7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
1/48
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Perkembangan Regio Orofacial2.1.1 Perkembangan Wajah
Setelah ujung caput embrio membengkok di sekitar ujung anterior
notochorda dan mencapai panjang rata-rata 3mm (sekitar hari ke-25 setelah
pembuahan), cavum oris primitivum (stomatodeum) akan berkembang sebagai
suatu celah kecil yang dikelilingi oleh capsula otak di bagian atas, pericardium di
bagian bawah, processus mandibula dan maxilla pada bagian samping (Dixon,
1993).
Processus mandibula dengan cepat akan meluas ke medial untuk
membentuk rahang bawah primitif dan memisahkan stomatodeum dari
pericardium. Pada saat bersamaan, capsula otak akan terpisah dari cavum oris
primitivum melalui pembentukan processus frontonasalis. Sel-sel crista neuralis
akan bermigrasi dari posisi semula di bagian samping tubus neuralis dan
membentuk lembaran sel jauh di dalam ectoderma embryonicum, bila sudah
mencapai regio mata yang sedang berkembang, akan terpisah menjadi dua bagian.
Aliran sel-sel ke anterior akan masuk membentuk mesoderma embryonicum dari
processus frontonasalis, sedangkan perluasan posterior akan ikut membentuk
mesoderma dari arcus pharyngeus. Pembesaran processus facialis embryonicum
merupakan akibat proliferasi mesoderma embryonicum yang berkesinambungan,
dimana akan terjadi pembentukan tulang-tulang. Batas-batas processus facialis
dipisahkan oleh sulcus-sulcus atau lipatan yang terletak diantaranya. Sulcus terisioleh processus yang kecepatan proses pertumbuhannya tidak sama, menyebabkan
terbentuknya wajah khas seperti yang biasa kita temukan pada bayi (Dixon, 1993).
Kegagalan processus facialis untuk tumbuh dengan akurat dan untuk saling
bergabung satu terhadap yang lain, dimana melibatkan penggabungan atau
penutupan selubung ectoderma yang berkontak dengannya, akan menimbulkan
cacat perkembangan, dikenal sebagai celah wajah. Celah merupakan akibat
terganggunya salah satu atau beberapa tahap penggabungan processus, termasuk
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
2/48
4
induksi normal oleh sel-sel crista neuralis, beberapa keabnormalan pada tahap
migrasi atau penggabungan mesoderma embryonicum (Dixon, 1993).
2.1.2 Perkembangan Labium Oris SuperiusPerkembangan labium oris superius pada manusia sampai sekarang ini
masih belum diketahui dengan jelas dan bahkan ada dua pendapat yang saling
berlawanan tentang apa peranan mesoderma maxillaris pada pembentukan labium
oris ini. Salah satu pendapat tersebut diformulasi berdasarkan hasil penelitian
klasik dari Frazer yaitu labium oris terbentuk seluruhnya dari processus
maxillaris. Pendapat lain yag sudah diterima kalangan luas tentang perkembangan
labium oris manusia adalah berdasarkan konsep klasik His, bersama-sama dengan
pakar embriologi lainnya pada abad tersebut, menganggap bahwa bagian sentral
labium oris, termasuk daerah cekungan yang disebut philtrum, berasal dari
processus frontonasalis sedangkan bagian lateral berasal dari processus maxillaris
(Dixon, 1993).
2.1.3 Perkembangan PalatumPada tahap perkembangan ini, celah nasalis akan meluas ke belakang dan
membentuk orifisium posterior sekunder yang mengarah ke stomatodeum. Jadi
melalui cara inilah akan terbentuk cavum nasi primitivum. Cavum nasi dikelilingi
di bagian bawah oleh perluasan ke mesial dari processus maxillaris dan juga oleh
mesoderma frontonasalis (Dixon, 1993).
Walaupun demikian mesenchyma maxillaris juga meluas ke medial di balik
otak sedang berkembangan pada atap cavum oris primitivum. Perluasan
mesoderma embyonicum dari setiap sisi akan bertemu di garis median dankemudian mulai meluas ke bawah sebagai processus septal, berhubungan di
bagian depan dengan septum nasi primer dari processus frontonasalis. Processus
septal ikut membentuk sebagian besar septum nasi definitif (Dixon, 1993).
Palatum terbentuk dalam dua bagian, pertama palatum primer dan kedua
palatum sekunder. Bagian bawah processus frontonasalis kadang-kadang disebut
sebagai segmen intermaxillaris, ikut membentuk regio philtrum dari labium oris
superium; segmen premaxillaris yang mengandung empat gigi incisivus dan
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
3/48
5
sebuah processus kecil berbentuk segitiga yang meluas ke belakang sebagai
palatum primer. Pada sekitar minggu perkembanga keenam, dua perluasan
processus maxillaris akan tumbuh ke arah dalam dan ke bawah sebagai processus
palatinus atau lereng yang nantinya akan terletak pada kedua sisi lingua yang
sedang berkembang (Dixon, 1993).
Pada minggu kedelapan, processus palatinus akan menjadi horizontal, saling
berkontak satu sama lain, akan bergabung tepat di bawah ujung bebas septum
nasi. Dengan terjadinya perubahan orientasi dari processus palatinus, cavum oris
primitivum akan terbagai menjadi tiga bagian: cavum nasi kiri dan kanan diatas
palatum sedang berkembang pada kedua sisi septum nasi, dan cavum oris definitif
yang terletak di bawah palatum. Pembentukan palatum ini biasanya
mengakibatkan orifisium posterior dari cavum nasi bergeser ke belakang,
sehingga orifisium ini tidak lagi membuka ke cavum oris tetapi malahan
membuka ke bagian atas pharynx (nasopharynx) (Dixon, 1993).
Baik septum nasi maupun palatum tampaknya berkembang dalam dua
tahapan:
a. Septum nasi primer berasal dari processus frontonasalis; palatum primerterbentuk dari perluasan ke belakang processus frontonasalis
b. Bagian septum nasi lainnya dan palatum sekundder terbentuk dari jaringanprocessus maxillaris yang terletak di belakang processus frontonasalis (Dixon,
1993).
Bagian-bagian wajah yang terbentuk dari processus frontonasalis
mempunyai persarafan sensorik dari cabang-cabang n. opthalmicus cabang n.
trigeminus (n. ethmoidalis dan n. nasalis externa). Sedangkan bagian yang
terbentuk dari processus maxillaris mempunyai persarafan sensorik berupacabang-cabang n. maxillaris cabang n. trigeminus (n. nasalis, n. nasopalatinus, n.
palatinus dan n. infraorbitalis) (Dixon, 1993).
2.1.4 Cartilago Rangka WajahSebelum pembentukan tulang dan juga selama tahap awal pembentukan
tulang, rangka wajah umumnya terbentuk dari cartilago. Cartilago Meckel
terbentuk di dalam arcus mandibularis dan meluas dari basis cranii sedang
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
4/48
6
berkembang pada regio capsula optica ke garis median bakal regio dagu, dan
bergabung dengan cartilago dari sisi berlawanan. Cartilago capsula nasalis
terbentuk pada jaringan processus maxillaris dan meluas ke depan menuju
processus frontonasalis. Di bagian belakangnya berhubungan dengan cartilago
dari basis cranii. Di dalam bagian cavum nasi primer dan sekunder cartilago ini
akan membentuk anyaman skeletal primordial (Dixon, 1993).
Bagian lateral capsula dari kedua sisi wajah yang sedang berkembang akan
membentuk rangka skeletal bagian luar dari cavum nasi; ujung bebas bagian
bawahnya akan membelok ke dalam sebagai suatu concha nasalis inferior yang
sedang berkembang. Di dalam kedua bagian septum nasi, processus ini akan
membentuk cartilago septi nasi (Dixon, 1993).
Pada tahap berikut akan terbentuk os maxilla dan premaxilla pada bagian
luar cartilago capsula nasalis dan mandibula berkembang pada bagian luar
cartilago Meckel. Vomer akan terbentuk dalam hubungannya dengan tepi bawah
cartilago septal (Dixon, 1993).
2.1.5 LinguaMenurut Dixon (1993), lingua terbentuk dalam dua bagian, yaitu:
a. Pars anterior lingua (oral), berasal dari tiga tonjolan mesoderma arcusmandibularis, terletak tepat di dalam cavum oris. Ketiga tonjolan ini terdiri dari
tonjolan lingual lateral dan struktur garis median di dasar mulut, yang sering
disebut sebagai tuberculum impar, terletak di dlam sulcus diantara arcus
mandibularis dan arcus hyoideus
b. Pars poterior (pharyngeus) tertius berasal terutama dari arcus pharyngeustertius dan akan tumbuh ke depan. Ke atas arcus pharyngeus secundus(hyoideus) pada dasar mulut untuk bergabung dengan ujung belakang pars
anterior lingua. Daerah ini disebut juga sebagai copula atau aminentia
hypobranchialis. Bagian belakang eminentia hypobranchialis ini nantinya akan
membentuk epiglotis.
