
3. Responden Penelitian……………………………………………..
4. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..
5. Keabsahan Data…………………………………………………...
6. Teknik Analisis Data……………………………………………...
7. Hasil dan Pembahasan Penelitian…………………………………
a. Indentitas Responden ………………………………………….
b. Syarat-Syarat yang digunakan untuk menjadi Anggota Putra-
putri Altar………………………………………………………
c. Mengikuti kegiatan yang memotifasi seperti rekoleksi, retret,
camping rohani dan ziarah ke gua Maria………………………
53
54
54
54
55
56
57
57
57
57
62
62
62
64
65
66
67
67
68
68
68
69
70
70
70
74
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
d. Kesulitan yang anda rasakan pada saat melayani Imam……….
e. Kesulitan yang dirasakan pendamping ketika melakukan
pendampingan terhadap putra-putri altar di Stasi Samigaluh….
f. Pendampingan rohani yang sudah diusahakan dari Stasi
Samigaluh……………………………………………………...
g. Materi pendampingan rohani yang diberikan kepada putra-
putri altar……………………………………………………….
h. Dukungan para orang tua bila diadakan pendampingan rohani..
i. Banyaknya kegiatan pendampingan rohani yang
diselenggarakan dari Stasi Samigaluh…………………………
j. Tanggapan pendamping atas suatu kegiatan yang
diselenggarakan………………………………………………..
k. Tanggapan putra-putri altar bila diadakan suatu kegiatan
pendampingan rohani…………………………………………..
l. Pembekalan tentang liturgi…………………………………….
m. Sumber-sumber pendukung yang digunakan dalam
Pendampingan Rohani…………………………………………
n. Jadwal misdinar yang ada di Stasi Samigaluh………………..
o. Sejak kapan mulai menjadi Putra-putri Altar………………….
p. Anak-anak yang aktif bertugas pada Hari Raya dan Hari
Minggu Biasa…………………………………………………..
q. Mengadakan evaluasi setelah pesta maupun kegiatan-kegiatan
lainnya………………………………………………………….
r. Jumlah Putra-putri Altar pada tahun 2011-2013……………….
s. Keseluruhan jumlah anak SD, SMP dan SMA yang mengikut
misdinar………………………………………………………..
t. Harapan Kedepannya…………………………………………..
BAB IV. SUATU KONSEP DAN USULAN PENDAMPINGAN ROHANI
BAGI PUTRA-PUTRI ALTAR SEBAGAI PETUGAS
LITURGI…………………………………………………………….
A. Pemikiran Dasar Pendampingan............................................................
B. Langkah-langkah Rekoleksi yang diadakan di dalam Gereja Stasi
Samigaluh……………………………………………………………..
1. Jadwal Rekoleksi…………………………………………………...
2. Identitas…………………………………………………………….
77
79
80
82
83
85
87
88
88
90
91
93
94
95
96
96
97
98
98
99
99
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3. Pemikiran Dasar……………………………………………………
4. Langkah-langkah Rekoleksi………………………………………..
C. Laporan Tentang Pelaksanaan Rekoleksi…………………………….
1. Yang Sama dengan Konsep Awal…………………………………
2. Yang Tidak Sama dengan Konsep Awal…………………………..
3. Perubahan Setelah Rekoleksi………………………………………
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….....
A. Kesimpulan…………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....
LAMPIRAN……………………………………………………………………...
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Mengadakan Penelitian……………...
Lampiran 2: Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian…………..
Lampiran 3: Surat Pemilihan Struktur Kepengurusan Yang Baru………...
Lampiran 4: Pedoman Pertanyaan Wawancara bagi Pembina Putra-putri
Altar………………………………………………………….
Lampiran 6: Hasil Wawancara Pembina Putra-putri Altar………………...
Lampiran 7: Pedoman Pertanyaan Wawancara Putra-putri Altar…………
Lampiran 8: Hasil Wawancara Putra-putri Altar………………………….
Lampiran 17: Wawancara di Gereja Kotabaru dan Samigaluh……………
Lampiran 18: Soal tes tentang peralatan liturgi……………………………
Lampiran 19: Hasil Evaluasi Putra-putri Altar……………………………
Lampiran 20: Hasil Evaluasi Pendamping Putra-putri altar………………
Lampiran 21: Hasil Evaluasi Orangtua Putra-putri altar…………………
102
103
118
118
119
120
123
123
125
128
130
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(9)
(10)
(29)
(31)
(36)
(41)
(42)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti mengikuti
Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.
(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik
Departemen Agama Repubik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:
Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
PUMR :Pedoman Umum Misale Romawi, Institutio Generalis Missalis
Romani, tentang dari hasil sidang Konferensi Waligereja
Indonesia 23-26 April 2002.
SC : Sacrosanctun Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang
Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Dkk : Dan kawan-kawan
DSA : Doa Syukur Agung
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KBP : Karya Bakti Paroki
KK : Kepala Keluarga
KKMK : Kelompok Karyawan Muda Katolik
KKN : Kuliah Kerja Nyata
KLRJP : Komisi Liturgi Region Jawa Plus
KM : Kilo Meter
KOMKAT : Komisi Kateketik
M : Meter
OMK : Orang Muda Katolik
PIA : Pendampingan Iman Anak
PMKRI : Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia
PPA : Putra-Putri Altar
PPIA : Pusat Penelitian dan Informasi Alocita
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
TPE : Tata Perayaan Ekaristi
WK : Wanita Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Gereja Katolik mempunyai banyak wadah. Ada kelompok PMKRI
(Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), ada kelompok Legio Mariae,
kelompok Karismatik dan ada juga Kelompok Karyawan Muda Katolik (KKMK),
(PPIA, 1991: 2). Selain itu, ada kelompok Kor, kelompok OMK (Orang Muda
Katolik), kelompok PIA (Pendampingan Iman Anak) termasuk kelompok PPA
(Putra-putri Altar).
Secara khusus skripsi ini akan membahas tentang pelayanan putra-putri altar
di Stasi Samigaluh. Namun, sebelum masuk dalam pembahasan selanjutnya perlu
mengetahui sejarah singkat mengenai putra-putri altar. Awal munculnya pelayanan
putra altar bertolak dari tugas akolit dalam Gereja Romawi sejak abab ke-3. Tugas
akolit sebagai pelayan merupakan suatu tugas klerus artinya yang bertugas hanya
orang-orang yang sudah ditahbiskan. Tugas ini mulai mengalami perubahan pada
abab ke-8 karena muncul ”missa privata”, yang artinya dimana tiap imam sering
merayakan misa sendiri-sendiri dalam Gereja pada waktu yang sama di tempat yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, Gereja menuntut setidak-tidaknya satu pelayan harus
hadir sebagai wakil jemaat untuk merayakan misa secara bersama-sama. Pada saat
Ekaristi pelayan misa dilakukan oleh anak-anak laki-laki yang sejak usia dini belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk menjadi calon imam dan dididik untuk kemudian menjadi Imam. Namun,
dengan berjalannya waktu tugas pelayanan misa mulai mengalami perubahan sesuai
dengan kebiasaan dan tuntutan zaman. Misalnya pada zaman Barok (abad 17-18)
putra altar diberi tugas yang mirip dengan pelayan anak di istana bangsawan,
termasuk juga cara berpakaian dan penampilannya secara dekoratif yang artinya
tidak hanya perorangan tetapi dalam kelompok dengan membawa lilin, saat berjalan
dan bergerak bersama-sama secara teratur dengan berpakaian khusus. Kebiasaan di
istana bangsawan inilah, lalu kemudian diterapkan pada putra altar, maka hingga
kini putra altarpun bergerak secara bersama-sama dan mempunyai pakain khusus
hingga dipakai sampai sekarang.
Barulah pada tahun 1994, para ahli liturgi mulai menegaskan ketentuan
hukum Gereja yang bersangkutan harus ditafsirkan menurut Dasar Teologis
Konstitusi Liturgi dari Konsili Vatikan II, yakni bahwa pria maupun wanita atau
putra maupun putri dapat melaksanakan tugas sebagai pelayan misa berdasarkan
sakramen baptis (Meisner, 1998: 141). Ungkapan ini juga diperkuat, setelah Konsili
Vatikan II, dimana Gereja membuka jalan selebar-lebarnya bagi umat yang ingin
berpartisipasi memeriahkan liturgi dengan cara yang wajar dan berkenan kepada
Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu sendiri. Berdasarkan tuntutan kebutuhan
Gereja zaman sekarang dalam hal pelayanan sangat dibutuhkan tenaga pelayan
dimana-mana, maka tugas ini diperkenankan juga diambil alih oleh misdinar atau
putra-putri altar (Martasudjita, 2008: 13-14).
Kelompok putra-putri altar merupakan kelompok remaja katolik yang sudah
menerima sakramen pembaptisan dan dimasukkan menjadi anggota Gereja secara
syah. Putra-putri altar atau yang sering disebut dengan misdinar adalah suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kelompok remaja Katolik yang terdiri dari anak-anak yang sudah menerima komuni
pertama. Mereka ini mempunyai tugas dan tanggungjawab yakni melayani Imam
sewaktu Imam mempersembahkan perayaan Ekaristi. Jenjang pendidikan putra-putri
altar mulai dari kelas 1V SD sampai usia SMA. Pada usia remaja ini, mereka sedang
dalam proses mencari jati diri, maka lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka
bergerak untuk menemukan jati diri sendiri (Martasudjita, 2008: 16). Selain itu,
putra-putri altar merupakan suatu profesi yang membutuhkan kerelaan diri untuk
siap-sedia melayani Imam selama mempersembahkan perayaan Ekaristi, baik ketika
mengadakan misa harian, misa mingguan, hari raya dan hari-hari khusus seperti
pemberkatan perkawinan, dll. Pada usia remaja ini, mereka sedang dalam proses
perkembangan secara fisik maupun rohani. Dalam perkembangannya mereka
menerima pengaruh positif dan negatif dari luar dirinya. Remaja putra-putri altar
yang ada di Stasi Samigaluh pun demikian. Dewasa ini mereka dihadapkan pada
kemajuan zaman dengan berbagai alat teknologi canggih seperti televisi dengan
aneka sajian yang menarik, melalui media masa, internet, HP dan lain sebagainya.
Disamping itu, mereka juga dipengaruhi oleh situasi sosial zaman sekarang yang
berpuncak pada kemerosatan moral karena adanya korupsi dimana-mana, pergaulan
kaum muda yang terlalu bebas, mabuk-mabukan, pemerkosaan, bahkan melakukan
aborsi, ketidakadilan, dan kemiskinan terjadi dimana-mana.
Semua hal yang sudah disebutkan di atas, akan mempengaruhi nilai positif
dan negatif bagi perkembangan iman mereka. Nilai positif bila pengaruhnya dapat
membantu memperkembangkan dirinya, misalnya melihat kemiskinan, ia akan
tergerak hatinya untuk belajar berbagi kasih dan sebaliknya nilai negatif akan
menghambat perkembangan dirinya, seperti nonton televisi yang menawarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
produk-produk baru yang harus dibeli sehingga lama-kelaman anak menjadi
materialistik. Selain itu, pergaulan yang terlalu bebas di antara kaum muda akan
mempengaruhi timbulnya niat jelak akan perilaku seksual. Mengingat putra-putri
altar sebagai generasi penerus Gereja di masa depan, maka mereka perlu mendapat
pendampingan rohani yang memadai sedini mungkin, sehingga nantinya mereka
siap menjadi generasi penerus Gereja yang handal dalam mengemban karya
pelayanan di tengah-tengan umat. Namun, penulis melihat selama ini putra-putri
altar belum pernah diajari bahkan belum pernah mendapat pembekalan peralatan
liturgi, karena belum ada bahan-bahan pendukung yang dapat digunakan sehingga
sangat minim sekali pengetahuan dan pemahaman mereka tentang alat-alat liturgi.
Selain itu, karena tidak ada pendamping profesional atau yang sudah berpengalaman
untuk mengajari mereka mengenal dan memahami peralatan liturgis. Selama
menjalankan tugas, putra-putri altar bersemangat untuk melayani, namun
kenyataannya putra-putri altar di Stasi Samigaluh ini belum memahami dan
mengerti secara mendalam apa makna liturgi, nama alat-alat liturgi, warna-warna
liturgi, pakaian liturgi dan bagaimana bersikap yang baik sebagai seorang pelayan.
Ketika melayani Imam saat perayaan Ekaristi mereka anggap hanya sebagai
formalitas saja. Ini nampak pada cara duduk mereka kakinya diangkat, sering
makan-makan permen, saat hormat tidak sepenuhnya sampai tunduk ke bawah dan
sering berbicara dengan teman kiri-kanan. Mereka mengganggap yang penting
datang, duduk saat dimana ia harus mengantar roti dan anggur, kain dan air, dan
kapan mendupai, hanya seputar ini saja yang mereka ketahui. Ini merupakan
keprihatinan berdasarkan pengamatan langsung oleh penulis. Meski banyak
keprihatinan, penulis berpikir kemauan yang ada perlu dipupuk dan dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan baik supaya tetap berkembang. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan
maksud tersebut diperlukan adanya pendampingan rohani secara rutin bagi putra-
putri altar, baik melalui materi-materi tentang liturgi, masa-masa liturgi, peralatan
atau perlengkapan liturgi dan mamberikan materi tentang sikap-sikap yang baik.
Dengan demikian, harapan kedepannya putra-putri altar di Stasi Samigaluh benar-
benar mengetahui dan dapat mempraktekannya dengan penuh penghayatan iman
dalam perayaan Ekaristi maupun dimana saja mereka berada.
Putra-putri altar selama ini, penulis melihat belum terorganisir dengan baik
sehingga jarang pula diadakan pendampingan tersebut. Khususnya putra-putri altar
yang ada di Stasi Samigaluh, hal ini sungguh sangat memprihatinkan dalam
memperkembangkan iman mereka. Untuk itu, penulis menawarkan beberapa
kegiatan seperti retret, rekoleksi, ziarah, dan camping agar putra-putri altar tetap
termotivasi untuk melayani. Dari beberapa kegiatan yang sudah disebutkan, penulis
memilih salah satu kegiatan yaitu rekoleksi. Program rekoleksinya sudah
dilaksanakan dua kali yaitu pada 27 Mei dan 30 Juni 2014 di Gereja Samigaluh dan
hasilnya dapat dilihat dalam bab IV. Dengan adanya kegiatan rekoleksi mereka
mendapat pengetahuan dan membuka wawasan yang baru sehingga mereka
termotivasi untuk melayani. Sikap melayani tidak hanya melayani Tuhan saat
perayaan Ekaristi berlangsung, namun sikap melayani dapat diterapkan juga di
sekolah, di tengah-tengah masyarakat, keluarga, dan komunitas dan dimanapun
kalian berada. Sama seperti yang yang dikatakan Yesus ”Aku datang untuk
melayani, bukan untuk dilayani” (Mat 20:28). Bertolak dari pemikiran dan
kenyataan di atas, maka penulis mengangkat judul UPAYA MENINGKATKAN
PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM LITURGI, MELALUI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH,
PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
Penulis berharap melalui tulisan ini, dapat mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan pendampingan rohani terhadap putra-putri altar di Stasi Samigaluh dan
memberikan sumbangan yang berguna bagi putra-putri altar di Stasi Samigaluh
dalam meningkatkan hidup rohani mereka sejak usia dini, melalui beberapa kegiatan
yang mendukung seperti rekoleksi, camping rohani, ziarah dan retret.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok
masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauh mana Gereja mengadakan pendampingan rohani bagi putra-putri altar?
2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dari Stasi Samigaluh untuk
meningkatkan pelayanan putra-putri altar?
3. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat
pelayanan bagi putra-putri altar di stasi Samigaluh secara realistis?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Gereja mengadakan pendampingan rohani bagi
putra-putri altar.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi di Stasi Samigaluh untuk
meningkatkan pelayanan putra-putri altar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
semangat pelayanan putra-putri altar?
4. Memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana SI Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Putra-putri Altar di Stasi Samigaluh
Putra-putri altar di Stasi Samigaluh dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang baru tentang alat-alat liturgis, masa-masa liturgi, warna-warna liturgi,
bahan-bahan pokok yang digunakan dalam perayaan Ekaristi serta bagaimana
bersikap yang baik sebagai seorang pelayan, nilai-nilai yang baik serta faktor-faktor
pendukung demi kelancaran kegiatan putra-putri altar di Stasi Samigaluh. Selain
mengetahui peralatan liturgi, warna-warna liturgi, bahan-bahan pokok dan lain-lain
yang sudah disebutkan di atas juga diharapkan dalam perayaan Ekaristi belajar
untuk lebih memaknai perayaan Ekaristi secara mendalam. Setelah mendapat
pendampingan rohani, akhirnya putra-putri altar tergerak hati untuk menjadi pelayan
Tuhan dan sesama
2. Bagi Stasi Samigaluh
Skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran dalam membantu meningkatkan
pendampingan rohani dalam bentuk kegiatan rekoleksi bagi putra-putri altar di Stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Samigaluh agar Gereja Samigaluh menggunakan program rekoleksi dalam
menindaklanjuti kegiatan selanjutnya atau jadikan program ini sebagai acuan untuk
kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang
pendampingan rohani putra-putri altar serta lebih dalam memahami peralatan liturgi
dan makna peralatan liturgi sehingga membantu meningkatkan semangat pelayanan.
Tulisan ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai bekal dikemudian hari dalam
melakukan pendampingan rohani putra-putri altar dalam pelayanan dimana penulis
akan berkarya nantinya.
E. Metode Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif
analisis dengan studi pustaka yang dilengkapi dengan penelitian, yang datanya
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul tentang UPAYA MENINGKATKAN
PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM LITURGI, MELALUI
PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH,
PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Uraian secara singkat dari kelima bab tersebut adalah sebagai
berikut: Dalam bab I ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dalam bab II ini berisi tentang sejarah singkat munculnya putra-putri altar,
pengertian putra-putri altar, organisasi putra-putri altar, syarat-syarat menjadi
anggota putra-putri altar, acara pelantikan putra-putri altar, tugas pelayanan putra-
putri altar, pakaian misdinar serta peralatan untuk perayaan liturgi dan pengertian
liturgi, unsur-unsur liturgi, sikap-sikap badan yang baik sebagai seorang pelayan,
simbol atau lambang liturgi, warna-warna liturgi, tentang pendampingan rohani
putra-putri altar maupun nilai-nilai yang baik perlu dimiliki oleh putra-putri altar.
Dalam bab III penulis akan menguraikan lima bagian antara lain:
memaparkan tentang gambaran umum Paroki Santa Lisieux Boro Daerah Istimewa
Yogyakarta meliputi: sejarah singkat Paroki Santa Lisieux Boro Yogyakarta, letak
dan situasi geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Sejarah Singkat Stasi
Ignasius Loyola Samigaluh, letak dan batas-batas geografis Stasi St.Ignasius Loyola
Samigluh, jumlah lingkungan dan jumlah umat yang ada di Stasi St.Ignasius Loyola
Samigaluh. Persiapan penelitian meliputi tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, responden penelitian, metode penelitian, keabsahan data,
teknik analisis data, daftar pertanyaan, hasil penelitian dan pembahasan.
Bab IV merupakan suatu konsep dan usulan pendampingan rohani bagi
putra-putri altar sebagai petugas liturgi serta menguraikan langkah-langkah rekoleksi
yang direncanakan dan hasil laporan pelaksanaan rekoleksi.
Pada bab V berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan keseluruhan
isi skripsi mulai dari bab I-IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR
DALAM LITURGI
Bab II ini merupakan kajian pustaka yang akan penulis uraikan dalam empat
bagian besar. Pada bagian pertama berbicara secara singkat mengenai sejarah
munculnya putra-putri altar, pengertian putra-putri altar, organisasi putra-putri altar,
tugas pelayanan misdinar, pakain misdinar dan peralatan liturgi. Pada bagian kedua
berbicara mengenai pengertian liturgi, unsur-unsur liturgi, sikap-sikap yang baik,
peralatan liturgi, bahan-bahan pokok yang digunakan dalam perayaan liturgi, simbol
atau lambang liturgi, warna-warna liturgi dan petugas liturgi. Pada bagian ketiga
tentang pendampingan rohani putra-putri altar dan yang keempat berbicara
mengenai nilai-nilai yang baik yang perlu dimiliki oleh putra-putri altar.
A. Pelayanan Putra-putri Altar dalam Liturgi
1. Sejarah Singkat Munculnya Putra-putri Altar
Awal mula pelayanan putra altar bertolak dari tugas akolit dalam Gereja
Romawi sejak abab ke-3. Akolit, dalam bahasa Yunani “akolythos” yang artinya
pelayan atau murid. Tugas pelayanan awalnya merupakan tugas klerus yang artinya
yang bertugas hanya orang-orang yang sudah ditahbiskan. Tugas ini mulai
mengalami perubahan pada abab ke-8, karena muncul ”missa privata”, yang artinya
dimana setiap imam sering merayakan misa secara sendiri-sendiri dalam Gereja
pada waktu yang bersamaan dan di tempat yang berbeda-beda. Oleh sebab itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gereja menuntut setidak-tidaknya satu pelayan harus hadir sebagai wakil jemaat
(umat) sebagai pemimpin misa untuk merayakan misa secara bersama-sama dengan
umat. Dan pelayan misa dilakukan oleh anak-anak laki-laki yang sejak usia dini
belajar sebagai calon kaum klerus atau calon imam dan dididik yang kemudian
menjadi Imam. Mereka ini biasanya tinggal di rumah Bapak Uskup dan dididik
dalam bahasa Latin. Pada abad-13 ada tuntutan dari Roma bahwa hanya anggota
kleruslah yang boleh melaksanakan pelayanan di altar. Bahkan sampai sejak Konsili
Trente pun gereja masih menegaskan bahwa pelayan misa hendaknya hanyalah
kaum “klerus” saja. Namun demikian, kenyataan berbeda, maka diteruskan
kebiasaan bahwa anak laki-laki melayani misa. Mulai pada zaman Barok (abad 17-
18) putra altar digandakan dan diberi tugas yang mirip dengan pelayan anak di
istana bangsawan, termasuk juga cara berpakaian dan penampilannya secara
dekoratif artinya tidak hanya perorangan tetapi dalam kelompok dengan membawa
lilin, saat berjalan atau bergerak bersama-sama secara teratur, dengan berpakaina
khusus. Kebiasaan di istana bangsawan inilah, lalu kemudian diperlakukan yang
sama bagi putra altar, maka hingga kini putra altarpun mempunyai pakain khusus
hingga dipakai sampai sekarang.
Suatu perubahan terjadi dengan Ensiklik ”Mediator Dei”, 1947 dimana Paus
Pius XII secara resmi berbicara tentang putra altar yang bukan termasuk kaum
klerus atau orang-orang yang bukan tertahbis untuk menjadi pelayan. Ungkapan ini
juga diperkuat dari Konsili Vatikan II, dimana Gereja membuka jalan selebar-
lebarnya bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dan merayakan
Ekaristi dengan cara yang wajar dan berkenan kepada Allah, tanpa merusak
keindahan liturgi itu sendiri. Begitu pula menurut Instruksi dari “Immensae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Cartatis” artinya Instruksi dari Kongregasi Ibadat dan Sakremen di Roma pada
tanggal 29 Januari 1973 berbicara tentang peranan awam dalam perayaan liturgi
seperti petugas komuni dan lektor, antara lain juga tentang putra altar. Ternyata
pada tahun 1970an secara diam-diam putri altar menjadi pelayan misa. Maka, pada
tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II secara resmi mengizinkan putri altar menjadi
pelayan misa. Oleh karena itu, hukum gereja harus dirubah. Maka, para ahli liturgi
dan hukum Gereja menegaskan bahwa ketentuan hukum Gereja (Codex Iuris
Canonici, 230) harus ditafsirkan menurut Dasar Teologi Konstitusi Liturgi Vatikan
II yakni pria maupun wanita, baik putra maupun putri dapat melaksanakan tugas
sebagai pelayan misa berdasarkan sakramen baptis yang artinya bahwa putra altar
maupun putri altar bisa menjadi pelayan imam/uskup dalam perayaan Ekaristi.
Akhirnya, pernyataan ini menjadi dokumen resmi dalam instruksi
“Redemptionis sacramentum” yang dikelurkan oleh Kongregasi Iman tahun 2004
dimana dikatakan bahwa :
Disambut dengan gembira bila kebiasaan lama dipertahankan, bahwa anak
atau remaja hadir sebagai petugas dalam ibadat. Mereka itu disebut putra
altar dan melayani di altar seperti tugas akolyt. Untuk karena itu,
hendaknya mereka menerima kateksese sesuai dengan daya
perkembangannya tentang tugas mereka. Jangan lupa bahwa dari jumlah
anak-anak ini berabad-abad lamanya telah tumbuh sejumlah besar imam
atau rohaniwan. Maka, untuk mewujudkan pendidikan putra altar secara
lebih efektif, hendaknya didirikan dan didukung organisasi-organisasi
dimana juga orang tua mereka dapat ambil bagian. Organisasi macam ini
bercorak internasional termasuk Kongregasi Ibadat dan Sakramen untuk
mendirikan organisasi tersebut serta mendirikan dan menyesahkan
statusnya. Selain itu, menurut pertimbangan uskup setempat dan dengan
diperhatikan norma-norma yang telah ada, maka putra atau wanita dapat
juga diizinkan sebagai pelayan altar (Redemptionis sacramentum II: 2004.
47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Komisi Liturgi-KWI (2002: 87-88), memperjelas tugas akolit terlantik.
Tugasnya yaitu mulai dari ritus pembuka, masuk perarakan menuju altar dengan
membawa salib dan lilin bernyala. Selama perayaan Ekaristi, akolit selalu siap
melayani Imam dalam hal-hal yang diperlukan. Dalam Ekaristi, bila tidak ada
diakon, akolit menyiapkan alat-alat misa mulai dari corporal, purificatorium, patena
dan piala. Selain itu, akolit yang sudah dilantik membantu imam dalam membagi
komuni kepada umat. Sesudah komuni, akolit membantu imam membersihkan serta
merapikan alat-alat yang sudah digunakan. Selain itu, bila tidak ada imam, akolit
tertahbiskan dapat mentahtakan sakramen Maha Kudus untuk sembah sujud oleh
umat. Tetapi dengan bersyarat akolit tertahbiskan tidak diperbolehkan memberkati
umat dengan sakramen Maha Kudus. Selain itu, akolit tertahbiskan juga mempunyai
tugas membina para pelayan misa (Maryanto, 2004: 10-11). Akolit tertahbiskan
termasuk para frater, maka para frater yang sudah dilantik melayani seperti para
misdinar melayani Imam dalam merayakan Ekaristi. Tetapi, karena frater-frater
akolit tidak banyak, sementara kebutuhan Gereja zaman sekarang dalam pelayanan
sangat dibutuhkan dimana-mana, maka tugas ini diperkenankan diambil alih oleh
putra-putri altar (Martasudjita, 2008: 13-14).
2. Pengertian Putra-putri Altar
Putra-putri altar atau “misdinar” berasal dari bahasa Jerman, "Messdiener"
yang artinya Pelayan Misa. Dalam Bahasa Indonesia disebut "Misdinar". Sedangkan
dalam Bahasa Inggris "Altar Servers" yang artinya Pelayan Altar. Maka, sebutan
misdinar atau putra-putri altar adalah orang-orang yang melayani dalam perayaan
Ekaristi Kudus. Untuk itu, panggilan putra altar berlaku bagi laki-laki sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
panggilan putri altar berlaku bagi perempuan. Di beberapa tempat, tugas pelayanan
dikhususkan hanya laki-laki saja, ini berdasarkan pada tradisi Gereja zaman dulu
sebelum Konsili Vatikan II. Namun, berdasarkan kebutuhan zaman sekarang, maka
tetap memperbolehkan adanya misdinar perempuan. Ini tergantung kebijakan dari
Uskup setempat (Daely, dkk. 2012: 37).
3. Dua segi dalam Pembinaan Putra-putri altar
a. Putra-putri Altar sebagai Pribadi
Secara pribadi setelah menerima pembaptisan putra-putri altar diutus untuk
membawa Kabar Gembira kepada orang lain. Sama seperti tugas yang diberikan
oleh Yesus kepada para murid-Nya yaitu mengutus para rasul-Nya dengan berkata:
Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu”(Mat 28:19-20). Para murid
telah melaksanakan perintah-Nya, pergi ke segala bangsa untuk membaptis.
Bagi mereka yang telah dibaptis menjadi percaya kepada Kristus. Termasuk
seluruh umat manusia yang sudah dibaptis dan dinamakan Gereja. Mereka
yang dibaptis ini menjadi ciptaan baru melalui kelahiran kembali dari air dan
roh dan menjadi anak-anak Allah. Mereka ini mempunyai tugas membawa
orang kepada Tuhan, agar mereka percaya bahwa hanya kepada Tuhanlah
manusia menimbah kekutan yaitu melalui perayaan Ekaristi. Mereka juga
mempunyai konsekuensi yaitu melayani umat dengan memberikan kesaksian
hidup kepada masyarakat luas, sesuai panggilannya sebagai orang kristiani
(Waskito, 1984: 17).
Begitu juga putra-putri altar sebagai pribadi dengan berbagai macam
persoalan hidupnya baik suka maupun duka. Meski demikian, anak tersebut secara
pribadi mempunyai niat baik, dengan meninggalkan kesenangannya yang
seharusnya bermain dengan teman-temannya, ada banyak tugas yang perlu ia
kerjakan atau tinggal di rumah menonton film kesukaannya. Namun, Roh Kudus
yang mereka terimah dari sakramen pembaptisan mendorong mereka untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengorbankan kesenangannya, mengorbankan waktunya demi melayani Tuhan
dalam perayaan Ekaristi. Putra-putri altar juga merupakan salah satu anggota Gereja,
maka mereka menerima konsekwensi itu. Tugas mereka, selain mewartakan Injil
mereka dituntut untuk memberikan kesaksian hidupnya di tengah-tengah
masyarakat. Dengan tugasnya itu mereka mampu mengungkapkan imannya,
meskipun kadang-kadang hal itu belum disadarinya. Mereka biasanya menjalankan
tugas demi kewajiban saja, tanpa penghayatan iman yang mendalam dalam
melandasi pelaksanaan tugasnya tersebut. Putra-putri altar, selain anggota Gereja,
mereka termasuk anggota masyarakat, maka diharapkan di dalam hidupnnya mereka
mampu menjadi pelayan dalam masyarakat dan memberikan kesaksian hidupnya
sebagai orang kristiani. Dengan demikian, mereka dapat menjadi teladan di tengah-
tengah masyarakat.
Maka, pengertian putra-putri altar sebagai pribadi adalah warga Gereja yang
dipanggil untuk melayani Tuhan lewat pelayanannya di altar. Sikap melayani tidak
hanya sebatas melayani Imam di altar, melainkan sikap melayani diwujudkan secara
konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, seperti kata Yesus, Aku datang bukan
untuk dilayani melainkan untuk melayani (Waskito, 1984: 22-24).
b. Putra-putri Altar sebagai Kelompok
Di dalam Gereja terdapat banyak kelompok. Ada kelompok wanita katolik,
PIA, Mudika dan salah satunya adalah kelompok putra-putri altar. Putra-putri altar
beranggotakan anak-anak mulai dari SD kelas IV sampai dengan jenjang SMA, yang
biasa disebut sebagai usia remaja. Usia remaja adalah usia yang sangat
membutuhkan perhatian khusus karena mereka baru menginjak pada tahap mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
jati diri dan pada tahap pembentukan kepribadian yang matang dan dewasa. Masa
remaja merupakan masa peralihan, yakni terjadinya perubahan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Artinya, masa anak-anak mulai meninggalkan sifat kenak-
kanakan dan menuju ke tingkat yang lebih tinggi, namun belum mereka jalani
sepenuhnya. Pada masa remaja mereka banyak mengalami perubahan secara fisik
baik pada laki-laki maupun perempuan. Misalnya: pada laki-laki pita suara berubah,
mulai mengalami mimpi basah sedangkan pada perempuan mulai tumbuh bayu
darah dan menstruasi.
Masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam mencari identitas dirinya
adalah ingin diterima dalam kelompoknya karena mempunyai kesamaan hobby,
mengejar popularitas diri di antara teman sebaya, sehingga sering terjadi
kesalahpahaman remaja dengan orang tua dan juga anak-anak remaja ingin suasana
yang bersenang-senang dengan teman sebayanya. Segala sesuatu yang mereka
lakukan bersifat coba-coba, sehingga kadang menimbulkan hal-hal yang kurang
menyenangkan baik pada diri sendiri maupun orang tua.
Dari semua proses tersebut masa remaja mulai menginjak ambang masa
dewasa, dimana remaja ingin menyamakan dirinya dengan orang dewasa, maka
remaja dalam berpakaian dan bertindak kadang berperilaku seperti orang dewasa
misalnya; merokok, minum-minuman keras dan menggunakan obat-obat terlarang,
karena perilaku tersebut merasa akan memberikan citra yang mereka inginkan
(Hurlock, 1980: 207-209). Masalah remaja juga kadang datang dari orangtuanya,
karena kedua orangtuanya bercerai atau salah satunya sudah meninggal. Dilain
pihak, karena banyak anak atau karena orang tuanya terlalu sibuk dengan
pekerjaannya sehingga kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tuanya. Melihat keadaan seperti ini, maka orang tua sebagai pendidik utama turut
bertanggungjawab dalam mendampingi anak-anak mereka agar mereka berkembang
ke arah yang lebih baik (Sudarsono, 1990: 125-127). Keadaan ini cukup
memprihatinkan, maka perlu ditangani secara serius. Oleh karena itu, kelompok
putra-putri altar ini perlu mendapat mendampingan agar mereka dapat berkembang
menjadi putra-putri altar yang dewasa dan matang imannya. Maka, perlu mengetahui
pengertian kelompok.
Kelompok menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah
“sejumlah orang, benda atau hal, yang walaupun tetap mengakui keberadaan
pribadinya, namun dikumpulkan untuk kemudian diperlakukan menurut cara-cara
serta tujuan yang sama “(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002:
534). Begipula, kelompok putra putri altar adalah remaja yang sedang berkembang
yang berkumpul karena mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadi pelayan imam.
4. Organisasi Putra-putri Altar
a. Pengertian Organisasi
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 803)
dijelaskan bahwa organisasi adalah “kesatuan yang terdiri atas orang-orang dalam
perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi disebut sebagai kelompok
kerja sama antar orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama”.
Maka, organisasi adalah kelompok orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Organisasi yang dimaksudkan disini adalah organisasi putra-putri
altar. Di setiap paroki maupun wilayah mempunyai anggota putra-putri altar dan
memiliki struktur organisasi atau kepengurusan jelas, sehingga kegiatan putra-putri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
altar biasanya dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, diperlukan suatu kepengurusan
yang jelas mulai dari koordinator umum termasuk ada ketua, yang dibantu dengan
sekretaris dan bendahara serta seksi-seksi kerja lainnya. Selain itu, diharapkan dalam
setiap kepengurusan harus ada seorang pendamping professional atau orang-orang
yang sudah berpengalaman bahkan orang-orang yang mempunyai hati untuk
mendampingi kegiatan putra-putri altar sehingga pelayanan putra-putri altar dapat
berjalan dengan lancar sesuai harapan umat (Martasudjita, 2008: 20).
Dibawah ini akan membandingkan struktur kepengurusan dari dua Gereja
yakni dari Paroki Kotabaru dan dari Stasi Samigaluh. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui ternyata struktur kepengurusan di Gereja Kotabaru maupun di Stasi
Samigaluh berbeda-beda. Menurut Devi ketua misdinar di Stasi Samigaluh
mengatakan bahwa struktur kepengurusan di Stasi Samigaluh tidak lengkap maka
biasanya saya (Devi) yang mengurusi semuanya misalnya pembagian tugas misdinar
minggu berikutnya, sedangkan di Gereja Kota Baru justru struktur kepengurusannya
lengkap sehingga membantu memperlancar jalannya kegiatan putra-putri altar
[Lampiran 17: (29)].
b. Syarat-syarat menjadi Anggota Putra-putri Altar
Berdasarkan hasil wawancara di Stasi Samigaluh dan Gereja Kota Baru
secara umum mengatakan bahwa syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi
anggota putra-putri altar adalah remaja katolik, kemudian yang sudah menerima
komuni pertama dan dengan batas umur anak SD kelas 4 atau kelas 5 dan SMA
dengan batasan umur 17 dan 18 tahun. Syarat tersebut berlaku bagi anggota putra-
putri altar yang baru, baik untuk laki-laki maupun perempuan yang dianggap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
remaja katolik. Selain itu, mereka jugs diharapkan harus menghafalkan Tata
Perayaan Ekaristi (TPE) sehingga saat latihan tidak mengalami kesulitan.
Diharapkan terlebih semoga dalam melayani para petugas seperti imam atau uskup
dapat melayani dengan baik (Martasudjita, 2008: 16) [Lampiran17: (28)].
c. Pelantikan Anggota Putra-putri Altar
Berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping kak Christina Diesta dan
anggota Alaxandra Ira dari Gereja Kota Baru, pada hari jumat, 13 September 2013,
pukul 18.5 - 18. 15, tempatnya di Gereja Kota Baru dan hari minggu 15 September
2013, pukul 09.45-09.60 di Stasi Samigaluh dengan ketuanya Devi dan anggotanya
Retri dan Yofan. Ternyata kedua Gereja ini belum pernah mengadakan acara
pelantikan. Tetapi, khususnya di Gereja Kota Baru, pendamping mengatakan bahwa
baru pertama kali mau mengadakan acara pelantikan bagi anggota putra-putri altar
yang baru pada tanggal 13 Oktober 2013 jam 09.00 mendatang di Gereja Kota Baru.
Hal yang sama dan apa yang perlu dilakukan terdapat dalam bukunya
Martasudjita, (2008: 19) bahwa bagi remaja katolik baik perempuan maupun laki-
laki yang mau menjadi anggota putra-putri altar, sebaiknya dipersiapkan dalam
beberapa pertemuan yang berisi pengarahan, pelatihan dalam bentuk rekoleksi
sehari. Hari pelantikannya dapat dibicarakan dengan Romo Paroki setempat. Apakah
acara pelantikannya berlangsung dalam salah satu misa mingguan atau dalam bentuk
ibadat saja. Yang melantik adalah Romo paroki setempat. Inti ucaparanya
pemanggilan calon, doa berkat dari imam dan penyerahan simbol berupa pakain
misdinar [Lampiran 17: (29)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5. Tugas Putra-putri Altar
Tugas putra-putri altar yaitu melayani. Tugas pelayanan putra-putri altar di
mulai dari sebelum perayaan Ekaristi dimulai, selama perayaan Ekaristi berlangsung
dan bahkan sampai sesudah perayaan Ekaristi selesai. Rincian tugasnya sebagai
berikut:
a. Tugas Putra-putri Altar sebelum Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi merupakan perayaan seluruh umat. Dengan demikian,
seluruh umat secara aktif mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi tersebut. Hal
yang sama juga diharapkan oleh “Bunda Gereja bahwa sangat mengharapkan dan
menginginkan agar semua orang beriman secara sadar dan aktif mengikutsertakan
mengambil bagian dalam liturgi (Prier, 2010: 7).
Putra-putri altar mempunyai tugas yaitu sebelum perayaan Ekaristi
berlangsung, mereka perlu mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran perayaan
Ekaristi tersebut. Dilain pihak, mereka perlu persiapan fisik dan batin dengan
bertujuan agar putra-putri altar sungguh-sungguh memberikan pelayanan kepada
Imam di altar. Persiapan fisik dilakukan dengan cara penampilan yang rapih,
misalnya tangan harus bersih, kuku di potong rapih dan datang ke sakristi lebih
awal. Sedangkan persiapan batin dapat dilakukan dengan cara menjaga keheningan
dan berdoa dalam hati di ruang sakristi (Waskito, 1984: 69).
b. Tugas Putra-putri Altar Selama Perayaan Ekaristi
Tugas putra-putri altar selama perayaan Ekaristi berlangsung ditekankan oleh
Paus Yohanes Paulus II yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dalam perayaan liturgi, setiap orang baik pemimpin maupun awam, harus
melakukan tugasnya secara utuh, tidak lebih dan tidak kurang, sesuai
dengan sifat dan hukum-hukum liturgi. Juga para pelayan ibadat
(maksudnya kamu, para putra altar), para lektor serta para anggota koor
benar-benar melakukan tugas liturgi. Karena itu hendaklah mereka
melakukan tugasnya dengan sungguh khidmat dan tertib, seperti pantas bagi
tugas yang begitu mulia dan seperti boleh diharapkan oleh umat Allah
(Waskito, 1984: 7).
Maksudnya selama perayaan Ekaristi berlangsung putra-putri altar duduk
atau berdiri secara bersama-sama sehingga membantu umat dalam mengikuti
perayaan Ekaristi serta bersama umat menjawab doa secara bersama-sama. Selain
itu, putra-putri altar mengantar ampul yang berisi air dan anggur, piala dan sibori,
serta membawa roti dan anggur ke altar dan membantu imam mencuci tangan secara
bersama-sama. Sesudah komuni, putra-putri altar membantu imam merapikan
bejana-bejana suci ke meja kredens (Komisi Liturgi-KWI, 2002: 192).
c. Tugas Putra-putri Altar sesudah Perayaan Ekaristi
Sesudah perayaan Ekaristi, putra-putri altar masih mempunyai tugas yang
lebih besar. Sikap melayani tidak hanya melayani Imam di altar, tetapi sikap
melayani harus di terapkan dimana-mana misalnya; di rumah, di sekolah, di
komunitas maupun di tengah-tengah masyarakat serta diharapkan mampu menjadi
saksi Kristus serta ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan
(Waskito, 1984: 24).
d. Perbedaan Tugas pada Masa Biasa dengan Masa Khusus (Hari Raya)
Gereja Katolik mempunyai tiga masa yaitu masa Natal, Paskah dan Masa
Biasa. Dibawah ini secara khusus akan dibahas dua masa yaitu, Natal dan Paskah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Masa Natal dimulai dengan minggu pertama masa Adven sekitar akhir bulan
November dan berakhir dengan Pesta Pembaptisan Yesus. Sedangkan, masa Paskah
dimulai dengan hari Rabu Abu dan berakhir dengan perayaan Pentakosta. Secara
umum, tugas putra-putri altar dalam masa biasa dan dalam masa khusus seperti
Natal dan Paskah beberapa ritus hampir sama. Namun, disini secara khusus akan
dibahas mengenai perbedaan tugas-tugas putra-putri altar dalam hari-hari raya
seperti Natal dan Paskah (Marsana Windhu, 1997a: 31-32). Rincian tugasnya antara
lain sebagai berikut:
1) Masa Adven
Kata Adven berasal dari bahasa latin adventus yang berarti kedatangan.
Selama masa Adven umat beriman diharapkan mempersiapkan diri untuk
menyambut kedatangan Yesus yang akan lahir di tengah-tengah umat-Nya. Seluruh
Gereja mengawali masa Adven dengan menandai tanda membuat lingkaran Adven,
memasang empat lilin unggu dengan menghiasi dedaunan hijau dari pohon cemara
dengan pita-pitanya (Waskito, 1984: 24-25). Putra-putri altar perlu ingat bahwa
masa yang menandai tanda dengan membuat lingkaran dengan daun-daun hijau dan
memasang empat lilin itu berarti Gereja mulai memasuki minggu Adven sebelum
merayakan Natalan atau hari kelahiran Yuruselamat.
2) Malam Natal
Malam Natal merupakan misa hari raja, maka seluruh Gereja merayakan
dengan sangat meriah dan penuh kegembiraan. Putra-putri altar mempunyai tugas
khusus yaitu mempersiapkan pendupaan, persiapan lilin, peralatan percikan air suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Selain itu, perlu diketahui bagaimana posisi gua Natal untuk meletakkan patung bayi
Yesus. Semua ini akan terjadi sesuai dengan kebiasaan atau tradisi Gereja setempat.
Namun, pada umumnya aturan di berbagai Gereja tetap sama sesuai kalender liturgi
(Daely, dkk. 2012: 116-117).
3) Hari Rabu Abu
Hari Rabu Abu merupakan awal pembukaan memasuki masa Prapaskah.
Disebut Rabu Abu, karena hari Rabu Abu daun palma dari tahun sebelumnya
dibakar menjadi abu dan kemudian dioleskan pada dahi umat dalam bentuk tanda
salib sekaligus sebagai tanda pertobatan (Maryanto, 2004: 186). Dalam pemberian
abu oleh Imam dan petugas di dahi umat, disertakan dengan nasehat “Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15) atau” Ingatlah hai manusia, bahwa kita ini
abu dan akan kembali menjadi abu” (Kej 3:19). Untuk itu, pada hari Rabu Abu umat
selalu diingatkan untuk bertobat dan menyadari bahwa manusia itu berasal dari abu
dan nantinya akan kembali menjadi abu. Mulai dari Rabu Abu, Gereja
menganjurkan kepada umatnya untuk berpantang dan berpuasa, selama empat puluh
hari dan empat puluh malam, sama seperti Yesus berpantang dan berpuasa selama
empat puluh hari dan empat puluh malam (Mat 4:2). Selain itu, Masa selama 40 hari
dikaitkan dengan 40 tahun perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke padang gurun
menuju tanah Kanaan (Komisi Liturgi Regio Jawa Plus, 2012: 46).
Tugas putra-putri altar yakni mengambil abu yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, entah di ruang sakristi atau di meja kredens dan memberikan kepada
Imam untuk dioleskan di dahi umat. Setelah itu, ada yang bertugas melayani cuci
tangan imam sesudah ritus pengolesan abu (Martasudjita, 2008: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4) Minggu Palma
Kekhasan dari Minggu Palma yaitu adanya pemberkataan pada daun-daun
palma. Sebelum perarakan masuk dalam Gereja, daun palma sudah diperciki dengan
air suci. Setelah diberkati oleh Imam, umat berarak masuk ke dalam Gereja dengan
melambaikan daun palma. Peristiwa perarakan masuk mau digenangkan kembali
peristiwa masa lalu dimana Yesus dieluk-elukkan sebagai Mesias masuk ke
Yerusalem (Bert, 2002: 24). Tugas putra-putri altar pada Minggu Palma adalah
sebelum pemberkatan daun palma putra-putri altar segera membawa air suci dan
aspergil, ada yang mendapat tugas membawa wiruk dan dupa untuk memberkati
daun palma (Martasudjita, 2008: 108-109).
5) Kamis Putih
Misa Kamis Putih merupakan perayaan yang cukup lama karena
mengenangkan peristiwa Yesus makan bersama dengan para murid-Nya dimana
Yesus menetapkan Ekaristi. Selain itu, adanya pembasuhan kaki keduabelas murid,
prosesi Sakramen Maha Kudus dan malamnya dilanjutkan dengan tuguran
dihadapan Sakamen Maha kudus (Maryanto, 2004: 93).
Tugas putra-putri altar antara lain, ada yang membawa kain putih untuk
diikat di pinggang Imam sebelum pembasuhan kaki, ada yang siap menerima kasula,
ada yang bertugas membawa panci atau teko yang berisi air, ada yang membawa dua
kain lap yang satu untuk mengelap kaki para murid dan yang kedua mengelap air di
tangan Imam. Selain itu, mempersiapkan hosti yang besar untuk Imam dan
keduabelas orang yang dipilih sebagai keduabelas murid. Untuk perarakan
Sakramen Maha Kudus, perlu mempersiapkan velum untuk Imam, ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
membawa wiruk dan dupa untuk mendupai Sakramen Maha Kudus, salib dan lilin
bernyala untuk perarakan Sakramen Maha Kudus. Tugas putra-putri altar
mempersiapkan segalanya demi kelancaran perayaan Kamis Putih tersebut
(Martasudjita, 2008: 110-111).
6) Jumat Agung
Hari Jumat Agung semua Gereja dengan cara dan kebiasaanya masing-
masing memperingati bagaimana Yesus dulu didera, diolok-olok bahkan dijatuhi
hukuman mati dan disalibkan di kayu salib, demi menghapus dosa-dosa umat
manusia. Maka, sebagai umat berdosa menyediakan diri untuk mengikuti upacara
penghormatan salib suci, sebagai ungkapan rasa syukur karena sudah di selamatkan
oleh Darah-Nya (Waskito, 1984: 34). Selain itu, ada kekhasan lain dari upacara
Jumat Agung yaitu ucapara dibuka dan ditutup tanpa tanda salib. Kisah sengsara
Yesus di beberapa tempat hanya dibacakan dan ada pula yang memperagakan.
Sedangkan untuk doa umat dinyanyikan secara meriah dipimpin oleh Imam
kemudian dilanjutkan dengan upacara penghormatan dan penyembahan salib.
Tugas putra-putri altar antara lain mempersiapkan bantal untuk Imam
bertiarap. Setelah itu, Imam dan putra-putri altar dari altar menuju pintu depan. Lalu,
Imam sendiri membawa salib yang sudah dibungkus kain merah dari pintu masuk,
diapit oleh dua putra-putri altar yang membawa lilin. Imam berhenti tiga kali di tiga
titik yaitu di depan pintu masuk, tengah rungan dan dimuka altar menghadap umat
dan membuka kain yang dibungkus salib dengan menyanyikan seruan” Lihat Kayu
Salib” dan umat menanggapi dengan kata-kata” Marilah Kita Sembah”, lalu berlutut
dan berdoa sejenak, kemudian dilanjutkan dengan pengormatan salib (Daely, dkk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2012: 129-130). Upacara penghormatan dan penciuman salib oleh Imam dan putra-
putri altar disusul dengan pengormatan dan penciuman salib oleh umat. Selain itu,
tugas putra-putri altar berdiri di beberapa titik yang sudah disiapkan sebelumnya
oleh petugas dengan memegang lap dan salib. Setelah umat mencium salib putra-
putri altar melap salib tempat dimana umat mencium. Setelah upacara penghormatan
salib selesai, putra-putri altar ada yang bertugas memberi taplak pada altar, ada yang
memasang lilin dan salib kecil, ada yang menyediakan corporal untuk alas Sakramen
Maha Kudus (Martasudjita, 2008: 114).
7) Malam Paskah
Misa malam Paskah merupakan misa kudus paling meriah yang dirayakan
sepanjang tahun, karena Paskah adalah puncak seluruh rangkaian Trihari Paskah.
Seluruh Gereja pada malam Paskah dengan upacara yang sangat meriah merayakan
Kebangkitan Kristus, karena penderitaan dan maut sudah dikalahkan oleh-Nya.
Kekhasan dari misa Malam Paskah adalah adanya ucarapa cahaya yang meliputi
pemberkatan api, pemberkatan lilin paskah, perarakan lilin paskah dan pujian
paskah, perayaan sabda tentang karya Allah, ada pembaptisan atau pembaharuan
janji baptis dan dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi (Komisi Liturgi Regio Jawa
Plus, 2012: 59). Tugas putra-putri altar pada misa Malam Paskah yaitu membawa
wiruk dan dupa–ratus untuk mendupai lilin Paskah, ada yang membawa salib, korek
api untuk menyalakan lilin Paskah, senter untuk membantu Imam saat membacakan
teks, ada juga petugas mempunyikan lonceng atau bel. Selain itu, ada yang
membantu Imam membawakan ember yang berisi air suci untuk upacara
pembaharuan janji baptis (Martasudjita, 2008: 115-116).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
6. Pakaian Putra-putri Altar
Dalam kehidupan sehari-hari, orang memakai berbagai jenis pakain sesuai
keperluan, antara lain untuk seragam sekolah atau kepentingan lain-lain. Begitu pula
untuk perayaan liturgi para petugas termasuk putra-putri altar mempunyai berbagai
jenis pakaian khusus.
Pakaian biasanya disesuaikan dengan masa liturgi yang dirayakan misalnya
hari raya Jumat Agung memakai warna merah untuk memperingati hari wafatnya
kita Tuhan Yesus (Martasudjita, 2006: 13). Dibawah ini akan dibahas secara khusus
pakaian yang sering dipakai oleh putra-putri altar:
a. Gaun
Dalam perayaan Ekaristi mingguan maupun hari-hari raya putra-putri altar
sering memakai gaun. Gaun tersebut sering diistilakan semacam rok yang
panjangnya sampai di mata kaki. Warna gaun sering disesuaikan dengan warna
liturgi pada hari yang bersangkutan (Marsana Windhu, 1997d: 21).
b. Superpli
Istilah Superpli dari bahasa latin disebut superpelliceum yang artinya di atas
dada. Superpli sering disebut juga alba, namun panjangnya setengah badan atau
sampai dibatas pinggang (Daely, dkk. 2012: 18). Superpli merupakan busana yang
terbuat dari bahan tekstil yang agak longgar. Superpli ini dipakai oleh putra-putri
altar di atas gaun artinya putra-putri altar memakai seperti orang memakai bayu atau
jaket. Superpli biasanya berwarna putih (Maryanto, 2004: 207).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Single
Istilah single berasal dari bahasa latin cingulum yang artinya tali. Ukuran
singelnya tebal dan panjang yang biasanya diikat di sekeliling pinggang untuk
mengencangkan atau merapikan alba, karena kadang-kadang bayu putra-putri altar
panjang seperti alba, maka perlu memakai single untuk mengikat sehingga terlihat
rapih (Daely, dkk. 2012: 26).
d. Kerah Lebar
Putra-putri altar setelah memakai gaun, superpil dan single, sering memakai
pakaian yang berkerah lebar. Kerah lebar biasanya dipakai di atas, setelah mereka
memakai gaun, single dan superpli. Warna kerah lebar disesuaikan dengan warna
gaun yang dipakai atau disesuaikan dengan hari yang bersangkutan misalnya
minggu biasa atau hari-hari besar seperti Natal dan Paskah (Marsana Windhu,
1997d: 21).
7. Peralatan dalam Gedung Gereja
Di dalam Gereja ada beberapa tempat khusus yang mesti perlu diketahui oleh
putra-putri altar (Marsana Windhu, 1997d: 13). Peralatan tersebut antara lain sebagai
berkut:
a. Altar
Altar adalah meja Perjamuan untuk merayakan perayaan Ekaristi. Menurut
Komisi Liturgi-KWI (2002: 296) dijelaskan bahwa “altar merupakan sebagai tempat
untuk menghadirkan kurban Kristus dengan menggunakan tanda-tanda sakramental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dalam misa umat Allah dihimpun di sekeliling altar untuk mengambil bagian dalam
perjamuan tersebut.
Dalam Kompendium ikhtisar Katekismus Gereja Katolik juga dijelaskan
bahwa altar merupakan simbol Kristus yang hadir sebagai kurban persembahan.
Altar digambarkan sebagai meja perjamuan perayaan Ekaristi Kudus (Kompendium
KGK, no. 288). Oleh karena itu, putra-putri altar perlu mengetahui bahwa altar
adalah tempat yang suci dan digambarkan sebagai tempat kurban Kristus sendiri
yang hadir secara nyata dalam rupa roti anggur yang sudah dikonsekrasikan
sehingga di altar tersebut tidak boleh menaruh segala sesuatu yang bukan berkaitan
dengan perayaan Ekaristi Kudus, karena altar tersebut tempat suci dan kudus
(Komisi Liturgi-KWI 2011: 306).
b. Meja Kredens
Meja kredens adalah meja kecil yang diletakkan dekat panti Imam atau dekat
altar. Meja kredens biasanya dialas dengan taplak putih bertujuan untuk menaruh
bahan-bahan persembahan yang diantar oleh umat seperti; rangkaian bunga, piala,
patena, ampul, roti anggur dan hasil bumi lainnya (Marsana Windhu, 1997e: 15).
Untuk putra-putri altar perlu ingat bahwa meja ini bukan sembarang meja
untuk meletakkan barang-barang yang bukan berhubungan dengan Ekaristi,
melainkan untuk menaruh bahan-bahan persembahan (Daely, dkk. 2012: 73). Oleh
karena itu, putra-putri altar letakkanlah barang-barang yang memang mau digunakan
dalam perayaan Ekaristi seperti; roti, anggur dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Tabernakel
Dalam bahasa latin kata ”tabernakel” berarti kemah. Tabernakel merupakan
tempat untuk menyimpan Sakramen Maha Kudus, maka di depan tebernakel siang
dan malam lampu selalu menyala. Bagi siapa saja yang melewati di depan
tabernakel hendaknya berlutut, menunduk atau membukuk kepala untuk mengormati
Yesus yang ada dalam tabernakel tersebut (Marsana Windhu, 1997e: 16). Biasanya
sisa hosti dari perayaan Ekaristi di simpan di dalam tabernakel dan ada juga petugas
seperti prodiakan atau para suster biasanya mengantar hosti kepada orang-orang
sakit (Kompendium KGK, no. 286).
d. Mimbar
Mimbar sering disebut “ambo”. Mimbar sebagai tempat untuk mewartakan
sabda Allah melalui bacaan Kitab Suci dan nyanyian Mazmur. Umat diteguhkan
lewat homili yang dibawakan oleh Imam. Selain itu, mimbar juga digunakan sebagai
tempat untuk membacakan doa umat (Maryanto, 2004: 128). Oleh karena itu,
mimbar letaknya harus bagus sehingga bisa dilihat oleh umat yang hadir. Mimbar
juga perlu dihiasi dengan indah, seperti altar, karena Tuhan juga hadir lewat
pewartaan sabda-Nya (Marsana Windhu, 1997e: 15).
Bagi putra-putri altar perlu mengerti dan memahami bahwa tempat untuk
membacakan bacaan-bacaan Kitab Suci, menyanyikan mazmur dan membacakan
doa umat disebut mimbar. Selain itu, perlu diketahui juga bahwa pengumuman yang
dibacakan di mimbar itu kontrovers artinya tidak boleh, namun di dalam banyak
Gereja sering terjadi demikian karena tidak ada tempat lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
e. Kursi Imam
Kursi Imam dikhususkan bagi Imam sebagai memimpin perayaan Ekaristi.
Kursi yang dipakai oleh Imam merupakan simbol kepemimpinan Kristus sendiri.
Dari kursinya tersebut Imam menunjukkan peranannya sebagai pemimpin atau
gembala umat (Maryanto, 2004: 108). Putra-putri altar perlu ingat bahwa kursi
Imam hanya boleh dipakai oleh Imam sebagai gembala dan pemimpin perayaan
Ekaristi bukan oleh petugas lain.
B. Liturgi
1. Pengertian Liturgi
Kata liturgi berasal dari kata “leitourgia” yang berarti ibadat. Liturgi adalah
perayaan iman Gereja. Dalam liturgi umat kristiani berkumpul untuk
mengungkapkan imannya akan Yesus yang Wafat dan bangkit dari alam maut.
Dalam perayaan Ekaristi umat mengungkapkan imannya sekaligus memupuk iman
umat. Iman umat akan berkembang bila manusia melatihnya terus-menerus. Bagi
umat kristiani yang merayakan Ekaristi berarti sungguh-sungguh percaya dengan
iman akan peristiwa kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, sia-sia saja bila umat
mengadakan perayaan Ekaristi tanpa umat sendiri tidak memiliki iman (Marsana
Windhu, 1997a: 15). Setelah menimba kekuatan dari perayaan Ekaristi seluruh umat
dipanggil dan diutus untuk melaksanakan perwujudan ungkapan imannya secara
nyata baik di tengah-tengah masyarakat, di tempat kerja, dalam keluarga, di sekolah,
di komunitas masing-masing maupun dimana saja umat berada (Marsana Windhu,
1997a: 13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Beberapa Unsur Mengenai Liturgi
a. Liturgi sebagai Puncak Perayaan Iman
Umat kristiani sering mengungkapkan iman secara pribadi maupun di dalam
kelompok. Dalam kelompok ada doa bersama misalnya; mengadakan jalan salib dan
doa rosaria. Di dalam Gereja umat mengenal tujuh sakramen dan itu semua
merupakan sebuah konsekwensi untuk menuju puncaknya pada perayaan Ekaristi.
Oleh karena itu, Ekaristi merupakan rangkuman dari seluruh pengungkapan iman
Gereja.
Seluruh umat dengan cara dan kebiasaannya masing-masing merayakan
perayaan Ekaristi di Gereja-geraja, ibadah di wilayah-wilayah, yang sudah yang
ditentukan dan itu semua merupakan liturgi resmi. Petugasnya tidak harus Uskup
atau Imam, melainkan petugas lain seperti prodiakon atau katekis. Dengan
demikian, perlu diketahui bahwa baik ibadah harian maupun perayaan Ekaristi yang
dimimpin oleh Uskup, Imam, prodiakon atau katekis merupakan liturgi resmi karena
Kristus sendiri hadir sebagai kepala Gereja dan secara langsung memimpin perayaan
liturgi tersebut.
Maka, jelas bahwa Ekaristi tidak dirayakan secara perorangan tetapi
dirayakan dalam kebersamaan dan persekutuan seluruh umat beriman, maka di
dalam kebersamaan itulah Kristus hadir (Jacobs, 1996: 31). “Sebab dimana dua atau
tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka”
(Mat 18:20). Maka, Yesus hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur yang
sudah dikonsekrasikan sehingga menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri dan
seluruh umat diundang untuk menyambut kehadiran-Nya dalam bentuk perjamuan
kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Keikut-sertaan Aktif Kaum Beriman dalam Perayaan Ekaristi
Sebagai bukti cinta akan rahmat dan kebaikan Allah yang telah
menyelamatkan manusia dari dosa, tidak sekedar hanya mengikuti perayaan Ekaristi
semata, namun diharapkan seluruh umat beriman turut berpartisipasi dan ikut
mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi tersebut. Dengan kata lain, umat
beriman yang menghadiri perayaan Ekaristi tidak hanya sebagai penonton yang bisu,
melainkan sungguh-sungguh memahami misteri itu dengan baik dan ikut serta penuh
hikmat dan mengambil bagian di dalamnya (SC, art. 48).
Keaktifan umat beriman terjadi melalui bermacam-macam cara dalam perayaan
Ekaristi. Ada yang bertugas sebagai misdinar, prodiakon, lektor, dirigen, organis,
pembawa persembahan, kolekte dan tata tertib. Keikutsertaan umat secara aktif juga
dalam mengucapkan seruan-seruan aklamasi, jawaban-jawaban dalam mengucapkan
doa-doa secara bersama-sama, seperti pendarasan mazmur, lagu-lagu serta
melakukan sikap liturgis secara bersama-sama seperti; berdiri, duduk dan berlutut.
Begitu pula saat hening seluruh umat diharapkan secara bersama-sama menjaga
suasana keheningan (SC, art. 30).
c. Liturgi sebagai Perayaan Syukur
Syukur adalah ucapan terimakasih manusia kepada Allah, karena Allah telah
melimpahkan rahmat-Nya dan menyatakan karya keselamatan kepada umat-Nya.
Dalam perayaan Ekaristi, umat beriman berkumpul untuk mensyukuri karya
keselamatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang sudah digenapi dalam
diri-Nya, lewat karya-karya selama hidup-Nya sampai dengan peristiwa kematian
dan kebangkitan-Nya yang Mulia (Maryanto, 2004: 208).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Dalam Ekaristi: (Eucharistia) yang artinya terimakasih atau syukur
diungkapkan lewat iman akan Yesus yang wafat dan bangkit sehingga manusia
mengalami perdamaian dan pengampunan. Rahmat perdamaian dan pengampunan
merupakan suatu hadiah yang diterimah dari Yesus secara cuma-cuma. Maka,
ungkapan rasa syukur dan terimakasih manusia atas apa yang telah diterimah dalam
iman, dirayakan dalam perayaan Ekaristi.
d. Liturgi sebagai Perayaan Kurban
Kurban adalah suatu persembahan yang dihaturkan manusia kepada Allah.
