Download - Petrografi batuan beku non fragmental

Transcript
Page 1: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 1/22

11

BAB II

PEMBAHASAN 

Praktikkum petrografi program studi Teknik Geologi Univeristas Diponegoro

dilaksanakan pada hari Senin, 5 Oktober 2014 dan 12 Oktober 2014. Praktikkum ini

mempelajari tentang Petrografi Batuan Beku Non Fragmental. Dalam acara ini praktikkan

melakukan pengamatan terhadap 5 sayatan batuan peraga menggunakan mikroskop

 polarisator. Adapun pengamatan tentang sayatan batuan peraga mengenai tekstur batuan

meliputi granularitas, kristalisasi, dan fabrik. Kemudian mengamati komposisi mineral

disertai dengan kelimpahan mineral pada sayatan batuan. Hasil dari deskripsi ini kemudian

dianalisis mengenai petrogenesa dan terakhir menentukan nama batuan berdasarkanklasifikasi batuan beku (IUGS). Adapun hasil dari sayatan yang telah diamatai adalah

sebagai berikut.

2.1 Sayatan Batuan Peraga no M.04

Pengamatan sayatan batuan peraga diamati di Laboratorium Petrografi Gedung

Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop polarisasi dimana ketika melakukan pengamatan, praktikkan

menggunakan perbesaran 4x. Pengamatan menggunakan mikroskop ini digunakan untuk

melihat kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur tersebut dapat

menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamatan

tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Sayatan batuan

 peraga pertama yang diamati memiliki nomor peraga M.04.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap sayatan batuan peraga no M.04 dapat

diketahui bahwa berdasarkan tingkat granularitasnya, sayatan peraga ini memiliki

granularitas inequigranular berupa porfiroanitik. Inequigranular menunjukkan bahwa

kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda, dimana terdapat kristal mineral

yang lebih besar (fenokris) berada di atas massa dasar. Sedangkan porfiroafanitik

merupakan tekstur dimana massa dasar yang ada di sekeliling fenokris tidak dapat di

deskripsi. Dilihat dari derajat kristalisasinya, sayatan peraga batuan ini termasuk dalam

holokristalin. Holokristalin menunjukkan bahwa pada sayatan ini sepenuhnya tersusun

atas kristal. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui

ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah

Page 2: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 2/22

12

di lakukan pemutaran meja preparat. Pengamatan berikutnya ialah mengenai fabric

dimana fabric ini meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.

Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf    (subhedral). Hal tersebut di ketahui dari batas

 bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas.

Sedangkan tekstur khusus pada sayatan peraga ini yaitu porfiritik. Tekstur ini merupakan

tekstur khusus dimana terdapat mineral-mineral yang ukurannya besar (fenokris)

dikelilingi oleh mineral afanitik yang berukuran halus (Massa dasar).

Gambar 2.1 Tekstur khusus peraga M.04

Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas, piroksen, olivin, mineral lain,

dan mineral opaque. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah :

a.  Mineral plagioklas, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik plagioklas dengan warna colorless dan relief sedang. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa kembaran albit

yang berupa perselingan warna hitam-putih dengan sudut kembaran 36 derajat.

 b. Mineral piroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik piroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan.

c. 

Mineral olivin, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optikolivin dengan warna hijau kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa banyak pecahan tetapi

tidak memiliki belahan.

d. Mineral lain, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dan nikol bersilang tidak bisa

di identifikasi.

e. 

Mineral opaque, Ketika diamati menggunakan nikol sejajar dan nikol bersilang

menunjukkan warna hitam.

Fenokris

Massa Dasar

Page 3: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 3/22

13

Pengamatan plagioklas pada sayatan mineral peraga didapatkan sudut kembaran sebesar

36 derajat. Sehingga berdasarkan kurva plagioklas nama dari plagioklas yang diamati

adalah Labradorit An64.

Gambar 2.2 Kurva Plagioklas

Pengamatan dilakukan terhadap 3 medan pandang. Pada medan pandang 1

kelimpahan mineral plagioklas sebesar 60%, mineral piroksen sebesar 15%, mineral

olivin sebesar 10%, mineral opaque sebesar 5%, dan mineral lain sebesar 10%. Pada

medan pandang 2 kelimpahan mineral plagioklas sebesar 55%, mineral piroksen sebesar

15%, mineral olivin sebesar 15%, mineral opaque sebesar 5%, dan mineral lain sebesar

10%. Pada medan pandang 3 kelimpahan mineral plagioklas sebesar 55%, mineral

 piroksen sebesar 20%, mineral olivin sebesar 10%, mineral opaque sebesar 5%, dan

mineral lain sebesar 10%. Sehingga dari ketiga medan pandang tersebut dapat diambil

rata-rata kelimpahan mineral sayatan peraga no M.04 yaitu mineral plagioklas sebesar

56,67%, mineral piroksen sebesar 16,67%, mineral olivin sebesar 11,67%, mineral

opaque sebesar 5%, dan mineral lain sebesar 10%.

