PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2005-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TEGAL,
Menimbang : a. bahwa untuk memberikan arah dan prioritas pembangunan
secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan daerah serta sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005-2025;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Tegal tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005-2025;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/ Tengah/Barat;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan
Undang-Undang nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. ................
- 2 -
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3321);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4713);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. .............
- 3 -
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 109);
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133);
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 3);
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3);
21. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6
Tahun 1988 tentang Perubahan Batas dan Luas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Memberlakukan Semua Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal serta Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tegal di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Tahun 1989 Nomor 4);
22. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2004-2014 (Lembaran Daerah Kota Tegal Tahun 2004 Nomor 6);
23. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Rencana Strategis (RENSTRA) Kota Tegal Tahun 2004-2009 (Lembaran Daerah Kota Tegal Tahun 2005 Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Kota Tegal Tahun 2004-2009 (Lembaran Daerah Kota Tegal Tahun 2008 Nomor 4);
Dengan ...........
- 4 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TEGAL
dan
WALIKOTA TEGAL
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2005-2025.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Tegal. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Tegal. 4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
selanjutnya disebut RPJP Nasional adalah perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025.
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025.
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya disebut RPJMD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur Jawa Tengah dengan berpedoman pada RPJPD Provinsi Jawa Tengah serta memperhatikan RPJM Nasional.
7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Tegal untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025.
8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Tegal untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Walikota dengan berpedoman pada RPJPD serta memperhatikan RPJM Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah.
9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahunan.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tegal.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2 ..............
- 5 -
Pasal 2 (1) Program Pembangunan Daerah Periode Tahun 2005-2025 dilaksanakan sesuai
dengan RPJPD. (2) Rincian Program Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
Pasal 3 RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan daerah.
Pasal 4 (1) RPJPD mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah. (2) RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam penyusunan
RPJMD yang memuat visi, misi dan program Walikota. (3) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dengan memperhatikan
RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah.
Pasal 5 (1) Dalam rangka menjabarkan RPJMD maka setiap tahun Pemerintah Daerah wajib
menyusun RKPD. (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaann. (3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai pedoman untuk
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pasal 6 RPJP Daerah menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan dalam kurun waktu 2005-2025.
BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 7
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD. (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 8 ................
- 6 -
Pasal 8
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah, Walikota yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun RKPD untuk tahun pertama periode Walikota berikutnya.
(2) RKPD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman
untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun pertama periode Walikota berikutnya.
Pasal 9
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku maka Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Kota Tegal Tahun 2004-2009 (Lembaran Daerah Kota Tegal Tahun 2005 Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2008 tentang Revisi Rencana Strategis (RENSTRA) Kota Tegal Tahun 2004-2009 (Lembaran Daerah Kota Tegal Tahun 2008 Nomor 4) dinyatakan masih tetap berlaku.
BAB V KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Walikota.
Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tegal.
Ditetapkan di Tegal pada tanggal 28 Nopember 2008
WALIKOTA TEGAL,
Ttd.
ADI WINARSO Diundangkan di Tegal pada tanggal 1 Desember 2008
SEKRETARIS DAERAH KOTA TEGAL
Ttd.
EDY PRANOWO LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2008 NOMOR 18
- 7 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2005-2025
I. PENJELASAN UMUM
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional yang disusun dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Oleh karena itu untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah dan kebijakan daerah maka perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Mengingat akan pentingnya rencana pembangunan dalam dimensi jangka
panjang serta sesuai amanat ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sedangkan periode jangka waktu berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 terhitung sejak tahun 2005-2025. Berdasarkan ketentuan tersebut maka Pemerintah Kota Tegal menyusun RPJPD untuk kurun waktu 20 tahun yang terhitung sejak tahun 2005-2025 yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tegal dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan daerah untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakup kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. pelaksanaan RPJPD Tahun 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan.
RPJPD Kota Tegal digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJMD
Kota Tegal pada masing-masing tahapan dan periode RPJMD Kota Tegal sesuai dengan visi, misi dan program Walikota yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJMD tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam RKPD yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal serta program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tegal.
Tujuan ..............
- 8 -
Tujuan yang ingin dicapai dengan dibentuknya Peraturan Daerah Kota Tegal tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005-2025 : a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
daerah; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;
d. menjamin tercapainya penggunaaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan;
e. mengoptimalkan partisipasi masyarakat. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas. Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Cukup jelas. Pasal 5
Cukup jelas. Pasal 6
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Ayat (1) Yang dimaksud dengan RKPD dan RAPBD tahun pertama adalah RKPD dan RAPBD Tahun 2010, 2015, 2020 dan 2025. Walikota terpilih periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan RKPD dan APBD pada tahun pertama pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBD (APBD-P).
Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10 .............
- 9 -
Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
i
DAFTAR ISI
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005-2025 Daftar Isi ......................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Pengertian............................................................................................. 2 C. Maksud dan Tujuan................................................................................ 2 D. Landasan Hukum ................................................................................... 3 E. Hubungan RPJPD Kota Tegal dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ........ 4 F. Sistematika ............................................................................................ 5
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ................................................ 7 A. Kondisi Geografis ................................................................................... 7 B. Sosial Budaya ........................................................................................ 7
1. Pendidikan ....................................................................................... 7 2. Kesehatan ...................................................................................... 11 3. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ..................................... 13 4. Ketenagakerjaan ............................................................................ 13 5. Kependudukan Catatan Sipil ............................................................ 14 6. Sosial ............................................................................................ 15 7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ........................... 17 8. Pemberdayaan Masyarakat Desa ...................................................... 18 9. Pemuda dan Olah Raga ................................................................... 18 10. Pariwisata .................................................................................... 19 11. Kebudayaan ................................................................................. 20 12. Ketransmigrasian...........................................................................21 13. Perpustakaan ............................................................................... 22
C. Ekonomi .............................................................................................. 22 1. Perdagangan .................................................................................. 22 2. Industri .......................................................................................... 24 3. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ............................................... 24 4. Penanaman Modal .......................................................................... 24 5. Kelautan dan Perikanan ................................................................... 25 6. Pertanian ....................................................................................... 26 7. Ketahanan Pangan .......................................................................... 27
D. Tata Ruang ......................................................................................... 28 1. Wilayah ......................................................................................... 28 2. Tata Ruang .................................................................................... 30 3. Pertanahan .................................................................................... 30
E. Sarana dan Prasarana .......................................................................... 31 1. Pekerjaan Umum ............................................................................ 31 2. Perhubungan .................................................................................. 32 3. Perumahan .................................................................................... 34 4. Komunikasi dan Informatika ............................................................ 35
ii
E. Politik dan Tata Pemerintahan ............................................................... 36 1. Otonomi Daerah, pemerintahan Umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian ................... 36 2. Perencanaan Pembangunan ............................................................ 38 3. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri ....................................... 39 4. Statistik ......................................................................................... 40 5. Kearsipan ....................................................................................... 41
F. Sumber Daya Alam dan Lingkungan....................................................... 42 1. Lingkungan Hidup ........................................................................... 42
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ....................................................... 45 A. Sosial Budaya ...................................................................................... 45 B. Ekonomi .............................................................................................. 55 C. Tata Ruang, Sarana dan Prasarana........................................................ 60 D. Politik dan Tata Pemerintahan .............................................................. 64 E. Sumber Daya Alam dan Lingkungan ...................................................... 68
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH KOTA TEGAL .............................................. 70
A. Visi Kota Tegal ..................................................................................... 70 B. Penjelasan Rinci Visi Kota Tegal 2005-2025 ............................................ 70 C. Misi Kota Tegal .................................................................................... 71
BAB V ARAH DAN TAHAPAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA
TEGAL TAHUN 2005 - 2025 ............................................................... 73 A. Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 – 2025 ......................... 73 B. Pentahapan ......................................................................................... 83
a. RPJMD I (Tahun 2005 s/d Tahun 2009) .............................................. 83 b. RPJMD II (Tahun 2010 s/d Tahun 2014) ............................................ 96 c. RPJMD III (Tahun 2015 s/d Tahun 2019).......................................... 109 d. RPJMD IV (Tahun 2020 s/d Tahun 2024) .......................................... 121
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ................................................................. 134
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Tegal beserta segenap komponen masyarakat Kota Tegal telah
diupayakan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumber
daya serta lingkungan hidup dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005, tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang ditetapkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagai acuan kebijakan
pembangunan daerah dalam waktu 20 (dua puluh) tahun. Undang-undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan
bahwa RPJP Kabupaten/Kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang
mengacu kepada RPJP Nasional.
Sejalan dengan amanat undang-undang tersebut di atas, proses dan
mekanisme perencanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah secara
rinci telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Sesuai dengan amanat dari undang-undang dan Peraturan
Pemerintah tersebut, Pemerintah Kota Tegal menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Tegal akan memuat kondisi umum wilayah, isu
strategis, visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah selama dua puluh tahun
yang akan datang serta kaidah pelaksanaan, yang berorientasi pada pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. Pembagian urusan pemerintahan yang dimaksud adalah
seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Lampiran Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 18 Tahun 2008
2
Rencana pembangunan daerah sangat diperlukan untuk mengantisipasi
pengaruh dinamika perubahan terhadap perkembangan pembangunan daerah. Krisis
moneter yang berkembang menjadi krisis multidimensi pada tahun 1998 memberikan
pengalaman tentang pentingnya langkah-langkah antisipatif yang tertuang dalam
rencana pembangunan daerah.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung setiap periode lima tahunan menjadi
pertimbangan utama pentingnya penyusunan rencana pembangunan daerah yang
berkesinambungan. Mengingat akan pentingnya rencana pembangunan dalam dimensi
jangka panjang, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Kota Tegal
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk kurun
waktu 20 tahun (2005-2025).
B. Pengertian
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tegal adalah
dokumen perencanaan pembangunan Kota Tegal yang merupakan penjabaran dari
tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tegal dalam bentuk isu strategis, visi, misi dan
arah pembangunan daerah untuk periode 20 tahun ke depan yang mencakup kurun
waktu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
C. Maksud dan Tujuan
RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20
(dua puluh) tahun terhitung mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan
dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen
pelaku pembangunan daerah (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang integral dengan tujuan
nasional sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati
bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen pelaku
pembangunan akan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan dan
saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Adapun tujuan penyusunan RPJPD ini adalah untuk memberikan pedoman bagi
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat
Visi, Misi, Arah dan Program Kepala Daerah terpilih.
3
D. Landasan Hukum
Landasan hukum Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Tegal adalah:
1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota
Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan
daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota
Kecil dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur/Tengah/Barat;
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
16 dan 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil
di Jawa.
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
8. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005–2025;
9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai
Kaligangsa;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
4
Daerah;
16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana
Strategis (RENSTRA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Perencanaan pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah;
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025;
21. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6 Tahun 1988
tentang Perubahan Batas dan Luas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal
dan memberlakukan semua peraturan daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal
serta keputusan Walikotamadya Kepala daerah tingkat II Tegal di wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal;
22. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal Tahun 2004-2014;
23. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis
(Renstra) Kota Tegal Tahun 2004-2009 sebagaimana telah diubah menjadi
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis
(Renstra) Kota Tegal Tahun 2004-2009.
E. Hubungan RPJPD Kota Tegal dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Sistem perencanaan pembangunan daerah adalah suatu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah. Pada tingkat
nasional, RPJP Nasional (pusat) disusun berdasarkan masukan dari Rencana Strategis
Jangka Panjang Kementerian dan Lembaga (Renstra Jangka Panjang KL). Selanjutnya
RPJP Nasional tersebut dijabarkan ke dalam RPJM. RPJM tersebut digunakan sebagai
pedoman penyusunan Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga. RPJM
selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKP dan Renstra
Kementerian dan Lembaga tersebut digunakan sebagai pedoman penyusunan rencana
5
kerja Kementerian dan Lembaga.
Pada tingkat provinsi, RPJPD Provinsi disusun dengan memperhatikan RPJP
Nasional. Selanjutnya RPJPD Provinsi dijabarkan ke dalam rencana lima tahunan yaitu
RPJMD Provinsi. Selain itu RPJMD Provinsi disusun juga perlu memperhatikan RPJM
Nasional, selanjutnya RPJMD Provinsi dijabarkan menjadi RKPD Provinsi, yang
merupakan rencana tahunan.
Pada tingkat daerah (Kabupaten/Kota), RPJPD Kabupaten/Kota disusun dengan
memperhatikan RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi. Selanjutnya RPJPD dijabarkan ke
dalam rencana lima tahunan yaitu RPJMD. RPJMD selanjutnya dijabarkan menjadi
RKPD, yang merupakan rencana tahunan. Sedangkan rencana pembangunan tersebut
disusun dengan menggunakan data dan informasi, serta Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Tegal dan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RTRKP).
F. Sistematika
Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Tegal adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, pengertian, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan
lainnya dan sistematika.
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Tegal, berisi tentang gambaran
kondisi daerah yaitu Kondisi Geografis; Sosial Budaya; Ekonomi; Tata
Ruang, Sarana dan Prasarana; Politik dan Tata Pemerintahan serta
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis, berisi tentang isi-isu strategis dalam
pembangunan di Kota Tegal.
Bab IV Visi dan Misi Kota Tegal Tahun 2005–2025, terdiri dari Visi dan Misi Kota
Tegal, serta penjelasan Visi dan Misi Kota Tegal.
Bab V Arah kebijakan dan Pentahapan berisi tentang arah kebijakan
pembangunan daerah selama 20 tahun kedepan serta pentahapan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang selama 20 (dua puluh) tahun
yang terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap I tahun 2005–2009,
tahap II tahun 2010–2014, tahap III tahun 2015–2019 dan tahap IV
tahun 2020–2024.
6
Bab VI Penutup yang berisi Kaidah Pelaksanaan, yaitu gambaran tentang
kedudukan RPJPD dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dan
peran RPJPD serta syarat keberhasilan pelaksanaan perencanaan
pembangunan jangka panjang.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
A. Kondisi Geografis
Kota Tegal merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak antara
109° 8' - 109° 10' Bujur Timur dan 6° 50' - 6° 53' Lintang Selatan. Kota Tegal berada pada posisi
strategis yaitu berada pada segitiga jalur kota besar yaitu Yogyakarta-Tegal-Jakarta dan
Semarang-Tegal Jakarta, membentang pada jalur pantai utara (Pantura) Jawa Tengah.
Luas wilayah Kota Tegal relatif sempit jika dibandingkan dengan wilayah sekitar yaitu
39,68 km2. Secara administratif Kota Tegal, terbagi dalam 4 wilayah Kecamatan dan 27
Kelurahan. Kecamatan Tegal Barat memiliki wilayah seluas 15,13 km2. Kecamatan Margadana
seluas 11,76 km2, Kecamatan Tegal Selatan 6,43 km2, dan Kecamatan Tegal Timur memiliki luas
6,36 km2. Batas wilayah Kota Tegal adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
Sebelah Barat : Kabupaten Brebes
Iklim Kota Tegal adalah tropis, dalam setahun hanya ada dua musim yaitu kemarau dan
musim penghujan, dengan temperatur udara rata-rata per bulan minimum 24,2° C, maksimum
31,7° C, jadi secara umum suhu udara Kota Tegal tergolong panas. Jumlah hari hujan pada
tahun 2006 adalah 115/10 hari dengan curah hujan 1545,2/129 mm. Topografi Kota Tegal
adalah dataran rendah, dengan tinggi dari permukaan air laut lebih kurang 3 meter.
B. Sosial Budaya
1. Pendidikan
Gambaran keberhasilan pembangunan pendidikan di Kota Tegal antara lain dapat dari
kondisi tiga pilar utama pembangunan pendidikan yaitu pemerataan dan perluasan akses
memperoleh pendidikan, mutu relevansi dan daya saing serta tata kelola dan pencitraan
publik lembaga pengelola pendidikan. Pemerataan dan perluasan akses memperoleh
kesempatan pendidikan diukur melalui Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni
(APM) dan Angka Transisi (AT). APK dari jenjang pendidikan SD sampai dengan SLTP selama
kurun waktu 2001-2004 menunjukkan angka 100% lebih, sedangkan APK SLTA mampu
mendekati angka 100%.
8
Selama tahun 2001-2004 predikasi APK SD menunjukkan angka yang fluktuatif, pada
tahun 2001 APK SD 101,18% meningkat pada tahun 2002 menjadi 107,08%, sementara
tahun 2003 turun menjadi 105,81%. Walaupun di tahun 2004 kembali naik 11,68%. Prediksi
pada tahun 2005-2007 rata-rata APK SD sebesar 117,02%.
Sedangkan APK SLTP tahun 2001 93,37% turun menjadi 90,46% pada tahun 2002 dan
hingga tahun 2003 turun menjadi 89,49%. Pada tahun 2004 terjadi kenaikan APK SMP
menjadi sebesar 113,91% dan sampai dengan tahun 2007 diprediksikan peningkatan
rata-rata 3,55% atau sekitar 114,67%. Rata-rata APK SLTA selama kurun waktu 2001-2004
sebesar 91,33% dan diprediksikan meningkat 4,05% setiap tahun. Pada satuan pendidikan
SLTA, APK pada tahun 2001 sebesar 91,11% menurun menjadi 85,77% pada tahun 2002 dan
kembali turun menjadi 84% tahun 2003. Peningkatan sebesar 24,35% terjadi pada tahun
2004 sehingga menjadi 104,45%, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 diprediksikan
terjadi fluktuatif APK SLTA akan mencapai 99,54%.
APM untuk semua jenjang pendidikan selama kurun waktu 2001-2004 menunjukkan
angka yang cukup baik, pada jenjang pendidikan SD sebesar 84,4% di tahun 2001 meningkat
pada tahun 2002 menjadi 89,65%. Antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 terjadi
perubahan yang fluktuatif, diprediksikan sampai tahun 2007 mampu mencapai 98,28%. Rata-
rata APM SD antara tahun 2001–2004 sebesar 90,4% atau meningkat rata-rata 6,00% setiap
tahun. APM SLTP pada tahun 2001 sebesar 65,77%, menunjukkan penurunan pada tahun
2002 namun hanya 1,81% sehingga menjadi 64,58%, tahun 2003 berikutnya sampai dengan
tahun 2004 meningkat menjadi 84,73%. Predikasi tahun 2005-2007, APM SLTP fluktuatif rata-
rata 84,10% dan menurun 6,5% setiap tahun. Pada SLTA, APM tahun 2001 sebesar 65,42%
menurun menjadi 62,55% pada tahun 2002, namun sampai dengan tahun 2004 menunjukkan
peningkatan menjadi 76,73%. Pada tahun 2005-2007 diindikasikan rata-rata APM SLTA
sebesar 67,56% dan meningkat 3,98% setiap tahun.
Angka Transisi (AT) pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA tahun 2002-2004
menunjukkan angka yang sangat tinggi yakni diatas 100%, hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran dan kemampuan masyarakat Kota Tegal untuk menyekolahkan anak sangat tinggi.
Pada satuan pendidikan SLTP, Angka Transisi tahun 2001 sebesar 94,3% dan terus meningkat
pada tahun 2002 dan 2003 masing-masing 100,39% dan 107,95%. Pada tahun 2004 AT SLTP
telah mencapai 114,82%. Untuk tahun berikutnya prediksi AT SLTP pada tahun 2005-2007
9
rata-rata 121,94%, meningkat 1,41% setiap tahun. AT SLTA dari tahun ketahun terus
menunjukkan peningkatan, pada tahun 2001 sebesar 103,69%, tahun 2002 sebesar
105,28%, tahun 2003 sebesar 114,13% dan tahun 2004 sebear 117,64%. Prediksi tahun
2005-2007 AT SLTA rata-rata 120,98%. Rata-rata AT SLTA selama kurun waktu 2001-2004
sebesar 110,19% atau meningkat 4,34% setiap tahun.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kota Tegal memiliki potensi perkembangan yang
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah pada jenjang PAUD, pada tahun
pelajaran 2006/2007 jumlah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) mencapai 61 unit gedung
sekolah TK, dengan perincian masing-masing adalah Kecamatan Tegal Selatan sebanyak 11
sekolah, Kecamatan Tegal Timur 25 sekolah, Kecamatan Tegal Barat 21 sekolah dan
Kecamatan Margadana 4 sekolah. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa di setiap
kelurahan selalu terdapat sekolah TK. Ruang kelas yang tersedia seluruhnya 131 kelas
meliputi 4 kecamatan (Kecamatan Tegal Selatan 24 ruang, Kecamatan Tegal Timur 45 ruang,
Kecamatan Tegal Barat 52 ruang dan Kecamatan Margadana 10 ruang).
Jumlah murid pada sekolah TK, pada tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 3.271 siswa
dengan perincian laki-laki sebanyak 1.622 siswa dan perempuan sebanyak 1.649 siswa.
Sementara itu jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah TK sebanyak
219 orang terdiri dari 194 pendidik dan 25 tenaga kependidikan.
Jumlah sekolah pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, selama kurun waktu
1994-2007 jumlah SD/MI cenderung menurun, yaitu rata-rata turun 1,93% pertahun,
sementara itu jumlah siswa SD/MI juga mengalami penurunan, yaitu rata-rata menurun
0,02% per tahun sehingga Rasio sekolah terhadap murid mengalami peningkatan rata-rata
189. Ketersediaan guru SD/MI di Kota Tegal cukup memadai. Rasio guru terhadap murid
SD/MI selama kurun waktu 1994-2007 adalah 1 : 22 artinya satu orang guru rata-rata
mengajar 22 orang murid. Selama kurun waktu tersebut jumlah guru SD/MI mengalami
peningkatan, sebesar rata-rata 0,61% pertahun. Rasio jumlah sekolah dibandingkan jumlah
murid cukup baik. Satu Sekolah Dasar rata-rata memiliki siswa 189 orang. Dengan jumlah
murid satu sekolah sebesar itu, artinya rata-rata satu kelas SD berisi 31 orang siswa. Jumlah
tersebut merupakan jumlah ideal dalam proses belajar mengajar.
Pada jenjang SLTP (SMP dan MTs), jumlah sekolah pada kurun waktu tahun
1994-2007 cenderung mengalami penurunan. Rata-rata penurunan pada periode tersebut
sebesar 1,02% per tahun. Jumlah murid SLTP pada periode yang sama cenderung menurun
10
juga, yaitu rata-rata sebesar 0,09% per tahun. Jumlah guru SLTP pada kurun waktu yang
sama juga menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu rata-rata sebesar 0,82% per tahun.
Perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah murid adalah 1:449, hal ini berarti setiap
satu sekolah mempunyai murid rata-rata sebesar 449. Sedangkan secara kuantitatif jumlah
guru SLTP cukup memadai, dengan Rasio rata-rata 1 banding 19 siswa. Rasio ini
menunjukkan kondisi yang ideal, karena seorang guru hanya membina 19 siswa.
Pada tingkat SLTA (SMA, SMK dan MA), jumlah sekolah selama kurun waktu
1994-2007 cenderung mengalami peningkatan. Jumlah murid SLTA selama kurun waktu yang
sama juga cederung mengalami peningkatan yaitu rata-rata sebesar 0,67% pertahun. Jumlah
guru SLTA selama kurun waktu tersebut juga cenderung meningkat yaitu rata-rata 3,25%
pertahun. Ketersediaan guru SLTA selama kurun waktu tersebut memadai, dengan rata-rata
Rasio sebesar 1:15. Artinya satu orang guru SLTA membina kurang lebih 15 siswa.
Rata-rata jumlah murid per sekolah selama kurun waktu 1994-2004 fluktuatif. Rata-rata
jumlah murid per sekolah untuk SLTA adalah sebesar 521 orang. Kalau diasumsikan jumlah
siswa setiap kelas sebesar 40 orang maka satu sekolah rata-rata memiliki 15 kelas, kondisi ini
merupakan merupakan kondisi yang ideal. Namun pada kenyataannya jumlah siswa per
sekolah tidak merata. Sekolah favorit memiliki jumlah murid dan kelas yang banyak,
sementara sekolah yang tidak favorit hanya memiliki jumlah siswa terbatas.
Angka mengulang dan putus sekolah pada tahun 2008 untuk tingkat SD adalah 5,33%
dan 0,58%, sedangkan untuk tingkat SLTP angka mengulang 0,70% dan angka putus sekolah
1,04%. Pada tingkat SLTA (SMA, SMK, dan MA) angka mengulang 0,52% dan angka putus
sekolah 1,10%. Data statistik menunjukkan bahwa, terkait dengan tingkat pendidikan
penduduk dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduk, selama kurun waktu tahun 2000-2003
perkembangan angka rata-rata lama sekolah di Kota Tegal cenderung meningkat, rata-rata
tingkat pendidikan penduduk Kota Tegal yaitu tujuh tahun atau setara dengan kelas 1 SMP.
Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan dilihat dari angka kelulusan dan
angka naik kelas. Dalam rangka menuju tata kelola dan citra yang baik, Dinas Pendidikan
Kota Tegal telah memberikan bimbingan teknis dalam penerapan Manajamen Berbasis
Sekolah (MBS) pada semua satuan pendidikan meliputi SD/MI, SMP/MTs maupun
SMA/MA/SMK. Selain itu untuk menguatkan pencitraan publik dalam hal penyelenggaran
pendidikan telah diupayakan pelaksanaan akreditasi sekolah secara periodik.
11
Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga pendidik dilakukan melalui
peningkatan SDM pendidik.
Perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan masih menjadi perhatian
penting Pemerintah Kota Tegal, mengingat bagi sebagian masyarakat, pendidikan masih
menjadi sesuatu yang mahal sehingga tingkat partisipasi penduduk miskin dalam pendidikan
rendah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut serta dalam rangka mendorong
partisipasi pendidikan terutama bagi masyarakat kurang mampu, Pemerintah Kota Tegal
mengeluarkan kebijakan strategis yaitu kebijakan sekolah gratis bagi siswa SD/MI dan
SMP/MTs yang telah dilaksanakan mulai tahun 2008. Dengan kebijakan ini diharapkan akses
masyarakat dalam memperoleh pendidikan akan terus meningkat dari waktu ke waktu
sehingga tujuan untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dapat tercapai.
2. Kesehatan
Kondisi kesehatan Kota Tegal dapat dilihat dari indikator-indikator umum kesehatan,
yaitu angka harapan hidup, angka kelahiran, angka kematian kasar, angka kematian ibu
melahirkan, angka kematian bayi, status gizi balita, cakupan imunisasi, persalinan oleh tenaga
kesehatan, jumlah tenaga kesehatan dan sarana serta prasarana kesehatan. Berikut ini
beberapa indikator dan capaian pembangunan kesehatan di Kota Tegal: Angka harapan hidup
di Kota Tegal rata-rata meningkat setiap tahunnya (0,04%). Angka harapan hidup penduduk
Kota Tegal diprediksikan pada tahun 2007 adalah 70,35 tahun, sedangkan Kabupaten sekitar
rata-rata mencapai 68,07 per tahun.
Angka kematian bayi di Kota Tegal, pada tahun 2000-2004 menurun rata-rata 7,82%
per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2000 : 4,34; tahun 2001 : 3,09; tahun 2002 : 4,52; tahun
2003 : 3,23; tahun 2004 : 3,84), angka kematian ini lebih rendah dari angka kematian yang
distandarkan untuk kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka kematian bayi yang ditetapkan
untuk mencapai Jawa Tengah Sehat 2010 adalah 9 per 1.000 kelahiran hidup, sementara itu
di Kota Tegal pada tahun 2007 diprediksikan angka kematian bayi mencapai 2,36 per 1,000
kelahiran hidup.
Kondisi yang sama juga dialami pada indikator kematian ibu melahirkan. Angka
kematian ibu melahirkan di Kota Tegal fluktuatif dari tahun ketahun. Tahun 2000 : 160, tahun
2001 : 109, tahun 2002 : 168, tahun 2003 turun 11,90% menjadi 148, tahun 2004 : 22,60
atau turun 84,73%. Kematian ibu melahirkan terjadi pada saat kehamilan, nifas dan
melahirkan. Menurut data perkembangan pencapaian MDGs tahun 2007, kematian ibu
12
melahirkan 28% karena pendarahan, 13% karena eklampsia, 11% karena aborsi yang tidak
aman, 10% karena sepsis, 8% karena partus lama dan yang lainnya disebabkan oleh
penanganan persalinan bukan oleh tenaga kesehatan, infeksi penyakit (TBC, HIV AIDS,
malaria, hepatitis dan lain lain) serta anemia ibu melahirkan, dan nifas.
Pada kurun waktu 2000-2004 cakupan ibu bersalin yang dibantu oleh tenaga kesehatan
di Kota Tegal mengalami penurunan rata-rata sebesar 13,37% pertahun, hal tersebut sangat
berpengaruh pada angka kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. Pada tahun 2007
indikasi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 92,41%, cakupan persalinan oleh
bukan tenaga kesehatan sebesar 7,59%. Kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilan pada
tri semester I mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,51%, pada tahun 2007 jumlah ibu
hamil dengan K1 sebesar 6.116 jiwa. Sedangkan kesadaran ibu untuk memeriksakan
kehamilan sebanyak 4 kali pada tri semester 3 (K4) mengalami penurunan sebesar 1,57%.
Pada tahun 2007 ibu hamil dengan K4 sebesar 4.931 jiwa.
Kondisi gizi masyarakat di Kota Tegal dapat digambarkan melalui status gizi pada bayi
dan balita. Kondisi gizi buruk dan gizi kurang selama 7 (tujuh) tahun terakhir mengalami
penurunan. Untuk kondisi gizi buruk, rata-rata pertahunnya sebesar 0,97%, sedangkan gizi
kurang juga mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,01% dan gizi lebih mengalami
peningkatan sebesar 11,93%. Sedangkan jumlah bayi dengan berat badan di bawah garis
merah sebesar 1,68%.
Cakupan imunisasi dapat dilihat dari indikator UCI atau unit child imunization yaitu
cakupan desa dengan bayi yang diimunisasi lengkap. Pada tahun 2005 cakupan UCI di Kota
Tegal sebesar 77,78%. Hal ini berarti masih ada 22,22% kelurahan yang belum terpenuhi
cakupan UCI.
Kasus diare di Kota Tegal dari tahun 2000–2007 cenderung mengalami penurunan.
Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu 5.813 jiwa, dan kasus diare pada tahun 2007
sebanyak 4.777 jiwa. Sedangkan penderita DBD mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat
dari incedent rate DBD selama 8 tahun terakhir 0,001%. (Kasus DBD tertinggi terjadi pada
tahun 2003 yaitu dengan IR DBD sebesar 24,8).
Kasus penyakit menular lain yang ditemukan di Kota Tegal adalah penyakit kusta,
walaupun prevalensinya sangat kecil. Jumlah penderita HIV AIDS dan penyakit infeksi akibat
hubungan seks yang berganti-ganti juga mengalami peningkatan.
13
Kasus penyakit tidak menular yang ditemukan di Kota Tegal adalah neoplasma,
diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah. Jumlah kasus neoplasma sebesar
1.183 kasus, dengan kasus terbesar ca paru yaitu 873 kasus. Jumlah kasus diabetes melitus
sebesar 9.206 kasus dan kasus stroke sebesar 1.021 kasus. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005).
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 sebanyak 36.247 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk miskin yang mendapatkan kartu JPKMM baru mencapai 12.081 atau baru mencapai
33% (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005), yang seharusnya semua penduduk
miskin di Kota Tegal mendapatkan kartu JPKMM tersebut.
Peningkatan status kesehatan antara lain dipengaruhi oleh lengkap tidaknya sarana
kesehatan di Kota Tegal. Sarana pelayanan kesehatan di Kota Tegal sudah cukup memadai.
Ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu adanya rumah sakit pemerintah dan swasta (2 unit),
rumah sakit khusus (1 unit), puskesmas (8 unit), puskesmas pembantu (21 unit), puskesmas
keliling (8 unit), apotek (22 unit), toko obat (35 unit) dan klinik bersalin (2 unit).
Rasio tenaga kesehatan di Kota Tegal pada tahun 2007 adalah: (1). Rasio dokter
spesialis adalah 11,49 per 100.000 penduduk. Kategori ini merupakan kategori yang sangat
baik, karena standar yang ditetapkan bahwa Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk
adalah 6; (2). Rasio dokter per 100.000 penduduk adalah 27,91, termasuk kategori sedang
karena standar Rasio dokter per 100.000 penduduk adalah 40; (3). Rasio perawat per
100.000 penduduk adalah 67,72, termasuk kategori sedang karena standar Rasio perawat per
100.000 penduduk adalah 117,5; (4). Rasio bidan per 100.000 penduduk adalah 32,43,
termasuk kategori rendah karena standar Rasio bidan adalah 100; (5). Rasio Ahli gizi per
100.000 penduduk adalah 21, termasuk kategori tinggi karena standar rasio ahli gizi adalah
22; (6). Rasio ahli sanitasi 100.00 penduduk adalah 17, termasuk kategori rendah karena
standar rasio ahli sanitasi adalah 40.
3. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Pengendalian jumlah kelahiran di Kota Tegal cukup berhasil. Keberhasilan pengendalian
angka kelahiran salah satunya disebabkan oleh keberhasilan program Keluarga Berencana
(KB). Alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh PUS adalah MOW/MOP. Pada tahun 2004
akseptor dengan IUD sebanyak 2.898 jiwa. Sementara itu akseptor yang menggunakan
kondom dan MOP dibandingkan dengan metode yang lain masih rendah. Pada tahun 2005
jumlah pengguna kondom sebesar 330 laki-laki. Partisipasi laki-laki sebagai akseptor Kbpun
14
juga masih rendah.
Penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur selama kurun waktu 10 tahun
cenderung meningkat, dengan pertumbuhan rata-rata 77%. Pada tahun 2005 jumlah PUS
Kota Tegal sebesar 42.126 PUS, sedangkan PUS yang menggunakan kontrasepsi KB sebesar
30.228 PUS atau 71,76%. Akseptor KB mandiri dari data 3 tahun terakhir menunjukkan
persentase yang kecil dengan pertumbuhan rata-rata 9,84%.
4. Ketenagakerjaan
Letak dan posisi Kota Tegal sangat strategis yaitu di jalur Pantura dan merupakan titik
pertemuan jalur transportasi dari arah timur, selatan dan barat. Dengan posisi tersebut, maka
perkembangan dan pertumbuhan di sektor perdagangan, jasa dan industri tumbuh dengan
cepat. Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan pada sektor tersebut berdampak
secara langsung pada penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sejak tahun
1994–2007 di Kota Tegal berdasarkan urutan lima besar sektor pembangunan yaitu sektor
industri 18.150 orang/tahun, pedagang sebesar 16.613 orang/tahun, buruh bangunan sebesar
15.951 orang/tahun, nelayan sebesar 10.189 orang/tahun dan PNS/TNI sebesar 9.283
orang/tahun.
Angka pertumbuhan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Tegal selama
kurun waktu 10 tahun menunjukkan angka pertumbuhan relatif stabil. Rata-rata angka
pertumbuhan mata pencaharian pada sektor industri sebesar 3,55%, sektor usaha sebesar
6,20%, dan sektor perdagangan sebesar 8,07%. Pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama
tahun 1994-2007 mengalami penurunan yaitu rata-rata pertahun sebesar 2,37% dengan
perbandingan jumlah angkatan kerja laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yaitu
sebanyak 831.282 orang 53,45% laki-laki dan angkatan kerja perempuan sebanyak 723.891
orang atau 46,55% perempuan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki selama 1994-2007 rata-rata sebesar
80,41%. Sedangkan TPAK perempuan rata-rata sebesar 79,07%. Secara keseluruhan TPAK
Kota Tegal selama kurun waktu yang sama fluktuatif dengan rata-rata TPAK sebesar 79,67%.
Pertumbuhan TPAK Kota Tegal selama kurun waktu tersebut juga fluktuatif namun cenderung
mengalami penurunan sebesar 0,89%.
