PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN TERORISME DI
MEDIA ONLINE TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA
PADA PAKAIAN SYAR’I
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Salsabila Azhar
NIM: 11150510000042
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2019/1441 H
ABSTRAK
Salsabila Azhar, NIM 11150510000042, Pengaruh Terpaan
Pemberitaan Terorisme terhadap Persepsi Mahasiswa pada
Pakaian Syar’I di bawah bimbingan Artiarini Puspita Arwan,
M. Psi.
Media online lahir karena adanya perkembangan
teknologi yang memunculkan internet. Media online membuat
penyebaran informasi jauh lebih cepat, real time, dan dapat
tersebar ke seluruh dunia. Dengan kehadiran media online,
khalayak menjadi semakin mudah mengakses berita dan
informasi dari masalah ekonomi, politik, pendidikan, budaya,
kriminal, sampai isu terorisme. Maraknya aksi terorisme yang
mengkhawatir masyarakat Indonesia membuat pemberitaannya
menjadi informasi yang dibutuhkan oleh khalayak. Namun, tidak
sedikit pemberitaan-pemberitaan di media massa online
khususnya pemberitaan terorisme termasuk ke dalam berita yang
tidak kredibel. Tidak jarang pemberitaan justru menyudutkan
salah satu pihak seperti muslim dan muslimah yang memakai
pakaian syar‟i.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh terpaan pemberitaan terorisme terhadap
persepsi pakaian syar‟i pada mahasiswa. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Teori Stimulus-Organism-Respons (S-
O-R) yang dikembangkan oleh Melvin De Fleur. Teori ini
menjelaskan bahwa perubahan sikap komunikan akan terjadi bila
iv
v
stimulus yang diberikan lebih kuat dari apa yang komunikan
ketahui sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan paradigma posistivisme. Penelitian ini menggunakan
metode pre-experimental serta kuesioner sebagai alat ukur
pengumpulan data. Teknik penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel, Software Lisrel, dan Software IBM SPSS
Statistic 2.0. Analisis data menggunakan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) dan Uji Regresi Linear Sederhana untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh terpaan pemberitaan
terrorisme terhadap persepsi pakaian syar‟i.
Hasil Penelitian menunjukan pengaruhnya sangat lemah
dengan nilai korelasi sebesar 2,1%, sehingga keputusannya
adalah H0 diterima, yaitu tidak ada pengaruh terpaan pemberitaan
terorisme terhadap pakaian syar‟i pada mahasiswa.
Kata Kunci: Terpaan, Berita, Terorisme, Persepsi, dan
Pakaian syar’i
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan hidayah-Nya, serta nikmat iman dan sehat
sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga penelitian ini juga dapat memberi manfaat bagi pembaca
dan khalayak. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan
terbaik yang telah membawa kita keluar dari zaman jahiliyah.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Namun, dengan usaha, doa, dan dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini telah selesai. Pada
kesempatan ini, peneliti dengan horman mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin
Umar Lubis,LC, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif HIdayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil
Dekan Bidang Akademin, Dr. Siti Napsiyah, MSW.,
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Sihabudin
Noor, M.Ag., Wakil Dekan Kemahasiswaan, Dr. Cecep
Sastrawijaya, MA.
3. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan
Sekretaris Jurusan Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaili,
M.A.
vi
vii
4. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, sebagai Dosen
Pembimbing yang sangat baik hati dengan penuh
perhatian atas segala ruang dan waktunya telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, tenaga serta
ilmu pengetahuan kepada peneliti sehingga peneliti bisa
menyelesaikan skripsi ini. Semoga keberkahan,
kemudahan dan pertolongan dari Allah senantiasa
mengiringi.
5. Segenap Dosen dan Staf Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang diberikan
kepada peneliti.
6. Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang memfasilitasi peneliti dengan berbagai macam
bacaan literatur yang mendukung penelitian ini.
7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
memfasilitasi tempat yang nyaman, buku-buku sebagai
referensi penelitian yang menunjang hingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
8. Kedua orang tua peneliti yang selalu dicinta, Abi Juni
Muryadi dan Umi Anita Widiastuti yang telah
memberikan kasih sayang yang begitu besar mendidik
dengan tulus dan penuh kesabaran, dan berjuang untuk
memberikan pendidikan yang tinggi kepada putrinya.
Serta saudara-saudara peneliti Royyan, Syauqi, Dhia yang
membantu dan menyemangati peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Saudara peneliti Kak Hani dan Kak Sarah yang selalu
mengingatkan, menyemangati dan membantu peneliti
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat peneliti Chairiyani yang tidak pernah bosan
mendengar keluh kesah peneliti sejak dulu. Selalu
membantu dan menemani peneliti disaat susah ataupun
senang. Punya kebiasaan dan kesukaan yang hampir
selalu sama. Hilma Nur Alifah yang selalu baik hati
menyambut peneliti dan teman-teman di kosannya untuk
berbagi kisah pribadi ataupun kuliah. Yang selalu dengan
sabar dan selalu menjadi teman yang diandalkan. Citra
Ayu Lestari yang selalu mendengar keluh kesah
perkuliahan dan selalu menyemangati satu sama lain
dengan sikapnya yang ceria. Yang selalu menemani
peneliti di kampus saat teman yang lain sibuk. Bintang
Raya Hanzari yang mengisi hari-hari peneliti dengan
segala suka dan duka. Yang selalu membantu peneliti dan
menjadi pendengar yang baik dari suka maupun duka.
11. Sahabat-sahabat peneliti sedari duduk di bangku sekolah
Nada Rahmi Safira, Nisrina Fadhilah, Dita Farastika,
Aisah Sauma Kamila, Auliya Pradeisya, Azka Amalia
Syahidah, Rica Rosdiana dan Syifa Nurbaitu yang selalu
berbagi cerita, menghibur dan menyemangati satu sama
lain.
12. Teman-teman dan senior di KLISE FOTOGRAFI, Kak
Uci, Bang Aryo, Kak Yuan, Faizah dan Faisal yang
viii
ix
berbaik hati berbagi ilmu yang sangat bermanfaat dan
menjadi teman yang baik.
13. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2015 yang
membantu dan mengisi hari-hari perkuliahan selama
empat tahun.
14. Teman-teman KKN yang ikut menyemangati satu sama
lain dan turut membantu dan mengisi kuesioner penelitian
ini.
15. Tim RGMGMT, Kak Rachel Goddard, Kak Eka, Kak
Annisa, Kak Ajijah sebagai atasan, rekan kerja dan tim
yang menerima peneliti sebagai video editor dan baik hati
memberi keluangan waktu kepada peneliti untuk bisa
melakukan bimbingan, mengurus keperluan di kampus,
sehingga skripsi ini tetap dapat diselesaikan.
16. Segenap pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu, namun turut membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat menjadi catatan
ibadah peneliti oleh Allah SWT dan bermanfaat bagi banyak
pihak. Semoga karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih dalam
dunia Pendidikan. Aamiin ya Robbal „Alamin.
Jakarta, 14 Desember 2019
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiv
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................... 8
1.2.1 Pembatasan Masalah..................................................... 8
1.2.2 Perumusan Masalah ...................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................ 9
1.4 Tinjauan Pustaka ................................................................. 9
1.5 Sistematika Penelitian ....................................................... 11
BAB II ......................................................................................... 13
LANDASAN TEORI ................................................................. 13
2.1 Berita ................................................................................. 13
2.2 Media Massa ...................................................................... 19
2.3 Media Online ..................................................................... 21
2.4 Terpaan Media (Media Exposure) ..................................... 23
x
xi
2.5 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon) ...................... 24
2.6 Persepsi ............................................................................. 28
2.7 Pakaian Syar‟i ................................................................... 34
2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................... 36
BAB III ....................................................................................... 39
METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 39
3.1 Paradigma penelitian ......................................................... 39
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian ................................... 39
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 41
3.4 Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 41
3.5 Populasi dan Sampel ......................................................... 41
3.6 Teknik Pengumpulan Sampel ........................................... 44
3.7 Variabel Penelitian ............................................................ 45
3.8 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 48
3.9 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49
3.10 Instrumen Penelitian........................................................ 51
3.11 Hipotesis Penelitian ......................................................... 53
3.12 Uji Instrumen .................................................................. 53
3.12.1 Uji Validitas ............................................................. 53
3.12.2 Teknik Analisis Data .................................................... 55
3.12.2.1 Uji Koefisien Determinasi .................................... 55
3.12.2.2 Uji Regresi Linear Sederhana ............................... 55
BAB IV ....................................................................................... 57
HASIL DAN ANALISISIS DATA ........................................... 57
4.1 Hasil Uji Instrumen ........................................................... 57
4.1.1 Hasil Uji Validitas ...................................................... 57
4.2 Uji Deskriptif Variabel ...................................................... 59
4.3 Analisis Data Hasil Penelitian ........................................... 62
4.4 Diskusi dan Hasil Pembahasan .......................................... 63
BAB V ......................................................................................... 67
PENUTUP .................................................................................. 67
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 67
5.2 Saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 69
LAMPIRAN ............................................................................... 75
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Populasi Mahasiswa UIN Jakarta ............................ 43
Tabel 2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................. 49
Tabel 3 Skala Likert .............................................................. 51
Tabel 4 Blue Print Terpaan Terpaan Pemberitaan ................ 52
Tabel 5 Blue Print Persepsi Pakaian Syar‟i .......................... 52
Tabel 6 Muatan Faktor Terpaan Berita Terorisme ................ 58
Tabel 7 Muatan Faktor Terpaan Berita Terorisme ................ 59
Tabel 8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian.................... 60
Tabel 9 Hasil Uji Deskriptif Terpaan Berita Terorisme........ 60
Tabel 10 Hasil Uji Deskriptif Terpaan Berita Terorisme ...... 61
Tabel 11 Hasil Koefisien Determinasi .................................. 62
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ....................... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh Pemberitaan di Media Online .................... 5
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Sederhana ............................ 38
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa saat ini memiliki peran besar dalam
memberikan informasi dan hiburan yang diperlukan oleh
masyarakat luas. Dengan banyaknya produk-produk dari media
massa itu sendiri seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan
media online, masyarakat bisa dengan mudah memilih media
mana yang memenuhi kebutuhannya masing-masing. Media
massa saat ini juga tengah berlomba-lomba dalam menyajikan
informasi untuk mendapat banyak perhatian dari masyarakat.
Mc Luhan mengatakan bahwa media massa merupakan
sebuah perpanjangan tangan dari indera manusia. Hal ini juga
menjelaskan bahwa media massa merupakan sebuah jendela yang
sangat lebar bagi manusia atas keterbatasan mereka terhadap
informasi. Media massa menjadi suatu alat yang dapat
menjangkau semua keterbatasan tersebut.1
Media massa menjadi salah satu alat penyebaran
informasi kepada publik yang efektif karena dampaknya tersebar
kepada masyarakat luas. Baik secara langsung atau tidak, media
massa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pikiran,
perilaku masyarakat sesuai dengan fungsi pokok atau fungsi dari
media massa yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur,
1 Warner J. Saverin & James W. Tankard. Teori-Teori Komunikasi, Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa ( Jakarta: Penerbit Kencana,
2007), hlm 445
2
dan mempengaruhi. Media dapat membuat masyarakat memiliki
pandangan, pemikiran, atau opini tersendiri dari sebuah
informasi, terutama dalam hal mengubah atau menanamkan
persepsi, sikap, atau pola pikir masyarakat terhadap suatu realitas
tertentu. Hal ini juga didorong dengan pemberitaan yang nyaris
homogen karena keseragaman para wartawan dalam menyajikan
berita, sehingga masyarakat tidak memiliki opsi atau pilihan lain
untuk menerima, membandingkan, dan mencerna informasi yang
beredar di media.2
Salah satunya adalah fenomena-femomena terorisme yang
terjadi belakangan ini menjadi salah satu topik hangat yang sering
diangkat oleh media. Pemberitaan tentang terorisme diangkat
oleh berbagai media massa untuk disiarkan dengan caranya
masing-masing yang terkadang terlepas dari etika jurnalistik itu
sendiri
Hal ini ditegaskan oleh Effendi Gazali dkk dalam
“Political Communication in Indonesia: Media Performance in
Three Eras”. Effendi menyebutkan bahwa sebagian media gagal
memberikan informasi berkualitas dan hanya fokus mengejar
iklan pemilu dari partai-paritai politik. Sekilas kita dapat melihat
bagaimana sikap media itu dalam menyebarkan informasi yang
berat sebelah dan tidak netral.
