PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP
LABA USAHA PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk
Oleh:
Ocke Saputro Listyadi 106046101680
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 8 November 2010
Penulis
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap
Laba Usaha PT Adhi Karya, (PERSERO) Tbk. telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 25 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 25 November 2010
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.
NIP. 19550505 198203 1 012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (…………………...) NIP. 19710701 199803 2 002
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (…………………...) NIP. 19740725 200112 1 001
Pembimbing : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A (…………………...) NIP. 19560906 198203 1 004
Penguji I : Dr. Hassanudin, M. Ag (…………………...) NIP. 19610304 195503 1 001
Penguji II : Yuke Rahmawati, M.A (…………………...) NIP. 19750903 200701 1 016
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Puji serta syukur selayaknya hanya kita panjatkan kehadirat Rabb Semesta
Alam, sumber segala ilmu pengetahuan, Allah SWT, atas segala limpahan karunia
dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah kepada penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya Tbk”
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi dan Rasul Muhammad
SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan seluruh umatnya yang
senantiasa mengikuti ajarannya. Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Afifi Fauzi Abbas, M.A, selaku dosen pembimbing atas segenap
waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis
hingga akhir penulisan skripsi ini
i
4. Bapak Dr. Hasanudin M.ag, dan Ibu Yuke Rahmawati M.A, selaku dosen
penguji atas masukan dan arahannya terhadap penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis,
semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama, juga Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, terutama ibunda lilis suryani paling
berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam proses kehidupan penulis.
Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui doa, daya dan upaya
selalu dicurahkan untuk penulis
8. Buat adik saya tercinta, Semoga menjadi anak yang solehah serta menjadi
anak yang berbakti kepada orang tua, agama dan negara.
9. Kepada pihak PT. Adhi Karya, khususnya kepada Bpk Kurnadi Gularso dan
Bpk. Kiki Syahgolang selaku pendamping lapangan yang dengan sangat
ramah dan sabar telah membantu penulis dalam pengumpulan data
10. Kepada Sudirman Tongkel yang telah membantu penulis dalam mencarikan
objek penelitian
11. Buat Ali Syahbana, Taufik Sholeh, Wawan Irwanudin, Rahmat Pamungkas,
Tb Mustafa serta rekan-rekan seperjuangan lainnya dijurusan muamalah
khususnya kelas PS D angkatan 2006 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, semoga persahabatan kita terus terjalin sampai akhir nanti.
ii
iii
Akhir kata, penulis sadar tentu banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
pada skripsi ini. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritiknya dari semua pihak
yang membaca skripsi ini karena hanya Tuhanlah yang Maha Benar dan Maha
Sempurna. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal
‘alamin.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.....................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah………………………………………...…...1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah…………………………...…..5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……………………………………...6
D. Review Kajian Terdahulu…………………………………………...7
E. Hipotesis………………………………………………………….....14
F. Metode penelitian…………………………………………………...14
G. Pedoman Penulisan Skripsi……………………………………….....24
H. Sistematika penulisan ……………………………………………….24
BAB II SEKILAS TENTANG SUKUK DAN BAGI HASIL (PROFIT
SHARING)
A. Sukuk...................................................................................................27
1. Pengertian......................................................................................27
2. Perbandingan Sukuk dengan Obligasi...........................................29
3. Jenis Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan
Sukuk............................................................................................31
iv
4. Struktur Penerbitan Sukuk.............................................................32
B. Bagi Hasil (Profit Sharing)..................................................................47
1. Musyarakah....................................................................................47
2. Mudharabah...................................................................................54
3. Muzara’ah......................................................................................56
4. Musaqah........................................................................................58
C. Laba (Keuntungan).............................................................................59
1. Pengertian.....................................................................................59
2. Batas Maksimal Keuntungan........................................................60
3. Ketetapan Majelis Ulama Fiqih Mengenai Standarisasi Harga....62
4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil
Keuntungan...................................................................................63
BAB III GAMBARAN UMUM SUKUK MUDHARABAH
PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
A. Profil, Visi Misi, Prinsip-prinsp Perusahaan.......................................66
B. Sekilas Mengenai Obligasi dan Sukuk
PT ADHI KARYA (Persero) .............................................................73
C. Analisis Sukuk Mudharabah I Tahun 2007 PT ADHI KARYA …....75
BAB IV PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP
LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk.
A. Alasan dan Manfaat Penerbitan Sukuk Mudharabah
v
vi
PT Adhi Karya....................................................................................98
B. Sistem Penentuan Imbalan Sukuk Mudharabah PT Adhi karya........99
C. Analisa laporan Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk
Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009...........................105
D. Perhitungan Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah I
Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya……………………………...121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………132
B. Saran-saran……………………………………………………........135
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
halaman
01. Tabel 2.1 Perbandingan Sukuk dan Obligasi.........................................................29
02. Tabel 2.2 Variasi Pola Bagi Hasil Sukuk………………………………………..43
03. Tabel 4.3 Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil......................................101
04. Tabel 4.4 Pendapatan Sukuk Mudharabah Untuk Pemegang Sukuk………..…103
05. Tabel 4.5 Pendapatan Sukuk Mudharabah untuk Emiten………………….......104
06. Tabel 4.6 Laporan Laba Rugi…………………………………………………..105
07. Tabel 4.7 Pendapatan Usaha Adhi Periode Tahun 2008 dan 2009………….....107
08. Tabel 4.8 Proyek-proyek Kerjasama Terbesar…………………………………109
09. Tabel 4.9 Laporan Total Aset………………………………………………….110
10. Tabel 4.10 Laporan Total Kewajiban dan Ekuitas…………………..…………119
11. Tabel 4.11 Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha………………………………..122
12. Tabel 4.12 Nilai Kolmogorof Smirnov………………………………………...127
13. Tabel 4.13 Keputusan Uji Normalitas………………………………………….128
14. Tabel 4.14 Hasil Korelasi Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha………………...129
15. Tabel 4.15 Uji T Hitung………………………………………………………..130
16. Tabel 4.16 Koefisien Determinasi..…………………………………………….131
17. Gambar 1.1 Antar Variabel...................................................................................17
18. Gambar 1.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho.............................................23
19. Gambar 2.3 Sukuk Ijarah Transfer Kepemilikan Aset..........................................37
20. Gambar 2.4 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset.................................................39
vii
viii
21. Gambar 2.5 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset dengan Sublease.....................41
22. Gambar 2.6. Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat..........................45
23. Gambar 3.7 Struktur Organisasi............................................................................72
24. Gambar 3.8 Gambar Skema Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya........................82
25. Gambar 4.9 Perkembangan Pendapatan Sukuk...................................................123
26. Gambar 4.10 Perkembangan Nilai Laba Usaha...................................................124
27. Gambar 4.11 Kurva P-Plot Pendapatan Sukuk....................................................126
28. Gambar 4.12 Kurva P-Plot Laba Usaha..............................................................127
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi islam mengajarkan di dalam melakukan kegiatan jualbeli harus
dilandaskan dengan prinsip syariah yaitu dengan memegang teguh kejujuran dan
keadilan, tidak diperbolehkannya adanya takaran yang kurang ataupun berlebihan,
adanya anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing serta adanya larangan
terhadap hal-hal didalam kegiatan transaksi yang mengandung unsur riba, maysir,
dan gharar.
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin diakuinya konsep
keunagan berbasis syariah islam di dunia internasional seperti salah satu bentuk
instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi
maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen
pembiayaan anggaran negara yang penting. Penerbitan pertama sukuk dengan
mata uang dollar senilai $600 juta telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun
2002. Diikuti dengan peluncuran $400 juta ‘Trust Sukuk’ dari Islamic
Development Bank pada bulan September 2003.1
1 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet. Ke-2, h. 136
1
2
Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk,
misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar,
Pakistan, dan State of Saxony Anhalt - Jerman. Penerbitan sovereign sukuk
biasanya ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara umum (general
funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan
bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan
jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan
cash-mismatch, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek
(Islamic Treasury Bills) yang juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar
uang.2
Di dalam negeri sendiri, pasar keuangan syariah, termasuk pasar sukuk
juga tumbuh secara cepat, meskipun proporsinya dibandingkan pasar
konvensional masih relatif sangat kecil. Untuk keperluan pengembangan basis
sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam rangka pengembangan pasar
keuangan syariah dalam negeri.3
Sukuk telah diterima sebagai instrumen investasi syariah yang mampu
mengembangkan pasar modal syariah dan memberikan kontribusi positif bagi
Negara yang menerbitkan.4 Penerbit pertama obligasi syariah di Indonesia adalah
2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia 2008), Cet. Ke-1, h. 305 3 Direktorak Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jendral pengelolaan utang departemen
keuangan, Mengenal Sukuk Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, artikel diakses pada 13 mei 2010 dari www.dmo.or.id/dmodata/Sukuk
4 Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 313
3
PT Indosat pada tahun 2002, kemudian disusul beberapa emiten lain yang
menerbitkan obligasi syariah1. Salah satunya PT Adhi Karya pada tanggal 12 juni
2007 yang resmi menerbitkan obligasi syariah atau sukuk pertama dengan skim
Mudarabah (bagi hasil) senilai Rp 125 Miliar. Sukuk tersebut berjangka waktu
lima tahun dengan nisbah bagi hasil 76,39 persen. Jatuh tempo pada tanggal 6 juli
2012 dan Dana yang berhasil diperoleh akan digunakan sebagai modal kerja bagi
perusahaan jasa konstruksi pelat merah tersebut. Dalam penerbitan sukuk
tersebut, Mandiri Sekuritas menjadi penjamin emisi.5
Menurut Direktur Utama Adhi Karya, Muhammad Saiful Umam, sukuk
memiliki potensi penjaringan dana investasi cukup besar. Sukuk tersebut
menargetkan investor syariah yang telah ada. Rencananya, dana investasi yang
dijaring akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan. ''Jadi, ini untuk
kebutuhan modal kerja perusahaan,'' katanya usai konferensi pers penerbitan
Sukuk Mudarabah I Adhi Karya, Saiful menyebutkan, penerbitan sukuk mendapat
jaminan 100 persen dari Adhi Karya. Sebabnya, yang menjadi underlying
asset atau jaminan bagi penerbitan sukuk tersebut adalah piutang Adhi Karya saat
ini dan mendatang atas sejumlah proyek jasa konstruksi.6
Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 2008 tidak memberikan
dampak yang signifikan terhadap PT Adhi Karya Tbk. Pada tahun 2009 Adhi
5 Badan Pengawas Pasar Modal, Annual Report PT Adhi Karya, (Jakarta: Bapepam 2009), h.43 6Siwi Tri Puji, Potensi Sukuk Mudharabah Adhi, artikel diakses pada 13 mei 2010 dari www.sebi.ac.id
4
membukukan kinerja kokoh dengan mencetak laba bersih sebesar Rp. 165,5
miliar, naik 103,15 persen dari tahun 2008, dan pendapatan usaha sebesar Rp
7,715 triliun naik sebesar 16,19 persen dari tahun 2008.7
Managing Director (MD) Mandiri Sekuritas, I Wayan Gemuh K
menyebutkan, Sukuk Mudarabah I Adhi Karya berjangka waktu lima tahun
dengan nisbah bagi hasil 76,39 persen. Nisbah tersebut akan dibagikan tiap tiga
bulan. Selain itu PT Adhi Karya Tbk, memperoleh peringkat idA- dan idA-(sy)
dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi IV/2007 senilai Rp
375 miliar dan Sukuk Mudhababah I tahun 2007 senilai Rp 125 miliar rupiah
yang jatuh tempo Juli 2012.8
Perkembangan Sukuk Mudharabah di Indonesia masih terhambat dalam
masalah teknis dan pemahaman masyarakat tentang Sukuk Mudharabah. Selama
masyarakat masih berpandangan bahwa obligasi syariah dan konvensional adalah
sama, pola pikir seperti itulah yang menghambat perkembangan obligasi syariah.
Maka, diperlukan pemahaman yang benar tentang obligasi syariah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian,
memberikan gambaran apa dan bagaimana Sukuk Mudharabah PT. ADHI
KARYA I, yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “PENGARUH
PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT.
ADHI KARYA Tbk.”
7 Ibid.Bapepam, Annual Report PT adhi Karya Tbk, h. 5 8 Budi Raharjo, Sukuk Adhi Karya Raih Peringkat idA-, artikel diakses pada 02 September
2010 dari www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan uraian di atas adalah
sebagai berikut:
a. Dari mana saja sumber-sumber pembiayaan proyek jasa konstruksi PT.
ADHI KARYA baik dari faktor intern maupun ekstern perusahaan?
b. Kenapa PT Adhi Karya memilih Sukuk Mudharabah untuk menambah
modal kerjanya?
c. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah ?
d. Sampai sejauh mana Sukuk Mudharabah I tahun 2007 ini mampu
membiayai proyek jasa konstruksi?
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian ini tidak
meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi
ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang
lingkup pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba usaha PT
Adhi Karya. dan pada penelitian ini penulis hanya membatasinya pada priode
september 2007 sampai dengan juni tahun 2010.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang
akan diteliti sebagai berikut:
6
a. Apa yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah I pada PT ADHI
KARYA?
b. Apa alasan dan manfaat dari penerbitan Sukuk Mudharabah I bagi PT.
ADHI KARYA?
c. Bagaimana sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah
perusahaan ADHI KARYA antara emiten dengan pemegang Sukuk
Mudharabah?
d. Seberapa besar pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba
usaha PT. ADHI KARYA?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah I pada
PT Adhi Karya.
b. Untuk mengetahui alasan dan manfaat dari penerbitan Sukuk Mudharabah
I bagi PT. Adhi Karya
c. Untuk mengetahui sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharaba
PT. Adhi Karya.
d. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh pendapatan Sukuk
Mudharabah I terhadap laba usaha PT. Adhi Karya.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Peneliti
7
Bertambahnya wawasan dan pengetahuan dalam khazanah
ekonomi islam khususnya teori dan aplikasi akad Mudharabah dan sistem
penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah PT. Adhi Karya.
b. Manfaat Bagi Fakultas
Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah literatur
perpustakaan mengenai teori dan aplikasi akad Mudharabah dan sistem
penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah.
c. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai teori dan
aplikasi akad Mudharabah dan sistem penentuan imbalan pada Sukuk
Mudharabah perusahaan PT. Adhi Karya.
D. Review Kajian Terdahulu
1. Hesti Indah Permana Sari, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2009. Skripsi:
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR),
dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Earning Per Share (EPS)
Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 1998-2008”
jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif.
Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain:
8
a. Bagaimana pengaruh DPK, FDR dan NPF secara simultan terhadap EPS
pada saham bank muamalat periode 1998-2008?
b. Dari variable-variabel tersebut, manakah yang mempunyai pengaruh
paling dominan dan signifikan terhadap EPS pada saham bank muamalat
Indonesia periode 1998-2008?
c. Seberapa besar kontribusi variable-variabel tersebut dapat menjelaskan
variasi tingkat EPS pada saham bank muamalat Indonesia periode 1998-
2008?
Sumber data menggunakan Laporan keuangan dalam Annual Report
tahunan Bank Muamalat periode 1998-2008. Dokumentasi, arsip atau data
Bank Muamalat yang berhubungan dengan penelitian.Buku, artikel, dan
karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
Penilitian ini menggunakan pendekatan statistic inferensia
parametric yaitu statistic yang digunakan untuk menganalisa data yang
mempunyai skala pengukuran paling sedikit interval.
Penelitian ini memberikan kesimpulan Hasil dari regresi linier
berganda menunjukkan bahwa variabel independent (DPK, FDR, dan NPF)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (EPS)
sebesar 80,5% dan selebihnya 19,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah
penelitian mengenai pengaruh pendapatan sukuk mudharabah terhadap laba
usaha PT Adhi Karya, dengan menggunakan variable yaitu pendapatan sukuk
9
mudharabah sebagai variable independent (bebas), sedangkan laba usaha
sebagai variable dependen (terikat).
2. Ani Khoironi, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan �inan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008. Skripsi:
“Potensi Sukuk bagi Pertumbuhan Investasi di Pasar Modal Indonesia” Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskripstif, yaitu menggambarkan
permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih
lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan dan penelitian ini menggunakan
field research dan library research.
Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain:
a. Bagaimana kebijakan pengembangan sukuk di Indonesia dan di berbagai
Negara?
b. Bagaimana analisis SWOT sukuk?
c. Bagaimana strategi pengembangan sukuk ke depan di Indonesia?
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada 2 (dua) yang
pertama data primer yaitu dengan wawancara langsung kepada pegawai atau
pejabat bank, yang kedua data sekunder yaitu data yang telah diperoleh atau
dipublikasikan oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
Data tersebut mencakup neraca dan laporan laba rugi dalam laporan keuangan
Bank Tabungan Negara unit usaha syariah.
10
Pendekatan penelitian dengan cara terjun langsung ke lapangan
untuk mendapatkan data hasil pengamatan lapangan atau informasi dari
responden mengenai pasar modal Indonesia.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah
mengenai sukuk semakin baik, ini terbukti dengan disahkan UU SBSN pada
mei 2008. Dengan adanya undang-undang tentang sukuk tersebut membuka
peluang yang baik untuk pertumbuhan investasi Indonesia.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah
jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu ada dua jenis yaitu kulititatif
merujuk pada data deskriptif dan kuantitaif data yang dinyatakan dalam
bentuk angka dan analisis menggunakan statistik, mengkaitkan hubungan
antara variabel bebas (pendapatan Sukuk Mudharabah) dengan variabel terikat
(laba proyek yang dibagihasilkan).
3. Syaputri Febrina Sari, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2009. Skripsi:
“Sukuk Ijarah Sebagai Alternatif Pembiayaan Modal Kerja (Studi pada
Sukuk Ijarah II Tahun 2007 PT. PLN)” Metode penelitian dalam skripsi ini
dengan menggunakan cara paduan dari penelitian kepustakaan yakni dengan
penelusuran kepustakaan dimana penulis memperoleh data dengan
mengumpulkan dan mempelajari sumber-sumber data yang berkaitan dengan
judul skripsi ini.
Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain
11
a. Apakah yang dimaksud dengan sukuk ijarah?
b. Apa alas an dan manfaat dari penerbitan sukuk ijarah ini sehingga menjadi
�inancial�e pembiayaan modal kerja bagi PT PLN tahun 2007?
c. Bagaimana mekanisme penggunaan dana sukuk ijarah untuk pembiayaan
modal kerja pada PT. PLN tahun 2007?
d. Sampai sejauh mana Sukuk Ijarah mampu menjadi alternatif pembiayaan
modal kerja bagi PT. PLN tahun 2007?
Sumber data yang digunakan ada 2 (dua) sumber data yang pertama
data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan
pihak PT PLN yang berkompeten mengenai Sukuk Ijarah, dan yang kedua
data sekunder merupakan data yang tidak langsung yang berfungsi sebagai
data pendukung data sekunder merupakan data yang telah dipublikasikan
berupa �inan, diagram, dan laporan keuangan PT PLN.
Pendekatan penelitian ini dengan cara survey langsung pada PT PLN
dan pendekatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan arsip, dokumen serta
laporan keuangan PT PLN (PERSERO).
Kesimpulann dari penelitian ini yaitu bahwa sukuk ijarah tersebut
belum menjadi hal utama dalam peningkatan pendapatan usaha, hal ini
dikarenakan perseroan memang bergerak dalam produksi dan penjualan
tenaga listrik yang mengandalkan harga jual dari tenaga listrik tersebut
sehingga penerbitan sukuk ini hanya sebagi usaha kecil dalam pemenuhan
12
modal kerja perseroan yang berupaya untuk mengurangi beban financial
perseroan dan membuat orientasi perseroan menjadi lebih komersial.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah
jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu ada dua jenis yaitu kulititatif
merujuk pada data deskriptif dan kuantitaif data yang dinyatakan dalam
bentuk angka dan analisis menggunakan statistik, saling mengkaitkan
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.
4. Nur Ali Syahbana, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010. Skripsi:
“Pengaruh Rasio Earning Per Share Terhadap Resiko Finansial Bank
Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)” Penelitian ini
bersifat kuantitatif, didalamnya dijelaskan secara sistematik, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Bank Muamalat, khususnya mengenai pengaruh nilai rasio
earning per share terhadap risiko finansial bank syariah.
Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain:
a. Bagaimana risiko finansial bank yang dihadapi oleh Bank Muamalat?
b. Bagaimana tingkat rasio earning per share Bank Muamalat?
c. Bagaimana pengaruh rasio earning per share terhadap risiko �inancial
bank pada Bank Muamalat?
13
d. Berapa besar pengaruh rasio earning per share terhadap risiko �inancial
bank pada Bank Muamalat?
Sumber data menggunakan Laporan keuangan dalam Annual Report
tahunan Bank Muamalat periode 1998-2008. Dokumentasi, arsip atau data
Bank Muamalat yang berhubungan dengan penelitian.Buku, artikel, dan
karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.Media komunikasi:
Internet, baik berupa blog, website, dan sebagainya, seperti website Bank
Indonesia, website Bank Muamalat, dan website terkait lainnya.
Pendekatan Penelitian pendekatan yang digunakan pada penelitian
ini adalah lebih kepada pendekatan empiris.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Bahwa dari hasil uji korelasi
sederhana (r) diperoleh hasil korelasi antara rasio EPS dan Risiko finansial
bank sebesar 57.7% dan menunjukkan hubungan yang kuat, Koefisien bernilai
negatif yang artinya terjadi hubungan yang negatif antara rasio EPS dengan
risiko finansial Bank Muamalat, semakin tinggi nilai rasio EPS, maka akan
semakin menurunkan risiko finansial Bank Muamalat. Berdasarkan hasil uji
hipotesis, karena t hitung < -t tabel, -2.120 < -2.262, maka Ho ditolak, artinya
rasio EPS berpengaruh secara signifikan terhadap risiko finansial bank
syariah.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah
penelitian mengenai pengaruh pendapatan sukuk mudharabah terhadap laba
usaha PT Adhi Karya, dengan menggunakan variable yaitu pendapatan sukuk
14
mudharabah sebagai variable independent (bebas), sedangkan laba usaha
sebagai variable dependen (terikat).
E. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan dalam sebuah penelitian, sampai terbukti melalui uji
hipotesis atas data-data yang terkumpul.9
Berdasarkan kerangka diatas, maka penulis menggunakan suatu hipotesis
untuk identifikasi masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pendapatan Sukuk Mudhrabah(y) Terhadap
laba usaha (y) yang dibagihasilkan PT Adhi Karya Tbk.
H1 : Terdapat pengaruh antara pendapatan Sukuk Mudhrabah(x) Terhadap laba
usaha (y) yang dibagihasilkan PT Adhi Karya Tbk.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua macam jenis penelitian
(1) jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan, menyusun dan mendeskripsikan, data dan informasi yang
aktual. (2) kuantitatif yaitu data dinyatakan dalam bentuk angka dan analisis
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI.,
cet.XIII, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006), h.71.
15
menggunakan statistik.10 Karena dalam penelitian ini akan menganalisis
laporan pendapatan bagi hasil Sukuk Mudharabah dan laporan keuangan
periode september 2007 – juni 2010 yang menjadi sampel penelitian ini dan
peneliti menggunkan data kuantitatif yang bersifat diskrit yakni data yang
berbentuk angka yang diperoleh dari hasil menghitung. Data yang telah
diperoleh akan diinterpretasikan dalam bentuk pemaparan dan analisis
sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Merupakan sumber data yang diambil langsung dari perusahaan yang
menjadi objek penelitian yaitu laporan pendapatan bagi hasil Sukuk
Mudhrabah Pertriwulan dari periode 2007-2010 yang diterbitkan oleh PT
Adhi Karya Tbk.
b. Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data yang berfungsi sebagai data pendukung. Data sekunder
merupakan data yang telah di publikasikan baik berupa tabel, diagram dan
laporan-laporan lainnya yang wujudnya berupa laporan pendapatan bagi hasil
dan laporan keuangan PT Adhi Karya periode September 2007 s/d Juni 2010.
Dan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya, yang masih berkaitan
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, cet.IV, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h.7
16
dengan masalah penelitian yang diteliti, terdiri dari buku-buku tekstual yang
terkait dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini, hasil riset penelitian
terdahulu atau karya ilmiah lainnya, dan media komunikasi, seperti internet,
majalah, jurnal, koran, dan sebagainya.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan bersumber dari:
a. Laporan keuangan PT. Adhi Karya Tbk. Pertriwulan periode September
2007 s/d Juni 2010
b. Laporan Tahunan PT Adhi Karya Tahun 2006-2009.
c. Laporan Pendapatan bagi hasil PT Adhi Karya Pertriwulan periode
September 2007 s/d Juni 2010.
d. Prospektus sukuk mudharabah I PT Adhi Karya tahun 2007, buku, artikel,
dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
e. Media komunikasi: Internet, baik berupa blog, website, dan sebagainya,
seperti website BEI, website ADHI, dan website terkait lainnya.
4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan secara garis besar
terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
17
Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Dependent
Variable) atau variabel yang dipengaruhi.11
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Independent Variable) atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.12
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendapatan
sukuk mudhaarabah. Sedangkan laba usaha dijadikan sebagai variabel terikat.
Gambar 1.1
Hubungan Antara Variabel
X Y
Pendapatan Sukuk Mudharabah
(Variabel Independent)
Laba Usaha
(Variabel dependent)
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kantor pusat PT. ADHI KARYA
(Persero) Tbk. yang berkedudukan di Jalan Raya Pasar Minggu km 18 jakarta
12510, Indonesia Telp. +62 21 797 5312 Fax. +62 797 5311.
6. Teknik Pengumpulan Data
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, cet.IV, (Bandung: Alfabeta,
2008), h.39. 12 Ibid., h.39.
18
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan
dikumpulkan dengan cara dokumentasi, studi pustaka, wawancara dan
observasi.
a. Studi Pustaka
Dalam riset kepustakaan ini penulis mencoba meneliti, mempelajari
bahan-bahan tertulis seperti majalah-malajah, buku-buku, jurnal dan
informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan
dalam skripsi ini. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat teori-teori
yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-
buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, internet dan media lainnya
yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
b. Observasi dan Wawancara
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi dalam hal ini PT
ADHI KARYA Tbk lamanya waktu kurang lebih 3 minggu untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data primer dan sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun wawancara digunakan untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data sekunder yang berhubungan
dengan profil PT ADHI KARYA Tbk digunakan dalam penelitian ini
dengan narasumber yakni bapak Kurnadi Gularso selaku corporate
secretary dan bapak Kiki Syahgolang untuk memberikan keterangan dari
19
masalah yang sedang dibahas dengan cara melakukan wawancara
terstruktur dengan memberikan daftar pertanyaan melalui pedoman
wawancara..
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan yaitu dengan pengolahan data
secara manual melalui metode statistik yang menggunakan alat ukur korelasi.
Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk table dan grafik. Sementara data
kualitatif berupa hasil wawancara, analisis dokumen yang dikembangkan
untuk menganalisis lebih dalam terhadap fakta yang muncul pada data
kuantitatif. Alat analisis dalam penelitian ini adalah program Statistical
Product and Service Solutions versi 16.0 (SPSS 16.0)
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.13
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat
dideteksi dengan menggunakan beberapa metode, yaitu
1) Kurva Normal P-Plot (normality probability plot)
13 Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS,
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.18.
20
Melalui kurva P-Plot, distribusi variabel dikatakan normal
apabila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal,14 jika itu terpenuhi maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis
diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
2) Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Untuk mengetahui distribusi data normal, maka dapat dilihat
melalui nilai probabilitas atau Asym. Sig. (2-Tailed). Nilai ini
dibandingkan dengan 0,05. Untuk pengambilan keputusan
menggunakan pedoman: 15
Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05, distribusi
data dikatakan tidak normal.
Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0.05, distribusi
data dikatakan normal.
b. Uji Korelasi
Analisis signifikansi hubungan (uji korelasi) ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan
fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan).
14 Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS,
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.24. 15 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0., cet.I (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009), h.80.
21
Sedangkan sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Nilai
korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 16
0,00 – 0,20 = korelasi keeratan sangat lemah
0,21 – 0,40 = korelasi keeratan lemah
0,41 – 0,70 = korelasi keeratan kuat
0,71 – 0,90 = korelasi keeratan sangat kuat
0,91 – 0,99 = korelasi keeratan sangat kuat sekali
1 = korelasi keeratan sempurna
c. Regresi Linier Sederhana
Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independent (bebas) terhadap variabel
dependent (terikat). Rumus regresi linear sederhana:17
Y= a + bX
Dimana:
Y = laba Usaha.
a = konstanta
b = angka koefisien dari laba usaha 16 Ibid., h.40.
17 Josep Supranto, Statistik, Teori dan Aplikasi, edisi keenam, jilid 2. cet.I. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), h.178.
22
X = nilai Pendapatan Sukuk Mudharabah
d. Uji Hipotesis (t-statistik)
Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan variabel
independent terhadap variabel dependent. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent
dengan
N = Jumlah Populasi = 12
dk = derajat kebebasan (degree of freedom) = 10
α (alpha) = Tingkat kesalahan (margin of error) = 0.05
Ketentuan yang digunakan adalah:
Ho : β = 0 = Tidak ditolak jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, artinya tidak
terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan
terhadap laba proyek yang dibagihasilkan.
Ha : β ≠ 0 = Ditolak jika –t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel,
artinya terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara
signifikan terhadap laba proyek yang dibagihasilkan.
Daerah penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2
23
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
t tabel
Daerah penolakan Ho
(daerah penerimaan Ha)
Daerah penolakan Ho
(daerah penerimaan Ha)
Daerah penerimaan Ho
‐t tabel
e. Uji R-Square (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R-Square) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Nilai R-Square dikatakan baik apabila berada di atas 0.05 karena nilai
koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1.18
Nilai R-Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independent dalam menjelaskan variasi dependent sangat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependent.
18 Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS,
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.51.
24
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi.
Uji koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk mengetahui
besarnya konstribusi atau pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent yaitu dengan mengkuadratkan koefisien korelasi.19
G. Pedoman Penulisan Laporan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang
diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang Latar Belakang
Masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat
19 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0., cet.I (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009), h.64.
25
Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Hipotesis, Metode Penelitian,
pedoman penulisan skripsi dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas tentang sukuk yang terdiri dari
pengertian, perbedaan sukuk dan obligasi, pihak-pihak yang terlibat
dalam sukuk, jenis sukuk. Bagi hasil yang terdiri dari musyarakah,
mudharabah, muzara’ah, musaqah, dan laba.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum PT Adhi Karya Tbk yang terdiri dari profil
singkat, sejarah sukuk dan obligasi, struktur organisasi, serta analisa
sukuk mudharabah I Tahun 2007 PT. Adhi Karya
BAB IV PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH
TERHADAP LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk.
Pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba usaha
PT. ADHI KARYA, merupakan bagian pembahasan mengenai
penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA mulai dari
penerbitan Sukuk Mudharabah PT ADHI KARYA, sistem penentuan
imbalan pada sukuk mudharabah PT ADHI KARYA antara emiten
dengan pemegang sukuk mudharabah, analisa laporan tahunan PT
Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 31 Desember 2006 s/d 31
Desember 2009, serta besarnya pengaruh pendapatan sukuk
26
mudharabah terhadap laba usaha dari Priode September tahun 2007
s/d Juni 2010
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan, serta saran-saran
yang dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan para pihak.
BAB II
SEKILAS TENTANG SUKUK DAN BAGI HASIL (PROFIT SHARING)
A. Sukuk
1. Pengertian sukuk
Sukuk berasal dari kata ku sakk yang berarti dokumen atau
lembaran. Sukuk digunakan secara luas oleh muslim di abad pertengahan
sebagai surat yang menunjukan kewajiban pembiayaan berasal dari
perdagangan atau aktivitas komersial. Kata sakk dalam transaksi perdagangan
berubah nama menjadi kata lain, cheque. Namun demikian sukuk saat ini
berbeda dengan penggunaan sukuk pada awal mulanya.1 Sukuk dikenal
sebagai obligasi syari’ah. Sukuk menunjukan pemilikan atas asset, dimana
klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim terhadap cash tetapi merupakan
klaim pemilikan atas sekumpulan asset (a pool of assets).2
Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DN-MUI/IX/2002, DSN masih
menggunakan istilah obligasi syariah, belum menggunakan istilah sukuk.
Menurut fatwa tersebut, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Iliustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2008), Cet. Ke-1, h. 298. 2 Nathif J. Adam and Abdulkader Thomas, Islamic Bonds, Your Guide to Issuing, Structuring
and Investing in Sukuk, (London: Euromoney Books, 2008), h. 47-48
27
28
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.3
Bapepam dan LK dalam peraturan nomor IX.A.13 tentang penerbitan
efek Syariah, Sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:
1) kepemilikan aset berwujud tertentu;
2) nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu; atau
3) kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.4
Sukuk menurut Accounting and Auditing Organisation for Islamic
Financial Institutin (AAOIFI, 2002)5, Sesuai dengan Sharia Standard No.17
tentang Investment menyatakan definisi sukuk adalah: “Investment Sukuk are
certificates of equal value representing undivided shares in ownership of
tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of) the assets or
particular projects or special investment activity, however, this is true after
3 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4 4 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, diakses pada 27 November 2010 dari www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2007/laporan Studi akuntansi Syariah.pdf, h. 11
5 AAOIFI adalah suatu lembaga akuntasi dan auditing keuangan Islam Dunia yang tugasnya memfokuskan pada upaya modifikasi dan pengkajian standar-standar keuangan dan perbankan syariah
29
receipt of the value of the sukuk, the closing of subcription and the
employment of funds received for the purpose for which the sukuk were
issued.”6(Investasi Sukuk adalah sertifikat pada nilai yang sama merupakan
saham yang tak terbagi dalam kepemilikan aset berwujud, hak pakai hasil dan
jasa atau dalam kepemilikan aset atau proyek-proyek tertentu atau aktivitas
investasi khusus, bagaimanapun, ini benar setelah menerima nilai sukuk,
penutupan subcription dan kerja dengan dana yang diterima untuk tujuan yang
sukuk diterbitkan).
2. Perbandingan sukuk dengan obligasi
Tabel 2.1
Perbandingan sukuk dan obligasi7
Deskripsi Sukuk Obligasi
Prinsip
Dasar
Bukan merupakan surat
hutang melainkan
kepemilikan bersama atas
suatu
asset/proyek/layanan
Surat hutang dari
Emiten
6 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 11 7 Dahlan Siamat, Pengembangan Pasar Sukuk di Indonesia : Peluang dan Tantangan. Pada International Training: Sukuk and Their Application in Islamic Banking & Finance, Jakarta 21 Januari 2008, h.12
30
Akad
(Transaksi)
Mudharabah, murabahah,
salam, istisna,
musyarakah dan ijarah
Tidak Ada
Sifat Investasi Surat hutang
Klaim Klaim kepemilikan
didasarkan pada
asset/proyek/layanan yang
spesifik
Emiten menyatakan
sebagai pihak
peminjam
Pokok dan
Hasil Imbal
Tidak dijamin oleh emiten Dijamin oleh emiten
Penggunaan
dana
Harus digunakan untuk
kegiatan usaha yang halal
Dapat digunakan untuk
apa saja
Jenis
Penghasilan
Imbalan, bagi hasil,
margin
Bunga/kupon, capital
gain
Underlying
Asset
Perlu Tidak perlu
Jaminan Dijamin oleh kepemilikan
hak atas asset/proyek
sebagai tambahan
jaminan atas struktur
obligasi
Dijamin oleh asset
(optional)
31
Fatwa Dewan
Syariah
Nasional
No. 32/DSN-MUI/IX/2000
No. 33/DSN-MUI/IX/2002
No. 33/DSN-MUI/III/2004
Tidak Ada
Syariah
Endorsement
Perlu Tidak Perlu
Investor Syariah/Konvensional Konvensional
3. Jenis Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Sukuk
Di Indonesia terdapat 2 (dua) jenis akad yang lazim digunakan untuk
penerbitan sukuk, yaitu akad ijarah dan mudharabah. Dalam Peraturan
Bapepam dan LK No. IX.A.14 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal (selanjutnya disebut Peraturan No.
