PERAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN SIKAP
TOLERANSI BERAGAMA PADA SISWA-SISWI DI SMPN 14
MATARAM TAHUN PELAJARAN.2015/2016
Oleh
Miftahudin Khairi NIM. 15.1.11.1.034
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
PERAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN SIKAP TOLERANSI
BERAGAMA PADA SISWA-SISWI DI SMPN 14 MATARAM TAHUN
PELAJARAN.2015/2016
Skripsi
DiajukanKepadaInstitut Agama Islam
NegeriMataramuntukMelengkapiPersyaratanMencapaiGelarSarjanaPendidi
kanIslam
Oleh
Miftahudin Khairi NIM 15.1.11.1.034
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
MOTTO:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kalian saling mengenal Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.1
1Qur’an Surat Al-hujurat Ayat 13.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tua terhebatku (Sutriawan, S.Pdi dan Mahmudah Harianti)
yang telah memberi dukungan moril maupun materil, dan tak pernah lelah
memberi sejuta nasehat yang membuatku mampu bertahan sampai detik
ini, dan kepada Kakak-kakakku (Muzakkir Salim Khairi dan Ayu Ningsih,
S.Pd) dankeponakan cantikku (Zahara Zakia Ninglestari) yang telah
memberiku kekuatan tersendiri untuk tetap melangkah menjadi lebih baik.
Syukuron kastir ialikum jami’a.
2. Sahabat-sahabat tercintaku di pondok suci, dan sahabat-sahabat terbaikku
di kampus (HAMKA) dan dikampung tercinta (Bajang Cere).
3. Almamater kehormatanku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Peran Guru
PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi Beragama Pada Siswa-siswi di
SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016.” dapat terselesaikan. Shalawat
sertasalam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW
yang telah menyelamatkan umatnya dari zaman kebobrokan moral dan
menunjukkan jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan S1 pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Mataram.
Selama penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Drs, Mustain, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I dan bapak
Jumari, M.Hi selaku Dosen Pembimbing II yang telah ikhlas dan saba
rmeluangkan waktu dalam memberikan bimbingannya sehingga skripsi
ini bias terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Ketua Jurusan dan Bapak Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Bpk Dr. Maimun, M.Pd dan Bapak Abdullah Fuadi, M.Ag.
3. Para dosen yang telah berperan serta dalam memberikan ilmunya
selama masa perkuliahan.
4. Kedua orang tuaku yang selalu sabar membimbing dan menasehatiku.
5. Organisasi tercintaku PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).
Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sangat diharapkan agar dapat lebih baik
dikemudian hari. Semoga apa yang disusun penulis ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, sehingga dapat
terhitung sebagai amal ibadah di sisi Allah. Amin.
Mataram, 2 juni 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................i
HALAMAN JUDUL..................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................iii
NOTA DINAS............................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................v
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................vi
MOTTO......................................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................xi
ABSTRAK..................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Konteks Penelitian ..........................................................................1
B. Fokus Kajian ...................................................................................6
C. Tujuan Dan Manfaat......................................................................7
D. Ruang Lingkup Dan Seting Penelitian..........................................8
E. Telaah Pustaka................................................................................8
F. Kerangka Teoritik ..........................................................................11
G. Metode Penelitian ...........................................................................22
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...........................................31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................31
1. Profil Sekolah...........................................................................31
2. Letak Geografis SMPN 14 Mataram .....................................32
3. Keadaan Siswa-siswi SMPN 14 Mataram .............................32
4. Keadaan Guru Dan Pegawai SMPN 14 Mataram ................34
5. Keadaan Sarana Dan Prasarana ............................................39
6. Keadaan Struktur Organisasi SMPN 14 Mataram ..............42
B. Kondisi Toleransi Beragama di SMPN 14 Mataram TP.
2015/2016..........................................................................................43
C. Bentuk Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi
Beragama di SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016 ........................52
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................61
A. Kondisi Toleransi Beragama di SMPN 14 Mataram TP.
2015/2016.......... ...............................................................................61
1. Menghargai Perbedaan Agama ..............................................61
B. Bentuk Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi
Beragama di SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016 ........................70
1. Peran Guru Agama Islam .......................................................70
BAB V PENUTUP......................................................................................77
A. Kesimpulan ......................................................................................77
B. Saran ................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Surat Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tebel 1.1 Keadaan Siswa-Siswi SMPN 14 Mataram .............................33
Tabel 1.2 Keadaan Guru dan Pegawai di SMPN 14 Mataram Tahun
Pelajaran2016/2016 ................................................................................34
Tabel 1.3 Data Tentang Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 14
Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016 ...............................................39
Tabel 1.4 Data Siswa-Siswi Kelas VII, VIII, XI SMPN 14 Mataram TP.
2015/2016 ................................................................................................43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran . Dokumentasi Penelitian.
Surat Izin Penelitian.
1. fakultastarbiyah IAIN Mataram
2. BAPPEDA kotaMataram
3. SMPN 14 Mataram
PERAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN SIKAP TOLERANSI
BERAGAMA PADA SISWA-SISWI DI SMPN 14 MATARAM TP.
2015/2016
ABSTRAK
Menanamkan adalah suatu proses dalam membangun, membimbing,
membentuk, dan pengembangan kepribadian seseorang. Sedangkan toleransi adalah sikap saling menghargai dan saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dalam penelitian ini penulis meneliti di SMPN 14 Mataram karena warga sekolahnya terdiri dari siswa-siswi beragama Islam, Hindu, Kristen dan Budha. Misi sekolah di SMPN 14 Mataram yaknimenanamkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa serta menanamkan sikap religius dan toleransi terhadap semua warga sekolah baik itu siswa-siswi Islam maupun Non Islam.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran sekolah dalam menyikapi perbedaan dan keragaman agama yang dianut oleh siswa-siswi, khususnya Guru PAI dalam menanamkan sikap toleransi pada diri setiap siswa-siswi yang beragama islam khususnya.Berdasarkan latar belakang masalah,maka peneliti merumuskan beberapa pokok permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah sebagai berikut: (1)Bagaimanakahkondisi toleransi beragama di SMPN 14 Matam? (2) Bagaimanakah bentuk peran Guru PAI dalam menanamkan sikap toleransi beragamapada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram.Maka sesuai rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kondisi toleransi beragama di SMPN 14 Mataram dan untuk mengetahui bentuk peran guru PAI dalam menanamkan sikap toleransi beragama pada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram.
Penelitian ini bersifat kualitatif yang objeknya ada di lapangan dan dapat di amati secara langsung. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta yang diperoleh dari penelitian, kemudian dianalisis dari teori.
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat dikatakan bahwa bahwa Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan sikap toleransi beragama pada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram ada dua tahap, yaitu: tahap pertama adalah di dalam kelas dan tahap kedua adalahpembinaan sikap toleransi di luar kelas.Sikap toleransi siswa di SMPN 14 Mataram sudah sangat baik, hal ini dapat dilihat dari interaksisiswa-siswi yang begitu akrab tanpa saling membedakan agama.
Kata Kunci: Menanamkan,Toleransi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Indonesia secara keseluruhan adalah bangsa yang penuh dengan
perbedaan yang bersifat eksistensial, Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia dengan aneka keajaibannya (A Miracle Nation In The
Modern World).Disebut negara yang ajaib karena dihuni oleh lebih dari 312
etnis, 1068 suku bangsa terdapat 665 bahasa daerah, 6 agama besar dunia,
dan agama-agama kecil dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa
dengan beranekaragam wujudnya. Dalam sejarah pergerakan nasional
hingga terbentuk identitas ke-Indonesia-an menjelang proklamasi
kemerdekaan pada 1945, para pendiri bangsa yang mayoritas beragama
islam, namun islam tidak menjadi dasar negara ataupun agama negara
walaupun mayoritas pendiri bangsa beragama islam tapi islam bukan negara
agama.2
Sebagai negara plural, Indonesia mengalami masalah terkait
dengan keragaman penduduknya, terutama keragaman agama yang
dianut.Di negeri ini, negara mengakui agama formal negara, yaitu Islam,
Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Dan Khong Hucu.Di luar agama resmi
terdapat beragam kepercayaan dan keyakinan yang dianut oleh masyrakat.
Apabila potensi keragaman ini tidak dapat dikelola dengan baik maka
2Sarundajang, Kemajemukan Untuk Kemakmuran Indonesia (Jakarta: TP,2013 ), h. 50.
akanberdampak kepada disharmonitas sehingga dibutuhkan sikap toleransi
dalam kehidupan bermasyrakat.3
Sikap toleransi merupakan salah satu ciri bangsa Indonesia yang
sudah menyatu atau melembaga dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Dengan kata lain sangat diperlukan sikap toleransi supaya terbinanya
kerukunana hidup antar umat beragama dan kepercayaan kepercayaan yang
berbeda. Dengan adanya toleransi keanekaragaman agama bukanlah sebagai
suatu hasil yang dipertentangkan melainkan suatu yang harus dihormati dan
saling kerja sama sehingga antar uamt beragama tidak saling mencurigai
melainkan terpelihara saling percaya diri.4
Toleransi adalah sikap yang lunak, membiarkan dan memberi
keleluasan kepada penganut agama lain. Dalam hubungan antar umat
beragama, toleransi dapat berupa toleransi ajaran atau dogmatis dan
toleransi bukan ajaran atau ajaran praktis. Dengan toleransi dogmatis para
penganut agama tidak menonjolkan keunggulan ajaran agama masing-
masing. Dengan toleransi praktis penganut agama saling membiarkan dalam
mengungkapkan isi iman dan ajaran mereka dalam ibadah praktik ajaran
agama lain, dan mengamalkan dalam kehidupan sosial. Kedua macam
toleransi ini dapat bergabung atau terpisah, dalam arti para penganut agama
dapat saling toleran dalam kedua hal itu, dan dapat pula bertentangan dalam
satu hal, misalnya ajaran.Dengan sikap toleran, penganut agama dapat hidup
3Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme (Malang: Aditya Media Publishing,
2011), h. 133. 4Abu Bakar dan Suardi, Pendidikan PancaSila dan Kewarganegaraan(Malang: TP, 1994),
h. 8.
berdampingan secara damai.5Demi tujuan itu, maka pendidikan dianggap
sebagai instrumen penting.Sebab, pendidikan sampai sekarang masih
diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-
individu yang dididiknya. Hal tersebut dengan suatu pertimbangan, bahwa
salah satu peran dan fungsi pendidikan agama diantaranya adalah untuk
meningkatkan keberagamaan peserta didik dengan keyakinan agama sendiri,
dan memberikan kemungkinan keterbukaan untuk menumbuhkan sikap
toleransi terhadap agama lain.6 Dalam konteks ini, tentu saja pengajaran
agama Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah di tuntut untuk selalu
menanamkan nilai-nilai toleransi beragama. Penting kiranya bagi seorang
guru atau sekolah untuk menerapkan secara langsung beberapa aksi guna
membangun pemahaman keberagamaan yang moderat di sekolah, untuk
memperoleh keberhasilan bagi terealisasinya tujuan mulia yaitu perdamaian
dan persaudaraan abadi di antara orang-orang yang pada realitasnya
memang memiliki agama dan iman berbeda.7
Di SMPN 14 Mataram, siswa-siswi maupun guru mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda. Seperti latar belakang ekonomi, sosial,
maupun dalam hal keberagamaan. Disana ada sebagian siswa dan guru yang
beragama non muslim, meskipun sebagian besar guru dan murid beragama
Islam. Oleh karena, pendidikan agama Islam yang dilaksanakan dan di
ajarakan kepada siswa-siswi yang beragama islam di SMPN 14 Mataram
5Abdul Wahid dan Atun Wardatun, Tendensi Teks (Alam Tara Institut: Mataram, 2009), h. 29.
6Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2005), h. vii
7Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), h. 61
dituntut untuk selalu menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama
dalam rangka mewujudkan kondisi sekolah yang kondusif. Karena dengan
terciptanya suasana sekolah yang kondusif, maka tujuan pendidikan yang
utama akan tercapai.
Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan kepala sekolah di
SMPN 14 Mataram, kepala sekolah memberikan informasi dan memaparkan
gambaran umum tentang keadaan SMPN 14 Mataram seperti yang
dikatakan oleh Abdul Khalik selaku kepsek SMPN 14 Mataram:
“Disekolah kami memang benar mempunyai murid yang plural dan majemuk yang notabenanya berasal dari agama, budaya yang berbeda-beda baik dari segi keyakinan atau agama, budaya dan adat istiadat yang berbeda. Namun dalam hal menanamkan sikap toleransi kepada seluruh siswa-siswi disekolah, kami mempunyai cara atau metode tersendiri antara lain dalam agenda-agenda keagamaan seperti imtak dan upacara bendera, khususnya imtak siswa-siswi melaksanakan di tempat peribadatan masing-masing, Hindu di pura, Islam di musholla, Kristen di kelas dan perpustakaan, dan Budha ditempat pribadatannya yaitu di bihara ”.8
Sebagai keabsahan informasi tersebut Abdul Khaliq juga memberikan
data jumlah siswa-siswi, guru dan staf yang berbeda agama di SMPN 14
Mataram yaitu Jumlah siswa-siswi secara keseluruhan dari kelas VII-IX 617
orang, 44 orang guru, staf 16 orang. Jumlah siswa yang beragama islam 343
siswa-siswi, agama Hindu 264 siswa-siswi, agama Kristen 8 siswa-siswi,
Budha 3 siswa-siswi. Sedangkan jumlah guru yang beragama Islam 36
guru, Hindu 7 guru, Kristen 1 guru.Selanjutnya guru agamaIslamberjumlah
4 orang guru, Hindu 2 orang guru, Kristen 1 orang guru.9
8Abdul Khaliq, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 05 Agustus 2015, 9Abdul Khalik, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 05 Agustus 2015.
Dari paparan informasi kepala sekolah diatas, menunjukkan
bahwapenanaman sikap toleransi beragama di SMPN 14 Mataran bukan
sekedar dilakukan di kelas namun juga dengan kegiatan-kegiatan
keagamaan dan agenda wajib mingguan yaitu imtak dan apel bendera.Imtaq
salah satu agenda yang dipandang perlu untuk penanaman sikap toleransi
beragama kepada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram, pelakasanakan acara
keagamaan atau Imtaq tersebut diadakan di tempat peribadatan masing-
masing agama yang telah disediakan sekolah dan diisi oleh para guru agama
masing-masing.Siswa-siswi yang beragama islam melaksanakan Imtaq di
mushollah diajarkan oleh guru PAI, Hindu di pura diajarkan oleh guru
agama Hindu, Kristen dikelas dan juga diajarkan oleh guru agama kristen
kemudian siswa-siswi yang beragama agama Budha melaksanakan Imtakdi
perpustakaan dan bihara dan langsung mendapatakn pelajaran agama oleh
staf dan biarawan. Adapun materi yang digunakan dalam menanamkan
sikap toleransi antara lain tentang relegius (keimanan), disiplin, kejujuran,
berbudi pekerti yang baik, begitu juga saat upacara bendera dan agenda-
agenda lainnya.
