BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kalam Allah yang merupakan Mujizat Nabi Muhammad
SAW. di dalam Al-Quran sudah mencakup semua aspek kehidupan manusia, sebagai
kalam Ilahi, Al-Quran memiliki kandungan yang sangat menakjubkan, baik dari segi teks
yang tersurat ataupun makna yang tersirat, penggalian maknda dengan cara menafsirkan
dan mentakwilkan Al-Quran oleh para mufassirin ditujukan untuk menemukan kaidah-
kaidah dan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran, itupun masih bersifat relatif karena
keterbatasan manusia.
Manusia tak dapat hidup sendiri, ia adalah mahluk sosial, oleh karena itu perlu
bergaul dengan orang lain yakni hidup bermasyarakat. Selain itu, hubungan silaturahmi
sangat dianjurkan agar persaudaraan dan hubungan baik terjalin, demikian juga tentang
pergaulan antar sesama manusia haruslah mengindahkan aturan-aturan yang sudah
dijelaskan dalam Islam.Karena Islam merupakan agama terakhir dan penyempurna
agama-agama terdahulu, maka bisa difahami bahwa Islam mengandung ajaran yang paling
lengkap dan sempurna, Islam sangat rinci mengatur kehidupan umatnya.
Beranjak dai hal tersebut maka penulis ingin mengulas penafsiran QS. Al-Hujurat
ayat 9-10, dimana didalamnya mengatur mengenai perdamaian antara dua kelompok
mukmin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran QS. Al-Hujurat ayat 9-10?
2. Apa Ibrah yang disampaikan dalam QS. Al-Hujurat ayat 9-10?
BAB II
PEMBAHASAN
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang
lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku
adil. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 9-10)
A. Tafsir Kata
- In bermakna jika, menunjukkan bahwa pertikaian antara mukmin jarang terjadi.
- Iqtatalu terambil dari kata qatala yang berarti membunuh, berkelahi, atau mengutuk.
- Thifatni: dua kelompok
- ash-lih terambil dari kata ashlaha asalnya adalah shaluha. Antonim dari kata fasada
(rusak) yang berarti (manfaah). Berarti ash-lih bermakna perintah untuk
mendatangkan manfaat atau melakukan perbaikan; tentunya hubungan antara yang
bertikai.
- Baghat terambil dari kata bagh pada dasarnya berarti kehendak, namun berkembang
pada makna melampaui batas.
- al-Muqshithn terambil dari kata qisth yang biasanya diartikan dengan kata adl.
Namun ada yang mengartikannya bahwa qisht adalah keadilan yang diterapkan
kepada dua belah pihak sementara adl menempatkan sesuatu pada tempatnya walau
tidak menyenangkan satu belah pihak.
B. Asbabun Nuzul
Al-Bukhari berkata: Musaddad menceritakan kepada kami; Mutamir menceritakan
kepada kami, ia berkata: aku mendengar ayahku bahwa Anas r.a berkata: Ada yang
berkata kepada Nabi saw. Sekiranya engkau mendatangi Abdullah bin Ubay, Nabi saw.
lalu bertolak kepadanya dengan mengendarai keledai dan kaum Muslimin juga bertolak
berjalan bersama beliau di sebuah tanah lembab dan asin (yang tidak dapat digarap).
Tatkala Nabi saw. mendatanginya, ia (Abdullah bin Ubay) berkata, Menjauhlah dariku,
demi Allah bau busuk keledaimu telah menggangguku. Maka salah seorang Anshar dari
mereka berkata, Demi Allah, sungguh keledai Rasulullah saw lebih harum baunya
daripada kamu. Lalu salah seorang dari kaumnya marah untuk (membela) Abdullah,
sehingga keduanya saling mencaci dan diikuti oleh kemarahan para sahabat kedua orang
itu. Sehingga terjadi saling pukul antara keduanya dengan pelepah kurma, sandal dan
tangan. Kemudian sampailah (berita) kepada kami bahwa telah turun ayat: Dan jika ada
dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
kedunya.1
C. Munasabah Ayat
Ayat 9 ini memiliki munasabah dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat ke 8 dimana
Allah memperingatkan kepada orang-orang Mumin supaya waspada dalam menerima
berita yang disampaikan oleh orang fasiq, maka Allah swt. Menerangkan pada ayat ke 9,
tentang apa yang bisa saja terjadi akibat berita seperti ini. Seperti pertengkarangan antara
dua kelompok yang kadang-kadang akhirnya menyebabkan peperangan.
Dan pada ayat ke 10, Allah memperkuat dengan menjelaskan bahwa sesungguhnya
mumin itu bersaudara dan harus saling meperbaiki hubungan satu sama lain. Ayat ini
memiliki munasabah dengan ayat yang ke 11 dan 12, dimana Allah memberikan langkah-
langkah untuk menghindari pertikaian/pertengkaran. Misal, dalam dua ayat tersebut, Allah
Swt. melarang beberapa sikap yang dapat memicu pertikaian, seperti saling mengolok-
olok dan mencela orang lain, panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk (QS al-
Hujurat [49]: 11); banyak berprasangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan
menggunjing saudaranya (QS al-Hujurat [49]: 12). ayat tersebut juga Mendidik orang-
orang Mumin dengan kesopanan-kesopanan, yang jika mereka pegang teguh, maka akan
langgenglah rasa cinta dan persatuan sesama mereka.
