8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
1/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
2/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
3/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
4/77
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
SKRIPSI
Telah diuji
Pada tanggal 9 Agustus 2012
Penguji Tanda Tangan
1. Dr. Siti Khabibah, M.Pd.
NIP 197210012001122006
2. Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.
NIP 197107082000031001
3. Dra. Sutinah
NIP 194902101976032001
...............................................
...............................................
...............................................
Mengetahui,
Dekan FMIPA
Universitas Negeri Surabaya
Prof. Dr. Suyono, M. Pd.
NIP 196006201985031003
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
5/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
6/77
v
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAHLinda Dwi Puspitasari
ABSTRAK
Salah satu tujuan dari KTSP adalah membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir kritis. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dituntut untuk
aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran
berdasarkan masalah dapat membantu siswa mengembangkan kemampuanberpikir dan pemecahan masalah. Pembelajaran ini menekankan pada proses
pemecahan masalah dan peran guru sebagai fasilitator. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran berdasarkan masalah. Manfaat dari penelitian ini dapat
dijadikan alternative oleh guru matematika untuk melakukan proses pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian yang sama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data
dilaksanakan di SMPN 1 Balongpanggang pada tanggal 15, 16, 22, dan 23 Mei2012. Data diperoleh dengan menggunakan metode tes. Pada penelitian ini
terdapat 2 tes yaitu tes kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir
kritis 2. Hasil dari tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes kemampuan
berpikir kritis 2 dianalisis untuk mengetahui peningkatan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 54,84% siswa mengalami
peningkatan kemampuan berpikir kritis. Peningkatan ini tergolong rendah. Hal ini
disebabkan siswa kurang mampu dalam menggunakan daya nalar. Tipe soal
sederhana yang sering diberikan guru menyebabkan kemampuan berpikir kritis
siswa kurang berkembang.
Kata Kunci: Kemampuan Berpik ir Kr it is Siswa, Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
7/77
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha memudahkan segala urusan atas
segala keindahan rencana-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Peningkatan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan Masalah yang bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana
pendidikan matematika. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Rosulullah SAW.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Siti Khabibah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada peneliti dengan penuh kesabaran,
2. Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd dan Dra. Sutinah selaku dosen penguji,
3. Dr. Abadi, M.Sc selaku ketua jurusan matematika yang juga telah memberikan
ijin penelitian,
4. Prof. Dr. Suyono, M. Pd. selaku dekan FMIPA yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian,
5.
Drs. H.Mochamad Irfan, MM selaku Kepala SMP Negeri 1 Balongpanggang
yang memberikan ijin penelitian di sekolah tersebut,
6. Ustin, S.Pd selaku guru matematika SMP Negeri 1 Balongpanggang yang
telah membantu pelaksanaan pengambilan data di SMP Negeri 1
Balongpanggang,
7. Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang yang bersedia meluangkan
waktu untuk menjadi subjek penelitian ini,
8. Kedua orang tua peneliti dan Paman Agus Wiyono yang selalu memberikan
dukungan, motivasi, dan kasih sayang,
9. Seluruh keluarga besar peneliti dan semua sahabat peneliti yang selalu
memberikan doa serta dukungan moril dan materiil agar segera terselesainyapenelitian ini,
10.Segenap pihak yang turut membantu, baik secara moral maupun material dan
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Juli 2012
Penulis
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
8/77
vii
DAFTAR ISI
. Halaman
Halaman Judul .................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................ iv
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ....................................................................................................... x
Daftar Gambar .................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xii
Daftar Isi ............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D.
Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
E.
Penjelasan Istilah .................................................................................... 7
F.
Asumsi dan Keterbatasan ........................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Berpikir ................................................................................ 10
B.
Berpikir Kritis ........................................................................................ 10
C.
Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................... 13
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
9/77
viii
D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...................................................... 19
E.
Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ......................................... 22
F. Penerapan Pembelajaran Perdasarkan Masalah dalam Pembelajaran
Matematika ............................................................................................. 22
G.
Teori-Teori yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah ....... 23
H.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah .......... 25
I.
Kaitan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Keterampilan
Berpikir kritis .......................................................................................... 28
J.
Penelitian yang Relevan ......................................................................... 29
K. Harga Penjualan, Harga Pembelian, Laba, dan Rugi ............................. 30
L. Persegipanjang dan Persegi .................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 34
C. Subyek Penelitian ................................................................................... 34
D.
Rancangan Penelitian .............................................................................. 35
E.
Prosedur Penelitian ................................................................................. 36
F. Perangkat Pembelajaran ......................................................................... 38
G. Istrumen Penelitian ................................................................................. 39
H. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 40
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 41
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
10/77
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 45
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 46
C. Kelemahan Penelitian ........................................................................... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 66
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
11/77
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Indikator kemampuan berpikir kritis ............................................................. 18
2.2 Tahap pembelajaran berdasarkan masalah .................................................... 20
3.1 Karakteristik berpikir kritis ........................................................................... 42
4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian ...................................................................... 46
4.3 Daftar level kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan berpikir
kritis 1 .......................................................................................................... 47
4.5 Daftar level kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan berpikir
kritis 2 .......................................................................................................... 53
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
12/77
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Persegipanjang ..............................................................................................31
2.2 Persegi ...........................................................................................................32
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................35
4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................35
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
13/77
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1 ..................................................................................................... 66
Lampiran 2 ..................................................................................................... 98
Lampiran 3 ..................................................................................................... 104
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
14/77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu substansi yang berperan penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa. Dalam mewujudkan peningkatan mutu
pendidikan diperlukan adanya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan sains dan teknologi,
perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan. Salah satu prasarana
pendukung dalam penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan adalah
penyusunan kurikulum. Di Indonesia telah berulang kali terjadi perubahan
kurikulum, perubahan tersebut disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pada saat ini
kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia. Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kondisi
siswa, keadaan sekolah, dan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Dalam KTSP tugas pendidik tidak
hanya menuangkan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta bekerja sama (Depdiknas, 2006:416). Hal ini diperlukan agar peserta didik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
15/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
16/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
17/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
18/77
5
pembelajaran ini siswa akan lebih aktif baik aktif dalam berpikir, memecahkan
masalah, maupun aktif mencari pemecahan masalah dan bertanya atau
mengeluarkan pendapat mereka. Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Keliling dan luas bangun datar segiempat merupakan salah satu bagian
dari pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa SMP kelas VII semester
genap. Bangun datar yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
persegi dan persegipanjang. Banyak masalah sehari-hari yang berkaitan dengan
materi persegi dan persegipanjang sehingga pembelajaran matematika menjadi
lebih bermakna. Dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam memecahkan setiap permasalahan
yang diberikan. Untuk dapat mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir
kritis maka diadakan suatu tes kemampuan awal dengan memilih materi
aritmatika sosial, karena materi tersebut telah dipelajari oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan
suatu penelitian yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN
MASALAH.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
19/77
6
Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dirinci pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran berdasarkan masalah?
b. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran berdasarkan masalah?
c. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah tersebut
adalah:
Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Untuk dapat mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah maka dirinci tujuan sebagai
berikut.
a.
Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siwa sebelum diterapkannya
model pembelajaran berdasarkan masalah.
b. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran berdasarkan masalah.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
20/77
7
c.
Menganalisis apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
setelah diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan penelitian ini antara lain:
1. Dapat dijadikan alternatif oleh guru matematika pada umumnya untuk
melakukan proses pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan
mengadakan penelitian yang sama.
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran, peneliti menjelaskan beberapa
istilah yang sering digunakan sebagai berikut.
a. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu proses pembelajaran
yang menyajikan kepada siswa situasi masalah autentik dan bermakna yang
dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya meliputi menyajikan suatu
masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar (membantu siswa
mendefinisikan masalah), membimbing penyelidikan yang dilakukan oleh
siswa terhadap situasi masalah yang disajikan, membantu siswa dalam
mengembangkan dan menyajikan hasil kerjanya, kemudian menganalisis dan
mengevaluasi proses penyelesaian masalah yang dilakukan.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
21/77
8
b.
Berpikir merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis dan merumuskan
kesimpulan berdasarkan pertimbangan yang seksama.
c. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan berpikir untuk menganalisis suatu
pertanyaan, argumen, atau informasi yang dilakukan secara sistematis.
d. Kemampuan berpikir kritis siswa adalah kecenderungan berpikir kritis yang
pengkategoriannya didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri siswa yang
berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah. Karakteristik berpikir kritis
siswa dalam memecahkan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
kemampuan dalam membedakan informasi yang relevan atau tidak,
mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan
untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan
dan dipertimbangkan, serta kemampuan untuk menganalisis masalah.
e.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis mengandung arti perubahan tingkat
berpikir kritis siswa. Adapun peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
dapat diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir kritis siswa dikatakan meningkat apabila kategori
tingkat berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 2
lebih baik dari pada kategori berpikir kritis siswa pada hasil tes
kemampuan berpikir kritis 1.
2. Kemampuan Berpikir kritis siswa dikatakan tetap apabila kategori tingkat
berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 1 sama
dengan kategori berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir
kritis 2.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
22/77
9
3.
Kemampuan Berpikir kritis siswa dikatakan turun apabila kategori tingkat
berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 1 lebih baik
dari pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 2.
F. Asumsi dan Keterbatasan
1. Asumsi
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka hal-hal yang
diasumsikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Siswa mengerjakan soal tes dan hasil tes sesuai dengan kemampuan siswa
sendiri karena pada saat tes diawasi oleh peneliti dan guru kelas.
b. Instrumen penelitian merupakan instrumen yang layak digunakan karena
sebelumnya telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru
kelas.
2. Keterbatasan
Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan-batasan yaitu:
a. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang
tahun ajaran 2011/2012.
b.
Sub materi pokok dalam penelitian ini adalah keliling dan luas
persegipanjang dan persegi.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
23/77
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Berpikir
Suryabrata (dalam Siswono, 2008:12) mengatakan bahwa berpikir
merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
jalannya. Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah yaitu
pembentukan pengertian, pembentukan pendapat,dan penarikan kesimpulan.
Menurut Ibrahim dan Nur (2010) berpikir merupakan kemampuan
menganalisis, mengkritisi, dan merumuskan simpulan berdasarkan inferensi dan
pertimbangan yang seksama.
Berpikir dilakukan untuk menghadapi dan memahami realitas dengan
menarik kesimpulan serta meneliti berbagai kemungkinanan penjelasan dari
realitas eksternal dan internal. Sehingga, mengenai hal itu Taylor (dalam Filsaime,
2008) mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu
kemampuan untuk menganalisis dan merumuskan kesimpulan berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
B. Berpikir Kritis
Beyer (dalam Filsaime, 2008:56) mendefinisikan berpikir kritis adalah
sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
24/77
11
validitas sesuatu (pertanyaan-pertanyaan, ide-ide, argumen-argumen, dan lain-
lain).
Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:56) menyebutkan berpikir
kritis merupakan berpikir yang mempunyai maksud, masuk akal, dan berorientasi
tujuan dan kecakapan untuk menganalisis sesuatu informasi dan ide secara hati-
hati dan logis.
Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam
suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kritis juga merupakan suatu kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri dan orang
lain (Siswono, 2008)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu
kemampuan berpikir untuk menganalisis suatu pertanyaan, argumen, atau
informasi yang dilakukan secara sistematis .
Secara terperinci, Halpen (1996) menegaskan,
Critical thinking is the use of those cognitive skills or strategies that
increase the probability of a desirable outcame. It is used to describe
thinking that is purposeful, reasoned and goal directed the kind of thinking
that involved in solving problems, formulating inferences, calculating
likelihoods and making decisions whwn the thinker is using skills that are
thoughtful and effective for the particular context and type of thinking
task. Critical thinking also involves evaluating the thinking process the
reasoning that went into the conclusion we have arrive at the kinds of
factors considered in making a decision.
Definisi Halpen ini mengindikasikan dibutuhkannya beberapa tingkat
keterampilan untuk sampai pada keterampilan berpikir kritis yang memadai, yakni
untuk berpikir kritis, seseorang harus reflektif, efektif, dan sensitive terhadap
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
25/77
12
berbagai faktor yang mungkin berpengaruh pada saat pembuatan keputusan yaitu
keputusan untuk menerima, menolak atau menggunakan sikap.
Stenberg (dalam Filsaime, 2008) mengungkapkan bahwa berpikir kritis
terdiri dari proses-proses mental, strategi, dan representasi yang digunakan
seseorang untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan belajar konsep
baru.
