PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM MENGATASI
DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR
(Studi Pada BMT Al Fath IKMI Ciputat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Jajang Nurjaman
NIM: 206046103833
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Desember 2010
Jajang Nurjaman
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap
keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada
didalamnya.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan
kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan
Baitul Maal Wat Tamwil Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir” studi
pada BMT Al Fath IKMI, dapat terselesaikan dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak
hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa,
kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna.
Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah
banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis
untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
vi
1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk Drs. Burhanuddin Yusuf, MM dan Kamarusdiana, S.Ag,MH selaku
dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa
meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-
masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi
ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh
berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
6. Pimpinan dan Staf BMT Al Fath IKMI, yang telah menerima penulis untuk
melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian
skripsi ini.
vii
7. Yang tercinta Ayahanda (Jaya Usman), engkaulah Ayah yang bijaksana, yang
dengan ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi
Ananda untuk memilih judul skripsi tentang Baitul Maal Wat Tamwil. Dan
yang tercinta Ibunda (Siti Hasanah), yang dengan ikhlas mencurahkan kasih
sayang buat Anada, yang tidak henti mendoakan, memberikan motivasi dan
spirit buat Ananda, sehingga Ananda menjadi Laki-laki kuat dalam
menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan Ayah dan Bunda. Amin.
Dan yang tersayang adik-adikku (Evi Sofiani, Irvan Nurhayat, Dini Putria
Rahayu). Ambil positifnya dari Kakak, yang pasti kalian harus lebih baik dari
Kakak.
8. Buat orang-orang yang telah membantu saya, Micky, Amrul, Jodie, Beni,
Jamrudin, Bongas Dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu, terimakasih banyak atas semuanya, saya takkan bisa tanpa kalian.
9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-B ekstensi yaitu My
Best Friend dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community)
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan
banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan,
semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman
kontrakan, jalan, main futsal, Alumni AIS dan Anak-anak Champoes.
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi
Robbil „Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian
viii
ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan
bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi
ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat
manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta
menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
Jakarta, 30 Desember 2010
Penulis
Jajang Nurjaman
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 5
D. Riview Studi Terdahulu……………………………………..... 6
E. Metode Penelitian…………………………………………….. 7
F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 8
x
BAB II TINJAUAN UMUM BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT)
DAN RENTENIR
A. Baitul Maal wat Tamwil……………………………………… 10
B. Rentenir……………………………………………………….. 15
C. Dampak Negatif Praktek Rentenir............................................. 23
D. Badan Hukum………………………………………...………. 25
E. Perkembangan BMT Di Indonesia…………………………… 28
BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI…………...…. 36
B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI………………........ 38
C. Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI……………………… 40
D. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI…………………………... 43
BAB IV PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM
MENGATASI DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR
A. Peran BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Praktek Rentenir…………………………………………….. 50
B. Strategi BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Praktek Rentenir……...………………………………………. 54
C. Tingkat Keberhasilan BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi
Dampak Negatif Praktek Rentenir ………………………….. 57
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………... 64
B. Saran………………………………………………………….. 65
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI............................... 40
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Mitra BMT Al Fath IKMI Ciputat..... 58
Tabel 4.2 Jumlah Pertumbuhan Asset BMT Al Fath IKMI Ciputat..... 58
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Peranan BMT Al Fath IKMI
Ciputat................................................................................... 59
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai BMT Al Fath IKMI
Ciputat................................................................................... 60
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di
BMT Al Fath IKMI Ciputat................................................. 60
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan Setelah
Mendapatkan Pinjaman di BMT Al Fath IKMI Ciputat...... 61
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Pernah meminjam dengan
Rentenir di BMT Al Fath IKMI Ciputat.............................. 61
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Masih Meminjam dengan
Rentenir................................................................................ 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Nama Lampiran Halaman
1. Surat Permohonan Pembimbing 69
2. Surat Permohonan Penelitian 70
3. Surat Keterangan Penelitian 71
4. Hasil Wawancara 72
5. Formulir Kuesioner 79
6. Laporan Tinjauan Usaha 2009 BMT Al Fath IKMI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh
ketidakpastian skala prioritas kebijakan pemerintah dalam mendorong dunia
usaha, dimana pemerintah lebih menekankan pada usaha skala besar dari pada
skala usaha kecil.1
Dan salah satu lembaga penopang ekonomi yang bergerak pada masyarakat
kecil-menengah (grass rool) itu adalah Baitul Maal Wa Tamwil (selanjutnya
disingkat BMT) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga
keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh
kembangkan bisnis usaha mikro kecil, dalam upaya mengangkat derajat dan
martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.
BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah ditumbuhkan oleh
prakarsa dan dengan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai
landasan sistem ekonomi yang salaam/keselamatan (berintikan keadilan),
kedamaian dan kesejahteraan.2
Rentenir dalam prakteknya sebenarnya sangat merugikan peminjamnya
karena jasa peminjaman keuntungan rentenir tersebut cukup besar, sehingga bagi
1 Mahendro Nugroho, “Usaha Masyarakat Marjinal Perkotaan : Dampak Bunga Uang dan
alternative pembiayaan Berbasis Islam”, Makalah disampaikan pada seminar nasional : Dampak
Bunga Uang terhadap perekonomian Indonesia, Jakarta, 23 April 2002 2 M. Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT, (Jakarta, Pinbuk Press, 2004), h, 10
2
para pedagang menggunakan kredi-kredit yang disediakan oleh para rentenir
dalam dua cara, tergantung pada jangkauan aktifitas. Hutang piutang uang
informal sangat sesuai dengan kebutuhan para pedagang skala besar yang harus
membeli barang dalam jangka waktu pendek.
Tetapi apabila pembayar kreditnya tidak sanggup membayar maka jangka
waktu pembayaran kreditnya diperpanjang sehingga keuntungan semakin besar
dan menambah beban bagi yang meminjamnya, maka dalam hal tersebut dilarang
dalam Islam karena berbunga/riba. Maka BMT disini mampu memudahkan
masyarakat bawah yang ingin membangun usaha dan menambah modalnya dan
supaya terhindar dari praktik negatif rentenir dan lebih utama supaya terhindar
dari riba.
Sebenarnya, terjadinya krisis ekonomi tidak terlepas dari praktek-praktek
atau aktivitas ekonomi yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman
seperti tindakan mengkonsumsi riba, monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek
lainnya. Disini pentingnya memberikan solusi alternatif sistem yaitu sistem
ekonomi Islam yang diturunkan langsung dari langit (sistem ekonomi Ilahiyah)
dan sangat berpotensi untuk mengisi kekosongan sistem yang digunakan oleh
negeri yang kita cinta ini.3
Kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 diartikan sebagai kegiatan
3 Aries Mufti, “Peranan MES dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Syari’ah di
Indonesia,” 2002, Ed, III, Vol. III, h. 44
3
yang menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan
pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota
koperasi yang bersangkutan, koperasi lain anggotanya.
Dalam rangka menghimpun dana tersebut Koperasi Simpan Pinjam akan
memberikan imbalan yang ditentukan oleh Rapat Anggota. Pemberian imbalan
tersebut berupa bagi hasil.
Sistem bagi hasil sudah merupakan tradisi masyarakat Indonesia sehingga
kehadiran BMT sesuai kehendak dari budaya mereka. Kegiatan bisnis BMT
bertujuan membantu pegusaha kecil bawah dan kecil dengan memberikan
pembiayaan yang dipergunakan sebagai modal dalam rangka mengembangkan
usahanya. Dengan kegiatan bisnis ini usaha anggota berkembang dan BMT
memperoleh pendapat sehingga kegiatan BMT berkesinambungn secara mandiri.
Munculnya lembaga keuangan yang berbasis syariah (semacan BMT)
merupakan suatu yang fenomenal dan unik. Oleh karenya sangat penting untuk
diketahui lebih lanjut, agar jika ditemukan konsep-konsep mode/strategi bagi
ketahanan ekonomi masyarakat yang tangguh, kiranya dapat disebarluaskan. Dan
dalam upaya maksud diatas, penulis tertarik untuk meneliti BMT. Untuk itu
dalam penelitian ini penulis mengambil judul “PERANAN BMT DALAM
MENGATASI DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR (Studi Pada
BMT Al-Fath IKMI)”.
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berbicara mengenai BMT, sangat luas cakupannya karena BMT pada
dasarnya merupakan pengembangan dari konsep dalam islam terutama dalam
bidang keuangan. Selain bergerak dalam bidang keuangan, BMT juga melakukan
kegiatan disektor riil dimana BMT menyalurkan dananya kepada pengusaha kecil
bawah dan kecil. Bertitik-tolak dari latar belakang seperti tersebut di atas, kiranya
dapat dirumuskan pokok persoalan sebagai berikut :
1. Peran apa sajakah yang dimiliki BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir?
2. Bagaimana strategi yang dijalankan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir?
Selanjutnya, dalam upaya memperoleh hasil secara mendalam dan
memadai, penelitian ini difokuskan pada BMT. Dan adapun titik tekan
penelitian ini difokuskan pada perannya saja.
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Adapun dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak
negatif praktek rentenir.
2. Untuk mengetahui strategi BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir.
3. Mengetahui tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir.
b. Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya :
1. Menambah wawasan keilmuan tentang peran BMT dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir.
2. Mendeskripsikan peran BMT sebagai lembaga keuangan alternatif
sesuai syariah yang membantu masyarakat menengah ke bawah dan
dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
ekonomi meraka.
3. Bagi pihak BMT untuk lebih meningkatkan manajemen kinerja
usahanya.
6
D. Riview Studi Terdahulu
Penulisan ini dilakukan karena bermotivasi dan terinspirasi setelah penulis
melihat dan membaca penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nafisah pada
tahun 2007. “Potensi dan Strategi BMT dalam Pengembangan UKM”, dan
Rosidah pada tahun 2005 “Dengan judul Analisis SWOT BMT dalam
Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus BMT Al Munawarah”).
Selain skripsi ada juga yang membahas tentang strategi BMT yaitu oleh Heri
Sudarsono yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi, dalam skripsi tersebut penulis menerangkan bahwa semakin
berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, maka berbagai kendala tidak
mungkin dilepaskan dari BMT. Oleh karena itu, perlu peran dan strategi yang jitu
guna mempertahankan eksistensi BMT tersebut.4
Dengan adanya penelitian terdahulu, maka penulis penelitian di tempat ini
yakni BMT. Kelebihan dalam penelitian ini dari peneliti terdahulu yaitu dimana
penulis tidak hanya meneliti strategi BMT saja akan tetapi penulis angkat secara
khusus tentang peran yang dimiliki BMT dalam mengatasi dampak negatif
rentenir.