Dari paparan data di atas, peneliti menemukan kesenjangan antara
Das-sein(Teori) tentang toleransi beragama dan Das-solen(Praktik) aplikasi
dari sikap toleransi beragama yang diajarkan dan diterapkan oleh pihak
seokoalah kepada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram.Pihak sekolah
berupaya dalam penanaman sikap toleransi beragama dengan cara
mengadakan pengajaran agama atau agenda keagamaan yang dilakukan
ditempat pribadatan masing-masing dan dibina oleh para guru agama
masing-masing. Hal ini menurut peneliti memungkin dari semua agama bisa
saling mempertahankan ajaran agaman masing-masing dan menganggap
bahwa agama yang lain dari agama mereka tidak benar. Peneliti juga
menemukan ada beberapa siswa-siswi yang tidak mempunyai tempat untuk
menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan tidak mempunyai guru agama
yaitu agama Budha, yang menurut peneliti dapat menjadi salah satu
barometer penghambat proses penanaman sikap toleransi kepada seluruh
sisiwa-siswi secara merata karena melihat dari sekian pemeluk agama
masing-masing mempunyai tempat untuk menyelenggarakan kegaiatan
keagamaan dan guru agama namun tidak demikian dengan agama Budha,
sehingga kondisi-kondisi inilah yang menjadi permasalahan sebagai latar
belakang peneliti dan patut untuk melakukan penelitian.
B. Fokus Kajian
Penelitian ini difokuskan kepada guru PAI dalam menanamkan
sikap toleransi beragamapada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram.Sehingga
dari fokus penelitian diatas dapat dirumuskan:
1. Bagaimanakah kondisi pluralitas beragama di SMPN 14 Mataram TP.
2015/2016?
2. Bagaimanakah bentuk peran guru PAI dalam menanamkan sikap
toleransi beragama di SMPN 14 Maratam TP. 2015/2016?
C. Tujuan Dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi pluralitas beragama di SMPN 14 Mataram.
b. Untuk mengetahui bentuk peran guru PAI dalam menanamkan sikap
toleransi beragama pada siswa-siswi di SMPN 14 Maratam
2. Manfaat
a. Bagi Sekolah
Agar sekolah menjadi wadah untuk penanaman sikap toleransi
beragama bagi semua agama, etnis, suku dan budaya sehingga
melahirkan insan-insan yang penuh dengan sikap toleran sehingga
nantinya dapat menjadi cerminan bagi semua umat beragama secara
umum dan bagi masyarakat secara khususnya.
b. Bagi Guru
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, guruPAImampu
lebih efektip dalam menanamkan sikap toleransi kepada siswa-siswi
secara umum.
c. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar bisa
lebih mendalami tentang kajian toleransi beragama di indonesia pada
umumnya dan lingkungan peneliti pada khususnya. Sehingga nantinya
bisa menjadi kajian bagi semua orang yang peduli atas nilai-nilai yang
ada di dalam toleransi beragama.
D. Ruang Lingkup Dan Seting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun batasan masalah atau ruang lingkup yang dimaksud
didalam penelitian :
a. Penelitian diarahkan kepada masalah yang menyangkut tentang peran
guru PAI dalam menanamkan sikap toleransi beragama pada siswa-siswi
kelas VIII, VII dan XI di SMPN 14 Mataram dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ada.
b. Penelitian diperoleh dari informasi-informasi yang diberikan oleh kepala
sekolah, waka siswa, guru PAI dan para guru yang lain serta siswa-siswi
yang ada di SMPN 14 mataram.
2. Seting Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMPN 14 mataram Jl. Brawijaya No.
23 Kelurahan cakranegara selatan, Kecamatan cakranegara, Kota mataram.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya
terdahulu sebagai pedomanpenelitian lebih lanjut dan untuk mendapat kan
data-data yang valid serta menghindari terjadinya duplikasi, plagiasi dan
refisi sehingga menjamin orisilitas dan legalitas penelitian ini.Maka perlu
bagi peneliti untuk menegaskan bahwa penelitian yang di lakukan adalah
baru dengan mengajukan beberapa telaahan berikut:
Hanifan Hamzah, jurusan PAI dengan judul “Strategi Penanaman
Sikap Toleransi Beragama Siswa di Ameaba Kecamatan Aesesa, Kabupaten
Nagekeo, Profinsi NTT”. Dalam skripsi ini Hanifah lebih memfokuskan
kepada peran startegi dalam menanamkan sikap toleransi beragama dan
sejauhmana keefektifan dalam proses pembelajaran toleransi
beragama.10Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan
lokasi penelitian.Dalam penelitian ini peneliti mengkaji mengenai peran
guru PAI dalam menanamakan sikap toelransi kepada sisiwa-siswi di SMPN
14 mataram. Dengan demikan penelitian yang berjudul “ Peran Guru PAI
Dalam Menanamkan Sikap Toleransi Beragama Pada Siswa-Siswi di SMPN
14 Mataram” ini tidak sama dengan penelitian terdahulu, sehingga layak
untuk dilakukan penelitian.
Saidah Ndilang, jurusan PAI dengan judul “Pengauruh Pemahaman
Akidah Akhlak Terhadap Toleransidalam Kehidupan Beragama Pada Siswa
Kelas II MAN 1 Mataram”.Dalam skripsi ini Saidah lebih memfokuskan
penananman sikap toleransi beragama dengan metode menanamkan nilai-
nilai akhlak kepada sisiwa-siswi di MAN II mataram yaitu akhlak
berhubungan sesama pemeluk agama dan eksternal agama (umat agama
lain), sabar, jujur dan adil yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada
proses penanaman sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi dan
pengimplementasian dikehidupan beragama dan bermasyrakat.11Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan lokasi penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti mengkaji mengenai peran guru PAI dalam
10Hanifan Hamzah, Strategi Penanaman Sikap Toleransi Beragama Siswa-siswi di Ameaba
Kecamatan Aesesa, Kabupaten. Nagekeo, Profinsi. NTT (Skripsi IAIN Mataram 2011), h. 9. 11Saidah Ndilang,“Pengauruh Pemahaman Akidah Akhlak Terhadap Toleransidalam
Kehidupan Beragama Pada Siswa-siswi Kelas II MAN 1 Mataram” (Skripsi, STAIN Mataram, 2004), h. 11.
menanamakan sikap toleransi kepada sisiwa-siswi di SMPN 14 mataram
dengan memfokuskan peran guru PAI yang nantinya mempunyai berbagai
macam metode dan strategi dalam menananmkan sikap toleransi beragama
secara umum dan luas, berbeda dengan penelitiaan di atas dimana
orientasinya lebih kepada sisiwa-siswi kelas II MAN 1 Mataram yang
dimanapenelitian ini meneliti tentang pengaruh akhlak terhadap toleransi
beragama dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan demikan
penelitian yang berjudul “Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap
Toleransi Beragama Pada Siswa-Siswi di SMPN 14 Mataram” ini tidak
sama dengan penelitian terdahulu, sehingga layak untuk dilakukan
penelitian.
Arifudin, jurusan PAI dengan judul“Pengaruh Pembinaan Iman dan
Taqwa (Imtaq) Terhadap Toleransi Beragama di SMPN 6 Mataram”.
Dalam skripsi ini Arifudin lebih menekankan nilai-nilai Imtaq (Iman dan
Taqwa) kepadasisiwa-siswi di SMPN 6 Mataram,dalam skripsi ini
menggunkan metode ceramah dengan menenamkan ketaqwaaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan lain-lainya yang intisarinya tersebut adalah
bagaimana siswa-siswi manpu mengamalkan sikap toleransi beragama yang
berasal dari nilai-nilai Iman dan taqwa baik sikap berhubungan sesama
pemeluk agama dan eksternal agama (umat agama lain), berbuat baik, adil
sabar. Sehingga nantinya para siswa-siswi mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sosial masyarakat.12
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan lokasi penelitian,
dimana penelitian di atas hanyab memfokuskan kepada peran penanaman
nilai Imtaq dalam menanamkan sikap toleransi beragama di SMPN 6
Mataram, namun dalam penelitiaan ini lebih memfokuskan kepada peran
guru PAI dalam menanamkan sikaptoleransi beragama pada sisiwa-siswi di
SMPN 14 Mataram, karena melihat keadaan siswa-siswi nya yang beraneka
ragam baik itu bersal dari segi agama,adat istiada, budaya, bahasa dan suku
yang plural sehinnga nantinya akan mempermudah peniliti dalam meneliti
tentang penanaman sikap toleransi .Dengan demikan penelitian yang
berjudul “Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi Beragama
Pada Siswa-Siswi di SMPN 14 Mataram” ini tidak sama dengan penelitian
terdahulu, sehingga layak untuk dilakukan penelitian.
F. Kerangka Teoritik
1.Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peran guru agama Islam setidaknya bisa diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Guru sebagai pendidik (Muaddib).13 Guru menjadi tokoh panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,
12Arifudin, “Pengaruh Pembinaan Iman dan Taqwa (Imtaq) Terhadap Toleransi Beragama
di SMPN 6 Mataram”(Skripsi, STAIN Mataram, 2004), h. 9. 13Muhaimin, Wacana Penegembanagan Pendidikan Islam (surabaya: PSAPM, 2003), h.
213.
guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
b. Guru sebagai pengajar (Mu’allim).14 Sejak adanya kehidupan sejak itu
pula guru telah melaksanakan pembelajaran, guru membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahui, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang
dipelajari. Perkembangan teknologi juga mengubah peran guru dari
pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar.
c. Guru sebagai pembimbing (murabby).15 Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman, bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan. Sebagai
pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu pelajaran, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan
petunjuk perjalanan serta menilai pelajarannya sesau dengan kebutuhan
dan kemempuan peserta didik.
2. Toleransi Beragama
a. pengertian toleransi beragama
Dalam kamus besar bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat
atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian
(pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan
14Ibid, h. 210 15Ibid, h. 210
dengan pendirian sendiri.16 Sedangkan dalam hubungan antar umat
beragama toleransi beragama dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:Pertama toleransi ajaran atau dogmatis, Kedua toleransi bukan
ajaran atau ajaran praktis. Dengan toleransi dogmatis para penganut
agama tidak menonjolkan keunggulan ajaran agama masing-masing.
Dengan toleransi praktis penganut agama saling membiarkan dalam
mengungkapkan isi iman dan ajaran mereka dalam ibadah praktik ajaran
agama lain, dan mengamalkan dalam kehidupan sosial.17 Toleransi
beragama adalah keadaan dan sikap yang tidak dapat dipisahkan, sikap
yang harus ada disetiap pemeluk agama dalam menjalani kehidupan
sosial bermasyrakat agar tercapainya kerukunan dan terciptanya tatanan
masyarakat yang damai dan rasa solidaritas yang sangat tinggi, dengan
adanya sifat atau sikap toleran (inklusif) sesama umat beragama yang
nantinya akan menimbulkan rasa persaudaraan yang kokoh diantara
semua kalangan umat beragama.
Inklusifisme, yaitu pandangan yang mengklaim bahwa agama
yang dianutnya memiliki kebenaran dan keselamatan yang lebih
sempurna dibandingkan dengan agama lain, artinya agama lain masih
mungkin memiliki kebenaran dan keselamatan pada tataran tertentu
(parsial dan relatif) atau memiliki keteria tertentu.18
16Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1204 17Abdul Wahid, Tendensi Teks, h. 29. 18Muhlis, Inklusifisme Tafsir Al-Azhar (Mataram: IAIN Mataram 2004), h.19.
b. Dasar-Dasar Penanaman Sikap Toleransi Beragama
Dasar penanaman sikap toleransi beragama adalah ha-hal yang
paling penting yang merupakan suatu landasan yang dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk berpijak dan sebagai motifasi bagi setiap
sekolah dan para guru PAI dalam menanamkan sikap toleransi beragama
di lemabaga formal SMP secara khususdan kepada semua masyarakat
yang menyadari akan perlunya sikap toleransi beragama secara umum.
1). Landasan Toleransi Beragama Menurut Al-Quran.
Tuhan menghendaki keanekaragaman tetapi pada saat yang
sama juga menghendaki perdamaian, bukan konflik dan perpecahan.
Karena Tuhan lah yang menciptakan keanekaragaman, diman manusia
diciptakan berbeda-beda maka logis apa bila memberikan
perlindungannya kepada seluruh manuisa dengan agama yang dianutnya
berbeda-beda dan tempat peribadatan yang berbeda-beda pula. Dalam
konteks ini, firman Allah yang melarang pemeluk agama lain saling
mencaci kepercayaan msing masing, menemukan relevansi dalam firman
Allah Qs Al Kafirun Ayat 1-6:
Katakanlah:"Hai orang-orang kafir,Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apayang kamu
sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah.Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."19
Implementasi dari surat Al-kafirun di atas adalah tentang
toleransi beragama. Ruang lingkup kerja sama dalam masyrakat
majemuk yang bisa disebut tasammuh atau toleransi masyratkat muslim
dengan non-muslim yang bertujuan memelihara kerukunan hidup dan
kerja sama yang baik dalam bermasyrakat adalah toleransi yang
berpungsi sebagai penertib, pengaman, pendamai dan pemersatu dalam
komunikasi dan interaksi sehingga terpelihara kelestarian lingkunagn
hidup dan terwujudnya hubungan baik antar sesama anggota masyrakat
ataupun orang lain. Namun tasummuh didasari oleh kasih sayang, sesuai
kedudukan orang mukmin lainnya sehingga berfungsi untuk meneguhkan
atau menguatkan sauatu hubungan yang kokoh.20
Menurut Afandi, mengutip pendapat Mukti Ali, kerukunan antar
umat beragama adalah, “bagaimana orang beragama meyakini kebenaran
masing-masing”. Termasuk kebebasan beragama seharusnya mereka
mempunyai prinsip dan komitmen: Lakum Dinukum Wa Liya Din. Ini
19Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bina Aksara, 2008), h.56 20Ibid, h, 57.
kuncinya. Jika tidak demikian, maka akan terjadi ketersinggungan
diantara mereka.21
Dalam ayat yang lain juga dijelaskan tentang larangan saling
memaki ajaran dan keyakinan (Iman) masing-masing pemeluk agama
sehingga nanti akan menyebabakan sebuah perselisihan yang akan
menghasilkan perpecahan oleh seluruh uamat beragama. Dalam QS Al-
an’am ayat 108 Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka.kemudian kepada Tuhan
merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.22
Umat Islam pada saat ini dan kedepan, semestinya mengajarkan
apa yangditeladankan nabi Muhammad Saw. Sebagai sosok manusia
21Zainuddin, Pluralisme Agama (Malang: UIN Maliki Pers, 2010), h.143 22Arfan Muammar dan Abdul Wahid Hasan dkk, Studi Islam Perspektif Insider/Outsider
(Jogjakarta: Ircisod, 2012), h. 476
yang humanis dalam sejarah mannusia, beliau berucap dan bertindak atas
nama cinta.23
2). Landasan Yuridis Tentang Toleransi Beragama di Indonesia.
a). UUD 19, Pasal 29.
Dasar toleransi dalam undang-undang telah di tetapkan
semenjak negara ini merdeka dan telah dikukuhkan dalam UUD 1945
pasal 29 yang berbunyi:
(1).Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2).Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.24
Dari kedua dasar UUD 1945 diatas, dapat dijadikan sebagai
rujukan bagi semua umat beragama diindonesia untuk menjalankan roda
kehidupan dengan damai dan saling menghormati sebagai sesama umat
beragama, saling mendukung dalam semua kegiatan sosial keagamaan
dan membiarkan penganut agama lain menjalankan aqidah atau norma-
norma dan tradisi keagamaan berdasarkan agama yang diyakininya.
