Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 1
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KAKAO
Disusun Oleh :
Khasril Atrisiandy, SP NIP : 19750323 200901 1 005
Penyuluh Pertama
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA UTARA
2015
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 2
I. PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah
sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau
mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada
umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulkcocoa atau kakao lindak), Criolo (fine
cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan
Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan
adalah jenis mulia (Tumpal H.S. Siregar, dkk., 2003).
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai
untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah
sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau
mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada
umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulkcocoa atau kakao lindak), Criolo (fine
cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan
Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan
adalah jenis mulia (Tumpal H.S. Siregar, dkk., 2003).
Komoditi kakao dapat digunakan dalam berbagai macam produk. Biji buah kakao
(cokelat) yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk.
Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat
berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–
lain. Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak.
Konsumsi biji kakao dunia sedikit berfluktuasi dengan kecenderungan terus
meningkat. Negara konsumen utama biji kakao dunia adalah Belanda yang
mengkonsumsi 452 ribu ton pada tahun 2000/01. Konsumsi negara ini diperkirakan
menurun menjadi 418 ribu ton tahun 2001/02 dan 440 ribu ton tahun 2002/03. Selain
Belanda, konsumen besar lainnya adalah Amerika Serikat, diikuti Pantai Gading,
Jerman dan Brazil yang masing masing mengkonsumsi 456 ribu ton, 285 ribu ton,
227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01. Diperkirakan pada tahun 2001/02
dan 2002/03 konsumsi negaranegara konsumen utama kakao dunia ini relatif stabil,
kecuali Amerika Serikat dan Jerman yang sedikit mengalami penurunan
(International Cocoa Organization, 2003).
Sementara itu konsumsi cokelat dunia masih didominasi oleh negara-negara maju
terutama masyarakat Eropa yang tingkat konsumsi rata-ratanya sudah lebih dari
1,87 kg per kapita per tahun. Konsumsi per kapita tertinggi ditempati oleh Belgia
dengan tingkat konsumsi 5,34 kg/kapita/tahun, diikuti Eslandia, Irlandia, Luxemburg,
dan Austria masing-masing 4,88 kg, 4,77 kg, 4,36 kg dan 4,05 kg/kapita/tahun.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 3
Selanjutnya jika dilihat total konsumsi, maka konsumen terbesar cokelat adalah
Amerika Serikat dengan total konsumsi 653 ribu ton atau rata-rata 2,25
ka/kapita/tahun pada tahun 2001/02. Negara konsumen besar lainnya adalah
Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan Jepang dengan konsumsi masing-masing 283
ribu ton, 215 ribu ton, 208 ribu ton, 180 ribu ton dan 145 ribu ton. Pada kelompok
negara produsen, hanya Brazil yang dapat dikategorikan sebagai konsumen cokelat
utama dengan total konsumsi sebesar 105,2 ribu ton atau rata-rata 0,6 kg/kapita.
Sedangkan, konsumsi negara produsen lainnya masih sangat rendah. Pantai
Gading hanya mengkonsumsi 8,5 ribu ton, Ghana 10 ribu ton, Nigeria 14 ribu ton
dan Indonesia 12 ribu ton (International Cocoa Organization, 2003).
Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecilyang
digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagianbesar
(78,5%) dalam bentuk biji kering (produk primer) dan hanya sebagian kecil(21,5%)
dalam bentuk hasil olahan. Tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalahAmerika
Serikat, Malaysia, Brazil dan Singapura. Di sisi lain, Indonesia juga
Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang
digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar
(78,5%) dalam bentuk biji kering (produk primer) dan hanya sebagian kecil (21,5%)
dalam bentuk hasil olahan. Tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalah Amerika
Serikat, Malaysia, Brazil dan Singapura. Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor biji
kakao yang akan digunakan untuk campuran bahan baku industri pengolahan dalam
negeri. Negara asal impor biji kakao Indonesia antara lain Pantai Gading, Ghana
dan Papua New Guinea (Goenadi et all, 2005)
Kondisi agroklimat, seperti ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, sifat kimia
tanah, ketersediaan unsur hara tanah, dan toksitas sangat mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun)
dan Pusat Penelitian Kopi & Kakao Jember, tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman
kakao digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan
tidak sesuai (N). Dengan demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian penanaman
kakao di suatu wilayah. Penilian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat
fisik dan kimia tanah.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 4
II. PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KAKAO
A. Penilaian Kesesuaian Lahan
Langkah awal penilaian kesesuaian lahan adalah melakukan evaluasi
sumberdaya lahan yang merupakan proses untuk menduga potensi sumber
daya lahan untuk berbagai penggunaannya, caranya adalah dengan
membandingkan antara persyaratan yang diperlukan oleh suatu tanaman dan
kondisi atau sifat sumberdaya lahan yang ada. Dalam evaluasi sumber daya
lahan, ada 3 aspek penting untuk diperhatikan, aspek lahan, penggunaan
lahan dan ekonomi.