Angka pengangguran di Kota Tegal selama kurun waktu 1994-2007 cenderung
meningkat. Rata-rata pertumbuhan angka pengangguran Kota Tegal selama tahun tersebut
15
sebesar 23,50% pertahun. Jumlah pengangguran terbesar terjadi setelah krisis ekonomi yaitu
tepatnya pada tahun 2002 sebanyak 55.034 jiwa.
5. Kependudukan Catatan Sipil
Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Tegal pada tahun 1994-2004 fluktuatif, dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 0,51%. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu
1,9% dengan jumlah penduduk sebesar 240.762 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar
118.746 jiwa dan perempuan sebesar 122.166 jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota
Tegal diperkirakan sebesar 249.277 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 123.740
jiwa dan perempuan sebesar 125.272 jiwa.
Rata-rata sex Rasio atau rasio jenis kelamin penduduk Kota Tegal adalah 98. Artinya
dari 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Sex Rasio selama 14 tahun
terakhir tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan, sedangkan pada tahun 2003
mengalami perubahan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk
perempuan. Kondisi tersebut hanya bertahan sampai dengan tahun 2004. Pada tahun
2005-2007 sex Rasio jenis kelamin diprediksikan akan berbanding terbalik dengan tahun
sebelumnya yaitu makin bertambahnya jumlah penduduk perempuan.
Angka kepadatan penduduk selama tahun 1994-2004 rata-rata sebesar 6.421 jiwa/Km2.
Dilihat dari persebaran dan kepadatan, Kecamatan Tegal Timur pada tahun 2004 memiliki
jumlah penduduk terbesar yaitu 72.993 jiwa, dengan kepadatan 11.477 jiwa/Km2. Besarnya
pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap beberapa aspek antara lain tingkat kepadatan
penduduk, angka ketergantungan dan pelayanan administrasi kependudukan khususnya akte
kelahiran. Perkembangan jumlah pemohon akte dari tahun 2002 sampai 2006 mengalami
penurunan. Pada tahun 2002 pemohon akte kelahiran sebanyak 5.847 orang pada tahun 2006
turun menjadi 4.215 orang. Sedangkan penduduk yang mengurus surat kematian juga
mengalami penurunan dari 61 penduduk tahun 2002 menjadi 32 orang pada tahun 2006.
Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang meninggal dunia, pengurusan surat
kematian tidak sebanding (jumlah kematian lebih besar dibandingkan dengan pengurusan
pembuatan akta kematian di tahun yang sama). Hal ini dikarenakan pengurusan pembuatan
akta kematian di Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disdukcapilnakertrans) Kota Tegal biasanya hanya dilakukan oleh penduduk keturunan
Tionghoa, untuk keperluan pembagian waris, keperluan bank dan keperluan lainnya.
Sedangkan untuk penduduk pribumi tidak banyak yang memohon akta kematian.
16
Pertambahan penduduk di Kota Tegal dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan
migrasi jumlah penduduk (penduduk datang dan penduduk pergi). Jumlah kelahiran di Kota
Tegal mulai tahun 2002 sampai 2006 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 9,88%. Jumlah kelahiran terbesar pada tahun 2003 yaitu 4.053 jiwa dan terkecil pada
tahun 2005 yaitu sebesar 1.778 jiwa. Sedangkan jumlah kematian penduduk Kota Tegal
mengami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 9,9%. Jumlah kematian terbesar pada
tahun 2003 yaitu 2.924 jiwa dan terkecil pada tahun 2005 sebanyak 1.128 jiwa. Sementara
jumlah penduduk yang datang atau pindah menjadi warga Kota Tegal mengalami peningkatan
dengan pertumbuhan sebesar 63,1% demikian juga dengan jumlah penduduk yang pindah
dari Kota Tegal mengalami peningkatan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang pergi dari Kota
Tegal sebesar 37,58%.
6. Sosial
Pertumbuhan jumlah penyandang cacat di Kota Tegal selama kurun waktu 10 tahun
bersifat fluktuatif, cenderung menurun. Penyandang cacat turun rata-rata sebesar 2,86% per
tahun. Sedangkan pertumbuhan anak terlantar cenderung meningkat, dengan pertumbuhan
rata-rata sebesar 33,32% pertahun, demikian juga anak nakal, tumbuh rata-rata 33,38% per
tahun. Jumlah anak "mogol" (putus sekolah) sampai dengan tahun 2000, cenderung
meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 1,86% per tahun. Sedangkan jumlah lanjut usia
selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir (1994-2004) menunjukkan peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 3,81% per tahun dan Pengemis Gelandangan Orang Terlantar
(PGOT) juga tumbuh rata-rata 44,31% per tahun.
Jumlah keluarga miskin, tuna susila, waria dan bekas narapidana, cenderung
meningkat, walaupun pertumbuhannya selama sepuluh tahun (1994-2004) fluktuatif. Jumlah
keluarga miskin tumbuh rata-rata 18,28% per tahun. Tuna susila tumbuh rata-rata 41,90%
pertahun. Sedangkan waria turun rata-rata sebesar 3,31% pertahun. Bekas narapidana
selama sepuluh tahun terakhir tumbuh rata-rata sebesar 33,37% per tahun. Masalah
kemiskinan merupakan masalah yang rumit dalam pembangunan daerah di Kota Tegal,
karena terkait erat dengan masalah ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan data BPS
jumlah penduduk miskin dari tahun 1994–2007 bersifat fluktuatif. Jumlah penduduk miskin
berdasarkan garis kemiskinan (poverty line) diketahui tahun 1994 sebanyak 7.403 jiwa
meningkat menjadi 14.313 jiwa tahun 1999 atau meningkat hampir 100% dalam waktu
empat tahun sebagai dampak buruk krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Banyaknya
penduduk miskin dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 diketahui berkisar antara
5,03%-5,66%. Berdasarkan garis kemikinan (poverty line) BPS tahun 2006 sebesar
17
Rp.176.859,00 berdasarkan pengeluaran per kapita perbulan, diketahui jumlah penduduk
miskin di Kota Tegal sebanyak 24.700 jiwa atau 10,40% dari jumlah penduduk (BPS Pusat,
2007).
Berdasarkan data kategori keluarga sejahtera diketahui keluarga miskin adalah keluarga
yang termasuk kategori pra sejahtera dan sejahtera I. Jumlah keluarga prasejahtera pada
tahun 2006 sebanyak 7.780 KK, dan sejahtera I sebanyak 15.690 KK. Sedangkan jumlah
keluarga sejahtera II sebanyak 21.517 KK, sejahtera III sebanyak 14.348 KK dan sejahtera
III+ sebanyak 2.943 KK.
Potensi dalam bidang kesejahteraan sosial di Kota Tegal antara lain banyaknya panti-
panti sosial terutama yang dikelola swasta. Selain itu terdapat Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan masyarakat penyandang masalah
kesejahteraan sosial, antara lain Komite Perempuan Indonesia (KPI), Pusat Kajian Wanita
Universitas Panca Sakti (UPS) Tegal dan lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya.
Wilayah Kota Tegal yang relatif sempit, akan memudahkan aparat dan stakeholder dalam
memantau dan menangani masalah-masalah yang terkait dengan kesejahteraan sosial.
Kesiapan aparatur pemerintah Kota Tegal cukup baik dalam mengantisipasi dan menangani
masalah-masalah kesejahteraan sosial.
7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Tegal masuk dalam kategori rendah. Indeks
ini merupakan indikator bagi keberhasilan pembangunan berwawasan gender. Indeks ini
komposit dari proporsi penduduk, angka harapan hidup, angka melek huruf usia dewasa,
rata-rata lama sekolah dan tingkat pendapatan. Indeks Pembangunan Gender tahun 1999
adalah 54,30 dan pada tahun 2002 naik menjadi 59,20 sedangkan tahun 2005 adalah 56,9.
Jika dilihat dari peringkat nasional, Indeks Pembangunan gender di Kota Tegal pada
tahun 2005 menduduki peringkat 223 dan di tingkat Provinsi Jawa Tengah peringkat 24.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan gender di Kota Tegal untuk lingkup Provinsi
Jawa Tengah dan Nasional masuk rendah.
Keberhasilan pembangunan gender juga diukur dari Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG). Indeks ini merupakan komposit dari persentase perempuan di parlemen, persentase
perempuan bekerja pada kelompok profesional, teknisi, kepemimpinan dan ketatalaksanaan,
persentase perempuan dalam angkatan kerja, persentase jumlah penduduk perempuan dan
18
laki-laki, dan rata-rata upah di sektor non pertanian. IDG Kota Tegal tahun 2005 mencapai
59,9 yang masuk dalam kategori rendah.
Perkembangan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) selama sepuluh tahun terakhir
menunjukkan kenaikan. Jumlah anggota parlemen pada tahun 2005 baru mencapai 16,7%,
persentase perempuan pekerja profesional, teknisi, kepemimpinan dan ketatalaksanaan
sebesar 46,20%, persentase angkatan kerja perempuan adalah 35,1%. Rata-rata upah
perempuan pekerja sektor non pertanian selama 10 tahun terakhir adalah Rp.422.700,00
(empat ratus dua puluh dua ribu tujuh ratus rupiah) tiap bulan.
Kewenangan kabupaten/kota dalam pemberdayaan perempuan antara lain adalah
perlindungan dan kesejahteraan anak. Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak adalah penduduk usia 0-18 tahun. Jumlah
anak usia 0-18 tahun di Kota Tegal tahun 2005 adalah 563.538 anak. Dari jumlah tersebut
55% adalah anak laki-laki dan 45% anak perempuan.
Kesempatan mengenyam pendidikan bagi anak perempuan di Kota Tegal sangat
rendah. Pada anak usia sekolah (7-18 tahun) lama tahun anak laki-laki yang sekolah lebih
banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Kondisi ini bisa dimengerti karena budaya
patriarkhi yang masih kuat mengakar pada masyarakat, bahwa menyekolahkan anak laki-laki
adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, sedangkan menyekolahkan anak perempuan
hanya menjadi formalitas saja sampai bisa membaca dan menulis. Kondisi di Kota Tegal
menunjukkan bahwa semakin tinggi derajad sekolah (misalnya SMA) makin banyak anak laki-
laki yang bersekolah dibandingkan anak perempuan.
8. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dalam pemberdayaan masyarakat masih mengalami banyak kendala terkait dengan
jumlah penduduk perempuan yang besar (51,3%), pendidikan rendah (lulus SD/sederajad),
kemiskinan dan kerentanan (16,7%) serta pengganggur (1,67%) dan pekerja sektor informal.
Masalah lain adalah belum optimalnya kelembagaan sosial ekonomi di tingkat kelurahan,
seperti Kelompok Usaha Bersama (KUB), Simpan Pinjam, Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) P2KP dan peningkatan keterampilan (life skills) dan penggunaan teknologi tepat guna
dalam usaha ekonomi keluarga. Meskipun berada di perkotaan namun sistem sosial budaya
masyarakat masih menunjukkan sifat-sifat masyarakat perdesaan, terutama terkait dengan
kegiatan bersama dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi masyarakat.
19
Kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan baik LPMK, RT/RW dan kelompok-
kelompok sosial lainnya belum dapat menjadi pelopor dalam pemberdayaan masyarakat.
Program–program penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat selalu
bertumpu pada peran kelembagaan di tingkat kelurahan, baik melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, pengembangan ekonomi masyarakat
nelayan dan pengembangan UKM/koperasi. Pembentukan lembaga keuangan mikro baik yang
dikelola oleh koperasi maupun swadaya masyarakat telah dirasakan manfaatnya bagi
kelompok rentan dalam masyarakat masyarakat, antara lain buruh, nelayan kecil, pengolah
ikan dan usaha mikro dan sektor informal. Selain itu dalam rangka pengguliran modal usaha
terdapat UED SP, koperasi simpan pinjam, Badan Kredit Kecamatan (BKK), Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) dan Baitul Mal Watamwil (BMT) yang dikelola dengan prinsip-prinsip Syariah
belum dapat optimal membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Maka
perlu fasilitasi dan kerjasama dengan stakeholder pembangunan agar kelompok rentan dan
miskin dalam masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.
9. Pemuda dan Olah Raga
Kebijakan kepemudaan diarahkan pada upaya mengembangkan keserasian kebijakan
dan pemberdayaan sehingga dapat tercipta keserasian pembangunan antara masyarakat
dengan pemerintah. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan peningkatan peran serta
masyarakat. Sedangkan upaya yang dapat dilakukan pada wilayah kabupaten/kota untuk
meningkatkan kualitas dan kesejahteraan pemuda dapat dengan pengembangan manajemen,
wawasan dan kreativitas pemuda; pengembangan kemitraan dan kewirausahaan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan keimanan ketaqwaan (IMTAQ).
Kebijakan kepemudaan dilaksanakan dengan memfasilitasi aktivitas kepemudaan baik
lintas internasional, nasional, provinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan. Upaya yang ada
dengan mengadakan pertukaran pemuda antar kabupaten. Pembinaan dan pengawasan yang
berupa koordinasi dilakukan meliputi antar dinas instansi terkait maupun dengan lembaga non
pemerintah. Sedangkan pembinaan yang berkaitan langsung dengan kepemudaan meliputi
pembinaan terhadap organisasi dan kegiatan kepemudaan.
Kelembagaan organisasi kepemudaan belum dapat berperan secara optimal dalam
meningkatkan kapasitas generasi muda. Akibatnya berpengaruh terhadap rendahnya minat
dan motivasi generasi muda untuk bergabung dan mengikuti setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelembagaan organisasi kepemudaan. Rendahnya peran serta generasi
muda dalam kelembagaan tersebut kerena kurang optimalnya kegiatan pemberdayaan
kelembagaan organisasi kepemudaan. Kegiatan pemberdayaan kelembagaan organisasi
20
kepemudaan yang selama ini dilaksanakan masih bersifat sporadis dan belum berkelanjutan,
ditambah kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengembangkan program
pemberdayaan kelembagaan organisasi kepemudaan secara integratif dan berkelanjutan.
Pembangunan olah raga di Kota Tegal dirasakan belum optimal. Kondisi ini dapat
ditingkatkan melalui pembibitan, pembinaan, dan pemanduan bakat yang terarah dan
berkesinambungan, yang disertai dengan penyediaan fasilitas sarana prasarana olahraga yang
memadai dan peningkatan profesionalisme manajemen organisasi olah raga daerah serta
peningkatan partisipasi masyarakat. Namun demikian masalah pembibitan, pembinaan dan
pemanduan atlet olah raga masih menghadapi permasalahan, antara lain minat masyarakat
khususnya generasi muda untuk mengembangkan prestasi olah raga masih rendah, kualitas
atlet masih rendah serta terbatasnya pemandu bakat olah raga.
Potensi yang dimiliki oleh Kota Tegal dalam mengembangankan peran pemuda adalah
tersedianya kelembagaan organisasi kepemudaan, adanya komitmen pemerintah provinsi
untuk mengembangkan peran karang taruna dan organisasi kepemudaan di kabupaten/kota
di Jawa Tengah, adanya sarana dan prasarana olahraga walaupun masih berskala lokal, dan
dimilikinya klub-klub olah raga.
10. Pariwisata
Berdasarkan data jumlah obyek wisata di Kota Tegal, terdapat dua obyek wisata yaitu
wisata Pantai Alam Indah (PAI) dan wisata buatan Taman Poci yang terletak disebelah timur
alun-alun Kota Tegal dan dekat dengan stasiun Kereta Api. Obyek wisata PAI memiliki
beberapa prasarana pendukung yaitu anjungan, gardu pandang dan panggung hiburan.
Taman Poci dilengkapi dengan permainan anak-anak dan dihiasi lampu hias, sangat cocok
untuk keluarga yang ingin “jagongan” karena banyak pedagang kaki lima yang menjajakan
makanan khas Tegal dan Teh Poci. Potensi wisata yang lain selain PAI dan taman Poci adalah
wisata kuliner antara lain pondok makan jalan teri ”Pokanjari”, lesehan di sepanjang jalan
A. Yani (pada waktu malam hari), rumah makan masakan laut di kawasan PAI, rumah makan
Miraos, rumah makan Sari Laguna dan lain-lain.
Jumlah pengunjung wisata nusantara sejak tahun 2001-2006 sebanyak 1.425.379
orang atau rata-rata pertahun sebanyak 237.563 orang, sedangkan wisata mancanegara
terjadi pada tahun 2004 yaitu sebanyak 3852 orang. Kota Tegal memiliki prasarana dan
sarana penginapan/hotel yang menundukung kunjungan wisata, sampai dengan tahun 2007
jumlah hotel/penginapan di Kota Tegal sebanyak 36 hotel/penginapan dengan perincian hotel
21
berbintang tiga sebanyak 3 hotel, berbintang dua sebanyak 2 hotel, berbintang satu sebanyak
2 hotel dan hotel non bintang sebanyak 19 hotel. Jumlah keseluruhan kamar dari 36 hotel
tersebut sebanyak 926 kamar dengan perincian hotel berbintang sebanyak 491 kamar dan
hotel non bintang sebanyak 435 kamar.
Jumlah wisata yang menginap di hotel selama tahun 2001-2006 sebanyak 507.377
orang yang terdiri dari 2.429 wisata mancanegara dan 506.948 wisata nusantara. Rata-rata
jumlah wisata mancanegara yang menginap sebesar 404 orang/tahun, sedangkan wisata
nusantara yang menginap rata-rata 84.896 orang/tahun. Sebagian besar wisatawan menginap
di hotel melati yang sebanyak 303.064 orang selama tahun 2001-2006 sedangkan yang
menginap di hotel berbintang sebanyak 206.313 orang.
11. Kebudayaan
Kota Tegal memiliki karekteristik masyarakat yang beragam yaitu masyakat pantai dan
masyarakat perkotaan. Dengan karakteristik masyarakat yang majemuk, Kota Tegal
mempunyai potensi budaya yang beragam. Beberapa potensi budaya yang tumbuh di
masyarakat Kota Tegal antara lain : upacara sedekah laut, festival balo-balo, dan kegiatan-
kegiatan keagamaan yang mengandung unsur budaya masyarakat Kota Tegal seperti kegiatan
ziarah ke makam Mbah Panggung, Syech Muchyi Padmanegara (Mbah Kraton), Mbah
Mintaragen, acara Khaul di makam Hadad Jl. Salak, Khaul Mbah Kramat Jambu, Khaul Mbah
Ragasela dan Khaul Mbah Imam Khambali dan budaya china yang tumbuh di Kota Tegal
melalui kegiatan di Klenteng Tri Darma. Klenteng tersebut merupakan salah satu aset budaya
cina yang berkembang di Kota Tegal sejak jaman dahulu.
Masyarakat Kota Tegal, memiliki budaya dan tradisi yaitu "Tradisi Jawa Tegalan" yang
dikembangkan menjadi keunikan budaya dapat menjadi obyek wisata budaya di masa
mendatang. Obyek wisata tersebut antara lain sintren, kuda lumping, sedekah laut, ruwahan,
muludan dan tradisi lain dalam masyarakat. Kesenian di Kota Tegal juga berkembang cukup
pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional
dan lokal. Kesenian asli kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo, Ibu Sawitri merupakan
generasi pertama penari endel. Selain itu, seni sastra juga juga merupakan andalan Kota
Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Suprijadi,
sedangkan Widjati digolongkan ke dalam penyair angkatan 2000. Kota Tegal tercatat memiliki
dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan
penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara).
22
Meskipun Kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini
berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan
budayawan nasional dan lokal. Beberapa teater yang kiprahnya menjadi konsumsi berita
nasional adalah teater RSPD, teater Puber, teater Wong, teater Hisbuma, Teater Q dan lain-
lain. Keberadaan Gedung kesenian menjadi wahana ekspresi para seniman Kota Tegal.
12. Ketransmigrasian
Sejak diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, maka paradigma penyelenggaraan pembangunan transmigrasi
mengalami perubahan dari supply approach yang ditangani secara sentralistik menjadi
demand approach yang perencanaan dan pelaksanaannya dilaksanakan oleh Pemerintah
kabupeten/kota difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi. Konsekuensi perubahan kebijakan
semacam ini adalah pembangunan transmigrasi tidak lagi diposisikan sebagai program
pemerintah pusat, tetapi sepenuhnya menjadi program pemerintah daerah bersama
masyarakat. Pendekatan pelaksanaan pembangunan ketransmigrasian adalah adanya
kebutuhan masyarakat bersama pemerintah daerah provinsi atau kabupaten untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi.
Penyelenggaraan program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, pada
era otonomi daerah harus melalui kerjasama, sehingga sangat wajar apabila kedua
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berpindah melalui
kegiatan transmigrasi melakukan penandatanganan MoU. Terjadinya krisis ekonomi
berdampak pada daya beli masyarakat serta tingkat kesejahteraan masyarakat semakin
rendah, sempitnya lapangan kerja dan biaya hidup yang semakin mahal. Kondisi semacam ini
dapat mendorong masyarakat Kota Tegal bertekad untuk merubah kehidupan menjadi lebih
baik dengan jalan mengikuti program transmigrasi.
Target jumlah transamigran Kota Tegal yang diberangkatkan ke beberapa provinsi di
luar Pulau Jawa sejak tahun 2004-2006 sebanyak 65 KK, sedangkan realisasi jumlah
transmigran yang diberangkatkan sebanyak 48 KK (174 jiwa) atau 75,28% dari target yang
ditetapkan. Rata-rata jumlah transmigran yang diberangkatkan selama kurun waktu tersebut
sebanyak 7 KK/tahun atau 25 jiwa/tahun. Pemberangkatan transmigran terbanyak terjadi
pada tahun 2005 yaitu 13 KK atau 87 jiwa, selanjutnya pada tahun 2006 menurun, yaitu 10
KK atau 48 jiwa.
23
13. Perpustakaan
Jumlah perpustakaan di Kota Tegal sampai dengan tahun 2008 sebanyak 215 buah
dengan rincian sebagai berikut: perpustakaan SD sampai tahun 2008 sebanyak 155 buah,
perpustakaan SMP/MTs sebanyak 33 buah, SMA/MA/SMK sebanyak 27 buah, dan
perpustakaan perguruan tinggi sebanyak 5 buah. Sedangkan perpustakaan kelurahan baru
muncul pada tahun 2006 dengan jumlah 1 buah sedangkan perpustakaan keliling baru ada
pada tahun 2007 dengan jumlah 1 buah. Jumlah koleksi buku yang dimiliki oleh UPTD
Perpustakaan Kota Tegal sejak tahun 2001 sebanyak 11.922 buku yang terdiri dari buku karya
umum sebanyak 553 buah, filsafat sebanyak 353 buah, agama sebanyak 587 buah, ilmu
sosial sebanyak 1.152 buah, bahasa sebanyak 174 buah, ilmu murni sebanyak 597 buah, ilmu
terapan 1.593 buah, kesenian dan olah raga sebanyak 29 buah, sejarah dan geografi 413
buah, fiksi sebanyak 2,615 buah, referensi sebanyak 632 buah, dan majalah sebanyak 2, 469
buah.
Perpustakaan Kota Tegal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Tegal, dengan
jumlah pengunjung sebanyak 14.757 orang pada tahun 2007. Pada tahun 2007, pengunjung
perpustakaan mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar 21.187.
Jumlah pengunjung perpustakaan dari kalangan siswa, mahasiswa dan umum, pengunjung
paling banyak dari kalangan mahasiswa. Untuk jumlah peminjam buku di Perpustakaan Kota
Tegal dari tahun ketahun ketahun menujukkan penurunan, yaitu sebesar 24,28%. faktor yang
dapat merangsang kunjungan masyarakat ke Perpustakaan adalah menambah ketersediaan
koleksi buku perpustakaan.
C. Ekonomi
1. Perdagangan
Jumlah badan hukum usaha berupa PT, Koperasi, CV, FA dan lain-lain menunjukkan
jumlah yang berfluktuasi. Indikasi penurunan jumlah bisa berupa relokasi atau berpindahnya
badan usaha tersebut dari Kota Tegal atau ditutupnya badan usaha yang bersangkutan.
Indikasi bertambahnya badan usaha adalah karena adanya investasi baru baik yang berasal
dari kota Tegal sendiri maupun berasal dari luar kota. Pada tahun 2007 jumlah badan usaha
mengalami penurunan dari 325 badan usaha menjadi 281 di tahun 2007.
Perkembangan ekspor non migas selama 10 tahun terakhir cukup baik ekspor terdiri
dari berbagai produk dan komoditas moulding, hanger baju, teh, alat rumah tangga, air
mineral, rotan, furniture, bambu, pellet, sapu, kayu olahan dan sebagainya. Perkembangan
24
ekspor non migas antara tahun 1996 sampai dengan tahun 1997 mengalami pertumbuhan
relatif stabil meski ada kenaikan secara perlahan sedikit bervariasi (slow steady growth).
Produk dan komoditas yang dihasilkan masih berteknologi lower and medium technology yang
mengandalkan comparative advantage berupa upah yang rendah dan bahan baku lokal,
namun di masa mendatang agar dapat menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih
besar maka perlu adanya pengembangan riset dan development (R&D) agar dapat bersaing
dengan daerah atau bahkan negara lain dan dapat menjadi keunggulan bersaing (competitive
advantage).
Secara teoritik maupun empirik aktivitas perdagangan dan investasi memperlihatkan
peran yang sangat penting sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah ataupun negara.
Dampak multiplier yang ditimbulkan dari aktivitas perdagangan dan investasi memungkinkan
terjadinya dorongan pertumbuhan ekonomi dari kegiatan perdagangan dan masuknya
investasi dalam suatu sistem perekonomian.
Aktivitas perdagangan dan investasi memungkinkan perekonomian menghasilkan
output lebih banyak, pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan melakukan pertukaran
produksi antar daerah maupun lintas sektor. Peran perdagangan dan investasi sebagai
sumber penggerak dan pertumbuhan ekonomi semakin signifikan disaat globalisasi melanda
dunia dengan dukungan teknologi, transportasi dan informasi, globalisasi mendorong
cepatnya pergerakan barang dan perpindahan modal antar daerah serta mobilitas sumber
daya (bahan mentah, bahan baku, barang modal dan tenaga kerja) yang semakin mudah dan
murah.
Perdagangan dan investasi dapat menjadi pendorong roda ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan para pelakunya ketika semua pihak mendapatkan keuntungan
(gain) maksimal dari perdagangan tersebut. Dalam situasi ini pengusaha mendapat profit
yang memadai untuk melakukan pemupukan modal, meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
melakukan ekspansi usaha. Bagi pengusaha skala mikro, kecil dan menengah yang jumlahnya
cukup banyak, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Kondisi diatas sangatlah
diharapkan agar keberadaannya dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah melalui
penciptaan lapangan kerja, peningkatan upah dan peningkatan kontribusi dalam PDRB.
Bagi tenaga kerja dorongan kegiatan ekonomi melalui perdagangan dan investasi dapat
mengurangi pengangguran dan memperbaiki upah yang mereka terima. Kenaikan upah
diharapkan tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga
meningkatkan kemampuan menabung. Pola perdagangan internal dapat dipetakan menjadi
a) perdagangan antara desa dengan kota, b) perdagangan antar daerah yakni propinsi/kota/
kabupaten dan c) perdagangan antar pulau. Perdagangan eksternal dapat dipetakan menjadi
perdagangan luar negeri (ekspor-impor).
25
Perlu diwaspadai adanya hambatan-hambatan dalam perdagangan dan investasi berupa
peraturan-peraturan (pusat dan daerah). Aktivitas perdagangan akan tidak efisien bersamaan
dengan munculnya beragam biaya tambahan yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan oleh
pelakunya. Ketidak efisienan ini muncul dalam tiga bentuk yakni a) adanya kenaikan biaya
transaksi yang seharusnya tidak dikeluarkan b) berkurangnya profit/gain yang didapat dari
pelaku usaha c) tidak kompetitifnya barang yang diperdagangkan karena harga yang lebih
tinggi. Pada sisi inilah tambahan biaya transaksi yang muncul dalam berbagai bentuk dapat
menjadi faktor penghambat bagi perdagangan dan investasi.
2. Perindustrian
Gambaran industri di Kota Tegal selama kurun waktu 1994–2006 jumlah industri yang
ada berfluktuatif. Penurunan jumlah perusahaan terjadi pada tahun 1996–1998, dan tahun
2004. Sampai dengan tahun 2006 jumlah perusahaan menjadi 2.514 unit usaha dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 15.037 orang.
Berkaitan dengan nilai tambah atas dasar biaya faktor produksi, tahun 1994 sampai
dengan tahun tahun 1995 mengalami kenaikan, namun sampai dengan tahun 1996 mulai
mengalami penurunan karena terjadinya krisis keuangan dan ekonomi nasional. Pada tahun
1997 menurun tajam ke tingkat Rp.9.510.472.000, dan tahun 1998 mulai menunjukkan
perkembangan yang membaik sampai dengan tahun 2006.
3. Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Jumlah koperasi di Kota Tegal selama sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan
perkembangan yang cukup menggembirakan. Koperasi tumbuh secara signifikan dari 92
koperasi pada akhir tahun 1994 menjadi 176 pada akhir tahun 2007. Koperasi mewadahi dari
berbagai komunitas mulai dari petani, karyawan, PNS, TNI/Polri, pensiunan, veteran, wanita
dan jenis usaha lainnya. Koperasi yang perkembangannya cukup banyak adalah Koperasi
Pegawai Negeri (KPN) dan Koperasi Karyawan (Kopkar) yang mencapai jumlah 40 koperasi
pada akhir tahun 2003.
Jumlah koperasi berdasarkan pada jenisnya menunjukkan adanya perkembangan.
Koperasi jenis non KUD pada akhir tahun 2007 berjumlah 173 buah, sedangkan pada KUD
jumlahnya tetap dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Pada akhir tahun 2007 jumlah
KUD sebanyak 3 unit, dengan jumlah anggota pada tahun 2004 sebanyak 1.972 orang dan
pada tahun 2007 jumlah anggotanya sebanyak 8.967 orang.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tegal tumbuh sekitar 5,3%-8,2% dari
tahun ke tahun. Jumlah UMKM tahun 2003 sebanyak 24.407, tahun 2004 tumbuh sekitar
5,3% atau 25.692, diprediksikan pada tahun 2005-2007 akan lebih meningkat jumlah Usaha
Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tegal mengingat usaha ini mampu bertahan dalam krisis
26
ekonomi.
4. Penanaman Modal
Perkembangan jumlah investasi industri besar Kota Tegal selama 10 tahun terakhir
menunjukkan pertumbuhan yang relatif kecil, bahkan apabila diperhitungkan dengan
depresiasi nilai rupiah dan laju rata-rata inflasi maka pertumbuhan investasi pada industri
besar cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Selama sepuluh tahun
terakhir Kota Tegal kurang kondusif bagi perkembangan industri besar.
Perkembangan investasi pada industri kecil lebih menunjukkan perkembangan yang
cenderung fluktuatif yakni pada tahun 1996 tumbuh sebesar 3,7%, pada tahun 1997 tumbuh
sebesar 5%, meskipun pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar 24%, namun pada
tahun 2000 bangkit kembali dengan pertumbuhan sebesar 15,6%, dan kembali mengalami
penurunan sebesar 1,88% pada tahun 2006. Adapun investasi di Kota Tegal untuk industri
kecil dari tahun 1996-2004 adalah Rp. 7.565.050.000,-; Rp. 7.956.540.000,-;
Rp. 6.025.138.000,-; Rp. 6.025.138.000,-; Rp. 6.968.000.000,-; Rp. 7.186.000.000,-;
Rp. 73.064.000.000,-; Rp. 74.489.000.000,- dan Rp. 75.943.000.000,-.
Peluang investasi baru di Kota Tegal masih cukup potensial untuk dikembangkan,
menurut data dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) tentang Daya
Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2004, peringkat daya tarik investasi
dengan variabel kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas
serta infrastruktur fisik Kota Tegal menduduki peringkat 12 dari 53 Kota di Indonesia (KPPOD
2005).
5. Kelautan dan Perikanan
Perikanan laut di Kota Tegal merupakan sektor andalan, karena memberikan kontribusi
cukup besar bagi perekonomian Kota Tegal. Produksi perikanan laut menunjukkan
kecenderungan menurun dari tahun 2003–2007. Pada tahun 2003 produksi ikan laut cukup
besar, yaitu 27.714.968 kg, pada tahun 2007 produksi perikanan laut turun menjadi
20.591.607 kg. Berbeda dengan jumlah produksi, nilai produksi perikanan laut cenderung
meningkat selama kurun waktu yang sama. Hal ini terjadi karena harga ikan cenderung
mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya. Pada tahun 2003 nilai produksi perikanan laut
sebesar Rp.91.921.096.000,- meningkat menjadi Rp.97.364.289.000,00.
Jumlah produksi perikanan laut Triwulan II sudah mencapai 4.600.376 kg dengan nilai
produksi sebesar Rp. 27.680.101.000,00. Pada bulan April produksi ikan lebih banyak
dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sementara itu pada bulan-bulan Januari sampai
dengan Februari jumah produksi relatif kecil karena pada bulan-bulan tersebut cuaca terjadi
cuaca buruk, banyak nelayan yang tidak melaut. Masa-masa tersebut adalah masa paceklik
bagi nelayan. Kondisi saat ini dengan kenaikan harga BBM banyak nelayan di Kota Tegal tidak
27
dapat melaut karena biaya operasional yang tinggi. Biaya yang dikeluarkan oleh nelayan
untuk melaut tidak sebanding dengan pendapatan mereka. Sementara untuk perikanan
budidaya, produksi paling banyak adalah dari hasil budidaya tambak, seperti bandeng dan
udang. Pada tahun 2007 hasil budidaya tambak sebesar 190.325 kg dengan nilai produksi
sebesar Rp. 1.798.343.750,-. Perikanan kolam juga terdapat di Kota Tegal namun jumlah
sedikit jumlah produksinya hanya sebesar 19.350 kg dengan nilai produksi Rp. 130.890.750,-.
Prediksi 20 tahun ke depan produksi perikanan tangkap akan mengalami fluktuasi
namun cenderung mengalami penurunan. Seiring dengan laju inflasi nilai produksi secara
nominal mengalami peningkatan, karena adanya kenaikan harga. Pada tahun 2025 target
produksi perikanan tangkap sebesar Rp. 109.000.000.000,-.
6. Pertanian
Pertanian di Kota Tegal bukan merupakan unggulan, karena karakteristik geografis Kota
Tegal yang memiliki lahan pertanian sangat terbatas demikian juga produksi pertanian di Kota
Tegal juga terbatas. Produksi pertanian utama di Kota Tegal adalah padi, luas tanam dan luas
panen padi sejak dari tahun ketahun terus mengalami penurunan.
Penurunan produksi padi selama tahun 2002–2006, disebabkan oleh menurunnya luas panen
dan produktivitas. Namun pasca tahun 2000, saat luas panen masih tidak stabil, produksi
terlihat telah stabil, karena produktivitas padi yang sudah stabil. Kestabilan diperoleh selama 4
tahun terakhir, pada tingkat produksi antara 4.000–9.000 ton, dengan produktivitas sekitar
68,08 ku/ha, dan luas panen antara 700-1500 ha.
Pada sub bidang peternakan, hasil utama peternakan di Kota Tegal adalah telur itik.
Produksi telur itik selama kurun waktu lima tahun terakhir fluktuatif. Dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006 mengalami peningkatan namun pada tahun 2007 mengalami penurunan
cukup tajam. Produksi telur itik tahun 2007 sebesar 1.569.113 kg jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 2.854.103 kg. Sedangkan produksi telur yang
lain tidak terlalu menonjol misalnya telur ayam buras setiap tahunnya jumlahnya relatif
sedikit. Untuk produksi susu di Kota Tegal dari tahun ketahun mengalami peningkatan pada
tahun 2007 adalah sebanyak 44.832 liter.