IX.A.14)
a. Ijarah adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang memiliki barang atau
jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau
pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas
suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau
pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau
32
upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang
yang menjadi obyek Ijarah.8
b. Mudharabah adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang menyediakan
dana (Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk
menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola
modal tersebut.9
4. Struktur Penerbitan Sukuk
Pada bagian ini membahas mengenai struktur dan skema penerbitan
sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
a. Ijarah
Regulasi yang mengatur tentang sukuk dan ijarah adalah peraturan no.
IX.A.13 dan IX.A.14 dikeluarkan Bapepam dan LK pada bulan Nopember
2006. Walaupun demikian, tercatat beberapa emiten telah melaksanakan
penerbitan sukuk ijarah sebelum diterbitkannya peraturan-peraturan
tersebut.
Di Indonesia dasar yang digunakan dalam menerapkan sukuk
(sebelumnya dikenal dengan obligasi syariah) adalah Manafi wa Hiya
Anwa’ sedangkan yang umum di negara-negara lain adalah Ijarah
Mumtahiya Bit Tamlik. Terkait dengan dasar yang digunakan tersebut,
8 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 12-13 9 Ibid,. h. 13
33
tujuan dari transaksi ijarah di Indonesia adalah melakukan transaksi lease
atau lease kemudian sublease. Sedangkan dasar yang digunakan dinegara-
negara lain bertujuan untuk menjual aset (kepada SPV) kemudian
melakukan lease atas aset tersebut dengan memberikan opsi apakah pada
akhir masa sukuk aset underlying ijarah beralih kepemilikannya.10
Dalam AAOIFI terdapat tiga jenis skema transaksi sukuk ijarah.
Pembagian kategori tersebut dapat didasarkan pada obyek yang
ditransaksikan, yaitu:
1) Transfer kepemilikan atas aset yang telah tersedia;
2) Transfer manfaat (usfruct) atas aset yang telah tersedia; dan
3) Transfer kepemilikan atas aset tertentu yang akan dimiliki.
Dalam praktik, yang lazim digunakan adalah sukuk ijarah no. 1 dan 2.
Alasan utama yang mendasarinya adalah, transaksi jenis 1 dan 2 lebih
diminati oleh investor mengingat underlying asetnya telah tersedia. Hal ini
akan lebih memberikan kepastian hukum dibandingkan dengan sukuk ijarah
no.3. Dengan mempertimbangkan kelaziman dalam praktik, maka kajian ini
memfokuskan kepada skema sukuk no 1 dan 2.11
10 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 54 11 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 55
34
Berikut ini disajikan mengenai skema transfer kepemilikan atas
asset yang telah tersedia. Pada saat perusahaan merencanakan untuk
menerbitkan sukuk ijarah, perusahaan terlebih dahulu menetapkan asset
yang akan di-ijarah-kan. Kemudian, perusahaan mendirikan suatu Special
Purpose Vehicle/Company (SPV/C selanjutnya disebut dengan SPV). SPV
merupakan paper company yang didirikan semata-mata untuk kepentingan
perusahaan khususnya dalam penerbitan sukuk ijarah. Setelah sukuk ijarah
jatuh tempo, maka SPV ini akan dibubarkan. SPV bukan merupakan badan
hukum seperti halnya perusahaan, oleh karena itu SPV bukan merupakan
subyek pajak. 12
Setelah SPV terbentuk, perusahaan menjual aset yang menjadi
underlying ijarah kepada SPV, hal ini ditandai dengan akad Al-bay’, yaitu
jual-beli antara perusahaan selaku penerbit sukuk ijarah dan SPV selaku
wakil dari para investor pemegang sertifikat sukuk ijarah. Pada saat yang
sama SPV menjual sertifikat sukuk kepada investor sebagai bukti bahwa
investor merupakan pemilik dari underlying aset ijarah, hal ini ditandai
dengan akad Wakalah, yaitu perwalian SPV atas investor pemegang
sertifikat sukuk ijarah. Dana yang diperoleh dari investor secara langsung
diteruskan oleh SPV kepada perusahaan. Dengan demikian, maka telah
terjadi perpindahan kepemilikan underlying aset ijarah dari perusahaan
kepada investor melalui SPV. Dilain pihak, perusahaan telah menerima 12 Ibid,. h. 55
35
secara lumpsum pembayaran dari investor atas penerbitan sertifikat sukuk
ijarah. 13
Selanjutnya, SPV selaku wakil dari investor, menandatangani akad
Ijarah dengan perusahaan. Dalam akad itu disepakati bahwa SPV selaku
wakil dari pemilik aset menyewakan aset kepada perusahaan. Dengan kata
lain, SPV berperan sebagai lessor sedangkan perusahaan berperan sebagai
lessee. Sebagai lessee, perusahaan berhak untuk menggunakan aset yang di-
ijarah-kan tersebut dan berkewajiban untuk membayar ijarah atas
penggunaan aset kepada lessor. Pembayaran oleh perusahaan dilakukan
kepada SPV dan langsung diteruskan (passthrough) kepada investor.
Pembayaran tersebut merupakan kupon ijarah yang besarnya ditentukan
secara tetap Pembayaran ini didasarkan atas benchmark tertentu sebagai
contoh 2% + LIBOR. Penggunaan benchmark ini barang kali menimbulkan
pertanyaan mengapa syariah menggunakan tingkat bunga sebagai
benchmark, padahal bunga dilarang dalam prinsip syariah. Untuk menjawab
hal ini, maka harus dibedakan antara fungsi bunga sebagai benchmark dan
riba. Fungsi sebagai benchmark, tingkat bunga dimaksudkan untuk
memberikan pedoman yang populer mengenai suatu tingkat bagi hasil.
Dengan demikian maka, kesalahapahaman (gharar) antara lessor dan lessee
akibat penggunaan benchmark yang tidak populer dapat dihindari. Dilain
13 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 56
36
pihak, penggunaan tingkat bunga sebagai riba, merupakan mekanisme yang
dilarang dalam syariah. Riba merupakan praktik bunga majemuk, yaitu
pembebanan bunga tetap akan berjalan sekalipun debitur sudah tidak
mampu melunasi pinjamanannya. Hal tersebut tidak sejalan dengan prinsip
syariah yang menjungjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh
manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat
keuntungan di atas kerugian orang lain.14
Penghasilan yang diperoleh SPV tidak dikenakan pajak penghasilan
karena SPV bukan merupakan subyek pajak. Pajak tersebut dikenakan final
kepada investor yang memperoleh pendapatan ijarah. Skema sukuk ijarah
semacam ini dijumpai diberbagai negara seperti: Bahrain, Malaysia, Qatar
& Pakistan.
14 Ibid,. h. 57
37
Gambar 2.3 Sukuk Ijarah Transfer Kepemilikan Aset15
Corporate Corporate (as Lessee)
Berikut ini disajikan mengenai skema transfer manfaat atas aset
yang telah tersedia. Pada saat perusahaan merencanakan untuk menerbitkan
sukuk ijarah, perusahaan terlebih dahulu menetapkan aset yang akan
diijarah-kan. Kemudian, perusahaan menjual manfaat aset kepada investor.
Atas transfer ini, perusahaan memperoleh pembayaran lumpsum dari
investor dan sebaliknya investor memperoleh sertifikat sukuk ijarah. Pada
tahap ini, perusahaan dan investor menandatangani akad Ijarah, yang
memposisikan perusahaan menjadi lessee dan investor menjadi lessor.16
15 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 58 16 Ibid,. h. 58
Pembelian Hagar
SPV
Investors
3
2
1 SPV Sewa untuk Harga Perusahaan
Perusahaan menjual kpd SPV
Perusahaan membayar sewa rental
Pembelian Hagar
SPV isu sukuk (Sertifikat sewa untuk investor)
38
Selanjutnya, investor dan perusahaan menandatangani akad Wakalah,
yang berisi bahwa investor memberikan kuasa kepada perusahaan atas
manfaat aset underlying ijarah. Kuasa tersebut, digunakan oleh perusahaan
untuk mencari end customer yang bermaksud untuk menyewa aset
underlying ijarah. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan investor terhadap industrinya.17
Setelah menemukan end customer, perusahaan mentransfer manfaat
asset underlying ijarah. Dalam tahap ini seakan-akan peranan perusahaan
adalah sebagai lessor mewakili investor dan end customer adalah sebagai
lessee. End customer berkewajiban membayar penggunaan asset underlying
ijarah. Pembayaran ini merupakan sumber kupon ijarah yang akan
dibayarkan perusahaan selaku lessee kepada investor selaku lessor. Skema
ini berbeda dengan skema pertama baik dalam hal obyek yang ditransfer
maupun keberadaan SPV. Pada skema ini tidak digunakan SPV karena
konsep SPV tidak dikenal dalam rezim hukum di Indonesia.18
17 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 59 18 Ibid,. 59
39
Gambar 2.4 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset19
Berikut ini disajikan mengenai variasi dari skema transfer manfaat
atas aset yang telah tersedia, yaitu dengan sublease. Skema ini diawali
dengan penerbitan sertifikat sukuk ijarah oleh issue (selanjutnya disebut
perusahaan). Atas penerbitan sertifikat tersebut perusahaan menerima kas
yang dibayarkan oleh investor. Pada tahap ini, perusahaan dan investor
menandatangani akad Wakalah. Akad ini memberikan kuasa kepada
perusahaan untuk mewakili investor sebagai lessee atas transaksi ijarah yang
akan dilakukan pada tahap berikutnya. Selanjutnya, dana hasil penerbitan
19 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 60
Issuer
Untuk sewa asset berwujud
kas
Pengalihan hak sewa
Investor
End Costumer
Kas/sewa (pembayaran sewa)
Pengalihan hak sewa
Issuer
Sukuk Ijarah
Akad Ijarah
Akad Wakalah
5
4
6
31
2
40
sukuk ijarah digunakan perusahaan untuk memperoleh manfaat atas suatu
aset underlying ijarah yang dimiliki oleh owner. Pada tahap ini perusahaan
dan owner menandatangani akad ijarah dimana perusahaan berperan sebagai
lessee mewakili investor dan owner sebagai lessor.20
Kemudian, investor selaku lessee dalam transaksi dengan owner
menyewakan manfaat atas aset underlying ijarah kepada perusahaan.
Dengan kata lain, peranan investor berubah dari lessee menjadi lessor. Pada
tahap ini perusahaan dan investor menandatangani akad ijarah atas transaksi
sublease.
Pada tahap selanjutnya, perusahaan akan mencari end customer untuk
menyewakan aset underlying ijarah. Dalam transaksi ini end customer
membayar sewa. Pembayaran ini merupakan sumber dari kupon ijarah dan
akan diteruskan oleh perusahaan kepada investor selaku lessor.21
20 Ibid,. 60 21 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 61
41
Gambar 2.5 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset dengan Sublease22
Owner
Dari ketiga skema sukuk ijarah di atas, pembayaran ijarah yang
diterima dari investor merupakan jumlah lumpsum. Dalam transaksi
konvensional jumlah ini dapat dipersamakan dengan pokok obligasi.
Sedangkan pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee kepada lessor
pada saat jangka waktu sukuk ijarah dapat diidentikkan dengan bunga
obligasi. Jumlah lumpsum yang diterima oleh perusahaan pada awal periode
sukuk, akan dilunasi oleh perusahaan kepada investor pada saat sukuk ijarah
jatuh tempo. Hal ini disertai dengan adanya pengembalian kepemilikan atau
22 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 62
Issuer
Untuk sewa asset berwujud
kas
Fee ijarah/kupon
Investor
Sertifikat
End Costumer
Kas/sewa (pembayaran sewa)
Sewa kepada penerbit
Issuer
Akad Ijarah Akad
Wakalah
7
6
8
5
2
1
Akad Ijarah
3 4 Hak Pakai hasil
Acquire
Usufru
42
manfaat aset underlying ijarah kepada perusahaan selaku penerbit sertifikat
sukuk ijarah.23
b. Mudharabah
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105
tentang Akuntansi Mudharabah, terdapat 2 metode bagi hasil akad
mudharabah, yaitu dengan metode bagi pendapatan (revenue sharing) dan
metode bagi laba (profit sharing). Bagi pendapatan, dihitung dari total
pendapatan pengelolaan mudharabah sedangkan bagi laba, dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan
dana mudharabah.24
Pada dasarnya dua metode bagi hasil tersebut juga digunakan dalam
pola bagi hasil penerbitan obligasi syariah atau sukuk di pasar modal
Indonesia. Namun demikian ada beberapa variasi dalam pola bagi hasil
pendapatan atau bagi hasil laba pada penerbitan obligasi syariah atau sukuk
yang telah ada. Sampai dengan saat ini, telah diterbitkan 8 obligasi syariah
atau sukuk dengan akad mudharabah sebagai berikut:
1) Obligasi Syariah Mudharabah Indosat tahun 2002
2) Obligasi Syariah Mudharabah Berlian Laju Tangker tahun 2003
3) Obligasi Syariah Mudharabah Bank Bukopin tahun 2003
23 Ibid,. 62 24 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 63
43
4) Obligasi Syariah Subordinasi Bank Muamalat tahun 2003
5) Obligasi Syariah Mudharabah Ciliandra Perkasa tahun 2003
6) Obligasi syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003
7) Obligasi Syariah Mudharabah PTPN VII tahun 2004
8) Sukuk Mudharabah Adhi Karya tahun 200725
Variasi dari pola bagi hasil dari obligasi syariah atau sukuk yang telah
diterbitkan tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Variasi Pola Bagi Hasil Sukuk26
No Sumber Pendapatan
Nama Efek Remark
1. Beberapa Kegiatan / Usaha Entitas
Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 2002
1. Pendapatan Usaha Satelit 2. Pendapatan Usaha Internet
Obligasi Syariah Mudharabah Ciliandra Perkasa 2003
1. Pendapatan penjualan komoditas Tandan Buah Segar 2. Pendapatan penjualan Crude Palm Oil
Obligasi Syariah Mudharabah PTPN VII 2004
1. Pendapatan penjualan kelapa sawit dikurangi biaya tanaman
25 Ibid,. h. 63 26 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 64
44
dan biaya pembelian bahan baku komoditas tsb 2. Pendapatan penjualan karet dikurangi biaya tanaman dan biaya pembelian bahan baku komoditas tsb
2. Kegiatan / Usaha Tertentu Entitas
Obligasi Syariah Mudharabah BLTA 2003
Pendapatan Usaha Kapal Tanker MT Gandini
Obligasi Syariah Mudharabah Bank Bukopin 2003
Pendapatan Usaha Unit Usaha Syariah Bank Bukopin
Obligasi Syariah Bank Syariah
Mandiri 2003
Pendapatan Operasi Utama (Pendapatan Bank dari Penyaluran Dana khusus pembiayaan Murabahah/ Marjin Pembiayaan Murabahah
Sukuk Mudharabah I Adhi 2007
Laba kotor setelah proyek kerjasama atas penjualan usaha jasa konstruksi satu atau lebih proyek
3. Keseluruhan Usaha Entitas
Obligasi Syariah I Subordinasi Bank Muamalat tahun 2003
Pendapatan Operasi Utama (Pendapatan Bank dari Penyaluran Dana/ Marjin Pembiayaan)
45
Berikut contoh dari skema penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat
2002.
Gambar 2.6 Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 200227
1. Obligasi syariah mudharabah
Perjanjian bagi hasil
2. Kas (modal mudharabah)
5. Pengembalian (modal mudharabah)
Investor
\ 4. Pendapatan bagi hasil investor = Nisbah investor X Pendapatang yang dibagihasilkan
Keterangan Skema
1) PT Indosat Tbk menerbitkan obligasi syariah pada tanggal 6 November
2002 sebesar Rp 175 miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana
yang akan digunakan untuk mengganti sebagian dana internal yang telah
digunakan untuk pengembangan bidang usaha seluler Indosat melalui
akuisisi anak perusahaan (Satelindo). Obligasi syariah yang diterbitkan
menggunakan prinsip mudharabah dimana pada prospectus sudah
27 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 65
Pendapatan
Pendapatan satelit
Indosat
Wali amanat
Satelindo
Satelit Palapa Ind
Dasar perhPendapatan Yang Dibagihasilkan
itungan
Indosat Megamedia
46
dicantumkan besarnya nisbah antara investor (shahib almaal) dengan
Indosat (mudharib) serta ketentuan lainnya seperti maturity (5 tahun),
jadwal dan tata cara pembayaran bagi hasil, dan sebagainya.
2) Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan PT Indosat Tbk.
Pembayaran atas pembelian obligasi syariah oleh investor adalah
merupakan modal investor (shahib al-maal) dalam akad mudharabah
untuk pengembangan kegiatan usaha Emiten.
3) PT Indosat Tbk. dalam akad mudharabah ini berperan sebagai pengelola
usaha (mudharib) menggunakan modal investor yang terkumpul untuk
membiayai usahanya, yaitu mengganti sebagian dana internal PT Indosat
Tbk. yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha seluler
melalui akuisisi anak perusahaan (Satelindo) yang sudah dilakukan.28
4) Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang
obligasi syariah dengan pendapatan yang dibagihasilkan. Dasar
perhitungan pendapatan yang dibagihasilkan dibuat dengan merujuk
kepada pendapatan PT Satelit Palapa Indonesia dari pengoperasian satelit
dan
pendapatan PT Indosat Mega Media dari internet, sebagai anak-anak
perusahaan PT Indosat Tbk. Pendapatan yang dibagihasilkan tersebut
berasal dari pendapatan PT Indosat Tbk., bukan pendapatan langsung PT
28 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 65-66
47
Satelit Palapa Indonesia dan PT Indosat Mega Media. Sesuai dengan pola
bagi hasil yang disepakati, dilakukan distribusi bagi hasil antara investor
(shahib al-maal) dan PT Indosat Tbk. (mudharib) sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati di awal. Distribusi bagi hasil ini dapat dilakukan
secara periodik, yaitu 3 (tiga) bulan.