Penilaian kesesuaian lahan mempunyai manfaat untuk mengetahui potensi
sumber daya lahan dalam mendukung suatu usaha tani tertentu dan
memprediksi produksi yang dapat diperoleh serta tindakan-tindakan agronomi
yang mendukung keberhasilan usaha tani.
Secara umum, terdapat dua cara menilai lahan, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian secara langsung dilakukan dengan percobaan
lapangan, misalnya menanam suatu tanaman dilahan tertentu kemudian
mengevaluasinya. Cara ini memerlukan waktu yang lama dan secara praktik
penggunaannya terbatas. Penilaian secara tidak langsung dilakukan dengan
melakukan asumsi bahwa cirri lahan suatu tempat (site) dapat memengaruhi
keberhasilan penggunaan lahan itu untuk usaha pertanian. Kualitas suatu
lahan dapat dipelajari dari hasil pengamatan cirri lahan tersebut.
Proses penilaian lahan secara tidak langsung dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan, dari pencirian lahan yang umumnya dilakukan saat survey tanah,
menentukan karakterisasi lahan, hingga menilai kualitas lahan. Kualitas lahan
yang dihubungkan dengan syarat tumbuh tanaman akan dapat digunakan
untuk menilai kesesuaian lahan.
B. Penilaian Kesesuaian Lahan Kakao
a. Iklim
Iklim merupakan faktor yang meliputi, curah, hujan, suhu kelembaban
udara, penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antar unsure
tersebut mempunyai hubungan yang rumit.Iklim mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi kakao, karena itu, unsure ini perlu diperhatikan
dalam membuat penilaian kesesuaian lahan.
Sebaran curah hujan lebih berpengaruh terhadap produksi kakao
dibandingkan dengan jumlah curah hujan yang tinggi. Alvim(1980)
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 5
menunjukkan bahwa keragaman produksi kakao dari tahun ketahun lebih
ditentukan oleh sebaran curah hujan daripada oleh unsure iklim yang lain.
Jumlah curah hujan memengaruhi pola pertunasan kakai (flush). Curah
hujan yang tinggi dan sebaran yang tidak merata akan berpengaruh
terhadap flush dan berakibat terhadap produksi kakao.
Pertumbuhan dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air
sehingga kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik ditempat
yang jumlah curah hujannya relative sedikit tapi merata sepanjang tahun.
Pengelolaan air khususnya pada musim kemarau ditanah yang daya
simpan airnya rendah menentukan produksi kakao.
Proses fisiologi tanaman kakao juga dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu
udara yang rendah akan menghambat pembentukan tunas dan bunga
(AlvIm, 1980). Sementara itu, suhu udara yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan pucuk dan mendorong pertumbuhan cabang serta
mengakibatkan daun-daun kurang berkembang (Wood, 1975).
Kelembaban udara berkaitan erat dengan curah hujan dan suhu udara.
Unsur ini berhubungan dengan timbulnya penyakit yang menyerang
kakao. Pada curah hujan yang tinggi, 3 – 6 hari berturut-turut akan
menyebabkan kelembaban udara tinggi dan munculnya cendawan
Phytophthora palmivora yang menjadi penyebab penyakit busuk buah.
