Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

download Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

of 77

Transcript of Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    1/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    2/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    3/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    4/77

    iii

    PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

    DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

    SKRIPSI

    Telah diuji

    Pada tanggal 9 Agustus 2012

    Penguji Tanda Tangan

    1. Dr. Siti Khabibah, M.Pd.

    NIP 197210012001122006

    2. Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.

    NIP 197107082000031001

    3. Dra. Sutinah

    NIP 194902101976032001

    ...............................................

    ...............................................

    ...............................................

    Mengetahui,

    Dekan FMIPA

    Universitas Negeri Surabaya

    Prof. Dr. Suyono, M. Pd.

    NIP 196006201985031003

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    5/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    6/77

    v

    PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

    DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAHLinda Dwi Puspitasari

    ABSTRAK

    Salah satu tujuan dari KTSP adalah membekali peserta didik dengan

    kemampuan berpikir kritis. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dituntut untuk

    aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

    mengaktifkan siswa adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran

    berdasarkan masalah dapat membantu siswa mengembangkan kemampuanberpikir dan pemecahan masalah. Pembelajaran ini menekankan pada proses

    pemecahan masalah dan peran guru sebagai fasilitator. Penelitian ini bertujuan

    untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya

    model pembelajaran berdasarkan masalah. Manfaat dari penelitian ini dapat

    dijadikan alternative oleh guru matematika untuk melakukan proses pembelajaran

    matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dapat

    digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan mengadakan

    penelitian yang sama.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data

    dilaksanakan di SMPN 1 Balongpanggang pada tanggal 15, 16, 22, dan 23 Mei2012. Data diperoleh dengan menggunakan metode tes. Pada penelitian ini

    terdapat 2 tes yaitu tes kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir

    kritis 2. Hasil dari tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes kemampuan

    berpikir kritis 2 dianalisis untuk mengetahui peningkatan yang terjadi.

    Hasil penelitian menunjukkan terdapat 54,84% siswa mengalami

    peningkatan kemampuan berpikir kritis. Peningkatan ini tergolong rendah. Hal ini

    disebabkan siswa kurang mampu dalam menggunakan daya nalar. Tipe soal

    sederhana yang sering diberikan guru menyebabkan kemampuan berpikir kritis

    siswa kurang berkembang.

    Kata Kunci: Kemampuan Berpik ir Kr it is Siswa, Pembelajaran Berdasarkan

    Masalah

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    7/77

    vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang maha memudahkan segala urusan atas

    segala keindahan rencana-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

    dengan judul Peningkatan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran

    Berdasarkan Masalah yang bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana

    pendidikan matematika. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

    kepada baginda Rosulullah SAW.

    Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

    1. Dr. Siti Khabibah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

    arahan dan masukan kepada peneliti dengan penuh kesabaran,

    2. Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd dan Dra. Sutinah selaku dosen penguji,

    3. Dr. Abadi, M.Sc selaku ketua jurusan matematika yang juga telah memberikan

    ijin penelitian,

    4. Prof. Dr. Suyono, M. Pd. selaku dekan FMIPA yang telah memberikan ijin

    untuk melakukan penelitian,

    5.

    Drs. H.Mochamad Irfan, MM selaku Kepala SMP Negeri 1 Balongpanggang

    yang memberikan ijin penelitian di sekolah tersebut,

    6. Ustin, S.Pd selaku guru matematika SMP Negeri 1 Balongpanggang yang

    telah membantu pelaksanaan pengambilan data di SMP Negeri 1

    Balongpanggang,

    7. Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang yang bersedia meluangkan

    waktu untuk menjadi subjek penelitian ini,

    8. Kedua orang tua peneliti dan Paman Agus Wiyono yang selalu memberikan

    dukungan, motivasi, dan kasih sayang,

    9. Seluruh keluarga besar peneliti dan semua sahabat peneliti yang selalu

    memberikan doa serta dukungan moril dan materiil agar segera terselesainyapenelitian ini,

    10.Segenap pihak yang turut membantu, baik secara moral maupun material dan

    tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

    Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan

    kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga

    skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

    Surabaya, Juli 2012

    Penulis

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    8/77

    vii

    DAFTAR ISI

    . Halaman

    Halaman Judul .................................................................................................... i

    Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii

    Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii

    Abstrak ................................................................................................................ iv

    Kata Pengantar .................................................................................................... vi

    Daftar Tabel ....................................................................................................... x

    Daftar Gambar .................................................................................................... xi

    Daftar Lampiran .................................................................................................. xii

    Daftar Isi ............................................................................................................. vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

    D.

    Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

    E.

    Penjelasan Istilah .................................................................................... 7

    F.

    Asumsi dan Keterbatasan ........................................................................ 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A.

    Pengertian Berpikir ................................................................................ 10

    B.

    Berpikir Kritis ........................................................................................ 10

    C.

    Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................... 13

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    9/77

    viii

    D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...................................................... 19

    E.

    Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ......................................... 22

    F. Penerapan Pembelajaran Perdasarkan Masalah dalam Pembelajaran

    Matematika ............................................................................................. 22

    G.

    Teori-Teori yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah ....... 23

    H.

    Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah .......... 25

    I.

    Kaitan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Keterampilan

    Berpikir kritis .......................................................................................... 28

    J.

    Penelitian yang Relevan ......................................................................... 29

    K. Harga Penjualan, Harga Pembelian, Laba, dan Rugi ............................. 30

    L. Persegipanjang dan Persegi .................................................................... 30

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 34

    B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 34

    C. Subyek Penelitian ................................................................................... 34

    D.

    Rancangan Penelitian .............................................................................. 35

    E.

    Prosedur Penelitian ................................................................................. 36

    F. Perangkat Pembelajaran ......................................................................... 38

    G. Istrumen Penelitian ................................................................................. 39

    H. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 40

    I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 41

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    10/77

    ix

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 45

    B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 46

    C. Kelemahan Penelitian ........................................................................... 61

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ................................................................................................. 62

    B. Saran ....................................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 66

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    11/77

    x

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    2.1 Indikator kemampuan berpikir kritis ............................................................. 18

    2.2 Tahap pembelajaran berdasarkan masalah .................................................... 20

    3.1 Karakteristik berpikir kritis ........................................................................... 42

    4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian ...................................................................... 46

    4.3 Daftar level kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan berpikir

    kritis 1 .......................................................................................................... 47

    4.5 Daftar level kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan berpikir

    kritis 2 .......................................................................................................... 53

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    12/77

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Gambar Halaman

    2.1 Persegipanjang ..............................................................................................31

    2.2 Persegi ...........................................................................................................32

    3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................35

    4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................35

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    13/77

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Lampiran Halaman

    Lampiran 1 ..................................................................................................... 66

    Lampiran 2 ..................................................................................................... 98

    Lampiran 3 ..................................................................................................... 104

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    14/77

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu substansi yang berperan penting dalam

    menentukan kemajuan suatu bangsa. Dalam mewujudkan peningkatan mutu

    pendidikan diperlukan adanya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan

    pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan sains dan teknologi,

    perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan. Salah satu prasarana

    pendukung dalam penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan adalah

    penyusunan kurikulum. Di Indonesia telah berulang kali terjadi perubahan

    kurikulum, perubahan tersebut disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pada saat ini

    kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum

    sebelumnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah

    kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-

    masing satuan pendidikan di Indonesia. Pengembangan Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP) diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kondisi

    siswa, keadaan sekolah, dan kebutuhan sekolah itu sendiri.

    KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

    sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Dalam KTSP tugas pendidik tidak

    hanya menuangkan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi membekali peserta

    didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif

    serta bekerja sama (Depdiknas, 2006:416). Hal ini diperlukan agar peserta didik

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum
  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    15/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    16/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    17/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    18/77

    5

    pembelajaran ini siswa akan lebih aktif baik aktif dalam berpikir, memecahkan

    masalah, maupun aktif mencari pemecahan masalah dan bertanya atau

    mengeluarkan pendapat mereka. Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat

    meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

    Keliling dan luas bangun datar segiempat merupakan salah satu bagian

    dari pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa SMP kelas VII semester

    genap. Bangun datar yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah

    persegi dan persegipanjang. Banyak masalah sehari-hari yang berkaitan dengan

    materi persegi dan persegipanjang sehingga pembelajaran matematika menjadi

    lebih bermakna. Dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah

    diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam memecahkan setiap permasalahan

    yang diberikan. Untuk dapat mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir

    kritis maka diadakan suatu tes kemampuan awal dengan memilih materi

    aritmatika sosial, karena materi tersebut telah dipelajari oleh siswa.

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan

    suatu penelitian yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR

    KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN

    MASALAH.

    B. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    19/77

    6

    Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah

    diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah?

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dirinci pertanyaan sebagai berikut.

    a. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkannya

    model pembelajaran berdasarkan masalah?

    b. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya

    model pembelajaran berdasarkan masalah?

    c. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah

    diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah tersebut

    adalah:

    Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya model

    pembelajaran berdasarkan masalah.

    Untuk dapat mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah

    diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah maka dirinci tujuan sebagai

    berikut.

    a.

    Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siwa sebelum diterapkannya

    model pembelajaran berdasarkan masalah.

    b. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya

    model pembelajaran berdasarkan masalah.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    20/77

    7

    c.

    Menganalisis apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

    setelah diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan penelitian ini antara lain:

    1. Dapat dijadikan alternatif oleh guru matematika pada umumnya untuk

    melakukan proses pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis.

    2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan

    mengadakan penelitian yang sama.

    E. Penjelasan Istilah

    Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran, peneliti menjelaskan beberapa

    istilah yang sering digunakan sebagai berikut.

    a. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu proses pembelajaran

    yang menyajikan kepada siswa situasi masalah autentik dan bermakna yang

    dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang

    langkah-langkah kegiatan pembelajarannya meliputi menyajikan suatu

    masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar (membantu siswa

    mendefinisikan masalah), membimbing penyelidikan yang dilakukan oleh

    siswa terhadap situasi masalah yang disajikan, membantu siswa dalam

    mengembangkan dan menyajikan hasil kerjanya, kemudian menganalisis dan

    mengevaluasi proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    21/77

    8

    b.

    Berpikir merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis dan merumuskan

    kesimpulan berdasarkan pertimbangan yang seksama.

    c. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan berpikir untuk menganalisis suatu

    pertanyaan, argumen, atau informasi yang dilakukan secara sistematis.

    d. Kemampuan berpikir kritis siswa adalah kecenderungan berpikir kritis yang

    pengkategoriannya didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri siswa yang

    berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah. Karakteristik berpikir kritis

    siswa dalam memecahkan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    kemampuan dalam membedakan informasi yang relevan atau tidak,

    mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan

    untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan

    dan dipertimbangkan, serta kemampuan untuk menganalisis masalah.

    e.

    Peningkatan kemampuan berpikir kritis mengandung arti perubahan tingkat

    berpikir kritis siswa. Adapun peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

    dapat diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut.

    1. Kemampuan berpikir kritis siswa dikatakan meningkat apabila kategori

    tingkat berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 2

    lebih baik dari pada kategori berpikir kritis siswa pada hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 1.

    2. Kemampuan Berpikir kritis siswa dikatakan tetap apabila kategori tingkat

    berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 1 sama

    dengan kategori berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir

    kritis 2.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    22/77

    9

    3.

    Kemampuan Berpikir kritis siswa dikatakan turun apabila kategori tingkat

    berpikir kritis siswa pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 1 lebih baik

    dari pada hasil tes kemampuan berpikir kritis 2.

    F. Asumsi dan Keterbatasan

    1. Asumsi

    Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka hal-hal yang

    diasumsikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    a. Siswa mengerjakan soal tes dan hasil tes sesuai dengan kemampuan siswa

    sendiri karena pada saat tes diawasi oleh peneliti dan guru kelas.

    b. Instrumen penelitian merupakan instrumen yang layak digunakan karena

    sebelumnya telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru

    kelas.

    2. Keterbatasan

    Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan-batasan yaitu:

    a. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang

    tahun ajaran 2011/2012.

    b.

    Sub materi pokok dalam penelitian ini adalah keliling dan luas

    persegipanjang dan persegi.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    23/77

    10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengertian Berpikir

    Suryabrata (dalam Siswono, 2008:12) mengatakan bahwa berpikir

    merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau

    jalannya. Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah yaitu

    pembentukan pengertian, pembentukan pendapat,dan penarikan kesimpulan.

    Menurut Ibrahim dan Nur (2010) berpikir merupakan kemampuan

    menganalisis, mengkritisi, dan merumuskan simpulan berdasarkan inferensi dan

    pertimbangan yang seksama.

    Berpikir dilakukan untuk menghadapi dan memahami realitas dengan

    menarik kesimpulan serta meneliti berbagai kemungkinanan penjelasan dari

    realitas eksternal dan internal. Sehingga, mengenai hal itu Taylor (dalam Filsaime,

    2008) mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu

    kemampuan untuk menganalisis dan merumuskan kesimpulan berdasarkan

    pertimbangan yang seksama.

    B. Berpikir Kritis

    Beyer (dalam Filsaime, 2008:56) mendefinisikan berpikir kritis adalah

    sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    24/77

    11

    validitas sesuatu (pertanyaan-pertanyaan, ide-ide, argumen-argumen, dan lain-

    lain).

    Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:56) menyebutkan berpikir

    kritis merupakan berpikir yang mempunyai maksud, masuk akal, dan berorientasi

    tujuan dan kecakapan untuk menganalisis sesuatu informasi dan ide secara hati-

    hati dan logis.

    Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam

    suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kritis juga merupakan suatu kemampuan

    untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri dan orang

    lain (Siswono, 2008)

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu

    kemampuan berpikir untuk menganalisis suatu pertanyaan, argumen, atau

    informasi yang dilakukan secara sistematis .

    Secara terperinci, Halpen (1996) menegaskan,

    Critical thinking is the use of those cognitive skills or strategies that

    increase the probability of a desirable outcame. It is used to describe

    thinking that is purposeful, reasoned and goal directed the kind of thinking

    that involved in solving problems, formulating inferences, calculating

    likelihoods and making decisions whwn the thinker is using skills that are

    thoughtful and effective for the particular context and type of thinking

    task. Critical thinking also involves evaluating the thinking process the

    reasoning that went into the conclusion we have arrive at the kinds of

    factors considered in making a decision.

