KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Perencaanaan
dan Pemograman Public Relations”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Public Relations di Politeknik Indonusa Surakarta.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Surakarta, 12 Januari 2014
DAFTAR ISI ii
Kata Pengantar .............................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
A. Pengertian Tentang Selfie......................................................................................................2
B. Fenomena Selfie.....................................................................................................................2
C. Macam – macam foto selfie...................................................................................................4
D. Dampak dan manfaat foto selfie............................................................................................5
E. Selfie ditinjau dari sudut psikologi........................................................................................7
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Humas merupakan kependekan dari kata hubungan masyarakat. Hal ini seringkali
disederhanakan sebagai sebuah terjemahan dari istilah Public Relations (PR). Sebagai ilmu
pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan
gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu
politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain. Dalam kurun waktu
100 tahun terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan
PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya. Proses perkembangan
PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat yang kompleks.
Untuk menjadi seorang praktisi PR yang berkompeten, harus bisa memahami dan membuat
sebuah program kerja yang tersusun dan terkoordinasi dengan baik. Memelihara hubungan
yang terintegral dengan baik dengan para khalayak secara efektif merupakan faktor sangat
penting. Namun, jangan lupakan juga bahwasanya suatu bentuk proses didalamnya dimana
suatu perencanaan dan penyusunan program kerja untuk seorang praktisi PR merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses perancangan dan evaluasi kinerja. Maka dari itu,seorang
praktisi PR harus terlebih dahulu membuat suatu perencanaan rencana kerja dan kemudian
membuat program-program kerja yang akan digunakan dalam menjalankan tujuan dari fungsi
manajemen.
B. Rumusan masalah
1. Mengapa program PR harus direncanakan dengan matang dan dalam kurun waktu tertentu,
bukannya langsung dioperasionalkan berdasarkan situasi yang ada dari hari ke hari?
2. Bagaimanakah sebuah proses kegiatan PR itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui program PR dengan matang dan dalam kurun waktu tertentu
2. Untuk mengetahui proses kegiatan PR itu
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Dominick (2000), strategi plans involve long range, general goals that the
organization wishes to achieve (rencana strategis mencakup tujuan jangka panjang dan bersifat
umum yang ingin dicapai perusahaan). Rencana strategis disusun oleh management puncak.
Sedangkan rencana taktis berrsifat lebih spesifik yang merinci tugas yang harus dicapai oleh
masing-masing organisasi yang ada pada perusahaan untuk mencapai rencana strategis yang sudah
ditetapkan.
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dan dapat dikatakan menjadi hal yang
fundamental dalam pekerjaan humas yang dijalankan oleh para praktisi PR. Kampanye humas
mencakup hal-hal seperti menetapkan tujuan yang hendak dicapai,mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang nantinya akan tersedia sebagai jalan kedua dalam menjalankan suatu proses,menilai
dan memperhitungkan suatu resiko yang akan diterima dan manfaat dari masing-masing alternatif
yang dipilih,memutuskan suatu keputusan sebagai suatu arah tindakan,menetapkan besarnya
anggaran,serta mendapatkan persetujuan dan dukungan yang dibutuhkan dari pihak manajemen
perusahaan.
Bentuk konkret dari suatu rencana adalah program kerja. Setiap praktisi humas dituntut untuk
dapat menyusun program kerjanya,baik untuk program jangka panjang maupun jangka pendek.
Program kerja harus dipersiapkan secara cermat dan hati-hati agar dapat memberikan hasil yang
nyata. Tanpa adanya program yang terencana, praktisi humas hanya berkerja berdasarkan naluri
atau insting saja sehingga mudah kehilangan arah, mudah tergoda terhadap hal-hal yang baru. Hal
tersebut membuat praktisi humas sulit memantau sejauh mana hasil yang sudah dicapai.