Kurban berwujud barang seperti hewan dan hasil bumi lainnya. Dalam Mazmur
kurban merupakan suatu pujian dan syukur. Namun, kurban yang dimaksudkan
disini adalah pengorbanan diri Yesus Kristus secara total di kayu salib demi
keselamatan umat manusia. Kurban Yesus mencakup dan menuntaskan segala
macam kurban yang dipersembahkan oleh manusia. Dalam perayaan Ekaristi,
Gereja berpartisipasi dalam kurban Yesus tersebut agar manusia mengalami
keselamatan (Maryanto, 2004: 108).
Dalam perjamuan terakhir, pada malam sebelum Ia diserahkan, Yesus
mengadakan Kurban Ekaristi (SC, art. 47). Kurban Tubuh dan Darah-Nya
ditetapkan untuk mengabdikan kurban salib-Nya untuk selamanya. Maka, di sini
tampak adanya kesatuan kurban Ekaristi yang dirayakan pada malam terakhir
dengan pengorbanan diri Yesus sendiri di kayu salib sekali untuk selamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e. Liturgi Sebagai Kenangan
Perayaan Ekaristi merupakan suatu kenangan akan wafat dan kebangkitan
Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Yesus” Lakukanlah ini sebagai kenangan akan
Daku” (Luk 22:19). Maka, dengan merayakan perayaan Ekaristi, Gereja bermaksud
untuk mengenang apa yang telah diperbuat Yesus dihadapan para murid-Nya dalam
perjamuan terakhir. Dan kini, Gereja juga memenuhi amanat tersebut Gereja
mengenangkan kesengsaraan Kristus, kebangkitan-Nya yang mulia dan kenaikan-
Nya ke surga (Sugiyono, 2010b: 94). Pada saat konsekrasi, Gereja mengulang kata-
kata dan tindakan Kristus untuk mengenang Yesus yang rela mengurbankan diri-
Nya. Kata-kata dan tindakan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: “Terimalah
dan makanlah, inilah Tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu. Terimalah dan
minumlah inilah pialah Darah-Ku darah perjanjian baru dan kekal yang
ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah
ini untuk mengenangkan Daku” (DSA I-X). Kenangan misteri Paskah Kristus tidak
hanya dihayati sebagai peristiwa masa lampau, melainkan dihayati sebagai peristiwa
yang terjadi sekarang ini. Maka, dengan mengenang masa lampau, Gereja mampu
menghadirkan kebaikan Allah di masa sekarang ini dalam perayaan Ekaristi.
Kenangan bukan sekedar mengingat-ingat peristiwa masa lampau, melainkan dalam
perayaan Ekaristi kurban salib Kristus yang sekali untuk selamanya itu kini
dikenang dan dihadirkan kembali dalam perayaan Ekaristi (Martasudjita, 2003b:
294-295).
f. Liturgi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kadang-kadang mengalami peristiwa-
peristiwa yang di pandang sebagai pengalaman puncak akan penghayatan imannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Disini Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dalam hal ini (LG,
art. 11) menyatakan dengan tegas bahwa:
Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, puncak dan seluruh hidup kristiani,
mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama
dengan-Nya kepada Allah, demikianlah semua menjalankan peranannya
sendiri dalam perayaan liturgi, baik dalam persembahan maupun dalam
komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan
caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari Tubuh
Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkrit menampilkan kesatuan
umat Allah yang oleh sakramen Mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat
dan diwujudkan secara mengagumkan.
Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan Gereja. Oleh
karena itu, umat beriman secara aktif mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi
tersebut, baik sebagai pembagi komuni, menjadi lektor, putra-putri altar, koor,
pemazmur, komentator, doa umat, ada yang membawa persembahan dan lain
sebagainya. Disisi lain, dengan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, umat
dapat mengungkapkan imannya. Iman tidak hanya diungkapkan lewat doa-doa saja,
melainkan iman diharapkan perlu diwujudnyatakan dalam perbuatan nyata dalam
kehidupan sehari-hari baik di tengah-tengah keluarga maupun di tengan–tengah
masyarakat.
3. Sikap-sikap yang baik sebagai Seorang Pelayan
Dalam misa, para petugas maupun seluruh umat yang hadir sering melakukan
beberapa tata gerak tubuh (Daely, dkk. 2012: 14). Dibawah ini akan membahas tata
gerak tubuh yang sering dilakukan putra-putri altar adalah sebagai berikut:
a. Tanda Salib
Tanda salib merupakan tanda pengungkapan iman umat akan Kebangkitan
Kristus. Tanda salib sering dilakukan oleh umat dalam kehidupan sehari-hari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
misalnya saat mau makan dan setelah makan. Membuat tanda salib, mengingatkan
umat, akan pembaptisan yang telah diterimanya. Tanda salib yang dilakukan dalam
misa, khusunya pada saat Injil dibacakan, umat membuat tanda salib kecil dengan
ibu jari, tiga kali yaitu di dahi, mulut dan dada sambil berdoa dalam hati, itu artinya
bahwa ”Injil-Mu kuterima dengan budiku, kuakui dengan mulutku dan kusimpan
dalam hatiku” (Marsana Windhu, 1997b: 12).
b. Sikap Berjalan
Sikap berjalan menunjukkan suatu sikap kekompakkan (Marsana Windhu,
1997b: 11). Putra-putri altar dengan pantas menjaga sikap berjalan secara kompak
dalam melayani Imam maupun menerima persembahan dari umat.
c. Sikap Membungkuk Badan
Sikap membungkuk badan sering dilakukan oleh putra-putri altar bersama
Imam dan para petugas lainnya, ketika mau memulai dan mengakhiri perayaan
Ekaristi atau ketika berada di depan salib (Marsana Windu, 1997b: 16).
d. Sikap Menundukkan Kepala
Sikap menundukkan kepala merupakan sikap untuk mengormati seseorang
yang lebih besar. Dalam Ekaristi umat melakukan sikap menunduk kepala untuk
menghormati uskup atau imam yang bertugas pada saat itu. Ketika putra-putri altar
mengantar roti-anggur, atau pada saat sebelum dan sesudah mendupai Imam
melakukan sikap ini (Marsana Windhu, 1997b: 21). Sebaliknya, setelah imam
menggunakan peralatan liturgis putra-putri altar yang bertugas maju ke depan altar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dan menerima dari tangan imam mereka melakukan sikap menundukkan kepala
sebagai tanda penghormatan kepada Imam.
e. Berlutut
Berlutut berarti memperkecil diri atau merasa kecil di hadapan Allah. Sikap
ini merupakan ungkapan kerendahan hati manusia kepada Tuhan. Orang yang
merasa rendah hati senantiasa menyadari dirinya amat sangat kecil di hadapan Allah.
Berbeda dengan orang yang angkuh, ia merasa lebih tinggi, lebih hebat daripada
orang lain dan selalu ingin dihargai oleh orang lain (Marsana Windhu, 1997b: 22).
f. Duduk
Duduk menandakan sikap bersiap sediah untuk mendengarkan. Sikap duduk
dalam perayaan Ekaristi berlangsung dimulai dengan bacaan pertama, bacaan kedua,
saat homili, setelah menerima komuni dan saat dibacakan pengumuman. Umat dan
putra-putri altar duduk untuk mendengarkan Tuhan yang berbicara kepada umat-
Nya lewat bacaan maupun lewat homili (Daely, dkk. 2012: 20).
g. Berdiri
Berdiri melambangkan kesiapsiagaan dan pernghormatan seorang hamba
dihadapan tuannya. Berdiri mengungkapkan sikap siap menyambut, siap
mendengarkan, siap menerima dan siap diutus untuk berkarya (Marsana Windhu,
1997b: 27). Dalam misa, sikap berdiri menunjukkan kesiapsiagaan umat, untuk
melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Kristus kepada umat-Nya. Sikap
berdiri dimulai dari ritus pembuka saat perarakan masuk sampai doa pembuka, saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Alleluia dinyanyikan, saat Injil di bacakan dan ketika bersama-sama mengucapkan
syahadat para rasul, doa umat maupun saat menyanyikan lagu Kudus (Daely, dkk,
2012: 18).
h. Menebah/Menepuk Dada
Sikap ini merupakan lambang penyesalan akan segala dosa dan kesalahan
yang telah diperbuat manusia terhadap Tuhan maupun sesama dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap ini biasanya dilakukan juga pada saat mengucapkan doa “saya
mengaku” dan pada saat mengakhiri doa Anak Domba Allah dengan kata-kata”
Kasihanilah Kami” (Marsana Windhu, 1997b: 23).
i. Mengatupkan Tangan
Sikap mengatupkan tangan menandakan manusia berhenti dari segala macam
kesibukannya. Dengan begitu umat menyerahkan jiwa raganya kepada Tuhan untuk
merasakan ketenangan hati dan memusatkan perhatiannya kepada Kristus yang
selalu hadir dalam kehidupan umat manusia. Sikap ini berlaku juga bagi putra-putri
altar sebelum, selama dalam perayaan Ekaristi (Marsana Windhu, 1997b: 33).
4. Peralatan untuk Perayaan Ekaristi
Peralatan liturgi di bawah ini disusun berdasarkan susunannya serta penjelasan
dari masing-masing peralatan, antara lain:
a. Piala
Piala dalam bahasa Latin disebut ”calix” yang berarti “cawan”. Piala adalah
tempat anggur kemudian dicampur dengan air sedikit untuk dikonsekrasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Sesudah konsekrasi, anggur menjadi Darah Kristus (Daely, dkk. 2012: 52). Putra
putri altar perlu mengetahui bahwa tempat yang biasanya digunakan oleh Imam
untuk menaruh anggur adalah piala bukan tempat lain.
Pada malam perjamuan Yesus sendiri mengambil piala yang berisi anggur
dengan berkata kepada murid-murid-Nya”Ambillah dan minumlah, Inilah piala
darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi
semua orang demi pengampunan dosa“ (Mat 26: 27-28). Dalam Doa Syukur Agung
seluruh Gereja mengulang kata-kata konsekrasi untuk mengenang kembali peristiwa
malam perjamuan Yesus bersama para murid.
b. Purifikatorium
Purifikatorium dalam bahasa latin ialah “purificatorium” yang artinya sehelai
kain untuk yang berfungsi untuk membersihkan piala dan sibori sesudah komuni.
Kain purificatorium biasanya berwarna putih berbentuk persegi panjang dengan
salib terletak di tengah-tengah dan dilipat menjadi tiga bagian (Maryanto, 2004:
183).
c. Sendok Kecil
Dalam perayaan Ekaristi ada sendok kecil. Sendok kecil tersebut biasanya
disertakan dalam piala. Sendok kecil berfungsi untuk mengambil air putih dan
dicampurkan ke dalam anggur yang terlebih dahulu dituangkan ke dalam piala
(Martasudjita, 2008: 67).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
d. Patena
Patena dalam bahasa latin artinya piring. Dalam liturgi yang dimaksud
patena adalah berbentu seperti piring untuk meletakkan hosti kudus. Patena
bentuknya berbeda-beda, ada yang bundar ada pula yang datar sedikit cekung.
Patena berfungsi untuk meletakkan hosti besar. Patena dibagian ujungnya terdapat
salib (Daely, dkk. 2012: 54).
e. Palla
Palla dalam bahasa latin disebut palla corporalis yang artinya kain untuk
Tubuh Tuhan. Palla dibuat dari kain yang diperkeras sehingga menjadi kaku seperti
papan berbentuk persegi empat. Palla berfungsi untuk menutup piala dan patena
(Maryanto, 2004: 150).
f. Korporal
Korporal dalam bahasa latin “corporale” adalah serupa sehelai kain yang
pada saat perayaan Ekaristi di alas di atas meja altar sebagai alas untuk meletakkan
roti dan anggur yang akan dikonsekrasikan. Korporal biasanya dilipat menjadi
empat bagian dan di tenganya terdapat gambar salib (Maryanto, 2004: 107).
g. Sibori
Sibori dalam bahasa latin disebut ciborium yang artinya bejana suci. Sibori
ada beberapa bentuk ada yang berbentuk mangkok dan ada pula yang mirip seperti
piring biasa. Fungsi sibori adalah untuk menaruh hosti-hosti kecil yang akan
dibagikan kepada umat (Daely, dkk. 2012: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
h. Ampul
Ampul merupakan tempat untuk menaruh anggur dan air yang akan
digunakan dalam perayaan Ekaristi. Ampul semacam gelas kecil berwarna bening.
Ampul terdiri dari dua buah yang satu untuk tempat anggur dan yang satu tempat air
putih (Martasudjita, 2008: 68).
i. Piksis
Piksis berfungsi untuk menyimpan hosti besar yang akan dimasukkan dalam
montrans untuk ibadah adorasi. Selain itu, piksis menyimpan hosti-hosti kecil yang
akan dikirimkan kepada mereka yang sedang sakit di rumah (Maryanto, 2004: 178).
j. Lavabo
Menurut Daely, dkk (2012: 55) mengatakan bahwa lavabo artinya “saya
membasuh tangan”. Dalam misa, sesudah persiapan persembahan Imam mencuci
tangan, sebagai lambang kesucian hati Imam.
5. Bahan-bahan pokok yang digunakan dalam perayaan Ekaristi
a. Roti
Roti sering disebut hosti. Roti merupakan bahan utama yang digunakan
dalam perayaan Ekaristi. Roti yang digunakan dalam perayaan Ekaristi mempunyai
bentuk khusus, bundar tipis, dengan ukuran yang berbeda-beda ada yang besar dan
ada pula yang kecil. Dalam Doa Syukur Agung, roti tersebut dikonsekrasikan
menjadi Tubuh Kristus dan dibagikan kepada umat dalam bentuk komuni
(Maryanto, 2004: 191). Roti yang dibagikan kepada umat adalah roti yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
beragi artinya tidak dicampur dengan bahan lain seperti ragi dan adonan lainnya,
karena Yesus dalam mengadakan perjamuan malam terakhir, Dia juga menggunakan
roti tidak beragi. Makan roti tak beragi ada hubungannya dengan zaman dulu
dimana orang Yahudi merayakan perjamuan Paskah dengan roti tidak beragi untuk
mengenangkan peristiwa pembebasan bangsa Israel dari Mesir (Marsana Windhu,
1997d: 25-26). Oleh karena itu, untuk mengenang masa lalu, Gereja dalam perayaan
Ekaristi tetap menggunakan roti tak beragi, bukan roti yang sudah dicampur dengan
berbagai macam adonan lainnya, agar dapat disimpan dan dapat bertahan lama
sehingga tidak berjamuran.
b. Anggur
Anggur berwarna merah melambangkan darah yang merah. Manusia yang
kekurangan darah merah akan meninggal. Maka, bisa dikatakan bahwa darah adalah
sumber kehidupan manusia (Marsana Windhu, 1997d: 28). Ketika Yesus dan para
murid mengadakan perjamuan terakhir, Yesus menggambarkan anggur sebagai
darah-Nya sendiri yang akan dicurahkan di kayu salib. Disini anggur merah
melambangkan darah Yesus sendiri yang ditumpahkan demi menghapus dosa-dosa
umat manusia (Daely, dkk. 2012: 64).
c. Air
Air mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia antara lain untuk
minum, pembaptisan, dll. Dalam perayaan Ekaristi, selain menggunakan roti dan
anggur Imam selalu menggunakan air sebagai bagian dari hasil bumi yang di
persembahkan oleh manusia kepada Tuhan (Marsana Windhu, 1997d: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d. Abu
Abu sebagai simbol pertobatan, merasa malu karena dosa dan juga sebagai
penyelasan. Selain itu, abu melambangkan harapan akan kebangkitan dari kedosaan
umat manusia. Abu biasanya digunakan pada saat perayaan hari Rabu Abu. Imam
menandai abu pada dahi umatnya. Abu yang digunakan tidak sembarang abu, namun
abu tersebut berasal dari daun palma tahun sebelumnya yang sudah kering diambil
lalu dibakar kemudian dioleskan di dahi umat (Daely, dkk. 2012: 68).
e. Dupa
Dupa merupakan ramuan harum yang diambil dari sejenis pohon pinus.
Tujuan utama penggunaan dupa dalam liturgi adalah sebagai ungkapan permohonan
doa-doa umat dalam bentuk asap yang membumbung di hadapan Allah. Dalam
perayaan hari-hari besar imam mendupai altar pada awal Ekaristi, pada saat
persiapan persembahan, sebelum Injil dibacakan, pada saat mau membacakan Doa
Syukur Agung dan terakhir misdinar berdiri dan mendupai umat (Maryanto, 2004:
50).
6. Warna-warna Liturgi
Warna memiliki banyak arti. Misalnya, bendera merah putih. Merah artinya
berani. Sedangkan putih berarti suci atau benar. Begitu pula dalam Gereja Katolik,
mempunyai beberapa yakni putih, merah, hijau, hitam, kuning dan merah .Warna
tersebut mempunyai arti dan fungsinya masing-masing yang selalu digunakan
berdasarkan kalender liturgi (Martasudjita, 2006: 10). Dibawah ini akan dibahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
secara khusus masing-masing warna menurut maknanya antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Putih
Warna putih melambangkan kehidupan baru, kemuliaan dan kesucian.
Warna putih dikenakan oleh petugas pada hari raya seperti: Natal, Paskah, Kamis
Putih, pesta Bunda Maria, para Malaikat dan pesta para santo-santa yang bukan
martir. Wrna putih juga sering dipakai oleh para pengantin baru (Daely, dkk. 2012:
48).
b. Merah
Warna merah melambangkan Roh Kudus, darah, apiyang bernyala , atau
sebagai lambang pengorbanan yang memberikan kekuatan. Juba warna merah
biasanya dipakai pada hari Jumat Agung, hari raya Pentakosta, Kristus Raja dan
pada waktu merayakan pesta atau peringatan para rasul, para martir dan pesta
pengarang Injil untuk mengenang para kudus yang meninggal dunia (Martasudjita,
2006: 11).
c. Kuning
Warna kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan.
Warna ini bisa juga ditukarkan dengan warna putih. Warna kuning biasanya di pakai
pada hari-hari raya seperti pada perayaan Natal maupun pada perayaan Paskah
(Marsana Windhu, 1997d: 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
d. Hijau
Warna hijau adalah warna yang membuat suasana menjadi penuh
kesegaran,seperti alam yang membawa kesuburan, penuh harapan dan sebagai
lambang kesuburan. Warna hijau ini dipakai pada perayaan masa biasa
(Martasudjita, 2006: 13).
e. Ungu
Warna ungu mengungkapkan sikap pertobatan, kesedihan dan matiraga.
Warna unggu dipakai pada masa Adven, Prapaska dan pada saat misa arwah
(Marsana Windhu, 1997 d: 23). Sebagai ungkapan pertobatan dan matiraga, maka
dalam masa adven, dekorasi di dalam Gereja memakai warna unggu. Demikian pula
para petugas liturgi maupun sebagian umat mengenakan pakain serba unggu.
f. Hitam
Warna hitam melambangkan kesedihan dan kedukaan. Warna hitam
biasanya digunakan dalam misa arwah atau pemakaman, tetapi sekarang jarang
digunakan. Sebagai pengganti warna hitam adalah warna ungu (Marsana Windhu,
1997d: 23).
7. Petugas Liturgi
a. Pengertian Petugas
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 1215)
menjelaskan bahwa petugas adalah orang yang bertugas melakukan sesuatu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
misalnya; misdinar melaksanakan tugasnya yaitu melayani Imam, ketika Imam
merayakan perayaan Ekaristi.
Menurut Ernest Maryanto (2004: 177) petugas liturgi juga dibedakan secara
umum dan khusus. Secara umum petugas liturgi adalah semua umat yang ikut serta
berpartisipasi mengambil bagian dalam liturgi Gereja. Sedangkan petugas liturgi
khusus juga dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu petugas yang tertahbiskan (uskup,
imam dan diakon) maupun petugas yang tak bertahbiskan (pembagi komuni,
pemazmur, misdinar, koor, organis, koster dan komentator).
b. Petugas Tertahbis
Yang termasuk pelayanan tertahbis yaitu Uskup, Imam dan Diakon.
Dibawah ini akan dijelaskan tugas serta fungsi masing-masing petugas, adalah
sebagai berikut:
1) Uskup
Dalam bukunya Ernest Maryanto (2004: 223) menjelaskan Uskup adalah
seorang pemimpin jemaat katolik pada tingkat keuskupan. Paroki dekat keuskupan,
perayaan Ekaristi biasanya dipimpin langsung oleh Uskup setempat, sementara para
imam mendampingi sebagai konselebran. Kehadiran konselebran bukanlah untuk
menambah kemeriahan, dalam perayaan Ekaristi melainkan untuk memperlihatkan
dengan jelas misteri Gereja, yakni sebagai sakramen kesatuan (Komisi Liturgi-KWI,
2002: 61-62).
2) Imam
Imam adalah seseorang yang telah menerima tahbisan imamat dari uskup.
Imam mempunyai tugas untuk memimpin perayaan Ekaristi. Pada perayaan hari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
besar seperti Paska dan Natal biasanya pemimpin Ekaristi tidak hanya satu, tetapi
lebih dari satu. Para imam yang secara bersama-sama membantu mempersembahkan
perayaan Ekaristi disebut konselebran. Namun dari mereka ada salah seorang yang
menjadi pemimpin utama ia disebut selebran utama (Marsana Windhu, 1997e: 33).
3) Diakon
Diakon dalam bahasa Yunani disebut diakonos yang artinya pelayan.
Menjadi diakon berarti sudah menerima pelantikan dari Uskup. Dalam misa, diakon
mempunyai tugas membantu imam yaitu membacakan Injil, kadang-kadang
menyampaikan homili, serta membagikan komuni baik dalam perayaan Ekaristi
berlangsung maupun mengantarkan komuni kepada umat yang sakit (Komisi
Liturgi-KWI, 2002: 62).
c. Petugas yang tak tertahbiskan
Yang termasuk petugas tak tertahbis adalah, lektor, pemazmur, kor atau
paduan suara, petugas kolekte, prodiakon, petugas musik atau organis, koster,
komentator (Komisi Liturgi-KWI, 2002: 64-65). Dibawah ini akan dijelaskan
tugasnya masing-masing secara rinci:
1) Pembagi Komuni
Di setiap paroki ada petugas yang biasanya membagi komuni kepada umat.
Mereka tidak ditahbiskan tetapi mereka dilantik oleh Uskup atau wakilnya yaitu
Imam supaya membantu dalam kegiatan liturgi dalam jangka waktu selama dua
tahun. Mereka yang membagi komuni disebut prodiakon (Daely, dkk. 2012: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2) Lektor
Lektor adalah seorang awam, baik laki-laki maupun perempuan yang
bertugas membacakan bacaan pertama dan kedua dalam misa. Mereka diharapkan
bisa membaca dengan baik dan jelas sehingga umat yang mendengarkan dapat
menangkap isi bacaan tersebut (Daely, dkk. 2009: 11).
Menurut Marsana Windhu, lektor adalah seseorang yang bertugas membaca
sabda Allah, khususnya membaca bacaan yang berasal dari Perjanjian Lama dan
epistola yang artinya membaca bacaan dari surat para rasul dari Perjanjian Baru
(Marsana Windhu, 1997e: 35). Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa lektor adalah seorang awam, baik laki-laki maupun
perempuan yang membacakan bacaan di atas mimbar dengan suara secara lantang
dan jelas agar umat yang mendengarkan dapat menangkap isinya dengan baik.
3) Pemazmur
Pemazmur bertugas membawakan mazmur diantara bacaan pertama dan
bacaan Injil. Bagi pemazmur supaya dapat menunaikan tugasnya dengan baik, ia
harus menguasai cara melagukan mazmur dengan baik dan harus mempunyai suara
yang lantang serta ucapan yang jelas sehingga umat juga dapat mengikutinya dengan
baik (Komisi Liturgi-KWI, 2002: 64).
4) Koor/Paduan Suara
Di setiap Gereja mempunyai kelompok koor. Kelompok koor/paduan suara
tersebutlah yang selalu bertugas menyanyikan lagu-lagu supaya misa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dirayakan terasa lebih indah dan meriah. Mereka yang bertugas itu sering disebut
koor/paduan suara (Daely, dkk. 2012: 12).
5) Petugas Kolekte
Menurut Komisi Liturgi-KWI (2002: 65) menjelaskan bahwa petugas
kolekte adalah orang-orang yang bertugas mengumpulkan kolekte berupa uang atau
hasil bumi. Pengumpulan kolekte biasanya dilakukan pada saat persembahan,
menjelang Doa Syukur Agung. Kolekte tersebut merupakan tanda partisipasi umat
demi kebutuhan Gereja setempat antara lain untuk keperluan perayaan Ekaristi,
kebutuhan pastoral umat maupun kegiatan sosial lainnya (Maryanto, 2004: 102).
6) Petugas Musik/Organis
Di setiap paroki ada orang-orang yang bertugas mengiringi nyanyian dengan
berbagai peralatan musik seperti orgen dan gitar. Mereka ini sering disebut dengan
petugas musik (Marsana Windhu, 1997e: 36). Sedangkan organis istilah lain adalah
untuk menunjukkan sebagai petugas musik atau orang yang memainkan musik dan
instrument, sehingga perayaan Ekaristi menjadi lebih meriah karena diiringi dengan
musik dan instrumen (Maryanto, 2004: 148).
7) Koster
Koster bertugas menyediakan perlengkapan misa dan setelah misa selesai
orang tersebut mengembalikan peralatan misa. Selain itu, dia bertugas
membunyikan lonceng pada saat menjelang doa Angelus (doa malaikat Tuhan) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pagi, siang dan sore hari serta membunyikan lonceng menyelang misa dimulai
(Marsana Windhu, 1997e: 37).
8) Komentator
Komentator adalah orang yang bertugas untuk memberikan penjelasan atau
memberikan petunjuk singkat kepada umat sebelum perayaan Ekaristi dimulai,
supaya umat lebih siap merayakan Ekaristi dengan baik. Petunjuk-petunjuk tersebut
harus disiapkan dengan baik, kemudian dirumuskan dengan singkat dan jelas. Dalam
menjalankan tugas, komentator berdiri di tempat yang kelihatan di hadapan umat
tetapi tidak di mimbar. Petugas tersebut disebut komentator (Komisi Liturgi-KWI,
2002: 65). Selain petugas komentator, Imam juga sering memberikan komentar pada
saat sebelum perayaan Ekaristi dimulai misalnya; pengantar seperti selamat pagi,
selamat datang dan selamat berkumpul di rumah Tuhan. Kita semua diundang di
rumah Tuhan karena Tuhan dan kita diundang untuk merayakan perayaan Ekaristi
pada hari ini, atau pada saat mengucapkan syahadat dengan kata-kata marilah kita
secara bersama-sama mengucapkan syahadat para rasul yaitu Aku percaya akan
Allah Bapa yang Maha kuasa dan seterusnya.
C. Pendampingan Rohani Putra-putri Altar
1. Pengertian Pendampingan
Mangunhardjana (1989, 22-33) mengatakan bahwa pendampingan berarti
membantu kaum muda untuk menemukan kemampuan diri mereka, memungkinkan
mereka mendapat kecakapan untuk mengembangkan kemampuan itu hingga
mencapai kepenuhan. Selain itu, kata pendampingan bermaksud mengentengahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
suatu usaha membantu kaum muda untuk mencapai masa depan dengan tema,
tujuan, materi, dan, metode pendampingan tertentu. Namun, oleh karena tuntutan
kebutuhan, maka kata pendampingan dipakai untuk mendampingi putra-putri altar di
Stasi Samigaluh. Satuan pendampingan diupayakan dalam bentuk rekoleksi dibuat
dengan tema, sub tema, tujuan, materi, sarana yang mendukung serta metode yang
menarik.
Dalam proses rekoleksi dibuat dalam beberapa sesi sesuai kebutuhan demi
mencapai tujuan yang diharapkan. Sesi-sesi tersebut antara lain sesi pertama
membuka wawasan putra-putri altar di Stasi Samigaluh melalui nonton video, sesi
kedua memperagakan cara menggunakan peralatan liturgi, sesi ketiga nilai-nilai dan
faktor-faktor pendukung, sesi keempat melakukan tes tertulis dan sesi kelima
melakukan evaluasi dari keseluruhan proses rekoleksi.
2. Pengertian Rohani
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 960)
menjelaskan bahwa rohani adalah berkaitan dengan roh. Rohani artinya yang
dikerjakan oleh Roh Ilahi yang artinya yang berlawanan dengan keinginan daging.
Rohani berkaitan dengan Roh Kudus dan kegiatannya serta hasil kegiatan-Nya yakni
yang berhubungan dengan agama, bacaan rohani dan kehidupan rohani (Heuken,
2005: 132). Disini akan membedakan antara keinginan Roh dan keginginan daging.
Yang dimaksud dengan keinginan daging adalah percabulan, hawa nafsu,
perselisihan, iri hati, percideraan, kepentingan diri sendiri, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan keinginan Roh
adalah ada kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kesetiaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kelemah-lembutan dan diharapkan dalam kehidupan putra-putri altar lebih
mengandalkan karya Roh kudus dan membuka diri di pimpin oleh Roh kudus itu
sendiri dalam tugas pelayanan mereka dengan menolak keiginan daging yang
menggiurkan tersebut (Gal 5:19-25).
Penulis dapat menyimpulkan bahwa rohani adalah hal-hal yang berhubungan
dengan karya Roh Kudus yang mengarah pada nilai-nilai baik, bukan yang
mengarah pada keinginan daging seperti yang sudah disebutkan di atas. Maka, untuk
menuju pada kehidupan yang suci, manusia memerlukan sarana seperti keterbukaan
kepada karya Roh Kudus yang memungkinkan karya Roh Kudus bekerja dalam
mengembangkan kerohanian manusia. Disini dikhususkan bagi putra-putri altar di
Stasi Samigaluh semoga Roh Kudus yang mereka terima dalam pembaptisan
berkarya menyemangati mereka untuk tetap setiap menjadi pelayan Tuhan dan
sesama.
3. Pengertian Pendampingan Rohani
Melalui pengertian pendampingan dan rohani, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendampingan rohani adalah usaha untuk membantu putra-putri altar di Stasi
Samigaluh dalam berbagai macam kegiatan rohani seperti retret, ziarah, camping
rohani dan salah satunya adalah melalui kegiatan rekoleksi agar melalui kegiatan
rekoleksi mereka menemukan kemampuan dirinya lalu dapat mengembangkannya
secara maksimal.
4. Tujuan Pendampingan
Tujuan pendampingan mencakup segala aspek kehidupan putra-putri altar di
Stasi Samigaluh seperti budi, hati, kehendak, sikap, perbuatan atau perilaku hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sehari-hari. Setelah didampingi putra-putri altar tidak hanya tahu secara teori, tetapi
diharapkan dapat melaksanakan dan mampu mempraktekkan pengetahuan dan teori-
teori yang mereka dapatkan tugas dan pelayanan sebagai putra-putri altar serta
mampu menerapkan juga dalam kehidupan sehari (Mangunhardjana, 1989: 26).
5. Manfaat Pendampingan
Manfaat pendampingan bagi putra-putri altar sejak usia dini untuk
menumbuhkan kader-kader Gereja di masa yang akan datang, sebab melalui
pendampingan rohani mereka dibimbing dan diarahkan untuk menyadari tugas-
tugasnya sebagai pelayan Tuhan. Sikap melayani tidak hanya melayani imam pada
saat imam mempersembahkan perayaan Ekaristi, tetapi diharapkan sikap melayani
juga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, dalam keluarga,
maupun di tengah-tengah masyarakat. Melalui pendampingan secara rutin terhadap
putra-putri altar di Stasi Samigaluh, maka di masa mendatang di Gereja Samigaluh
akan banyak memiliki kader-kader yang nantinya akan berperan aktif baik bagi
Gereja maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
D. Nilai-nilai baik yang perlu dimiliki oleh Putra-putri Altar
Putra-putri altar selain mengenal peralatan liturgi, mereka juga diajari untuk
menghayati nilai-nilai yang baik dalam mengemban tugasnya sebagai seorang
pelayan adalah sebagai berikut:
1. Menjadi Teladan
Putra-putri altar sebagai pelayan, perlu mempunyai kualitas hidup yang baik,
sehingga bisa diteladani oleh teman-teman di sekolah maupun oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Selain itu, putra-putri altar perlu menyadari bahwa dihadapan Allah manusia
mempunyai martabat yang sama, maka diharapkan secara perlahan-lahan
meninggalkan sikap kepentingan diri sendiri seperti kesombongan, angkuh dan
egoisme. Tetapi diharapkan mampu menumbuhkan sikap saling menghormati,
menghargai satu dengan yang lainnya, tidak egois, tidak menimbulkan permusuhan
di antara mereka dan juga tidak berpacaran, karena menjadi putra-putri altar lebih
mendahulukan tugas mulia yaitu melayani Imam dalam perayaan Ekaristi (Komkat
KAS, 2006: 66).