Hasil peternakan lain di Kota Tegal adalah daging. Di Kota Tegal terdapat produksi
daging dari berbagai hewan potong antara lain sapi potong, kambing, domba, ayam dan itik.
Produksi daging sapi dan kambing sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami
penurunan. Selain itu produksi daging ayam ras menunjukkan kecenderungan meningkat
walaupun pada tahun 2007 mengalami penurunan. Namun demikian apabila dibandingkan
dengan tingkat konsumsi daging sapi rata-rata 4,5 kg per tahun per kapita, produksi daging
ayam ras belum mencukupi kebutuhan masyarakat Kota Tegal. Demikian juga produksi daging
sapi belum dapat memenuhi kebutuhan daging sapi di Kota Tegal.
28
7. Ketahanan Pangan
Kebutuhan pangan selama 10 tahun terakhir terus mengalami peningkatan, seiring
dengan peningkatan kesejahteraan dan pertambahan penduduk. Pola pemenuhan energi
masyarakat selalu mengikuti fungsi ekonomi. Pada saat kondisi ekonomi membaik maka
konsumsi protein hewani cenderung meningkat, sedang pada kondisi ekonomi memburuk,
masyarakat akan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat.
Ketersediaan daging di Kota Tegal cukup tinggi, yaitu 369 ton pada tahun 2006. Jenis
daging yang paling banyak tersedia adalah daging itik, yang menempati 52,72% dari seluruh
ketersediaan daging. Kemudian diikuti ketersediaan daging ayam sebanyak 71,4 ton (19,36%)
dan kambing sebanyak 55 ton (14,92%), sementara ketersediaan daging sapi, kambing,
domba dan babi relatif kecil, masing-masing di bawah 25 ton atau kurang dari 5%.
Ketersediaannya ternak semakin meningkat, tetapi ketersediaannya sebagai bahan
pangan masih relatif kecil, karena trend pertumbuhan usaha peternakan masih meningkat.
Jumlah ternak yang ada masih terfokus untuk usaha peternakan, belum untuk kepentingan
konsumsi. Ketersediaan daging itik dan ayam buras dan relatif tinggi dan terus meningkat,
karena perputaran ekonomi kedua ternak unggas ini memang relatif cepat. Ketersediaan susu,
baik susu sapi maupun susu kambing, masih relatif kecil, yaitu rata-rata 39.097 liter/tahun,
atau apabila dihitung dengan seluruh penduduk, tingkat ketersediaan per kapita hanya
sebesar 0,6 liter/kapita/tahun. Ketersediaan telur di Kota Tegal memang relatif rendah, yaitu
rata-rata 1 juta kg per tahun. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun
2006, sebesar 245.728 jiwa, maka ketersediaan telur hanya sebesar 4,06 gram/kapita/hari,
yang berarti hanya kurang separuh dari indeks Pola Pangan Harapan sebesar 16,6
gram/kapita/hari, dan masih di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 11,6 gram/kapita/hari.
D. Tata Ruang
1. Wilayah
Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal Tahun 2004–2014 memberi peranan dalam pembangunan perwilayahan di Kota Tegal.
Dalam sistem tata ruang Kota Tegal direncanakan pembentukan struktur wilayah fungsional
yang didasarkan pada kecenderungan dan pengarahan kegiatan serta potensi dan
karakteristik fisik pada bagian wilayah Kota Tegal. Sasaran dalam pembentukan struktur
wilayah fungsional antara lain :
a. Adanya kesamaan fungsi (homogenitas) dan dominasi kegiatan tertentu, dimana
pengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu satuan wilayah akan lebih baik
dalam segi pengadaan sarana dan prasarana pelayanan, interaksi antar kegiatan sejenis
29
maupun pengawasan segala kegiatan yang terjadi.
b. Batasan kemampuan jangkauan pelayanan (radius pelayanan) fasilitas sosial ekonomi
skala BWK.
c. Batas fisik yang jelas seperti jalan, sungai dan lain-lain.
d. Kekompakan wilayah terhadap daerah-daerah yang akan dikembangkan.
e. Kemudahan hubungan antar bagian wilayah, tercapainya keserasian dan integrasi antara
kota lama dan kawasan pengembangan.
f. Memantapkan peran BWK dengan meningkatkan sarana prasarana yang sesuai dengan
karakteristik wilayahnya.
g. Kemudahan dalam pengawasan dan pengelolaan masing-masing wilayah fungsional.
Terkait dengan rencana pemanfaatan ruang, bentuk-bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran, fungsi dan karateristik kegiatan alam dan manusia, serta
mengantisipasi perubahan/perkembangan bentuk-bentuk pemanfaatan ruang dapat
dibedakan dalam beberapa pemanfaatan antara lain sebagai berikut :
a. Kawasan Lindung
Bentuk-bentuk peruntukan lahan di Kota Tegal pada kawasan lindung didalamnya meliputi
kawasan sempadan sungai dan kawasan sempadan pantai.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya dimanfaatkan antara lain : (1) kawasan pertanian meliputi kawasan
pertanian tanaman pangan lahan basah, kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering,
kawasan peternakan, kawasan perikanan darat dan perikanan laut; (2) kawasan industri
meliputi industri pengolahan, industri non pengolahan; (3) kawasan pariwisata; (4)
kawasan permukiman; (5) kawasan perdagangan dan jasa; (6) kawasan perkotaan; (7)
kawasan rekreasi dan (8) taman dan makam.
Penggunaan lahan di Kota Tegal masih memusat terutama di kawasan perkotaan,
sedangkan pada daerah pinggiran masih belum dimanfaatkan secara optimal. Kawasan
pinggiran sebagian besar masih berupa persawahan dan tambak. Potensi tersebut sangat
bermanfaat sebagai area tangkapan air hujan. Area tangkapan air hujan direncanakan pada
wilayah Kelurahan Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana, Kelurahan Kaligangsa Kecamatan
Margadana, Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat dan Kelurahan Mintaragen
Kecamatan Tegal Timur. Namun dengan direncanakannya tata ruang serta adanya jalur-jalur
jalan yang melalui kawasan persawahan tersebut, maka akan terjadi pengalihan peruntukan
lahan yang cukup besar ke arah kegiatan yang lebih sesuai seperti industri, perdagangan dan
permukiman.
Pengembangan kawasan budidaya, pemanfaatan lahannya ditentukan dengan
berpedoman sebagai berikut :
30
a. Pemanfaatan lahan eksisting tidak menyimpang dari dasar pengembangan struktur
kegiatannya, sehingga lahan eksisting sesuai dengan pengaturan penataan dengan prinsip
meningkatkan daya manfaat lahan secara optimal.
b. Potensi daya dukung lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan dikembangkan secara
optimal.
c. Pelaksanaan pengembangan tata ruang ke dalam (internal) sesuai dengan penggunaan
sistem zoning (pembagian daerah).
d. Pengembangan fisik kawasan perkotaan dengan mempertahankan lahan-lahan
persawahan produktif.
e. Penambahan dan penempatan fasilitas dan utilitas pada daerah strategis dan memiliki
daya jangkau yang optimal.
Dengan bertambahnya lahan yang dulunya menjadi wilayah Pemerintah Kabupaten
Brebes (daerah Bokong Semar) dan berkurangnya kawasan pantai yang kini menjadi wilayah
Kabupaten Brebes, maka perlu direncanakan suatu tata guna lahan pada kawasan "Bokong
Semar" tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Secara umum kawasan Bokong Semar masih
dipertahankan sebagai zona penyangga berupa kawasan pertambakan dan pertanian. Namun
sebagian akan digunakan sebagai lahan industri, karena memiliki nilai strategis dengan
dilaluinya rencana jalur jalan lingkar utara Tegal-Brebes.
Pada beberapa kawasan sekitar yang dulunya direncanakan sebagai zona permukiman,
mengalami perkembangan sebagai kawasan perdagangan/jasa. Untuk mengantisipasi
perkembangan tersebut perlu ditetapkan sebagai zona perdagangan/jasa.
2. Tata Ruang
Kondisi tata guna lahan di Kota Tegal pada tahun 2000 dengan klasifikasi penggunaan
untuk permukiman seluas 1.615,49 ha dan menurut rencana RTRW Tahun tahun 2014 akan
dikembangkan mencapai 1.954,2 ha. Lahan pengembangan (sawah) seluas 1.070,80 ha akan
dikurangi menjadi 857,70 ha, lahan industri seluas 13,43 ha akan dikembangkan mencapai
91,83 ha, untuk lahan pariwisata seluas 5 ha akan dikembangkan mencapai 20 ha. Pelabuhan
laut yang luasnya 56,26 ha akan ditingkatkan menjadi 72,30 ha, lahan terminal seluas 8,40 ha
akan dikembangkan menjadi 10 ha, sedangkan untuk lahan pengembangan (tambak) seluas
780,32 ha direncanakan menurut RTRW Tahun 2014 berkurang menjadi 245,89 ha.
3. Pertanahan
Bidang pertanahan mempunyai peran yang startegis dalam pembangunan daerah.
Selain itu pertanahan juga memiliki fungsi ekonomis dan sosial. Karena mengandung fungsi
ekonomis dan sosial maka kepemilikan tanah harus jelas dengan dibuktikan melalui sertifikat
kepemilikan tanah dengan status yang jelas. Bukti kepemilikan tanah yang sudah umum di
masyarakat antara lain sertifikat tanah dengan status Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan
31
(HGB), Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pakai.
Perkembangan kepemilikan tanah di Kota Tegal dapat dilihat dari penerbitan hak atas
tanah melalui Kantor Pertanahan Kota Tegal. Pada tahun 2001 penerbitan hak atas tanah
dengan status Hak Milik (HM) sebanyak 645.018 buah meningkat 9,66% pada tahun 2002
sehingga menjadi 707.343 buah, kemudian di tahun 2003 turun 22,38% sehingga menjadi
549.024 buah. Pada tahun 2004 sertifikat HM kembali meningkat dibanding tahun 2003
menjadi 772.846 buah dan sampai dengan tahun 2007 tanah yang bersertifikat HM sebanyak
567.033 buah. Kemudian tanah dengan status HGB menunjukkan peningkatan sejak tahun
2001 (58.089 buah), bertambah menjadi 81.793 buah pada tahun 2002 dan telah mencapai
93.350 buah pada tahun 2003. Di tahun 2004 terjadi penurunan sebesar 3,49% sehingga
menjadi 90.089 buah dan turun 83,46% pada tahun 2005 menjadi 14.902 buah, sementara
tahun 2006 kembali bertambah menjadi 34.741 buah sertifikat. Terkait dengan kepemilikan
tanah dengan status hak pakai, pada tahun 2001 jumlah sertifikat hak pakai sebanyak
695.585 buah berkurang menjadi 150.397 pada tahun 2002 namun peningkatan yang sangat
besar terjadi pada tahun 2003 dimana mencapai 103,47% sehingga menjadi 306.016 buah.
Sampai dengan tahun 2007 tanah dengan status hak pakai sebanyak 143.759 buah.
Dalam rangka meminimalisir kasus sengketa tanah yang terjadi serta untuk
mengendalikan dan memantau tanah yang bersertifikat, tanah milik negara, provinsi dan
kabupaten maka secara bertahap upaya pemetaan dan pengukuran tanah terus dilakukan.
Selain pengendalian dan pemantauan terhadap tanah-tanah tersebut diatas, juga dilakukan
inventarisasi tanah timbul dan tanah terlantar sekaligus sebagai upaya untuk menertibkan
pemakaian tanah secara ilegal.
E. Sarana dan Prasarana
1. Pekerjaan Umum
Prasarana jalan di Kota Tegal meliputi jalan negara dan jalan kota. Panjang jalan kota
pada tahun 2005 adalah 171,014 km menjadi 175,383 km pada tahun 2006, serta pada tahun
2007 menjadi 181,329 km. Sedangkan kondisi jalan di Kota Tegal tahun 2007 memiliki kondisi
jalan baik sepanjang 142,572 km, kerusakan sedang sepanjang 27,418 km, serta yang rusak
24,244 km. Luas jalan nasional yaitu 12,905 km pada tahun 2007. Jumlah dan panjang
jembatan di Kota Tegal pada tahun 2008 menurut status kewenangan pengelolaan, terdiri dari
milik negara sebanyak 7 buah dengan panjang total 144,23 m, dan milik kabupaten/kota
sebanyak 53 buah dengan panjang total 298,03 m.
Kebutuhan air minum masyarakat Kota Tegal selama ini sebagian besar dipenuhi sendiri
oleh masyarakat, yaitu berasal dari air sumur (kebanyakan sumur dangkal dan sebagian kecil
sumur dalam). PDAM Kota Tegal berdasarkan data Kota Tegal Dalam Angka Tahun 2005 baru
32
mampu melayani kebutuhan air bersih sebanyak 2.990.287 m3, yang meliputi rumah tangga
sebesar 2.394.724 m3, kegiatan usaha sebanyak 370.533 m3, kegiatan sosial 184.631 m3 dan
kegiatan industri 40.399 m3.
Jaringan drainase yang terdapat pada Kota Tegal meliputi jaringan primer, sekunder,
dan tersier. Jaringan primer berupa sungai atau jaringan yang menampung air dari jaringan
sekunder, jaringan sekunder berupa jaringan drainase yang terdapat dan mengikuti pola jalan
raya di kanan atau kirinya yang menampung air dari jaringan tersier (perumahan) dan
jaringan tersier berupa jaringan drainase yang terdapat di dalam lokasi jalan dalam
permukiman penduduk.
2. Perhubungan
Problematika utama yang dihadapi dalam pembangunan perkotaan adalah kebutuhan
akan sarana kota, salah satunya adalah sarana transportasi. Kota Tegal telah memiliki 1 (satu)
terminal Tipe A, dengan pelayanan bus AKAP (Antara Kota Antar Provinsi) sebanyak 264
armada, bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) sebanyak 239 armada, 4 PO AKAP, 78 PO
AKDP dengan dua trayek AKAP dan sembilan trayek AKDP. Pelayanan transportasi dalam kota
telah tersedia 25 kendaraan taksi dan 46 angkutan kota.
Sistem jaringan transportasi terbagi menjadi sistem jaringan jalan dan sistem
perangkutan baik barang maupun orang. Untuk sistem jaringan jalan yang ada dapat dilihat
dari kelas jalan dan kualitas jalan. Selanjutnya untuk sistem perangkutan dilihat dari sistem
angkutan orang dan angkutan barang dari armada angkutan yang ada, dengan
memperhatikan pola original destination (O-D). Sistem jaringan jalan di Kota Tegal menganut
pola grip. Menurut data yang ada, panjang seluruh ruas jalan yang ada di Kota Tegal adalah
188,288 km dengan lebar bervariasi antara 2,50 – 18,00 meter yang terdiri dari jalan kota dan
jalan nasional.
Jaringan jalan Kota Tegal sebagian merupakan bagian dari jalan negara antara Jakarta
dan Semarang dan memiliki beban lalu lintas kendaraan yang cukup padat. Jaringan jalan ini
melewati jaringan jalan dalam dan luar Kota. Terkait dengan prasarana jalan, panjang marka
jalan adalah 1000 m2, tidak mengalami perubahan semenjak tahun 2001. Jumlah rambu lalu
lintas 502 buah dan panjang guard rail 100 m. Panjang jalan di Kota Tegal Tahun 2005 yang
sudah diaspal sepanjang 181 km bertambah sepanjang 186,84 km pada tahun 2006,
sementara jalan yang berupa kerikil mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini
tampak siginifikan karena terdapat peningkatan dari jalan kerikil menjadi jalan beraspal. Pada
tahun 2005 jalan yang berupa kerikil sepanjang 2 km berkurang menjadi 1,45 km di tahun
2006. Jalan yang masih berupa tanah selama 3 tahun terakhir sampai dengan tahun 2005
masih tetap yaitu sepanjang 1,14 km, namun pada tahun 2006 sudah tidak ada lagi jalan
yang berupa tanah (Sumber: DPU Kota Tegal/Dinas Bina Marga Tahun 2006).
33
Dilihat dari kondisi jalan, yang termasuk dalam kategori baik sepanjang 161,02 km,
sedang 16,30 km, rusak 9,51 km dan rusak berat sepanjang 1,45 km. Kondisi jalan yang baik
mengalami peningkatan 14,32% pada tahun 2006, sedangkan kondisi jalan yang sedang
mengalami penurunan 34,8% dan kondisi jalan yang rusak juga menurun 47,16%. Dilihat
menurut kelasnya sepanjang 12.905 km merupakan jalan kelas I, 167.265 km adalah kelas II,
1.437 km adalah kelas IIA dan yang tidak terperinci adalah 1.140 km. Rata-rata kondisi jalan
di Kota Tegal jika dilihat berdasarkan kelas jalan termasuk dalam kategori Kelas II dan kondisi
jalannya adalah baik.
Pengembangan jaringan jalan di Kota Tegal didasarkan atas beberapa pertimbangan
yaitu: (1) adanya penetapan pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (2) kebijakan wilayah Provinsi
Jawa Tengah tentang jaringan jalan; (3) kebijakan wilayah kabupaten sekitar tentang jaringan
jalan dan (4) volume lalu lintas yang terjadi. Atas pertimbangan tersebut, pengembangan
jalan dikelompokkan dalam fungsi-fungsi jalan sebagai berikut :
1. Jalan Arteri Primer, berfungsi menghubungkan secara efisien antar pusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan dengan lebar
badan jalan tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lokal dengan kegiatan lokal, disamping
itu jalan masuk ke arteri primer dibatasi secara efisien. Batas luas derah pengawasan jalan
yang diukur dari as jalan pada jalan arteri primer tidak kurang dari 20 meter.
Kondisi jalan arteri primer pada saat ini meliputi Jl. Raya Dampyak, Jl. Martoloyo, Jl. Yos
Sudarso, Jl. MT. Haryono, Jl. Pemuda, Jl. Proklamasi, Jl. Gajah Mada, Jl. Mayjen Sutoyo, Jl.
Kol. Sugiyono dan Jl. dr. Wahidin. Rencana pengembangan jalan arteri primer berdasarkan
RTRW adalah Jl. Lingkar Utara (Jalingkut) dengan melalui Jl. Martoloyo, Jl. Yos Sudarso, Jl.
Piere Tendean, sebagian Jl. Blanak Timur, belok kekiri ke perempatan Sipelem terus ke
barat menuju Brebes (Sumber: RTRW dan hasil survey 2006).
2. Jalan Arteri Sekunder, berfungsi menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder lainnya. Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 km/jam. Pada jalan arteri sekunder, lalu lintas jalur cepat tidak boleh diganggu
lalu lintas lambat.
Kondisi jalan arteri sekunder saat ini meliputi Jl. Lingkar Selatan melalui Jl. Perintis
Kemerdekaan, Jl. Arjuno, Jl. Sumbodro, Jl. Werkudoro, Jl. Teuku Umar dan Jl. Gatot
Subroto, Jl. Pemuda, Jl. Panggung Timur, Jl. Veteran, Jl. A. Yani, Jl. Diponegoro, Jl. A.R.
Hakim, Jl. Sultan Agung. Rencana pengembangan arteri sekunder berdasarkan RTRW
melliputi Jl. Lingkar Selatan melalui Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Arjuno, Jl. Sumbodro, Jl.
Werkudoro dan Jl. K.S Tubun. Jl. Lingkar Selatan, Jl.Teuku Umar dan Jl. Gatot Subroto, Jl.
Pemuda, Jl. Panggung Timur, Jl. Veteran, Jl. A. Yani, Jl. Diponegoro, Jl. A.R. Hakim, Jl.
34
Sultan Agung, Jl. MT. Haryono, Jl. Gajah Mada, Jl. Kapten Sudibyo, Jl. Kol. Sugiono, Jl. dr.
Cipto, Jl. dr. Wahidin, Jl. Mayjen Sutoyo.
3. Jalan Kolektor Primer, berfungsi menghubungkan secara efisien antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7
meter. Batas luar dengan pengawasan jalan yang diukur dari as jalan pada jalan kolektor
primer tidak kurang dari 15 meter.
Kondisi jalan kolektor primer saat ini meliputi Jl. Proklamasi, Jl. Panjaitan, Jl.
Cokroaminoto, Jl. Suprapto, Jl. Setia Budi, Jl. Serayu, Jl. Menteri Supeno, Jl. KH. Mas
Mansyur, Jl. Pancasila, Jl. Semeru, Jl. Kol Sugiarto, Jl. Citarum, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Dr.
Sutomo, Jl. Kapten Ismail, Jl. Brigjen Katamso, Jl. Hang Tuah serta Jl. Sipelem.
4. Jalan Kolektor Sekunder, berfungsi menghubungkan antar kawasan sekunder yang
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan
jalan tidak kurang dari 7 meter. Batas luar daerah pengawasan jalan yang diukur dari as
jalan pada jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 meter. Yang termasuk jalan kolektor
sekunder meliputi Jl. Merpati, Jl. Kompol Suprapto, Jl. Duku, Jl. Salak, Jl. Layur, Jl.
Cendrawasih, Jl. Kauman Tengah, Jl. Waringin, Jl. Kemuning, Jl. Tanjung, Jl. Mawar, Jl.
Slamet, Jl. KH Mukhlis, Jl. Cempaka Barat, Jl. Melati, Jl. KH Ahmad Dahlan, Jl. Tentara
Pelajar, Jl. Nakulo, Jl. Wisanggeni, Jl. Abimanyu, Jl. Abidin, Jl. Bawal, Jl. Sultan Ageng
Tirtayasa, Jl. P. Antasari, Jl. Abdul Gani, Jl. Hasanudin.
Selain jaringan jalan, Kota Tegal juga memiliki stasiun kereta api yang melayani
pengangkutan penumpang dan barang lintas utara (Jakarta-Cirebon-Tegal-Pekalongan-
Semarang-Surabaya). Berdasarkan kelasnya, Stasiun Kota Tegal termasuk dalam kategori
stasiun kelas IA. Luas tanah stasiun mencapai 444.184 m2 dan luas bangunannya mencapai
1.830 m2. Jalur kereta api yang tersedia sebanyak 5 jalur dengan daya tampung emplasement
spur (kereta/gerbong) adalah Spur I-II-III-IV=80 krt/250. Didalam stasiun terdapat 3 loket
untuk melayani penumpang dan didukung pula dengan fasilitas ruang tunggu penumpang
seluas 58 m2 dan lahan parkir seluas 168 m2.
Fasilitas perhubungan lain yang ada di Kota Tegal yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Jongor dan Pelabuhan milik Pelindo yang digunakan sebagai transaksi perdagangan
ikan serta pelabuhan niaga khususnya pengangkutan kayu.
3. Perumahan dan Permukiman
Pembangunan sektor perumahan dan pemukiman memiliki maksud memenuhi
kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan
rendah; mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat golongan
masyarakat; meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan
35
perumahan dan permukiman; menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan
permukiman yang serasi dan berkelanjutan dan mengelola pembangunan dan pemukiman
secara efektif dan efisien. Kondisi perumahan di Kota Tegal dapat dibedakan dalam 3 tipe
yaitu Tipe A, Tipe B dan Tipe C. Selama kurun waktu tahun 1994-2007, jumlah rumah bertipe
A cenderung menunjukkan peningkatan rata-rata 2,80 % setiap tahun, tipe B meningkat rata-
rata 105,62% setiap tahun dan rumah tipe C menurun rata-rata 1,13% per tahun.
Tahun 2007 Kota Tegal memiliki rumah sebanyak 41.963 unit. Jumlah tersebut terbagi
dalam berbagai jenis rumah, yaitu rumah tipe A 29.347 unit, rumah tipe B 7.443 unit dan
rumah tipe C 5.173 unit. Jumlah penduduk sekitar 249.012 jiwa, jumlah KK adalah 58.299
(KK). Dengan perhitungan 1 KK untuk setiap rumah tinggal, Kota Tegal masih membutuhkan
16.336 rumah yang terbagi dalam beberapa tipe.
Tipe rumah penduduk di Kota Tegal selama tahun 2001 sampai dengan 2006, maka
dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah sederhana atau kategori rumah tipe A. Tipe
rumah tersebut selama tahun 2001 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan tiap tahun.
Pada tahun 2006 jumlah rumah tipe A sebanyak 11.388 unit, lebih besar jika dibandingkan
dengan empat tahun sebelumnya. Secara umum dari ketiga tipe rumah tersebut selama lima
tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 jumlah keseluruhan rumah
berdasarkan ketiga tipe sebanyak 262.876 unit, selanjutnya pada tahun 2005 meningkat
menjadi 263.235 unit dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 279.265 unit.
Limbah padat berupa sampah yang ada di Kota Tegal bersumber dari : pasar, hotel,
pusat-pusat perbelanjaan/perdagangan. Pertokoan, permukiman, tempat keramaian/ rekreasi,
industri dan kegiatan lainnya. Volume sampah di Kota Tegal rata-rata tiap hari mengalami
peningkatan dan kapasitas sampah yang terangkut relatif kecil peningkatannya. Volume
sampah rata-rata tiap hari sebesar 635 m3, sedangkan yang terangkut sebesar 255,8 m3 atau
56%. Produksi rata-rata sampah per hari Kota Tegal sebanyak 700 m3, yang terangkut
sebanyak 400 m3, sedangkan sisanya dibuang atau dibakar secara tradisional. Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) pada tahun 2002-2004 sebanyak 47 TPS, sedangkan pada
tahun 2005-2007 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 87 TPS. Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah di Kota Tegal terletak di Kelurahan Muarareja Kecamatan Margadana. Armada
pengangkut sampah berdasarkan data dari Dinas Perkotaan Kota Tegal terdiri armada truk
sampah sebanyak 14 unit, dump truck 10 unit, arah rool 4 unit, 300 grobak sampah, 360 tong
sampah, 4 depo sampah dan 27 kontainer sedangkan truk tinja yang disediakan oleh
pemerintah maupun swasta sebanyak 9 truk tinja, kendaraan roda 3 pengangkut sampah TPA
sebanyak 8 unit, buldozer sebanyak 2 buah dan exavator sebanyak 1 unit.
4. Komunikasi dan Informatika
Kemajuan pembangunan bidang komunikasi dan informatika dari tahun ke tahun
36
menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Salah satu kemajuan yang terlihat saat ini
adalah ketersediaan telekomunikasi yang cukup memadai dan semakin banyak dimiliki oleh
masyarakat secara luas. Dalam hal telekomunikasi, perkembangan kepemilikan telepon
termasuk didalamnya adalah fixed phone maupun mobile phone cukup menggembirakan
walaupun jumlahnya masih sedikit. Sementara itu dalam hal ketersediaan informatika,
semakin mudah dan cepat informasi-informasi yang mampu diakses oleh masyarakat, sebagai
implementasinya Pemerintah Kota Tegal telah meluncurkan website resmi yaitu
www.tegalkota.go.id disamping itu semakin banyak satuan kerja perangkat daerah yang
memiliki website sebagai media penyebarluasan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
Berdasarkan Data SUSENAS BPS Tahun 2006, dari 61.408 rumah tangga di Kota Tegal,
yang memiliki pesawat telepon sebanyak 11.110 rumah tangga (18,09%), sedangkan yang
memiliki telepon seluler sebanyak 17.170 rumah tangga (27,96%). Sementara itu, jumlah
kepemilikan komputer masih jauh dari yang diharapkan yaitu hanya 2.323 rumah tangga
(3,78%).
Terkait dengan kewenangan dalam pembangunan bidang pos dan telekomunikasi, salah
satu urusan yang wajib dilaksanakan kabupaten/kota adalah penyelenggaraan pelayanan pos
bagi masyarakat. Jumlah kantor pelayanan pos dan giro di Kota Tegal dari tahun ke tahun
stagnan yaitu sebanyak 22 unit. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi telepon
seluler yang memiliki keunggulan jasa layanan SMS (short message service), pelayanan surat
menyurat lewat kantor pos dan giro mengalami kecenderungan penurunan dari tahun ke
tahun. Pengiriman surat biasa dari tahun 2004-2007, rata-rata terjadi penurunan sebesar
3,89% setiap tahun, sedangkan untuk pengiriman surat kilat khusus dan ekspres dari tahun
2004-2007 terjadi peningkatan rata-rata 4,53% setiap tahun.
Terkait dengan penyebarluasan informasi, di Kota Tegal banyak terdapat media massa
yang beredar antara lain Suara Merdeka, Wawasan, Radar Tegal, Nirmala Pos, Seputar
Indonesia, Kompas, dan beberapa surat kabar lainnya. Sedangkan jumlah stasiun radio
selama beberapa tahun terakhir tidak mengalami banyak perubahan, stasiun radio AM
sebanyak 1 stasiun dan radio FM sebanyak 9 stasiun.
F. Politik dan Tata Pemerintahan
1. Otonomi Daerah, pemerintahan Umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur menurut Undang−Undang
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang−Undang No. 33 Tahun 2004
37
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Maka Pemerintah Kota
Tegal harus melaksanakan urusan yang telah dilimpahkan kepada kabupaten/kota dari
pemerintah pusat yaitu sebanyak 26 kewenangan urusan wajib dan 8 urusan pilihan.
Pelimpahan urusan tersebut diatur dalam PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan urusan tersebut setiap tahun dilaporkan kepada
pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) seperti yang disebut dalam PP Nomor 3
Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.
Penyelenggaraan urusan tersebut tidak terlepas dari kapasitas daerah dalam mengelola
urusan kewenangan wajib dan urusan pilihan serta pelaksanaan tugas pelimpahan dari
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Kemampuan pembiayaan, sumberdaya aparatur, kelembagaan daerah dan potensi lain yang
dimiliki Kota Tegal merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas daerah. Penyelenggaraan
urusan kewenangan tersebut dilaksanakan oleh 5 (lima) Badan termasuk pengelola RSU
Kardinah, 10 (sepuluh) dinas dan 5 (lima) kantor, serta 1 (satu) satuan Polisi Pamong Praja
(perangkat daerah berdasarkan PP 8 Nomor 2003). Jumlah aparatur (2004) sebanyak 4.203
orang. Berdasarkan golongan dan kepangkatan, sebagaian besar Golongan III (2.201 orang),
dan Golongan IV (626 orang) dengan pengalaman dan tingkat pendidikan semakin baik,
umumnya berpendidikan tinggi (Sarjana dan Pasca Sarjana). Rasio aparatur dengan jumlah
penduduk di Kota Tegal yaitu 1 berbanding 61 termasuk perbandingan cukup baik.
Perkembangan keuangan daerah dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang
cukup baik. Tahun 2006 pendapatan daerah sebesar Rp. 273.881.696.000,00. dengan
perincian Pendapatan Asli Daerah (PAD) sejumlah Rp. 58.869.585.000,00 (21,50%) dana
perimbangan sebesar Rp. 262.465.913.000 dan lain-lain pendapatan yang syah sebesar
Rp.11.667.466.000. Dimasa mendatang diharapkan pendapatan asli daerah dari pajak daerah
dan retribusi daerah akan lebh besar daripada dana perimbangan. Pengelolaan administrasi
keuangan daerah, melalui desentralisasi fiskal Pemerintah Kota Tegal berupaya melakukan
pengelolaan secara akuntabel dan transparan berdasarkan pengelolaan anggaran berbasis
kinerja sebagaimana ditentukan PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah
dan SK Mendagri No. 13 Tahun 2006. Pemerintah Kota Tegal berkewajiban mengelola sumber
keuangan daerah secara transparan, akuntabel dan efisien, mensinergikan kebijakan
pembangunan daerah dan kebijakan nasional serta melaporkan dan
38
mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD (LPJ) kepada Pemerintah Pusat dan Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada masyarakat melalui DPRD.
Seiring dengan semakin luasnya kewenangan daerah, pemerintah Kota Tegal berupaya
mewujudkan tata pemerintahan yang amanah telah disusun peraturan berupa Peraturan
Daerah (Perda) dan Peraturan Walikota (Perwal). Perda dan Perwal yang telah disusun dalam
rangka pembaruan hukum menyesuaikan dengan peraturan perundangan yang baru, maka
setiap tahun rata-rata disahkan sebanyak 6–12 Peraturan Daerah dan sebanyak 5–12
Peraturan Walikota dalam rangka pemantapan peraturan hukum dan penyesuaian dengan
kebijakan otonomi daerah yang baru. Peran aparatur pemerintah daerah semakin ditingkatkan
terutama bagi pelayanan publik, promosi dan fasilitasi penananaman modal dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan publik yang berkualitas, akuntabel,
transparan mencerminkan citra pemerintah yang semakin baik menuju perwujudan
penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (good governance).
Meskipun pelaksanaan pelayanan umum di Kota Tegal belum sepenuhnya mengacu
pada SK Menpan tentang Pedoman Pelayanan Umum, SK No. 63/SK/M.PAN/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dan SK. Menpan No. 26/M.PAN/2/2004
tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik. Selain itu, pemerintah daerah perlu mendorong peningkatan kesadaran hukum dan
penegakkan hukum (law enforcement) masih rendah untuk mendukung pemerintahan daerah
yang bersih dan bertanggung jawab.
Kerjasama Antar Daerah (KAD) Kota Tegal dengan kabupaten/kota terdekat, dengan
tujuan, antara lain mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya, memecahkan permsalahan
lintas daerah dan meningkatkan kemitraan serta daya saing daerah. Kerjasama antar daerah
yang telah dilakukan adalah Sapta Mitra Pantura merupakan kerjasama tujuh kabupaten/kota
di Pantai Utara bagian barat terkait dengan pengelolaan sumber daya pantai dan kelautan
dalam pengelolaan terpadu. Kerjasama melalui sampan yang merupakan kerjasama secara
terkoordinasi dalam peningkatan pelayanan publik, pengembangan ekonomi dan promosi
daerah dalam rangka investasi, penatan ruang antar daerah, pengembangan kawasan
perbatasan dan penanganan potensi konflik.
2. Perencanaan Pembangunan
Data untuk Mendukung Perencanaan Pembangunan Daerah. Perencanaan
pembangunan yang baik memerlukan data dan informasi yang akurat. Data dapat berupa
data statistik, hasil monitoring, hasil evaluasi, hasil pengawasan, hasil validasi maupun hasil
studi/penelitian. Data dan informasi yang akurat sangat membantu dalam mempertajam
prediksi atau perkiraan keadaan di masa mendatang. Data dan informasi yang diperlukan
dalam penyusunan perencanaan pembangunan semakin baik jika dibandingkan tahun-tahun
39
sebelumnya, namun demikian validitas data masih harus ditingkatkan agar benar-benar dapat
memberikan informasi obyektif terhadap kondisi maupun prestasi pembangunan yang telah
dicapai. Berbagai data dan informasi telah disediakan oleh Bappeda Kota Tegal, antara lain
Profil Daerah, Buku Kota Tegal dalam Angka, buku Dokumen Evaluasi Kegiatan atau Proyek
yang telah disusun oleh Bappeda dan berbagai dokumen yang menggambarkan profil masing-
masing urusan kewenangan Kota.
Perencanaan Pembangunan Daerah yang Partisipatif. Perencanaan pembangunan
melibatkan seluruh stakeholder pada masing-masing urusan, dari pemerintah Kota Tegal
yang diwakili SKPD, unsur perguruan tinggi, tokoh masyarakat, perwakilan dunia usaha, serta
asosiasi profesi yang ada di Kota Tegal. Pelibatan stakeholder tersebut dilakukan dalam
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah berupa RPJPD, RPJ Kota Tegal dan
RKPD. Hal yang sama juga dilakukan Pemerintah Kota Tegal dalam menyusun perencanaan
pembangunan ekonomi, sosial budaya dan prasarana perwilayahan serta sumberdaya alam.
Koordinasi Perencanaan Pembangunan Daerah. Koordinasi perencanaan pembangunan
antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah dilaksanakan dalam penyusunan berbagai
perencanaan pembangunan daerah, menyangkut perencanaan pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial budaya serta pembangunan prasarana wilayah dan sumberdaya alam.