Kecepatan angin juga menentukan keberhasilan usaha tani kakao.
Kecepatan angin yang tinggi dan berlangsung lama jelas akan merusak
daun kakao, sehingga rontok dan tanaman menjadi gundul. Kerusakan
kakao karena angin tersebut akan mempunyai dampak terhadap turunnya
produksi kakao. Didaerah pegunungan yang setiap dua tahun sekali dari
bulan Januari hingga Maret bertiup angin kencang bisa mengakibatkan
kerusakan pertanaman kakao, sehingga produksinya hanya setengah dari
potensinya.
b. Tanah
Sifat-sifat tanah yang memengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar
unsur hara kiro dan makro dalam tanah, kejenuhan basa, kapasitas
pertukaran kation, pH atau kemaswaman tanah, dan kadar bahan organik
relative mudah diperbaiki dengan teknologi yang ada. Sementara itu, sifat
fisik tanah yang meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif
tanah (solum), dan akumulasi endapan suatu unsure (konkresi) relative
sulit diperbaiki, meskipun teknologi perbaikannya telah ada. Sifat biologi
tanah belum menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 6
kesesuaian lahan, karena hubungannya belum banyak diketahui secara
pasti. Secara tidak langsung sifat tersebut memengaruhi pertumbuhan
tanaman.
1. Sifat Kimia tanah
Kemasaman (pH) tanah yang baik untuk kakao adalah netral atau
berkisar 5,6-6,8 (ackenhorah, 1979). Sifat ini khusus berlaku untuk
tanah atas (top soil), sedangkan pada tanah bawah (subsoil)
keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam, atau agak basa. Tanah
dengan keasaman tinggi menyebabkan kadar unsure hara mikro
seperti Al, Fe dan Mn terlarut sehingga dapat menjadi racun bagi
kakao. Tanah-tanah tua dengan tingkat pelapukan tinggi, umumnya
bersifat asam dan Al tinggi yang mudah diserap tanaman, sehingga
akan menghambat perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.
Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar organik yang tinggi,
yaitu diatas 3 %. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki
struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorpsi) hara,
dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorpsi
menandakan bahwa daya pegang tanah terhadap unsur-unsur hara
cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap akar
tanaman.
Kadar hara mikro dan makro yang diperlukan tanaman harus dalam
jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi kakao.
Setiap variasi umur kakao menghendaki jenis dan jumlah hara yang
berbeda.
Kemampuan tukar kation merupakan kemampuan tanah untuk
menyerap hara dan melepaskan kembali untuk diserap akar. Tanah
yang baik untuk kakao menghendaki kemampuan tukar kation yang
tinggi karena umumnya tanahnya subur demikian juga dengan
kejenuhan basanya. Semakin tinggi kejenuhan basanya, tanah
tersebut semakin subur dan baik untuk kakao.
2. Sifat Fisik Tanah
Jeluk mempan atau kedalaman tanah yang dapat dijangkau akar
secara aktif (effective depth) tidak identik dengan ketebalan solum
tanah. Ketebalan solum merupakan cerminan ketebalan tanah hasil
proses pembentukan tanah. Kedalaman efektif adalah tebalnya lapisan
tanah yang dapat mendukung pertumbuhan akar secara leluasa. Jeluk
mempan ditentukan oleh ada tidaknya atau posisi lapisan pada keras,
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 7
lapisan kerikil, atau bongkahan batu yang tidak dapat ditembus akar.
Selain itu, faktor dangkal tidaknya permukaan air tanah juga
memengaruhi kedalaman efektif tanah.
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan tertentu antara tiga fraksi
tanah, yaitu pasir, debu dan lempung. Susunan ketiga komponen
tersebut menentukan kemampuan tanah mendukung pertumbuhan
tanaman. Hasil penelitian di Jawa Barat menunjukkan bahwa tekstur
tanah nyata memengaruhi daya dukung terhadap kakao. Semakin
tinggi kadar lempungnya, semakin rendah daya dukungnya terhadap
pertumbuhan kakao (Hardjono, 1986).