Melalui kesadaran itu juga, sebenarnya para pemeluk agama
dapat saling memahami fungsi dan makna yang esensial dari agama yang
mereka anut sehingga tidak salah faham diantara mereka. Hal ini
memunculkan sikap toleran terhadap agama yang dianut orang lain
23Ibid, h. 477. 24 Sinar Grafika, UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 Secara
Lengkap (Jakarta: TP, 2002), h. 57
karena pada dasarnya agama adalah cara pandang terhadap dunia yang
berisi prinsip-prinsip mengenai hakikat segala sesuatu.25
Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan baru
mendukung kebebasan berkeyakinan melalui TAP MPR Tahun 1998
No.XVII tentang HAM yang mengakui hak-hak beragama sebagai hak
asasi manusia sebagaimana tertera pada pasal 13: setiap manusia bebas
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaan itu. Hak berkeyakinan ini masih diperkuat
lagi dengan pasasl 17 yang menegaskan bahwa hak ini termasuk dalam
katagori hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.26
3).Landasan Toleransi Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendikan agama merupakan pelajaran wajib yang harus
dilaksanakan oleh masing masing sekolah dan diterima oleh siswa-siswi
seperti yang telah dilegitimasi oleh Undang-undang No.20 Tahun 2003
yang berbunyi.
a). Pasal 12 ayat 1
“Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya diajarkan oleh pihak pendidik seagama.
25Imam Sukardi dkk,Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern (Solo:Tiga Serangkai, 2003), h.
4. 26Moh. Shopan, Pluralisme Menyalamatkan Agama-Agama(Yogyakarta: Samudra Biru
2011),h. 30.
Dikuatkan oleh PP. No 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
keagamaan.
b). PP No. 55 Tahun 2007.
“Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama”.27
Dari UUD No 20. Tahun 2003 dan PP No. 55 Tahun 2007 ini dapat
disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan
peserta didikuntuk dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama
yang benar benr memadai. Diantara syarat dan persyratan agar peserta
didik dapat menjalankan peranan dengan baik diperlukan ilmu
pengetahuan agama, mengingat ilmu pendidikan agama termasuk ilmu
praktis maka perserta didik diarapkan dapat menguasai ilmu tersebut
secara penuh baik teoritis dan praktis sehingga ia benar benar mampu
memainkan peranan dengan tepat dalam kehidupan.
3. Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi beragama di
Sekolah.
Dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut kepercayaan agamanya
itu”.28Keberadaan bangsa Indonesia sebagai negara yang plural merupakan
“berkah‟ dan “kekayaan‟ yang patut disyukuri. Namun disisi lain, perlu
disadari bahwa aspek pluralitas tersebut menjadikan bangsa ini menjadi
27Implementasi Ilmu Pendidikan Agama Disekolah dan Solusinya, Http//www.kpai.go.id/artikel/.com di ambil pada tanggal 12-11-2015 pada pukul 02-34 wib.
28UUD 1945 Pasal 29 ayat 2
rentan terhadap ancaman konflik.29Sehubungan dengan hal tersebut, peran
guru PAI dan pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki peranan
penting dalam memberi kontribusi bagi persatuan bangsa di masa depan.
Peran guru PAI dalam hal ini meliputi: Pertama, seorang guru
harus mampu bersikap demokratis dalam segala tingkah lakunya, baik
sikap maupun perkataannya, tidak diskriminatif terhadap murid-murid
yang menganut agama yang berbeda dengannya. Sebagai salah satu contoh
ketika seorang guru sejarah menerangkan tentang perang salib (1099-
1291) Masehi yang melibatkan kelompok Islam dan Kristen maka dia
harus mampu untuk bersikap tidak memihak terhadap salah satu kelompok
yang terlibat dalam perang tersebut. Meskipun agama yang dianutnya
sama dengan salah satu yang terlibat dalam perang tersebut.30
Kedua, guru seharusnya memiliki kepedulian yang sangat tinggi
terhadap kejadian-kejadian tertentu yang berhubungan dengan
agama.Contohnya, ketika terjadi pemboman yang dilakukan oleh para
teroris maka guru yang memiliki wawasan multikultural harus mampu
menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa tersebut.Kemudian
sebaiknya seorang guru mampu menjelaskan bahwa kejadian tersebut
seharusnya jangan sampai terjadi. Karena di dalam semua agama baik
Islam, Katolik, Budha, Hindu, Yahudi, Konghucu, dan kepercayaan
lainnya jelas dikatakan bahwa segala macam bentuk kekerasan dalam
29Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006), h. 113. 30Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, h. 61
memecahkan masalah adalah dilarang. Dialog dan musyawarah adalah
cara-cara penyelesaian segala bentuk masalah yang sangat dianjurkan oleh
semua agama dan kepercayaan yang ada.31
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik
merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai
toleransi keberagamaan yang moderat dalam proses pembelajaran di
sekolah. Pendidik mempunyai posisi penting dalam pendidikan multi
kultural karena dia merupakan satu target dari strategi pendidikan ini.
Apabila seorang guru memiliki paradigma pemahaman keberagamaan
yang moderat maka dia juga akan mampu untuk mengajarkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan tersebut terhadap siswa di
sekolah.32
Untuk itu diperlukan adanya upaya-upaya untuk merubah
paradigma pendidikan yang eksklusif menuju pendidikan agama yang
toleran dan inklusif. Model pengajaran agas ma yang hanya menekankan
kebenaran agamanya sendiri mau tidak maua harus dibongkar ulang.
Sebab cara pemahaman teologi yang eksklusif dan intoleran pada
giliranaya akan merusak harmonisasi agama-agam dan para pemeluk
agamanya sendiri dan akan saling menghilangkan sikap untuk saling
menghargai kebenaran dari agama orang lain.33
31Ibid,h. 61 32Ibid, h. 61 33Shopan, Pluralisme Menyelamatkan, h. 50
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Hal ini merujuk kepada apa yang dipaparkan oleh Nana Syaodih
Sukmadinata, bahwapenelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok.34
Pendekatan ini memang cocok dengan penelitian yang peneliti
lakukan yaitu mencakup pada bagaimana peran guru PAI dalam
menansamkan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi di SMPN 14
Mataram.
2.Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian dengan kapasitas peneliti
yang bertugas mengumpulkan data yang relevan dengan judul penelitian
yang diambil.Maka peneliti berusaha mencari sumber data dan informasi
dengan menggunakan metode observasi (pengamatan), interview
(wawancara) dan triangulasi. Tidak hanya itu dalam penelitian kualitatif,
peneliti berperan sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data
sehingga keberadaan peneliti dilokasi penelitian mutlak diperlukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 februaru
2016.Kemudian penelitian ini diakhiri pada tanggal 31 februari 2016
34Nana Syaodih SukmaDinata, Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Memberikan Deskripsi, Eksplanasi, Prediksi, Inovasi, dan Juga Dasar-Dasar Teoritis Bagi Pengembangan Pendidikan) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h. 60
ketika peneliti sudah menemukan jawaban atas permasalahan yang di
rumuskan.
3. Lokasi Penelitian
SMPN 14 mataram Jl. Brawijaya No. 23 Kelurahan cakranegara
selatan, Kecamatan cakranegara Kota mataramadalah salah satu icon
sekolah yang ada di kota mataram, dimana sekolah ini terkenal dengan
sekolah plural dan majemuk, di sebut plural karna beragamnya agama
yang dianut oleh siswa-siswi yang ada di SMPN 14 Mataram tersebut
yaitu terdapat agama-agamabesar dunia seperti, agama Islam, Hindu,
Kristen dan Budha yang dianut oleh siswa siswi SMPN 14 mataram.
Berangakat dari alasan di atas menstimulasi peneliti untuk mengetahui
sejauh manakah peran guru agama dalam menanamkan sikap toleransi
beragama sesama pemeluk agama. saat peneliti melakukan obserpasi awal,
peneliti menemukan sebuah permasalahan yang seyogayanya dapat
dijadikan sebagai pokok pembahasan yaitu seperti yang telah di paparkan
di atas. Saat peneliti melakukan obserpasi awal terlihat jelas para siswa
siswi saling menjalin keakraban tanpa merasa ada sebuah perbedaan besar
diantara mereka yaitu keyakinan (Agama).
4. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah individu atau seseorang yang
menjadi bagian dari kajian penelitian atau informan. Pada pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan
datanya dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder .yang
mana pengertian dari sumber primer itu adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sekunder yaitu yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data contohnya lewat
orang lain atau dokumen.35
Untuk mendukung penelitian ini, maka yang menjadi sumber data
penelitiannya atau disebut sebagai informen adalah:
a. Guru PAI SMPN 14 Mataram.
Guru PAI dalam penelitiaan ini merupakan sumber primer yang
sangat penting dalam menunjang dan menyelesaikan penelitiaan
tentang penanaman sikap toleransi beragama dan juga sebagi objek
utama untuk mendapatkan infomasi, strategi dan metode yang
digunakan dalam menumbuh kembangkan dan menciptakan sikap
toleransi beragama siswa-siswi yang ada di SMPN 14 Mataram.
b. Kepala Sekolah SMPN 14 Mataram
Kepala sekolah memiliki posisi yang paling penting di SMPN
14 Mataram. Terkait dengan tugas dan fungsi serta tanggung jawab
yang dimilikinya, tentu semua informasi tentang sekolah yang di
pimpinnya baik dari jumlah dan karakter siswa-siswi, guru-guru dan
staf-staf yang ada di SMPN 14 mataram diketahui kepala sekolah.
Sehingga peneliti menjadikan kepala sekolah sebagai salah satu
35Nana Syaodih, Metode Penelitian, h. 225
tempat untuk mencari dan mendapatkan informasi yang peneliti
butuhkan dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
c. Waka Kesiswaan
Karena penelitian ini terkait dengan peran guru dalam
menanamkan sikap toleransi beragama tentunya waka kesiswaan
menjadi informen yang tidak bisa terlupakan. Hal ini dikarenakan
waka kesiswaan yang mengetahui tentang siswa yang lebih utuh dan
komprehensif di SMPN 14 Mataram tersebut dibandingkan dengan
waka yang lainnya. Dengan menjadikan waka kesiswaan sebagai
informen maka akan mempermudah peneliti dalam menemukan
informasi terkait peran guru dalam menanamkan sikap toleransi
beragama kepada siswa-siswi di SMPN 14 dan menegtahui kondisi
dan situasi siswa-siswi yang ada di sekolah.
d. Siswa/siwi SMPN 14 Mataram
Siswa juga perlu menjadi sumber penelitian dalam rangka
mendapat data yang lebih valid lagi. Karena siswa akan memberikan
informasi terkait dengan apa dan bagaimana guru mengajar di sekolah
dan bagaimana respon siswa/siswi terhadap mata pelajaran.Dalam hal
ini peniliti mencari informasi bagaimana guru agama PAI
menanamkan sikap toleransi beragama terkait dengan metode dan
strategi yang digunakan.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan inti dari kegiatan
penelitiandalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh
peneliti.Maka untuk maksud tersebut dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode-metode yang lazimnya digunakan dalam penelitian
kulaitatif, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi merupakan “metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian..36 Observasi
bertujuan untuk memperoleh data tentang proses penanaman nilai-
nilai toleransi beragama oleh guru PAI di SMPN 14 Mataram.
b. Wawancara
Metode wawancara atau interview adalah “alat pengumplan
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan”.37Metode
wawancara ini menghendaki komunikasi langsung antara peneliti
dengan subyek atau informen dalam hal ini guru PAI untuk
memperoleh informasi tentang proses penanaman nilai-nilai toleransi
beragama pada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram. Dalam penelitian
ini wawancara dilakukan kepada narasumber yang berkaitan dengan
permasalahan yang di teliti yakni guru PAI, siswa-siswi muslim di
SMPN 14 Mataram.
36Nana Syaodih, Metode Penelitian, h. 255 37Syamsudin AR, Damaniati Vismaia S,Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 239.
c. Dokumentasi
Metode ini diperlukan karena dokumen merupakan sumber
data yang stabil, tidak berubah-ubah, sebagai suatu pengujian dan
tidak sukar diperoleh.38 Sedangkan informasi yang ingin diperoleh
dari metode dokumentasi ini adalah mengenai gambaran umum
tentang penanaman sikap toleransi beragama di SMPN 14 Mataram
baik dari segi proses pembelajaran, interaksi antar siswa-siswi di
sekolah sehingga peneliti mendapatkan data-data yang valid dan bisa
dipertanggung jawabkan.
6. Analisis Data
Dalam tahapan analisa data ini mencakup beberapa hal antara
lain: a). Pengecekkan data, b). Kodifikasi data, c). Tabulasi data, d).
Analisis data, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif maka
analisis yang digunakan untuk menganalisis tentang peran guru PAI
dalam menanamkan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi di
SMPN 14 Mataram adalah data secara induktif.Analisis data secara
induktif ini digunakan karena beberapa alasan.Pertama, proses induktif
lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai terdapat
dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan
peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel.
Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan
38Ibid,h.11
dapat membuat keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu
latar lainnya. Keempaat, analisis induktif lebih dapat menemukan
pengaruh bersama yang memepertajam hubungan-hubungan. Kelima,
analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit
sebagai bagian dari struktur analitik.39
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti menggunakan metode ini
untuk menganalisis hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.Jadi,
dengan analisis induktif ini peneliti memulai mengolah fakta-fakta
empiris yang ditemukan di SMPN Mataram, kemudian di cocokkan
dengan landasan teori yang ada.
7. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang
diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam
kenyataan dilokasi penelitian.
Untuk meningkatkan kredibilitas data, ada beberapa langkah yang
digunakan antara lain:
a. Perpanjangan keikutsertaan
b. Ketekunan pengamatan
c. Triangulasi
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
e. Kecukupan referensi40
39Ibid,. h. 10. 40Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitataif(Jakarta: Gaung Persada, 2009), h. 178.
Dari kelima langkah tersebut, peneliti hanya menggunakan dua
cara yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:
1). Kecukupan Referensi
Referensi yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan
sebagai bahan pemeriksaan kebenaran data dan informasi, referensi
yang dipakai seperti catatan di lapangan, buku atau arsif penting yang
ada kaitannya dengan penelitian yang mendukung referensi yang ada,
maka peneliti merasa cukup untuk menyusun skripsi atau laporan
penelitian yang dilakukan dan dibuat. Adapun cara yang di dalam
berkecukupan referensi ini yaitu dengan cara meminjam buku di
perpustakaan atau membeli sesuai dengan kebutuhan.41
2). Triangulasi
Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan
terhadap data”.42Berdasarkan pendapat diatas, teknik pemeriksaan
keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber
dan triangulasi metode.Sedangkan menurut Patton dalam Moleong
mengatakan bahwa “Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif”.43
41Lexi J. Moleong, Metodologi penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.176 42Ibid,,h,177. 43Ibid., h. 178.