Dominasi media di Indonesia yang hanya dipegang oleh
12 kelompok perusahaan media yang sepertiganya memiliki
koneksi terhadap politik juga dapat menimbulkan masalah.
2 Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 199
3
Penyebaran informasi seperti itu membuat masyarakat di
Indonesia tidak dapat menerima sumber informasi yang memadai
dari segi kualitas ataupun kuantitas. Masyarakat Indonesia juga
pada akhirnya akan memiliki sudut pandang dan opini yang
terbatas.3
Dalam topik yang diambil peneliti terkait isu terorisme
ini, dapat kita lihat bagaimana pemberitaan-pemberitaan di media
massa khususnya media online cenderung terus-menerus
menampilkan foto-foto, illustrasi, atau kalimat yang merujuk
kepadawanita yang memakai gamis hitam, cadar, laki-laki yang
memakai celana cingkrang, dan sebagainya. Terlepas dari para
tersangka yang memang berbusana seperti yang disebutkan.
Namun seperti ada hal lain yang ingin dikonstruk media terhadap
busana-busana syar‟i kepada masyarakat.
Hal ini menyatakan bahwa pengaruh terhadap isi
pemberitaan di media massa berasal dari faktor internal dan
eksternal. Menurut Shoemaker dan Reese, terdapat beberapa level
dari pengaruh isi media. Yaitu pengaruh pekerja media
(individual level), rutinitas media (media routines level),
oragnisasi media (organizational level), luar media (outside
media level), dan pengaruh ideologi (ideology level). Sedangkan
faktor eksternalnya dapat berupa pemilik modal, pengiklan,
pangsa pasar, pemerintah, dan lain sebagainya.4
3 Ross Tapsell. Politics and The Press in Indonesia (Routledge Taylor &
Francis Group: Media Asia, Vol 39 No 2, 2012), hlm 110 4 Pamella J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Messages,
Theories of Influence on Mass Media Content (USA: Longman Publisher,
1996), hlm 60
4
Terpaan dari pemberitaan tersebut pada akhirnya akan
menimbulkan rasa cemas dan takut baik terhadap aksi teror atau
bahkan segelintir kelompok yang merujuk seperti apa yang
diberitakan. Terpaan tersebut juga dapat memicu timbulnya suatu
persepsi baru mengenai umat islam yang mengenakan busana
syar‟i termasuk kedalam islam garis keras yang bar-bar, semena-
mena dan sebagainya seperti layaknya seorang teroris.
Pada tahun 2018 terjadi aksi teror yang panas di media
massa. Minggu, 13 Mei 2018 tiga Gereja di Surabaya menjadi
lokasi pengeboman yang dilakukan satu keluarga yang terlihat
dari kamera pengawas menjadi dalang atas pengeboman
ini.Pasangan suami istri disebut-sebut merencanakan dan
mengeksekusi pengeboman bersama anak-anaknya pada tiga
Gereja di Surabaya. Dan disebut-sebut wanita yang melakukan
aksi teror tersebut memakai cadar dan gamis.
Setelah aksi pengeboman tersebut, muncul berbagai
pemberitaan-pemberitaan yang lebih menyudutkan tentang
wanita bercadar yang menyebutkan dugaan keterlibatan wanita
bercadar dan kelompok terorisme. Hal ini memperlihatkan
bagaimana pemberitaan tersebut dapat memicu timbulnya suatu
persepsi di masyarakat mengenai perempuan bercadar, laki-laki
dengan celana cingkrang adalah kelompok teroris ataupun islam
garis keras, walaupun pada kenyataannya tidak semua wanita
bercadar atau orang-orang yang memakai pakaian syar‟i lainnya
adalah teroris ataupun islam garis keras yang bar-bar.
5
Gambar 1 Contoh Pemberitaan di Media Online
Berbagai bentuk perilaku terhadap muslim dan muslimah
yang mengenakan pakaian syar‟i timbul akibat persepsi yang
terbentuk. Bisa dalam bentuk tindakan yang bersifat positif,
ataupun hal-hal yang bersifat negatif.
Fenomena seperti ini juga dapat melahirkan sebuah
persepsi yang cenderung negatif dalam ruang lingkup perguruan
tinggi negeri seperti di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai
kampus Islam, terdapat banyak keberagaman yang ada dari segala
aspek. Terlebih di tahun 2019 ini, Rektor UIN Jakarta Amany
Lubis menyebutkan UIN harus berada di garis depan moderasi
agama.
Menurut Prof. Amany Lubis pada pidato Dies Natalis ke-
62 ADIA/IAIN/UIN Jakarta di Auditorium Harun Nasution,
moderasi agama secara sederhana dapat diartikan sebagai cara
beragama yang berprinsip pada kesederhanaan, kesantunan, dan
persaudaraan. Ia juga mengatakan bahwa berbeda itu boleh-boleh
6
saja, tetapi harus disampakian dan dilakukan dengan cara-cara
yang santun.
Moderasi agama menurut Khaled Abou el Fadl dalam The
Great Theft adalah suatu paham yang mengambil jalan tengah,
tidak ekstrem kanan dan tidak pula ekstrem kiri. (Zuhairi 2010,
13) Rasulullah juga mengingatkan: “berhati-hatilah dengan al-
ghuluw (ekstrimisme). Karena ekstrimisme membawamu kepada
kehancuran.”
Penggunaan cadar, pakaian syar‟i yang gelap, panjang dan
menjuntai bagi para muslimah seakan menjadi hal yang mengusik
untuk kalangan tersendiri. Dengan pernyataan moderasi agama
yang digadang-gadang menjaga toleransi dan keberagaman, suatu
hal lebih baik mengikuti jalan tengahnya saja, atau biasa-biasa
saja. Tidak condong kanan maupun kiri dan mengasaskan
moderat.
UIN Syarif Hidayatullah merupakan sebuah Universitas
Islam dimana terdapat keanekaragaman di dalamnya. Tidak
jarang, hal ini membuat masyarakat di dalamnya terkotak-
kotakan sesuai latar belakang dan keyakinan masing-masing.
Karena hal itu juga yang membuat masing-masing individu di
dalam kampus ini memiliki pemikiran mereka sendiri mengenai
kelompok-kelompok disekitar mereka yang notabene berbeda.
Dalam menyikapi perbedaan dan keanekaragaan tersebut,
UIN disebut-sebut harus memiliki sikap moderasi agama yang
tinggi guna menjaga toleransi dan kerukunan. Namun, suatu yang
melekat dalam diri individu baik itu kepercayaan, pengalaman,
7
cara berfikir tidaklah sama. Terdapat orang-orang yang sangat
condong ke kanan atau ke kiri, atau yang bersikap tidak peduli.
Isu-isu terorisme yang hadir di Indonesia tentu membuat
UIN menjadi sorotan, banyak perspektif-perspektif yang timbul
baik dari kalangan masyarakat di dalam UIN Jakarta maupun
masyarakat luar. Istilah-istilah seperti, “UIN itu radikal”, “UIN
itu liberal” atau “UIN sarang teroris” sudah sangat lumrah untuk
didengar.
Pandangan-pandangan tersebut bisa hadir mungkin karena
pengalaman tersendiri, atau bahkan hanya sekedar pengamatan
luar individu yang mengkategorikan UIN seperti halnya yang
dikatakan sebelumnya.
Persepsi pakaian syar‟i dapat terbentuk dari berbagai
macam faktor, baik eksternal maupun internal. Dengan latar
belakang, wawasan, atau pengalaman masing-masing mahasiswa
terkait pemberitaan terorisme.
Dengan pertimbangan masyarakat kampus yang
heterogen, masing-masing individu akan memiliki suatu
pandangan atau persepsi yang lahir dari terpaan pemberitaan di
media massa. Berdasarkan penjabaran latar belakang
permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Pengaruh Terpaan Berita Terorisme di
Media Massa Online terhadap Persepsi Mahasiswa pada
Pakaian Syar’i”.
8
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, berikut akan
dijelaskan pembatasan dan perumusan masalah dalam penelitian
ini.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut, berikut akan dijelaskan
batasan dalam penelitian ini agar tidak keluar konteks yang akan
diteliti, yaitu:
a. Subjek penelitian hanya dibatasi oleh mahasiswa-
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2015.
b. Pakaian syar‟i dan simbol lain yang mendukung dalam
aspek penelitian ini sebatas cadar, gamis hitam atau gelap,
hijab lebar dan panjang, celana cingkrang, dan janggut.
1.2.2 Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Apakah terdapat pengaruh terpaan berita terorisme terhadap
persepsi mahasiswa UIN Jakarta mengenai pakaian syar‟i?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan dari
membaca berita terorisme di media massa online terhadap
persepsi pakaian syar‟i pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan harapan penelitian ini akan
bermanfaat baik untuk peneliti sendiri ataupun bagi pengemban
dunia Pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu kontribusi
positif dalam disiplin ilmu komunikasi, jurnalistik dan
penyiaran dan ranah ilmu psikologi komunikasi.Penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi suatu pengembangan
penelitian bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang dapat
dijadikan sumber penelitian dan dapat digali lebih dalam.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
wacana, pola, ataupun alur berfikir dan tambahan
referensi untuk menggali lebih dalam teori-teori terkait
serta menjadi bahan pustaka dalam memperkaya ilmu
komunikasi khususnya jurnalistik dan ilmu sosial.
Penelitian ini juga diharapkan menjadi suatu kesadaran
kontrol sosial terhadap masalah-masalah terkait dan yang
kemungkinan akan timbul sebagai dampak negatifnya.
1.4 Tinjauan Pustaka
Peneliti telah melakukan berbagai penelusuran koleksi
skripsi dan jurnal ilmiah dari perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, maupun arsip penelitian di situs penelitian
di internet. Peneliti mendapat beberapa penelitian yang hampir
serupa yang menjadi inspirasi dalam penelitian penelitian ini
10
mengenai “Pengaruh Terpaan Berita Terorisme di Media
Massa Online terhadap Persepsi Mahasiswa pada Pakaian
Syar’I”. Berikut beberapa tinjauan pustaka tersebut:
1. Jurnal Ekonomi Syariah, IQTISHODIA, Institut Agama
Islam Al-Qolam Gondanglegi Malang karya Ahmad Fauzi
yang berjudul “Pakaian Wanita Muslimah dalam
Perspektif Hukum Islam.” Jurnal ini menjelaskan
beberapa pengertian, makna, hukum-hukum memngenai
pakaian wanita muslimah. Dalam jurnal ini juga dibahas
beberapa anjuran dan larangan berpakaian untuk wanita
muslimah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadist.
2. Jurnal Sosiologi Reflektif, Volume 13, No. 1, Oktober
2018 karya Nurul Afifah, Institut Ilmu Al-qur‟an (IIQ) An
Nur Yogyakarta. “Pakaian Syar’I, Media, dan
Konstruksi Kesalehan Perempuan”. Berisi tentang
pengertian, sejarah pakaian syar‟I baik itu dari zaman
nenek moyang hingga sekarang. Peneliti menuliskan
bahwa wacana-wacana mengenai pakaian syar‟I sudah
menghegemoi busana-busana lain yang dianggap tidak
syar‟i.
3. Skripsi karya Anzalia Silma Dzikron, mahasiswi
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
“Pengaruh Terpaan Pemberitaan Revisi UU ITE
Terhadap Sikap Kritis Pengguna Media Sosial di Kota
Tangerang Selatan”. Skripsi ini menjelaskan bagaimana
keterkaitan antara pemberitaan revisi UU ITE dan tingkat
kritis menggunakan teori stimulus-organism-responses.
11
Skrisi ini menuliskan tingkat paparan dari media massa
yang terus menerus dapat merubah baik sikap, pandangan
ataupun tingkah laku masyarakat khususnya sikap kritis
masyarakat itu sendiri.
4. Skripsi karya Linda Fazria, mahasiswa Jurnalistik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Efek
Pemberitaan Islamphobia di Okezone.com terhadap
Tingkat Ketakutan Mahasiswa UNIKA ATMA JAYA”.
Skripsi ini bertujuan melihat hubungan antara artikel
islamphobia di okezone.com dengan tingkat ketakutan
mahasiswa menggunakan penelitian kuantitatif dengan
jenis deskriptif.
5. Skripsi karya Agus Triyanto, mahasiswa Jurnalistik
UNTIRTA yang berjudul “Pengaruh Terpaan Berita
Politik Seputar Indonesia di RCTI terhadap Tingkat
Persepsi Sosial”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana tingkat persepsi masyarakat dapat
dipengaruhi oleh berita politik. Peneliti menganggap
pemberitaan-pemberitaan mengenai keadaan politik di
Indonesia yang cenderung negatif.