    Definisi Halpen ini mengindikasikan dibutuhkannya beberapa tingkat

    keterampilan untuk sampai pada keterampilan berpikir kritis yang memadai, yakni

    untuk berpikir kritis, seseorang harus reflektif, efektif, dan sensitive terhadap

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    25/77

    12

    berbagai faktor yang mungkin berpengaruh pada saat pembuatan keputusan yaitu

    keputusan untuk menerima, menolak atau menggunakan sikap.

    Stenberg (dalam Filsaime, 2008) mengungkapkan bahwa berpikir kritis

    terdiri dari proses-proses mental, strategi, dan representasi yang digunakan

    seseorang untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan belajar konsep

    baru.

    Krulik dan Rudnick (dalam Siswono, 2008) mengemukakan bahwa yang

    termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang menguji,

    mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam

    suatu situasi atau suatu masalah. Sebagai contoh ketika seseorang sedang

    membaca suatu naskah matematika ataupun mendengarkan suatu ungkapan

    penjelasan tentang matematika maka ia akan berusaha memahami dan mencoba

    menemukan atau mendeteksi adanya hal-hal yang istemewa dan perlu atau

    penting. Demikian dari suatu data atau informasi ia akan dapat membuat

    kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi ataupun

    ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam informasi itu. Jadi dalam berpikir

    kritis orang akan menganalisis dan merefleksikan hasil berpikirnya. Seseorang

    yang berpikir kritis selalu peka terhadap informasi atau situasi yang sedang

    dihadapinya, dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau informasi itu.

    Berpikir baru dikatakan kritis ketika para pemikir berusaha menganalisis

    argumentasi secara cermat, mencari bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan

    yang mantap untuk mempercayai dan melakukan sesuatu.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    26/77

    13

    Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:82) menyebutkan bahwa

    seorang yang berpikir kritis mampu untuk:

    1. Menganalisis ide-ide yang kompleks dan membuat keputusan-keputusan

    yang bisa disampaikan.

    2. Mensintesis informasi sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang masuk

    akal (bernalar).

    3. Mengevaluasi data.

    4.

    Memecahkan masalah-masalah yang menantang.

    5. Mempertanyakan asumsi-asumsi dengan otoritas dan kebijaksanaan

    konvensional.

    6. Membedakan antara observasi dan inferens.

    7.

    Mengidentifikasi asumsi-asumsi pada argumen apa pun dan menilaivaliditas asumsi tersebut.

    8. Mengetahui perbedaan penggunaan penalaran induktif dan deduktif.

    Pembudayaan keterampilan berpikir kritis dapat menggali cara-cara

    pemahaman pikiran dan pengesahan intelektualitas sehingga kesalahan dan

    distorsi berpikir dapat diminimalisasi. Keterampilan berpikir kritis pun dapat

    meningkatkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang sangat penting

    dengan membantu menjauhkan dari ketimpangan berpikir dan menuntun kita

    berpikir logis dan rasional.

    C. Kemampuan Berpikir Kritis

    Banyak cara yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

    kritis saat dihadapkan pada suatu masalah, pada saat itu mereka tidak mempunyai

    aturan atau algoritma tertentu untuk mendapatkan jawaban dari situasi tersebut.

    Menurut Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008:82), seseorang

    menunjukkan kemampuan untuk berpikir secara kritis dengan mampu untuk:

    a.

    Menganalisis ide-ide yang kompleks dan membuat keputusan yang bisa

    disampaikan

    b.

    Mensintesis informasi sampai pada kesimpulan yang masuk akal.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    27/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    28/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    29/77

    16

    Level 1 : Pengetahuan, penemuan diri dan keterampilan awal

    Level 2 : Aplikasi dan analisa

    Level 3 : Sintesis dan penggunaan secara efektif

    Adapun indikator-indikator yang dipakai oleh Clark adalah tentang : (1)

    Menguji tujuan dan masalah, (2) Melakukan observasi dan menguji fakta, data,

    dan bukti, asumsi, pendapat dan pandangan, (3) Membuat kolerasi yang layak dan

    hubungan sebab akibat, (4) Kesimpulan yang bijaksana, teori, konklusi, hipotesis

    dan penafsiran.

    Lebih lanjut Clark menegaskan bahwa keterampilan memecahkan masalah

    dan keterampilan berpikir kritis yang diuraikan dalam level tersebut tidak

    tetap/tidak statis melainkan bersifat berubah-ubah atau dinamis dalam

    hubungannya dengan keterampilan-keterampilan dalam level tersebut.

    Dari uraian di atas maka indikator-indikator yang digunakan untuk

    mengetahui keterampilan/kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari

    karakteristik berikut.

    1. : Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak

    relevan. Siswa yang berpikir kritis akan dapat membedakan informasi yang

    relevan dan yang tidak relevan. Kemampuan ini dapat dilihat dari pekerjaan

    siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Karena soal yang diberikan dalam

    bentuk soal cerita, maka siswa yang berpikir kritis akan dapat memahami dan

    menangkap isi/inti informasi dari soal cerita tersebut yang kemudian

    digunakan untuk mencari penyelesaiannya. Selain itu, jika siswa yang

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    30/77

    17

    berpikir kritis akan dapat memilih informasi yang berguna untuk

    menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

    2. : Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki

    kekeliruan konsep. Kemampuan ini dapat ditentukan dengan menganalisis

    hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, berupa tugas

    untuk mendeteksi kesalahan konsep pada situasi yang diberikan kemudian

    siswa diminta untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dengan

    alasan-alasan yang logis dan konsep yang benar. Untuk dapat mengetahui

    kemampuan ini dapat digunakan tes yang sengaja dibuat menyalahi konsep

    dan aturan dalam matematika. Siswa yang berpikir kritis mampu untuk

    mendeteksi kesalahan tersebut dan memperbaikinya dengan benar.

    3. : Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah

    seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan. Setelah siswa

    dihadapkan pada suatu masalah/soal, kemudian memecahkannya dengan bekal

    pengetahuan sebelumnya dan tetap melakukan koreksi sebelum diyakini

    kebenarannya, siswa mampu untuk mengambil suatu keputusan dan membuat

    kesimpulan yang merupakan jawaban dari permintaan tugas. Untuk

    mengetahui karakteristik ini siswa dihadapkan pada tugas yang membutuhkan

    dilakukannya pengambilan kesimpulan. Siswa yang berpikir kritis mampu

    untuk membuat kesimpulan tersebut dan sesuai dengan permintaan tugas.

    4. : Kemampuan untuk menganalisis masalah. Kemampuan ini dapat

    dilihat ketika siswa dihadapkan pada soal yang kompleks, siswa akan mampu

    menangkap maksud dari soal tersebut. Siswa yang berpikir kritis dapat

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    31/77

    18

    mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal tersebut serta dapat

    menyelesaikannya.

    Indikator kemampuan berpikir kritis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

    Kemampuan Berpikir Kritis Indikator

    : Kemampuan untuk membedakaninformasi yang relevan dan tidak

    relevan

    1.Menyebutkan apa yang diketahui

    dari permasalahan.

    2.Mengabaikan informasi yang tidak

    relevan.

    3.

    Menyebutkan apa yang ditanyakan4.Menyelesaikan permasalahan

    : Kemampuan untuk mendeteksi

    kekeliruan dan memperbaiki

    kekeliruan konsep

    1.Menyebutkan kesalahan konsep.

    2.Memperbaiki kesalahan konsep

    : Kemampuan untuk mengambil

    keputusan/kesimpulan setelah seluruh

    fakta dikumpulkan dan

    dipertimbangkan

    1.Menyelesaikan permasalahan yang

    diberikan.

