Penyebab Gastritis Kronis
Bakteri
Infeksi
Alergi
Tekanan
Reaksi Pengobatan
Diet
Kondisi Medis Lainnya
Gejala dan Tanda Gastritis Kronis
Rasa Sakit/Nyeri - Punggung
Muntah
Kehilangan nafsu makan
Muntah
Mual
Gangguan pencernaan
Kembung - Perut
Rasa Sakit/Nyeri - Perut
Ditemukan Dalam
Pria
Wanita
Grup Berisiko Tinggi
Pria Lebih 60
Wanita Lebih 60
Turun temurun
Tidak
Menular
Ya - Air liur
Tersediakah Vaksin?
Tidak
Pengobatan
Pengobatan
Pencegahan
Gaya Hidup Sehat
Prognosis
Dapat ditangani dengan pengobatan
Spesialis
Spesialis Gastroenterologi
Gambar / Foto Gastritis Kronis
http://medisato.com/id/gastritis-kronis-gejala/
Gastritis
(Peradangan Lambung)
Definisi Gastritis
Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung.
Penyebab-Penyebab Gastritis
Gastritis dapat disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan nonsteroid jangka panjang (NSAIDs) seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi bakteri-bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori). Kadangkala gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka bakar, atau infeksi-infeksi berat. Penyakit-penyakit tertentu, seperti pernicious anemia, kelainan-kelainan autoimun, dan mengalirnya kembali asam yang kronis, dapat juga menyebabkan gastritis.
Gejala-Gejala Gastritis
Gejala-gejala yang paling umum adalah gangguan atau sakit perut. Gejala-gejala lain adalah:
bersendawa,
perut kembung,
mual dan muntah
atau suatu perasaan penuh atau terbakar di perut bagian atas.
Darah dalam muntahan anda atau tinja-tinja yang hitam mungkin adalah suatu tanda perdarahan didalam lambung, yang mungkin mengindikasikan suatu persoalan yang serius yang memerlukan perhatian medis yang segera.
Mendiagnosis Gastritis
Gastritis didiagnosis melalui satu atau lebih tes-tes medis:
Endoskopi saluran pencernaan bagian atas. Dokter mendorong dengan pelan-pelan suatu
endoscope, suatu tabung kecil yang berisi sebuah kamera kecil, melalui mulut anda (atau
adakalanya melalui hidung) dan turun kedalam lambung anda untuk melihat pada lapisan
perut/lambung. Dokter akan memeriksa peradangan dan mungkin mengeluarkan suatu contoh
kecil jaringan untuk pemeriksaan. Prosedur untuk mengangkat suatu contoh jaringan disebut
sebuah biopsi.
Tes Darah. Dokter mungkin memeriksa jumlah sel darah merah anda untuk melihat apakah
anda mempunyai anemia, yang berarti bahwa anda tidak mempunyai cukup sel-sel darah
merah. Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan dari lambung.
Tes Tinja/Feces. Tes ini memeriksa kehadiran darah dalam feces anda, suatu tanda
perdarahan. Tes feces mungkin juga digunakan untuk mendeteksi kehadiran H. pylori dalam
saluran pencernaan.
Merawat Gastritis
Perawatan biasanya melibatkan meminum obat-obat untuk mengurangi asam lambung dan dengan demikian membantu menghilangkan gejala-gejala dan memajukan kesembuhan. Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang didalam lambung. Menghindari makanan-makanan, minuman-minuman, atau obat-obatan tertentu mungkin juga direkomendasikan.
Jika gastritis anda disebabkan oleh suatu infeksi, persoalan itu mungkin juga dirawat. Contohnya, dokter mungkin meresepkan antibiotik-antibiotik untuk mehilangkan infeksi H. pylori. Sekali persoalan yang mendasarinya hilang, gastritis biasanya jug menghilang. Bicara dengan dokter anda sebelum memberhentikan obat apa saja atau memulai perawatan gastritis apa saja oleh anda sendiri.
http://www.totalkesehatananda.com/gastritis.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering
terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh
penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis
adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung
yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung.
Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika
hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung.
Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan
peningkatan kanker perut.
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien
rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed
DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data).
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki
lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag
antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi
atau adaptasi yang buruk terhadap stres.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari gastritis?
2. Apakah etiologi dari gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4. Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
6. Apakah komplikasi pada gastritis?
7. Bagaimana prognosis pada gastritis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada gastritis?
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi dari penyakit gastritis.