A. Empat alasan perencanaan program Public Relation
Perencanaan program public relations adalah suatu bentuk kegiatan yang terintegrasi pada
suatu proses awal dalam pembentukan suatu image positif bagi suatu organisasi. Hal ini
dikarenakan dalam membentuk suatu image positif itu harus dimulai dengan adanya suatu
program yang sudah terencana dengan baik dan matang. Maka dari itu setiap program yang
akan dijalankan harus memiliki suatu perencanaan pogram. Terdapat empat alasan yang paling
penting bagi perlunya perencanaan Public Relations. Keempat alasan tersebut meliputi:
1. Untuk menetapkan target-target operasi Public Relations yang nantinya akan menjadi tolak
ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan segenap program Public Relations yang telah
diprioritaskan itu.
4. Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan
ketersediaan staf pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari berbagai
peralatan fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya,
serta anggaran dana yang tersedia.
Tanpa adanya suatu program kerja yang terencana dengan baik,seorang praktisi Public
Relations akan terpaksa beroperasi secara instingtif sehingga seorang praktisi Public Relations
mudah kehilangan arah dalam kinerjanya. Hal ini akan berdampak pada praktisi Public
Relations akan terbawa pada hal-hal baru, sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan.
Pada akhirnya, seorang praktisi Public Relations akan sulit memantau kinerjanya dan sejauh
mana kemajuan yang sudah dicapai dan hasil konkret apa saja yang telah dihasilkan.
B. Enam langkah dalam model perencanaan public relation
Di dalam model perencanaan public relation, terdapat enam langkah yang sudah diterima
secara luas dan dijalankan secara berkala oleh para praktisi public relation. Diantara enam
langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan situasi
2. Penetapan tujuan
3. Definisi khalayak
4. Pemilihan media dan teknik-teknik public relation
5. Perencanaan anggaran
6. Pengukuran hasil
C. Perencanaan logis
Ini merupakan prosedur penyusunan rencana yang didasarkan pada pencapaian tujuan.
Tentu saja, keberhasilan akhirnya ditentukan oleh keahlian dan definisi proses pelaksanaannya.
Kunci utama dalam menyusun suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi
yang ada. Sebelum kita merumuskan program public relation, kita perlu mengetahuki titik
awalnya. Misalnya kita harus mengethui secara pasti seperti apa citra organisasi dimata
khalayaknya. Untuk memahami situasinya, kita memerlukan data informasi atau data intelijen.
Keberadaan audit suatu komunikasi, suatu studi mengenai situasi-situasi internal maupun
ekaternal yang dihadapi organisasi adalah penting.
D. Proses transfer public relation
Situasi negatiF Situasi positif
Pada situasi tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah mengubah empat sikap negatif
menjadi empat sikap positif. Melalui pengubahan tersebut diharapkan pada akhirnya akan
dicapai suatu pengetahuan yang dapat menumbuhkan pemahaman yang baik. Tujuan paling
mendasar kegiatan PR adalah penciptaan pemahaman. Kadangkala pemahaman ini dapat
menjadi sesuatu yang disukai atau malah dibenci orang. PR tidak sekedar hanya merupakan
suatu usaha untuk membuat oang lain berfikir bahwa tingginya tingkat kehebatan seorang
praktisi PR bagi suatu organisasi. Namun, hal tersebut merupakan tujuan lanjutan, karena tidak
mungkin menciptakan toleransi tanpa adanya suatu pengertian yang positif.
E. Kompromi yang diperlukan
Dengan menyadari berbagai kesulitan dalam melaksanakan proses transfer PR dari sikap
negatif menjadi sikap positif, membentuk suatu stigma positif bagi para khalayak maka setiap
praktisi PR harus selalu bersikap realistis dan tidak sampai terjebak dalam sikap optimisme
yang cenderung berlebihan. Ada baiknya jika seorang praktisi PR menetapkan suatu target yang
wajar, misalnya saja menaikkan tingkatan persentase khalayak yang akan bersedia memahami.
Angka ini mungkin saja akan meningkat dengan adanya suatu kegiatan kampanye PR yang
sukses dilancarkan dan dijalankan selama beberapa tahun.
F. Penyelidikan kasus
Hal ini dimanfaatkan untuk dapat memahami situasi yang ada dan teraktual untuk mengetahui
bagaimana keadaan diluar yang sedang berkembang. Maka dari itu,seorang praktisi PR perlu
untuk mengadakan suatu investigasi atau penyelidikan tentang suatu rumor yang berkembang
yang selanjutnya dapat digunakan dan menjadi langkah awal dalam pengumpulan pendapat.