Perbedaan daerah origo dari bagian-bagian lingua ini menyebabkan
terjadinya perbedaan persarafan sensorik pada membrana mukosa dorsum lingua;
dua pertiga anterior lingua dipersarafi n. lingualis cabang n. trigeminus,
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
5/48
7
sedangkan sepertiga posterior lingua dipersarafi oleh n. glossopharyngeus saraf
dari arcus pharyngeus primus dan tertius (Dixon, 1993).
Saraf yang keluar dari arcus secundus (n. facialis) ikut memberi persarafan
sensorik bagi serabut-serabut indra pengecap pada pars anterior lingua. Otot-otot
lingua mulai terbentuk diantara minggu perkembangan keenam dan kedelapan,
dan pada saat ini lingua sudah mengisi sebagian besar cavum oris. Pada sulcus
antara lingua dan processus mandibularis akan terbentuk glandula sublingualis
dan submandibularis yang merupakan perluasan pertumbuhan ke bawah dari
epitel yang menutupinya. Glandula diperkirakan berasal dari jaringan endoderma
embryonicum (Dixon, 1993).
2.1.6 PipiPipi terbentuk dari jaringan yang berasal baik dari processus mandibularis
maupun processus maxillaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat
adanya kantung kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu
jauh antara processus maxillaris di bagian atasnya dan processus mandibularis di
bagian bawahnya. Batas luar dari kantung tersebut yang terletak pada kedua sisi
wajah terletak pada epithelium cavum oris, meluas dari processus maxillaris ke
processus mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi. Baru kemudian,
tinggi vertikal dari bagian cavum oris ini (vestibulum) akan makin meningkat.
Pada belakang regio vestibularis di kedua sisi cavum oris akan terbentuk glandula
parotidea sebagai suatu proyeksi seperti gemma epitel cavum oris yang mengarah
ke mesoderma di sekitarnya (Dixon, 1993).
2.2 Organ Pembentuk Benih Gigi1. Organ enamel; yang berkembang seperti tombol, tumbuh di atas lamina
gigi (berasal dari ectodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan
dalamnya akan membentuk enamel. Kuntum dari sel epithelial (organ
enamel) dibetnuk sebagai hasil dari pembiakan sel-sel. Perkembangan
selanjutnya, menghasilkan bentuk kuntum (bud), bentuk top (cap) dan
bentuk lonceng (bell) dari organ enamel.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
6/48
8
2. Dental papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringanmesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim dan
akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari dentin
sebagai pulpa.
3. Kantung gigi (organ periodontal); yang juga berkembang dari dasarjaringan mesenhinm, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk
struktur penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput
periodontal(Harshanur, 1991).
Perkembangan organ enamel berfungsi untk membentuk jaringan pengikat
bawah, yang kana berkembang dan menjadi padat untuk membentuk dental
papilla. Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan
dental papilla menjadi padat dan membentuk organ periodontal (Harshanur,
1991).
Sebelum embrio berusia 3 minggu, stomodeum sudah terbentuk. Pada
daerah ujung anterior dari embrio, ectodermal telah menyatu untuk bertemu
dengan endodermal sehingga terbentuk mulut primitif (stomodeum) dan
membrane bukofaringeal,membrane ini terletak kira-kira pada posisi tonil palatine
yang akan terbentuk kemudian. Mulut primitif diliputi oleh ectodermal, dan di
bawahnya adalah mesenhim. Ectodermal berkembang menjadi epitel mulut dan
mesenhim berkembang menjadi jaringan pengikat di bawahnya (Harshanur,
1991).
2.3 Siklus Kehidupan dari Gigi
Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selamasiklus kehidupannya, yaitu (Harshanur, 1991):
a. Tahap pertumbuhan1) Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud)
dari jaringan epitel mulut. (epitelial bud stage).
2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dariorgan enamel (cap stage).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
7/48
9
3) Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yangmengalami perubahan histologi dalam susunannya (sel-sel epitel
bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer
dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).
4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuksepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan
datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona
dan akar yang akan datang.
b. Erupsi intraoseus1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin
dalam lapisan tambahan.
2) Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapangaram-garam kalsium (Harshanur, 1991).
c. ErupsiErupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi
menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi
permanen (Purba, 2004).
Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu (Purba, 2004):
1) Tahap praerupsiTahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai
mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami
pertumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang
mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar
ke arah anterior- posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan
dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini makabenih gigi bergerah ke arah oklusal.
2) Tahap prafungsionalTahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi
mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak
lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak kearah vertikal, pada
tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan
miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki posisi
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
8/48
10
gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami
pertumbuhan.
3) Tahap fungsionalTahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi
telah tanggal.selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah
oklusal, mesial dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap
funfsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi
gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik
kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.
d. Kegagalam ErupsiKegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu
sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai
oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004).
Ada dua faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu (Purba,
2004):
a) Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:1) Kelainan dalam perkembangan benih gigi
Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih
gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan
dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi.
2) Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsionalPada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan
sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami
pergerakan selama tahap praerupsi dan prafungsional
sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulangalveolar.
3) Letak benih yang abnormalLetak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu
miring ke arah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi
tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi
sehingga gigi gagal bererupsi.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
9/48
11
b) Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi1) Tulang yang tebal dan padat
Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan
konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga
tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus
tulang yang tebal dan padat tersebut (Purba, 2004).
2) Tempat untuk gigi tersebut kurangKurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai
hal seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang
tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul
di rongga mulut (Purba, 2004).
3) Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebutPosisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat
menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004).
4) Adanya gigi susu yang persistensiGigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat
menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen .
kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persistensi
ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi
permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang
persistensi tersebut (Purba, 2004).
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini
masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaanwaktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat
disebabkan oleh faktor yaitu (Harahap, 2010) :
a. Faktor GenetikFaktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu
dan urutan erupsi gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
10/48
12
b. Faktor Jenis KelaminPada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.
Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki
disebabkan faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam
pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas.
c. Faktor RasWaktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih
lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian.
Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang
sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang
terlalu besar.
d. Faktor LingkunganFaktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi pola erupsi. Faktor tersebut
adalah:
1. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang. Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung
menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan
tingkat ekonomi menengah.
2.Nutrisi Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan
proses kalsifikasi.(2,3,6,13,17,28,30) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat
dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan
kelenjar endokrin.
e. Faktor lokalFaktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi
ke tempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi berlebih,
trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar gigi,
dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
11/48
13
f. Faktor PenyakitGangguan pada erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan
oleh penyakit sistemik seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,
Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan
Hemifacial atrophy.
1. AtrisiYaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi
(Harshanur, 1991).
2. ResobsiYaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast
(Harshanur, 1991).
2.5 Pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan gigi tetap
Pertumbuhan dan perkembangan dari gigi geligi seperti halnya organ
lainnya telah dimulai sejak 4 5 bulan dalam kandungan. Pada waktu lahir,
maksila dan mandibwula merupakan tulang yang telah dipenuhi oleh benih-benih
gigi dalam berbagai tingkat perkembangan. Tulang alveolar hanya dilapisi olehmucoperiosteum yang merupakan bantalan dari gusi. Pada saat lahir, tulang
maksila dan mandibula terlihat mahkota gigi-gigi sulung telah terbentuk dan
mengalami kalsifikasi, sedangkan benih gigi-gigi tetap masih berupa tonjolan
epitel(Harshanur, 1991).
Pada umur 67 bulan telah terjadi erupsi dari gigi sulung dan pada umur
12 bulan gigi insisif pada maksila dan mandibula telah erupsi. Pada umur 2 3
tahun semua gigi sulung telah erupsi dan email gigi-gigi sulung telah terbentuk
sempuna(Harshanur, 1991).
