Penyebab Gastritis Kronis

43
Penyebab Gastritis Kronis Bakteri Infeksi Alergi Tekanan Reaksi Pengobatan Diet Kondisi Medis Lainnya Gejala dan Tanda Gastritis Kronis Rasa Sakit/Nyeri - Punggung Muntah Kehilangan nafsu makan Muntah Mual Gangguan pencernaan Kembung - Perut Rasa Sakit/Nyeri - Perut Ditemukan Dalam Pria Wanita Grup Berisiko Tinggi Pria Lebih 60 Wanita Lebih 60 Turun temurun Tidak Menular Ya - Air liur Tersediakah Vaksin? Tidak

Transcript of Penyebab Gastritis Kronis

Penyebab Gastritis Kronis

Bakteri

Infeksi

Alergi

Tekanan

Reaksi Pengobatan

Diet

Kondisi Medis Lainnya

Gejala dan Tanda Gastritis Kronis

Rasa Sakit/Nyeri - Punggung

Muntah

Kehilangan nafsu makan

Muntah

Mual

Gangguan pencernaan

Kembung - Perut

Rasa Sakit/Nyeri - Perut

Ditemukan Dalam

Pria

Wanita

Grup Berisiko Tinggi

Pria Lebih 60

Wanita Lebih 60

Turun temurun

Tidak

Menular

Ya - Air liur

Tersediakah Vaksin?

Tidak

Pengobatan

Pengobatan

Pencegahan

Gaya Hidup Sehat

Prognosis

Dapat ditangani dengan pengobatan

Spesialis

Spesialis Gastroenterologi

Gambar / Foto Gastritis Kronis

http://medisato.com/id/gastritis-kronis-gejala/

Gastritis

(Peradangan Lambung)

Definisi Gastritis

Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung.

Penyebab-Penyebab Gastritis

Gastritis dapat disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan nonsteroid jangka panjang (NSAIDs) seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi bakteri-bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori). Kadangkala gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka bakar, atau infeksi-infeksi berat. Penyakit-penyakit tertentu, seperti pernicious anemia, kelainan-kelainan autoimun, dan mengalirnya kembali asam yang kronis, dapat juga menyebabkan gastritis.

Gejala-Gejala Gastritis

Gejala-gejala yang paling umum adalah gangguan atau sakit perut. Gejala-gejala lain adalah:

bersendawa,

perut kembung,

mual dan muntah

atau suatu perasaan penuh atau terbakar di perut bagian atas.

Darah dalam muntahan anda atau tinja-tinja yang hitam mungkin adalah suatu tanda perdarahan didalam lambung, yang mungkin mengindikasikan suatu persoalan yang serius yang memerlukan perhatian medis yang segera.

Mendiagnosis Gastritis

Gastritis didiagnosis melalui satu atau lebih tes-tes medis:

Endoskopi saluran pencernaan bagian atas. Dokter mendorong dengan pelan-pelan suatu

endoscope, suatu tabung kecil yang berisi sebuah kamera kecil, melalui mulut anda (atau

adakalanya melalui hidung) dan turun kedalam lambung anda untuk melihat pada lapisan

perut/lambung. Dokter akan memeriksa peradangan dan mungkin mengeluarkan suatu contoh

kecil jaringan untuk pemeriksaan. Prosedur untuk mengangkat suatu contoh jaringan disebut

sebuah biopsi.

Tes Darah. Dokter mungkin memeriksa jumlah sel darah merah anda untuk melihat apakah

anda mempunyai anemia, yang berarti bahwa anda tidak mempunyai cukup sel-sel darah

merah. Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan dari lambung.

Tes Tinja/Feces. Tes ini memeriksa kehadiran darah dalam feces anda, suatu tanda

perdarahan. Tes feces mungkin juga digunakan untuk mendeteksi kehadiran H. pylori dalam

saluran pencernaan.