2. Memahami etiologi dari gatritis.
3. Memahami patofisiologi gastritis.
4. Memahami manifestasi klinis pada gastritis.
5. Memahami penatalaksanaa pada gastritis.
6. Memahami komplikasi dari gastritis.
7. Memahami Asuhan Keperawatan pada gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri
pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme
kerusakan lambung diakibatkan oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti
asam lambung dan pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah.
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
2.1.1 Gastritis Akut
Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan
diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu
atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu
atau terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut.
Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi.
2.1.2 Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan
asam lambung yang pekat. Gastritis kronis diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe
A berkaitan dengan penyakit autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada
fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan
dengan H.pylori. factor diit sepert iminum panas, bumbu penyedap, penggunaan obat,
alcohol, merokok, atau refluksisi usus ke dalam lambung.
2.2 Etiologi
1. a. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung 2. b. Gastritis erosif akut : iritasi yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh
iritan (misalnya NSAID, alkohol), stres fisiologik yang berat (misalnya operasi
mayor, luka bakar, ventilator), atau trauma lokal (misal pipa NG). 3. c. Gastritis kronis tipe A : peradangan lambung bagian proksimal sebagai akibat
anemia pernisiosa, gastritis atrofik, aklorhidria, kelainan autoimun, atau radiasi. 4. d. Gastritis kronis tipe B : peradangan lambung bagian distal atau antrum
sebagai akibat infeksiHelicobacter pylori. 5. e. Gastritis refluks : peradangan sebagai akibat adanya getah empedu dan
pankreas dalam lambung sekunder sebagai akibat tidak ada pilorus atau pilorus
yang nonfungsional (misalnya setelah gastrektomi parsial). 6. f. Gastritis hemoragik : gastritis dengan peradangan yang bermakna sebagai
reaksi stres yang berat (mosalnya pasien ICU, hipoksia, iskemia, uremia).
2.3 Manifestasi Klinis
1. a. Nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak yang bertambah berat
dengan makan 2. b. Dispepsia 3. c. Anoreksia 4. d. Nausea / muntah 5. e. Dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena.
1. A. Gastritis Akut 1. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.
2. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
3. Beberapa pasien menujukkan asimptomatik.
4. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan tetapi malah mencapai usus.
5. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan
mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
B. Gastritis Kronis
Gastritis tipe A: pada dasarnya asimptomatik kecuali untuk gejala-gejala defisiensi
vitamin B12.
1. Gastritis tipe B: pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan,
bersendawa, rasa asam dalam mulut atau mual dan muntah.
2.4 Diagnosa banding
1. a. penyakit ulkus peptikum 2. b. GERD (Gastro-Esofageal Refluks Disease)
3. c. Gastroenteritis 4. d. Kanker lambung 5. e. Pankreatitis 6. f. Penyakit saluran empedu 7. g. Infark miokardium atau iskemia koronaria
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Gastroskopi: adanya perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster,
perforasi lambung.
1. Ketidakseimbangan elektrolit.
1. Pre-syok atau syok.
2. Gastroskopi, gastrointestinal bagian atas, serangkaian pemeriksaan
sinar-x dan pemeriksaan histologis.
3. Tipe A berkaitan dengan tidak adanya atau rendahnya kadar asam
hidroklorida dengan pemeriksaan kadar gastrin untuk
mengesampingkan hipergastrinemia sekunder (gastrin > 1000pg/mL)
4. Tipe B berkaitan dengan hiperklorhidria.
5. Pemeriksaan jumlah sel darah lengkap akan memperlihatkan adanya
anemia mikrositik pada kasus yang kronis.
1. Endoskopi saluran cerna atas dengan biopsi adalah bersifat
diagnostik.
2. Pemeriksaan H. Pylori.
2.6 Penatalaksanaan
1. a. Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan.
2. b. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2,
inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat.
3. c. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu
(misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin ; bismuth, metronidazole, dan
ampisilin/tetrasiklin).
4. d. Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien yang sangat kritis.
5. e. Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui endoskopi ; pada
kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan tindakan
gastrektomi.
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya,
diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. 1. Gastritis Akut
1. Kurangi minum alkohol dan makan teratur dan sehat sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
8. 2. Gastritis Kronis
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum
obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya
menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory. Terapi terhadap H. Pylori.Terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak
selalu berhasil, kecepatan untuk membunuhH. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga
obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam
jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10
hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylorisudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua
jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak
adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif
selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya
bakteri tersebut sudah hilang.
