Download - Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Transcript
Page 1: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN KAWASAN BATAM,

BINTAN, DAN KARIMUNJakarta, 17 September 2007

Page 2: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Interim Report

Page 3: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Definisi

Menarik investasi langsung (terutama PMA), mendorong ekspor, mendorong alih teknologi, dan menyerap tenaga kerja → purely economic driven

Tujuan

Kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian, dan ketenagakerjaan serta didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang moderen dan memadai dan dikelola secara profesional oleh suatu badan pengelola.

Kawasan KEK moderen terdiri dari kawasan industri, perdagangan bebas, komersial terbatas, utilitas pendukung, dan turisme

Konsep KEK

New Town

UtilitiesIndustria

l Park

CommercialArea

Ports

Bentuk ideal KEK’zone within zone’

KEK

Tourism

Page 4: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

KONSEP DASAR KEK

Merupakan integrated, large scale, mega zones yang dapat terdiri dari wilayah pelabuhan, new town, industri, turisme, komersial, dan utilitas. Di dalam wilayah ini dapat dibentuk pula FTZ, EPZ, serta BZ. Walaupun di dalamnya masih dimungkinkan kegiatan komersial umum, namun jumlah, tipe, dan luasnya dibatasi serta diatur sehingga bersifat selektif dan ditujukan terbatas untuk melayani wisatawan asing, karyawan perusahaan serta anggota keluarganya yang berlokasi di wilayah tersebut

Memiliki basis teknologi informasi dan jaringan yang memadai Mengandalkan pada pasar domestik, internal wilayah SEZ dan

ekspor Mensyaratkan adanya akses langsung terhadap sarana

transportasi laut dan udara yang langsung mengarah pada perdagangan internasional

Memperoleh berbagai insentif, baik fiskal maupun non-fiskal. Besaran dan jenis fasilitas fiskal dan non-fiskal disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan.

Page 5: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Persyaratan Ideal KEK BBK Sebagai Free Economic Zone

1. Memiliki fokus pengembangan wilayah dengan prioritas pengembangan yang jelas dan terpadu yang meliputi: (i) prioritas utama pada pengembangan ekonomi dan investasi yang dapat berorientasi ekspor dan domestik internal, (ii) dukungan arah pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung investasi lainnya, dan (iii) pengaturan fasilitas sosial dan non-ekonomi lainnya, seperti pemukiman, turisme, dan olah raga

2. Memiliki zoning yang jelas dengan penataan peruntukan yang konsisten dan terintegrasi

3. Dapat memiliki zoning ekonomi yang berupa FTZ, BZ, EPZ, FPZ atau SIP, bergantung pada kebutuhan

4. Memiliki akses yang baik dan memadai terhadap pelabuhan laut (kontainer), pelabuhan udara (kargo dan penumpang), dan jalan raya

5. Masih berada dalam wilayah kepabeanan

Page 6: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

6. Didukung oleh infrastruktur yang moderen dan memadai7. Difasilitasi oleh prosedur investasi yang ramping dan efisien8. Didukung oleh berbagai fasilitas perpajakan, kepabeanan, imigrasi,

dan lainnya (HGB, HGU, repatriasi modal dan keuntungan, dan sebagainya)

9. Didukung oleh fasilitas-fasilitas sosial yang memadai, seperti rekreasi, duty-free shops, dan olah raga

10. Dikelola oleh otoritas khusus yang memiliki kewenangan terhadap perijinan, perencanaan dan pengembangan investasi, serta perencanaan dan pengembangan infrastruktur

11. Memiliki lokasi yang strategis, terutama terhadap akses laut dan udara internasional

12. Dapat memiliki wilayah pemukiman yang terbatas hanya bagi pekerja di KEK

13. Dibatasi oleh tembok/pagar pembatas untuk memisahkan dengan wilayah pemukiman dan komersial umum

14. Purely economic driven → investasi, ekspor, alih teknologi, dan penyerapan tenaga kerja

Persyaratan Ideal KEK BBK Sebagai Free Economic Zone

Page 7: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

LESSON LEARNED:POIN PENTING PENGEMBANGAN KEK BBK

1. Pengelolaan dan pengoperasian SEZ harus mengarah pada prinsip-prinsip profesionalisme, seperti halnya yang berlaku pada sektor swasta