Triangulasi sumber berarti melakukan pengecekan data yang
melibatkan semua sumber daya yaitu guru PAI, kepala sekolah, waka
kesiswaan dan sisiwa-siswi. Sedangkan triangulasi metode berarti
melakukan pengecekan data dengan cara membandingkan data-data
yang diperoleh melalui metode observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Yang kesemuanya peneliti gunakan sebagaimana telah
diuraikan pada metode pengumpulan data diatas.Pemeriksaan dengan
triangulasi sumber dan triangulasi metode digunakan oleh peneliti
dengan tujuan untuk mengecek kembali derajat keprcayaan suatu
informasi yang diperoleh dari lapangan melalui waktu dan alat yang
berbeda.
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah.
SMPN 14 Mataram adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama
yang berada dijalan Brawijaya No. 23 bertempat di sekitar Kecamatan
cakra negara, Kelurahan cakra negara selatan, Kota Mataram yang berdiri di
tengah-tengah pemukiman masyarakat. Sekolahan ini berdiri pada tahun
1993 dan mulai dioperasikan pada tahun 1993 dengan luas tanah 9.733 m²
dan luas keseluruhan bangunan 2.286,25 m².44Berdirinya lembaga
pendidikan di tengah-tengah masyarakat yang ada di kelurahan cakra negara
selatan ini karena dilatar-belakangi oleh kebutuhan masyarakat sekitar
terhadap ilmu pengetahuan bagi anak-anak mereka dan cucu-cucu mereka
kelak.
Adapun lahan yang digunakan tempat untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan sekolah menegah pertama di kelurahan cakra negara
selatan tersebut adalah milik pemerintah yang bersetatus Hak Pakal, namun
karena antusias warga akan pentingnya pendidikan maka pemerintah
memberikan lahan terebut untuk dikelola menjadi tempat dibangunya
pendidikan buat anak-anak bangsa.
44Profil Sekolah,Dokumentasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016.
2. Letak geografis SMPN 14 Mataram
Adapun batas wilayah SMPN 14 Mataram ini berlokasi di
kelurahan cakra negara selatan kecamatan cakra negara yang memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah Selatan : Jalan raya
c. Sebelah Timur : Pertokoan
d. Sebelah Barat : Perumahan penduduk
Melihat kondisi SMPN 14 Mataram merupakan tempat yang
strategis untuk menjalankan dan mengembangkan program belajar mengajar
karena jauh dari keramaian dan kebisingan kota sehingga akan lebih
berkosentrasi dalam menjalankan proses kegiatan belajar mengajar.45
3. Keadaan siswa-siswi SMPN 14 Mataram.
Di dalam dunia pendidikan selain guru yang berperan dalam proses
belajar mengajar, siswa juga menduduki peranan yang sangat penting.
Karena siswa menjadi barometer berhasil tidaknya proses pembelajaran.
Oleh karena itu peran siswa mutlak diperlukan dalam proses belajar
mengajar.
Adapun jumlah siswa-siswi SMPN 14 Mataram Tahun pelajaran
2015/2016 terlihat pada table berikut.
45Observasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016.
Tebel 1.1
Keadaan Siswa-Siswi SMPN 14 Mataram
Tahun pelajaran 2015/201646
No Kelas Siswa-siswi Jumlah
1 VII 203 org
2 VIII 209 org
3 IX 206 org
Jumlah 618
Adapun jumlah siswa-siswi yang beragama Islam sebanyak 390
siswa-siswi, agama Hindu 214 siswa-siswi, agama Kristen 12 siswa-siswi,
Budha 2 siswa-siswi. Sehingga jumlah keselurahan siswa-siswi dari kelas
VII sampai dengan kelas XI adalah 618. Jika diklasifikasikan dari kelas VII
sampai kelas XI siswa-siswi yang beragama Islam, Hindu, Kristen dan
Budha maka siswa-siswi yang beragama Islam kelas VII 122 siswa-siswi,
agama Hindu 77 siswa-siswi, agama Kristen 4 siswa-siswi dan agama
budhatidak ada, sedangkan untuk kelas VIII agama Islam 132 siswa-siswi,
agama Hindu 72, agama Kristen 4 siswa-siswi dan agama Budha 1 siswa,
selanjutnya di kelas XI agama Islam 136 siswa-siswi, agama Hindu 65
siswa-siswi, agama Kristen 4 siswa-siswi dan agaa Budha 1 siswa.
46Profil Sekolah,Dokumentasi, SMPN 14 Mataram, 11Februari 2016.
4. Keadaan guru dan pegawai SMPN 14 Mataram.
Dalam suatu lembaga pendidikan diperlukan tenaga pengajar dan
pegawai yang menopang suksesnya proses belajar mengajar yang akan
berlangsung.
Guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalam proses
belajar mengajar, guru berkewajiban memberikan materi pembelajaran,
membimbing serta mengarahkan siswa-siswi kearah tujuan yang telah
digariskan oleh negara dan agama. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan
dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai guru
pendidikan umum maupun guru pendidikan Agama. Oleh karena itu
kapasitas dan kapabilitas seorang guru tidak bisa diabaikan dalam
kelangsungan proses pendidikan. Adapun keadaan guru dan pegawai di
SMPN 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Keadaan Guru dan Pegawai di SMPN 14 Mataram
Tahun Pelajaran 20165201647
47Data Guru SMPN 14 Mataram 2015/2016,Dokumentasi,SMPN 14 Mataram, 11 Februari
2016.
NO
NAMA/NIP L/P
MENG,.MATA.
PLJRN KET
1 H.ABDUL KHALIK,S.Pd.
NIP. 196612311990031131
L
MTK
KEPSEK
2 Hj. SAHROTI, S.Pd
NIP. 195808121981032017
P
PKN
3 Hj. ROSDIANA, S.Pd.
NIP. 196105151986102002
P
SENIBUDAYA
4
Drs. H. SOEDIRO
NIP. 195712311978021031
L
BHS.
INGGRISXD
5 YOSEFINA FAHIK
NIP. 195903231984032011
P
BHS. INGGRIS
6
NINENGAHMURDANI,S.Pd.
NIP. 195812311984032088
P
BHS.
INDONESIA
7 SUNGKAWATIMUJIRAHAYU
NIP. 196101031983022003
P
MTK
8 NYOMAN SUKERTI,S.Pd.
NIP. 196303121984112002
P
IPA TERPADU
9 ROHANA, S.Pd.
NIP. 196110171989032005
P
BP/BK
10 NURAINI, S.Pd.
NIP. 196312071984122007
P
MTK
11
SAHRI PHATINI, A.Md.
NIP. 196312311984122069
P
BHS
INDOONESIA
12 I MADE DAWINA, S.Pd.
NIP. 196503051990031018
L
MTK
13 ARBAIYAH, S.Pd.
NIP. 196601291987022002
P
IPS TERPADU
14 SUGIMAN, S.Pd. M.Pd
NIP. 196509121990021001
L
IPA TERPADU
PENG. LAB IPA
15 Drs. H. ABDUL HANAN
NIP. 196511071992031012
L
BP/BK
WAKASEK
16 Dra. HURAIYAH
NIP. 196607031993032007
P
BHS. INGGRIS
KEP. PERPUS
17 ROHANI, S.Pd.
NIP. 196505021993032008
P
BP/BK
KOR. BK
18 SITI AKMALUNNISA, S.Pd.
NIP. 196812311993032082
P
IPS TERPADU
19 LUH SRI NARASINTAWATI, S.Pd.
NIP. 197101301995122001
P
BHS. INGGRIS
20 WIDIE WIDAYANTI, SE
NIP. 197508032005012014
P
IPS TERPADU
PEMBINA OSIS
21 HUDIATI, SP.
NIP. 197012312006042097
P
IPS TERPADU
22 SRI AGUSTINI, S.Pd.
NIP. 196908172007012042
P
BP/BK
URS. KSISWAAN
23 BADRI, S.Pd.
NIP.19741231 200701 1 140
L
PKN
KOR. EKSTRA
2 24 SURYATI TRISNA DEWI,S.Pd.
NIP. 197608302007012 014
P
IPA TERPADU
HUMAS
25 SAEPUDIN, S.Pd.
NIP. 196912312006041 146
L
PENJASKES
PENG. LAB BIO
26 SYAMSUDIN, S.Pd
NIP.19701010 200701 1 042
L
PENJASKES
27 TOHIRIN, M.Pd.
NIP. 19751220 200701 1 017
L
IPS TERPADU
28 RIDHA YOHAENI, S.Si. M.Si
NIP. 19740511 200701 2 015
P
IPS TERPADU
URS.KURIKULUM
29
FATURAHMAN ZAKARIA, S.Ag.
NIP. 19801023 200701 1 008
L
PAI,
MLK. BHS
SASAK
30 SRI ALIYAH, S.Pd.
NIP.119770707 200501 2 018
P
BHS INGGRIS
31
MURIDUN, S.Ag.
NIP.19691231 201212 1 008
L
PAI,
MLK. BHS
SASAK
32
ABDI NUSANTARA, SE
NIP.19750801 201406 1 001
L
IPS
TEK.INF,KOM
PENG. SARAA
PRASARANA
33
LALU ARTANIS, S.Pdi
NIP.19791231 201406 1 007
L
PAI
TEK.INF,KOM
34
HAMIM, S.Ag.
-
L
PAI,
SENI BUDAYA
PENG. LAB TIK
35
I NYOMAN PARWATA, S.Pd.H
-
L
AGAMA
HINDU
PENG. UKS
36
NI WAYAN PITRIA NINGSIH, S.PdH.
-
P
AGAMA
HINDU
37
EDISON SARUMAHA
-
L
AGAMA
KRISTEN
38 HILDA GAZLIANTI, S.Pd.
-
P
MULOK
39 SRI NURBAYANI, S.Pd
-
P
BHS. INDO
40 AHMAD HAMBALI, S.Pd.
-
L
BHS. INDO
41 RABIATUL ARDANIAH,S.Pd
-
P
MTK
PENG. SANGGAR SENI
42
Nuraini, S.Pd P
BHS.INGGRIS,
TEL.INF,KOM
43 SITI FATIMAH, S.Pd. P MTK
TIK
44 WYN. KUNINGSIH INDRIANI, S.Sos.
NIP. 19681229 199103 2 018
P -
45 NI MADE WIDIASTI,S.Pd.
NIP. 19701227 199401 2 002
-
46 ROHAYATI
NIP. 19680427 199403 2 010
P -
47 MUDDASIR
NIP. 19681231 200012 1 062
-
48 M. A N W A R
NIP.196412311993031180
P - PENG. TU
49 SETYO NUGROHO, S.Si.
NIP. 19790822 201406 1 005
-
50 SRI SURYANI
NIP.19691231 201406 2 014
L -
51 HARYANI
NIP.19700822 201406 2 001
-
52 AHMAD SALHAJI
NIP.19670513 201406 1 002
L -
53 WYN. KUNINGSIH INDRIANI, S.Sos.
NIP. 19681229 199103 2 018
-
54 NI MADE WIDIASTI,S.Pd.
NIP. 19701227 199401 2 002
L -
Guru-guru dan staf-staf di SMPN 14 Mataram juga memiliki latar
belakang yang beraneka ragam, mengingat di SMPN 14 Mataram
mempunyai siswa-siswi yang beraneka ragam, maka dalam proses
menanamkan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi dibutuhkan guru-
guru agama yang memiliki pemahaman tentang toleransi beragama yang
kuat khususnya, sehingga siswa-siswi dapat memahami sikap toleransi
beragama berdasarkan ajaran agama yang dianautnya. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan data dan
jumlah guru-guru, guru agama dan staf-staf yang memiliki latar belakang
agama yang berbeda baik itu yang beragama Islam, Hindu dan Kristen.
Jumlah guru di SMPN 14 Mataram sebanyak 43 orang guru, 19 orang staf,
guru agama berjumlah 8 orang guru, 4 orang guru PAI, 3 orang guru agama
55 ROHAYATI
NIP. 19680427 199403 2 010
-
56 MUDDASIR
NIP. 19681231 200012 1 062
P -
57 M. A N W A R
NIP.196412311993031180
L -
58 SETYO NUGROHO, S.Si.
NIP. 19790822 201406 1 005
P -
59 SRI SURYANI
NIP.19691231 201406 2 014
P -
60 HARYANI
NIP.19700822 201406 2 001
L -
61 IMAM SYAIQONI -
62 EKA ENDANG PUJI WARTINI
L -
Hindu dan 1 orang guru agama Kristen 1 dan guru agama Budha tidak ada,
guru-guru yang beragama Islam sebanyak 34 orang guru, 6 orang guru
Hindu, 2 orang guru Kristen dan guru yang beragama Budha tidak ada.
Sedangkan jumlah staf sebanyak 17 orang staf agama Islam, 2 orang staf
agama Hindu.Sehingga jumlah guru dan satf di SMPN 14 Mataram
berjumlah 62 orang guru dan staf.48
5. Keadaan sarana prasarana
Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran, maka sarana dan
prasaran merupakan komponen untuk keefektipan suatu pembelajaran,
sebab tanpa suatu sarana dan prasarana yang menunjang proses
pembelajaran maka tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan
dengan lancar dan efisien sengaiamana mestinya. Untuk lebih jelasnya
mengenai sarana dan prasarana SMPN 14 Mataram dilihat pada tebel
berikut:
Tabel 1.3
Data Tentang Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 14 Mataram
Tahun Pelajaran 2015/201649
Ruang Jml
Ruang
Luas
(M2)
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Ket.
1. R. Belajar 23 1.260 19
Rg
4 Rg
48Profil Sekolah,Dokumentasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016. 49Profil Sekolah, Dokumentasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016.
2. R. Kepsek 1 28,50 1 Rg -
3. R. Tata Usaha 1 54,375
1 Rg - -
4. R. Guru 1 126 1 Rg - -
5. R. Lab. IPA 2 300 1 Rg - 1
6.R.Perpustakaan 1 90 1 Rg - -
7. R. BP/BK - - - - -
8. Mushola/Imtaq 1 126 1 Rg - -
16. pura/Imtaq 1 126 1 Rg - -
10. R. Media 1 60 1 Rg - -
11. R. UKS 1 27 1 Rg - -
12.WCGuru/Pega
wai
2 10.50 1 Rg - -
13. WC Kepsek 1 6 1 Rg - -
14. WC Siswa 8 40 6 Rg 2 Rg -
15. Lab. TIK - - - - -
9.R.Keterampilan 1 105 1 Rg - -
Melihat keadaan sarana dan prasarana yang ada di SMPN 14
Mataram maka bisa dikatakan bahwa sarana dan prasarana penunjang proses
belajara mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan dalam mata
pelajaran umum atau pelajaran agama cukup memadai dan masih layak
untuk digunakan sebagai penunjang proses kegiatan belajar mengajar,
terlebih-lebih bagi semua guru Agama dan lebih khususnya lagi bagi guru
Pendidikan agama islam dalam proses menanamkan sikap toleransi
beragama kepada siswa siswi yang beragama islam di SMPN 14 Mataram.