Investigasi itu sendiri bisa dilakukan melalui suatu observasi atau melalui suatu studi informasi
Permusuhan
Prasangka
Apati
Acuh takut acuh
Simpati
Penerimaan
Minat
pengetahuan
dan statistic. Tetapi kalau tidak ada informasi pendukung yang dapat diandalkan, maka kita
harus mengadakan penelitian secara khusus dan mendalam.
G. Pengumpulan pendapat
Pengumpulan pendapat merupakan suatu proses awal dalam memantau opini public agar
seorang praktisi PR mengetahui rumor apa yang sedang berkembang. Hal ini juga merupakan
salah satu metode yang paling sering digunakan oleh para praktisi public relation untuk
pengumpulan pendapat atau opini sebagai studi sikap dimana seseorang pewawancara akan
mengajukan serangkaian pertanyaan kepada sejumlah responden sampel yang dianggap cukup
mewakili suatu khalayak yang hendak dituju. Selanjutnya, jawaban-jawaban merek
dikelompokan menurut kategori tertentu. Sampel itu sendiri bisa dibentuk atas dasar jenis
kelamin, status perkawinan, kelompok umur, strata status sosial ekonomi.
Pada proses pelaksanaan program pulic relation yang selanjutnya, perlu diberlakukan
beberapa penelitian atau survei lanjutan dengan selang waktu sekitar enam bulan untuk
mencatat berbagi perubahan yang terjadi ats pendapat, sikap, atau tingkat pemahaman orang-
oramg yang menjadi khalayak kita. Titik berat public relation itu terletak pada upaya
mempengaruhi perubahan-perubahan, bukan untuk langsung memaksakan atau merekayasa
suatu citra yang dianggap menguntungkan bagi organisasinya. Justru hal tersebut dapat menjadi
boomerang tersendiri bagi perusahaan terkait.
H. Pemecahan masalah
Setelah seorang praktisi PR mampu mengenali situasinya dengan baik, maka seorang
praktisi PR akan dapat mengenali masalah-masalah yang ada serta mencari cara untuk
memecahkannya masalah tersebut. Melalui kegiatan PR, suatu organisasi atau perusahaan dapat
mengetahui dengan baik permasalahannya yang menjadi kendala dan mengetahui jalan
keluarnya. Seorang praktisi PR harus mampu meluruskan berbagai permasalahan
tersebut,karena seorang praktisi PR merupakan ujung tombak bagi perusahaan. Selain
pemecahan masalah,seorang praktisi PR yang baik juga harus mampu menciptakan suatu
pemahaman positif yang sesuai dengan keadaan sebenarnya kepada para khalayak sebagai
pembentukan suatu brand image positif. Di lain pihak, PR yang buruk adalah PR yang mencoba
memberikan suatu gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya kepada
khalayak. Keberadaan sikap negatif ini, sifatnya atau alasan keberadaannya mungkin tidak
diperkirakan terjadi dalam organisasi oleh para khalayak.
I. Metode-metode pengenalan situasi
Pengenalan situasi ini merupakan langkah yang penting dalam menjalankan sebuah proses
didalam mengumpulkan berbagai opini publik dari berbagai sumber terkait dan mengetahui
keadaan sekitar tentang opini dan berita apa yang sedang berkembang dan bagaimana keadaan
dari tingkat persaingan antar organisasi. Pengenalan situasi juga berpengaruh untuk
menentukan suatu kebijakan tertentu untuk kedepannya dan langkah apa saja yang akan
diambil,sehingga dapat dikatakan langkah ini dilakukan suatu proses awal dalam pembentukan
suatu perencanaan.
Cara untuk mengenali situasi sebenarnya lebih dari sekedar pengumpulan pendapat.
Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Survei-survei yang khusus diadakan untuk mengungkapkan pendapat, sikap-sikap
masyarakat, atau citra organisasi dimata khalayaknya.
2. Pemantauan beita-berita di media massa
3. Tinjauan terhadap kecenderungan angka dan grafik penjualan serta menelaah berbagai
indikasi yang terkandung didalam laporan-laporan tahunan.