    2.Membuat kesimpulan.

    : Kemampuan untuk menganalisis

    masalah.

    1.

    Menyebutkan apa yang diketahui

    2.

    Menyebutkan apa yang ditanyakan3.Menyelesaikan permasalahan.

    Berdasarkan karakteristik berpikir kritis di atas kemampuan berpikir

    kritis lebih ditekankan pada dan . Dengan demikian masing-masing dari

    kedua karakteristik ini diberi bobot yang lebih besar dari pada dua

    karakteristik yang lain. Bobot dan adalah 2. Sedangkan untuk

    karakteristik dan masing-masing diberi bobot 1.

    Pemberian bobot tersebut dilakukan karena karakteristik berpikir kritis

    dan lebih mencerminkan seseorang yang berpikir kritis dalam matematika.

    Dalam persoalan matematika kejelian siswa untuk memfilter informasi yang

    relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan adalah faktor yang

    sangat penting. Karena informasi terkadang dapat menyesatkan dan membuat

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    32/77

    19

    pekerjaan salah. Kemampuan siswa untuk memperbaiki kekeliruan konsep juga

    merupakan faktor penting bagi peningkatan pemahaman konsep agar konsep

    tersebut lebih tertanam dan melekat pada siswa.

    D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan dengan pemberian masalah

    kontekstual yang diberikan oleh guru untuk diselesaikan siswa. Dengan

    memecahkan masalah maka siswa menemukan aturan baru yang lebih tinggi

    tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskannya secara verbal.

    Menurut penelitian, masalah yang dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri

    tanpa bantuan khusus, memberikan hasil yang lebih baik yang dapat digunakan

    dalam situasi-situasi lain. Karena itu bagi pendidik sangatlah penting untuk

    mendorong siswa menemukan penyelesaian soal dengan pemikiran sendiri.

    Pembelajaran berdasarkan menumbuhkan dan menggembangkan berpikir

    tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasi masalah mencakup belajar

    bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah

    menyajikan masalah, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung

    pembelajaran siswa (Ibrahim dan Nur, 2010). Pembelajaran berdasarkan masalah

    menekankan pada proses pemecahan masalah dengan penentuan alternative

    pemecahan masalah yang paling tepat. Adapun langkah pelaksanaan pembelajaran

    berdasarkan masalah sebagai berikut.

    a. Merumuskan permasalahan

    b. Menelaah permasalahan

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    33/77

    20

    c.

    Membuat/merumuskan pemecahan masalah

    d.

    Menentukan pilihan pemecahan/kesimpulan

    Pada dasarnya tujuan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

    berpikir kritis adalah terbentuknya anak didik yang mampu berpikir netral,

    obyektif, beralasan atau logis. Sejalan dengan tuntutan pembudayaan berpikir

    kritis, maka pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima tahapan utama

    seperti: guru memulai pembelajaran dengan memperkenalkan situasi masalah

    kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar (membantu siswa

    mendefinisikan masalah), membimbing penyelidikan yang dilakukan oleh siswa

    terhadap situasi masalah yang disajikan, membantu siswa dalam mengembangkan

    dan menyajikan hasil kerjanya, kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses

    penyelesaian masalah yang dilakukan.

    Tabel 2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Tahap Tingkah Laku Guru

    Tahap-1

    Orientasi siswa

    terhadap masalah

    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

    logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat

    pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

    Tahap-2

    Mengorganisasi siswa

    untuk belajar

    Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

    mengoorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

    dengan masalah tersebut

    Tahap-3

    Membimbingpenyelidikan individual

    maupun kelompok

    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

    informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,mendapatkan masalah dan pemecahan masalah

    Tahap-4

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

    menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,

    dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan

    temannya.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    34/77

    21

    Tahap Tingkah Laku Guru

    Tahap-5

    Menganalisis danmengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

    evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

    (Ibrahim dan Nur, 2005: 13)

    Pembelajaran berdasarkan masalah utamannya dikembangkan untuk

    membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah,

    dan keterampilan intelektual belajar berbagai peran orang dewasa melalui

    pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar

    yang otonom dan mandiri.

    Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran ini tidak hanya terbatas

    dengan tes kertas dan pensil (pencil and paper tes) tetapi termasuk menemukan

    prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan

    siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam

    mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber

    pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai

    pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagaiproblem solver.

    Muslimin Ibrahim (2008) menjelaskan bahwa dalam menerapkan model

    pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat

    keputusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah

    pembelajaran.

    E. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu

    siswa mengembangkan:

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    35/77

    22

    a.

    Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah

    b.

    Pemodelan Orang Dewasa

    c. Menjadi Pebelajar yang Mandiri

    (Ibrahim dan Nur, 2000)

    F. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam

    Pembelajaran Matematika

    Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran

    matematika merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk melatih siswa

    agar dapat berpikir kritis dan mengajarkan siswa dalam menggunakan

    keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah

    mempraktekkan 5 tahapan utama.

    Dalam menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada

    pembelajaran matematika hendaknya terlebih dahulu memilih materi (sub materi

    pokok) yang cocok yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat

    melibatkan siswa untuk melakukan penyelidikan dalam menggunakan

    keterampilan pemecahan masalah sehingga siswa mampu menemukan sendiri

    penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan saling berinteraksi dan bekerja

    sama dengan kelompok, dikarenakan tidak semua materi pelajaran cocok

    diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Oleh karena itu

    peneliti menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam

    pembelajaran matematika dengan memilih dan menggunakan sub materi pokok

    persegi dan persegipanjang. Sebab sub materi tersebut dapat melibatkan siswa

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    36/77

    23

    secara aktif dalam pembelajaran matematika, mendorong siswa untuk berpikir

    secara bebas, dapat menemukan sendiri pemecahan masalah yang diberikan

    sehingga siswa lebih memahami konsep matematika yang diajarkan dan juga

    siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan

    kehidupan sehari-hari.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahawa dengan menerapkan

    pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika dapat melatih

    siswa untuk dapat berpikir kritis.

    G. Teori-Teori yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan pada psikologi kognitif

    sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pembelajaran tidak begitu banyak pada apa

    yang sedang siswa lakukan (perlakuan mereka) pada saat mereka melakukan

    kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pembelajaran berdasarkan masalah

    kadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun

    yang lebih lazim guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator sehingga

    siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri. Teori-

    teori yang mendukung pembelajaran berdasarkan masalah antara lain:

    a.

    Bruner dan Pembelajaran Penemuan

    Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Harward adalah seorang pelopor

    dalam era revormasi kurikulum. Bruner dan koleganya menyediakan teori

    pendukung penting yang kemudian dikenal sebagai pembelajaran penemuan,

    suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    37/77

    24

    memahami stuktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif

    terlibat dalam suatu proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa

    pembelajaran terjadi melalui penemuan pribadi. Ketika pembelajaran

    penemuan diterapkan dalam sains dan ilmu-ilmu sosial, pembelajaran ini

    menekankan penalaran induktif dan proses-proses inkuiri yang merupakan ciri

    metode ilmiah. Richard Suchman (1962) mengembangkan suatu pendekatan

    yang disebut latihan inkuiri. Ketika menggunakan latihan inkuiri, guru

    menyajikan siswa situasi teka-teki atau kejadian-kejadian yang tidak terduga

    yang dimaksud untuk memancing rasa ingin tahu dan memotivasi

    penyelidikan.

    b. Dewey dan Kelas Demokratis

    Dalam demokrasi dan pendidikan (1916), Dewey menggambarkan suatu

    pandangan tentang pendidikan yang mana sekolah seharusnya mencerminkan

    masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan tempat untuk pemecahan

    masalah kehidupan yang nyata. Dewey dan teman sejawatnya Kill Patrick

    (1918), mengemukakan pendapat bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya

    lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki

    manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil

    untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi

    pembelajaran yang berdaya guna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh

    keinginan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna,

    secara jelas menghubungkan pembelajaran berdasarkan masalah kontemporer

    dengan filosofi pendidikan dan pedagogi Dewey (Ibrahim dan Nur, 2000).