2. Pengelolaan SEZ harus dilakukan dengan kriteria pengembangan dan peruntukan yang jelas

3. Pengembangan SEZ hendaknya dilakukan melalui kerangka kemitraan pemerintah dan swasta yang bersinergi dan baik

4. Membutuhkan dukungan yang terintegrasi dari top-level government

5. Legal dan regulatory framework harus dirampingkan, sementara persaingan diletakkan atas dasar pemfasilitasan dan pelayanan yang prima dibandingkan pemberian insentif

6. Otoritas SEZ harus mandiri, fleksibel namun tetap berfokus pada regulasi, namun dengan kapasitas administrasi yang kuat

Page 8: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Batam Bintan Karimun

Dasar Hukum PP No 46 Tahun 2007 PP No 47 Tahun 2007 PP No 48 Tahun 2007

Implementasi PP Sejak tanggal diundangkan (20 Agustus 2007)

Sejak tanggal diundangkan (20 Agustus 2007)

Sejak tanggal diundangkan (20 Agustus 2007)

Cakupan wilayah Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.

Sebagian dari wilayah Kabupaten Bintan serta seluruh Kawasan Industri Galang Batang, Kawasan Industri Maritim, dan Pulau Lobam;Sebagian dari wilayah Kota Tanjung Pinang yang meliputi Kawasan Industri Senggarang dan Kawasan Industri Dompak Darat;

Sebagian dari wilayah Pulau Karimun dan seluruh Pulau Karimun Anak.

Batas tetap dan titik koordinat

Sebagaimana dalam petaterlampir yang merupakan bagian dari PP ini.

Sebagaimana dalam petaterlampir yang merupakan bagian dari PP ini.

Sebagaimana dalam petaterlampir yang merupakan bagian dari PP ini.

Jangka waktu penetapan status Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

70 tahun (terhitung sejak diberlakukannya PP ini)

70 tahun (terhitung sejak diberlakukannya PP ini)

70 tahun (terhitung sejak diberlakukannya PP ini)

ASPEK LEGAL PENGEMBANGAN KEK BBK

Page 9: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Batam Bintan Karimun

Arahan Kegiatan Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya yang ditetapkan dengan PP tersendiri.

Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya yang ditetapkan dengan PP tersendiri.

Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya yang ditetapkan dengan PP tersendiri.

Batasan Kegiatan Pengembangan

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahKota Batam.

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Bintan dan Rencana Tata Ruang Wilayah KotaTanjung Pinang.

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Karimun.

Perubahan Otoritas Kewenangan

Otorita Batam Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

Pemerintah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Kota Tanjung Pinang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan

Pemerintah Kabupaten Karimun Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.

Penetapan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2008

1 (satu) tahun sejak PP ini diberlakukan

1 (satu) tahun sejak PP ini diberlakukan

Page 10: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

PENETAPAN FTZ DI BATAM

Meliputi 7 Pulau, yaitu:1. Pulau Batam2. Pulau Tonton3. Pulau Nipah4. Pulau Setokok5. Pulau Rempang6. Pulau Galang7. Pulau Galang Baru

Implementasi FTZ di Batam:

(PP No. 46Tahun 2007)

Peta yang di PP No 46 thn 2007

Page 11: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

1. Sebagian dari wilayah Kabupaten Bintan

2. Seluruh Kawasan Industri Galang Batang,

3. Kawasan Industri Maritim, 4. Pulau Lobam;5. Sebagian dari wilayah

Kota Tanjung Pinang meliputi: Kawasan Industri Senggarang dan Kawasan Industri Dompak Darat;

Implementasi FTZ di Bintan:

PENETAPAN FTZ DI BINTAN

(PP No. 47 Tahun 2007)

Peta yang di PP No 47thn 2007

Page 12: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

PENETAPAN FTZ DI KARIMUN

Sebagian dari wilayah Pulau Karimun dan seluruh Pulau Karimun Anak

Penetapan FTZ di Karimun:

(PP No. 48 Tahun 2007)

Peta yang di PP No 48thn 2007

Page 13: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Manfaat (Gains) Resiko (Risks) Memberikan status hukum yang sesuai

dengan implementasinya. Selama ini implementasi Batam menyalahi ketentuan hukum, yaitu sebagai FTZ walaupun secara peraturan perundangan masih sebagai Bonded Zone.