3. Timbulan
Faktor ini meliputi elevasi, topografi dan tinggi tempat. Kakao tumbuh
baik pada lahan datar atau kemiringan tanah kurang dari 15%. Suhu
udara harian idealnya sekitar 28oC, sehingga semakin tinggi tempat,
semakin rendah tingkat kesesuaiannya. Faktor timbulan yang
berpengaruh adalah lereng. Hal ini berkaitan dengan tingkat
kesuburan, manajemen pemeliharaan dan pemanenan.
c. Klasifikasi Kesesuain Lahan Kakao
Tujuan penilaian kesesuaian lahan adalah untuk mengetahui potensi
sumber daya lahan yang dapat digunakan untuk suatu usaha budi daya
tanaman tertentu. Pengetahuan tersebut selanjutnya digunakan untuk
menentukan tingkat kesesuaian lahan tanaman tertentu serta membantu
menentukan langkah-langkah pengelolaan secara rasional dan optimal.
Selain itu, dengan informasi ini tetap dapat melestarikan sumber daya
lahan tersebut.
Klasifikasi kesesuaian lahan bertujuaan untuk menentukan tingkat
kesesuaian lahan suatu tanaman, sehingga diperoleh informasi untuk
melakukan tindakan pengelolaan selanjutnya.
Metode klasifikasi kesesuaian lahan kakao yang digunakan adalah
metode yang dikembangkan oleh Food Of Agricultural Organization
(FAO). Metode ini lebih menekankan pada kondisi lahan saat evaluasi,
tanpa adanya perbaikan yang berarti. Pusat Penelitan Tanah dan
Agroklimat sebagai lembaga rujukan utama dalam bidang pertanahan
untuk pertanian di Indonesia banyak bekerjasama dengan FAO.
Struktur system klasifikasi kesesuaian lahan kakao terdiri atas empat
kategori sebagai berikut.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 8
1. Ordo kesesuaian lahan (order), menunjukkan jenis atau macam
kesesuaian.
2. Kelas kesesuaian lahan (class), menunjukkan tingkat kesesuaian
dalam ordo.
3. Sub kelas kesesuaian lahan (subclass), menunjukkan jenis pembatas
atau macam perbaikan didalam kelas.
4. Satuan kesesuaian lahan, menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil
yang diperlukan dalam pengelolaan didalam subkelas.
Kesesuaian lahan dalam tingkat ordo menunjukkan sesuai atau tidaknya
lahan untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan
kesesuaian lahannya, ordo dibagi menjadi dua sebagai berikut.
1. Ordo S atau Sesuai (Suitable). Lahan yang dapat digunakan untuk
maksud tertentu, tanpa atau dengan sedikit resiko keruwsakan
terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang diharapkan akan
melebihi masukan yang diberikan.
2. Ordo N atau tidak sesuai (not suitable). Lahan yang tidak dapat
dipergunakan untuk maksud tertentu karena mempunyai faktor
pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunannya secara
lestari.
Kelas kesesuaian lahan terdiri atas tiga kelas yang menunjukkan tingkat
kesesuaiannya dari kelas yang tertinggi hingga yang terendah.
1. Kelas S1. Lahan yang sangat sesuai, yaitu lahan tanpa faktor
pembatas nyata apabila digunakan, atau hanya sedikit pembatas yang
tidak secara nyata mengurangi produktivitas dan keuntungan serta
tidak meningkatkan masukan melebihi aras taraf yang dapat diterima
.
2. Kelas S2. Lahan yang cukup sesuai, yaitu lahan dengan faktor-faktor
pembatas yang apabila bekerjasama akan menghambat dukungan
pertumbuhan tanaman tertentu. Penghambat tersebut akan
mengurangi produktivitas atau keuntungang dan meningkatkan
masukan yang diperlukan sehingga ada keuntungan keseluruhan yang
diperoleh dari penggunaan tersebut.
3. Kelas S3. Lahan yang kurang sesuai, yaitu faktor-faktor pembatas
yang apabila bekerjasama akan sangat menghambat dukungan
terhadap pertumbuhan tanaman tertentu. Penghambat tersebut sangat
memengaruhi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan
masukan yang diperlukan sehingga keuntungan keseluruhan yang
diperoleh dari penggunaan sangat rendah, bahkan tidak untung.