Dalam proses pembelajaran di luar kelas terlebih-lebih dalam proses
menanamkan sikap toleransi beragama, pihak sekolah telah memfasilitasi
sarana dan prasarana yang lain bagi semua guru agama untuk seluruh
sisiwa-siswi di SMPN 14 Mataram, mengingat siswa-siswidisekolah
tersebut menganut agama yang beragam, maka bagi siswa-siswi yang
beragama Islam di tempatkan di mushollah dan dibimbing oleh guru
Pendidikan Agama Islam, Pura untuk yang beragam Hindu yang dibimbing
oleh guru Agama Hindu, perpustakaan dan kelas untuk siswa-siswi yang
beragama Kristen yang dibimbing oleh guru Agma Kristen dan sesekali oleh
pegawai yang seagama dan khusus bagi siswa-siswi yang beragama Budha
diberikan pelajaran agama di behira yang telah disediakan oleh sekolah dan
diajarkan langsung oleh biarawan, sehingga proses belajar mengajar baik
pelajaran umum maupun agama dapat berjalan dengan lancar dan kondusif
tanpa ada hambatan.50
6. Keadaan Struktur Organisasi SMPN 14 Mataram
Sebagai sebuah lembaga pendidikan formal, struktur organisasi
haruslah ada, sebgai gambaran terorganisasi pembagian tugas-tugas dalam
suatu lembaga.Hal ini penting untuk efektifitas dan efesiensi dalam bekerja
pada sebuah lembaga tersebut. Adapun struktur organisasi SMPN 14
Mataram terlihat dari sekema berikut :
50Observasi, SMPN 14 Mataram , 11 Februari 2016.
KEPALA TU
KEPALA T
________: Garis Komando
--------------- : Hubungan kerjasama51
51Foto Struktur Sekolah SMPN 14 Mataram, Dekumentasi, SMPN 14 Mataram, 11
Februari 2016.
KEPALA SEKOLAH
H.ABDUL KHALIK, S.Pd
WAKIL KEPALA
.Drs. H. ABDUL HANAN
KEPALA TU
WYN.KUNINGSIHINDRIANI, S.Sos.
PKM Humas
SURYATI TRISNA, S.Pd
PKM Kurikulum
TOHIRIN, M.Pd.
PKM sarana prasarana
MURIDUN, S.Ag.
PKM Kesiswaan
SRIAGUSTINI, S.Pd.
WALI KELAS GURU-GURU GURU PIKET
SISWA
B. Kondisi Pluralitas Beragama di SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016.
Keagamaan siswa-siswi SMPN 14 Mataram berasal dari latar
belakang yang berbeda. Mereka memiliki latar belakang agama, suku,
budaya dan bahasa yang berbeda-beda pula. Dari hasil wawancara peneliti
dengan Abdul Khalik selaku kepala sekolah di SMPN 14 Mataram
mengatakan bahwa:
“Ada empat agama yang dianutoleh siswa-siswi kami yang ada di SMPN 14 Mataram yaitu agama Islam, Kristen, Budha dan juga Hindu. Namun dengan adanya perbedaan agama tersebut mereka saling bekerja sama, saling menghargai, dan mengerti satu sama lain. Sehingga kerukunan antarumat beragama di SMPN 14 Mataram terjalin sangat baik”.52
Dari hasil wawancara peneiliti dengan kepala sekolah diatas dapat
peneliti katakan bahwa memang SMPN 14 Mataram memiliki siswa-siswi
dan guru-guru yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda,
terlihat dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SMPN 14
Mataram dengan data-data jumlah siswa-siswi dari kelas VII sampai XI
yang mempunyai latar belakang agama yang berbeda-beda sebagai berikut:
Tabel 1.4
Data Siswa-Siswi Kelas VII, VIII, XI SMPN 14 Mataram
TP. 2015/2016.53
Kelas Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah VII Islam 73 49 122
Hindu 39 38 77
52Abdul Kahlik (Kepsek), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016. 53Data Siswa-Siswi SMPN 14 Mataram, Dokumnentasi, SMPN 14 Mataram 11 Februari
2016.
Kristen 1 3 4 Buda 0 0 0
JUMLAH 133 90 203 VIII Islam 79 53 132 Hindu 36 36 72 Kristen 1 3 4 Budha 1 0 1 JUMLAH 117 92 209
IX Islam 88 49 137 Hindu 29 36 65 Kristen 2 2 4 Budha 1 0 1 JUMLAH 120 86 206
Jml Keseluruhan 618
Dari semua data siswa-siswi yang telah peniliti dapatkan dengan
jumlah keseluruhan siswa-siswi sebanyak 618 di atas dapat mengambarkan
bahwa keadaan seluruh siswa-siswi di masing-masing kelas dari kelas VII
hingga kelas XI di SMPN 14 Mataram terbilang cukup beragam dari segi
agama. Dengan perincian dari kelas VII jumlah siswa-siswi yang beragama
islam sebanyak 73 laki dan 49 perempuan, siswa-siswi yang beragama
Hindu sebanyak 39 laki 38 perempuan kemudian siswa-siswi agama Kristen
sebanyak 1 laki 3 perempuan dan siswa-siswi yang beragama Budha tidak
ada, selanjutnya perincian di kelas VIII siswa-siswi yang beragama islam
sebanyak 79 laki-laki 53 perempuan, siswa-siswi yang beragama Hindu
sebanyak 36 laki-laki 36 perempuan kemudian siswa-siswi yang beragama
kristen sebanyak 1 laki-laki 3 perempuan dan siswa-siswi yang beragama
Budha sebanyak 1 laki-laki, selanjutnya perincian di kelas XI jumlah siswa-
siswi yang beragama islam sebanyak 88 laki-laki 48 perempuan, siswa-siswi
yang beragama Hindu sebanyak 29 laki-laki 36 perempuan kemudian siswa-
siswi yang beragama Kristen 2 laki-laki 2 perempuan dan untuk agama
Budha 1 laki-laki. Dari paparan data tersebut dapat peneliti katakan bahwa
proses interaksi antar siswa-siswi di SMPN 14 Mataram terjalin dengan
baik, karna hampir dari semua kelas yaitu dari VII hingga kelas XI terdapat
siswa-siswi yang menganut agama yang berbeda-beda. Hal inilah yang
nantinya akan memupukkan rasa toleran dan mengokohkan persatuan dan
kesatuan antar umat beragama yakni siswa-siswi SMPN 14 Matarm.
Untuk memperkuat data yang peneliti dapatkan, peneliti
melakakukan wawancara kepada beberapa siswa-siswi salah satunya siswa
di kelas XI B yakni I. Made Gusti salah satu siswa agama Hindu
mengatakan:
“Di kelas saya ada beberapa teman-teman yang berasal dari agama yang berbeda ada yang beragama Islam, Kristen dan Budha. Tapi saat mengikuti proses pembelajaran dikelas atau diluar kelas dalam kegiatan sekolah kami belajar dengan baik, begitu juga saat diluar kelas kami bermain bersama, makan bersama di kantin dan sesekali juga kami pulang bersama tanpa mempermasalahkan agama apa yang kami anut dan yakini”.54
April Mahesa siswi agama Kristen kelas VIII juga mengatakan:
“Dikelas saya siswa yang beragama Kristen hanya 4 orang 1 laki-laki dan 3 perempuan termasuk saya dan sisanya teman-teman yang beragama Budha, Islam dan Hindu. Walaupun kami hanya berempat disini tapi kami tidak pernah menemukan teman-teman yang dikelas maupun dikelas yang lain tidak mau berteman dengan kami, melainkan kami berinteraksi dengan baik dan tidak pernah saling mengganggu satu sama lain”.55
54I.Made Gusti (Siswa Agama Hindu Kelas XI B), Wawancara ̧ SMPN 14 Mataram, 14
Februari 2016. 55Aprilia Mahesa (Siswi Agama Kristen Kelas VIII), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 14
Februari 2016.
Keberagaman agama dan sikap toleran sisawa-siswi di SMPN 14
Mataram terbilang cukup berjalan dengan lancar dan kondusif, terlihat
dengan keadaan siswa-siswi dalam bersosial di kawasan sekolah sangat
baik, dimana siswa-siswi bergaul dengan sesama siswa-siswi yang ada tanpa
mengenal dan mempertanyakan tentang agama apa yang dianut dan diimani
oleh siswa-siswi yang lain,salah satunya terlihat dalam inetraksi siswa-siswi
setiap hari baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.56Dalam
menanamkan dan melestariakn sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi
di SMPN 14 Mataram, pihak sekolah memiliki cara-cara tersendiri dengan
mengadakan berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan keagamaan dan
sosial baik itu kegiatan mingguan dan bulanan.
Salah satu kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh pihak sekolah
adalah kegiatan Imtaq pada setiap hari jumat bagi seluruh siswa-siswi, Isra’
Walmi’raj, zakat fitrah dalam setiap tahunnyadan maulid Nabi bagi siswa-
siswi yang beragama Islam, dan acara-acara keagamaan siswa-siswi yang
Non-muslim yang tetap dibimbing oleh guru agama masing.
Seperti yang diungkapkan oleh faturrahman:
“Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah kami usahkan untuk diselenggarakan secara merata seperti Imtaq dan acara keagamaan lainya. Imtaq adalah salah satu cara kami disekolah dalam hal menanamkan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram yang dimulai pukul 07:15 Wita. Dimana setiap siswa-siswi menerima ajaran agamanya di tempat yang telah disediakan sekolah dan dipimpin oleh guru agama masing-masing. Saya sebagai guru Pendidkan Agama Islam menyampaikan kepada siswa-siswi yang beragama Islam tentang ajaran agama islam yang
56Observasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016.
saya sesuaikan dengan keadaan di sekolah, diantaranya bagaiman berhubungan sesama manusia, bergaul walaupun berbeda agama, namun sebelum kami menyampaikan hal tersebut kami awali dengan sama-sama membaca surat yasin yang dipimpin oleh siswa yang sudah kami tunjuk untuk memimpin. sehingga kami selaku guru Pendidikan Agama Islam disini mengharapkan dengan cara itu akan tumbuh rasa toleran dan solidaritas sesama siswa-siswi yang berlainan agama”.57
Kegiatan-kegiatan kegamaan di SMPN 14 Mataram memang
diselenggarakan secara merata oleh semua umat beragama di sekolah
tersebut khususnya pada kegiatan Imtaq, dimana para siswa-siswi yang
beragama Islam, Hindu, Kristen dan Budha secara serentak
melaksanakannya pada hari yang sama pula yaitu pada hari Jumat dan
dibimbing oleh guru agama masing-masing sehingga kemudian
penyampaiian yang diterima berdasarkan ajaran agama masing-masing.
Senada dengan apa yang di ungkapkan Ni Wayan Fitrianingsih salah
satu guru agama Hindu di SMPN 14 Mataram.
“Dalam acara sembah yang yaitu Imtaq bagi siswa-siswi kami yang beragama Hindu pada hari jumat yang dimulai pada pukul 07:15. Kami selalu menyelipkan pesan-pesan moral keagamaan kepada siswa-siswi agar selalu hidup rukun dan saling menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda di lingkungan sekolah maupun di luar lingakungan sekolah. Mengingat di SMPN 14 Mataram siswa-siswi tidak hanya beragama Hindu melainkan semua agama baik islam, kristen dan budha maka hal inilah yang mungkin akan meneyebabkan perpecahan dianatara siswa-siswi. Oleh karna itu dengan kami selalu menyampaikan intisari ajaran kami di atas, setidak dapat menimbulkan kesadaran sesama siswa-siswi untuk saling menghormati dengan sesama penganut agama yang berbeda sehingga nantinya akan terciptanya suasana keagamaan dan solidaritas di antara siswa-siswi yang berlainan agama.”58
57Faturrahman, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 12 Februari 2016. 58I.Made Sulastri (Guru Agama Hindu), Wawancara, SMPN 14Mataram, 13 Februari 2016.
Yosefina Fahik salah satu guru agama kristen juga mengatakan.
“Sama halnya dengan siswa-siswi yang beragama lain, kami selaku guru agama rohani kristen juga disini selalu meyampaikan kepada siswa-siwi kami yang beragama kristen tentang ajaran rohani kisten yang intinya selalu kami kembalikan untuk bagaiman agar siswa-siswi selalu berhubungan baik sesama siswa walaupun berlainan agama agar tetap dalam keadaan rukun dan damai”.59
Kegiatan-kegiatan keagamaan di SMPN 14 Mataram memang
diupayakan agar untuk selalu maksimal baik dari penyampain guru agama,
siswa-siswi yang hadir dan mendengarkan serta pengamanan dan
pengawasan oleh pihak sekolah. Untuk menjaga kestabilan saat
berlangsungnya acara kegamaan baik itu Imtaq maupun acara keagamaan
yang lain di sekolah, pihak SMPN 14 Mataram mengintruksikan kepada
seluruh elemen sekolah untuk ikut andil dalam menjaga dan mengawasi
saat berlangsungnya acara dalam hal ini guru-guru, staf sekolah dan satpam
agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa diantisipasi dengan baik dan sesuai
dengan yang diinginkan.
Seperti yang diungkapkan oleh Awan salah satu satpam SMPN 14 Mataram :
“Disetiap kegiatan sekolah baik itu Imtaq pada hari jumat dan hari besar lainnya, kami di suruh untuk menjaga dan mengawasi jika nantinya terjadi permasalahan yang tidak diinginkan, bekerja sama dengan para guru dan staf sehingga acara berlangsung dengan aman dan lancar.”60
59Yosefina Fahik (Guru Agama Kristen), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 13 Februari
2016. 60Awan (Satpam SMPN 14 Mataram), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 13 Februari 2016.
Siswa-siswi di SMPN 14 Mataram memang kebanyakan besar
berasal dari agama Islam dan agama Hindu, namun hal-hal yang berbau
tentang sifat saling memarjinalkan sesama siswa-siswi atas nama agama,
budaya dan suku di SMPN 14 Mataram tidak pernah terjadi, misalnya
siswa-siswi yang beragama Islam tidak pernah bermain atau bergaul dan
berinteraksi dengan siswa-siswi yang beragama Kristen dan Budha ataupun
sebaliknya. Walaupun Agama Kristen dan Budha dalam hal ini adalah
agama minoritas, dimana siswa-siswi yang menganut kedua agama ini
hanya beberapa dari jumlah siswa-siswi yang beragama Islam dan Hindu di
SMPN 14 Mataram, namun hal itu tidak membuat proses interaksi sosial
antara siswa-siswi terhalangi dan terpecah belah. Dari dari hasil observasi
peneliti tentang pluralitas agama dan toleransi beragama siswa-siswi SMPN
14 Mataram, peneliti melihat semua berjalan dengan lancar dan kondusif
dimana siswa-siswi tetap belajar dan bermain bersama-sama di lingkungan
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.61 Seperti yang diungkapkan
oleh Nengah salah satu siswa agama Hindu kelas VIII:
“Di sekolah, kami ini tidak pernah membeda-bedakan teman kami itu beragama Islam atau Kristen ataupun Budha saat bermain atau belajar di dalam kelas, kami tetap akrab, berkerjasam dan tidak pernah saling mngejek satu sama lain begitu juga dengan teman-teman yang beragama lain seperti agama islam Kristen dan Budha malahan saya sering mengajak mereka untuk berkumpul mengerjakan PR atau bermain di rumah saya sendiri dan terkadang bersama-sama mengerjakan PR dan bermain”.62
61Observasi, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016. 62Nengah(Siswa Kelas VIII Agama Hindu), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 14 Februari
2016.