Koordinasi juga dilakukan dengan kabupaten/kota di sekitar Kota Tegal dan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dalam penyusunan perencanaan pembangunan wilayah di berbagai
urusan, seperti lingkungan hidup, industri, perdagangan dan lain sebagainya.
Kerjasama Antar Daerah. Dalam rangka percepatan pencapaian hasil-hasil pembangunan
maupun penyelesaian permasalahan pembangunan di Kota Tegal, diperlukan kerjasama
dengan berbagai pihak.
3. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Terjadinya konflik horisontal di beberapa wilayah Negara Indonesia, seperti Maluku dan
Poso menunjukkan bahwa masih adanya potensi bahaya disintegrasi bangsa di Negara Kita.
Meskipun hal ini tidak terjai di Kota Tegal namun upaya untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa perlu terus diupayakan agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dapat terjaga dengan baik.
Perkembangan demokrasi di Kota Tegal cukup baik, hal ini dapat kita lihat dari
suksesnya pelaksanaan Pemilihan Umum (1999 dan 2004) dan Pemilihan presiden secara
langsung pada Tahun 2004 yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya konflik
horisontal yang terjadi di Kota Tegal baik sebelum, saat maupun pasca pesta demokrasi.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu tahun 2004 mencapai 75 %, hal ini terlihat dari
jumlah pemilih 171.865 jiwa sedangkan jumlah surat suara yang sah sebanyak 129.141 suara.
40
Jumlah partai politik yang menjadi peserta Pemilu pada tahun 2004 adalah sebanyak 24
Partai Politik. Partai politik yang mendapat kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
yaitu sebagai berikut 1). Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (8 kursi); 2). Partai Golongan
Karya (6 kursi); 3). Partai Persatuan Pembangunan (1 kursi); 4). Partai Demokrat (3 kursi);
5). Partai Keadilan Sejahtera (2 kursi); 6). Partai Amanat Nasional (4 kursi); 7). Partai
Perhimpunan Indonesia Baru (1 kursi); 8). Partai Kebangkitan Bangsa (5 kursi). Lima partai
politik yang mendapatkan dukungan besar adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P) sebanyak 33.006 suara, Partai Golongan Karya dengan jumlah suara sebanyak 21.933
suara, Partai Kebangkitan Bangsa dengan jumlah suara sebanyak 20.361 suara, Partai
Demokrat (12.604 suara) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebanyak 11.925 suara.
Masyarakat akan melakukan Pemilihan Gubernur secara langsung (2008) dan Pilkada
Kota Tegal tahun 2008 secara langsung. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah
peningkatan pendidikan politik bagi pemilih pemula dan kaum perempuan sejalan dengan
upaya mendorong tumbuhnya keterwakilan perempuan sebesar 30%, berdasarkan amanat
UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Demikian pula dengan fungsi dan peran partai-
partai politik belum secara optimal dalam penampung aspirasi dan kepentingan masyarakat,
melakukan pendidikan politik dan kaderisasi calon pejabat publik (Walikota/Calon Walikota
dan Calon Anggota DPR/DPRD).
Sejak bergulirnya reformasi pada tahun 1997/1998 permasalahan kesadaran hak dan
kewajiban warga negara, serta kesadaran hukum masyarakat belum menunjukkan
perkembangan yang baik, hal ini dapat menjadi hambatan serius bagi terwujudnya
demokratisasi di negara kita, karena kesadaran hukum merupakan hal yang penting dalam
menuju masyarakat yang demokratis serta menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia
(HAM). Masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat untuk saat ini juga menjadi
permasalahan penting bagi Pemerintah Kota Tegal.
Banyaknya kriminalitas di Kota Tegal pada tahun 2007, antara lain adalah pencurian
dengan pemberatan sebanyak 40 kasus, pencurian kendaraan bermotor sebanyak 16 kasus,
pencurian dengan kekerasan sebanyak 8 kasus, penganiayaan dengan pemberatan 8 kasus,
pembunuhan 1 kasus, narkotika sebanyak 17 kasus, perkosaan 1 kasus dan kenakalan remaja
2 kasus.
Kota Tegal merupakan wilayah yang terletak di dataran rendah, dengan tinggi kurang
dari 3 meter di atas permukaan laut sehingga menjadi wilayah yang rawan terhadap bencana
alam khususnya banjir, abrasi dan rob.
4. Statistik
Sebagai salah satu urusan pembangunan yang terkait erat dengan pengelolaan dan
penyajian data, statistik mempunyai peran dan fungsi yang sangat strategis dalam
41
perencanaan kebijakan pembangunan. Selain itu, informasi statistik juga dapat menunjukkan
perkembangan, permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan.
Beberapa data yang harus disediakan oleh bidang statistik dalam menunjang
perencanaan pembangunan daerah, sesuai yang diamanatkan dalam UU 32 Tahun 2004 pasal
152 ayat (1) dan (2) meliputi : (1) penyelenggaraan pemerintahan daerah; (2) organisasi dan
tata laksana pemerintahan daerah; (3) kepala daerah, DPRD, perangkat daerah dan PNS
daerah; (4) keuangan daerah; (5) potensi sumberdaya daerah; (6) produk hukum daerah; (7)
kependudukan; (8) informasi dasar kewilayahan; dan (9) informasi lain terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selanjutnya pada pasal 152 ayat (2) dan (3)
ditegaskan bahwa penyediaan data/informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
merupakan salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah, karena
dengan tersedianya data/informasi tersebut akan sangat menentukan kualitas kebijakan yang
diambil oleh pemerintah daerah. Untuk mewujudkan upaya tersebut, perlu dukungan sistem
pengelolaan data yang terintegrasi secara regional maupun nasional.
BPS Pusat bersama BPS Jawa Tengah dan BPS Kota Tegal secara rutin telah
melaksanakan kegiatan–kegiatan yang berskala nasional baik kegiatan bersifat sensus
maupun survei, antara lain: Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, Sensus Ekonomi; survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), survei Potensi Desa (PODES), dan kegiatan statistik
dasar lainnya. BPS Kota Tegal bersama Pemerintah Kota Tegal berkoordinasi dengan
Dinas/Instansi terkait secara terpadu dan berkesinambungan telah menyusun publikasi Tegal
Dalam Angka, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan beberapa publikasi statistik
lainnya guna memenuhi kebutuhan data bagi perencanaan pembangunan nasional dan Kota
Tegal khususnya.
Kemudahan dalam memperoleh data/informasi tersebut sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik terutama pasal 6 poin (b) dan pasal 20. Pasal 6 point
b menyebutkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengetahui dan
memanfaatkan statistik secara khusus dengan tetap memperhatikan hak seseorang atau
lembaga yang dilindungi undang-undang. Sementara itu, dalam pasal 20 disebutkan bahwa
penyelenggara kegiatan statistik wajib memberikan kesempatan yang sama kepada
masyarakat untuk mengetahui dan memperoleh manfaat dari statistik yang tersedia, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Kearsipan
Pembangunan bidang kearsipan memiliki peran mendokumentasikan arsip-arsip penting
terkait dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahanan daerah maupun pelaksanaan
pembangunan di berbagai sektor. Hal ini penting mengingat dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah memerlukan dokumen-dokumen yang terjamin keamanan, kerahasiaan
42
dan keasliannya.
Dalam urusan kearsipan, kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah meliputi
beberapa hal antara lain kewenangan dalam perumusan kebijakan, pembinaan,
penyelamatan, pelestarian dan pengamanan serta kewenangan untuk melakukan pengawasan
dalam penyelenggaraan kearsipan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kearsipan, Kegiatan Penyelenggaran Pengelolaan Arsip dilaksanakan mulai dari penciptaan
sampai dengan penyusutan dan pelestarian. Dalam rangka mendukung hal-hal yang diatur
dalam undang-undang tersebut maka sarana prasarana bidang kearsipan dan manajemen
pengelolaan kearsipan mutlak untuk ditingkatkan. Oleh karenanya kualitas sumberdaya
aparatur bidang kearsipan juga perlu ditingkatkan.
Terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan bidang kearsipan, pemerintah telah
melakukan fasilitasi peningkatan sarana prasarana bidang kearsipan melalui pengadaan
perangkat kearsipan elektronik. Terkait dengan pembinaan dalam penyelenggaraan kearsipan
pada semua satuan kerja dan sampai ke tingkat kecamatan dilakukan melalui kegiatan
pelatihan dan bimbingan teknis (Bintek) dengan sasaran pemasyarakatan arsip, penyadaran
pentingnya pengelolaan dokumen/arsip daerah dan penyusunan database informasi
kearsipan.
G. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Kota Tegal beriklim tropis dengan ciri adanya pergantian musim penghujan dan musim
kemarau. Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober yang diakibatkan oleh
berhembusnya angin timur yang berasal daratan Australia, sedangkan musim penghujan terjadi
pada bulan Oktober sampai dengan April akibat berhembusnya angin barat dari samudra Hindia.
Curah hujan rata-rata Kota Tegal sebesar 2.017,75 mm/tahun. Suhu udara berkisar antara 24-310
C dengan suhu rata-rata 27° C. Kota Tegal merupakan daerah dataran rendah yang berada pada
ketinggian antara 0-3 meter diatas permukaan laut.
a. Kondisi Udara
Letak Kota Tegal yang sangat strategis pada jalur pantura dan Kota perlintasan jalur
darat dari Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta bahkan Trans Sumatra menuju propinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta sebaliknya. Hal ini menyebabkan kepadatan lalu lintas
meningkat dengan pesat dan memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Kota
Tegal. Padatnya arus lalu lintas, berpengaruh pada kualitas udara di Kota Tegal. Berdasarkan
pengukuran kualitas udara ambien parameter ISPU pada tahun 2006, maka parameter yang
melebihi baku mutu adalah partikel debu (PM1O). Partikel debu yang melebihi nilai ambang
batas yang merupakan daerah dengan kategori berbahaya (300 lebih) adalah Kelurahan
Kaligangsa, Margadana, Pesurungan Kidul, Randugunting, Kejambon, Panggung, Tegalsari,
43
dan Muarareja. Daerah yang sangat tidak sehat (200-299) adalah Pesurungan Lor dan
Keturen. Sedangkan daerah yang tidak sehat (101-199) adalah Pesurungan Lor dan Cabawan.
b. Kondisi Sungai
Wilayah Kota Tegal dilalui oleh enam sungai yaitu : (1). Sungai Gangsa di sebelah
barat; (2).Sungai Kemiri; Sungai Gung sebelah tengah; Sungai Sibelis di tengah; Sungai
Ketiwon di sebelah timur dan Sungai Pesing.
Berdasarkan pengujian kualitas air di Sungai Gung, Sungai Sibelis dan sungai Kemiri
pada tahun 2004–2007, maka kedua sungai tersebut dikategorikan tercemar. Hal ini dapat
dilihat dari adanya parameter yang melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan untuk
kandungan BOD, COD, fosfat, kadmium, H2S, deterjen, Fera coli dan total coliform. Penyebab
beberapa parameter melebihi baku mutu karena beban pembuangan limbah industri, rumah
sakit, hotel dan yang paling banyak memberikan kontribusi penyebab di atas berasal dari
limbah rumah tangga.
Pantauan yang dilakukan oleh Kapedal Kota Tegal terhadap Sungai Kemiri menunjukkan
parameter yang melebihi nilai ambang batas yaitu BOD, kadmium, H2S, fenol coli, dan total
coliform, tembaga dan detergen. Sedangkan Sungai Sibelis tercemar oleh buangan limbah
kegiatan industri, rumah sakit, perhotelan dan rumah tangga, dari hasil pantauan kondisi
sungai Sibelis, parameter yang melebihi nilai ambang batas adalah BOD, residu terlarut, COD,
fecal coli, kadmium, deterjen, total coliform dan H2S.
Tingginya beban pencemaran sungai di Kota Tegal adalah akibat aktivitas manusia dan
industri di darat. Banyak perusahaan/industri yang tidak memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) sehingga limbah industri langsung dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Dari 300 perusahaan atau industri yang menghasilkan limbah cair hanya 42 industri yang
memiliki IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dan 35 perusahaan/industri yang memiliki
resapan. Selain dari beban kegiatan industri, Sungai di Kota Tegal juga terbebani oleh
aktivitas rumah tangga yaitu pembuangan limbah cair/tinja dan sampah. Di daerah pesisir
hanya 35% rumah tangga yang memiliki jamban keluarga (project CO FISH 2002).
Sistem pembuangan air limbah di Kota Tegal hingga saat ini masih ditangani secara
individu oleh tiap-tiap rumah tangga dan masing-masing industri (industri rumah tangga). Air
limbah rumah tangga langsung dibuang ke saluran pembuangan/selokan. Untuk industri,
sebagian kecil telah memiliki UPAL (Unit Pengolahan Air Limbah), air sebelum dibuang ke
perairan umum diolah di dalam unit ini. Jumlah air limbah buangan diperhitungkan dengan
asumsi 80% dari air bersih yang dipergunakan menjadi air limbah. Besarnya pemakaian air
bersih rata-rata per jiwa per hari adalah 70 liter1. Produksi air limbah rumah tangga maupun
1 Standar kebutuhan air untuk kota orde 1 sebesar 80 liter/hari sedangkan untuk kota orde 2 dan seterusnya sebesar 60 liter/hari. Kebutuhan air diperhitungkan sebesar rata-rata 70 liter/hari.
44
industri yang cukup besar dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengolah limbah
tersebut.
c. Kondisi Air Tanah
Air tanah di Kota Tegal mengalir menuju ke pantai dengan potensi akuifer dalam di
daerah bagian timur berkisar antara 1-25 lt/detik, daerah tengah 1-16 lt/detik sedangkan
pada daerah barat 1-15 lt/detik. Akuifer dangkal sebagian sudah terintrusi air laut, terutama di
bagian Barat. Intrusi air laut pada Sungai Ketiwon mencapai 4.500 m dari garis pantai, Sungai
Kemiri 7.100 m dari garis pantai dan sungai Gangsa mencapai 9.700 m dari garis pantai.
Sedangkan intrusi air laut pada air tanah mempunyai kedalaman bervariasi. Pada daerah
timur Kota Tegal intrusi air laut terletak pada kedalaman antara 3,2 m sampai 8.3 m, pada
daerah tengah intrusi terletak pada kedalaman antara 6 m sampai 28 m, sedangkan daerah
barat intrusi terletak pada kedalaman 1,8 m sampai 19 m (Laporan Studi Intrusi Air Laut,
2004).
d. Kondisi Pantai Kota Tegal
Panjang pantai Kota Tegal adalah 7,5 Km yang terbentang di Kelurahan Panggung,
Mintaragen, Tegalsari dan Muarareja. Abrasi di pantai Kota Tegal teradi sejak tahun 1980-an.
Luasan daerah yang terabrasi adalah 48,03 ha. Penyebab terjadinya abrasi di Kota Tegal
adalah alam dan manusia. Penyebab alam berupa arus/arah angin dan gelombang.
Sedangkan penyebab dari manusia adalah rusaknya hutan bakau akibat ulah manusia.
Penebangan hutan bakau dilakukan dengan dalih untuk meningkatkan perekonomian. Kayu
bakau digunakan untuk arang yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Saat ini Kota Tegal bersama Provinsi Jawa Tengah tengah berusaha untuk mengatasi
abrasi di Kota Tegal baik dengan cara fisik berupa groin (bangunan pemecah gelombang)
maupun dengan penanaman hutan bakau. Adanya bangunan yang menjorok ke pantai
menyebabkan berubahnya arah arus di Kota Tegal. Pada tahun 2001-awal tahun 2005 daerah
yang paling rawan abrasi adalah Kelurahan Muarareja dan Mintaragen. Penyebab abrasi di
Muarareja adalah adanya jetty kolam pelabuhan (bangunan yang menjorok ke laut) di PPP
Tegalsari, sedangkan penyebab abrasi di Panggung karena adanya jetty kolam pelabuhan
(dermaga) di Pelabuhan niaga Kota Tegal. Pada tahun 2005 Kelurahan Panggung terjadi
penggerusan pantai yang cukup hebat selama musim Timur dan Barat.
45
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
A. Sosial Budaya
1. Pendidikan
Potensi pembangunan bidang pendidikan di Kota Tegal adalah tingginya Angka
Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Transisi (AT) pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Ketersediaan guru pada semua jenjang pendidikan juga
sangat memadai, hal ini dapat dilihat dari rasio guru terhadap murid pada semua jenjang
pendidikan.
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun jumlah sekolah SD dan SLTP
mengalami penurunan, namun tidak terjadi pada sekolah SLTA. Selama kurun waktu tahun
2001-2007, rata-rata penurunan jumlah SD sebesar 0,02% per tahun dan pada SLTP
menurun sebesar 1,02% per tahun, sedangkan pada SLTA mengalami peningkatan namun
relatif kecil, rata-rata peningkatannya 0,67% per tahun. Selain penurunan jumlah sekolah,
beberapa sekolah belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Pembangunan pendidikan di Kota Tegal untuk beberapa tahun ke depan mempunyai
tantangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah melalui
pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang memadai serta peningkatan kualitas guru.
Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, maka isu strategis bidang pendidikan di Kota Tegal
adalah sebagai berikut :
a. Belum maksimalnya perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan.
b. Masih rendahnya daya serap lulusan sekolah menengah di dunia kerja.
c. Belum optimalnya tata kelola dan pencitraan publik lembaga penyelenggara pendidikan.
d. Kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan.
e. Masih rendahnya kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme guru.
2. Kesehatan
Kondisi sarana dan prasarana kesehatan di Kota Tegal lebih baik dibandingkan
dengan kabupaten/kota di sekitar Kota Tegal. Masyarakat kabupaten/kota sekitar makin
banyak yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Kota Tegal. Melihat perkembangan
kondisi ini Kota Tegal akan menjadi pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitarnya.
Meskipun memiliki sarana dan prasarama yanag memadai, namun beberapa
permasalahan masih tetap mewarnai pembangunan kesehatan di Kota Tegal. Kecenderungan
46
meningkatnya jumlah penduduk miskin di Kota Tegal dan rendahnya daya beli masyarakat
akan makanan yang bergizi membawa dampak pada meningkatnya gizi buruk di masyarakat.
Kondisi ini dapat dilihat dari status gizi pada bayi dan balita yang dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Indikator angka kematian ibu melahirkan kecenderungan mengalami
peningkatan pada 20 tahun kedepan berdasarkan data yang ada.
Kota Tegal sebagai jalur transportasi pantai utara pulau Jawa merupakan ancaman
bagi perkembangan kesehatan di Kota Tegal. Banyaknya pangkalan truk di daerah sekitar
(Kabupaten Tegal) dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit
kelamin terutama HIV AIDS. Selain itu ada kecenderungan meningkatnya angka kesakitan
penyakit menular yang lain karena buruknya higiene sanitasi lingkungan dan perilaku yang
tidak sehat. Perkembangan yang lain adalah meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak
menular seperti penyakit jantung, diabetis mellitus, neoplasma (cancer) dan stroke. Kondisi ini
dikarenakan oleh pola hidup yang tidak sehat . Prediksi Permasalahan yang lain adalah masih
kurangnya tenaga kesehatan baik medis maupun paramedis serta masih belum optimalnya
mutu pelayanan kesehatan di Kota Tegal.
Keterbatasan akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan juga
menjadi persoalan penting. Keterbatasan ini disebabkan oleh terbatasnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi serta belum optimalnya monitoring yang mampu mendeteksi
perkembangan layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Melihat permasalahan dan tantangan yang ada maka isu strategis pembangunan
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya Angka Kematian Ibu.
b. Kecenderungan meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular tertentu,
sedangkan penyakit menular tertentu belum sepenuhnya dapat dikendalikan dan
munculnya penyakit menular baru (new emerging diseasis) juga masih mengancam.
c. Belum optimalnya monitoring dan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi.
d. Masih kurangnya tenaga kesehatan tertentu dan belum optimalnya mutu pelayanan
kesehatan.
e. Kecenderungan menurunnya status gizi masyarakat terutama pada bayi dan Balita.
f. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dan swadaya masyarakat dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat serta dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.
3. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Meningkatnya jumlah penduduk di tahun yang akan datang, menyebabkan urusan
Keluarga Berencana (KB) dan keluarga sejahtera menjadi cukup berat. Hal ini dikarenakan KB
merupakan salah satu program pengendalian kelahiran. Sementara itu diprediksikan akseptor
47
KB mengalami penurunan, hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat yang mulai menurun
untuk mengikuti program KB. Kesadaran laki-laki untuk mengikuti atau berpartisipasi sebagai
akseptor KB juga masih kecil. Penurunan ini terjadi seiring dengan menurunnya kualitas dan
kuantitas petugas penyuluh kesehatan.
Kebijakan pembangunan keluarga berencana melekat pada kewenangan kabupaten
yang tertuang di dalam PP No 38 Tahun 2007. Salah satu kewenangan dalam pembangunan
keluarga berencana adalah partisipasi institusi masyarakat pedesaan (IMP) dalam pembinaan
dan pengembangan KB. Sementara itu sampai saat ini IMP dalam pembinaan dan
pengembangan KB masih belum optimal.
Jumlah penduduk miskin di Kota Tegal diprediksikan akan meningkat dengan adanya
isu global tentang kenaikan harga minyak dunia dan kebijakan nasional tentang kenaikan
harga BBM. Dampak dari kebijakan tersebut adalah meningkatnya harga-harga kebutuhaan
pokok masyarakat sehingga menyebabkan daya beli masyarakat semakin rendah. Berbagai
program penanggulangan kemiskinan belum mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.
Kemiskinan juga menjadikan sebagian besar masyarakat menghentikan penggunaan alat
kontrasepsi karena kemampuan daya beli alat kontrasepsi semakin menurun.
Berdasarkan kondisi di atas, isu strategis dalam bidang kelurga berencana dan
keluarga sejahtera adalah :
a. Menurunnya jumlah akseptor KB.
b. Meningkatnya jumlah drop out peserta KB.
c. Masih rendahnya partisipasi pria untuk menggunakan alat kontrasepsi.
d. Menurunnya kualitas penyuluh KB.
e. Belum optimalnya partisipasi institusi masyarakat pedesaan (IMP) dalam pembinaan dan
pengembangan KB.
f. Masih tingginya jumlah keluarga miskin di Kota Tegal bahkan cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
4. Tenaga Kerja
Tingginya angkatan kerja yang ada sebagai akibat dari rata-rata pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Kondisi ini tidak didukung dengan kesempatan kerja yang rata-
rata setiap tahunnya mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kualitas
tenaga kerja sebagai salah satu penyebab tingginya pengangguran. Tidak adanya kesesuaian
antara lulusan SMK/SMU dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh dunia industri turut
meningkatkan angka pengangguran. Kendala lain yang dihadapi terutama oleh para pencari
kerja adalah kurangnya informasi mengenai lowongan kerja yang ada. Masalah lain yang
selalu muncul dalam pembangunan ketenagakerjaan adalah belum terwujudnya secara
48
optimal perlindungan atas hak-hak tenaga kerja dan jaminan pelayanan kesehatan dan
jaminan keselamatan kerja. Hal ini masih dijumpai perselisihan atau konflik antara tenaga
dengan pemilik usaha atau pemberi kerja yang menyangkut upah, jaminan kesehatan, sosial
dan keselamatan kerja. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa hubungan industrial dalam
pembangunan ketenagakerjaan belum sepenuhnya berjalan dengan baik, sehingga dampak
dari kondisi tersebut sering terjadi pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
Tantangan dalam pembangunan dalam urusan ketenagakerjaan adalah komitmen
dalam MDGs bahwa Indonesia harus menurunkan jumlah pengangguran di usia muda dengan
bekerja sama dengan negara lain dalam penciptaan dan menumbuhkan startegi penciptaan
lapangan kerja. Selain itu Indonesia juga telah menjadi salah satu negara yang tergabung
dalam YEN (Youth Employment Network) yang bekerja sama dengan ILO, PBB dan Bank
Dunia. Berdasarkan amanat YEN kemudian Indonesia membentuk IYENetwork dan
mengembangkan IYEAP (Indonesian Youth Employment Action Plan). IYEAP mengamanatkan
agar Indoensia memastikan kaum mudanya untuk lebih siap bekerja melalui penyediaan
pendidikan dasar dan kejuruan yang berkualitas, pengembangan jiwa kewirausahaan,
pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan dan penciptaan iklim
kondusif yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Berdasarkan kondisi ketenagakerjaan di Kota Tegal selama kurun waktu lebih dari 10
tahun, maka dirumuskan isu strategis sebagai berikut :
a. Masih tingginya angka pengangguran dan rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK).
b. Rendahnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kerja, sehingga tidak mampu
berkompetisi di pasar kerja.
c. Belum optimalnya peran lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan calon
tenaga kerja.
d. Belum efektifnya pelaksanaan perlindungan, pelayanan kesehatan dan jaminan
keselamatan kerja.
e. Belum harmonisnya hubungan industrial dan masih banyaknya masalah perselisihan
hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja.
5. Kependudukan Catatan Sipil
Pada tahun 2005-2025 diperkirakan Kota Tegal akan mengalami peningkatan jumlah
penduduk. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,51% pertahun, maka sampai
tahun 2025, diprediksikan jumlah penduduk Kota Tegal akan berjumlah 271.221 jiwa, yang
terdiri dari 135.947 jiwa penduduk laki-laki dan 135.274 jiwa penduduk perempuan.
Kecenderungan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan masih akan
49
terjadi pada tahun 2025.
Prediksi pertumbuhan penduduk selama 20 tahun ke depan juga akan dipengaruhi
oleh migrasi penduduk dari kota/kabupaten lain di sekitar Kota Tegal. Diprediksikan
perbandingan antara penduduk yang datang ke Kota Tegal dengan penduduk yang pergi,
akan lebih banyak penduduk yang datang. Kota Tegal dalam 20 tahun mendatang mempunyai
daya tarik bagi usaha industri, perdagangan dan jasa, yang secara langsung akan menyerap
tenaga kerja yang banyak sehingga akan menarik orang untuk tinggal di Kota Tegal.
Meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan terjadinya peningkatan penyediaan
sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat. Melihat
kondisi 10 tahun terakhir maka isu strategis pembangunan kependudukan dan catatan sipil
adalah belum optimalnya pelaksanaan administrasi kependudukan.
6. Sosial
Proyeksi ancaman pada pembangunan sosial adalah sebagai berikut: masih cukup
tingginya pertumbuhan jumlah penduduk dengan penyebaran penduduk yang tidak merata
menyebabkan permasalahan dibidang lingkungan, keamanan dan ketertiban, serta kesehatan,
masih tingginya jumlah pengangguran juga dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya
jumlah kriminalitas di Kota Tegal dan masih tingginya masyarakat penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Partisipasi masyarakat belum optimal dalam menangani permasalahan
penyandang masalah kesejahteraan sosial. Selain itu sarana dan prasarana dalam
penanganan penyadang masalah kesejahteraan sosial belum mampu menangani dengan baik.
Keberhasilan peningkatan kesejahteraan sosial akan tercapai apabila didukung oleh
penganggaran dan kebijakan yang komprehensif serta didukung oleh data yang valid. Selain
itu perkembangan pembangunan dan perekonomian Kota Tegal sangat dimungkinkan untuk
mengatasi permasalahan pengangguran, kemiskinan dan permasalahan sosial yang lain.
Tantangan ke depan pembangunan sosial adalah kecenderungan meningkatnya sikap
individualisme, hedonisme, apatisme, serta melemahnya kepedulian dan kesetiakawanan
sosial masyarakat yang dikarenakan melunturnya budaya masyarakat.
Berdasarkan kondisi sosial Kota Tegal, isu strategis dalam pembangunan sosial
adalah:
a. Masih terdapatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.
b. Masih belum baiknya partisipasi masyarakat dalam menanggulangi permasalahan PMKS
secara swadaya.
c. Masih kurangnya sarana dan prasarana PMKS.
d. Pengembangan sikap individualisme, hedonisme, apatisme, serta melemahnya kepedulian
dan kesetiakawanan sosial masyarakat.
50
7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Tegal telah memiliki Rencana Induk Pemberdayaan Perempuan (RIPP). Namun
demikian RIPP ini belum menjadi dasar dalam perencanaan pembangunan pemberdayaan
perempuan. Pengarusutamaan gender belum melekat di setiap SKPD, hal ini dikarenakan data
yang disediakan sebagai dasar perencanaan belum terpilah disetiap urusan pembangunan.
Permasalahan lain yang akan muncul pada 20 tahun yang akan datang adalah
semakin meningkatnya kasus kekerasan perempuan dan anak di Kota Tegal. Hal ini
dikarenakan upaya perlindungan untuk perempuan dan anak belum optimal. Kelembagaan
penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak belum mampu menunjukkan kinerja yang
diharapkan.
Keterlibatan perempuan dalam pembangunan di Kota Tegal belum optimal, ini dapat
dilihat dari masih sedikitnya pejabat perempuan di lingkungan eksekutif, dan belum
terpenuhinya kuota 30% perempuan di legislatif Kota Tegal.
Tantangan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah
adanya komitmen pemerintah Indonesia dunia yang tertuang dalam MDGs pada tujuan ke 3
yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dengan. Pada 2015
target menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar sampai ke jenjang
yang lebih tinggi harus tercapai. Indeks Pembangunan Gender diprediksikan akan meningkat
menjadi 65,37 dan Indeks Pemberdayaan Gender akan meningkat menjadi 62,5. Situasi ini
akan terjadi jika beberapa indikator capaian Indeks Pembangan Gender dapat ditingkatkan
minimal sebesar 2,17% dan indikator capaian Indeks Pemberdayaan Gender dapat
ditingkatkan minimal 1,48%.
Isu strategis pada pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak adalah :
a. Keadilan dan kesetaraan gender belum terwujud.
b. Pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan belum melembaga bagi seluruh
SKPD dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan.
c. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan.
d. Kekerasan terhadap perempuan dan anak makin meluas.
e. Perlindungan anak dan remaja belum optimal.
f. Data pilah sebagai bahan pengambilan keputusan penting dalam perencanaan
pembangunan belum terwujud.
g. Kemampuan pengelola lembaga penanganan krisis terpadu belum optimal.
h. Proporsi perempuan dalam lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif dan yudikatif)
yang masih rendah.
51
8. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Upaya pemberdayaan masyarakat masih mengalami banyak kendala terkait dengan
jumlah penduduk perempuan yang besar (51,3%), pendidikan rendah (lulus SD/sederajad),
kemiskinan dan kerentanan lebih kurang sebanyak 13.476 jiwa (4,77%) serta pengganggur
(1,67%) dan pekerja sektor informal cukup besar dan tersebar merata di 27 kelurahan.
Keadaan ini mendorong munculnya persoalan-persoalan seperti semakin melemahnya
keberdayaan masyarakat pada Kelompok Usaha Bersama (KUB), simpan pinjam, badan
keswadayaan masyarakat (BKM) P2KP. Persoalan penting lainnya adalah keadaan ini
berdampak pada lemahnya kemampuan kelembagaan dalam mengatasi persoalan di
masyarakat khususnya dalam penanggulangan kemiskinan dan mendorong keberhasilan
pembangunan. Di sisi lain rendahnya pendidikan di masyarakat menyebabkan kemampuan
masyarakat dalam menggunakan teknologi tepat guna pada pengembangan usaha ekonomi
keluarga. Isu strategis pemberdayaan masyarakat desa adalah sebagai berikut:
a. Masih rendahnya kemampuan dan kelembagaan masyarakat dalam peningkatan ekonomi
produktif.
b. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam aplikasi teknologi tepat guna.
c. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan usaha
mandiri di tingkat kelurahan.
d. Belum optimalnya kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan dalam penanggulangan
kemiskinan dan mendukung keberhasilan pembangunan.
9. Pemuda dan Olah Raga
Prediksi permasalahan pemuda dan olahraga 20 tahun ke depan adalah prestasi olah
raga masih perlu ditingkatkan dikarenakan oleh kurangnya pembinaan olah raga oleh
pemerintah daerah dan pihak swasta. Selain itu juga masih belum terpenuhinya sarana dan
prasarana olah raga yang berkualitas dalam rangka membina pemuda yang berpotensi.
Peningkatan prestasi olah raga juga perlu didukung oleh sistem manajemen olah raga yang
handal. Komite olah raga yang diharapkan mampu membina prestasi olah raga di Kota Tegal
belum memperlihatkan kemampuannya.
Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Tegal juga diikuti dengan meningkatnya
jumlah pengangguran dan kualitas penduduk terutama kaum generasi muda. Lembaga karang
taruna yang dulu sebagai ujung tombak pembangunan pemuda di tingkat kelurahan tidak
mampu mengangkat partisipasi pemuda dalam pembangunan di Kota Tegal. Kurangnya
ketrampilan pemuda menyebabkan pemuda Kota Tegal hanya mengandalkan laut sebagai
mata pencaharian.
52
Melihat kondisi diatas maka isu stategis pembangunan daerah dalam urusan pemuda
dan olah raga adalah sebagai berikut:
a. Belum optimalnya pemasyarakatan olah raga.
b. Belum optimalnya pembinaan olah raga prestasi.
c. Terbatasnya sarana dan prasarana olah raga serta belum terwujudnya akses masyarakat
pada sarana dan prasarana tersebut.
d. Belum terwujudnya sistem manajemen olah raga yang profesional.
e. Belum optimalnya peran serta pemuda dalam pembangunan.
f. Belum optimalnya upaya penumbuhkembangan kewirausahaan dan kecakapan hidup
pemuda.
10. Pariwisata
Pembangunan dan pengembangan pariwitasa di Kota Tegal kedepan mempunyai
prospek yang cukup baik hal ini dapat dilihat adanya kecenderungan peningkatan jumlah
kunjungan wisata di Kota Tegal. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan wisatawan
nusantara yang menginap di hotel berbintang maupun melati tiap tahun.
Meningkatnya jumlah wisatawan yang bermalam di Kota Tegal tidak terlapas dari
posisi yang sangat strategis yaitu menghubungkan jalur transportasi ke wilayah barat, selatan
dan timur serta pertumbuhan sektor perdagangan dan jasa di Kota Tegal semakin pesat.
Dengan potensi tersebut dapat mendorong percepatan pembangunan di sektor pariwisata di
Kota Tegal lebih baik lagi.
Tantangan kedepan yang dihadapi Kota Tegal dalam pembangunan parisiwata antara
lain : 1) kerusakan lingkungan terutama untuk wilayah pantai (pencemaran daerah hilir dan
hulu serta abrasi) merupakan ancaman pengembangan wisata pantai di Kota Tegal. 2)
pengembangan rekreasi pantai di Kabupaten lain yaitu Tegal, Pemalang dan Brebes,
merupakan ancaman bagi pengembangan obtek wisata Pantai Alam Indah (PAL) di Kota
Tegal. Selama ini di kabupaten/kota dan sekitarnya telah melakukan pembenahan pada obyek
wisata pantai yang lebih berkembang dibandingkan wilayah sekitarnya, 3) belum mantapnya
koordinasi yang baik dengan daerah lain untuk mengemas beberapa obyek wisata dalam satu
paket wisata.
Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut, maka isu strategis pembangunan
pariwisata di Kota Tegal adalah :
a. Potensi Kota Tegal sebagai pusat perdagangan, jasa dan industri berlum dimanfaatkan
secara optimal untuk mendukung pembangunan pariwisata.
b. Semakin meningkatnya kerusakan lingkungan di sekitar obyek wisata.
53
c. Kemampuan aparat dalam dalam mengelola pembangunan pariwisata masih belum
optimal.
d. Dukungan dan kerjasama stakeholder yang terkait dengan pengembangan pariwisata di
Kota Tegal masih rendah.
e. Terbatasnya prasarana dan sarana yang mendukung pembangunan pariwisata.