Memberikan kepastian hukum kepada investor. Sebagai FTZ, maka kewenangan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan Batam seluruhnya berada pada 1 otoritas, yaitu BP.

Penyelundupan dalam bentuk parallel import tidak lagi menarik.

Menghilangkan efek diskriminatif teknis untuk perlakuan perpajakan pada seluruh industri yang berada di Batam.

Kecemburuan bagi daerah lainnya, terutama yangmerasa memiliki potensi yang sama.

Konflik dengan UU Nomor 32 tahun 2004. Pada pasal 9secara implisit dapat ditafsirkan sebagai mensyaratkanenclave untuk kawasan khusus (yaitu di dalam wilayahprovinsi dan/atau kabupaten/kota) sehingga wilayah diluar kawasan khusus tetap berada dalam kewenanganpemerintahan daerah.

Konflik pembagian peran antara BP dan pemerintahdaerah dan hal ini belum diatur secara eksplisit dalamUU Nomor 36 tahun 2000.

Pengawasan dan pencatatan statistik perdaganganinternasional. Hal ini terkait badan/lembaga yang akanmelakukan pencatatan arus keluar dan masuk barang keBatam dan mekanisme teknis pencatatannya dalamklasifikasi SITC.

Penyelundupan dalam bentuk counterfeit products yangdisamarkan sebagai parallel imports.

IMPLIKASI HUKUM PENERAPAN 7 (TUJUH) PULAU DI BATAM

1. Seluruh kawasan tersebut mendapatkan pembebasan bea masuk, PPN, PPn BM, dan cukai (UU No. 36 tahun 2000 sebagai pengganti Perpu Nomor 1 tahun 2000).

2. Seluruh kawasan tersebut dianggap berada di luar wilayah kepabeanan.3. Pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan dilakukan oleh Badan Pengusahaan (Perpu

Nomor 1 tahun 2000 pasal 8).4. Seluruh kawasan tersebut masih dapat memperoleh insentif yang berlaku di KEK.5. Manfaat dan Resiko Implementasi Seluruh Barelang Sebagai FTZ

Page 14: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

IMPLIKASI HUKUM PENERAPAN ENCLAVE DI BINTAN DAN KARIMUN

1. Hanya kawasan tertentu yang memperoleh pembebasan bea masuk, PPN, PPn BM, dan cukai (UU Nomor 36 tahun 2000 sebagai pengganti Perpu Nomor 1 tahun 2000).

2. Pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan dilakukan oleh Badan Pengusahaan (Perpu Nomor 1 tahun 2000 pasal 8) pada daerah FTZ dan pemerintah daerah pada daerah di luar kawasan khusus.

3. Seluruh Bintan dan Karimun masih dapat memperoleh insentif yang berlaku di KEK.

Manfaat (gains): Pemberian insentif fiskal akan lebih selektif dan terfokus pada zona-zona yang

akan dikembangkan, artinya tidak seluruhnya harus dalam bentuk FTZ. Pemilihan dan perluasan kawasan yang akan diberikan insentif khusus akan

lebih terkendali sehingga meminimalkan persoalan fairness dengan daerah lainnya.

Secara teknis tidak terjadi konflik antara pengaturan kewenangan dan kewajiban pemerintah daerah dan BP.

Memperkecil potensi penyelundupan karena kepabeanan dapat melakukan pengawasan lebih terfokus.

Memudahkan pencatatan statistik perdagangan internasional.

Page 15: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Implikasi Perundangan Terhadap Status KEK BBK

Berada di luar wilayah kepabeanan (Perpu No. 1 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 → menjadi UU No. 36 Tahun 2000)

Meliputi wilayah Batam (PP No. 46 Tahun 2007), Bintan (PP No. 47 Tahun 2007) dan Karimun (PP No. 48 Tahun 2007)

Diatur secara khusus dan tersendiri (UU No.25 Tahun 2007 ttg Penanaman Modal, Pasal 31)

Pembebasan BM, PPN, PPn BM dan cukai (Perpu No. 1 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 → menjadi UU No. 36 Tahun 2000)

Status Wilayah

Fasilitas Investasi

Page 16: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Dapat diberikan fasilitas keimigrasian bagi pelaku bisnis yang merupakan WNA (Perpu No. 1 Tahun 2000, Pasal 14)

