PENGARUH TUNNELING INCENTIVE DAN EXCHANGE
RATE TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING
DENGAN TAX MINIMIZATION SEBAGAI PEMODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yefananda Purnomo Putra
1113082000089
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PENGARUH TUNNELING INCENTIVE DAN EXCHANGE RATE
TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING DENGAN TAX
MINIMIZATION SEBAGAI PEMODERASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yefananda Purnomo Putra
NIM. 1113082000089
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
Ismawati Haribowo, SE., M.Si.
NIDN : 2009098001
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 09 Juli 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Yefananda Purnomo Putra
2. NIM : 1113082000089
3. Jurusan : Akuntansi (Keuangan)
4. Judul Skripsi Pengaruh Tunneling Incentive Dan Exchange Rate
Terhadap Keputusan Transfer Pricing Dengan Tax
Minimization Sebagai Pemoderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan komprehensif ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2018
1. Yusar Sagara,SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CMA.,CPMA
NIDN : 2009058601
2. Masrul Huda,SE.,M.Si
NIDN : 0406056302
:
:
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 25 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Yefananda Purnomo Putra
2. NIM : 1113082000089
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi Pengaruh Tunneling Incentive Dan Exchange Rate
Terhadap Keputusan Transfer Pricing Dengan Tax
Minimization Sebagai Pemoderasi.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Januari 2019
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 197205162009011006 Ketua
2. Zuwesty Eka Putri, SE.,MAK ( )
NIP. 198004162009012006 Penguji Ahli
3. Ismawati Haribowo, SE., M.Si ( )
NIP. 198009092014112003 Pembimbing
:
:
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yefananda Purnomo Putra
Nomor Induk Mahasiswa : 1113082000089
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Desember 2018
Yang menyatakan,
(Yefananda Purnomo Putra)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Yefananda Purnomo Putra
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 23 Februari 1994
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Komplek lembah hijau Jl. Met Gobel
Blok C21 no.11 RT003/013, Mekarsari
Cimanggis, Depok
5. Telepon : 089628167233
6. Email : [email protected]
II. Pendidikan
1. TK Cendrawasih : Tahun 1998-2002
2. SDN Pekayon 12 Pagi : Tahun 2000-2006
3. SMPN 258 Jakarta : Tahun 2006-2009
4. SMAN 98 Jakarta : Tahun 2009-2012
5. S1 Akuntansi UIN Syarif : Tahun 2013-2018
Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Yedi Purnomo Budi
2. Ibu : Farida Isnaeni
3. Anak ke- : Satu dari Dua bersaudara
vii
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Karang Taruna Divisi Humas RW 013 Mekarsari Tahun
2014-sekarang
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi divisi minat
dan bakat 2013-2014
3. Bendahara Gebyar Lomba Akuntansi (GALAKSI) 2014
4. Anggota FORSA cabang Futsal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013-2015
viii
THE EFFECT OF TUNNELING INCENTIVE AND EXCHANGE RATE ON
DECISION TO TRANSFER PRICING WITH TAX MINIMIZATION AS A
MODERATION
ABSTRACT
This research is to analyze the effect of tunneling incentive and exchange rate
to transfer pricing which was moderated by tax minimization. This study used the
sample of manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchanged during
2013-2017. The number of manufacturing companies sampled in this study were 20
companies for 5 years, total sample research is 100 financial statements. The method
used is purposive sampling method. Hypothesis testing in this research used logistic
regression with the support of SPSS 24 version software.
This research showed that tunneling incentive effect to decision transfer
pricing. While exchange rate did not effect to decision transfer pricing. Tax
minimization can be a moderation for tunneling incentive and decision transfer
pricing. But Tax minimization can’t be a moderation for exchange rate and decision
transfer pricing.
Keywords: tunneling incentive, exchange rate, tax minimization and transfer pricing
ix
PENGARUH TUNNELING INCENTIVE DAN EXCHANGE RATE
TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING DENGAN TAX
MINIMIZATION SEBAGAI PEMODERASI
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tunneling
incentive dan exchange rate terhadap keputusan transfer pricing yang dimoderasi
oleh tax minimization. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2017. Jumlah perusahaan
manufaktur yang menjadi sampel adalah 20 perusahaan selama 5 tahun, total sampel
penelitian 100 laporan keuangan. Metode yang digunakan adalah metode purposive
sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik
dengan dukungan software versi SPSS 24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing. Sementara exchange rate tidak berpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing. Tax minimization dapat memoderasi untuk
tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing, tetapi tax minimization tidak
dapat memoderasi untuk exchange rate terhadap keputusan transfer pricing.
Kata kunci: tunneling incentive, exchange rate, tax minimization dan transfer pricing
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tunneling Incentive Dan
Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing Dengan Tax Minimization
Sebagai Pemoderasi.”. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Yedi Purnomo Budi dan Ibu Farida Isnaeni yang
selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan
dukungan, kasih sayang, semangat dan doa yang tiada henti.
2. Adik laki-laki saudara Rezhananda Purnomo Putra yang telah memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Keluarga besar Bapak Ripto Sujanto serta Istri dan Kedua anak-anaknya yang
selalu membantu penulis dari segi finansial maupun moril selama proses
perkuliahan.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
7. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan,
dukungan, serta tempat berbagi cerita bagi penulis selama proses penulisan
skripsi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
luas kepada penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Andara Utami, Widya Noviyanti dan Hilmi Mahdi Daulay selaku sahabat penulis
yang telah membantu penulis yang selalu menjadi tempat berbagi keluh kesah
hingga mendukung proses penyusunan skripsi selesai.
11. Thoyibah Nur Fitri dan Cika Dewi Aninda selaku sahabat penulis yang selalu
membantu penulis selama masa perkuliahan dan tak henti-hentinya selalu
memberikan dukungan.
12. Katon Sadewo dan Prasetyo Wibowo selaku sahabat penulis sosok yang selalu
menjadi tempat berbagi cerita, dan tak henti-hentinya memberikan dukungan
kepada penulis.
13. Dwi Putri, Adila Sylvani, Tiana Sistha dan Yudhi Prasetyo selaku sahabat penulis
yang tidak lelah untuk menghibur penulis baik didalam maupun diluar kampus
serta memberikan dukungan kepada penulis.
14. Keluarga besar PHP FC yang selalu memberikan dukungan dan waktunya untuk
menemani dan menghibur penulis dari awal perkuliahan hingga selesai.
15. Keluarga Besar Futsal FEB yang sudah memberi sarana untuk mengembangkan
diri dibidang olahraga futsal.
16. Keluarga Besar Futsal UIN Jakarta terimakasih atas kenangan dan pelajarannya
selama ini sampai penulis pernah membawa harum nama UIN Jakarta.
17. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, terimakasih atas doa dan
insipirasinya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 25 Januari 2019
(Yefananda Purnomo Putra)
xiii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur................................................................................. 9
1. Teori Agensi ................................................................................... 9
2. Teori Akuntansi Positif .................................................................. 12
3. Advance Pricing Agreement ........................................................... 15
4. Transfer Rules ................................................................................ 17
5. Tunneling Incentive ........................................................................ 17
6. Exchange Rate ................................................................................ 18
7. Tax Minimization ........................................................................... 20
8. Transfer Pricing ............................................................................. 21
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 25
C. Pengembangan Hipotesis ..................................................................... 31
1. Pengaruh Tunneling Incentive Terhadap Keputusan Transfer
Pricing ............................................................................................ 31
2. Pengaruh Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer
Pricing ............................................................................................ 32
3. Pengaruh Tax Minimization dalam Memoderasi Tunneling
Incentive Terhadap Keputusan Transfer Pricing ........................... 33
4. Pengaruh Tax Minimization dalam Memoderasi Exchange
Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing .................................. 34
D. Kerangka Pemikirian ............................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 37
B. Metode Penelitian Sampel.................................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 39
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian.................................................... 39
1. Transfer Pricing ............................................................................. 39
2. Tax Minimization ........................................................................... 40
3. Tunneling Incentive ........................................................................ 41
xv
4. Exchange Rate ................................................................................ 41
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 42
1. Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 42
2. Analisis Regresi Logistik ............................................................... 43
a. Overall Model Fit ..................................................................... 43
b. Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 44
c. Uji Kelayakan Model Regresi .................................................. 44
d. Uji Matriks Klasifikasi ............................................................. 45
e. Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................. 45
f. Model Regresi Yang Terbentuk ............................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ................................................................ 48
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian........................................................ 50
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 50
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................ 53
a. Hasil Uji Keseluruhan Model................................................... 53
b. Hasil Uji Kelayakan Model ...................................................... 56
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 57
d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi ................................................... 58
e. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik ................................... 59
C. Pembahasan .......................................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 73
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Fenomena Kasus Transfer Pricing yang Terjadi
di dalam dan luar negeri ............................................................ 3
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................ 26
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ........................... 47
Tabel 4.1 Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria............................. 49
Tabel 4.2 Tabel Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 50
Tabel 4.3 Tabel Uji Frekuensi Transfer Pricing ........................................ 52
Tabel 4.4 Tabel Iteration History 0 ........................................................... 54
Tabel 4.5 Tabel Iteration History 1 ........................................................... 55
Tabel 4.6 Tabel Hosmer and Lemeshow Test ............................................ 56
Tabel 4.7 Tabel Model Summary ............................................................... 57
Tabel 4.8 Tabel Classification ................................................................... 58
Tabel 4.9 Tabel Uji Signifikansi ................................................................ 60
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan jaman di era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi
yang pesat, memberikan suatu pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap
para pelaku bisnis dalam menjalankan roda perusahaan. Perusahaan perusahaan
yang biasanya menerapkan desentralisasi operasi dengan cara membagi
perusahaannya atas pusat-pusat pertanggungjawaban baik itu pusat biaya
maupun pusat penghasilan, telah memanfaatkan transfer pricing sebagai alat
untuk menghindari atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan beban
pajak yang harus ditanggung perusahaan. Melalui praktik transfer pricing, upaya
meminimalkan beban pajak perusahaan yang dilakukan dengan cara
mengalihkan penghasilan serta biaya suatu perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang merger atau
telah diakuisisi oleh perusahaan induk, atau hubungan istimewa lainnya dari satu
perusahaan suatu negara kepada perusahaan di negara lain yang tarif pajaknya
berbeda.
Pengaturan serta pengelolaan keuangan yang baik dan jelas diharapkan dapat
mencegah dan mendeteksi tindakan-tindakan manipulasi pajak melalui transfer
pricing yang sering dilakukan perusahaan untuk melakukan
penghindaran/penggelapan pajak. Para ahli juga mengakui bahwa transfer
2
pricing ini bisa menjadi suatu masalah bagi perusahaan, namun ini juga bisa
menjadi peluang penyalahgunaan untuk perusahaan yang mengejar laba yang
tinggi.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) membongkar motif sebanyak 2.000
perusahaan multinasional atau asing yang teridentifikasi mengemplang pajak.
Rata-rata perusahaan tersebut menunggak pajak jenis Pajak Penghasilan (PPh)
Badan pasal 25 dan 29. Menurut Direktur Pelayanan dan Penyuluhan Hubungan
Masyarakat (P2 Humas) DJP Mekar Satria Utama, rata-rata 2.000 perusahaan
asing tersebut menggunakan modus transfer pricing. Tujuannya, pertama, untuk
mengakali jumlah profit sehingga pembayaran pajak dan pembagian dividen
menjadi rendah. Kedua, menggelembungkan profit untuk memoles (window-
dressing) laporan keuangan. Dari praktik ini negara dirugikan triliunan rupiah
karena praktek transfer pricing perusahaan asing di Indonesia. Modus kedua
yakni biasanya para perusahaan asing tersebut memanfaatkan fasilitas fiskal,
seperti pengurangan pajak (tax allowance), untuk menghindari pembayaran
pajak usai masa tax allowance habis. Dari kasus tersebut membuktikan bahwa
praktik transfer pricing masih dilakukan di Indonesia.