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    38/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    39/77

    26

    e.

    Mengembangkan keterampilan berpikir.

    Pembelajaran berdasarkan masalah membantu siswa mengembangkan

    keterampilan berpikir dan pemecahan masalah.

    (Ibrahim dan Nur, 2010)

    2. Kekurangan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    a. Jika siswa tidak memiliki minat/tidak mempunyai kepercayaan terhadap

    masalah yang dihadapi serta beranggapan masalah tersebut sulit untuk

    dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencobanya.

    Ketika siswa sudah mengganggap bahwa masalah yang diberikan adalah

    masalah yang sulit untuk dipecahkan maka motivasi siswa untuk

    menyelesaikan masalah tersebut sangat rendah.

    b.

    Membutuhkan banyak waktu.

    Pembelajaran berdasarkan masalah umumnyaterdiri dari lima fase utama

    yang dimulai dengan guru memberi orientasi situasi masalah kepada siswa

    dan diakhiri dengan presentasi dan analisis pekerjaan dan karya siswa.

    Apabila masalah itu lingkupnya lingkupnya tidak terlalu luas, kelima fase

    dapat diselesaikan dalam beberapa jam pelajaran. Namun masalah yang

    komplek dapat menyita waktu satu tahun ajaran penuh untuk

    menyelesaikannya.

    c. Sulitnya mencari problem yang relevan.

    Pembelajaran berdasarkan masalah tidak mengorganisasikan pelajaran di

    sekitar prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu,

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    40/77

    27

    tetapi lebih menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran di sekitar

    pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang penting secara sosial

    dan bermakna secara pribadi bagi siswa. Pelajaran-pelajaran ini diarahkan

    pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan adanya

    keragaman solusi yang kompetitif beserta agumentasinya.

    Berikut adalah solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut.

    a. Untuk mengatasi kekurangan jika siswa tidak memiliki minat/tidak

    mempunyai kepercayaan terhadap masalah yang dihadapi serta

    beranggapan masalah tersebut sulit untuk dipecahkan, sebaiknya guru

    harus selalu memotivasi siswa dalam belajar. Pada saat pembelajaran

    berlangsung guru dapat memotivasi siswa dengan cara pendekatan diri,

    guru membimbing siswa menyelesaikan permasalahan dan meyakinkan

    bahwa masalah tersebut dapat dipecahkan asalkan mereka selalu berusaha.

    Selain itu agar siswa memiliki minat dalam pembelajaran seharusnya

    permasalahan yang diberikan harus kontekstual sehingga siswa

    mengetahui manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

    b.

    Untuk mengatasi permasalahan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah

    membutuhkan banyak waktu, peneliti mengantisipasi dengan mengajarkan

    keliling dan luas persegipanjang diajarkan dalam 1 pertemuan (2 40

    menit) serta keliling dan luas persegi juga diajarkan dengan alokasi waktu

    yang sama sehingga waktu yang dibutuhkan hanya 2 pertemuan.

    c. Pemilihan masalah/problem yang relevan sebelumnya telah disiapkan oleh

    peneliti. Sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    41/77

    28

    I. Kaitan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Keterampilan

    Berpikir Kritis

    Pembelajaran Berdasarkan Masalah digunakan untuk merangsang berpikir

    tingkat tinggi karena berorientasi pada masalah, termasuk di dalamnya belajar

    bagaimana belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah model

    pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah real kehidupan yang bersifat

    terbuka dan masalah yang tidak terstuktur. Masalah yang tidak terstuktur adalah

    masalah yang belum terdefinisikan secara jelas sehingga dapat membangkitkan

    minat siswa, nyata, dan sesuai untuk mengembangkan intelektual, serta

    memberikan kesempatan agar siswa belajar dalam situasi kehidupan nyata.

    Pembelajaran berdasarkan masalah memfasilitasi pengembangan kemampuan

    berpikir, mengembangkan kemampuan bekerja sama melalui kerja kelompok, dan

    melatih kecakapan akademik. Oleh karena itu berpikir tingkat tinggi akan

    dirangsang oleh pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran berdasarkan

    masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri

    untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kecakapan

    berpikir dalam mempelajari dan menyerap materi pembelajaran. Dengan demikian

    pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan untuk melatih dan

    mengembangkan berbagai keterampilan dan kecakapan matematika.

    Beberapa kemampuan yang dapat dilatihkan dengan pembelajaran

    berdasarkan masalah adalah:

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    42/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    43/77

    30

    Dari hasil tersebut peneliti tertarik untuk melihat peningkatan kemampuan

    berpikir kritis siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah.

    K. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi

    Haga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya.

    Harga beli sering disebut modal. Dalam situasi tertentu modal adalah harga beli

    ditambah ongkos atau biaya lainnya.

    Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada

    pembeli. Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga

    pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian.

    Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian, jika

    harga penjualan kurang dari harga pembelian.

    L. Persegi Panjang dan Persegi

    1.

    Persegipanjang

    a.

    Pengertian persegipanjang

    Persegipanjang adalah segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan

    sisi-sisi berhadapannya sama panjang.

    Laba = harga penjualanharga pembelian

    Rugi = harga pembelianharga penjualan

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    44/77

    31

    b.

    Keliling Persegipanjang

    Keliling persegipanjang adalah bilangan yang menunjuk jumlah panjang

    semua sisi dari persegipanjang tersebut.

    Misal persegipanjang ABCD di bawah ini.

    Maka keliling persegipanjang ABCD adalah AB+BC+CD+DA

    Jika AB = p dan BC = l maka CD= p dan DA = l

    Jadi keliling persegipanjang adalah

    K = p+l+p+l

    K=2(p+l)

    Dengan k menyatakan keliling persegipanjang

    p menyatakan panjang persegipanjang

    l menyatakan lebar persegipanjang

    c.

    Luas persegipanjang

    Luas daerah persegipanjang adalah bilangan yang menunjuk banyaknya

    satuan pengukuran yang diperlukan tepat untuk menutupi persegipanjang

    tersebut.

    Luas persegipanjang ABCD pada gambar tersebut adalah AB BC

    A B

    CD

    Gambar 2.1 Persegi Panjang

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    45/77

    32

    Jika AB= p dan BC=l

    Diperoleh luas persegipanjang adalah:

    Dengan L menyatakan luas persegipanjang

    p menyatakan panjang persegi panjang

    l menyatakan lebar persegi panjang

    2. Persegi

    a. Pengertian persegi

    Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat

    sudutnya siku-siku.

    b. Keliling persegi

    Keliling persegi adalah bilangan yang menunjuk jumlah panjang semua

    sisi-sisi dari persegi tersebut.