4. Tinjauan terhadap kondisi-kondisi persaingan pada umumnya dipasar.
5. Tinjauan terhadap fluktuasi harga-harga saham (jika organisasi anda adalah sebuah
perusahaan yang telah go public), survei terhadap pendapat umum dikalangan para pelaku
pasar bursa, penafsiran angka deviden, serta penelaah data neraca keuangan.
6. Situasi hubungan industrial pada umumnya (antara lain berupa frekuensi pemogokan dan
protes terhadap suatu kebijakan dari pihak manajemen yang mencakup berbagai hal seperti
angka gaji, fasilitas kerja dan sebagainya).
7. Keluhan konsumen, penerimaan produk, serta laporan atas hasil uji coba produk dipasar.
8. Diskusi mendalam dengan para petugas penjualan serta para distributor.
9. Tinjauan secara seksama terhadap berbagai kekuatan pasar mulai dari yang bersifat
ekonomis, sosial, hingga yang berdimensi politis.
10. Sikap-sikap tokoh-tokoh masyarakat.
J. Definisi Tujuan
Ruang lingkup tujuan PR itu sendiri ternyata sedemikian luasnya. Namun sehubungan
dengan keterbatasan sumber daya, maka kita harus selalu membuat skala prioritas. Tujuan itu
sendiri merupakan suatu cita-cita dari perusahaan yang akan menjadi modal pedoman dalam
menentukan program dan menjadi kompas kinerja bahwasanya kearah mana perusahaan ini
akan dibawa,tujuan akan menentukan proses program seperti apa yang akan dibangun dan
dibentuk serta sekaligus dijalankan oleh seorang praktisi PR untuk hal yang positif.
Dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan PR sebuah perusahaan,
beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-
kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3. Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada
masyarakat dalam rangka mendapat pengauan.
4. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar-pasar
ekspor baru.
5. Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya perusahaan yang
akan go public.
6. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya, sehubungan
dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman,kesangsian, atau alah
paham dikalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan.
7. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti
dalam memnfaatkan produk-produk perusahaan.
8. Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mamu bertahan atau bangkit kembali
setelah terjadinya suatu krisis.
9. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko
pengambilalihan (take over)
10. Untuk menciptakan image dan identitas perusahaan yang baru.
11. Untuk mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari penyeenggaraan suatu
acara.
12. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan –kegiatan atau
produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari
peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan.
13. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan.
K. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan skala prioritas
Setiap tujuan dari berbagai macam organisasi, baik yang komersial maupun yang non-
komersial, sama-sama memerlukan suatu program tindakan yang terencana. Setiap tujuan
organisasi dalam pengertian yang luas akan lebih mudah dijangkau apabila usaha
pencapaiannnya juga disertai dengan kegiatan-kegiatan PR. Sehubungan dengan keterbatasan
sumber daya, khususnya dana, maka tidak semua tujuan tersebut bisa dicapai. Satu solusi yang
mungkin adalah menempatkan kegiatan disepanjang tahun atau menyertakan banyak personel
perusahaan dalam pengerjaan tugas ini, atau keduanya.
L. Penetapan khalayak
Sebesar apapun suatu organisasi tidak akan mungkin dapat menjangkau semua orang dari
berbagai publik. Bahkan, sebagian dari khalayak itu harus disisihkan jika khalayak yang
potensial terlalu luas atau bervariasi walaupun beberapa jenis khalayak masih bisa kita jangkau
melalui media-media tertentu seperti koran,surat kabar,radio dan televisi. Disini kita juga bisa
menyaksikan beberapa perbedaan penting dan mendasar antara dunia PR dan dunia periklanan.
Khalayak periklanan itu sendiri relatif cenderung agak terbatas dibandingkan PR, misalnya saja
kalangan masyarakat tertentu yang paling berpotensi untuk membeli suatu produk tertentu dan
targetnya lebih dapat dikotak-kotakkan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan
khalayak PR itu sendiri relatif lebih luas dan bervariasi dibandingkan dengan khalayak
periklanan yang khalayaknya bersifat khusus. Sehingga seorang praktisi PR harus bisa
menentukan siapa saja yang akan dijadikan suatu target khalayak yang ingin dituju.