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta, Ekonesia, 2003. Edisi
7
E. Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan skripsi ini, maka penulis menggunakan dua jenis
penelitian :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian diarahkan untuk memperoleh landasan teori yang akan
dipergunakan dalam analisis data. Dengan cara mengadakan studi
kepustakaan. Landasan teori ini diperoleh dari literature-literatur, karya-
karya ilmiah, Koran, intenet, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan materi pembahasan skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Melalui dua cara yaitu wawancara dengan narasumber yang
kompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan mengenai
masalah tersebut dan penyebaran angket kepada tokoh agama, tokoh
masyarakat, pimpinan BMT Al Fath IKMI. Dan objek yang dituju oleh
penulis yaitu BMT Al Fath IKMI merupakan salah satu BMT Al Fath
IKMI yang telah berhasil menjalankan operasinya dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir.
Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui :
1. Penyebaran angket, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke
BMT Al Fath IKMI. Tujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang
8
terjadi di lokasi penelitian berkaitan dengan upaya BMT Al Fath IKMI
dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.
2. Wawancara (interview), yaitu dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada pihak BMT yang telah dibuat sebelumnya.
3. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berdasarkan laporan keuangan BMT dan laporan-laporan lain berkait
dengan masalah penelitian.
Pengelolaan data dilakukan dengan cara deskripstif analisis yaitu suatu
teknik penulisan terdulu merupakan semua data yang diperoleh melalui bahan
dokumentasi, wawancara dan bahan pustaka kemudian menganalisanya dengan
pedoman pada sumber tertulis.
Dalam hal yang berhubungan dengan teknik penulisan, penulis
menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. Namun dalam penulisan ini ada
pengecualian yaitu kutipan Al-Qur’an tidak diberikan catatan surat pada bagian
akhir kutipan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya menjadi lima
bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang pada garis besarnya sebagai berikut :
9
BAB I PENDAHULUAN
Di dalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BMT DAN RENTENIR
Memuat tentang penjelasan secara singkat mengenai Pengertian Baitul
Maal wat Tamwil, Rentenir, Badan Hukum, Perkembangan BMT Di
Indonesia.
BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL FATH IKMI
Dalam bab ini akan diuraikan tentang : Latar belakang berdirinya
BMT Al Fath IKMI, Visi dan Misi dan Tujuan BMT Al Fath IKMI,
Struktur Organisasi, serta Produk-Produk BMT Al Fath IKMI.
BAB IV PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM
MENGATASI DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR
Dalam bab ini akan membahas tentang : Peran BMT Al-Fath IKMI
Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir, Strategi BMT
Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir,
Tingkat Keberhasilan BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak
Negatif Praktek Rentenir.
BAB V PENUTUP
Memuat tentang kesimpulan dan saran.
10
BAB II
TINJAUAN UMUM BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) DAN RENTENIR
A. Pengertian BMT
Baitul Maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal
yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma‟na lughawi) Baitul Mal berarti
rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.1 Adapun secara terminologis
Baitul mal wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat
dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan
keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.2
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai usaha Mandiri
Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang di operasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.
Kegiatan Baituttamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.
1 Muhammad,lembaga ekonomi syariah,(Graha ilmu,yogyakarta,2007), h.23
2 Rifqi muhammad,akuntansi keuangan syariah,(P3EI press,yogyakarta,2008), h.67
11
Kegiatan Baitul Maal Wattamwil adalah menerima titipan BAZIS dari dana
zakat, infaq dan sadaqah dan menjalankannya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Dari segi kata baitul maal mempunyai arti yang sama, yang artinya
rumah harta. Akan tetapi keduanya dibedakan atas dasar operasionalnya.
Terutama dari segi sumber dana dan pengguna dana.
Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama kenalkan konsep baru di
bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan
negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada
masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah 3:
a. Kharaj, yaitu pajak tanah.
b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan
hasil pertanian.
c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%.
d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada non orang-orang non-muslim
sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan
keamanan dari negara islam.
e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
memiliki ahli waris.
3 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h.16
12
Setelah Rasullulah wafat, Abu bakar sebagai penggantinya. Setelah itu
dilanjutkan dengan Umar ra. Dalam masa Umar ra yang disebut baitul maal
adalah tempat mengumpulkan harta milik semua umat islam, yang
memungkinkan dibawa, dipindahkan atau dijaga. Baitul maal sebagai lembaga
keuangan yang bertugas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan uang
negara sesuai dengan aturan syariat islam.4
Tujuan umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang
berdasarkan prinsip syariah. Sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat
dan daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami
sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan
penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu
melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar.
4. Menjadi perantara keuangan antara ahniya sebagai shohibul maal dengan
dhu‟afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dan sosial seperti zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini
4 Jaribah bin Ahmad Al-Haristi, Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa, 2006),
h.644
13
bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq,
shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan
kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya.
5. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.
Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu
pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam
pengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, BMT diharapakan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki
kondisi ini.
Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai
beberapa fungsi5 :
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti
penting system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami,
5 Aries Mufti, “Peranan MES dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Syari’ah di
Indonesia,” 2002, Ed, III, Vol. III, h. 44
14
misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam
menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga
keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau
masyarakat umum.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir
mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan
segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik,
misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan
lain sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang
kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-
langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala
prioritas yang harus diperhatikan, misalnya masalah dalam pembiayaan,
BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan
nasabah dan jenis pembiayaan.
15
B. Pengertian Rentenir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang
memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas uang/lintah
darat.
Rentenir adalah pemberi pinjaman uang (kreditur) dengan bunga sekitar 10-
30 persen perbulan dalam kondisi perekonomian normal dengan rata-rata bunga
pinjaman bank umum kurang lebih 1-3 persen per bulan. Plafon pinjaman yang
diberikan biasanya antara 50.000 sampai dengan 1.000.000 rupiah. Target
peminjam (debitur) mereka biasanya orang-orang dengan ekonomi lemah yang
tinggal di kota atau di pinggiran kota, seperti buruh kecil, pegawai kecil dan
perajin kecil atau dengan istilah lain masyarakat kurang mampu dari segi
ekonomi.6
Salah satu sebutan yang diberikan oleh masyarakat terhadap praktek rentenir
ini misalnya sebutan terhadap orangnya “inang” begitu juga dengan sistem
rentenir tersebut mereka kenal dengan sistem julo-julo.
Berbicara masalah rentenir di Indonesia, tidak ada data yang pasti sejak
kapan lembaga informal ini ada di Indonesia, yang jelas lembaga informal ini
tumbuh subur berdampingan dengan lembaga formal.
Di dalam literatur sejarah menjelaskan bahwa maraknya praktek rentenir
pada masa penjajahan colonial melalui tangan-tangan pribumi walaupun
sebelumnya juga sudah ada pada masa kerajaan pribumi. Paham kapitalisme
6 Penindasan Rentenir, September 6th 2008, http://we-press.com/?p=12
16
merkantilisme ini dibawa oleh pedagang bersenjata rempah-rempah yang
akhirnya diorganisasikan dalam bentuk VOC. Melalui VOC ini awalnya system
pialang dikenal. Dengan sistem toke/agen. Meraka menggunakan perantara
pribumi untuk menyalurkan dana mereka.
Pendiri lembaga-lembaga keuangan Bank pada masa kolonial pun dilakukan
sebagai antisipasi bagi praktek rentenir, pengijon atau tengkulak. Dengan
dikeluarkanya Pakto no 27 tahun 1988 menandakan bahwa praktek rentenir sudah
menjadi masalah bagi pembangunan Indonesia sebelumnya. Sehingga akhirnya
pemerintah mengambil kebijakan dengan pendirian BPR di daerah-daerah
pedesaan.
Dari pengadopsian sistem-sistem kolonial tersebut perkembangan rentenir,
pengijon ada sampai sekarang. Para pemburu rente, rent-seeker, pergi
menawarkan jasanya kepada penduduk yang memerlukan uang baik untuk
kebutuhan konsumsi maupun produksi. Mereka tidak saja membatasi diri dalam
menawarkan pinjaman uang tapi lebih dari itu meraka juga menawarkan barang-
barang kebutuhan sehari-hari dengan pembayaran bisa dicicil.7
Perkembangan rentenir yang menawarkan jasa kredit kepada masyarakat
mikro dilakukan dengan mendatangi individu dari rumah ke rumah, tidak hanya
dalam bentuk menjajakan jasa kredit uang tetapi juga dengan modus pedagang
keliling barang-barang kebutuhan masyarakat dan pembayaran pun boleh dicicil.
7 Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta, Rajawali Press, 1999
17
Masyarakat setempat mengenal model pinjaman sejenis rentenir sebagai
„bank harian‟. Istilah tersebut muncul karena pengelola pinjaman menjalankan
aktivitas „dagang uang‟ setiap hari. Selain itu, ada pula yang mengenalnya sebagai
„bank ucek-ucek‟, karena mereka mendatangi pengguna jasanya setiap pagi,
sekitar jam 07.30-09.00.8
Secara awam dapat didefinisikan bahwa rentenir adalah orang yang
meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit melalui
penarikan bunga.
Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen
kapitalis yang seluruh aktifitasnya untuk mencari profit. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah
darat” di satu sisi karena menarik bunga yang tinggi, tetapi juga sekaligus sebagai
“agen perkembangan” pada sisi yang lain karena menopang dinamika
perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat.
Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para
pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung atau tidak. Secara
langsung kredit dari rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan secara tidak
langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi, baik yang wajar hingga yang
konsumtif.9
8 Suwiknyo, Saya Bukan Rentenir ,
SpiritualFinancial,www.google.co.id
9 Nugroho, Heru, “Uang Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2001.
18
Selain itu, masyarakat pun dapat memanfaatkan sumber pinjaman berbentuk
barang, dikenal dengan sebutan kreditan barang (mindring). Tata cara
peminjaman hampir sama dengan bank harian, pemberi pinjaman barang
berkeliling menagih kepada peminjam sekaligus mencari calon peminjam lainnya.
Namun ada pula model pembayaran sekaligus, di saat selepas panen (barnen =
bayare wis panen).
Ekonomi Islam memandang bahwa kredit dengan instrumen utamanya
adalah bunga jelas haram. Bunga sama dengan riba. Riba dalam bahasa arab
berarti ziyadah artinya kelebihan atau tambahan. Pengertian tambahan dalam
konteks riba yaitu tambahan uang atas pinjaman, baik tambahan berjumlah sedikit
atau banyak. Penghitungan waktu pada riba mengandung tiga unsur :
1. Tambahan atas uang pokok.
2. Tarif tambahan yang sesuai dengan waktu.
3. Pembayaran sejumlah tambahan yang menjadi syarat dalam tawar
menawar.
Sementara ulama fiqh mendefinisikan riba sebagai kelebihan harta dalam
muamalah tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang
dibenarkan oleh syara‟.