2.7 Komplikasi
1. 1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab
utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
1. 2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan
dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan
pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
2.8 Prognosis
1. a. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
2. b. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis
tipe A.
3. c. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala
klinis yang berulang.
2.9 WOC (WEB OF CAUTION)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa meliputi:
1. Identitas Pasien
- Nama
- Usia
- Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
- Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
- Alamat
- Suku/bangsa
- Agama
- Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit saat ini
c. Riwayat penyakit dahulu
3.1.2 Pemeriksaan fisik: Review of System
1. B1 (breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,
warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,
nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
b) Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi
melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c) Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d) Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek
dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat
tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
e) Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f) Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g) Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.1.4 Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan
terhadap penyakit.
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan: Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output
seimbang.
Intervensi Rasional
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien
untuk minum ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
Intake cairan yang adekuat akan
mengurangi resiko dehidrasi pasien.
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor
kulit, pengisian kapiler dan membran
mukosa.
Kolaborasi pemberian cimetidine dan
ranitidine
Mengganti kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera.
Menunjukkan status dehidrasi atau
kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan
penggantian cairan.
Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk
menghambat sekresi asam lambung
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi.
Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil:
1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.
2. Albumin,hemoglobin normal.
3. Klinis : terlihat segar.
4. Porsi makan habis.
Intervensi Rasional
Reduksi stress dan farmakoterapi seperti
cytoprotective agent, penghambat pompa
proton, anatasida.
Koloborasi transfusi albumin.
Konsul dengan ahli diet untuk menentukan
kalori / kebutuhan nutrisi
Tambahan vitamin seperti B12.
Stress menyebabkan peningkatan produksi
asam lambung, untuk klien dengan gastritis
penggunaan penghambat pompa proton
membantu untuk mengurangi asam lambung
dengan cara menutup pompa asam dalam sel
lambung penghasil asam. Kemudian untuk
penggunaan cytoprotective agent membantu
untuk melindungi jaringan yang melapisi
lambung dan usus kecil. pada klien dengan
gastritis antasida berfungsi untuk
menetralisir asam lambung dan dapat
mengurangi rasa sakit.
Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar
albumin dalam darah kembali normal
sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
Pemasukan individu dapat dikalkulasikan
dengan berbagai perhitungan yang berbeda,
perlu bantuan dalam perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Mencegah terjadinya anemia.
Keragu-raguan untuk makan mungkin
diakibatkan oleh takut makanan yang
menyebabkan terjadinya gejala
Program ini mengistirahatkan saluran
pencernaan sementara , dan memenuhi
Batasi makanan yang menyebabkan
peningkatan asam lambung berlebih, dorong
klien untuk menyatakan perasaan masalah
tentang makan diet.
Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.
nutrisi sangat penting dan dibutuhkan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Intoleransi aktifitas teratasi
Kriteria Hasil: Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi Rasional
Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan
obat sesuai dengan indikasi.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Ajarkan klien metode penghematan energy
untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada
berdiri saat melakukan aktivitas)
Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh
pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas
kembali.
Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat
mendukung pola istirahat pasien.
Klien dapat beraktivitas secara bertahap
sehingga tidak terjadi kelemahan.
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Informasi tepat dan efektif.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi
Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit, beri kesempatan klien
atau keluarga untuk bertanya, beritahu
Pengkajian / evaluasi secara periodik
meningkatkan pengenalan / pencegahan dini
terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan
tentang pentingnya obat-obatan untuk
kesembuhan klien.
Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
pendarahan pada lambung
Memberikan pengetahuan dasar dimana
klien dapat membuat pilihan informasi
tentang kontrol masalah kesehatan.
Keterlibatan orang lain yang telah menerima
masalah yang sama dapat meningkatkan
koping , dapat meningkatkan terapi dan
proses penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam
lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.
Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu:
gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering
diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak
yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia, nausea / muntah, dapat terjadi
pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena. Penatalaksanaan dari penyakit
adalah Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam
untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau
sukralfat. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu
(misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth, metronidazole, dan
ampisilin/tetrasiklin). Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien
yang sangat kritis. Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui
endoskopi ; pada kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan
tindakan gastrektomi.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca
mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran
bagi para pembaca untuk kebaikan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Diane C. Baughman, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag),
Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-
Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html
Gastritis parah adalah mungkin ketika perut sudah dilihat tanpa gejala yang hadir dan dapat hadir meskipun hanya perubahan kecil pada lapisan lambung.