Pertumbuhan dan perkembangan gigi ini terlihat pada tabel berikut ini :
A. Gigi Sulung1. Rahang Gigi Pembentukan Erupsi Akar lengkap2. Atas Insisif pertama 4 bl inutero 7 bl 1 th3. Insisif kedua 4 bl inutero 9 bl 2 th
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
12/48
14
4. Caninus 5 bl inutero 18 bl 3 th5. Molar pertama 5 bl inutero 14 bl 2 th6. Molar kedua 6 bl inutero 24 bl 3 th7. Bawah Insisif pertama 4 bl inutero 7 bl 1 th8. Insisif kedua 4 bl inutero 7 bl 1 th9. Caninus 5 bl inutero 16 bl 3 th10.Molar pertama 3 bl inutero 12 bl 2 th11.Molar kedua 6 bl inutero 20 bl 3 th
B. Gigi Tetap1. Rahang Gigi Mulai terbentuk Erupsi Akar lengkap2. Atas Insisif pertama 34 bl 78 th 10 tahun3. Insisif kedua 1012 bl 89 th 11 tahun4. Caninus 45 bl 1112 th 1315 th5. Premolar pertama 18-21 bl 1012 th 1214 th6. Premolar kedua 3033 bl 1012 th 1214 th7. Molar pertama 03 bl 67 th 910 th8. Molar kedua 2736 bl 1213 th 1416 th9. Molar ketiga 79 th 1721 th 1825 th10.Bawah Insisif pertama 34 bl 67 th 9 th11.Insisif kedua 34 bl 78 th 10 th12.Caninus 46 bl 910 th 1214 th13.Premolar pertama 1824 bl 1012 th 1213 th14.Premolar kedua 2430 bl 1112 th 1314 th15.
Molar pertama 03 bl 67 th 910 th
16.Molar kedua 23 th 1113 th 1415 th17.Molar ketiga 810 th 1721 th 1825 th
2.6 Anatomi dan morfologi Gigi Permanen
1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas
Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang
terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh, 1991).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
13/48
15
Gambar 1.Insisivus sentral atas kanan
Ciri Identifikasi Utama :
1. Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus tajam ketepi
insisal. Sudut disto-insisal lebih bulat
2. Mahkota besar, dibandingkan akar-merupakan gigi anterior terbesar3. Marginal ridge cukup jelas pada permukaan palatal cekung, dengan
cingulum berkembang baik.
4. mahkota berinklinasi ke palatal; akar berinklinasi sedikit ke distal.5. permukaan labial cembung dan halus.6. Cervical margin paling berkelok pada sisi mesial.7. Akar tunggal meruncing, dengan potongan melintang berbentuk
segitiga membulat dan salah satu permukaan yang agak datar
menghadap ke labial (Geoffrey C. van Beek, 1996).
2. Incisivus Kedua AtasGigi ini adalah gigi ke- 2 dari garis tengah. Bentuk fungsionalnya
sama dengan I1 atas, sehingga mempunyai tugas yang sama di dalam
mulut, yakni untuk menggigit dan memotong makanan. Dibandingkan
dengan I1 atas, dimensi koronanya lebih kecil dalam semua jurusan dan
bentuknya lebih bulat. Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing. I2
atas mempunyai banyak variasi / anomali (Itjingningsih, 1991).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
14/48
16
Gambar 2.Insisiv lateral atas kanan
Ciri Identifikasi Utama :
1. Sudut mesio-insisal lancip; sudut disto-insisal lebih membulat.2. Tepi insisal jelas miring ke bawah ke permukaan distal yang lebih
pendek.
3. mahkota lebih membulat, lebih pendek dan lebih sempit dimensi mesiodistal daripada incicivus pertama atas.
4. Cingulum pada permukaan palatal sering menutupi lubang foramencaecum incisivum.
5. Permukaan palatal lebih cekung daripada incisivus pertama atas.6. Akar tunggal yang meruncing halus ke apeks, runcing yang
membengkok ke distal.
7. Cervical margin lebih berkelok-kelok pada permukaan mesialdaripada permukaan distal (Geoffrey C. van Beek, 1996).
3. Incisivus Pertama BawahIncisivus pertama bawah adalah gigi pertama di rahang bawah,
kanan atau kiri dari garis tengah. Pada umumnya, gigi ini adalah gigi yang
paling kecil dalam lengkung gigi. Lebar koronanya sedikit lebih besar darisetengah ukuran mesio distal insisivus pertama atas, tetapi lebar labio-
lingualnya hanya lebih kecil 1 mm. perbaikan tidak mudah dilakukan pada
gigi ini, tetapi untungnya, gigi ini jarang sekali perlu diperbaiki. Akarnya,
satu, sempit mesio-distal, panjang akar hampir sama dengan insisivus
pertama atas dan apeksnya bengkok ke distal (Itjingningsih, 1991).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
15/48
17
Ciri Identifikasi Utama :
1. Akar tunggal, mendatar mesio-distal dan cenderung bengkok ke distal.
2. Tepi insisal tegak lurus terhadap garis yang membagi dua mahkota labio
lingual.
3. Panjang akar 12 mm.
4. Alur longitudinal distal akar lebih jelas daripada mesial.
5. Gigi terkecil pada gigi-geligi tetap (Geoffrey C. van Beek, 1996).
4. Incisivus Kedua Bawah1. Sedikit lebih kecil daripada incisivus pertama bawah; mahkota
berbentuk kipas dan tepi insisal lebih lebar mesiodistal.
2. Sisi insisal: tepi insisal tidak tegak lurus terhadap garis yangmembelah dua akar, tetapi terpuntir ke distal, dalam arah lingual,
mengikuti garis lengkung gigi.
3. Panjang akar 14 mm.4. Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang daripada distal,
sehingga tepi insisal sedikit miring.
5. Marginal ridge mesial dan distal samar-samar, tetapi lebih menonjoldaripada incisivus pertama bawah (Geoffrey C. van Beek, 1996).
5. Kaninus AtasKaninus / Canine / Cuspid adalah gigi ke3 dari garis tengah, dan
satusatunya gigi di rahang yang mempunyai 1 cusp. Gigi ini diberi nama
Kaninus karena pertumbuhan gigi ini pada binatang Carnivorous baik
sekali (mis. anjing) sebab mempunyai akar yang terpanjang dan terbesarsehingga gigi ini kuat sekali. Koronanya adalah korona yang terpanjang di
dalam mulut dan berbentuk baik sekali baik kekuatan terhadap stress dan
pemakaian maupun kebersihan. Pada umumnya gigi ini adalah gigi
terakhir yang akan tanggal, kadangkala masih tetap di rahang sesudah gigi
lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan.
Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
16/48
18
Kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang member karakter,
kekuatan dan kecantikan (Itjingningsh, 1991).
Ciri Identifikasi Utama :
1. Cuspis tunggal runcing kira-kira segaris dengan sumbu panjang akar.2. Lereng distal cuspis lebih panjang daripada lereng mesial dan menyatu
dengan permukaan distal cembung.
3. Proporsi keseluruhan kekar panjang.4. Bagian labial cembung jelas dan cingulum palatal besar.5. Garis cervikal kurang berkelok pada permukaan distal.6. Akar tunggal sangat panjang dengan potongan melintang segitiga
membulat.
7. Permukaan disto dan mesio-palatal akar sering beralur longitudinal(Geoffrey C. van Beek, 1996).
Gambar 3 dan 4. Caninus atas dan bawah
6. Kaninus BawahTugas kaninus bawah dan atas sama, sehingga glnya dari semua
permukaan sama. Koronya lebih panjang servikoinsisal dan lebih sempit
mesio distal daripada C atas. Singulumnya tidak begitu nyata. Padapermukaan mesial dan distal, bagian sepertiga servikal tidak begitu tebal.
Permukaan lingual lebih rata daripada permukaan lingual dari C atas,
hampir sama dengan lain lain gigi geligi depan bawah. Pada umumnya
ujung akar melengkung ke distal, tetapi kadang kadang juga terdapat C
dengan ujung akar yang membengkok ke mesial. Jika C ini belum aus, gigi
ini adalah gigi yang paling panjang di dalam mulut (Itjingningsih, 1991).
Ciri Identifikasi Utama :
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
17/48
19
1. Profil distal mahkota lebih membulat daripada mesial.2. mahkota lebih sempit mesiodistal dibanding caninus atas, sehingga
mahkota tampak lebih besar sebanding.
3. Hanya caninus bawah yang mungkin mempunyai akar berbifurkasi,suatu variasi yang tidak jarang terjadi.
4. Lereng mesial cuspis lebih pendek daripada yang dista5. Cingulum kurang jelas bila dibanding dengan caninus atas.6. Permukaan labial dari mahkota kurang lebih segaris lurus dengan akar.7. Permukaan labial dari mahkota bersambung lengkung longitudinal
dengan akar.
8. Pada kebanyakan kasus, akar cenderung bengkok sedikit ke distal.Mahkota tampak miring ke distal dalam hubungan dengan akar
(Geoffrey C. van Beek, 1996).