11. Kebudayaan
Pelestarian nila-nilai budaya yang berkembang di Kota Tegal sudah berkembang sejak
dahulu antara lain sedekah laut yang dilaksanakan setiap tahun, festival balo-balo, sintren,
kuda lumping dan budaya cina. Selain potensi budaya yang cukup baik, Kota Tegal
merupakan salah satu basis kebudayaan di Jwa Tengah. Apresiasi seni berkembang baik,
bahkan masyarakat di wilayah hinterland turut menikmati apresiasi budaya yang ada di Kota
Tegal.
Disamping potensi yang dimiliki tersebut, Kota Tegal menghadapi beberapa masalah
dan tantangan antara lain perkembangan informasi dan teknologi yang semakin terbuka dan
mudah diakses oleh masyarakat mengancam keberadaan dan pelestarian nilai-nilai budaya
yang ada. Selain itu generasi muda belum sepenuhnya terdorong keinginan untuk ikut
berpartisipasi dalam pengembangan dan pelestarian budaya. Selain teknologi informasi yang
berkembang pesat, faktor pelibatan masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian
budaya yang kurang optimal serta sosialisasi nilai-nilai budaya kepada masyarakat luas yang
belum sepenuhnya dilakukan menjadikan upaya pelestarian ini mengalami hambatan.
Keanekaragman budaya Kota Tegal menuntut pemerintah makin peka terhadap
perubahan global serta upaya yang makin serius dalam penanganan budaya. Identifikasi
potensi budaya menjadi langkah untuk mewujudkan pelestarian nilai budaya yang berpihak
pada kepentingan penyelamatan nilai-nilai luhur yang telah ada sejak dahulu kala.
Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut, maka rumusan isu strategis
pembangunan kebudayaan di Kota Tegal adalah :
a. Rendahnya minat generasi muda dalam mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai
budaya di Kota Tegal.
b. Belum optimalnya pengembangan dan pelstarian nilai-nilai budaya yang melibatkan
masyarakat secara luas.
c. Sosialisasi nilai-nilai budaya yang berkembang di Kota Tegal kepada masyarakat belum
optimal.
d. Belum tersusunnya data tentang potensi budaya di Kota Tegal.
54
12. Transmigrasi
Penyebab rendahnya minat masyarakat bertransmigrasi di Kota Tegal lebih banyak
disebabkan oleh rendahnya kemampuan dan ketrampilan masyarakat untuk mengelola lahan
pertanian di daerah tujuan transmigrasi sangat rendah. Prioritas utama dari Pemerintah Kota
Tegal adalah meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat secara optimal. Peran
pemerintah untuk memfasilitasi pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan-
pelatihan calon transmigran perlu ditingkatkan.
Permasalahan pada bidang ketransmigrasian di Kota Tegal meliputi kurang optimalnya
kegiatan sosialisasi program transmigrasi kepada masyarakat luas melalui berbagai media
publikasi. Manajemen pengelolaan dan pelayanan bidang transmigrasi belum sesuai harapan,
hal ini disebabkan kemampuan aparat penyelenggara transmigrasi masih rendah disatu sisi
tuntutan masyarakat akan pelayanan penyelengaraan transmigrasi cukup besar.
Kendala lain untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang transmigrasi
adalah kurangnya peran Pemerintah Kota Tegal. Aspek lain yang sangat menentukan kurang
berhasilnya penyelenggaraan transmigrasi adalah kurangnya jalinan komunikasi dan
kerjasama antar pemerintah Kota Tegal sebagai dari asal transmigran dengan kabupaten
tujuan transmigran. Isu strategis urusan transmigrasi adalah sebagai berikut :
a. Rendahnya minat dan motivasi masyarakat untuk transmigrasi.
b. Belum optimalnya pelayanan transmigrasi.
c. Belum optimalnya jalinan komunikasi dan koordinasi antar daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan transmigrasi.
13. Perpustakaan
Prediksi kedepan pembangunan perpustakaan adalah jumlah pengunjung
perpustakaan semakin menurun hal ini dikarenakan oleh minat baca masyarakat yang
menurun akibat gencarnya arus informasi multi media yang sangat mudah diakses oleh
masyarakat. Selain itu pengelolaan perpustakaan yang belum profesional dan belum berbasis
teknologi menyebabkan pengunjung malas untuk mengunjungi perpustakaan. Koleksi buku
yang terbatas juga menjadi penyebab rendahnya jumlah pengunjung di perpustakaan.
Dua puluh tahun yang akan datang perpustakaan dituntut untuk makin profesinal,
dengan kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas pelayanan yang makin baik, sehingga
mampu mendorong masyarakat untuk memnafaatkan perpustakaan. Perpustakaan pada
saatnya akan menjadi pusat layanan informasi yang makin komprehensif dan berkembang
pesat sebagai pusat pengetahuan bagi masyarakat.
55
Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut, maka rumusan Isu strategis
pembangunan perpustakaan adalah :
a. Masih rendahnya budaya baca masyarakat (masih didominasi budaya lisan).
b. Keberadaan perpustakaan masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.
c. Sarana dan prasarana perpustakaan juga belum memadai.
d. Kemampuan pustakawan dalam melakukan manajemen perpustakaan belum memadai.
e. Masih belum optimalnya kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
B. Ekonomi
1. Perdagangan
Perdagangan di Kota Tegal masih terkendala oleh rendahnya kualitas produk yang
dihasilkan sehingga kurang dapat bersaing dengan produk dari daerah lain maupun negara
lain. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan ekspor. Faktor yang mempengaruhi
kondisi ini adalah rendahnya kemampuan sumber daya yang dimiliki sehingga tidak mampu
bersaing. Selain itu dalam upaya pengembangan perdagangan perlindungan terhadap
konsumen belum memperoleh porsi yang memuaskan. Masih banyak produk-produk yang
diperdagangan yang belum sesuai standar nasional sehingga merugikan konsumen.
Kondisi perdagangan di Kota Tegal diprediksikan akan meningkat, mengingat Kota
Tegal memiliki fasilitas perdagangan yang relatif lengkap. Selain itu Kota Tegal sebagai kota
jasa merupakan magnet bagi daerah sekitarnya untuk memasarkan produknya di Kota Tegal.
Berdasarkan kondisi tersebut maka yang menjadi isu strategis di bidang perdagangan
di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Tidak kompetitifnya barang yang diperdagangkan karena pengembangan pasar komuditas
perdagangan belum optimal.
b. Rendahnya kualitas sumberdaya perdagangan yang mengakibatkan rendahnya daya saing
perdagangan Kota Tegal.
c. Masih kurangnya sistem perlindungan konsumen.
2. Perindustrian
Seiring dengan kondisi perekonomian global yang semakin membaik, peluang bidang
industri di masa yang akan datang khususnya produk-produk industri kecil dan besar dari Kota
Tegal mampu bersaing dan diterima oleh pasar. Ancaman yang dihadapi bidang industri di
masa datang antara lain semakin kerasnya persaingan dengan industri sejenis dari
kabupaten/kota lain sehingga membutuhkan keseriusan dalam menjaga dan meningkatkan
mutu produk industri dari Kota Tegal. Permasalahan lain yang dihadapi industri di Kota Tegal
56
adalah sulitnya mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja yang terlatih, mengingat Kota
Tegal mempunyai potensi sumberdaya yang terbatas. Disamping itu, masalah yang banyak
dikeluhkan oleh pada industri kecil di Kota Tegal adalah minimnya modal untuk
mengembangkan usahanya. Namun demikian, kondisi industri tahun 2025 diperkirakan akan
semakin berkembang, baik industri kecil maupun industri besar. Semakin mudahnya
pelayanan perijinan oleh Pemerintah dan semakin banyaknya tenaga kerja terlatih akan
menarik investor mapun pebisnis untuk menanamkan modalnya dalam bidang industri di Kota
Tegal.
Dari kondisi dan permasalahan yang ada pada bidang industri di Kota Tegal, maka isu
strategis yang ada meliputi :
a. Kurang berkembangnya kemampuan SDM dan teknologi sehingga usaha industri kurang
produktif dan efisien.
b. Terbatasnya ketersediaan bahan baku untuk mendukung pengembangan industri, mikro
kecil dan menengah di Kota Tegal.
c. Kemampuan industri mikro, kecil dan menengah untuk mengakses permodalan pada
lembaga keuangan masih terbatas.
d. Masih rendahnya kualitas produksi sehingga produksi industri mikro, kecil dan menengah
di Kota Tegal kurang dapat bersaing di pasar global.
e. Belum optimalnya jaringan pemasaran produk usaha industri mikro, kecil dan menengah di
Kota Tegal.
3. Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Pertumbuhan koperasi di Kota Tegal selama kurun waktu ke depan (2005-2025)
memiliki peluang yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari potensi sumber daya manusia
yang dimiliki dan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti civil society, yakni sebuah
masyarakat yang mandiri, partisipatif serta menuju pada terciptanya kesadaran untuk mampu
menolong dirinya sendiri. Tantangan kedepan adalah mewujudkan profesionalitas dan sikap
business like; artinya mampu mengelola Koperasi dengan manajemen yang profesional
sehingga koperasi tidak semata-mata hanya menjadi alat sosial, namun yang lebih penting
adalah agar mampu menjaga kelangsungan hidupnya (viability) di masa yang akan datang.
Perkembangan koperasi dari segi modal dan anggota sangat lamban, hal ini
dikarenakan kurang dapat bersaingnya koperasi dengan lembaga-lembaga lain. Kendala ini ini
lebih banyak dikarenakan kemampuan para pengurus/manajemen yang biasanya bersifat apa
adanya tanpa ada upaya inovasi. Isu-isu strategis yang berkaitan dengan kondisi Koperasi dan
UKM adalah sebagai berikut :
57
a. Kurangnya profesionalitas dan bussines like para pengurus koperasi sehingga koperasi
kalah bersaing dengan usaha lain di luar koperasi.
b. Kurang berkembangnya usaha kecil menengah karena kurangnya ketrampilan dalam
melakukan usaha dan kurangnya akses permodalan.
c. Kurangnya peran koperasi sebagai pelaku ekonomi dalam dunia usaha.
4. Penanaman Modal
Investasi di Kota Tegal selama beberapa tahun mengalami penurunan baik jumlah
maupun permodalannya. Kondisi ini tentunya berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian
daerah. Faktor lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah jiwa kewirausahaan
(entrepreneuship) dan peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung
adanya pertumbuhan ekonomi dan keamanan serta pembangunan sarana dan prasarana
daerah juga berperan penting. Akumulasi modal ditentukan oleh adanya tabungan agregat
daerah yang berperan sebagai pendorong investasi terutama investasi PMDN, akumulasi
modal bisa juga dilakukan dengan medapatkan foreign loan atau hutang luar negeri namun
hal ini agak sulit dilakukan oleh daerah karena harus seijin oleh pemerintah pusat, obligasi
daerahpun juga dalam implementasinya harus seijin oleh pemerintah pusat. Oleh karenanya
yang paling realistis dapat dilakukan adalah mendatangkan para investor dari luar daerah dan
luar negeri.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam menumbuhkan dan mendatangkan
investor dalam negeri ke Kota Tegal adalah pengembangan fasilitas infrastruktur
(transportasi, pelabuhan, komunikasi dsb), ketersediaan skilled workers yang sesuai dengan
jenis industri yang direncanakan, kalaupun belum ada, perlu adanya proses bagi penyiapan
skilled workers. Ketersediaan informasi berupa Investment Information Center yang
memberikan fasilitas data base atau basis data mengenai ketersediaan semua aspek yang
berkaitan dengan dunia usaha, seperti: potensi daerah, produk/jasa unggulan, ketersediaan
mitra untuk kerja sama, potensi sumber daya manusia, perijinan, insentif bagi investor,
perpajakan daerah, peraturan perburuhan/ketenagakerjaan, tarif perijinan, distribusi barang
dan logistik, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perijinan dan sebagainya. Aspek
promosi baik yang bersifat langsung melalui kegiatan-kegiatan pameran investasi, cyber
promotion melalui website maupun hal-hal yang tidak langsung yakni dengan publisitas
melalui media massa dan sebagainya juga merupakan aspek yang sebaiknya mulai digarap
dengan intensif.
Ancaman yang harus dihadapi oleh Kota Tegal berkaitan dengan upaya menarik minat
investor berasal dari kondisi ekonomi makro dan faktor-faktor lainnya yang kian tidak
menentu. Badai krisis dapat sewaktu-waktu melanda Indonesia dan dunia dan berdampak
58
pada semakin lesunya iklim investasi lokal. Misalnya peraturan ketenagakerjaan yang
dianggap tidak pro bisnis misalnya dalam hal PHK karyawan, ekonomi biaya tinggi dipicu
adanya pungutan tidak resmi, kelangkaan bahan bakar minyak karena Indonesia semakin
menjadi negara net importer BBM dari luar negeri.
Adapun kendala lain yang terkait dengan penanaman modal di Kota Tegal dalam
waktu 20 tahun yang akan datang, diperkirakan datang dari kabupaten sekitarnya. Seperti
yang terjadi saat ini, perkembangan penanaman modal untuk kegiatan industri sudah melebar
ke kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang sebagai limpahan dari Kota Tegal yang sudah
kewalahan menampung aktivitas industri. Di samping itu, kabupaten-kabupaten sekitar juga
memiliki ambisi yang sama dalam hal pengembangan diri sebagai pusat perdagangan. Isu-isu
strategis yang berkaitan dengan penanaman modal di Kota Tegal adalah sebagai berikut:
a. Rendahnya pertumbuhan investasi di Kota Tegal
b. Terbatasnya fasilitas infrastruktur pendukung untuk pengembangan investasi.
c. Kurang optimalnya promosi yang dilakukan untuk menarik minat investor.
5. Kelautan dan Perikanan
Jumlah hasil perikanan laut di Kota Tegal selama beberapa waktu mengalami
penurunan dikarenakan semakin tingginya biaya BBM maupun kendala cuaca. Hal ini tentunya
akan mengurangi sumbangan sektor perikanan dalam pendapatan daerah. Seperti diketahui
sektor perikanan merupakan sektor andalan bagi Kota Tegal. Permasalahan lain yang timbul
sebagai akibat penurunan hasil tangkapan adalah pada kesejahteraan nelayan yang sangat
menggantungkan pendapatannya dari hasil melaut. Selain itu semakin jauhnya lokasi
penangkapan menyebabkan kualitas hasil tangkapan menjadi tidak baik. Hal ini disebabkan
oleh handling pasca panen nelayan Kota Tegal yang masih sangat sederhana. Sedangkan hasil
budidaya ikan tambak juga mengalami penurunan sebagai akibat terbatasnya lahan tambak
dan rusaknya tambak karena abrasi.
Perkembangan industri pengolahan ikan selama beberapa tahun terakhir belum
mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas
industri pengolahan baik besar, menengah maupun kecil masih belum menunjukkan
perkembangan yang signifikant. Berdasarkan kondisi tersebut maka isu-isu strategis
pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Semakin menurunnya hasil tangkapan dan tingginya biaya perbekalan melaut.
b. Rendahnya kualitas produksi hasil perikanan tangkap yang mengakibatkan rendahnya
harga ikan.
c. Rendahnya produktivitas hasil perikanan budidaya tambak di Kota Tegal.
59
d. Kurang berkembangnya industri pengolahan ikan baik skala besar, menengah, maupun
skala kecil.
6. Pertanian
Permasalahan pertanian di Kota Tegal lebih banyak dikarenakan keterbatasan lahan
untuk pertanian (sawah) sehingga produksi yang dihasilkan tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Kota Tegal. Kondisi ini semakin diperparah dengan pengalihan fungsi
lahan sawah yang masih produktif menjadi fungsi lainnya. Demikian juga untuk peternakan,
selama ini pemenuhan kebutuhan daging masih mendatangkan dari daerah lain di luar Kota
Tegal. Hal ini dikarenakan usaha budidaya ternak di Kota Tegal selama 10 tahun mengalami
penurunan dan pertenak dalam mengembangkan hasil peternakan masih menggunakan
teknologi yang sederhana. Peternak belum memiliki keterampilan dalam rangka pengolahan
hasil-hasil peternakan. Ini dapat dilihat dari banyaknya peternak bebek yang menjual telur
bebek dan bebeknya, peternak sapi yang menjual sapinya dan peternak kambing yang
menjual susu kambing dan kambingnya saja. Berdasarkan permasalahan-permasalahan
tersebut maka isu-isu strategis pertanian di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Berkurangnya lahan pertanian di Kota Tegal.
b. Kurang berkembangnya usaha budidaya ternak yang ditandai dengan menurunnya
produksi hasil peternakan.
c. Kurangnya ketrampilan peternak dalam mengolah hasil-hasil peternakan.
7. Ketahanan Pangan
Prediksi ke depan Kota Tegal dalam hal ketahanan pangan sangat tergantung kepada
kabupaten lain. Hal ini dikarenakan semakin sempitnya lahan pertanian, terbatasnya
sumberdaya yang ada serta kualitas bahan pangan yang dihasilkan masih belum sesuai
harapan. Namun demikian Kota Tegal optimis mampu menyediakan pangan yang berkualitas
karena Kota Tegal menjadi sentra perdagangan bagi kabupaten lain untuk melakukan
transaksi pangan.
Persoalan yang muncul justru pada keterbatasan sumberdaya, sehingga jika
kabupaten sekitar menghentikan distribusi bahan makanan, maka Kota Tegal menghadapi
ancaman serius dalam pengyedian pangan bagi rakyatnya. Persolan lain adalah masih banyak
masyarakat yang belum memahami pangan sehat dan pangan yang aman bagi mereka. Pola
distribusi yang seimbang juga menjadi bagian dari persoalan pangan Kota Tegal.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka isu-isu strategis pertanian di
Kota Tegal adalah sebagai berikut :
60
a. Masih terdapat sebagian masyarakat yang belum dapat memenuhi kebutuhan pangan,
baik karbohidrat, protein hewani dan nabati.
b. Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk bahan
pokok maupun bahan tambahan makanan.
c. Masih belum mantapnya distribusi pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
d. Belum mantapnya jaminan ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
e. Sebagian masyarakat belum dapat memenuhi kebutuhan pangan secara memadai.
C. Tata Ruang
1. Wilayah dan Tata Ruang
Penggunaan lahan di Kota Tegal masih memusat terutama di kawasan perkotaan,
sedangkan pada daerah pinggiran masih belum dimanfaatkan secara optimal. Kawasan
pinggiran sebagian besar masih berupa persawahan dan tambak. Potensi tersebut sangat
bermanfaat sebagai area tangkapan air hujan. Area tangkapan air hujan direncanakan pada
wilayah Kelurahan Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana, Kelurahan Kali Gangsa
Kecamatan Margadana, Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat dan Kelurahan
Mintaragen Kecamatan Tegal Timur. Namun dengan direncanakannya tata ruang serta adanya
jalur-jalur jalan yang melalui kawasan persawahan tersebut, maka akan terjadi pengalihan
peruntukan lahan yang cukup besar ke arah kegiatan yang lebih sesuai seperti industri,
perdagangan dan permukiman.
Kota Tegal telah memiliki banyak produk tata ruang namun demikian masyarakat
masih sulit untuk dapat mengaksesnya hal ini dikarenakan belum adanya sistem informasi
yang terkait dengan produk tata ruang. Isu-isu strategis dalam penataan ruang di Kota Tegal,
antara lain :
a. Belum optimalnya penggunaan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal.
b. Semakin berkurangnya ruang terbuka yang merupakan daerah tangkapan air dan ruang
publik.
c. Belum adanya sistem informasi terkait dengan produk tata ruang.
2. Pertanahan
Perkembangan kepemilikan tanah di Kota Tegal dari tahun ke tahun sudah
menunjukkan peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menganggap semakin
penting adanya bukti kepemilikan tanah yang jelas sehingga hal ini akan semakin mengurangi
kasus sengketa tanah yang selalu ada dari tahun ke tahun. Belum adanya monitoring dan
evaluasi atas keberadaan tanah timbul menyebabkan masyarakat dengan mudah untuk
menduduki tanah tersebut. Inventarisasi kepemilikan lahan belum dilakukan dengan baik
61
sehingga data base kepemilikan tanah belum tersedia. Oleh karena itu prediksi ke depan
adalah terjadinya perebutan kepemilikan tanah oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
Dilihat dari kondisi diatas, isu strategis mengenai pertanahan adalah sebagai berikut:
a. Masih rendahnya kualitas pelayanan perijinan lokasi, pembukaan tanah dan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum.
b. Masih tingginya sengketa tanah garapan, ganti rugi dan penetapan obyek redistribusi
tanah, kelebihan maksimum tanah dan tanah absentee.
c. Belum mantapnya perencanaan penggunaan tanah, tertibnya penegakkan hukum
pertanahan dan perencanaan tata ruang Kota Tegal.
D. Sarana Prasarana
1. Pekerjaan Umum
Pembangunan di bidang pekerjaan umum Kota Tegal ke depan sangat penting dan
strategis. Hal ini mengingat perkembangan pembangunan di Kota Tegal dalam bidang
perdagangan, jasa, industri dan pariwisata berkembang dengan pesat. Oleh karena perlu
dukungan prasarana dan sarana pekerjaam umum. Kondisi prasarana dan sarana bidang
pekerjaan umum ke depan akan semakin baik, sejalan dengan semakin baiknya pertumbuhan
ekonomi Kota Tegal serta posisi Kota Tegal yang merupakan titik pertemuan jalur transportasi
wilayah barat, selatan dan timur.
Dengan posisi yang strategis tersebut maka kedepan pembangunan prasarana dan
sarana pekerjaan umum, antara lain pembangunan jalan akan lebih baik dibandingkan dengan
kondisi sekarang. Disamping potensi yang dimiliki tersebut, Kota Tegal masih menghadapi
masalah dalam pembangunan pekerjaan umum antara lain masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memelihara prasarana dan sarana fasilitas umum, banyaknya jalan dan
jembatan yang masih rusak di daerah perkotaan. Beberapa tahun terakhir kasus rob semakin
meluas yang menyebabkan kerusakan pada jalan, sarana dan prasarana umum yang lain.
Selain itu di beberapa wilayah kota seperti di daerah Tegalsari, Jl. Kapten Ismail dan
sekitarnya apabila diguyur hujan dalam waktu 2 jam maka akan terjadi banjir. Hal ini
dikarenakan sistem drainase yang tidak terawat dengan baik. Selain itu permasalahan yang
lain adalah masih dijumpainya gedung perkantoran yang belum memadai sebagai tempat
untuk bekerja.
Di dalam era keterbukaan data ke PU-an yang mampu diakses oleh masyarakat belum
tersedia dengan baik. Sementara itu data yang disediakan di Kota Tegal dalam angka tentang
ke PU-an hanya berisi panjang jalan dan jembatan, dan kondisi jalan dan jembatan.
Tantangan kedepan adalah adanya pintu keluar/masuk TOL Jakarta-Semarang di Kota
Tegal, segera diberlakukannya Jalur Lingkar Selatan dan Lingkar Utara menjadikan Kota Tegal
62
menata kembali arus transportasi. Kebutuhan air bersih masyarakat Kota Tegal sangat
tergantung dengan Kabupaten lain, sementara itu kerusakan lingkungan di daerah atas
(cacthment area) semakin parah, menyebabkan suply air semakin berkurang. Sehingga
diperlukan alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Tegal. Berdasarkan potensi
dan masalah dalam pembangunan pekerjaan umum, maka isu-isu strategis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Kerusakan jalan dan jembatan di wilayah perkotaan semakin meningkat.
b. Pelayanan air bersih belum memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata.
c. Sarana drainase di Kota Tegal masih belum optimal.
d. Kerusakan sarana dan prasarana lingkungan akibat rob semakin meningkat.
e. Terdapatnya gedung perkantoran yang kurang memadai.
f. Belum optimalnya data dan informasi ke PU-an.
2. Perhubungan
Potensi bidang perhubungan yang dimiliki Kota Tegal relatif lengkap karena didukung
dengan keberadaan 1 terminal dengan tipe A dan melayani transportasi Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP) 2 trayek dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) 9 trayek. Jumlah armada
angkutan juga lengkap antara lain bis, mikrobis, taksi dan angkutan kota. Selain terminal juga
memiliki Stasiun Kereta Api dengan kategori stasiun kelas IA, Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Jongor dan Pelabuhan milik Pelindo yang digunakan sebagai transaksi perdagangan
ikan serta pelabuhan niaga. Perkembangan kondisi jalan dari tahun ke tahun nampak
fluktuatif namun secara umum menunjukkan peningkatan.
Tantangan pembangunan bidang perhubungan pada tahun-tahun mendatang adalah
sarana prasarana perhubungan harus terus ditingkatkan, mengingat pertumbuhan dan
mobilitas penduduk yang cukup tinggi maka harus diimbangi dengan perbaikan pelayanan
serta sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Jalur jalan dan kereta api belum
terintegrasi dengan baik. Semakin banyaknya kasus kecelakanaan ke depan dikarenakan
masih rendahnya pelayanan keselamatan lalu lintas. Kebutuhan akan pelayanan transportasi
lokal semakin meningkat namun demikian Kota Tegal belum mampu menyediakannya dengan
baik.
Melihat tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan transportasi yang
memuaskan, maka isu-isu strategis terkait bidang perhubungan adalah sebagai berikut :
a. Belum optimalnya pengintegrasian jalur jalan dan kereta api.
b. Masih rendahnya kinerja jaringan transportasi.
c. Masih rendahnya tingkat pelayanan keselamatan lalu lintas.
d. Belum optimalnya pelayanan transportasi lokal.
63
3. Perumahan
Kebutuhan perumahan dari waktu ke waktu terus menunjukkan peningkatan, hal ini
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus bertambah pula. Perkembangan
pembangunan perumahan banyak dipengaruhi oleh ketersediaan lahan, di Kota Tegal saat ini
lahan yang tersedia untuk pembangunan perumahan sudah semakin berkurang. Untuk
mengembangkan perumahan di perkotaan sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan
sehingga alternatif pengembangannya diiarahkan pada daerah yang masih cukup tersedia
lahan untuk perumahan. Sementara itu data kebutuhan perumahan belum tersusun dengan
baik dalam bentuk data base.
Potensi pembangunan perumahan Kota Tegal relatif kecil, karena lahan yang tersedia
terbatas, meskipun demikian kemauan pemerintah untuk mengembangkan perumahan cukup
baik dengan arah pengembangan perumahan di Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal
Selatan. Potensi lain yang bisa dikembangkan seperti kota-kota lain di Jawa Tengah adalah
perumahan bertingkat (flat) atau rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah
sampai sedang.
Sedangkan pelayanan dan pengelolaan sampah di Kota Tegal belum optimal.
Tantangan kedepan pengelolaan sampah menghadapi masalah yang serius yaitu terbatasnya
lahan untuk pengelolaan sampah, oleh karena itu perlu dilakukan kerjasama Kota Tegal
dengan kabupaten tetangga dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan kondisi tersebut di atas,
isu-isu strategis bidang perumahan adalah sebagai berikut
a. Semakin tingginya kebutuhan perumahan di Kota Tegal.
b. Belum adanya informasi data base perumahan.
c. Masih rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan permukiman.
d. Semakin tingginya harga tanah sehingga daya beli masyarakat akan perumahan semakin
kecil.
e. Volume produksi sampah semakin meningkat.
f. Terbatasnya sarana dan prasarana pengolahan sampah.
4. Komunikasi dan Informatika
Kemajuan pembangunan bidang komunikasi dan informatika menunjukkan
peningkatan dengan dilihat dari ketersediaan telekomunikasi dan informasi. Kondisi saat ini
terlihat bahwa dalam telekomunikasi semakin banyak dan mudah masyarakat yang
mengakses ketersediaan sarana telekomunikasi yang dari tahun ke tahun semakin maju.
Sementara itu dalam hal informatika, sudah semakin mudah dan cepat mengakses informasi
dengan tanpa mengenal batas ruang, waktu dan wilayah. Dalam hal perkembangan media,
sangat potensial dikembangkan media cetak maupun media penyiaran sebagai media
64
penyebarluasan informasi pembangunan dan penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah.
Tantangan bidang komunikasi dan informatika dalam beberapa tahun mendatang
akan semakin berat, karena kebutuhan informasi yang serba cepat serta tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik menyebabkan pemerintah daerah harus
memiliki aparatur pemerintah daerah yang profesional dan berkualitas sehingga
penyelenggaraan pelayanan publik dapat berlangsung secara optimal.
Berdasarkan gambaran kondisi tersebut diatas maka isu strategis terkait bidang
komunikasi dan informatika adalah sebagai berikut:
a. Kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
b. Kurang memadainya sistem informasi manajemen guna mendukung efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik.
c. Kurang memadainya kualitas dan kuantitas SDM aparatur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
d. Kurang optimalnya penyebarluasan informasi, komunikasi dan media massa.
E. Politik dan Tata Pemerintahan
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pelaksanaan urusan yang diserahkan kepada Pemerintah Kota Tegal belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan harapan pemerintah. Kurangnya
pelaksanaan urusan yang dilimpahkan tersebut disebabkan oleh terbatasnya kemampuan
Pemerintah Kota Tegal dalam hal pendanaan dan kemampuan sumberdaya manusia yang
belum sesuai dengan harapan.
Penyelenggaraan pemerintahan umum dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang berkualitas sesuai dengan prinsip-prinsip good governance belum maksimal.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan aparatur pemerintah Kota Tegal yang belum memadahi
serta belum seuai antara latar belakang pendidikan dengan tuntutan keahlian yang dimiliki.
Aparatur pemerintah Kota Tegal belum sepenuhnya memahami penerapan prinsip pelayanan
publik yang berkualitas. Mereka masih banyak berorientasi pada aspek normatif dan belum
berorientasi pada pelayanan masyarakat.
Kemampuan keuangan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum
optimal atau terbatas. Sumber-sumber penerimaan daerah belum optimal khususnya untuk
sumber-sumber PAD. Kinerja pajak daerah dan retribusi daerah belum memenuhi harapan
walaupun telah menyumbang hampir 60% dari total PAD. Potensi PAD belum sepenuhnya
dapat digali untuk memperoeh kontribusi yang optimal. Pengelolaan keuangan daerah sudah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan proporsi belanja tidak langsung dengan
65
belanja langsung masih lebih besar belanja tidak langsung. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan APBD lebih mengarah pada operasional aparatur dalam penyelenggaraan
pemerintahan, sementara itu pemanfaatan untuk masyarakat belum optimal. Hal ini terjadi
karena sebagian besar APBD digunakan untuk membayar gaji pegawai.
Perangkat daerah belum sepenuhnya memiliki pemahaman yang baik tentang
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Peran eksekutif sebagai pelaksana pemerintahan
harus ditingkatkan. Sementara itu peran DPRD belum optimal dalam penyerapan aspirasi
masyarakat. Peran aparatur pemerintah daerah semakin ditingkatkan terutama bagi
pelayanan kepada masyarakat, promosi dan fasilitasi penananaman modal dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan publik yang berkualitas, akuntabel,
transparan mencerminkan citra pemerintah yang semakin baik menuju perwujudan
penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (good governance) dan demokratis.
Kerjasama antar daerah Kerjasama antar daerah belum dilaksanakan secara optimal.
Beberapa kerjasama sudah dilaksanakan namun belum ditindaklanjuti. Kerjasama antar
daerah dilakukan Kota Tegal dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya,
memecahkan permasalahan lintas daerah dan meningkatkan kemitraan serta daya saing
daerah. Kerjasama antar daerah yang telah terbentuk adalah Sapta Mitra Pantura. Kerja sama
ini beranggotakan tujuh kabupaten/kota di Pantai Utara bagian barat. Kegiatan bersama yang
dilakukan bertujuan dalam rangka mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan investasi daerah. Isu strategis, urusan otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian :
Implementasi otonomi masih diwarnai disharmoni produk peraturan perundangan
terkait dengan pelaksanaan desentralisasi dan tugas pembantuan.
a. Belum optimalnya kualitas pejabat/aparatur pemerintah daerah di beberapa SKPD terkait
dengan kompetensi dan keahlian.
b. Terbatasnya kemampuan keuangan daerah dalam memenuhi kebutuhan pembangunan
daerah.
c. Belum optimalnya peran DPRD dalam menampung aspirasi dan kepentingan masyarakat.
d. Belum optimalnya Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik melalui Sapta Mitra Pantura dan
kerjasama dengan pihak ketiga baik swasta dan BUMN/BUMD serta kerjasama lainnya.
e. Belum optimalnya peran persandian dalam menunjang kebijakan daerah.
2. Perencanaan Pembangunan
Selama kurun waktu dua puluh tahun yang akan datang diprediksikan akan ada
perubahan lingkungan strategis seiring dengan perkembangan pemerintahan. Diprediksikan
akan ada perubahan sistem perencanaan pembangunan yang merupakan pengembangan dari
66
UU Nomor 25 tahun 2004. Tuntutan kedepan adalah sistem perencanaan semakin baik,
ketersediaan data yang akurat dan kemampuan kemampuan aparat perencanaan sehingga
produk perencanaan yang dihasilkan mampu menjawab tantangan jaman.
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan diatur dengan mekanisme perundangan
yang ada. Secara normatif perencanaan dirancang dengan melibatkan penuh partisipasi
masyarakat. Namun dalam perjalanan banyak hambatan diantaranya sikap skeptis masyarakat
terhadap proses perencanaan yang dianggap sekedar memenuhi tuntutan partisipasi serta
implementasi pembangunan yang acapkali tidak sesuai harapan masyarakat.
Melihat kondisi diatas maka isu strategis pembangunan perencanaan pembangunan
adalah sebagai berikut:
a. Rendahnya ketersedian dan kualitas data untuk mendukung perencanaan pembangunan
daerah.
b. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelibatan penyusunan perencanaan
pembangunan daerah.
c. Rendahnya koordinasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah.
3. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Prediksi permasalahan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah penegakan
hukum yang belum optimal dan tingkat kesadaran hukum masyarakat masih rendah. Tidak
dapat dipungkiri komplesitas permasalahan keamanan akan terus meningkat hingga 20 tahun
ke depan. Titik kritis terjadi pada puncak pemilihan legislatif baik pusat maupun daerah,
pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah. Titik rawan lainnya pada puncak peringatan
hari-hari raya bagi umat beragama serta secara reguler gangguan kemanan yang biasa
dihadapi. Persoalan ini makin kuat karena dipicu jumlah pengangguran yang makin banyak
dan kemiskinan yang makin besar sehingga jumlah gangguan kemanan makin meningkat.
Partisipasi politik masyarakat dalam berbagai kegiatan politik seperti pemilihan kepala
daerah maupun pemilihan umum masih rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
kegiatan politik salah satunya terlihat dari persentase masyarakat yang tidak menggunakan
hak pilihnya menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Demikian juga
partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik lainnya seperti pengurus partai simpatisan partai
dan lain sebagainya juga masih rendah.
Kota Tegal merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana khususnya bencana
banjir. Penanganan bencana alam banjir selama ini masih bertumpu pada kemampuan
Pemerintah Kota Tegal, sedangkan partisipasi masyarakat baik dalam pencegahan maupun
penanganan bencana alam khususnya banjir masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh
67
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pencegahan maupun penanganan bencana
alam.
Melihat permasalahan, potensi dan ancaman pembangunan kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri maka isu strategis yang muncul adalah:
a. Masih rendahnya kesadaran hukum dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum.
b. Masih adanya potensi gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c. Masih rendahnya kesadaran politik masyarakat.
d. Masih rendahnya kesadaran partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan bencana alam.
4. Statistik
Perencanaan pembangunan yang berkualitas perlu dukungan data/informasi yang
akurat, oleh karena ini peran dan fungsi statistik dalam menyediakan data/informasi sangat
strategis. Kota Tegal dalam upaya penyediaan data/informasi untuk perencanaan
pembangunan telah menerbitkan berbagai kebutuhan data dasar melalui Kota Tegal Dalam
Angka yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tegal dan penerbitan data yang
dilakukan oleh masing-masing SKPD.