1.5 Sistematika Penelitian
Peneliti membagi lima bagian dalam penulisan ini. Untuk
melihat lebih jelas pembagian fokus pada masing-masing bab,
bisa dilihat dalam gambaran sistematika penulisan di bawah ini.
BAB I : PENDAHULUAN
12
Pada bab ini akan dibahas: latar belakang, batasan dan
rumusan masalah penelitian, manfaat penelitian, tujuan
penelitian, kajian pustaka, metodelogi penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, waktu dan tempat
penelitian, dan pedoman penelitian skripsi.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA
KONSEP
Bagian ini peneliti akan membahas kerangka teoritis:
pengertian media massa, media online, dampak dari media massa,
terpaan media atau media exposure, persepsi, dan pakaian syar‟I
secara teoritis menurut para ahli.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Pada bab ini akan dijabarkan metodologi penelitian ini
secara merinci. Mulai dari tempat dan waktu penelitian, populasi
dan sampel yang digunakan peneliti, metode dan desain yang
digunakan dalam penelitian, instrumen pengumpulan data, dan
analisis data yang digunakan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menuliskan hasil penelitian
secara keseluruhan berdasarkan kesesuaian data yang mendukung
terhadap penelitian ini. Pada bab ini juga akan dijabarkan hasil
dari uji statistik terhadap data yang sudah dikumpulkan sesuai
dengan apa yang ditulis pada bab sebelumnya.
BAB V : KESIMPULAN
Pada bab ini peneliti akan membahas dua hal: kesimpulan
dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Berita
2.1.1 Pengertian Berita
Terdapat istilah yang kita kenal antara lain „tiada hari
tanpa berita‟, hal ini menunjukan bahwa selain pangan bahwa
selain kebutuhan pokok, kebutuhan pasokan berita sudah menjadi
kebutuhan pokok masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, banyak
masyarakat yang memerlukan berita untuk segala aktivitas
hariannya. Oleh sebab itu, banyak perusahaan-perusahaan media
massa berlomba-lomba untuk mengelola pemeritaan secara
optimal. Walaupun seeprti itu tidak hanya menyajikan berita
secara optimal, namun bisa memenuhi kebutuhan khalayak yang
senantiasa “haus” akan informasi.
Berita (news) merupakan suatu informasi yang layak
disebarkan atau disajikan kepada masyarakat publik. Berita yang
dikatakan layak adalah informasi yang faktal, aktual, akurat,
objektif, penting, dan tentu saja menarik perhatian publik.
Biasanya berita adalah pernyataan yang dipublikasikan melalui
media massa.5
Dalam Kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S.
Poerwodarminta, berita diartikan sebagai „kabar atau warta‟.
Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti
berita diperjelas menjadi „laporan mengenai kejadian atau
5 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), hlm 67
14
peristiwa yang hangat‟. Jadi berita dapat dikaitkan dengan
kejadian atau peristiwa yang terjadi.
Jika diteliti dari segi bahasa dan diartikan perkata “news”
merupakan istilah bahasa Inggris yang berasal dari kata “new”
yang berarti baru, kata baru tersebut bukan mengartikan segala
sesuatu yang baru, melainkan bahan sebuah bahan informasi yang
baru bagi publik atau khalayak. Dengan kata lain, segala sesuatu
yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan
kepada khalayak dalam bentuk berita (news).6
D. Willard C. Bleyer mengatakan bahwa berita adalah
sesuatu yang termassa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk
dimuat dalam surat kabar. Karena itu, ia dapat menarik atau
mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca surat
kabar tersebut.
Menurut Charnley (1975) mengemukakan “News is the
timely report of fact or opinion, to hold interest or importance, or
both, for a considerable number of people.” Dari pengertian ini
Charnley mengatakan bahwa berita bukanlah peristiwa atau fakta
dan atau pendapat, melainkan uraian yang sudah disajikan
melalui mediamassa periodik.7
Secara sederhana, berita adalah NEWS, kependekan dari
North, East, West dan South. Maksudnya adalah bahwa sumber
berita dan informasi berasal dari empat arah mata angin atau
6 Arifin S Harahap, Jurnalistik Televisi (Teknik Memburu dan Menulis Berita
Televisi) (Jakarta: PT Indeks, 2005), hlm 3-5
7 J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 1996), hlm 27
15
diperoleh dari mana saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa sumber-
sumber berita bisa berasal darimana saja selama mengandung
unsur-unsur berita.
Realitas yang muncul dan tersebar di tengah masyarakat,
seperti peristiwa, pendapat masalah hangat, dan masalah unik
akan menghasilkan fakta. Hanya uraian fakta yang mengandung
nilai berita serta yang sudah disajikan dalam media massa
periodik yang dapat disebut sebagai berita.
2.1.3 Nilai Berita
Nilai berita (news value) adalah sebuah acuan untuk
menilai suatu kejadian atau informasi dianggap layak dikemas
menjadi sebuah berita atau tidak, reporter harus melihat dan
mempertimbangkan unsur-unsur yang seharusnya jadi bahan
pertimbangan agar berita layak disebut berita, dibaca, ditonton,
didengar oleh khalayak.8
Nilai berita yang kuat dapat dilihat dari, nilai berita yang
dilihat sangat penting, sangat menarik dan penting, dan penting
sekaligus menarik harus disajikan secepatnya kepada
khalayak.Karena harus disajikan secepatnya kepada khalayak,
maka isinya minimal mengandung keenam unsur berita, yaitu 5W
+ 1H, dan pengolahannya secara langsung serta bersifat linier.9
Menurut Brian S Brooks et al., dalam News Reporting and
editing (dalam Sumandiria 2006) menunjuk kepada sembilan hal.
Yaitu:
8 J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 1996), hlm 28 9 Ibid,
16
a. Aktual (Timeliness)
Berita yang baru saja terjadi atau sedang terjadi.Aktual
terbagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif.Aktual
objektif berkaitan dengan peristiwa yang benar-benar baru
terjadi.Sementara aktual subjektif berkaitan dengan waktu
pembaca membaca.
b. Keluarbiasaan (Unusualness)
Berita merupakan suatu hal yang luar biasa, bisa
merupakan suatu hal yang langka atau menakjubkan, atau
bisa diluar nalar khalayak.
c. Akibat (Impact)
Berita yang memberikan dampak atau suatu pengaruh
yang besar bagi banyak orang.
d. Kedekatan (Proximity)
Berita yang merupakan sebuah peristiwa yang dekat bagi
khalayak, baik secara psikologis maupun geografis.
e. Informasi (Information)
Berita merupakan sumber informasi, menurut Wilbur
Schram, informasi adalah suatu hal yang bisa
menghilangkan ketidakpastian.
f. Konflik (Conflict)
Berita yang menyebarkan tentang dua pihak yang sedang
bersiteru atau beradu baik fisik ataupun tidak dan
menimbulkan efek yang membekas di khalayak.
g. Orang Penting (Public Figure)
Berita tentang orang-orang penting yang banyak dikenali
orang dan menjadi seorang public figure, sehingga
17
pemberitaan mengenai dirinya akan menjadi perhatian
banyak orang.
h. Kejutan (Surprising)
Berita merupakan suatu kejutan, datangnya tiba-tiba di
luar dugaan, saat sebelumnya tidak mungkin terjadi.
i. Ketertarikan Manusia (Human Interest)
Berita merupakan informasi yang menggetarkan hati,
menguras perasaan dan mengusik jiwa manusia.Disajikan
sangat menyentuh tentang seorang yang biasa dalam
kehidupan yang luar biasa.
j. Seks (Sex)
Berita merupakan informasi seputar seks, biasanya terkait
dengan perempuan.Informasi-informasi yang biasanya
diberitakan adalah terkait gender.
2.1.3 Jenis-jenis Berita
Dalam dunia jurnalisme, berita berdasarkan jenisnya
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu: elementary, intermediate,
advance. Berita elementary mencakup pelaporan straight news,
depth news reporting, dan comprehensive news reporting. Berita
itermediate meliputi feature story report dan pelaporan
interpretative news report. Sedangkan untuk kelompok advance
menunjuk pada depth reporting,investigative reporting, dan
editorial writing.10
10
Sumardita AS Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalisme Profesional (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media,
2005),hlm 69
18
a. Straight news report, merupakan suatu laporan langsung
yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu
singkat.berita memiliki nilai penyajian objektif tentang
fakta-fakta yang dapat dibuktikan.
b. Depth news report, laporan ini sedikit berbeda dengan
straight news. Wartawan menghimpun informasi dengan
fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai
informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
c. Comprehensive news, Merupakan laporan tentang fakta
yang bersifat menyeluruh, sesungguhnya merupakan
jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang erdapat
dalam berita langsung.
d. Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan
sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa
kontroversional. Fokus pemberitaannya masih berbicara
mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
e. Feature story, tulisan ini mencari fakta untuk menarik
perhatian khalayak. Biasanya menyajikan suatu
pengalaman membaca yang lebih bergantung kepada gaya
penelitian dan humor daripada informasi yang disajikan.
f. Depth reporting, berisi laporan jurnalistik yang sangat
mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu
peristiwa fenomenal atau aktual.
g. Investigative reporting, berita jenis ini biasanya
memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi.
Namun laporan investigative, para wartawan melakukan
19
penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi
demi suatu tujuan.
h. Editorial writing, adalah sebuah pikiran sebuah institusi
yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial
merupakan penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat
umum.
2.2 Media Massa
Media massa berkembang tak terbantahkan seiring dengan
perkembangan teknologi di dunia. Hadirnya media massa
menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi publik selain untuk menyampaikan informasi.
Media massa juga yang memberikan dan menyebarkan kebutuhan
masyarakat akan informasi yang luas.
Media massa sejatinya memiliki tujuan untuk
menyebarkan informasi keseluruh penjuru dunia secara luas
untuk masyarakat. Hadirnya media massa juga tidak luput dari
adanya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang
semakin cepat juga ikut mempengaruhi perkembangan media
massa. Banyak produk teknologi baru yang hadir seperti televisi,
telepon, radio, bahkan internet yang sangat memudahkan
masyarakat karena sifatnya yang efisien.
Media massa seakan menjadi primadona baru akan
kehadirannya sejak dulu karena menjawab segala kebutuhan
masyarakat yang haus akan informasi. Kejadia-kejadian, isu
politik, sosial, budaya, dan sebagainya termuat dalam media
20
massa seakan terpampang di depan mata. Oleh sebab itu pula
kehadiran media massa menjadi salah satu perubahan.
Menurut Denis McQuail, media massa memiliki sifat atau
karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar
dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu
memberikan popularitas kepada siapa sajayang muncul di media
massa. Karakteristik tersebut memberikan kosekuensi bagi
kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa
ini.11
Media massa di berbagai negara memiliki perkembangan
yang berbeda-beda, hal itu disebabkan dengan sistem ekonomi
dan politik dari negara yang bersangkutan. Media massa di
negara-negar ayang memiliki sistem kemasyarakatan yang tidak
terlalu individualistik, komunal, tidak terlalu sekuler atau
masyaraat yang lebi religius, cenderung akan memiliki media
massa yang berbeda dengan negara Barat yang memiliki sistem
ekonomi dan politik yang lebih liberal. Negara dengan ciri-ciri
tersebut bahkan memiliki teori media danpraktik yang berbeda.12
McQuail dalam buku Mass Comunication Theories
(1989), menyatakan terdapat enam perspektif tentang peran
media masss dalam konteks masyarakat modern, yaitu sebagai
berikut.
11
Denis McQuail, Mass Communication Theory 4th
Edition (London: Sage
Publication, 2000) hlm 4
12 Morissan MA, Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesai, 2010),
hlm 2
21
1) Media massa sebagai sarana belajar untuk mengetahui
berbagai informasi dan peristiwa. Ia ibarat „jendela‟ untuk
melihat apa yang terjadi di luar kehidupan.
2) Media massa adalah refleksi fakta, terlepas dari rasa suka
atau tidak suka. Ia ibarat „cermin‟ peristiwa yanga da dan
terjadi di masyarakat ataupun dunia.
3) Media massa sebagai filter yang menyeleksi berbagai
informasi dan isu yang layak mendapatkan perhatian
ataupun tidak.
4) Media massa sebagai penunjuk arah berbagai
ketidakpastian atau alternatif yang beragam.