5) Pada saat jatuh tempo (maturity), yaitu pada tanggal 6 November 2007,
Indosat mengembalikan modal kepada investor sebesar Rp 175 miliar.29
B. Bagi Hasil (Profit Sharing)
1. Musyarakah
a. Pengertian
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.30
Secara terminologi, ada beberapa definisi Syirkah yang
dikemukakan oleh para fiqh. Pertama, menurut ulama Malikiyah, Syirkah
adalah: Ssuatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang
yang bekerjasama terhadap harta mereka. Kedua, definisi yang
29 Ibid,. h. 66-67 30 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.90
48
dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, menurut mereka
syirkah adalah: Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada
sesuatu yang mereka sepakati. Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh
ulama Hanafiyah. Menurut mereka, asy-syirkah adalah: Akad yang
dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan
keuntungan.31
Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ulama diatas
mengandung esensi yang sama didalamnya yaitu ikatan kerjasama yang
dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Semua pihak berhak
atas harta yang diserikatkan itu, dan berhak mendapat keuntungan sesuai
dengan persetujuan yang disepakati.
b. Landasan Syariah
1) Al-Qur’an
قال لقد ظلمك بسؤال نعجتك إلى نعاجه وإن آثيرا من
الخلطاء ليبغي بعضهم على بعض إلا الذين آمنوا وعملوا
الصالحات وقليل ما هم وظن داوود أنما فتناه فاستغفر ربه
)(وخر راآعا وأناب
31 Azharudin Latief, Fiqh Muamalat, Cet.1, (UIN Jakarta Press, 2005), h. 129
49
“Dia (Dawud) berkata, “sungguh dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan)
kepada kambingya. Memang banyak di antara orang-orang yang
bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu.” Dan dawud menduga bahwa kami mengujinya;
maka dia memohon ampunan kepada tuhannya lalu menyungkur sujud
dan bertobat.(Q.S. Shad: 24)
Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia
dibenarkan membuat syarikat bersama, atau melakukan suatu bentuk
kerja sama dengan ketentuan-ketentuan yang mereka buat bersama,
selama tidak bertentangan dengan maqasid asy-syar’i.32
2) Al Hadits
' ] : صلى اهللا عليه وسلم [ قال رسول اهللا : عن أبي هريرة قال
يقول اهللا عز وجل أنا ثالث الشريكين ما لم يخن أحدهما صاحبه
) (' ، فإذا خان خرجت من بينهما
“Allah swt berfirman: aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersyarikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.”
(H.R. Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-buyu, dan Hakim ) 32 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Cet Ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 35
50
Berdasarkan dasar hukum yang diungkapkan di atas, dapat
disebutkan filisofi musyarakah adalah manusia diciptakan oleh allah
dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Ada yang mempunyai
harta, tetapi kurang mampu untuk menjalankan usaha, ada orang yang
ahli dalam mengurus sesuatu usaha, tetapi kurang modal, atau ada
orang yang menginginkan sesuatu usaha menjadi besar, maka mereka
perlu bantuan modal dari orang lain. Untuk mengatasi ini allah dan
rasulnya menetapkan ketentuan dan aturan yang adil, agar manusia ini
bisa hidup saling topang-menopang, sehingga tercipta kemakmuran
untuk semua orang.33
c. Jenis-jenis Syrikah
Musyarakah ada 2 jenis:
1) Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi
lainnya yang berakibat pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih.
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagai
dalam sebuah asset nyata, dan berbagai pula dari keuntungan yang
dihasilkan asset tersebut34
2) Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana diamana
dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
33 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Cet Ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 35 34 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 188
51
modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan
kerugian
Musyarakah akad terbagi menjadi: al inan, mufawadha, a’maal, dan
wujuh. Para ulama berbeda pendapat tentang mudharabah, apakah ia
termasuk musyarakah dalam hal ini. Beberapa ulama menganggap
mudharabah termasuk kategori musyarakah karena memenuhi rukun
dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah. Dan adapun jenis-
jenisnya sebagai berikut:35
a) Syirkah Al inan
Syirkah al-inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan
dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka. Akan
tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja
atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan
kesepakatan mereka.
b) Syirkah Mufawadha
Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan
dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat 35 Ibid., h. 188
52
utama dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang
diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh
masing-masing pihak.
c) Syirkah A’maal
Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk
menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit
untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Al-
musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau
sanaa’i.
d) Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual
barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan
dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang
disediakan oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai
musyarakah piutang.
e) Syirkah Al mudharabah
53
Bisa dilihat di bagian berikutnya.36
d. Rukun dan Syarat Musyarakah
1) Rukun Musyarakah
a) Sighat (ucapan): ijab dan qabul (penawaran dan penerimaan).
b) Pihak yang berkontrak
c) Objek kesepakatan: modal dan kerja
2) Syarat musyarakah
a) Ucapan tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat
berbentuk pengucapan yang menunjukan tujuan. Berakad dianggap
sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah
dicatat dan disaksikan.
b) Pihak yang berkontrak disyaratkan bahwa mitra harus kompeten
dqalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
c) Objek kontrak
d) Dana, modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau
yang bernilai sama.
e) Kerja partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah
ketentuan dasar. Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara
36 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 92-93
54
mereka menyatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan
dalam kerja sama itu.37
e. Hukum Musyarakah
1) Hukum tentang modal
a) Kekuasaan perwakilan dan pengaturan.
b) Modal yang tidak dijamin
2) Hukum mengenai pekerjaan
a) Perwakilan dalamkerja
b) Wilayah kerja
c) Penunjukan kerja
d) Pinjaman, memnjamkan, hadiah, dan sumbangnan social
3) Hukum menganai keuntungan
4) Hukum tentang alokasi keuntungan bagi mitra
a) Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
b) Pembagian keuntungan secara tidak proporsional
5) Hukum tentang kerugian
6) Hukum tentang berhentinya musyarakah38
2. Mudharabah
a. Pengertian
37 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 190-191 38 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 192-196
55
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau
lebih tepatnya proses seseorang memukulkan kakinya dalam perjalanan
usaha. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.39
b. Landasan Syariah
1) Al-qur’an
⌧
☺
☺⌧ ☺
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia tuhanmu.
Maka apabila kamu bertolak dari arafah, berzikirlah kepada allah di
masy’arilharam. Dan berzikirlah kepadanya sebagaimana dia telah
memberikan petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar
orang yang tidak tahu ” (Q.S. Al Baqarah: 198)
2) Hadits
Dari Shahih r.a bahwa rasulullah bersabda: “ tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
39 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.95
56
mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual.” (H.R Ibnu Majah, Kitab At Tijrat)
c. Jenis-jenis Mudharabah
1) Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah
adalah bentuk kerja sama antara shahibul mal dengan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis.
2) Mudharabah Muqayadah.
Mudharabah muqayadah adalah kebalikan dari mudharabah
mutlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia
usaha.40
3. Al-Muzara’ah
a. Pengertian
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan
40 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 97
57
pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan
bagian imbalan tertentu (persentase) dari hasil panen.41
Al-muzara’ah seringkali diidentikan dengan mukhabarah. Diantara
keduanya terdapat perbedaan sebagai berikut:
Muzara’ah: Benih dari pemilik lahan.
Mukhabarah: Benih dari penggarap.
b. Landasan Syari’ah
1) Al Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Majar bahwa Rasulullah saw. Pernah
memberikan tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka
masih yahudi) untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil buah-
buahan dan tanaman.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa
bangsa arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzara’ah dengan
rasio bagi hasil 1/3:2/3, 1/4:3/4, 1/2:1/2, maka Rasulullah saw pun
bersabda, “ Hendaklah menanami atau menyerahkannya untuk
digarap. Barang siapa tidak melakukan salah satu dari keduanya,
tahanlah tanahnya.”42
2) Ijma
41 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99 42 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99
58
Bukhari mengatakan bahwa telah berkata abu jafar, “ Tidak
ada satu rumah pun di madinah kecuali penghuninya mengolah tanah
secara muzara’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah
dilakukan Sayyidina Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar
bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar, dan keluarga
Ali.”43
3) Penjelasan
Dalam konteks ini. Lembaga keuangan islam dapat
memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang
plantation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen.
4. Al- Musaqah
a. Pengertian
Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari
muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman dan pemeliharaan sebagai imbalan, si penggarap berhak atas
nisbah tertentu dari hasil panen. 44
b. Landasan Syariah
1) Al-Hadits
43 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99 44 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100
59
Ibnu umar berkata bahwa Rasulullah saw, pernah memberikan
tanah dan tanaman kurma di khaibar kepada yahudi khaibar untuk
dipelihara dengan menggunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai
imbalan, mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen.45
2) Ijma
Telah berkata Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin
Ali bin Abu Thalib r.a. bahwa Rasulullah saw. Telah menjadikan
penduduk khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi
hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga-
keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3 dan 1/4. Semua telah
dilakukan oleh Khulafa ar-Rasyidin pada zaman pemerintahannya dan
semua pihak telah mengetahuinya, tetapi tak ada seorang pun yang
menyangganhnya. Berarti, ini adalah suatu ijma sukuti (konsensus)
dari umat.46
C. LABA (Keuntungan)
1. Pengertian
Laba ialah selisih lebih hasil penjualan dari harga pokok dan biaya
operasi. Kalangan ekonomi mendefinisikannya sebagai selisih antara total
penjualan dengan total biaya. Total penjualan yakni harga barang yang dijual,
45 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100 46 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100
60
dan total biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
penjualan, yang terlihat dan tersembunyi. Karena perniagaan berarti jual beli
dengan tujuan mencari keuntungan, maka keuntungannya merupakan tujuan
yang mendasar, bahkan merupakan tujuan asli dari perniagaan.47
2. Batas Maksimal Keuntungan
Tidak ada dalil dalam syariat sehubungan dengan jumlah tertentu dari
keuntungan sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram, sehingga
menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan di setiap zaman
dan tempat. Hal itu karena beberapa hikmah diantaranya:
a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Kalau
perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit, menurut
kebiasaan. Sementara bila perputarannya lambat maka keuntungannya
banyak.
b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tertunda. Pada
asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih sedikit dari pada
penjualan bentuk kedua.
c. Perbedaan komoditi yang dijual, antara komoditi primer dan skunder,
keuntungan lebih sedikit, karena memperhatikan orang-orang yang
47 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.78
61
membutuhkan, dengan komoditi lux, yang keuntungannya dilebihkan
menurut kebiasaan, karena kurang dibutuhkan.48
Oleh sebab itu, sebagaimana telah dijelaskan, tidak pernah
diriwayatkan dalam sunnah nabi pembatasan keuntungan sehingga tidak boleh
mengambil keuntungan lebih dari itu. Bahkan sebaliknya diriwayatkan hadis
yang menetapkan bolehnya keuntungan dagang itu mencapai dua kali lipat
pada kondisi-kondisi tertentu, atau bahkan lebih dari itu.
Diriwayatkan oleh al bukhari dalam shahihnya, dari urwah diriwayatkan,
“ bahwa nabi pernah memberikan satu dinar untuk dibelikan seekor
kambing buat beliau. Lalu urwah menggunakan uang tersebut untuk membeli
dua ekor kambing. Salah satu kambing itu di jual dengan harga satu dinar,
lalu ia dating menemui nabi dengan membawa kambing tersebut dengan satu
dinar yang masih utuh. Ia menceritakan apa yang dia kerjakan. Maka nabi
mendoakan agar jual belinya diberkati oleh allah. Setelah itu, (karena berkah
nabi) andaikan ia mau membeli tanah, ia bisa menjualnya dengan
mendapatkan keuntungan.”49
Di sisi lain, kejadian ini tidaklah menggambarkan kaidah umum dalam
mengukur keuntungan. Justru sikap member kemudahan, sikap santun dan
puas dengan keuntungan yang sedikit itu lebioh sesuai dengan petunjuk para
ulama salaf dan ruh syariat islam. Orang yang puas dengan keuntungan sedikit
48 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.80 49 Ibid,. h. 80-81
62
pasti usahanya akan penuh dengan berkah. Ali biasa keliling pasar kufah
dengan membawa tongkat dan sambil berkata,
“ Hai para pedagang, ambilah hak kalian, kalian akan selamat.
Jangan kalian tolak keuntungan yang sedikit, karena kalian bisa terhalangi
mendapatkan keuntungan besar”50
3. Ketetapan Majelis Ulama Fikih Mengenai Standarisasi Harga
Majelis ulama fiqih yang terkait dalam Organisasi Konferensi Islam
(OKI) yang diadakan dalam pertemuan kelima di Kuwait pertanggal 1-6
Jumadil Ula 1409 H. bertepatang dengan 10-15 Desember 1988 M. telah
melakukan diskusi tentang pembatasan keuntungan para pedagang. mereka
membuat ketetapan berikut:
a. Hukuk asal yang diakui oleh nash dan kaidah-kaidah syariat adalah
membiarkan umat bebas dalam jual beli mereka, dan mengoperasikan harta
benda mereka dalam bingkai syariat islam yang penuh perhatian dengan
segala kaidah didalamnya. Hal itu sesuai dengan firman allah
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya allah adalah maha penyayang
kepadamu.” ( An-Nisa : 29)
50 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.82
63
b. Tidak ada standarisasi dalam mengambil keuntungan yang mengikat para
pedagang dalam melakukan berbagai transaksi jual beli mereka hal itu
dibiarkan sesuai kondisi dunia usaha secara umum, namun dengan tetap
memperhatikan kode etik yang disyariatkan dalam islam, seperti sikap
santun, qana’ah, toleransi dan memudahkan.
c. Terdapat banyak dalil-dalil dalam ajaran syariat yang mewajibkan segala
bentuk mu’amalah bebas dari hal-hal yang diharamkan atau bersentuhan
dengan hal-hal yang haram, seperti penipuan, kecurangan, manipulasi,
memanfaatkan ketidaktahuan orang lain, memanipulasi keuntungan, yang
kesemuanya mudarat bagi masyarakat umum maupun kalangan khusus.
d. Pemerintah tidak boleh ikut campur menentukan staandar harga kecuali
kalau melihat adanya ketidak beresan di pasar dan ketidakberesan harga
karena berbagai faktor yang dibuat-buat. Dalam kondisi demikian,
pemerintah boleh turut campur dengan berbagai sarana yang
memungkinkan untuk mengatasi berbagai faktor dan sebab ketidahberesan,
kenaikan harga dan kamuflase berat tersebut.51
4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan
Keuntungan dalam sistem penanaman modal (bagi hasil)
dipersyaratkan harus diketahui secara jelas, harus berupa prosentase yang
51 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.82-83
64
umum. Kalau salah seorang ditentukan mendapatkan bagian tetap (yang tidak
diputar), maka perjanjian itu batal.52
Sehubungan dengan keuntungan dalam usaha investasi (bagi hasil) ini,
pembagiannya harus memenuhi beberapa kode etik berikut:
a. Keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sementara
kerugian hanya ditanggung oleh investor saja kecuali adanya kelalaian dari
pihak investor maka pihak investor tersebut harus ikut menanggung
kerugian tersebut.
b. Keuntungan dalam usaha investasi juga sebagai cadangan modal. Pengelola
tidak mendapatkan keuntungan seebelum ia menerima kembali modal
secara utuh.
c. Pengelola hanya bisa mengambil keuntungan melalui pembagian.
d. Hak kepemilikan keuntungan hanya menjadi permanen bagi masing-
masing pihak setelah dilakukan perhitungan akhir.
e. Boleh dilakukan pembagian keuntungan awal, namun nantinya dihitung
pada perhitungan akhir.
f. Pengelola boleh mengambil bagian dari uang modal sebagai biaya
perjalanannya melakukan bisnis, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
dikalangan pedagang.
52 Ibid., h 193
65
g. Tidak ada pertanggung jawaban bagi pengelola dalam perjanjian ini selain
karena keteledoran atau pelanggaran. Tidak perlu diperhatikan adanya
berbagai trik kamuflase untuk membatalkan dasar hukum ini.
h. Perjanjian usaha investasi ini berakhir dengan meninggalnya salah satu
pihak yang melakukan akad atau karena dia gila, atau tercekal karena
bangkrut terlilit hutang. Bisa juga karena pembatalan salah satu pihak,
hanya saja usaha itu tetap berlangsung hingga modalnya habis diputar bila
telah dimulai menurut pendapat yang benar dari para ulama, demi
menghindari bahaya akibat pemutusan usaha yang tiba-tiba.53
53 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.193-194
BAB III
GAMBARAN UMUM SUKUK MUDHARABAH
PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
A. Profil, Visi Misi Usaha, Prinsip-prinsip PT. ADHI KARYA Tbk
1. Profil PT Adhi Karya Tbk
Kiprah ADHI dimulai pada tanggal 11 Maret 1960 ketika Menteri
Pekerjaan Umum menetapkan Architecten-Ingenicure-id Annnemersbedrijf
"Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries NV" (Associatie NV), salah
satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi menjadi PN Adhi
Karya. Nasionalisasi dimaksudkan untuk memacu pembangunan infrastruktur
di Indonesia.1
Status ADHI berubah menjadi Perseroan Terbatas pada tanggal 1 Juni
1974 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman. ADHI adalah 100% dimiliki
oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai akhir tahun 2003 ketika Republik
Indonesia melalui Menteri BUMN, selaku Kuasa Pemegang Saham, melepas
49% saham akan ditawarkan kepada publik melalui Penawaran Umum
Perdana (IPO). Keputusan ini diikuti dengan pencatatan saham ADHI di
Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang juga dibuat ADHI
1 Riwayat Singkat Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 31
66
67
sebagai perusahaan konstruksi pertama Milik Negara yang terdaftar di bursa
saham.2
Melihat kondisi eksternal termasuk kebutuhan dan keinginan
konsumen dan perkembangan kemampuan Perseroan dari waktu ke waktu,
kemudian setelah review panjang, Perusahaan menetapkan visi dan misi
baru. Selain itu ADHI mengintensifkan untuk bisnis EPC3 sebagai bisnis
diperpanjang dan sektor investasi sebagai bisnis.Namun, jasa konstruksi tetap
menjadi bisnis inti dari ADHI. Dalam mengembangkan bisnisnya, ADHI
selalu membatasi pembangunan daerah sesuai dengan kemampuan sumber
dayanya. Ini dilakukan untuk menjaga komitmen untuk memberikan kualitas
layanan terbaik. Dalam kegiatan operasional, ADHI didukung oleh sembilan
divisi yang tersebar di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, sedangkan di antara
mereka akan diarahkan sebagai divisi spesialis, yaitu spesialis bangunan,
spesialis infrastruktur teknologi tinggi, dan spesialis EPC.4
Adhi membagi kagiatan usahanya menjadi tiga bagian yaitu:
Pertama Jasa Kosntruksi, ADHI mengklasifikasikan Jasa
Konstruksi proyek menjadi dua kelompok, yaitu:
2 Ibid,.
3 EPC ialah singkatan dari Engineering, Procurement, Construction. tugas dari EPC adalah untuk melakukan rekayasa (engineering) dari suatu bangunan/pabrik (plant), melakukan pembelian (procurement) barang-barang dan equipment yang terkait dan kemudian mendirikan/membangun (construction) plant tersebut. 4 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id
68
a. Proyek Infrastruktur
Terdiri dari proyek-proyek infrastruktur seperti jalan dan jembatan, irigasi,
pembangkit listrik, pelabuhan, dan lain-lain.
b. Proyek Bangunan
Terdiri dari proyek lain yang berhubungan dengan bangunan seperti hotel
dan gedung perkantoran, pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit
dan sekolah; bangunan komersial, perumahan, industri dan manufaktur,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada bangunan dan industri, transmisi
listrik dan gardu, otomatisasi bangunan, kekuasaan tanaman, AC dan
sistem suara, radio, telekomunikasi, dan instrumentasi dan perpipaan.5
Kedua EPC, yang merupakan extended busines ADHI, adalah
perluasan layanan bisnis konstruksi yang dipilih karena bisnis ini masih
sangat terkait dengan bisnis inti Perseroan EPC yang telah dimulai sejak tahun
2002 awalnya merupakan bagian dari konstruksi, sejalan dengan
perkembangan usaha ADHI menjadikan EPC bidang usaha tersendiri. EPC
merupakan pengembangan dari bisnis kontraktor ADHI. Bila sebelumnya
ADHI hanya bertindak sebagai penyedia jasa kontraktor, maka melalui EPC,
ADHI juga melakukan perancangan, perencanaan, dan pengadaan
(procurement) sebelum sebuah proyek dimulai pekerjaan konstruksinya. 6
5 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 6 Ibid,.