Semua barang bebas untuk masuk kecuali yang terkena ketentuan larangan dan karantina

Otomatis dikecualikan dari ketentuan UU No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan selama berada di dalam wilayah FTZ / FP

Otoritas pembinaan dan pengawasan berada pada Dewan Kawasan (Perpu No.1 Tahun 2000, Pasal 8) yang diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Gubernur dan DPRD (Perpu No. 1 Tahun 2000, Pasal 6)

Otoritas pengelolaan, pengembangan dan pembangunan serta perijinan di FTZ / FZ berada pada Badan Pengusahaan (Perpu No. 1 Tahun 2000, Pasal 8 dan 10) yang diangkat oleh Dewan Kawasan

Otoritas Kewenangan

Page 17: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Khusus Batam, hak pengelolaan tanah pada wilayah FTZ / FP sepenuhnya akan dipegang oleh Badan Pengusahaan (PP No. 46 Tahun 2007, Pasal 4)

Pengembangan ekonomi harus dilakukan sesuai dengan RTRW Kota Batam (PP No. 46 Tahun 2007, Pasal 2), RTRW Kabupaten Bintan dan RTRW Kota Tanjung Pinang (PP No. 47 Tahun 2007, Pasal 2) serta RTRW Kabupaten Karimun (PP No. 48 Tahun 2007, Pasal 2)

Ketentuan Pengembangan Wilayah

Page 18: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Implikasi Seluruh Batam Sebagai FTZ

Diharapkan mengakhiri dualisme perijinan investasi dan penataan Batam yang selama ini terjadi antara Badan Otorita Pengembangan Industri Batam dan Pemerintah Kota Batam

Diharapkan terjadi peningkatan kinerja ekonomi, terutama sektor industri yang laju pertumbuhan nilai tambah riilnya cenderung melemah sepanjang periode 2000-2004, yaitu 7.7%, bahkan apabila dibandingkan dengan periode 1996-1999 yang bertumbuh sebesar 11.8% per tahun → pengusahaan sepenuhnya dipegang oleh Badan Pengusahaan

Pembebasan PPN, PPn BM, BM, dan cukai akan memberikan daya tarik bagi investasi

Secara teknis memudahkan pengawasan insentif perpajakan mengingat letak industri yang tersebar

Manfaat

Page 19: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Terjadi potensi konflik dengan UU No. 32 Tahun 2004, Pasal 9 yang secara implisit mensyaratkan enclave untuk kawasan khusus (yaitu di dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota) sehingga wilayah di luar kawasan khusus tetap berada dalam kewenangan pemerintahan daerah

Konflik pembagian peran antara BP dan pemerintah daerahkarena kewenangan pengusahaan di wilayah FTZ / FZsepenuhnya berada di tangan BP sementara seluruh wilayahtersebut juga merupakan wilayah pemerintahan daerah

Terjadi pula conflict of interests karena pertimbangan FTZ / FZterutama bersifat economic driven sementara Batam masihmenghadapi berbagai persoalan sosial

Penyelundupan akan sulit dideteksi sementara pencatatan statistik perdagangan internasional (SITC Code) dapat terkendala

Kecemburuan bagi daerah lainnya

Resiko

Page 20: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Prosedur perijinan investasi yang masih terlalu panjang dan tidak efisien yang tidak dapat diselesaikan bahkan apabila pendekatan ‘perijinan 1 pintu’ dapat dilakukan

Potensi terjadinya Misdiagnosis of the cause → masih harus dilihat bahwa persoalan investasi utama yang dihadapi mungkin lebih berkait pada kepastian hukum, kenyamanan berinvestasi dan perlindungan terhadap asset investor dan pemberian insentif investasi lainnya sehingga persoalan-persoalan ini juga menjadi persoalan yang urgent untuk diatasi → Studi LPEM FEUI (1999) menunjukkan bahwa pertimbangan utama investor memilih Batam sebagai lokasi investasi adalah lokasinya yang strategis sementara pertimbangan kedua adalah prosedur investasi yang sederhana

Remaining Problems

Page 21: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Alternative Solutions

Dilakukan zoning untuk pemberian insentif investasi di luar PPN, PPn BM, BM dan cukai untuk kawasan perekonomian yang akan dikembangkan → reversed zoning within zoning