5) Media massa sebagai sarana untuk mensosialisasikan
berbagai informasi atau ide kepada publik untuk
memperoleh tanggapan atau umpan balik.
6) Media massa sebagai interkulator, tidak sekedar tempat
„lalu lalang‟ informasi, tetapi memungkinkan terjadinya
komunikasi interaktif.
2.3 Media Online
Media online merupakan media massa yang penggunaan
dan pemanfaatanannya menggunakan internet. Oleh sebab itu
media online menjadi sebuah media massa yang populer dan
sangat khas. Ciri khas media massa online terletak pada
keharusan pengguna untuk memiliki atau tersambung pada
22
jaringan teknologi informasi menggunakan perangkat seperti
komputer maupun ponsel.13
Media online termasuk ke dalam media massa yang
pertumbuhan dan perkembangannya sangat spektakuler. Dilihat
dengan bagaimana internet yang meskipun tidak digunakan
sepenuhnya untuk keperluan media massa, namun media online
sudah menjadi suatu alternatif banyak orang untuk memperoleh
informasi. Terdapat keunggulan dari media online, yaitu:
1) Up to Date, informasi pada media online senantiasa
terbaru. Hal ini karena media onlie dapat melakukan
update suatu informasi atau berita dari waktu ke waktu
dengan cepat karena bentuk penyajiannya yang lebih
mudah dan sederhana dibandingkan jenis media massa
lainnya.
2) Real time, media online dapat menyajikan informasi dan
berita saat peristiwa sedang berlangsung atau live.
Sebagian besar wartawan jug adapat langsung
mengirimkan beritanya dari lokasi kejadian.
3) Informasinya bersifat praktis, keunggulan yang lain dari
media online juga diungguli dalam hal ini. Media online
dapat diakses dimana saja dan kapan saja asalkan
tersambung ke dalam jaringan internet.
Media online atau internet kini dianggap sebagai sarana
yang paling efektif untuk menerbitkan siaran pers (press release)
bagi pengirim berita, baik individu maupun institusi. Media
13
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (2011, Ghalia Indonesia,
2011), hlm 40
23
online juga memiliki kelebihan lainyaitu difungsikannya media
antarpribadi dengan pengiriman electronic mail (email).
Media online juga difungsikan sebagai perpustakaan
dunia yang dapat diakses melalui satu pintu yang bernama world
wide web (www). Media online dapat menjadi penyedia media
informasi surat kabar, program film, televisi, buku baru, serta
lagu-lagu kontemporer.
2.4 Terpaan Media (Media Exposure)
”Exposure is more complicated than access because its
deal not only with what a person is within psyscally (range of the
particular mess medium) but also wether a peron is actually
expose no message. Exposure is hearing, seeing, reading or most
generally, experiencing, with at least a minimal amount of
interest, the mass media message. This exposure might occure at
individual or group level”.14
Terpaan media adalah suatu kegiatan melihat, mendengar,
dan membaca isi atau pesan media. Terpaan atau media exposure
dapat terjadi ketika individu ataupun suatu kelompok memiliki
atensi terhadap isi atau pesan dari media tersebut. Suatu terpaan
media dapat diketahui atau diukur melalui frekuensi, durasi, dan
atensi pengguna dalam mengakses suatu media massa tertentu.15
14
Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 204
15 Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 205
24
Ardinto juga menyebutkan bahwa terpaan dapat dilihat
dari beberapa aspek antara lain, intensitas, isi pesan dan durasi.16
Intensitas adalah jumlah keseluruhan waktu yang digunakan oleh
khalayak dalam program acara di media massa. Dalam intensitas
terdapat frekuensi dan durasi.17
Isi pesan dalam hal ini merupakan suatu informasi yang
disampaikan kepada khalayak, yang sudah disajikan secara
lengkap dan jelas.18
Sedangkan yang dimaksud dengan daya tarik
adalah segala sesuatu yang dapat menarik perhatian khalayak
untuk menyaksikan, membaca, mendengar informasi dari media
massa tersebut.19
Suatu terpaan media yang dipaparkan secara terus
menerus oleh suatu media massa dapat mempegaruhi perubahan
sikap individu yang terpapar. Hal ini dapat menimbulkan suatu
pertambahan insight dan perubahan sikap pada individu yang
terpapar.
2.5 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon)
Teori S-O-R merupakan sebuah singkatan dari Stimulus-
Organism-respons. Teori ini berasal dari ilmu psikologi yang
kemudian beralih menjadi sebuah teori komunikasi. Hal ini tentu
16
Ardianto, Elvinaro & Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi ke
dua (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2005), hlm 164
17 Ibid., hlm 168
18 Wahyudi JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 1996), hlm 98
19 Wahyudi JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 1996), hlm 19
25
tidak perlu dipertanyakan, karena objek material dari psikologi
dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen yang meliputi : sikap opini, perilaku, kognisi,
afeksi dan konasi.20
Teori ini beranggapan bahwa adanya dampak atau sebuah
pengaruh merupakan sebuah reaksi dari penerima terhadap pesan
atau stimulus yang dapat berupa lisan, tulisan, gambar yang
diterima. Hal tersebut mengakibatkan besar atau kecilnya
pengaruh yang timbul tergantung dari isi dan penyampaian
stimulus tersebut.21
Teori ini mengasumsikan bahwa pesan informasi
disiapkan oleh media massa dan didistribusikan secara sistematis
dalam skala yang luas. Sehingga pesan tersebut akan sampai dan
diterima secara serempak oleh sejumlah besar individu.
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus, sehingga orang juga dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara isi pesan dan reaksi
komunikan. Efek-efek media massa menarik bagi dua golongan,
yaitu: golongan yang ingin berhubungan dengan orang lain dan
ingin menggunakan saluran efektif menuju khalayak, serta
golongan yang takut akan dampak negatif dari media massa.
Pola yang dihasilkan dari model S-O-R ini dapat dapat
berlangsung secara positif maupun negatif. Sebagai contoh saat
20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 254
21 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), hlm 324
26
kita menyapa seseorang dan dibalas dengan baik ini merupakan
sebuah respon positif. Namun saat kita menyapa dan kemudian di
acuhkan ini merupakan sebuah respin negatif. Hal itu juga yang
menjadi dasar dari teory jarum hipodermik yang tidak jauh
berbeda dengan model S-O-R.
Model S-O-R berasal dari model stimuli-respons menurut
pendekatan psikologi dimodifikasi oleh De Fleur dengan
memasukan unsur organisme. Dapat dikatakan unsur-unsur dari
model ini adalah:22
a. Stimulus (pesan=rangsagan=dorongan) merupakan pesan
baik berupa tulisan, gambar, lisan, simbol-simbol tertentu
dan sebagainya yang diberikan komunikator kepada
komunikan.
b. Organism (Manusia = Komunikan) merupakan suatu
pihak yang menerima suatu stimulus dari komunikator.
Dalam proses penerimaan stimulus, komunikan dapat
menerima ataupun menolak stimulus yang diberikan. Jika
komunikan menerima stimulus yang diberikan oleh
komunikator, maka komnikan akan memperhatikn dan
mencoba memahami setiap pesan yang diberikan
komunikator tersebut.
c. Response (reaksi = tanggapan = jawaban = pengaruh =
efek = akibat) merupakan suatu efek yang ditimbulkan
dari stimulus yang diterima oleh komunikan. Efek yang
22
Hoeta Soehoet, Teori Komunikasi 2 (Jakarta: IISIP, 2002), hlm 26
27
timbul dapat berupa perubahan sikap, baik dari sisi
kognitif, afektif, atau behavioral.
Dalam berkomunikasi juga dikatakan bahwa berkenaan
dengan perubahan sikap adalah dari aspek “bagaimana” bukan
pada aspek “apa” dan “mengapa”. Lebih jelasnya adalah how to
communicate, dalam hal ini how to change the attitude,
bagaimana mengubah sikap komunikan.23
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
memungkinkan untuk ditolak ataupun diterima. Komunikasi
sendiri akan berlangsung jika adanya sebuah perhatian dari
komunikan. Jika perhatian itu berjalan, proses berikutnya adalah
komunikan mengeri. Inilah yang menentukan langkah
selanjutnya, apakah pesan itu diterima atau tidak oleh komunikan.
Setelah komunikan menerima dan mengolahnya, maka terjadilah
kesediaan atau keadaan untuk mengubah sikap.24
Dalam buku “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pegukurannya”, Prof. Dr. Mar‟at mengutip salah satu pendapat
dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam
menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu
perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Teori S-O-R juga mengatakan bahwa perubahan sikap
hanya dapat terjadi apabila stimulus atau ransangan yang
diberikan lebih kuat daripada stimulus semula. Hal ini yang bisa
23
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 255
24 Ibid., hlm 256
28
mengakibatkan apakah stimulus tersebut ditolak atau diterima
oleh masing-masing individu.
Teori ini juga mendasarkan suatu asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan sikap tergantung kepada kualitas stimulus
atau ransangan kepada organisme yang dituju. Apakah stimulus
tersebut kredibel atau tidak, hal tersebut juga akan menentukan
apakah stimulus yang diberikan akan diterima dan dapat
mempengaruhi perubahan sikap dari individu yang merupakan
organismenya atau ditolak dan tidak memberikan pengaruh
apapun.
2.6 Persepsi
2.6.1 Pengertian Persepsi
Teori ini dikemukakan oleh Bem (dalam Shaw dan
Costanzo, 1985). Teori Bem mengenai persepsi dikatakan
sangatlah terbatas, yang berkaitan dengan keadaan yang khusus
mengenai atribusi. Teori persepsi diri adalah teori yang berkaitan
dengan pengertian individu mengenai atribusi dirinya sendiri dan
merupakan laporan atau catatan semacam pengetahuan diri (self
knowledge).Teori Bem lebih kearah model yang terbatas dari
kerangka (frame work) atribusi yang luas, dan merupakan teori
yang bersumber pada independensi teori atribusi.
Persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan informasi
yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Persepsi
sosial individu merupakan proses pencapaian pengetahuan dan
proses berpikir tentang orang lain, misalkan berdasarkan pada
ciri-ciri fisik, kualitas, bahkan pada kepribadiannya.
29
Persepsi merupakan sebuah pengalaman mengenai suatu
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
mengumpulkan informasi dan menafsirkan suatu pesan.Persepsi
memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Baron & Byrne tahun 2004, juga menyebutkan bahwa
persepsi sosial merupakan suatu usaha-usaha seseorang untuk
memahami orang lain, dalam kerangka memperoleh gambaran
menyeluruh tentang intensi, kepribadian, dan motif-motif yang
melingkupi diri orang lain tersebut.
Sementara menurut Branca, 1964, persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan
merupakan suatu proses dimana diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun, proses
tersebut tidaklah berhenti pada saat itu saja. Stimulus tersebut
diteruskan oleh syaraf otak sebagai pusat susunan syaraf, dan
proses tersebut selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena
itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses yang mendahului
terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu
pada saat individu menerima suatu stimulus yang mengenai
dirinya melalui alat indea. Alat indera merupakan suatu
penghubung antara individu dengan dunia luarnya.25
Davidoff di tahun 1981 juga mengatakan bahwa stimulus
yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderanya itu. Proses inilah yang kemudian disebut dengan
25
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) (Yogyakarta: Andi
Offset, 2001), hlm 53
30
persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian
melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi
sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan
diinterpretasikan.
Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan
proses yang mengintegrasi individu terhadap suatu stimulus yang
diterimanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi
itu merupakan proses mengorganisasi, menginterpretasi terhadap
suatu stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan suatu
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena termasuk ke
dalam aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi dan apa
yang ada di dalam dirinya ikut aktif berperan dalam persepsi
tersebut.26
Menurut Davidoff, dengan persepsi individu dapat
mengerti dan menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya, dan juga tentang keadaan keadaan diri individu yang
bersangkutan. Persepsi stimulus dapat berasal dari luar diri
individu maupun dari dalam individu itu sendiri. Meskipun
banyak individu mendapat suatu stimulus yang sama, persepsi
yang muncul pada masing-masing individu tidaklah sama. Hal ini
terjadi karena adanya pengalaman, kemamuan berpikir, kerangka
acuan yang tidak sama antara setiap individu. Hal ini juga
memberikan suatu gambaran bahwa persepsi bersfat individual.