Berdasaran pengamatan secara mikroskopis terlihat adanya fenokris yang berada di

atas massa dasar. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa proses pembekuan mineral

 pada sayata batuan peraga ini tidak bersamaan. Artinya terdapat mineral yang tumbuh

terlebih dahulu dalam waktu yang lama sehingga membentuk fenokris dan mineral-

mineral yang tumbuh terakhir sehingga membentuk massa dasar yang halus. Pada

uumnya ketika magma mengalami proses pembekuan dalam waktu yang lama akan

membentuk kristal-kristal dengan tekstur euhedral dan berukuran besar, tetapi pada

sayatan ini terlihat lebih dominan mineral sebagai massa dasar dibanding dengan

fenokris. Dominnannya massa dasar daripada fenokris dapat terjadi karena adanya perubahan suhu yang sangat cepat. Ketika magma dengan suhu yang masih tinggi akan

Page 4: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 4/22

14

mengalamii pembekuan yang sangat lama sehingga dapat membentuk mineral dengan

ukuran besar seperti plagioklas, olivin, dan piroksen. Tetapi karena adanya penurunan

suhu yang sangat cepat, magma untuk membentuk mineral fenokris sudah tidak dapat

terjadi dan terbentuklah massa dasar yang halus. Berdasarkan bowen reaction series

minneral yang pertama kali terbentuk pada sayatan peraga ini yaitu olivin, dimana

mineral ini terbentuk pada suhu 1200 derajat celsius. Kemudian disusul dengan

terbentuknya mineral piroksen pada suhu 1100 derajat celsius dan mineral plagioklas

labradorit pada suhu sekitar 1000 derajat celsius. Akibat adanya penurunan suhu yang

sangat cepat ketiga mineral tersebut tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan pada

sayatan tersebut tumbuh oleh mineral halus yang disebut massa dasar yang tidak dapat

dideskripsi.

Dilihat dari komposisi mineralnya yang cenderung dominan mineral basa maka dapat

diinterpretasikan bahwa setting terbentuknya batuan ini berada di zona punggunga

tengah samudra (MOR). Zona MOR ini merukan salah satu setting tektonik dimana

terjadi pemekaran pada lempeng samudra karena arus konveksi dari mantel. Akibat

 pemekaran tersebut, magma yang berasal dari dalam bumi yang umumnya bersifat basa

dapat keluar tanpa adanya diferensiasi magma. Pada zona ini terdapat seri khas batuan

yang disebut ophiolite. Seri ophiolite ini berisikan batuan beku yang bersifat basa.

Sehingga sayatan peraga yang diamati dapat diinterpretasikan terbentuk di zona ini.

Gambar 2.3 Zona MOR. Zona Tempat keluarnya magma dari dalam bumi.

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa granularitasnya

inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan

komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 56,67%,

 piroksen 16,67%, olivin 11,67%, mineral opaque 5%, dan mineral lain 10%, maka

didapatkan nama batuan Olivin Gabronoid (IUGS).

Page 5: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 5/22

15

Gambar 2.4 Klasifikasi IUGS

2.2 Sayatan Batuan Peraga No R.13.22

Pengamatan sayatan batuan peraga diamati di Laboratorium Petrografi Gedung

Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop polarisasi dimana ketika melakukan pengamatan, praktikkan

menggunakan perbesaran 4x. Pengamatan menggunakan mikroskop ini digunakan untuk

melihat kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur tersebut dapat

menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamatan

tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Sayatan batuan

 peraga kedua yang diamati memiliki nomor peraga R.13.22.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap sayatan batuan peraga no R13.22 dapat

diketahui bahwa berdasarkan tingkat granularitasnya, sayatan peraga ini memiliki

granularitas inequigranular berupa porfiroanitik. Inequigranular menunjukkan bahwa

kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda, dimana terdapat kristal mineral

yang lebih besar (fenokris) berada di atas massa dasar. Sedangkan porfiroafanitik

merupakan tekstur dimana massa dasar yang ada di sekeliling fenokris tidak dapat dideskripsi. Dilihat dari derajat kristalisasinya, sayatan peraga batuan ini termasuk dalam

holokristalin. Holokristalin menunjukkan bahwa pada sayatan ini sepenuhnya tersusun

atas kristal. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui

ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah

di lakukan pemutaran meja preparat. Pengamatan berikutnya ialah mengenai fabric

dimana fabric ini meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.

Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf    (subhedral). Hal tersebut di ketahui dari batas

 bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas.

Page 6: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 6/22

16

Sedangkan tekstur khusus pada sayatan peraga ini yaitu porfiritik. Tekstur ini merupakan

tekstur khusus dimana terdapat mineral-mineral yang ukurannya besar (fenokris)

dikelilingi oleh mineral afanitik yang berukuran halus (Massa dasar).

Gambar 2.5 Tekstur khusus peraga R.13.22

Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas, piroksen, olivin, mineral lain,

dan kuarsa. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah :

a.  Mineral plagioklas, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik plagioklas dengan warna colorless dan relief sedang. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa kembaran albit

yang berupa perselingan warna hitam-putih dengan sudut kembaran 35,5 derajat.

 b. 

Mineral piroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik piroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan.

c. 

Mineral olivin, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

olivin dengan warna hijau kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa banyak pecahan tetapi

tidak memiliki belahan.d. Mineral lain, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dan nikol bersilang tidak bisa

di identifikasi.

e. 

Mineral kuarsa, Ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

kuarsa dengan warna colorless. Sementara itu ketika diamati menggunakan nikol

 bersilang dapat diketahui sifat optik berupa gelapan bergelombang.

Pengamatan plagioklas pada sayatan mineral peraga didapatkan sudut kembaran sebesar

35,5 derajat. Sehingga berdasarkan kurva plagioklas nama dari plagioklas yang diamati

adalah Labradorit An63.

Fenokris Massa Dasar

Page 7: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 7/22

17

Gambar 2.6 Kurva Plagioklas

Pengamatan dilakukan terhadap 3 medan pandang. Pada medan pandang 1

kelimpahan mineral plagioklas sebesar 70%, mineral piroksen sebesar 10%, mineral

olivin sebesar 10%, mineral kuarsa sebesar 5%, dan mineral lain sebesar 5%. Pada

medan pandang 2 kelimpahan mineral plagioklas sebesar 65%, mineral piroksen sebesar

10%, mineral olivin sebesar 15%, mineral kuarsa sebesar 5%, dan mineral lain sebesar

5%. Pada medan pandang 3 kelimpahan mineral plagioklas sebesar 70%, mineral

 piroksen sebesar 10%, mineral olivin sebesar 10%, mineral kuarsa sebesar 5%, dan

mineral lain sebesar 5%. Sehingga dari ketiga medan pandang tersebut dapat diambil

rata-rata kelimpahan mineral sayatan peraga no R.13.22 yaitu mineral plagioklas sebesar

68,3%, mineral piroksen sebesar 10%, mineral olivin sebesar 11,67%, mineral kuarsa

sebesar 5%, dan mineral lain sebesar 5%.

Berdasaran pengamatan secara mikroskopis terlihat adanya fenokris yang berada di

atas massa dasar. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa proses pembekuan mineral

 pada sayata batuan peraga ini tidak bersamaan. Artinya terdapat mineral yang tumbuh

terlebih dahulu dalam waktu yang lama sehingga membentuk fenokris dan mineral-

mineral yang tumbuh terakhir sehingga membentuk massa dasar yang halus. Padauumnya ketika magma mengalami proses pembekuan dalam waktu yang lama akan

membentuk kristal-kristal dengan tekstur euhedral dan berukuran besar, tetapi pada

sayatan ini terlihat lebih dominan mineral sebagai massa dasar dibanding dengan

fenokris. Dominnannya massa dasar daripada fenokris dapat terjadi karena adanya

 perubahan suhu yang sangat cepat. Ketika magma dengan suhu yang masih tinggi akan

mengalamii pembekuan yang sangat lama sehingga dapat membentuk mineral dengan

ukuran besar seperti plagioklas, olivin, dan piroksen. Tetapi karena adanya penurunan

suhu yang sangat cepat, magma untuk membentuk mineral fenokris sudah tidak dapat

Page 8: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 8/22

18

terjadi dan terbentuklah massa dasar yang halus. Berdasarkan bowen reaction series

minneral yang pertama kali terbentuk pada sayatan peraga ini yaitu olivin, dimana

mineral ini terbentuk pada suhu 1200 derajat celsius. Kemudian disusul dengan

terbentuknya mineral piroksen pada suhu 1100 derajat celsius dan mineral plagioklas

labradorit pada suhu sekitar 1000 derajat celsius. Akibat adanya penurunan suhu yang

sangat cepat ketiga mineral tersebut tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan pada

sayatan tersebut tumbuh oleh mineral halus yang disebut massa dasar yang tidak dapat

dideskripsi.