3
Tabel 1.1
Fenomena kasus Transfer Pricing yang terjadi di dalam dan luar negeri
Nomor Nama perusahaan Kasus
1 Starbucks (Inggris) Starbucks pada tahun 2011 tidak membayar
pajak korporasi padahal perusahaan ini
berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta,
namun pada tahun 2008 mereka mengaku rugi
£112 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun.
Sedangkan dalam laporan kepada investornya
di amerika serikat, starbucks mengatakan
bahwa mereka memperoleh keuntungan yang
besar di inggris, bahkan penjualannya selama
periode tahun 2008-2010 mencapai £1,2 miliar
atau sekitar Rp 18 triliun. Dengan kerugian ini,
Starbucks Inggris tidak pernah membayar
pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun
beroperasi di Inggris, Starbucks hanya
membayar pajak sebesar £8,6 juta.
2 Google (Inggris) Pada tahun 2011 juga berhasil mencatat
pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya
membayar pajak sebesar £6 juta.
3 Amazon (Inggris) Perusahaan Amazon di Inggris berhasil
melakukan penjualan di Inggris sebesar £3,35
miliar selama tahun 2011 miliar tetapi hanya
membayar pajak sebesar £1,5 juta.
4 Toyota Motor
Manucfacturing
Indonesia
(Indonesia)
Sengketa pajak seputar laporan pajak tahun
2008 antara pihak TMMIN dengan Ditjen
Pajak. Dalam laporan pajaknya, TMMIN
menyatakan nilai penjualan mencapai Rp 32,9
triliun, namun Ditjen Pajak mengoreksi
nilainya menjadi Rp 34,5 triliun atau ada
koreksi sebesar Rp 1,5 triliun.
5 Standard Chartered
(Indonesia)
Pada tahun 2017 Otoritas Moneter Singapura
(MAS) menginvestigasi Standard Chartered
terkait transfer dana sebesar $1,4 miliar atau
Rp 19 triliun dari Guernsey, Inggris ke
Singapura yang dilakukan oleh klien dari
Indonesia. Sumber: kemenkeu.go.id dan kompas.com
4
Hasil uraian beberapa kasus diatas menunjukan bahwa transfer dana atau
transfer pricing merupakan salah satu skema yang sangat rawan untuk dijadikan
jalan pintas dalam memperoleh laba. Hal tersebut juga yang tentunya menjadikan
transfer pricing sebagai hal yang sangat krusial untuk diteliti serta perlu untuk
diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya, khususnya dari
segi perpajakannya. Ini diperparah dengan data yang dikeluarkan oleh
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa 60%
dari total perdagangan dunia terindikasi melakukan praktik transfer pricing.
(Andraeni, 2017)
Menurut Hartati et al. (2015), tunneling incentive adalah suatu prilaku dari
pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi
keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut menanggung
biaya yang mereka bebankan. Beberapa penelitian tentang tunneling incentive
telah menemukan bahwa terjadi tunneling oleh pemilik mayoritas terhadap
pemilik minoritas melalui strategi merger dan akuisisi. Contoh tunneling adalah
jaminan pinjaman, menjual produk di bawah harga pasar, manipulasi tingkat
pembayaran dividen, memilih anggota keluarganya yang tidak memenuhi
kualifikasi untuk menduduki posisi penting di perusahaan.
Variabel exchange rate dalam penelitian Chan, Landry, & Jalbert, (2004)
menunjukkan bahwa exchange rate berpengaruh positif signifikan terhadap
transfer pricing sedangkan dalam penelitian Marfuah & Azizah (2014) exchange
rate tidak berpengaruh signifikan terhadap transfer pricing. Dari beberapa hasil
5
penelitian yang disebutkan diatas menunjukkan bahwa praktik transfer pricing
juga dilatar belakangi oleh alasan non pajak, dimana keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas ini berhubungan erat kaitannya dengan arus kas. Arus kas
perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang dimana
nilai setiap mata uang relatif terhadap nilai dolar akan berbeda seiring dengan
perbedaan waktu. Exchange rate yang berbeda-beda inilah yang nantinya akan
mempengaruhi praktik transfer pricing pada perusahaan multinasional. Sebagai
contoh, sebagian besar perusahaan multinasional meminta pertukaran satu valuta
dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran, karena nilai tukar valuta
yang terus-menerus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan
pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensi dari adanya hal ini adalah jumlah unit
valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bahan baku dari luar negeri
bisa berubah-ubah walaupun pemasoknya tidak merubah harga.
Praktik transfer pricing oleh perusahaan selain dimotivasi juga oleh dilatar
belakangi oleh alasan non pajak, dimana keputusan transfer pricing diambil
dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini lah yang akan
mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
Investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi, sehingga dalam laporan keuangannya perusahaan
berusaha menyajikan profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas salah satunya
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar. Perubahan nilai tukar atau exchange rate
ini akan mempengaruhi laba perusahaan secara keseluruhan.
6
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menguji kembali
pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada. Pada penelitian sebelumnya, peneliti menjelaskan mengenai pengaruh
tunneling incentive, bonus mechanism dan debt covenant terhadap keputusan
transfer pricing dengan tax minimization sebagai pemoderasi. Sedangkan pada
penelitian ini peneliti mengganti variabel bonus mechanism dan debt covenant
lain dengan variabel independen lain yaitu exchange rate dan tetap
mempertahankan variabel moderasi tax minimization. Dengan demikian peneliti
memberi judul skripsi ini sebagai “Pengaruh Tunneling Incentive dan
Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing Dengan Tax
Minimization Sebagai Pemoderasi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan
masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, misalnya:
1. Apakah tunneling incentive mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
transfer pricing?
2. Apakah exchange rate mempengaruhi perusahaan untuk melakukan transfer
pricing?
3. Apakah tax minimization dapat memoderasi tunneling incentive terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing?
7
4. Apakah tax minimization dapat memoderasi exchange rate terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut :
1. Menguji pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing
2. Menguji pengaruh exchange rate terhadap keputusan tranfer pricing
3. Menguji pengaruh tax minimization dalam memoderasi tunneling incentive
terhadap keputusan perusahaan melakukan tranfer pricing
4. Menguji pengaruh tax minimization dalam memoderasi exchange rate
terhadap keputusan perusahaan melakukan tranfer pricing
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Dapat dijadikan referensi tambahan sebagai pengembangan ilmu ekonomi
dan khususnya akuntansi keuangan untuk memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu perpajakan dalam sebuah perusahaan. Penelitian ini
juga diharapkan dapat melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya.
8
2. Untuk penulis, sebagai bentuk dari aplikasi pengetahuan yang selama ini
diperoleh dalam perkuliahan serta untuk menambah pengetahuan mengenai
perilaku akuntan.
3. Untuk peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
referensi untuk penelitian sejenis dimasa mendatang.
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai transfer
pricing yang berdampak pada kewajiban perusahaan dalam membayar pajak
dan memberikan kontribusi positif pada penerapan ilmu perpajakan yang
terdapat di perusahaan-perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
2. Sebagai acuan dalam usaha peranan akuntan untuk meningkatkan kualitas
perusahaan dan mengetahui cara mencegah terjadinya perilaku tax
minimization, yang dapat merugikan beberapa pihak khususnya negara.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Penelitian ini dilandasi oleh teori agensi (agency theory). Menurut
Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan
kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis
(principal) dan manajer yang mengurus penggunaan dan pengendalian
sumber daya tersebut. Teori ini memegang peran penting dalam praktik
bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori yang muncul karena
adanya konflik kepentingan antara principal dan agent. Principal diartikan
sebagai pemegang saham atau pihak yang memberi kontrak sedangkan
agent sebagai manajer atau pihak yang mengelola dana principal. Principal
mengontrak agent untuk melakukan pengelolaan sumber daya dalam
perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan ini adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak
dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir biaya
sebagai dampak adanya perbedaan tujuan antara kepentingan principal
dengan agent.
10
Teori keagenan dapat mengimplikasikan adanya asimetri informasi.
Konflik antar kelompok atau agency conflict merupakan konflik yang
timbul antara pemilik, dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan
manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan.
Berikut merupakan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
masalah keagenan (Mayantya, 2018) yaitu:
1. Moral Hazard
Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas yang
tinggi) dimana seorang manajer melakukan kegiatan yang tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham
yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin
tidak layak dilakukan.
2. Penahanan Laba (Earnings Retention)
Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan investasi
yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui peningkatan dan
pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan, prestise, atau
penghargaan bagi dirinya, namun dapat menghancurkan kesejahteraan
pemegang saham.
3. Horison Waktu (Time Horizon)
Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas, dengan mana
prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan yang
11
kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung menekankan
kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
4. Penghindaran Resiko Manajerial (Risk Aversion)
Masalah ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang
berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang dicapainya,
sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko saham perusahaan
dari keputusan investasi yang meningkatkan risikonya. Misalnya
manajemen lebih senang dengan pendanaan ekuitas dan berusaha
menghindari peminjaman utang, karena mengalami kebangkrutan atau
kegagalan.
Upaya untuk mengatasi atau mengurasi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung oleh
kedua belah pihak yakni principal maupun agent. Biaya keagenan ini
menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost
adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor
perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol
perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditangung oleh agent
untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent
akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss
merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran
principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan
principal (Andraeni, 2017).
12
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa konflik keagenan ini ada
karena ketidaksesuaian informasi berhubungan dengan penyerahan
kewenangan dari prinsipal kepada agen yang menyebabkan manajer
memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham.
2. Teori Akuntansi Positif
Rosa et al. (2017) dalam jurnalnya Positive Accounting Theory
merupakan Teori Akuntansi Positif dapat menjelaskan mengapa kebijakan
akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk memprediksi
kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisi
tertentu. Teori akuntansi positif mengusulkan tiga hipotesis manajemen
laba, yaitu:
1. Hipotesis Rencana Bonus (The Bonus Plan Hypotesis)
Hipotesis ini menjelaskan bahwa para manajer perusahaan dengan
rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa
kini. Para manajer menginginkan imbalan yang tinggi dalam setiap
periode. Jika imbalan mereka bergantung pada bonus yang dilaporkan
pada pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka bisa meningkatkan
bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan
bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah
dengan memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang
13
dilaporkan pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari
proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba
dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang akan datang, dengan
taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value) dari
kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan
meningkat dengan memberikan perubahan menuju masa kini.
Dapat disimpulkan manajer perusahaan dengan bonus tertentu
cenderung lebih menyukai metode yang meningkatkan laba periode
berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang
bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan
direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih.
2. Hipotesis Perjanjian Hutang (The Debt Covenant Hypotesis)
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat
suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan
pada kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa
kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi
kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa
perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh
sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan
bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam
14
itu dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan
penalti, seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Maka jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan
perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah,
atau paling tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa
memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa
kini. Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan
mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih
cenderung untuk melakukan hal ini.
3. Hipotesis Biaya Politik (The Political Cost Hypotesis)
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar
biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung
lebih memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang
dilaporkan dari masa sekarang menuju masa depan. Hipotesis biaya politik
memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan kebijakan
akuntansi. Perusahaan-perusahaan yang ukurannya sangat besar mungkin
dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap
tanggung jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka
besar dan berkuasa. Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan
meraih profit yang tinggi, maka biaya politik bisa diperbesar. Perusahaan-
perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya politik pada poin-poin
waktu tertentu. Persaingan luar negeri mungkin mengarah pada
menurunnya profitabilitas kecuali perusahaan yang terkena dampaknya ini
15
bisa mempengaruhi proses politik untuk bisa melindungi impor secara
keseluruhan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing (pendapatan
menurun) dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang
turun.