Merawat Gastritis

Perawatan biasanya melibatkan meminum obat-obat untuk mengurangi asam lambung dan dengan demikian membantu menghilangkan gejala-gejala dan memajukan kesembuhan. Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang didalam lambung. Menghindari makanan-makanan, minuman-minuman, atau obat-obatan tertentu mungkin juga direkomendasikan.

Jika gastritis anda disebabkan oleh suatu infeksi, persoalan itu mungkin juga dirawat. Contohnya, dokter mungkin meresepkan antibiotik-antibiotik untuk mehilangkan infeksi H. pylori. Sekali persoalan yang mendasarinya hilang, gastritis biasanya jug menghilang. Bicara dengan dokter anda sebelum memberhentikan obat apa saja atau memulai perawatan gastritis apa saja oleh anda sendiri.

http://www.totalkesehatananda.com/gastritis.html

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering

terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh

penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis

adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung

yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung.

Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika

hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung.

Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan

peningkatan kanker perut.

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien

rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed

DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data).

Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki

lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan

mengkonsumsi alkohol dan merokok.  Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag

antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi

atau adaptasi yang buruk terhadap stres.

 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari gastritis?

2. Apakah etiologi dari gastritis?

3. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?

4. Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?

5. Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?

6. Apakah komplikasi pada gastritis?

7. Bagaimana prognosis pada gastritis?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada gastritis?

 

1.3 Tujuan

1. Memahami definisi dari penyakit gastritis.

2. Memahami etiologi dari gatritis.

3. Memahami patofisiologi gastritis.

4. Memahami manifestasi klinis pada gastritis.

5. Memahami penatalaksanaa pada gastritis.

6. Memahami komplikasi dari gastritis.                               

7.  Memahami Asuhan Keperawatan pada gastritis.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1  Definisi 

                 GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh

adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga

mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri

pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme

kerusakan lambung diakibatkan oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti

asam lambung dan pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah.

                 Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

2.1.1   Gastritis Akut

        Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan

diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu

atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu

atau terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut.

Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi. 

2.1.2   Gastritis Kronis

        Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak

maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan

asam lambung yang pekat. Gastritis kronis diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe

A berkaitan dengan penyakit autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada 

fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan

dengan H.pylori. factor diit sepert iminum panas, bumbu penyedap, penggunaan obat,

alcohol, merokok, atau refluksisi usus ke dalam lambung.

 

2.2 Etiologi

1. a.      Gastritis adalah peradangan mukosa lambung 2. b.      Gastritis erosif akut : iritasi yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh

iritan (misalnya NSAID, alkohol), stres fisiologik yang berat (misalnya operasi

mayor, luka bakar, ventilator), atau trauma lokal (misal pipa NG). 3. c.       Gastritis kronis tipe A : peradangan lambung bagian proksimal sebagai akibat

anemia pernisiosa, gastritis atrofik, aklorhidria, kelainan autoimun, atau radiasi. 4. d.      Gastritis kronis tipe B  : peradangan lambung bagian distal atau antrum

sebagai akibat infeksiHelicobacter pylori. 5. e.       Gastritis refluks : peradangan sebagai akibat adanya getah empedu dan

pankreas dalam lambung sekunder sebagai akibat tidak ada pilorus atau pilorus

yang nonfungsional (misalnya setelah gastrektomi parsial). 6. f.       Gastritis hemoragik : gastritis dengan peradangan yang bermakna sebagai

reaksi stres yang berat (mosalnya pasien ICU, hipoksia, iskemia, uremia).

2.3 Manifestasi Klinis

1. a.      Nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak yang bertambah berat                

dengan makan 2. b.      Dispepsia 3. c.       Anoreksia 4. d.      Nausea / muntah 5. e.       Dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena. 

1. A.    Gastritis Akut 1. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.

2. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,

dan anoreksia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.

3. Beberapa pasien menujukkan asimptomatik.

4. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan tetapi malah mencapai usus.

5. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari,  meskipun nafsu makan

mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.

B.   Gastritis Kronis

       Gastritis tipe A: pada dasarnya asimptomatik kecuali untuk gejala-gejala defisiensi

vitamin B12.

1. Gastritis tipe B: pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan,

bersendawa, rasa asam dalam mulut atau mual dan muntah.

2.4 Diagnosa banding

1. a.      penyakit ulkus peptikum 2. b.      GERD (Gastro-Esofageal Refluks Disease) 

3. c.       Gastroenteritis 4. d.      Kanker lambung 5. e.       Pankreatitis 6. f.       Penyakit saluran empedu 7. g.      Infark miokardium atau iskemia koronaria

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Gastroskopi: adanya perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster,

perforasi lambung.

1. Ketidakseimbangan elektrolit.

1. Pre-syok atau syok.

2. Gastroskopi, gastrointestinal bagian atas, serangkaian pemeriksaan

sinar-x dan pemeriksaan histologis.

3. Tipe A berkaitan dengan tidak adanya atau rendahnya kadar asam

hidroklorida dengan pemeriksaan kadar gastrin untuk

mengesampingkan hipergastrinemia sekunder (gastrin > 1000pg/mL)

4. Tipe B berkaitan dengan hiperklorhidria.

5. Pemeriksaan jumlah sel darah lengkap akan memperlihatkan adanya

anemia mikrositik pada kasus yang kronis.

1. Endoskopi saluran cerna atas dengan biopsi adalah bersifat

diagnostik.

2. Pemeriksaan H. Pylori.

 

2.6 Penatalaksanaan

1. a.    Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. 

2. b.   Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2,

inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat. 

3. c.    Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu

(misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin ; bismuth, metronidazole, dan

ampisilin/tetrasiklin). 

4. d.   Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien yang sangat kritis. 

5. e.    Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui endoskopi ; pada

kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan tindakan

gastrektomi. 

 

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya,

diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat

dibedakan sebagai berikut :

1. 1.    Gastritis Akut

1. Kurangi minum alkohol dan makan teratur dan sehat sampai gejala-gejala 

menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.

2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan

asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor

H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer

atau cuka yang di encerkan.

5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau

tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.

Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat

asam lambung dengan cepat.

7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit

tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,

ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang

diproduksi.

8. 2.      Gastritis Kronis

1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk

melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang

termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum

obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya

menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective

agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat

aktivitas H. Pylori.

3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi

asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel

lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam

dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat

golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan

esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.

4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau

amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi

H.Phylory. Terapi terhadap H. Pylori.Terdapat beberapa regimen dalam

mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah

kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang

ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk

membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk

meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan

meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak

selalu berhasil, kecepatan untuk membunuhH. pylori sangat beragam,

bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga

obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam

jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10

hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.

pylorisudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi

dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua

jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak

adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif

selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya

bakteri tersebut sudah hilang. 

 

2.7 Komplikasi 

1. 1.       Gastritis Akut

            Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran

cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock

hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.

Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab

utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak

lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

 

1. 2.      Gastritis Kronis

            Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,

akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi

terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan

dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan

pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker

lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan

perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

 

2.8 Prognosis 

1. a.    Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.

2. b.   Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis

tipe A.

3. c.    Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala

klinis yang berulang.

2.9 WOC (WEB OF CAUTION)     

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa meliputi:

1. Identitas Pasien

- Nama

- Usia

- Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

- Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

- Alamat

- Suku/bangsa

- Agama

- Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan

pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya

menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat

menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

2. Riwayat sakit dan kesehatan:

a. Keluhan utama

b. Riwayat penyakit saat ini

c. Riwayat penyakit dahulu

3.1.2 Pemeriksaan fisik: Review of System

1. B1 (breath) : takhipnea

2. B2 (blood)  : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,

warna kulit pucat.

3. B3 (brain)    : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,

nyeri epigastrum.