26
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) (Yogyakarta: Andi
Offset, 2001), hlm 54
31
Dalam persepsi sosial, kebanyakan stimulus terletas di
luar orang yang mempersepsi. Objek tersebut bisa sangatlah
bermacam-macam, dapat berupa benda-benda, situasi, dan juga
dapat berwujud manusia.Jika objek yang mempengaruhi persepsi
tersebut adalah benda, maka disebut sebagai things perception
atau non social perception. Sedangkan bila objek tersebut berupa
manusia maka disebut sebagai persepsi sosial atau social
perception.
Tagiuri, 1975 menyebutkan bahwa persepsi sosial
merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang
dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan lain
yangada di dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk
sebuah gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun,
karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan
mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh
kepada yang mempersepsi, dengan demikian dapat dikemukakan
dalam mempersepsi manusia atau individu terdapat dua pihak
yang masing-masing memiliki kemamuan-kemampuan, perasaan,
harapan, dan pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang
lain, yang akan berpengaruh dalam orang yang mempersepsi
manusia atau orang tersebut.
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Robbin (1989) mengatakan terdapat beberapa faktor
utama yang dapat memberi suatu pengaruh terhadap
pembentukan persepsi sosial seseorang. Faktor-faktor tersebut
meliputi aspek berikut, yaitu faktor penerima (the receiver),
32
situasi (situation), dan objek yang menjadi sasaran dari
pembentukan persepsi (the target).27
1. Faktor Penerima
Dapat dikatakan bahwa pemahaman sebagai suatu proses
kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
kepribadian seorang pengamat. Pengalaman dari masa
lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan
pembentukan persepsi seseorang.
2. Faktor Situasi
Dalam faktor situasi, dapat dipilah kembali menjadi tiga
bagian yaitu, seleksi, kesamaan, dan oraganisasi. Proses
seleksi dapar dengan mudah kita pahami dengan melihat
sikap alami individu dimana individu cenderung akan
memusatkan perhatiannya kepada objek-objek yang
disukai ketimbang dengan objek yang tidak disukainya.
Hal ini karena adanya suatu proses kognitif dan disebut
sebagai seleksi.
3. Faktor Objek
Dalam persepsi sosial, objek yang diamati tersebut adalah
orang lain. Ciri-ciri yang terdapat pada suatu objek akan
sangat mempengaruhi terbentuknya persepsi sosial, yaitu,
keunikan suatu objek (novelty), kekontrasan, ukuran dan
intensitas dalam diri objek, dan kedekatan.
27
Fatah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm 37
33
Jalaludin Rachmat juga menyebutkan beberapa faktor
stimulus yang dapat mempengaruhi persepsi adalah sebagai
berikut:28
1. Perhatian (Attention)
Perhatian merupakan suatu proses mental ketika stimuli
atau suatu rangkaian menjadi menonjol dalam kesadaran
ada saat stimuli lainnya melemah.
2. Penafsiran
Dalam penafsiran, terjadi sebuah proses dimana stimuli
akan diproses dan diartikan terhadap sebuah persepsi yang
akan timbul. Proses ini akan mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus atau informasi yang
diperoleh.
3. Pengetahuan
Suatu perubahan-perubahan tentang apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsikan kepada khalayak.
2.6.3 Jenis-Jenis Persepsi
Bimo Walgito membagi persepsi berdasarkan pada objek
persepsi tersebut, yaitu:
● Thing perception (persepsi benda/barang), yaitu persepsi
terhadap suatu objek yang bukan manusia.
● Social perception (persepsi sosial), yaitu persepsi dimana
objek persepsinya adalah manusia atau individu terhadap
diri sendiri (self perception) dengan social perception.
28
Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 51
34
Dimana persepsi sosial itu sendiri meliputi persepsi
terhadap orang lain dan persepsi terhadap interaksi sosial.
2.7 Pakaian Syar’i
2.7.1 Pengertian
Pakaian yang kita gunakan dapat dikatakan sebagai
identitas dalam diri kita sendiri untuk menunjukan kepada orang
lainsiapa kita. Karena hal tersebut akan menunjukan pula
bagaimana sikap kita dan bagaimana seharusnya orang lain
memperlakukan kita.29
Pakaian yang kita kenakan juga dapat menunjukan ciri-
ciri khusus dari penampilan fisik individu seperti nilai-nilai
agama, kebiasaan, nilai kenyamanan, tuntutan pencitraan dimana
hal-hal tersebut mempengaruhi bagaimana kita berdandan.30
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pakaian
itu sendiri merupakan suatu barang yang dikenakan (baju, celana,
aksesoris), sedangkan syar‟i adalah istilah yang diambil dari
Bahasa Arab yang berarti sesuai aturan (syari‟at) atau hukum
agama yang menetapkan peraturan hidup manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan lingkungan sekitar yang
didasarkan kepada al-qur‟an dan hadist.
29
Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Rosdakarya,
2011), hlm 292
30 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar (Bandung: PT
Rosdakarya, 2007), hlm 392
35
Dalam Al-Qur‟an juga banyak disebutkan mengenai
pakaian itu sendiri, salah satunya dalam surat Al-Ahzab : 59,
yang artinya:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Pengertian pakaian syar‟i di Indonesia dapat memiliki
batasan tersendiri oleh masing-masing kelompok atas dasar
keyakinan dan percayaan. Merujuk kepada batasan-batasan
pakaian syar‟i yang digunakan dalam penelitian ini seperti cadar,
gamis hitam, celana cingkrang, peneliti merujuk bahwa definisi
pakaian syar‟i pada penelitian ini merujuk pada ciri-ciri
kelompok yang menganut sunah atau salaf.
Dapat disimpulkan bahwa pakaian syar‟i pada perempuan
adalah pakaian yang menutupi seluruh badan perempuan, bahkan
bisa saja yang terlihat hanya bagian mata saja seperti wanita-
wanita yang mengenakan cadar. Terdapat dua kategori yang
termasuk ke dalam hijab syar‟i:31
1. Hijab harus menutupi dada sebagaimana yang ditulis
dalam Al-Qur‟an QS. An-Nur:31.
2. Hijab harus lebar, tidak transparan, tidak ketat dan
terjulur ke seluruh tubuh.
31
Nurul Afifah, Pakaian Syar‟i, Media, dan Konstruksi Kesalehan Perempuan
(IIQ An Nur: Sosiologi Reflektif, Vol 13, No. 1), hlm 56
36
2.8 Kerangka Pemikiran
Pengaruh persepsi masyarakat dapat dipengaruhi oleh
berita-berita di media online terkait terorisme. Pasalnya, tidak
jarang berita-berita tersebut cenderung memojokan muslim dan
muslimah yang berpakaian syar‟i.
Peneliti menggunakan teori stimulus-organism-response
(SOR), dimana pada dasarnya media massa menjadi suatu alat
yang memberikan sebuah stimulus kepada khalayak sehingga
terpaan tersebut dapat merubah pandangan ataupun sikap
masyarakat.
Terpaan atau media exposure dalam penelitian ini adalah
pemberitaan terorisme yang terpapar kepada individu atau
kelompok yang diukur melalu atensi, daya tari dan isi pesan, akan
menjadi suatu stimulus yang mempengaruhi terbentuknya
persepsi individu.
Dengan hadirnya media massa online, informasi-
informasi dapat tersebar lebih luas, cepat, dan efektif. Hal
tersebut juga yang menjadi suatu kelebihan dari media online
dibanding yang lainnya.
Terlepas dari segala kelebihannya, media online yang juga
sangat cepat dan up to date dalam menyebarkan informasi
terkadang menjadi boomerang. Kehadirannya juga membuat
huru-hara karena proses penyebaran informasi yang
mementingkan asas kecepatan dan meninggalkan ketepatan.
Proses double checking, cover both side, bahkan diksi
yang seharusnya diperhatikan seorang penggiat media luntur
37
dalam pemberitaan media online. Termasuk dalam pemberitaan
terorisme di media online.
Isu terorisme di Indonesia marak terjadi. Seringkali
tersangkanya merupakan sekelompok orang yang menggunakan
pakaian-pakaian yang diisyaratkan sebagai pakaian syar‟i. Proses
pemberitaan terorisme yang mengaitkan simbol-simbol pakaian
syar‟i bisa menimbulkan timbulnya persepsi baru kepada
masyarakat.
Pemberitaan terorisme yang menyebutkan simbol-simbol
pakaian syar‟i yang dalam hal ini dibatasi hanya sebatas cadar,
gamis bewarna gelap, hijab panjang, celana cingkrang, dan
janggut dapat menimbulkan sebuah pandangan atau persepsi yang
cenderung negatif terhadap yang memakainya.
Melihat hal tersebut, peneliti mengaitkan dengan teori
Stimulus-Organism-Responses (S-O-R) yang dikembangkan oleh
Melvin De Fleur.
Dalam teori S-O-R dijelaskan bahwa terdapat sebuah
stimulus yang dalam hal ini peneliti kaitkan dengan berita-berita
terorisme. Kemudian stimulus tersebut akan dipaparkan kepada
organisme yang terpapar dan stimulus tersebut kemudian akan
menimbulkan suatu efek terhadap organismenya.
Suatu paparan dari stimulus tersebut akan memberikan
efek jika komunikan tertarik dan memahami stimulus yang
diberikan. Jika stimulus lebih kuat disbanding pemahanaman
terdahulunya diterima, makan akan diketahui persepsi yang
terbentuk terhadap pakaian syar‟i pada mahasiswa.
38
Persepsi itu sendiri merupakan suatu proses organisasi,
interpretasi dari sebuah stimulus yang diterima dan menghasilkan
sebuah sesuatu yang berarti dari proses interpretasi tersebut.
Mengacu pada penjabaran teori-teori di atas, dalam
meneliti dan menguji terpaan berita terorisme terhadap persepsi
pakaian syar‟i, dapat digambarkan kerangka berfikir
menggunakan skema teori S-O-R sebagai berikut.
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Sederhana
Stimulus
Terpaan Berita
Terorisme (X)
Organisme
Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Tahun 2015
Responses
Persepsi Pakaian Syar‟i (Y)
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan sebagai suatu pola
pikir yang akan menunjukan hubugan antara variable yang akan
diteliti dan sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan
masalah yang perlu diketahui melalui penelitian, teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis dan teknik analisis statistik yang digunakan.
Paradigma yang akan digunakan peneliti adalah penelitian
positivistik/kuantitatif yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa
suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala itu
bersifat sebab-akibat (kausal). Paradigma ini pada akhirnya dapat
diartikan sebagai suatu pola pikir atau kerangka berpikir yang
akan menunjukan suatu keterlibatan atau hubungan antara
variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis
dan rumusan masalah yang perlu dijawab melalui sebuah
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, teknik analaisis statistik yang akan
digunakan.32
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian
Berdasarkan pemaparan paradigma diatas, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA
CV, 2018), hlm 42
40
merupakan sebuah penelitian yang menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digenarilisasikan
dan merupakan sebuah representasi dari populasi yang ada.33
Pendekatan kuantitatif disebut juga sebagai metode
scientific/ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah
yaitu konkit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis.Pendakatan kuantitatif juga disebut sebagai metode
discovery karena dari sinilah ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru.34
Peneliti menggunakan metode penelitian dalam
eksperimen ini. Metode eksperimen adalah metode yang memiliki
tujuan untuk mencari pengaruh dari suatu perlakuan terhadap hal
lain dalam kendali peneliti. Metode ini dibagi mejadi beberapa
macam, yaitu Pre-Experimental Design, True Experimental
Design, Factorial Experimental, dan Quasi Experimental.35
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Pre-
Experimental dengan desai One-Shot-Case Study. Metode Pre-
Experimental merupakan metode penelitian yang tidak sungguh-
sungguh. Hal ini disebabkan karena terdapat variabel luar yang
mempengaruhi variabel dependen, tidak adanya variabel kontrol
dan sampel yang dipilih secara random. Sehingga hasil dari
eksperimen ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh variable
independen.
33
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), hlm 55
34 Sugiyono, op.cit., hlm 7
35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm 73
41
Desain One-Shot Case Study adalah desain penelitian
yang menguji suatu kelompok responden dengan memberikan
suatu stimulus tertentu dan kemudian diberikan daftar pertanyaan
dalam bentuk kuesioner untuk mengetahui hasilnya.36
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015 yang terletak di Jl. Ir
H. Juanda No.95, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Peneliti
membatasi waktu penelitian mulai dari 15 Juli 2019-30 Oktober
2019.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan responden yang memahami
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang
memahami objek penelitian, sedangkan objek penelitian
merupakan sasaran atau target dalam penelitian. Subjek dalam
penelitian in adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2015.
Sedangkan objek penelitian ini adalah persepsi pakaian
syar‟i mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
pemberitaan terorisme di media online.