2. Melayani dengan Sukarela Bukan Paksaan
Putra-putri altar melayani Imam dalam perayaan Ekaristi dengan sukarela
bukan karena paksaan. Melayani dengan sukarela berarti bertanggungjawab
melayani atau mengerjakan segala sesuatu dengan sukarela tanpa ada paksaan dari
orang lain. Melayani tanpa paksaan berarti melayani dengan penuh senang hati,
bersemangat dan penuh kegembiraan yang mendalam. Maka, buah dari pelayanan
yang baik ialah menjadi anak yang takwa akan Tuhan, rajin berdoa, tidak nyontek,
rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah, taat kepada orang tua dan teman serta orang-
orang di sekitarnya (Martasudjita, 2003: 47). Dasar dari sikap melayani dengan
sukarela, terdapat dalam surat St.Paulus kepada Filemon dengan berkata “Aku tidak
berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan
paksa melainkan dengan sukarela” (Fil 1:14). Artinya bahwa putra putri altar di
Stasi Samigaluh dalam melaksanakan tugasnya yakni melayani Imam, melakukan
bukan karena paksaan melainkan melayani dengan sukarela dan penuh sukacita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
3. Melayani dengan Penuh Pengabdian
Dalam bukunya Martasudjita, (2003a: 52) menjelaskan bahwa pengabdian
adalah pelayanan yang murah hati. Kata pengabdian menuntut sikap pelayanan yang
tulus, tanpa pamri dan tidak egois. Semangat pengabdian menuntut pengorbanan
waktu, tenaga pikiran dan perasaan. Ini merupakan makna dari pengabdian yaitu
dengan kerelaan, ketulusan untuk memberikan segalanya, bahkan apa yang paling
berharga dalam hidup kita. Maka, jiwa pengabdian mengandung makna tidak
mencari imbalan atau upah, melainkan lebih mengutamakan tugas-tugas yang mulia
karena apa yang dibutuhkan oleh manusia akan ditambahkan oleh Tuhan (Luk
12:22; 30-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB III
PENELITIAN TENTANG PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR
DALAM LITURGI DI STASI SAMIGALUH
Bab III ini merupakan hasil penelitian tentang pelayanan putra-putri altar
dalam liturgi serta mengenai pendampingan rohani putra-putri altar di Stasi
Samigaluh Yogyakarta. Dalam bab III ini, penulis akan menguraikan dua bagian
besar yakni: Bagian A, gambaran umum tentang paroki Boro dan Stasi Samigaluh.
Bagian B, tentang metodologi penelitian.
A. Gambaran Umum Paroki Boro dan Stasi Samigaluh
Gambaran umum bagian A, meliputi dua bagian yakni: yang pertama (1)
tentang Paroki Boro meliputi; sejarah singkat Paroki Santa Lisieux Boro,
Yogyakarta, letak dan situasi geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Dan
bagian yang kedua (2) tentang Stasi Samigaluh meliputi; Sejarah Singkat Stasi
Ignasius Loyola Samigaluh, letak dan batas-batas geografis Stasi St. Ignasius Loyola
Samigaluh, jumlah lingkungan dan jumlah umat yang ada di Stasi St. Ignasius
Loyola Samigaluh.
1. Gambaran Umum Paroki Santa Lisieux Boro, Yogyakarta
a. Sejarah Singkat Paroki Santa Lisieux Boro, Yogyakarta
Menurut Dewan Paroki Santa Lisieux Boro (2008: 5-9) dijelaskan bahwa
wilayah Boro semula merupakan bagian dari Stasi Kalibawang yang di layani dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
paroki Muntilan. Pada tanggal 20 Mei 1904, Romo Fransiskus Van Lith SJ,
membaptis empat orang pertama dari wilayah Kalibawang di Muntilan. Peristiwa
tersebut dianggap sebagai Pentakosta baru bagi masyarakat setempat. Keempat
orang yang telah di baptis menjadi katekis dan membawa Kabar Gembira kepada
orang-orang di sekitarnya. Pada 14 Desember 1904, Romo Van Lith membaptis
sebanyak 171 orang di Sendangsono. Peristiwa ini di pandang sebagai awal lahirnya
kekatolikkan di Keuskupan Agung Semarang secara khusus dan di Jawa pada
umumnya. Mereka yang telah dibaptis setiap sabtu ke Muntilan untuk mengikuti
pelajaran agama dan pada hari minggu mengikuti perayaan Ekaristi. Setelah itu
perkembangan umat semakin banyak di wilayah Kalibawang, maka pada tahun 1914
pimpinan Misi mengutus Romo Goenewegen SJ, untuk menggembalakan umatnya
di Muntilan. Pada tahun 1918 Romo Goenewegen SJ, mendirikan sekolah rakyat di
Plaza yang berfungsi sebagai tempat belajar dan sekaligus dijadikan sebagai Gereja
tempat untuk merayakan Ekaristi pada hari minggu. Tahun 1923 wilayah
Kalibawang yang berpusat di Plaza, ditetapkan sebagai Stasi dari paroki Mendut.
Pada saat itu wilayah Kalibawang memiliki anak stasi yaitu, Gondolangu, Boro-
Banjarasri, Samigaluh dan Kerugmungggang. Romo Johanes Baptis Prennthaler SJ,
sebagai gembala di Mendut sering mengadakan kunjungan ke wilayah perbukitan
Menoreh dan sering mengadakan misa di Mendut setiap sabtu dan minggu (Dewan
Paroki Santa Lisieux Boro, 2008: 5).
Pada tahun 1927 jumlah umat Katolik di wilayah tersebut bertambah
sebanyak 981 orang. Pada tahun yang sama, Romo Prennthaler SJ, mengadakan
perayaan Ekaristi perdana di desa jurang Banjarasri yang diikuti oleh lima orang.
Peristiwa tersebut dipandang sebagai cikal-bakal lahirnya Paroki Boro. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
rangka memperingati lima (5) orang katolik pertama di baptis di Sendangsono, maka
dibagunlah Gua Maria Sendangsono yang dipersembahkan kepada Bunda Maria
Lourdes dan diberkati pada tanggal 8 Desember 1929. Bersamaan dengan itu Romo
Prennthaler SJ, mengupayakan loceng-lonceng di setiap desa untuk digunakan pada
saat doa Angelus dan devosi kepada Bunda Maria. Pada tanggal 24 April 1930,
Romo Prennthaler SJ dan Romo Fransiskus Xaverius Satiman SJ, pindah dari
Mendut dan tinggal di Boro. Boro di pilih sebagai tempat strategis untuk
penggembangan karya Misi di wilayah Kalibawang dan sekitarnya. Jumlah umat
pada akhir tahun 1930 sekitar 1.366 orang. Hampir setiap desa menerima pelajaran
agama, baik dari Romo dan dari Bapak Barnabas Sarikromo dan para katekis
lainnya. Bulan November 1930 mulai di bangun gereja Boro. Gereja dan pastoran
Boro diberkati oleh Romo Jos Van Baal SJ sebagai Superior Misi. Pada tanggal 31
Agustus 1931 diberi nama pelindung Santa Theresia Lisieux. Pada saat itulah
wilayah Boro mencakup Kalibawang, Samigaluh, Plaza dan Nanggulan.
Strategi misi yang diusahakan oleh Romo Prennthaler SJ, sama halnya
dengan Romo Van Lith yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah di beberapa
tempat sebagai media pewartaan iman. Tantangan yang dihadapi oleh Romo
Prennthaler SJ, dalam menjalankan karya misinya yaitu munculnya propaganda
dengan penyebaran agama lain seperti Islam, Protestan dengan beberapa sekolah di
beberapa tempat dengan tujuan untuk menghancurkan sekolah misi. Selain itu, dari
pihak pemerintahan juga tidak terlalu peduli. Namun, karena kebijaksaan dan
keterbukaan Romo Prennthaler SJ, dalam berelasi dengan siapapun dari berbagai
pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik (Dewan Paroki
Santa Lisieux Boro, 2008: 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Selanjutnya dalam menggembangkan karya misi Romo Prennthaler SJ,
melibatkan 5 suster OSF dari (Ordo Santo Fransiskus). Biara dan Rumah Sakit
Santo Yusup Boro didirikan sejak 15 Desember 1930. Karya pastoral yang dibantu
oleh para suster antara lain di bidang pendidikan, kesehatan dan panti Asuhan.
Rumah sakit Boro diberkati pada tanggal 4 Januari 1931 oleh Romo Adrianus Van
Kalken SJ dan Romo FX. Santiman SJ. Selanjutnya Romo Prennthaler dan Romo
FX. Santiman SJ, membentuk pamomongan umat yang sekarang disebut ketua
lingkungan di setiap dusun agar reksa pastoral umat semakin efektif seperti
menyampaikan berita dari romo kepada umat dan sebaliknya memberikan informasi
kepada romo apabila ada pembaptisan, pengurapan orang sakit, memberi pelajaran
agama dan memimpin ibadah harian atau mingguan di setiap dusun.
Di paroki Boro karya penggembalaan pada masa pergolakan tahun 1947-
1949 berjalan apa adanya. Jumlah imam pribumi terbatas. Tenaga misionaris mulai
berkurang. Wilayah pastoral yang ditangani cukup luas. Oleh karena itu, muncul
kesadaran umat untuk ikut mengambil bagian dalam mencukupi kebutuhan Gereja.
Selain itu, pada 1952-1960 Romo Adrianus Flooren SJ dan teman-temannya
mengumpulkan kateki sukarelawan dari desa-desa dan mengajak guru-guru agama
untuk mengajar agama di desa-desa. Buahnya peningkatan pembaptisan pada tahun
1958 di Boro dengan jumlah baptisan 1.500 jiwa. Di samping itu, mulai dirintis
kring-kring (lingkungan) sebagai basis perkumpulan umat (Dewan Paroki Santa
Lisieux Boro, 2008: 9).
Menjelang pemberontakan G 30 S/PKI, situasi politik sangat menengangkan
dan terjadi rawan konflik, sehingga kaum muda katolik terpecah-bela, bahkan
banyak yang memilih menjadi aktifis sehingga mereka menjauh dari kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gereja. Maka, pada tahun 1961 Romo Joanes Muler SJ, menyelenggarakan kursus
untuk para katekis dengan harapan setelah lulus para katekis, termasuk para suster
dan Bruder bisa mengajar di sekolah dan di desa-desa. Setelah pemberontakan G 30
S, Gereja mendapat panenan baptis pada tahun 1966 dan 1967 dengan jumlah 1.200
jiwa. Kemudian, seiiring dengan semangat Konsili Vatikan II, pada 1963-1965 ada
pembaharuan dalam hidup menggereja yaitu adanya partisipasi kaum awam dalam
hidup menggereja semakin mendapat peluang. Prioritas karya pastoral adalah
katekese mengenai ajaran Gereja Katolik kepada katekumen maupun umat serta
penataan liturgi dan hidup menggereja mulai ditingkatkan.
Disisi lain, melakukan pemberdayaan sosial-ekonomi umat lewat
pemeliharaan ternak babi. Pada tahun 1971, didirikan usaha bersama mekar (UB
Mekar). Pada I Juli 1970 Br. Pachomeus FIC, bersama tokoh-tokoh masyarakat
mendirikan UB Bakti untuk penggilingan padi. Selain itu, paroki menyediakan
sawah, kebun panili yang diharapkan untuk membiayai kehidupan Gereja namun
mengalami gagal total. Akhirnya, diupayakan lewat Koperasi Simpan Pinjam,
tabungan cinta kasih, kredit lunak kambing abadi, tani lestari dan penanaman pohon
jati. Selanjutnya, Gereja Boro memperdayakan lingkungan yang ditandai dengan
pembangunan fisik yaitu pembangunan kapela-kapela.
Selain pembangunan fisik, diusahakan penataan administrasi pengurus
lingkungan sesuai ARDAS KAS. Selain itu, ketelibatan umat katolik di tengah
masyarakat semakin nampak sebagai pengurus RT/TW, Kepala Dusun, camat, DPR
dan profesi lainnya. Pada tanggal 24 Januari 2002 mulai dilaksanakan Novena di
makam Romo Prennthaler, SJ, sebagai perintis dan rasul Agung Kalibawang.
Novena terus berlangsung hingga sekarang tepatnya setiap malam Jumat Kliwon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dan jumlah umat Paroki Boro per 31 Desember 2013 sampai 2014 ini tercatat 6.323
jiwa (Dewan Paroki Santa Lisieux Boro, 2008: 10-11).
b. Letak dan Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Menurut Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro (2008: 7) dijelaskan
bahwa Paroki St.Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu dari 85 paroki yang
ada di Keuskupan Agung Semarang. Paroki St.Theresia Lisieux Boro Keuskupan
Agung Semarang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah timur
berbatasan dengan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, sebelah selatan berbatasan
dengan Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan, sebelah barat berbatasan
dengan Paroki St.Maria Purworejo, Keuskupan Purwokerto dan sebelah utara
berbatasan dengan Paroki St.Maria Lourdes Promasan.
Sementara dalam konteks wilayah pemerintahan, paroki ini mencakup 4
(empat) kelurahan yaitu; kelurahan sebelah barat berbatasan dengan kelurahan
Banyuasin, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo. Sebelah selatan berbatasan
dengan kelurahan Kembang dan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten
Kulonprogo. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Sendangagung, kecamatan
Minggir Kabupaten Sleman dan Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan
Banjarharjo, kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo.
2. Gambaran Umum Stasi Ignasius Loyola Samigaluh
a. Sejarah Singkat Stasi Ignasius Loyola Samigaluh
Berdasarkan hasil wawancara dengan mantan prodiakan Bapak Y.Sukiyono
dan J.C. Kustanto mengatakan bahwa pada mulanya di Ngalian Gunung Samigaluh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ada seorang lelaki bernama Sangku Joyowirono. Beliau adalah seorang kaum
(Ro’is). Pada suatu hari ia pergi ke Muntilan bertujuan untuk membeli petasan.
Ketika sampai di nDekso, ia bertemu dengan seorang lelaki kulit putih yang
bertujuan ke Muntilan. Sebelum sampai di Muntilan, pak Sangku diajak mampir ke
Mendut oleh pria tersebut. Ternyata pria kulit putih tersebut adalah Romo.
Prennthaler, SJ. Ketertarikan dan kekaguman akan cerita-cerita yang di dengarnya
sepanjang perjalanan, serta kagum akan pribadi Romo.Prennthaler SJ, maka
timbulah keinginan di hati Pak Sangku untuk menjadi Katolik. Sejak pertemuan
itulah, pada hari-hari tertentu pak Sangku pergi ke Mendut untuk belajar lebih dalam
tentang Ajaran Agama Katolik kepada Romo. Prennthaler, SJ. Pada tahun 1928,
dengan perantaraan Romo Prennthaler SJ, maka Pak Sangku menerima sakramen
permandian. Dengan demikian, namanya menjadi Ignasius Loyola Sangku
Joyowirono. Menurut cerita, sebetulnya ketika dibaptis mbah Joyowirono tidak
sendirian, pada waktu itu mereka semuanya ada sembilan orang yang berasal dari
sekitar Samigaluh, tetapi belakangan diketahui bahwa ternyata yang ketujuh orang
tersebut meninggalkan Gereja. Pada tahun 1975, mbah Ignasius Loyola Joyowirono
dipanggil menghadap Tuhan. Setelah itu, umat Katolik di Samigaluh mulai semakin
berkembang dan semakin banyak. Untuk mengenang perjuangan mbah Ignasiua
Loyola Sangku Joyowirono yang dipilih Tuhan sebagai cikal bakal (benih) pengikut
Kristus di Stasi Samigaluh.
Maka, umat setempat sepakat menetapkan Ignatius Loyola sebagai pelindung
Stasi Samigaluh dengan tambahan nama menjadi Stasi Santo Ignatius Loyola.
Pestanya di rayakan pada tanggal 31 Juli sebagai hari kelahiran Stasi Samigaluh.
Sebagai barang bukti sejarah masih ada sampai sekarang yaitu sebuah Lonceng yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
di datangkan dari Belanda. Berdasarkan cerita, lonceng tersebut sebagai hadiah atas
pembaptisan mbah Joyowirono atau tepatnya atas berdirinya Gereja Stasi Samigaluh
[Lampiran 17: (29)-(30)].
b. Letak dan Batas-batas Geografis Stasi Ignasius Loyola Samigaluh
Berdasarkan peta administrasi, kecamatan Samigaluh terletak di dusun
Nguntuk-untuk. Wilayah Samigaluh bagian utara berbatasan dengan desa
Ngargosari, bagian selatan berbatasan dengan desa Banjarsari, sebelah timur
berbatasan dengan desa Gerbosari dan sebelah barat berbatasan dengan desa
Pagerharjo. Kekhasan yang terdapat di Kecamatan Samigaluh adalah letaknya yang
dekat dengan puncak Suroloyo. Di kecamatan Samigaluh untuk sarana transportasi
cukup sulit maka masyarakat pada umumnya menggunakan jasa ojek dan ada yang
juga yang dijangkau dengan berjalan kaki. Dari jenis bangunan yang terdapat di
kecamatan Samigaluh sudah bagus mulai dari kantor kecamatan, ada kantor POS.
PUSKESMAS, sekolah-sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Kekhasan dari
hasil kebun antara lain; buah kakao, penghasilan cengkeh dan terdapat persawahan
yang cukup luas. Jumlah penduduk kecamatan Samigaluh berjumlah 31.816 jiwa
dan jumlah umat Katolik di Kecamatan Samigaluh berjumlah 3791 jiwa artinya
11,91 % dari jumlah total. Mayoritas penduduk di kecamatan Samigaluh adalah
suku Jawa yang masih memegang teguh adat istiadat Jawa yang sangat kental. Di
daerah Samigaluh ada kelompok minoritas yang berasal dari orang Sumatra,
Kalimantan dan Flores. Penduduk di kecamatan Samigaluh memiliki mata
pencaharian sebagai petani, swasta, pegawai negeri, guru, pedagang dan pensiunan.
Meskipun banyak keanekaragaman suku dan mata pencaharian di kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Samigaluh, mereka dapat hidup berdampingan dengan damai dan tentram. Dalam
situasi sosial masyarakat kecamatan Samigaluh, masyarakat dapat hidup
berdampingan saling membantu satu sama lain dan tetap menjaga kerukunan antar
umat beragama. Itu terbukti dengan adanya sikap saling menghormati dan saling
menghargai antar umat beragama serta saling memberikan ucapan selamat hari raya
bagi warga yang sedang merayakan hari rayanya masing-masing (Sumber:
pengamatan).
Situasi budaya di kecamatan Samigaluh selain masih memegang teguh adat
istiadat orang Jawa, mereka juga masih melestarikan kebudayaan seperti Jatilan,
Wayangan dan Ketoprak. Untuk situasi ekonomi penduduk di kecamatan Samigaluh
terdapat dua (2) golongan yaitu golongan menengah ke atas dan menengah ke
bawah. Penduduk di kecamatan Samigaluh mempunyai mata pencaharian pokonya
adalah sebagai petani, namun ada juga yang bekerja sebagai karyawan swasta,
pedagang, wiraswasta dan pegawai negeri serta guru. Umat di wilayah ini hidup
berdampingan dengan agama lain, namun tetap hidup rukun dan damai. Meskipun
perbandingan umat Katolik dan non Katolik tidak sebanding yaitu lebih banyak
beragama Muslim, namun umat di sini sangat peduli dengan kerukunan antar umat
beragama, hal ini tampak dalam keterlibatan umat yang berlainan agama dalam
kegiatan keagamaan. Misalnya, saat hari raya Natal, bapak Camat datang dan
mengikuti misa (Sumber: pengamatan).
c. Jumlah Lingkungan dan Jumlah Umat yang ada di Stasi Samigaluh
Di Stasi Samigaluh terdapat tujuh (7) lingkungan yaitu lingkungan Yohanes
Rasul, lingkungan Yusup, lingkungan Yohanes Paus, lingkungan Markus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
lingkungan Carolus, lingkungan Theresia dan lingkungan Fransiskus Xaverius
dengan jumlah umat yang ada di setiap lingkungan berbeda-beda (sumber:
wawancara dan pengamatan).
Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci jumlah KK (kepala keluarga) dari
setiap lingkungan adalah sebagai berikut:
Lingkungan Yohanes Rasul mempunyai jumlah KK 24 jiwa. Laki-laki terdiri
dari 29 orang dan perempuan 36 orang.
Lingkungan Yusup mempunyai jumlah KK sekitar 32 jiwa. Laki-laki terdiri dari
55 orang dan jumlah perempuan 45 orang.
Lingkungan Yohanes Paus mempunyai jumlah KK sekitar 34. Jumlah
keseluruhan laki-laki 36 orang dan jumlah perempuan 57 orang.
Lingkungan Carolus mempunyai jumlah KK sekitar 19 orang. Jumlah
keseluruhan laki-laki terdiri dari 28 orang dan jumlah perempuan 29 orang.
Lingkungan Fransiskus Xaverius mempunyai jumlah KK sekitar 18 orang.
Jumlah keseluruhan laki-laki terdiri dari 16 orang dan perempuan 24 orang.
Lingkungan Markus mempunyai jumlah KK sekitar 20 orang. Jumlah laki-laki
terdiri dari 19 orang dan jumlah perempuan 27 orang.
Lingkungan Theresia, jumlah KK sekitar 8 orang. Jumlah laki-laki 11 orang dan
jumlah perempuan 13 orang.
d. Gambaran Umum Putra-putri altar di Stasi Samigaluh
Putra-putri altar di Stasi Samigaluh adalah anak-anak yang masih usia
remaja. Mereka ini kelak akan menjadi generasi penerus gereja. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kenyataannya selama ini, ketika melayani imam mereka sangat antusias, tetapi
mereka sebenarnya belum memaknai dengan apa yang mereka lakukan bahkan
mereka belum mengerti nama-nama dari peralatan liturgi serta fungsinya masing-
masing. Mengapa bisa demikain karena selama ini mereka kenyataanny kurang
dibina atau mendapatkan pembekalan tentang peralatan liturgi, warna-warna liturgi,
pakaian liturgi, bahan-bahan pokok yang digunakan dalam peralatan liturgi, nilai-
nilai yang baik serta sikap-sikap yang baik sebagai pelayan Tuhan.
Mereka kurang dibina melalui pendampingan rohani karena ada beberapa
faktor yang kurang mendukung yakni seperti tidak mempunyai buku-buku
pendukung, kurang adanya dukungan dari wilayah, orang tua, maupun pendamping
yang kurang kreatif bahkan struktuk kepengurusanpun tidak jelas sehingga
menyebabkan kegiatan tidak berjalan dengan lancar. Untuk itu, penulis melakukan
penelitian untuk mengetahui secara mendalam masalah yang mereka hadapi,
sehingga mampu memberikan masukan atau mengupayakan salah satu bentuk
kegiatan pendukung untuk menanggani masalah yang mereka hadapi tersebut.
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2012: 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu mengadakan penelitian adalah mulai 19 Desember 2013 - 20 Januari
2014. Tempat penelitian berada di Stasi Samigaluh yang terletak di dusun Nguntuk-
nguntuk, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh. Lamanya waktu yang diperlukan
untuk mewawancara responden sangat bervariasi tergantung dengan tanggapan
responden.
3. Responden Penelitian
Pada penulisan ini, peneliti menggunakan teknik sampling purposive yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010: 124). Pertimbangan yang diambil adalah orang yang dianggap paling tahu
tentang apa yang diharapkan oleh penulis. Peneliti mengambil 11 (sebelas) sampel
dengan rincian satu pendamping putra-putri altar, satu pengganti pendamping, tiga
orang mewakili SD, empat orang mewakili SMP dan dua orang mewakili SMA.
Pendamping diharapkan mampu memberikan informasi berkenaan pengalaman dan
pengamatan terhadap tugas pelayanan putra-putri altar dan berbagai kegiatan rohani
yang diselenggarakan dari Stasi Samigaluh. Sedangkan untuk putra-putri altar juga
dapat memberikan informasi berkenaan dengan pengalaman mereka dalam
mengikuti kegiatan pendampingan rohani maupun pengalaman ketika bertugas
menjadi putra-putri altar. Penulis mencatat semua hasil wawancara.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengamatan (observation) dan wawancara terpimpin (interviewing) dengan
cara kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
a) Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004: 76). Observasi
dalam penelitian ini peneliti melihat kenyataan dilapangan dan dijadikan sebagai
data penelitian.
b) Wawancara Terpimpin
Wawancara terpimpin adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Peneliti menggunakan
metode wawancara terpimpin karena respondennya sedikit sehingga dengan maksud
bisa mendapatkan informasih lebih mendalam. Dalam wawancara terpimpin,
pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya oleh
peneliti (Riduwan, 2007: 74). Peneliti menggunakan metode wawancara terpimpin
karena respondenya sedikit dan berharap memperoleh informasih secara detail,
maka dalam wawancara bertanya sesuai daftar pertanyaan yang sudah disediakan
sebelumnya.
5. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan dengan cross check kepada responde agar dapat
memperoleh data yang valid tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Adapun reliabilitas
data dilakukan dengan mengadakan member check yaitu proses pengecekan data
yang diperoleh melalui wawancara dan hasil observasi kepada pemberi data. Tujuan
member check untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
apa yang diberikan oleh pemberi data sehingga semakin kredibel/dipercaya
(Sugiyono, 2010a: 375).
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lalu membuat kesimpulan
sehingga muda dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010a:
335).
7. Hasil dan Pembahasan Penelitian
a. Identitas Responden
1) Hasil penelitian
a) Nama
Ibu Juli sebagai pendamping tetap putra-putri altar dan pendamping
pembantu adalah mantan pendamping yang lama yaitu Mbak Prapti. Responden
menggunakan nama panggilan yakni Dea, Anggil, Esti, Maria, Tarika, Devi, Yofan,
Emi dan Tegar. Dalam wawancara, pendamping sebagai pemberi informasi tentang
data seputar pengalamannya dalam mendampingi putra-putri altar di Stasi
Samigaluh. Pendamping pembantu dijadikan sebagai informan juga yang akan
memberikan data seputar pengalamannya mendampingi putra-putri altar di Stasi
Samigaluh. Sedangkan putra-putri altar mewakili masing-masing tingkatan yaitu
tiga (3) orang mewakili SD, empat (4) orang mewakili SMP dan dua (2) orang
mewakili SMA. Jumlah keseluruhan ada responden putra-putri altar (9) orang,
ditambah dengan dua pendamping sehingga jumlahnya menjadi 11 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b) Jenis kelamin
Dua pendamping putra-putri altar di Stasi Samigaluh mempunyai jenis
kelamin perempuan. Sedangkan 8 responden berjenis kelamin perempuan dan hanya
satu responden yang berjenis kelamin laki-laki.
c) Usia
Usia Bu Juli 48 tahun dan usia Mbak Prapti 43 tahun. Di lihat dari usia
responden, kebanyakkan responden merupakan usia tangguh mulai dari 11-15 tahun
yaitu; tiga orang berusia 11 tahun, dua orang berusia 12 tahun, satu orang berusia 13
tahun, dua orang berusia 14 tahun dan satu orang berusia 15 tahun.
d) Pekerjaan
Pekerjaan Bu Juli sebagai karyawan swasta dan disamping itu ia menjadi
pendamping putra-putri altar di Stasi Samigaluh, sedangkan pekerjaan mbak Prapti
sebagai petani dan juga bertugas sebagai koster. Untuk seluruh responden berada
pada jenjang pendidikan yang berbeda-beda yaitu, tiga orang pelajar SD, empat
orang pelajar SMP dan dua orang pelajar SMA. Beberapa responden ada yang
sekolahnya di sekitar Stasi Samigaluh dan ada yang bersekolah di luar Stasi
Samigaluh. Responden yang sekolahnya di luar Stasi Samigaluh seperti Nanggulan
dan Sedayu pulang ke Samigaluh satu minggu sekali atau hari-hari libur seperti
Natalan, Paskah.
e) Lingkungan
Responden berasal dari lima (5) lingkungan yakni lingkungan Yohanes Paus,
Markus, Yusup, Fransiskus Xaverius dan lingkungan Yohanes Rasul dengan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
yang berbeda-beda. Dari Yohanes Paus ke Markus dan Yusup sekitar ± 20 M.
Sedangkan dari ketiga lingkungan ini ke lingkungan Yohanes Rasul sekitar ± 50 M.
Sedangakan ke lingkungan Fransiskus Xaverius 1,5 KM. Lingkungan Fransiskus
Xaverius mempunyai kapel dengan nama kapelnya adalah Fransiskus Xaverius.
f) Hari/ tanggal dan waktu pelaksanaan wawancara
Wawancara sudah dilaksanakan mulai pada tanggal 19 Desember 2013 – 20
Januari 2014. Wawancara ini dilakukan di rumah maupun di kos masing-masing
responden. Waktu yang digunakan untuk wawancara bervariasi ada yang pagi,
siang, sore bahkan sampai malam tergantung kesepakatan bersama antara peneliti
dan responden. Lamanya waktu yang diperlukan untuk wawancara sangat bervariasi
tergantung dari tanggapan responden.
2) Pembahasan
a) Nama
Nama responden menggunakan nama panggilan sedangkan nama lengkap
pendamping maupun respoden terterah dalam hasil wawancara terlampir di halaman
lampiran. Responden mempunyai peran berbeda-beda, ada yang sebagai karyawan,
ada yang koster sedangkan putra-putri altar semuanya pelajar.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin responden semuanya perempuan baik itu pendamping maupun
responden dan hanya satu responden laki-laki. Kenyataan di lapangan khususnya di
Stasi Samigaluh justru perempuan lebih aktif dari pada laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
c) Usia
Usia pendamping putra-putri altar lebih tua. Dengan usianya yang lebih tua
atau dewasa diharapkan bisa memberikan pendampingan rohani kepada putra-putri
altar, namun kenyataanya sampai saat ini di ketahui berdasarkan hasil wawancara
terhadap respon mengatakan bahwa belum pernah ada. Perbedaan usia dan jenjang
pendidikan berbeda membuat cara berpikir pendamping dan putra-putri altar tidak
sejalan.
d) Pekerjaan
Pekerjaan pendamping ada yang sebagai karyawan swasta dan ada juga yang
sebagai petani. Sedangkan putra-putri altar adalah pelajar mulai dari kelas V-VI
SD, SMP kelas VI-VII dan kelas 1 SMA dengan tempat sekolahnya berbeda-beda,
ada yang dekat dengan Gereja Samigaluh dan ada beberapa yang jauh dari Stasi
Samigaluh seperti Nanggulan dan Sedayu.
e) Lingkungan
Di Stasi Samigaluh mempunyai 7 lingkungan yakni lingkungan Yohanes Rasul,
lingkungan Markus, lingkungan Yusup dan lingkungan Yohanes Paus dengan
jaraknya yang saling berdekatan dengan Gereja Samigaluh. Putra-putri altar ini
hanya mewakili 5 lingkungan yakni lingkungan Yohanes Paus, lingkungan Markus,
lingkungan Yusup, lingkungan Fransiskus Xaverius dan lingkungan Yohanes Rasul
dengan jarak yang berbeda-beda. Putra-putri altar yang mau ikut kegiatan di
Samigaluh biasanya diantar oleh orangtuanya, ada yang membawa kendaraan sendiri
atau jalan kaki karena semua kegiatan di pusatkan di Gereja Samigaluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
b. Syarat-syarat yang digunakan untuk menjadi anggota putra-putri altar
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli dan Mbak Prapti, mengatakan bahwa syarat untuk menjadi
anggota putra-putri altar mulai kelas empat (4) SD dan setelah komuni pertama
[Lampiran 4: (4); 5: (6)]. Dari responden mengatakan setelah komuni pertama mulai
kelas empat (4) SD oleh Esti, Yofan [Lampiran 9: (9); 13 (21)]. Sedangkan beberapa
responden mengatakan syarat menjadi anggota misdinar mulai kelas lima (5) SD dan
setelah komuni pertama, seperti yang dikatakan oleh responden Dea, Anggil, Devi,
Emi, Tegar [Lampiran 7: (9); 8 (11); 12 (19); 14 (24); 15 (26)]. Ada yang
mengatakan mulai kelas enam (6) SD seperti yang dikatakan Tarika [lampiran 11:
(17)] dan ada pula yang mengatakan mulai kelas satu (1) SMP setelah komuni
pertama, oleh Maria [Lampiran 10: (15)].
2) Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, pendamping mengatakan syarat-syarat untuk
menjadi anggota putra-putri altar mulai dari kelas empat (4) SD dan setelah komuni
pertama, mereka bertugas melayani imam. Sedangkan oleh responden menjawab
berdasarkan pengalamannya masing-masing yaitu ada yang mengatakan mulai kelas
4, 5, 6 dan kelas 1 SMP. Jawaban responden berbeda-beda wajar karena dari
pendamping maupun dari Stasi Samigaluh belum pernah memberikan pemahaman
yang baik mengenai syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar. Oleh
karena itu, pendamping perlu memberikan pemahaman yang baik mengenai syarat-
syarat untuk menjadi anggota misdinar sehingga para anggota baru tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kebinggungan. Untuk itu, penulis memberikan saran kedepannya ketika merekrut
anggota misdinar baru perlu mencantumkan syarat-syarat misalnya.
c. Mengikuti kegiatan yang memotifasi seperti rekoleksi, retret, camping rohani
dan ziarah ke gua Maria
1) Hasil Penelitian
Menurut Bu Juli belum perna mengadakan kegiatan pendampingan rohani
untuk putra-putri altar di Stasi Samigaluh [Lampiran 5: (6)]. Sedangkan pendamping
pembantu yaitu menurut mbak Prapti mengatakan perna dilakukan sampai akhir
tahun 2011 yaitu saat menjelang komuni pertama yaitu memperkenalkan alat-alat
liturgi berjalan selama 7-8 tahun. Selain itu, adakan lomba-lomba dalam acara
Tarsisius Cap. Namun mulai masuk tahun 2012-2013, Bu Juli sebagai pendamping
belum perna mengadakan pendampingan rohani bagi putra-putri altar maupun
mengadakan kegiatan lainnya seperti rekoleksi atau ziarah [Lampiran 5: (6)].
Sedangkan jawaban responden, kegiatan yang perna diikuti masing-masing
responden berbeda-beda. Menurut Dea, Anggil, Esti, Maria, Tarika dan Yofan
mengatakan kegiatan yang perna mereka ikut yaitu kaderisasi yang diselenggarakan
dari kakak KKN IPPAK di Stasi Samigaluh [Lampiran 7: (9); 8 (11); 9 (13); 10
(15); 11 (17; 13 (21)]. Dari responden Maria, Tarika dan Yofan menambahkan,
selain kaderisasi dari kakak KKN IPPAK mereka juga perna mengikuti rekoleksi di
Wisma Salam Muntilan, Magelang [Lampiran 10: (15); 11 (17); 13 (21)].
Ditambahkan oleh responden Yofan bahwa kegiatan yang sering dia ikuti yaitu
latihan koor di lingkungan misalnya, saat Natalan memakai gendang dan ziarah ke
makam Romo Van Lith, Magelang [Lampiran 13: (21)]. Ada pun responden Devi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mengatakan kegiatan yang pernah ikuti adalah rekoleksi di PT. Kanisius pada Bulan
Kitab Suci 2013, acaranya perayaan Ekaristi bersama dan oud bound. Selain itu,
perna ziarah ke gua Maria Lawangsih dengan acaranya doa Rosario bersama, main-
main dan mengikuti Camping Rohani di paroki Boro dengan acaranya perayaan
Ekaristi dan oud bound [Lampiran 12: (19)]. Sedangkan Emi dan Tegar mengatakan
kegiatan yang perna mereka ikuti adalah weekend serayon di Paroki Boro acaranya
Misa dan oud bound [Lampiran 14: (24); 15 (26)].
2) Pembahasan
Dari hasil wawancara, pendapat Bu Juli dan mbak Prapti sangat berbeda. Bu
Juli secara jujur mengatakan bahwa semasa beliau menjadi pendamping putra-putri
altar di Stasi Samigaluh belum perna melaksanakan atau mengusahakan kegiatan-
kegiatan yang bersifat rohani demi perkembangan iman putra-putri altar. Sedangkan
menurut mbak Prapti mengatakan pengalamannya memperkenalkan alat-alat liturgi
berjalan selama 7-8 tahun sampai batas terakhir 2011 yaitu menjelang komuni
pertama dan diadakan berbagai lomba-lomba dalam acara Tarsisius Cap.
Hasil wawancara responden mengenai kegiatan yang diikuti berbeda-beda,
ada pula yang sama. Perbedaannya, berbeda tempat kegiatan, materi yang diberikan,
maupun pengisian acara di masing-masing tempat. Kegiatan yang diikuti seperti:
rekoleksi, kaderisasi, retret, ziarah, camping rohani, latihan koor dan weekend
serayon. Sedangkan persamaannya seperti rekoleksi, kaderisasi, ziarah dan weekend
serayon. Beberapa kegiatan yang disebutkan di atas ternyata di luar program dari
Stasi Samigaluh dan hanya satu kegiatan yaitu ziarah ke gua Maria Lawangsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tersebut yang diselenggarakan dari Stasi Samigaluh dan diikuti oleh putra-putri altar
dari Stasi Samigaluh.
d. Kesulitan yang anda rasakan pada saat melayani Imam
1) Hasil penelitian
Menurut responden Dea dan Anggil, kesulitan yang dirasakan pada saat
melayani Imam adalah kadang-kadang bingung saat kapan maju antar piala, roti,
anggur dan kapan mengatar air untuk cuci tangan Imam [Lampiran 7: (9); 8 (11)].
Tambahan dari Dea, Anggil dan juga Tarika mengatakan yang menjadi kesulitan
adalah pada hari Jumat pertama kapan ambil bayu Imam untuk adorasi masih
binggung karena kurang latihan [Lampiran 7: (9); 8 (11); 11 (17)].
Menurut Anggil dan Maria mengatakan yang menjadi kesulitan saat
melayani Imam adalah binggung bagaimana cara menggunakan wiruk dan kapan
mendupai Imam dan umat [Lampiran 8: (11); 10 (15)]. Sedangkan oleh Emi,
kesulitan yang dirasakan adalah saat memegang wiruk dan mau wiruk kepada Romo
dan umat masih bingung 2 x 2 atau 3 x 1. Demikian pula diungkapkan oleh Tegar
bahwa saat latihan sudah bagus tapi pada saat bertugas kadang bingung karena beda
Romo, maksudnya seperti wiruknya 2 x 2 atau 1 x 3 [Lampiran 14: (24); 15 (26)].
Menurut Esti, Devi dan Yofan mengatakan bahwa yang menjadi kesulitan adalah
masih bingung kapan loceng/bel saat konsekrasi [Lampiran 9: (13); 12 (19); 13 (21).
Oleh Devi menambahkan kesulitannya, binggung urutan-urutannya saat
menghantarkan persembahan ke altar [Lampiran 12: (19)]. Yofan juga
mengungkapkan kesulitannya bahwa pada saat bertugas pertama kali banyak
mengalami kebingunggan dengan semua tata cara perayaan Ekaristi. Maka, solusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
yang dilakukan oleh Yofan adalah sebelum bertugas saya harus menghafal di ruang
sakristi sehingga saat bertugas tidak mengalami kebingunggan dan tidak
menanyakan kepada teman-teman samping kiri-kanan karena ketika mau bertugas
bingung tanya teman kiri-kanan saya merasa kesannya kurang baik bahkan takut
dikritik oleh umat. Selain itu, misalkan mau mengadakan pertemuan sudah sms ke
teman-teman misdinar untuk pertemuan tapi kenyataannya yang datang sedikit.
Berdasarkan pengalaman itu ketika mau mengadakan pertemuan saya biasanya
mampir ke rumah teman-teman mengajak mereka untuk pertemuan atau latihan
misdinar [Lampiran 13: (21)].
2) Pembahasan
Hasil wawancara terhadap responden mengungkapkan pengalaman
mengalami kesulitannya secara berbeda-beda. Ada yang mengungkapkan bahwa
saat melayani Imam kadang-kadang binggung kapan maju mengantar piala, roti,
anggur dan kapan mengantar air untuk cuci tangan Imam. Selain itu, pada Jumat
pertama masih binggung, kapan mengambil baju imam (velum) dan (korkap atau
pluviale) untuk adorasi. Sebagian besar mengungkapkan kesulitannya bagaimana
cara menggunakan wiruk atau dupa dan kapan mendupai imam dan umat dengan
hitungan 3 x 2 atau 3 x 3. Ada beberapa mengungkapkan kapan lonceng atau bel
pada saat Epilekse Konsekrasi. Namun, hanya Yofan yang mengungkapkan,
kesulitanya secara detail dan memberikan soluasi yang perna dibuatnya. Semoga
teman-teman yang lain bisa belajar dari Yofan. Dari jawaban responden dapat
disimpulkan bahwa pendamping tidak mau berusaha mencari sumber-sumber
mendukung. Akibatnya, pengetahuan dan pemahaman putra-putri altar di Stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Samigaluh sangat minim. Ini nampak ketika putra-putri altar saat bertugas banyak
mengalami kebinggungan. Untuk itu diharapkan ke depannya, pendamping perluh
mengusahakan sumber-sumber atau bahan-bahan pendukung dan mengajari mereka
cara menggunakan peralatan liturgi sehingga saat melayani Imam melayani dengan
baik.
e. Kesulitan yang dirasakan pendamping ketika melakukan pendampingan terhadap
putra-putri altar di Stasi Samigaluh
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli menyebutkan beberapa permasalahan yaitu karena ada anak
yang malas dan tidak ada pengantinya. Selain itu, pendamping belum mempunyai
bahan-bahan atau sumber pendukung. Di sisi lain, karena tidak punya waktu yang
tepat untuk mengadakan pendampingan [Lampiran 4: (4)]. Sedangkan dari mbak
Prapti mengatakan bahwa yang menjadi permasalahan adalah anak-anaknya malas,
banyak pengaruh lingkungan maksudnya karena sudah masuk SMA sering
mengikuti kegiatan OMK“. Di lain pihak, karena anak-anaknya agak bandel
sehingga saat latihan mereka sering ribut sampai saya mengalami kecapehan maka
saya tidak sabar trus secara spontan marah [Lampiran 5: (6)].
2) Pembahasan
Pendamping mengungkapkan permasalahan di atas secara berbeda-beda.
Maka, penulis mengusulkan beberapa point penting yang perlu dilakukan oleh
pendamping yakni; mulai mengupayakan sumber-sumber pendukung seperti buku
dan melakukan pendekatan secara personal. Di samping itu, saat malam minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mengadakan ziarah bersama, nonton bersama atau makan bersama dan lain-lain,
sehingga setelah saling mengenal dengan kegiatan-kegiatan tersebut, lalu mengajak
mereka untuk aktif mengikuti kegiatan misdinar. Dalam pendampingan selanjutnya
seorang pendamping harus bersikap sabar dan penuh perhatian dan memberikan
kasih sayang kepada putra-putri altar.
f. Pendampingan rohani yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
1) Hasil penelitian
Bu Juli mengatakan belum pernah mengadakan pendampingan rohani
[Lampiran 4: (4)]. Sedangkan mbak Prapti mengatakan, perna melakukan rekoleksi
pada tahun 2011 di paroki Boro yang diikuti empat (4) orang mewakili Stasi
Samigaluh [Lampiran 5: (6)]. Menurut Dea, Maria dan Tarika mengatakan,
pendampingan kaderisasi hanya satu kali terjadi di Stasi Samigaluh dari kakak KKN
IPPAK [Lampiran 7: (9); 10 (15); 11 (17)]. Menurut Anggil kegiatan
pendampingan rohani dari Stasi Samigaluh tidak ada. Yang ada hanya kumpul-
kumpul terus rapat untuk membicarakan tentang ziarah tapi belum jadi karena ketua
misdinar sekolahnya jauh [Lampiran 8: (11)]. Sedangkan Esti juga mengatakan
bahwa dari Stasi Samigaluh belum pernah ada [Lampiran 9: (13)]. Menurut Devi
dan Emi mengungkapkan pengalamannya mengikuti kegiatan yang pernah
diselenggarakan dari Stasi Samigaluh yaitu ziarah misdinar ke gua Maria Lawangsih
pada tahun 2013 [Lampiran 12: (19); 14 (24)]. Dari Yofan mengatakan,
pendampingan rohani dari Stasi Samigaluh belum pernah ada. Yang ada hanya
merencanakan untuk kunjungan ke Museum Misi tapi belum terwujud sampai
sekarang [Lampiran 12: (21)]. Bahkan menurut Tegar mengatakan, belum pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mengikuti kegiatan yang diadakan dari Stasi Samigaluh karena baru pindahan dari
paroki Minomartani [Lampiran 15: (26)].
2) Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Juli, diungkapkan belum pernah
diadakan kegiatan pendampingan rohani. Sebaliknya, mbak Prapti mengungkapkan
pernah tetapi di paroki Boro dan kegiatan tersebut merupakan program paroki dan
anggotanya perwakilan dari setiap wilayah termasuk wilayah Samigaluh pernah
mengirimkan perwakilannya empat orang dalam rekoleksi yang diselenggarakan di
paroki Boro. Mengenai kegiatan pendampingan rohani yang diselenggarakan oleh
Stasi Samigaluh ada responden tertentu mengatakan pernah ikut dan ada responden
lain mengatakan belum pernah mengikutinya. Dari sembilan (9) responden, dua
orang mengatakan pernah mengikuti kegiatan yakni ziarah ke gua Maria Lawangsih.
Sedangkan tiga responde lainnya mengikuti kaderisasi. Kemudian, dua responden
lainnya mengungkapkan belum pernah mengikuti kegiatan seperti yang diungkapkan
oleh kelima responden di atas, melainkan hanya mengikuti rapat untuk melakukan
kunjungan ke Musium Misi, namun belum terlaksana karena alasan ketua
misdinarnya sekolahnya jauh. Bahkan responden lain mengungkapkan bahwa sama
sekali belum pernah mengikuti kegiatan yang diadakan dari Stasi Samigaluh.
Dari semua jawaban responden, penulis dapat menyimpulkan bahwa bagi
responden yang belum pernah mengikuti kegiatan ini karena kurang mendapat
informasi dari pendampingnya maupun dari ketua misdinar. Ini artinya, kurang
adanya komunikasi yang baik diantara putra-putri altar, ketua misdinar maupun
pendamping. Oleh karena itu, diharapkan kedepannya dapat membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
komunikasi yang baik sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan di Stasi
Samigaluh dapat diikuti oleh semua anggota misdinar.
g. Materi pendampingan rohani yang diberikan kepada putra-putri altar
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli tidak pernah mengadakan pendampingan rohani, jadi tidak
ada materi [Lampiran 4: (4)]. Sedangkan, mbak Prapti mengatakan ada materi yaitu
dari alat-alat liturgi yang ada di sakristi seperti pakaian liturgi, warna-warna liturgi,
peralatan liturgi dan sikap-sikap badan yang baik [Lampiran 5: (6)]. Menurut Dea,
Anggil, Esti, Maria dan Yofan mengatakan materi yang mereka dapatkan dalam
kaderisasi dari kakak KKN IPPAK tentang warna-warna liturgi, peralatan liturgi,
dan sikap-sikap badan yang baik [Lampiran 7: (9); 8 (11); 9 (13); 10 (15); 13 (22)].
Kemudian dari Maria dan Tarika menambahkan bahwa materi saat rekoleksi ada
pendalaman iman, permainan dan mengadakan lomba-lomba dalam kelompok
[Lampiran 10: (15); 11 (17)].
Dan dari Yofan mengatakan materi yang saya dapatkan dari Retret, tentang
bagaimana saya menilai orang lain dari sisi kelebihan dan kekurangannya. Lalu, di
hubungkan dengan talenta yang dimilki oleh setiap pribadi dan pada akhirnya bisa
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Selain itu, pendamping menyuruh
menemukan kata-kata yang mengesan lalu menjelaskan maknanya. Misalnya;
“waktu itu saya memilih kata memaafkan, karena saya orang yang gampang marah
dan sulit memaafkan secepatnya maka saya memilih kata itu sehingga saya bisa
belajar memaafkan orang lain yang bersalah kepada saya” [Lampiran 13: (22)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sedangkan menurut responden Emi dan Tegar mengatakan materinya belum tahu
ambil dari mana [Lampiran 14: (24); 15 (26)].
2) Pembahasan
Menurut Bu Juli mengatakan, tidak pernah mengadakan pendampingan
rohani. Berarti jelas bahwa tidak ada materi yang diberikan kepada putra-putri altar
di Stasi Samigaluh. Berbeda dengan mbak Prapti, ternyata mbak Prapti
memanfaatkan alat-alat liturgi yang ada di sakristi seperti warna-warna liturgi,
peralatan liturgi dan sikap-sikap badan yang baik dan memperkenalkan kepada
anak-anak misdinar. Sedangkan wawancara dengan responden seperti Dea, Anggil,
Esti, Maria dan Yofan secara spontan mengungkapkan pengalamnnya masing-
masing.
Melihat hasil wawancara seperti ini, penulis sangat prihatin karena ternyata
hanya sebagian anak yang pernah mengikuti kaderisasi tersebut yang mengetahui
materi tentang liturgi. Sedangkan sebagian besar responden belum memahami
peralatan liturgi. Untuk itu, penulis menyarankan ke depannya agar pendamping
lebih kreatif mencari bahan pendukung untuk memperkenalkan kepada putra-putri
altar.
h. Dukungan para orang tua bila diadakan pendampingan rohani
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli mengatakan dukungan orangtua ada, namun hanya sebagian
kecil saja, sedangkan sebagian besar belum ada dukungan, bahkan dari ketua
wilayahpun belum ada [Lampiran 4: (4)]. Sedangkan menurut mbak Prapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dukungan dari orang tua ada, seperti mengantar anaknya untuk latihan misdinar
[Lampiran 4: (6)]. Menurut Esti, Maria, Devi, Emi dan Tegar mengatakan bila mau
diadakan kegiatan orang tua biasanya memberikan uang saku [Lampiran 9: (12); 10
(15); 12 (19); 14 (24); 15 (26)].
Dukungan berupa nasehat dan diberi bekal makanan dan snack diungkapkan
oleh Devi, Emi dan Tegar [Lampiran 12: (19); 14 (24); 15 (26)]. Adapun dukungan
orang tua yang selalu mengingatkan anaknya untuk pergi latihan misdinar biar tahu,
diungkapkan oleh Dea, Anggil dan Emi [Lampiran 7: (9); 8 (11); 14 (24)]. Menurut
Esti dukungan orangtua biasanya mengantar ke Gereja untuk latihan misdinar.
Selain itu, kalau waktu bertugas ada kesalahan pulang ke rumah biasanya orang tua
kasih tahu dimana kesalahan dan diingatkan untuk terus latihan agar bisa melayani
dengan baik [Lampiran 9: (12)].
Adapun orangtua yang mengatakan di tempat kegiatan bisa mendapatkan
banyak pengalaman dan teman baru. Selain itu, ibu biasanya meminta izin kepada
ketua misdinar bila saya tidak pulang weekend untuk bertugas karena sekolahnya di
Bantul dan tidak ada yang datang jemput diungkapkan oleh responden Yofan
[Lampiran 13: (22)]. Menurut Tarika, mengalami dukungan dari orangtua, misalnya
bila teman yang bertugas tidak datang, ia disuruh menggantikannya menjadi
misdinar [Lampiran 11: (17)]. Menurut Tegar, dukungannya berupa doa [Lampiran
15: (26)].
2) Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan Bu Juli mengungkapkan bahwa dukungan
orang tua ada, namun tidak semua orang tua mendukung kegiatan putra-putri altar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
termasuk dari ketua wilayah sama sekali tidak ada. Sedangkan menurut Mbak
Prapti, dukungan orangtua ada, mengantar anaknya untuk latihan misdinar. Menurut
responden dukungan orang tua diberikan dengan berbagai macam cara seperti
memberikan uang saku, makanan/snack, doa, saat latihan misdinar diingat untuk
berangkat tepat waktu agar tidak terlambat, rajin mengikuti kegiatan misdinar biar
tahu, kadang ada orangtua rela mengantarkan anaknya untuk latihan misdinar.
Selain itu, bila pada saat memulai perayaan Ekaristi bagi putra-putri altar
yang bertugas terlambat menyuruh anaknya untuk menjadi misdinar. Bahkan bagi
orang tua yang benar-benar perhatian terhadap anaknya, bila saat melayani ada
kesalahan, sampai di rumah memberikan nasehat supaya latihan terus-menerus agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Ada pula orang tua yang baik, mempunyai kebiasaan meminta izin kepada
ketua misdinarnya bila anaknya tidak berangkat karena sakit atau sekolahnya jauh.
Oleh karena itu, penulis berharap kebiasaan baik yang dilakukan oleh beberapa
orangtua tersebut bisa menjadi contoh bagi para orang tua putra-putri altar yang
lainnya.
i. Banyaknya kegiatan pendampingan rohani yang diselenggarakan dari Stasi
Samigaluh
1) Hasil penelitian
Dari Bu Juli mengatakan, pernah tapi hanya satu kali yaitu ziarah ke gua
Maria Lawangsih setelah perayaan Paskah tahun 2011. Program yang belum
terlaksana yaitu kunjungan ke Museum Misi Muntilan [Lampiran 4: (4)]. Sedangkan
dari Mbak Prapti mengatakan, pendampingan rohani dari Stasi Samigaluh jarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dilakukan yang ada waktu kalian (penulis) KKN disini baru terlaksana [Lampiran 4:
(6)]. Menurut Dea, Anggil dan Esti mengatakan jawaban yang sama bahwa kegiatan
yang pernah mereka ikuti di Stasi Samigaluh hanya satu kali dari kaka KKN IPPAK
di Gereja Samigaluh [Lampiran 7: (9); 8 (11); 11 (13)]. Sedangkan menurut Maria,
Tarika dan Yofan mengatakan pernah mengikuti kegiatan hanya dua kali saja, yang
pertama kaderisasi dari kaka KKN IPPAK dan yang kedua mengikuti rekoleksi di
Wisma Salam Muntilan [Lampiran 10: (15); 11 (17); 13 (22)]. Kemudian dari Devi
mengatakan kegiatan yang pernah ia ikuti dan yang diingat hanya 3 yaitu camping
rohani dan rekoleksi di luar program dari misdinar Samigaluh. Sedangkan dari
Samigaluh hanya satu yaitu ziarah ke gua Maria Lawangsih [Lampiran 12: (19)].
Emi dan Tegar mengatakan pernah mengikuti rekoleksi weekend serayon di paroki
Boro [Lampiran 14: (24); 15 (26)]. Dan ada yang mengikuti ziarah ke gua Maria
Lawangsih oleh Devi dan Yofan seperti [Lampiran 12: (19); 13 (22)].
2) Pembahasan
Dari wawancara, dengan Bu Juli mengatakan perna, namun hanya satu kali
yaitu ziarah ke gua Maria Lawangsih. Selain itu, ada program yang belum terlaksana
yaitu kunjungan ke Museum Misi Muntilan. Dari Mbak Prapti, mengungkapkan
belum pernah mengadakan kegiatan. Selain yang perna dilakukan oleh penulis
sewaktu KKN (KBP) di Stasi Samigaluh.
Dari Sembilan responden hanya dua responden yakni Devi dan Emi yang
pernah mengikuti ziarah ke gua Maria Lawangsih. Sedangkan program di luar Stasi
Samigaluh meliputi kegiatan kaderisari dari kakak KKN IPPAK diikuti oleh Dea,
Anggil, Esti, Maria, Tarika dan Yofan. Yang mengikuti rekoleksi di wisma salam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Muntilah yakni oleh Maria, Tarika, Devi dan Yofan. Yang lain seperti Emi dan
Tegar mengatakan pernah mengikuti kegiatan rekoleksi weekend serayon di paroki
Boro. Dari Devi mengungkapkan selain ziarah dan rekoleksi pernah mengikuti
camping rohani. Berdasarkan jawaban respoden tersebut, pendamping maupun dari
Stasi Samigaluh perluh mengusahakan kegiatan-kegiatan demi memperkembangkan
rohani putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
j. Tanggapan pendamping atas suatu kegiatan yang diselenggarakan
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli mengatakan dengan mengadakan kegiatan seperti ziarah itu
biar anak-anak mengetahui lebih dalam tentang acara-acara yang diisi seperti doa
Rosario agar mereka bisa mendekatkan diri kepada Bunda Maria dan mohon
penyertaannya [Lampiran 4: (4)]. Sedangkan mbak Prapti mengatakan bahwa karena
selama ini Bu Juli sebagai pendamping belum perna mengadakan kegiatan maka
saya harapkan kedepannya diusahakan banyak mengadakan kegiatan-kegiatan
seperti rekoleksi, ziarah demi perkembangan rohani putra-putri altar dan bagi
anggota misdinar yang baru diperkenalkan alat-alat liturgi biar tahu [Lampiran 5:
(7)].
2) Pembahasan
Tanggapan Bu Juli itu sangat baik dengan tujuan untuk menanamkan
kebiasaan berdoa agar anak-anak mendekatkan diri kepada Bunda Maria serta
memohon penyertaannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan, tanggapan dari
mbak Prapti berupa saran kepada pendamping agar kreatif mengusahakan dan
mengadakan kegiatan seperti ziarah demi perkembangan rohani putra-putri altar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
k. Tanggapan putra-putri altar bila diadakan suatu kegiatan pendampingan rohani
1) Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dengan beberapa responden menjawab hampir
sama antara lain Dea Anggil, Esti, Maria, Tarika, mengatakan senang karena bisa
tahu alat-alat, warna-warna dan sikap-sikap liturgis [Lampiran 7 (9); 8 (11); 9 (13):
10 (15); 11 (17)]. Sedangkan seperti Maria, Devi Yofan, Emi, Tegar menjawab
senang karena bisa kenalan dengan teman-teman misdinar dari paroki lain serta
mendapatkan pengalaman baru dan semakin aktif dalam kegiatan [Lampiran 10
(15); 12 (20); 13 (22); 14 (24); 15 (26)].
2) Pembahasan
Dari semua jabawan responden, mereka merespon dengan sangat baik bahwa
dengan mengadakan kegiatan seperti yang sudah dijelaskan di atas baik itu yang
diselenggrakan dari Stasi maupun dari paroki membuat mereka semakin mengenal
dan mengetahui peralatan liturgi, warna-warna liturgy dan sikap-sikap liturgis yang
baik. Dengan adanya kegiatan seperti itu dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang baru bagi mereka. Selain itu, mereka juga mendapat teman-teman
atau saudara baru dari paroki lain. Oleh karena itu, penulis menyara agar
kedepannya terus mengadakan berbagai macam kegiatan rohani demi membuka
wawasan dan pengetahuan bagi para putra-putri altar.
l. Pembekalan tentang liturgi
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli dan mbak Prapti mengatakan belum pernah memberikan
meteri tentang liturgi [Lampiran 4: (5); 5 (7)]. Dari Dea dan Yofan mengatakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pembekalan tentang liturgi belum pernah ada. Yang pada pada saat komuni pertama
yaitu di suruh mengisi soal-soal tentang liturgi, menghafalkan doa-doa Bapa Kami,
Salam Maria, Aku Percaya, 5 perintah Gereja, 10 perintah Allah, 7 sakramen, doa
tobat, cara mengaku dosa, sikap komuni yang baik dan diingatkan jangan main saat
bertugas [Lampiran 7: (10); 13 (22)]. Menurut Anggil mengatakan pada saat latihan
misdinar, diberitahu oleh ketua misdinar kapan antar air, roti dan anggur, kapan
lonceng pada saat Imam mengangkat roti dan anggur [Lampiran 8: (12)]. Sedangkan
dari Esti, Maria, Tarika, Yofan dan Tegar mengatakan saat pembekalan liturgi
diperkenalkan materi yang sama seperti warna-warna liturgi, pakaian liturgi, alat-
alat liturgi dan sikap-sikap badan yang baik [Lampiran 9: (13); 10 (16); 11 (18); 13
(22); 15 (26)].
Selain itu Tegar membandingkan pengalamannya dengan mengatakan bahwa
di Stasi Samigaluh belum pernah mengadakan pembekalan secara khusus tentang
liturgi. Sedangkan di paroki Minomartani perna seperti memberi pembekalan
tentang liturgi dan disuruh memperagakan bagaimana cara menggunakan peralatan
liturgi [Lampiran 15: (26)].
2) Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, Bu Juli dan mbak Prapti mengungkapkan
belum pernah memberikan materi tentang arti liturgi. Demikian pula seluruh
responden mengungkapkan materi khusus tentang liturgi tidak ada. Namun, yang
ada hanya disuruh menghafal tentang sakramen-sakramen dan doa-doa singkat yang
ada dalam Gereja Katolik seperti yang sudah disebutkan di atas. Pendamping
menyuruh putra-putri altar menghafalkan sakramen dan beberapa doa singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
tersebut dengan tujuan agar putra-putri altar sejak dini dapat mengetahui bahwa di
dalam Gereja Katolik mempunyai doa-doa dan sakramen-sakramen yang berguna
demi perkembangan imam mereka. Dari KKN (KBP) IPPAK termasuk penulis
ketika KBP di sana dengan melihat kondisi di lapangan demikian, maka kami tim
KBP khususnya di Stasi Samigaluh pernah melakukan kaderisari dengan tujuan
kelak mereka bisa mendampingi anggota putra-putri altar yang baru.
m. Sumber-sumber pendukung yang digunakan dalam Pendampingan Rohani
1) Hasil penelitian
Bu Juli mengatakan tidak ada sumber bahan pendukung [Lampiran 4: (5)].
Sebaliknya, mbak Prapti mengatakan sumbernya dari alat-alat liturgi di sakristi dan
saat latihan saya melatih sesuai sepengetahuan saya [Lampiran 5: (7)]. Jawaban dari
mbak Prapti tersebut, diperkuat oleh jawaban Dea, Anggil, Esti, Maria, Tarika, Devi,
Yofan dan Emi, [Lampiran 7: (10); 8 (12); 9 (14); 10 (16); 11 (18); 12 (20); 13 (22);
14 (25)]. Selain itu, Tegar mengatakan sumbernya diambil dari internet dan
ditampilkan dalam bentuk slide lalu memberitahu nama-nama dan fungsinya
[Lampiran 15: (27)].
2) Pembahasan
Dengan melihat hasil wawancara pendamping dan responden seperti ini,
penulis menyimpulkan bahwa seberapa jauh sumbangan dari Gereja dalam
mengusahakan sumber-sumber pendukung lainnya demi menambah wawasan dan
pengetahuan putra-putri altar. Penulis juga prihatin dengan jawaban responden
maupun pendamping, maka pendamping maupun wilayah perlu lebih kreatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mencari bahan di internet bahkan perlu mengusahakan bahan-bahan atau sumber-
sumber pendukung dari buku demi membuka wawasan putra-putri altar mengenai
liturgi dan peralatannya.
n. Jadwal misdinar yang ada di Stasi Samigaluh
1) Hasil Penelitian
Bu Juli mengatakan bahwa jadwal misdinar ada, yang menyusun oleh ketua
misdinar [Lampiran 4: (5)]. Sedangkan, menurut mbak Prapti mengatakan ada. Yang
membagi jadwal adalah ketua misdinar baik untuk hari raya maupun hari biasa
[Lampiran 5: (7)]. Menurut responden Dea, Anggil, dan Esti mengatakan yang
membuat jadwal misdinar oleh ketua misdinar yaitu Mbah Devi [Lampiran 7: (10);
8 (12); 9 (14)].