4. B4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.

5. B5 (bowel)  : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap

makanan pedas.

6. B6 (bone)    :  kelelahan, kelemahan

3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang

positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah

dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung

karena gastritis.

b) Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH.

Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi

melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c) Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang

positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap

adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

d) Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang

mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah

selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,

lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada

jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit

sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium

untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya

tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek

dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat

tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat

menelan endoskop.

e) Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan

ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

f) Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan

diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan

dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal

acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom

Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang

selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

g) Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid

output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau

pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. 

3.1.4   Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta

bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan

terhadap penyakit.

 

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Defisit  volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan output cair  yang berlebih (mual dan muntah).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan

intake asupan gizi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

 

3.3  Intervensi Keperawatan

1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

Tujuan: Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.

 

Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa

bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output

seimbang.

 

Intervensi Rasional

Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien

untuk minum  ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).

Intake cairan yang adekuat akan

mengurangi resiko dehidrasi pasien.

Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.

Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor

kulit, pengisian kapiler dan membran

mukosa.

Kolaborasi pemberian cimetidine dan

ranitidine

Mengganti kehilangan cairan dan

memperbaiki keseimbangan cairan dalam

fase segera.

Menunjukkan status dehidrasi atau

kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan

penggantian cairan.

Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk

menghambat sekresi asam lambung

 

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan

intake asupan gizi.

Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi

Kriteria Hasil:

1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.

2. Albumin,hemoglobin normal.

3. Klinis : terlihat segar.

4. Porsi makan habis.

 

Intervensi Rasional

Reduksi stress dan farmakoterapi seperti

cytoprotective agent, penghambat pompa

proton, anatasida.

Koloborasi transfusi albumin.

Konsul dengan ahli diet untuk menentukan

kalori / kebutuhan nutrisi

Tambahan vitamin seperti B12.

Stress menyebabkan peningkatan produksi

asam lambung, untuk klien dengan gastritis

penggunaan penghambat pompa proton

membantu untuk mengurangi asam lambung

dengan cara menutup pompa asam dalam sel

lambung penghasil asam. Kemudian untuk

penggunaan cytoprotective agent membantu

untuk melindungi jaringan  yang melapisi

lambung  dan usus kecil. pada klien dengan

gastritis antasida berfungsi untuk

menetralisir asam lambung dan dapat

mengurangi rasa sakit.

Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar

albumin dalam darah kembali normal

sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.

Pemasukan individu dapat dikalkulasikan

dengan berbagai perhitungan yang berbeda,

perlu bantuan dalam perencanaan diet yang

memenuhi kebutuhan nutrisi.

Mencegah terjadinya anemia.

Keragu-raguan untuk makan mungkin

diakibatkan oleh takut makanan yang

menyebabkan terjadinya gejala

Program ini mengistirahatkan saluran

pencernaan sementara , dan memenuhi

Batasi makanan yang menyebabkan

peningkatan asam lambung berlebih, dorong

klien untuk menyatakan perasaan masalah

tentang makan diet.

Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.

nutrisi sangat penting dan dibutuhkan

 

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan: Intoleransi aktifitas teratasi

Kriteria Hasil: Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

 

Intervensi Rasional

Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan

obat sesuai dengan indikasi.

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Ajarkan klien metode penghematan energy

untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada

berdiri saat melakukan aktivitas)

Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh

pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas

kembali.

Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat

mendukung pola istirahat pasien.

Klien dapat beraktivitas secara bertahap

sehingga tidak terjadi kelemahan.

 

1. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Informasi tepat dan efektif.

Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

perawatan, pencegahan dan pengobatan.

 

Intervensi

Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)

tentang penyakit, beri kesempatan klien

atau keluarga untuk bertanya, beritahu

Pengkajian / evaluasi secara periodik

meningkatkan pengenalan / pencegahan dini

terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan

tentang pentingnya obat-obatan untuk

kesembuhan klien.

Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.

pendarahan pada lambung

Memberikan pengetahuan dasar dimana

klien dapat membuat pilihan informasi

tentang kontrol masalah kesehatan.

Keterlibatan orang lain yang telah menerima

masalah yang sama dapat meningkatkan

koping , dapat meningkatkan terapi dan

proses penyembuhan.

BAB IV

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam

lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan

imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.

Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.  Gastritis dibagi menjadi dua yaitu:

gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering

diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan

yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, 

aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang

disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.

Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak

yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia, nausea / muntah, dapat terjadi

pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena. Penatalaksanaan dari penyakit

adalah Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam

untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau

sukralfat. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu

(misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth, metronidazole, dan

ampisilin/tetrasiklin). Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien

yang sangat kritis. Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui

endoskopi ; pada kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan

tindakan gastrektomi.

 

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca

mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran

bagi para pembaca untuk kebaikan makalah  kami.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

 

Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta :

EGC.

 

Diane C. Baughman, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

 

Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

 

Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

 

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag),

Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

 

http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-

Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html

Gastritis parah adalah mungkin ketika perut sudah dilihat tanpa gejala yang hadir dan dapat hadir meskipun hanya perubahan kecil pada lapisan lambung.

Senior memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena kerusakan lambung menyakitkan.

Mereka mungkin tidak memiliki gejala sama sekali, seperti tidak adanya muntah atau sakit, sampai mereka tiba-tiba jatuh sakit dengan pendarahan internal.

Nyeri di perut bagian atas adalah gejala yang paling umum. Rasa sakit biasanya di bagian tengah atas perut, yang "lubang" dari perut.

Gastritis dapat terjadi nyeri di bagian kiri atas perut dan di belakang. Rasa sakit tampaknya untuk perjalanan dari perut ke belakang.

Rasa sakit ini biasanya samar-samar, tetapi dapat menjadi rasa sakit yang tajam. Bersendawa baik tidak menghilangkan rasa sakit atau hanya mengurangi sejenak.

Muntahan bening, hijau atau kuning, memiliki beruntun berdarah di dalamnya, atau benar-benar berdarah, tergantung pada tingkat keparahan peradangan. Kembung dan perasaan penuh atau terbakar di perut bagian atas juga tanda-tanda gastritis moderat.

Gastritis parah menyajikan pucat, berkeringat, denyut jantung yang cepat, merasa pingsan atau sesak napas, dada yang parah atau nyeri perut, muntah darah dalam jumlah besar, atau berdarah atau gelap, lengket, berbau busuk gerakan usus.

http://www.news-medical.net/health/Gastritis-Symptoms-(Indonesian).aspx

BAB 2

PEMBAHASAN

 

2.1  Definisi Gastritis

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitugastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung           (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung( Buku Ajar Keperawatan Medikal  Bedah ,Edisi  Kedelapan  hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).

 Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan  ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.

 

2.2  Klasifikasi Gastritis

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :

1. 1.      Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

1. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).

2. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).

 

1. 2.      Gastritis Kronik

        Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory           (H. Pylory).Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.  Gastritis kronik

tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

 

2.3  Etiologi

Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

1.  Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa

ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.

1. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

2. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.

3. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.

4. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.

5. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

 

1. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

2. Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

3. Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.

Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

4. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

 

2.4   Pathofisiologi

1. 1.     Gastritis Akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.

 

2.  Gastritis Kronis

                             Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut

sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.

                             Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

 

2.5  Manifestasi Klinis

a.       Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat

berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat

mencolok adalah :

1)      Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan

karena kehilangan darah.

2)      Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan

itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat

lokasinya.

3)      Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

4)      Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.

5)      Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan

secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.

6)      Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami

perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang

nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

 

b.      Gastritis kronis

1.      Bervariasi dan tidak jelas

2.      Perasaan penuh, anoreksia

3.      Distress epigastrik yang tidak nyata

4.      Cepat kenyang

 

2.6  Komplikasi pada Gastritis

1. 1.       Gastritis Akut

            Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

 

1. 2.      Gastritis Kronis

            Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

 

2.7  Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

1.  Gastritis Akut1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala

menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan

IV.3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau

alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.