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi Penelitian
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm 74-75
42
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu population,
yang memiliki arti jumlah penduduk. Dalam sebuah penelitian,
populasi merupakan sebuah keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan lain sebagainya,
sehingga objek yang disebutkan dapat menjadi suatu sumber data
penelitian.
Jika dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka
populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:37
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang
menjadi anggota populasi, memilii sifat-sifat yang relatif
sama satu lainnya. Ciri yang menonjol dari populasi
homogen adalah, tidak adanya suatu perbedaan hasil tes
dan jumlahtes populasi yang berbeda, dalam kata lain,
gejala yang timbul pada satu kali percobaan merupakan
gejala yang timbul pada seratus kali lebih tes terhadap
populasi yang sama.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota
populasi relatif memilki sifat-sifat individual, dimana sifat
tersebut membedakan antara satu individu dengan
individu yang lainnya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2015 yang berjumlah 5.252 mahasiswa. Peneliti memilih
37
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hlm 100
43
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai populasi
penelitian karena menganggap mempunyai latar belakang agama
Islam yang heterogen dan menjadi salah satu target dalam
penelitian. Peneliti menganggap dengan menggunakan responden
yang disebutkan diatas dapat memahami dari isi berita terorisme.
Tabel 1 Populasi Mahasiswa UIN Jakarta
Angkatan Jumlah Mahasiswa
2015 5.252
Sumber: http://biropk.uinjkt.ac.id
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan sebuah bagian dari jumlah dan
karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi dengan adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan
lain sebagainya, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi yang ada. Sampel yang diambil dari
populasi juga harus benar-benar mewakili atau representatif.38
Penentuan sampel penelitian ini menggunakan rumus
slovin sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
E = Nilai persisi (10%) 38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA
CV, 2018), hlm 80
𝑛 =N
1 + Ne2
44
Berdasarkan rumus diatas kemudian diperoleh jumlah
sampel sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan data di atas, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Sampel
pada penelitian ini berasal dari berbagai fakultas di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mulai dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Syariah dan Hukum, Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Sains dan Teknologi, Adab dan Humaniora,
Ekonomi dan Bisnis, Psikologi, Ilmu Sosial dan Politik, sampai
Fakultas Kedokteran.
3.6 Teknik Pengumpulan Sampel
Teknik sampling merupakan suatu teknik pengambilan
sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian. Terdapat dua jenis teknik sampling yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu, probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan samel yang memberikan peluang yang sama bagi
𝑛 =N
1 + Ne2
𝑛 =5.252
1+5.252 0,12
𝑛 =5.252
52,52
𝑛 = 98,1 ≈ 100
45
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan
sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap anggota untuk menjadi anggota sampel.39
Peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling
pada penelitian ini sehingga pengambilan sampel tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan
jenis sampling yang akan digunakan peneliti adalah sampling
insidental.
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
dengan sumber data.40
3.7 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Hatch dan Farhady (1981) mengatakan secara
teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA
CV, 2018), hlm 84
40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA
CV, 2018), hlm 85
46
atau objek, yang mempunyai variasi antara satu dengan yang
lainnya.41
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variable
bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam adalah
variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada
variabel tergantung. Variabel bebas berada dalam posisi yang
„terbebas‟ dari pengaruh variabel tergantung.42
Sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang „dipengaruhi‟ oleh variabel
bebas. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
3.7.1 Variabel Bebas (X) Terpaan Media
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Terpaan Berita
Terorisme di Media Online. Dapat disimpulkan bahwa variabel X
pada penelitian ini adalah kegiatan melihat dan membaca tulisan,
gambar pada pemberitaan terorisme di media online oleh
mahasiswa UIN Jakarta. Dalam variabel ini terdapat tiga dimensi
sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
a. Intensitas
Mengetahui jumlah keseluruhan waktu yang digunakan
oleh mahasiswa untuk membaca berita-berita terorisme di
media online. Hal ini dapat diukur dengan melihat
frekuensi dan durasi mahasiswa UIN Jakarta dalam
mengakses berita-berita tersebut.
b. Isi pesan
41
Ibid., hlm 38
42 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hlm 62
47
Mengetahui pemahaman mahasiswa UIN Jakarta terhadap
isi pemberitaan terorisme di media online baik pada
headline atau judul berita, maksud dari isi berita hingga
diksi yang digunakan dalam pemberitaan terorisme.
Mengetahui bagaimana mahasiswa UIN Jakarta mencerna
pemberitaan terorisme di media online.
c. Daya Tarik
Mengetahui minat dan ketertarikan mahasiswa UIN
Jakarta terhadap pemberitaan isu-isu terorisme di media
online.
3.7.2 Variabel Terikat (Y) Persepsi Pakaian Syar’i
Variabel terikat pada penelitian ini adalah persepsi busana
syar‟i pada mahasiswa UIN Jakarta. Disimpulkan bahwa persepsi
pakaian syar‟i adalah segala suatu upaya yang dilakukan
mahasiswa UIN Jakarta untuk memahami bentuk, jenis, simbol-
simbol, makna ataupun arti dari pakaian syar‟i perempuan dan
laki-laki.
Terdapat tiga indikator dalam penelitian ini berdasarkan
tinjauan teori yang dijabarkan sebelumnya. Indikator yang
digunakan untuk menghitung variabel persepsi pakaian syar‟i
adalah sebagai berikut:
a. Tanggapan (Respon)
Kesan, pandangan dan kenangan mahasiswa UIN Jakarta
mengenai pakaian syar‟i baik yang berada dalam bawah
sadar maupun tidak. Kesan dan pandangan yang akan
dilihat adalah kesan atau pandangan terdahulu individu
48
yang terbentuk sejak lama dan sesudah individu terpapar
pemberitaan berita terorisme di media massa online.
b. Pendapat
Dugaan, perkiraan, sangkaan, pendapat dan anggapan
mahasiswa terhadap pakaian syar‟i baik sesudah maupun
sebelum terpapar pemberitaan terorisme di media online.
c. Penilaian
Pembentukan dari penilaian dan pendapat dari mahasiswa
terhadap pakaian syar‟i yang dihasilkan dari stimulus
yang pada akhirnya membentuk suatu pandangan pada
masing-masing individu di UIN Jakarta.
3.8 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Koentjaraningrat, definisi operasional adalah
suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan
yang dapat diuji dan ditentukan kebenaranya dengan orang lain.43
Definisi Operasional dalam penelitian ini terdiri dari
defini operasional dari dua variabel. Yaitu variabel x dalam
penelitian ini adalah terpaan pemberitaan teorisme di media
massa online dan variabel y yaitu persepsi pakaian syar‟i. Berikut
operasional variabel pada tabel sebagai berikut:
43
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri, 2013), hlm 111
49
Tabel 2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
VARIABEL INDIKATOR DESKRIPSI
TERPAAN
BERITA
TERORISME
DI MEDIA
ONLINE
Intensitas Membaca berita terorisme
lebih dari 1 media online
sebanyak lebih dari 5x.
Isi pesan Mencerna dan mengerti isi
dari berita-berita terorisme di
media online.
Daya Tarik Ketertarikan terhadap isu
terorisme di media online saat
terjadi aksi terror.
PERSEPSI
PAKAIAN
SYAR’I
PADA
MAHASISW
A UIN
JAKARTA
Tanggapan Kesan awal dari mahasiswa
terhadap pakaian syar‟i.
Pendapat Anggapan atau pendapat
sebelum atau setelah
membaca berita terorisme.
Penilaian Menilai suatu makna pakaian
syar‟I untuk dasar pemikiran
masing-masing mahasiswa.
3.9 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu tahapan
yang penting dalam penelitian. Dengan mengumpulkan data yang
tepat dan akurat, maka proses penelitian dan hasil penelitian yang
dilakukan akan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah
yang sudah ditetapkan. Terdapat dua jenis sumber data yang
50
dapat dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian
kuantitatif, yaitu:44
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang sumbernya berasal dari
sumber utama atau asli. Data primer bukanlah data yang
berbentuk file-file dan sebagainya, melainkan harus dicari
melalu responden yang sudah ditetapkan.45
Data primer
pada penelitian ini adalah kuesioner atau angket.
Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi
oleh responden. Pertanyaannya dapat berupa pertanyaan
tertutup atau angket terbuka yang jawabnnya bersifat
terbuka sehingga responden dapat menuliskan jawaban
mereka sendiri.46
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia
sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data
yang sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini bersumber dari studi kepustakaan dengan
mempelajari penelitian, jurnal, buku terdahulu.
44
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm 132
45 Ibid.
46 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hlm 122
51
3.10 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner
dengan skala pengukuran skala likert. Skala likert adalah skala
diferensial semantik (semantic differential-tye scale) yang
digunakan untuk mengetahui tiga faktor umum yang mencakup
aktivitas, potensi, dan evaluasi yang digunakan untuk mengukur
sikap seseorang.
Tabel 3 Skala Likert
Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju 1 5
Tidak Setuju 2 4
Kurang Setuju 3 3
Setuju 4 2
Sangat Setuju 5 1
Dengan menggunakan skala likert terdapat sebuah
keragam skor (variability Of Score) karena penggunaan skala 1-4
yang dapat menggambarkan secara mendalam ekspresi dan dan
tingkatan pendapat responden. Dengan skala likert tersedia
pilihan jawaban untuk responden dengan jawaban yang setuju,
netral, tidak setuju, ataupun ragu-ragu.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa
angket atau kuesioner yang diberikan kepada Mahasiswa-
mahasiswi UIN Jakarta angkatan 2015.
52
Tabel 4 Blue Print Terpaan Terpaan Pemberitaan
Aspek Indikator Item Jumlah
Intensitas Banyaknya jumlah berita
terorisme yang dibaca.
1,3 2
Banyaknya media online yang
dituju untuk membaca berita.
2 1
Isi Pesan Pemahaman isi berita terorisme. 4,5 2
Daya
Tarik
Daya tarik terhadap isu terorisme 6 1
Daya tarik terhadap berita
terorisme.
7,8 2
Jumlah item sebelum uji validitas 8
Tabel 5 Blue Print Persepsi Pakaian Syar’i
Aspek Indikator Item Jumlah
Tanggapan Tanggapan awal
terhadap pakaian syar‟i.
8,9,10,11,
12
5
Tanggapan terhadap
pakaian syar‟i sesudah
membaca berita-berita
terorisme.
13 1
Pendapat Dugaan atau sangkaan
terhadap pakaian syar‟i.
14,15 2
Penilaian Penilaian akhir mengenai
persepsi pakaian syar‟i.
16,17,18,
19,20
5
Jumlah item sebelum uji validitas 13
53
3.11 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang digunakan, maka peneliti
merumuskan hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh terpaan pemberitaan terorisme di
media online terhadap persepsi pakaian syar‟i pada mahasiswa.
Ha : Ada pengaruh terpaan pemberitaan terorisme di media
online terhadap persepsi pakaian syar‟i pada mahasiswa.
3.12 Uji Instrumen
3.12.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu cara yang dapat
menunjukan sejauh mana alat ukur penelitian mampu mengukur
sesuai dengan apa yang ingin peneliti ukur. Setelah peneliti
membuat pertanyaan kuesioner, selanjutnya peneliti harus
menguji apakah kuesione tersebut dinyatakan valid atau tidak
kepada gambaran responden.47
Jika instrument yang dibuat
dinyatakan valid, maka instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.48
Sebelum menguji validitas secara statistic, peneliti juga
menguji alat ukur ini dengan uji validitas isi (Content Validity)
dengan melibatkan seorang expert. Dalam hal ini peneliti
melakukan expert judgement dengan salah satu Dosen Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yaitu Dr. Suhaimi, M.Si.
Selain melakukan expert judgement dengan dosen ahli, peneliti
47
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan SPSS, hlm 46
48 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm 121
54
juga melakukan uji coba kuesioner penelitian terhadap 5
responden bayangan yang sesuai dengan kriteria.
Hasil yang diperoleh setelah melakukan expert judgement
dengan Dr. Suhaimi, M.Si adalah daftar pertanyaan yang dibuat
sudah mewakili dari kisi-kisi yang disebutkan. Namun, pemilihan
kata pada item yang dirasa terlalu mengarahkan responden untuk
menjawab „saya sangat setuju‟ pada kuesioner. Peneliti diminta
meninjau kembali dan mengubah diksi yang digunakan jika
memang diperlukan. Selain itu pemilihan kata „pemikiran-
pemikiran keras terhadap ajaran islam‟ dirasa kurang tepat dan
menyarankan untuk diubah menjadi „pemikiran islam garis
keras‟. Beliau juga menyarankan untuk menggunakan alat ukur
nasional agar lebih mudah.