Dalam penerbitan data/informasi dijumpai permasalahan antara lain ketidaksesuaian
antara data yang di terbitkan oleh BPS Kota Tegal dengan data yang ada di masing-masing
SKPD karena perbedaan konsep, definisi operasional variabel dan metode pengumpulan data
serta masih sulitnya masyarakat untuk mengakses data/informasi yang dibutuhkan. Serat
masih sulitnya masyarakat pengguna data statistik untuk mendapatkan data/informasi statistik
sektoral yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya ketersediaan data statistik
sektoral dan sistem informasi pelayanan data.
Berdasarkan permasalahan pembangunan di bidang statistik, maka isu strategis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Belum optimalnya ketersediaan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan
dan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait dan masyarakat.
b. Belum optimalnya pelayanan kebutuhan data dalam perencanaan pembangunan.
c. Belum tersedianya SDM yang menguasai perstatistikan.
d. Kurangnya pemahaman data di aparat sektoral.
e. Belum dipahaminya indikator kunci capaian kinerja masing-masing urusan.
f. Pengelolaan sistem informasi daerah masih belum optimal dan akses masyarakat terhadap
informasi atau data-data hasil pembangunan belum sepenuhnya dapat terwujud.
g. Masih rendahnya masyarakat yang sadar data.
68
5. Kearsipan
Permasalahan yang masih dihadapi di urusan kearsipan diantaranya adalah belum
optimalnya pengelolaan manajemen kearsipan dan belum memadainya kemampuan kerja
aparat pengelola kearsipan daerah, serta kesadaran masyarakat tentang arsip rendah. Di
samping itu, terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dalam melaksanakan tugas
pengarsipan data maupun dokumen serta lemahnya sistem administrasi kearsipan
mengakibatkan proses pemeliharaan/pelestarian dokumen/arsip daerah tidak berjalan optimal.
Pada masa yang akan datang perlu diselamatkan arsip-arsip yang bernilai informatif,
dan memiliki nilai sejarah yang penting bagi Kota Tegal. Penelusuran Arsip (Studi Arsip) tidak
hanya berdasarkan informasi yang tertulis pada arsip melainkan juga harus mampu menggali
pemahaman makna yang terkandung dalam informasi tersebut (content of archives).
Melihat permasalahan bidang kearsipan diatas isu strategi urusan kearsipan adalah :
a. Kurang tertatanya arsip-arsip.
b. Kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung kearsipan daerah.
c. Kurang optimalnya Sistem Informasi Manajemen Kearsipan guna mendukung otomasi arsip
daerah.
d. Kurang memadainya SDM yang menangani arsip daerah.
e. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya arsip.
F. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Lingkungan Hidup
Ancaman Pembangunan Lingkungan Hidup adalah: pembangunan bidang industri,
jasa dan perdagangan yang tidak berwawasan lingkungan, kurangnya koordinasi dengan
daerah hinterland, rendahnya dukungan dana untuk pengelolaan lingkungan serta rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Masyarakat Kota Tegal masih
membuang limbah ke sungai menyebabkan kondisi sungai semakin tercemar. Selain itu
meningkatnya jumlah transportasi yang tidak diikuti dengan adanya ruang terbuka
menyebabkan pula meningkatnya pencemaran udara.
Sampai dengan saat ini penegakkan hukum belum dilaksanakan dengan baik. Masih
banyak perusahan yang belum mampu terjerat hukum jika membuang limbah di badan
sungai. Masih juga banyak ditemui perusahaan yang belum memiliki ijin dan AMDAL.
Permasalahan lingkungan belum dapat diselesaikan dengan baik disebabkan oleh
perencanaan pengelolaan lingkungan belum terpadu dan masih menjadi tanggung jawab pada
satu instansi. Pembangunan lingkungan belum menjadi mainstreaming di beberapa urusan
seperti industri, usaha kecil dan menengah, perdagangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan
69
umum, perumahan dan tata ruang. Selain itu data kerusakan lingkungan belum tersistem
dengan baik dan belum dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Melihat ancaman dan permasalahan pembangunan lingkungan maka dapat
dirumuskan isu strategisnya adalah sebagai berikut:
a. Masih tingginya luasan kerusakan mangrove/bakau di kawasan pesisir dan menurunnya
daya tampung sungai akibat peningkatan laju aliran permukaan (run off), erosi dan
sedimentasi serta kerusakan pantai akibat abrasi.
b. Masih tingginya pencemaran udara akibat meningkatnya emisi gas buang dari aktivitas
industri dan kendaraan bermotor serta berkurangnya ruang terbuka hijau.
c. Menurunnya kualitas lingkungan perairan sungai, pantai dan tanah sebagai akibat
peningkatan pencemaran yang bersumber dari kegiatan: industri, hotel, rumah sakit,
rumah tangga dan pertanian.
d. Belum optimalnya mediasi penanganan konflik atau sengketa lingkungan antara swasta
dengan masyarakat dan antar daerah karena lemahnya pengetahuan, kesadaran dan
dukungan masyarakat dalam penegakkan hukum.
e. Potensi LSM sebagai unsur penting dalam upaya pelestarian lingkungan dan sebagai
penggerak serta motivator masyarakat dalam pengelolaan lingkungan belum terkelola
dengan baik.
f. Rendahnya efektivitas penerapan AMDAL karena kurang memadainya aturan perundang-
undangan dan profesionalisme aparat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
g. Belum memadainya dokumen perencanaan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu.
h. Kurang terintegrasinya pembangunan dan kerja sama serta komitmen antar lembaga dan
antar daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
i. Kurangnya komitmen masyarakat dan dunia usaha dalam membiayai pemulihan
kerusakan/pecemaran lingkungan.
j. Masih kurangnya alih teknologi untuk mendukung upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah, produksi bersih/ramah lingkungan dan pengelolaan limbah industri dan domestik.
k. Kurangnya data dan informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang memadai dan
mudah diakses masyarakat.
70
BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH KOTA TEGAL
A. Visi Kota Tegal
Visi Kota Tegal jangka panjang (20 tahun yang akan datang) adalah :
"Kota Perdagangan, Jasa dan Industri, dengan Masyarakat yang Sejahtera
Bermartabat"
B. Penjelasan Rinci Visi Kota Tegal 2005-2025
a. Kota Perdagangan
Kota perdagangan mengandung arti bahwa Kota Tegal dalam 20 (dua puluh) tahun
mendatang, akan berkembang menjadi pusat aktivitas perdagangan baik regional, nasional
maupun internasional.
Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Tegal sebagai kota perdagangan, kegiatan
yang dilakukan antara lain adalah: pengembangan infrastruktur perdagangan;
peningkatkan diversifikasi pelabuhan barang menjadi pelabuhan niaga; meningkatkan
aksesibilitas dan pergerakan barang dari dan ke daerah sekitar; pengembangkan sistem
pelayanan usaha perdagangan; peningkatkan kompetensi sumberdaya manusia dalam
bidang perdagangan; peningkatan ekspor; mempermudah akses permodalan bagi usaha
perdagangan mikro; kecil dan menengah; dan peningkatkan aktivitas perdagangan yang
sesuai dengan kaidah lingkungan yang lestari.
b. Kota Jasa
Kota Jasa mengandung arti bahwa Kota Tegal dalam 20 (dua puluh) tahun
mendatang akan berkembang menjadi pusat aktivitas jasa pelayanan antara lain : hotel,
restoran, transportasi, komunikasi, keuangan perbankan, pendidikan, dan kesehatan. Yang
dimaksud pusat jasa pendidikan dan jasa kesehatan, dikarenakan Kota Tegal dengan
wilayah hinterland Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes dijadikan oleh masyarakat
sekitar tersebut melanjutkan pendidikan dan menggunakan pelayanan kesehatan di Kota
Tegal.
Dalam rangka mewujudkan visi Kota Tegal sebagai Kota Jasa, kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta antara lain adalah: pengembangan sarana dan
prasarana jasa kesehatan melalui pengembangan fasilitas kesehatan dan pelayanan yang
memadai; peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; transportasi; komunikasi;
perhotelan; perbankan; mengembangkan sistem pelayanan di bidang jasa; meningkatkan
kompetensi sumberdaya manusia bidang jasa, serta pengembangan aneka usaha bidang
jasa.
71
c. Kota Industri
Kota Industri mengandung arti bahwa Kota Tegal dalam 20 (dua puluh) tahun
mendatang, dapat tumbuh dan berkembang berbagai jenis industri, baik yang berskala
mikro, kecil dan menengah maupun besar.
Dalam mewujudkan visi Kota Tegal sebagai kota industri kegiatan yang bisa
dilakukan antara lain adalah: pengembangan infrastruktur industri; pengembangan sistem
pelayanan bidang industri; pengembangan promosi investasi; peningkatan penelitian dan
pengembangan industri; meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia dalam bidang
industri; mempermudah akses permodalan bagi industri mikro; kecil dan menengah; serta
pengembangan budaya produksi bersih (clean production) yang sesuai dengan kaidah
kesehatan lingkungan dan kelestarian lingkungan hidup.
d. Masyarakat yang Sejahtera Bermartabat
Masyarakat yang Sejahtera Bermartabat mengandung arti bahwa dalam 20 tahun
mendatang diharapkan terwujud masyarakat Kota Tegal yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat, cerdas, makmur, dalam lingkungan yang
damai, tenteram, dan nyaman.
Dalam rangka mewujudkan visi Kota Tegal dengan masyarakat yang sejahtera
bermartabat, kegiatan yang bisa dilakukan antara lain adalah: pengembangan fasilitas dan
kualitas serta akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan; peningkatan kualitas
pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan; peningkatan ketaqwaan masyarakat
dalam beragama; peningkatan fasilitas prasarana peribadatan; peningkatan keamanan dan
ketertiban masyarakat; menegakkan supremasi hukum dan HAM serta peraturan daerah;
peningkatan sarana dan prasarana pariwisata; olah raga seni dan budaya; pengembangan
sistem perlindungan sosial; peningkatan pendapatan masyarakat dan memperluas
lapangan pekerjaan; pengembangan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dan
kesetaraan gender menuju keluarga sejahtera; pengembangan perumahan dan
pemukiman yang layak dan sehat, menjaga kelestarian sumberdaya alam dan fungsi
lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.
C. Misi Kota Tegal
Dalam rangka mewujudkan visi Kota Tegal sebagai Kota Perdagangan, Jasa, dan Industri
dengan Masyarakat yang Sejahtera Bermatabat maka misi Kota Tegal dirumuskan sebagai
berikut:
1. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa dan industri, guna mendorong
pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap.
72
2. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, cerdas, dan berbudaya.
3. Mewujudkan keamanan ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui penegakan
supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-undangan.
4. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender.
5. Mewujudkan penglolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang optimal serta
menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan.
6. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung peningkatan kualitas aparatur dan
peningkatan kualitas pelayanan publik.
7. Mewujudkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pembangunan daerah.
73
BAB V ARAH DAN TAHAPAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2005 - 2025
A. Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
Untuk mencapai Kota Tegal sebagai Kota Perdagangan, Jasa, dan Industri dengan
Masyarakat yang Sejahtera Bermartabat, arah kebijakan pembangunan daerah jangka
panjang selama kurun waktu dua puluh tahun mendatang akan dicapai melalui misi Kota
Tegal sebagai berikut:
1. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa, dan industri, guna
mendorong pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap. Misi
ini akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan pada beberapa urusan
sebagai berikut:
a. Perdagangan
Arah kebijakan pembangunan urusan perdagangan adalah sebagai berikut ini :
1). Mengembangkan pasar dan distribusi komoditas perdagangan.
2). Mewujudkan iklim usaha yang kondusif.
3). Mewujudkan perlindungan konsumen.
b. Industri
Arah kebijakan pembangunan urusan industri adalah sebagai berikut ini :
1). Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi industri untuk
lebih produktif dan efisien.
2). Mewujudkan ketersediaan bahan baku untuk mendukung pengembangan
industri kecil dan menengah di Kota Tegal.
3). Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah untuk mengakses
permodalan pada lembaga keuangan.
4). Meningkatkan kualitas produksi industri kecil dan menengah sehingga bersaing
di pasar global.
5). Meningkatkan jaringan pemasaran hasil produksi.
c. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Arah kebijakan pembangunan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah
adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi.
2). Meningkatkan kemampuan koperasi dan UKM untuk mengakses permodalan
pada lembaga keuangan.
3). Mewujudkan iklim usaha yang kondusif.
74
d. Penanaman Modal
Arah kebijakan pembangunan urusan penanaman modal adalah sebagai
berikut:
1). Menyiapkan dan mengembangkan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana
daerah pendukung investasi.
2). Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi.
e. Pariwisata
Arah kebijakan pembangunan urusan Pariwisata adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan potensi perdagangan, dan jasa industri pariwisata.
2). Meningkatkan kepedulian pengunjung untuk menjaga kelestarian lingkungan.
3). Meningkatkan kuantitas dan kualitas aparat untuk mengelola pariwisata.
4). Meningkatkan sarana dan prasarana obyek wisata.
5). Meningkatkan promosi pariwisata daerah.
f. Kelautan dan Perikanan
Arah kebijakan pembangunan urusan kelautan dan perikanan adalah sebagai
berikut:
1). Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
2). Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap.
3). Meningkatkan pengembangan budidaya perikanan.
4). Meningkatkan pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan.
g. Pertanian
Arah kebijakan pembangunan urusan pertanian adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan intensifikasi dan diversifikasi pertanian serta penerapan teknologi
pertanian.
2). Meningkatkan budidaya usaha ternak dan pemasaran hasil produksi.
3). Meningkatkan kapasitas dan keterampilan peternak.
h. Ketahanan Pangan
Arah kebijakan pembangunan urusan Ketahanan Pangan adalah sebagai
berikut:
1). Meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat
secara merata dan adil.
2). Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk
bahan pokok maupun bahan tambahan makanan.
3). Meningkatkan distribusi pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
4). Meningkatkan jaminan ketersediaan pangan, baik makanan pokok dan protein
hewani dan nabati bagi seluruh lapisan masyarakat.
75
2. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehat, cerdas, dan berbudaya. Misi ini akan dicapai melalui arah kebijakan
pembangunan pada beberapa urusan sebagai berikut:
a. Pendidikan
Arah kebijakan pembangunan urusan pendidikan adalah sebagai berikut:
1). Meningkatkan dan mempertahankan perluasan dan pemerataan akses
memperoleh pendidikan.
2). Meningkatkan mutu sekolah kejuruan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pasar kerja.
3). Meningkatkan dan mengembangkan pendidikan non formal serta informal.
4). Meningkatkan relevansi daya saing dan manajemen pendidikan serta pencitraan
pendidikan.
5). Meningkatkan dan pemenuhan sarana prasarana pendidikan dalam upaya
pemenuhan standar nasional dan internasional.
6). Meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Kesehatan
Arah kebijakan pembangunan urusan kesehatan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2). Meningkatkan Surveilens epidemiologi penyakit, tatalaksana kasus dan
penanggulangan KLB/Wabah penyakit.
3). Meningkatkan pemberian kekebalan (Imunisasi) kepada masyarakat.
4). Meningkatkan sistem informasi layanan kesehatan.
5). Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan.
6). Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
7). Memperbaiki status gizi masyarakat terutama pada bayi dan balita.
8). Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk dapat mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri.
9). Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan.
c. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Arah kebijakan pembangunan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB bagi masyarakat.
2). Meningkatkan profesionalitas penyuluh KB.
3). Meningkatkan partisipasi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam pembinaan
dan pengembangan program KB nasional.
76
4). Meningkatkan kualitas keluarga balita, keluarga remaja dan keluarga lansia serta
kualitas lingkungan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga
Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia, dan Bina Lingkungan Keluarga.
5). Menyediakan data program KB dan keluarga sejahtera secara maksimal dan
dinamis sebagai landasan dalam perencanaan dan operasional program KB dan
Keluarga Sejahtera.
d. Tenaga Kerja
Arah kebijakan pembangunan urusan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan pelayanan prima dan tertib administrasi kependudukan.
2). Meningkatkan perluasan dan kesempatan kerja bagi masyarakat penganggur
dan setengah penangguran.
3). Meningkatkan kemampuan dan keterampilan calon tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja.
4). Meningkatkan peran lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja secara optimal.
5). Meningkatkan perlindungan, pelayanan kesehatan, dan jaminan keselamatan
kerja secara optimal.
6). Meningkatkan ketenangan dan kelangsungan kerja dan berusaha.
e. Pemuda dan Olah Raga
Arah kebijakan pembangunan urusan Pemuda dan Olah Raga adalah sebagai
berikut:
1). Meningkatkan pembinaan dan pemasyarakatan olah raga.
2). Meningkatkan pembibitan atlet olah raga pendidikan.
3). Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana olah raga.
4). Meningkatkan peran dan fungsi penyelenggara atau pengurus olah raga.
5). Meningkatkan potensi dan perluasan kesempatan aktualisasi pemuda dalam
pembangunan.
f. Kebudayaan
Arah kebijakan pembangunan urusan Kebudayaan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan pengelolaan keragaman dan nilai-nilai budaya daerah.
2). Meningkatkan dan melestarikan nili-nilai budaya.
3). Meningkatkan penyusunan sistem informasi potensi budaya Kota Tegal yang
mudah diakses masyarakat luas.
g. Ketransmigrasian
Arah kebijakan pembangunan urusan ketransmigrasian adalah sebagai
berikut :
77
1). Meningkatkan jaringan komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian pada
masyarakat.
2). Meningkatkan penyelenggaraan pelayanan transmigrasi.
3). Mewujudkan jalinan komunikasi dan koordinasi antar daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan transmigrasi.
h. Perpustakaan
Arah kebijakan pembangunan urusan perpustakaan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan promosi perpustakaan dan minat baca masyarakat.
2). Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan perpustakaan.
3). Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perpustakaan.
4). Meningkatkan kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
i. Sosial
Arah kebijakan pembangunan urusan Sosial adalah sebagai berikut :
1). Pengurangan angka kemiskinan.
2). Meningkatkan kualitas dan jangkauan dalam penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3). Menfasilitasi lembaga-lembaga sosial dalam penanganan PMKS.
4). Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana PMKS.
5). Meningkatkan partisipasi masyarakat dan mendayagunakan Potensi serta
Sumber kesejahteraan Sosial (PSKS).
3. Mewujudkankan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat
melalui penegakan supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-
undangan. Misi ini akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan pada
beberapa urusan sebagai berikut:
a. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Arah kebijakan pembangunan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan kesadaran hukum dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum.
2). Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan.
3). Mewujudkan persatuan dan kesatuan masyarakat.
4). Meningkatkan wawasan kebangsaan untuk menjamin kerukunan dan toleransi
dalam kehidupan beragama.
5). Meningkatkan kesadaran politik masyarakat.
78
6). Meningkatkan fasilitasi peran dan fungsi partai politik dalam menjalankan
pendidikan politik dan komunikasi politik dengan masyarakat.
7). Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dini dan
penanggulangan bencana alam.
4. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan dan keadilan
gender. Misi ini akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan pada
beberapa urusan sebagai berikut:
a. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Arah kebijakan pembangunan urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak adalah sebagai berikut :
1). Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui peningkatkan kualitas
sumberdaya perempuan agar makin seimbang kedudukan, peran dalam
masyarakat.
2). Mewujudkan PUG dalam pembangunan bagi seluruh SKPD yang ada.
3). Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
4). Mengurangi tindak kekerasan terhadap perempuan melalui affirmatif action yang
menguatkan korban tindak kekerasan terhadap perempuan.
5). Mewujudkan perlindungan anak dan remaja untuk memastikan kecerahan masa
depan mereka yang makin baik.
6). Mewujudkan data pilah gender bagi semua SKPD sebagai bahan bagi
perencanaan yang responsif gender.
7). Mewujudkan lembaga pengelola krisis terpadu yang kuat dan handal dalam
menangani tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
8). Mendorong mewujudkan peran perempuan dalam lembaga-lembaga publik
(legislatif, eksekutif dan yudikatif).
b. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Arah kebijakan pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah
sebagai berikut :
1). Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kemampuan masyarakat dalam
pengembangan usaha ekonomi, akses permodalan usaha, keterampilan dan
sumberdaya produktif lainnya.
2). Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan manajemen usaha
dan penguatan kelompok usaha ekonomi produktif.
3). Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi tepat
guna.
4). Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan.
5). Menguatkan kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan (LPMK/ RT dan RW).
79
c. Kependudukan Catatan Sipil
Arah kebijakan pembangunan urusan Kependudukan dan Catatan Sipil adalah
meningkatkan pelayanan prima dan tertib administrasi kependudukan.
5. Mewujudkan penglolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
optimal serta menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang
kehidupan. Misi ini akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan pada
beberapa urusan sebagai berikut:
a. Lingkungan Hidup
Arah kebijakan pembangunan urusan Lingkungan Hidup adalah sebagai
berikut:
1). Meningkatkan rehabilitasi/pemulihan dan konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan.
2). Meningkatkan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan.
3). Meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat dan LSM.
4). Meningkatkan penegakan peraturan perundang-undangan.
5). Meningkatkan perhatian dan komitmen berbagai pihak dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
6). Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi pegelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
7). Meningkatkan ketersediaan basis data informasi lingkungan.
6. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung peningkatan
kualitas aparatur dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Misi ini
akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan pada beberapa urusan sebagai
berikut:
a. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Arah kebijakan pembangunan urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
adalah sebagai beriku:
1). Meningkatkan penataan peraturan perundangan daerah dalam kerangka legislasi
daerah yang aspiratif, responsif dan akuntabel.
2). Meningkatkan koordinasi antar lembaga-lembaga di daerah dalam kerangka
harmonisasi produk peraturan perundangan daerah.
3). Meningkatkan profesionalitas sumber daya aparatur.
4). Meningkatkan kesejahteraan aparatur pemerintah daerah.
5). Meningkatkan pola reward dan punishment.
80
6). Meningkatkan tata kelola administrasi kepegawaian dan mekanisme penempatan
dalam jabatan.
7). Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan daerah.
8). Meningkatkan penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah secara efektif,
efisien dan akuntabel.
9). Meningkatkan penyelenggaran pelayanan pemerintahan yang prima dalam bidang
pembangunan.
10). Meningkatkan kapasitas kelembagaan DPRD.
11). Meningkatkan fasilitasi DPRD sebagai representasi dalam mengelola aspirasi dan
kepentingan rakyat.
12). Meningkatkan peran Kota Tegal dalam kerjasama antar daerah (KAD) melalui
optimalisasi potensi sumber daya yang ada serta penyedaan sarana dan prasarana
publik.
13). Meningkatkan peran persandian dalam rangka perumusan kebijakan daerah.
b. Perencanaan Pembangunan
Arah kebijakan pembangunan urusan Perencanaan Pembangunan adalah
sebagai berikut:
1). Mengembangkan sistem manajemen data dan informasi yang akurat sebagai
dasar penyusunan perencanaan pembangunan.
2). Meningkatkan penelitian potensi sumber daya daerah untuk peningkatan
pembangunan daerah.
3). Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah.
4). Meningkatkan kapasitas kelembagaan perencana pembangunan daerah.
5). Meningkatkan koordinasi dengan seluruh pemangku pembangunan dalam rangka
sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan daerah.
6). Meningkatkan koordinasi kerjasama pembangunan antar wilayah dan dunia
usaha/lembaga lainnya.
c. Statistik
Arah kebijakan pembangunan urusan Statistik adalah sebagai berikut :
1). Mengembangkan jejaring statistik khusus.
2). Meningkatkan dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey antar sensus
3). Mewujudkan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan dan
meningkatkan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait dan
masyarakat.
d. Kearsipan
Arah kebijakan pembangunan urusan Kearsipan adalah sebagai berikut :
1). Mewujudkan penataan arsip-arsip daerah secara bertahap.
81
2). Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kearsipan daerah.
3). Meningkatkan sistem informasi manajemen kearsipan guna mendukung
otomatisasi arsip daerah.
4). Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang menangani arsip daerah.
5). Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya arsip.
e. Komunikasi dan Informatika
Arah kebijakan pembangunan urusan Komunikasi dan Informatika adalah
sebagai berikut:
1). Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
2). Meningkatkan sistem informasi manajemen guna mendukung efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik.
3). Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM aparatur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
4). Meningkatkan pelayanan prima pemberian rekomendasi pendirian kantor pusat
jasa pos dan pemberian rekomendasi permohonan ijin penyelenggaraan jaringan
telekomunikasi.
5). Mengoptimalkan penanganan perijinan jasa titipan untuk kepentingan pos dan
penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan pemerintah dan swasta sesuai
kewenangan.
6). Mengoptimalkan komunikasi dan diseminasi informasi publik sesuai kewenangan.
7). Mewujudkan terbentuknya masyarakat yang informatif.
f. Pertanahan
Arah kebijakan pembangunan urusan Pertanahan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan fasilitasi dan pelayanan perijinan lokasi, pembukaan tanah dan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
2). Meningkatkan fasilitasi dan penyelesaian permasalahan perijinan, penyelesaian
sengketa dan pengaturan pertanahan.
3). Meningkatkan penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti rugi
kelebihan maksimum dan tanah absentee.
4). Meningkatkan tertib administrasi perencanaan penggunaan tanah di Kota Tegal.
5). Meningkatkan penegakan hukum pertanahan dan mantabnya perencanaan tata
ruang Kota Tegal.
7. Meningkatkan sarana dan prasarana, termasuk pelabuhan untuk
menunjang terlaksananya pembangunan daerah. Misi ini akan dicapai
melalui arah kebijakan pembangunan pada beberapa urusan sebagai berikut:
82
a. Pekerjaan Umum
Arah kebijakan pembangunan urusan Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:
1). Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan.
2). Meningkatkan penyediaan air bersih secara merata.
3). Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem dan pengelolaan drainase dan
sarana prasarana pengendali rob.
4). Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana perkantoran.
5). Meningkatkan pengembangan dan pengelolaan manajemen jalan kota serta
sistem informasi data base sarana dan prasarana ke-PU-an.
b. Perumahan
Arah kebijakan pembangunan urusan Perumahan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan fasilitasi pengembangan perumahan bagi masyarakat Kota Tegal.
2). Meningkatkan sistem data base perumahan sebagai dasar perencanaan.
3). Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan
permukiman.
4). Meningkatkan kualitas dan kuantitas perumahan sesuai dengan daya beli
masyarakat Kota Tegal.
5). Meningkatkan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan menuju waste
management.
6). Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam penyediaan lahan dan manajemen
pengelolaan sampah.
7). Meningkatkan kualitas dan kuantitas pertamanan.
8). Meningkatkan pengelolaan dan menyediakan sarana pemakaman yang
memadai.
c. Penataan Ruang
Arah kebijakan pembangunan urusan Penataan Ruang adalah meningkatkan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
d. Perhubungan
Arah kebijakan pembangunan urusan Perhubungan adalah sebagai berikut :
1). Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan.
2). Meningkatkan kinerja jaringan transportasi.
3). Meningkatkan palayanan keselamatan lalu lintas.
4). Meningkatkan kualitas transportasi lokal.
83
B. Pentahapan
Dalam rangka mengemban pencapaian visi pembangunan jangka panjang daerah,
dirumuskanlah agenda pembangunan jangka panjang daerah yang disusun dengan
berdasarkan atau mengacu pada substansi misi pembangunan jangka panjang daerah. Setiap
agenda pembangunan jangka panjang daerah disertai dengan beberapa sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah.
Substansi visi, misi, agenda, dan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah
yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tegal
Tahun 2005-2025 harus dapat diimplementasikan dalam empat Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tegal selama kurun waktu dua puluh tahun ke depan.
Mengingat akan pentingnya hal di atas, maka perlu dirumuskan tahapan pembangunan daerah
untuk keempat tahapan pembangunan jangka menengah daerah.
Tahapan pembangunan daerah yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan
yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Penekanan dalam setiap
tahapan dapat berbeda-beda, tetapi semua itu harus tetap berkesinambungan dari periode ke
periode berikutnya dalam rangka pencapaian sasaran pokok pembangunan jangka panjang
daerah.
Setiap sasaran pokok dalam sembilan misi pembangunan jangka panjang dapat
ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing misi dapat
diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan
urgensi permasalahan. Atas dasar itu, tahapan dapat disusun sebagai berikut :
1. RPJMD I (Tahun 2005 s/d Tahun 2009)
Pada RPJMD Pertama, pembangunan di Kota Tegal berorientasi pada kelanjutan
pencapaian target pembangunan dalam RPJM Tahun 2005-2009 yang diarahkan pada
pemerataan akses pelayanan dasar, peningkatan kapasitas kelembagaan ekonomi rakyat,
peningkatan partisipasi masyarakat dalam tata kelola pemerintahan, serta pengelolaan
sumber daya alam yang mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa, dan industri, guna
mendorong pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap.
1). Perdagangan
Target pencapaian urusan Perdagangan pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan pasar dan distribusi komoditas perdagangan serta
pengembangan kualitas dan desain produk.
b). Pengembangan iklim usaha perdagangan yang kondusif.
c). Pengembangan sistem perlindungan konsumen.
84
2). Industri
Target pencapaian urusan Industri pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan kemampuan SDM dan teknologi industri untuk lebih produktif
dan efisien.
b). Pengembangan akses ketersediaan bahan baku untuk mendukung
pengembangan industri mikro, kecil dan menengah di Kota Tegal.
c). Pengembangan kemampuan industri mikro, kecil dan menengah untuk
mengakses permodalan pada lembaga keuangan.
d). Pengembangan kualitas produksi sehingga produksi industri mikro, kecil dan
menengah di Kota Tegal dapat bersaing di pasar global.
e). Pengembangan jaringan pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah.
3). Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Target pencapaian urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah pada tahap
pertama RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan kualitas dan kuantitas koperasi.
b). - Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui peningkatan
keterampilan dalam melakukan usaha dan akses permodalan.
- Pengembangan profesionalisme dan “bussines like” para pengurus koperasi
sehingga koperasi dapat bersaing dengan usaha lain di luar koperasi.
c). Pengembangan iklim usaha yang kondusif KUKM.
4). Penanaman Modal
Target pencapaian urusan Penanaman Modal pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan fasilitas infrastruktur pendukung pengembangan investasi.
b). Pengembangan promosi investasi.
c). Pengembangan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Tegal.
d). Pengembangan investasi pada akhir lima tahun pertama.
5). Pariwisata
Target pencapaian urusan Pariwisata pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata di Kota
Tegal.
b). Pengembangan penanganan kerusakan lingkungan terutama untuk wilayah
pantai merupakan ancaman pengembangan wisata pantai di Kota Tegal.
85
c). Pengembangan kemampuan SDM dalam mengelola pariwisata.
d). Pengembangan pelayanan informasi dan promosi kepariwisataan di Kota Tegal.
e). Pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan obyek
wisata.
6). Kelautan dan Perikanan
Target pencapaian urusan Kelautan dan Perikanan pada tahap pertama
RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan kesejahteraan nelayan.
b). Pengembangan dan penyediaan sarana dan prasarana penangkapan dan
perdagangan ikan.
c). Pengembangan kualitas produksi hasil perikanan tangkap.
d). Pengembangan hasil perikanan budidaya tambak.
e). Pengembangan industri pengolahan ikan tangkapan baik skala besar,
menengah, maupun skala kecil.
7). Pertanian
Target pencapaian urusan Pertanian pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Pengembangan produk pertanian, pangan non beras dan holtikultural.
b). Pengembangan keterampilan peternak dalam mengolah hasil-hasil peternakan.
c). Pengembangan usaha budidaya ternak yang ditandai dengan pengembangan
produksi hasil peternakan.
8). Ketahanan Pangan
Target pencapaian urusan Ketahanan Pangan pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat secara
merata dan adil.
b). Pengembangan kesadaran masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk
bahan pokok maupun bahan tambahan makanan.
c). Pengembangan pemenuhan kebutuhan pangan setara dengan 2.100
gram/Kalori per kapita.
d). Pengembangan ketersediaan pangan pokok, protein hewani dan nabati bagi
seluruh lapisan masyarakat.
b. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, cerdas dan
berbudaya.
86
1). Pendidikan
Target pencapaian urusan pendidikan pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Peningkatan perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan yang
memprioritaskan pendidikan dasar.
b). Pengembangan mutu sekolah kejuruan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pasar kerja.
c). Pengembangan pendidikan non formal serta informal.
d). Pengembangan relevansi daya saing dan manajemen pendidikan serta
pencitraan pendidikan.
e). Pengembangan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dalam
upaya pemenuhan standar nasional dan internasional.
f). Pengembangan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
2). Kesehatan
Target pencapaian urusan kesehatan pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b). - Pengembangan surveilens epidemiologi dan deteksi dini penyakit untuk
menurunkan angka kesakitan penyakit menular tertentu.
- Pengembangan penanggulangan KLB dan Wabah.
c). Pengembangan pelayanan pemberian imunisasi.
d). Pengembangan manajemen mutu pelayanan kesehatan serta operasional
jaringan SIM kesehatan.
e). - Pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
dan kompetensi.
- Pengembangan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
f). Pengembangan pengawasan obat dan makanan.
g). Pengembangan status gizi masyarakat ditandai menurunnya prevalensi gizi
buruk pada Bayi dan Balita.
h). - Pengembangan keluarga sadar gizi.
- Pengembangan Kelurahan Siaga dengan Strata I.
- Pengembangan PHBS di tatanan rumah tangga.
i). Pengembangan kualitas kesehatan lingkungan.
3). Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Target pencapaian urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera tahap
pertama RPJPD adalah sebagai berikut :
a). - Pengembangan fasilitas pelayanan KB sampai tingkat posyandu.
87
- Pengembangan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi
remaja (PIK KRR).
- Pengembangan partisipasi akseptor KB pada kaum pria.
b). Pengembangan profesionalisme penyuluh KB dalam mewujudkan visi dan misi
program KB.
c). - Pengembangan kualitas dan kuantitas TOGA, TOMA, yang melakukan
advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB.
- Pengembangan partisipasi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam
pembinaan dan pengembangan program KB Nasional.
d). - Pengembangan bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina keluarga
lansia, dan bina keluarga lingkungan.
- Pengembangan peran kader Keluarga Berencana dalam pendataan
keluarga.
e). Pengembangan data program KB dan keluarga sejahtera secara maksimal dan
dinamis sebagai landasan dalam perencanaan dan operasional program KB
dan Keluarga Sejahtera.
4). Tenaga Kerja
Target pencapaian urusan Ketenagakerjaan pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja.
b). Terlaksananya peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja.
c). - Pengembangan peran serta lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan
dan latihan tenaga kerja.
- Pengembangan sistem informasi bursa kerja dan peran lembaga
penempatan tenaga kerja.
d). Pengembangan perlindungan dan jaminan kesehatan serta keselamatan kerja.
e). Pengembangan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor pembangunan.
5). Pemuda dan Olah Raga
Target pencapaian urusan pemuda dan olah raga pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan dan pemasyarakatan berbagai cabang olahraga.
b). Pengembangan kewirausahaan pemuda.
c). Pengembangan sarana dan prasarana olahraga di setiap cabang olah raga.
d). Pengembangan peran dan fungsi penyelenggara/pengurus olah raga.
e). - Pengembangan akses potensi dan aktualisasi pemuda dalam kepeloporan
pembangunan.
- Pengembangan potensi olahraga prestasi.
88
6). Kebudayaan
Target pencapaian urusan kebudayan pada tahap pertama RPJP adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan minat generasi muda dalam pengembangan dan pelestarian
budaya melalui kegiatan sosialisasi dan publikasi.
b). Pengembangan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang nilai-nilai
budaya yang berkembang di Kota Tegal.
c). Pengembangan sistem informasi potensi budaya Kota Tegal.