Dilihat dari komposisi mineralnya yang cenderung dominan mineral basa maka dapat

diinterpretasikan bahwa setting terbentuknya batuan ini berada di zona punggunga

tengah samudra (MOR). Zona MOR ini merukan salah satu setting tektonik dimana

terjadi pemekaran pada lempeng samudra karena arus konveksi dari mantel. Akibat

 pemekaran tersebut, magma yang berasal dari dalam bumi yang umumnya bersifat basa

dapat keluar tanpa adanya diferensiasi magma. Pada zona ini terdapat seri khas batuan

yang disebut ophiolite. Seri ophiolite ini berisikan batuan beku yang bersifat basa.

Sehingga sayatan peraga yang diamati dapat diinterpretasikan terbentuk di zona ini.

Gambar 2.7 Zona MOR. Zona Tempat keluarnya magma dari dalam bumi.

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa granularitasnya

inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan

komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 68,3%,

 piroksen 10%, olivin 11,67%, mineral kuarsa 5%, dan mineral lain 5%, maka didapatkan

nama batuan Olivin Gabronoid (IUGS).

Page 9: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 9/22

19

Gambar 2.8 Klasifikasi IUGS

2.3 Sayatan Batuan Peraga no M.02

Pengamatan sayatan batuan peraga diamati di Laboratorium Petrografi Gedung

Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop polarisasi dimana ketika melakukan pengamatan, praktikkan

menggunakan perbesaran 4x. Pengamatan menggunakan mikroskop ini digunakan untuk

melihat kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur tersebut dapat

menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamatan

tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Sayatan batuan peraga pertama yang diamati memiliki nomor peraga M.02.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap sayatan batuan peraga no M.02 dapat

diketahui bahwa berdasarkan tingkat granularitasnya, sayatan peraga ini memiliki

granularitas inequigranular berupa porfiroanitik. Inequigranular menunjukkan bahwa

kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda, dimana terdapat kristal mineral

yang lebih besar (fenokris) berada di atas massa dasar. Sedangkan porfiroafanitik

merupakan tekstur dimana massa dasar yang ada di sekeliling fenokris tidak dapat di

deskripsi. Dilihat dari derajat kristalisasinya, sayatan peraga batuan ini termasuk dalam

holokristalin. Holokristalin menunjukkan bahwa pada sayatan ini sepenuhnya tersusun

atas kristal. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui

ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah

di lakukan pemutaran meja preparat. Pengamatan berikutnya ialah mengenai fabric

dimana fabric ini meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.

Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf    (subhedral). Hal tersebut di ketahui dari batas

 bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas.

Page 10: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 10/22

20

Sedangkan tekstur khusus pada sayatan peraga ini yaitu porfiritik. Tekstur ini merupakan

tekstur khusus dimana terdapat mineral-mineral yang ukurannya besar (fenokris)

dikelilingi oleh mineral afanitik yang berukuran halus (Massa dasar).

Gambar 2.9 Tekstur khusus peraga M.02

Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas, piroksen, olivin, dan mineral

lain. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah :

a. 

Mineral plagioklas, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik plagioklas dengan warna colorless dan relief sedang. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa kembaran albit

yang berupa perselingan warna hitam-putih dengan sudut kembaran 62 derajat.

 b.  Mineral piroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik piroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan.

c.  Mineral olivin, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

olivin dengan warna hijau kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa banyak pecahan tetapi

tidak memiliki belahan.

d. 

Mineral lain, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dan nikol bersilang tidak bisadi identifikasi.

Pengamatan plagioklas pada sayatan mineral peraga didapatkan sudut kembaran sebesar

62 derajat. Sehingga berdasarkan kurva plagioklas nama dari plagioklas yang diamati

adalah Anorthite An98.

FenokrisMassa Dasar

Page 11: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 11/22

21

Gambar 2.10 Kurva Plagioklas

Pengamatan dilakukan terhadap 3 medan pandang. Pada medan pandang 1

kelimpahan mineral plagioklas sebesar 65%, mineral piroksen sebesar 10%, mineral

olivin sebesar 15%, dan mineral lain sebesar 10%. Pada medan pandang 2 kelimpahan

mineral plagioklas sebesar 60%, mineral piroksen sebesar 15%, mineral olivin sebesar

15%, dan mineral lain sebesar 10%. Pada medan pandang 3 kelimpahan mineral

 plagioklas sebesar 65%, mineral piroksen sebesar 10%, mineral olivin sebesar 15%, dan

mineral lain sebesar 10%. Sehingga dari ketiga medan pandang tersebut dapat diambil

rata-rata kelimpahan mineral sayatan peraga no M.02 yaitu mineral plagioklas sebesar

63,3%, mineral piroksen sebesar 11,67%, mineral olivin sebesar 15%, dan mineral lain

sebesar 10%.