3. Advance Pricing Agreement (APA)
Dengan meluasnya praktik transfer pricing yang dinilai merugikan
negara, aparatur pajak mencoba mencari jalan keluar untuk menangani
masalah tersebut. Salah satu cara yang dilakukan guna mengatasi masalah
transfer pricing ini yaitu dengan menerapkan Advance Pricing Agreement
(APA). APA merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pajak (DJP) dengan wajib pajak mengenai harga jual wajar barang
atau jasa kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa
(Ardiyanti,2017). Manfaat utama melakukan Advance Pricing Agreement
(APA) adalah adanya kepastian dalam menerapkan harga transaksi
sehingga Wajib Pajak tidak perlu khawatir bahwa harga transaksi yang
ditetapkan akan dikoreksi oleh Ditjen Pajak, selama kesepakatan yang
telah disetujui dalam APA, dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
Undang-undang No 36 pasal 18 ayat 3a menjelaskan tujuan dari
diselenggarakannya APA adalah untuk mencegah penyalahgunaan praktik
transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Kesepakatan yang dibuat
mencakup jumlah serta harga barang yang diproduksi, jumlah royalti dan
hal lain yang dikehendaki oleh kedua belah pihak. APA dapat
16
diberlakukan antara DJP dengan wajib pajak maupun DJP dengan aparatur
pajak di luar negeri dimana wajib pajak berada dalam wilayah
yuridiksinya.
Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan pembenahan dalam
pelaksanaan APA sebagai salah satu alternatif pencegahan praktik transfer
pricing. Namun demikian harus diakui pelaksanaaannya belum optimal.
Hal ini bisa diketahui dengan masih banyaknya kasus dan sengketa pajak
yang terkait dengan transfer pricing. Beberapa hambatan penerapan APA
di Indonesia seperti kurangnya sumber daya manusia yang memiliki
keahlian khusus di bidang transfer pricing, sistem pendataan dan
dokumentasi yang masih belum memadai serta belum terorganisir dengan
baik, juga moralitas otoritas pajak dan Wajib pajak yang masih perlu terus
menerus diperbaiki. Penyelesaian terhadap permasalahan tersebut tentu
tidak semudah yang kita bayangkan, diperlukan keinginan kuat dan
kerjasama yang lebih baik dengan pihak-pihak terkait. Masih diperlukan
perubahan struktur, sistem dan prosedur teknis dan administrasi, serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan para otoritas pajak.Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) sebagai otoritas pajak di Indonesia mungkin perlu
membuat direktorat atau divisi khusus yang menangani APA agar
pelaksanaan APA dapat berjalan dengan optimal. Satu hal yang perlu
diingat dalam penerapan sistem APA ini, adalah bersifat sukarela. Artinya
otoritas pajak Indonesia tidak dapat memaksa atau mewajibkan
perusahaan multinasional untuk ikut berpartisipasi di dalam program APA
17
ini. Oleh karenanya, keberhasilan sistem APA ini akan sangat tergantung
kepada otoritas pajak untuk membuatnya “menarik”.
4. Transfer Rules
Transfer rules merupakan kebijakan dimana Negara diberikan
kewenangan untuk mendistribusikan atau mengalokasikan item-item yang
mempengaruhi Pendapatan Kena Pajak (PKP) pada Wajib Pajak (WP)
yang memiliki hubungan istimewa. Tujuan dari dari penerapan transfer
rules adalah agar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa menjadi
wajib bajak yang independen, sehingga transaksi yang mereka lakukan
memenuhi arm’s length principle (Santoso, 2004 dalam Ardiyanti,2017).
5. Tunneling Incentive
Istilah "tunneling" pada awalnya digunakan untuk menggambarkan
"pengambilalihan pemegang saham minoritas di Republik Ceko seperti
pemindahan aset melalui sebuah terowongan bawah tanah (tunnel).
(Pramana, 2014)
Pemegang saham mayoritas pada struktur kepemilikan terkonsentrasi,
seperti Jepang, Eropa, dan sebagainya. Dapat melakukan monitoring dan
kontrol terhadap manajemen perusahaan, sehingga memiliki pengaruh
positif pada kinerja perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan saham di
Indonesia terkonsentrasi pada sedikit pemilik sehingga terjadi konflik
keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
18
minoritas. Konflik ini terjadi dikarenakan oleh lemahnya perlindungan
hak-hak pemegang saham minoritas. Sehingga mendorong pemegang
saham mayoritas untuk melakukan tunneling yang merugikan pemegang
saham minoritas dan terjadinya penyimpangan perilaku akuntansi positif.
Menurut Andraeni (2017) Tunneling dapat dilakukan dengan cara
menjual produk kepada perusahaan yang memiliki hubungan istimewa,
dengan harga yang lebih rendah. Lo et al., (2010), juga menemukan
bahwa konsentrasi kepemilikan oleh pemerintah di Cina berpengaruh pada
keputusan transfer pricing, dimana perusahaan bersedia mengorbankan
penghematan pajak untuk tunneling keuntungan ke perusahaan induk.
6. Exchange Rate
Nilai tukar mata uang atau yang disebut juga exchange rate atau kurs
merupakan harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik
atau dengan kata lain harga mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Menurut Marfuah dan Azizah (2014) menyatakan bahwa exchange rate
memiliki dua efek akuntansi, yaitu pada proses memasukkan transaksi
yang menggunakan mata uang asing dan pada pengungkapan laba rugi
perusahaan secara keseluruhan. Kebijakan resmi yang dilakukan suatu
negara untuk menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing
disebut dengan revaluasi, sebaliknya menurunkan nilai mata uang
terhadap mata uang asing disebut devaluasi. Dalam menganalisis nilai
tukar juga dikenal dengan yang disebut nilai tukar riil. Definisi Bank
19
Indonesia (2004), nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah
dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga didalam negeri dibanding
dengan harga-harga di luar negeri.
Dalam pembahasan ini nilai tukar juga tidak lepas dari risiko nilai
tukar (exchange rate risk). Exchange rate risk adalah suatu bentuk resiko
yang muncul akibat adanya perubahan nilai tukar suatu mata uang
terhadap mata uang lain. Sebuah perusahaan yang memiliki operasi bisnis
lintas negara tidak terdapat terhindar dari risiko ini apabila tidak dapat
menerapkan lindung nilai. Menurut Ardiyanti (2017) perusahaan
cenderung menggunakan transfer pricing untuk menghindari risiko
tersebut dengan memindahkan laba ke mata uang yang nilainya lebih kuat.
Menurut Goeltom dan Zulverdi (1998:73) penentuan sistem nilai tukar
merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara karena hal
tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari
gejolak perekonomian global. Pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang
ditetapkan suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama yaitu :
1) Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, dengan sasaran
akhir menjaga kecukupan cadangan devisa.
2) Menjaga kestabilan pasar domestik.
3) Sebagai instrumen moneter khususnya bagi negara yang menerapkan
suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan
moneter.
20
Selain itu, menurut Kewal (2012) dalam Andraeni (2017) mengatakan
bahwa nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi
ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
1) Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2) Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs
beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh
Bank Central pada suatu saat tertentu.
3) Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4) Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli
bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut telah
diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
7. Tax Minimization
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat menurut
pasal 1 UU No 28/2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).
Sedangkan tax minimization merupakan strategi untuk meminimalkan
beban pajak terutang dengan melakukan kegiatan mentransfer biaya
21
sehingga akhirnya transfer pendapatan ke negara dengan tarif pajak
rendah. Pembayaran pajak yang tinggi membuat perusahaan melakukan
penghindaran pajak, yaitu dengan cara melakukan transfer pricing. Pada
kegiatan transfer pricing, perusahaan-perusahaan multinasional cenderung
menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki
tarif pajak yang tinggi ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak
rendah (tax haven).
8. Transfer Pricing
Praktik transfer pricing jika dilihat dari sisi pemerintahan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 43 Tahun
2010 yang diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011
tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi
antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
diyakini dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi
penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan multinasional
cenderung memindahkan kewajiban perpajakannya dari negara-negara
yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-
negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries).
Transfer pricing diatur dalam Pasal 18 undang-undang nomor 36
tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Peraturan transfer pricing tersebut
mencakup beberapa hal, yaitu pengertian hubungan istimewa, wewenang
menentukan perbandingan utang dan modal, dan wewenang untuk
22
melakukan koreksi dalam hal terjadi transaksi yang tidak arm’s length.
Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4 yaitu
hubungan istimewa antara wajib pajak badan dapat terjadi karena
pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya
sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau antara beberapa
badan yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki
oleh suatu badan. Hubungan istimewa dapat mengakibatkan
ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam
suatu transaksi usaha.
Dalam rangka menerapkan peraturan mengenai harga transfer (transfer
pricing) Menteri Keuangan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan
No. 213/PMK.03/2016. Ketentuan PMK 213 ini menjelaskan atas
pelaporan dokumen induk/dokumen lokal dan laporan per negara bagi
wajib pajak yang melakukan transaksi dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa. Hal ini sejalan dengan rekomendasi dari
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada
laporan final mengenai transfer pricing documentation and country-by-
country reporting. Peraturan ini bermaksud untuk meningkatkan kualitas
dokumen yang dipersiapkan oleh wajib pajak dan meningkatkan
transparansi. Dikarenakan waktu yang terbatas, yaitu 4 bulan setelah akhir
tahun pajak untuk menyediakan dokumen induk dan dokumen lokal, wajib
pajak perlu lebih ketat dalam mengelola persoalan harga transfer. Wajib
pajak juga perlu lebih proaktif dan memastikan bahwa informasi yang
23
dibutuhkan tersedia agar dapat mematuhi ketentuan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Menurturt Horngren (2008) dalam Deanti (2017), menerangkan bahwa
secara umum terdapat 6 (enam) metode transfer pricing, antara lain:
1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer
Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan
untuk perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi kerja.
Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan basis harga
pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang berlaku
(current-market place) dengan harga pasar yang dikurangi diskon
(market-price minus discount). Bentuk ini dijadikan tolak ukur untuk
menilai kemampuan kinerja manajemen unit usaha karena hal ini
menunjukan kemampuan produk untuk menghasilkan laba serta
merangsang unit usaha untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini
digunakan apabila pasar perantara cukup bersaing dan saling
ketergantungan antar unit usaha. Dengan menggunakan harga pasar
dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu perusahaan dapat
mencapai tujuan congruence, dukungan manajemen, evaluasi kinerja
unit usaha, dan otonomi unit usaha.
2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Method Transfer Prices)
Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang
digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya dapat merupakan
24
biaya aktual (actual cost) atau biaya yang dianggarkan (budget cost).
Transfer berdasarkan biaya merupakan suatu mark-up atau profit
margin yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi suatu
unit usaha: a) biaya variabel aktual (actual variable costs), b) biaya
tetap standar (standard variable fixed), c) biaya tetap aktual (actual
fixed costs), d) biaya total standar (standard full costs), e) biaya rata-
rata (average costs), f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-
up). Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya karena informasi biaya
tersedia pada setiap tingkat aktivitas.
3) Harga Transfer Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi
secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan harga transfer
berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kedua
unit usaha mempunyai posisis tawar-menawar yang sama, namun
penentuan harga transfer yang demikian akan memakan waktu,
mengulang pemerikasaan serta revisi harga transfer.
4) Harga Transfer Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Based Transfer
Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga
transfer berdasarkan full cost. Untuk menaksir suatu harga mendekati
harga pasarnya, harga transfer berdasarkan biaya terkadang dibuat
25
pada full cost ditambah dengan suatu margin. Harga transfer ini
terkadang dapat mengarahkan pada keputusan unit usaha.
5) Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan
interaksi kedua unit usaha pada tingkat yang dianggap terbaik bagi
kepentingan perusahaan.
6) Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas
responsibilitas dari unit perusahaan. Terdapat beberapa metode yang
digunakan dalam menentukan harga pasar wajar (Arm’s Length
Price). Tujuan dari metode-metode tersebut adalah untuk memastikan
bahwa transaksi yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang
memiliki hubungan istimewa telah memenuhi harga pasar wajar
dengan konsisten.
B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil – hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
26
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Ratna Felix
Nuradila
dan Raden
Arief
Wibowo
(2018)
Tax Minimization
sebagai pemoderasi
Hubungan antara
Tunneling Incentive,
Bonus Mechanism
dan Debt Convenant
dengan Keputusan
Transfer Pricing
Variabel pemoderasi
tax minimization,
variabel dependen
tunneling incentive
dan variabel
independen keputusan
transfer pricing
Variabel bonus
mechanism dan debt
convenant
Tax minimization gagal
memoderasi pengaruh bonus
mechanism dan debt
convenant terhadap transfer
pricing
2 Sanintya
Mayantya
(2018)
Pengaruh Tax
Minimization,
Mekanisme Bonus,
Kepemilikan Asing,
Exchange Rate dan
Kualitas Audit
terhadap Keputusan
Transfer Pricing
Variabel tax
minimization, variabel
exchange rate dan
variabel keputusan
transfer pricing
Variabel mekanisme
bonus, variabel
kepemilikan asing,
variabel kualitas audit
Tax minimization dan kualitas
audit berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Angga
Kusuma
Nugraha
(2016)
Analisis Pengaruh
Beban Pajak,
Tunneling
Incentive, Dan
Mekanisme Bonus
Terhadap
Transfer Pricing
Perusahaan
Multinasional Yang
Listing
Di BEI
Variabel tunneling
incentive dan variabel
keputusan transfer
pricing
Variabel beban pajak
dan variabel
mekanisme bonus
Beban pajak, tunneling
incentive dan mekanisme
bonus berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
4 Mispiyanti
(2015)
Pengaruh Pajak,
Tunneling Incentive
dan Mekanisme
Bonus Terhadap
Keputusan Transfer
Pricing
Variabel Tunneling
Incentive dan variabel
keputusan Terhadap
Transfer Pricing
Variabel pengaruh
pajak dan variabel
mekanisme bonus
Pajak berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing,
Tunneling Incentive
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing,
mekanisme bonus
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing.
Bersambung pada halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Aviandika
Heru
Pramana
(2015)
Pengaruh Pajak,
Bonus Plan,
Tunneling Incentive,
dan Debt Covenant
Terhadap Keputusan
Perusahaan Untuk
Melakukan Transfer
Pricing
Variabel Tunneling
Incentive dan variabel
keputusan transfer
pricing
Variabel pajak dan
variabel debt covenant
Pajak, bonus plan, tunneling
incentive dan debt convenant
berpengaruh positif terhadap
keputusan transfer pricing
6 Erny
Syamsudin
(2015)
Pengaruh Pajak,
Tunneling Incentive
dan Karakter
Eksekutif terhadap
keputusan
Transfer Pricing
Perusahaan (Studi
Empiris pada
perusahaan sektor
manufaktur
periode 2011-2014)
Variabel Tunneling
Incentive dan variabel
keputusan transfer
pricing
Variabel pajak,
variabel karakter
eksekutif, studi empiris
pada perusahaan
manufaktur periode
2011-2014)
Pajak, tunneling incentive dan
karakter eksekutif
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Ika
Nurjanah,
Hj.
Isnawati,
dan
Antonius
G. Sondakh
(2015)
Faktor Determinan
Keputusan
Perusahaan
Melakukan Transfer
Pricing
Variabel mekanisme
bonus dan variabel
transfer pricing
Variabel pajak,
variabel kepemilikan
asing, dan variabel
ukuran perusahaan
Pajak, mekanisme bonus dan
ukuran perusahan
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing,
sedangkan kepemilikan asing
tidak berpengaruh terhadap
transfer pricing
8 Marfuah
dan Andri
Puren Noor
Azizah
(2014)
Pengaruh Pajak,
Tunneling Incentive
Dan Exchange Rate
Pada Keputusan
Transfer Pricing
Perusahaan
Variabel tunneling
incentive dan variabel
transfer pricing
Variabel pajak dan
variabel exchange rate
Tunneling incentive
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
sedangkan pajak dan
exchange rate tidak
berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9 Winda
Hartanti,
Desmiyati
dan Julia
(2014)
Tax Minimization,
Tunneling Incentive
dan Mekanisme
Bonus terhadap
Keputusan Transfer
Pricing Seluruh
Perusahaan yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Variabel tunneling
incentive, variabel tax
minimization dan
variabel keputusan
transfer pricing
Variabel Mekanisme
Bonus
Tax minimization, tunneling
incentive dan mekanisme
bonus berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing
10 Agnes
W.Y. Lo,
Raymond
M.K.Wong
and
Michael
Firth
(2010)
Tax, Financial
Reporting and
Tunneling Incentives
for Income Shifting:
An Empirical
Analysis of the
Transfer Pricing
Behavior of
Chinese-Listed
Companies
Variabel tunneling
incentive dan variabel
transfer pricing
Variabel laporan
keuangan dan analisis
pada perusahaan-
perusahaan yang listing
di Cina
Pajak dan tunneling incentive
cenderung saling
mengimbangi sehingga tidak
ada manajemen laba untuk
membuat keputusan
melakukan transfer pricing
31
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap keputusan Transfer Pricing
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham
mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan
mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham
minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2009). Beberapa bentuk
tunneling adalah loan guarantees, penjualan produk dibawah harga pasar,
manipulasi pembayaran dividen.
Sansing (1999) menunjukkan bahwa pemegang saham mayoritas dapat
mentransfer kekayaan untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan hak
para pemilik minoritas, dan terjadi penurunan pengalihan kekayaan ketika
persentase kepemilikan pemegang saham mayoritas menurun. Mutamimah
(2009) menemukan bahwa terjadi tunneling oleh pemilik mayoritas
terhadap pemilik minoritas melalui strategi merger dan akuisisi. Lo et al.,
(2010) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan oleh pemerintah
berpengaruh pada keputusan transfer pricing. Aharony et al., (2010)
menemukan bahwa tunneling incentive setelah initial public offering
(IPO) berhubungan dengan penjualan hubungan istimewa sebelum IPO.
Dapat disimpulkan bahwa para pemilik saham mayoritas akan
melakukan cara-cara yang dapat menghasilkan laba yang tinggi dan
mengorbankan hak-hak pemegang saham minoritas. Salah satu caranya
adalah dengan transfer pricing. Berdasar analisis dan teori di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
32
Ha1: Tunneling incentive berpengaruh positif pada keputusan
transfer pricing
2. Pengaruh Exchange Rate terhadap keputusan Transfer Pricing
Dalam penelitian Marfuah dan Azizah (2014) menunjukkan bahwa
exchange rate tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Sama halnya dengan penelitian Mayantya (2018) dimana variabel
exchange rate tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing. Ini
membuktikan bahwa besar kecilnya exchange rate tidak mempengaruhi
pertimbangan perusahaan apakah perusahaan akan memilih melakukan
transfer pricing atau tidak.
Exchange rate merupakan bentuk nilai tukar antara dua mata uang.
Nilai tukar ini dapat memberikan pengaruh pada neraca perdagangan
negara dan khususnya pada perusahaan-perusahaan yang memiliki
kegiatan ekonomi di negara tersebut. Exchange rate yang lebih tinggi akan
mencerminkan harga produk domestik yang relatif rendah dari harga
pokok lain, karena Dollar yang sama akan membuat jumlah rupiah yang
ditukar menjadi lebih banyak. Hal ini juga diterapkan pada sektor
pendapatan, dimana naiknya exchange rate atau nilai tukar akan
mempengaruhi nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain.
Menggunakan mata uang yang lebih kuat adalah salah satu cara
perusahaan yang menginginkan keuntungan lebih.
33
Exchange rate mempengaruhi laba perusahaan secara keseluruhan
perusahaan multinasional memanfaatkan transfer pricing untuk
mengurangi risiko nilai tukar (exchange rate) dengan mentransfer dana ke
mata uang yang kuat atau dengan mentransfer ke negara-negara tax haven.
Adanya uraian diatas, dapat dilihat bahwa exchange rate
mempengaruhi transaksi lintas negara. Perubahan nilai tukar akan
mempengaruhi nilai suatu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Perubahan pada nilai tukar suatu mata uang akan membuat transaksi yang
terjadi menguntungkan salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi.
Ha2: Exchange rate berpengaruh positif pada keputusan transfer
pricing
3. Pengaruh Tax Minimization dalam memoderasi Tunneling Incentive
terhadap keputusan Transfer Pricing
Tax minimization merupakan bentuk strategi yang dilakukan
perusahan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan.
Penelitian Rahayu (2010) dalam Nuradila et al., (2018) menemukan
bahwa modus transfer pricing dilakukan dengan cara merekayasa
pembebanan harga transaksi antar perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa, dengan tujuan untuk meminimalkan beban pajak terutang secara
keseluruhan. Beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan untuk
melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut
(Yuniasih, 2012).
34
Maka dengan adanya usaha perusahaan untuk melakukan transfer
pricing sebagai bentuk dari penghindaran pajak, maka ada kemungkinan
terjadi tunneling. Tunneling adalah perilaku manajemen atau pemegang
saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk
kepentingan pribadi mereka sendiri, namun sisi negatifnya biaya
dibebankan kepada pemegang saham minoritas.
Jika pada suatu perusahaan terjadi tunneling, mereka akan
mengorbankan hak pemegang saham minoritas dengan melakukan
transfer pricing, hal ini akan diperkuat dengan adanya motivasi tax
minimization. Adanya motivasi melakukan tax minimization memperkuat
hubungan tunneling incentive terhadap transfer pricing.
Ha3: Tax Minimization Memoderasi pengaruh Tunneling Incentive
terhadap keputusan Transfer Pricing
4. Pengaruh Tax Minimization dalam memoderasi Exchange Rate
terhadap keputusan Transfer Pricing
Menurut penelitian Yuniasih et al., (2012), mengungkapkan bahwa
pajak berpengaruh positif pada keputusan perusahaan untuk melakukan
transfer pricing. Beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan
untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban
tersebut. Karena dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha
mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan
35
senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna
mengoptimalkan laba.
Exchange rate memiliki dua efek akuntansi, yaitu untuk memasukkan
transaksi mata uang asing dan pengungkapan keuntungan dan/atau
kerugian yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan secara
keseluruhan. Akibatnya, perusahaan multinasional mungkin mencoba
untuk mengurangi risiko nilai tukar (exchange rate) mata uang asing
dengan memindahkan dana ke mata uang yang kuat melalui transfer
pricing untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
Dengan uraian diatas maka timbulah motivasi untuk melakukan transfer
pricing untuk memaksimalkan manfaat nilai tukar terhadap perusahaan.
Sehingga semakin tinggi keinginan untuk memaksimalkan manfaat nilai
tukar rupiah maka semakin besar motivasi perusahan terhadap keputusan
transfer pricing.