Anto Wardana salah satu siswa agama budha kelas IX juga menambahkan:
“Saya disini walaupun beragama Budah tetap mendapatkan perlakuan yang baik oleh teman-teman yang lain dan tetap menjalin pertemanan dengan teman-teman yang beragam Hindu, Kristen dan Islam di sekolh maupun di rumah. Kami sering diberikan nasehat saat dikelas maupun dalam upacara bendera oleh pak kepala sekolah untuk saling menjaga satu sama lain walaupun kita mempunyai perbedaan agama tapi tidak untuk dijakan sebagai alasan untuk berkelahi sesama siswa”.63
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa diatas jelas
mengambarkan tingkah laku atau interaksi para siswa-siswa di SMPN 14
Mataram yang menggambarkan tentang kondusifitas keberagamaan dan
sikap toleran yang tidak saling membedakan agama dan budaya yang dianut
oleh sesama siswa-siswi, sehingga kemudian hal inilah yang yang menjadi
tugas pihak sekolah agar terus menanamkan sikap toleransi kepada siswa-
siswi di SMPN 14 Mataram agar tidak saling membedakan agama apa yang
dianut oleh para siswa-siswi yang lain agar keberagaman yang ada bukan
menjadi alasan untuk berpecah belah melainkan sebagai proses untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan antara guru, siswa-siswi dengan tidak
membedakan suku dan agama. Sebagaimna yang telah di ungkapkan oleh
Faturrahman selaku guru PAI di SMPN 14 Mataram:
“Yang perlu disadari bahwa diantara sesama umat pada dasarnya mempunyai kondisi saling bergantung sehingga tidak bisa hidup sendiri dan menyendiri. Misalnya seperti yang kami lakukan bersama para siswa-siswi kami disini ketika ada siswa-siswi yang beragama muslim ataupun non muslim mengalami musibah maka siswa-siswi lain dibawah bimbingan kami dan guru yanglain mengunjungi untuk
63Anto Wardana (Siswa Kelas IX Agama Budha), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 14
Februari 2016.
memberikan perhatian dan dukungan moral maupun material tanpa membedakan agama yang dianautnya”.64
Terkait dengan adanya keberagaman agama di SMPN 14 Mataram
yang tidak jarang memunculkan perbedaan yang sering dijumpai adanya
perbedaan selalu dipandang sebagai suatu masalah dan mengandung
potensi terjadinya konflik, karena dengan adanya perbedaan akibat
keberagaman yang ada akan senantiasa dimasuki ideologi dan
kepentingan. Oleh karena itu Sekolah merupakan lingkungan formal
pertama bagi seorang anak dalam hal ini di SMPN 14 Mataram. pihak
sekolah memainkan peran penting dalam proses sosialisasi termasuk
dalam mengatasi berbagai permasalahan akibat adanya keberagaman.
Dari situlah sekolah dapatmemunculkan dan menerapkan nilai-nilai
pluralisme, nilai-nilai pluralisme itu sendiri dapat diperoleh dari
keluarga, guru di sekolah, dan masyarakat. Dimana nilai keberagaman itu
sendiri merupakan kaidah yang harus dijunjung tinggi di antara sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang mau menerima kondisi yang
beragam sebagai sesuatu yang wajar.
Senada dengan hal tersebut, hakikat toleransi pada intinya adalah
usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan
luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antaragama.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam hal ini peran SMPN 14 Mataram
sebagai lembaga pendidikan formal sangat penting dalam membangun
64Faturrahman, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 12 Februari 2016.
lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk
agama khususnya siswa-siswi.
Dengan adanya penanaman nilai-nilai toleransi beragama di SMPN
14 Mataram diharapkan agar siswa-siswi mampu bersosialisasi
dimasyarakat dengan baik, dengan tidak membedakan agama atau
pemahaman agama orang lain untuk terealisasinya tujuan mulia yaitu
perdamaian dan persaudaraan abadi di antara umat beragama yang pada
realitasnya memang memiliki agama, kebudayaan yang berbeda.
C. Bentuk Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi
Beragama di SMPN 14 Maratam TP. 2015/2016.
Salah satu tujuan SMPN 14 Mataram secara umun adalah
meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan sebagai insan yang
beriman, bertawa, disiplin, bertata krama yang mulia, toleran kepada siswa-
siswi pemeluk agama yang berbeda dalam kehidupan sosial di sekolah.
Tujuan SMPN 14 Mataram di atas Senada dengan apa yang dipaparkan oleh
Abdul Khaliktentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam tugasnya
menanamkan sikap toleransi beragama pada siswa-siswi di SMPN 14
Mataram yaitu:
1. Guru Sebagai Pembentuk Nilai Toleransi Beragama. Dalam membentuk nilai toleransi beragama, guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 14 Mataram memberikan nilai-nilai keagamaan kepada siswa-siswi agar bagaimana selalu bergaul dengan baik disekolah maupun dalam kehidupan bermasyrakat tanpa membedakan suku agama yang diyakini oleh orang lain. Nilai-nilai keagamaan yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah nilai budi pekerti, jujur, adil dan
bersikap ramah kepada sesama walaupun jika disadari ada perbedaan yang sangat esensial maka itu bukan berarti dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan sebuah konflik, khususnya konflik atas nama keyakinan atau agama namun bagaimana perbedaan dijadikan sebagai ajang untuk menyambung tali silaturrahim dan rasa persaudaraan antar sesama umat beragama yang berbeda.65
2. Guru Sebagai Pembina Nilai Toleransi Beragama.
Selain memberikan pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan lainnya, kami mengintruksikan kepada guru Pendidikan Agama Islam agar menyaimpaikan seperti halnya yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan Tuhan, sehingga guru Pendidkan Agama Islam di SMPN 14 Mataram harus selalu membina dan menekankan siswa-siswi untuk menghormati sesama pemeluk agama dan sesama pemeluk agama yang berbeda serta menghormati keyakinan apa yang dianautnya.66
3. Guru Sebagai Pelestari Nilai Toleransi Beragama Dalam melestarikan nilai-nilai toleransi beragama di SMPN 14 Mataram, guru juga harus memberikan contoh yang nyata sepertin halnya ketika guru agama yang lain mengadakan kegiatan keagamaan, guru Pendidikan Agama Islam bersam-sama denga guru agama yang lain ikut serta dan turut memberikan selamat atau dengan menghadiri undangan dan turut mengundang jika siswa-siswi yang beragamna islam mengadakan acara keagamaan yang nanti tidak melanggar kaidah ajaran masing masing agama.67
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di atas
menggambarkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 14
Mataram mempunyai peran yang paling vital dalam hal menanamkan sikap
toleransi beragama kepada siswa-siswi yang beragama islam dibandingkan
dengan guru-guru yang lain, sebab dengan kapasitasnya sebagai guru
65Abdul Khalik, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016. 66Abdul Khalik, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 11 Februari 2016. 67Abdul Khalik, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 16 Februari 2016.
Pendidikan Agama Islam, harus memiliki pengetahuan dan kepekaan
terhadap situasi dan kondisi dimana tempat iya mengajar dan harus pandai
memerankan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam, agar siswa-
siswi yang berada dibawah komandonya bisa menjadikannya sebagai
panutan sehingga kemudian siswa-siswi mampu memahami dan
mengamalkan apa yang telah diterima dan mengaplikasikannya dalam
kehiduapn sehari-hari.
Muridun selaku guru PAI di SMPN 14 Mataram juga menambahkan,
ada dua bentuk yang kami lakukan sebagai guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi di SMPN
14 Mataram yaitu:
1) Memberikan Pemahaman Agama Tentang Toleransi Beragama
“Selain memberikan pemahaman tentang materi-materi agama kepada siswa-siswi di SMPN 14 Mataram, kami selalu menekankan bagi siswa-siswi agar selalu menghormati pemeluk agama yang lain serta menghormati keyakinan yang dianutnya dengan tidak hanya kami sampaikan didalam kelas namun juga kami menyampaikan dalam kegiatan keagamaan agenda sekolah di luar kelas seperti Imtaq dan upacara bendera dan agenda keaagamaan lainya”.68
2) Mengadakan Kegiatan Bersama.
“Dalam melaksanakan kegaiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas di SMPN 14 Mataram, kami juga tetap memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa-siswi untuk bergabung. Akan tetapi saat kami menyampaikan ceramah keagamaan kami memberikan penyampaian pemahaman yang sama tentang sikap toleransi beragama dan nilai-nilai keagmaan secara umum. Dalam acara tersebut Guru-guru dan staf yang Non-muslim secara sengaja kami undang juga agar
68Muridun (Guru PAI), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 12Februari 2016.
ikut berpartisipasi dan mengawasi siswa-siswi yang seagamaa seperti mereka dan kepada seluruh siswa-sisiwi secara umum, begitu juga pada saat acara Nyepi, Natal dan acara-acara keagamaan Non-muslim lainnya kami mengintruksikan kepada setiap siswa-siswi yang beragama Islam untuk diwajibkan menghormati dan memberikan kesempatan yang sama untuk merayakannya”.69
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam
di SMPN 14 Mataram di atas, maka itu merupak langkah-langkan dan
usaha pihak sekolah dalam menamkan sikap toleransi beragama kepada
siswa-siswi di SMPN 14 mataram yang bertujuan untuk menciptakan
kondisifitas keberagamaanyang toleran terhadap sesam umat beragama agar
terciptanya rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh dan bersatu yang
tujuannya adalah meminimalisir konflik-konflik atas dasar agama yang pada
dasarnya akan menggugurkan tujuan mulia tersebut.70
Dengan adanya penanaman nilai-nilai toleransi beragama di SMPN
14 Mataram oleh guru Pendidikan Agma Islam, diharapkan agar siswa-
siswi SMPN 14 Mataram mampu bersosialisasi dengan sesama siswa-siswi
dan terlebih-lebih dimasyarakat dengan baik, dengan tidak membedakan
agama atau pemahaman beragama orang lain untuk terealisasinya tujuan
mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan.Siswa-siswi tidak hanya mampu
untuk melakukan kerjasama dengan orang-orang yang seagama dengan
mereka, tetapi juga memiliki toleransi yang tinggidengan orang-orang yang
berbeda agama dengan mereka, dan dari sinilahdapat telihat bahwasanya
toleransi antar siswa-siswi yang berlatar belakang agama mewujudkan
69Muridun (Guru PAI), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 12Februari 2016. 70Observasi, SMPN 14 Mataram 11 Februari 2016.
dampak positif bagisemua siswa dan menjadi acuan semua guru untuk
menambah kinerja dalam proses pembelajaran.
Guru pendidikan agama islam di SMPN 14 Mataram dalam hal
menanamkan sikap toleransi beragam kepeada siswa-siswi tidak hanya
bekerjasama dengan guru bidang studi agama saja namun bekerjasama
dengan guru bidang studi umum, dengan memberikan contoh kerjasama
yang baik dengan para guru agama dan guru yang lain diharapkan dapat
menjadi contoh bagi siswa-siswi dan dapat memudahkan guru Pendidikan
Agama Islam dan guru agama yang lainnya dalam proses menanamkan
sikap toleransi kepada seluruh siswa-siswi di SMPN 14 Mataram. Seperti
yang diungkapkan Faturrahaman:
“Dalam proses interaksi siswa-siswi di SMPN 14 Mataram tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat yang berujung kepada konflik, misalnya siswa-siswi melanggar tata tertib, berbicara ucapan yang kotor dan tidak sopan terhadap siswa-siswi dan guru yang tidak seagamanya dengan agama yang diimaninya, maka selanjutunya kami tindak lanjuti bukan saja oleh kami selaku guru Pendidikan Agama Islam dan guru agama yang lain namun juga oleh guru BK dan guru-guru yang lain agar siswi-siswi dapat lebih disiplin, berucap kata yang santun dan terus saling mnghormati satu sama lain walaupun berbeda agama dan yang terpenting adalah tidak lagi melanggar aturan sekolah, tidak berkata kotor kepada sesama siswa-siswi dan tetap saling menghormati satu sama lain”.71
Guru Pendidikan Agama Islam yang ada di SMPN 14 Mataram
harus menjadi suritauladan yang baik bagi para guru dan siswa-sisw, baik
dari konsep dasar dan etos kerjanya,dan juga tidak mendiskriminasikan
siswa (siswa berasal darimana saja dan agama apa saja) di dalam
71Faturrahman,Wawancara, SMPN 14 Mataram, 12Februari 2016.
memberikan bimbingan. Dengan pembiasaan sikap toleransi kepada peserta
didik di lingkungan sekolah khususnya, dapat menjadi modal dasar
terbentuknya siswa-siswi yang demokratis sehingga mewujudkan tatanan
warga sekolah yang rukun, aman, dan penuh dengan rasa toleran yang
tinggi.
Salah satu cara efektip yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam proses menanamkan sikap toleransi beragama di SMPN 14
Mataram selain di dalam kelas adalah saat kegiatan Imtaq pada hari jumat.
Kegiatan Imtaq adalah kegiatan rutinitas yang cukup lama diadakan di
SMPN 14 Mataram, di samping itu nilai-nilai yang terkandung dalam
kegiatan Imtaq merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum
Pendidikan Agama Islam, karna keseluruhan materi yang disampaikan pada
kegiatan Imtaq tersebut diangkat dari materi-materi Pendidikan Agama
Islam.
Senada dengan yang di ungkapkan Muridun selaku guru PAI.
“Dalam pelaksanaan kegiatan Imtaq kami selaku pembina Imtaq sangat berperan besar dalam membentuk kepribadian peserta didik agar berguna bagi nusa dan bangsa. Selanjutnya muridun menambahkan, dalam pelaksanaan kegiatan Imtaq sangat berpengaruh terhadap kerukunan dan toleransi umat beragama, karna materi yang kami sampaikan tidak jauh dari keadaan keberagamaan kami disekolah.”
Dari hasil observasi peneliti di SMPN 14 Mataram, peneliti melihat
kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah seperti Imtaq sangat
cukup kondisif dan berjalan dengan lancar, dimana para guru agama
khususnya guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 14 Mataram
menjalankan tugasnya sesuai dengan semestinya dan dibantu oleh guru-guru
dan para staf sekolah demi terciptanya kerukunan antar umat beragam di
SMPN 14 Mataram. Dalam membina dan meningkatkan toleransi beragama
dikalanagn siswa-siswi SMPN 14 Mataram, guru Pendidikan Agam Islam
memang mempunyai peranan yang amat penting, sebab guru Pendidikan
Agama Islam selalu menanamkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama kepada siswa-siswinya, sehingga dengan hal itu
bisa membentuk prilaku umat islam yang mencerminkan toleransi dan rasa
solidaritas yang kuat terhadap sesama.72
Faturrahman juga menambahakan:
“Dengan adanya pengertian yang mendalam terhadap sesama umat beragama yang berbeda, maka toleransi antar umat beragama akan terlaksan denga baik dan tanpa saling mengganggu satu sama lain”.