Berdasaran pengamatan secara mikroskopis terlihat adanya fenokris yang berada di

atas massa dasar. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa proses pembekuan mineral

 pada sayata batuan peraga ini tidak bersamaan. Artinya terdapat mineral yang tumbuh

terlebih dahulu dalam waktu yang lama sehingga membentuk fenokris dan mineral-

mineral yang tumbuh terakhir sehingga membentuk massa dasar yang halus. Pada

uumnya ketika magma mengalami proses pembekuan dalam waktu yang lama akan

membentuk kristal-kristal dengan tekstur euhedral dan berukuran besar, tetapi pada

sayatan ini terlihat lebih dominan mineral sebagai massa dasar dibanding dengan

fenokris. Dominnannya massa dasar daripada fenokris dapat terjadi karena adanya

 perubahan suhu yang sangat cepat. Ketika magma dengan suhu yang masih tinggi akan

mengalamii pembekuan yang sangat lama sehingga dapat membentuk mineral dengan

ukuran besar seperti plagioklas, olivin, dan piroksen. Tetapi karena adanya penurunansuhu yang sangat cepat, magma untuk membentuk mineral fenokris sudah tidak dapat

Page 12: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 12/22

22

terjadi dan terbentuklah massa dasar yang halus. Berdasarkan bowen reaction series

minneral yang pertama kali terbentuk pada sayatan peraga ini yaitu olivin, dimana

mineral ini terbentuk pada suhu 1200 derajat celsius. Kemudian disusul dengan

terbentuknya mineral plagioklas anorthite pada suhu 1100 derajat celsius dan mineral

 piroksen pada suhu sekitar 1000 derajat celsius. Akibat adanya penurunan suhu yang

sangat cepat ketiga mineral tersebut tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan pada

sayatan tersebut tumbuh oleh mineral halus yang disebut massa dasar yang tidak dapat

dideskripsi.

Dilihat dari komposisi mineralnya yang cenderung dominan mineral basa maka dapat

diinterpretasikan bahwa setting terbentuknya batuan ini berada di zona punggunga

tengah samudra (MOR). Zona MOR ini merukan salah satu setting tektonik dimana

terjadi pemekaran pada lempeng samudra karena arus konveksi dari mantel. Akibat

 pemekaran tersebut, magma yang berasal dari dalam bumi yang umumnya bersifat basa

dapat keluar tanpa adanya diferensiasi magma. Pada zona ini terdapat seri khas batuan

yang disebut ophiolite. Seri ophiolite ini berisikan batuan beku yang bersifat basa.

Sehingga sayatan peraga yang diamati dapat diinterpretasikan terbentuk di zona ini.

Gambar 2.11 Zona MOR. Zona Tempat keluarnya magma dari dalam bumi.

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa granularitasnya

inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan

komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 63,3%,

 piroksen 11,67%, olivin 15%, dan mineral lain 10%, maka didapatkan nama batuan

Olivin Gabronoid (IUGS).

Page 13: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 13/22

23

Gambar 2.12 Klasifikasi IUGS

2.4 Sayatan Batuan Peraga no M.12.9

Pengamatan sayatan batuan peraga diamati di Laboratorium Petrografi Gedung

Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop polarisasi dimana ketika melakukan pengamatan, praktikkan

menggunakan perbesaran 4x. Pengamatan menggunakan mikroskop ini digunakan untuk

melihat kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur tersebut dapat

menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamatan

tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Sayatan batuan peraga pertama yang diamati memiliki nomor peraga M.12.9.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap sayatan batuan peraga no M.12.9 dapat

diketahui bahwa berdasarkan tingkat granularitasnya, sayatan peraga ini memiliki

granularitas equigranular. Equigranular menunjukkan bahwa kristal penyusun batuan

memiliki ukuran yang sama. Dilihat dari derajat kristalisasinya, sayatan peraga batuan ini

termasuk dalam holokristalin. Holokristalin menunjukkan bahwa pada sayatan ini

sepenuhnya tersusun atas kristal. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop

 polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna

menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Pengamatan berikutnya

ialah mengenai fabric dimana fabric ini meliputi bentuk butir dan susunan hubungan

kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf    (subhedral). Hal

tersebut di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang

sempurna dan kurang jelas. Tekstur khusus pada sayatan peraga ini yaitu cummulate yang

dicirikan oleh adanya aggregat mineral yang memiliki densitas tinggi berada di dasar

tubuh batuan beku.