    Misal persegi KLMN dibawah ini:

    Maka keliling persegi KLMN adalah KL+LM+MN+NK

    Jika KL = s maka LM= s, MN = s, dan NK = s

    Jadi keliling persegi adalah :

    K = s+s+s+s

    L = p l

    K L

    MN

    Gambar 2.2 Persegi

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    46/77

    33

    K= 4s

    Dengan K menyatakan keliling persegi

    s menyatakan sisi persegi

    c. Luas persegi

    Luas daerah persegi adalah bilangan yang menunjuk banyaknya satuan

    pengukuran yang diperlukan tepat untuk menutupi persegi tersebut.

    L = s s

    Dengan L menyatakan luas persegi

    s menyatakan sisi persegi

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    47/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    48/77

    35

    D. Rancangan Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan melakukan suatu perlakuan tertentu kepada satu

    kelompok subyek tanpa adanya kelompok pembanding. Pada penelitian ini,

    sebelum dilakukan pembelajaran, subyek penelitian diberikan tes kemampuan

    berpikir kritis 1 untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis awal yang dimiliki

    subyek penelitian. Setelah selesai hasil tes kemampuan berpikir kritis 1

    dikembalikan ke peneliti, kemudian hasilnya dianalisis untuk membagi subyek

    penelitian kedalam kelompok belajar. Setelah didapatkan kelompok belajar,

    subyek penelitian diberikan pembelajaran berdasarkan masalah. Setelah

    menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya diberikan tes

    kemampuan berpikir kritis 2 untuk mengetahui tingkat berpikir kritis siswa setelah

    pembelajaran. Kemudian penulis mengadakan analisis terhadap hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2.

    Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

    Keterangan :

    : Tes kemampuan berpikir kritis 1 untuk mengetahui tingkat kemampuan

    berpikir kritis siswa sebelum diterapkannya pembelajaran berdasarkan

    masalah.

    X : Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah.

    X 2

    Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    49/77

    36

    2 : Tes kemampuan berpikir kritis 2 untuk mengetahui tingkat kemampuan

    berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan

    masalah.

    E. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga

    tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Uraian

    masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

    1. Tahap Persiapan

    Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut.

    a. Penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:

    1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam

    proses pembelajaran.

    2)

    Lembar Kerja Siswa

    Dalam penelitian ini terdapat 2 LKS, LKS 1 tentang keliling dan luas

    persegipanjang sedangkan LKS 2 tentang keliling dan luas persegi.

    b. Menyusun Instrumen Penelitian

    Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kritis.

    Soal tes dikembangkan oleh peneliti dengan memperlihatkan indikator

    berpikir kritis yang meliputi:

    1)Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan.

    2)Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan

    konsep.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    50/77

    37

    3)

    Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta

    dikumpulkan dan dipertimbangkan.

    4)Kemampuan untuk menganalisis masalah.

    Tes kemampuan berpikir kritis terditi atas:

    1)Tes kemampuan berpikir kritis 1 yang berupa soal pemecahan masalah

    yang diberikan sebelum menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah.

    2)Tes kemampuan berpikir kritis 2 yang berupa soal pemecahan masalah

    yang diberikan setelah menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah.

    c. Meminta ijin kepala SMPN 1 Balongpanggang untuk melakukan penelitian.

    d.

    Membuat kesepakatan dengan guru matematika kelas VII-A mengenai waktu

    penelitian.

    2. Tahap Pelaksanaan

    Pada penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti. Pelaksanaan

    penelitian adalah sebagai berikut.

    a. Pemberian tes kemampuan berpikir kritis 1

    b. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah yang dilakukan selama 2

    kali pertemuan dengan materi yang diajarkan keliling dan luas

    persegipanjang pada pertemuan pertama dan keliling dan luas persegi pada

    pertemuan kedua.

    c. Pemberian tes kemampuan berpikir kritis 2

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    51/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    52/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    53/77

    40

    a.

    Kemampuan untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan.

    b.

    Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan

    konsep.

    c. Kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta

    dikumpulkan dan dipertimbangkan.

    d. Kemampuan untuk menganalisis masalah.

    H. Teknik Pengumpulan Data

    Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

    teknik pengumpulan data dengan metode tes.

    Metode tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

    berpikir kritis siswa.Tes yang dimaksud berupa tes kemampuan berpikir kritis 1

    dan tes kemampuan berpikir kritis 2. Tes kemampuan berpikir kritis 1 digunakan

    untuk mengetahui kemampuan awal. Tes kemampuan berpikir kritis 2 digunakan

    untuk mengetahui kemampuan akhir dan pelaksanaan tes setelah pembelajaran

    dilaksanakan. Soal tes berbentuk essay. Siswa diberi waktu pengerjaan sesuai

    permintaan soal. Hasilnya digunakan untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam

    level kemampuan berpikir kritis.

    I. Teknik Analisis Data

    Hasil dari tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes kemampuan berpikir

    kritis 2 digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis,

    langkah-langkah yang digunakan:

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    54/77

    41

    1.

    Mengoreksi hasil tes berpikir kritis.

    2.

    Hasil penyelesaian soal dianalisis dengan memperlihatikan 4 karakteristik

    berpikir kritis. Analisis dilakukan terhadap hasil soal nomor 1 untuk

    mengetahui karakteristik berpikir kritis (), soal nomor 2 untuk mengetahui

    karakteristik berpikir kritis (2), soal nomor 3 untuk mengetahui karakteristik

    berpikir kritis (), dan soal nomor 4 untuk mengetahui karakteristik berpikir

    kritis (). Kemampuan berpikir kritis lebih ditekankan pada dan .

    Dengan demikian masing-masing dari kedua karakteristik ini diberi bobot

    yang lebih besar dari pada dua karakteristik yang lain. Bobot dan

    adalah 2. Sedangkan untuk karakteristik dan masing-masing diberi

    bobot 1.

    3. Hasil pekerjaan siswa dianalisis untuk menentukan level yang dipenuhi oleh

    masing-masing siswa, dengan ketentuan:

    Level 3 : Kritis

    Pada level ini siswa memenuhi semua karakteristik berpikir kritis atau

    memenuhi tiga karakteristik berpikir kritis dengan ketentuan dan

    terpenuhi.

    Level 2 : Cukup Kritis

    Siswa berada pada level ini bila memenuhi tiga atau dua karakteristik berpikir

    kritis dengan ketentuan jika memenuhi 3 karakteristik salah satu dari atau

    tidak terpenuhijika memenuhi 2 karakteristik siswa hanya memenuhi

    dan saja.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    55/77

    42

    Level 1 : Tidak Kritis

    Siswa berada pada level ini jika memenuhi dua atau satu atau bahkan siswa

    tidak memenuhi semua karakteristik berpikir kritis yang ada. Dengan

    ketentuan, jika memenuhi dua karakteristik salah satu dari atau tidak

    terpenuhi.

    Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

    Tabel 3.1 Karakteristik Berpikir Kritis

    Kriteria Karakteristik berfikir kritis

    Kritis 1. , , ,2. , ,3. , ,

    Cukup Kritis 1. , ,

    2. , ,3. ,

    Tidak Kritis 1. ,

    2. ,3. ,4. 5. 6.

    7.

    8.

    4.