Krulik dan Rudnick (dalam Siswono, 2008) mengemukakan bahwa yang
termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang menguji,
mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam
suatu situasi atau suatu masalah. Sebagai contoh ketika seseorang sedang
membaca suatu naskah matematika ataupun mendengarkan suatu ungkapan
penjelasan tentang matematika maka ia akan berusaha memahami dan mencoba
menemukan atau mendeteksi adanya hal-hal yang istemewa dan perlu atau
penting. Demikian dari suatu data atau informasi ia akan dapat membuat
kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi ataupun
ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam informasi itu. Jadi dalam berpikir
kritis orang akan menganalisis dan merefleksikan hasil berpikirnya. Seseorang
yang berpikir kritis selalu peka terhadap informasi atau situasi yang sedang
dihadapinya, dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau informasi itu.
Berpikir baru dikatakan kritis ketika para pemikir berusaha menganalisis
argumentasi secara cermat, mencari bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan
yang mantap untuk mempercayai dan melakukan sesuatu.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
26/77
13
Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:82) menyebutkan bahwa
seorang yang berpikir kritis mampu untuk:
1. Menganalisis ide-ide yang kompleks dan membuat keputusan-keputusan
yang bisa disampaikan.
2. Mensintesis informasi sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang masuk
akal (bernalar).
3. Mengevaluasi data.
4.
Memecahkan masalah-masalah yang menantang.
5. Mempertanyakan asumsi-asumsi dengan otoritas dan kebijaksanaan
konvensional.
6. Membedakan antara observasi dan inferens.
7.
Mengidentifikasi asumsi-asumsi pada argumen apa pun dan menilaivaliditas asumsi tersebut.
8. Mengetahui perbedaan penggunaan penalaran induktif dan deduktif.
Pembudayaan keterampilan berpikir kritis dapat menggali cara-cara
pemahaman pikiran dan pengesahan intelektualitas sehingga kesalahan dan
distorsi berpikir dapat diminimalisasi. Keterampilan berpikir kritis pun dapat
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang sangat penting
dengan membantu menjauhkan dari ketimpangan berpikir dan menuntun kita
berpikir logis dan rasional.
C. Kemampuan Berpikir Kritis
Banyak cara yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis saat dihadapkan pada suatu masalah, pada saat itu mereka tidak mempunyai
aturan atau algoritma tertentu untuk mendapatkan jawaban dari situasi tersebut.
Menurut Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:82), seseorang
menunjukkan kemampuan untuk berpikir secara kritis dengan mampu untuk:
a.
Menganalisis ide-ide yang kompleks dan membuat keputusan yang bisa
disampaikan
b.
Mensintesis informasi sampai pada kesimpulan yang masuk akal.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
27/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
28/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
29/77
16
Level 1 : Pengetahuan, penemuan diri dan keterampilan awal
Level 2 : Aplikasi dan analisa
Level 3 : Sintesis dan penggunaan secara efektif
Adapun indikator-indikator yang dipakai oleh Clark adalah tentang : (1)
Menguji tujuan dan masalah, (2) Melakukan observasi dan menguji fakta, data,
dan bukti, asumsi, pendapat dan pandangan, (3) Membuat kolerasi yang layak dan
hubungan sebab akibat, (4) Kesimpulan yang bijaksana, teori, konklusi, hipotesis
dan penafsiran.
Lebih lanjut Clark menegaskan bahwa keterampilan memecahkan masalah
dan keterampilan berpikir kritis yang diuraikan dalam level tersebut tidak
tetap/tidak statis melainkan bersifat berubah-ubah atau dinamis dalam
hubungannya dengan keterampilan-keterampilan dalam level tersebut.
Dari uraian di atas maka indikator-indikator yang digunakan untuk
mengetahui keterampilan/kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
karakteristik berikut.
1. : Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak
relevan. Siswa yang berpikir kritis akan dapat membedakan informasi yang
relevan dan yang tidak relevan. Kemampuan ini dapat dilihat dari pekerjaan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Karena soal yang diberikan dalam
bentuk soal cerita, maka siswa yang berpikir kritis akan dapat memahami dan
menangkap isi/inti informasi dari soal cerita tersebut yang kemudian
digunakan untuk mencari penyelesaiannya. Selain itu, jika siswa yang
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
30/77
17
berpikir kritis akan dapat memilih informasi yang berguna untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
2. : Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki
kekeliruan konsep. Kemampuan ini dapat ditentukan dengan menganalisis
hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, berupa tugas
untuk mendeteksi kesalahan konsep pada situasi yang diberikan kemudian
siswa diminta untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dengan
alasan-alasan yang logis dan konsep yang benar. Untuk dapat mengetahui
kemampuan ini dapat digunakan tes yang sengaja dibuat menyalahi konsep
dan aturan dalam matematika. Siswa yang berpikir kritis mampu untuk
mendeteksi kesalahan tersebut dan memperbaikinya dengan benar.
3. : Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah
seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan. Setelah siswa
dihadapkan pada suatu masalah/soal, kemudian memecahkannya dengan bekal
pengetahuan sebelumnya dan tetap melakukan koreksi sebelum diyakini
kebenarannya, siswa mampu untuk mengambil suatu keputusan dan membuat
kesimpulan yang merupakan jawaban dari permintaan tugas. Untuk
mengetahui karakteristik ini siswa dihadapkan pada tugas yang membutuhkan
dilakukannya pengambilan kesimpulan. Siswa yang berpikir kritis mampu
untuk membuat kesimpulan tersebut dan sesuai dengan permintaan tugas.
4. : Kemampuan untuk menganalisis masalah. Kemampuan ini dapat
dilihat ketika siswa dihadapkan pada soal yang kompleks, siswa akan mampu
menangkap maksud dari soal tersebut. Siswa yang berpikir kritis dapat
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
31/77
18
mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal tersebut serta dapat
menyelesaikannya.
Indikator kemampuan berpikir kritis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
: Kemampuan untuk membedakaninformasi yang relevan dan tidak
relevan
1.Menyebutkan apa yang diketahui
dari permasalahan.
2.Mengabaikan informasi yang tidak
relevan.
3.
Menyebutkan apa yang ditanyakan4.Menyelesaikan permasalahan
: Kemampuan untuk mendeteksi
kekeliruan dan memperbaiki
kekeliruan konsep
1.Menyebutkan kesalahan konsep.
2.Memperbaiki kesalahan konsep
: Kemampuan untuk mengambil
keputusan/kesimpulan setelah seluruh
fakta dikumpulkan dan
dipertimbangkan
1.Menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
2.Membuat kesimpulan.
: Kemampuan untuk menganalisis
masalah.
1.