7). Ketransmigrasian
Target pencapaian urusan Ketransmigrasian pada tahap pertama RPJP
adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan kualitas dan kuantitas kegiatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) program transmigrasi kepada masyarakat luas.
b). Pengembangan penyelenggaraan pelayanan transmigrasi.
c). Pengembangan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan pelayanan
transmigrasi.
8). Perpustakaan
Target pencapaian urusan perpustakaan pada tahap pertama RPJP adalah
sebagai berikut :
a). Pengembangan promosi gemar membaca dan pemanfaatan perpustakaan.
b). - Pengembangan peran serta masyarakat dalam pengembangan
perpustakaan.
- Pengembangan kualitas dan kuantitas koleksi di perpustakaan daerah,
perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.
c). Pengembangan kualitas SDM di bidang perpustakaan.
d). Pengembangan kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
9). Sosial
Target pencapaian urusan Sosial pada tahap pertama RPJPD adalah sebagai
berikut:
a). Pengurangan angka kemiskinan.
b). Pengembangan jangkauan penanganan penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
c). Pengembangan lembaga-lembaga sosial dalam penanganan PMKS.
d). Pengembangan kualitas sarana dan prasarana PMKS.
89
e). Pengembangan upaya mendorong partisipasi masyarakat dan pendayagunaan
potensi serta sumber kesejahteraan sosial.
c. Mewujudkan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui
penegakan supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-undangan.
1). Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Target pencapaian urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri pada
tahap pertama RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan kesadaran hukum dan HAM masyarakat dengan melibatkan
stakeholder untuk meningkatkan kesadaran hukum.
b). Pengembangan profesionalisme dan kapasitas aparatur dalam rangka
pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c). Pengembangan wawasan kebangsaan kepada masyarakat.
d). Pengembangan kesadaran politik masyarakat.
e). Pengembangan peran dan fungsi partai politik dalam melaksanakan pendidikan
politik dan meningkatkan komunikasi politik dengan masyarakat.
f). Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dini dan
penannggulangan bencana alam.
d. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender.
1). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Target pencapaian urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlingungan Anak
pada tahap pertama RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan peran perempaun dalam lembaga-lembaga publik.
b). Pengembangan PUG dalam pembangunan bagi semua SKPD.
c). - Pengembangan PUG dalam pembangunan bagi semua lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat.
- Pengembangan pelaksanaan upaya mendorong perempuan untuk terlibat
dalam proses pembangunan.
d). Pengembangan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan.
e). Pengembangan mekanisme perlindungan anak dan remaja oleh keluarga dan
masyarakat serta pemerintah.
f). Pengembangan penyusunan data pilah bagi semua SKPD.
g). Pengembangan lembaga krisis center yang menangani segala persoalan yang
berkaitan dengan penangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
h). Pengembangan kapasitas bagi aktivis partai politik, ormas dan
kelompok-kelompok masyarakat untuk menuju kesetaraan dan keadilan
gender.
90
2). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Target pencapaian urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa pada tahap
pertama RPJPD adalah sebagai berikut :
a). - Pengembangan Pelatihan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kemampuan pengembangkan usaha ekonomi, akses
permodalan usaha, keterampilan dan sumberdaya produktif lainnya.
- Pengembangan jaringan akses modal usaha, dana bergulir baik melalui
perbankan dan lembaga non bank termasuk lembaga keuangan yang
dikelola secara swadaya.
b). Pengembangan tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam keterampilan
manajemen, penguatan kelompok usaha dan ekonomi produktif.
c). Pengembangan Pelatihan keterampilan masyarakat dalam mendayagunakan
teknologi tepat guna dalam berbagai usaha ekonomi produktif secara efisien.
d). Pengembangan kelembagaan masyarakat di kelurahan (LPMK, RT/RW dan
lain-lain) dalam penanggulangan kemiskinan dan pembangunan.
e). Pengembangan partisipasi masyarakat setiap tahap pembangunan melalui
LPMK, RT/RW dan lembaga lainnya dalam pengembangan usaha mandiri di
tingkat kelurahan.
3). Kependudukan Catatan Sipil
Target pencapaian urusan Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahap
pertama RPJPD adalah pengembangan pelayanan prima dan tertib administrasi
kependudukan.
e. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
optimal dan menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan.
1). Lingkungan Hidup
Target pencapaian urusan Lingkungan Hidup pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang telah rusak.
b). Pengembangan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan melalui penerapan manajemen produksi limbah, teknologi ramah
lingkungan, pengolahan limbah dan penerapan ruang terbuka hijau.
c). Pengembangan peran serta masyarakat dan LSM dalam rangka memperkuat
mediasi untuk memecahkan permasalahan lingkungan dengan melibatkan dan
kerjasama kemitraan berbagai pihak.
d). - Pengembangan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangan daerah.
91
- Pengembangan profesionalisme SDM aparatur dalam pengelolaan
lingkungan.
e). Pengembangan perhatian dan komitmen berbagai pihak dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
f). Pengembangan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
g). Pengembangan basis data informasi lingkungan yang memadai dan mudah
diakses masyarakat.
f. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung peningkatan kualitas
aparatur dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
1). Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Target pencapaian urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
pada tahap pertama RPJP adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan Legislasi daerah sebagai upaya sebagai upaya perwujudan
pelaksanaan otonomi daerah yang makin mantap.
b). Pengembangan hubungan koordinasi antar lembaga–lembaga daerah, baik
antar SKPD, instansi vertikal dan DPRD.
c). Pengembangan pendidikan PNS untuk studi lanjut dan diklat teknis/fungsional
aparatur.
d). Pengembangan pola pengaturan kesejahteraan aparatur pemerintah daerah.
e). Pengembangan Perencanaan pola reward dan punishment bagi aparat
pemerintah daerah dalam rangka peningkatan kinerja.
f). Pengembangan mekanisme penempatan pejabat baik fungsional maupun
struktural di setiap SKPD berdasarkan kompetensi dan keahlian.
g). Pengembangan sistem penerimaan daerah, melalui intensifikasi sumber-
sumber pendapatan, penyempurnaan regulasi dan ekstensifikasi sumber
pendapatan daerah.
h). Pengembangan informasi dan sistem transparansi pengelolaan keuangan
dan aset daerah di semua SKPD.
i). Pengembangan pola pelayanan prima dalam bidang pembangunan.
j). Pengembangan pola kapasitas kelembagaan DPRD.
k). Pengembangan fasilitasi DPRD sebagai representasi dalam mengelola aspirasi
dan kepentingan rakyat.
l). Pengembangan peran Kota Tegal dalam kerjasama antar daerah (KAD) melalui
optimalisasi potensi sumber daya yang ada serta penyedaan sarana dan
prasarana publik.
92
m). Pengembangan sumber daya manusia, sistem dan sarana prasarana
persandian.
2). Perencanaan Pembangunan
Target pencapaian urusan Perencanaan Pembangunan pada tahap pertama
RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan sistem manajemen data dan informasi yang akurat sebagai
dasar penyusunan perencanaan pembangunan.
b). Pengembangan penelitian potensi sumber daya daerah untuk peningkatan
pembangunan daerah.
c). Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelibatan penyusunan
perencanaan pembangunan daerah.
d). Pengembangan kapasitas lembaga perencana pembangunan daerah.
e). Pengembangan koordinasi dengan seluruh pemangku pembangunan dalam
rangka sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan daerah.
f). Pengembangan koordinasi kerjasama pembangunan antar wilayah dan dunia
usaha/lembaga lainnya.
3). Statistik
Target pencapaian urusan Statistik pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan jejaring statistik khusus.
b). - Pengembangan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan
dan meningkatkan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait
dan masyarakat.
- Pengembangan SDM yang menguasai kestatistikan.
c). Pengembangan dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey antar
sensus.
4). Kearsipan
Target pencapaian urusan Kearsipan pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Pengembangan penataan arsip-arsip daerah secara bertahap.
b). Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kearsipan daerah.
c). Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kearsipan guna mendukung
otomasi arsip daerah.
d). Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang menangani arsip daerah.
e). Pengembangan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya arsip.
93
5). Komunikasi dan Informatika
Target pencapaian urusan Komunikasi dan Informatika pada tahap pertama
RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Pengembangan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
b). Pengembangan sistem informasi manajemen guna penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelayanan publik.
c). Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM aparatur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
d). Pengembangan sosialisasi mengenai perijinan di bidang pos dan
telekomunikasi sesuai kewenanganya.
e). - Pengembangan diseminasi informasi publik sesuai kewenangannya.
- Pengembangan kerjasama pemerintah dengan media massa.
f). Pengembangan model dan peningkatan kesadaran kelompok informasi
Masyarakat (KIM).
6). Pertanahan
Target pencapaian urusan Pertanahan pada tahap pertama RPJP adalah
sebagai berikut :
a). Pengembangan fasilitasi dan penetapan mekanisme pelayanan perijinan lokasi
pembukaan tanah dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
b). Pengembangan fasilitasi dalam penyelesaian permasalahan perijinan,
penyelesaian sengketa dan pengaturan pertanahan.
c). Pengembangan pelayanan penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah,
serta ganti rugi kelebihan maksimum dan tanah absentee.
d). Pengembangan tertib admistrasi dan perencanaan penggunaan tanah.
e). Pengembangan penegakkan hukum pertanahan dan mantabnya perencanaan
tata ruang.
g. Mewujudkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pembangunan daerah
1). Pekerjaan Umum
Target pencapaian urusan Pekerjaan Umum pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan identifikasi tingkat kerusakan jalan dan jembatan serta
rencana perbaikan jalan dan jembatan.
b). Pengembangan identifikasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat.
c). Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana drainase, air limbah
perkotaan dan sarana prasarana pengendali air laut/rob
94
d). - Pengembangan kualitas dan kuantitas sarana perkotaan serta
pencegahan/pengendalian sarana publik/masyarakat
- Pengembangan perbaikan dan pembangunan kembali gedung perkantoran.
e). Pengembangan basis data dan informasi ke-PU-an yang mudah diakses
masyarakat.
f). Pengembangan dan pengelolaan manajemen jalan kota.
2). Perumahan
Target pencapaian urusan Perumahan pada tahap pertama RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Pengembangan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui partisipasi
pemerintah, masyarakat serta swasta.
b). Pengembangan data base dan sistem informasi perumahan.
c). Pengembangan peningkatan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana
dasar lingkungan permukiman.
d). Pengembangan kebijakan penyusunan rumah susun sederhana milik
(rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
e). Pengembangan dan sosialisasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse,
reduse, dan recycle).
f). Pengembangan identifikasi kerjasama antar daerah dalam penyediaan lahan
dan manajemen pengelolaan sampah.
g). - Pengembangan identifikasi makam dan peningkatan sarana pemakaman.
- Pengembangan SDM dan sarana prasarana pertamanan.
3). Penataan Ruang
Target pencapaian urusan Penataan Ruang pada tahap pertama RPJPD
adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan sistem informasi produk tata ruang dalam rangka
memudahkan masyarakat mengakses informasi tata ruang.
b). Pengembangan penyusunan kebijakan ruang terbuka hijau.
c). Pengembangan evaluasi dan sosialisasi Perda Tata Ruang dan terciptanya
kesadaran masyarakat atas pentingnya konsistensi terhadap perencanaan
RTRW dan RTR kawasan strategis serta rencana detail tata ruang RTRWK.
4). Perhubungan
Target pencapaian urusan Perhubungan pada tahap pertama RPJP adalah
sebagai berikut :
a). Pengembangan sarana prasarana transportasi lokal.
b). Pengembangan kinerja jaringan jalan.
95
c). Pengembangan kesadaran masyarakat dalam keselamatan berlalu lintas.
d). Pengembangan integrasi kinerja jalur jalan dan kereta api.
96
2. RPJMD II (Tahun 2010 s/d Tahun 2014)
Pada RPJMD Kedua, berlandaskan pada pelaksanaan pencapaian RPJMD Pertama,
pembangunan Kota Tegal tahap selanjutnya diarahkan pada peningkatan kualitas
pelayanan dasar, peningkatan daya saing ekonomi rakyat, peningkatan tata kelola
pemerintahan yang lebih efektif serta kualitas, dan pengelolaan sumber daya alam
yang mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa dan industri, guna
mendorong pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap.
1). Perdagangan
Target pencapaian urusan Perdagangan pada tahap kedua RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan pasar dan distribusi komoditas perdagangan serta penguatan
kualitas dan desain produk.
b). Penguatan iklim usaha perdagangan yang kondusif.
c). Penguatan sistem perlindungan konsumen.
2). Industri
Target pencapaian urusan Industri pada tahap kedua RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan kemampuan SDM dan teknologi industri untuk lebih produktif
dan efisien.
b). Penguatan akses ketersediaan bahan baku untuk mendukung
pengembangan industri mikro, kecil dan menengah di Kota Tegal.
c). Penguatan kualitas produksi sehingga produksi industri mikro, kecil dan
menengah di Kota Tegal dapat bersaing di pasar global.
d). Penguatan kemampuan industri kecil dan menengah untuk mengakses
permodalan pada lembaga keuangan.
e). Penguatan jaringan pemasaran bagi produk usaha mikro, kecil dan
menengah.
3). Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Target pencapaian urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah pada tahap
kedua RPJPD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan kualitas dan kuantitas koperasi
97
b). - Penguatan usaha mikro, kecil dan menengah melalui peningkatan
keterampilan dalam melakukan usaha dan akses permodalan.
- Penguatan profesionalisme dan “bussines like” para pengurus koperasi
sehingga koperasi dapat bersaing dengan usaha lain di luar koperasi.
c). Penguatan iklim usaha yang kondusif KUKM.
4). Penanaman Modal
Target pencapaian urusan Penanaman Modal pada tahap kedua RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Penguatan fasilitas infrastruktur pendukung pengembangan investasi.
b). Penguatan promosi investasi.
c). Penguatan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Tegal yang
berkualitas.
d). Pengembangan investasi pada akhir lima tahun tahun kedua.
5). Pariwisata
Target pencapaian urusan Pariwisata pada tahap kedua RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata di Kota
Tegal.
b). Penguatan penanganan kerusakan lingkungan terutama untuk wilayah
pantai merupakan ancaman pengembangan wisata pantai di Kota Tegal.
c). Penguatan kemampuan SDM dalam mengelola pariwisata.
d). Penguatan peyediaan pelayanan informasi dan promosi kepariwisataan di
Kota Tegal.
e). Penguatan prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan obyek
wisata.
6). Kelautan dan Perikanan
Target pencapaian urusan Kelautan dan Perikanan pada tahap kedua
RPJPD adalah sebagai berikut:
a). Penguatan kesejahteraan nelayan.
b). Penguatan sarana dan prasarana penangkapan dan perdagangan ikan.
c). Penguatan kualitas produksi hasil perikanan tangkap.
d). Penguatan hasil budidaya tambak.
98
e). Penguatan industri pengolahan ikan tangkapan baik skala besar, menengah,
maupun skala kecil.
7). Pertanian
Target pencapaian urusan Pertanian pada tahap kedua RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan produk pertanian, pangan non beras dan holtikultural.
b). Penguatan keterampilan peternak dalam mengolah hasil-hasil peternakan.
c). Penguatan usaha budidaya ternak yang ditandai dengan meningkatkan
produksi hasil peternakan.
8). Ketahanan Pangan
Target pencapaian urusan Ketahanan Pangan pada tahap kedua RPJPD
adalah sebagai berikut :
a). Penguatan ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat secara
merata dan adil.
b). Penguatan kesadaran masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk
bahan pokok maupun bahan tambahan makanan.
c). Penguatan pemenuhan kebutuhan pangan setara dengan 2.100 gram/Kalori
per kapita.
d). Penguatan ketersediaan pangan pokok, protein hewani dan nabati bagi
seluruh lapisan masyarakat.
b. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, cerdas, dan
berbudaya.
1). Pendidikan
Target pencapaian urusan Pendidikan pada tahap Kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan baik
dikdas maupun dikmen.
b). Penguatan mutu sekolah kejuruan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pasar kerja.
c). Penguatan pendidikan non formal serta informal.
d). Penguatan relevansi daya saing dan manajemen pendidikan serta pencitraan
pendidikan.
99
e). Penguatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dalam upaya
pemenuhan standar nasional dan internasional.
f). Penguatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
2). Kesehatan
Target pencapaian urusan Kesehatan pada tahap Kedua RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b). - Penguatan surveilens epidemiologi dan deteksi dini penyakit untuk
menurunkan angka kesakitan penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
- Penguatan penanggulangan KLB dan Wabah.
c). Penguatan pelayanan pemberian imunisasi.
d). Penguatan manajemen mutu pelayanan kesehatan serta operasional
jaringan SIM kesehatan.
e). - Penguatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
dan kompetensi.
- Penguatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
f). Penguatan pengawasan obat dan makanan.
g). Penguatan status gizi masyarakat ditandai menurunnya prevalensi gizi buruk
pada Bayi & Balita.
h). - Penguatan keluarga sadar gizi.
- Penguatan Kelurahan Siaga dengan Strata II.
- Penguatan PHBS di tatanan rumah tangga.
i). Penguatan kualitas kesehatan lingkungan.
3). Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Target pencapaian urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
pada tahap Kedua RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). - Penguatan fasilitas pelayanan KB sampai tingkat posyandu.
- Penguatan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja
(PIK KRR).
- Penguatan partisipasi akseptor KB pada kaum pria.
b). Penguatan profesionalisme penyuluh KB dalam mewujudkan visi dan misi
program KB.
100
c). - Penguatan kualitas dan kuantitas TOGA, TOMA yang melakukan advokasi
dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB.
- Penguatan partisipasi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam
pengembangan Program KB Nasional.
d). - Penguatan bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina keluarga
lansia, dan bina keluarga lingkungan.
- Penguatan data keluarga yang berkualitas melalui pendataan keluarga
sehingga diperoleh data keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera (KS)
1, Keluarga Sejahtera (KS) 2, Keluarga Sejahtera (KS) 3 plus.
e). Penguatan sistem data base program KB dan keluarga sejahtera secara
maksimal dan dinamis sebagai data pendukung perencanaan Program KB
dan Keluarga Sejahtera.
4). Tenaga Kerja
Target pencapaian urusan tenaga kerja pada tahap Kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan perlindungan dan jaminan kesehatan serta keselamatan kerja.
b). Penguatan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja.
c). - Penguatan peran serta lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan
dan latihan tenaga kerja.
- Penguatan sistem informasi bursa kerja dan peran lembaga penempatan
tenaga kerja.
d). Penguatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja.
e). Penguatan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor pembangunan.
5). Pemuda dan Olahraga
Target pencapaian urusan Pemuda dan Olahraga pada tahap Kedua
RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan dan pemasyarakatan berbagai cabang olahraga prestasi.
b). Pengembangan kewirausahaan pemuda.
c). Penguatan sarana dan prasarana olahraga pada setiap cabang olah raga.
d). Penguatan peran dan fungsi penyelenggara/pengurus olah raga.
e). - Penguatan akses potensi dan aktualisasi pemuda dalam kepeloporan
pembangunan.
- Penguatan potensi olahraga prestasi.
101
6). Kebudayaan
Target pencapaian urusan Kebudayaan pada tahap Kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan peran serta masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya
yang berkembang di Kota Tegal.
b). Penguatan pengetahuan dan pemahaman generasi muda tentang arti
pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya.
c). Penguatan sistem informasi potensi budaya Kota Tegal.
7). Ketransmigrasian
Target pencapaian urusan Transmigrasi pada tahap Kedua RPJPD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan kualitas dan kuantitas kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) program transmigrasi kepada masyarakat luas.
b). Penguatan penyelenggaraan pelayanan transmigrasi yang berkualitas.
c). Penguatan kerjasama antar daerah dalam penyelengaraan pelayanan
transmigrasi.
8). Perpustakaan
Target pencapaian urusan Perpustakaan pada tahap Kedua RPJPD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan promosi gemar membaca dan pemanfaatan perpustakaan.
b). - Penguatan peran serta masyarakat dalam pengembangan perpustakaan.
- Penguatan kualitas dan kuantitas koleksi di perpustakaan daerah,
perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.
c). Penguatan kualitas SDM di bidang perpustakaan.
d). Penguatan kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
9). Sosial
Target pencapaian urusan Sosial pada tahap kedua RPJPD adalah sebagai
berikut:
a). Pegurangan angka kemiskinan.
102
b). Penguatan jangkauan penanganan penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
c). Penguatan lembaga-lembaga sosial dalam penanganan PMKS.
d). Penguatan kualitas sarana dan prasarana PMKS.
e). Penguatan upaya mendorong partisipasi masyarakat dan pendayagunaan
potensi serta sumber kesejahteraan sosial.
c. Mewujudkan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui
penegakan supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-undangan.
1). Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Target pencapaian urusan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri pada
tahap Kedua RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan kesadaran hukum dan HAM masyarakat dengan melibatkan
stakeholder untuk meningkatkan kesadaran hukum.
b). Penguatan profesionalisme dan kapasitas aparatur dalam rangka
pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c). Penguatan wawasan kebangsaan kepada masyarakat.
d). Penguatan kesadaran politik masyarakat.
e). Penguatan peran dan fungsi partai politik dalam melaksanakan pendidikan
politik dan meningkatkan komunikasi politik dengan masyarakat.
f). Penguatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dini dan
penanggulangan bencana alam.
d. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaaran dan keadilan gender.
1). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Target pencapaian urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak pada tahap Kedua RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan peran perempuan dalam lembaga-lembaga publik.
b). Penguatan pemahaman PUG dalam pembangunan bagi SKPD maupun
lembaga kemasyarakatan.
c). Penguatan partisipasi Perempuan dan peran perempuan dalam
pembangunan.
d). Penguatan pelaksanaan penanggulangan tindak kekerasan terhadap
perempuan.
e). Penguatan mekanisme perlindungan anak dan remaja oleh keluarga dan
masyarakat serta pemerintah.
103
f). Penguatan pola pengelolaan data pilah gender sebagai pedoman semua
SKPD dalam penyusunan perencanaan pembangunan responsif gender.
g). Penguatan lembaga krisis center yang menangani segala persoalan yang
berkaitan dengan penangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak.
h). Penguatan kapasitas bagi aktivis perempuan lembaga-lembaga di tingkat
kelurahan dan kecamatan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender.
2). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Target pencapaian urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa pada tahap
kedua RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). - Penguatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat usaha ekonomi, akses permodalan usaha,
sumberdaya produktif lainnya.
- Penguatan jaringan akses modal usaha, dana bergulir baik melalui
perbankan dan lembaga non bank termasuk lembaga keuangan yang
dikelola secara swadaya.
b). Penguatan kemampuan masyarakat dalam manajemen usaha dan
penguatan kelompok usaha ekonomi produktif.
c). Penguatan keterampilan masyarakat dalam mendayagunakan teknologi
tepat guna dalam berbagai usaha ekonomi produktif secara efisien.
d). Penguatan kelembagaan di kelurahan (LPMK, RT/RW dan lain-lain) dalam
penanggulangan kemiskinan dan menunjang keberhasilan pembangunan di
tingkat kelurahan.
e). Penguatan partisipasi masyarakat sesuai tahap pembangunan melalui LPMK,
RT/RW dan lembaga lainnya dalam pengembangan usaha mandiri di tingkat
kelurahan.
3). Kependudukan Catatan Sipil
Target pencapaian urusan Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahap
kedua RPJPDD adalah Penguatan pelayanan prima dan tertib administrasi
kependudukan.
e. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
optimal dan menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan.
104
1). Lingkungan Hidup
Target pencapaian urusan Lingkungan hidup pada tahap kedua RPJPDD
adalah sebagai berikut :
a). Penguatan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang telah rusak.
b). Penguatan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan melalui penerapan manajemen produksi limbah, teknologi ramah
lingkungan, pengolahan limbah dan penerapan ruang terbuka hijau.
c). Penguatan peran serta masyarakat dan LSM dalam rangka memperkuat
mediasi untuk memecahkan permasalahan lingkungan dengan melibatkan
dan kerjasama kemitraan berbagai pihak.
d). - Penguatan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangan daerah.
- Penguatan profesionalisme SDM aparatur dalam pengelolaan lingkungan.
e). Penguatan perhatian dan komitmen berbagai pihak dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
f). Penguatan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
g). Penguatan basis data informasi lingkungan yang memadai dan mudah
diakses masyarakat.
f. Mewujudkan pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas
aparatur dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
1). Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Target pencapaian urusan Statistik pada tahap Kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan Legislasi daerah sebagai upaya perwujudan pelaksanaan otonomi
daerah yang makin nyata.
b). Penguatan hubungan koordinasi antar lembaga-lembaga daerah baik antar
SKPD, instansi vertikal dan DPRD.
c). Penguatan pendidikan PNS untuk studi lanjut dan diklat teknis/fungsional
aparatur.
d). Penguatan pelaksanaan pola pengaturan kesejahteraan aparatur pemerintah
daerah.
105
e). Penguatan pelaksanaan pola reward dan punishment bagi aparatur
pemerinth daerah dalam rangka peningkatan kinerja.
f). Penguatan mekanisme penempatan pejabat baik fungsional maupun
struktural di setiap SKPD berdasarkan kompetensi dan keahlian.
g). Penguatan sistem penerimaan daerah, melalui intensifikasi sumber-sumber
pendapatan, penyempurnaan regulasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan
daerah.
h). Penguatan pelaksanaan sistem transparansi dalam pengelolaan keuangan
dan aset daerah di semua SKPD.
i). Penguatan pelaksanaan pola pelayanan prima dalam bidang
pembangunan.
j). Penguatan kapasitas kelembagaan DPRD.
k). Penguatan fasilitasi DPRD sebagai representasi dalam mengelola aspirasi
dan kepentingan rakyat.
l). Penguatan peran Kota Tegal dalam Kerjasama Antar Daerah (KAD) melalui
optimalisasi potensi sumber daya yang ada serta penyedaan sarana dan
prasarana publik.
m). Penguatan sumber daya manusia, sistem dan sarana prasarana persandian.
2). Perencanaan Pembangunan
Target pencapaian urusan Perencanaan Pembangunan pada tahap kedua
RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan sistem manajemen data dan informasi yang akurat sebagai
dasar penyusunan perencanaan pembangunan.
b). Penguatan penelitian potensi sumber daya daerah untuk peningkatan
pembangunan daerah.
c). Penguatan partisipasi masyarakat dalam pelibatan penyusunan perencanaan
pembangunan daerah.
d). Penguatan kapasitas lembaga perencana pembangunan daerah.
e). Penguatan koordinasi kerjasama pembangunan antar wilayah dan dunia
usaha/lembaga lainnya.
f). Penguatan koordinasi dengan seluruh pemangku pembangunan dalam
rangka sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan daerah.
106
3). Statistik
Target pencapaian urusan Statistik pada tahap kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan jejaring statistik khusus.
b). - Penguatan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan dan
meningkatkan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait dan
masyarakat.
- Penguatan SDM yang menguasai kestatistikan.
c). Penguatan dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey antar sensus
4). Kearsipan
Target pencapaian urusan kearsipan pada tahap kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan penataan arsip-arsip daerah secara bertahap.
b). Penguatan sarana dan prasarana pendukung kearsipan daerah.
c). Penguatan Sistem Informasi Manajemen Kearsipan guna mendukung
otomasi arsip daerah.
d). Penguatan kualitas dan kuantitas SDM yang menangani arsip daerah.
e). Penguatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya arsip.
5). Komunikasi dan Informatika
Target pencapaian urusan komunikasi dan informatika pada tahap kedua
RPJPDD adalah sebagai berikut :
a). Penguatan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
b). Penguatan sistem informasi manajemen guna penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelayanan publik.
c). Penguatan kualitas dan kuantitas SDM aparatur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
d). Penguatan penertiban jasa titipan dan penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
e). - Penguatan diseminasi informasi publik.
- Penguatan kerjasama pemerintah dengan media massa.
f). Penguatan jaringan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM).
6). Pertanahan
Target pencapaian urusan Pertanahan pada tahap kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut :
107
a). Penguatan fasilitasi dan pelayanan perijinan lokasi pembukaan tanah dan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
b). Penguatan fasilitasi dan penyelesaian permasalahan perijinan, penyelesaian
sengketa dan pengaturan pertanahan yang semakin baik.
c). Penguatan fasilitasi dan pelayanan subyek dan obyek redistribusi tanah,
serta ganti rugi kelebihan maksimum dan tanah absentee.
d). Penguatan tertib administrasi dan perencanaan penggunaan tanah.
e). Penguatan penegakkan hukum pertanahan dan mantabnya perencanaan
tata ruang yang semakin baik.
g. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pembangunan daerah
1). Pekerjaan Umum
Target pencapaian urusan Pekerjaan Umum pada tahap kedua RPJPDD
adalah sebagai berikut :
a). Penguatan perbaikan kerusakan jalan dan jembatan dan menurunnya angka
kecelakaan lalu lintas.
b). Penguatan pelayanan air bersih kepada masyarakat melalui pembangunan
dan pengelolaan air bersih yang baik.
c). Penguatan berfungsinya secara optimal sarana dan prasarana drainase, air
limbah perkotaan dan sarana dan prasarana pengendali rob.
d). - Penguatan kualitas dan kuantitas sarana perkotaan serta
pencegahan/pengendalian sarana publik/masyarakat
- Penguatan perbaikan dan pembangunan kembali gedung perkantoran.
e). Penguatan basis data dan informasi ke-PU-an.
f). Penguatan manajemen jalan kota.
2). Perumahan
Target pencapaian urusan Perumahan pada tahap kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut :
a). Penguatan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui partisipasi
pemerintah, masyarakat serta swasta.
b). Penguatan data base dan sisten informasi perumahan.
c). Penguatan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan
permukiman.
108
d). - Penguatan dan sosialisasi kebijakan penyusunan rumah susun sederhana
milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan
tersosialisasinya kebijakan tersebut.
- Penguatan pembangunan rusunami dan rusunawa.
e). Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse,
dan recycle).
f). Penguatan koordinasi dengan daerah sekitar dalam rangka mewujudkan
kerja sama antar daerah dalam penyediaan dan manajemen pengelolaan
sampah.
g). Penguatan pengembangan sarana pemakaman.
h). Penguatan SDM dan sarana prasara pertamanan yang memadai.
3). Penataan Ruang
Target pencapaian urusan Penataan Ruang pada tahap kedua RPJPDD
adalah sebagai berikut :
a). Penguatan sistem informasi produk tata ruang dalam rangka memudahkan
masyarakat mengakses informasi tata ruang.
b). Penguatan peraturan daerah tata ruang terbuka hijau dan
tersosialisasikannya perda tata ruang terbuka hijau serta terimplementasinya
ruang terbuka hijau.
c). Penguatan evaluasi dan sosialisasi dengan baik peraturan daerah tentang
tata ruang dan tumbuhnya kesadaran masyarakat yang tinggi dalam
Penataan Ruang serta rencana detail tata ruang RTRWK.
4). Perhubungan
Target pencapaian urusan Perhubungan pada tahap kedua RPJPDD adalah
sebagai berikut:
a). Penguatan kualitas sarana dan prasarana keselamatan lalu lintas.
b). Penguatan kinerja jaringan jalan.
c). Penguatan sarana prasarana transportasi lokal.
d). Penguatan itegrasi kinerja jalur jalan dan kereta api.
109
3. RPJMD III (Tahun 2015 s/d Tahun 2019)
Berlandaskan pada pelaksanaan, pencapaian, serta sebagai kelanjutan dari RPJMD
Pertama dan RPJMD Kedua, RPJMD Ketiga diarahkan pada pemantapan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang. Hasil ini terutama menekankan pada pencapaian
daya saing wilayah dan masyarakat Kota Tegal yang berlandaskan pada keunggulan
sumber daya manusia yang berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas, infrastruktur
wilayah yang makin berkualitas, dan kondusifitas wilayah yang makin mantap serta
kemampuan ilmu pegetahuan dan teknologi yang makin meningkat. Hal-hal yang
dilakukan mencakup upaya sebagai berikut :
a. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa dan industri guna mendorong
pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap.
1). Perdagangan
Target pencapaian urusan perdagangan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan pasar dan distribusi komoditas perdagangan serta peningkatan
kualitas dan desain produk.
b) Peningkatan iklim usaha perdagangan yang kondusif.
c) Peningkatan sistem perlindungan konsumen.
2). Industri
Target pencapaian urusan industri pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan kemampuan SDM dan teknologi industri untuk lebih produktif dan
efisien.
b) Peningkatan akses penyediaan bahan baku industri yang mantap untuk
mendukung pengembangan industri mikro, kecil dan menengah di Kota Tegal.
c) Peningkatan kualitas produksi sehingga produksi industri mikro, kecil dan
menengah di Kota Tegal dapat bersaing di pasar global.
d) Peningkatan kemampuan industri mikro, kecil dan menengah untuk mengakses
permodalan pada lembaga keuangan.
e) Peningkatan jaringan pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah.
3). Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Target pencapaian urusan koperasi, usaha kecil dan menengah pada tahap ketiga
RPJPD adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan kualitas dan kuantitas koperasi
110
b) - Peningkatan usaha mikro, kecil menengah yang handal dengan sumberdaya
manusia yang terampil dan mudah mengakses modal.
- Peningkatan profesionalisme dan bussines like para pengurus koperasi
sehingga koperasi dapat bersaing dengan usaha lain di luar koperasi.
c) Peningkatan iklim usaha yang kondusif KUKM.
4). Penanaman Modal
Target pencapaian urusan penanaman modal pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut :
a) Pengembangan investasi pada akhir lima tahun pada akhir lima tahun ketiga.
b) Peningkatan promosi investasi.
c) Peningkatan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Tegal yang berkualitas.
d) Peningkatan fasilitas infrastruktur pendukung pengembangan investasi.
5). Pariwisata
Target pencapaian urusan pariwisata pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata di Kota Tegal.
b) Peningkatan kualitas lingkungan yang mendukung pengembangan potensi wisata.
c) Peningkatan kemampuan SDM dalam mengelola pariwisata.
d) Peningkatan pelayanan informasi dan promosi kepariwisataan di Kota Tegal.
e) Peningkatan prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan obyek wisata.
6). Kelautan dan Perikanan
Target pencapaian urusan kelautan dan perikanan pada tahap ketiga RPJPD adalah
sebagai berikut :
a) Peningkatan kesejahteraan nelayan.
b) Peningkatan sarana dan prasarana penangkapan dan perdagangan ikan.
c) Peningkatan kualitas produksi hasil perikanan tangkap.
d) Peningkatan hasil budidaya tambak.
e) Pengembangan industri pengolahan ikan tangkapan baik skala besar, menengah,
maupun skala kecil.
7). Pertanian
Target pencapaian urusan pertanian pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan produk pertanian, pangan non beras dan holtikultural.
b) Peningkatan keterampilan peternak dalam mengolah hasil-hasil peternakan.
111
c) Peningkatan usaha budidaya ternak handal yang ditandai dengan produksi hasil
peternakan yang tinggi.
8). Ketahanan Pangan
Target pencapaian urusan ketahanan pangan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan Ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat secara merata dan adil
dan mudah terjangkau masyarakat.
b) Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk
bahan pokok maupun bahan tambahan makanan.
c) Peningkatan pemenuhan kebutuhan pangan setara dengan 2.100 gram/Kalori per
kapita/per hari.
d) Peningkatan pangan pokok, protein hewani dan nabati bagi seluruh lapisan
masyarakat.
b. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, sehat, cerdas dan
berbudaya.
1). Pendidikan
Target pencapaian urusan pendidikan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan.
b) Peningkatan mutu sekolah kejuruan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar
kerja.
c) Peningkatan pendidikan non formal serta informal.
d) Peningkatan relevansi daya saing dan manajemen pendidikan serta pencitraan
pendidikan.
e) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dalam upaya
pemenuhan standar nasional dan internasional.
f) Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
2). Kesehatan
Target pencapaian urusan kesehatan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b) - Peningkatan surveilens epid dan deteksi dini penyakit (termasuk penerapan
EWORS) untuk menurukan angka kesakitan penyakit menular dan penyakit
tidak menular.