Jawaban di atas dapat diperkuat dari jawaban ketua misdinar yang
bersangkutan dengan mengatakan bahwa jadwal sudah ada yang membuat saya
sendiri sebagai ketua misdinar. Untuk misa harian sudah terjadwal siapa-siapa yang
akan bertugas dan jumlah misdinar hanya 4 orang tetapi kalau hari-hari raya yang
bertugas anak-anak SMA dan bila mau latihan diumumkan langsung di Gereja
kapan latihannya [Lampiran 12: (20)]. Sedangkan menurut Yofan mengatakan
bahwa jadwal misdinar dulu pada tahun 2012 yang membuat ketua misdinar yaitu
membagi tugas untuk bertugas tiap minggu. Namun, setelah ketua misdinar pergi
sekolahnya jauh, tidak ada yang koordinir untuk membuat jadwal. Yang ada
sekarang ini bagi siapa yang duluan datang masuk ke sakristi melihat tidak ada yang
bertugas mengajak teman-teman lainnya untuk menjadi misdinar pada saat itu.
Belakangan ini yang mengkoordinir adalah mbah Loren. Sedangkan bu Juli sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pendampingnya, Yofan melihat tidak merasa peduli atau bertanggungjawab, ini
nampak karena tidak pernah mengikuti pertemuan misdinar dan juga tidak membuat
jadwal misdinar [Lampiran 13: 22-23)]. Dari Maria mengatakan yang membuat
jadwal misdinar Bu Juli [Lampiran 10: (16)]. Sedangkan menurut Tarika,
mengatakan antara Bu Juli dan Mbah Devi [Lampiran 11: (18)].
Selanjutnya Emi mengatakan, jadwal misdinar dulu tahun 2012 itu ada yang
membuat dari ketua misdinar. Jadwalnya berurutan siapa-siapa yang bertugas
minggu ini dan untuk selanjutnya diumumkan pada saat pengumuman wilayah
diingatkan kembali siapa-siapa yang akan bertugas minggu berikutnya. Sedangkan
sekarang tidak ada yang membuat jadwal alasannya ketua misdinar sekolahnya jauh.
Maka, yang bertugas tunjuk siapa yang bersedia berarti dia yang bertugas pada saat
itu [Lampiran 14: 25)]. Jadwal misdinar untuk tugas hari biasa tidak ada, sedangkan
untuk hari raya ada. Biasanya diumumkan di Gereja untuk kumpul lalu diberi jadwal
untuk latihan dan yang melatih dari Mbah Prapti, diungkapkan oleh responden Tegar
[Lampiran 6: 27)].
2) Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan pendamping mengungkapkan yang membuat
jadwal misdinar adalah oleh ketua misdinar untuk tugas mingguan dan tugas hari-
hari raya. Menurut kedua pendamping beranggapan bahwa jadwalnya di buat oleh
ketua misdinar. Sedangkan keseluruhan responden menjawab sesuai pemahaman
mereka. Ada yang mengatakan yang membuat oleh Devi sebagai ketua misdinar,
ada pula yang mengatakan yang membuat jadwal adalah oleh Bu Juli sebagai
pendamping. Dari pendapat lain juga mengungkapkan sebelumnya pada tahun 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
ada tapi sekarang tidak ada. Akibatnya, pada saat minggu biasa yang mau bertugas
tinggal main tunjuk, siapa yang bersedia berarti dia yang menjadi misdinar.
Sebaliknya, latihan untuk hari Raya diumumkan di Gereja. Oleh karena itu, penulis
memberikan masukan agar ketua putra-putri altar atau pendamping putra-putri altar
yang baru terpilih, membuat jadwal misdinar untuk minggu biasa dan hari raya agar
mereka bertanggungjawab melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa saling
mengharapkan satu dengan yang lainnya.
o. Sejak kapan mulai menjadi Putra-putri Altar
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli dan mbak Prapti mengatakan pada umumnya mulai kelas
empat (4) SD, setelah komuni pertama menjadi petugas misdinar [Lampiran 4: (5); 5
(7)]. Menurut Esti mengatakan mengikuti misdinar mulai kelas empat (4) SD,
[Lampiran 9: (14)]. Yang mengikuti misdinar mulai kelas lima (5) SD, diungkapkan
oleh responden Dea, Anggil, Devi dan Yofan seperti [Lampiran 7: (10); 8 (12); 12
(20); 13 (23)]. Dari Tarika, mengatakan mulai ikut sejak kelas enam (6) SD, setelah
komuni pertama [Lampiran 11: (18)]. Sedangkan menurut Maria dan Emi
mengatakan mulai mengikuti misdinar mulai kelas satu (1) SMP [Lampiran 10: (16);
14 (25)]. Selanjutnya Tegar mengatakan mulai mengikuti misdinar sejak kelas lima
(5) SD, yaitu dari misa pagi jam 05.30 di Paroki Minomartani. Sedangkan di Stasi
Samigaluh mulai kelas satu (1) SMP [Lampiran 15: (27)].
2) Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut pendamping mengungkapkan pada
umumnya menjadi misdinar mulai kelas empat (4) SD, setelah komuni pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Wawancara dengan responden mengatakan berdasarkan pengalaman masing-masing
sehingga jawabannya berbeda-beda. Ada yang mengatakan mulai mengikuti
misdinar setelah komuni pertama yaitu dari kelas empat (4) SD, ada yang
mengatakan kelas lima (5), ada yang mengatakan kelas enam (6) SD bahkan kelas
satu (1) SMP.
p. Anak-anak yang aktif bertugas pada Hari Raya dan Hari Minggu Biasa
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli yang aktif bertugas melayani pada masa biasa adalah anak
SD dan beberapa anak SMP yang kebetulan sekolahnya dekat wilayah. Sedangkan
anak SMP dan SMA yang sekolahnya di kota, bertugas pada masa Natal dan Paskah
[Lampiran 4: (5)]. Sedangkan Mbak Prapti mengatakan, pad hari biasa yang
bertugas SD, sedangkan hari raya seperti Natal dan Paskah dari SMP dan SMA
[Lampiran 5: (7)]. Menurut Dea yang bertugas misdinar pada hari biasa SD dan
SMP dan hari-hari besar seperti Natal dan Paskah dari kakak SMA [Lampiran 7:
(10)]. Sebaliknya responden Esti, Maria dan Tarika yang mengatakan yang bertugas
hari raya anak SMP dan SMA [Lampiran 9: (14) ; 10 (16); 11 (18)]. Tambahan dari
Esti dan Tarika mengatakan yang menjadi misdinar hari biasa anak SD (Lampiran 9:
(14); 11 (18). Menurut Devi, Yofan dan Tegar mengatakan menjadi misdinar
gabungan mulai dari SD, SMP dan SMA untuk bertugas pada hari raya dengan
jumlah maksimal 10 orang [Lampiran 12: (20); 13 (23); (27)]. Devi menambahkan
yang bertugas minggu biasa ialah anak-anak SD dan SMP dengan jumlah
keseluruhan 20 orang [Lampiran 12: (20)]. Dari Anggil yang aktif hanya 6 sampai 7
orang saja untuk misa harian dan kalau hari raya dari kakak SMA [Lampiran 8:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(12)]. Dan Emi mengatakan, yang bertugas hari Raya adalah gabungan dari SD,
SMP dan SMA tapi yang kelihatan aktif saja dan pada hari biasa saling
mengharapkan dan main tunjuk [Lampiran 14: (25)].
2) Pembahasan
Hasil wawancara menurut kedua pendamping jawabannya berbeda-beda
berdasarkan pengamatan masing-masing. Sedangkan hasil wawancara dengan
respondenpun mengungkapkan jawabannya yang sangat berbeda-beda pula sesuai
pengalaman dan pengamatan mereka selama ini, ketika mereka mengikuti perayaan
tiap minggu maupun perayaan hari-hari raya. Oleh karena itu, penulis menyarankan
kedepannya mendata siapa yang bertugas pada hari raya maupun hari biasa.
q. Mengadakan evaluasi setelah pesta maupun kegiatan-kegiatan lainnya
1) Hasil penelitian
Menurut Bu Juli dan mbak Prapti belum mengatakan belum perna
mengadakan evaluasi atau mengadakan ucapan syukur setelah terlaksananya suatu
kegiatan [Lampiran 4: (5); 5 (7)] dan keseluruhan responden yaitu Dea, Anggil, Esti,
Maria, Tarika, Devi, Yofan, Emi dan Tegar juga mengatakan belum pernah
mengadakan evaluasi [Lampiran 7: (10); 8 (12); 9 (14); 10 (16); 11 (18); 12 (20); 13
(23); 14 (25); 15 (27)].
2) Pembahasan
Jawaban yang diungkapkan oleh pendamping dan responden memang sangat
benar, karena selama ini dari Stasi Samigaluh belum perna mengadakan kegiatan-
kegiatan yang bersifat rohani maka tidak perna mengadakan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
r. Jumlah Putra-putri Altar pada tahun 2011-2013
1) Hasil penelitian
Bu Juli mengatakan jumlah putra-putri di tahun 2011-2012, jumlah laki-laki
ada 8 orang dan perempuan 13 orang. Sedangkan tahun 2013 ini jumlah semakin
bertambah laki-laki 13 orang dan perempuan 18 orang [Lampiran 4: (5)]. Sedangkan
menurut mbak Prapti mengatakan, jumlah keseluruhan dari tahun 2011-2013 tidak
tahu [Lampiran 5: (7)].
2) Pembahasan
Bu Juli mengungkapkan perbandingannya bahwa jumlah misdinar di tahun
2011-2012 laki-laki ada 8 orang dan perempuan ada 13 orang maka jumlah
seleluruhan adalah 21 orang. Sedangkan di tahun 2013 jumlah laki-laki 13 orang
sedangkan perempuan 18 orang maka jumlah keseluruhan menjadi 31 orang.
Sedangkan menurut mbak Prapti mengungkapkan tidak tahu,
s. Keseluruhan jumlah anak SD, SMP dan SMA yang mengikut misdinar
1) Hasil Wawancara
Menurut Bu Juli mengungkapkan bahwa jumlah keseluruhan putra-putri altar
di Stasi Samigaluh yaitu SD ada 12 orang yang SMP 12 dan yang SMA ada 7 orang
[Lampiran 4: (5)], sedangkan mbah Prapti, mengatakan saya tidak tahu yang
mengetahui pendampingnya yaitu Bu Juli [Lampiran 5: (7)].
2) Pembahasan
Bedasarkan hasil wawancara dengan Bu Juli mengatakan bahwa jumlah
misdinar SD ada 12 orang, yang SMP 12 dan yang SMA ada 7 orang, sedangkan
menurut mbah Prapti, mengatakan saya tidak tahu yang mengetahui adalah Bu Juli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
t. Harapan Kedepannya
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Juli, berjanji akan diusahakan
mencari sumber-sumber buku untuk mengajari putra-putri altar. Selain itu, akan
diusahakan memperbanyak kegiatan untuk memperkembangkan iman putra-putri
altar. Dari mbak Prapti, memberikan masukan agar ke depannya pendamping lebih
kreatif membuat jadwal misdianr dan mengadakan kegitan-kegitan seperti rekoleksi,
ziarah dan lain-lain. Responden juga berharap agar kedepannya baik pendamping
maupun ketua misdinar perlu membuat jadwal misdinar untuk latihan tiap minggu
agar saat bertugas tidak mengalami kebinggungan. Responden lain juga berharap
setiap bulan atau beberapa bulan sekali pendamping mengajak semua anggota
misdinar baik yang aktif maupun yang tidak aktif untuk mengikuti kegiatan seperti
ziarah atau rekoleksi dan memberi pembekalan tentang alat-alat liturgi. Demi
mendukung kegiatan yang direncanakan responden juga mengusulkan agar
dilakukan pengalangan dana karena misdinar belum mempunyai uang kas. Setelah
kegiatan, responden berharap diadakan evaluasi rutin bersama dan diadakan
syukuran atas terlaksananya suatu kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BAB IV
SUATU USULAN PENDAMPINGAN ROHANI
BAGI PUTRA-PUTRI ALTAR SEBAGAI PETUGAS LITURGI
A. Pemikiran Dasar Pendampingan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat mengetahui berbagai
harapan, usulan dan kebutuhan dari responden di Stasi Samigaluh, berkaitan dengan
pendampingan rohani. Situasi ini sangat wajar karena berdasarkan observasi dan
wawancara, penulis mengetahui kendalanya bahwa dari pendampingnya belum
pernah memperkenalkan peralatan liturgi secara mendalam. Hambatan lain, karena
di Stasi Samigaluh belum mempunyai bahan-bahan atau sumber-sumber pendukung.
Ini juga menjadi kendala tidak pernah diadakan pendampingan rohani maupun
mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung demi membuka wawasan maupun
pengetahuan putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
Dari berbagai harapan dan kebutuhan tersebut meliputi berbagai bentuk
kegiatan yang mereka butuhkan seperti rekoleksi, ziarah, camping rohani dan lain-
lain. Dari berbagai masukan tersebut, penulis memilih salah satu kegiatan yaitu
rekoleksi. Penulis mencoba membuat jadwal rekoleksi dan langkah-langkah
rekoleksi, semoga diharapkan dapat menjadi contoh mengenai pendampingan rohani
selanjutnya. Apalagi bagi pihak-pihak terkait seperti pendamping putra-putri altar
yang ingin menggunakan bahkan untuk menindaklanjuti program pendampingan
rohani dalam bentuk kegiatan rekoleksi seperti ini dapat digunakan dengan mudah.
Pendampingan rohani yang ditawarkan dalam bentuk rekoleksi yang dilaksanakan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dalam Gereja Samigaluh. Dari usulan rekoleksi ini, pendampingan rohani yang akan
dilaksanakan dikemudian hari mampu benar-benar menjawab harapan dan
kebutuhan putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
B. Langkah-langkah Rekoleksi yang direncanakan di dalam Stasi Samigaluh
Kegiatan rekoleksi yang direncanakan di dalam Stasi Samigaluh memiliki
beberapa sesi yakni sesi pertama pengantar singkat tentang menonton video, sesi
kedua memperagakan cara menggunakan peralatan liturgi, sesi ketiga menjelaskan
faktor dan nilai pendukung pendampingan rohani, sesi keempat melakukan tes
tertulis dan sesi kelima melakukan evaluasi.
1. Jadwal Rekoleksi
Waktu Kegiatan Keterangan
08.00-08.10 Pembukaan Menyapa putra-putri altar
Doa pembuka oleh putra-putri
altar
08.10-09.00 Kegiatan Inti:
Sesi I: Membuka wawasan
putra-putri altar di Samigaluh
melalui nonton video
Pengantar singkat untuk
menonton video
Menonton video
Melontar pertanyaan-
pertanyaan
Peneguhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
09.00-10.15 Sesi II: Memperagakan cara
menggunakan peralatan liturgi
Pengantar singkat untuk
memperagakan alat-alat liturgi
Memperagakan di altar
Peneguhan
10.15-10.30 Istirahat Snack
10.30-11.30 Sesi III: Nilai pendukung dan
faktor pendukung
pendampingan rohani
Pengantar singkat oleh
pendamping
Menjelaskan nilai-nilai yang
dimiliki oleh putra-putri alta
dan faktor-faktor pendukung
pendampingan rohani
Peneguhan
11.30-12.00 Sesi IV: Melakukan tes tertulis
untuk mengetahui pemahaman
dan pengetahuan putra-putri
altar terhadap materi peralatan
liturgi
Pengantar singkat sebelum
melakukan tes
Membagikan foto copian
Mengawasi putra-putri altar
yang sedang mengerjakan soal
Peneguhan
12.00-13.00 Sesi V: Evaluasi Evaluasi keseluruhan proses
13.00-13.20 Penutup Ucapan terimakasih
Penyerahan sumbangan buku
Doa penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Identitas
a) Tema : Membuka wawasana putra-putri altar melalui nonton
video, memperagakan cara menggunakan peralatan
liturgi serta menanamkan nilai-nilai yang baik dan
mengetahui faktor-faktor pendukung kegitan
pendampingan rohani.
b) Tujuan kegiatan : Agar peserta semakin memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas tentang liturgi, serta memiliki
nilai-nilai yang baik sehingga mampu manjadi
pelayan Tuhan yang baik.
c) Metode : Tanya jawab, informasih, tes tertulis dan
d) Tempat : Kapel Stasi Samigaluh
e) Tanggal pelaksanaa : Tanggal 24 dan 25 Mei 2014,
f) Waktu : 08.00-13.20
g) Materi : † Video tentang pelayanan putra-putri altar
† Memperagakan cara mempergunakan
peralatan liturgi
† Nilai-nilai yang baik dan faktor
pendukung pendampingan rohani
† Soal-soal tes tertulis
h) Sarana : Laptop, video, alat-alat liturgi, foto copian
peralatan liturgi buku dan bolpen
i) Sumber bahan : † Marsana Windhu. (1996). Mengenal 25 Sikap
Litugi Seri 2. Yogyakarta: Kanisius. hal. 44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
† Marsana, Windhu. (1996). Mengenal Peralatan,
Warna dan Pakaian Liturgi. Seri 4. Yogyakarta:
Kanisius. hal 23.
3. Pemikiran Dasar
Putra-putri atau misdinar adalah sebuah organisasi yang terdiri dari anak-
anak yang sudah menerima komuni pertama dan dibentuk sebagai salah satu
kelompok. Tugas mereka membantu Imam dalam perayaan Ekaristi Kudus. Namun
dalam kenyataannya selama ini mereka melayani Imam sesuai pemahaman mereka
tanpa lebih dalam mengetahui nama atau fungsi dari peralatan liturgi dan sikap-
sikap yang baik sebagai seorang pelayan. Karena keprihatinan itu, maka penulis
membuat satuan persiapan untuk mengadakan rekoleksi sehari.
Dalam satuan persipan ini ada beberapa sesi yang penulis jabarkan yakni sesi
pertama menonton video tentang pelayanan putra-putri altar di salah satu paroki.
Sesi yang kedua mengajak peserta untuk memperagakan peralatan liturgi, sesi yang
ketiga menjelaskan nilai-nilai yang baik serta beberapa faktor pendukung kegiatan
pendampingan rohani dan sesi keempat melakukan tes tertulis untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan putra-putri altar terhadap keseluruhan materi yang
sudah diberikan oleh pendamping.
Tujuan tes ini, mau membandingkan perbedaan pemahaman putra-putri altar
sebelum dan sesudah melaksanakan rekoleksi. Hasil tesnya diharapkan
menunjukkan hasil yang baik sehingga kedepannya program ini terus dilaksanakan
dan diberikan secara khusus bagi anggota putra-putri altar yang baru sehingga lewat
kegiatan rekoleksi seperti ini mereka mampu mengerti peralatan liturgi dan mampu
mempraktekan dalam tugasnya sebagai pelayan dengan baik. Dan sesi kelima,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
melakukan evaluasi proses rekoleksi dalam kelompok dan hasil evaluasinya
dituliskan dalam kertas yang sudah disediakan dan hasilnya dikumpulkan kepada
pendamping.
4. Langkah-langkah rekoleksi sebagai berikut:
a. Sesi I: Pengantar untuk menonton vidio
1) Adik-adik yang terkasih dalam Kristus, sesi ini kalian akan menonton sebuah
vidio tentang pelayanan putra-putri altar di salah satu Gereja. Adik-adik disini
diharapkan menonton dengan tenang tidak ribut dengan teman sebelahnya,
karena setelah menonton ini adik-adik pada sesi berikutnya dalam kelompok
akan maju dan mempraktekkan dalam bentuk latihan misdinar.
2) Selesai menonton, pendamping melontarkan beberapa pertanyaan lisan seperti:
Apa yang disebut misdinar?
Apa syarat-syarat untuk menjadi anggota misdinar?
Apa tugas utama misdinar?
Apa warna baju yang dipakai Imam dalam memimpin perayaan Ekaristi tadi
dan apa artinya? Apa nama dari tempat yang berisi roti?
Apa artinya tangan dilipat? Apa artinya duduk?
3) Peserta yang tahu angkat tangan dan langsung menjawab secara spontan.
4) Setelah itu, pendamping memberikan peneguhan atas jawaban peserta.
b. Sesi II: Memperagakan cara menggunakan peralatan liturgi
1) Sebelum memperagakan, para putra-putri altar di bagi dalam dua atau tiga
kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2) Adik-adik yang terkasih, kalian sebelumnya sudah mengetahui peralatan liturgi,
maka sekarang saatnya kalian mempraktekkan di depan pendamping maupun di
depan teman-teman anda
3) Peserta mempraktekkan contoh sikap-sika-badan yang baik sebagai berikut:
Sikap berdiri sebagai ungkapan kesediaan, penghormatan. Maka, putra-putri
altar saat berdiri dengan kedua kaki diharapkan tegak lurus dan bukan salah
satu kaki bersandar pada kaki sebelahnya atau bersandar pada dinding.
Sikap berjalan harus tegap serta pandangan ke arah depan sebagai tanda
penghormatan dan kesungguhan. Putra-putri altar sangat diharapkan menjaga
sikap berjalan dengan hikmat dan tegap secara serentak dalam pelayanan
terhadap imam.
Sikap berlutut sebagai ungkapan memperkecil diri di hadapan Allah. Sikap
ini merupakan ungkapan kerendahan hati manusia. Orang yang merasa
rendah hati senantiasa menyadari dirinya amat kecil. Pada saat berlutut
kalian harus menghormati dan memandang apa yang kalian hormati.
Sikap duduk sebagai ungkapan kesediaan untuk mendengarkan sabda Tuhan
entah melalui bacaan-bacaan Kitab Suci maupun homili. Sikap duduk
menunjukkan sikap tenang untuk menanti, mendengarkan dan menghormati
Tuhan atau petugas yang berbicara kepada umat-Nya. Bila putra-putri altar
duduk harus dengan lutut kaki sejajar dan jangan pernah menumpangkan
salah satu kaki di kaki yang sebelahnya.
Membuat tanda salib sebagai putra-putri altar maupun umat mengingatkan
akan pembaptisan. Tanda salib merupakan tanda iman atau ungkap iman
kepada Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Sikap menunduk dan membungkuk menghormati imam yang
mempersembahkan perayaan Ekaristi atau menghormati Tuhan yang secara
langsung memimpin perayaan Ekaristi lewat wakil-Nya yakni imam.
(contoh sikap-sikap badan yang baik ditampilkan dalam bentuk foto berikut
ini)
4) Pelayanan Misdinar
(a) Persiapan Persembahan
Imam Pelayanan putra-putri altar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Imam menggelar corporal dan
mempersiapkan bahan-bahan
persembahan, buku TPE, buku misa
lainnya. Misdinar sudah siap membawa
piala, dupa, air dan lavado.
Sambil berdoa secara berbisik Imam
menuangkan anggur ke piala dan
kemudian air ke dalam piala dengan
sendok kecil.
Imam menghunjukkan roti dan piala
secara bergantian kehadapan Allah.
Imam mengambil ratus dan
memasukkannya ke dalam dupa, lalu
memberkatinya tanpa kata-kata,
kemudian mendupai bahan
persembahan, salib dan altar. Setelah
itu Imam bersiap diri didupai misdinar.
Putra-putri altar membawa piala dan
segala perlengkapannya, yakni
corporal, pala, patena dengan hosti
besar, purifikatorium, sendok kecil dan
sibori yang berisi roti-roti kecil.
Satu atau dua misdinar membawa
sibori yang berisi roti disajikan ke
altar, tergantung pada situasi dan
jumlah umat.
Dua misdinar yakni yang satu
membawa ampul yang berisi anggur
dan satu membawa ampul yang berisi
air ke altar.
Dua misdinar yang membawa wiruk
dan dupa-ratus harus siap di dekat
altar.
Misdinar yang membawa wiruk dan
dupa-ratus melayani imam untuk
mengambil ratus dan memasukkannya
ke dalam dupa.
Setelah itu putra altar yang membawa
dupa mendupai imam sebanyak 3x2
tarikan. Kedua misdinar tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Selesai mendupai, Imam membasuh
tangan sambil berdoa secara berbisik
dengan dibantu oleh dua misdinar
pembawa cerek dan lavado.
Imam mengajak umat untuk berdoa
agar persembahan diterima oleh Allah.
Seluruh rangkaian persembahan di
akhiri dengan persiapan persembahan
oleh imam.
sebelum mendupai maupun sesudah
mendupai, harus tunduk menghormati
imam.
Sesudah itu, mendupai umat, di
samping kiri dua kali, di tengah dua
kali dan di samping kanan dua kali
dengan terlebih dahulu tunduk
menghormati umat.
Setelah mendupai umat, kedua
misdinar kembali keluar untuk
mengambil bara api. Mereka kembali
masuk dengan membawa wiruk dan
dupa-ratus pada saat nyanyian kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Ada dua misdinar mempersiapkan
bantal untuk tempat berlutut di depan
altar (fakultati).
Selesai imam didupai oleh misdinar
pembawa dupa, kedua misdinar
tersebut membawa cerek dan lavado
untuk membasuh tangan imam dan ada
misdinar lain membawa lap lavado
membantu mengelap tangan imam.
Setelah itu kedua misdinar tersebut ini
kembali ke meja kreden dan menuju
ke tempat misdinar di depan altar.
Selesai semua itu, semua
misdinar/putra-putri altar bersiap di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
depan altar dengan cara berlutut secara
serentak dan rapih.
(b) Membunyikan bel/gong pada saat kata-kata epiklese, dimana Imam
mengulurkan tangan di atas roti dan anggur dengan berdoa:
“Maka kami mohon; Kuduskanlah
persembahan ini dengan pencurahan
Roh-Mu agar bagi kami menjadi Tubuh
dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan
kami Yesus Kristus” (DSA II).
Pada saat epiklese, putra-putri altar
membunyikan bel panjang.
(c) Kata-kata Institusi atau Konsekrasi
Terimalah Dan Makanlah-Inilah
Tubuhku-Yang Di Serahkan Bagimu.”
Saat Imam mengangkat hosti untuk
diperlihatkan kepada umat sesudah
Pada saat Imam mengangkat hosti
suci, putra-putri altar bertugas
membunyikan bel/gong sebanyak 3
kali dan petugas dupa mendupai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kata-kata institusi atas Tubuh Kristus.
Setelah kata-kata konsekrasi I Imam
berlutut.
Kata-kata konsekrasi II ”Terimalah
Dan Minumlah-Inilah Pialah
Darahku-Darah Perjanjian Baru Dan
Kekal-Yang Ditumpahkan Bagimu
Dan Bagi Semua Orang-Demi
Pengampunan Dosa. Lakukanlah Ini
Untuk Mengenangkan Daku”.
Imam sesudah itu mengangkat piala
untuk diperlihatkan kepada umat
sesudah kata-kata institusi atas piala
yang berisi Darah Kristus.
sebanyak 3x3 tarikan.
Petugas bel, membunyikan bel.
Pada saat Imam mengangkat piala
yang berisi air anggur, putra-putri altar
bertugas membunyikan bel/gong
sebanyak 3x dan dupa 3x3 tarikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Setelah kata-kata konsekrasi II, Imam
berlutut.
Petugas bel, membunyikan bel
panjang
(d) Pelayanan Putra-putri Altar setelah Komuni
Seusai pembagian komuni kembali
ke altar untuk pembersihan piala dan
sibori.
Piala dan perlengkapannya disiapkan
untuk diangkat oleh putra-putri altar.
Satu misdinar membawa ampul berisi
air dan dituangkan ke piala yang akan
dibersihkan oleh imam.
Satu atau dua misdinar membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kembali sibori dan piala yang sudah
dibersihkan ke meja kredens
c. Sesi III: Nilai-nilai yang baik dan faktor pendukung pendampingan rohani
1) Pengantar
Adik-adik yang terkasih pada sesi ketika ini kita akan belajar bersama-sama
tentang nilai-nilai yang baik yang perlu kalian dimiliki sebagai seorang pelayan
Tuhan. Nilai-nilai yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Menjadi Teladan
Putra-putri altar sebagai pelayan Tuhan, mempunyai kualitas hidup yang
baik, sehingga bisa diteladani oleh orang lain. Misdinar perlu menyadari bahwa di
hadapan Allah kalian mempunyai martabat yang sama, maka diharapkan secara
perlahan-lahan meninggalkan sikap kesombongan, kesombongan dan menumbuhkan
sikap saling menghormati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(b) Melayani dengan Sukarela Bukan Paksaan
Putra-putri altar diharapkan melayani Imam dalam mempersembahkan
Perayaan Ekaristi dengan sukarela bukan dengan jual mahal. Melayani dengan
sukarela berarti bertanggungjawab mengerjakan segala sesuatu dengan sukarela
tanpa paksaan dari orang lain. Melayani tanpa paksaan berarti melayani dengan
senang hati. Maka, buah dari pelayanan ialah menjadi anak yang takwa akan Tuhan,
rajin berdoa, tidak nyontek, rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah, taat dan
menghormati orang tua juga teman-teman. Dasar dari sikap melayani dengan
sukarela terdapat dalam surat St.Paulus kepada Filemon “Aku tidak berbuat sesuatu,
supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa melainkan
dengan sukarela” (Fil 1:14). Artinya putra-putri altar segera mengambil inisiatif,
misalnya lilin altar tidak beres atau dipanggil Romo untuk ambil buku misa di
sakristi.
(c) Melayani dengan penuh pengabdian
Kata pengabdian menuntut sikap pelayanan yang tulus, tanpa pamrih dan
tidak egois. Semangat pengabdian menuntut pengorbanan waktu, tenaga pikiran dan
perasaan. Ini merupakan makna dari pengabdian yaitu dengan kerelaan, ketulusan
untuk memberikan segalanya, bahkan apa yang paling berharga dalam hidup kita.
Oleh karena itu, jiwa pengabdian mengandung makna tidak mencari imbalan/upah.
(d) Rela berkorban dalam melayani
Mengorbankan kesenangan demi tanggungjawab atas tugas yang diberikan.
Contonya; bagi anggota putra-putri altar yang bertugas pada pagi hari mesti bangun
pagi-pagi harus ke Gereja untuk bertugas atau hujan deras namun diusahakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
berangkat, karena kerelaan berkorban akan menumbukan sikap sedia membantu
orang lain. Terlebih khusus sikap rela berkorban demi melayani imam sebagai wakil
Tuhan.
(e) Memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
Meski tempatnya jauh seseorang yang mendapatkan tugas ia bertanguungjawab
melakukannya dengan baik. Contonya; sekolahnya jauh dari Stasi Samigaluh harus
berangkat, karena itu akan menunjukkan sikap bertanggungjawab atas tugas yang
diberikan.
(f) Disiplin
Putra-putri altar diharapkan disiplin karena Misa senantiasa dimulai tepat pada
waktunya. Bila putra-putri altar terlambat, maka umat menjadi gelisah dan jadwal
misa bisa kacau.
(g) Kerendahan hati
Seorang pelayan dituntut sikap rendah hati. Artinya bahwa bukan dirinyalah
yang terpenting, melainkan Dia yang dilayani. Maka, kalian perlu menyadari bahwa
pelayanan itu semata-mata demi kemuliaan Tuhan. Bukan demi kemuliaan,
kepopuleran atau kepentingan diri sendiri atau melayani karena dapat di lihat orang
oleh orang lain.
(h) Mau bekerjasama
Sikap ini perlu karena dalam perayaan Ekaristi membutuhkan banyak
peralatan liturgi yang tidak dapat dilaksanakan oleh satu orang. Misalnya, ada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
bertugas membawa lilin, salib, dupa, mengantar persembahan, membawa wirik dan
lain-lain yang tidak mungkin dirangkap oleh satu orang. Termasuk kerjasama untuk
mengingatkan teman yang lupa bergerak. Selain itu, kerjasama dalam hal-hal kecil
seperti duduk, berdiri dan berlutut secara serentak sehingga memberi kesan liturgi
yang indah.