69
Kompetensi ADHI di bidang konstruksi adalah suatu aspek positif
untuk memenangkan proyek EPC. Mengingat kompetensi dan sumber daya
yang dimiliki oleh Perusahaan, ADHI membatasi pekerjaan EPC yang diambil
hanya pada pembangunan pembangkit listrik dan oil & gas. Begitu juga
dengan wilayah operasinya, Divisi EPC dibatasi hanya beroperasi di wilayah
Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan mengingat bisnis merupakan bisnis baru
bagi ADHI, walaupun sebenarnya proyek EPC menawarkan margin
keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jasa konstruksi.7
Ketiga Investasi, merupakan expanded business yang dipilih oleh
ADHI. Bisnis ini mempunyai value creation yang tinggi, walaupun untuk
masuk dalam bisnis ini mempunyai tantangan yang cukup berat karena
dibutuhkan pola pikir yang lebih jangka panjang, dan syarat kompetensi yang
berbeda dengan yang telah dimiliki Perseroan. Dengan memasuki bidang
investasi, diharapkan ADHI dapat menciptakan bisnis EPC dan konstruksi
sendiri. Tentunya selain mendapatkan keuntungan dari bisnis investasinya.
Dalam bisnis ini, ADHI membatasi hanya terjun ke bidang investasi yang
dekat dengan bidang konstruksi saja, misalnya jalan tol, properti.8
2. Visi dan Misi perusahaan
7 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 8 Ibid.,
70
Seiring dengan tantangan yang harus dihadapi khususnya pada bidang
jasa konstruksi dan adanya tuntutan bahwa perusahaan harus selalu
melakukan value creation demi meningkatkan firm value maka adhi
mengubah visi misinya sebagai berikut:
Visi 2011 “menjadi juara sejati di bisnis jasa konstruksi dan mitra
pilihan dalam bisnis jasa perekayasaan dan investasi infrastruktur di Indonesia
dan beberapa Negara terpilih”9
Misi 2007-2011 membangun sebuah great infrastructure enterprise
dengan:
a. Menciptakan nilai yang berkesinambungan kepada pelanggan, karyawan,
pemegang saham, dan berbagai pihak lain yang berkepentingan.
b. Memperkokoh kompetensi inti dalam jasa konstruksi, memperluas
kapabilitas dalam jasa perekayasaan, serta mengembangkan kapabilitas
dalam jasa investasi secara selektif.
c. Berkecimpung aktif dalam program-program Public-Private-Partnership
(PPP) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menjalankan inisiatif-
inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka
pengembangan kemanusiaan.10
Visi dan misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan bahwa
pasar jasa konstruksi masih mempunyai prospek yang bagus sehingga 9 Visi Misi Perusahaan dalam Manajemen Perusahaan. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 10 Ibid,.
71
ADHI bertekad untuk menjadi juara sejati dibisnis jasa konstruksi. Bidang
EPC ke depan akan semakin berkembang demikian pula dengan bidang
investasi.
3. Prinsip-prinsip ADHI11
Dalam rangka menciptakan nilai (value creation), ADHI mengandalkan
keunggulan yang berasal dari budaya yang dimiliki perusahaan. Oleh karena
itu, dilakukan perumusan kembali budaya perusahaan yang menggunakan
kekuatan nama ADHI dan sebagai hasilnya dirumuskan ADHI principle yang
memiliki nilai:
a. Advanced, berarti menjadi maju dan terdepan dalam pikiran (mind),
perasaan (heart) dan jiwa/spiritual (spirit).
b. Determined, berarti tegas, berkemauan keras, teguh, fokus dan konsisten
dalam menghasilkan Quality, Cost, Delivery (QCD) di bidang konstruksi,
menjunjung tinggi nilai-nilai Health, Safety and Environment (HSE) di
jasa perekayasaan, dan memegang prinsip nilai-nilai tata kelola
perusahaan (Good Corporate Governance) di investasi.
c. Humane, berarti memiliki kepedulian dan empati dalam menjalankan
operasi perusahaan dengan menjaga lingkungan hidup sekitar (preserving
environment), berkomitmen mendukung upaya pengembangan komunitas
11 Filosofi kami dalam Manajemen Perusahaan. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id
72
(supporting community development) dan memelihara kelangsungan hidup
dunia (promoting sustainable world).
d. Inspiring, maksudnya memberikan inspirasi kepada rekan sejawat,
pelanggan, dan pemegang saham12
Gambar 3.7 Struktur organisasi13
12 Profil Perusahaan dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk, Tahun 2009, h. 21-23 13 Struktur Organisasi dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk Tahun 2009. h. 28
73
B. Sekilas Mengenai Obligasi dan Sukuk PT ADHI KARYA (Persero)
Sebelum penawaran umum sukuk ini perseroan telah beberapa kali
menerbitkan obligasi, yaitu sebagai berikut:
1. Obligasi I Adhi Karya Tahun 1993 dengan tingkat bunga tetap dan
mengambang.
Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp. 75.000.000.000,- (tujuh
puluh lima miliar rupiah) dengan jangka waktu 5 tahun. Seluruh obligasi ini
telah jatuh tempo dan dibayar penuh oleh perseroan.14
2. Obligasi II Adhi Karya Tahun 2003 Dengan Tingkat Bunga Tetap.
Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp. 200.000.000.000,- (dua
ratus miliar rupiah), dengan jangka waktu lima tahun dan tingkat bunga tetap
sebesar 14,50% per tahun, dan jatuh tempo pada tanggal 10 juni 2008.
Pemeringkatan atas obligasi ini diperoleh dari PEFINDO15 yaitu
idBBB (triple B, Stable Outlook). Jaminan yang diberikan untuk obligasi ini
adalah piutang/tagihan perseroan dari proyek-proyek dengan nilai nominal
125% dari pokok obligasi. Dana yang diperoleh dari penawaran obligasi ini
digunakan 40% untuk modal kerja proyek jasa konstruksi dan 60% digunakan
untuk pelunasan hutang jasa konstruksi dan promissory notes. Pada saat
14 Obligasi Yang Telah Diterbitkan Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 18 15 PEFINDO berarti PT. Pemeringkat Efek Indonesia, lembaga yang melakukan pemeringkatan efek atas Sukuk Mudharabah yang diterbitkan perseroan
74
prospektus ini diterbitkan pemeringkatan atas obligasi ini yang diperoleh dari
Pefindo yaitu idA- (Single A minus, Stable Outlook).16
3. Obligasi III Adhi Karya Tahun 2004 Dengan Tingkat Bunga Tetap dan
Mengambang.
Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp 200.000.000.000,- (dua
ratus miliar rupiah), dengan jangka waktu 3 tahun dan tingkat bunga tetap
sebesar 13,25% per tahun, dan akan jatuh tempo pada tanggal 13 juli 2007.
Pemeringkatan atas obligasi ini diperoleh dari Pefindo yaitu idBBB (triple B,
Stable Outlook), jaminan yang diberikan untuk obligasi ini adalah
piutang/tagihan perseroan dari proyek-proyek dengan nilai nominal 125% dari
pokok obligasi. Dana yang diperoleh dari penawaran obligasi ini digunakan
100% untuk modal kerja proyek jasa konstruksi. Pada saat prospektus ini
diterbitkan pemeringkatan atas obligasi ini yang diperoleh dari Pefindo yaitu
idA- (Single A minus, Stable Outlook).17
4. Obligasi IV ADHI dan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007
Perseroan telah menerbitkan obligasi IV ADHI tahun 2007 sebesar
375 miliar dengan bunga tetap sebesar 11% per tahun. Jangka waktu obligasi
IV ADHI ini adalah lima tahun terhitung sejak 6 juli 2007 sampai dengan 6
juli 2012, bersamaan dengan penerbitan obligassi IV ADHI, pada tanggal 12
16 Ibid,. 17 Obligasi Yang Telah Diterbitkan Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 18
75
juni 2007 perseroan juga menerbitkan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun
2007 senilai Rp. 125 miliar dengan nisbah pemegang sukuk sebesar 76,39%,
jangka waktu sukuk ini adalah 5 tahun terhitung sejak 6 juli 2007 sampai 6
juli 2012 rencana penggunaan dana sukuk ini seutuhnya untuk modal kerja.
Obligasi IV ADHI tahun 2007 dan Sukuk Mudharabah I ADHI tahun 2007
telah dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia.18
PT Pefindo telah melakukan pemeringkatan atas obligasi IV ADHI
dan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 dengan hasil: idA- (Single A
Minus; Stable Outlook) dan idA-(Sy) (Single A Minus Syariah; Stable
outlook). Hasil pemantauan pemeringkatan untuk periode 19 September 2009-
1 Juni 2010 yang dilakukan oleh PT Pefindo, atas Obligasi IV ADHI Tahun
2007 mendapat peringkat idA- (single A Minus; Negaive Outlook) dan Sukuk
Mudharabah I ADHI tahun 2007 mendapat peringkat idA-(Sy) (Single A
Syariah Minus; Negative Outlook). 19
C. Analisis Sukuk Mudharabah I Tahun 2007 PT ADHI KARYA
1. Landasan Syariah Penerbitan Sukuk Mudharabah I ADHI KARYA
tahun 2007
18 Kronologis Penerbitan dan Pencatatan Obligasi dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk Tahun 2009, h. 31 19 Ibid,. h. 31
76
Dewan Syari’ah Nasional, setelah Menimbang :
a. bahwa salah satu bentuk instrumen investasi pada pasar modal
(konvensional) adalah obligasi yang selama ini didefinisikan sebagai suatu
surat berharga jangka panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bunga
pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada
pemegang obligasi;
b. bahwa obligasi sebagaimana pengertian butir a. tersebut di atas yang telah
diterbitkan selama ini, masih belum sesuai dengan ketentuan syariah
sehingga belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat akan obligasi
yang sesuai dengan syariah;
c. bahwa agar obligasi dapat diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah, Dewan
Syari’ah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal
tersebut untuk dijadikan pedoman.20
Fatwa Tentang Obligasi Syari’ah Mudharabah
Pertama : Ketentuan Umum
a. Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
20 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 1
77
obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
b. Obligasi Syariah Mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan
akad Mudharabah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.
c. Emiten dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah Mudharib sedangkan
pemegang Obligasi Syariah Mudharabah adalah Shahibul Mal21
Kedua : Ketentuan Khusus22
a. Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah akad
Mudharabah;
b. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor
20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana Syariah;
c. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada
pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari
unsur non halal;
d. Nisbah keuntungan dalam Obligasi Syariah Mudharabah ditentukan sesuai
kesepakatan, sebelum emisi (penerbitan) Obligasi Syariah Mudharabah;
21 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4 22 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4-5
78
e. Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai
kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan
secara keseluruhan;23
f. Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh dewan pengawas syariah atau
Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh dewan syariah nasional MUI, sejak
proses emisi Obligasi Syariah Mudharabah dimulai;
g. Apabila Emiten (Mudharib) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian
dan/atau melampaui batas, Mudharib Obligasi Syariah Mudharabah dewan
syariah nasional MUI berkewajiban menjamin pengembalian dana
Mudharabah, dan Shahibul Mal dapat meminta Mudharib untuk membuat
surat pengakuan hutang;
h. Apabila Emiten (Mudharib) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat
perjanjian dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang Obligasi
Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) dapat menarik dana Obligasi Syariah
Mudharabah;
i. Kepemilikan Obligasi Syariah Mudharabah dapat dialihkan kepada pihak
lain, selama disepakati dalam akad.
Ketiga Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan
23 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 3
79
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Keempat Ketentuan Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.24
Landasan Syari’ah:
a. Firman Allah, QS. Al-Maidah [5]: 1
...
“Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…”
b. Hadis Nabi SAW riwayat Al-Thabrani dari Ibn Abbas ra.
Abbas bin Abdul Mutthalib jika menyerahkan harta sebagai
Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharib Obligasi Syariah
Mudharabah Dewan Syariah Nasional MUInya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya.
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membolehkannya.
24 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 5
80
c. Hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib
Nabi bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum halus
dengan gandum kasar (jewawut) untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual.
d. Hadis Nabi SAW riwayat al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf
Perjanjian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau yang menghalalkan yang
haram.
e. Hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Majah, al-Daraquthni, dan yang lain dari
Abu Sa’id Al-Khudri:
Seseorang tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain
f. Hadis Nabi riwayat Abu Dawud dan Al-Tirmidzi:
Nabi SAW menyerahkan satu dinar kepada Hakim bin Hizam untuk
membeli hewan qurban (HR. Abu Dawud dan Al-Tirmidzi)
g. Ijma’ para ulama tentang kebolehan menggunakan Obligasi Syariah
Mudharabah dewan syariah nasional MUI prinsip Mudharabah dalam
investasi sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni
(V/135) dengan mengutip keterangan Ibnul Mundzir dalam Al- Ijma’, Al-
Kasani dalam Bada-i’ Al-Shanai’, Al-Shan’ani dalam Subulus Salam
81
(III/103), Al-Zarqani dalam Syarhu Al-Muwattha’ (IV/319) dan Wahbah
Al-Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuhu (IV/838).
h. Kaidah Fiqih
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.
“Keperluan dapat menduduki posisi darurat.”
“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu
yang berlaku berdasarkan syara”
2. Keterangan Umum
Sukuk dengan jumlah dana sebesar Rp. 125.000.000.000,- (seratus dua
puluh lima miliar Rupiah), diterbitkan dengan nama “Sukuk Mudharabah I
ADHI Tahun 2007”, yang ditawarkan pada tanggal 29 juni 2007 sampai
dengan 3 juli 2007. Sukuk ini berjangka waktu 5 tahun. Sukuk ini diterbitkan
tanpa warkat, kecuali sertifikat jumbo25 sukuk yang diterbitkan atas nama
KSEI26 sebagai bukti hutang untuk kepentingan pemegang sukuk pada
tanggal diserahkannya sertifikat jumbo sukuk oleh perseroan kepada KSEI.
25 Sertifikat jumbo sukuk adalah bukti penerbitan sukuk yang disimpan dalam penitipan kolektif KSEI yang diterbitkan atas nama KSEI untuk kepentingan pemegang sukuk 26 PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK untuk menjalankan kegiatan sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi pemegang rekening yang dalam emisi sukuk ini bertugas untuk menyimpan dan mengadministrasikan penyimpanan sukuk berdasarkan perjanjian pendaftaran Sukuk di KSEI dan bertugas sebagai agen pembayaran berdasakan perjanjian agen pembayaran.
82
Bukti bukti kepemilikan sukuk bagi pemegang sukuk adalah konfirmasi
tertulis yang diterbitkan oleh KSEI atau pemegang rekening.27
Sukuk ini ditawarkna dengan nilai 100% dari jumlah dana sukuk.
Sukuk ini berjangka waktu 5 tahun. Sukuk akan jatuh tempo dan akan dilunasi
pada tanggal 6 juli 2012.