7. Premolar Pertama Atas1. Akar dua (bukal dan palatal) dan inklinasi ke distal.2. Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal lebih besar dari palatal.3. Lereng mesial cusp bucal lebih panjang dari distal.4. Cusp palatal sedikit miring ke mesial.5. Bagian oklusal lebih angular dari Premolar kedua.
8. Premolar Kedua Atas1. Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari premolar
pertama atas.
2. Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari premolarpertama atas.
3. Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.4. Bagian oklusal oval.
9. Premolar Pertama Bawah1. Fossa oklusal distal lebih besar dari mesial.2. Cusp bukal besar dan runcing, cusp lingual kecil.3. Mahkota inklinasi ke palatalPermukaan bukal mahkota cembung,
permukaan lingual hampir lurus.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
18/48
20
4. Bagian oklusal sirkular, menndatar pada mesiolingual.5. Akar tunggal, bulat dan inklinasi ke distal.
10.Molar Pertama Atas1. Gigi molar paling besar.2. Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal
paling kecil.
3. Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.4. Bukolingual mahkota lebih besar dari mesiodistal.5. Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.6. Akar tiga, dan terpisah, akar palatal paling panjang dan mengembang,
akar bukal berinklinasi ke distal.
7. Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang
11.Molar Pertama Bawah1. Gigi terbesar pada rahang bawah.2. Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.3. Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.4. Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual.5. Bagian oklusal berbentuk segi empat.6. Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.
(Itjingningsh, 1991).
12.Molar Kedua Atas1.
Tidak ada cusp carabelli
2. Bagan oklusal jajaran genjang lebih jelas, ukuran mesio-distal lebihsempit dari pada molar pertama RA.
3. Koronanya lebih pendek serviko-oklusal dan lebih sempit mesio-distal.
4. Cusp disto-bukal lebih kecil, sehingga marginal ridge distal dansebagian cusp disto-palatal dapat terlihat.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
19/48
21
5. Akar-akarnya membengkok ke distal sehingga crest curve dari akardisto-bukal terletak disto dari crest korona.
6. Keseluruhan mahkota agak lebih kecil daripada molar pertama RAwalau sangat mirip
13.Molar Kedua Bawah1. Korona tidak begitu panjang serviko-oklusal2. Memiliki dua akar yang hampir sejajar dan tidak begitu besar3. Cusp lingual lebih tinggi dari cusp bukal, tetapi sama besar4. Cusp mesio-lingual sedikit lebih lebar mesio-distal\5. Tidak ada cups distal6. Batas semnto-enamel berombak7. Bagan oklusal persegi membulat
14.Molar Ketiga Atas1. Bagan oklusal segitiga cups disto palatal yang kecil sering tidak ada2. Akar pendek, kurang berkembang, konvergen, sering berdifusi,
membengkok ke distal, biasanya berjumlah tiga buah.
3. Molar atas terkecil, mahkota lebih kecil daripada molar kedua RA.4. Cusp terbesar mesio-palatal5. Hanya mempunyai daerah kontak mesial6. Mahkota sering tampak terlalu besar untuk akar
15.Molar Ketiga Bawah1.
Bentuk mahkota sama dengan molar kedua RB, kebanyakan lebihkecil.
2. Dua akar pendek, kurang berkembang, sering bergabung, denganinklinasi ke distal yang jelas.
3. Bagan oklusal empat persegi/bujur, sudut membulat4. Memiliki empat cusp.5. Ukuran bucco-lingual terkecil pada bagian distal.6. Permukaan bukal cembung, berinklinasi ke lingual.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
20/48
22
B. Anatomi dan morfologi Gigi sulung
1. Insisif Pertama Atasa. Sudut disto-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancip
b. Bentuk mahkota mirip insisif permanen pertama RA, secarakeseluruhan lebih kecil dan kelihatan lebih gemuk
c. Singulum palatal besard. Akar miring ke distal, dan agak ke labial dari sumbu panjang
mahkota dan meruncing ke arah apek
e. Dimensi mesio-distal dan serviko-insisal mahkota hampir sama
2. Insisif Pertama Bawaha. Akar tunggal meruncing dan lebih membulat daripada
insisif/permanen pertama RB. Akar cenderung berinklinasi ke
distal
b. Merupakan gigi terkecil pada kelompok gigi sulungc. Servikal margin sisi mesial berkelok-kelokd. Bentuk berbentuk pahat
3. Insisif Kedua Atasa. Bentuk serupa dengan insisif sulung pertama RA, tetapi mahkota
lebih kecil dan lebih sempit
b. Singulum palatal lebih kurang menonjolc. Sudut disti-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancipd.
Akar tunggal
4. Insisif Kedua Bawaha. Sudut disto-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancip
b. Akar tunggal meruncing, cenderung berinklinasi ke distalc. Dari medial ke distal, tepi insisal miring ke bawahd. Tepi insisal mengikuti bentuk lengkung mandibulae. Lebih besar daripada insisif sulung pertama RB
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
21/48
23
f. Permukaan lingual lebih cekung daripada insisif sulung pertamaRB
5. Caninus Atasa. Lereng mahkota mesial lebih panjang daripada distal
b. Mahkota lebih kecil dan bulat dibandingkan caninus permanen RAc. Ridge labial dan palatal terbentang dari ujung cupsd. Sisi insisal berbentuk intan dengan sudut membulate. Servikal margin mesial lebih luas ke insisal daripada distalf. Akar tunggal meruncing ramping, panjang dua kali mahkota, dan
cenderung berinklinasi ke distal
6. Caninus Bawaha. Lebih kecil dan ramping daripada caninus sulung RA
b. Lereng distal lebih panjang daripada lereng mesialc. Permukaan lingual cekungd. Servikal margin mesial lebih berlekuke. Akar tunggal meruncing, bengkok ke distal dan ke labialf. Ridge longitudinal labial dan lingual kurang baik, ridge lingual
sering tak ada
7. Molar Pertama Atasa. Mahkota trapezoid
b. Cusp mesio-palatal terbesar dan paling runcingc. Ukuran mahkota labial-palatal terbesar pada sisi mesiald.
Tiga akar yang divergen
e. Type premolar form: sepertiga premolar RAf. Type molar form:
1. Tiga cusp: Satu bukal dan dua palatal, cusp mesio-palatal lebihbesar daripada disto-palatal
2. Empat cusp: dua cusp bukal dan dua cusp palatal
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
22/48
24
8. Molar Pertama Bawaha. Terdapat molar tubercle zucherkandl
b. Terdapat empat cusp: dengan cusp mesio-bukal terbesarc. Panjang mahkota mesio-distal lebih besar daripada disto-linguald. Marginal ridge mesial lebih menonjol daripada mesiale. Terdapat dua akar pada mesial dan distal, akar mesial lebih panjang
9. Molar kedua Atasa. Molar permanen pertama RA, dengan ukuran lebih kecil
b. Terdapat tiga akar: Mesio-bukal, disto-bukal dan palatal yangdivergen
c. Didapatkan cusp carabelli
10.Molar kedua Bawaha. Cusp dan akar sama dengan molar permanen pertama RB, dengan
ukuran yang lebih kecil
b. Oklusal berbentuk empat persegi panjangc. Cusp mesio-bukal dan disto-bukal berukuran samad. Berakar dua: mesial dan distal, akar mesial lebih panjang
2.7 Resorpsi Akar
2.7.1 Pengertian Resorpsi Akar
Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau
penghancuran yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan
oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke
seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi
bila kerusakan sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan
biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi
makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar
serta dentin akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti
berupa lubang mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada
permukaan akar (Abass, 2007).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
23/48
25
Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi.
Tekanan tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai
akar gigi tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor
yang agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik.
Menurut Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti
(Abass, 2007).
Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang
menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi dari pada
tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang
paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi
dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga
dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar
diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi (El-Bialy,
2004).
2.7.2 Klasifikasi Resorpsi Akar
Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar
internal yang dimulai dari pulpa, dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari
luar gigi (Harahap, 2010).
1. Resorpsi InternalResorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988)
berpendapat adanya jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi
progresif. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit
sehingga cenderung hanya dapat didiagnosa sewaktu pemeriksaan radiografirutin. Pulpitis kronis dapat terjadi akibat trauma , karies atau prosedur iatrogenik
seperti preparasi gigi yang salah, ataupun idiopatik. Resorpsi internal jarang
terjadi, namun dapat muncul pada setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi
ataupun gigi yang bebas karies. Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam
saluran akar. Bila hal tersebut terjadi pada ruang pulpa, dinamakan pink spot
karena pulpa yang membesar terlihat melalui mahkota. Resorpi internal biasanya
berjalan lambat. Namun bila tidak dirawat, maka lesi akan menjadi progresif dan
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
24/48
26
menyebabkan perforasi dinding saluran akar sehingga pulpa menjadi mati.