D. Tafsir Ayat
Ayat ini dengan jelas menerangkan bahwa kalau dua golongan kaum mukmin
bersengketa hingga menimbulkan perang, maka kewajiban bagi orang Islam untuk
mendamaikan dengan segera kedua golongan yang berperang itu.2 Dengan demikian,
maka perdamaian merupakan tujuan dalam Islam. Bukankah makna Islam adalah damai?
Hal ini juga terlihat dari penjelasan Prof. Hasbi ash-Shiddieqy bahwa: Dalam ayat
ini, Allah menjelaskan bagaimana para mukmin mendamaikan dua golongan yang
bersengketa dan menyuruh para mukmin memerangi golongan yang kembali membuat
1 Muqbil bin Hadi, Shohih Asbabun-Nuzul, Meccah: Depok, hlm.387
2 Abdul Halim Hasan, Tafsir Ahkam, Kencana: Jakarta, 2006, cetakan ke-1, hlm.568
aniaya (zalim) sesudah diadakan perdamaian, sehingga dengan demikian mereka bisa
kembali kepada perdamaian yang mereka langgar. Perdamaian, sebagaimana wajib kita
lakukan antara dua golongan yang bermusuhan, begitu pula antara dua orang
bersaudara yang bersengketa. Pada akhirnya Allah menyuruh kita bertaqwa kepada-Nya
dan mengakui hukum-Nya.3
Ternyata, perintah mendamaikan antara yang bertikai tak semata mendamaikan
kedua kelompok mukmin saja. Kata ikhwah dalam al-Quran yang hanya terulang tujuh
kali dalam al-Quran ternyata berbeda maknanya dengan kata ikhwah dalam al-Hujurt
ini. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa persaudaraan yang terjalin antara
sesama Muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda. Sekali atas dasar
persamaan iman, dan kali ke-dua adalah persaudaraan seketurunan, walaupun yang
kedua ini bukan dalam pengertian yang hakiki. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
memutuskan hubungan persaudaraan itu.4
Adapun penggunaan bentuk dual pada kata akhawaikum di sini memberi arti bahwa
jangankan antara banyak orang, dua pun, jika mereka berselisih harus di-ishlh-kan.
Sehingga harmonislah hubungan mereka. Oleh karena semua dipandang bersaudara, maka
damaikanlah di antara saudara-sauramu yang se-agama itu, sebagaimana kamu
mendamaikan saudaramu yang seketurunan.5 Quraish Shihab menutup tafsirannya
terhadap ayat ini dengan penekanan bahwa Islam jelas-jelas menuntut terbentuknya
kesatuan dan kesatuan, bukan sebaliknya. Problem jika ada yang mengkhianati, maka
perangilah, namun dengan tujuan agar mereka kembali, bukan membasmi apalagi
melakukan pelanggaran-pelanggaran berat yang sering terjadi dalam peperangan seperti
genosida dan sebagainya. Islam memiliki ketentuan-ketentuan hukum dalam hal ini.
Sedangkan dalam ayat ke 10 adalah Implikasi dari persaudaraan ini ialah
hendaknya rasa cinta, perdamaian, kerja sama dan persatuan menjadi landasan utama
masyarakat muslim. Hendaklah perselisihan atau perang merupakan anomali yang mesti
dikembaikan kepada landasan trsebut begitu suatu kasus terjadi. Dibolehkan memerangi
kaum mukmin lain yang bertindak zalim kepada saudaranya agar mereka kembali kepaa
barisan muslim. Juga agar mereka melenyapkan anomali itu berdasarkan prinsip dan
kaidah Islam. Itulah penanganan yang tegas dan tepat.
E. Ibrah Ayat
Ibrah yang Al-Quran sampaikan pada ayat-ayat ini, secara umum mengatur, serta
membimbing hubungan sosial antar sesama manusia, khususnya umat Islam. Di mana
3 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir an-Nur, Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2000, jilid 5, hlm.3919
4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Volume 13, Lentera Hati: Jakarta, 2007, cetakan ke VIII, hlm.248
5 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir an-Nur, Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2000, jilid 5, hlm.3919
pada ayat ini Allah menegaskan seorang mumin hendaklah memiliki ahlak yang baik.
Hendaknya seorang mukmin menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji
dan yang tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin, serta mencari
ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk yang mengajarkan
pergaulan manusia. Sebagaimana yang Allah ajarkan dalam Al-Quran.
Berdasarkan penafsiran QS. Al-Hujurat ayat 9-10 di atas, hemat penulis ibrah yang
Al-Quran sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Perintah untuk melakukan ishlh jika ada pertikaian antara dua kelompok mukmin.
2. Perintah memerangi orang-orang yang mengingkari janji damai sampai surut kembali
ke-jalan (perintah) Allah.
3. Perintah untuk melakukan ishlh secara adil seadil-adilnya.
4. Penegasan bahwa mukmin itu adalah satu kesatuan ummat.
5. Memperbaiki hubungan di antara sesama, karena mukmin itu bersaudara.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa QS. Al-Hujurat ayat 9-10 tersebut
menerangkan tentang perintah mendamaikan dua pihak yang saling bertikai dan pentingnya
persaudaraan antar mukmin.
Ibrah yang disampaikan dalam dua ayat tersebut antara lain:
1. Perintah untuk melakukan ishlh jika ada pertikaian antara dua kelompok mukmin.
2. Perintah memerangi orang-orang yang mengingkari janji damai sampai surut kembali ke
jalan (perintah) Allah.
3. Perintah untuk melakukan ishlh secara adil seadil-adilnya.
4. Penegasan bahwa mukmin itu adalah satu kesatuan ummat.
5. Memperbaiki hubungan di antara sesama, karena mukmin itu bersaudara.
Top Related