Transaksi penyeimbang maksudnya adalah transaksi bisnis komersial yang
melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil. Misalnya transaksi jual-
beli si pembeli akan membayar harga atau imbalan atas barangnya, gadai, sewa
atau bagi hasil proyek. Pengganti yang didapatkan sebagai akibat dari usaha yang
19
mengandung resiko. Berbeda dengan rentenir yang mengambil tambahan dalam
bentuk bunga tanpa adanya penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali
kesempatan dan faktor waktu berjalan yang berjalan selama proses peminjaman.
Riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam Al-quran Surat (An-
Nisa : 29).
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“(Q.s. An-
Nisa/4: 29)
Tahapan Pelarangan Riba :
1. Tahap Awal : mengambarkan adanya unsur negatif didalamnya.
Artinya : "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta
manusia bertambah, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).“ (Q.S. Ar Ruum/30: 39).
2. Tahap kedua: berisi isyarat tentang keharamannya.
20
Artinya : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
di antara mereka itu siksa yang pedih. “ (Q.S. An Nisa/4: 160-161).
3. Tahap Ketiga : dinyatakan secara eksplisit salah satu keharaman bentuknya.
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran/3: 130)
4. Tahap terakhir : diharamkan secara total dalam bentuk apapun.
21
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka
ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah/2: 278-279).
Jelaslah tahapan-tahapan tersebut mengharamkan riba secara total. Riba
menjadi alat pemerasan antar sesama manusia. Praktek rentenir menyebabkan
hancurnya ukhuwah dan memicu perselisihan. Kita lihat pelaku rentenir hanya
mengoyang-goyangkan kakinya sambil menikmati bunga yang akan terus
mengalir ke dalam sakunya. Gambaran pelaku riba didalam Al-Qur‟an adalah :
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
22
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya. “ (QS Al Baqarah/2: 275)
Kenyataan pelaku riba cendrung memiliki prilaku malas, eksploitatif dan
spekulatif. Jadi jelas bahwa praktek rentenir dalam ekonomi Islam adalah praktek
yang bertentangan dengan nilai-nilai syara‟. Rentenir adalah pekerjaan yang
dikecam karena kemaslahatan umat terganggu dan akan terjadi penipuan dan
pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai karena masyarakat tidak bisa keluar
dari jerat hutang yang semakin hari semakin besar. Ditambah perekonomian
Indonesia semakin memburuk. Ternyata di pasar tradisional-lah dinamika
perekonomian bangsa sesungguhnya terlihat nyata.
C. Dampak Negatif Praktek Rentenir
Beberapa alasan masyarakat masih melakukan pinjaman pada rentenir antara
lain : Pertama, Prosedur mudah. Kedua, tidak ada persyaratan yang merepotkan.
Ketiga, tanpa agunan atau jaminan dalam bentuk uang atau barang, tidak seperti
halnya pada bank atau koperasi. Keempat, ada kelonggaran-kelonggaran seperti
kelonggaran waktu pembayaran. Kelima, sikap rentenir yang ramah. Keenam,
jangka waktu pengambilan yang pendek (short term period).10
Maka dijelaskan dampak negatif praktek rentenir pada umumnya adalah
sebagai berikut :
a. Dapat mengembangkan riba secara luas.
10
Sukidjo. “Peran Rentenir Dalam Pengembangan Usaha Kecil Di Daerah Istimewa
Yogyakarta”. Dalam Format Usulan Penelitian. Yogyakarta.
23
b. Dapat memperlebar kesenjangan ekonomi (yang kaya semakin kaya
dan yang miskin semakin miskin).
c. Ketika seseorang sudah menggantungkan diri pada rentenir maka ini
akan sulit lepas dari kredit tersebut, karena apabila 1 kali macet maka
ia harus bayar bunga tersebut yang sama.
d. Dapat meresahkan masyarakat karena harus membayar bunga sampai
20% dibandingkan dengan BMT 2-3%.
e. Mekanismenya lebih mudah atau tidak menyulitkan para nasabah
peminjamnya.
Pekerjaan rentenir ini dijalankan dengan beberapa medote: ada yang
berkedok usaha berbadan usaha berupa Koperasi Simpan-Pinjam dan ada juga
yang mengelolanya secara pribadi yang menjadikannya sebagai sumber
penghasilan utama atau sebagai usaha sampingan. Rentenir yang berkedok
koperasi simpan-pinjam memiliki Surat Izin Usaha yang diterbitkan oleh
pemerintah setempat, berpegangan surat izin ini, mereka melakukan praktek
pinjam-sita.
Jenis pinjaman yang disajikan bermacam, mulai dari yang tanpa agunan,
surat-surat becak, motor, ijazah hingga surat tanah. Lamanya jangka pinjaman
bervariasi mulai yang dipungut harian, mingguan hingga bulanan. Tapi
bagaimanapun modusnya, seperti apapun dikelola tujuannya satu : menarik
“bunga” sebesar-besarnya.
Dampak-dampak negatif dari lembaga keuangan pedesaan adalah :
24
a. Bersifat eksploitatif karena adanya kehendak mendapatkan keuntungan
yang relatif besar dari pemberi kredit.
b. Dalam kurun waktu yang relatif lama kredit ini mengurangi konsumsi dan
produksi di masa datang.
c. Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif sehingga
mengurangi kegiatan produktif masyarakat di masa yang akan datang.
d. Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relatif jauh
dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian
konsumsi bagi masyarakat di masa akan datang dan menimbulkan
tabungan yang dipaksakan.
e. Menghambat proses pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.
f. Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan
kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan pada
pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.
Adapun alasan peminjaman modal ke rentenir secara mayoritas adalah
karena „terpaksa‟ sekalipun mengetahui bahwa bunga yang dikenakan sangat
tinggi. Kegiatan ini berlangsung secara terus-menerus hingga akhirnya menjadi
ketergantungan. Meski demikian, kebanyakan penduduk pengguna jasa rentenir.
D. Badan Hukum BMT
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum
resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau kelompok
25
simpan pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum
menjadi kebutuhan yang mendesak.
Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk
BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang
dijelaskan UU no. 7 tahun 1992 dan UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan
yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana
masyarakat adalah bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara
konvensional maupun prinsip bagi hasil.
Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan
penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh
pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum
koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat.
Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha
seperti keuangan dan sektor riil.11
Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi
tujuan memberdayakan ekonomi luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT
sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran.
BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas
hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM atau LKM dan jika
telah mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri
11
Hertanto widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : mizan, 1999), h.81.
26
ke dalam badan hukum koperasi, KSM/LKM dengan mendapat sertifikat dari
PINBUK.
Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka
BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah
memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk
mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik
dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus di
pertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi
juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini
dikelola secara syariah islam yang syarat dengan nilai-nilai etika dan islam.12
Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku
adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola
koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal
ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan
pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.13
Adapun lebih singkatnya sebagai berikut :
1. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :
KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
12
Nuri Fahmi, “Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap
BMT Darunnajah Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h.22 13
Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 26 desember 2008, (Bogor: yayasan Al-
Amin Dharma Mulia), h.10.
27
2. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
3. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S)
4. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah,
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme .
Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim
operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bnak Syariah sehingga produk-
produk yang berkembangdalam BMT seperti apa yang ada di Bank
Syariah. Oleh karena bebadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk
pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan PP
Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh
koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang
Koperasi Jasa keuangan syariah.
E. Perkembangan BMT di Indonesia
Bank syariah didirikan pertama kali pada tahun 1991 dengan didirikannya
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Saat perbankan nasional mengalami krisis
cukup parah tahun 1998, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan
dalam produk-produk Bank Muamalat relatif mampu mempertahankan kinerja
bank.
Konversi sistem operasi perbankan dari konvensional ke sistem syariah yang
dimungkinkan UU No. 10 Tahun 1998, pertama kali dimanfaatkan oleh Bank
28
Susila Bhakti (BSB), kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM), dan diikuti
berdirinya Bank Jabar Syariah. Bank BRI rupanya tidak mau ketinggalan oleh
bank BUMN lainya untuk membentuk perbankan syariah. Berdasarkan perizinan
dari Bank Indonesia, pada 10 Januari 2003 membentuk perbankan syariah
dengan nama Bank Rakyat Indonesia Syariah Bandung (BRI Syariah). Selain
sejumlah bank syariah tersebut, lembaga keuangan lainnya yakni BPR Syariah
(BPRS) di daerah-daerah ikut berperan dalam menegakan system perekonomian
syariah, misalnya BPRS Al-Ikhsan. Satu lagi bank BUMN yang memiliki
perbankan syariah adalah Bank BNI. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, bank BNI
membuka layanan perbankan yang sesuai prinsip syariah dengan konsep dual
system banking.
Perbankan syariah dapat dikategorikan sebagai jenis industri baru yang
mempunyai daya tarik cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peminat
untuk menabung. Dalam cetak biru BI, diproyeksikan bahwa jumlah asset, data
yang dikelola, dan pembiayaan tumbuh rata-rata sebesar 74,79%, 68,71% dan
71,71% sejak tahun 1998 hingga 2001. Meskipun perkembangan perbankan
syariah cukup pesat belum semua bank syariah dapat menampung sekaligus
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat muslim secara kuantitatif, sehingga
sangat dibutuhkan pengembangan dan pendirian bank-bank syariah baru.
Pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah dimaksudkan untuk
menggerakkan sector riil dan menampung dana mandek (idle fund) masyarakat .
29
Perkembangan perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian Indonesia. Tapi kenyataannya, tersedianya bank
syariah belum memenuhi atau belum dapat menjawab kebutuhan pasar oleh
karena itu perlu adanya lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan
pemijaman dalam lingkup kecil yang salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat
Tamwil) yang sekarang telah berkembang pesat dilihat dari hasil seminar lembaga
keuangan mikro syariah bahwa asset baitul maal wat tamwil (BMT) se Indonesia
diperkirakan sekitar Rp. 1,5 triliun. Asset tersebut dikelola sekitar 3.307 unit
BMT dengan nilai dan beragam tingkat pertumbuhan.
Meskipun assetnya masih kecil dibandingkan dengan asset bank syariah,
BMT sangat berperan dalam meningkatkan kehidupan umat , kata ketua Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha (PINBUK), M. Amin Aziz. Sebagai perbandingan asset
bank syariah mencapai Rp. 18,8 triliun per September 2005, apabila dibanding
asset perbankan nasional yang sekitar Rp. 1.100 triliun. Jika sebuah BMT
memiliki nasabah sekitar 100 orang, maka total nasabah BMT diseluruh
Indonesia sekitar 3 juta orang. Padahal BMT yang memiliki nasabah 100 orang
hanyalah BMT dengan asset dibawah Rp. 100 juta. Untuk yang assetnya lebih
dari itu, jumlah nasabahnya bisa 2 kali lipat.