    Membandingkan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2 untuk

    mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

    5. Mengklasifikasikan siswa yang mengalami peningkatan, tetap, dan

    penurunan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dari hasil analisis tes

    kemampuan berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    56/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    57/77

    45

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balongpanggang Gresik pada

    kelas VII-A semester genap tahun pelajaran 2011-2012. Sebelum melakukan

    penelitian, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan

    penelitian dan penentuan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian.

    Selanjutnya peneliti dipertemukan dengan guru matematika kelas VII-A untuk

    menjelaskan mengenai teknik pelaksanaan, jadwal kegiatan dan

    mengkonsultasikan perangkat pembelajaran serta instrumen yang akan digunakan

    dalam penelitian. Perangkat pembelajaran dan instrumen tersebut sebelumnya

    telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

    Pengambilan data dilakukan selama empat pertemuan. Pertemuan pertama

    dilakukan untuk melaksanakan tes kemampuan berpikir kritis 1, dua pertemuan

    untuk penerapan pembelajaran berdasarkan masalah pada materi keliling dan luas

    persegipanjang dan persegi, serta satu pertemuan untuk melaksanakan tes

    kemampuan berpikir kritis 2. Sesuai dengan kesepakatan yang diambil,

    pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 15, 16, 22, dan 23 Mei 2012.

    Adapun jadwal pelaksanaan adalah sebagai berikut.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    58/77

    46

    Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Tanggal Waktu Kegiatan Materipembelajaran

    15 Mei 2012 2 40 menit Tes Kemampuan

    Berpikir Kritis 1

    Menyelesaikan

    masalah

    matematika yang

    berkaitan dengan

    aritmatika sosial.

    16 Mei 2012 2 40 menit RPP I Menyelesaikan

    masalah

    matematika yang

    berkaitan dengan

    keliling dan luas

    persegipanjang.

    22 Mei 2012 2 40 menit RPP II Menyelesaikan

    masalah

    matematika yang

    berkaitan dengan

    keliling dan luas

    persegi

    23 Mei 2012 2 40 menit Tes Kemampuan

    Berpikir Kritis 2

    Menyelesaikan

    masalah

    matematika yangberkaitan dengan

    keliling dan luas

    persegipanjang

    dan persegi

    B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Data tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan

    berpikir kritis 1

    Terdapat dua tes kemampuan berpikir kritis, yaitu tes kemampuan

    berpikir kritis 1 dan tes kemampuan berpikir kritis 2. Dari kedua tes tersebut

    dapat diketahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Tes

    kemampuan berpikir kritis diberikan kepada seluruh siswa kelas VII-A yang

    berjumlah 32 siswa. Tes kemampuan berpikir kritis 1 diikuti oleh 31 siswa

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    59/77

    47

    karena terdapat 1 siswa yang tidak mengikuti tes kemampuan berpikir kritis

    1.

    Dari data tes kemampuan berpikir kritis 1, selanjutnya diklasifikasikan

    menjadi 3 level yaitu, kritis, cukup kritis, dan tidak kritis. Pengelompokkan

    tersebut berdasarkan pada karakteristik berpikir kritis yaitu, kemampuan

    untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, kemampuan

    untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep,

    kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta

    dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan kemampuan untuk menganalisis

    masalah. Hasil dari pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

    Tabel 4.2 Daftar Level Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

    Tes Kemampuan Berpikir Kritis 1

    Level Banyaknya Siswa

    1 24

    2 5

    3 2

    Jumlah 31

    Berikut adalah jawaban siswa yang memenuhi level kritis, cukup kritis

    dan tidak kritis.

    Level Kritis

    Jawaban dari siswa yang berkode 30

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    60/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    61/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    62/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    63/77

    51

    kembalian yang didapat, hasil yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah

    durian yang dibeli.

    Jawaban no. 4

    Gambar 4.8

    Dari jawaban siswa tersebut, dapat diketahui bahwa siswa dapat

    menentukan harga jual keseluruan dengan cara menghitung jumlah buku tulis

    terlebih dahulu setelah itu kemudian menentukan harga jual.

    Level tidak kritis

    Jawaban dari siswa yang berkode 17

    Gambar 4.9

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak

    mengerti tentang konsep untuk mencari harga jual

    Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan pada nomor 2.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    64/77

    52

    Jawaban no.3

    Gambar 4.10

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat

    menentukan harga jual/buah, dengan cara siswa menghitung harga pembelian

    berdasarkan uang yang dibayarkan dikurangi dengan kembalian yang didapat,

    hasil yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah durian yang dibeli.

    Jawaban no.4

    Gambar 4.11

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak

    memperhitungkan untung yang diharapkan.

    Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis

    siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sangat rendah. Hal ini

    dikarenakan jumlah siswa yang berada pada level 1 sebanyak 24 dari 31

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    65/77

    53

    siswa yang mengikuti tes. Siswa yang berada pada level 2 sebanyak 5 siswa,

    dan pada level 3 hanya 2 siswa.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    berpikir kritis siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang sebelum

    diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah tergolong rendah. Karena

    terdapat 24 siswa atau 77,42% yang menempati level 1, 5 siswa atau 16,13%

    yang menempati level 2, dan 2 siswa atau 6,45% yang menempati level 3.

    2. Data tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan

    berpikir kritis 2

    Tes kemampuan berpikir kritis 2 dilaksanakan setelah penerapan

    pembelajaran berdasarkan masalah. Tes Kemampuan berpikir kritis 2 diikuti

    oleh seluruh siswa kelas VII-A sejumlah 32 siswa.

    Dari data tes kemampuan berpikir kritis 2 selanjutnya diklasifikasikan

    menjadi 3 level yaitu, kritis, cukup kritis, dan tidak kritis. Pengelompokkan

    tersebut berdasarkan pada karakteristik berpikir kritis yaitu, kemampuan

    untuk membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, kemampuan

    untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep,

    kemampuan untuk mengambil keputusan/kesimpulan setelah seluruh fakta

    dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan kemampuan untuk menganalisis

    masalah. Hasil dari pengelompokan tersebut dapat di lihat pada tabel 4.5.

    Tabel 4.3 Daftar Level Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

    Tes Kemampuan Berpikir Kritis 2

    Level Banyaknya Siswa

    1 13

    2 6

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    66/77

    54

    Level Banyaknya Siswa

    3 13

    Jumlah 32

    Berikut adalah jawaban siswa yang memenuhi level kritis, cukup kritis

    dan tidak kritis.

    Level kritis

    Jawaban dari siswa yang berkode 23

    Jawaban no.1

    Gambar 4.12

    Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami

    permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari

    masalah tersebut.

    Jawaban no.2

    Gambar 4.13

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    67/77

    55

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat

    mendeteksi kekeliruan dan melakukan pembenaran yang sesuai dengan

    kondisi permasalahan.

    Jawaban no. 3

    Gambar 4.14

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat

    menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan cara memperpanjang

    ukuran dari panjang semula kemudian membandingkan luas pigora lama

    dengan luas pigora yang baru hingga merumuskan kesimpulan.

    Jawaban no.4

    Gambar 4.15

    Dari jawaban siswa tersebut siswa tidak dapat memahami permasalahan

    yang diberikan sehingga tidak dapat menyelesaikannya.

    Level Cukup kritis

    Jawaban dari siswa yang berkode 26

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    68/77

    56

    Jawaban no.1

    Gambar 4.16

    Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami

    permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari

    masalah tersebut.