M. Pemilihan media dan teknik Public Relations
Pemilihan media harus diperhitungkan secara matang agar tingkat efisiensinya baik dan
dapat dikatakan efektif. Media yang akan dipilih harus disesuaikan dengan besarnya anggaran
yang tersedia dan tidak berlebihan yang nantinya justru akan merugikan perusahaan. Dalam
kegiatan PR itu sendiri pemilihan media itu sendiri merupakan babak pertengahan dalam suatu
kegiatan proses promosi dan pembentukan image. Beberapa langkah dalam pemilihan media
akan berpengaruh besar dan berdampak dominan pada hasil akhir.
Bila kita membandingkan media Public Relations dan media iklan,maka akan muncul hal-
hal menarik yang berkaitan dengan kedua bidang tersebut.diantaranya sebagai berikut:
1. Kampanye periklanan dan kampanye PR sama-sama bisa menggunakan berbagai macam
media. Sebagai contoh, iklan bisa saja ditempatkan dimajalah mingguan yang penuh warna
atau diselebaran-selebaran biasa. Pengenalan materi pr juga mungkin dilakukan melalui
artikel fitur, atau kampanye iklan juga dapat difokskan pada Koran harian nasional yang
terkenal. Pada saat yang sama, kampanye Public Relations juga menggunakan Koran sore
regional yang tidak memuat iklan perusahaan sehingga cakupannya dapat lebih tersebar.
2. Praktisi PR berhubungan dengan para editor, jurnalis, serta para produser TV dan radio.
Sedangkan pada praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan para manajer iklan
dari berbagai perusahaan, atau petugas iklan dimedia massa
3. Iklan sifatnya lebih komersial dibandingkan dengan PR. Setiap kolom surat kabar atau
waktu siaran bagi iklan di radio harus dibayar. Sedangkan kolom danwaktu siar untuk
artikel pr terkadang tidak harus dibayar. Pemuatan atau penyiaran suatu materi pr tidak bisa
disamakan dengan iklan gratis, dan nilainya tidak bisa dihitung begitu saja dengan satuan
uang
4. Kampanye periklanan biasanya terbatas pada media-media yang bisa diharapkan akan
membuahkan hasil maksimal dengan biaya serendah-rendahnya. Tersedia berbagai sumber
untuk memperoleh data statistic guna mengukur besar atau kecilnya potensial pasar
(khalayak konsumen)
5. Diatas sudah disinggung bahwa tidak seperti duia periklanan, dunia pr dapat menggunakan
berbagi media khusus seperti jurnal-jurnal internal, bulletin, atau sekadar majalah dinding.
Peranan media khusus itu menjadi sangat penting seandainya organisasi yang bersangkutan
tidak menyediakan anggaran untuk biaya pemakaian media komersial seperti Koran atau
majalah.
N. Variasi Media PR
Media sebagai saluran dalam kegiatan promosi dan pembentuk pemahaman public dalam
suatu program begitu banyak variasi dan berbagai tingkat efektifitas dan besaran anggaran yang
sangat beragam dan bervariatif. Berbagai variasi dari media-media utama bagi kegiatan PR itu
diantaranya :
1. Media pers (Press)
Media ini terdiri dari berbagai macam Koran yang beredar dimasyarakat secara umum,
baik yang berskala regional maupun nasional atau bahkan internasional; korn-loran gratis;
majalah-majalah, yang diterbitkan secara umum maupun hanya dalam jumlah terbatas
untuk kalangan tertentu; buku-buku petunjuk khusus; buku-buku tahunan dan laporan-
laporan tahunan dari berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan untuk umum.
2. Audio-visual
Media ini terdiri dari slide dan kaset dan terbentuk dalam format video (agar dapat diputar
kembali pada pesawat televisi).
3. Radio
Kategori ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang berskala local,nasional, hingga
internasional seperti rekaman yang disiarkan ke radio local Inggris melalui Two-Ten
Communications (dulu bernama UMS), PR siaran luar negeri BBC, COI (Central Office of
Information) dan sebagainya.
4. Televisi
Sama halnya dengan radio, televisi yang sering digolongkan sebagai media PR, tidak
hanya televise nasional atau regional tapi juga televise internasional (melalui COI),
termasuk pula sistem-sistem telete seperti Prestel dan Ceefax, yakni suatu perangkat yang
memungkinkan pemakaiannya memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan melalui
layar televisi.