Menyebutkan apa yang diketahui
2.
Menyebutkan apa yang ditanyakan3.Menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan karakteristik berpikir kritis di atas kemampuan berpikir
kritis lebih ditekankan pada dan . Dengan demikian masing-masing dari
kedua karakteristik ini diberi bobot yang lebih besar dari pada dua
karakteristik yang lain. Bobot dan adalah 2. Sedangkan untuk
karakteristik dan masing-masing diberi bobot 1.
Pemberian bobot tersebut dilakukan karena karakteristik berpikir kritis
dan lebih mencerminkan seseorang yang berpikir kritis dalam matematika.
Dalam persoalan matematika kejelian siswa untuk memfilter informasi yang
relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan adalah faktor yang
sangat penting. Karena informasi terkadang dapat menyesatkan dan membuat
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
32/77
19
pekerjaan salah. Kemampuan siswa untuk memperbaiki kekeliruan konsep juga
merupakan faktor penting bagi peningkatan pemahaman konsep agar konsep
tersebut lebih tertanam dan melekat pada siswa.
D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan dengan pemberian masalah
kontekstual yang diberikan oleh guru untuk diselesaikan siswa. Dengan
memecahkan masalah maka siswa menemukan aturan baru yang lebih tinggi
tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskannya secara verbal.
Menurut penelitian, masalah yang dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri
tanpa bantuan khusus, memberikan hasil yang lebih baik yang dapat digunakan
dalam situasi-situasi lain. Karena itu bagi pendidik sangatlah penting untuk
mendorong siswa menemukan penyelesaian soal dengan pemikiran sendiri.
Pembelajaran berdasarkan menumbuhkan dan menggembangkan berpikir
tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasi masalah mencakup belajar
bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah
menyajikan masalah, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung
pembelajaran siswa (Ibrahim dan Nur, 2010). Pembelajaran berdasarkan masalah
menekankan pada proses pemecahan masalah dengan penentuan alternative
pemecahan masalah yang paling tepat. Adapun langkah pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan masalah sebagai berikut.
a. Merumuskan permasalahan
b. Menelaah permasalahan
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
33/77
20
c.
Membuat/merumuskan pemecahan masalah
d.
Menentukan pilihan pemecahan/kesimpulan
Pada dasarnya tujuan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis adalah terbentuknya anak didik yang mampu berpikir netral,
obyektif, beralasan atau logis. Sejalan dengan tuntutan pembudayaan berpikir
kritis, maka pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima tahapan utama
seperti: guru memulai pembelajaran dengan memperkenalkan situasi masalah
kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar (membantu siswa
mendefinisikan masalah), membimbing penyelidikan yang dilakukan oleh siswa
terhadap situasi masalah yang disajikan, membantu siswa dalam mengembangkan
dan menyajikan hasil kerjanya, kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses
penyelesaian masalah yang dilakukan.
Tabel 2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa
terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengoorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap-3
Membimbingpenyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,mendapatkan masalah dan pemecahan masalah
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
34/77
21
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-5
Menganalisis danmengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Ibrahim dan Nur, 2005: 13)
Pembelajaran berdasarkan masalah utamannya dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah,
dan keterampilan intelektual belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar
yang otonom dan mandiri.
Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran ini tidak hanya terbatas
dengan tes kertas dan pensil (pencil and paper tes) tetapi termasuk menemukan
prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan
siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam
mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber
pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai
pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagaiproblem solver.
Muslimin Ibrahim (2008) menjelaskan bahwa dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat
keputusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah
pembelajaran.
E. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan:
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
35/77
22
a.
Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
b.
Pemodelan Orang Dewasa
c. Menjadi Pebelajar yang Mandiri
(Ibrahim dan Nur, 2000)
F. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam
Pembelajaran Matematika
Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran
matematika merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk melatih siswa
agar dapat berpikir kritis dan mengajarkan siswa dalam menggunakan
keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mempraktekkan 5 tahapan utama.
Dalam menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada
pembelajaran matematika hendaknya terlebih dahulu memilih materi (sub materi
pokok) yang cocok yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat
melibatkan siswa untuk melakukan penyelidikan dalam menggunakan
keterampilan pemecahan masalah sehingga siswa mampu menemukan sendiri
penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan saling berinteraksi dan bekerja
sama dengan kelompok, dikarenakan tidak semua materi pelajaran cocok
diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Oleh karena itu
peneliti menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam
pembelajaran matematika dengan memilih dan menggunakan sub materi pokok
persegi dan persegipanjang. Sebab sub materi tersebut dapat melibatkan siswa
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
36/77
23
secara aktif dalam pembelajaran matematika, mendorong siswa untuk berpikir
secara bebas, dapat menemukan sendiri pemecahan masalah yang diberikan
sehingga siswa lebih memahami konsep matematika yang diajarkan dan juga
siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahawa dengan menerapkan
pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika dapat melatih
siswa untuk dapat berpikir kritis.
G. Teori-Teori yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan pada psikologi kognitif
sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pembelajaran tidak begitu banyak pada apa
yang sedang siswa lakukan (perlakuan mereka) pada saat mereka melakukan
kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pembelajaran berdasarkan masalah
kadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun
yang lebih lazim guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator sehingga
siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri. Teori-
teori yang mendukung pembelajaran berdasarkan masalah antara lain:
a.
Bruner dan Pembelajaran Penemuan
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Harward adalah seorang pelopor
dalam era revormasi kurikulum. Bruner dan koleganya menyediakan teori
pendukung penting yang kemudian dikenal sebagai pembelajaran penemuan,
suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
37/77
24
memahami stuktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif
terlibat dalam suatu proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa
pembelajaran terjadi melalui penemuan pribadi. Ketika pembelajaran
penemuan diterapkan dalam sains dan ilmu-ilmu sosial, pembelajaran ini
menekankan penalaran induktif dan proses-proses inkuiri yang merupakan ciri
metode ilmiah. Richard Suchman (1962) mengembangkan suatu pendekatan
yang disebut latihan inkuiri. Ketika menggunakan latihan inkuiri, guru
menyajikan siswa situasi teka-teki atau kejadian-kejadian yang tidak terduga
yang dimaksud untuk memancing rasa ingin tahu dan memotivasi
penyelidikan.
b. Dewey dan Kelas Demokratis
Dalam demokrasi dan pendidikan (1916), Dewey menggambarkan suatu
pandangan tentang pendidikan yang mana sekolah seharusnya mencerminkan
masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan tempat untuk pemecahan
masalah kehidupan yang nyata. Dewey dan teman sejawatnya Kill Patrick
(1918), mengemukakan pendapat bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya
lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki
manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil
untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi
pembelajaran yang berdaya guna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh
keinginan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna,
secara jelas menghubungkan pembelajaran berdasarkan masalah kontemporer
dengan filosofi pendidikan dan pedagogi Dewey (Ibrahim dan Nur, 2000).