Pemko Batam menyertakan wakilnya untuk berada di dalam keanggotaan BP sehingga kepentingan Pemko dalam pengelolaan wilayah dapat terwakili

Pemko bersama BP menyusun RTRW Batam dan melakukan pembagian tugas: BP sepenuhnya melakukan pengusahaan Batam (termasuk perijinan) sementara Pemko melakukan pengawasan terhadap implementasi RTRW dan penanganan masalah-masalah sosial

Skenario 1: Seluruh Batam Sebagai FTZ

Page 22: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Pemberian insentif PPN, PPn BM, BM hanya dilakukan pada daerah yang dijadikan FTZ sementara insentif investasi lainnya dapat diberikan di FTZ maupun kawasan ekonomi lain yang akan dikembangkan

BP akan memiliki kewenangan terhadap keseluruhan wilayah FTZ, sementara wilayah KEK lainnya tetap berada dalam pengelolaan Pemko Batam (Singapore Model) atau keseluruhan kewenangan pengusahaan KEK di bawah BP (China Model)

Apabila China Model yang dilakukan maka pembagian tugas dan koordinasi antara BP dan Pemko harus dilakukan dan perwakilan Pemko juga menjadi anggota BP

Skenario 2: Seluruh Batam Sebagai KEK

Alternative Solutions

Page 23: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Rule of Thumb

Alternatif manapun yang dipilih harus dilakukan dengan pembagian kewenangan yang jelas antara BP dan Pemko

Kewenangan perijinan investasi sudah seharusnya menggunakan pendekatan pelayanan 1 pintu dan paradigma perijinan investasi sudah harus beralih dari sekedar mengejar PAD dan pelaksanaan aturan secara kaku (short-term perspective) ke pemberian pelayanan dan pengawasan secara efisien (long-term perspective)

Page 24: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

LINGKUP KEK DI BERBAGAI NEGARA

• Negara: Singapura, Hong-Kong• Kota: Gibraltar, Macau, Dubai• Pulau: Labuan (Malaysia) dengan luas 92 km2 (tahun

1990)• Beberapa kota/Provinsi: Shenzhen (Cina) dengan

luas 327 km2 (tahun 1980), Teluk Subic (Filipina) dengan luas 300 km2 (tahun 1992), Aqaba (Jordania) dengan luas 375 km2 (tahun 2000)

Page 25: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

BAGAIMANAKAH PELAKSANAAN SINGAPURA SEBAGAI KEK DI SELURUH PULAU?

Secara umum lingkup KEK adalah seluruh pulau FTZ tersebar pada 7 lokasi, yaitu 1 air cargo (Changi

International Airport) dan 6 sea cargo (seperti Pasir Panjang, Keppel, Jurong dan Sembawang)

Lebih dari 99% masuk sebagai duty-free ke Singapura (note: pintu masuk impor berada dalam FTZ)

Dengan pertimbangan sosial dan lingkungan, pajak tinggi dikenakan terhadap distilled spirits & wines, tobacco products, kendaraan bermotor, dan bensin

Lingkup KEK dan FTZ

Perlakuan Impor

Page 26: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Seluruh barang impor terkena pajak (5% under Goods and Services Tax yang merupakan pajak konsumsi)

Seluruh barang impor yang berada di FTZ tidak terkena GST sampai barang tersebut memasuki wilayah non-FTZ Singapura

Secara umum Singapura tidak mengenakan trade barriers, kecuali sejumlah pembatasan pada beberapa sektor seperti: penyiaran, media berita, jasa hukum, professional engineering services, produk tembakau dan residential property

Hambatan Perdagangan

Page 27: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

ARAH PEREKONOMIAN MAKRO BBK

ASPEK BATAM BINTAN KARIMUNSEBELUM KRISIS

Pertumbuhan ekonomi Sangat tinggi (17%) Tinggi (9%) Tinggi (10%)

Sektor dominan Industri manufaktur (lebih dari 60%) dengan support dari sektor perdagangan, hotel, restoran (17%)

Perdagangan (25%) dan industri manufaktur (23%)

Perdagangan (30%), pertambangan (20%), dan pertanian (14%)

Tren sektoral Sektor manufaktur bertumbuh pesat, diikuti sektor konstruksi dan sektor pengangkutan dan komunikasi

Laju pertumbuhan sektoral cukup berimbang, sekalipun sektor pertambangan menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi

Sektor pertambangan meningkat pesat (19%), sementara laju pertumbuhan sektor lainnya cenderung merata

KRISIS DAN PEMULIHAN

Pertumbuhan ekonomi Melemah (8%) walaupun tetap di atas rata-rata nasional

Terkoreksi cukup tajam (2.4%) Sangat terpengaruh krisis (2%) karena sektor andalan utamanya, yaitu pertambangan sangat terpukul oleh krisis (- 5.5%)

Sektor dominan Peranan sektor manufaktur makin menonjol (70%)

Secara umum tidak menunjukkan pergeseran komposisi sektoral, sektor perdagangan dan sektor manufaktur tetap paling menonjol

Peranan sektor manufaktur makin menonjol (20%)

Tren sektoral Hampir seluruh sektor melambat, bahkan laju pertumbuhan sektor konstruksi dan sektor perdagangan negatif. Laju pertumbuhan sektor industri lebih

Laju pertumbuhan sektor pertambangan, sektor konstruksi, dan sektor jasa keuangan negatif, sementara laju pertumbuhan sektor lainnya juga

Laju pertumbuhan sektor pertambangan, sektor konstruksi, dan sektor jasa keuangan negatif, sementara laju pertumbuhan sektor lainnya juga

Page 28: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

SETELAH KRISIS DAN OTONOMI DAERAHPertumbuhan ekonomi Makin melambat (7%) Kembali menguat,

terutama dengan pemekaran Tanjung Pinang sebagai kota

Menguat kembali (5.8%)

Sektor dominan Peranan sektor manufaktur masih menonjol (70%)

Secara umum tidak menunjukkan pergeseran komposisi sektoral

Perdagangan (29%), pertambangan (20%), pertanian (18%)

Tren sektoral Laju pertumbuhan sektor manufaktur makin menurun sementara laju pertumbuhan sektor lainnya telah menunjukkan percepatan dibandingkan pada periode krisis

Laju pertumbuhan menunjukkan ayunan kembali membaik, kecuali pada sektor pertanian yang justru menunjukkan perlambatan laju pertumbuhan

Laju pertumbuhan umumnya menunjukkan ayunan kembali membaik, terutama pada sektor pertambangan. Namun, sektor jasa keuangan justru menunjukkan laju penurunan yang makin besar sementara laju pertumbuhan sektor pertanian justru menurun

Catatan:Jumlah perusahaan besar dan sedang di Batam mencapai 75%, sementara Bintanmencapai 23% dan Karimun hanya 2% dan secara absolut sangat sedikit.

Page 29: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

ISU-ISU PEREKONOMIAN SINGAPURA (Singapore Department of Statistics, 2007)

1. Highly Developed and Succesfull Free Market Economy :- “Entrepot Trading” : purchase raw materials, refine and market it,- Imports : Raw Goods/Materials, Natural Resources, - Exports : Electronics, Chemicals, and Services,- Re-Export : Wafer Fabrications and Oil Refinery,- Ports : Seaports & Airports,- Skilled Workforces.

2. Singapore’s Positioning in the Regions : “The Regions’ Financial and Hightech Centers.”

Manufacturing and Financial Business Services is the Twin Engines of the Singapore economy.

Future Economy Activity : Higher value added activities in manufacturing and services sectors, financial, telecommunications, power generations, and retailing sectors.

Page 30: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Kaitan dan Pengaruh dengan Singapura

Saat ini Singapura adalah pelabuhan tersibuk didunia, dengan total tonagge tertinggi, mengangkut seperempat kontainer dunia, dan merupakan pelabuhan kontainer tersibuk didunia lebih dari setengah crude oil dunia dan merupakan transhipment porttersibuk didunia.