Gambar 3.8 Skema Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya28
a
b
Keterangan:
Pemegang Sukuk
Perseroan Proyek-proyek
a. Berdasarkan akad mudharabah yang ada di dalam perjanjian
perwaliamanatan sukuk, perseroan menerima dana sukuk dari pemegang
sukuk
b. Perseroan akan mempergunakan dana sukuk tersebut untuk modal kerja
termasuk untuk penyelesaian proyek-proyek yang sedang dan akan
dikerjakan oleh perseroan29
Keterangan:
27 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 215
28 Ibid,. h. 215 29 Ibid,. h. 215
83
1) Perseroan wajib menyampaikan kepada wali amanat sukuk dan bursa
efek, informasi uraian dari perhitungan pendapatan bagi hasil
berdasarkan laporan keuangan triwulan (unaudited), selambat-
lambatnya (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pembayaran
pendapatan bagi hasil, yang mencakup antara lain informasi tentang
satu atau lebih proyek yang menjadi dasar perhitungan pendapatan
usaha, laba kotor setelah proyek kerjasama/ pendapatan yang
dibagihasilkan, dan pendapatan bagi hasil, disertai dengan penyertaan
tertulis perseroan kepada wali amanat sukuk yang menyatakan bahwa
informasi yang disajikan adalah tepat, benar dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.30
2) Pada setiap tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, perseroan akan
membayarkan pendapatan bagi hasil kepada pemegang sukuk sesuai
hasil perhitungan.31
Sukuk ini dijamin dengan piutang/tagihan perseroan baik yang sudah
ada maupun yang akan timbul dikemudian hari yang berasal dari proyek-
proyek yang dilaksanakan perseroan dengan nilai proyek minimal 125% dari
dana sukuk.32
30 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 216 31 Ibid,. h. 216 32 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5
84
3. Pembelian Kembali Sukuk (Buy Back)33
a. Setelah ulang tahun I (pertama) Sukuk sejak tanggal emisi, perseroan
dapat melakukan pembelian kembali (buy back) atas sukuk yang belum
jatuh tempo, baik seluruhnya atau sebagian, selanjutnya disebut juga “
pembelian kembali (buy back)”. Pemebelian kembali dapat dilakukan
apabila perseroan tidak dalam keadaan lalai atas pembayaran jumlah
kewajiban. Namun perseroan dilarang melakukan pembelian kembali jika
pelaksanaan tersebut mengakibatkan perseroan tidak dapat memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam perjanian perwaliamanantan sukuk.
b. Keseluruhan sukuk yang dimiliki perseroan berdasarkan pembelian
kembali (buy back) dan sukuk milik Afiliasi34 (kecuali perusahaan afiliasi
milik Negara Republik Indonesia), tidak dapat di perhitungkan dalam
perhitungan forum kehadiran dalam RUPSu35 dan tidak memiliki hak
suara dalam RUPSu
c. Dalam hal perseroan melakukan pembelian kembali untuk sebagian atau
seluruh sukuk, maka perseroan mempunyai hak untuk melakukan
pembelian kembali tersebut sebagai pembayaran kembali atau sebagai
sukuk yang dibeli kembali untuk disimpan dan dikemudian hari dapat
33 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5 34 Afiliasi merupakan adanya hubungan keluarga sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Angka 1 UUPM “hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertical”. 35 RUPSu adalah Rapat Umum Pemegang Sukuk sebagaimana diatur daalam perjanjian perwaliamanatan Sukuk
85
dijual kembali atau diberlakukan sebagai pembayaran kembali. Dan
perseroan tidak berhak menerima pembayaran atas pendapatan bagi
hasil36.
4. Hak-hak Pemegang Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA37
a. Menerima pembayaran kembali dana sukuk dan pembayaran bagi hasil
dari perseroan yang dibayarkan melalui KSEI sebagai agen pembayaran
pada tanggal pembayaran kembali dana sukuk dan/ atau tanggal
pembayaran pendapatan bagi hasil yang bersangkutan. Dana sukuk harus
dilunasi dengan nilai yang sama dengan jumlah pokok sukuk yang tertulis
pada konfirmasi tertulis yang dimiliki oleh pemegang sukuk.
b. Yang berhak atas pendapatan bagi hasil adalah pemegang sukuk yang
pada 4 (empat) hari bursa sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi
hasil yang namanya tercatat dalam daftar pemegang rekening kecuali
ditentukan lain oleh KSEI atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan demikian jika terjadi transaksi sukuk setelah tanggal
penentuan pihak yang berhak memperoleh pendapatan bagi hasil tersebut,
maka pihak yang menerima pengalihan sukuk tidak berthak atas
36 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5 37 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230
86
pendapatan bagi hasil pada periode pendapatan bagi hasil yang
bersangkutan.
c. Apabila perseroan ternyata tidak menyediakan dana secukupnya untuk
pembayaran pendapatan bagi hasil dan pembayaran kembali dana sukuk
setelah lewat tanggal jatuh tempo pembayaran pendapatan bagi hasil atau
pelunasan jumlah dana sukuk, maka perseroan harus membayar
kompensasi kerugian akibat keterlambatan yang dihitung harian
(berdasarkan jumlah hari yang telah lewat), sampai dengan pelunasan atau
pembayaran jumlah yang wajib dibayar perseroan dilaksanakan, dengan
perhitungan satu bulan adalah tiga puluh hari kalender dan satu tahun
adalah tiga ratus enam puluh hari kalender. Denda yang dibayar oleh
pemegang perseroan yang merupakan hak pemegang sukuk, oleh agen
pembayaran akan diberikan kepada pemegang sukuk secara proporsional
berdasarkan sukuk yang dimilikinya.38
d. Seorang atau lebih pemegang sukuk yang mewakili sekurang-kurangnya
20% dari jumlah dana sukuk yang masih terhutang (diluar dari jumlah
sukuk yang dimiliki oleh perseroan dan afiliasinya) dapat mengajukan
permintaan tertulis kepada wali amanat sukuk agar diselenggarakan
RUPSu dengan memuat acara yang diminta dengan melampirkan fotokopi
38 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230
87
konfirmasi tertulis untuk RUPSu (KTUR)39 yang diperoleh melalui
pemegang rekening dan memperlihatkan asli KTUR kepada wali amanat
sukuk.
e. Melalui RUPSu, pemegang sukuk berhak melakukan sebagai berikut:
1) memberikan pengarahan kepada wali amanat sukuk untuk menyetujui
suatu kelonggaran waktu atas suatu kelalaian menurut perjanjian
perwaliamanatan sukuk serta akibat-akibatnya untuk mengambil
tindakan lain.
2) Memberhentikan Wali Amanat Sukuk dan menunjuk pengganti wali
amanat sukuk menurut ketentuan perjanjian-perjanjian
perwaliamanatan sukuk.
3) Mengambil tindakan lain yang termasuk tapi tidak terbatas pada
mengubah perjanjian perwaliamanatan sukuk dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan dari perjanjian perwaliamanantan sukuk serta
perundang-undangan yang berlaku.40
5. Wali Amanat Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
a. Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk
Sehubungan dengan emisi Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007
telah ditandatangani akta perjanjian perwaliamanatan Sukuk Mudharabah
39 KTUR adalah Konfirmasi Tertulis untuk RUPSu 40 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230
88
I ADHI Tahun 2007 No. 22 tanggal 3 mei 2007 juncto Addendum No. 31
tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi
Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, antara PT Adhi Karya (persero) Tbk
dengan PT Bank Mega Tbk selaku Wali Amanat Sukuk.41
Dengan demikian yang berhak sebagai wali amanat sukuk atau
badan yang diberikan kepercayaan untuk mewakili kepentingan dan
bertindak untuk dan atas nama pemegang sukuk dalam rangka penawaran
umum “Sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007’’ adalah PT Bank Mega
Tbk yang telah terdaftar di BAPEPAM dengan No. 20/STTD-
WA/PM/2000 tanggal 2 agustus 2000 sesuai dengan Undang-Undang No.
8 Tahun 1995 serta Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 45
Tahun 1995 tentang penyelengaraan kegiatan di bidang pasar modal.42
b. Tugas pokok Wali Amanat Sukuk
Sesuai dengan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No.8 Tahun
1995 tanggal 10 November 1995 tentang pasar modal dan kemudian
ditegaskan kembali dalam akta perjanjian perwaliamanatan Sukuk
Mudharabah I ADHI Tahun 2007 No. 22 tanggal 3 mei 2007 juncto
addendum No. 31 tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan
Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, tugas pokok wali
amanat sukuk adalah mewakili kepentingan pemegang sukuk baik di
41 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 262 42 Ibid,. h. 262
89
dalam maupun di luar pengadilan dalam melakukan tindakan hukum yang
berkaitan dengan kepentingan pemegang sukuk mengenai pelaksanaan
hak-hak pemegang sukuk sesuai dengan syarat-syarat Emisi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian
perwaliamanatan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Negara Republik Indonesia khususnya peraturan di bidang
pasar modal dan peraturan KSEI mengenai sukuk. Tugas Wali Amanat
Sukuk mewakili Pemegang Sukuk berlaku Efektif sejak Tanggal Emisi
Sukuk.
c. Penggantian wali amanat sukuk
Berdasarkan akta perjanjian perwaliamanatan sukuk mudharabah I
ADHI Tahun 2007 No.22 tanggal 3 mei 2007 juncto addendum No.31
tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi
Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, wali amanat sukuk dengan sendirinya
berhenti menjadi wali amanat sukuk bilamana terjadi salah satu dari hal-
hal di bawah ini:43
1) Wali amanat sukuk dibubarkan oleh suatu badan peradilan atau oleh
suatu badan resmi lainnya atau wali amanat sukuk membubarkan diri
secara sukarela atau bubar menurut atau berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan. 43 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263
90
2) Dalam hal adanya suatu keputusan pailit atau likuiditas atas wali
amanat sukuk, atau suatu permohonan kepailitan diajukan oleh wali
amanat sukuk sendiri, atau wali amanat sukuk mengajukan
permohonan penundaan kewajiban membayar hutang;
3) Wali amanat sukuk mengajukan permohonan berhenti dari
kedudukannya selaku wali amanat sukuk secara tertulis kepada
perseroan dan memenggil RUPSu untuk mengajukan permohonan
berhenti, dengan menyebutkan alasan-alasannya, dan permohonan
berhenti itu harus diajukan sedikitnya 60 hari kalender sebelumnya,
akan tetapi wali amanat sukuk baru berhenti bertugas selaku wali
amanat sukuk berdasarkan perjanjian perwaliamanatan setelah
permohonan berhenti ini diterima baik oleh RUPSu dan pada saat wali
amanat sukuk yang menggantikannya telah ditunjuk oleh perseroan
dengan persetujuan RUPSu dan telah secara tertulis menyatakan setuju
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat perjanjian
perwaliamanatan, serta mulai efektif melaksanakan tugas-tugasnya.44
4) Wali amanat sukuk diberhentikan oleh RUPSu sebagaimana diatur
dalam ayat 11.1 huruf b perjanjian perwaliamanatan.
44 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 263
91
5) Semua jumlah terhutang telah dibayarkan oleh perseroan sesuai
dengan perjanian perwaliamanatan kepada pemegang sukuk.45
6) Atas permintaan Bapepam-LK46 dengan dilaksanakan hak Bapepam-
LK sebagaimana dimuat dalam ketentuan pasal 102 ayat 1 juncto pasal
102 ayat 2 huruf d, e, f dan g Undang-Undang Pasar Modal terhadap
Wali Amanat Sukuk.
7) Dalam hal perseroan tidak membayar imbalan jasa wali amanat sukuk
dan setelah wali amanat sukuk mengajukan permintaan pembayaran
secara tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut kepada perseroan
dalam jangka waktu 90 hari kalender, maka wali amanat dapat
mengajukan permohonan pengunduran diri kepada perseroan.47
6. Hasil Pemeringkatan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
a. Hasil pemeringkatan
Untuk memenuhi keputusan ketua Bapepam No. Kep/PM/ 1996
tanggal 17 januari 1996, perseroan telah melakukan pemeringkatan yang
dilaksanakan oleh pefindo. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas Sukuk
45 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264 46 Bapepam-LK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal 30-12-2005 nomor: 606/KMK.01/2005 tentang organisasi dan tata kerja badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan badan pemerintah dibawah naungan departemen keuangan tugasnya melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal 47 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264
92
sesuai dengan surat No.318/PEF-Dir/VI/2007, Sukuk yang diterbitkan
oleh perseroan mendapatkan peringkat:48
idA-(sy)
(Single A Minus Syariah; Stable outlook)
Skala pemeringkatan di bawah ini menunujukan urutan peringkat
yang berlaku untuk memberikan gambaran tentang posisi peringkat
“Sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007”.
b. Skala pemeringkatan efek hutang jangka panjang
1) AAA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas paling tinggi, yaitu
mempunyai kemampuan paling baik dalam membayar bunga dan
pokok pinjaman tepat pada waktunya.
2) AA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas sangat tinggi, yaitu
mempunyai kemampuan sangat baik dalam membayar bunga dan
pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah,
karena tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak
menguntungkan.49
3) A: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas tinggi, yaitu
mempunyai kemampuan baik dalam membayar bunga dan pokok
pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah, karena
48 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231 49 Ibid., h. 231
93
hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak
menguntungkan.
4) BBB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas cukup, yaitu
mempunyai kemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan
pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sedang, karena
cukup peka terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan.
5) BB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas rendah, karna
meskipun mempunyai kemampuan dalam membayar bunga dan pokok
pinjaman pada saat jatuh tempo, Namun memiliki resiko cukup tinggi,
karena sangat peka terhadap perubahan kondisi yang tidak
menguntungkan.
6) B: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kemampuan terbatas
dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Faktor resiko tinggi,
karena kemungkinan tidak membayar tepat pada waktunya, jika terjadi
perubahan kondisi yang tidak menguntungkan.50
7) CCC: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kualitas jauh di
bawah investment grade (peringkat tidak layak investasi), karena
mengandung ketidakpastian dalam membayar bunga dan pokok
pinjaman. Faktor resiko sangat tinggi, karena tidak mampu membayar
jika terjadi perubahan kondisi yang tidak menguntungkan.
50 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231
94
8) D: Efek hutang jangka panjang yang macet
c. Keterangan mengenai hasil pemeringkatan
Rasionali Pefindo menaikkan peringkat untuk perseroan dan
obligasi perseroan II Tahun 2003 sebesar Rp 200 miliar yang jatuh tempo
pada bulan juli 2008 dan obligasi III Tahun 2004 sebesar Rp 173 miliar
yang jatuh tempo pada bulan juli 2007 menjadi “idA-“ dari “idBBB+”.
Peringkat yang sama juga ditetapkan untuk Obligasi IV ADHI Tahun
2007 Sebesar Rp 375 miliar, sedangkan peringkat “idA-(sy)” ditetapkan
untuk sukuk mudharabah senilai Rp 125 miliar. Outlook dari peringkat-
peringkat tersebut adalah stabil. Peringkat-peringkat tersebut
mencerminkan perbaikan yang signifikan pada industry konstruksi, posisi
pasar perseroan yang semakin kuat, serta tingkat keuntungan yang relative
stabil. Namun, peringkat tersebut masih dibatasio oleh leverage keuangan
perseroan yang agresif dan proteksi arus kas yang dibawah rata-rata.51
d. Faktor-faktor pendukung atas kenaikan peringkat adalah sebagai berikut:
1) Perbaikan signifikan pada bisnis konstruksi
Bisnis perseroan di bidang jasa konstruksi akan secara positif
terpengaruh oleh perbaikan signifikan dari industri ini di masa
mendatang. Permintaan akan jasa konstruksi telah menguat dalam dua
tahun terakhir, dimana indicator-indikator makro ekonomi seperti suku 51 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231
95
bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi berada dalam tingkat yang lebih
baik.
2) Posisi pasar menguat dalam bisnis konstruksi
Perseroan telah secara konsisten mempertahankan
keberadaannya yang kuat dalam bisnis konstruksi di Indonesia.
Perseroan telah membukukan total penjualan sebesar Rp4,36 trillun
pada tahun 2006, meningkat 42% dari Rp3,07 triliun pada tahun 2005,
di tengah persaingan yang ketat. Kenaikan tajam penjualan tersebut
semakin menguatkan posisi pasar perseroan dengan perkiraan 25%
pangsa pasar dari sisi penjualan di antara perusahaan konstruksi
BUMN (dibandingkan 20% tahun sebelumnya).52
3) Tingkat keuntungan yang relatif stabil
Perseroan mampu mempertahankan tingkat keuntungan yang
stabil meskipun terjadi kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga
minyak di akhir tahun 2005. EBIT53 perseroan tetap relative stabil
pada 5,77% di tahun 2006 dibandingkan 5,67% pada tahun 2005,
marjin laba kotor juga stabil, berada 10,22% pada tahun 2006 dan
11,42% pada tahun 2005, dikarenakan manajemen proyek yang
52 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232 53 EBIT singkatan dari “Earnings Before Interest and Taxes” digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya)
96
optimal termasuk kemampuan melakukan kompensasi eskalasi kepada
pemilik proyek (yang sebagian besar dari proyek pemerintah) pada
saat harga-harga material naik karena kenaikan harga minyak selama
priode tersebut.
Kenaikan peringkat dibatasi oleh:
1) Tingkat leverage keuangan yang agresif
Sejalan dengan ekspansi bisnis yang dibiayai oleh pinjaman
eksternal, tingkat leverage keuangan perseroan yang agresif terus
berlanjut. Pada akhir 2006, hutang perseroan naik secara signifikan
menjadi 931,35 miliar dari Rp758,49 pada tahun sebelumnya. Sebagai
akibatnya, rasio hutang atas modal (DER) perseroan relative tinggi
yaitu 2,14x pada tahun 2006 dibanding 2,09x pada tahun 2005.
2) Proteksi arus kas yang dibawah rata-rata
Sejalan dengan tingkat leverage yang relaif tinggi, arus kas
perseroan dibawah rata-rata, yang tercermin dari EBITDA54 yang
relative rendah pada 0,29x dan 1,82x pada tahun 2006 dibanding 0,25x
dan 1,97x pada tahun 2005. Proteksi arus kas perseroan diprediksikan
akan melemah dalam jangka pendek, sejalan dengan rencana
54 EBITDA adalah singkatan dari "Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization" EBITDA digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya) dan depresiasi serta amortisasi.