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
38/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
39/77
26
e.
Mengembangkan keterampilan berpikir.
Pembelajaran berdasarkan masalah membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah.
(Ibrahim dan Nur, 2010)
2. Kekurangan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Jika siswa tidak memiliki minat/tidak mempunyai kepercayaan terhadap
masalah yang dihadapi serta beranggapan masalah tersebut sulit untuk
dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencobanya.
Ketika siswa sudah mengganggap bahwa masalah yang diberikan adalah
masalah yang sulit untuk dipecahkan maka motivasi siswa untuk
menyelesaikan masalah tersebut sangat rendah.
b.
Membutuhkan banyak waktu.
Pembelajaran berdasarkan masalah umumnyaterdiri dari lima fase utama
yang dimulai dengan guru memberi orientasi situasi masalah kepada siswa
dan diakhiri dengan presentasi dan analisis pekerjaan dan karya siswa.
Apabila masalah itu lingkupnya lingkupnya tidak terlalu luas, kelima fase
dapat diselesaikan dalam beberapa jam pelajaran. Namun masalah yang
komplek dapat menyita waktu satu tahun ajaran penuh untuk
menyelesaikannya.
c. Sulitnya mencari problem yang relevan.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak mengorganisasikan pelajaran di
sekitar prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu,
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
40/77
27
tetapi lebih menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang penting secara sosial
dan bermakna secara pribadi bagi siswa. Pelajaran-pelajaran ini diarahkan
pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan adanya
keragaman solusi yang kompetitif beserta agumentasinya.
Berikut adalah solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut.
a. Untuk mengatasi kekurangan jika siswa tidak memiliki minat/tidak
mempunyai kepercayaan terhadap masalah yang dihadapi serta
beranggapan masalah tersebut sulit untuk dipecahkan, sebaiknya guru
harus selalu memotivasi siswa dalam belajar. Pada saat pembelajaran
berlangsung guru dapat memotivasi siswa dengan cara pendekatan diri,
guru membimbing siswa menyelesaikan permasalahan dan meyakinkan
bahwa masalah tersebut dapat dipecahkan asalkan mereka selalu berusaha.
Selain itu agar siswa memiliki minat dalam pembelajaran seharusnya
permasalahan yang diberikan harus kontekstual sehingga siswa
mengetahui manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Untuk mengatasi permasalahan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah
membutuhkan banyak waktu, peneliti mengantisipasi dengan mengajarkan
keliling dan luas persegipanjang diajarkan dalam 1 pertemuan (2 40
menit) serta keliling dan luas persegi juga diajarkan dengan alokasi waktu
yang sama sehingga waktu yang dibutuhkan hanya 2 pertemuan.
c. Pemilihan masalah/problem yang relevan sebelumnya telah disiapkan oleh
peneliti. Sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
41/77
28
I. Kaitan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Keterampilan
Berpikir Kritis
Pembelajaran Berdasarkan Masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi karena berorientasi pada masalah, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah model
pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah real kehidupan yang bersifat
terbuka dan masalah yang tidak terstuktur. Masalah yang tidak terstuktur adalah
masalah yang belum terdefinisikan secara jelas sehingga dapat membangkitkan
minat siswa, nyata, dan sesuai untuk mengembangkan intelektual, serta
memberikan kesempatan agar siswa belajar dalam situasi kehidupan nyata.
Pembelajaran berdasarkan masalah memfasilitasi pengembangan kemampuan
berpikir, mengembangkan kemampuan bekerja sama melalui kerja kelompok, dan
melatih kecakapan akademik. Oleh karena itu berpikir tingkat tinggi akan
dirangsang oleh pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran berdasarkan
masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri
untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kecakapan
berpikir dalam mempelajari dan menyerap materi pembelajaran. Dengan demikian
pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan berbagai keterampilan dan kecakapan matematika.
Beberapa kemampuan yang dapat dilatihkan dengan pembelajaran
berdasarkan masalah adalah:
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
42/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
43/77
30
Dari hasil tersebut peneliti tertarik untuk melihat peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah.
K. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi
Haga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya.
Harga beli sering disebut modal. Dalam situasi tertentu modal adalah harga beli
ditambah ongkos atau biaya lainnya.
Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada
pembeli. Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian.
Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian, jika
harga penjualan kurang dari harga pembelian.
L. Persegi Panjang dan Persegi
1.
Persegipanjang
a.
Pengertian persegipanjang
Persegipanjang adalah segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan
sisi-sisi berhadapannya sama panjang.
Laba = harga penjualanharga pembelian
Rugi = harga pembelianharga penjualan
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
44/77
31
b.
Keliling Persegipanjang
Keliling persegipanjang adalah bilangan yang menunjuk jumlah panjang
semua sisi dari persegipanjang tersebut.
Misal persegipanjang ABCD di bawah ini.
Maka keliling persegipanjang ABCD adalah AB+BC+CD+DA
Jika AB = p dan BC = l maka CD= p dan DA = l
Jadi keliling persegipanjang adalah
K = p+l+p+l
K=2(p+l)
Dengan k menyatakan keliling persegipanjang
p menyatakan panjang persegipanjang
l menyatakan lebar persegipanjang
c.
Luas persegipanjang
Luas daerah persegipanjang adalah bilangan yang menunjuk banyaknya
satuan pengukuran yang diperlukan tepat untuk menutupi persegipanjang
tersebut.
Luas persegipanjang ABCD pada gambar tersebut adalah AB BC
A B
CD
Gambar 2.1 Persegi Panjang
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
45/77
32
Jika AB= p dan BC=l
Diperoleh luas persegipanjang adalah:
Dengan L menyatakan luas persegipanjang
p menyatakan panjang persegi panjang
l menyatakan lebar persegi panjang
2. Persegi
a. Pengertian persegi
Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat
sudutnya siku-siku.
b. Keliling persegi
Keliling persegi adalah bilangan yang menunjuk jumlah panjang semua
sisi-sisi dari persegi tersebut.