Page 14: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 14/22

24

Gambar 2.13 Tekstur khusus peraga M.12.9

Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu olivin, orthopiroksen, dan klinopiroksen.

Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah :

a.  Mineral olivin, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

olivin dengan warna hijau kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa banyak pecahan tetapi

tidak memiliki belahan.

 b. 

Mineral orthopiroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik orthopiroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan. Serta memiliki gelapan sejajar dengan sudut gelapan

52 derajat.

c. 

Mineral klinopiroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik orthopiroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan. Serta memiliki gelapan miring dengan sudut gelapan

71 derajat.

Pengamatan dilakukan terhadap 3 medan pandang. Pada medan pandang 1

kelimpahan mineral olivin sebesar 60%, mineral orthopiroksen sebesar 25%, mineral

klinopiroksen sebesar 15%. Pada medan pandang 2 kelimpahan mineral olivin sebesar50%, mineral orthopiroksen sebesar 30%, mineral klinopiroksen sebesar 20%. Pada

medan pandang 3 kelimpahan mineral plagioklas sebesar 55%, mineral orthopiroksen

sebesar 25%, mineral klinopiroksen sebesar 20%. Sehingga dari ketiga medan pandang

tersebut dapat diambil rata-rata kelimpahan mineral sayatan peraga no M.12.9 yaitu

mineral olivin sebesar 55%, mineral orthopiroksen sebesar 26,67%, mineral

klinopiroksen sebesar 18,33%.

Berdasaran pengamatan secara mikroskopis terlihat adanya mineral-mineral yang

tampak seragam ukurannya. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa proses

Agregat mineral

dengan densitas

tinggi

Page 15: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 15/22

25

 pembekuan mineral pada sayata batuan peraga secara bersamaan. Untuk menghasilkan

mineral seperti pada sayatan peraga ini dibutuhkan waktu yang sangat lama karena

semakin lama proses pembekuan magma maka semakin sempurna pula bentuk dari

mineral tersebut. Sementara itu, fabrik dari sayatan peraga ini yaitu hipidiomorfik atau

subhedral dimana bidang batas antarmineral tidak terlalu jelas. Hal tersebut dapat terjadi

karena kurangnya ruang untuk pembentukan mineral secara sempurna. Pada sayatan ini

terlihat bahwa mineral olivin memiliki bentuk yang sempurna karena mineral ini adalah

mineral yang paling awal terbentuk. Menurut bowen reaction series mineral ini terbentuk

 pada suhu 1200 derajat celsius. Setelah mineral olivin tersebut terbentuk mineral

 piroksen mengisi pada ruang-ruang antarmineral olivin. Akibat tidak cukupnya ruang

untuk membentuk mineral piroksen secara sempurna maka mineral piroksen pada

sayatan batuan peraga ini tidak terlalu sempurna. Menurut bowen reaction series mineral

 piroksen terbentuk pada suhu sekitar1100 derajat celsius.

Dilihat dari komposisi mineralnya yang cenderung dominan mineral basa maka dapat

diinterpretasikan bahwa setting terbentuknya batuan ini berada di zona punggunga

tengah samudra (MOR). Zona MOR ini merukan salah satu setting tektonik dimana

terjadi pemekaran pada lempeng samudra karena arus konveksi dari mantel. Akibat

 pemekaran tersebut, magma yang berasal dari dalam bumi yang umumnya bersifat basa

dapat keluar tanpa adanya diferensiasi magma. Pada zona ini terdapat seri khas batuan

yang disebut ophiolite. Seri ophiolite ini berisikan batuan beku yang bersifat basa.

Sehingga sayatan peraga yang diamati dapat diinterpretasikan terbentuk di zona ini.

Gambar 2.14 Zona MOR. Zona Tempat keluarnya magma dari dalam bumi.

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa granularitasnya

inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan

komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan pandang yaitu olivin 55%,

Page 16: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 16/22

26

orthopiroksen 26,67%, klinopiroksen 18,33%, maka didapatkan nama batuan Olivin

Lherzolite (IUGS).