Ha4: Tax Minimization Memoderasi pengaruh Tunneling Incentive
terhadap keputusan Transfer Pricing
36
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digambarkan dalam tabel dibawah ini
Adanya kemungkinan perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan
penyalahgunaan kebijakan transfer pricing sebagai upaya
meminimalkan beban pajak
Pengaruh Tax Minimization dalam memoderasi Tunneling Incentive
dan Exchange Rate terhadap keputusan Transfer Pricing
Basis Teori:
Teori Agensi
Teori Akuntansi Positif
Advance Pricing Agreement
Transfer Rules
Tunneling
Incentive
(X1)
(Yuniasih, 2012)
Exchange Rate
(X2)
(Marfuah, 2013)
Tax Minimization
(Z)
(Hartati, 2015)
Transfer Pricing
(Y)
(Yuniasih, 2012)
Metode Analisis:
Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
menguji hipotesis melalui validitas teori atau pengujian aplikasi kepada teori
tertentu. Ruang lingkup penelitian ini hanya membatasi pembahasannya pada
pengujian variabel independen yaitu tunneling incentive dan exchange rate
terhadap variabel dependen yaitu transfer pricing dengan tax minimization
sebagai variabel moderating. Agar lebih fokus terhadap penelitian yang
dilakukan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2017 yang bergerak
di bidang manufaktur.
B. Metode Penelitian Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti selanjutnya
menentukan populasi yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini dilakukan
pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2017 dan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya dikhususkan pada
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
38
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan
sampel yang berdasarkan tujuan penelitian. Adapun sampel penelitian
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak di bidang manufaktur.
2. Data laporan keuangan perusahaan sampel tersedia untuk tahun
pelaporan 2013-2017.
3. Perusahaan sampel dengan kepemilikan asing minimal 20%, sesuai
dengan PSAK No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham
pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat
ekuitas sebesar 20% atau lebih.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam satu jenis mata
uang yaitu rupiah. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan
multinasional yang berada di Indonesia sehingga hanya digunakan
mata uang rupiah. Selain itu, perubahan kurs yang berfluktuatif juga
menjadi pertimbangan.
5. Perusahaan yang menyajikan laba atau rugi selisih kurs pada laporan
keuangan tahunan.
6. Perusahaan sampel yang bergerak dibidang manufaktur dan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017 yang tidak
39
mengalami kerugian. Karena jika mengalami kerugian perusahaan
tersebut tidak diwajibkan untuk membayar pajak, sehingga tidak
relevan dengan penelitian ini. Maka perusahaan yang mengalami
kerugian dikeluarkan dari sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara yang dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu teknik
pengambilan data dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data
sekunder yang berupa laporan keuangan seluruh perusahaan yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Serta dari berbagai buku
pendukung dan sumber lainnya yang berhubungan dengan transfer pricing.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan laporan
auditor independen masing-masing perusahaan publik yang diperoleh dari
www.idx.co.id
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam
penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen, variabel intervening
dan variabel independen.
40
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah transfer
pricing. Transfer pricing Merupakan harga yang terkandung pada
setiap produk atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam perusahaan
yang sama atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa
(Yuniasih, 2012). Menggunakan variabel dummy, perusahaan yang
melakukan penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa diberi nilai 1 dan yang tidak diberi nilai 0.
b. Variabel Moderating (Z)
Variabel Moderating (Z) pada penelitian ini adalah tax
minimization. Tax Minimization Merupakan strategi untuk
meminimalkan beban pajak terutang melalui tindakan transfer biaya
dan akhirnya transfer pendapatan ke negara dengan tarif pajak
terendah (Hartati, 2015). Tax minimization diproksikan dengan
Effective Tax Rate (ETR):
ETR = Pembayaran Pajak Penghasilan
Laba Kena Pajak
c. Variabel Independen (X)
Variabel independen (X) terdiri dari tunneling incentive (X1) dan
exchange rate (X2)
41
1. Tunneling Incentive (X1)
Tunneling incentive diproksikan dengan persentase
kepemilikan saham di atas 20% sebagai pemegang saham pengendali.
Kriteria struktur kepemilikan terkonsentrasi didasarkan pada UU Pasar
Modal No. IX.H.1, yang menjelaskan pemegang saham pengendali
adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas
sebesar 20% atau lebih (Mutamimah, 2009). PSAK No. 15 juga
menyatakan tentang pengaruh signifikan yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan persentase 20% atau lebih (Yuniasih,2012).
Tunneling Incentive = Jumlah kepemilikan saham terbesar
Jumlah saham beredar
2. Exchange Rate
Exchange rate merupakan perubahan nilai tukar antara dua
mata uang. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Chan et al.,
(2002) yang mengukur exchange rate melalui keuntungan atau
kerugian dari transaksi perusahaan yang melibatkan mata uang asing
seperti yang digunakan dalam penelitian Marfuah dan Azizah (2014).
Variabel exchange rate ini dihitung dari laba atau rugi selisih kurs
dibagi dengan laba atau rugi penjualan dengan rumus berikut ini:
Exchange Rate = Laba Rugi Selisih Kurs
Laba Rugi Sebelum Pajak
42
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam
penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi
data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam
analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model logit atau regresi logistik dengan bantuan program IBM Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) versi 24, karena variabel dependen
bersifat dikotomi (transfer pricing yang diproksikan dengan keberadaan
penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa). Dalam hal ini
maka dapat dianalisis dengan regresi logistik.
1. Uji Statistik Deskriptif
1) Uji Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji
deskriptif yang digunakan antara lain rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum dan minimum. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran
menarik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga secara
konteksstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.
43
2) Uji Frekuensi
Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu
atau pengelompokkan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan
banyaknya data dalam setiap kategori dan setiap data tidak dapat
dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori.
2. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, dalam hal ini variabel dependennya dalam bentuk variabel
dummy (diantara 0 dan 1). Dalam analisis regresi logistik tidak
memerlukan uji asumsi klasik karena didalam analisis regresi logistik
dihasilkan suatu analisis model fit yang menggambarkan apakah data dari
penelitian ini baik untuk digunakan dalam penelitian. Uji yang dilakukan
dalam uji regresi logistik adalah sebagai berikut:
a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap
data. Beberapa tes statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis
untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa
nol agar supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan
44
berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dinyatakan adalah fit. Untuk menguji
hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesikan fit dengan data.
b. Uji Koefisien Determinasi
Cox dan Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R² pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) samapai 1 (satu). Hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R² dengan nilai
maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R² dapat diintrepretasikan seperti
nilai R² pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
c. Uji Kelayakan Model Regresi
Uji Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menguji hipotesis
nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan
45
fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test statistics
sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model
tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer
and Lemeshow Goodness-of-fit lebih besar dari 0,05 maka hipotesis
nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya.
d. Uji Matriks Klasifikasi
Uji matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksidari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam
membuat keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
dinyatakan dalan persen.
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood
Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ...= bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ...≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X)
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan
46
(dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai probabilitas (sig) < α maka hipotesis alternatif didukung
2) Jika nilai probabilitas (sig) > α maka hipotesis alternatif tidak
didukung
f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
logistik dengan melihat pengaruh tunneling incentive dan exchange
rate terhadap keputusan transfer pricing dengan tax minimization
sebagai pemoderasi. Adapun model regresi dalam penelitian ini
adalah:
Ln (p/1-p)= TP= α + β1TI + β2ER + β3TM + β4TI*TM +
β5ER*TM + ɛ
Keterangan:
TP = transfer pricing
α = konstanta
β = koefisien regresi
TI = tunneling incentive
ER = exchange rate
TM = tax minimization
TI*TM = interaksi tunneling incentive dengan tax minimization
ER*TM = interaksi exchange rate dengan tax minimization
ɛ = koefisien error
47
Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
VARIABEL YANG
DIUKUR
INDIKATOR SKALA
Variabel Dependen (Y)
Transfer Pricing
(Yuniasih dkk, 2012)
Dummy
1 = Ada transaksi kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa
0 = Tidak ada transaksi kepada pihak yang
memliki hubungan istimewa
Nominal
Variabel Moderating (Z)
Tax Minimization
(Hartati dkk, 2015)
Rasio
Variabel Independen (X)
Tunneling Incentive (X1)
(Yuniasih dkk, 2012)
Rasio
Exchange Rate (X2)
(Marfuah dan Andri P,
2013)
Rasio
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013 – 2017 sebagai populasi. Fokus penelitian
ini adalah ingin mengetahui pengaruh antara tunneling incentive dan exchange
rate terhadap keputusan transfer pricing perusahaan dengan dimoderasi oleh
tax minimization.
Perusahaan sektor manufaktur adalah salah satu dari tiga sektor yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia yakni (1) sektor pertama yang terdiri dari
sub sektor agrikultur dan pertambangan, (2) sektor kedua yang terdiri dari
subsektor basic industry kimia, sektor industri aneka macam serta sektor
barang konsumsi, dan (3) sektor ketiga terdiri dari sub sektor property dan
real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan serta
sektor perdagangan, jasa dan investasi. Perusahan manufaktur merupakan
jenis perusahaan yang memproduksi barang dari bahan baku menjadi barang
jadi yang siap didistribusikan kepada konsumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan sampel
adalah metode purposive sampling dimana penelitian ini mengindikasikan
bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang
ada, serta sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian mengambil sampel
selama lima tahun yakni tahun 2013 hingga 2017. Data yang digunakan yakni
49
diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan pada tahun 2013, 2014,
2015, 2016 dan 2017 yang di akses dalam situs www.idx.co.id.
Tabel 4.1
Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2013-2017 694
2. Perusahaan sampel yang tidak sesuai dengan
kriteria penelitian dari tahun 2013-2017 (594)
Jumlah Sampel Tiap Periode 20
Periode Penelitian 5
Jumlah Sampel Akhir 100
Sumber: Data diolah (2018)
Dari total perusahaan sampel sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2017 jumlah perusahaan yang terdaftar secara
berturut-turut untuk periode tersebut berjumlah 694 perusahaan. Dari 146
perusahaan, terdapat 69 perusahaan sampel yang tidak konsisten terdaftar di
BEI, terdapat 365 perusahaan sampel yang tidak dikendalikan oleh
perusahaan asing dengan presentase kepemilikan 20% dan terdapat juga 160
perusahaan yang tidak memiliki laba rugi selisih kurs dalam laporan
keuangannya. Berdasarkan data tersebut maka perusahaan yang memenuhi
kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 20 perusahaan dengan
periode 5 tahun sehingga jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 100.
50
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
1) Hasil Uji Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu
tunneling incentive dan exchange rate terhadap variabel dependen yaitu
keputusan transfer pricing pada perusahaan dengan variabel moderasi tax
minimization.
Tabel 4.2
Tabel Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
TI 100 ,026 926,608 13,53672 98,709246
ER 100 ,000 1,427 ,10019 ,199673
TM 100 -33608,221 15680,141 -155,26800 3780,641895
TP 100 ,000 1,000 ,89000 ,314466
TI_TM 100 -,565 88,905 1,44492 10,394259
ER_TM 100 ,026 926,608 13,53672 98,709246
Valid N
(listwise)
100
Sumber: Data diolah (2018)
Tabel 4.2 menggambarkan hasil statistik deskriptif seluruh variable
independen dalam penelitian. Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif
adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukan dengan
angka atau nilai yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Apabila
51
mean menunjukan angka yang lebih besar dibandingkan standar deviasi,
maka dapat dikatakan kualitas data menjadi lebih baik.
Berdasarkan table 4.2 nilai statistik deskriptif untuk variabel tunneling
incentive menunjukan bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 13,53672 atau
13,5%. Hal tersebut menunjukan Tunneling Incentive bahwa rata-rata
perusahaan sampel memiliki presentase sebesar 13,5%. Sedangkan untuk
nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah
0,026, 926,608 dan 98,709246.
Variabel exchange rate menunjukan bahwa nilai rata-rata (mean)
adalah sebesar 0,10019 atau 10,0%. Hal tersebut menunjukan bahwa
10,0% perusahaan memiliki laba rugi selisih kurs pada laporan
keuangannya. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum dan standar
deviasi pada variabel ini adalah 0,000, 1,427 dan 0,199673.