Peneliti juga menguji kepada lima orang teman sebelum
kuesioner disebarkan. Tiga dari lima orang menyebutkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner mereka
mengerti dan menganggap tidak ada masalah dalam daftar
pertanyaannya. Sedangkan dua dari lima mengatakan bahwa kata
„radikal‟ dalam kuesioner terlalu sulit untuk didefinisikan bagi
responden nantinya dan menyarankan untuk mengganti diksi
yang digunakan.
Selanjutnya, peneliti melakukan uji validitas terhadap
instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik. Peneliti menggunakan metode Confimatory Factor
Analysis (CFA). CFA merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengukur validitas konstruk. dan bukan menjadi sarana
untuk pengukuran data. Suatu validitas konstruk akan didukung
55
jika struktur faktor yang paling memadai merupakan suatu teknik
dari analisis faktor konfirmatori.
3.12.2 Teknik Analisis Data
3.12.2.1 Uji Koefisien Determinasi
Hal pertama yang dilakukan adalah mencari koefisien
determinasi atau R Square (R2) untuk mengetahui proporsi besar
pengaruh dari variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian ini
menggunakan software IBM SPSS Statistics 20. Setelah
mendapat koefisien determinasi (R2), selanjutnya adalah melihat
nilai signifikansi (Sig.). Untuk mengetahui nilai signifikansi
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji regresi linear
sederhana untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3.12.2.2 Uji Regresi Linear Sederhana
Peneliti menggunakan teknik analisis regresi sederhana
untuk melakukan uji hipotesis dalam penelitian ini. Pengujian
analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan software
IBM SPSS Statistics 20. Analisis regeresi sederhana dilakukan
untuk mengetahui nilai signifikan (Sig.) dari variabel yang diteliti
yang akan menunjukan apakah independent variable
mempengaruhi dependen variable secara significant atau tidak.
Uji regresi linear sederhana merupakan cara untuk
mengetahui suatu hubungan dan hanya dapat digunakan pada satu
variabel independent dan satu variabel dependen. Jika penelitian
tersebut memiliki lebih dari satu variabel, maka analisisnya
56
menggunakan regresi linear berganda.49
Regresi linear sederhana
bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar nilai variabel
dependen yang telah dipengaruhi oleh variabel independent.50
Rumus uji regresi linear sederhana adalah
sebagai berikut.51
Keterangan:
Y : variabel tidak bebas
X : variabel bebas
: nilai konstan
b : koefisien regresi
Nilai dihitung dengan rumus:
= ∑ (∑ 2) ∑ ∑
∑ 2 (∑ )2
Nilai b dihitung dengan rumus:
= ∑ ∑ ∑
∑ 2 (∑ )2
49
Juliansyah Noor, Metodelogi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, hlm 179
50 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan SPSS, hlm 379
51 Rachmat kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, hlm 185
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋
57
BAB IV
HASIL DAN ANALISISIS DATA
4.1 Hasil Uji Instrumen
Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan
penyebaran kuesioner secara online menggunakan Google Form
kepada responden dengan kriteria Mahasiswa-mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2015 sebanyak 100
orang.
4.1.1 Hasil Uji Validitas
4.1.1.1 Uji Validitas Terpaan Berita Teror
Peneliti menguji delapan item dari aspek terpaan berita
terorisme. Setelah mendapat nilai P-value > 0.05 dapat
dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima.
Dengan artian seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
terpaan pemberitaan terorisme. Peneliti juga melihat nilai dari
item-item secara signifikan dan menentukan apakah item tersebut
perlu untuk didrop atau tidak.
Pengujian ini dilakukan menggunakan analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor. Setelah mendapat nilai P-
value>0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor
diterima, seperti yang termuat pada tabel di bawah ini. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat t-value atau nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor.
58
Tabel 6 Muatan Faktor Terpaan Berita Terorisme
No Item Lambda Standar Eror t-value Ket
1 0,59 0,10 6,06 Valid
Valid 2 0,44 0,10 4,27
3
4
5
0,53 0,10 5,46 Valid
0,80 0,09 9,26 Valid
0,63 0,09 6,68 Valid
Valid
Valid
6 0,65 0,09 7,02
7 0,89 0,08 10,54
8 0,72 0,09 7,72 Valid
Berdasarkan tabel 6 di atas, peneliti melihat muatan faktor
item apakah menyatakan muatan positif atau negatif. Berdasarkan
data di atas, delapan item variabel terpaan pemberitaan terorisme
tidak terdapat item yang bernilai negatif.
Hal ini dapat dilihat dari nilai t bagi koefisien muatan
faktor seluruh item valid karena nilai t > 1,96. Oleh sebab itu
tidak terdapat item yang didrop.
4.1.1.2 Uji Validitas Persepsi Pakaian Syar’i
Peneliti menguji dua belas item dari aspek terpaan
persepsi pakaian syar‟i. Setelah mendapat nilai P-value > 0.05
dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima.
Peneliti juga melihat nilai dari item-item menentukan apakah
item tersebut signifikan atau tidak. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat nilai t seperti yang termuat dalam tabel 7 di
bawah ini.
59
Tabel 7 Muatan Faktor Terpaan Berita Terorisme
No Item Lambda Standar Eror t-value Ket
1 0,88 0,08 10,87 Valid
Valid 2 0,68 0,09 7,58
3
4
5
0,21 0,10 2,05 Valid
0,52 0,10 5,29 Valid
0,84 0,08 10,04 Valid
Valid
Valid
6 0,88 0,08 11,00
7 0,80 0,08 9,46
8 0,47 0,10 4,47 Valid
9 -0,44 0,10 -4,44 Tidak Valid
10 0,66 0,09 7,27 Valid
11 0,52 0,10 5,30 Valid
12 0,39 0,10 3,90 Valid
Berdasarkan Tabel 7, peneliti melihat muatan item apakah
terdapat muatan positif atau negatif. Diketahui dari hasil uji di
atas, item 9 memiliki muatan negatif dengan nilai t < 1,96. Oleh
sebab itu item 9 akan didrop.
4.2 Uji Deskriptif Variabel
4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam analisis statistik deskriptif pada penelitian ini,
digunakan skor faktor. Skor faktor dapat diperoleh dengan
mengubah semua item yang ada pada dimensi yang sama menjadi
satu faktor yang disebut factor score pada SPSS. Setelah
60
menganalisis analisis deskriptif, didapatkan distribusi frekuensi
dengan titik minimum, maksimum dan standar deviasi seperti
yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai mean
sebesar 50 untuk setiap variabel sebagai usaha untuk meletakan
raw score pada skala yang sama dengan tujuan menghilangkan
skor negatif di dalam data. Pada kolom minimum dan maximum
pada tabel di atas menjelaskan nilai minimum dan maksimum
dalam setiap variabel.
Dari data tabel di atas diketahui bahwa variabel terpaan
berita terorisme memiliki skor terendah yaitu 18,81 dan skor
tertinggi adalah 67,00. Variabel persepsi pakaian syar‟i memiliki
skor terendah yaitu 36,93 dan skor tertinggi yaitu 76,63.
4.2.2 Terpaan Berita Terorisme
Tabel 9 Hasil Uji Deskriptif Terpaan Berita Terorisme
61
Berdasarkan tabel di atas, terdapat kategori skor dari 1,00
– 3,00 atau dapat dikatakan rendah - tinggi. Dari tabel di skor
tertinggi sebanyak 16%, skor sedang sebanyak 69% dan skor
terendah sebanyak 15%.
Dari data tersebut variabel terpaan berita terorisme
memiliki skor sedang paling tinggi sebanyak 69%. Maka dapat
dinyatakan bahwa variabel terpaan berita terorisme dominan
sedang.
4.2.3 Deskriptif Persepsi
Tabel 10 Hasil Uji Deskriptif Terpaan Berita Terorisme
Berdasarkan tabel di atas, kategori skor tertinggi sebanyak
17%, skor sedang sebanyak 65% dan terendah sebanyak 18%.
Dari persentasi berikut, variabel persepsi pakaian syar‟i memiliki
skor sedang paling tinggi. Maka dapat dinyatakan bahwa variabel
ini dominan sedang.
62
4.3 Analisis Data Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Koefisien Determinasi
Tabel 11 Hasil Koefisien Determinasi
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa R-Square sebesar
0,021 atau 2,1%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh terpaan
pemberitaan terorisme di media online terhadap persepsi pakaian
syar‟i pada mahasiswa sebesar 2,1%. Sedangkan 97,9%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain pemberitaan terorisme
di media online.
4.3.2 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan perolehan data yang diolah menggunakan
software IBM SPSS Statistics 20, telah didapat hasil seperti pada
tabel di atas. Berikut adalah persamaan regresinya:
Y = 42,815 + 0,144 X
63
Dari persamaan regresi di atas, dapat nilai variabel
persepsi pakaian syar‟i (y) jika tidak terpengaruh variabel
pemberitaan terorisme (x) sebesar 42,815. Namun apabila
intensitas terpaan pemberitaan terorisme terkena suatu perubahan
yang konstan, maka nilai variabel persepsi pakaian syar‟i (y)
hanya akan mengalami kenaikan sebesar 0,144 atau 14,4%.
4.4 Diskusi dan Hasil Pembahasan
Dari hasil analisis data pada uji regresi linear sederhana
menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara terpaan
pemberitaan terorisme terhadap persepsi pakaian syar‟i pada
mahasiswa. Hal ini menunjukan adanya keselarasan dengan
asumsi teori yang digunakan oleh peneliti, yaitu teori S-O-R.
Teori S-O-R menyebutkan bahwa untuk melihat besar
atau kecilnya suatu pengaruh dapat dilihat dari isi dan pesan yang
disampaikan di dalam stimulus tersebut. Bukan dilihat dari
frekuensi atau seberapa sering responden membaca berita di
banyak media online. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
responden yang membaca berita terorisme dari banyak media
online, tetapi tidak mempengaruhi persepsi responden secara
signifikan.
Sehubung dengan teori S-O-R, penelitian ini menunjukan
bahwa pembentukan dan perubahan persepsi dari responden tidak
semata-mata langsung dipengaruhi oleh stimulus berupa
pemberitaan terorisme di media massa online. Proses
pembentukan persepsi terbentuk dari berbagai macam faktor, baik
faktor internal maupun external. Pemberitaan terorisme di media
64
massa merupakan sebuah faktor external yang dapat
mempengaruhi perubahan persepsi, namun persepsi itu sendiri
terbentuk dari berbagai proses dan latar belakang responden yang
berbeda satu sama lain.
Teori ini juga menjelaskan bahwa untuk mempengaruhi
sikap dalam hal ini adala persepsi, stimulus yang diberikan harus
lebih kuat disbanding pengetahuan atau pengalaman terdahulu
dari komunikan itu sendiri. Sehingga stimulus yang diterima
dapat merubah persepsi tersebut.
Hal lain juga berhubungan dengan pembentukan persepsi
pada masing-masing individu. Menurut Davidoff untuk
membentuk suatu persepsi terhadap individu diperlukan sebuah
stimulus baik dari dalam ataupun luar individu itu sendiri.
Namun, hal yang perlu digaris bawahi bahwa meskipun setiap
individu mendapatkan sebuah stimulus yang sama, persepsi yang
akan timbul pada masing-masing individu akan berbeda. Hal ini
disebabkan karena kerangka acuan dari setiap individu berbeda
satu sama lain. Baik itu karena adanya pengalaman dan
kemampuan berfikir.
Selain itu, responden penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan mahasiswa-mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang lebih terbuka dan bertoleransi terhadap
keanekaragaman baik budaya ataupun keyakinan dalam agama
Islam. Terdapat banyak keragaman yang ada di dalam UIN Syarif
Hidayatullah itu sendiri. Baik suatu yang dibungkus dengan nilai
dan kepercayaan atau budaya masing-masing. Pemahaman yang
lebih luas tentang islam itu, pengalaman yang beraneka ragam,
65
dari segi lingkungan pun membuat persepsi yang mungkin
seharusnya terbentuk menjadi lemah karena kerangka yang sudah
ada tersebut.