Penghancuran dentin yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur. Perawatan
untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar.
Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi
(Harahap, 2010).
2.Resorpsi EksternalResorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun
lokal. Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada
ligamen periodontal dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan
akar (hipersementosis) atau menyebabkan hilangnya sementum bersama dengandentin, yang dinamakan resorpsi eksternal. Resorpsi dapat didahului oleh
peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang berdekatan dengan permukaan
akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi, kerusakan jaringan pada
ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma dan epulis.
Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan
permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit
yang akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera. Penyebab lain
dari resorpsi meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan
endokrin. Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam
jenis (Harahap, 2010).
3. Resorpsi PermukaanResorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada
permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada
ligamen periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
25/48
27
melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan
resorption lacunae superfisial (Gambar 2). Kondisi ini dapat mengalami perbaikan
spontan berupa pembentukan sementum baru (Harahap, 2010).
Resorpsi Akibat Inflamasi
Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa.
Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan canalis
lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga
dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada
daerah tersebut. Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis, serta
respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang.
Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan
menunjukkan pengaruh bakteri yang berada di tubulus dentin (Harahap, 2010)..
4. Resorpsi PenggantianResorpsi penggantian (Gambar 4) biasanya terjadi pada trauma yang berat.
Resorpsi penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi
terlambat dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga
penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak
langsung antara tulang alveolar dan permukaan akar. Proses ini dapat bersifat
reversibel apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%. Karena
osteoklas berkontak langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus
berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar mengggantikan dentin. Istilah
ankylosis dapat digunakan pada kasus ini karena tulang alveolar melekat langsung
ke dentin.Secara radiografis, ruang ligamen periodontal tidak akan terlihat karena
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
26/48
28
penggabungan tulang dengan dentin. Pada kasus ini, saluran akar harus diobturasi
untuk mencegah resorpsi akar akibat infeksi pulpa (Harahap, 2010).
5. Resorpsi Akibat TekananTekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak
jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang
erupsi atau impaksi, pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau jaringan
patologis seperti kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat
perawatan ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari
tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi. Akibatnya dapat terjadi
pemendekkan akar gigi. Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat
tekanan berlebihan selama perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya
resorpsi akar. Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus
dentin tanpa adanya bakteri. Menurut Newman, gigi yang paling sering
mengalami resorpsi akibat tekanan adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih
sering digerakkan. Tekanan yang diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-
sel monosit dan pembentukan osteoklas sehingga terjadi resorpsi. Apabila
penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat dihentikan (Harahap, 2010).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
27/48
29
6. Resorpsi SistemikResorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan
sistemik. Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin,
seperti : Pagets disease, calcinosis, Gauchers disease dan Turners syndrome.
Selain itu, resorpsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi
(Harahap, 2010).
7.
Resorpsi Idiopatik
Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya
bukan karena faktor sistemik maupun lokal . Resorpsi ini dapat terjadi pada satu
gigi maupun beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun),
sampai cepat dan agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar
kerusakan jaringan. Letak dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi. Resorpsi
idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan resorpsi
servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan, yang
mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar
secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat
pada bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal
(Gambar 7). Tipe ini dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer , resorpsi
tersembunyi, pseudo pink spot, atau ekstrakanal invasif. Defek dapat juga
dijumpai pada permukaan eksternal gigi yang kemudian berlanjut ke dentinberupa ramifikasi. Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan predentin pada sekitar
pulpa. Resorpsi tipe ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi internal.
Resorpsi servikal dapat disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal atau
trauma. Resorpsi servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan
pembuangan jaringan granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi.
Usia rata-rata pasien yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah
berusia 32 tahun, sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
28/48
30
sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang
terdapat pada beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat
diketahui dari foto radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar,
restorasi lepas, goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan
jaringan sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan
gejala awal. Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan
kondisi lain seperti adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan
mekanis yang berlebihan atau reimplantasi gigi (Harahap, 2010).
2.8. Neuromuskularpadastomatognati (mastikasi dandeglutasi)
2.8.1 Otot-otot mastikasi
a. M.MasseterMasseter adalah suatu massa otot yang tebal, berbentuk empat persegi
panjang disebelah pinggir wajah. Melekat diantara permukaan lateral dari ramus
mandibula dan arcus zygomaticus persis dibawah kulit. Masseter digunakan untuk
penghancuran dan penggilingan makanan. Selain untuk mengangkat mandibula ke
vertikal, masseter dapat memberikan vektor anterior pada rahang selama rahanagdiangkat dari suatu posisi depresi ke posisi interkuspal maksimal pada busur mid-
sagital pengangkatan. Initerjadi karena penyebaran kontraksi dari fasikuli yang
paling anterior ke yang paling posterior. Kaput profunda dapat memberikan efek
retrusi. Ada kemungkinan bahwa kaput superfisialis yang kuat itu mempunyai
peranan penting pada komponen anterior sewaktu mandibula mendekati relasi
sentrik. Cabang masseter dari saraf kranialis kelima memasok persarafan. Pasokan
arteri berasal dari cabang-cabang arteri masseterika (McDevitt, 2002).
b. M.TemporalisMerupakan otot berempal dua dengan origo berbentuk kipas dan tendon
yang sangat besar, kuat, serta berinsersio kedalam prosesus koronoideus, krista
temporalis profunda dan batas anterior ramus mandibula. Pada pokoknya otot ini
dalah suatu elevator dan retraktor (pengangkat dan penarik) mandibula dan
apabila otot diaktifkan secara bertahap, dari anterior ke posterior, maka arah dari
tarikan serabut-serabut berkontraksi akan menjadi sama seperti perjalanan kearah
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
29/48
31
atas dari prosesus koronoideus ketika mandibula diangkat dari suatu posisi
tertekan (McDevitt, 2002).
c. Pterygoideus MedialisPterygoideus medialis adalah suatu massa jaringan otot yang kuat, empat
persegi panjang, terletak pada sisi medial dari ramus mandibula. Otot ini tidak
selebar atau setebal masseter. Batas posteriornya tersusun serupa dengan batas
posterior dari masseter pada proyeksi lateral, tetapi batas anteriornya terletak lebih
distal kearah dorsal. Pada potongan horizontal, separuh atas dari pterygoideus
medialis berbentuk baji dengan pinggir yang tipis menghadap kearah belakang.
Setengah bawahnya berbentuk oval (McDevitt, 2002).
d. Pterygoideus LateralisOtot pterygoideus lateralis menempati suatu posisi yang dalam dan
tersembunyi. Posisi ini dianggap disebabkan oleh fungsi protraksi mandibula.
Karena dulunya pergerakan mandibula adalah suatu problem yang relatif kecil dan
karena posisinya yang dalam dan ukurannya kecil, massa otot ini kurang
mendapat perhatian dan hampir terabaikan oleh para ahli ilmu anatomi yang dulu.
Secara anatomi dan fungsional, bagian atas dan bawah dari pterygoideus lateralis
kemungkinan adalah dua otot yang berbeda. Pada umumnya, peranan dari kedua
bagian ini adalah berkenaan dengan posisi dan keseimbangan persatuan kondil-
diskus pada eminensia artikularis selama adanya gerakan-gerakan fungsional dan
kemungkinan juga pada posisi postural. Demikian juga bagian inferior aktif
apabila persatuan kondil-diskus protrusi (tertarik kedepan) dan distabilkan pada
posisi protrusi. Karena itu pterygoideus lateralis terlibat dalam gerakan
mandibula. Gangguan fungsi normal pterygoideus lateralis yang berat
mengakibatkan fungsi mandibula sangat terbatas atau mengalami kegagalan.(McDevitt, 2002).
2.8.2 Nervus mastikasi
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang
mempunyai komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM),
otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena
ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
30/48
32
mandibula dapat melaksanakan aktifitasfungsional dari sistem mastikasi.
Keharmonisan antara komponen komponen ini sangat penting dipelihara
kesehatan dan kapasitas fungsionalnya (Mc Devid, 2002).