    Jawaban no.2

    Gambar 4.17

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat

    mendeteksi kekeliruan dan melakukan pembenaran yang sesuai dengan

    kondisi permasalahan.

    Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan 3 dan 4.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    69/77

    57

    Level Tidak kritis

    Jawaban dari siswa yang berkode 11

    Jawaban no.1

    Gambar 4.18

    Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat memahami

    permasalahan yang diberikan serta dapat menentukan penyelesaian dari

    masalah tersebut.

    Siswa tidak dapat mennyelesaikan permasalahan pada no.2

    Jawaban no.3

    Gambar 4.19

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    70/77

    58

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa tidak

    memahami permasalahan yang diberikan.

    Jawaban no.4

    Gambar 4.20

    Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa siswa dapat

    menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

    Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui siswa yang berada pada level 1

    sebanyak 13 siswa dari 32 siswa yang mengikuti tes atau 40,63%. Siswa yang

    berada pada level 2 sebanyak 6 siswa atau 18,74%, dan pada level 3 terdapat

    13 siswa atau 40,63%.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    berpikir kritis siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Balongpanggang setelah

    diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah mengalami perubahan

    yang lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis siswa sebelum

    diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    71/77

    59

    3. Pembahasan

    Berdasarkan data hasil Tes kemampuan berpikir kritis 1 dan hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 2 terdapat siswa yang mengalami perubahan level

    berpikir kritis. Berikut akan dibahas hasil kemampuan berpikir kritis 1 dan

    kemampuan berpikir kritis 2. Pada tes kemampuan berpikir kritis 1 terdapat 1

    siswa yang tidak mengikuti tes dengan kode siswa 19 sehingga siswa tersebut

    tidak diikutkan dalam analisis.

    Tabel 4.4 Banyaknya Siswa yang Mengalami Perubahan Level Berpikir

    Kritis

    No. Tes Kemampuan

    berpikir kritis 1

    Tes Kemampuan berpikir

    kritis 2

    Banyak siswa

    1 1 2 5

    2 1 3 8

    3 2 3 4

    Jumlah 17

    Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami

    peningkatan kemampuan berpikir kritis sebanyak 17 siswa atau 54,84%, 12 siswa

    atau 38,71% tidak mengalami perubahan kemampuan berpikir kritis.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan

    model pembelajaran berdasarkan masalah, kemampuan berpikir kritis siswa

    meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yazdani (dalam Ibrahim dan Nur,

    2010), salah satu outcome atau hasil pembelajaran berdasarkan masalah adalah

    keterampilan berpikir kritis. Selain hal tersebut, Ibrahim dan Nur juga mengatakan

    bahwa kolaborasi siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah mendorong

    berbagai inkuiri dan dialog, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan

    berpikir dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    72/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    73/77

    61

    mengalami perubahan level kemampuan berpikir kritis, namun memenuhi

    beberapa karakteristik yang lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 1. Siswa yang berkode 11, pada tes kemampuan

    berpikir kritis 1 siswa tersebut hanya memenuhi indikator sedangkan pada tes

    kemampuan berpikir kritis 2 siswa tersebut memenuhi indikator dan meski

    demikian siswa dengan kode 11 tetap berada pada level 1. Selain hal tersebut ada

    juga siswa yang tidak mengalami perubahan level namun karakteristik berpikir

    kritis yang dipenuhi pada tes kemampuan berpikir kritis 2 lebih baik dari hasil tes

    kemampuan berpikir kritis 1. Siswa dengan kode 4, pada tes kemampuan berpikir

    kritis 1 karakteristik berpikir kritis yang dicapai adalah dan namun pada tes

    kemampuan berpikir kritis 2 siswa tersebut memenuhi karakteristik dan .

    ( memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan ). Jika guru secara

    kontinu menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah maka kemampuan

    berpikir siswa akan terlatih dan mengalami peningkatan yang lebih baik.

    C.Kelemahan Penelitian

    Dalam penelitian ini soal tes kemampuan berpikir kritis peneliti tidak

    memperhatikan kriteria kesetaraan antara soal tes kemampuan berpikir kritis 1 dan

    soal tes kemampuan berpikir kritis 2 sehingga membuat hasil penelitian ini kurang

    sempurna.

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    74/77

    62

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. SIMPULAN

    Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

    1.

    Kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran

    berdasaran masalah tergolong rendah. Karena terdapat 24 siswa atau

    77,42% menempati level 1, 5 siswa atau 16,13% menempati level 2, dan 2

    siswa atau 6,45% menempati level 3.

    2. Kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran

    berdasarkan masalah mengalami peningkatan sebesar 54,84% peningkatan

    ini tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan

    berpikir kritis 2 yang menunjukkan sebanyak 13 siswa atau 40,63%

    menempati level 1, 6 siswa atau 18,74% menempati level 2, dan 13 siswa

    atau 40,63% menempati level 3.

    3. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan

    pembelajaran berdasarkan masalah.

    B. SARAN

    Hendaknya guru mulai menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah. Dari

    hasil penelitian yang diperoleh, kemampuan berpikir siswa mengalami

    peningkatan dan peningkatannya tergolong rendah. Hal ini karena peneliti hanya

    melakukan pembelajaran selama 2 kali. Jika guru menerapkan pembelajaran

    berdasarkan masalah maka kemampuan berpikir kritis siwa mengalami

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    75/77

  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    76/77

    64

    Daftar Pustaka

    Clark College. Critical Thinking/Problem Solving Ability (Online),(http://web.cark.edu/smith/problem.htm,Diakses 30 januari 2012)

    Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

    Depdiknas

    Febrianingtyas I.P. 2010. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran

    Matematika Berbasis Open Ended Problem pada Materi Persegi Di Kelas

    VII SMPN 17.Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: UNESA

    Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:

    Prestasi pustakarya.

    Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

    Holili, Moh. 2008. Identifikasi Siswa Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal/

    Masalah Matematika pada Materi Fungsi Komposisi Di SMAN I Blega .

    Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: UNESA

    Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2000. Pembelajaran Berdasarkan

    Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press

    Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Berdasarkan

    Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press

    Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2010. Pembelajaran Berdasarkan

    Masalah (buku ajar mahasiswa). Surabaya: Unesa University Press

    Indahwati, Rohmah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas dengan

    Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan

    Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Persegipanjang dan Persegi

    Di Kelas VII SMP Negeri 4 Pamekasan. Skripsi Tidak Diterbitkan.

    Surabaya: UNESA

    Mastuti, Ajeng Gelora. 2009. Penerapan Model Pemelajaran Berdasarkan

    Masalah (Problem Based Instruction) untuk Sub Materi Pokok Belahketupatdan Trapesium Di Kelas VII SMPN 9 Mojokerto.Tesis Tidak Diterbitkan.

    Surabaya: Program Pascasarjana UNESA

    Ningsih, Puji Rahayu. 2011. Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam

    Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Tesis

    Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana UNESA

    Rosyida, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada

    Media.

    64

    http://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htmhttp://web.cark.edu/smith/problem.htm
  • 8/9/2019 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalampembelajaran Berdasarkan Masalah

    77/77

    65

    Siswono, Tatang Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis

    Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

    Berpikir Kreatif. Surabaya: UNESA University Press

    Tim. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat

    Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

    Wijaya, Cece. 2007. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber

    Daya Manusia.Bandung: Remaja Rosdakarya.

    http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467.Diakses tanggal 9 Mei 2012

    http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467