Pemakain lahan kelas ini dipertimbangkan marginal ( membutuhkan
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 9
input besar untuk memperoleh hasil cukup sehingga keuntungan
terbatas).
Sub kelas mencerminkan jenis faktor pembatas atau perbaikan yang
diperlukan dalam kelas (Anonim, 1976). Sub kelas dinyatakan dengan
symbol huruf kecil yang menyatakan peringatan adanya pembatas
tertentu. Symbol sub kelas dan artinya sebagai pembatas lahan dapat
dilihat pada table 1.
Tabel 1. Simbol subkelas dan artinya sebagai pembatas kelas lahan
Simbol Arti
C Iklim
T Elevasi
S Kemiringan lahan
R Sifat fisik tanah
N Ketersediaan hara
D Genangan, kelas pangatusan (drainase)
X Keracunan (toksisitas)
d. Tata Cara Penilaian Kesesuaian Lahan Kakao
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penilaian lahan dan
membuat kelas kesesuaian lahannya meliputi tiga hal sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data yang terkait dengan kualitas dan sifat lahan,
umumnya dilakukan dalam bentuk survey tanah.
2. Menentukan kebutuhan tanaman sesuai dengan syarat pertumbuhannya.
3. Membandingkan antara sifat dan kualitas lahan dengan syarat tumbuh
tanaman.
Seperti halnya langkah penilaian kesesuaian lahan pada umumnya, pada
kakao tahapan aktivitas yang sama juga dilakukan. Klasifikasi lahan kakao
disajikan dalam table 2.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 10
Tabel 2. Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk kakao
Tolak Ukur
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
c. Iklim : - curah hujan tahunan (mm) - Lama Bulan Kering (<60mm)
1500-2500
0-1
1250-1500 2500-3000
1-3
1100-1250 3000-4000
3-5
<1100 >4000
>5 t. Elevasi (meter dpl.) - kakao mulia - kakao lindak
0-600 0-300
600-700 300-450
700-800 450-600
>800 >600
s. Kemiringan Lahan 0-8 8-15 15-45 >45 r. Sifat Fisik Tanah - Kedalaman Efektif (cm) - Tekstur - Persentase batu dipermukaan
> 150
Sandy loam, clayloam, silt
loam, silty clay, loam
0
100-150
0-3
60-100
Strukturd clay
3-15
<60
Gravel, sand, massive clay
>15
n. Ketersediaan hara (0-30 cm) - pH - C-organik (%) - KPK (me/100g) - KB (%) - N - P - K
6-7
2-5
>15 >35
Sedang-sangat tinggi
Sedang-sangat tinggi
Sedang-sangat tinggi
5,0-6,0 7,0-7,5
1-2 5-10
10-15 20-35
Rendah
Rendah
Rendah
4-5
7,5-8 0,5-1 10-15 5-10 <20
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
<4.0 >8,0 <0,5 >15 <5 - - - -
e. Genangan, Kelas Drainase Well Moderately well
Somewhat poor, somewhat excessive
Excessivedry poor
x. Keracunan (toksisitas) - salinitas (mm hos/cm) - Kejenuhan Al (%)
<1 <5
1-3
5-20
3-6
20-60
>6
>60
Klasifikasi lahan kakao ini ditekankan pada faktor pembatas, sehingga kelas lahan
ditulis berdasar faktor pembatas yang ada. Kelas lahan kakao S3d, artinya lahan
tersebut sesuai dengan faktor pembatas berupa iklim (bulan kering yang panjang.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 11
III. PERSIAPAN DAN KONSERVASI LAHAN
A. Prinsip Konservasi Tanah
Kegiatan konservasi tanah diperlukan dalam budi daya tanaman kakao
karena curah hujan tidak dapat seluruhnya masuk kedalam tanah. Namun
sebagian air hujan tidak dapat seluruhnya masuk kedalam tanah. Namun
sebagian air hujan justru mengalir diatas permukaan tanah dan menyebabkan
erosi. Pertanaman dengan tajuk yang rapat dan ditumbuhi tanaman penutup
tanah, tingkat erosinya relative kecil karena pukulan curah hujan tertahan oleh
tajuk tanaman dan tanaman penutup tanah. Akibatnya, agregat tanah
permukaan tidak hancur dan terangkut oleh aliran permukaan.