Menurut Amin Aziz BMT potensial untuk membantu masyarakat ekonomi
bawah karena selain berada didaerah pembiayaan yang diberikan pun nilainya
kecil mulai Rp. 250 ribu-Rp. 5 juta. Dari 3 ribu-an BMT, baru 10 unit BMT yang
menembus asset Rp.15 milyar. Diperkirakan BMT yang berasset Rp.5-15 milyar
30
berjumlah 150 dan 300 BMT memiliki asset dibawah Rp. 1 milyar. BMT punya
kontribusi besar dalam perekonomian nasional, karena segmen yang dibiayai
adalah kelompok mikro dan kecil yang di Indonesia mencakup 98%. Pemerintah
dan lembaga internasional mengakui peran lembaga keuangan mikro dalam
mengentaskan kemiskinan melalui pencanangan tahun keuangan mikro. Dengan
adanya kenaikan BBM per Oktober 2005, penduduk miskin di Indonesia
bertambah jadi 25 juta dari 17 juta sebelumnya. Sementara usaha mikro
berjumlah 40 juta unit14
.
Lembaga keuangan mikro termasuk mikro syariah berperan menjembatani
kelompok miskin dan usaha mikro. Mereka kelompok miskin , selama ini tidak
terjangkau oleh dana perbankan sekitar Rp. 30 triliun dana yang diserap dari
pedesaan, hanya Rp. 15 triliun yang kembali kepada masyarakat. Meski terdepan
untuk urusan pengentasan kemiskinan pengembangan BMT mengalami kendala,
selain masalah teknis operasional, kualifikasi SDM, masalah paling mendasar
adalah status kelembagaan BMT. Walaupun sebagian besar BMT berbadan
hukum koperasi, fakta dilapangan menunjukan ada keluhan dari beberapa pihak
bahwa BMT tidak melaksanakan secara total peraturan dan perundang-undangan
perkoperasian. Dari perkembangan BMT dan permasalahan teknis operasional
dan SDM dapat diselesaikan dengan pertukaran pengalaman dengan adanya
14
Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),
hal. 38
31
sebuah induk koperasi syariah bisa mengembangkan BMT koordinator untuk
menata jaringan kerja di daerah.15
Baitul Maal Wattamwil selanjutnya disingkat BMT adalah salah satu
lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia selain koperasi dan lembaga
keuangan mikro lainnya. Awal mula muunculnya BMT di Indonesia adalah pada
bulan Juni 1992 di Jakarta, oleh prakarsa beberapa orang mendirikan lembaga
keuangan tanpa bunga dengan nama BMT. Lembaga keuangan non perbankan ini
mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk akad mudharobah dan konsep jual
beli yakni murabahah serta akad kerjasama bisnis dengan musyarakah. Oleh
karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa pasar di bidang
permodalan usaha masih di dominasi oleh UKM yang jumlahnya jutaan
dibandingkan jumlah usaha-usaha besar.
Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah mengalami
dinamika yang bagus seiring dengan dinamika san perkembangan lembaga
ekonomi dan keuangan Islam lainnya di tanah air. Munculnya lembaga keuangan
mikro seperti BMT merupakan salah satu multiplier efect dari pertumbuhan dan
perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah. Lembaga ekonomi
mikro ini lebih dekat dengan kalangan masyarakat bawah.
BMT adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal
wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan
15
Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),
hal. 40
32
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah
serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan syariah dan amanahnya.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka BMT adalah suatu lembaga yang
didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan menumpulkan
zakat, infaq dan shodaqoh serta lainnya yang dibagikan / disalurkan kepada yang
berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan dari kegiatan produktif dalam
rangka nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber
daya manusia.
Secara legal formal BMT sebagai lembaga keuangan mikro berbentuk badan
hukum koperasi. Sistem operasional BMT mengadaptasi sistem perbankan
syariah yang menganut sistem bagi hasil. Baitul maal dalam bahasa Indonesia
artinya rumah harta. Sebagai rumah harta, lembaga ini dapat mengelola dana yang
berasal dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Di sinilah sebenarnya letak
keunggulan dari BMT dalam hubungannya dengan pemberian pinjaman kepada
pihak yang tidak memiliki persyaratan/jaminan yang cukup. Maka operasional
BMT dibawah ketentuan UU. No. 20 thn 2008, UU. No. 21 thn 2008, dan UU.
No. 38 thn 1999. Setidaknya pemerintah Indonesia sudah sedikit membantu
dengan membuat regulasi tentang perbankan syariah, UKM, dan pengelolaan
zakat.
33
Dalam operasionalnya BMT memiliki fungsi ganda, fungsi sosial sebagai
Bautul Maal (rumah harta) dan fungsi usaha sebagai Baitut Tamwil (rumah
pembiayaan). Funsi BMT sebagai Baitul Maal diwujudkan dengan semacam
jaminan/proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul maal berupa dana ZIS
ataupun berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan kelompok
simpan pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi sosial ini
menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak punya kepada
masyarakat yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi antara dua kelas
yang berbeda yang akan memberikan dampak positif kepada kehidupan sosial
ekonomi komunitas masyarakat sekitar.
Sedangkan fungsi sebagai Baitul Tamwil diwujudkan dengan transaksi-
transaksi keuangan yang memiliki konsep pinjaman kebijakan (qardhul hasan)
yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya model pinjaman ini,
BMT tidak memiliki risiko kerugian dari kredit macet yang mungkin saja terjadi.
Dalam konsep baitul tamwil, pembiayaan dilakukan dengan konsep syariah (bagi
hasil). Konsep bagi hasil untuk sebagian besar rakyat Indonesia merupakan
konsep yang telah sering dipraktikkan dan sudah menjadi bagian dari proses
pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara
pemilik sawah dan penggarap sawah.
Kelebihan konsep bagi hasil adalah menyebabkan kedua belah pihak,
pengelola BMT dan peminjam saling melakukan kontrol. Di sisi lain pengelola
dituntut untuk menghasilkan untung bagi penabung dan pemodal. Produk yang
34
dikeluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan (mudhorobah, musyarakah),
jual beli barang (BBA, murabahah, bai assalam), ijarah (leasing, bai takjiri,
musyarakah mutanaqisah), serta pembiayaan untuk sosial (qordhul hasan). Produk
tabungan meliputi tabungan mudharabah dan ZIS.
Bedasarkan data statistik Indonesia pada tahun 2009 angka kemiskinan di
Indonesia mencapai 33,7 juta jiwa, dalam prosentase pertumbuhan ekonomi
4,5%, dan inflasi 9%. Maka dari itu BMT berpeluang sangat besar untuk bisa
mengurangi angka kemiskinan di Idonesia. Ini ditunjukkan pada tahun 1995-
2005, lebih dari 3.300 BMT telah didirikan dengan total asset lebih dari 1.7
milyarn rupiah, melayani lebih dari 2 juta nasabah kecil, menyediakan 1.5
milyarn kredit usaha kecil, dan menggunakan lebih dari 21,000 pekerja16
. Berikut
adalah beberapa data perkembangan BMT di Indonesia:
a. BMT Dinar (karang anyar with 31 billion rupiah assets)
b. BMT Ben Taqwa (central of java with 30 billion rupiah assets)
c. BMT MMU (pasuruhan east java with 17 billion rupiah assets)
d. BMT Marhamah (wonosobo central of java with 13 billion rupiah assets)
e. BMT Tumang (boyolali central of java with 4 billion rupiah assets)
f. BMT Baitul Rahman (bontang east borneo with 6 billion assets)
g. BMT PSU (malang east java with 5,6 billion assets)17
16
Mujahid Febryan., 2009, Overlapping utilities between globalization and Islamic thought
with special references to Economics, International Joint Semianr (IJS), Yogyakarta-Kuala Lumpur. 17
Mujahid Febryan., 2009, Overlapping utilities between globalization and Islamic thought
with special references to Economics, International Joint Semianr (IJS), Yogyakarta-Kuala Lumpur.
35
36
BAB III
TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI CIPUTAT
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI Ciputat
BMT Al Fath IKMI Ciputat, Tangerang Selatan ini didirikan pada tanggal 19
oktober 1996 yang dilandasi oleh keprihatinan kita terhadap masyarakat kita,
khususnya buat saudara-saudara kita yang bekerja di usaha mikro yang selama ini
masyarakat kurang bisa berkembang untuk mengembangkan usahanya karena
tidak adanya lembaga yang mendukung permodalan mereka. Sehingga mereka
lebih banyak mengakses dana-dana yang sifatnya pribadi dengan para rentenir
yang pada hakikatnya jika berhubungan dengan rentenir itu dia tidak bisa
mengembangkan usahanya, malahan bisa usaha mereka menjadi mati/bangkrut.
Melihat kondisi ril masyarakat kita yang dari sisi ekonomi belum dapat
hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya
lembaga yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapat mereka, tidak
punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba
tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil.
Padahal dari potensi yang dimiliki oleh mereka yang apabila dikelola oleh
sistem kebersamaan, maka akan dapat meningkatkan ekonomi mereka. Dengan
memperhatikan permasalahan di atas, maka dirintislah BMT (Baitul Maal wat
Tamwiil) Al-Fath IKMI oleh 25 orang pendiri pada tanggal 13 Oktober 1996, dan
kini jumlah pendirinya menjadi 31 orang.
37
BMT Al-Fath IKMI merupakan lembaga keuangan mikro syari'ah yang
notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip operasionalnya
mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT Al-Fath IKMI dibentuk dalam
upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan
pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan
ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta
lebih adil.
Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi
Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal
melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil
dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional dibidang keuangan, Insya
Allah akan menampilkan lembaga keuangan syari'at yang sehat, berkualitas, dan
memenuhi harapan umat.
Karena antara volume dana yang mereka putar itu tidak sesuai dengan dana
yang mereka setor. Artinya marjin yang mereka dapat dari berdagang tidak
sebanding dengan marjin yang diambil oleh para rentenir itu, sehingga perlahan
tapi pasti usahanya akan bangkrut. Dari sisi yang lain itu adalah pola-pola ribawi
yang tentu riba itu tidak datang keberkahan. Melihat keprihatinan tersebut kami
yang bermula dari Majelis pengajian setiap minggu pagi dari majlis tersebut
muncullah ide untuk membuat lembaga seperti BMT Al-fath IKMI ini untuk
memfasilitasi mereka untuk mengembangkan usahanya.
38
Respon masyarakat mengenai keberadaan BMT Al-Fath IKMI pada tahun
1996 BMT masih kurang disosialisasikan karena BMT lahir sekitar tahun 1994
setelah bank muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat jadi
masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut,
strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Nah dari
unsur pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman
pedagang diantara pasar ciputat khususnya.