97
menerbitkan obligasi baru untuk membiayai kembali hutang-
hutangnya yang jatuh tempo serta untuk membiayai ekspansi bisnis.55
55 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232
BAB IV
PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH
TERHADAP LABA USAHA PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
A. Alasan dan Manfaat Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
(PERSERO) Tbk
1. Alasan Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA Tbk
Pada prinsipnya saat itu pada tahun 2007 ada jatuh tempo obligasi
(PT Adhi Karya Tbk) sebelumnya yaitu obligasi III sejumlah kurang lebih Rp
200 miliar itulah sebagai refinancing artinya begitu jatuh tempo PT Adhi
Karya harus membayar kepada pemilik obligasi, dan dikembalikan uang
tersebut sebesar Rp 200 miliar. karena kami perlu untuk modal kerja dan
supaya modal kerjanya tidak terganggu tentunya kita menerbitkan obligasi
baru seri ke 4 atau Sukuk Mudharabah yang pertama, karena ini baru yang
pertama dengan menggunakan sistem syariah dan sebelumnya obligasi I,II
dan III yaitu dengan sistem konvensional. dan pada intinya alasan utamanya
yaitu refinancing dan tentunnya alasan berikutnya untuk tambahan modal
kerja dalam rangka pertumbuhan perusahaan karena kalau omset naik maka
modal kerja yang dibutuhkan juga naik sehingga perlu pendanaan lebih.1
Adapun kenapa PT Adhi Karya lebih memilih menerbitkan sukuk karena 1 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 juni 2010
98
99
adanya peluang untuk menjaring dana-dana yang masuk di pasar syari’ah dan
untuk lebih dikenal oleh para investor syari’ah agar pada saat menerbitkan
sukuk yang berikutnya menjadi lebih mudah. Dan akad yang digunakan yaitu
mudharabah karena pada saat itu yang paling cocok dengan jasa konstruksi
adalah mudharabah atas saran dari Dewan Syari’ah Nasional.2
2. Manfaat penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
Manfaat dengan diterbitkannya Sukuk Mudharabah yaitu
bertambahnya modal kerja sehingga proyek dan penjualanpun ikut bertambah
serta meningkatkan laba PT Adhi karya dan manfaat lainnya dapat dikenal
oleh masyarakat dan para investor syari’ah.3
B. Sistem Penentuan Imbalan Pada Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
Antara Emiten Dengan Pemegang Sukuk
1. Ketentuan Pendapatana Bagi Hasil
Sukuk ini memberikan pendapatan bagi hasil dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Perseroan diwajibkan untuk membayar kepada pemegang sukuk sejumlah
pendapatan bagi hasil setiap 3(tiga) bulan sejak Emisi yaitu pada setiap
tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil.
2 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 2 desember 2010 3 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 2 desember 2010
100
b. Pendapatan bagi hasil yang harus dibayar oleh perseroan kepada
pemegang sukuk pada tanggal pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan
perkalian antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang
sukuk.
c. Pendapatan yang dibagi hasilkan diambil dari laba kotor setelah proyek
kerjasama atas penjualan usaha jasa konstruksi sehubungan dengan salah
satu atau lebih proyek yang dijadikan dasar untuk perhitungan sesuai
dengan perjanjian perwaliamanatan sukuk
d. Besarnya nisbah pemegang sukuk adalah 76,39%
e. Pemegang sukuk berhak mendapatkan pembayaran pendapatan bagi hasil
adalah pemegang sukuk yang namanya tercatat dalam daftar pemegang
rekening, pada 4 (empat) hari bursa sebelum tanggal pembayaran
pendapatan bagi hasil, kecuali ditentukan lain oleh KSEI atau peraturan
perundang-undangna yang berlaku.
f. Dengan demikian jika terjadi transaksi sukuk setelah tanggal penentuan
pihak yang berhak memperoleh pendapatan bagi hasil tersebut, maka
pihak yang menerima pengalihan sukuk tersebut tidak berhak atas
pendapatan bagi hasil pada periode pendapatan bagi hasil yang
bersangkutan.
101
g. Tanggal-tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil adalah sebagai
berikut:4
Tabel 4.3 Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil5
Sumber Data : Prospektus Sukuk Mudharabah Adhi
Pendapatan Bagi Hasil ke-
Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil
Pendapatan Bagi Hasil ke-
Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil
1 6 oktober 2007 11 6 April 2010
2 6 januari 2008 12 6 Juli 2010
3 6 april 2008 13 6 Oktober 2010
4 6 juli 2008 14 6 Januari 2011
5 6 Oktober 2008 15 6 April 2011
6 6 Januari 2009 16 6 juli 2011
7 6 April 2009 16 6 Oktober 2011
8 6 Juli 2009 18 6 Januari 2011
9 6 Oktober 2009 19 6 April 2012
10 6 Januari 2010 20 6 Juli 2012
2. Ketentuan lainnya
a. Perseroan wajib menggunakan dana sukuk untuk membiayai proyek-
proyek pembangunan gedung dan infrastruktur dengan laba kotor setelah
4 Keterangan Tentang Sukuk dalam prospektus Sukuk Mudharabah I Adhi, Jakarta: Juni 2007, h. 217 5 Ibid,. h.217
102
proyek kerjasama setiap triwulan tidak kurang dari Rp. 4,5 miliar dalam
dana sukuk membiayai sebagian proyek proyek yang nilainya lebih besar
dari dana sukuk, maka perhitungan pendapatan bagi hasil ditetapkan
secara proporsional. Apabila proyek-proyek tersebut memberikan laba
kotor setelah proyek kerjasama lebih dari 4,5 miliar maka pemegang
sukuk memberikan kelebihannya kepada perseroan.
b. Perseroan wajib menyampaikan kepada wali amanat sukuk dan bursa efek,
informasi uraian dari perhitungan pendapatan bagi hasil berdasarkan
laporan keuangan triwulan selambat-lambatnya sepuluh hari kerja sebelum
tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, yang mencakup antara lain
informasi tentang satu atau lebih proyek yang menjadi dasar perhitungan
pendapatan usaha, laba kotor setelah proyek kerjasama/pendapatan yang
dibagihasilkan, dan pendapatan bagi hasil, disertai dengan pernyataan
tertulis perseroan kepada wali amanat sukuk yang menyatakan bahwa
informasi yang disajikan adalah tepat, benar dan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.6
3. Penentuan Imbalan Pendapatan Sukuk Mudharabah Untuk Pemegang
Sukuk
6 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I Adhi, Jakarta: Juni 2007, h. 4
103
Berikut ini adalah data-data pendapatan bagi hasil yang diperoleh oleh
Pemegang Sukuk (investor) sejak per September 2007 sampai dengan Juni
2010:
Tabel 4.4 Pendapatan Sukuk Mudharabah
untuk Pemegang Sukuk
(dalam rupiah penuh)
Waktu Laba Yang
Dibagihasilkan Jumlah yang
Dibagihasilkan
Pendapatan Bagi Hasil=Nisbah
(76,39%) x Pendapatan Yang
Dibagihasilkan(untuk Investor)
Sep 07 10.606.702.931 4.500.000.000 3.437.500.000
Des 07 15.608.102.698 4.500.000.000 3.437.500.000
Mar 08 18.845.908.950 4.500.000.000 3.437.500.000
Jun 08 19.329.676.680 4.500.000.000 3.437.500.000
Sep 08 19.898.225.447 4.500.000.000 3.437.500.000
Des 08 20.037.049.482 4.500.000.000 3.437.500.000
Mar 09 20.571.702.403 4.500.000.000 3.437.500.000
Jun 09 24.752.604.854 4.500.000.000 3.437.500.000
Sep 09 24.301.212.594 4.500.000.000 3.437.500.000
Des 09 23.759.466.576 4.500.000.000 3.437.500.000
Mar 10 11.588.298.246 4.500.000.000 3.437.500.000
Jun 10 10.214.536.466 4.500.000.000 3.437.500.000 Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya
Berdasarkan data di atas untuk pendapatan bagi hasil per tiga bulan
sekali yang diperoleh oleh pemegang sukuk yaitu sebesar Rp. 3.437.500.000
dari nisbah untuk pemegang sukuk sebesar 76,39%, dari jumlah pendapatan
yang di bagi hasilkan yaitu sebesar Rp 4.500.000.000 dari total laba kotor
yang dihasilkan pada setiap masing-masing periode.
104
4. Penentuan Imbalan Pendapatan Sukuk Mudharabh Untuk Emiten (PT
ADHI KARYATbk)
Berikut ini adalah data-data pendapatan bagi hasil yang di peroleh oleh
PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk atau Emiten sejak per September 2007
sampai dengan Juni 2010:
Tabel 4.5 Pendapatan Sukuk Mudharabah untuk Emiten
(dalam rupiah penuh)
Waktu Laba Yang
Dibagihasilkan Jumlah yang
Dibagihasilkan
Pendapatan Bagi Hasil=Nisbah(23,61%)
x Pendapatan Yang Dibagihasilkan(untuk
ADHI) Sisa
Pendapatan
Jumlah Pendapatan Untuk Adhi
Sep 07 10.606.702.931 4.500.000.000 1.062.500.000 6.106.702.931 7.169.202.931
Des 07 15.608.102.698 4.500.000.000 1.062.500.000 11.108.102.698 12.170.602.698
Mar 08 18.845.908.950 4.500.000.000 1.062.500.000 14.345.908.950 15.408.408.950
Jun 08 19.329.676.680 4.500.000.000 1.062.500.000 14.829.676.680 15.892.176.680
Sep 08 19.898.225.447 4.500.000.000 1.062.500.000 15.398.225.447 16.460.725.447
Des 08 20.037.049.482 4.500.000.000 1.062.500.000 15.537.049.482 16.599.549.482
Mar 08 20.571.702.403 4.500.000.000 1.062.500.000 16.071.702.403 17.134.202.403
Jun 09 24.752.604.854 4.500.000.000 1.062.500.000 20.252.604.854 21.315.104.854
Sep 09 24.301.212.594 4.500.000.000 1.062.500.000 19.801.212.594 20.863.712.594
Des 09 23.759.466.576 4.500.000.000 1.062.500.000 19.259.466.576 20.321.966.576
Mar 10 11.588.298.246 4.500.000.000 1.062.500.000 7.088.298.246 8.150.798.246
Jun 10 10.214.536.466 4.500.000.000 1.062.500.000 5.714.536.466 6.777.036.466 Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharbah PT Adhi Karya Tbk
Berdasarkan data di atas untuk pendapatan bagi hasil per tiga bulan
sekali yang diperoleh oleh PT ADHI KARYA yaitu sebesar Rp.
1.062.500.000 dari nisbah untuk pemegang sukuk sebesar 23,61%, dari
jumlah pendapatan yang di bagi hasilkan yaitu sebesar Rp 4.500.000.000 dari
105
total laba kotor yang dihasilkan pada setiap masing-masing periode. Jika
proyek-proyek tersebut memberikan laba kotor setelah proyek kerjasama lebih
dari 4,5 miliar maka kelebihannya tersebut diberikan kepada perseroan.7 Dan
nilai kontrak dari proyek kerjasama tidak seluruhnya menggunakan dana
Sukuk Mudharabah ada juga yang menggunakan dana pihak lainnya seperti
perbankan, institusi keuangan lainnya dan juga dari dana atau modal PT Adhi
Karya.8
Jadi penentuan pendapatan yang dibagi hasilkan 4,5 miliar dan
pendapatan yang diterima oleh pemegang sukuk sebesar 3,437 miliar
ditentukan berdasarkan imbalan hasil atau ekivalen sebesar 11% pertahun.
C. Analisa laporan Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 31
Desember 2006 s/d 31 Desember 2009
1. Laporan Laba Rugi PT Adhi Karya Periode 31 Desember 2006 s/d 31
Desember 2009
Tabel 4.6 berikut ini memperhatikan Komposisi Pendapatan dan Beban
Perseroan untuk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah) Laporan Laba Rugi 31 Desember
2006 2007 2008 2009
7 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 4 8 Kiki Syahgolang, PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Oktober 2010
106
Pendapatan Usaha Jasa Konstruksi
4.217.464.922 4.561.518.428 5.996.273.062 6 .800.696.884
Pendapatan Usaha EPC 67.797.536 244.778.772 300.097.593 2 15.347.787
Pendapatan Usaha Investasi:
43.597.192 167.569.613
- PT Adhi Realty 76.895.244 90.274.158 139.833.683
- PT Duri Indah Raya 398.939 227.803
- ADHI Oman 90.674.367 222.569.846 283.899.881
- ADHICON Persada 30.328.008 1 31.178.373
- ADHI Multi Power - 1 43.429.166
Jumlah Pendapatan Usaha
4.328.859.650 4.973.866.813 6.639,941.610 7 .714,613.580
Beban Pokok Pendapatan (3.926.032.515) (4.516.923.770) (6.095.668.546) (7.059.134.834)
Laba kotor 402.827.135 456.943.043 544.273.064 655.478.745
Laba - Proyek Kerjasama 34.159.526 38.513.100 28.247.588 96.401.449
Laba kotor setelah proyek kerjasama
436.986.661 495.456.143 572.520.652 751.880.195
Beban Pegawai 99.613.466 113.007.664 116 .994.137 119 .091 .515
Beban Umum 60.731.909 58.447.851 58.558.242 68.342.156
Beban Pemasaran 16.851.792 22.115.788 18.344.183.582 16.688.716
Beban Penyusutan 8.089.568 10.790.426 1 0.716.334 10.938.456
Jumlah Beban Usaha (185.286.735) (204.361.729) (204.612.898) (215.060.844)
Laba usaha 251.699.926 291.094.414 367.907.754 536.819.350
Jumlah pendapatan (beban) lain-lain - bersih
(122.793.486) (137.256.599) (245.368.615) (205.046.001)
Laba sebelum pajak penghasilan
128.906.440 153.837.815 122.539.138 331.773.348
Beban Pajak Penghasilan (37.820.621) (47.066.918) (69.464.993) (156.787.818)
Penghasilan (beban) pajak tangguhan
4.784.237 6.140.121 29.920.215 (12.061.771)
Laba sebelum hak minoritas
95.870.056 112.911.018 82.994.360 162.923.758
Hak minoritas atas laba anak perusahaan
(289.151) (1.309.615) (1.511.865) 2.605.974
Laba bersih 95.580.905 111.601.403 81.482.495 165.529.733
Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
107
Pendapatan Usaha Di tahun 2007 ADHI membukukan pendapatan usaha sebesar
Rp4.973.867 juta. hasil ini meningkat 14,9% dari tahun 2006 Rp4.328.860
juta. Komposisi Pendapatan usaha ADHI 2007 berdasarkan segmennya adalah
Gedung 54%, Infrastruktur 45%, dan di tahun 2009 ADHI membukukan
pendapatan usaha sebesar Rp7.714.614 juta, hasil ini meningkat 16,18% dari
tahun 2008 Rp6.639.942 juta. kontribusi masing-masing segmen ditahun 2009
yaitu: 88,15% jasa konstruksi atau mengalami kenaikan 13,42% dari tahun
2008 sebesar 91,31%; segmen EPC yang mengalami penurunan sebesar
28,24% dari tahun 2008 dari 4,52% menjadi 2,79% ditahun 2009.
Pendapatan investasi merupakan pendapatan milik anak perusahaan,
yaitu pendapatan Adhi Oman. Yang bergerak di bidang konstruksi sebesar Rp
283,899,881, dan pendapatan PT Adhi Realty yang bergerak di bidang
properti sebesar Rp 139,833,683 dan segmen investasi mengalami
peningkatan sebesar 103,33% pada tahun 2009 yaitu dari 5,17% ditahun 2008
menjadi 9,06% ditahun 2009.9
Tabel 4.7 Pendapatan Usaha Adhi Periode Tahun 2008 dan 2009
(dalam juta rupiah)
Segmen Usaha Pendapatan Usaha 2009 Persentase Pendapatan Usaha 2008 Persentase
Jasa Konstruksi 6.800.697 88,15 5.996.273 90,31
EPC 215.348 2,79 300.098 4,52
9 Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h. 39
108
Investasi 698.569 9,06 343.571 5,17
TOTAL 7.714.614 100,00 6.639.942 100,00 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT Adhi Karya Tbk
Selama tahun 2009, ADHI berhasil membukukan pendapatan usaha
sebesar Rp 7.714.614 juta, meningkat dari tahun 2008 yang membukukan
pendapatan usaha sebesar Rp 6.639.942 juta. pendapatan usaha ini berasal dari
tiga segmen usaha, yakni jasa konstruksi, EPC, dan investasi, dengan tipe
proyek gedung, EPC, dan Infrastruktur. Kontribusi masing-masing segmen di
tahun 2009 yaitu: jasa konstruksi 88,15%, EPC 2,79%, dan investasi 9,06%.
Sedangkan kontribusi di tahun 2008 adalah jasa konstruksi 90,31%, EPC
4,52% dan investasi 5,17%.
Beban Usaha
Terjadi peningkatan beban usaha di 2007 sebesar 10,29%, terutama
disebabkan oleh naiknya beban penjualan 31,24% dari tahun 2006, seiring
dengan peningkatan pendapatan usaha dan usaha untuk meningkatkan
perolehan kontrak baru dan investasi. Dan juga terjadi kenaikan beban usaha
di tahun 2009 menjadi Rp 215.061 juta dari Rp 204.613 juta di tahun 2008
atau naik sebesar 5,11%. Tetapi secara persentase terhadap Pendapatan Usaha
terjadi penurunan dari 3,08% ditahun 2008 menjadi 2,79% ditahun 2009,
sehingga terdapat efisiensi sebesar 0,30%.10
Laba (Rugi) Proyek Kerja Sama
10 Ibid., h. 39
109
ADHI juga melakukan kerja sama dalam pihak lain dalam
mengerjakan proyek. Di 2007 laba dari proyek-proyek kerja sama mencapai
Rp38.513 juta, diantaranya adalah lima proyek dengan kontribusi laba
terbesar. Di 2008 laba dari proyek-proyek kerja sama mencapai Rp28.247 juta
atau mengalami penurunan sebesar 26,65% dari tahun 2007 sebesar Rp38.513
juta. Perseroan juga melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam
mengerjakan proyek. Di tahun 2009 laba dari proyek-proyek kerja sama
mencapai Rp96.401 juta atau mengalami kenaikan sebesar 241,27% dari
tahun 2008 sebesar Rp28.246 juta.11
Tabel 4.8 Proyek-proyek Kerjasama Terbesar
PT Adhi Karya dari tahun 2006 s/d 2009
(dalam jutaan rupiah)
Nama Proyek 2006 2007 Nama Proyek 2008 Nama Proyek 2009
Suramadu Bridge 3.222 26.902 Jembatan Suramadu 11.958 Pengadaan Tabung LPG 3 kg 26.73
India Railway - 5.377 Bawakaraeng 4.783 Jembatan Suramadu 11.67
Jemb. Ngrame CS - 2.721 Dermaga Pantoloan 4.149 Rigid Taxiway Bandara Kualanamu 8.022
Ponre-ponre Irigasi System Work - 1.168 Kelok 93.846 Dermaga Pantoloan 6.462
Jl. Sukamaju 542 1.131 Sei Ular 2.347 Bojonegoro Barrage LRSIP II 6.067 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT Adhi Karya Tbk
Laba Bersih
11 Ibid., h. 39
110
Laba bersih konsolidasi (setelah Pajak Penghasilan) ADHI meningkat
16,76% dari tahun 2006 Rp. 95.581 juta menjadi Rp111.601 juta di 2007. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan usaha sebesar Rp 4.973.867
juta, meningkat 14,9% dari tahun 2006 Rp 4.328.860 juta, dan efisiensi pada
beban bunga yang turun 1,49% dari 2006 Rp 146.494 juta menjadi Rp144.311
juta di 2007. Margin Laba Bersih di 2007 adalah 2,24%, sedangkan di 2006
sebesar 2,21%.