Dari pernyatan bapak Faturrahman selaku guru Pendidikan Agama
Islam di SMPN 14 mataram di atas dapat disimpulakan, agar tidak
terjadinya kesalahfahaman anatara para guru-guru dan siswa-siswa maka
masing-masing umat antar agam harus saling meghormati dan tidak saling
memaki ataupun saling menghina. Dengan ditanamkan sikap saling
menghormati maka toleransi antar umat beragama akan berjalan dengan
baik. SMPN 14 Matarm pada khususnya adalah mayoritas beragam Islam,
namun sesuai dengan hasil pengamatan dan observasi peneliti, dapat peneliti
katakan semua berjalan dengan baik dan tidak ada yang saling memusuhi
antar sesama dan tidak pernah saling menghalangi dalam melaksanakan
72Observasi, SMPN 14 Mataram 11 Febrauri 2016.
kegiatan keagamaan, sehingga masalah-masalah sosial dan keagamaan yang
lain yang sampai menyebabkan keributan dan kekacauan lainnya hampir
tidak pernah terjadi, hal ini terbukti dari pengamatan peneliti dalam interaksi
siswa-siswi dan guru-guru di SMPN 14 Matarm dengan di dukung oleh
beberapa hasil wawancara peneliti dengan para guru-guru di SMPN 14
Matarm.73
Bapak Sugiman salah satu guru PKN di SMPN 14 Mataram
mengungkapkan:
“Kondisifitas keberagamaan di SMPN 14 Mataram menurut saya pribadi sangat berjalan dengan baik dimana kerjasama dan sikap tengang rasa yang dimiliki oleh para guru dan siswa-siswi disekolah dapat menjadi ukuran, mislanya saat semua umat beragama di SMPN 14 Mataram yakni para siswa-siswi dan tak terlupakan juga para guru-guru disekolah merayakan hari hari besar keagamaan, baik itu acara keagamaan siswa-siswi agama Islam, Hindu, Kristen dan Budha, salah satunya saat siswa-siswi umat beragama Islam menyelenggaraan kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj siswa-siswi yang beragama lain ikut menghormati dan menghadiri undangan begitu juga dengan agenda-agenda keagamaan umat beragama yang lainnya semua saling menghorti dan saling membantu dan pada saat itu juga kita bisa melihat keberhasilan seorang guru agama khususnya guru Pendidikan Agama Islamdalam menanamkan sikap toleransi beragam pada siswa-siswi.”74
Hal ini juga sesuai dengan diungkapkan Hj. Rosdiana selaku
wakakesiswaan juga mengatakan:
“Kami selaku wakakesiswaan di sekolah ini, selalu berkordinasi dengan semua guru agama khususnya guru Pendidikan Agama Islam agar selalu memberikan pemahaman keagamaan dan sikap toleransi beragama kepada siswa-siswi kami disini karna seperti yang adek ketahui siswa-siswi kami bukan hanya beragama islam saja namun ada siswa-siswi kami yang beragama Hindu, kristen dan budah juga, dan alhamdulillah berkat kerja keras guru pendidikan agama islam
73Observasi, SMPN 14 Mataram 11 Febrauri 2016. 74Sugiman, Wawancara, SMPN 14 Mataram, 13 Februari 2016.
khsusunya yang selalu memberikan pehaman agama kepada siswa-siswi baik itu di dalam kelas dan diluar elas kondisi keberagamaan di sekolah kami berjalan dengan baik”.75
Dari beberapa paparan para guru di SMPN 14 Mataram di atas jelas
menggambarkan bahwa usaha yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam cukup epektif dan berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dalam
usaha menanamkan sikap toleransi beragam kepada siswa-siswi di SMPN
14 Mataram. Sehingga dengan adanya usaha guru Pendidikan Agama Islam
tersebut dapat memberikan hasil diaman siswa-siswi dapat mengamalkan
makna yang terkandung dalam sikap toleransi beragama dengan terus
menjalin hubungan antar siswa-siswi walaupun berasal dari latar belakang
agama yang berbeda.
75Hj. Rosdiana (Wakakesiswa), Wawancara, SMPN 14 Mataram, 13 Februari 2016.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi Toleransi Beragama di SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016.
1. Menghargai Perbedaan Agama.
Siswa-siswi SMPN 14 Mataram berasal dari latar belakang yang
berbeda. Mereka memiliki latar belakang agama yang berbeda, ada
empat agama yang dianut siswa-siswi SMPN 14 Mataram, yaitu agama
Islam, Hindu, Kristen, dan Budha. Namun demikian dengan adanya
perbedaan agama tersebut mereka saling bekerja sama, saling
menghargai, dan mengerti satu sama lain. Sehingga kerukunan antar
umat beragama di SMPN 14 Mataram terjalin sangat baik.
Salah satu tujuan SMPN 14 Mataram secara umum ialah
menanamkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
menanamkan sikap religius dan toleransi kepada siswa-siswi yang menganut
keyakinan agama yang beragam, mengingat tidak satu agama yang dianut
oleh siswa-siswi di SMPN 14 mataram, maka sekolah memberikan hak
kepada masing-masing pemeluk agama dalam hal mendapatkan
pembelajaran agama dan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan
berdasarkan keyakinan dan tata cara peribadatan masing-masing.
Dengan apa yang menjadi tujuan SMPN 14 Mataram tersebut,
sesuai dengan yang telah dimandatkan dalam UUD 1945 tentang
menghargai kebebasan untuk beragama dengan apa yang diyakini, yakni
negara menjamin dan memberikan hak dan keleluasan bagi setiap pemeluk
agama yang berada di NKRI untuk diberikan kebebasan mengimani,
mengamalkan ajaran dan saling menghargai dengan apa yang diimani oleh
masing-masing pemeluk agama yang ada. Yaitu: 1. Negara berdasarkan
keTuhanan Yang Maha Esa, 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaanya itu”76.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMPN 14 Mataram, bahwa
keberagamaan di SMPN 14 Mataram cukup berjalan dengan lancar dan
menunjukkan kondisifitas yang baik, terlihat dengan kondisi keragaman
agama yang ramah di kawasan sekolah sangat baik pula dengan didukung
oleh interaksi sesama siswa-siswi dan guru dalam bersosial di dalam
lingkungan sekolah yang menggambarkan kesadaran menghormati sesama
pemeluk agama yang berbeda tanpa membedakan agama apa yang dianut
oleh masing-masing pemeluk agama, karna keragaman merupakan hukum
ilahi dan sunnah ilahiyah yang abadi disemua bidang kehidupan,
sehingga keragaman itu sendiri telah menjadi karakteristik utama
makhluk pada level syari’at, dan peradaban, semua bersifat plural.
Untuk mendukung kesadaran dalam menghargai sesama pemeluk
agama yang berbeda, pihak sekolah SMPN 14 Mataram memberikan
pemahaman kepada seluruh siswa-siswi akan pentingnya saling menghargai
dan saling menghormati dalam perbedaan. Terkait dengan adanya
keberagaman yang tidak jarang memunculkan perbedaan tersebut, yang
76UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen 1945 Secara Lengkap (Jakarta:Sinar Grafika, 2002), h. 57.
sering dijumpai adanya perbedaan selalu dipandang sebagai suatu
masalah dan mengandung potensi terjadinya konflik, karena dengan
adanya perbedaan akibat keragaman yang ada akan senantiasa dimasuki
ideologi dan kepentingan. Oleh karena itu sekolah merupakan lingkungan
formal pertama bagi siswi-siswi untuk mendapatkan pemahaman agar
bagaiman saling menghargai dalam perbedaan, disamping itu juga sekolah
memainkan peran yang penting dalam proses sosialisasi termasuk dalam
mengatasi berbagai permasalahan akibat adanya keberagaman. Dari
sinilah SMPN 14 Mataram kiranya mulai memunculkan untuk
menerapankan dan memberikan pemahamn nilai-nilai keragaman kepada
seluruh siswa-siswi.
Menurut Afandi, mengutip pendapat Mukti Ali, kerukunan antar
umat beragama adalah, “bagaimana orang beragama meyakini kebenaran
masing-masing”. Termasuk kebebasan beragama seharusnya mereka
mempunyai prinsif dan komitmen: Lakum Dinukum Wa Liya Din. Ini
kuncinya. Jika tidak demikian, maka akan terjadi ketersinggungan diantara
mereka.77 Terkait dengan hal tersebut, maka saling meghormati dalam
perbedaan di SMPN 14 Mataram, merupakan sebuah kesadaran untuk
menerapkan dan meyampaikan nilai-nilai pluralisme yaitu dengan cara
menyelenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan seperti Imtaq,
Maulid Nabi, Isra’ Wal Mi’raj, Nyep, nyepii dan lain-lainnya.
77Zainuddin, Pluralisme Agama (Malang: UIN Maliki Pers, 2010),h.143.
Kegiatan-kegiatan ini dirancang dengan baik untuk ditindaklanjuti
dengan baik pula agar bermanpaat bagi sekolah, guru dan peserta didik.
Dalam kesempatan yang lain, SMPN 14 Matarammenyelenggarakan
kegiatan Imtaq bersama bagi seluruh siswa-siswi di sekolah,kegiatan Imtaq
bersama tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang saling menghargai sesama pemeluk agama yang berbeda. Dalam
Imtaqbersamatersebut tidak hanya siswa-siswi yang diharuskan mengikuti
acara tersebut akan tetapi juga dihadiri oleh guru-guru, staf-staf, Komite
Sekolah dan Kepala sekolah.
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti dapatkan di SMPN
14 Mataram, ada tiga hal yang di lakukan pihak sekolah agar nilai-nilai
relegius dan toleran dapat terjaga dan diaplikasikan oleh seluruh siswa-
siswi yaitu:
a. Merayakan hari besar keagamaan
b. Memiliki fasilitias yang dapat digunakan untuk beribadah
c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk
melaksanakan ibadah.
Tiga hal inilah yang selalu ditekankan oleh pihak sekolah agar
siswa-siswi bisa tetap saling menghormati dan dapat menjadi cara dalam
membumikan sikap untuk saling menghormati antar sesama umat beragama
yang berbeda. Dengan hal tersebut, dapat mempertahankan eksistensi
sekolah sebagai lembaga formal yang sangat penting dalam membangun
lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk
agam yang berbeda, salah satunya dengan tetap mengupayakan untuk
menanmkan nilai-nilai sikap saling menghargai dan toleran kepada sesama
pemeluk agam yang berbeda.
Dari beberapa hasil paparan kepala sekolah di atas menunjukkan
bahwa, dalam merealisasikan sikap toleransi beragama terhadap seluruh
siswa-siswi di SMPN 14 Mataram dilakukan secara merata yang didukung
dengan memberikan fasilitas dan hak-hak yang sama untuk mengimani dan
menyelenggarakan kegiatan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama dalam
hal ini siswa-siswi SMPN 14 Mataram. Namun setelah peneliti melakukan
observasi lebih jauh lagi, peneliti mendapatkan ada beberapa yang tidak
sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh kepala sekolah yakni tidak
adanya guru agama, pembelajaran agama dan fasilitas untuk
menyelenggarakan kegiatan keagamaan bagi siswa-siswi yang beragama
Budha. Padahal jika merujuk kembali kepada PPNo. 55 tahun 2007
menyebutkan:
“Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan
wajib menyelenggarakan pendidikan agama”.78
Sesuai dengan PP No. 55 tahun 2007 di atas, maka sudah merupakan
kewajiban bagi setiap sekolah untuk memfasilitasi siswa-siswi untuk
mendapatkan guru agama dan pembelajaran agama sesuai denga keyakinan
78Implementasi Ilmu Pendidikan Agama Disekolah dan Solusinya,
Http//www.kpai.go.id/artikel/.com di ambil pada tanggal 12-11-2015 pada pukul 02-34 wib
masing-masing peserta didik. Sehingga kemudian jika hal tersebut
dilakukan maka akan mencerminkan keadilan dan rasa toleran yang tinngi
dengan cara memberikan hak-hak yang sama bagi seluruh peserta didik.
Setelah peneliti melakukan wawancara lebih lanjut lagi, maka pihak
sekolah memberikan informasi bahwasanya siswa-siswa yang beragama
budha diberikan pelajaran agama dan kebebasan untuk menyelenggarakan
kegiatan keagamaan dengan cara pihak sekolah bekerja sama dengan para
biarawa di tempat peribadatan agama budha untuk memberikan pelajaran
agama budha bagi siswa-siswi SMPN 14 Mataram yang beragama budha.
Dengan langkah demikian diharapkan agar para siswa-siswi yang beragama
budha dapat memahami ajaran agamanya dan dapat
mengimplementasikannya disekolah maupun diluar sekolah.
Namun perlu diperhatikan lagi dalam mengimplementasikan hal
tersebut di sekolah, sekolah sebaiknya memperhatikan langkah langkah
sebagai berikut: pertama, sekolah sebaiknya membuat danmenerapkan
undang-undang lokal, yaitu undang-undang sekolah yangditerapkan secara
khusus di satu sekolah tertentu.Dalam undang-undang tersebut, tentunya
salah satu point penting yangtercantum adalah adanya larangan terhadap
segala bentuk diskriminasi agamadi sekolah. Dengan diterapkannya undang-
undang ini diharapkansemua unsur yang ada seperti guru, kepala sekolah,
pegawai, administrasi, danmurid dapat belajar untuk selalu menghargai
orang lain yang berbeda agama dilingkungan mereka.79
Kedua, untuk membangun rasa pengertian sejak dini antar siswa-
siswi yang mempunyai keyakinan keagamaan yang berbeda maka sekolah
harus berperan aktif menggalakkan dialog keagamaan atau dialog antar
iman yangtentunya tetap berada dalam bimbingan guru-guru dalam sekolah
tersebut.Dialog antar iman semacam ini merupakan salah satu upaya yang
efektif agarsiswa-siswi dapat membiasakan diri melakukan dialog dengan
penganut agama yangberbeda.80
Ketiga, hal lain yang penting dalam penerapan pendidikan toleransi
yaitu kurikulum, dan buku-buku pelajaran yang dipakai, dan diterapkan di
sekolah. Kurikulum pendidikan yang multikultural merupakan persyaratan
utama yang tidak bisa ditolak dalam menerapkan strategi pendidikan
ini.Pada intinya, kurikulum pendidikan multikultural adalah kurikulum yang
memuat nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagamaan.Begitu pula buku-
buku, terutama buku-buku agama yang di pakai di sekolah, sebaiknya
adalah buku-buku yang dapat membangun wacana peserta didik tentang
pemahaman keberagamaan yang inklusif dan moderat.81
Harus ditambahkan lagi bahwa hidup bersama dalam sebuah
keadaan yang sangat plural baik dari segi agama, budaya, dan adat istiadat
79Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, h. 62-63. 80Ibid, h. 62. 81Ibid, h. 63.
bukan hanya saja berdampingan tanpa memperdulikan sekitar, namun lebih
dari itu juga ikatan kerja sama yang nyata dan kokoh antar sesamalah yang
diperlukan. Ikatan komitmen yang paling dalam yang berangkat dari
kesadaran akan perbedaan yang mendasar untuk menciptakan lingkungan
yang damai dan penuh dengan kebersamaan. Karna itulah dalam upaya
menciptakan suasana yang kondusif yang penuh dengan sikap toleran dan
saling menghormati antar sesamaumat di SMPN 14 Mataram, pihak sekolah
selalu mengupayakan agar seluruh siswa-siswi mengikuti seluruh aturan,
kegiatan-kegiatan sekolah baik di dalam kelas maupun saat dikumpulkan
dalam satu wadah dalam agenda-agenda keagamaan di luar kelas.