5. Pameran
Dalam melaksanakan suatu program atau kampanye PR, praktisi PR juga sering
memanfaatkan acara eksibisi atau pameran.
6. Bahan-bahan cetakan (printed material)
Yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur
yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan PR tertentu.
7. Penerbitan buku khusus (sponsored books)
Isi buku ini bermacam-macam misalnya buku petunjuk penggunaan produk yang
dikelurkan oleh perusahaan perkakas elektronik dan sebagainya yang diterbitkan oleh
pembuat produk-produk yang populer.
8. Surat Langsung (direct mail)
media ini lazim pula digunakan sebagai alat penyampaian pesan PR. Surat seperti ini tidak
hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu saja tapi juga kepada berbagai macam
lembaga yang sekiranya relevan atau untuk dipajang di tempat-tempat umum.
9. Pesan-pesan lisan (spoken word)
Penyampaian pesan PR tidak hanya dilakukan melalui media massa tapi juga bisa melalui
komunikasi langsung atau tatap muka. Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dalam berbagai
kesempatan seperti dalam acara makan atau minum bersama, di sela-sela pertemuan dinas,
dalam pembicaraan telepon, atau dalam suatu seminar.
10. Pemberian sponsor (sponsorship)
Suatu organisasi atau perusahaan bisa pula menjalankan kegiatan PR-nya melalui
penyediaan dana atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olahraga,
ekspedisi, beasiswa universitas, sumbangan amal dan sebagainya. Kegiatan penyediaan
sponsor juga sering dilakukan dalam rangka melancarkan suatu iklan atau mendukung
usaha-usaha pemasaran, terkadang untuk alasan derma, dan sering kaliuntuk alasan PR.
Dalam setiap sponsor selalu terkandung elemen PR, karena kegiataan ini menghasilkan
nilai baik bagi organisasi yang memberikannya.
11. Jurnal organisasi (hause journals)
Istilah jurnal organisasi juga sering disebut sebagai ‘jurnal internal’, ‘buletin terbatas’ atau
‘koran perusahaan’. Namun semua istilah itu mengacu pada suatu bentuk terbitan dari
sebuah perusahaan atau organisasi yang sengaja dibuat dalam rangka mengadakan
komunikasi dengan khlayak.
12. Ciri khas (house style) dan identitas perusahaan (corporate identity)
Bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung pada bentuk dan karakter oerganisasinya.
Ciri khas organisasi dan identitas perusahaan ini sengaja diciptakan untuk mengingatkan
khalayak atas keberadaan organisasi yang bersangkutan.
O. Media dan Anggaran
Para perencana media Public Relations juga harus memperhitungkan dan mempunyai
rencana yang matang dalam menentukan melalui media apa yang nantinya harus dipilih dan
digunakan untuk dapat menjangkau khalayak yang telah dipilih sebagai sasaran,tentunya juga
sesuai dengan keterbatasan anggaran yang ada yang sudah diperhitungkan oleh pihak
management. Praktisi PR harus bisa memilih media yang efektif namun sesuai dengan
anggaran yang disiapkan pihak manajemen,sehingga setiap proses tidak menjadi sia-sia dimana
perusahaan tidak mengalami kerugian dan bahkan mendapatkan manfaat yang positif dari
program yang telah dibentuk dan dijalankan dari pihak manajemen organisasi atau perusahaan.
P. Biaya-biaya perencanaan
Public Relations merupakan suatu kegiatan yang padat karya, sehingga pos pengeluaran
terbesar dihabiskan untuk membayar pemakaian jam kerja alias gaji pegawai. Pos pengeluaran
lain yang cukup besar juga melibatkan pemakaian alat-alat canggih seperti kamera
video,computer,hingga mesin cetak modern. Biaya-biaya perencanaan harus diperhitungkan
secara nominal dan tingkat efektifitasnya sehingga tidak menjadi sia-sia. Penghitungan dan
persiapan dana dimulai dari persiapan dana yang akan digunakan untuk membiayai media apa
yang akan dipilih dan digunakan sebagai saluran promosi,dana untuk transportasi dan dana
untuk berbagai program-program lainnya.