Sehingga ketika kami menawarkan program BMT ini tidak mengalami
kesulitan kepada teman-teman pedagang. Nah dari situlah kita terus
mengembangkan sosialisasi mereka kepada masyarakat dan dari mitra BMT yang
sudah bergabung dengan BMT ikut tertular dari mulut ke mulut sehingga tersebar
informasi BMT dan baru pada tahun 2000 keatas sudah mulai cukup bagus.
B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI
BMT Fath IKMI memiliki visi :
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan adapun BMT Fath IKIMI memiliki misi :
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi,
memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian
aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan
berkesinambungan.
39
Fungsi BMT Al Fath IKMI yaitu Menjalin Ukhuwah Islamiyah
(Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan
Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat
melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea
siswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.
Dan tujuan BMT al Fath IKMI yaitu meningkatkan kesejahteraan jasmani
dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan
juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya.
Budaya kerja yang selalu dilakukan BMT Al Fath IKMI :
a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras.
b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah.
c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.
d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional.
40
C. Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI
Gambar 3.1
Ket :
Garis Perintah
Garis Pengawasan
MANAGER
TAMWIL
RAT
PENGURUS PENGAWAS
KANTOR
KAS
KAB.OPERA
SIONAL
KABAG
MARKETING
PEMBU
KUAN
JASA
MITRA
ACOUNT
OFFICER
TELLER FUNDING
OFFICER
KOLEK
TOR
MANAGER
MAAL
KEUANGAN PEMBUKUAN
41
Dewan Pengurus dan Pengawas yang menjabat untuk periode 2009-2011
adalah sebagai berikut:
Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel
Pendirian : 13 Oktober 1996
Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP : 02.021.735-2.411.000
SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000
Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 Lembaga
Dewan Pengawas
Ketua : Drs Mustakim Kurdi
Anggota : Faridi Syahdana, SE
Didin Syaepuddin, SE
Dewan Pengurus
Ketua : Drs Budiyono
Bidang pendanaan : H. Husein Bin Ali
Bidang SDM dan Legal : Drs. Prastowo Sidhi, SH, MH
Bidang Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim
Bidang Pembiayaan : Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Sekretaris : H. Z Arifin Listanto
Bendahara : Drs. H. Moh. Abduh Atmadiwirya
42
Pengelola Kantor Pusat
Manager Tamwil : Saimin
Manager Maal : H. Imam Turmudzi Ms
Kabag Operasional : H. Djaelani
Account Officer : Robi Sugara
Remedial Pembiayaan : Cecep Nurjaya
Dodi Kurniawan
Remedial Pendanaan : Suheri Junianto
Parjan
Naufal Safiq
Pembukuan : Neneng Syarifah
Adm Pembiayaan : Salahudin Arif
Head Teller : Harum Sulistio Rini
Teller : Nurmilati
Pengelola Kantor Kas
Kepala Kantor Kas : Supriyanto
Kabag Operasional : Suryadi
Account Officer : Hedi Rusmantoro
Teller : Aisyah
43
D. Produk-produk BMT Al-Fath Ikmi
Penghimpunan Dana (Funding)
a) Prinsip Titipan (Wadiah)
1. TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath)
Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam tabungan
ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT
AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan
BMT AL FATH.
b) Prinsip Bagi Hasil
1. TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu
yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan
dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30%
mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan
12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).
2. SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester.
44
Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi
hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
Simpanan merupakan investasi tidak terikat dari mitra/anggota yang
penarikannya hanya dapat dilakukan oleh mitra/anggota atau yang diberi
kuasa dengan persyaratan tertentu yang telah disepakati.1
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.2
3. Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan
dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan
sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
4. Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan
qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan
ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra):
80% (BMT).
1BMT Al Fath IKMI, Laporan Tahunan 2009 (Jakarta: BMT Al Fath IKMI, 2010), h.36.
2 Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h.57.
45
5. Simpanan Nikah
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang
pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah
20% (mitra): 80% (BMT).
6. Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk
menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan
bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
Penyaluran Dana (Lending)
a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal)
dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang
produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati kedua belah pihak.
b) Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra
dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai
dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian
ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.
46
c) Piutang Murabahah
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH dengan
menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan
barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra
untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang
tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan
keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama
jangka waktu tertentu.
d) Piutang Ijarah
Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH dan mitra.
BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga
sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian
atau kesepakatan yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Misalnya
dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau
mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya
antara bank dengan nasabah. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga
tergantung dengan perjanjian antara keduanya. 3
Adapun mengenai pendidikan, berasal dari kata ”didik” mendapat awalan
”me”, sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.
3 Ibid., h.58.
47
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian ”pendidikan” menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate
(mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicite, to give rise to), dan
mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit,
education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan (Mc Leoc, 1989).
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pengertian yang luas dan representatif, pendidikan ialah the total process off
developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s
experiences (Tardif, 1987). Artinya seluruh tahapan pengembangan kemampuan-
kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir
seluruh pengalaman kehidupan.4
4 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (komponen MKDK) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),
h.4-5.
48
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari
generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya
serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya
melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan,
karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak
pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.5
Sesungguhnya banyak ahli didik memberikan devinisi (ta’rif) pendidikan
dan berlain-lain pendapat mereka tentang devinisi itu. Begitu juga mereka berlain-
lain pendapat tentang tujuan pendidikan
Arti dan tujuan pendidikan menurut pendapat ahli-ahli didik yang
termahsyur :
1. “Pendidikan ialah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada
keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai.” (Plato)
2. “Tujuan pendidikan ialah menyiapkan akal pikiran untuk mendapat ilmu
pengetahuan, sebagaimana menyiapkan tanah untuk tumbuh-tumbuhan
dan tanam-tanaman.” (Aristotle)
3. “Pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan
merobah hati menjadi hati yang lain.” (Jules Simon)
5 Prasetya, Filsafat Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
h.15.
49
4. “Pendidikan yang sempurna, ialah mendidik anak-anak, supaya dapat
melaksankan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau umum
dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau
waktu peperangan.” (John Milton)
5. “Pendidikan ialah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan
pertumbuhan yang sempurna, lagi seimbang.” (Pestalozzi)
6. “Pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan
kehidupan yang sempurna.” (Herbert Spencer)
7. “Pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi’at anak-anak, supaya dapat
hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia.” (Sully).6
Jadi simpanan pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang
alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan.7 Dan ada banyak manfaat
menabung di BMT Al Fath IKMI, diantaranya adalah :
a. Membantu program keuangan mitra.
b. Aman dan menentramkan, karena berdasarkan syari’ah.
c. Memperoleh bagi hasil (bonus) setiap bulan.
d. Dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pembiayaan.
e. Ta'awun / saling tolong menolong, karena dana tersebut akan disalurkan
untuk pembiayaan kepada mitra lain.
6 H. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya Agung,
1978), h.5. 7 Wawancara Pribadi dengan Saimin: Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 25 Mei
2010.
50
BAB IV
PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM MENGATASI
DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR
A. Peran BMT Al-Fath Ikmi Ciputat Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Praktek Rentenir
Peran BMT Al Fath IKMI ciputat dalam mengatasi dampak negatif praktek
rentenir mengenai prakteknya sudah berjalan dengan baik melihat dari banyak
mitra-mitra usaha yang meninggalkan rentenir dan banyak berpindah untuk
bergabung menjadi mitra BMT. Adapun peran BMT Al Fath IKMI yang sudah
berjalan sebagai berikut1 :
a. Memberikan edukasi pendidikan kepada masyarakat dan diajak berpikir
lebih baik untuk keberlangsungan usahanya.
b. Di ajak untuk bergabung dengan BMT Al Fath Ikmi.
c. Sosialisasi kepada masyarakat seperti : mengadakan kegiatan-kegiatan
sosial, penyebaran brosur-brosur, dll.
d. Pola pelayanan melalui jemput bola untuk menabung dll.
e. Masyarakat untuk lebih mengetahui BMT karena BMT memiliki pola
jangka panjang, jadi setelah pemberian pembiayaan masih bertanggung
jawab untuk mengembangkan mitra-mitranya. Sedangkan rentenir itu
1 Wawancara Pribadi dengan Saimin : Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 27
Oktober 2010
51
setelah pemberian pembiayaaan tidak bertanggung jawab untuk
perkembangan mitra-mitranya.
f. Kebanyakan masyarakat yang terjerat rentenir karena kemudahan tetapi
disini peran BMT untuk memberikan pandangan bahwa resiko untuk
kedepannya akan susah dan tidak baik.
BMT yang dalam operasionalnya berdasarkan prinsip salaam civilization,
the fair and peacefull social welfare. Mempunyai prinsip-prinsip operasional
dasar sebagai berikut2:
1. Ahsan (prinsip kontrol terhadap kualitas terbaik), thayyiban (prinsip
yang paling tepat menurut syariah Islam), ahsanu ‘amala (kepuasan
invetor dan nasabah).
2. Barakah (menguntungkan, efektif dan efisien), transparan dan
tanggungjawab atas kesejahteraan umat.
3. Berperan aktif dan terbuka dan Social welfare (kesejahteraan sosial).
BMT berpotensi besar mengurangi angka kemiskinan di Indonesia karena
BMT bergerak di sektor mikroekonomi, yang rata-rata tidak terjangkau oleh
perbankan Islam pada umumnya. Selain itu operasional BMT yang menggunakan
fungsi ganda sebagai (baitul maal) seperti zakat, shadaqah, waqaf, dan dana sosial
lainnya. Fungsi ini berdampak langsung keada komunitas masyarakat menengah
kebawah. Berawal dengan zakat, shadaqah, dan waqaf, BMT menjalankan
fungsinya sebagai agen pendistribusi dana dan social economic healer. Fungsi ini
2 Ilmi, Makhalul SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta : UII Press,
2002, 133 hlm
52
diwujudkan dengan pemberian pinjaman sosial (qardhul hasan) yang diambil dari
dana sosial untuk golongan masyarakat miskin. Karena pinjaman sosial ini
diambil dari dana sosial, maka BMT tidak akan mengalami resiko pailit dan
kredit macet. Hal ini juga mengakibatkan komunikasi yang harmonis antara si
kaya dan mayarakat miskin.
Selain menjalankan fungsi sosialnya, BMT juga menjalankan fungsinya
untuk pembiayaan seperti halnya bank-bank Islam pada umumnya. Pada
operasionalnya BMT menyediakan: mudharabah, musyarakah, ijarah, wadi’ah
dll. Fungsi ini juga mencakup pembiayaan pada sektot riil.
Kesulitan akses masyarakat yang menjalankan usaha mikro kepada sumber
modal sering menjadi sebab banyaknya masyarakat terjebak pada para rentenir
yang memberikan kemudahan namun sekaligus membawa kesulitan kepada si
peminjam karena tingginya biaya bunga yang harus dikembalikan. Sebaliknya
keberadaan Lembaga Keuangan Syari‟ah, seperti BMT kelihatan memberi solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat tersebut. Dan membuktikan
bahwa BMT memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mengeliminir
keterjebakan masyarakat desa dengan rentenir, sekaligus berhasil mengurangi
tingkat kemiskinan di kalangan masyarakat3.