Gambar 2.15 Klasifikasi IUGS

2.5 Sayatan Batuan Peraga no R.12.39

Pengamatan sayatan batuan peraga diamati di Laboratorium Petrografi Gedung

Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop polarisasi dimana ketika melakukan pengamatan, praktikkan

menggunakan perbesaran 4x. Pengamatan menggunakan mikroskop ini digunakan untuk

melihat kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur tersebut dapat

menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamatan

tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Sayatan batuan

 peraga pertama yang diamati memiliki nomor peraga R.12.39.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap sayatan batuan peraga no R.12.39 dapat

diketahui bahwa berdasarkan tingkat granularitasnya, sayatan peraga ini memiliki

granularitas inequigranular berupa porfiroanitik. Inequigranular menunjukkan bahwa

kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda, dimana terdapat kristal mineral

yang lebih besar (fenokris) berada di atas massa dasar. Sedangkan porfiroafanitik

merupakan tekstur dimana massa dasar yang ada di sekeliling fenokris tidak dapat di

deskripsi. Dilihat dari derajat kristalisasinya, sayatan peraga batuan ini termasuk dalam

holokristalin. Holokristalin menunjukkan bahwa pada sayatan ini sepenuhnya tersusun

atas kristal. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui

ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah

di lakukan pemutaran meja preparat. Pengamatan berikutnya ialah mengenai fabric

Page 17: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 17/22

27

dimana fabric ini meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.

Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf    (subhedral). Hal tersebut di ketahui dari batas

 bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas.

Sedangkan tekstur khusus pada sayatan peraga ini yaitu porfiritik. Tekstur ini merupakan

tekstur khusus dimana terdapat mineral-mineral yang ukurannya besar (fenokris)

dikelilingi oleh mineral afanitik yang berukuran halus (Massa dasar).

Gambar 2.16 Tekstur khusus peraga R.12.39

Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas, olivin, piroksen, dan mineral

lain. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah :

a.  Mineral plagioklas, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik plagioklas dengan warna colorless dan relief sedang. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa kembaran albit

yang berupa perselingan warna hitam-putih dengan sudut kembaran 36 derajat.

 b.  Mineral kuarsa, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

kuarsa dengan warna colorless dan relief sangat rendah. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik khas mineral kuarsa berupa

gelapan bergelombang.

c. 

Mineral piroksen, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat

optik piroksen dengan warna kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika

diamati menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa belahan 1 arah

dan memiliki banyak pecahan.

d.  Mineral olivin, ketika diamati menggunakan nikol sejajar dapat diketahui sifat optik

olivin dengan warna hijau kecoklatan dan relief tinggi. Sementara itu ketika diamati

menggunakn nikol bersilang dapat diketahui sifat optik berupa banyak pecahan tetapi

tidak memiliki belahan.

Fenokris

Massa Dasar

Page 18: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 18/22

28

Pengamatan plagioklas pada sayatan mineral peraga didapatkan sudut kembaran sebesar

36 derajat. Sehingga berdasarkan kurva plagioklas nama dari plagioklas yang diamati

adalah Labradorit An64.

Gambar 2.17 Kurva Plagioklas

Pengamatan dilakukan terhadap 3 medan pandang. Pada medan pandang 1

kelimpahan mineral plagioklas sebesar 65%, mineral olivin sebesar 20%, mineral

 piroksen sebesar 10%, dan mineral lain sebesar 5%. Pada medan pandang 2 kelimpahan

mineral plagioklas sebesar 60%, mineral olivin sebesar 15%, mineral piroksen sebesar

15%, dan mineral lain sebesar 10%. Pada medan pandang 3 kelimpahan mineral

 plagioklas sebesar 65%, mineral olivin sebesar 10%, mineral piroksen sebesar 15%, dan

mineral lain sebesar 10%. Sehingga dari ketiga medan pandang tersebut dapat diambil

rata-rata kelimpahan mineral sayatan peraga no R.12.39 yaitu mineral plagioklas sebesar

63,3%, mineral olivin sebesar 15%, mineral piroksen sebesar 13,33%, dan mineral lain

sebesar 8,3%.

Berdasaran pengamatan secara mikroskopis terlihat adanya fenokris yang berada di

atas massa dasar. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa proses pembekuan mineral

 pada sayata batuan peraga ini tidak bersamaan. Artinya terdapat mineral yang tumbuh

terlebih dahulu dalam waktu yang lama sehingga membentuk fenokris dan mineral-

mineral yang tumbuh terakhir sehingga membentuk massa dasar yang halus. Pada

uumnya ketika magma mengalami proses pembekuan dalam waktu yang lama akan

membentuk kristal-kristal dengan tekstur euhedral dan berukuran besar, tetapi pada

sayatan ini terlihat lebih dominan mineral sebagai massa dasar dibanding dengan

fenokris. Dominnannya massa dasar daripada fenokris dapat terjadi karena adanya

 perubahan suhu yang sangat cepat. Ketika magma dengan suhu yang masih tinggi akanmengalamii pembekuan yang sangat lama sehingga dapat membentuk mineral dengan