Variabel tax minimization menunjukan bahwa nilai rata-rata (mean)
adalah sebesar 155,26800 atau 15,5%. Hal tersebut menunjukan bahwa
15,5% perusahaan meminimalkan pajaknya pada laporan keuangannya.
Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum dan standar deviasi pada
variabel ini adalah 33608,221, 15680,141 dan 3780,641895.
Variabel dependen transfer pricing menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) adalah sebesar 0,89000 atau 89%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa 89% perusahaan melakukan harga transfer (transfer pricing) ke
perusahaan yang memiliki relasi. Sedangkan untuk nilai minimum,
52
maksimum dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,000, 1,000 dan
0,314466.
2) Hasil Uji Frekuensi
Tabel 4.3
Tabel Uji Frekuensi Transfer Pricing
TP
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
Ada
Transaksi
Pihak
Berelasi
11 11,0 11,0 11,0
Ada
Transaksi
Pihak
Berelasi
89 89,0 89,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
untuk variabel transfer pricing ditunjukkan dengan adanya transaksi
penjualan pada pihak yang memiliki relasi atau hubungan istimewa. Dari
100 sampel perusahaan, ada 11 perusahaan yang tidak melakukan praktik
transfer pricing atau sekitar 11% dan sisanya sebesar 89 perusahaan
melakukan praktik transfer pricing yang dibuktikan dengan adanya
penjualan kepada pihak yang memiliki relasi dengan persentase 89%.
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang
53
terdaftar di BEI lebih banyak yang melakukan praktik transfer pricing jika
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik transfer
pricing.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Karena variabel dependen bersifat dummy (kualitas audit baik atau
kualitas tidak baik), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang
digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat
dapat diprediksi dengan variabel bebasnya dan teknik analisis ini tidak
memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali,
2016). Adapun tahapan dalam regresi logistik adalah sebagai berikut:
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal
(Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block
Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihoptesiskan fit dengan data.
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus
ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan
54
fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa
model yang dihipotesiskan menggambarkan data input.
Tabel 4.4
Tabel Iteration History 0
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 72,467 1,560
2 69,379 2,004
3 69,303 2,088
4 69,303 2,091
5 69,303 2,091
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 69,303
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less
than ,001.
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 24.0, pada tabel 4.4
menunjukkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration
History 0) adalah sebesar 69,303. Secara matematis, angka tersebut
signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak.
Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data
(sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi)
(Ghozali, 2016). Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara
nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration History 0) dengan -2 Log
Likelihood akhir (tabel Iteration History 1).
55
Tabel 4.5
Tabel Iteration History 1
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant TI ER TM
TI by
TM
ER by
TM
Step 1 1 69,985 1,453 ,304 -,822 ,000 ,000 -,302
2 65,301 1,785 ,651 -1,269 ,000 ,000 -,645
3 64,792 1,816 ,887 -1,368 ,000 ,000 -,876
4 64,661 1,807 ,944 -1,370 ,000 ,000 -,925
5 64,082 1,748 1,027 -1,345 ,000 ,000 -,937
6 62,330 1,552 1,342 -1,291 ,000 ,000 -,939
7 52,105 ,042 4,088 -1,086 ,000 ,000 -,739
8 46,666 -,996 6,977 -1,471 ,000 ,000 -,343
9 44,968 -1,622 9,252 -1,963 ,001 -,001 ,010
10 44,714 -1,948 10,520 -2,244 ,001 -,001 ,185
11 44,707 -2,011 10,777 -2,300 ,001 -,001 ,214
12 44,707 -2,013 10,786 -2,302 ,001 -,001 ,215
13 44,707 -2,013 10,786 -2,302 ,001 -,001 ,215
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 69,303
d. Estimation terminated at iteration number 13 because parameter estimates changed
by less than ,001.
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.5 tersebut terjadi
penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar
24,596. Penurunan tersebut dapat diartikan bahwa penambahan
variabel bebas ke dalam model regresi memperbaiki model fit atau
dengan kata lain model fit dengan data.
56
b. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test)
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s.
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan
data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik
Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada 0.05
maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2016).
Selanjutnya ditunjukkan tabel 4.6, Hosmer and Lemeshow
Goodness of Fit yang menunjukkan bisa tidaknya model memprediksi
nilai observasi:
Tabel 4.6
Tabel Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 6,521 8 ,589
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi adalah sebesar 0,589. Nilai signifikansi yang diperoleh
tersebut telah memenuhi syarat dengan nilai diatas 0,05 (α) 5% yang
berarti hipotesis 0 (H0) tidak dapat ditolak atau dengan kata lain
model diterima. Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai
57
observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan
observasi nya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R.Square)
Uji koefisien determinasi dengan menggunakan Nagelkerke R
Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square
bervariasi antara 1 sampai dengan 0 . Jika nilai semakin mendekati 1
maka model dianggap semakin goodness of fit, sementara jika semakin
mendekati 0 maka model dianggap tidak goodness of fit (Ghozali,
2016).
Tabel 4.7
Tabel Model Summary
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 44,707a ,218 ,436
a. Estimation terminated at iteration number 13 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Data diolah (2018)
Tabel 4.7 adalah tabel model summary. Pada tabel ini nilai
Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,436. Hal ini berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
58
independen dalam penelitian ini adalah sebesar 43,6%. Sisanya
sebesar 56,4% dijelaskan oleh variabel independen lain diluar model
penelitian ini, misalnya debt covenant, ukuran perusahaan dan lain
sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa variasi variabel independen dalam
penelitian ini yaitu tunneling incentive dan exchange rate mampu
menjelaskan variasi variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
transfer pricing sebesar 43,6%.
d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan manufaktur yang
mempunyai laporan keuangan yang baik. Tabel klasifikasinya
menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Hasil
uji matriks klasifikasi ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini
Tabel 4.8
Tabel Classification
Classification Tablea
Observed
Predicted
TP Percentage
Correct ,000 1,000
Step 1 TP ,000 0 11 ,0
1,000 2 87 97,8
Overall Percentage 87,0
a. The cut value is ,500
Sumber: Data diolah (2018)
59
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa menurut prediksi,
perusahaan yang melakukan transfer pricing adalah 89, sedangkan
berdasarkan observasi sesungguhnya adalah 98. Jadi ketepatan model
ini adalah 89/98 atau 97,8%. Sedangkan prediksi perusahaan yang
tidak melakukan transfer pricing adalah 11, sedangkan menurut
observasi sesungguhnya adalah 2. Jadi ketepatan model ini adalah
2/11 atau 0%. Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini adalah
sebesar 87%.
e. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh variabel tunneling incentive dan exchange rate terhadap
variabel dependen keputusan transfer pricing yang memakai variabel
moderasi tax minimization dengan menggunakan analisis regresi
logistik yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.9.
60
Tabel 4.9
Uji Signifikansi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a TI 10,786 3,550 9,231 1 ,002 48321,728
ER -2,302 1,441 2,551 1 ,110 ,100
TM ,001 ,000 1,969 1 ,161 1,001
TI by
TM
-,001 ,000 8,425 1 ,004 ,999
ER by
TM
,215 1,147 ,035 1 ,851 1,240
Constant -2,013 1,145 3,092 1 ,079 ,134
a. Variable(s) entered on step 1: TI, ER, TM, TI * TM , ER * TM .
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan pengujian regresi logistik sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam
empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh tunneling
incentive (TI) terhadap keputusan transfer pricing (TP) (Ha1). Bagian
kedua membahas pengaruh exchange rate (ER) terhadap keputusan
transfer pricing (TP) (Ha2). Bagian ketiga membahas pengaruh
tunneling incentive (TI) terhadap keputusan transfer pricing (TP)
dengan tax minimization (TM) sebagai moderasi (Ha3). Bagian
keempat membahas pengaruh exchange rate (ER) terhadap keputusan
transfer pricing (TP) dengan tax minimization (TM) sebagai moderasi
(Ha4).
61
Berdasarkan Tabel 4.9 maka model regresi yang terbentuk adalah
sebagai berikut:
Ln (p/1-p)= TP = -2,013 + 10,786TI – 2,302ER + 0,01TM –
0,01TI*TM + 0,215ER*TM + ɛ
C. Pembahasan
1. Pengaruh Tunneling Incentive (TI) terhadap keputusan Transfer
Pricing (TP)
Berdasarkan hasil uji regresi logistik diatas, diketahui bahwa besarnya
koefisien regresi positif dengan tingkat signifikansi yang berada dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,002. Oleh karena itu hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing diterima. Adapun nilai beta yang dihasilkan menunjukan
bahwa terdapat hubungan positif antara tunneling incentive dengan
keputusan transfer pricing yaitu sebesar 10,786. Hal ini menunjukkan
bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer
pricing.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Nuradila et al,.
(2018) yang mengatakan kondisi yang unik dimana kepemilikan saham
pada perusahaan publik di Indonesia cenderung terkonsentrasi sehingga
ada kecenderungan pemegang saham mayoritas untuk melakukan
tunneling ke perusahaan anak. Sejalan dengan penelitian Nurlita (2018)
menyatakan semakin besar tunneling maka semakin tinggi keputusan
62
perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Konsisten dengan hasil
Mispiyanti (2015) menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh
signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Deanti (2017) yang
memiliki regresi koefisien negatif dengan signifikansi diatas 0,05 yaitu
sebesar 0,936. Terdapat hubungan negatif antara tunneling incentive
dengan keputusan transfer pricing perusahaan, dimana semakin
meningkatnya praktik tunneling perusahaan maka semakin menurunnya
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Kepemilikan saham (tunneling) pengendali yang semakin besar dalam
perusahaan memungkinkan semakin besar keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut
dapat berupa penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer
kas atau aset lancar lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga
yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Adanya
transaksi tersebut mengakibatkan pemegang saham minoritas merasa
dirugikan karena berkurangnya dividen yang diterima atas besarnya
pembebanan biaya transaksi tersebut.
2. Pengaruh Exchange Rate (ER) terhadap keputusan Transfer Pricing
(TP)
Pada hasil uji regresi logistik diatas menunjukkan bahwa exchange
rate dapat diketahui besanya koefisien regresi negatif dengan tingkat
signifikansi yang berada diatas 0,05 yaitu sebesar 0,110. Hal ini
63
menandakan bahwa exchange rate tidak berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing. Nilai beta yang muncul memiliki
koefisien regresi negatif sebesar 2,302. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa exchange rate bukanlah variabel kuat yang dapat dipakai oleh
perusahaan dalam mempertimbangkan dalam melakukan praktik transfer
pricing.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mayantya (2018),
Ardiyanti (2017), Marfuah dan Azizah (2014) yang menyatakan bahwa
nilai tukar atau exchange rate tidak mempengaruhi perusahaan dalam
melakukan keputusan transfer pricing. Perubahan nilai tukar tidak
mempengaruhi keputusan para direksi untuk melakukan transfer pricing
karena banyak dari perusahaan sampel yang mengalami rugi atas selisih
kurs pada kegiatan operasi mereka.
Dengan adanya kerugian tersebut, perusahaan memandang bahwa adanya
perubahan nilai tukar tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan salah
satunya dikarenakan oleh melemahnya mata uang domestik. Melemahnya
mata uang domestik membuat perusahaan merugi dalam transaksi dengan
pihak asing yang menggunakan kurs, seperti misalnya untuk mendapatkan
sejumlah bahan baku dengan jumlah yang sama pada harga dollar yang
sama memerlukan jumlah rupiah yang lebih banyak akibat dari pelemahan
nilai rupiah terhadap dollar. (Mayantya, 2018)
64
3. Pengaruh Tax Minimization (TM) dalam memoderasi Tunneling
Incentive (TI) terhadap keputusan Transfer Pricing (TP)
Hasil pengujian regresi logistik memperlihatkan bahwa tax
minimization memiliki koefisien regresi negatif senilai 0,001 dan tingkat
signifikansi senilai 0,004 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut
dapat membuktikan bahwa tax minimization dapat memoderasi pengaruh
tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing , maka Ha3
berhasil diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Nuradila et al,.