Bagaimana BMT menjalankan peranannya dalam proses pemberdayaan
masyarakat sekaligus mengeliminir peran rentenir di kalangan masyarakat
pedesaan menjadi topik yang penting untuk dikaji lebih dalam. Adapun kajian
tentang hal ini lebih berfokus di wilayah ciputat, sementara di wilayah bogor
3 Ibid, h. 50
53
hingga sekarang masih merupakan suatu yang tidak diketahui oleh public. Greget
dan aktivitas BMT di provinsi ini telah diketahui sangat dominan dalam
membangkitkan semangat wirasusaha di kalangan masyarakat, namun apakah
lembaga keuangan ini sudah cukup berhasil dalam menyingkirkan para lintah
darat atau rentenir masih menjadi tanda tanya.
Persoalan yang menjadi tantangan BMT di lapangan ialah praktik rentenir
yang fenomenal. Untuk mengatasi persoalan rentenir ini diperlukan aturan yang
jelas dari pemerintah. Dengan cara meniru langkah yang ditempuh oleh
pemerintah Malaysia dimana pemerintah dalam hal ini pihak kepolisian harus
merespon dan menindak lanjuti proses hukum terhadap setiap pengaduan
masyarakat tentang praktek rentenir. Dengan kesungguhan kerja polisi, maka
diharapkan keberadaan rentenir di seluruh wilayah akan dapat ditekan, karena
bagaimana pun kemajuan LKM (termasuk di dalamnya BMT) sangat banyak
tergantung pada praktik rentenir. Jika rentenir dapat dihapus atau dibatasi
geraknya, dengan sendirinya BMT akan lebih mudah dikembangkan. Hal ini akan
terkait dengan peraturan dan kebijakan pemerintah.
Selain itu, kemajuan sebuah BMT sangat ditentukan oleh para pengurus dan
pengelolanya. Manajemen BMT sendiri harus berbenah diri, bagaimana
meningkatkan efisiensi dalam hal cost of money, cost of assistance dan cost of
transaction. Untuk maksud ini diperlukan peningkatan skill dan etos keagamaan
setiap personalia BMT. Aspek lain yang tidak kalah pentingnya ialah pembenahan
sistem pelayanan BMT. Sebuah BMT seyogyanya memiliki karakteristik sebagai
berikut :
54
a) Tidak mengarah pada pola pelayanan keuangan perbankan konvensional,
terutama dalam hal;
a. Sistem bagi hasil tidak mengarah pada sistem bunga,
b. Dalam hal persyaratan tidak mensyaratkan kolateral dan tidak terdapat
proses administratif formal yang menyulitkan,
b) Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, di mana jasa
keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik
kelompok sasaran tersebut,
c) Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak dengan
sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola hubungan kenal dekat
sebagai landasan utama mengelola risiko,
d) Lingkup kegiatan BMT dapat mencakup pembiayaan kegiatan ekonomi
produktif maupun konsumtif, pendampingan dan pendidikan, kegiatan
penghimpunan dan bentuk kegiatan lain yang dibutuhkan oleh pengusaha
mikro dan masyarakat miskin.
B. Strategi BMT Al-Fath Ikmi Ciputat Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Praktek Rentenir
Strategi BMT Al Fath IKMI Ciputat dalam mengatasi dampak negatif
praktek rentenir sudah dilakukan dengan memberikan pandangan dan masukan-
masukan yang lebih baik kepada semua mitra4.
4 Wawancara Pribadi dengan Saimin : Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 27
Oktober 2010
55
Adapun Strategi BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif
rentenir sebagi berikut :
a. Untuk menjauhkan masyarakat dari praktek riba
Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil, maka
disini BMT Al Fath IKMI memberikan arahan kepada masyarakat
mengenai dampak yang akan mereka hadapi untuk kedepannya.
b. Untuk menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting
system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-
pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami, misalnya
supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang
barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.
c. Dengan menerapkan strategi “jemput bola”
BMT Al Fath IKMI berusaha memuaskan mitranya dan
mempermudah mitranya dalam melakukan tabungan maupun
pembiayaan dengan secara langsung mengambil ke mitra setiap bulan
maupun mingguan. Sehingga mitra BMT Al Fath IKMI tersebut tidak
perlu repot-repot datang langsung ke BMT Al Fath IKMI, ini
digunakan untuk melawan para rentenir yang juga selalu mendatangi
nasabahnya setiap hari atau setiap minggu.
d. Untuk melepaskan ketergantungan pada rentenir.
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir
mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana
56
dengan segera. Maka BMT Al Fath IKMI mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat,
birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.
BMT Al-Fath tampaknya tidak mau kalah dari lembaga keuangan syariah
lain dalam hal peningkatan kualitas SDM. Alasannya, juga wajib memberikan
layanan terbaik bagi mitranya. Selain itu, pengelolaan BMT bisnis juga harus
dilaksanakan dengan teratur dan terencana. Seperti yang dilakukan BMT Al Fath
ciputat dalam mengelola bisnis keuangan mikro syariahnya.
Bagi BMT ini, SDM berkualitas menjadi faktor penting dalam mendorong
perkembangan bisnis lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) tersebut.
''Penting sekali bagi kami untuk meningkatkan kualitas SDM, karena ini
menyangkut masalah layanan dan pengelolaan manajemen5.
Asosiasi berkonsentrasi pada anggotanya, memberikan solusi-solusi,
seperti untuk krisis likuiditas bagi anggota yang mengalami kesulitan
pembiayaan. Asosiasi membantu pengembangan SDM di BMT, melakukan
pelatihan dan pendampingan terus-menerus, serta meningkatkan inovasi produk-
produk pembiayaan agar lebih konsisten pada syariahnya sehingga secara bisnis
terus tumbuh dengan profesional dan dapat bersaing dengan lembaga-lembaga
lain dalam bingkai syariah. BMT juga berupaya membangun profesionalisme
kepada anggota-anggotanya. Dan kami mengedepankan pola pengembangan
SDM yang sustainable (berkelanjutan).
5 Wawancara Pribadi dengan Saimin : Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 27
Oktober 2010
57
Berkaitan dengan UKM, BMT biasanya tak hanya terjun dalam pendanaan,
tapi juga membantu manajemen, bahkan sampai pemasaran produk. Para pendiri
umumnya kaum muda yang punya iktikad moral terpuji. Ada semangat pada diri
mereka untuk memberantas praktik rentenir yang menjerat rakyat kecil melalui
gerakan BMT.
Selain itu, gerakan ini terbukti mampu melewati krisis ekonomi 1996-1998.
Saat kondisi krisis global kini, alhamdulilah, tidak berimbas kepada BMT karena
BMT konsentrasi pada pemberdayaan UKM yang notabene itu adalah potensi
lokal sendiri. BMT bukan berpraktik „di dunia maya‟ (moneter).
C. Tingkat Keberhasilan BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak
Negatif Praktek Rentenir
Kuesioner yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 20
responden, yang selanjutnya digambarkan dalam frekuensi (%). Kuesioner yang
dibuat penulis memiliki 26 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama
tentang data identitas dan asal-usul responden yang terdiri 6 pertanyaan. Kedua
tentang pengetahuan responden mengenai BMT Al Fath IKMI yang terdiri dari 3
pertanyaan. Ketiga tentang faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari 17
pertanyaan.
Untuk dapat melihat berapa besarnya tingkat keberhasilan BMT Al Fath
IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir, penulis menjelaskan 11
variabel yang memberikan tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam
mengatasi dampak negatif praktek rentenir.
58
Perkembangan usaha di tahun 2009 cukup membanggakan, namun demikian
masih banyak hal-hal yang perlu pembenahan. Laporan hasil-hasil usaha tahun
2009 kami sajikan dengan membandingkan dengan tahun 2008, agar dapat dinilai
dan dievaluasi perkembangannya dari setiap itemnya.
a. Pertumbuhan mitra
Pertumbuhan mitra penabung secara akumulasi kami gambarkan dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Mitra BMT Al Fath IKMI Ciputat
(Jiwa)
No TAHUN
2006 2007 2008 2009
K Pusat 1.743 3.500 4.295 5.105
K Kas - - 187 486
Dari tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa perkembangan mitra selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Dan dapat disimpulkan bahwa jumlah mitra yang
begabung dengan BMT Al Fath IKMI mengalami kenaikan yang signifikan.
59
b. Pertumbuhan Asset
Perkembangan Asset dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Pertumbuhan Asset BMT Al Fath IKMI Ciputat
(Rupiah)
No TAHUN
2006 2007 2008 2009
Konsolidasi 1.982.735.592,82 2.882.250.454,52 4.128.993.021,81 5.817.650.698,15
Kenaikan - 55,6% 46,4% 41,5%
Dari tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa perkembangan Asset dari tahun
ke tahun selalu meningkat. Dan dilihat dari Asset yang dimiliki rata-rata
meningkat.
1. Identitas Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Peranan BMT Al Fath IKMI
Ciputat
Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
TK 0 0%
SD 4 20%
SMP 7 35%
SMU 7 35%
DIPLOMA 0 0%
S1 2 10%
Jumlah 20 100%
60
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
tingkat pendidikan SD sebanyak 4 responden (20%), SMP sebanyak 7
responden (35%), SMU sebanyak 7 responden ( 35%), S1 sebanyak 2
responden (10%) dan tidak ada responden yg tingkat pendidikannya TK dan
Diploma.
2. Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai BMT Al Fath IKMI
Ciputat
Pengetahuan Responden Frekuensi Prosentase(%)
Ya 13 65%
Tidak 7 35%
Jumlah 20 100%
Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
mengenai BMT Al Fath IKMI yang sudah mengenal sebanyak 13 responden
(65%) dan sedangkan yang tidak mengenal sebanyak 7 responden (35%).
3. Faktor Sosial Ekonomi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di BMT
Al Fath IKMI Ciputat
Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%)
Tukang Ojek 1 5%
Pedagang 11 55%
Dll 8 40%
Jumlah 20 100%
61
Menurut tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa bidang pekerjaan
responden sebagai tukang ojek sebanyak 1 responden (5%), pedagang
sebanyak 11 responden (55%) dan yang lain-lain sebanyak 8 responden
(40%). Maka dapat disimpulkan bahwa lebih banyak pedagang yang
bergabung dengan BMT Al Fath IKMI.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan Setelah
Mendapatkan Pinjaman di BMT Al Fath IKMI Ciputat
Penghasilan Responden Frekuensi Prosentase (%)
Meningkat 16 80%
Menurun 1 5%
Tetap 3 15%
Jumlah 20 100%
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa tingkat penghasilan setelah
mendapatkan pinjaman yang penghasilannya meningkat sebanyak 16
responden (80%), menurun sebanyak 1 responden (5%) sedangkan yang tetap
sebanyak 3 responden (15%). Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
yang dipinjamkan BMT Al Fath IKMI kepada mitranya ada mengalami
peningkatan setelah dilihat dari tabel di atas dan menjadikan tarap hidupnya
lebih baik dari sebelumnya.