Page 19: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 19/22

29

ukuran besar seperti plagioklas, olivin, dan piroksen. Tetapi karena adanya penurunan

suhu yang sangat cepat, magma untuk membentuk mineral fenokris sudah tidak dapat

terjadi dan terbentuklah massa dasar yang halus. Berdasarkan bowen reaction series

minneral yang pertama kali terbentuk pada sayatan peraga ini yaitu olivin, dimana

mineral ini terbentuk pada suhu sekitar 1200 derajat celsius. Kemudian disusul dengan

terbentuknya mineral piroksen pada suhu 1100 derajat celsius dan mineral plagioklas

 pada suhu sekitar 1000 derajat celsius. Akibat adanya penurunan suhu yang sangat cepat

ketiga mineral tersebut tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan pada sayatan tersebut

tumbuh oleh mineral halus yang disebut massa dasar yang tidak dapat dideskripsi.

Dilihat dari komposisi mineralnya yang cenderung dominan mineral basa maka dapat

diinterpretasikan bahwa setting terbentuknya batuan ini berada di zona punggunga

tengah samudra (MOR). Zona MOR ini merukan salah satu setting tektonik dimana

terjadi pemekaran pada lempeng samudra karena arus konveksi dari mantel. Akibat

 pemekaran tersebut, magma yang berasal dari dalam bumi yang umumnya bersifat basa

dapat keluar tanpa adanya diferensiasi magma. Pada zona ini terdapat seri khas batuan

yang disebut ophiolite. Seri ophiolite ini berisikan batuan beku yang bersifat basa.

Sehingga sayatan peraga yang diamati dapat diinterpretasikan terbentuk di zona ini.

Gambar 2.18 Zona MOR. Zona Tempat keluarnya magma dari dalam bumi.

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa granularitasnya

inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan

komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 63,3%, olivin

15%, piroken 13,33%, dan mineral lain 8,3%, maka didapatkan nama batuan Olivin

Gabronorite (IUGS).

Page 20: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 20/22

30

Gambar 2.19 Klasifikasi IUGS

Page 21: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 21/22

31

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

  Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan peraga no M.04

 berupa granularitasnya inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya

holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan komposisi mineral dengan rata-rata

dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 56,67%, piroksen 16,67%, olivin

11,67%, mineral opaque 5%, dan mineral lain 10%, maka didapatkan nama

 batuan Olivin Gabronoid (IUGS).

 

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan peraga no R13.22

 berupa granularitasnya inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya

holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan komposisi mineral dengan rata-rata

dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 68,3%, piroksen 10%, olivin 11,67%,

mineral kuarsa 5%, dan mineral lain 5%, maka didapatkan nama batuan

Olivin Gabronoid (IUGS).

  Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan peraga no M.02

 berupa granularitasnya inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya

holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan komposisi mineral dengan rata-rata

dari 3 medan pandang yaitu plagioklas 63,3%, piroksen 11,67%, olivin 15%,

dan mineral lain 10%, maka didapatkan nama batuan Olivin Gabronoid

(IUGS).

  Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan peraga no M.12.9

 berupa granularitasnya inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya

holokristalin, fabriknya hipidiomorfik dan komposisi mineral dengan rata-rata

dari 3 medan pandang yaitu olivin 55%, orthopiroksen 26,67%, klinopiroksen

18,33%, maka didapatkan nama batuan Olivin Lherzolite (IUGS).

  Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur sayatan batuan berupa

granularitasnya inequigranular porfiroafanitik, kristalinitasnya holokristalin,

fabriknya hipidiomorfik dan komposisi mineral dengan rata-rata dari 3 medan

 pandang yaitu plagioklas 63,3%, olivin 15%, piroken 13,33%, dan mineral

lain 8,3%, maka didapatkan nama batuan Olivin Gabronorite (IUGS).

Page 22: Petrografi batuan beku non fragmental

7/26/2019 Petrografi batuan beku non fragmental

http://slidepdf.com/reader/full/petrografi-batuan-beku-non-fragmental 22/22

32

3.2 Saran

  Untuk asisten lebih diterangkan lagi tentang dasar-dasar dalam petrografi.

  Untuk teknis pelaksanaan pengamatan harap di perbaiki lagi agar tidak ada jadwal

yang mundur dari seharusnya.  Untuk praktikkan supaya menjaga ketenangan selama pelaksanaan pengamatan.