Disamping, itu adanya penutupan lahan bisa menambah suplai bahan organik
yang berasal dari seresah tanaman dan dekomposisi bagian tanaman yang
telah mati. System perakaran yang telah mati dan terdekomposisi bisa
meninggalkan saluran-saluran air dalam tanah. Adanya saluran air ini akan
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
Lahan dengan tanaman penutup tanah yang baik bisaanya memiliki kapasitas
infiltrasi relative tinggi, sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh diatas
tanah dapat meresap kedalam tanah. Sementara itu, air yang mengalir diatas
permukaan tanah dan terjadinya erosi bisa diperkecil.
Kurangnya penutupan lahan dan menurunnya kapasitas infiltrasi akibat
pembabatan hutan menyebabkan air hujan yang masuk kedalam tanah
berkurang, sedangkan air yang mengalir diatas permukaan tanah meningkat.
Air yang mengalir dipermukaan tanah ini akan mengangkut partikel-partikel
tanah permukaan yang hancur karena tidak terlindung dari pukulan air hujan.
Semakin intensif pengurangan penutupan lahan dan permukaan tanah,
semakin besar juga aliran permukaan dan pengangkutan tanah. Akibatnya,
tanah semakin rusak dan kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman
diatasnya.
Analog dengan mekanisme diatas, kerusakan tanah oleh erosi dapat terjadi
dilahan yang dibudidayakan untuk tanaman pertanian. Kebijakan dlam
mengelola lahan akan menentukan besarnya erosi dan kecepatan kerusakan
tanah dilahan-lahan pertanian. Karena itu pilihan komposisi pertanaman dan
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 12
praktik bercocok tanam yang diterapkan atas suatu lahan sebaiknya
mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
B. Erosi dan Dampaknya Terhadap Tanaman
Erosi didefenisikan sebagai pemindahan atau pengangkutan tanah dari suatu
tempat ketempat lain yang lebih rendah melalui media air atau angin.
Didaerah tropis media penyebab erosi yang umum adalah air. Erosi dianggap
sebagai penyebab kerusakan tanah yang utama karena melalui proses ini
kerusakan tanah dapat terjadi dalam waktu yang relative singkat, bergantung
kepada besar dan kekuatan media pengangkut tanah.
Erosi yang terjadi diareal pertanian dapat menyebabkan hilangnya lapisan
permukaan tanah yang subur dan diganti dengan munculnya lapisan tanah
bawah yang relative kurang subur. Kurang suburnya tanah dilapisan bawah
disebabkan oleh tanah lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah,
hara tanah yang berasal dari hasilmpenguraian seresah tanaman rendah,
struktur tanah memiliki imbangan porositas lebih buruk, dan sifat-sifat lain
dengan daya dukung yang lebih rendah terhadap pertumbuhan tanaman.
Karena itu, erosi dianggap faktor penyebab utama degradasi lahan pertanian
didaerah tropika basah.
Akibat erosi, daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman terhambat,
produksi merosot, serta respon tanaman terhadap pemupukan berkurang
sehingga tidak ada lagi produk yang dapat diharapkan dari pertanaman.
C. Persiapan Lahan
Setelah lahan dibuka, pohon yang tidak berfungsi sebagai penaung ditebang,
dan lahan dibersihkan dari semak dan gulma, kegiatan selanjutnya adalah
mempersiapkan lahan pertanaman kakao. Agar produksi kakao selama masa
produktif tinggi perlu diciptakan kondisi lingkungan pertumbuhan dengan
menerapkan teknik konservasi tanah dan air. Untuk mengatur cahaya dan
iklim mikro, tanaman kakao memerlukan tanaman penaung.