62
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Pernah meminjam dengan Rentenir
di BMT Al Fath IKMI Ciputat
Pernah Meminjam Frekuensi Prosentase (%)
Ya 14 70%
Tidak 6 30%
Jumlah 20 100%
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (70%)
pernah meminjam dengan rentenir sedangkan yang tidak pernah meminjam
dengan rentenir sebanyak 6 responden (30%).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Masih Meminjam
dengan Rentenir
Masih meminjam Frekuensi Prosentase (%)
Ya 3 15%
Tidak 17 85%
Jumlah 20 100%
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (15%) yang
masih meminjam dengan rentenir sedangkan sebanyak 17 responden (85%) sudah
tidak meminjam dengan rentenir. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah adanya
BMT jumlah rentenir mengalami penurunan dilihat dari banyaknya responden
yang tidak lagi menggunakan jasa rentenir melainkan responden lebih bnyak
menggunakan jasa BMT.
63
Maka disinilah telah ada hasil bahwa tingkat keberhasilan BMT Al Fath
IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir melihat dari tinjauan
bahwa berkurangnya masyarakat yang ketergantungan pada rentenir dan sudah
banyak masyarakat yang bergabung/kerjasama dengan BMT Al Fath IKMI dalam
memajukan usahanya.
Sasaran utama BMT Al Fath IKMI adalah para pedagang pasar tradisional di
pasar Ciputat. Walaupun tanpa konflik, BMT Al Fath IKMI sadar, kehadiran
mereka di tengah-tengah para pedagang pasar tradisional mengusik keberadaan
para rentenir di sana. Akibatnya, para rentenir makin agresif menawarkan
pinjaman-pinjaman mudah (dana cepat). Namun, kehadiran BMT Al Fath IKMI
yang menawarkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang adil, rupanya lebih
memikat para pedagang pasar. Satu per satu pedagang pun menjadi anggota dan
memanfaatkan fasilitas pembiayaan BMT. Para rentenir perlahan tergusur.6
Tingkat keberhasilan BMT Al-Fath IKMI ini, dari tahun ke tahun
perkembangannya meningkat sehingga hasilnya menggembirakan dan ada tingkat
kenaikan pada BMT Al-Fath IKMI. Secara sosial-ekonomi BMT dapat menjawab
kebutuhan masyarakat. Ribuan BMT kini telah tumbuh di penjuru Tanah Air,
terutama di Pulau Jawa. Artinya, lembaga keuangan mikro syariah ini bisa
diterima oleh semua kalangan. Bukan hanya muslim, juga non muslim.
6 Wawancara Pribadi dengan Saimin : Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 27
Oktober 2010
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian penulis di BMT Al Fath IKMI Ciputat untuk mengetahui
peran BMT dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Memberikan edukasi pendidikan kepada masyarakat dan diajak
berpikir lebih baik untuk keberlangsungan usahanya.
b. Sosialisasi kepada masyarakat seperti : mengadakan kegiatan-kegiatan
sosial, penyebaran brosur-brosur, pengajian, dll.
c. Masyarakat untuk lebih mengetahui BMT karena BMT memiliki pola
jangka panjang, jadi setelah pemberian pembiayaan masih
bertanggung jawab untuk mengembangkan mitra-mitranya. Sedangkan
rentenir itu setelah pemberian pembiayaaan tidak bertanggung jawab
untuk perkembangan mitra-mitranya.
d. Kebanyakan masyarakat yang terjerat rentenir karena kemudahan
tetapi disini peran BMT untuk memberikan pandangan bahwa resiko
untuk kedepannya akan susah dan tidak baik.
65
2. Adapun Strategi BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif
rentenir sebagi berikut :
a. Untuk menjauhkan masyarakat dari praktek riba.
b. Untuk menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
c. Dengan menerapkan strategi “jemput bola”.
d. Untuk melepaskan ketergantungan pada rentenir.
3. Tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif
praktek rentenir melihat dari tinjauan bahwa berkurangnya masyarakat yang
ketergantungan pada rentenir dan sudah banyak masyarakat yang
bergabung/kerjasama dengan BMT Al Fath IKMI dalam memajukan
usahanya. Menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (15%) yang masih
meminjam dengan rentenir sedangkan sebanyak 17 responden (85%) sudah
tidak meminjam dengan rentenir. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah
adanya BMT jumlah rentenir mengalami penurunan dilihat dari banyaknya
responden yang tidak lagi menggunakan jasa rentenir melainkan responden
lebih bnyak menggunakan jasa BMT.
B. Saran
Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh penulis, maka penulis
hendak memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait yaitu :
a. Dalam upaya meningkatkan eksistensi BMT Al Fath IKMI hendaknya
memperbaiki strategi dalam mengatasi perkembangan rentenir.
66
b. Masyarakat harus lebih memperhatikan dampak negatif pinjaman
rentenir, lebih baik kelembaga keuangan syariah seperti BMT.
c. Pemerintah harus lebih tegas dalam menanggulangi dampak negatif
rentenir seperti mengeluarkan UU terbaru mengenai larangan praktek
rentenir.
d. Untuk akademik penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh
peneliti lain dengan objek dan sudut pandang yang berbeda sehingga
dapat memperkaya khasanah kajian ekonomi islam
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Iktiar Baru Van Hove,
1991, cek, ke-5
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss,
2005), h.16
Anonim, Materi dan Pelatian Pendamping BI-BMT, Bandung : Pinbuk Jabar,
1999
Aries Mufti, “Peranan MES dalam mengembangkan Lembaga Keuangan
Syari’ah di Indonesia,” 2002, Ed, III, Vol. III, h. 44
BMT sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Jakarta :
PINBUK, t.th
Dalyono, Muhammad, Psikologi Pendidikan (komponen MKDK) (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1997), h.4-5
Ilmi, Makhalul SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta :
UII Press, 2002, 133 hlm
Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi
Publising , 2003), hal. 38-40
M. Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h, 1
Mahendro Nugroho, “Usaha Masyarakat Marjinal Perkotaan : Dampak Bunga
Uang dan alternatif pembiayaan Berbasis Islam”, Makalah disampaikan pada
seminar nasional : Dampak Bunga Uang terhadap perekonomian Indonesia, Jakarta,
23 April 2002
Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islami, Jakarta :
Salemba Empat, 2002, Ed, III, 1 jil
Nugroho, Heru, Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2001, cet-1
Prasetya, Filsafat Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), h.15
68
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta,
Ekonesia, 2003. Edisi
Sukamatjaya, Ahmad, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 26-28 desember 2008,
(Bogor: yayasan Al-Amin Dharma Mulia), h.10
Sukidjo. “Peran Rentenir Dalam Pengembangan Usaha Kecil Di Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Dalam Format Usulan Penelitian. Yogyakarta
Wawancara Pribadi dengan Bp. Saimin: Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI.
Jakarta, 27 Oktober 2010
Widodo, Hertanto, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : mizan,
19999), h.81
Karim, Adiwarman, Bank Islam : analisis fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2004, cet-2
Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003), h.57.
Angket Praktek Penelitian
PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM MENGATASI DAMPAK
NEGETIF PRAKTEK RENTENIR
(Studi Pada BMT Al Fath IKMI)
Sampel/Responden
Nama :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kota/Kabupaten :
A. IDENTITAS DAN ASAL-USUL RESPONDEN
1. Berapa usia Saudara sekarang? …..tahun
2. Apa jenis kelamin Sudara? [1] Laki-laki [2] Perempuan
3. Apa agama yang saudara anut sekarang?
[1] Islam [3] Budha [5] Katolik
[2] Protestan [4] Hindu [6] …………………..
4. Bagaimana asal-usul suku Saudara?
[1] Tidak jelas, suku campuran [2] Jelas, ……………
5. Apa status anda saat ini?
[1] Menikah [2] Lajang
6. Apa tingkat pendidikan terakhir yang pernah Saudara tamatkan?
[1] TK [3] SD [5] SMP
[2] SMU [4] Diploma [6] S-1
B. PENGETAHUAN RESPONDEN MENGENAI BMT AL FATH IKMI
1. Dari mana sumber informasi yang Saudara ketahui mengenai BMT Al fath
IKMI?
[1] Televisi [4] Koran
[2] Buku [5] Ceramah/Pengajian
[3] Teman
2. Apakah sebelumnya Saudara sudah mengenal BMT Al Fath IKMI?
[1] Ya [2] Tidak
3. Sejak kapan Saudara mengenal BMT Al Fath IKMI?
[1] 1-2 bulan [3] 2 tahun [5] > 5 tahun
[2] ±1-2 tahun [4] 3-5 tahun
C. FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
1. Saat ini pekerjaan Saudara di bidang apa?
[1] Guru [5] Jasa hiburan [9] Kerajinan
[2] Pertanian [6] Peternakan-perikanan [10] Satpam
[3] Sopir [7] Perdagangan
[11]………………..
[4] Tukang ojek [8] Penjahit
2. Sudah berapa lama Saudara telah menekuni pekerjaan tersebut?
[1] 1-2 bulan [3] 2 tahun [5] > 5 tahun
[2] ±1-2 tahun [4] 3-5 tahun
3. Apakah bantuan modal tersebut sepenuhnya Saudara gunakan untuk tambahan
usaha atau digunakan untuk keperluan lainnya, untuk apa saja?
[1] Ya, untuk tambahan usaha [2] Tidak, (untuk keperluan lain?
……………)
4. Apakah BMT Al fath IKMI memberikan pembinaan terlebih dahulu kepada
Saudara sebelum menjalankan usaha?
[1] Ya, memberikan pembinaan [2] Tidak, memberikan pembinaan
5. Apakah ada pendampingan dalam menjalankan usaha Saudara?
[1] Ada, pendampingan [2] Tidak ada, pendampingan
6. Selama menjalankan usaha cukup terbantukah usaha Saudara dengan adanya
pendampingan?
[1] Ya, cukup terbantu [2] Tidak, terbantu
7. Apakah ada kunjungan BMT Al Fath IKMI ke tempat usaha Saudara?
[1] Ya, hanya memantau perkembangan usaha
[2] Tidak ada
8. Dari bantuan modal untuk program Kewirausahaan, berapa besar dana bantuan
modal usaha yang diberikan BMT Al Fath IKMI?