Usaha sekolah dalam menamkan sikap toleransi beragama kepada
seluruh sisiwa-sisiwi di SMPN 14 Mataram secara merata merupakan salah
satu kesadaran dalam memahami tentang keragaman dan pluralitas yang
ada, sehingga jika melihat dari arti proyek pluralitas dan keragaman untuk
mewujudkan kemajemukan yang sejalan dengan identitas Indonesia sendiri,
maka proyek pluralisme itu sendiri adalah:
a) Pluralisme bukan sekedar plural atau majemuk, pluralisme lebih dari
sekedar majemuk atau beragam dengan ikatan aktif pada kemajemukan
tadi. Meski pluralisme dan keragaman sering diartikan sama, tetapi ada
perbedaan yang harus ditekankan. Keragaman adalah fakta yang dapat
dilihat tentang dunia dengan budaya yang beraneka ragam. Pluralisme
membutuhkan keaktifan dan keikutsertaan masyarakat
b) Pluralisme bukan sekedar toleransi, pluralisme lebih dari sekedar
toleransi dengan usaha yang aktif untuk memahami orang lain meskipun
toleransi sudah pasti merupakan sebuah langkah kedepan dari sikap
intoleransi. Sebab toleransi tidak memngharuskan kita untuk mengetahui
tentang orang lain. Toleransi dapat menciptakan iklim untuk menahan
diri, namun tidak memahami.
c) Pluralisme bukan sekedar relativisme, pluralisme adalah pertautan
komitmen antara komitmen relegius yang nyata dan komitmen sekuler
yang nyata. Pluralisme di dasarkan pada perbedaan dan bukan kesamaan,
pluralisme adalah sebuah ikatan bukan pelepasan perbedaan dan
kekhususan, kita harus saling menghormati dan hidup bersama secara
damai.82
Dengan demikian peran sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sangat penting dalam membangun lingkungan pendidikanyang pluralis,
inklusif dan toleran terhadap semua pemeluk agama yang salah satunya
dengan mengupayakan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada peserta
didik sejak dini yang berkelanjutan dengan mengembangkan rasa saling
pengertian dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap umat agama yang
lain.Terkait dengan itu juga menjadi orang yang inklusif berarti meyadari
bahwa pentingnya kehidupan yang penuh kerukunan dan kedamaiian.
82Moh.Shopan.Pluralisme Menyalamatka,h. 48.
B. Bentuk Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Sikap Toleransi
Beragama Pada Siswa-Siswi di SMPN 14 Mataram TP. 2015/2016.
1. Peran Guru Agama Islam
Guru dan Pendidikan Agama Islam di Indonesia memiliki peranan
penting dalam memberikan kontribusi bagi persatuan bangsa di masa depan.
Dalam hal ini konsep tentang Pendidikan Agama Islam yang peduli pada
pluralisme dan keragaman akan bermakna positif bila tergambar luas pada
realitas aktual kehidupan bangsa Indonesia yang pluralistik. Sebagai umat
dengan jumlah terbesar di Indonesia, maka peran guru Agama Islam dan
terlebih lebih juga umat Islam dalam hal ini sangat signifikan dalam
menentukan masa depan bangsa ini.
Berkaitan dengan hal ini peserta didik di SMPN 14 Mataram
memiliki latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda. Dengan adanya
perbedaan agama dan keyakinan yang berbeda pada setiap siswa di SMPN
14 Mataram, maka guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 14 Mataram
dituntut untuk selalu memahami kondisi keberagaman peserta didik, dengan
selalu menanamkan sikap toleran dan saling bekerja sama antar siswa-siswi
tanpa membedakan agama dan keyakinan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di SMPN 14
Mataram tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam hal
menanamkan sikap toleransi beragama menunjukkan bahwa bentuk peran
guru adalah:
a. Guru Sebagai Pembentuk Nilai Toleransi Beragama.
Peran seorang guru Pendidikan Agama Islam sangat penting dalam proses
pendidikan dan pembelajaran dalam hal menanamkan sikap toleransi
beragama. Sebab guru Pendidikan Agama Islam yang bertanggungjawab
penuh dalam membentuk dan melelihat perkembangan akhlaqul karimah
siswa-siswi. Tentunya dengan mengajarkan bagaiman hidup saling
berdampingan yang tidak hanya dengan mengajarkan bagaimana hidup
sesama muslim namun juga dengan non-Muslim sehinnga terwujudnya
kedamaian dan ketentraman dikalangan warga sekolah.
b. Guru Sebagai Pembina Nilai Toleransi Beragama.
Dalam PP tentang Pendidikan Agama Islam di sekolah umum No. 55
tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan, yakni: “Setiap
satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib
menyelenggarakan pendidikan agama”.83 Tujuan dari Pendidikan Agama
Islam ialah usaha menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati, dan megamalkan ajaran Islam melalui bimbingan, pengajaran,
atau latihan dengan memperhatikan tutunan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan umat antar beragama dalam masyarakat
dalam mewujudkan persatuan nasional. Guru Pendidikan Agama Islam
tidak semata-mata sebagai pengajar yang mentransferkan ilmu
pendidikanagama saja akan tetapi juga sebagai pendidik yang
membimbing dan megarahkan siswa dalam belajar.
83Implementasi Ilmu Pendidikan Agama Disekolah dan Solusinya, Http//www.kpai.go.id/artikel/.com di ambil pada tanggal 12-11-2015 pada pukul 02-34 wib.
c. Guru Sebagai Pelestari Nilai Toleransi Beragama.
Membahas tentang peran guru apalagi berkapasitas sebagai guru Agama
maka pekerjaan jabatan sebagai guru Agama sangatlah berat, luas dan
kompleks.Dikatakan berat karena guru Pendidikan Agama Islam selalu
menjadi pusat perhatian siswa maupun masyarakat dan menjadi tumpuan
harapan bila ada fenomena atau perilaku siswa-siswi yang menyimpang.
Hanya sedikit guru Pendidikan Agama Islam, jika melakukan perbuatan
yang tidak sesuai dengan norma sosial dan agama pasti akan langsung
menjadi bahan perbincangan. Tetapi jika memiliki kelebihan atau
keberhasilan dianggap biasa dan wajar. Oleh karena itu guru di sekolah
diwajibkan untuk menjaga sikap toleransi beragama dengan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan bersama di sekolah sehingga dapat melestarikan
nilai toleransi beragama.
Dari beberapa paparan hasil observasi di atas dapat peneliti katakan
bahwa pendidik merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan
nilai-nilai toleransi beragama yang moderat disekolah. Pendidik dalam hal
ini guru Pendidikan Agama Islam mempunyai posisi pentingkarena
merupakan satu target dari strategi pendidikan ini. Apabila seorang guru
Pendidikan Agama Islam memiliki paradigma pemahaman keberagamaan
yang moderat(seimbang) maka dia juga akan mampu untuk mengajarkan
dan mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan tersebut terhadap
siswa-siswi di sekolah umum yang berstatus siswa-siswinya yang plural
dalam segi agama.
Tiga peran guru Pendidikan Agama Islam di atas sejalan dengan
apa yang telah dikalsifikasikan oleh Muhaimin tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam yang meliputi tiga peran dan fungsi yaitu:
1). Guru sebagai pendidik (Muaddib).84 Guru yang menjadi tokoh
panutandan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
2). Guru sebagai pengajar (Mu’alim).85Sejak adanya kehidupan, saat itu
pula guru telah melaksanakan pembelajaran, guru membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahui, membentuk kompetensi dan memahami materi
standar yang dipelajari. Perkembangan teknologi juga mengubah
peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi
pembelajaran menjadi pasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar.
3). Guru sebagai pembimbing (Murabby).86Guru dapat didibaratkan
sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman, bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan. Sebagai
pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu pelajaran, menetapkan jalan yang harus ditempuh,
84Muhaimin, Wacana Penegembanagan Pendidikan, h. 213. 85Ibid, h. 210 86bid, h. 210
menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai pelajarannya sesui
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Dengan demikian guru tentu membutuhkan dukungan dan kerjasama
dengan para guru-guru dan semua umat beragama, internal umat beragama
yang didukung oleh pemerintah untuk setidaknya meminimalisir konflik
atas nama agama. Sikap toleransi harus ditanamkan saat siswa-siswi dalam
usia yang sangat muda. Dalam hal ini saat peserta didik yang duduk di
bangku SMP karna tidak menutup kemungkinan dalam usia yang masih
cukup muda ini siswa-siswi sering terjebak untuk mengikuti ajakan untuk
melakukan hal-hal yang memecah hubungan keberagaman dan
keberagamaan apalagi kondisi peserta didik masih labil sehingga nanti para
siswa akan cepat terpengaruh dan mudah terpropokasi.
Dengan adanya penanaman sikap toleransi beragama kepada siswa-
siswi di SMPN 14 Mataram oleh guru Pendidikan Agama Islam pada jalur
pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan fungsi agama
di tengah-tengan kehidupan manusia secara umum, terkait denga fungsi
agama ditengah kehidupan manusia maka ada beberapa fungsi agama yang
bisa dijadikan sebagai refrensi dalam menanamkan sikap toleransi beragama
oleh guru Pendidikan Agama Islam khususnya di SMPN 14 Mataram yaitu:
1). Agama Sebagai Fungi Pendidikan.
Agama merupakan pedoman hidup manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia yang dapat memberikan bimbingan dan tuntunan
kepada umatnya untuk mengenal tindakan yang benar dan salah, yang
baik dan buruk.
2).Agama Sebagai Funsi Sosial.
Agama disamping mengatur hubungan mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan juga mengatur hubungan dengan sesama.Dalam
hal ini ada pembinaan rasa kasih sayang, tolong menolong dengan
keihklasan hidup rukun, ikut meringankan beban bagi yang lemah dan
membina hubungan sesama manusia secara harmonis.87
Dari dua fungsi agama di atas setidak bisa mejadi refleksi bagi guru
Pendidikan Agama Islam di SMPN 14Mataram dalam menanamkan sikap
toleransi beragama di sekolah yang notabenenya memiliki siswa-siswi yang
plural dari segi agama. Berkaitan dengan hal tersebut pula maka guru
Pendidikan Agama Islam yang berada di sekolah-sekolah swasta maupun
umum diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai toleransi pada siswa-
siswi di sekolah, yaitu dengan memberikan pemahaman agama yang
mengarah pada upaya menghargai perbedaan diantara sesama manusia,
sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman tatanan kehidupan
masyarakat.
Konsep pendidikan yang pluralis-toleran tidak hanya dibutuhkan
oleh seluruh anak atau peserta didik, tidak hanya menjadi target prasangka
87Puji Lestari, Antropolgi 2 (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
2009), h. 41
sosial cultural, atau anak yang hidup dalam lingkungan sosial yang
heterogen, namun keseluruh anak didik sekaligus guru dan orang tua perlu
terlibat dalam pendidikan pluralis-toleran. Dengan demikian, akan dapat
mempersiapkan anak didik secara aktif sebagai warga negara yang secara
etnik, cultural, dan agama beragam, menjadi manusia-manusia yang
menghargai perbedaan, bangga terhadap diri sendiri, lingkungan dan realitas
yang majemuk.88
88‘Ainun Naim dan Achmad Syauqi, Pendidikan Multikultural(Jogjakarta: Ar-ruz Media,
2008), h. 212
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti memperhatikan deskripsi yang telah diuraikan pada
babI sampai pada bab III maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pluralitas beragama di SMPN 14 mataram terbilang baik dan kondusif,
terlihat dengan cara pihak sekolah memberikan hak dan kesempatan yang
sama kepada semua peserta didik untuk mengikuti pembelajaran agama
dan menyelenggarakan kegaiatan keagamaan sesuai dengan agamanya
masing-masing,pihak sekolah juga berusaha menciptakan iklim yang
toleran dalam perbedaan kepada pemeluk agama di SMPN 14 Mataram
baik itu guru-guru dan para siswa-siswi dengan membangun rasa saling
percaya, sikap solidaritas, saling mengerti, memahami satu sama lain dan
menjunjung tinggi sikap saling menghargai.
2. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi beragamaterhadap
siswa-siswi, guru Pendidikan Agama Islamdi SMPN 14
Matarammemiliki Tiga peran yaitu, 1). Guru sebagai pembentuk nilai
toleransi beragama, 2). Guru sebagai pembina toleransi beragama, 3).
Guru sebagai pelestari nilai toleransi beragama.
B. Saran
Dari ringkasan temuan serta kesimpulan dari peneliti dan dengan
segalakerendahan hati, penulis akan mengajukan beberapa saran yang
sekiranya dapatdijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran
tersebut adalah:
1. Bagi kepala Sekolah.
a. Agar terusmendukung terhadappenanaman sikap toleransi
beragama dengan cara meberikan dan menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan oleh guru-guru agama dan lebih khusus lagi guru
Pendidikan Agama Islam dalam proses menanamkan nilai-nilai
toleransi beragama di SMPN 14 Mataram.
2. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam.
a. Hendaknya guru Pendidikan Agama Islam lebih memperhatikan
perbedaan emosional para siswa-siswi dalam menanamkan nilai-
nilai toleransi beragama, karena tingkat pemahaman setiap peserta
didik akan adanya perbedaan tidak sama.
b. Guru Pendidikan Agama Islam harus selalu membimbing,
mengejarkan dan menjadi contoh untuk peserta didik dalam
mengaplikasikan nilai-nilai toleransi antar umatberagama.
3. Bagi siswa-siswi
a. Siswa-sisiwi harus lebih aktif dalam mencari,
menemukan,menanggapi masalah-masalah tentang toleransi.
b. Siswa harus selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan keagamaan
yang diadakan sekolah dan menghargai segala perbedaan dengan
sesama siswa-siswi yang mempunyai latar belakang agama yang
berbeda dengan tidak saling membeda-bedakan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid dan Atun Wardatun. Tendensi Teks. Alam Tara
Institut: Mataram, 2009
Abdullah Idi dan Toto Suharto. Revitalisasi Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Abu Bakar dan Suardi. Pendidikan Panca Sila dan
Kewarganegaraan. Malang: TP, 1994.
Ainul Yaqin. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media,
2005.
Ali Maksum. Pluralisme dan Multikulturalisme. Malang: Aditya
Media Publishing, 2011.
Arfan Muammar dan Abdul Wahid Hasan dkk. Studi Islam
Perspektif Insider/Outsider. Jogjakarta: Ircisod, 2012Sinar
Grafika, UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD
1945 Secara Lengkap (Jakarta: TP, 2002), h. 57
Imam Sukardi dkk.Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern. Solo:Tiga
Serangkai, 2003.
Implementasi Ilmu Pendidikan Agama Disekolah dan Solusinya,
Http//www.kpai.go.id/artikel/.com di ambil pada tanggal 12-
11-2015 pada pukul 02-34 wib.
Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitataif. Jakarta: Gaung
Persada, 2009.
Moh. Shopan. Pluralisme Menyalamatkan Agama-Agama.
Yogyakarta: Samudra biru,2011..
Muhaimin. Wacana Penegembanagan Pendidikan Islam. surabaya:
PSAPM, 2003.
Muhklis. Inklusifisme Tafsir Al-Azhar.Mataram: IAIN Mataram
2004.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Sarundajang. Kemajemukan Untuk Kemakmuran Indonesia. Jakarta:
TP2013.
Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia. jogjakarta:
Logung Pustaka, 2005.
Zainuddin. Pluralisme Agama. Malang: UIN Maliki Pers, 2010.
Zainudin Ali. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bina Aksara, 2008.
Top Related