Kondisi tanah dilapangan belum tentu memenuhi syarat sebagai media
tumbuh tanaman muda. Karena itu, pengolahan tanah, minimal dalam bentuk
lubang tanam perlu dilakukan agar tanaman kakao bisa tumbuh dilingkungan
yang optimal sejak tanaman muda sampai akhir masa produktif.
Budidaya yang menerapkan azas konservasi tanah dan air perlu melakukan
pembuatan teras, penanaman menurut kontur, pembuatan saluran
pembuangan air hujan dan drainase menurut kontur, serta pembuatan rorak
(galian yang dibuat disebelah pokok tanaman untuk menempatkan pupuk
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 13
organik dan dapat berfungsi sebagai lubang drainase). Semua kegiatan ini
bisa menekan erosi dengan cara menurunkan laju aliran permukaan,
memperbesar penyerapan air kedalam tanah, dan mencegah akumulasi air
hujan yang dapat mengalir dengan kekuatan merusak. Pembuatan teras
diterapkan dilahan miring. Sementara itu, pembuatan rorak dilakukan dilahan
miring dan lahan datar.
Saluran drainase bisaanya dibuat dipinggir blok kebun atau disisi kanan dan
kiri jalan kebun. Saluran drainase berfungsi untuk membuang aliran hujan
berlebih keluar hamparan lahan pertanaman menuju selokan yang lebih
besar. Namun, pada kondisi yang lebih spesifik saluran drainase diperlukan
untuk mengatasi masalah air menggenang, kondisi salinitas, dan alkalinitas
tanah. Bahkan, dilahan –lahan pertanian yang terletak diwilayah curah hujan
dan intensitas tinggi, saluran drainase bermanfaat untuk meningkatkan
produktifitas tanah.
a. Pembuatan Teras
Ada tiga jenis teras yang selama ini dikenal, yaitu teras bangku, teras
gulud dan teras individu. Teras tersebut dibuat searah dengan garis
kontur, agar aliran air didalam teras tidak deras. Garis komtur adalah garis
yang menghubungkan titik-titik lokasi atau tempat yang memiliki ketinggian
(elevasi) sama. Jenis teras yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi
lahan, kemiringan lahan, kedalaman efektif tanah (jeluk tanah), dan
kepekaan tanah terhadap erosi.
Pembuatan teras pada kedalaman tanah yang dangkal cenderung
membuat kedalamn efektif tanah menjadi semakin dangkal, sehingga
daerah perakaran menjadi semakin sempit. Pada kondisi tanah seperti ini,
teras yang dibuat sebaiknya disesuaikan dengan kedalaman efektif yang
ada.
Dilahan yang miring, pergerakan air akan semakin cepat, volume air yang
mengalir diatas permukaan tanah akan semakin besar sehingga kekuatan
merusak semakin besar. Akibatnya, sering terjadi erosi. Untuk mengatasi
keadaan ini, sebaiknya lahan dibuat teras yang secara efektif mampu
menekan kecepatan aliran air sekaligus memberikan peluang peresapan
air hujan kedalam tanah. Bentuk teras yang tahan terhadap kecepatan
aliran yang deras dan memperbesar peresapan air kedalam tanah adalah
teras bangku, kemudian disusul teras gulud dan teras individu.
Pemilihan bentuk teras harus tetap memerhatikan kesesuaian jeluk efektif
yang tersisa bagi tanaman kakao. Pembuatan teras dilahan yang
tanahnya peka terhadap erosi harus mempertimbangkan efektifitasnya
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 14
dalam menekan volume dan kecepatan aliran permukaan. Selain
membuat teras, aliran permukaan lahan yang agregat tanahnya mudah
hancur bisa diperkecil dengan menanam tanaman penutup tanah. Adanya
tanaman penutup tanah bisa menyebabkan agregat tanah menjadi lebih
stabil, tidak mudah hancur, serta tidak mudah terangkut aliran air diatas
permukaan tanah (aliran permukaan).
b. Bentuk Teras
Teras Bangku
Teras bangku adalah teras yang dibuat memotong lereng dan
meratakan tanah dibagian bawah, sehingga membentuk susunan
seperti tangga. Teras bangku tidak dianjurkan untuk tanah-tanah
yang mudah longsor, jeluk tanahnya dangkal, atau lapisan tanah
bawah mengandung unsure yang tersedia berlebihan dan dapat
meracuni tanaman. Teras bangku perlu dibuat sedikit miring
kedalam sehingga bibir teras sedikit lebih tinggi daripada dalam
teras. Tujuannya, agar aliran permukaan memiliki peluang lebih
besar untuk meresap kedalam tanah.