[1] < Rp. 500.000 [4] Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
[2] Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 [5] Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000
[3] Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 [6] > Rp. 4000.000
9. Sudah berapa kali Saudara mendapat bantuan dana dari BMT Al Fath IKMI?
[1] 1 kali [3] 3 kali
[2] 2 kali [4] > 3 kali
10. Berapa rata-rata penghasilan bulanan Saudara sebelum mendapatkan dana untuk
usaha?
[1] < Rp. 500.000 [4] Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
[2] Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 [5] Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000
[3] Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 [6] > Rp. 4000.000
11. Berapa rata-rata penghasilan bulanan Saudara setelah mendapatkan dana untuk
usaha?
[1] < Rp. 500.000 [4] Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
[2] Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 [5] Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000
[3] Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 [6] > Rp. 4000.000
12. Apakah penghasilan Saudara meningkat setelah mendapatkan dana untuk usaha?
[1] Meningkat [3] Tetap
[2] Menurun
13. Apabila terjadi penurunan dalam usaha Saudara, tindakan apa yang diberikan
BMT Al Fath IKMI?
[1] Memberikan tambahan modal usaha
[2] Menyelesaikan masalah-masalah mengapa terjadi penurunan
[3] Lain-lain …………………………………………………………
14. Seberapa cukup penghasilan Saudara untuk kebutuhan bulanan?
[1] Semua terpenuhi dan banyak sisa [3] Pas-pasan dan harus hemat
[2] Semua terpenuhi dan sedikit sisa [4] Kurang, sering menghutang
15. Apakah Saudara menabung tiap bulan?
[1] Ya (berapa? Rp ……………) [2] Tidak
16. Apakah saudara pernah meminjam uang dengan rentenir?
[1] Ya [2] Tidak
17. Setelah meminjam dengan BMT, apakah saudara masih meminjam dengan
rentenir?
[1] Ya [2] Tidak
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA
1. Kapan tepatnya HMTC Rosyid Motor ini mulai didirikan?
2. Bagaimana latar belakang pendirian HMTC Rosyid Motor?
3. Apa tujuan dan prinsip operasional HMTC Rosyid Motor?
4. Apa Visi dan Misi didirikannya HMTC Rosyid Motor?
5. Bagaimana struktur kepengurusan di HMTC Rosyid Motor?
6. Bagaimana mekanisme kerja yang ada di HMTC Rosyid Motor?
7. Produk apa saja yang dimiliki HMTC Rosyid Motor?
8. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan HMTC Rosyid Motor demi
kemajuan internal Perusahaan?
9. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan HMTC Rosyid
Motor?
10. Bagaimana peranan HMTC Rosyid Motor dalam memperdayakan
pengembangan ekonomi nasional?
11. Bagaimana HMTC Rosyid Motor dalam menghadapi segala
hambatan yang terjadi?
12. Adakah sosialisasi yang diterapkan oleh HMTC Rosyid Motor
kepada masyarakat?
13. Apakah strategi pemasaran HMTC Rosyid Motor sudah sesuai
dengan pandangan ekonomi islam?
Hasil Interview
PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM MENGATASI
DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR
(Studi Pada BMT Al Fath IKMI)
Nama : Saimin
Jabatan : Manajer Tamwil
Tempat Wawancara : BMT Al Fath IKMI
Pewancara : Jajang Nurjaman
1. Apa Visi dan Misi didirikannya BMT Al Fath Ikmi ini?
Jawaban :
BMT Fath IKMI memiliki visi :
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan adapun BMT Fath IKIMI memiliki misi :
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan
pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang
mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan
berkesinambungan.
2. Apa tujuan dan prinsip operasional BMT Al Fath Ikmi?
Jawaban :
Fungsi BMT Al Fath IKMI yaitu Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan
Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta
memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat melalui program
pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan
santunan bagi kaum dhu'afaa.
Dan tujuan BMT al Fath IKMI yaitu meningkatkan kesejahteraan jasmani dan
rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan
juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya.
Budaya kerja yang selalu dilakukan BMT Al Fath IKMI :
a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras.
b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah.
c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.
d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional.
3. Peran apa sajakah yang dimiliki BMT Al Fath Ikmi dalam mengatasi dampak
negatif praktek rentenir?
Jawaban :
Peran BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir
mengenai prakteknya sudah berjalan dengan baik melihat dari banyak mitra-
mitra usaha yang meninggalkan rentenir dan banyak berpindah untuk
bergabung menjadi mitra BMT. Adapun peran BMT Al Fath IKMI yang sudah
berjalan sebagai berikut :
a. Memberikan edukasi pendidikan kepada masyarakat dan diajak berpikir
lebih baik untuk keberlangsungan usahanya.
b. Di ajak untuk bergabung dengan BMT Al Fath Ikmi.
c. Sosialisasi kepada masyarakat seperti : mengadakan kegiatan-kegiatan
sosial, penyebaran brosur-brosur, dll.
d. Pola pelayanan melalui jemput untuk menabung dll.
e. Masyarakat untuk lebih mengetahui BMT karena BMT memiliki pola
jangka panjang, jadi setelah pemberian pembiayaan masih bertanggung
jawab untuk mengembangkan mitra-mitranya. Sedangkan rentenir itu
setelah pemberian pembiayaaan tidak bertanggung jawab untuk
perkembangan mitra-mitranya.
f. Kebanyakan masyarakat yang terjerat rentenir karena kemudahan tetapi
disini peran BMT untuk memberikan pandangan bahwa resiko untuk
kedepannya akan susah dan tidak baik.
BMT yang dalam operasionalnya berdasarkan prinsip salaam civilization,
the fair and peacefull social welfare. Mempunyai prinsip-prinsip operasional
dasar sebagai berikut:
1. Ahsan (prinsip kontrol terhadap kualitas terbaik), thayyiban (prinsip
yang paling tepat menurut syariah Islam), ahsanu ‘amala (kepuasan
invetor dan nasabah).
2. Barakah (menguntungkan, efektif dan efisien), transparan dan
tanggungjawab atas kesejahteraan umat.
3. Berperan aktif dan terbuka dan Social welfare (kesejahteraan sosial).
4. Bagaimana strategi yang dijalankan BMT Al Fath Ikmi dalam mengatasi
dampak negatif praktek rentenir?
Jawaban :
Strategi BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir
pada umumnya sudah dilakukan tetapi belum sampai tingkat penerapan yang
langsung. Melainkan masih dengan memberikan pandangan dan masukan-
masukan yang lebih baik kepada semua mitra. Adapun Strategi BMT Al Fath
IKMI yang sudah dilakukan sebagi berikut :
a. Strategi BMT memberikan edukasi kepada masyarakat yang belum
mengerti BMT dan yang belum mengetahui BMT.
b. Adapun praktek-prkteknya tergantung mitra-mitranya tersebut mau
bergabung atau tidaknya.
c. Memberikan arahan kepada masyarakat mengenai dampak yang akan
mereka hadapi untuk kedepannya.
Strategi pengembangan BMT ada beberapa strategi yang dapat
digunakan dalam menghadapi problematika ekonomi yang ada di BMT
saat ini, diantaranya :
1) Optimalisasi SDM yang ada di BMT.
2) Strategi pemasaran yang lebih meluas.
3) Inovasi produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4) Pengembangan aspek paradigmatic.
5) Fungsi partner BMT perlu digalakkan, bukannya menjadi lawan.
6) Evaluasi bersama BMT.
Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari berbagai kendala,
walaupun tidak berlaku sepenuh kendala ini di suatu BMT. Kendala
tersebut sebagai berikut :
1) Akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi oleh
BMT.
2) Adanya rentenir yang memberikan dana yang memadai dan pelayanan
yang baik dari BMT.
3) Nasabah bermasalah.
4) Adanya persaingan tidak Islami antar BMT, karena persepsi bahwa
BMT lain adalah lawan bukan partner.
5) Pengarahan pengelola pada orientasi bisnis terlalu dominant
sehingga sedikit mengikis rasa idealis
6) Ketimpangan fungsi utama BMT antara baitul maal dan baituttamwil.
7) Kualitas SDM yang kurang.
5. Sejauh ini apakah ada keberhasilan yang dicapai BMT Al-Fath Ikmi dalam
menghadapi dampak negatif praktek rentenir?
Jawaban :
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) kian membuktikan diri menjadi lembaga
pemberdaya ekonomi umat. Salah satunya adalah BMT Al Fath IKMI di
Ciputat. BMT ini mampu menggeser posisi rentenir dari kehidupan warga.
Kiprah BMT Al Fath IKMI tentu tak lepas dari kisah berdirinya pada 1996. Di
tengah himpitan krisis ekonomi global, 25 orang mengumpulkan modal awal 5
juta. Salah satu pendirinya adalah pak Saimin. Beliau menuturkan, lima tahun
pertama menjalankan kegiatan usaha, para pengurus dan anggota BMT masih
berkutat dengan masalah-masalah internal.
Komitmen awal dan niat baik pendirian BMT untuk pemberdayaan ekonomi
umat, ternyata menjadi penyelamat Al Fath IKMI. BMT Al Fath IKMI memulai
pengembangan koperasi jasa keuangan syariah mereka dengan pendekatan
kepada tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Secara bertahap, BMT Al Fath IKMI
berhasil meraih arus dana masuk dari para tokoh masyarakat di Kecamatan
Ciputat masuk inilah yang kemudian dikelola untuk memberikan pembiayaan
kepada para pedagang kecil.
Sasaran utama BMT Al Fath IKMI adalah para pedagang pasar tradisional di
Kecamatan Ciputat. Walaupun tanpa konflik, BMT Al Fath IKMI sadar,
kehadiran mereka di tengah-tengah para pedagang pasar tradisional mengusik
keberadaan para rentenir di sana. Akibatnya, para rentenir makin agresif
menawarkan pinjaman-pinjaman mudah (dana cepat). Namun, kehadiran BMT
Al Fath IKMI yang menawarkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang
adil, rupanya lebih memikat para pedagang pasar. Satu per satu pedagang pun
menjadi anggota dan memanfaatkan fasilitas pembiayaan BMT. Para rentenir
perlahan tergusur dan mengalihkan sasarannya ke pasar-pasar tradisional
yang lain.
Jakarta, 27 Oktober 2010
Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI
(Saimin)
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Manejer BMT Al Fath IKMI, menerangkan
bahwa :
Nama : Jajang Nurjaman
NIM : 206046103833
Semester : XI (Sembilan)
Fakultas : Syariah dan Hukum
Prodi/Konsentrasi : Muamalat/Perbankan Syariah
Benar, yang bersangkutan telah melakukan observasi/penelitian di BMT Al
Fath IKMI dengan tema “Peranan Baitul Maal Wattamwil Dalam Mengatasi Dampak
Negatif Praktek Rentenir Pada BMT Al Fath IKMI”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sesungguhnya agar dapat digunakan
dimana perlu.
Jakarta, 04 Desember 2010
Manejer Tamwil BMT Al Fath IKMI
(Saimin)
Top Related