(2018) yang menunjukkan hasil variabel tax minimization memoderasi
pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing. Ini
membuktikan bahwa perusahaan multinasional cenderung untuk
meminimalkan beban pajak dengan cara meminimalkan laba melalui
praktik transfer pricing. Dengan memperkuat tujuan para pemegang
saham mayoritas dengan cara mentransfer aset dan profit perusahaan
untuk kepentingan mereka sendiri melalui praktik transfer pricing
tersebut, sehinnga pada akhirnya perusahaan tidak perlu mendistribusikan
dividen kepada pemegang saham minoritas (tunneling).
4. Pengaruh Tax Minimization (TM) dalam memoderasi Exchange Rate
(ER) terhadap keputusan Transfer Pricing (TP)
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik memperlihatkan bahwa
tax minimization memiliki koefisien regresi positif senilai 0,215 dan
65
tingkat signifikansi senilai 0,851 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil
tersebut dapat membuktikan bahwa tax minimization tidak dapat
memoderasi pengaruh exchange rate terhadap keputusan transfer pricing,
maka Ha4 ditolak.
Terlepas dari tujuan manajemen perusahaan yang ingin meminimalkan
beban pajak dalam penelitian ini tidak mempengaruhi variabel exchange
rate terhadap keputusan transfer pricing. Dengan adanya praktik transfer
pricing, tax minimization dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan
dan biaya dari suatu perusahaan yang memiliki hubungan istimewa
kepada perusahaan di negara lain yang tarif pajaknya berbeda. Namun,
nilai tukar mata uang (exchange rate) bukan hal yang jadi pertimbangan
dalam keputusan melakukan transfer pricing ke perusahaan yang memiliki
relasi diluar negeri dalam penelitian ini. Berdasarkan penjelasan diatas,
dalam hal ini tax minimization tidak dapat menjadi variabel moderasi
antara exchange rate dan keputusan transfer pricing.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013 – 2017 dan dengan data yang telah
diperoleh dan hasil pengujian yang telah dilakukan menggunakan uji regresi
logistik dengan menggunakan bantuan SPSS 24, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuradila et al,. (2018), Nurlita
(2018) dan Mispiyanti (2015). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Deanti (2017).
2. Exchage Rate tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Mayantya (2018),
Ardiyanti (2017), Marfuah dan Azizah (2014).
3. Tax minimization dapat memoderasi hubungan antara tunneling incentive
dengan keputusan transfer pricing. Penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Nuradila et al,. (2018).
4. Tax minimization tidak dapat memoderasi hubungan antara exchange rate
dengan keputusan transfer pricing. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian Mayantya (2018).
67
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada ilmu akuntansi serta manajemen khususnya
mengenai praktik transfer pricing. Selain itu diharapkan dapat menambah
informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan
melakukan transfer pricing dan dalam penelitian ini faktornya adalah
tunneling incentive dan exchange rate dengan tax minimization sebagai
pemoderasi.
Penelitian lain dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian lain yang lebih berkualitas dengan beberapa saran diantaranya :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel
pengujian lain seperti faktor yang mempengaruhi keputusan transfer
pricing seperti debt covenant dan bonus mechanism (Nuradila et al,.
2018), kepemilikan asing (Mayantya, 2018), pajak (Mispiyanti, 2015)
atau variabel lainnya yang berkaitan dengan transfer pricing.
2. Sampel penelitian tidak berfokus pada sektor manufaktur. Maka pada
penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak sampel
penelitian seperti dari sektor keuangan, perbankan dan lain-lain.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang
lebih lama dengan harapan memberikan hasil yang lebih baik, tidak
hanya dalam rentan waktu lima tahun terakhir.
68
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alternatif proksi
lain untuk variabel transfer pricing, seperti menggunakan nilai related
party transaction (RPT) yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan (Nuradila et al,. 2018)
69
DAFTAR PUSTAKA
Aharony, J., J. Wang, and H. Yuan. 2010. “Tunneling as An Incentive for Earnings
Management During The IPO Process in China”. Journal of Accounting and
Public Policy. Vol. 29: 1-26.
Andraeni, Syarah Sefti. 2017. “Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive, Dan
Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer
Pricing.” Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Ardiyanti, Deny. 2017. “Pengaruh Mekanisme Bonus, Tax Minimization, Exchange
Rate Dan Multinationality Terhadap Keputusan Transfer Pricing.” Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bank Indonesia. 2004. Sistem dan Kebijakan. Pusat Pendidikan dan Studi
Kebankentralan (PPSK) Bank Indonesia. Retrieved from
https://www.bi.go.id/id/publikasi/seri-kebanksentralan/Documents/12.
Brilianty, Theresa. 2015. “Pengaruh Pajak,Mekanisme Bonus Dan Ukuran
Perusahaan Pada Keputusan Transfer Pricing Di Perusahaan Dagang Dan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014”.
Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis, Universitas Katolik Widya
Mandala, Surabaya.
Chan, Canri, Steven P. Landry, Terrance Jalbert. 2004. "On International Transfer
Pricing Decisions", International Business & Economics Research Journal
Volume 3, Number 3, 1.
Deanti, Laksmita Rachmah. 2017. “Pengaruh Pajak, Intangible Assets, Leverage,
Profitabilitas Dan Tunneling Incentive Terhadap Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Multinasional Indonesia.” Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2016. “Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS 23”.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Godfrey, J., Hodgson, Allan, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott Holmes. 1994.
“Accounting Theory 7 Edition”. John Willey and Sons, Sydney
Goeltom, Miranda, Doddy Zulverdi. 1998. "Manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan
Permsalahannya" Journalbankingindoensia.org.
70
Gusnardi. 2009. “Penetapan Harga Transfer Dalam Kajian Perpajakan”. Pekbis
Jurnal. Vol. 1.No. 1. Universitas Riau. Pekanbaru.
Hartanti, W, Desmiyati dan Julita. 2014. “Tax Minimization, Tunneling Incentive dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing Seluruh Perusahaan
yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Riau, Pekanbaru.
Januarti, Indira. 2007. “Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif”, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Jensen, M. and W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Magerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics 3.
305-360.
Jian, M., and T. J. Wong. 2003. “Earnings Management and Tunneling Through
Related-Party Transactions: Evidence from Chinese Corporate Groups”.
Working paper, The Chinese University of Hong Kong and Nanyang
Technological University.
La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R.W. Vishny. 2000. “Investor
Production and Corporate Governance”. Journal of Financial Economics.
Hlm. 3-27.
Lingga, Ita Salsalina. 2012. “Aspek Perpajakan dalam Transfer Pricing dan
Problematika Praktik Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”. Zenit Vol. 1
No. 3.
Lo, Agnes W.Y, Raymond, M.K.W and Michael Firth. 2010. “Tax, Financial
Reporting, and Tunneling Incentives for Income Shifting:An Empirical
Analysis of the Transfer Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies”.
American Accounting Association Vol. 32 No. 2.
Marfuah dan Andri Puren Nour Azizah. 2014. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive
Dan Exchange Rate Pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan”. JAAI
Vol. 18 No. 2.
Mayantya, Sanintya. 2018. “Pengaruh Tax Minimization, Mekanisme Bonus,
Kepemilikan Asing, Exchange Rate, Dan Kualitas Audit Terhadap Keputusan
Transfer Pricing.” Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Mispiyanti. 2015. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive Dan Mekanisme Bonus
Terhadap Keputusan Transfer Pricing”. Vol. 16 No. 1.
71
Mutamimah. 2009. “Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan
Akuisisi di Indonesia”, Manajemen & Bisnis Vol. 7 No. 1.
Ni’maturosyidah, Alfin. 2018. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, Debt Covenant
Dan Exchange Rate Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan
Transfer Pricing.” Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang.
Nugraha, Angga Kusuma. 2016. “Analisis Pengaruh Beban Pajak, Tunneling
Incentive, Dan Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Pricing Perusahaan
Multinasional Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Negeri
Semarang.
Nuradila, Ratna Felix dan Raden Arif Wibowo. 2018. “Tax Minimination Sebagai
Pemoderasi Hubungan Antara Tunneling Incentive, Bonus Mechanism Dan
Debt Covenant Dengan Keputusan Transfer Pricing.” Journal Of Islamic
Finance and Accounting, Vol. 1 No. 1.
Nurhayati, Indah Dewi. 2013. “Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap
Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia”.
Jurnal Manajemen Dan Akuntansi Volume 2, Nomor 1.
Nurjanah, Ika, Hj. Isnawati dan Antonius G. Sondakh. 2015. “Faktor Determinan
Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing.” Jurnal Universitas
Lambung Mangkurat.
Nurlita, Tika. 2018. “Pengaruh Debt Convenant, Tunneling Incentive Dan Intangible
Assets Terhadap Keputusan Transfer Pricing Pada Perusahaan Manufaktur.”
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri, Jakarta.
OECD. 2010. "Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax."
Paris, France.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang “Penerapan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib
Pajak Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.”
Peraturan Menteri Keuangan No. 213/PMK.03/2016 tentang “Pelaporan Dokumen
Induk/Dokumen Lokal dan Laporan Per Negara Bagi Wajib Pajak yang
Melakukan Transaksi Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.”
Pramana, Aviandika Heru. 2014. “Pengaruh Pajak, Bonus Plan, Tunneling Incentive,
dan Debt Covenant Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan
Transfer Pricing”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.
72
Putri, Elsa Kisari. 2016. “Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, Dan
Leverage Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan Transfer
Pricing (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014)”. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Rosa, R., Andini, R., & Raharjo, K. 2017. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive,
Mekanisme Bonus, Debt Convenant, dan Good Corporate Governance (GCG)
terhadap transaksi Transfer Pricing (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015).” Jurnal Unpand.
https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/AKS/article/viewFile/806/782
Sansing, R. C. 1999. “The Journal of the American Taxation Association” Economic
Foundations of Valuation Discounts. 21: 28–38.
Santoso, I. 2004. “Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing
dari Perspektif Perpajakkan Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol.6 No.2 Universitas Indonesia.
Syamsuddin B, Emy. 2015. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Karakter
Eksekutif terhadap keputusan Transfer Pricing Perusahaan (Studi Empiris
pada perusahaan sektor manufaktur periode 2011-2014)”.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Wafiroh, Novi Lailiyul. 2015. “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive Dan
Mekanisme Bonus Pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur
Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013.”
Watts, Ross L dan Zimmerman J.L. 1986. “Positive Accounting Theory”, Prentice-
Hall, London.
Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini dan Made Gede Wirakusuma. 2012.
“Pengaruh Pajak Dan Tunneling Incentive Pada Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas
Udayana, Bali.
73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
74
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel
Tahun 2013-2017
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
ARNA Arwana Citra Mulia Tbk.
ASII Astra International Tbk.
AUTO Astra Auto Part Tbk.
BTON Beton Jaya Manunggal Tbk.
CEKA Cahaya Kalbar Tbk.
CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
DLTA Delta Djakarta Tbk.
DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk.
ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
LION Lion Metal Works Tbk.
LMSH Lionmesh Prima Tbk.
MERK Merck Tbk.
SMCB Holcim Indonesia Tbk.
SRSN Indo Acitama Tbk.
TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk.
UNVR Unilever Indonesia Tbk.
WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
75
Lampiran 2
Pengukuran Gabungan
Perusahaan Manufaktur 2013
No Tahun
Kode
Perusahaan
Tunneling
Incentive
Exchange
Rate
Tax
Minimization
1 2013 AMFG 0,438615207 0,028729703 15,26695912
2 2013 ARNA 0,245183808 -0,079024109 -3,102645655
3 2013 ASII 0,501148083 -0,02728627 -18,36630983
4 2013 AUTO 0,799999987 -0,016197332 -49,39084988
5 2013 BTON 0,455555556 0,595566809 0,76491092
6 2013 CEKA 0,870203361 -0,648969816 -1,340899593
7 2013 CPIN 0,555335127 0,126713649 4,382599105
8 2013 DLTA 0,58334587 -0,01308492 -44,58153729
9 2013 DVLA 926,6079571 0,059094363 15680,14131
10 2013 ICBP 0,805329454 0,030048635 26,80086632
11 2013 JPFA 0,575084336 -0,468817262 -1,226670565
12 2013 LION 0,576976315 0,149954694 3,847670922
13 2013 LMSH 0,255489583 0,002777798 91,97556468
14 2013 MERK 0,739917411 -0,002476719 -298,7490947
15 2013 SMCB 0,806432659 -0,169365787 -4,761485027
16 2013 SRSN 0,352101669 -0,003826007 -92,02849174
17 2013 TOTO 0,962096899 0,037158935 25,89140148
18 2013 UNIT 0,358958304 -0,159035636 -2,257093518
19 2013 UNVR 0,849918414 -0,00109725 -774,5897826
20 2013 WIIM 0,224784022 -0,021638978 -10,38792209
76
Lampiran 3
(Lanjutan)
No Tahun
Kode
Perusahaan
Tunneling
Incentive
Exchange
Rate
Tax
Minimization
1 2014 AMFG 0,438615207 0,021399193 20,4968104
2 2014 ARNA 0,245183808 -0,002292277 -106,9607948
3 2014 ASII 0,501148083 -0,004656663 -107,6195621
4 2014 AUTO 0,799999987 -0,018833407 -42,47771003
5 2014 BTON 0,455555556 0,242459661 1,878892159
6 2014 CEKA 0,870203361 -0,311311185 -2,795284599
7 2014 CPIN 0,555335127 -0,128858788 -4,309641076
8 2014 DLTA 0,58334587 0,000160553 3633,357821
9 2014 DVLA 0,929991382 0,000352118 2641,135311
10 2014 ICBP 0,805329454 0,024798135 32,47540343
11 2014 JPFA 0,575084336 -0,140692299 -4,08753243
12 2014 LION 2,884881575 0,026885079 107,3041898
13 2014 LMSH 0,025548958 0,034925605 0,73152514
14 2014 MERK 0,739917411 -0,004462614 -165,803573
15 2014 SMCB 0,806432659 -0,015611373 -51,65674226
16 2014 SRSN 17,60508339 0,054989936 320,1510044
17 2014 TOTO 0,394818597 0,00169554 232,8570975
18 2014 UNIT 0,358958304 -0,273926925 -1,310416287
19 2014 UNVR 0,849918414 -2,5289E-05 -33608,22083
20 2014 WIIM 0,224784022 -0,003572434 -62,92180419
77
Lampiran 4
(Lanjutan)
No Tahun
Kode
Perusahaan
Tunneling
Incentive
Exchange
Rate
Tax
Minimization
1 2015 AMFG 0,438615207 0,102437627 4,281778292
2 2015 ARNA 0,245183808 -0,096710983 -2,53522196
3 2015 ASII 0,501148083 -0,014824249 -33,80596861
4 2015 AUTO 0,799999987 -0,047389736 -16,88129231
5 2015 BTON 0,455555556 1,426590246 0,319331747
6 2015 CEKA 0,870203361 -0,203426291 -4,277733019
7 2015 CPIN 0,555335127 -0,257174702 -2,159369189
8 2015 DLTA 0,58334587 -0,001547508 -376,9582328
9 2015 DVLA 0,929991382 0,032661436 28,47368331
10 2015 ICBP 0,805329454 0,007089924 113,5878837
11 2015 JPFA 0,578394314 -0,68660426 -0,842398377
12 2015 LION 0,288568044 0,180525988 1,598484782
13 2015 LMSH 0,255489583 0,236597854 1,079847426
14 2015 MERK 0,739917411 -0,006101459 -121,2689402
15 2015 SMCB 0,806432659 0,010438961 77,25219229
16 2015 SRSN 352,1016686 0,252497325 1394,476826
17 2015 TOTO 0,379025853 -0,021184292 -17,89183518
18 2015 UNIT 0,358958304 0,605554312 0,592776398
19 2015 UNVR 0,849918414 -0,000407179 -2087,336175
20 2015 WIIM 0,224784022 -0,010269148 -21,88925706
78
Lampiran 5
(Lanjutan)
No Tahun
Kode
Perusahaan
Tunneling
Incentive
Exchange
Rate
Tax
Minimization
1 2016 AMFG 0,438615207 0,075166183 5,835273103
2 2016 ARNA 0,37322424 0,048064263 7,765109023
3 2016 ASII 0,501148083 -0,006965353 -71,94869862
4 2016 AUTO 0,799999987 -0,031665555 -25,26404475
5 2016 BTON 0,798611111 0,355046361 2,249315018
6 2016 CEKA 0,870203361 -0,00362394 -240,1263067
7 2016 CPIN 0,555335127 0,042378104 13,10429384
8 2016 DLTA 0,58334587 0,003435215 169,8134974
9 2016 DVLA 0,924614678 -0,000457007 -2023,197849
10 2016 ICBP 0,805329454 0,00061412 1311,355483
11 2016 JPFA 0,51 0,003882395 131,3622019
12 2016 LION 0,288488157 -0,051994586 -5,548426831
13 2016 LMSH 0,255489583 -0,025715034 -9,935416937
14 2016 MERK 0,739917411 -0,005753681 -128,5989665
15 2016 SMCB 0,806432659 0,208844866 3,861395656
16 2016 SRSN 0,352101669 -0,424975805 -0,828521682
17 2016 TOTO 0,379025853 0,007191609 52,70389873
18 2016 UNIT 0,358958304 0,143757347 2,496973625
19 2016 UNVR 0,849918414 0,000580736 1463,520069
20 2016 WIIM 0,224784022 -0,000370145 -607,2859031
79
Lampiran 6
(Lanjutan)
No Tahun
Kode
Perusahaan
Tunneling
Incentive
Exchange
Rate
Tax
Minimization
1 2017 AMFG 0,438615207 0,11687556 3,7528394
2 2017 ARNA 0,37322424 -0,002452627 -152,173238
3 2017 ASII 0,501148083 -0,000308261 -1625,724381
4 2017 AUTO 0,799999987 -0,028862145 -27,71796723
5 2017 BTON 0,798611111 0,063296667 12,61695369
6 2017 CEKA 0,870203361 -0,003548449 -245,2348474
7 2017 CPIN 0,555335127 0,004231342 131,2432745
8 2017 DLTA 0,58334587 -0,000892283 -653,7675656
9 2017 DVLA 0,924614678 0,001049127 881,3177519
10 2017 ICBP 0,805329454 0,001031007 781,1097106
11 2017 JPFA 0,51 0,007245798 70,38562085
12 2017 LION 0,288488157 0,046323476 6,227688029
13 2017 LMSH 0,255489583 0,004512577 56,61722563
14 2017 MERK 0,739917411 0,007797467 94,89201942
15 2017 SMCB 0,806432659 0,020314613 39,69717099
16 2017 SRSN 0,352101669 0,009257108 38,03581884
17 2017 TOTO 0,379025853 -0,001734952 -218,4647789
18 2017 UNIT 0,217753195 0,102397315 2,126551806
19 2017 UNVR 0,849918414 -0,000723991 -1173,934747
20 2017 WIIM 0,224784022 0,00265915 84,5322716
80
Lampiran 7
Pengukuran Transfer Pricing
No
Kode
Perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017
1 AMFG 1 1 1 1 1
2 ARNA 1 1 1 1 1
3 ASII 1 1 1 1 1
4 AUTO 1 1 1 1 1
5 BTON 0 1 1 1 1
6 CEKA 1 1 1 1 1
7 CPIN 1 1 1 1 1
8 DLTA 1 1 1 1 1
9 DVLA 1 1 1 1 1
10 ICBP 1 1 1 1 1
11 JPFA 1 1 1 1 1
12 LION 1 1 1 1 1
13 LMSH 1 1 1 1 1
14 MERK 1 1 1 1 1
15 SMCB 1 1 1 1 1
16 SRSN 1 1 1 1 1
17 TOTO 1 1 1 1 1
18 UNIT 0 0 0 0 0
19 UNVR 1 1 1 1 1
20 WIIM 0 0 0 0 0
81
Lampiran 8
Output Hasil Penelitian Data
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TI 100 ,026 926,608 13,53672 98,709246
ER 100 ,000 1,427 ,10019 ,199673
TM 100 -33608,221 15680,141 -155,26800 3780,641895
TP 100 ,000 1,000 ,89000 ,314466
TI_TM 100 -,565 88,905 1,44492 10,394259
ER_TM 100 ,026 926,608 13,53672 98,709246
Valid N (listwise) 100
2. Hasil Uji Frekuensi
TP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ,000 11 11,0 11,0 11,0
1,000 89 89,0 89,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
82
3. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 72,467 1,560
2 69,379 2,004
3 69,303 2,088
4 69,303 2,091
5 69,303 2,091
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 69,303
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less
than ,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant TI ER TM
TI by
TM
ER by
TM
Step 1 1 69,985 1,453 ,304 -,822 ,000 ,000 -,302
2 65,301 1,785 ,651 -1,269 ,000 ,000 -,645
3 64,792 1,816 ,887 -1,368 ,000 ,000 -,876
4 64,661 1,807 ,944 -1,370 ,000 ,000 -,925
5 64,082 1,748 1,027 -1,345 ,000 ,000 -,937
6 62,330 1,552 1,342 -1,291 ,000 ,000 -,939
7 52,105 ,042 4,088 -1,086 ,000 ,000 -,739
8 46,666 -,996 6,977 -1,471 ,000 ,000 -,343
9 44,968 -1,622 9,252 -1,963 ,001 -,001 ,010
10 44,714 -1,948 10,520 -2,244 ,001 -,001 ,185
11 44,707 -2,011 10,777 -2,300 ,001 -,001 ,214
12 44,707 -2,013 10,786 -2,302 ,001 -,001 ,215
13 44,707 -2,013 10,786 -2,302 ,001 -,001 ,215
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
83
c. Initial -2 Log Likelihood: 69,303
d. Estimation terminated at iteration number 13 because parameter estimates
changed by less than ,001.
4. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test)
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,521 8 ,589
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 44,707a ,218 ,436
a. Estimation terminated at iteration number 13 because
parameter estimates changed by less than ,001.
6. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted
TP Percentage
Correct ,000 1,000
Step 1 TP ,000 0 11 ,0
1,000 2 87 97,8
Overall Percentage 87,0
a. The cut value is ,500
84
7. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a TI 10,786 3,550 9,231 1 ,002 48321,728
ER -2,302 1,441 2,551 1 ,110 ,100
TM ,001 ,000 1,969 1 ,161 1,001
TI by TM -,001 ,000 8,425 1 ,004 ,999
ER by TM ,215 1,147 ,035 1 ,851 1,240
Constant -2,013 1,145 3,092 1 ,079 ,134
a. Variable(s) entered on step 1: TI, ER, TM, TI * TM , ER * TM .
Correlation Matrix
Constant TI ER TM TI by TM ER by TM
Step 1 Constant 1,000 -,925 ,161 -,471 ,861 ,022
TI -,925 1,000 -,364 ,536 -,949 ,037
ER ,161 -,364 1,000 -,226 ,422 -,265
TM -,471 ,536 -,226 1,000 -,518 ,034
TI by TM ,861 -,949 ,422 -,518 1,000 -,337
ER by TM ,022 ,037 -,265 ,034 -,337 1,000
Top Related