Persyarafan pada otot Mastikatori menurut Mc Devid (2002) :
1. Musculus MaseterInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)
2. Musculus Pterigoideus lateralisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)
3. Musculus Pterigoideus medialisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)
4. Musculus TemporalisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus), Nervus Auriculotemporalis.
2.8.3 Aktivitas otot deglutasi
Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang
berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris proprium
yang bekerja secara volunteer, otot-otot faring dan laring bekerja secara
involunter. Kavum oris terbagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum oris dan
kavum oris proprium. Vestibulum oris adalah ruang antara gigi-geligi dan batas
mukosa bagian dalam dari pipi dan labium oris. Sedangkan kavum oris proprium
merupakan ruang antara arkus dentalis superior dan inferior. Batas anterior dan
lateral kavum oris proprium adalah permukaan lingual gigi geligi dan prosesus
alveolaris (Andriyani, 2001).
a.
Otot di dalam kavum oris propriumOtot yang termasuk didalam kelompok ini adalah otot-otot lidah
dan otot-otot palatum lunak. Otot- otot lidah terdiri dari otot- otot instrinsik
dan ekstrinsik. Otot-otot intrinsic lidah merupakan otot yang membentuk
lidah itu sendiri yaitu muskulus longitudinalis lingua superfisialis,
muskulus longitudinalis lingua provunda, muskulus transfersus lingua dan
muskulus vertikalis lingua. Otot ekstrinsik lidah merupakan otot yang
berada di bawah lidah yaitu muskulus genioglossus untuk mengerakan
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
31/48
33
bagian tengah lidah ke belakang dan muskulus styloglossus yang menarik
lidah keatas dan kebawah. Sedangan otot- otot palatum lunak yaitu
muskulus tensor dan muskulus levator veli palatini untuk mengangkat faring
dan muskulus palatoglossus yang menyebabkan terangkatnya uvula
(Andriyani, 2001).
b. Otot faringTerbagi menjadi 2 golongan yaitu otot- otot yang jalannya
melingkar dan otot- otot yang menbujur faring. Otot-otot melingkar terdiri
atas muskulus konstriktor faringis superior, muskulus konstriktror faringis
media dan muskulus konstriktor faringis inferior. Sedangkan otot- otot
membujur faring yaitu muskulus stilofaringeus. Faring tertarik kearah
medial untuk saling mendekat. Setelah itu lipatan- lipatan faring membentuk
celah sagital yang akan di lewati makanan menuju kedalam faring posterior
celah ini melakukan kerja selektif sehingga makanan yang telah di kunyah
dapat lewat dengan mudah (Andriyani, 2001).
c. Otot laring.Terbagi dua yaitu otot laring instrinsik dan otot laring ekstrinsik.
Otot laring ekstrinsik yaitu muskulus krikotiroideus, sedangan otot- otot
laring intrinsic yaitu muskulus tireoepiglottikus dan muskulus aritenoideus
pada laring terdapat dua sfingter yaitu aditus laringis dan rima glottidis.
Aditus laringis berfungsi hanya pada saat menelan. Ketika bolus makanan di
pindahkan kebelakang diantara lidah dan palatum lunak laring tertarik
keatas. Aditus laringis di persempit oleh kerja muskulus arytinoideus
obliqus dan muskulus oroepiglottikus. Bolus makanan atau cairan, kini
masuk ke esophagus dengan mengelincir di atas epiglottis atau turun lewatalur pada sisi aditus laringis rima glottidis berfungsi sebagai sfingter pada
saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglottis membantu
mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, dimana akan
mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara (Andriyani, 2001).
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
32/48
34
2.8.4 Nervus Deglutasi
1. Nervus Facialis (N. Cranialis VII)Saraf ini melekat ke batang otak pada ujung atas medulla dalam
hubungan yang erat terhadap tepi bawah pons melalui redix sensori dan
motoriknya. Kedua radix ini melintasi subarachnoidea di atas n.
Vestibulococlearis (n. Cranialis VIII) dan masuk ke meatus acusticus
internus. Di dalam meatus, kedua radix saraf bergabung dan pada bagiam
dasar meatus, n facialis akan masuk ke canalis facialis dan berputar di sekitar
os. Temporale, keluar dari foramen stylomastoideum pada basis cranii
(Dixon, 1993).
Tepat di luar foramen stylomastoideum, n. facialis mengeluarkan 3
cabang motorik (Dixon, 1993):
1) N. auricularis ke m. auricularis posterior dan m. occipitalis kulitkepala.
2) Saraf ke venter posterior mm. digastrici.3) Saraf ke m. stylomastoideum
N. facialis kemudian menembus selubung fascia dari glandula
parotidea dan masuk ke subtansu glandula, terbagi menjadi dua cabang yang
besar. Dari cabang superior dikeluarkan rami temporales, zygomatici dan
bucales; cabang inferior dikeluarkan n. bucalis inferior, ramus marginalis
mendibulae dan colli. Cabang terminal terlihat pada tepi anterior glandula
parotidea, menyebar memlalui wajah, membentuk plexus saraf dengan saraf
yang lain dan dengan ujung terminal n. trigeminus (Dixon, 1993).
1) Rami temporales mempersarafi m. auricularis anterior dan superior,m. frontalis, bagian atas orbicularis oculi, dan corrugator supercilli.
2) Rami zygomatici mempersarafi serabut luar orbicularis oculi.3) Rami buccales mempersarafi m. buccinator, otot labium oris superius,
risorius dan otot hidung.
4) Ramus marginalis mandibulae mempersarafi otot labium oris inferiordan mentalis.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
33/48
35
5) Ramus colli mempersarafi m. platysma pada leher dan mengeluarkanramus communicans untuk bergabung dengan ramus marginalis
mandibulae.
2. Nervus Glassopharyngeus (Nervus Cranialis)
Cabang utama dari nervus glassopharyngeus adalah (Dixon, 1993):
1) Plexus tympanicus, pada telinga tengah saraf ini bergabung dengancabang n. facial untuk membentuk olexus tympanicus, tempat
keluarnya cabang sensorik ke membran mukosa telinga tengah,
antrum mastoideum dan tuba auditiva dan n. petrosus minor
superficialis berasal dari n. glassopharingeus, mempersarafi ganglion
oticum dan glandula parotidea.
2) Ramus caroti, membawa serabut sensorik (otonom) dan ikut berperandalam mengatur tekanan darah.
3) Cabang motorik ke m. stylopharyngeus.4) Rami pharyngei (sensorik) ke plexus pharyngeus pada dinding
samping pharyng. Dari plexus, saraf sensorik yang berasal dari n.
glassopharyngeus berjalan ke membran mukosa pharynx
5) Rami tonsillares naik di dalam m. hyoglossus untuk membentukplexus di sekitar tonsilla. Dari plexus saraf sensori didestribusikan ke
bagian atas pharynx dan pangkal tuba auditiva.
6) Rami linguales berjalan jauh ke dalam ke m. hyoglossus danmembentuk persarafan sensorik ke membran mukosa pars pharyngea
(sepertiga posterior) lingua.
7) Ramus communicans bersama dengan ganglion cervicalis superiorsympathicus, n. vagus dan facialis.
3. Nervus Vagus (Nervus Cranialis)
Cabang-cabang n. vagus pada leher adalah (Dixon, 1993):
1) Ramus meningeus recurrens, mempersarafi dura meter dari fossacranii posterior.
2) Ramus auricularis, saraf terbagi menjadi cabang yang bergabungdengan n. auricularis posterior (cabang n. facialis) dan cabang yang
mempersarafi membran mukosa meatus acusticus externus dan
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
34/48
36
permukaan luar membran tympani (dengan cabang n.
auriculotemporalis).
3) Cabang kecil didistribusikan ke sinus caroticus dan copus carotid.4) Rami pharyngei, saraf ini mengandung serabut motorik dari m.
contrictor pharynx dan m. palatopharyngeus, levator vlei palatini,
paloglossus dan uvula dari palatum molle.
5) N. laryngeus superior, terpisah menjadi n. laryngeus superior ramusinternus yang besar (sensorik) yang menyertai a. Laryngea interna dan
cabang motorik yang lebih kecil (n. laryngeus superior ramus
externus) berjalan jauh ke dalam ke mm. infrahyoidei menuju ke m.
cricothyroideus dan constrictor pharyngis inferior.
4. Nervus Accessorius (Nervus Cranialis XI)
Merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot dinding pharynx
dan larynx, serta dua otot superficialis pada leher yaitu m.
sternocleidomastoideus dan trapezius. Terdiri dari dua bagian yang berbeda
baik origo maupun distribusinya. Radices craniales atau pars vagalis berasal
dari bagian samping medulla, di caudal n, vagus dan radices spinalles berasal
dari bagian samping corda spinalis sejauh mungkin ke bawah ke perekatan
nn. Cervicales V (Dixon, 1993).
5. Nervus Hypoglossus (Nervus Cranialis XIII)
Merupakan saraf motorik dari otot lingua, kecuali m. palatoglossus
dipersarafi oleh n. vagus (Dixon, 1993).