5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.

7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.

 

1. Gastritis Kronis

1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu

untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.

3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.

4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

 

2.8  Farmakologi

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif

menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan

(sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka

semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit

gastritis dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan

kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan

konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan

terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1

macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim

diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :

1.   Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang

umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.  Antasida menetralkan asam lambung sehingga

cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.

2.   Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter

biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.

3.  Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi asam

lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang

tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll.

Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat

pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.

 

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

 

Asuhan Keperawatan Gastritis

3.1        Pengkajian

3.1.1 Anamnesa meliputi :

1. Identitas Pasien1. Nama2. Usia3. Jenis kelamin  : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan5. Alamat6. Suku/bangsa7. agama       8. Tingkat pendidikan  : bagi orang yang tingkat

pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

9. Riwayat sakit dan kesehatan1. Keluhan utama2. Riwayat penyakit saat ini3. Riwayat penyakit dahulu

3.1.2   Pemeriksaan fisik : Review of System

1. B 1 (breath)        : takhipnea2. B 2 (blood)        : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi

perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.3. B 3 (brain)          :sakit kepala, kelemahan, tingkat

kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.  4. B 4 (bladder)     : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.5. B 5 (bowel)        : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri

ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.6. B 6 (bone)          : kelelahan, kelemahan

 

 

3.1.2   Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah

    Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena

infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

b. Uji napas urea

    Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c. Pemeriksaan feces

    Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas

    Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

e.  Rontgen saluran cerna bagian atas

    Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

f. Analisis Lambung

    Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung

nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi

    Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

 

3.1.3   Psikososial

            Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

 

3.2      Diagnosa keperawatan

1. Defisit  volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair  yang berlebih ( mual dan muntah).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan

kurangnya informasi.5. nyeri berhungangan dengan stress asam lambung.

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah ).

-        Tujuan :Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.

Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh

mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang.

Intervensi :

Intervensi Rasional

1.  Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum  ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).

1. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.

1. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.

1. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine

1. Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.

1.  Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.

1. Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.

2. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung

 

 

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.

Tujuan :

Gangguan nutrisi teratasi

Kriteria Hasil :

1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.

2. Albumin,hemoglobin normal.3. Klinis : terlihat segar.4. Porsi makan habis.

Intervensi :

 

 

Int

Intervensi Rasional

1.  Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent, penghambat pompa proton, anatasida.

1. Koloborasi transfusi albumin.

1. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi .

1. Tambahan vitamin seperti B12.

2. Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih,

1.  Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel lambung penghasil asam. Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi jaringan  yang melapisi lambung  dan usus kecil. pada klien dengan gastritis antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat mengurangi rasa sakit.

2. Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.

3. Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

4. Mencegah terjadinya anemia.

5. Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.

1. Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara , dan memenuhi nutrisi sangat penting dan

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemaha fisik.

Tujuan :Intoleransi aktifitas teratasi.

Kriteria Hasil :Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi Rasional

1. Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan obat sesuai dengan indikasi.

1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

1. Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)

1.  Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.

2.  Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung pola istirahat pasien.

3. Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi kelemahan.

 

1. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan :Informasi tepat dan efektif.

Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.

Intervensi Rasional

1. Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

1. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.

2. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan orang lain yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping , dapat meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.

1. Pengkajian / evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan / pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1  Kesimpulan

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara

hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut. 

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut

merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan

borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan

pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan

gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda

penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

http://en.wikipedia.org, Gastritis

http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases Information Clearinghouse

http://nissanisso-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49837-Umum-GASTRITIS.html

https://docs.google.com/document/d/1vzO5wj5Okotmevio-1i40njPzVxgz_RFqj3SBU8hiGI/

edit?hl=en_US&pli=1#