Total cargo tonnage yang diangkut tumbuh 13 % mencapai 357 million tonnes. Container throughput juga tumbuh 16 % menjadi 21 juta TEUs. Singapura juga adalah pusat bunkering hub no satu didunia dengan total bunker

tumbuh rata-rata 12 % menjadi lebih dari 23 juta tonnes tahun ini. Minyak bumi, gas dan tanker bahan kimia juga tumbuh terus dengan lebih dari

16,000 tanker calls setahun, dengan total 304 juta gross tons. Pemerintah Singapura juga secara agresif selalu menambah rangsangan bagi dunia

usaha global, berupa insentif-insetif baru misalnya:- Port due di potong 50% bagi kapal yg sedang diperbaiki di dock yard lebih dari 95

hari- Port due di potong 20 % bagi kapal-kapal yang akan mengangkut bunker,

menambah supply atau ganti crew.- Port due lebih rendah bagi kapal yang tinggal kurang dari 24 jam- Port dues lebih murah 20% bagi kapal penumpang diatas 300 gross tons

Page 31: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

ISU-ISU PENGEMBANGAN KOTA DI SINGAPURA (oleh Urban Redevelopment Authority – URA of Singapore)

1. Singapore Concept Plan 1991 (for next 40-50 years) :Vision : “World Class City in the 21st Century for 5,5 millions people”

Mission : “Sustaining Economic Growth & Providing a Good Quality of Life”

Targets : - New Homes in a Familiar Places,- Highrise City Living,- More Recreation Choice,- Greater Flexibility for Business,- Global Business Centers,- An Extensive Rail Networks,- Senses of Identity.

2. Singapore’s The Most Limited Resources : L A N DSingapore’s No. 2 Limited Resources is W A T E R

Page 32: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

ISU-ISU PENGEMBANGAN KOTA DI SINGAPURA (oleh Urban Redevelopment Authority – URA of Singapore)

3. Urban/Land Development Issues :“No Land left idle in Singapore”

Creative Solution : Land Reclamation vs Environmental issues

Additional Land Required by Singapore : 16.000 Ha, includes : - 8.000 Ha for Housing, - 6.000 Ha for Industry,- 2.000 Ha for parks.

4. Isolation Policy :“Industry that impose pollutive constrains are clustered in the locations away from the built up areas. This helps to minimise development constrains on surrounding land.”

Page 33: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

ISU-ISU PENGEMBANGAN KOTA DI SINGAPURA (oleh Urban Redevelopment Authority – URA of Singapore)

5. Additional Land Use required by Singapore :- Housing,- Parks, Recreational, Natural Conservation. - Airport Zones (warehousing),- Military Training,- Pollutive and Hazardous Industry, - Major Utilites Installations and Infrastructural Needs such as :

Power Plants, Gas Works, Explosive & Hazardous Storages.

Page 34: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

IDE : ARAH PENGEMBANGAN KEK BBKPERATURAN PERUNDANGANMemberikan gambaran mengenai berbagai ketentuan hukum yang melandasi keberadaan KEK serta fasilitas-fasilitas perpajakan dan kepabeanan apa saja yang saat ini telah diberikan kepada investor dan kondisi-kondisi yang melatarbelakangi pemberian fasilitas tersebut

PRAKTEK KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI DI INDONESIA DAN DUNIA:Memberikan gambaran tujuan dan praktek implementasi kawasan pengembangan ekonomi yang pernah ada

KONDISI PEREKONOMIAN NASIONAL, REGIONAL DAN INTERNASIONAL:Memberikan gambaran perekonomian dan market positioning

KEBIJAKAN PENATAAN RUANGMemberikan gambaran pola keterkaitan penataan ruang daerah dalam perspektif penataan ruang nasional

SUPPLY SIDEMemberikan gambaran mengenai kesiapan BBK sebagai suatu lokasi investasi dalam wadah KEK

DEMAND SIDEMemberikan gambaran mengenai berbagai insentif investasi yang dibutuhkan oleh investor

POSITIONING BATAM-BINTAN-KARIMUN

Page 35: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Positioning - 1

Perlu menjadi transhipment port services: dock yard, containerization processes

Center for Bunker services

Shipyard di Karimun dan Batam

Crew Center untuk pelayaran dunia

Tourism, overflow dari Singapura

Positioning - 2 Positioning - 3

Oil and gas supply center untuk kawasan selat Malacca. BKK dapat dikembang kan sebagai pusat suplly dan storage crude oil dunia, dengan kenyataan bahwa lebih dari setengah produksi minyak mentah dunia lewat dan di store di kawasan ini.

Singapura akan menjadi pusat dunia untk konferensi dan event dunia. Untuk itu Batam dapat mengambil peran sebagai pusat pariwisata insetif, conference (MICE) dan menjadi pusat supply tenaga profesional bidang MICE. Pembangunan kawasan khusu untuk konferensi dan pariwisata insetif akan menjadi fitur utama untuk Bintan dan Batam.