2.8.5 Saraf Kepala dan Leher
Menurut Dixon (1993), saraf kepala dan leher yang penting antara lain:
1. N. TrigeminusN. trigeminus merupakan n. cranialis terbesar dan hubungan perifernya
mirip dengan n. spinalis, yaitu keluar berupa radix motoria dan sensoria yang
terpisah dan radix sensoria mempunyai ganglion terbesar. Serabut sensoriknya
berhubungan dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum pada
wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga
luar dan membran tympani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
35/48
37
anterior lingua, gigi geligi dan struktur pendukungnya serta duramater dari fossa
cranii anterior. Radix motoria mempersarafi otot pengunyahan, otot palatum
molle, dan otot telinga tengah.
2. N. OpthalmicusDi bagian depan sinus, saraf terbelah menjadi tiga cabang besar, yaitu n.
lacrimalis, frontalis dan nasociliaris yang masuk ke orbita dan keluar dari sinus
cavernosus, melintasifissura orbitalis superiordiantara ala major dan minor ossis
sphenoidalis. N. lacrimalis berjalan di sepanjang dinding lateral orbita, n.
frontalis berjalan di balik atap orbita dan n. nasociliaris berjalan pada bagian
dalam orbita.
3. N. MaxillarisCabang-cabang n. maxillarispadafossa pterygopalatina adalah:
a. Dua ramiganglionikmenujuganglion pterygopalatinumb.N. alveolaris superior posteriorc.N. zygomaticus dan cabang-cabangnya keluar dariganglion pterygopalatinad.N. palatinus majordan nn. palatini minorese.Rami nasales dan n. nasopalatinus
f. Ramus pharyngeus ke membrana mukosa atap nasopharynx4. N. Mandibularis
Setelah berjalan singkat, truncus n. mandibularis terbelah menjadi divisi
posterior dan divisi anterior. Divisi posterior yang besar mengeluarkan a.
auriculotemporalis, n. alverolaris inferior dan n. lingualis. Sedangkan divisi
anterior yang lebih kecil mengeluarkan percabangan ke m. temporalis,
pterygoideus lateralis dan masseterdan berlanjut ke m. buccinator.
5.
N. FacialisSaraf ini melekat ke batang otak pada ujung atas medulla. Tepat di luar
foramen stylomastoideum, n. facialis mengeluarkan tiga cabang motorik, yaitu n.
auricularis posterior ke m. auricularis posterior dan m. occipitalis kulit kepala,
saraf ke venter posterior mm. digastrici dan saraf ke m. stylohyoideus
6. N. GlossopharyngeusN. glossopharyngeus melekat di bagian samping permukaan atas medulla di
bawah pons melalui tiga atau empat filamen yang mengandung serabut sensorik
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
36/48
38
dan motorik. Saraf berjalan melalui bagian depan foramen jugulare dalam
selubung duramater.
7. N. VagusN. vagus melekat melalui serangkaian filamen ke batang otak pada bagian
samping medulla, di caudal dan pada serangkaian n. glossopharyngeus. N. vagus
mempunyai komponen berupa serabut somatik sensorik, serabut somatik motorik
danserabut sensorikdan motorik autonom.
8. N. AccessoriusN. accessorius merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot dinding
pharynx, larynx, serta dua otot superficialis pada leher yaitu m.
sternocleidomastoideus dan trapezius. Terdiri dari dua bagian yang berbeda baik
origo maupun distribusinya.
9. N. HypoglossusN. hypoglossus merupakan saraf motorik dari otot lingua, kecuali m.
palatoglossus dipersarafi oleh n. vagus. N. hypoglossus melekat melalui
serangkaian filamen pada bagian samping medulla, diantara oliva dan pyramid
(Dixon, 1993).
Gambar 1. Saraf-sarafcranial
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Brain_human_normal_inferior_view_with_labels_en.svg7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
37/48
39
Nomor Nama Jenis Fungsi
I Olfaktorius Sensori
Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagaisensasibau
II Optikus Sensori
Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besarotot mata
IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapaototmata
V Trigeminus Gabungan
Sensori: Menerima rangsangan dari wajah
untuk diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkanrahang
VI Abdusen Motorik Abduksimata
VII Fasialis Gabungan
Sensorik: Menerima rangsang dari bagian
anterior lidah untuk diproses di otak
sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklearis Sensori
Sensorisistem vestibular: Mengendalikan
keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk
diproses di otak sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan
Sensori: Menerima rangsang dari bagian
posterior lidah untuk diproses di otak
sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ
http://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_optikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fasialishttp://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Fasialishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_optikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktori7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
38/48
40
dalam
X Vagus Gabungan
Sensori: Menerima rangsang dari organ
dalam
Motorik: Mengendalikan organ-organ
dalam
XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
Tabel 1. 12 Syaraf Cranial
2.9 Persistensi Gigi
2.9.1 Definisi
Gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya, sehingga gigi tetap yang
akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi permanen ini akan mencari
arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen tidak terletak persis dibawah gigi
susu yang digantikannya melainkan terletak didepan atau dibelakang gigi susu
sehingga biasa timbul variasi seperti ini.
2.9.2 Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya persistensi
Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh
(persistens). Kelainan gigi ini merupakan kebalikan dari kelainan premature loss.
Dimana gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak berjejal (Shari,2008).
2.9.3 Penyebab tidak langsung
Segala hal yang menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, secara tidak langsung juga berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan rahang dan gigi geligi, seperti (Shari, 2008) :
http://id.wikipedia.org/wiki/Vagushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Vagus7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
39/48
41
a. Faktor keturunan (genetika)
Seorang anak yang mengalami kelainan posisi gigi bisa diturunkan dari
kedua orang tuanya. Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang
rahang) kelas III Angle (cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan
kondisi gigi yang serupa. Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap
orang tua pasti akan mewariskan gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya.
b. Faktor gangguan pada janin (kongenital)
Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan janin
pada saat berada di dalam kandungan, misalnya ; mengkonsumsi obat-obatan pada
saat hamil, menderita trauma /penyakit tertentu dan kurang gizi. Faktor kongenital
ini harus menjadi perhatian bagi para calon orang tua. Terutama bagi ibu hamil
agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan pada usia 8 - 14 minggu masa
kehamilan. Sebab menurut para ahli saat usia inilah terjadinya pembentukan
rahang atas dan bawah.
c. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar
pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-kelenjar
tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
tubuh termasuk rahang dan gigi.Contohnya, bila hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pituitary berlebih mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh
melebihi normalnya atau gigantisme, dan gigi geligi menjadi renggang (diastema).
Begitupula sebaliknya bila hormon yang dihasilkan kelenjar pituitary berkurang,maka pertumbuhan akan terhambat. Penderita menjadi kerdil dan creatism serta
gigi geligi menjadi berjejal (crowding).Setelah mengetahui penyebab gigi tidak
teratur, maka perlu langkah-langkah untuk mencegahnya. Ketidakteraturan gigi
dapat dicegah pada saat usia anak prasekolah dan sekolah dasar (3-11 tahun). Ada
tiga langkah yang perlu dilakukan dalam mencegah gigi tidak teratur yaitu (Shari,
2008) :
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
40/48
42
1. Pendekatan psykologis. Secara psykologis anak-anak belum peduli dengankeberhasilan dan kesehatan giginya. Oleh karena itu peran orang tualah
untuk mengajarkan pada anak tentang perlunya menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi. Misalnya, memberi contoh dan membiasakan menyikat
gigi setelah makan dan sebelum tidur pada si anak.
2. Perawatan gigi anak. Setelah si anak secara psykologis sudah dapatmenerima perawatan, maka butuh konsultasi ke dokter gigi untuk diambil
tindakan bila dipandang perlu. Seperti mencabut gigi susu yang belum
tanggal sedangkan gigi tetapnya sudah tumbuh. Penambalan gigi susu
yang berlubang agar tidak tanggal sebelum waktunya. Pembuatan alat
(space maintainer) untuk mempertahankan posisi ruangan gigi yang telah
tanggal sebelum waktunya.
3. Mencegah dan menghilangkan kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk yangsering dilakukan oleh anak-anak, seperti mengisap jari, bernapas melalui
mulut dan proses penelanan yang salah.
Oleh karena itu orang tualah harus mengetahui kebiasaan buruk si anak
dan mencegahnya sejak dini. Bila anak sudah melakukan kebiasaan buruk, maka
orang tua segera berkonsultasi ke dokter gigi untuk menghilangkan kebiasaan
buruk tersebut sebelum terjadi kelainan gigi (Shari, 2008).