Tebing teras dapat diperkuat dengan rerumputan atau tanaman
merambat lain. Bibir teras juga dapat ditanami dengan tanaman
penguat teras untuk memperkuat teras dari kemungkinan longsor.
Hasil penelitian Pujiyanto et al (2001) menunjukkan tanaman
penguat teras seperti Vetiveria zizanioides terbukti meningkatkan
stabilitas teras bangku disamping dapat digunakan sebagai sumber
pupuk organik. Saluran drainase dilahan dengan teras bangku
dibuat bukan dipinggir teras, melainkan tepat dibawah tebing teras
diatasnya.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 15
Gambar 1. Ilustrasi Teras Bangku
Teras Gulud
Teras gulud dibuat dengan memotong lereng sesuai dengan kontur
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air. Teras gulud
sebaiknya dibuat bdilahan yang kedalaman tanahnya dangkal dan
kemiringan lahan kurang dari 15%. Dilahan yang kedalaman
tanahnya dangkal tidak mungkin dibuat teras bangku karena teras
bangku cenderung akan memperdangkal kedalaman efektif tanah.
Akibatnya daerah perakaran minimal yang diperlukan tanaman
kakao dewasa untuk tumbuh normal tidak terpenuhi. Kedalaman
efektif minimum untuk tanaman kakao dewasa adalah 60 cm.
saluran drainase dilahan dengan teras gulud dibuat dipinggir teras
disebelah dalam guludan.
Gambar 2. Ilustrasi Teras Gulud
Teras Individu
Teras individu adalah teras yang dibuat dengan meratakan tanah
disekitar pokok tanaman dengan garis tengah 1-1,5 meter. Teras
individu merupakan satu-satunya teras yang dapat dibuat dilahan
yang kemiringannya lebih dari 45%. Piringan teras perlu dibuat
sedikit miring kedalam seperti pada teras bangku.
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 16
Gambar 3. Ilustrasi Teras Individu
Manfaat Teras
Memperpendek panjang lereng dan menurunkan kemiringan
lereng
Memperlambat laju aliran permukaan dan menyalurkannya
dengan kekuatan yang tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi air kedalam tanah
Mencegah akumulasi air hujan dan aliran permukaan yang
dapat mengalir dengan kekuatan yang merusak
Mempermudah pengelolaan tanah dan pertanaman.
Tabel 3. Hubungan Jeluk tanah efektif, kecuraman lereng, dan kepekaan tanah
terhadap erosi dengan bentuk teras yang dipilih
Jeluk
Tanah
Kepekaan
Erosi
Lebih dari 90 cm 40 – 90 cm Kurang dari 40 cm
Kurang Tinggi Kurang Tinggi Kurang Tinggi
Lereng
(%)
0-15 G/B G/B G/B G/B G G
Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Kakao
Disusun oleh : Khasril Atrisiandy, SP 17
15-30 G/B G/B G/B B G G
30-45 B B B B I I
Lebih
dari 45 B/I B/I B/I B/I I I
Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan kakao, 1998
Keterangan : G= Gulud; B= Bangku; I= Individu
DAFTAR PUSTAKA
1. Alvim, Enviromental Requirement of Cocoa With Emphasis on Responses to
Shde And Moisture Stress, Kuala Lumpur: Proceeding International Conference
Cocoa & Coconuts, 1980.
2. Buku Pintar- Budidaya kakao, Pusat penelitan Kopi dan Kakao Indonesia, 2010
3. Goenadi, D.H., Baon, J.B., Herman, dan Purwoto, A. 2005.
4. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Pedoman Teknis Budi Daya
Tanaman Kakao, 1998
5. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.
6. Winarno, H. 2006. Budidaya Tanaman Kakao. Agromania
Top Related