Q. Pengukuran keberhasilan atau kegagalan
Faktor pengukuran keberhasilan atau kegagalan berdasarkan model perencanaan Public
Relations merupakan faktor yang penting setelah mempersiapkan dan menghitung anggaran
yang akan digunakan dalam menjalankan fungsi Public Relations dan juga sebagai langkah
akhir dari suatu sistem proses kinerja yang panjang. Hal ini karena pengukuran hasil
merupakan proses evaluasi dari kinerja baik jangka panjang maupun jangka pendek,untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai. Sebuah proses yang panjang yang dimulai
dari mengumpulkan opini dari berbagai pihak dan media,menentukan khalayak yang akan
menjadi sasaran target ,menyiapkan anggaran yang akan digunakan untuk hal yang berkaitan
dalam menjalankan proses dalam kegiatan promosi, memilih media yang efektif,hingga dalam
suatu proses-proses tersebut harus dipantau sejauh mana tingkat keberhasilan dan
keefektifitasannya dengan melakukan pengukuran hasil agar dapat mengetahui apa saja yang
sudah diraih sehingga mendapatkan gambaran dalam menentukan arah dalam langkah
berikutnya.
Terdapat tiga hal pokok yang berkaitan dengan proses evaluasi yang berkenaan dengan
program dari kegiatan PR,diantaranya:
1. Teknik-teknik penelitian yang digunakan untuk mengenali situasi seringkali juga
dimanfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan
yang telah dilaksanakan. Metode pengumpulan pendapat atau uji sikap merupakan dua
metode yang paling lazim digunakan.
2. Metode-metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahapan perencanaan. Namun jika
diperlukan,penyesuaian bisa dilakukan selama berlangsungnya proses pelaksanaan dari
program Public Relations yang bersangkutan.
3. Setiap program PR harus memiliki tujuan yang pasti,sehingga perlu menetapkan target-
target tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur atau media perbandingan
dari hasil riil atau nyata dari yang telah dicapai dan diperoleh. Unsur kualitatif yang
digunakan sebagai tolak ukur adalah liputan oleh media massa. Sikap-sikap media massa
yang lebih simpatik terhadap suatu organisasi bisa pula dipandang sebagai salah satu bukti
suatu keberhasilan atas segenap kegiatan PR yang sudah dilakukan secara sistematis oleh
organisasi atau perusahaan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi, seorang praktisi Public Relations harus memiliki perencanaan yang matang dalam
membuat suatu program kerja dan harus secara efisien menjalankan proses tersebut. Perencanaan
dan Pemrograman dijadikan kompas kinerja yang akan menjadi patokan dan skala dalam
menjalankan fungsi management. Perencanaan itu sendiri terdiri dari yang berwujud (fisik) dan
yang tak berwujud (Non fisik). Seorang praktisi PR harus memikirkan langkah apa saja yang akan
diambil dalam mewujudkan suatu sistem yang baik dan terencana agar tidak salah arah dalam
proses kinerjanya.
Perencanaan yang baik serta pembentukan suatu program yang efektif dan efisien akan
berdampak positif bagi perusahaan dan organisasi bersangkutan. Hal ini secara otomatis
menguntungkan secara materi bagi perusahaan dalam jangka waktu tertentu dari hasil kinerja
tersebut. Membuat program juga harus direncanakan secara matang agar program yang akan dipilih
dan dijalankan akan efektif dan akan menghasilkan hasil yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa
dalam menjalankan fungsi management,seorang PR harus memfikirkan tentang langkah apa yang
akan diambil dan kemana nasib perusahaan akan dibawanya, kemudian membuat suatu kegiatan
perencanaan yang baik dengan disertakan program-program dan media apa yang akan dipilih agar
secara efektif meningkatkan minat positif bagi khalayak. Perencanaan itu sendiri terdiri atas
mengumpulkan opini public,menyiapkan anggaran,memilih media yang efektif dan efisien dan
kemudian menjalankan program-program yang sudah dibentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Morissan, S.H, M.A.,Management Public Relations; Strategi menjadi humas professional,2008.
Jefkins,Frank. Public Relations,2002.