Senior memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena kerusakan lambung menyakitkan.
Mereka mungkin tidak memiliki gejala sama sekali, seperti tidak adanya muntah atau sakit, sampai mereka tiba-tiba jatuh sakit dengan pendarahan internal.
Nyeri di perut bagian atas adalah gejala yang paling umum. Rasa sakit biasanya di bagian tengah atas perut, yang "lubang" dari perut.
Gastritis dapat terjadi nyeri di bagian kiri atas perut dan di belakang. Rasa sakit tampaknya untuk perjalanan dari perut ke belakang.
Rasa sakit ini biasanya samar-samar, tetapi dapat menjadi rasa sakit yang tajam. Bersendawa baik tidak menghilangkan rasa sakit atau hanya mengurangi sejenak.
Muntahan bening, hijau atau kuning, memiliki beruntun berdarah di dalamnya, atau benar-benar berdarah, tergantung pada tingkat keparahan peradangan. Kembung dan perasaan penuh atau terbakar di perut bagian atas juga tanda-tanda gastritis moderat.
Gastritis parah menyajikan pucat, berkeringat, denyut jantung yang cepat, merasa pingsan atau sesak napas, dada yang parah atau nyeri perut, muntah darah dalam jumlah besar, atau berdarah atau gelap, lengket, berbau busuk gerakan usus.
http://www.news-medical.net/health/Gastritis-Symptoms-(Indonesian).aspx
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitugastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2.2 Klasifikasi Gastritis
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. 1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
2. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).
1. 2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory).Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik
tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.3 Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa
ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
1. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
2. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
3. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
4. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
5. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
1. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
2. Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
3. Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.
Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
4. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
2.4 Pathofisiologi
1. 1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat
berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat
mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan
karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan
itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan
secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami
perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang
2.6 Komplikasi pada Gastritis
1. 1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
1. 2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan
IV.3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau
alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
1. Gastritis Kronis
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu
untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
2.8 Farmakologi
Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif
menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan
(sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka
semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit
gastritis dengan baik.
Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan
kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan
konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan
terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1
macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim
diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang
umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam lambung sehingga
cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.
2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter
biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.
3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi asam
lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang
tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll.
Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat
pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Gastritis
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien1. Nama2. Usia3. Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan5. Alamat6. Suku/bangsa7. agama 8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat
pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan1. Keluhan utama2. Riwayat penyakit saat ini3. Riwayat penyakit dahulu
3.1.2 Pemeriksaan fisik : Review of System
1. B 1 (breath) : takhipnea2. B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi
perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.3. B 3 (brain) :sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum. 4. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.5. B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri
ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.6. B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.1.3 Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.5. nyeri berhungangan dengan stress asam lambung.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah ).
- Tujuan :Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
1. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
1. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
1. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
1. Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
1. Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
1. Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.
2. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
Tujuan :
Gangguan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil :
1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.
2. Albumin,hemoglobin normal.3. Klinis : terlihat segar.4. Porsi makan habis.
Intervensi :
Int
Intervensi Rasional
1. Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent, penghambat pompa proton, anatasida.
1. Koloborasi transfusi albumin.
1. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi .
1. Tambahan vitamin seperti B12.
2. Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih,
1. Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel lambung penghasil asam. Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. pada klien dengan gastritis antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat mengurangi rasa sakit.
2. Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
3. Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Mencegah terjadinya anemia.
5. Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.
1. Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara , dan memenuhi nutrisi sangat penting dan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemaha fisik.
Tujuan :Intoleransi aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan obat sesuai dengan indikasi.
1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1. Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)
1. Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.
2. Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung pola istirahat pasien.
3. Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi kelemahan.
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :Informasi tepat dan efektif.
Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
1. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
2. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan orang lain yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping , dapat meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.
1. Pengkajian / evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan / pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
http://en.wikipedia.org, Gastritis
http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases Information Clearinghouse
http://nissanisso-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49837-Umum-GASTRITIS.html
https://docs.google.com/document/d/1vzO5wj5Okotmevio-1i40njPzVxgz_RFqj3SBU8hiGI/
edit?hl=en_US&pli=1#
Top Related