Misal persegi KLMN dibawah ini:
Maka keliling persegi KLMN adalah KL+LM+MN+NK
Jika KL = s maka LM= s, MN = s, dan NK = s
Jadi keliling persegi adalah :
K = s+s+s+s
L = p l
K L
MN
Gambar 2.2 Persegi
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
46/77
33
K= 4s
Dengan K menyatakan keliling persegi
s menyatakan sisi persegi
c. Luas persegi
Luas daerah persegi adalah bilangan yang menunjuk banyaknya satuan
pengukuran yang diperlukan tepat untuk menutupi persegi tersebut.
L = s s
Dengan L menyatakan luas persegi
s menyatakan sisi persegi
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
47/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
48/77
35
D. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan suatu perlakuan tertentu kepada satu
kelompok subyek tanpa adanya kelompok pembanding. Pada penelitian ini,
sebelum dilakukan pembelajaran, subyek penelitian diberikan tes kemampuan
berpikir kritis 1 untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis awal yang dimiliki
subyek penelitian. Setelah selesai hasil tes kemampuan berpikir kritis 1
dikembalikan ke peneliti, kemudian hasilnya dianalisis untuk membagi subyek
penelitian kedalam kelompok belajar. Setelah didapatkan kelompok belajar,
subyek penelitian diberikan pembelajaran berdasarkan masalah. Setelah
menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya diberikan tes
kemampuan berpikir kritis 2 untuk mengetahui tingkat berpikir kritis siswa setelah
pembelajaran. Kemudian penulis mengadakan analisis terhadap hasil tes
kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2.
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
: Tes kemampuan berpikir kritis 1 untuk mengetahui tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa sebelum diterapkannya pembelajaran berdasarkan
masalah.
X : Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah.
X 2
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
49/77
36
2 : Tes kemampuan berpikir kritis 2 untuk mengetahui tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan
masalah.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga
tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Uraian
masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut.
a. Penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran.
2)
Lembar Kerja Siswa
Dalam penelitian ini terdapat 2 LKS, LKS 1 tentang keliling dan luas
persegipanjang sedangkan LKS 2 tentang keliling dan luas persegi.
b. Menyusun Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kritis.
Soal tes dikembangkan oleh peneliti dengan memperlihatkan indikator
berpikir kritis yang meliputi:
1)Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan.
2)Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan
konsep.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
50/77
37
3)
Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan dipertimbangkan.
4)Kemampuan untuk menganalisis masalah.
Tes kemampuan berpikir kritis terditi atas:
1)Tes kemampuan berpikir kritis 1 yang berupa soal pemecahan masalah
yang diberikan sebelum menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah.
2)Tes kemampuan berpikir kritis 2 yang berupa soal pemecahan masalah
yang diberikan setelah menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah.
c. Meminta ijin kepala SMPN 1 Balongpanggang untuk melakukan penelitian.
d.
Membuat kesepakatan dengan guru matematika kelas VII-A mengenai waktu
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti. Pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut.
a. Pemberian tes kemampuan berpikir kritis 1
b. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah yang dilakukan selama 2
kali pertemuan dengan materi yang diajarkan keliling dan luas
persegipanjang pada pertemuan pertama dan keliling dan luas persegi pada
pertemuan kedua.
c. Pemberian tes kemampuan berpikir kritis 2
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
51/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
52/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
53/77
40
a.
Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan.
b.
Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan
konsep.
c. Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan dipertimbangkan.
d. Kemampuan untuk menganalisis masalah.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
teknik pengumpulan data dengan metode tes.
Metode tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa.Tes yang dimaksud berupa tes kemampuan berpikir kritis 1
dan tes kemampuan berpikir kritis 2. Tes kemampuan berpikir kritis 1 digunakan
untuk mengetahui kemampuan awal. Tes kemampuan berpikir kritis 2 digunakan
untuk mengetahui kemampuan akhir dan pelaksanaan tes setelah pembelajaran
dilaksanakan. Soal tes berbentuk essay. Siswa diberi waktu pengerjaan sesuai
permintaan soal. Hasilnya digunakan untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam
level kemampuan berpikir kritis.
I. Teknik Analisis Data
Hasil dari tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes kemampuan berpikir
kritis 2 digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis,
langkah-langkah yang digunakan:
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
54/77
41
1.
Mengoreksi hasil tes berpikir kritis.
2.
Hasil penyelesaian soal dianalisis dengan memperlihatikan 4 karakteristik
berpikir kritis. Analisis dilakukan terhadap hasil soal nomor 1 untuk
mengetahui karakteristik berpikir kritis (), soal nomor 2 untuk mengetahui
karakteristik berpikir kritis (2), soal nomor 3 untuk mengetahui karakteristik
berpikir kritis (), dan soal nomor 4 untuk mengetahui karakteristik berpikir
kritis (). Kemampuan berpikir kritis lebih ditekankan pada dan .
Dengan demikian masing-masing dari kedua karakteristik ini diberi bobot
yang lebih besar dari pada dua karakteristik yang lain. Bobot dan
adalah 2. Sedangkan untuk karakteristik dan masing-masing diberi
bobot 1.
3. Hasil pekerjaan siswa dianalisis untuk menentukan level yang dipenuhi oleh
masing-masing siswa, dengan ketentuan:
Level 3 : Kritis
Pada level ini siswa memenuhi semua karakteristik berpikir kritis atau
memenuhi tiga karakteristik berpikir kritis dengan ketentuan dan
terpenuhi.
Level 2 : Cukup Kritis
Siswa berada pada level ini bila memenuhi tiga atau dua karakteristik berpikir
kritis dengan ketentuan jika memenuhi 3 karakteristik salah satu dari atau
tidak terpenuhijika memenuhi 2 karakteristik siswa hanya memenuhi
dan saja.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
55/77
42
Level 1 : Tidak Kritis
Siswa berada pada level ini jika memenuhi dua atau satu atau bahkan siswa
tidak memenuhi semua karakteristik berpikir kritis yang ada. Dengan
ketentuan, jika memenuhi dua karakteristik salah satu dari atau tidak
terpenuhi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 3.1 Karakteristik Berpikir Kritis
Kriteria Karakteristik berfikir kritis
Kritis 1. , , ,2. , ,3. , ,
Cukup Kritis 1. , ,
2. , ,3. ,
Tidak Kritis 1. ,
2. ,3. ,4. 5. 6.
7.
8.
4.