Hal ini juga berkaitan dengan faktor stereotip yang
dimiliki masing-masing individu. Stereotip itu sendiri sudah
terbentuk dan dimiliki masing-masing orang sejak lama. Dimana
faktor didikan keluarga, lingkungan sekitar, pengalaman
terdahulu sudah melekat erat dan memiliki stereotipnya masing-
masing.
66
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa terhadap
penelitian Pengaruh Terpaan Pemberitaan Terorisme terhadap
Persepsi Mahasiswa pada Pakaian Syar‟i, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan peneliti,
hasil menunjukan bahwa terpaan berita terorisme di media massa
online memiliki pengaruh yang lemah terhadap persepsi pakaian
syar‟i pada mahasiswa dengan nilai R-Square sebesar 0,021 atau
2,1%.
Artinya, persepsi pakaian syar‟i mahasiswa yang
dipengaruhi pemberitaan terorisme di media massa online hanya
sebesar 2,1% dan sisanya 97,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima yaitu,
terpaan pemberitaan terorisme di media massa online tidak
mempengaruhi persepsi pakaian syar‟i pada mahasiswa.
Pengaruh yang lemah pada penelitian ini bisa dikarenakan
dampak dari stimulus kepada respon tidak kuat. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pemilihan sampel yang
merupakan mahasiswa-mahasiswi UIN Jakarta yang beragama
Islam, responden dianggap sudah paham dan bukan lagi seorang
awam agama, latar belakang dari masing-masing responden juga
bisa mempengaruhi.
68
5.2 Saran
Setelah kesimpulan dari penelitian di atas, berikut saran-
saran dari peneliti:
5.2.1 Saran Metodologis
1) Untuk para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
persepsi pakaian syar‟i, bisa lebih mengembangkan alat
ukur yang akan digunakan. Penentuan responden yang
lebih beragam dan luas juga dapat membuat penelitian
lebih signifikan dan kredibel.
2) Untuk para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
persepsi pakaian syar‟i mungkin bisa membuat batasan
dan klasifikasi pakaian syar‟i lebih jelas dan lebih
diklasifikasikan.
3) Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti persepsi
pakaian syar‟i dan pemberitaan terorisme mungkin bisa
menggunakan desain penelitian pretest-post test agar lebih
dapat membedakan pengaruh sebelum dan sesudah
menerima terpaan pemberitaan terorisme.
4) Untuk para peneliti selanjutnya mungkin bias
menambahkan stereotip atau variable lain yang
berhubungan secara signifikan dapat mempengaruhi suatu
persepsi individu.
5.2.2 Saran Praktis
1) Untuk para penggiat media, peneliti berharap untuk lebih
bisa cermat dalam menulis berita dan menggunakan
kaidah dan etika jurnalistik yang baik dan benar. Hal
69
tersebut untuk menghindari penggiringan opini publik
oleh para penggiat media.
2) Untuk mahasiswa-mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
maupun mahasiswa lainnya di Indonesia. Selalu hargai
sesama dan hidup selaras dengan kedamaian. Junjung
toleransi yang baik. Perkuat keimanan dan keyakinan
masing-masing.
3) Untuk masyarakat Indonesia, jadilah audience yang lebih
hati-hati dan bijak dalam menerima informasi di media
sosial. Jangan mudah terprovokasi dan justru memecah
belah kerukunan. Hindari rasa arogan, rasa diri paling
benar, dan sebagainya. Ciptakan lingkungan yang sehat
dengan saling terbuka dan menghargai keberagaman.
71
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nurul. 2018. "Pakaian Syar'i, Media, dan Konstruksi Kesalehan
Perempuan ." Sosiologi Reflektif 56.
Ahmadi, Abu. 1982. Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu.
Ardianto, Elvinaro, Komala, and Lukiati. 2005. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, Edisi ke dua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bhrem. 1996. Social Psychology. USA: McGrawhill inc.
Bungin, Burhan. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fauzi, Ahmad. 2016. "Pakaian Wanita Muslimah dalam Perspektif
Hukum Islam." Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 1, No. 1
IQTISHODIA.
Gerungan, WA. 1998. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Harahap, Arifin S. 2005. Jurnalistik Televisi (Teknik Memburu dan
Menulis Berita Televisi). Jakarta: PT INDEKS.
Hunawarman, Fatah. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. 2010. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
JB, Wahyudi. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta:
Pustaka Utama Grafika.
Kriyanto, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Group.
MA, Morissan. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia
Indonesia.
72
Manchanda. 2010. "Media-mediated Public Discourse on 'Terrorism'
and Suspect Communities Economic." Economic and Political
Weekly 45.
McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory, 4 th Edition.
London: Sage Publication.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari Moderasi,
Keutamaan, dan Kebangsaan. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: KENCANA
PRENADA GROU.
Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi . Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Prasetyo, Bambang. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan
Aplikasi. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetyo, Bambang, and Miftahul Lina . 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Depok: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Rakhmat, Djalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Sarwono, Sarito W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba
Humaika.
Saverin, Warner J., and James W. Tankard. 2007. Teori-Teori
Komunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media
Massa. Jakarta: Penerbit Kencana.
73
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Shoemaker, Pamella J., and Stephen D Reese. 1996. Mediating The
Messages, Theories of Influence on Mass Media Content. USA:
Longman Publisher.
Singarimbun, Masri, and Effendi Sofian. 2008. Metode Penelitian
Survei. Jakarta: LP3ES.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
—. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi
dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta: Bumi Aksara.
Soehoet, Hoeta. 2002. Teori Komunikasi 2. Jakarta: IISIP.
Sugiyono. 2018. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA CV.
Sumardita, AS Haris. 2005. Jurnalisti Indonesia Menulis Berita dan
Feature Panduan Praktis Jurnalisme Profesional. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Tapsell, Ross. 2012. "Politics and The Press in Indonesia." Media Asia
110.
TD, Nelson. 2002. The Psychology of Prejudice. USA: Allyn&Bacon.
Walgito, Bimo. 1978. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta:
Andi Offset.
http://biropk.uinjkt.ac.id/perkembangan-mahasiswa-baru-tahun-
2015-s-d-2018/
74
https://www.voaindonesia.com/a/serangan-11-september-17-
tahun-islam-pesat-amerika/4565839.html
https://www.uinjkt.ac.id/id/rektor-uin-jakarta-harus-jadi-rumah-
moderasi-beragama/
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414341083.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 2
Surat Bimbingan Skripsi
78
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Assalammu'alaikum Wr, Wb
Saya Salsabila Azhar mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kuesioner ini dibuat dalam rangka
melengkapi data penelitian akhir saya berjudul "Pengaruh
Terpaan Pemberitaan Terorisme di Media Online terhadap
Persepsi Pakaian Syar'i pada Mahasiswa".
Adapun kriteria responden dalam pengisian kuesioner ini adalah
mahasiswa-mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah tahun 2015.
Saya selaku peneliti, mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner ini. Semoga segala niat dan perbuatan baik teman-
teman dibalas oleh Allah SWT.
Terimakasih.
Wassalammu'alaikum Wr, Wb
Data Diri
Nama : …………………………………..
Jenis kelamin : …………………………………..
OVO/GOPAY : …………………………………..
Jurusan – Fakultas : …………………………………..
80
Terpaan Pemberitaan
Petunjuk:
Berilah tanda checklist pada kotak di samping pernyataan berikut ini.
Pilihlah kotak pada kolom SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang
Setuju), TS (Tidak setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
No Pertanyaan SS S KS TS STS
1 Saya pernah membaca berita tentang
terorisme di media online lebih dari
lima kali
2 Saya pernah membaca pemberitaan
terorisne di media online lebih dari
satu media
3 Saat terjadi aksi terror, saya selalu
membaca berita terorisme di media
online.
4 Saya membaca dengan seksama
pemberitaan terorisme di media
online
5 Saya mengerti isi dari pemberitaan
terorisme yang saya baca di media
online
6 Saya tidak tertaris membaca berita
terorisme di media online
7 Berita-berita terorisme di media
online selalu menarik perhatian saya
karena merupakan isu yang penting
dan menarik.
8 Saat melihat judul pemberitaan
terorisme, saya penasaran dengan isi
berita terorisme tersebut.
Persepsi Pakaian Syar‟i
Petunjuk:
Berilah tanda checklist pada kotak di samping pernyataan berikut ini.
Pilihlah kotak pada kolom 1 (Sangat Setuju), 2 (Setuju), 3 (Kurang
Setuju), 4 (Tidak setuju), 5 (Sangat Tidak Setuju).
No Pertanyaan 1 2 3 4 5
1 Sejak dulu saya menganggap
perempuan yang memakai cadar
memiliki pemikiran radikal.
2 Sejak dulu saya menganggap laki-
laki yang memakai celana cingkrang
dan berjanggut termasuk ke dalam
sindikat terorisme.
3 Sejak dulu, saya tidak menganggap
perempuan bercadar memiliki
pemikiran-pemikiran Islam garis
keras.
4 Sejak dulu, saya menganggap
perempuan yang memakai cadar
atau gamis gelap memiliki aliran
82
agama Islam yang keras.
5 Setelah membaca berita terorisme di
media online, saya menganggap
perempuan bercadar adalah istri dari
tersangka teroris.
6 Cadar dan gamis hitam merupakan
pakaian yang identik pada kelompok
islam garis keras atau teroris.
7 Laki-laki yang berjanggut lebat,
memakai celana cingkrang
menganut aliran keras.
Cadar dan gamis hitam bukanlah ciri
khas dari teroris.
Laki-laki yang memakai celana
cingkrang dan janggut tebal
bukanlah teroris.
Perempuan yang termasuk ke dalam
kelompok teroris selalu memakai
cadar.
Berita-berita terorisme di media
online membuat saya lebih tau
bahwa salah satu ciri dari teroris
adalah laki-laki yang berjanggut
tebal.
8 Saya menilai bahwa pemberitaan
terorisme di media online kredibel
dan dapat dipercaya100%.
84
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Terpaan Berita Terorisme
No Item Lambda Standar Eror t-value Ket
1 0,59 0,10 6,06 Valid
Valid 2 0,44 0,10 4,27
3
4
5
0,53 0,10 5,46 Valid
0,80 0,09 9,26 Valid
0,63 0,09 6,68 Valid
Valid
Valid
6 0,65 0,09 7,02
7 0,89 0,08 10,54
8 0,72 0,09 7,72 Valid
Hasil Uji Validitas Persepsi Pakaian Syar’i
No Item Lambda Standar Eror t-value Ket
1 0,88 0,08 10,87 Valid
Valid 2 0,68 0,09 7,58
3
4
5
0,21 0,10 2,05 Valid
0,52 0,10 5,29 Valid
0,84 0,08 10,04 Valid
Valid
Valid
6 0,88 0,08 11,00
7 0,80 0,08 9,46
8 0,47 0,10 4,47 Valid
9 -0,44 0,10 -4,44 Tidak Valid
10 0,66 0,09 7,27 Valid
11 0,52 0,10 5,30 Valid
12 0,39 0,10 3,90 Valid
86
Lampiran 5
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
EXPOSURE 100 18,81 67,00 50,000
0
9,52184
PERSEPSI 100 36,93 76,63 50,000
0
9,54570
Valid N
(listwise)
100
Hasil Uji Deskriptif Variabel Terpaan Pemberitaan
Terorisme
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
X1 100 2 5 4,05 ,702
X2 100 2 5 4,29 ,624
X3 100 2 5 3,95 ,730
X4 100 1 5 4,01 ,732
X5 100 2 5 3,97 ,611
X6 100 1 5 3,34 ,890
X7 100 1 5 3,81 ,861
X8 100 1 5 3,85 ,796
Valid N
(listwise
)
100
88
Hasil Uji Deskriptif Persepsi Pakaian Syar’i
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
Y1 100 1 5 2,07 1,075
Y2 100 1 5 1,94 1,081
Y3 100 1 5 2,80 1,146
Y4 100 1 5 2,51 1,141
Y5 100 1 5 1,99 1,105
Y6 100 1 5 2,30 1,150
Y7 100 1 5 2,14 1,005
Y8 100 1 5 2,14 1,189
Y10 100 1 5 2,49 1,193
Y11 100 1 5 2,41 1,045
Y12 100 1 5 2,50 ,990
Valid
N
(listwi
se)
100
Lampiran 6
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 EXPOSUREb . Enter
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,143a ,021 ,011 9,49520
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regressio
n
185,349 1 185,349 2,056 ,155b
Residual 8835,567 98 90,159
Total 9020,917 99
90
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 42,815 5,100 8,395 ,000
EXPOSUR
E
,144 ,100 ,143 1,434 ,155
Top Related