112
- Peningkatan penanggulangan KLB dan Wabah.
c) Peningkatan pelayanan pemberian imunisasi.
d) Peningkatan manajemen mutu pelayanan kesehatan serta operasional jaringan SIM
kesehatan.
e) - Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sesuai kebutuhan dan
kompetensi.
- Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
f) Peningkatan pengawasan obat dan makanan.
g) Peningkatan status gizi masyarakat ditandai menurunnya prevalensi gizi buruk
pada Bayi & Balita.
h) - Peningkatan keluarga sadar gizi.
- Pengembangan Kelurahan Siaga dengan Strata III.
- Peningkatan PHBS di tatanan rumah tangga.
i) Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.
3). Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Target pencapaian urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera pada tahap
ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) - Peningkatan fasilitas pelayanan KB sampai tingkat posyandu.
- Peningkatan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja (PIK
KRR).
- Peningkatan partisipasi akseptor KB pada kaum pria.
b) Peningkatan profesionalisme penyuluh KB dalam mewujudkan visi dan misi
program KB.
c) - Peningkatan kualitas dan kuantitas TOGA, TOMA yang melakukan advokasi dan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB.
- Peningkatan partisipasi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam
pengembangan Program KB Nasional.
d) - Peningkatan bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina keluarga lansia,
dan bina keluarga lingkungan.
- Peningkatan data keluarga yang berkualitas melalui pendataan keluarga
sehingga diperoleh data keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera (KS) 1,
Keluarga Sejahtera (KS) 2, Keluarga Sejahtera (KS) 3 plus.
e) Peningkatan kualitas data base program KB dan keluarga sejahtera secara
maksimal dan dinamis sebagai data pendukung perencanaan Prgram KB dan
Keluarga Sejahtera.
113
4). Tenaga kerja
Target pencapaian urusan Ketenagakerjaan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan perlindungan dan jaminan kesehatan serta keselamatan kerja.
b) Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja.
c) - Peningkatan peran serta lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan dan
latihan tenaga kerja.
- Peningkatan sistem informasi bursa kerja yang mudah diakses masyarakat dan
lembaga penempatan tenaga kerja yang profesional.
d) Peningkatan kepastian kelangsungan perlindungan dan kesejahteraan tenaga
kerja.
e) Peningkatan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor pembangunan.
5). Pemuda dan Olah Raga
Target pencapaian urusan kepemudaan dan olah raga pada tahap ketiga RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Peningkatan dan pemasyarakatan berbagai cabang olahraga prestasi.
b) Pengembangan kewirausahaan pemuda.
c) Peningkatan sarana dan prasarana olahraga pada setiap cabang olahraga.
d) Peningkatan peran dan fungsi penyelenggara atau pengurus olahraga.
e) - Peningkatan akses potensi dan aktualisasi pemuda dalam kepeloporan
pembangunan.
- Peningkatan prestasi olahraga.
6). Kebudayaan
Target pencapaian urusan kebudayaan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan peran serta secara aktif generasi muda dalam kegiatan pelestarian
nilai-nilai budaya.
b) Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pelestarian nilai-nilai budaya
yang berkembang di Kota Tegal.
c) Peningkatan kemudahan akses terhadap sistem informasi potensi budaya oleh
masyarakat luas.
114
7). Ketransmigrasian
Target pencapaian urusan ketransmigrasian pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) program transmigrasi kepada masyarakat luas.
b) Peningkatan penyelenggaraan pelayanan transmigrasi yang berkualitas.
c) Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan pelayanan
transmigrasi.
8). Perpustakaan
Target pencapaian urusan perpustakaan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan promosi gemar membaca dan pemanfaatan perpustakaan.
b) - Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan perpustakaan.
- Peningkatan kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
c) Peningkatan kualitas SDM di bidang perpustakaan.
d) Peningkatan kualitas dan kuantitas koleksi di perpustakaan daerah, perpustakaan
sekolah dan perpustakaan masyarakat.
9). Sosial
Target pencapaian urusan sosial pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pengurangan angka kemiskinan.
b) Peningkatan jangkauan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial.
c) Peningkatan lembaga-lembaga sosial dalam penanganan PMKS.
d) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana PMKS.
e) Peningkatan upaya mendorong partisipasi masyarakat dan pendayagunaan potensi
serta sumber kesejahteraan sosial.
c. Mewujudkan keamanan ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui
penegakan supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-undangan.
1). Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Target pencapaian urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri pada tahap ketiga
RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan kesadaran hukum dan HAM masyarakat dengan melibatkan
stakeholder untuk meningkatkan kesadaran hukum.
115
b) Peningkatan Profesionalisme dan kapasitas Aparatur dalam rangka pemeliharaan
keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c) Peningkatan wawasan kebangsaan kepada masyarakat.
d) Peningkatan kesadaran politik masyarakat.
e) Peningkatan peran dan fungsi partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik
dan meningkatkan komunikasi politik dengan masyarakat.
d. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender.
1). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Target pencapaian urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pada
tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan peran perempaun dalam lembaga-lembaga publik.
b) Peningkatan penguatan pemahaman PUG dalam pembangunan bagi SKPD maupun
lembaga kemasyarakatan.
c) Peningkatan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
d) Peningkatan pelaksanaan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan.
e) Peningkatan mekanisme perlindungan anak dan remaja oleh keluarga dan
masyarakat serta pemerintah.
f) Peningkatan kualitas data pilah dalam perencanaan pembangunan.
g) Peningkatan kapasitas lembaga krisis center yang menangani segala persoalan
yang berkaitan dengan penangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
h) Peningkatan kapasitas bagi kader kesetaraan dan keadilan gender di setiap
keluarga.
2). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Target pencapaian urusan pemberdayaan masyarakat desa pada tahap ketiga RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) - Peningkatan fasilitasi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam pengembangkan usaha ekonomi, akses permodalan usaha,
keterampilan dan sumberdaya produktif lainnya.
- Peningkatan jaringan akses modal usaha, dana bergulir baik melalui perbankan
dan lembaga non bank termasuk lembaga keuangan yang dikelola secara
swadaya.
b) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam manajemen usaha dan penguatan
kelompok usaha ekonomi produktif.
116
c) Peningkatan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi tepat guna
dalam berbagai usaha ekonomi produktif secara efisien.
d) Peningkatan kelembagaan di kelurahan (LPMK, RT/RW dan lain-lain) dalam
penanggulangan kemiskinan dan menunjang keberhasilan pembangunan di
tingkat kelurahan.
e) Peningkatan partisipasi masyarakat sesuai tahap pembangunan melalui LPMK,
RT/RW dan lembaga lainnya daam pengembangan usaha mandiri di tingkat
kelurahan.
3). Kependudukan dan Catatan Sipil
Target pencapaian urusan Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahap Kedua RPJPD
adalah peningkatan pelayanan prima dan tertib administrasi kependudukan.
e. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang optimal
serta menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan.
1). Lingkungan Hidup
Target pencapaian urusan lingkungan hidup pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup
yang telah rusak.
b) Peningkatan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
melalui penerapan manajemen produksi limbah, teknologi ramah lingkungan,
pengolahan limbah dan penerapan ruang terbuka hijau.
c) Peningkatan peran serta masyarakat dan LSM dalam rangka memperkuat mediasi
untuk memecahkan permasalahan lingkungan dengan melibatkan dan kerjasama
kemitraan berbagai pihak.
d) - Peningkatan implementasi dan evaluasi peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangan
daerah.
- Peningkatan mantapnya profesionalisme SDM Aparaturur dalam pengelolaan
lingkungan.
e) Peningkatan perhatian dan komitmen berbagai pihak dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
f) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
117
g) Peningkatan basis data informasi lingkungan yang memadai dan mudah diakses
masyarakat.
f. Mewujudkan pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas Aparaturur
dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
1). Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Target pencapaian urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, kepegawaian dan persandian pada tahap ketiga RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Peningkatan penyempurnaan Legislasi daerah dalam upaya peningkatan
pelayanan publik dan efektifitas pemerintahan.
b) Peningkatan hubungan koordinasi antar lembaga-lembaga daerah baik antar SKPD,
instansi vertikal dan DPRD.
c) Peningkatan pendidikan PNS untuk studi lanjut dan diklat teknis/fungsional
Aparatur.
d) Peningkatan pelaksanaan pola pengaturan kesejahteraan Aparaturur pemerintah
daerah.
e) Peningkatan pelaksanaan pola reward dan punishment bagi Aparaturur pemerinth
daerah dalam rangka peningkatan kinerja.
f) Peningkatan penempatan pejabat baik fungsional maupun struktural di setiap
SKPD berdasarkan kompetensi dan keahlian.
g) Peningkatan sistem penerimaan daerah, melalui intensifikasi sumber-sumber
pendapatan, penyempurnaan regulasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan
daerah.
h) Peningkatan pelaksanaan sistem transparansi pengelolaan keuangan dan aset
daerah di semua SKPD.
i) Peningkatan pelaksanaan pelayanan prima dalam bidang pembangunan.
j) Peningkatan kapasitas kelembagaan DPRD.
k) Peningkatan fasilitasi DPRD sebagai representasi dalam mengelola aspirasi dan
kepentingan rakyat.
l) Peningkatan peran Kota Tegal dalam Kerjasama Antar Daerah (KAD) melalui
optimalisasi potensi sumber daya yang ada serta penyedaan sarana dan prasarana
publik.
m) Peningkatan sumber daya manusia, sistem dan sarana prasarana persandian.
118
2). Perencanaan Pembangunan
Target pencapaian urusan perencanaan pembangunan pada tahap ketiga RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan sistem manajemen data dan informasi yang akurat sebagai dasar
penyusunan perencanaan pembangunan.
b) Peningkatan penelitian potensi sumber daya daerah untuk peningkatan
pembangunan daerah.
c) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelibatan penyusunan perencanaan
pembangunan daerah.
d) Peningkatan kapasitas lembaga perencana pembangunan daerah.
e) Peningkatan koordinasi kerjasama pembangunan antar wilayah dan dunia usaha
atau lembaga lainnya.
f) Peningkatan koordinasi dengan seluruh pemangku pembangunan dalam rangka
sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan daerah.
3). Statistik
Target pencapaian urusan statistik pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan jejaring statistik khusus.
b) - Peningkatan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan dan
peningkatan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait dan
masyarakat.
- Peningkatan SDM yang menguasai kestatistikan.
c) Peningkatan dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey antar sensus.
4). Kearsipan
Target pencapaian urusan kearsipan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan penataan arsip daerah secara bertahap.
b) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kearsipan daerah.
c) Peningkatan Sistem Informasi Manajemen Kearsipan guna mendukung otomasi
arsip daerah.
d) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang menangani arsip daerah.
e) Peningkatan kesadaran masyarakat arti pentingnya arsip.
5). Komunikasi dan Informatika
Target pencapaian urusan komunikasi dan informatika pada tahap ketiga RPJPD adalah
sebagai berikut:
119
a) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
b) Peningkatan sistem informasi manajemen guna penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pelayanan publik.
c) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Aparaturur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
d) Peningkatan penyelenggaraan jasa titipan dan jasa telekomunikasi guna
mendukung pembangunan di bidang teknologi informasi.
e) - Peningkatan diseminasi informasi publik.
- Peningkatan kerjasama pemerintah dengan media massa.
f) Peningkatan pemberdayaan masyarakat informasi nelalui kegiatan KIM.
6). Pertanahan
Target pencapaian urusan pertanahan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan fasilitasi dan peningkatan pelayanan perijinan lokasi, pembukaan
tanah dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
b) Peningkatan fasilitasi dan penyelesaian permasalahan perijinan, penyelesaian
sengketa dan pengaturan pertanahan yang semakin baik.
c) Peningkatan pelayanan penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta
ganti rugi kelebihan maksimum dan tanah absentee.
d) Peningkatan tertib administrasi perencanaan penggunaan tanah secara efisien.
e) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat dan mantbnya perencanaan tata ruang
yang semakin baik.
g. Mewujudkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pembangunan daerah
1). Pekerjaan Umum
Target pencapaian urusan pekerjaan umum pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan kemampuan struktur dan kapasitas jalan dan jembatan Kota Tegal
dan menurunnya tingkat kecelakaan lalu lintas.
b) Peningkatan pelayanan air bersih secara adil dan merata kepada masyarakat.
c) Peningkatan fungsi sarana dan prasarana drainase, air limbah perkotaan dan
sarana dan prasarana pengendali rob.
d) - Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana perkotaan serta
pencegahan/pengendalian sarana publik/masyarakat
- Peningkatan perbaikan dan pembangunan kembali gedung perkantoran.
e) Peningkatan basis data dan informasi ke-PU-an.
120
f) Peningkatan manajemen jalan kota.
2). Perumahan
Target pencapaian urusan perumahan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui partisipasi pemerintah,
masyarakat serta swasta.
b) Peningkatan data base sistem informasi perumahan.
c) Peningkatan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan
permukiman.
d) - Peningkatan rusunawi dan rusunawa.
- Semakin meningkatnya minat masyarakat akan rumah susun sederhana milik
(rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
e) Peningkatan kesadaran masyarakat dan teraplikasianya teknologi 3R.
f) Peningkatan kerja sama antar daerah dalam penyediaan dan manajemen
pengelolaan sampah.
g) Peningkatan sarana pemakaman.
h) Peningkatan SDM dan sarana prasara pertamanan yang memadai.
3). Penataan Ruang
Target pencapaian urusan penataan ruang pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan sistem informasi produk tata ruang dalam rangka memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi tata ruang.
b) Peningkatan ruang terbuka hijau.
c) Peningkatan evaluasi perda tata ruang Kota Tegal. dan semakin baiknya kesadaran
masyarakat dan ketaatan pelaksanaan tata ruang kota sesuai peraturan yang
berlaku serta rencana detail tata ruang RTRWK.
4). Perhubungan
Target pencapaian urusan perhubungan pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana keselamatan lalu lintas.
b) Peningkatan kinerja jaringan jalan.
c) Peningkatan sarana prasarana transportasi lokal.
d) Peningkatan integrasi kinerja jalur jalan dan kereta api.
121
4.RPJMD IV (Tahun 2020 s/d Tahun 2024)
Berlandaskan pada pelaksanaan, pencapaian, serta sebagai kelanjutan dari
RPJMD Pertama, RPJMD Kedua dan RPJMD Ketiga yang diarahkan untuk
mewujudkan Kota Tegal sebagai Kota Perdagangan, Jasa, dan Industri dengan
masyarakat sejahtera yang bermartabat, melalui akselerasi pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan pada terbangunnya struktur kehidupan sosial
budaya dan ekonomi masyarakat Kota Tegal yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, yang mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Mewujudkan aneka usaha bidang perdagangan, jasa dan industri, guna
mendorong pengembangan ekonomi daerah yang semakin mantap.
1). Perdagangan
Target pencapaian urusan perdagangan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan pasar dan distribusi komoditas perdagangan serta pemantapan
kualitas dan desain produk.
b) Pemantapan iklim usaha perdagangan yang kondusif.
c) Pemantapan sistem perlindungan konsumen.
2). Industri
Target pencapaian urusan industri pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan SDM dan teknologi industri untuk lebih produktif dan efisien.
b) Pemantapan akses ketersediaan bahan baku industri yang mantap untuk
mendukung pengembangan industri mikro, kecil dan menengah di Kota Tegal.
c) Pemantapan produksi sehingga produksi industri mikro, kecil dan menengah di
Kota Tegal dapat bersaing di pasar global.
d) Pemantapan kemampuan industri mikro, kecil dan menengah untuk
mengakses permodalan pada lembaga keuangan.
e) Pemantapan jaringan pemasaran bagi usaha mikro, kecil dan menengah.
3). Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Target pencapaian urusan koperasi, usaha kecil dan menengah pada tahap
keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kualitas dan kuantitas koperasi.
122
b) - Pemantapan usaha kecil menengah yang handal dengan sumberdaya
manusia yang terampil dan mudah mengakses modal.
- Pemantapan profesionalitas dan bussines like para pengurus koperasi
sehingga koperasi dapat bersaing dengan usaha lain di luar koperasi.
c) Pemantapan iklim usaha yang kondusif KUKM.
4). Penanaman Modal
Target pencapaian urusan penanaman modal pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan investasi pada akhir lima tahun pada akhir lima tahun ketiga.
b) Pemantapan promosi investasi.
c) Pemantapan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Tegal yang
berkualitas.
d) Pemantapan fasilitas infrastruktur pendukung pengembangan investasi.
5). Pariwisata
Target pencapaian urusan pariwisata pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata di Kota Tegal.
b) Pemantapan kualitas lingkungan yang mendukung pengembangan potensi
wisata.
c) Pemantapan kemampuan SDM dalam mengelola pariwisata.
d) Pemantapan pelayanan informasi dan promosi kepariwisataan di Kota Tegal.
e) Pemantapan dukungan prasarana dan sarana yang mendukung
pengembangan obyek wisata.
6). Kelautan dan Perikanan
Target pencapaian urusan kelautan dan perikanan pada tahap keempat
RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kesejahteraan nelayan.
b) Pemantapan sarana dan prasarana penangkapan dan perdagangan
penangkapan dan perdagangan ikan.
c) Pemantapan kualitas produksi hasil perikanan tangkap.
d) Pemantapan hasil budidaya tambak.
e) Pemantapan industri pengolahan ikan tangkapan baik skala besar, menengah,
maupun skala kecil.
123
7). Pertanian
Target pencapaian urusan pertanian pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan produk pertanian, pangan non beras dan holtikultural.
b) Pemantapan keterampilan peternak dalam mengolah hasil-hasil peternakan.
c) Pemantapan usaha budidaya ternak handal yang ditandai dengan produksi
hasil peternakan yang semakin tinggi.
8). Ketahanan Pangan
Target pencapaian urusan ketahanan pangan pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat secara
merata dan adil.
b) Pemantapan pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan baik untuk
bahan pokok maupun bahan tambahan makanan.
c) Pemantapan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat setara dengan 2.100
gram/Kalori per kapita.
d) Pemantapan pangan pokok, protein hewani dan nabati bagi seluruh lapisan
masyarakat.
b. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, cerdas dan
berbudaya.
1). Pendidikan
Target pencapaian urusan pendidikan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan perluasan dan pemerataan akses memperoleh pendidikan.
b) Pemantapan mutu sekolah kejuruan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pasar kerja.
c) Pemantapan pendidikan non formal serta informal
d) Pemantapan relevansi daya saing dan manajemen pendidikan serta pencitraan
pendidikan.
e) Pemantapan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dalam upaya
pemenuhan standar nasional dan internasional.
f) Pemantapan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
124
2). Kesehatan
Target pencapaian urusan kesehatan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b) - Pemantapan surveilens epid dan deteksi dini penyakit (termasuk penerapan
EWORS) untuk menurukan angka kesakitan penyakit menular tertentu dan
penyakit tidak menular.
- Pemantapan penanggulangan KLB dan Wabah.
c) Pemantapan pelayanan pemberian imunisasi.
d) Pemantapan manajemen mutu pelayanan kesehatan serta operasional jaringan
SIM kesehatan.
e) - Pemantapan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
dan kompetensi.
- Pemantapan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
f) Pemantapan pengawasan obat dan makanan.
g) Pemantapan status gizi masyarakat ditandai menurunnya prevalensi gizi buruk
pada Bayi dan Balita.
h) - Pemantapan keluarga sadar gizi.
- Pemantapan Kelurahan Siaga dengan Strata III.
- Pemantapan PHBS di tatanan rumah tangga.
i) Pemantapan kualitas kesehatan lingkungan.
3). Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Target pencapaian urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera pada
tahap keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) - Pemantapan fasilitas pelayanan KB sampai tingkat posyandu
- Pemantapan pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja
(PIK KRR).
- Pemantapan partisipasi akseptor KB pada kaum pria.
b) Pemantapan profesionalisme penyuluh KB dalam mewujudkan visi dan misi
program KB.
c) - Pemantapan kualitas dan kuantitas TOGA, TOMA yang melakukan advokasi
dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB.
- Pemantapan partisipasi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam
pengembangan Program KB Nasional.
125
d) - Pemantapan bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina keluarga
lansia, dan bina keluarga lingkungan.
- Pemantapan data keluarga yang berkualitas melalui pendataan keluarga
sehingga diperoleh data keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera (KS) 1,
Keluarga Sejahtera (KS) 2, Keluarga Sejahtera (KS) 3 plus
e) Pemantapan kualitas data base program KB dan keluarga sejahtera secara
maksimal dan dinamis sebagai data pendukung perencanaan Prgram KB dan
Keluarga Sejahtera.
4). Tenaga Kerja
Target pencapaian urusan Tenaga Kerja pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan perlindungan dan jaminan kesehatan serta keselamatan kerja.
b) Pemantapan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja sesuai kebutuhan
pasar kerja.
c) - Pemantapan peran serta lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan dan
latihan tenaga kerja sesuai kebutuhan masyarakat dan pasar kerja.
- Pemantapan sistem informasi bursa kerja yang mudah diakses masyarakat
dan lembaga penempatan tenaga kerja yang profesional.
d) Pemantapan kepastian kelangsungan perlindungan dan kesejahteraan tenaga
kerja.
e) Pemantapan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor pembangunan.
5). Pemuda dan Olah raga
Target pencapaian urusan kepemudaan dan olah raga pada tahap keempat
RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan Pengembangan dan pemasyarakatan berbagai cabang olah raga
prestasi.
b) Pemantapan kewirausahaan pemuda.
c) Pemantapan sarana dan prasarana olah raga pada setiap cabangolah raga.
d) Pemantapan peran dan fungsi penyelenggara/pengurus olah raga.
e) - Pemantapan akses potensi dan aktualisasi pemuda dalam kepeloporan
pembangunan.
- Pemantapan prestasi olah raga.
126
6). Kebudayaan
Target pencapaian urusan kebudayaan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan komitmen dan tanggungjawab generasi muda dalam melestarikan
nilai-nilai budaya yang berkembang di Kota Tegal.
b) Pemantapan tanggungjawab dan komitmen masyarakat dalam
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya yang berkembang di Kota
Tegal.
c) Pemantapan sistem informasi potensi budaya yang handal, mudah diakses dan
mewujudkan daya tarik wisata Kota Tegal.
7). Ketransmigrasian
Target pencapaian urusan ketransmigrasian pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kualitas dan kuantitas kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) program transmigrasi kepada masyarakat luas.
b) Pemantapan penyelenggaraan pelayanan transmigrasi yang berkualitas.
c) Pemantapan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan pelayanan
transmigrasi.
8). Perpustakaan
Target pencapaian urusan perpustakaan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan promosi gemar membaca dan pemanfaatan perpustakaan.
b) Pemantapan peran serta masyarakat dalam pengembangan perpustakaan.
c) Pemantapan kualitas dan kuantitas koleksi di perpustakaan daerah,
perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.
d) Pemantapan kualitas SDM di bidang perpustakaan.
e) Pemantapan kualitas pelayanan yang berbasis teknologi dan kuantitas
pelayanan di bidang perpustakaan.
9). Sosial
Target pencapaian urusan Sosial pada tahap ketiga RPJPD adalah sebagai
berikut:
a) Pengurangan angka kemiskinan.
127
b) Pemantapan jangkauan penanganan penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
c) Pemantapan lembaga-lembaga sosial dalam penanganan PMKS.
d) Pemantapan kualitas sarana dan prasarana PMKS.
e) Pemantapan upaya mendorong partisipasi masyarakat dan pendayagunaan
potensi serta sumber kesejahteraan sosial.
c. Mewujudkan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui
penegakan supremasi hukum, HAM dan peraturan perundang-undangan.
1). Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Target pencapaian urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri pada
tahap keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kesadaran hukum dan HAM masyarakat dengan melibatkan
stakeholder untuk meningkatkan kesadaran hukum.
b) Pemantapan Profesionalisme dan kapasitas Aparatur dalam rangka
pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c) Pemantapan wawasan kebangsaan kepada masyarakat.
d) Pemantapan kesadaran politik masyarakat.
e) Pemantapan peran dan fungsi partai politik dalam melaksanakan pendidikan
politik dan meningkatkan komunikasi politik dengan masyarakat.
f) Pemantapan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dini dan
penanggulangan bencana alam.
d. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender.
1). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Target pencapaian urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
pada tahap keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan peran perempaun dalam lembaga-lembaga publik.
b) Pemantapan PUG dalam pembangunan bagi seluruh lapisan masyarakat.
c) Pemantapan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan.
d) Pemantapan pelaksanaan penanggulangan tindak kekerasan terhadap
perempuan.
e) Pemantapan mekanisme perlindungan anak dan remaja oleh keluarga dan
masyarakat serta pemerintah.
f) Pemantapan data pilah dalam perencanaan pembangunan.
128
g) Pemantapan kapasitas lembaga krisis center yang menangani segala persoalan
yang berkaitan dengan penangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak.
h) Pemantapan kesetaraan dan keadilan gender bagi seluruh keluarga.
2). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Target pencapaian urusan pemberdayaan masyarakat desa pada tahap
keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) - Pemantapan pemberdayaan masyarakat meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam pengembangkan usaha ekonomi, akses permodalan
usaha, keterampilan dan sumberdaya produktif lainnya.
- Pemantapan jaringan akses modal usaha, dana bergulir baik melalui
perbankan dan lembaga non bank termasuk lembaga keuangan yang
dikelola secara swadaya.
b) Pemantapan kemampuan kelompok usaha kecil dan manajemen usaha dan
penguatan kelompok usaha ekonomi produktif.
c) Pemantapan keterampilan UKM dan mendayagunakan teknologi tepat guna
dalam berbagai usaha ekonomi produktif secara efisien.
d) Pemantapan kelembagaan di kelurahan (LPMK, RT/RW dan lain-lain) yang
mumpuni dalam penanggulangan kemiskinan dan partisipasi pembangunan di
tingkat kelurahan.
e) Pemantapan partisipasi masyarakat seusai tahap pembangunan melalui
LPMK, RT/RW dan lembaga lainnya dalam rangka pengembangan usaha
mandiri di tingkat kelurahan.
3). Kependudukan Catatan Sipil
Target pencapaian urusan kependudukan dan catatan sipil pada tahap
keempat RPJPD adalah Pemantapan pelayanan prima dan tertib administrasi
kependudukan.
e. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
optimal dan menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan.
1). Lingkungan Hidup
Target pencapaian urusan lingkungan hidup pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
129
a) Pemantapan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang telah rusak
b) Pemantapan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan melalui penerapan manajemen produksi limbah, teknologi ramah
lingkungan, pengolahan limbah dan penerapan ruang terbuka hijau
c) Pemantapan peran serta masyarakat dan LSM dalam rangka memperkuat
mediasi untuk memecahkan permasalahan lingkungan dengan melibatkan dan
kerjasama kemitraan berbagai pihak.
d) - Pemantapan implementasi dan evaluasi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangan daerah.
- Pemantapan profesionalitas SDM Aparaturur dalam pengelolaan
lingkungan.
e) Pemantapan perhatian dan komitmen berbagai pihak dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
f) Pemantapan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
g) Pemantapan basis data informasi lingkungan yang memadai dan mudah
diakses masyarakat.
f. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung peningkatan kualitas
Aparaturur dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
1). Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Target pencapaian urusan otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
pada tahap keempat RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan penyempurnaan Legislasi daerah dalam upaya peningkatan
pelayanan publik dan efektivitas pemerintahan.
b) Pemantapan hubungan koordinasi antar lembaga-lembaga daerah baik antar
SKPD, instansi vertikal dan DPRD.
c) Pemantapan pendidikan PNS untuk studi lanjut dan diklat teknis/fungsional
Aparatur lebih kompeten.
d) Pemantapan pelaksanaan pola pengaturan kesejahteraan Aparaturur
pemerintah daerah.
130
e) Pemantapan pelaksanaan pola reward dan punishment Aparaturur pemerinth
daerah dalam rangka peningkatan kinerja.
f) Pemantapan penempatan pejabat baik fungsional maupun struktural di setiap
SKPD berdasarkan kompetensi dan keahlian.
g) Pemantapan sistem penerimaan daerah, melalui intensifikasi sumber-sumber
pendapatan, penyempurnaan regulasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan
daerah.
h) Pemantapan pelaksanaan sistem transparansi pengelolaan keuangan dan aset
daerah di semua SKPD.
i) Pemantapan pelaksanaan pelayanan prima dalam pembangunan.
j) Pemantapan kelembagaan DPRD.
k) Pemantapan fasilitasi DPRD sebagai representasi dalam mengelola aspirasi dan
kepentingan rakyat.
l) Pemantapan peran Kota Tegal dalam kerjasama antar daerah (KAD) melalui
optimalisasi potensi sumber daya yang ada serta penyedaan sarana dan
prasarana publik.
m) Pemantapan sumber daya manusia, sistem dan sarana-prasarana persandian.
2). Perencanaan Pembangunan
Target pencapaian urusan perencanaan pembangunan pada tahap keempat
RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan sistem manajemen data dan informasi yang akurat sebagai dasar
penyusunan perencanaan pembangunan.
b) Pemantapan penelitian potensi sumber daya daerah untuk peningkatan
pembangunan daerah.
c) Pemantapan partisipasi masyarakat dalam pelibatan penyusunan perencanaan
pembangunan daerah .
d) Pemantapan kapasitas lembaga perencana pembangunan daerah.
e) Pemantapan koordinasi kerjasama pembangunan antar wilayah dan dunia
usaha/lembaga lainnya.
f) Pemantapan koordinasi dengan seluruh pemangku pembangunan dalam
rangka sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan daerah.
3). Statistik
Target pencapaian urusan statistik pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
131
a) Pemantapan jejaring statistik khusus.
b) - Pemantapan data statistik sektoral dalam perencanaan pembangunan dan
meningkatkan pelayanan kebutuhan data kepada pihak-pihak terkait dan
masyarakat.
- Pemantapan SDM yang menguasai kestatistikan.
c) Pemantapan dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey antar sensus.
4). Kearsipan
Target pencapaian urusan kearsipan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan dan pelesatarian penataan arsip daerah secara bertahap.
b) Pemantapan dan pelesatarian sarana dan prasarana pendukung kearsipan
daerah.
c) Pemantapan dan pelesatarian Sistem Informasi Manajemen Kearsipan guna
mendukung otomasi arsip daerah.
d) Pemantapan dan pelesatarian kualitas dan kuantitas SDM yang menangani
arsip daerah.
e) Pemantapan dan pelesatarian kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
arsip.
5). Komunikasi dan Informatika
Target pencapaian urusan komunikasi dan informatika pada tahap keempat
RPJPD adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi.
b) Pemantapan sistem informasi manajemen guna penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelayanan publik.
c) Pemantapan kualitas dan kuantitas SDM Aparaturur pemerintah daerah yang
terkait dengan bidang teknologi informasi.
d) Pemantapan penyelenggaraan jasa titipan dan jasa telekomunikasi guna
mendukung pembangunan di bidang teknologi informasi.
e) - Pemantapan diseminasi informasi publik.
- Pemantapan kerjasama pemerintah dengan media massa.
f) Pemantapan pemberdayaan masyarakat informasi melalui kegiatan KIM.
132
6). Pertanahan
Target pencapaian urusan pertanahan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan fasilitasi dan pelayanan perijinan lokasi dan pembukaan tanah
untuk kepentingan umum.
b) Pemantapan fasilitasi dan peningkatan penyelesaian masalah perijinan,
penyelesaian sengketa dan pengaturan pertanahan yang makin sempurna.
c) Pemantapan fasiltasi penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta
ganti rugi kelebihan maksimum dan tanah absentee.
d) Pemantapan administrasi dan perencanaan penggunaan tanah secara efisien.
e) Pemantapan penegakkan hukum dan perencanaan tata ruang yang semakin
baik.
g. Meningkatkan sarana dan prasarana, termasuk pelabuhan untuk menunjang
terlaksananya pembangunan daerah.
1). Pekerjaan Umum
Target pencapaian urusan pekerjaan umum pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kondisi jalan dan jembatan yang ideal sesuai dengan kebutuhan
pengguna jalan baik kualitas mapun kuantitas.
b) Pemantapan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara merata.
c) Pemantapan sistem drainase, air limbah yang baik dan terwujudnya lingkungan
yang bebas genangan/banjir akibat rob.
d) - Pemantapan kualitas dan kuantitas sarana perkotaan serta
pencegahan/pengendalian sarana publik/masyarakat
- Pemantapan perbaikan dan pembangunan kembali gedung perkantoran.
e) Pemantapan basis data dan informasi ke-PU-an.
f) Pemantapan manajemen jalan kota.
2). Perumahan
Target pencapaian urusan perumahan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui partisipasi
pemerintah, masyarakat serta swasta.
b) Pemantapan data base dan sistem informasi perumahan.
133
c) Pemantapan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan
permukiman.
d) Pemantapan kebutuhan masyarakat akan rumah susun sederhana milik
(rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
e) Pemantapan terwujudnya zero waste management.
f) Pemantapan terwujudnya kerja sama antar daerah dalam penyediaan dan
pengelolaan sampah.
g) Pemantapan sarana pemakaman.
h) Pemantapan SDM dan sarana prasarana pertamanan yang memadai
3). Penataan Ruang
Target pencapaian urusan penataan ruang pada tahap keempat RPJPD
adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan sistem informasi produk tata ruang dalam rangka memudahkan
masyarakat mengakses informasi tata ruang.
b) Pemantapan Terwujudnya ruang terbuka hijau.
c) Pemantapan evaluasi Peraturan Daerah Tentang Penataan Ruang dan
terumuskannya revisi atas peraturan daerah dan kesadaran masyarakat dan
ketaatan pelaksanaan tata ruang kota sesuai dengan ketetntuan yang berlaku
serta rencana detail tata ruang RTRWK.
4). Perhubungan
Target pencapaian urusan perhubungan pada tahap keempat RPJPD adalah
sebagai berikut:
a) Pemantapan dan menguatkan kualitas sarana dan prasarana keselamatan lalu
lintas.
b) Pemantapan kinerja jaringan jalan.
c) Pemantapan sarana prasarana transportasi lokal.
d) Pemantapan integrasi kinerja jalur jalan dan kereta api.
134
BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN
RPJPD Kota Tegal Tahun 2005–2025 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20
(dua puluh) tahun, merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembanguan nasional,
disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah. RPJPD Kota Tegal
Tahun 2005–2025 berisi visi, misi, arah dan pentahapan pembangunan daerah, menjadi pedoman bagi
calon Walikota dan calon Wakil Walikota dalam menyusun visi, misi dan program prioritas yang akan
menjadi dasar dalam penyusunan RPJMD Kota Tegal yang berdimensi lima tahunan dan RKPD Kota
Tegal yang berdimensi tahunan.
RPJPD Kota Tegal Tahun 2005–2025 merupakan pedoman bagi seluruh komponen masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing. RPJPD Kota Tegal Tahun 2005–2025
mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah, dilaksanakan
berdasarkan potensi dan kondisi daerah sesuai dengan dinamika perkembangan daerah.
Keberhasilan pembangunan jangka panjang daerah Kota Tegal, sangat tergantung pada :
1) Komitmen yang kuat dari pemimpin daerah;
2) Konsistensi kebijakan pemerintah dan daerah;
3) Keberpihakan pembangunan kepada rakyat; dan
4) Peran serta aktif segenap pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah.
Ditetapkan di Tegal
pada tanggal 28 Nopember 2008
WALIKOTA TEGAL,
Ttd.
ADI WINARSO
Diundangkan di Tegal
pada tanggal 1 Desember 2008
SEKRETARIS DAERAH KOTA TEGAL
Ttd.
EDY PRANOWO
LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2008 NOMOR 18
Top Related