Positioning KEK BBK

Page 36: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

POSITIONING KEK BBK

Batam akan tetap menjadi pusat pertumbuhan perekonomian KEK BBK

Pusat transshipment, pusat galangan kapal, dan riset maritim Pelabuhan laut yang bersifat moderen dan internasional untuk

penumpang, kargo dan kontainer Pelabuhan udara yang bersifat internasional untuk

penumpang dan kargo Industri yang bersifat technological intensive, capital

intensive, dan semi-labor intensive yang bersifat ramahlingkungan → industri yang terutama dapat dikembangkanadalah industri elektronika (komponen maupun produk akhir),industri perkeretaapian, industri otomotif (komponen maupunproduk akhir), industri perkapalan, industri komponenpesawat terbang dan pemeliharaan pesawat → producerdriven value chains

Batam

Page 37: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Tourism (wisata alam dan bahari) Pusat jaringan telekomunikasi moderen (IT hub) Pusat jasa perdagangan dan keuangan di KEK BBK Menjadi Metropolitan City di KEK BBK

Catatan: Dengan melihat keterbatasan Singapura akan lahan, Batam

dapat menyediakan perumahan moderen bagi WN Singapura (Singapore Town)

Dalam jangka pendek hingga menengah, Batam dapat menarik perluasan industri di Singapura (skema FTA Indonesia –Singapura)

Dalam jangka panjang, dominasi Singapura, baik pada sebagai pasar ekspor maupun sumber impor dapat diperkecil, sementara peranan negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa dapat diperbesar melalui skema EPA maupun FTA

POSITIONING KEK BBK

Page 38: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

POSITIONING KEK BBK

Industri yang bersifat capital intensive, labor intensive danresource intensive → industri yang terutama dapatdikembangkan adalah industri kimia dan produk kimia,industri yang mengolah hasil tambang, industri makanan danminuman, industri TPT → consumer driven value chains

Pelabuhan udara lokal untuk penumpang Pelabuhan laut untuk kapasitas pengangkutan kargo dan

kontainer yang tidak terlalu besar (lokal dan internasional) danpelabuhan laut lokal untuk penumpang

Tourism area (wisata bahari dan alam serta olah raga yangmembutuhkan lokasi luas)

Catatan: BBK akan terhubung oleh jembatan

Bintan

Page 39: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

POSITIONING KEK BBK

Industri yang bersifat labor intensive, semi-capital intensive, dan resource intensive → industri yang dapat dikembangkan adalah industri dockyard, industri TPT, industri yang berbasiskan produk pertambangan, industri makanan dan minuman → consumer driven value chains

Pelabuhan laut untuk kapasitas pengangkutan kargo dankontainer yang tidak terlalu besar dan pelabuhan laut lokaluntuk penumpang

Perdagangan (harbor city) Tanker minyak Pusat riset perkebunan, peternakan dan perikanan Tourism area (wisata bahari dan alam serta olah raga yang

membutuhkan lokasi luas)

Karimun

Page 40: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Positioning Scenario

MitraUtama

SingapuraBeberapa Sektor

UnggulSupportFunction

Singapura KawasanUnggulan

Year 10

1. Non-poultant industrial estate

2. Transhipment support

3. Tourism Support

4. Shipyard

1. Non-poultant industrial estate

2. Transhipment support

3. Bunkering4. Oil& Gas Storage5. Shipyard6. Tourism Support

1. Non-poultant industrial estate

2. Bunker Center3. Bunkering4. Oil & Gas

Storage Center5. Shipyard &

Floating Dockyard

6. MICE center

1. IT Hub2. Bunker Center3. Oil& Gas

Storage Center4. Shipyard &

Floating Dockyard

5. MICE center

Page 41: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Positioning Scenario

41

MitraUtama

SingapuraBeberapa Sektor

Unggul

SupportFunction

Singapura KawasanUnggulan

Year 10

• BATAM

•BINTAN

•KARIMUN

? ? ?? ? ?? ? ?

Page 42: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK

Terimakasih

Page 43: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 44: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 45: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 46: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 47: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 48: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 49: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 50: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 51: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 52: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 53: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK
Page 54: Pertimbangan Dalam Pengembangan Kawasan BBK