2.10 Penanganan gigi persistensi
Yang harus dilakukan orang tua dalam hal ini adalah membawa anak
kedokter gigi untuk dilakukan pencabutan gigi susu (Maulani, 2005).
1. Pencabutan gigi susu yang masih kuat membutuhkan obat anestesi(penghilang rasa sakit).
2. Orang tua tidak perlu mengkhawatirkan pencabutan ini, karena berkatkemajuan teknologi, saat ini telah diciptakan alat suntik yang
mempunyai jarum sangat kecil, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit
Contoh alat ini:
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
41/48
43
a. Sitoject1. alat suntik berbentuk bolpen yang mengeluarakan suara ctik. . .ctik.
. . bila digunakan
2. Alat ini bias memakai jarum dengan diameter kecil menacapai 0,28mm. karena jarumnya sangat kecil, friksi yang terjadi menjadi
berkurang, sehingga tidak akan terasa sakit .
3. Apalagi bila sebelum disuntik dioleskan anestesi topical (penghilangrasa sakit yang bekerja dipermukaan kulit) yang mempunyai
keharuman buah-buahan orange, strawberry atau anggur yang
sekaligus bias menjadi salah satu pengalih perhatian anak, anestesi
dapat berjalan dengan lancer tanpa rasa sakit.
Namun demikian kasus pencabut gigi anak yang pertama sekitar usia 6
tahun padaakhir masa TK atau awal masuk SD biasa menimbulkan trauma apabila
tidak ditangani dengan baik.
Anak perlu dialihkan perhatian selama duduk di kursi gigi denganberbagai cara (Maulani, 2005) :
a. Dengan menanyakan dimana sekolahnya, diajari pap saja disekolah,dan lain sebagainya.
b. sementara dokter gigi mempersiapkan alatnya-alatnya tanpasepengetahuan anak
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
42/48
44
Pencabutan gigi yang sudah goyang berbeda dengan pencabutan gigi yang
masih kuat tertanam didalam gusi. Pada kasus ini yang dipergunakan hanya
anatesi topikal, biasanya memakai chlor Ethyl. Anestesi ini menimbulkan rasa
dingin.
1. Sebelum pemberian Chlor Ethyl, anak diberitahu terlabih dahulu bahawagiginya akan menjadi dingin, seperti makan es.
2. Saat gigi tercabut, umumnya anak tidak merasakan sakit dan biasanyapada saat itu dia baru merasa ketakutan.
3. Seakarang si anak bisa turun dari kursi perawataan gigi sambil tersenyum,terkadang sambil mengusap air mata yang semapat menetes (Maulani,
2005)
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
43/48
45
BAB III
KONSEP MAPPING
Benih Gigi
Erupsi Intraoseus
Dental Papilla Kantung GigiEnamel Organ
KalsifikasiAposisi
T. Praerupsi
Tahap Erupsi
T. Prafungsional T. Fungsional
Erupsi Gigi
Normal
Faktor Sistemik
Abnormal
Faktor LokalPenatalaksanaan
45
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
44/48
46
BAB IV
PEMBAHASAN
Perkembangan orofacial dimulai dari perkembangan wajah, perkembangan
labium oris superius, perkembangan palatum, perkembangan dan erupsi gigi
geligi, cartilago rangka wajah, lingua dan pipi (Dixon, 1993).
Organ pembentuk benih gigi terdiri dari organ enamel yang berkembang
seperti tombol, tumbuh di atas lamina gigi, dan berasal dari epitel. Dental papilla
atau organ dentin, yang berkembang dari dasar jaringan mesenkim yang berasal
dari mesenkim dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral
dari dentin sebagai pulpa. Kantung gigi (organ periodontal), yang juga
berkembang dari dasar jaringan mesenkim dan akan membentuk struktur
penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput periodontal (Harshanur,
1991).
Siklus kehidupan gigi dimulai dari tahap pertumbuhan, erupsi intraoseus
sampai tahap erupsi (Purba, 2004).
Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini
masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan
waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat
disebabkan oleh faktor genetik dan lokal (Harshanur, 1991).Faktor-faktor
kegagalan erupsi dapat berasal dari gigi yang mencakup kelainan dalam
perkembangan benih gigi, kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan
prafungsional, dan letak benih yang abnormal. Sedangkan yang berasal dari
sekitar gigi terdiri dari tulang yang tebal dan padat, tempat untuk gigi tersebut
kurang, posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut, dan adanya gigisusu yang persistensi (Purba, 2004).
Persistensi gigi terjadi akibat gigi sulung yang belum tanggal pada
waktunya, sehingga gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian
gigi permanen ini akan mencari arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen
tidak terletak persis dibawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak
didepan atau dibelakang gigi susu sehingga biasa timbul variasi seperti ini.
Perawatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pencabutan pada gigi susu.
46
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
45/48
47
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan1. Setiap gigi mengalami tahap pertumbuhan yang berturut-turut dari
perkembangan selama siklus hidupnya yaitu dengan tahap pertumbuhan
yang terdiri dari inisiasi, polifersi, histodeferensiasi, morfodiferensiasi.
Tahap selanjutnya tahap erupsi intraoseous yang dibagi menjadi dua tahap
yaitu tahap aposisi dan tahap kalsifikasi. Erupsi gigi munculnya tonjolan
gigi atau tepi insisal gigi menembus gingival, dapat terjadi pada gigi susu
maupun permanen.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ada dua macam, yaitu faktor lokalmeliputi akar gigi yang bengkok, ankilosis gigi, kehilangan premature gigi
sulung, dan trauma pada gigi susu, dan sedangkan faktor sistemik meliputi
gangguan endokrin, faktor keturunan, ras, dan hipovitaminosis D.
3. Gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya, sehingga gigi tetap yangakan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi permanen ini akan
mencari arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen tidak terletak persis
dibawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak didepan atau
dibelakang gigi susu sehingga biasa timbul variasi.
4. Penanganan yang dilakukan :a. Pencabutan gigi susu yang masih kuat membutuhkan obat anestesi
(penghilang rasa sakit).
b. Orang tua tidak perlu mengkhawatirkan pencabutan ini, karenaberkat kemajuan teknologi, saat ini telah diciptakan alat suntik
sitoject yang mempunyai jarum sangat kecil, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit. Sebelum disuntik dioleskan anestesi
topikal (penghilang rasa sakit yang bekerja dipermukaan kulit)
yang mempunyai keharuman buah-buahan orange, strawberry atau
anggur yang sekaligus bisa menjadi salah satu pengalih perhatian
anak, Pada kasus ini yang dipergunakan hanya anatesi topikal,
47
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
46/48
48
biasanya memakai chlor Ethyl. Anestesi ini menimbulkan rasa
dingin.
c. anestesi dapat berjalan dengan lancr tanpa rasa sakit Anak perludialihkan perhatian selama duduk di kursi gigi dengan berbagai
cara
5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini Mahasiswa Kedokteran Gigi IIK
Bhakti Wiyata Kediri dapat memahami dan mengetahui tentang pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan persistensi gigi.
7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
47/48
49
DAFTARPUSTAKA
Abass SK, Hartsfield JK. 2007. Orthodontic and external apical root resorption.
Seminars in Orthodontics
Andriyani, Anita.2001.Aspek fisiologis pengunyahan dan penelanan pada system
stomagtonathi e-repository. Medan : USU
Drg. Chaerita Maulani. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua
dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi anak-anaknya. PT Elex
Media Kompuitindo : Jakarta
Dixon, Andrew D. 1993.Anatomi Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
El-Bialy T, El-Shami Iman, Graber TM. Repair of orthodontically induced root
resorption by ultrasound in humans. Am J Orthod Dentofac 2004
Harshanur, Itjiningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Harahap N. 2010. Resorpsi Akar. Diunduh dari
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pd
f. Diakses Kamis 09 Mei 2013, pukul 22.30
Maulani, Chaerita. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Elex MediaKomputindo
McDevitt, W.E. 2002. Anatomi Fungsional dari Sistem Pengunyahan. Jakarta :
EGC
Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. USU Press 2008; 1:104-
12
49
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi
48/48
50
Purba, SD. 2004. Erupsi Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra
Utara Medan.
Shari, C,. 2008.Perkembangan Gigi Geligi Dan Kelainan-Kelainan Bawaannya.
USU Repository. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdf.
Pada tanggal 07 Mei 2013.
Thomaz EBAF, Cangussu MCT, da Silva AAM, Assis AMO. 2010. Is
malnutrition associated with crowding in permanent dentition?. Int. J.
Environ. Res. Public Health. (8):3531-41
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdfTop Related