2) Faktor Pendukung Pendampingan Rohani
(a) Pada bagian faktor pendukung ini orangtua putra-putri altar atau pengurus
wilayah/ Stasi diharapkan hadir.
(b) Adik-adik yang terkasih, keberhasilan sebuah kegiatan seperti rekoleksi tidak
hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan proses
pendampingan tersebut yakni peserta, materi, metode, tempat yang nyaman dan
sumber bahan yang digunakan.
Namun, keberhasilan suatu kegiatan juga ditentukan oleh beberapa faktor
lain seperti dukungan dari wilayah, orangtua, kepengurusan dan keuangan.
Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa faktor pendukung
tersebut antara lan sebagai berikut:
(1) Peran Wilayah
Di setiap wilayah mempunyai Gereja dan mempunyai kebutuhan masing-
masing. Salah satunya adalah wilayah Samigaluh perluh menyediakan sumber-
sumber pendukung seperti buku-buku tentang peralatan liturgi. Tujuannya bahan-
bahan tersebut dapat dipelajari oleh setiap anggota misdinar dan pada saat bertugas
dapat dipraktekkan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
(2) Dukungan Orangtua
Orang tuamu sebagai pemimpin dalam rumah tangga memiliki peran
penting dalam perkembangan kalian. Sebagai orang tua yang baik, perlu mendidik
serta mengarahkan kalian terhadap hal-hal yang bersifat positif. Pada usia-usia dini,
kalian masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap orangtuamu. Maka,
peran orangtuamu dalam keberhasilan kalian memegang peranan penting. Secara
khusus bila kalian mau mengikuti kegiatan, kalian membutuhkan biaya untuk
transport, makan atau sekedar uang saku.
Selain itu, orangtuamu dengan rela memberikan ijin kepada kalian sebagai
anaknya, bila kalian mau mengikuti kegiatan seperti weekend serayon, latihan
misdinar atau tugas misdinar lainnya. Di lain pihak, orangtuamu perlu memberikan
dorongan kepada kalian untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang akan yang
mendukung perkembangan imanmu.
(3) Kepengurusan
Suatu organisasi perlu mempunyai struktur yang jelas, guna memperlancar
kegiatan yang akan dilakukan dari organisasi tersebut mulai dari ketua, sekretaris,
bendahara dan sesi-sesi lainnya. Peran pengurus dari sebuah organisasi sangat
penting, karena maju mundurnya sebuah organisasi ditentukan oleh kualitas maupun
tanggungjawab dari setiap pribadi tersebut.
Maka, sebagai pengurus hendaknya dipilih orang-orang yang benar-benar
memiliki semangat pendabdian, mau berkerja keras dan mempunyai kemauan untuk
melayani. Sebaliknya, memilih anggota pengurus secara sembarangan akan
melemahkan organisasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
(4) Keuangan
Keuangan merupakan faktor pendukung dalam suatu organisasi, karena
keuangan cukup membantu dalam perjalanan sebuah organisasi. Suatu organisasi
yang memiliki banyak kegiatan, tanpa didukung dengan keuangan sulit untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
Maka, putra-putri altar sebagai sebuah organisasi harus memiliki keuangan
yang cukup memadai agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
lancar. Untuk mencukupi keuangan diperlukan usaha pengalian dana dengan
berbagai cara seperti iuran wajib peranggota dikumpulkan setiap kali mengadakan
pertemuan atau seminggu sekali, jual barang-barang bekas dan lain-lain.
d. Sesi IV: Melakukan tes tertulis untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan putra-putri altar terhadap peralatan liturgi
1) Adik-adik yang terkasih, tadi sudah melewati beberapa sesi dan sekarang
saatnya, adik-adik kembali menuangkan apa yang sudah kalian terimah dalam
bentuk tertulis.
2) Pendamping membagikan kertas fotocopian yang sudah disediakan sebelumnya
oleh pendamping
3) Peserta mempersiapkan bolpoin dan kertas dan mengerjakan sendiri-sendiri,
tanpa bekerja sama dengan teman lainnya.
4) Pendamping mengawasi, peserta yang mengikuti testing sampai batas waktu
yang ditentukan, kemudian hasilnya dikumpulkan semua ke pendamping.
5) Soal-soal testing terlampir dalam lampiran. Soal tesnya terdapat dalam
[Lampiran 18: (31)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
d. Sesi V: Melakukan Evaluasi
1) Setiap kelompok mendapatkan satu kertas dan satu bolpen. Di dalam kelompok,
setiap kelompok mendiskusikan proses rekoleksi dan menuliskan kesan pesan,
sesuai batas waktu yang ditentukan dan hasilnya dikumpulkan kepada
pendamping. Dengan harapan, kesan-pesan dari peserta memberikan masukan
agar kegiatan rekoleksi selanjutnya lebih ditingkatkan lagi.
2) Selain itu, orang tua maupun pendamping putra-putri altar juga mendapatkan
satu kertas soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengisi tentang seluruh
proses evaluasi dari rekoleksi pertama dan kedua dan hasilnya dikumpulkan ke
pendamping.
C. Laporan tentang Pelaksanaan Rekoleksi tanggal 27 Mei dan 30 Juni 2014
Di bawah ini merupakan hasil laporan pelaksaan program rekoleksi di Stasi
Samigaluh. Rekoleksi di Stasi Samigaluh dilaksanakan dalam dua tahap yakni pada
tanggal 27 Mei dan 30 Juni 2014.
1. Yang sama dengan konsep awal
Pelaksanaan kegiatan rekoleksi pertama pada tanggal 27 Mei 2014, sesi
pertama tentang nonton video dan memperagakan peralatan liturgi berjalan lancar
sesuai yang di rencanakan. Sedangkan rekoleksi kedua pada tanggal 30 Juni 2014,
sesi pertama tentang nonton video, sesi ketiga tentang nilai dan faktor-faktor
pendukung, sesi keempat tentang tes tertulis dan sesi kelima melakukan evaluasi
dari keseluruhan proses rekoleksi hari pertama dan rekoleksi yang kedua berjalan
sesuai rencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Yang tidak sama dengan konsep awal
Rekoleksi pertama pada tanggal 27 Mei, waktu pelaksanaan berubah, sesi
mengenai tes tertulis, materi tentang nilai-nilai dan faktor pendukung serta evaluasi
tidak dilaksanakan karena alasannya, pertama pesertanya sedikit dan yang kedua
penulis sudah mendapat informasi sebelumnya oleh pendamping bahwa tanggal 22
Juni 2014 anak-anak kelas IV dan V yang belum komuni akan menerima komuni
pertama, maka tiga sesi tersebut tidak usah dilaksanakan. Akan tetapi mbak Loren
meminta kegiatan yang sama perlu dilaksanakan lagi setelah anak-anak menerima
komuni pertama, karena mereka baru dan perlu pendampingan melalui kegiatan
rekoleksi seperti ini agar mereka juga mengenal nama-nama peralatan liturgi, warna-
warna liturgi sikap-sikap badan yang baik dan nilai-nilai yang baik perlu mereka
hidupi sebagai pelayan Tuhan.
Dalam rekoleksi kedua pada tanggal 30 Juni 2014 sesi kedua tentang
memperagakan peralatan liturgi tidak dilaksanakan karena keempat (4) anak yang
telah mengikuti rekoleksi pertama pada tanggal 27 Mei, mengatakan bahwa setelah
mengikuti rekoleksi pertama itu mereka sudah memahami cara memperagakan
peralatan liturgi yang baik dan mereka sering mengajak calon putra-putri altar
lainnya untuk latihan misdinar sambil didampingi oleh mbak Loren, maka latihan
peragaan tidak perlu. Sesi keempat, merupakan evaluasi atas seluruh proses
rangkaian kegiatan rekoleksi mulai dari rekoleksi pertama dan kedua.
Pada akhir rekoleksi kedua (tanggal 30 Juni 2014), penulis memberikan
sumbangan lima (5) buku sebagai berikut ini:
Marsana Windhu. (1996). Mengenal Tahun Liturgi. Seri I. Yogyakarta:
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Marsana Windhu. (1996). Mengenal 25 Sikap Liturgi. Seri 2. Yogyakarta:
Kanisius.
Marsana Windhu. (1996). Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani. Seri 3.
Yogyakarta: Kanisius.
Marsana Windhu. (1996). Mengenal Peralatan, Warna dan Pakaian Liturgi.
Seri 4. Yogyakarta: Kanisius.
Marsana Windhu. (1996). Mengenal Ruangan, Perlengkapan dan Petugas
Liturgi. Seri 5. Yogyakarta: Kanisius.
Lima buku tersebut diterimah oleh kedua misdinar. Acara rekoleksi ditutup
dengan makan siang bersama. Hari kedua rekoleksi ini 6 orangtua juga datang, maka
penulis memberikan beberapa pertanyaan mengenai pendampingan rohani anak-
anak mereka yang sudah terlaksana selama dua kali ini. Hasil evaluasi putra-putri
altar lampiran [Lampiran 19: (36)], hasil evaluasi pendamping [Lampiran 20: (41)]
dan asil evaluasi orang tua [Lampiran 21: (42)].
3. Perubahan setelah Rekoleksi
Dengan melihat kehadiran peserta rekoleksi pertama hanya empat orang,
maka penulis bertanya, kenapa yang datang sedikit? Mereka menjawab, ini karena
tidak ada kepengurusan maka, untuk melakukan koordinasi maupun komunikasi
tentang suatu kegiatan agak susah. Kemudian, penulis bertanya? “Jadi apa yang
anda harapkan supaya kegiatan putra-putri altar di Stasi Samigaluh dihidupkan
kembali dan berjalan dengan baik?”. Beberapa anak tersebut secara spontan
menjawab lebih baik membentuk struktur kepengurusan yang baru sehingga
kegiatan-kegiatan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Maka, mereka meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
penulis membuatkan surat berisikan tentang pembentukan struktur kepengurusan
yang baru. Akhirnya, penulis membuatkan surat sebanyak 25 lembar dan dibagikan
pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 setelah perayaan Ekaristi. Akhirnya, pada
tanggal 1 Juni 2014, jam 09.00-10.30 telah dilakukan pemilihan kepengurusan yang
baru, dengan Ketua yang baru bernama Catarina Emi Irawati, wakilnya bernama
Theresia Yofan Atisari, Sekretaris bernama Vinsensia Tarika Dian Ningsih,
bendahara bernama Monika Agel Pradini, dan ketua umum bernama Meta. Surat
undangan membentuk kepengurusan yang baru (halaman 37). Proses pemilihan ini
dihadiri pula oleh pendamping pembantu/lama yakni mbak Prapti dan mbak Loren.
Perubahan yang dialami setelah rekoleksi dan dengan adanya kepengurusan yang
baru antara lain adalah:
Sudah dibuat jadwal misdinar untuk masing-masing kelompok dengan anggota
4-6 orang dan yang SMP sebagai koordinartor. Jadwal disusun untuk jangka
waktu dua bulan sekali. Sesudah dua bulan anggota kelompok diacak.
Yang SMP dan pengurus inti sering melatih misdinar yang baru dan didampingi
oleh pendamping pembantu.
Sering diadakan pertemuan-pertemuan putra-putri altar.
Telah diadakan agenda jangka pendek untuk mencari dana, dengan menjual
barang-barang bekas seperti bayu-bayu bekas, botol kosong atau buku-buku
yang tidak di gunakan. Mengadakan iuran perdua minggu sekali untuk
mengadakan kegiatan jangka menengah keluar seperti rekoleksi, camping rohani
dan kunjungan ke biara-biara. Dengan kunjungan ke biara-biara yang laki-laki
ke tempat pendidikan Romo/Bruderan misalnya, Postulan atau Frateran dan
putri-putri ke susteran-susteran yang mempunyai asrama-asrama putri, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
tujuan agar mereka mengikuti kegiatan biara dan barangkali terpanggil menjadi
Imam, Bruder atau suster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab VI ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran yang
berkaitan dengan keseluruhan isi skripsi.
A. Kesimpulan
Liturgi adalah perayaan. Selain nyanyian, putra-putri altar membantu untuk
memeriahkan liturgi. Dalam perayaan liturgi terdapat berbagai petugas, seperti
lektor, pembantu komuni, pemazmur, putra-putri altar, dll. Secara khusus tugas
putra-putri altar membantu Imam dalam perayaan Ekaristi. Putra altar atau pelayan
misa, pada milenium I yang bertugas melayani dilakukan oleh orang-orang dewasa.
Pada abad-8 muncul missa privata dan pelayan misa dibantu oleh anak-anak laki-
laki sebagai calon imam. Pada abad-17 putra altar diberi tugas yang mirip seperti
pelayan di istana dalam hal berpakaian dan bertugas dalam kelompok seperti
membawa lilin, tata gerak dan cara berpakain yang serasi. Dan pada tahun 1992
Paus Yohanes II, secara resmi mengizinkan putri altar untuk menjadi pelayana
Ekaristi. Maka, hingga kini laki-laki maupun perempuan bertugas melayani Imam
dalam perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, putra-putri altar secara khusus
ditempatkan di panti Imam sesuai tugasnya yakni sebagai pelayan.
Putra-putri altar adalah sekelompok anak yang memerlukan pembinaan
pastoral khusus. Namun, faktanya putra-putri altar di Stasi Samigaluh selama ini
kurang mendapat tempat atau kurang terbina karena wilayah tidak mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
pendamping yang profesional maupun bahan-bahan pendukung seperti buku-buku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan putra-putri altar tentang hal-hal penting yang
sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya ternyata hanya sebagian kecil yang
dipahami oleh putra-putri altar di Stasi Samigaluh sedangkan sebagian besar belum
dipahami baik oleh mereka. Selama ini mereka melayani Imam berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan apa adanya. Hal ini sangat wajar karena kenyataannya
di Stasi Samigaluh belum mempunyai bahan-bahan atau sumber pendukung, bahkan
jarang melakukan kegiatan-kegiatan rohani yang memotifasi mereka. Selain itu,
tidak ada tenaga pendamping (profesional) yang mengajari mereka untuk
memahami semuanya itu. Oleh karena itu, dalam bab IV penulis mengusulkan salah
satu program rekoleksi diisi dengan beberapa sesi.
Usulan program tersebut sudah dilaksanakan dalam dua tahap yakni pada
tanggal 27 Mei dan 30 Juni 2014. Kegiatan rekoleksi tersebut diisi dengan beberapa
sesi yakni; pengantar dari pendamping, kemudian diisi dengan beberapa sesi yakni
sesi pertama menonton video tentang pelayanan putr-putri altar di salah satu paroki,
sesi kedua memperagakan peralatan liturgi, sesi ketiga menjelaskan tentang nilai-
nilai dan faktor-faktor pendukung, sesi keempat melakukan tes tertulis dan sesi
kelima melakukan evaluasi. Dalam proses rekoleksi ini penulis menggunakan
beberapa metode seperti tanya jawab, maupun sarana pendukung lainnya agar
membantu mereka untuk memahami setiap sesi. Upaya-upaya tersebut dilakukan
untuk meningkatkan pendampingan rohani putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
Upaya pendampingan rohani putra-putri altar dibuat dalam bentuk rekoleksi karena
cocok untuk menjawab kebutuhan putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
Pendampingan rohani seperti rekoleksi ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka agar dengan harapan dapat
membantu mereka sehingga saat bertugas mereka melayani Imam dengan penuh
kesungguhan hati. Perubahan yang dialami setelah dilaksanakan kegiatan rekoleksi
di Stasi Samigaluh adalah:
Telah membentuk struktur kepengurusan yang baru
Sudah membuat jadwal misdinar
Sering mengadakan pertemuan-pertemuan
Mencari dana dengan menjual barang-barang bekas dan mengumpulkan iuran
perdua minggu sekali untuk mengadakan kegiatan.
Menurut rencana selanjutnya adalah pendamping misdinar peserta periodik akan
diganti dengan pergantian struktur kepengurusan di Gereja Stasi Samigaluh.
Penulis memperoleh pengalaman yang sangat berharga karena meskipun jarak
dan medannya jauh, suhu udaranya yang sangat diingin, transportasinya tidak
banyak juga kurangnya kesadaran wilayah, orangtua maupun pendamping bahkan
bahan-bahan pendukung pembinaan tidak ada.
Namun, penulis merasa bangga karena apa yang dibutuhkan oleh putra-
putri altar di Stasi Samigaluh selama ini mampu terpenuhi dan akan di teruskan
oleh pendamping yang baru. Dan itu semua menjadi bekal bagi penulis ketika
kelak bertugas di tempat yang baru.
B. Saran
Bertolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan dalam setiap bab
dan dari data yang diperoleh, akhirnya penulis mencoba memberikan saran sebagai
bentuk perhatian dan kepedulian penulis terhadap upaya meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
pendampingan rohani putra-putri altar di Stasi Samigaluh. Adapun saran-saran
tersebut penulis tujukan kepada putra-putri altar, pendamping putra-putri altar,
kepada wilayah maupun orang tua. Sebagai tindak lanjut selain rekoleksi, penulis
sudah memberikan sumbangan buku-buku yang berguna demi menambah wawasan
dan pengetahuan putra-putri altar di Stasi Samigaluh.
1. Bagi Putra-putri Altar
Putra-putri altar selama ini hanya sekedar mengetahui secara fisik peralatan
liturgi yang digunakan, maka perlu diadakan berbagai kegiatan yang mendukung
demi perkembangan rohani mereka. Untuk itu putra-putri altar di Stasi Samigaluh
diharapkan dengan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dari
Stasi Samigaluh maupun dari luar Stasi Samigaluh sehingga materi yang diberikan
dapat menambah wawasan dan pemahaman kalian sehingga dalam praktek
diwujudkan dengan baik. Demi menambah wawasan tentang liturgi dan
peralatannya dengan rajin membaca sumber-sumber pendukung.
2. Bagi Pendamping Putra-putri Altar
Putra-putri altar merupakan salah satu kelompok yang beranggotakan anak-
anak remaja, maka peranan pendamping atau pembina menjadi sangat penting dalam
mengarahkan putra-putri altar ke hal-hal positif yang membangun. Oleh karena itu,
diharapkan pendamping mampu memiliki bekal dan sarana seperti buku-buku
tentang tugas-tugas mereka sehingga mampu mengarahkan dalam pendampingan
rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
3. Bagi Orang Tua
Kegiatan pendampingan rohani putra-putri altar di Stasi Samigaluh tidak
hanya berhenti pada saat rekoleksi. Namun, selanjuntnya akan diusahakan beberapa
kegiatan pendukung demi perkembangan rohani mereka secara terus-menerus.
Untuk itu, dukungan orangtu sangat penting berupa uang saku, makanan/ snack,
sangat membantu dalam kegiatan putra-putri altar. Selain itu, orangtua juga
diharapkan mengontrol dan memberikan motifasi kepada anak-anak bapak-ibu agar
mereka terus aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dari Stasi
Samigaluh maupun dari luar Stasi Samigaluh.
4. Bagi Wilayah
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak misdinar Samigaluh,
mereka meminta pengantikan pendamping misdinar. Keluhan yang sama juga
diungkapkan oleh beberapa orangtua misdinar. Untuk itu perlu dipikirkan dan
direalisasikan harapan putra-putri altar dan orangtua putra-putri altar di Stasi
Samigaluh yakni agar pendamping lama diganti. Penulis telah membicarakan
harapan mereka dengan ketua wilayah maupun Romo Paroki. Ketua wilayah
menerima harapan mereka dan menurut beliau, pendamping akan digantikan
bersamaan dengan pergantian struktur kepengurusan di Stasi Samigaluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
DAFTAR PUSTAKA
Crichton, J.D. (1990). Perayaan Sakramen Tahbisan dan Pelantikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Daely, Leonardus, dkk. (2012). Buku Pegangan Misdinar. Jakarta: Obor.
Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma. (2002). Berbakti dengan Spirit dan
Nalar. Yogyakarta: Kanisius.
Go, Piet. (1993). Bahan Pengembangan Kerasulan Awam. Malang: Bioma.
Heijden, Bert . (2002). Menghayati Liturgi Pekan Suci. Yogyakarta: Kanisius.
Heuken, Adolf. (2005). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Huck, Gabe. (2001). Liturgi yang Anggun dan Menawan. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang. (2006). Paduan Tim Kerja
Pewartaan Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Liturgi - KWI. (1992). Puji Syukur. Jakarta Pusat: Obor.
________. (2002). Pedoman Umum Misale Romawi. Semarang: Nusa Indah.
Komisi Liturgi Regio Jawa Plus. (2012). Pedoman Berliturgi Lingkaran Natal dan
Paskah. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Lexy, Moleong J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Mangunhardjana, A. M. (1989). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta:
Kanisius.
Maryanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius.
Marsana Windhu. (1997a). Mengenal Tahun Liturgi. Seri 1. Yogyakarta: Kanisius.
________. (1997b). Mengenal 25 Sikap Liturgi. Seri 2. Yogyakarta: Kanisius.
________. (1997c). Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani. Seri 3.
Yogyakarta: Kanisius.
________. (1997d). Mengenal Peralatan, Warna dan Pakaian Liturgi. Seri 4:
Yogyakarta: Kanisius.
________. (1997e). Mengenal Ruangan, Perlengkapan dan Petugas Liturgi. Seri 5.
Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E. (2003a). Pelayanan yang Murah Hati. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2003b). Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2006). Apa Sih Alat-Alat Ibadat Itu. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2008). Paduan Misdinar. Yogyakarta: Kanisius.
Meisner, Joachim Kardinal. (1998). Ministranten-und Ministarntinnenpastoral
(Membina Putra-putri Altar secara Pastoral) (Prier, Karl-Edmund,
Penerjemah). Jerman: Bonn.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Penelitian dan Informasi Alocita. (1991). Keterlibatan Kaum Muda Katolik
dalam Organisasi/Kelompok Sosial Kaum Muda di Lingkungan Intern
Katolik dan Umum (hasil penelitian tentang keterlibatan kaum muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
katolik dalam organisasi/kelompok sosial kaum muda di lingkungan intern
katolik dan umum ). Hasil penelitian yang dilakukan tentang keterlibatan
kaum muda dalam organisasi dan kelompok sosial kaum muda di Surabaya.
Libreria Editrice Vaticana. (2012). Kompendium: ikhtisar Katekismus Gereja
Katolik (Paskalis Edwin Nyoman Paska, Penerjemah) Malang: Dioma
Publishing.
Prier, Karl-Edmund. (2010). Kedudukan Nyayian dalam Liturgi. Yogyakarta:
Rejeki.
Sudarsono, S.H. (1990). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2010a). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif
dan R/D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Frans. (2010b). Mencintai Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
Suratmin, Petrus. (2008). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santa Theresia
Lisieux Boro (manuskrip).
Tom, Jacobs, (1996). Misteri Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.
Waskito, J. (1984). Putera Altar. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Mengadakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Surat Pemilihan Struktur Kepengurusan Misdinar yang Baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4: Pedoman Pertanyaan Wawancara bagi Pembina Putra-putri
Altar
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Lingkungan :
6. Hari/tanggal :
7. Waktu :
B. Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat menjadi anggota putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
2. Apakah dari Stasi Samigaluh perna mengadakan kegiatan yang memotifasi
putra-putri altar seperti rekoleksi, retret, camping rohani, ziarah ke gua
Maria?
3. Apa kesulitan yang dihadapi pendamping dalam mendampingi putra-putri
altar di Stasi Samigaluh?
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan putra-putri altar tersebut?
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah diberikan bagi putra-putri altar
di Stasi Samigaluh?
6. Apakah ada dukungan dari orang tua putra-putri altar, bila diadakan kegiatan
pendampingan rohani putar-putri altar di Stasi Samigaluh?
7. Berapa kali mengadakan pendampingan putra-putri altar di Stasi samigaluh?
8. Bagaimana tanggapan pendamping atas suatu kegiatan yang
diselenggarakan?
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi putra-putri altar? Kalau
perna, bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi putra-putri altar
di Stasi Samigaluh?
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
12. Mulai kapan de facto mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di Stasi
Samigaluh?
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta atau kegiatan-
kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
15. Berapa jumlah putra-putri altar tahun 2011 -2013 di Stasi Samigaluh?
16. Berapa jumlah anak SD, SMP dan SMA yang ikut misdinar di Stasi
Samigaluh?
17. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan baik
demi perkembagan rohani putra-putri altar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 5: Hasil Wawancara Pembina Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Juliana Rosari
2. Lingkungan : Yusup
3. Usia : 48 tahun
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Hari/tanggal : Kamis, 19 Desember 2013
6. Waktu : 15.45-16.25 menit
B. Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya adalah mulai kelas 4 SD, setelah komuni pertama diwajibkan
menjadi misdinar.
2. Apakah dari Stasi samigaluh perna mengadakan kegiatan yang memotifasi
putra-putri altar seperti rekoleksi, retret, camping rohani, ziarah ke gua
Maria?
Jawab: Belum perna mengadakan penampingan rohani bagi putra-putri altar.
3. Apa kesulitan yang dihadapi pendamping dalam mendampingi putra-putri
altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada anak yang malas, tidak ada pengantinya. Selain itu, karena belum
mempunyai bahan-bahan atau sumber pendukung dan tidak punya waktu yang
pas untuk mengadakan pendampingan
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan oleh Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan putra-putri altar tersebut?
Jawab: Belum perna mengadakan pendampingan rohani jadi tidak ada materi.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah diberikan bagi putra-putri altar
di stasi Samigaluh?
Jawab: Tidak ada
6. Apakah ada dukungan dari orang tua putra-putri altar, bila diadakan
pendampingan putar-putri altar?
:Dukungan dari orang tua ada, namun hanya sebagian kecil saja, sedangkan
sebagaian besar belum. Dari wilayah yaitu ketua wilayah sendiri pun belum ada
7. Berapa kali mengadakan pendampingan putra-putri altar di stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang perna dilakukan dari Stasi Samigaluh untuk putra-putri
altar hanya satu yaitu: ziarah ke gua Maria Lawangsih setelah perayaan Paskah
tahun 2011 dan ada satu program yang belum terlaksana yaitu kunjungan ke
Museum Misi Muntilan
8. Bagaimana tanggapan anda setelah mengikuti suatu kegiatan?
Jawab: Tanggapan saya mengadakan kegiatan seperti ziarah itu biar anak-anak
mengetahui lebih dalam tentang acara-acara yag diisi seperti doa Rosario agar
mereka bisa mendekatkan diri kepada Bunda Maria dan mohon penyertaannya.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi putra-putri altar? Kalau
perna, bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi belum pernah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi putra-putri altar
di stasi Samigaluh?
Jawab: Tidak ada
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada. Yang membuat ketua misdinar
12. Mulai kapan de facto mengikuti putra-putri altar di stasi Samigaluh?
Jawab: Mulai kelas 4 SD, setelah komuni pertama
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang aktif bertugas melayani pada masa biasa adalah dari SD dan
beberapa SMP yang kebetulan sekolahnya dekat wilayah. Sedangkan SMA
dan beberapa SMP yang sekolah di kota mereka bertugas pada masa Natal
dan Paskah.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di stasi Samigaluh?
Jawab: Tidak ada.
15. Berapa jumlah putra-putri altar tahun 2011 -2013 di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jumlah laki-laki 8 orang dan perempuan 13 orang. Sedangkan tahun
2013 ini jumlah bertambah jadi laki-laki 13 orang dan perempuan 18 orang.
16. Berapa jumlah anak SD, SMP dan SMA yang ikut misdinar di stasi
Samigaluh?
Jawab: Jumlah keseluruhan putra-putri altar yaitu SD: 12 orang, SMP 12 dan
SMA 7 orang.
17. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapan kedepannya akan diusahakan mencari sumber buku untuk
mengajari putra-putri altar dan akan diusahakan memperbanyak kegiatan
untuk memperkembagkan iman putra-putri altar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 6: Hasil Wawancara Pembina Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Cicilia Supratilah
2. Lingkungan : Yohanes Rasul
3. Usia : 43 tahun
4. Pekerjaan : Petani
5. Hari/tanggal : Kamis, 19 Desember 2013
6. Waktu : 17.30-18.15
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat menjadi anggota putra-putri altar di stasi Samigaluh?
Jawab: Mulai kelas 4 SD setelah komuni pertama
2. Apakah Stasi samigaluh perna mengadakan kegiatan yang memotifasi putra-
putri altar seperti rekoleksi, retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria?
Jawab: Pendampingan rohani yang perna dilakukan adalah sampai batas tahun
2011 yaitu menyelang komuni pertama biasa memperkenalkan alat-alat
liturgis berjalan 7-8 tahun. Ada lomba-lomba dalam acara tarsisius cap.
Namun mulai masuk tahun 2012-2013, bu juli sebagai pendamping belum
perna mengadakan pendampingan rohani putra-putri altar altar maupun
kegiatan lainnya seperti rekoleksi atau ziarah.
3. Apa kesulitan yang dihadapi pendamping dalam mendampingi putra-putri
altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Permasalahan yang dihadapi adalah: anak-anaknya malas, banyak
pengaruh lingkungan maksudnya karena sudah masuk SMA sering ikut OMK.
Ada anak-anak yang agak bandel, saat melatih dan kadang membuat
keributan, maka saya tidak sabar trus secara spontan marah.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan putra-putri altar tersebut?
Jawab: Kegiatan yang perna dilakukan adalah rekoleksi di tahun 2011di
paroki Boro yang ikut 4 orang mawakili Stasi Samigaluh.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah diberikan bagi putra-putri altar
di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materinya dari alat-alat liturgi yang ada di sakristi seperti warna-warna
liturgi, peralatan liturgi dan sikap-sikap liturgi.
6. Apakah ada dukungan dari orang tua putra-putri altar, bila diadakan
pendampingan putar-putri altar?
Jawab: Dukungan dari orang tua ada. Mengantar anaknya untuk latihan
misdinar.
7. Berapa kali mengadakan pendampingan putra-putri altar di Stasi samigaluh?
Jawab: Pendampingan rohani dari stasi Samigaluh jarang dilakukan. Yang ada
waktu kalian KKN disini baru terlaksana.
8. Bagaimana tanggapun setelah dengan kegiatan yang dilakukan?
Jawab: Tanggapan saya, karena selama ini Bu Juli sebagai pendamping belum
perna mengadakan kegiatan maka saya harapkan kedepannya diusahakan
banyak mengadakan kegiatan-kegiatan seperti rekoleksi, ziarah demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
perkembangan rohani putra-putri altar dan bagi anggota misdinar yang baru
memperkenalkan alat-alat liturgi biar tahu.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi putra-putri altar? Kalau
perna, bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Untuk pembekalan tentang arti liturgis dari wilayah belum perna
diadakan. Yang ada hanya satu kali dari KKN IPPAK.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi putra-putri altar
di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya dari alat-alat liturgi di sakristi dan saat latihan saya melatih
sesuai sepengetahuan saya.
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal untuk latihan misdinar ada. Yang membagi jadwa adalah ketua
misdinar baik untuk hari raya maupun hari biasa.
12. Mulai kapan de facto mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Pada umumnya kelas 4 SD, setelah komuni pertama jadi petugas
misdinar.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang aktif menjdi misdinar yaitu hari biasa yang bertugas oleh yang
SD, sedangkan hari raya seperti Natal dan Paskah oleh yang SMP dan SMA.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di stasi Samigaluh?
Jawab: Evaluasi dan syukuran belum perna diadakan.
15. Berapa jumlah putra-putri altar tahun 2011 -2013 di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jumlah keseluruhan dari tahun 2011-2013 tidak tahu.
16. Berapa jumlah anak SD, SMP dan SMA yang ikut misdinar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Jumlah anak SD, SMP dan SMA yang ikut misdinar di stasi
Samigaluh? Saya tidak tahu yang mengetahui pendampingnya yaitu Bu Juli.
17. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya kedepannya pendamping lebih kreatif membuat jadwal
latihan dan mengadakan kegitan-kegitan seperti rekoleksi, ziarah dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Lampiran 7: Pedoman Pertanyaan Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Kelas :
5. Lingkungan :
6. Hari/tanggal :
7. Waktu :
B. Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam melayani
imam di Stasi Samigaluh?
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-putri
altar di Stasi Samigaluh?
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna, bagaimana
alasannya, kalau tidak bagaimana?
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di Stasi
Samigaluh?
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan baik
demi perkembagan rohani putra-putri altar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Lampiran 8: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Fransiska Dea Arwati
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 11 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 6 SD
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tanggal : Jumat, 20 Desember 2013
7. Waktu : 13.45-14.15
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Mulai kelas 5 SD setelah komuni pertama langsung dikasih tugas
menjadi misdinar.
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Pernah kegiatan kaderisasi dari kaka KKN IPPAK di Gereja
Samigaluh
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya: Saat melayani Imam kadang-kadang binggung, saat
kapan maju antar piala, roti, anggur dan kapan cuci tangan. Kesuliatan lain
pada jumat pertama, kapan ambil bayu imam untuk adorasi masih binggung.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan rohani dari Samigaluh tidak ada. Yang ada satu kali
dari kaka KKN dari IPPAK
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materinya tentang warna-warna liturgi, peralatan liturgi, dan sikap-
sikap liturgi yang baik.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan orang tua biasanya mengingatkan untuk berangkat latihan
misdinar lebih awal agar tidak terlambat. Orang tua selalu mengingatkan
karena sebelumnya saya sudah cerita sama orang tua, kalau minggu depan
akan menjadi tugas misdinar. Jadi waktu mau latihan orangtua ingatkan untuk
berangkat cepat agar tidak terlambat.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Hanya satu kali dari kaka KKN IPPAK di Gereja Samigaluh
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapannya saya: senang karena bisa tau alat-alat, warna-warna dan
sikap-sikap liturgis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi belum pernah. Yang pada saat komuni
pertama yaitu di suruh mengisi soal-soal tentang liturgi, di suruh hafalkan doa-
doa Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, 5 perinta gereja, 10 perintah
Allah, 7 sakramen, doa tobat, cara mengaku dosa, sikap komuni yang baik,
diingatkan jangan main saat bertugas.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dari pengalaman mbak Prapti dan alat-alat liturgi yang ada dalam
sakristi
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada. Yang membagi dari ketua misdinar mbah Devi untuk tugas
harian.
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya mulai SD kelas 5
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang aktif ikut misdinar pada hari biasa adalah dari SD dan SMP
sedangkan yang hari raya seperti Natal dan Paskah yang misdinar kaka SMA.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum pernah mengadakan evaluasi dan tidak perna merayakan
perayaan syukur.
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya membuat jadwal untuk latihan tiap minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Lampiran 9: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Monika Anggil Pradini
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 11 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 6 SD
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tanggal : Jumat, 20 Desember 2013
7. Waktu : 14.30-15.00
B. Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Mulai ikut misdinar kelas 5 setelah komuni pertama.
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Pernah kegiatan kaderisasi dari kaka KKN IPPAK di Gereja Samigaluh.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya: pada saat melayani imam binggung cara menggunakan
wiruk, saat kapan berdiri dan mengantar piala, roti-anggur dan air itu masih
binggung, dan pada jumat pertama melayani imam itu masih sangat binggung.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Kegiatan pendampingan rohani dari Stasi Samigaluh tidak ada. Tetapi
kegiatannya hanya kumpul-kumpul trus rapat untuk ziarah tapi belum jadi
karena ketua misdinar sekolahnya jauh.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materinya tentang peralatan liturgi, warna-warna liturgi, sikap-sikap
liturgi dan perayaan hari–hari besar.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan dari orang tua selalu diingatkan untuk latihan biar lebih tahu.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Hanya satu kali dari kaka KKN IPPAK
8. Bagaimana tangganpanmu setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapan saya: Senang karena jadi lebih tahu tentang alat-alat liturgi,
warna liturgi dan sikap liturgi.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi ada yaitu pada saat latihan misdinar,
diberitahu oleh ketua misdinar kapan antar air, roti dan anggur. Lonceng pada
saat Imam mengangkat roti dan anggur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya dari peralatan liturgi yang ada di ruang sakristi
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada yang membuat dari mbah Devi
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya ikut mulai kelas 5 SD
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang aktif hanya 6 atau 7 orang saja untuk misa harian dan kalau hari
raya dari kaka SMA.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum perna mengadakan evaluasi dan perayaan syukur
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya ketua misdinar buat jadwal untuk latihan, jadi waktu
bertugas tidak binggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 10: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Elisabeth Esti Litani Madya Ratri
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 11 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 5 SD
5. Lingkungan : Markus
6. Hari/tanggal : Jumat, 20 Desember 2013
7. Waktu : 15.00-15.30
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Mulai kelas 4 SD, setelah komuni pertama
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Pernah dari kaka KKN dari IPPAK di Gereja Samigaluh
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya adalah masih binggung saat kapan loceng
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Dari Stasi Samigaluh sendiri belum pernah
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materinya tentang warna-warna liturgi, sikap-sikap liturgi dan alat-alat
liturgi.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan dari orangtua ada. Kalau mau latihan biasanya orangtua
antar ke gereja Kasih uang saku. Kalau waktu bertugas salah pulang ke rumah
biasanya orang tua kasih tahu dimana kesalahan dan diingatkan untuk terus
latihan biar bisa melayani dengan baik.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Ikut pendampingan satu kali saja dari kakak KKN dari IPPAK
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapan saya: senang karena bisa tahu alat-alat liturgi, warna-warna
liturgi dan sikap-sikap yang baik.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan ada tapi hanya satu kali kaka KKN dari IPPAK. Dulu juga
ada tapi pada saat mau komuni pertama contonya diberitahu kalau mau komuni
sikap yang baik tangannya dilipat.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Jawab: Sumbernya dari peralatan liturgi yang ada di ruang sakristi
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal latihan ada yang buat dari ketua misdinar mbah Devi
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya ikut mulai kelas 4 SD.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang bertugas hari biasa adalah kami yang masih SD, sedangkan yang
bertugas pada hari raya dari kaka SMP dan SMA.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum perna ada evaluasi dan perayaan syukur
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya tiap minggu latihan misdinar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Lampiran 11: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Gabriela Maria Anna
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 13 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar kelas 2 SMP
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tanggal : Sabtu, 21 Desember 2013
7. Waktu : 14.00-14.35
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Setelah komuni pertama kelas 1 SMP mulai ikut misdinar
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Perna. Rekoleksi di wisma salam Muntilan dari program paroki dan
kaderisasi dari kaka KKN IPPAK di Gereja Samigaluh.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya adalah saatnya mendupai imam kadang-kadang binggung
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan rohani yang dilakukan di Stasi Samigaluh hanya satu
kali yaitu kaderisasi dari kaka KKN IPPAK
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materi waktu rekoleksi ada Pendalaman Iman, permainan, lomba-lomba
dalam kelompok. Sedangkan dari kaka KKN materinya memperkenalkan
warna-warna liturgi, pakaian liturgi, alat-alat liturgi dan sikap-sikap liturgi
yang baik.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada waktu mau ikut rekoleksi di kasih uang saku,
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang pernah saya ikuti dua kali saja, waktu kaka KKN dari
IPPAK di Samigaluh dan rekoleksi di Wisma Muntilan
8. Bagaimana tangganpamun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapanmu saya; senang karena bisa kenalan dengan teman-teman
misdinar dari paroki lain. Selain itu lebih tahu tentang alat-alat liturgi dan
makna liturgi dan kapan memakainya.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi tidak ada, yang ada cuman memperkenalkan
peralatan liturgis dan sikap yang baik tapi pada saat pelajaran komuni pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya dari peralatan liturgi dan pengetahuan Mbak Prapti
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada. Yang membuat bu Juli
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya mengikuti misdinar sejak kelas 1 SMP setelah komuni pertama
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Hari Raya yang misdinar kaka SMA dan yang masih SMP
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Tidak perna ada evaluasi dan mengadakan perayaan syukur setelah
Perayaan Natal dan Paskah
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapan kedepannya pendamping membuat jadwal misdinar dan
mengadakan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Lampiran 12: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Vinsensia Tarika Dian Ningsih
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 12 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 1 SMP
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tanggal : Minggu, 29 Desember 2013
7. Waktu : 09.00-09.30
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya mulai kelas 6 SD setelah komuni pertama
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Perna. Rekoleksi di wisma Salam Muntilan dari program paroki dan
kaderisasi dari kaka KKN IPPAK di Stasi samigaluh.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya. Saat bertugas pada jumat pertama binggung cara
melayani imam waktu adorasi karena kurang latihan bahkan dari Pembina
belum perna mengajarkan.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan rohani yang dilakukan di Stasi samigaluh hanya satu
kali yaitu kaderisasi dari kaka KKN IPPAK pas bulan Januari 2013.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materinya waktu rekoleksi ada Pendalaman Iman, permainan, lomba-
lomba dalam kelompok. Sedangkan dari kaka KKN materinya
memperkenalkan warna-warna liturgi, pakaian liturgi, alat-alat liturgi dan
sikap-sikap liturgi yang baik.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan dari orang, misalnya bagi yang bertugas tidak datang suruh
mengantikan menjadi msidinar.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang pernah saya ikuti hanya dua kali saja, waktu kaka KKN
IPPAK di dalam Gereja Samigaluh dan mengikuti rekoleksi di Wisma Salam
Muntilan.
8. Bagaimana tangganmu setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapan atau kesan saya setelah mengikuti kegiatan: Senang karena
banyak teman dan lebih tahu tenang liturgi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang arti liturgi tidak perna. Yang ada dari kaka KKN
memperkenalkan warna-warna liturgi, pakaian liturgi, alat-alat liturgi dan
sikap-sikap liturgi yang baik.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya; dari alat-alat liturgis dan dari pengalaman Mbah Prapti
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Ada. Yang buat antara bu Juli dan mbak Devi
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya mengikuti misdinar sejak kelas 6 SD setelah komuni pertama
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Hari Raya yang misdinar kaka SMA dan yang masih SMP termasuk
saya. Hari minggu biasa yang bertugas dari SD.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Evaluasi dan syukuran belum pernah diadakan.
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya: adakan evaluasi setelah kegiatan, mengadakan
pembekalan tentang liturgi dan mengadakan kegiatan yang lain seperti
rekoleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Lampiran 13: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Theresia Devi Chrismontari
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 15 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 1 SMA
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tanggal : Minggu, 5 Januari 2014
7. Waktu : 13.27-14.15
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya setelah komuni pertama sejak kelas 5 SD
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang perna diikuti adalah rekoleksi di kanisius pada Bulan
Kitab Suci 2013 acaranya perayaan Ekaristi bersama dan oud bound, Camping
Rohani di paroki boro dengan acaranya perayaan Ekaristi dan oud bound dari
program paroki dan ziarah ke gua Maria Lawangsih dengan acaranya doa
Rosario bersama dan main-main diadakan oleh Gereja Samigaluh.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya: awal bertugas binggung kapan bel saat konsekrasi dan
saat menghantarkan persembahan urutan-urutannya masih binggung.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Salah satu kegiatan pendampingan rohani yang dilakukan dari Stasi
Samigaluh adalah ziarah misdinar ke gua Maria Lawangsih pada tahun 2013.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materi belum tahu ambil dari buku atau internet
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan dari orangtua berupa uang saku, bekal makanan/snack dan
memberikan nasehat agar hati-hati di jalan.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang saya ikuti banyak cuman yang diingat hanya 3 yaitu
camping rohani dan rekoleksi di luar program dari misdinar Samigaluh.
Sedangkan program dari Stasi Samigaluh hanya satu yaitu ziarah ke gua Maria
Lawangsih.
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Kesannya adalah cape tapi senang karena mendapat kenalan teman
baru dari paroki lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi itu sendiri belum pernah. Yang ada hanya
memperkenalkan alat-alat liturgi dan apa makna dari alat-alat liturgi tersebut
namun hanya sedikit saja.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumber-sumber adalah dari pengalaman pendamping yaitu dari Mbak
Prapti.
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal sudah ada yang membuat saya sendiri sebagai ketua misdinar.
Untuk misa harian sudah terjadwal siapa-siapa yang bertugas dan biasanya
yang menjadi misdinar hanya 4 orang tetapi kalau hari–hari raya yang
bertugas anak-anak SMA dan bila mau latihan langsung diumumkan di Gereja
kapan latihan dll.
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kalau saya sendiri mulai mengikuti misdinar mulai dari kelas 5 SD.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang bertugas pada hari raya adalah anak-anak SMA maksimal 10
orang, sedangkan hari biasa yang bertugas adalah yang masih SD dan SMP.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum pernah mengadakan evaluasi setelah melaksanakan kegiatan-
kegaiatn maupun perayaan syukur setelah Natal dan Paskah.
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya: Untuk Bu Juli sebagai pendamping membuat jadwal
untuk latihan misdinar, mengajak semua anggota misdinar untuk mengadakan
kegiatan seperti ziarah atau rekoleksi, dan memberi pembekalan tentang alat-
alat liturgi juga setelah kegiatan adakan evaluasi bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
Lampiran 14: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Indentitas
1. Nama : Theresia Yofan Atisari
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 12 tahun
4. Pelajar : Pelajar, kelas 1 SMP
5. Lingkungan : Yohanes Paus
6. Hari/tgl : Kamis, 09 Januari 2014
7. Waktu : 18.04-18.53
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya adalah setelah komuni pertama kelas 4 SD boleh menjadi
misdinar
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang sering saya ikuti yaitu latihan koor lingkungan misalnya
saat Natalan memakai gendeng, ziarah ke makam Romo Van Lith, Retret di
wisma salam magelang dari program paroki dan mengikuti kaderisasi dari
kaka KKN IPPAK Sanata Dharma di Gereja Samigaluh.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitan yang saya rasakan adalah pada saat bertugas pertama kali
banyak mengalami kebinggunggan dengan semua tata cara perayaan Ekaristi
misalnya kapan konsekrasi dan kapan membunyikan lonceng, dan kapan
membinyikan gong. Yang lebih para lagi itu waktu Natal saya di suruh wiruk
itu benar-benar membuat saya binggunggung karena baru pertama kali kapan
wiruk harus cepat, lambat itu masih binggungung sampai bahkan saat latihan
membuat kesalahan terus maka sempat di marahi mbah Prapti. Maka, solusi
yang saya buat sebelum bertugas saya harus menghafal di ruang sakristi
sehingga saat bertugas tidak mengalami kebinggunggan dan tidak
menanyakan teman-teman samping kiri-kanan karena ketika mau bertugas
binggung tanya teman kiri-kanan saya merasa kesannya kurang baik bahkan
takut dikritik oleh umat. Selain itu, misalkan mau mengadakan pertemuan
sudah sms ke teman-teman misdinar untuk pertemuan tapi kenyataannya yang
datang sedikit. Berdasarkan pengalaman itu biasanya lain kali mau
mengadakan pertemua lagi saya biasanya ke rumah teman diajak untuk
pertemuan atau latiahn misdinar.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan rohani dari Stasi Samigaluh sendiri belum pernah ada.
Yang ada hanya merencanakan untuk kunjungan ke museum misi tapi belum
terwujud sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materi yang saya dapatkan waktu Retret yaitu:Pertama, dari Retret:
Cara pandangku terhadap orang lain seperti apa dari sisi kebihan dan
kekurangannya maka dari telenta yang dimilki oleh setiap pribadi bisa kita
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Selain itu, menemukan kata-kata
yang mengesan lalu disuruh menyelaskan maknanya. Misalnya waktu itu saya
memilih kata memaafkan, mengapa saya memilh kata ini karena saya
orangnya gampang marah dan sulit memaafkan secepatnya maka saya
memilih kata ini sehingga saya bisa belajar memaafkan orang yang bersalah
kepada saya. Kedua, dari kaka KKN dari IPPAK yaitu memperkenalkan alat-
alat liturgi dan maknya seperti warna-warna liturgi, alat-alat liturgi dan sikap-
sikap liturgi.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan orangtua berupa nasehat supaya hati-hati di jalan, di tempat
kegiatan bisa mendapatkan banyak pengalaman dan teman baru, diberi uang
saku, makanan kecil. Selain itu, ibu biasanya meminta izin kepada ketua
misdinar bila saya tidak pulang weekend pulang untuk bertugas karena
alasannya saya sekolah di bantul dan karena tidak ada yang datang jemput.
Sedangkan dari kaka memberitahu membiasakan diri untuk aktif di dalam
kegiatan apapun biar mendapatkan banyak pengalaman.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan pendampingan yang saya ikuti ada 2 yaitu retret di Wisma
Salam dan kaderisasi dari kaka KKN dari IPPAK.
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Kesan senang karena mendapat banyak pengalaman baru. Selain itu,
karena banyak kegiatan yang diikuti menjadi semakin aktif.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Pembekalan tentang liturgi sendiri belum pernah ada. Yang ada waktu
mau komuni pertama diberitahu bagaimana cara mengaku dosa yang baik,
ketika menuju mau komuni jangan desak-desakkan, memperkenalkan alat-alat
liturgi, warna-warna liturgi. Selain itu disuruh mengafalkan doa Aku Percaya
dan doa tobat.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya yang saya lihat dari pengalaman pendamping, ada juga
dari peralatan liturgi.
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal midinar dulu pada tahun 2012 ada yang membuat ketua
misdinar yaitu membagi tugas untuk bertugas tiap minggu. Namun setelah
ketua misdinar pergi sekolahnya jauh, tidak ada yang koordinir untuk
membuat jadwal tersebut. Yang ada sekarang ini bagi siapa yang duluan
datang masuk ke sakristi melihat tidak ada yang bertugas berarti orang
pertama itu yang mengajak teman-teman lainnya untuk menjadi misdinar pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
saat itu juga. Belakangan ini yang mengkoordinir adalah mbah Loren.
Sedangkan bu Juli pendampingnya sendiri saya melihatnya tidak merasa
peduli atau bertanggungjawab ini nampak karena tidak perna mengikuti
pertemuan misdinar dan juga tidak membuat jadwal misdinar.
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya sendiri mulai mengkuti misdinar kelas 5 SD.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang bertugas pada hari raya biasanya gabungan mulai dari SD, SMP
dan SMA, jumlah maksimalnya 10 orang. Sedangkan pada hari biasa yang
bertugas mulai dari kelas 4 SD, SMPA dan MA, maksimalnya 4 orang.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum pernah ada evaluasi dan syukuran setelah kegiatan
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya: (a)Setelah kegiatan perlu biasakan evaluasi dan
mengadaka perayaan syukur. (b) Melakukan pengalangan dana karena
misdinar belum mempunyai uang kas. (c) Bagi teman-teman yang nama
terdaftar menjadi anggota misdinar dan tidak aktif diharapkan aktif lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
Lampiran 15: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Catarina Emi Irawati
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 14 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar, kelas 1 SMA
5. Lingkungan : Fransisiku Xaverius
6. Hari/tanggal : Sabtu, 11 Januari 2014
7. Waktu : 16.58-17.35
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya adalah setelah komuni pertama mulai kelas 5 SD
2. Apakah perna mengadakan dan mengikuti kegiatan yang memotifasi anda
seperti (rekoleksi, retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi
samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang perna say ikuti adalah rekoleksi di Paroki Boro,
kegiatannya ada Misa dan oud bound yang diadakan dari paroki Boro.
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitan yang saya rasakan adalah saat memegang wiruk dan mau
wiruk kepada romo dan umat itu masih binggung 2x2 atau 3x1.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan atau kegiatan yang perna saya ikuti di Stasi Samigaluh
hanya satu kali saja yaitu ziarah ke gua Maria Lawangsih dengan acaranya doa
Rosario bersama.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materi belum tahu ambil dari mana
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan dari orang tua ad selalu diingatkan untuk aktif dalam
kegiatan maupun latihan misdinar, memberikan bekal makana dan diberi uang
saku.
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi samigaluh?
Jawab: Kegiatan yang perna saya ikuti adalah dua kali yaitu rekoleksi di Boro
dengan ziarah ke gua Maria Lawangsih.
8. Bagaimana tanggapun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Tanggapana dari kegiatan yang saya ikuti adalah senang karena bisa
berkumpul dengan teman-teman dari paroki lain dan bisa kenalan dengan
mereka juga menambah pengalaman dan pengetahuan baru.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Jawab: Pembekalan tentang liturgi itu sendiri belum pernah. Yang ada
mempekenalkan alat-alat liturgi, warna-warna liturgi hanya ditunjukkan saja
tidak diberitahu apa maknanya itu pada saat mau komuni pertama.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Sumbernya dari pengetahuan pendamping saja.
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal misdinar dulu tahun 2012 itu ada yang membuat dari ketua
misdinar. Jadwalnya berurutan siapa-siapa yang bertugas minggu ini dan
selanjutnya lalu setalah misa diumumkan lagi pada saat pengumuman wilayah
diingatkan kembali siapa-siapa yang akan bertugas minggu berikutnya.
Sedangkan sekarang tidak yang membuat jadwal alasannya ketua misdinar
sekolahnya jauh. Maka, yang bertugas main tunjuk siapa yang bersedia berarti
dia yang harus bertugas pada pada saat itu.
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya sendiri menjadi misdinar mulai dari kelas 1 SMP.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang aktif bertugas pada hari Raya adalah gabungan dari SD , SMP
dan SMA tapi yang kelihatan aktif saja dan pada hari biasa saya lihat saling
mengharapkan dan main tunjuk.
14. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Belum pernah mengadakan evaluasi dan syukuran
15. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapan kedepannya: membuat jadwal misdinar dan diadakan latihan
tiap minggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Lampiran 16: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Identitas
1. Nama : Ignatius Tegar Setyaci
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Usia : 14 tahun
4. Pekerjaan : Pekerjaan, kelas 2 SMP
5. Lingkungan : Yohanes Rasul
6. Hari/tanggal : Sabtu, 11 Januari 2014
7. Waktu : 18.03-19.00
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar di Stasi
Samigaluh?
Jawab: Syaratnya adalah setelah komuni pertama mulai kelas 5 SD
2. Apakah perna mengikuti kegiatan yang memotifasi anda seperti (rekoleksi,
retret, camping rohani, ziarah ke gua Maria) di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kagiatan yang perna saya ikuti adalah hanya satu kali yaitu weekend
serayon di paroki Boro karena saya baru pindahan dari paroki Minomartani
3. Apa saja kesulitan yang anda rasakan sebagai putra-putri altar dalam
melayani imam di Stasi Samigaluh?
Jawab: Kesulitannya adalah saat latihan sudah bagus tapi pada saat bertugas
kadang binggung karena beda romo, maksudnya seperti wiruknya 2x2 atau
1x3.
4. Pendampingan rohani apa saja yang sudah diusahakan dari Stasi Samigaluh
untuk menanggapi kesulitan anda tersebut?
Jawab: Pendampingan rohani belum perna ikut, karena baru pindahan dari
paroki Minomartani.
5. Materi pendampingan rohani apa yang telah anda dapatkan sebagai putra-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Materi belum tahu ambil dari mana.
6. Apakah ada dukungan dari orang tuamu, bila diadakan pendampingan putar-
putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Dukungan doa, memberikan motifasi dan memberikan uang saku
7. Berapa kali anda mengikuti pendampingan rohani di Stasi Samigaluh?
Jawab: Hanya satu kali di paroki Boro yaitu weekend serayon.
8. Bagaimana tangganpun setelah mengikuti kegiatan pendampingan?
Jawab: Kesan saya adalah senang karena mendapatkan pengalaman baru.
9. Apakah ada pembelakan tentang arti liturgi bagi anda? Kalau perna,
bagaimana alasannya, kalau tidak bagaimana?
Jawab: Di Stasi Samigaluh belum perna mengadakan pembekalan tentang
liturgi. Sedangkan di paroki Minomartani perna memberi pembekalan tentang
memakai wiruk, memperkenalkan warna-warna liturgi, alat-alat liturgi serta
maknanya dan sikap-sikap liturgi yang baik.
10. Sumber-sumber apa saja yang dipakai dalam mendampingi anda sebagai
putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
Jawab: Sumbernya dari internet dan ditampilkan dalam bentuk slide lalu
memberitahu nama-nama dan fungsinya.
11. Apakah ada jadwal untuk latihan misdinar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Jadwal untuk tugas hari biasa tidak ada. Untuk hari raya ada. Biasanya
diumumkan di Gereja untuk kumpul lalu diberitahu jadwal untuk latihan. Jadi
tahu kapan dan jam berapa latihan di Gereja. Yang melatih dari Mbah Prapti.
12. Mulai kapan de facto anda mengikuti putra-putri altar di Stasi Samigaluh?
Jawab: Saya ikut misdinar mulai kelas 5 SD, yaitu dari misa pagi jam 05.30 di
Paroki Minomartani. Sedangkan di Stasi Samigaluh mulai kelas 1 SMP.
13. Berapa yang aktif menjadi misdinar pada hari raya maupun hari biasa di
Stasi Samigaluh?
Jawab: Yang ikut pada hari raya mulai kelas 6 SD, SMP dan SMA. Hari biasa
yang bertugas gabungan putra-putri mulai dari SD, SMP dan SMA.
16. Apakah sering mengadakan evaluasi setelah mengadakan pesta maupu
kegiatan-kegaitan lainnya di Stasi Samigaluh?
Jawab: Syukuran dan evaluasi tidak pernah.
17. Apa harapan kedepannya agar kegiatan putra-putri lebih berjalan dengan
baik demi perkembagan rohani putra-putri altar?
Jawab: Harapannya: adakan pembekalan tentang liturgi lebih ditingkatkan
lagi, tiap bulan atau setelah kegiatan biasakan adakan evaluasi dan beberapa
bulan sekali adakan rekoleksi dan retret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
Lampiran 17: Hasil Wawancara Putra-putri Altar
A. Hasil Wawancara Kotabaru dan Stasi Samigaluh
1. Bagaimana struktur kepengurusan di stasi Samigaluh dan di Gereja Kota
Baru?
Jawab: Menurut Devi ketua misdinar Samigaluh mengatakan bahwa struktur
kepengurusannya, di Stasi Samigaluh tidak lengkap, biasanya saya mengurasi
semuanya misalnya pembagian tugas misdinar minggu berikutnya. Sedangkan,
di Gereja Kota Baru justru lengkap dalam organisasi kepengurusannya yang
membantu memperlancara jalannya kegiatan putra-putri altar.
2. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota putra-putri altar?
Jawab: Di Stasi Samigaluh dan Gereja Kota Baru secara umum mengatakan
bahwa syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi anggota putra-putri
altar adalah remaja katolik, yang sudah menerima komuni pertama dan dengan
batas umur anak SD kelas 4 atau 5 dan SMA dengan umur 17 dan 18 tahun.
Syarat lain, selain itu mereka harus menghafalkan Tata Perayaan Ekaristi
(TPE) sehingga saat latihan tidak mengalami kesulitan.
3. Apakah ada pelantikan setelah menerima anggota baru?
Jawab: Menurut ketua pendamping dari Gereja Kota Baru, pada hari jumat, 13
September 2013, pukul 18.5 - 18. 15, tempatnya di Gereja Kota Baru dengan
kak Christina Diesta dan anggota Alaxandra Ira dan hari minggu 15 September
2013, pukul 09.45-09.60 di Stasi Samigaluh bersama ketuanya Devi dan
anggotanya Retri dan Yofan, mengungkapkan bahwa ternyata kedua Gereja ini
belum pernah mengadakan acara pelantikan. Namun, khususnya di Gereja Kota
Baru, pendamping mengatakan baru pertama kali mau diadakan pelantikan
anggota putra-putri altar pada tanggal 13 Oktober 2013 mendatang jam 09.00
di Gereja Kota Baru.
B. Hasil wawancara sejarah Gereja Stasi Samigaluh
Bagaimana menurut Bapak tentang sejarah Stasi Samigaluh?
Jawab: Menurut saya pada mulanya, di Ngalian Gunung Samigaluh ada
seorang lelaki bernama Sangku Joyowirono. Beliau adalah seorang kaum
(Ro’is). Pada suatu hari ia pergi ke Muntilan bertujuan untuk membeli petasan.
Ketika sampai di Dekso, ia bertemu dengan seorang lelaki kulit putih yang
bertujuan ke Muntilan. Sebelum sampai di Muntilan, pak Sangku diajak
mampir ke Mendut oleh pria tersebut. Ternyata pria kulit putih tersebut Romo.
Prennthaler, SJ. Ketertarikan dan kekaguman akan cerita-cerita yang
didengarnya sepanjang perjalanan, serta kagum akan pribadi Romo.
Prennthaler SJ, maka timbulah keinginan di hati Pak Sangku untuk menjadi
Katolik. Sejak pertemuan itulah, pada hari-hari tertentu pak Sangku pergi ke
Mendut untuk belajar lebih dalam tentang ajaran agama Katolik kepada Romo.
Prennthaler SJ. Mulai pada tahun 1928, dengan perantaraan Romo Prennthaler
SJ, maka Pak Sangku menerima sakramen permandian. Dengan demikian,
namanya menjadi Ignasius Loyola Sangku Joyowirono. Menurut cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
sebetulnya ketika dibaptis, mBah Joyowirono tidak sendirian, semuanya ada
sembilan orang yang berasal dari Samigaluh, tetapi belakangan diketahui yang
ketujuh orang tersebut meninggalkan Gereja. Pada tahun 1975, mBah Ignasius
Loyola Joyowirono dipanggil menghadap Tuhan. Setelah itu, umat Katolik
semakin berkembang dan semakin banyak. Untuk mengenang perjuangan
mbah Ignasiua Loyola Sangku Joyowirono yang dipilih Tuhan sebagai cikal
bakal (benih) pengikut Kristus di Samigaluh, umat setempat sepakat
menetapkan Ignatius Loyola sebagai pelindung Stasi Samigaluh dengan
tambahan nama menjadi stasi Santo Ignatius Loyola. Pestanya dirayakan pada
tanggal 31 Juli sebagai hari kelahiran Stasi/Wilayah Samigaluh. Sebagai barang
bukti sejarah masih ada sampai sekarang yaitu sebuah Lonceng yang
didatangkan dari Belanda. Berdasarkan cerita, lonceng tersebut sebagai hadiah
atas pembaptisan mBah Joyowirono atau tepatnya atas berdirinya Gereja Stasi
Samigaluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
Lampiran 18 : Soal Tes untuk Rekoleksi
Sebutkanlah nama-nama gambar dibawah ini serta tuliskan artinya masing-
masing gambar dibawah ini:
1. Pakaian Misa
a. Di bawah ini gambar berwarna apa dan apa artinya?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Di bawa ini gambar berwarna apa dan apa artinya ?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
c. Di bawah ini gambar berwarna apa dan apa artinya?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
d. Di bawah ini gambar berwarna apa dan apa artinya?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
e. Di bawah ini gambar berwarna apa dan apa artinya?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
f. Di bawah ini gambar berwarna apa dan apa artinya?
Keterangan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
2. Peralatan Misa
Sebutkan namanya dan tuliskan fungsinya
a. Gambar: nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Gambar: nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
c. Gambar: nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
d. Gambar: nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
e. Gambar : nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
f. Gambar: nama dan keterangannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
3. Sikap-sikap badan yang baik
a. Duduk artinya
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Berdiri artinya
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
c. Berlutut artinya
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
d. Berjalan artinya
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Nilai-nilai yang Baik
Berilah contoh:
a. Disiplin
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Mau bekerjasama
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
c. Memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
Lampiran 19: Pertanyaan Evaluasi Putra-Putri Altar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(40)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(41)
Lampiran 20: Pertanyaan Evaluasi Pendamping Putra-Putri Altar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(42)
Lampiran 21: Pertanyaan Evaluasi Orangtua Putra-Putri Altar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(44)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(45)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(46)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(47)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(48)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related