Membandingkan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada hasil tes
kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2 untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
5. Mengklasifikasikan siswa yang mengalami peningkatan, tetap, dan
penurunan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dari hasil analisis tes
kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
56/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
57/77
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balongpanggang Gresik pada
kelas VII-A semester genap tahun pelajaran 2011-2012. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan
penelitian dan penentuan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian.
Selanjutnya peneliti dipertemukan dengan guru matematika kelas VII-A untuk
menjelaskan mengenai teknik pelaksanaan, jadwal kegiatan dan
mengkonsultasikan perangkat pembelajaran serta instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian. Perangkat pembelajaran dan instrumen tersebut sebelumnya
telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Pengambilan data dilakukan selama empat pertemuan. Pertemuan pertama
dilakukan untuk melaksanakan tes kemampuan berpikir kritis 1, dua pertemuan
untuk penerapan pembelajaran berdasarkan masalah pada materi keliling dan luas
persegipanjang dan persegi, serta satu pertemuan untuk melaksanakan tes
kemampuan berpikir kritis 2. Sesuai dengan kesepakatan yang diambil,
pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 15, 16, 22, dan 23 Mei 2012.
Adapun jadwal pelaksanaan adalah sebagai berikut.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
58/77
46
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Waktu Kegiatan Materipembelajaran
15 Mei 2012 2 40 menit Tes Kemampuan
Berpikir Kritis 1
Menyelesaikan
masalah
matematika yang
berkaitan dengan
aritmatika sosial.
16 Mei 2012 2 40 menit RPP I Menyelesaikan
masalah
matematika yang
berkaitan dengan
keliling dan luas
persegipanjang.
22 Mei 2012 2 40 menit RPP II Menyelesaikan
masalah
matematika yang
berkaitan dengan
keliling dan luas
persegi
23 Mei 2012 2 40 menit Tes Kemampuan
Berpikir Kritis 2
Menyelesaikan
masalah
matematika yangberkaitan dengan
keliling dan luas
persegipanjang
dan persegi
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Data tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan
berpikir kritis 1
Terdapat dua tes kemampuan berpikir kritis, yaitu tes kemampuan
berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2. Dari kedua tes tersebut
dapat diketahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Tes
kemampuan berpikir kritis diberikan kepada seluruh siswa kelas VII-A yang
berjumlah 32 siswa. Tes kemampuan berpikir kritis 1 diikuti oleh 31 siswa
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
59/77
47
karena terdapat 1 siswa yang tidak mengikuti tes kemampuan berpikir kritis
1.
Dari data tes kemampuan berpikir kritis 1, selanjutnya diklasifikasikan
menjadi 3 level yaitu, kritis, cukup kritis, dan tidak kritis. Pengelompokkan
tersebut berdasarkan pada karakteristik berpikir kritis yaitu, kemampuan
untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, kemampuan
untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep,
kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan kemampuan untuk menganalisis
masalah. Hasil dari pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.2 Daftar Level Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Tes Kemampuan Berpikir Kritis 1
Level Banyaknya Siswa
1 24
2 5
3 2
Jumlah 31
Berikut adalah jawaban siswa yang memenuhi level kritis, cukup kritis
dan tidak kritis.
Level Kritis
Jawaban dari siswa yang berkode 30
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
60/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
61/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
62/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
63/77
51
kembalian yang didapat, hasil yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah
durian yang dibeli.
Jawaban no. 4
Gambar 4.8
Dari jawaban siswa tersebut, dapat diketahui bahwa siswa dapat
menentukan harga jual keseluruan dengan cara menghitung jumlah buku tulis
terlebih dahulu setelah itu kemudian menentukan harga jual.
Level tidak kritis
Jawaban dari siswa yang berkode 17
Gambar 4.9
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak
mengerti tentang konsep untuk mencari harga jual
Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan pada nomor 2.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
64/77
52
Jawaban no.3
Gambar 4.10
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat
menentukan harga jual/buah, dengan cara siswa menghitung harga pembelian
berdasarkan uang yang dibayarkan dikurangi dengan kembalian yang didapat,
hasil yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah durian yang dibeli.
Jawaban no.4
Gambar 4.11
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak
memperhitungkan untung yang diharapkan.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sangat rendah. Hal ini
dikarenakan jumlah siswa yang berada pada level 1 sebanyak 24 dari 31
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
65/77
53
siswa yang mengikuti tes. Siswa yang berada pada level 2 sebanyak 5 siswa,
dan pada level 3 hanya 2 siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang sebelum
diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah tergolong rendah. Karena
terdapat 24 siswa atau 77,42% yang menempati level 1, 5 siswa atau 16,13%
yang menempati level 2, dan 2 siswa atau 6,45% yang menempati level 3.
2. Data tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan
berpikir kritis 2
Tes kemampuan berpikir kritis 2 dilaksanakan setelah penerapan
pembelajaran berdasarkan masalah. Tes Kemampuan berpikir kritis 2 diikuti
oleh seluruh siswa kelas VII-A sejumlah 32 siswa.
Dari data tes kemampuan berpikir kritis 2 selanjutnya diklasifikasikan
menjadi 3 level yaitu, kritis, cukup kritis, dan tidak kritis. Pengelompokkan
tersebut berdasarkan pada karakteristik berpikir kritis yaitu, kemampuan
untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, kemampuan
untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep,
kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan kemampuan untuk menganalisis
masalah. Hasil dari pengelompokan tersebut dapat di lihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.3 Daftar Level Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Tes Kemampuan Berpikir Kritis 2
Level Banyaknya Siswa
1 13
2 6
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
66/77
54
Level Banyaknya Siswa
3 13
Jumlah 32
Berikut adalah jawaban siswa yang memenuhi level kritis, cukup kritis
dan tidak kritis.
Level kritis
Jawaban dari siswa yang berkode 23
Jawaban no.1
Gambar 4.12
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami
permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari
masalah tersebut.
Jawaban no.2
Gambar 4.13
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
67/77
55
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat
mendeteksi kekeliruan dan melakukan pembenaran yang sesuai dengan
kondisi permasalahan.
Jawaban no. 3
Gambar 4.14
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan cara memperpanjang
ukuran dari panjang semula kemudian membandingkan luas pigora lama
dengan luas pigora yang baru hingga merumuskan kesimpulan.
Jawaban no.4
Gambar 4.15
Dari jawaban siswa tersebut siswa tidak dapat memahami permasalahan
yang diberikan sehingga tidak dapat menyelesaikannya.
Level Cukup kritis
Jawaban dari siswa yang berkode 26
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
68/77
56
Jawaban no.1
Gambar 4.16
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami
permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari
masalah tersebut.
Jawaban no.2
Gambar 4.17
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat
mendeteksi kekeliruan dan melakukan pembenaran yang sesuai dengan
kondisi permasalahan.
Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan 3 dan 4.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
69/77
57
Level Tidak kritis
Jawaban dari siswa yang berkode 11
Jawaban no.1
Gambar 4.18
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami
permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari
masalah tersebut.
Siswa tidak dapat mennyelesaikan permasalahan pada no.2
Jawaban no.3
Gambar 4.19
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
70/77
58
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak
memahami permasalahan yang diberikan.
Jawaban no.4
Gambar 4.20
Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui siswa yang berada pada level 1
sebanyak 13 siswa dari 32 siswa yang mengikuti tes atau 40,63%. Siswa yang
berada pada level 2 sebanyak 6 siswa atau 18,74%, dan pada level 3 terdapat
13 siswa atau 40,63%.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang setelah
diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah mengalami perubahan
yang lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
71/77
59
3. Pembahasan
Berdasarkan data hasil Tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes
kemampuan berpikir kritis 2 terdapat siswa yang mengalami perubahan level
berpikir kritis. Berikut akan dibahas hasil kemampuan berpikir kritis 1 dan
kemampuan berpikir kritis 2. Pada tes kemampuan berpikir kritis 1 terdapat 1
siswa yang tidak mengikuti tes dengan kode siswa 19 sehingga siswa tersebut
tidak diikutkan dalam analisis.
Tabel 4.4 Banyaknya Siswa yang Mengalami Perubahan Level Berpikir
Kritis
No. Tes Kemampuan
berpikir kritis 1
Tes Kemampuan berpikir
kritis 2
Banyak siswa
1 1 2 5
2 1 3 8
3 2 3 4
Jumlah 17
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami
peningkatan kemampuan berpikir kritis sebanyak 17 siswa atau 54,84%, 12 siswa
atau 38,71% tidak mengalami perubahan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran berdasarkan masalah, kemampuan berpikir kritis siswa
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yazdani (dalam Ibrahim dan Nur,
2010), salah satu outcome atau hasil pembelajaran berdasarkan masalah adalah
keterampilan berpikir kritis. Selain hal tersebut, Ibrahim dan Nur juga mengatakan
bahwa kolaborasi siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah mendorong
berbagai inkuiri dan dialog, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan
berpikir dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
72/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
73/77
61
mengalami perubahan level kemampuan berpikir kritis, namun memenuhi
beberapa karakteristik yang lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil tes
kemampuan berpikir kritis 1. Siswa yang berkode 11, pada tes kemampuan
berpikir kritis 1 siswa tersebut hanya memenuhi indikator sedangkan pada tes
kemampuan berpikir kritis 2 siswa tersebut memenuhi indikator dan meski
demikian siswa dengan kode 11 tetap berada pada level 1. Selain hal tersebut ada
juga siswa yang tidak mengalami perubahan level namun karakteristik berpikir
kritis yang dipenuhi pada tes kemampuan berpikir kritis 2 lebih baik dari hasil tes
kemampuan berpikir kritis 1. Siswa dengan kode 4, pada tes kemampuan berpikir
kritis 1 karakteristik berpikir kritis yang dicapai adalah dan namun pada tes
kemampuan berpikir kritis 2 siswa tersebut memenuhi karakteristik dan .
( memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan ). Jika guru secara
kontinu menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah maka kemampuan
berpikir siswa akan terlatih dan mengalami peningkatan yang lebih baik.
C.Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini soal tes kemampuan berpikir kritis peneliti tidak
memperhatikan kriteria kesetaraan antara soal tes kemampuan berpikir kritis 1 dan
soal tes kemampuan berpikir kritis 2 sehingga membuat hasil penelitian ini kurang
sempurna.
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
74/77
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran
berdasaran masalah tergolong rendah. Karena terdapat 24 siswa atau
77,42% menempati level 1, 5 siswa atau 16,13% menempati level 2, dan 2
siswa atau 6,45% menempati level 3.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran
berdasarkan masalah mengalami peningkatan sebesar 54,84% peningkatan
ini tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan
berpikir kritis 2 yang menunjukkan sebanyak 13 siswa atau 40,63%
menempati level 1, 6 siswa atau 18,74% menempati level 2, dan 13 siswa
atau 40,63% menempati level 3.
3. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan
pembelajaran berdasarkan masalah.
B. SARAN
Hendaknya guru mulai menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah. Dari
hasil penelitian yang diperoleh, kemampuan berpikir siswa mengalami
peningkatan dan peningkatannya tergolong rendah. Hal ini karena peneliti hanya
melakukan pembelajaran selama 2 kali. Jika guru menerapkan pembelajaran
berdasarkan masalah maka kemampuan berpikir kritis siwa mengalami
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
75/77
8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
76/77
64
Daftar Pustaka
Clark College. Critical Thinking/Problem Solving Ability (Online),(http://web.cark.edu/smith/problem.htm,Diakses 30 januari 2012)
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Depdiknas
Febrianingtyas I.P. 2010. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Matematika Berbasis Open Ended Problem pada Materi Persegi Di Kelas
VII SMPN 17.Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: UNESA
Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi pustakarya.
Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Holili, Moh. 2008. Identifikasi Siswa Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal/
Masalah Matematika pada Materi Fungsi Komposisi Di SMAN I Blega .
Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: UNESA
Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2000. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press
Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press
Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2010. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press
Indahwati, Rohmah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas dengan
Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Persegipanjang dan Persegi
Di Kelas VII SMP Negeri 4 Pamekasan. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Surabaya: UNESA
Mastuti, Ajeng Gelora. 2009. Penerapan Model Pemelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based Instruction) untuk Sub Materi Pokok Belahketupatdan Trapesium Di Kelas VII SMPN 9 Mojokerto.Tesis Tidak Diterbitkan.
Surabaya: Program Pascasarjana UNESA
Ningsih, Puji Rahayu. 2011. Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Tesis
Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana UNESA
Rosyida, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada
Media.
64
http://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htm8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah
77/77
65
Siswono, Tatang Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis
Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Surabaya: UNESA University Press
Tim. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Wijaya, Cece. 2007. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber
Daya Manusia.Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467.Diakses tanggal 9 Mei 2012
http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467