Di tahun berikutnya laba bersih konsolidasi (setelah pajak
penghasilan) perseroan meningkat cukup besar 103,15% dari tahun 2008 Rp
81.482 juta menjadi Rp 165.530 juta di 2009, hal ini disebabkan selain karena
peningkatan pendapatan usaha juga karena adanya efisiensi (efisiensi beban
kontrak, beban usaha, penurunan biaya bunga) dan peningkatan laba proyek
kerjasama.12
2. Laporan Total Aset PT Adhi Karya Periode 31 Desember 2006 s/d 31
Desember 2009
Tabel 4.9 berikut ini memperhatikan Komposisi Asset Perseroan untuk
Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Neraca 31 Desember
2006 2007 2008 2009 12 Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h. 39
111
Aset lancer
Kas dan setara kas 174.004.576 784.297.752 364.904.002 306.902.360
Investasi sementara 212.063 2.290.171 858.577 280.551
Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 141.399.332 184.867.177 374.740.551 352.427.308
Pihak ketiga 482.828.186 592.040.995 741.518.078 980.653.403
Piutang retensi Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 65.905.269 92.390.618 120.390.158 147.031.440
Pihak ketiga 109.948.276 177.458.085 186.350.059 226.911.011 Tagihan bruto pemberi kerja Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 469.234.200 570.620.889 707.217.056 964.937.443
Pihak ketiga 577.817.753 847.379.807 889.026.499 941.895.285
Piutang lain-lain 13.182.465 44.290.264 53.695.604 82.255.357
Persediaan 179.041.121 264.230.912 606.987.785 510.173.578
Uang muka 112.307.728 155.514.017 315.173.029 262.274.229
Pajak dibayar dimuka 134.123.646 168.917.930 197.925.564 344.309.437
Biaya dibayar dimuka 111.432.387 68.358.310 94.189.444 84.314.953
Jumlah Aset lancar 2.571.437.002 3.952.656.927 4.652.976.411 5.204.366.361
Aset tidak lancar
Aset pajak tangguhan 12.635.706 18.775.827 50.047.081 2.745.561
Beban ditangguhkan 6.173.768 2.318.280 3.306.440 17.796.498
Investasi 51.260.000 73.460.010 61.947.516 61.545.255 Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2.390.458 2.119.043 16.320.737 9.811.941
Aset tetap 126.436.662 147.232.942 166.809.583 128.128.294 Setoran dana kerjasama operasi 29.482.520 50.120.498 87.129.744 80.870.374 Investasi dalam pelaksanaan 2.195.100 73.835.237 80.901.895 118.306.055
Jaminan 817.394 6.181.057 3.941.680 3.933.327
Aset lain-lain 38.839.325 6.467.528 1.987.451 1.950.664 Jumlah Aset tidak lancar 283.850.933 380.510.422 472.392.130 425.087.973
112
Jumlah Aset 2.869.948.047 4.333.167.349 5.125.368.541 5.629.454.335 Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
Aset Lancar
Aset lancar perseroan meningkat 11,85% menjadi Rp5.204.366 juta di
tahun 2009 hal ini disebabkan karena kenaikan piutang usaha 19,42% dan
piutang prestasi 19,46%.
a. Kas dan Setara Kas
Pos ini terdiri dari kas sebesar Rp50.398 juta, dan Rp733.899 juta
setara kas dalam simpanan giro dan berjangka. Komposisi simpanan giro
dan berjangka ini adalah 76,43% Rupiah, 12,71% USD, 10,34% Riyal
Oman, dan sisanya 0,5% dalam mata uang Riyal Qatar, Yen, dan Rupee
India. Pos Setara Kas ini tersebar di 27 bank yang berbeda dengan suku
bunga rata-rata 7,25% - 8,25%. kas dan setara kas mengalami peningkatan
350% dari Rp174,005 juta pada tahun lalu, hal ini terjadi karena terdapat
peningkatan yang besar dalam arus kas dari aktivitas operasi, yakni
Rp605.832 juta pada tahun ini dari tahun lalu yang minus Rp155.990 juta.
Pos ini terdiri dari kas sebesar Rp26.117 juta dan Rp280.785 juta
Setara kas dalam simpanan giro dan berjangka. komposisi simpanan giro
dan berjangka ini adalah 87,45% Rupiah; 8,84% USD; 3,70% Real Oman;
dan sisanya 0,0043% dalam mata uang Riyal Qatar dan Yen. Pos setara
kas ini tersebar di 27 bank yang berbeda dengan suku bunga rata-rata 5%-
10%. kas dan setara kas mengalami penurunan 15,90% dari Rp364.904
113
juta pada tahun lalu, hal ini terjadi karena digunakan untuk pembayaran
operasional proyek.13
b. Piutang Usaha
Kenaikan piutang usaha 24,46% dari tahun lalu Rp624.228 juta
menjadi Rp776.908 juta (net) di tahun 2007 tentunya berkaitan dengan
peningkatan pendapatan usaha perseroan. komposisi piutang usaha di
tahun ini terdiri dari 23,80% pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dan 76,20% pihak ketiga. Di tahun 2007 ini ADHI mencadangkan
Rp27.737 juta sebagai penyisihan piutang ragu-ragu yang diestimasi
berdasarkan umur piutang yang terbagi dalam rentang waktu dari 6 bulan
hingga lebih dari 24 bulan. Dari Rp27.737 juta ini, 90% -nya berasal dari
piutang usaha pihak ketiga. Selanjutnya, untuk penghapusan piutang tak
tertagih hanya bisa dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dewan
komisaris.
Pada tahun berikutnya piutang usaha 19,42% dari tahun lalu
Rp1.116.259 juta menjadi Rp1.333.081 juta (net) di tahun ini tentunya
berkaitandengan peningkatan pendapatan usaha perseroan. komposisi
piutang usaha di tahun ini terdiri dari 26,44% pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dan 73,56% pihak ketiga. Di tahun 2009 ini perseroan
mencadangkan Rp72.883 juta sebagai penyisihan piutang ragu-ragu. Dari 13 Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h. 36
114
Rp72.883 juta ini, 91,77% -nya berasal dari piutang usaha pihak ketiga.
Selanjutnya, untuk penghapusan piutang tak tertagih hanya bisa dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari dewan komisaris.14
c. Piutang Retensi
Dibandingkan dengan tahun 2006, piutang retensi perseroan
mengalami kenaikan 53,45% menjadi Rp269.849 juta di tahun 2007.
Sebesar Rp92.391 juta (34,24%) adalah piutang retensi kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan Rp177.458 juta (65,76%) kepada
pihak ketiga. Rincian piutang retensi kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa diantaranya adalah Rp38.629 juta (41,81%)
departemen pekerjaan umum, Rp13.797 juta (14,93%) badan rehabilitasi
dan rekonstruksi, dan Rp7.262 juta (7,86%) universitas islam negeri
malang. sedangkan porsi pihak ketiga diantaranya adalah Rp18.694 juta
(10,53%) UPI – Bandung, Rp17.141 juta (9,66%) yayasan taruma negara,
dan Rp14.185 juta (7,99%) PT Surya Gading Mas.
Pada tahun berikutnya piutang retensi perseroan mengalami kenaikan
21,91% menjadi Rp373.942 juta di tahun 2009 dibandingkan pada tahun
2008. sebesar Rp147.031 juta (39,32%) adalah piutang retensi kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan Rp226.911 juta (60,68%)
kepada pihak ketiga. rincian piutang retensi kepada pihak yang
14 Ibid., h. 37
115
mempunyai hubungan istimewa diantaranya adalah Rp33.065 juta
(8,84%) PT pln (persero), Rp28.935 juta (7.74%) departemen pekerjaan
umum, dan Rp21.007 juta (5.62%) pemerintah daerah provinsi. sedangkan
porsi pihak ketiga diantaranya adalah Rp48.996 juta (13,10%) tilal
development company llc, Rp32.972 juta (8,82%) PT cakrawala
bumimandala, dan Rp15.583 juta (4,17%) PT zelan priamanaya.15
d. Tagihan Bruto Pada Pemberi Kerja
Tagihan bruto pada pemberi kerja meningkat sebesar Rp370.949 juta
(35,43%) dari tahun 2006 Rp1.047.052 juta menjadi Rp1.418.000 juta di
2007. komposisi di tahun 2007, sebesar Rp570.621 juta (40,24%)
merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, diantaranya kepada departemen pekerjaan umum
Rp134.540 juta (23,58%), pemerintah daerah provinsi Rp86.345 juta
(15,13%), dan universitas islam negeri malang Rp41.373 juta (7,25%),
sedangkan sebesar Rp847.380 juta (59,76%) merupakan tagihan bruto
pada pemberi kerja pihak ketiga yang diantaranya adalah kepada al
habtoor engineering enterprises llc Rp180.865 juta (21,34%),sebesar
Rp104.428 juta (12,32%) jgc corp – PT kbr indonesia jo, dan Rp105.362
juta (12,43%) kepada PT jakarta monorail.
15 Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h. 37
116
Tagihan bruto pada pemberi kerja meningkat sebesar Rp310.589juta
(19,46%) dari tahun 2008 Rp1.596.244 juta menjadi Rp1.906.832 juta di
2009. komposisi di tahun 2009, sebesar Rp964.937 juta (50,60%)
merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, diantaranya kepada departemen pekerjaan umum
Rp328.640 juta (17,23%), PT angkasa pura (persero) Rp164.725 (8,64%),
pemerintah daerah provinsi Rp90.075 (4.72%), Rp64.717 juta (3,39%) PT
pln (persero) dan Rp59.548 juta (3,12%) PT jasa marga (persero) tbk,
sedangkan sebesar Rp941.895 juta (49,40%) merupakan tagihan bruto
pada pemberi kerja pihak ketiga yang diantaranya adalah kepada al
habtoor engineering enterprises llc rp221.846 juta (11,63%), tilal
development company llc Rp147.373 (7,73%), sebesar Rp105.362 juta
(5,53%) PT jakarta monorail, sebesar Rp96.571 juta (5,06%) PT chevron
pacific indonesia dan sebesar Rp 87.876 juta (4,61%) kepada PT putra
pratama sukses.16
e. Persediaan
Peningkatan persediaan dari tahun lalu sebesar 47,58% atau Rp85.190
juta menjadi Rp264.231 juta di 2007. komponen terbesar dalam
peningkatan ini adalah persediaan pada anak perusahaan pt adhi realty,
diantaranya adalah persediaan bangunan yang meningkat 266,73%
16 Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
117
menjadi Rp43.558 juta di 2007 dari tahun 2006 Rp11.878 juta.
peningkatan persediaan bangunan ini disebabkan karena terdapat
reklasifikasi akun pada persediaan bangunan berupa ruangan-ruangan
pada gedung adhi graha, ruko-ruko di kalimas dan niaga kalimas bekasi
timur dengan nilai Rp38.839 juta yang sebelumnya per 31 desember 2006
disajikan sebagai aktiva lain-lain. Komponen peningkatan yang lain
adalah persediaan bangunan dalam proses yang meningkat 319,59% salah
satunya mth 01 seluas 15.031 m2 senilai Rp8.452 juta, dan persediaan
tanah dalam proses Rp19.398 juta, meningkat 69,67% adalah tanah dalam
proses di bekasi timur.
Penurunan persediaan dari tahun lalu sebesar 15,95% dari Rp606.988
juta menjadi Rp510.174 juta di 2009. Komponen terbesar dalam
penurunan ini adalah pemakaian bahan baku proyek konstruksi sebesar
Rp125.830 juta dan penurunan persediaan gedung menara mth di jalan mt
haryono sebesar Rp34.665 juta, meskipun ada juga kenaikan persediaan
atas gedung mandau town square sebesar Rp51.806 juta dan kenaikan
persediaan apartemen salemba sebesar Rp26.754 juta yang merupakan
reklasifikasi dari biaya dibayar dimuka.17
Aset Tidak Lancar
17 Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
118
Di tahun 2007, aset tidak lancar adhi meningkat sebesar 27,47%,
menjadi Rp380.510 juta. hal ini dikarenakan terdapat peningkatan 43,31%
pada pos investasi pada perusahaan asosiasi dari 2006 Rp51.260 juta menjadi
Rp73.460 juta di 2007. pada pos ini terdapat penambahan penyertaan pada
kso adhi realty – eden capital sebesar Rp9.510 juta sehingga nilai penyertaan
dalam kso ini menjadi Rp57.030 juta, dan investasi dalam bentuk konversi
dari convertible bond terhadap PT jakarta monorail senilai Rp13.878 juta.
Peningkatan yang cukup besar pada aktiva tidak lancar juga dikarenakan
adanya peningkatan pada pos investasi dalam pelaksanaan yakni sebesar
Rp73.835 juta dari tahun 2006 Rp2.195 juta, yang dalam pos ini terdapat
gedung dalam pelaksanaan mall trade center di duri, riau yang dibangun oleh
anak perusahaan pt duri indah raya dengan persentase penyelesaian 52,58%.
Di tahun 2009, aset tidak lancar perseroan turun sebesar 10,01%,
menjadi Rp425.088 juta. hal ini dikarenakan adanya koreksi aset pajak
tangguhan sebesar Rp47.773 juta akibat penerapan pph final jasa konstruksi
dan adanya penjualan aset tanah, bangunan beserta peralatan pabrik yang ada
di cibitung yang masih mempunyai nilai buku Rp15.602 juta dengan harga
jual sebesar Rp60.000 juta.18
18 Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
119
3. Laporan Total Kewajiban dan Ekuitas PT Adhi Karya (Persero) Periode
31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009
Tabel 4.10 berikut ini memperhatikan Passiva Perseroan untuk
Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Neraca 31 Desember
2006 2007 2008 2009
Kewajiban lancar 2.152.017.382 3.268.543.873 3.963.050.896 4.352.268.432
Kewajiban tidak lancar 268.131.390 519.267.945 562.418.088 536.312.892
Ekuitas 440.661.059 531.234.662 584.279.189 731.199.659 Jumlah kewajiban dan ekuitas 2.869.948.047 4.333.167.349 5.125.368.541 5.629.454.335
Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
Kewajiban Lancar Di tahun 2007, kewajiban lancar adhi meningkat 51,88% menjadi
Rp3.268.544 juta. komposisi dari kewajiban lancar adhi ini adalah hutang
usaha 49,80%, hutang bank 9,52%, hutang pajak 0,92%, pendapatan diterima
dimuka 1,16%, uang muka kontrak 23,92%, biaya masih harus dibayar 5,10%,
bagian lancar kewajiban jangka panjang 8,36% (dalam pos ini terdapat hutang
obligasi ii yang jatuh tempo di 2008 Rp199.537 juta), dan hutang lainnya
1,22%. pos-pos yang mengalami peningkatan/penurunan lebih dari 20%
adalah hutang usaha 67,27%, hutang bank -42,02%, hutang pajak 69,50%,
120
uang muka kontrak 191,45%, biaya yang masih harus dibayar 148,20%, dan
hutang lain 45,91%.
Di tahun 2009, kewajiban lancar perseroan meningkat 9,82% menjadi
Rp4.352.268 juta. komposisi dari kewajiban lancar perseroan ini adalah
hutang usaha 65,48%; hutang bank dan non bank 8,13%; hutang pajak 1,10%;
pendapatan diterima dimuka 2,15%; uang muka kontrak 12,60%; biaya masih
harus dibayar 5,73%; bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
dalam satu tahun 3,21%; dan kewajiban lancar lain-lain 1,60%. pos-pos yang
mengalami peningkatan/penurunan lebih dari 20% adalah hutang usaha naik
20,98%; hutang bank dan non bank naik 62,83%; pendapatan diterima di
muka naik 70,87%; uang muka kontrak turun 40,77%; biaya masih harus
dibayar naik 38,69%; dan bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam satu tahun naik 33,05%.19
Kewajiban Tidak Lancar Komposisi kewajiban tidak lancar Adhi sebesar Rp519.268 juta adalah
hutang obligasi 95,87%, uang muka kontrak jangka panjang 1,71%, dan
kewajiban imbalan kerja 2,41%. kewajiban tidak lancar Adhi meningkat
89,84% dari tahun 2006 Rp273.532 juta. Peningkatan ini disebabkan karena
penerbitan Obligasi IV ADHI dengan nilai nominal Rp375.000 juta dan
19 Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
121
penerbitan Sukuk Mudharabah I ADHI tahun 2007 dengan nilai nominal
Rp125.000 juta, yang keduanya akan jatuh tempo 6 Juli 2012.
`Komposisi kewajiban tidak lancar perseroan sebesar Rp536.313 juta
adalah hutang obligasi 93,00%, kewajiban imbalan kerja 4,25%, dan hutang
jangka panjang lainnya 2,75%. kewajiban tidak lancar perseroan turun 4,64%
dari tahun 2008 Rp562.418 juta menjadi Rp536.313 juta di tahun 2009.20
Ekuitas
Ekuitas Adhi meningkat 20,55% menjadi Rp531.235 juta dari
tahun2006 Rp440.661 juta, yang disebabkan ole meningkatnya saldo laba
ditahan di 2007 Rp331.055 juta dari Rp240.481 juta di 2006. Ditahun
berikutnya ekuitas perseroan juga meningkat 25,15% menjadi Rp731.200 juta
dari tahun 2008 Rp584.279 juta, yang disebabkan oleh meningkatnya saldo
laba tidak dicadangkan di tahun 2009 Rp162.178 juta dari Rp78.131 juta di
tahun 2008 dan peningkatan di Saldo Laba dicadangkan di tahun 2009
Rp366.690 juta dari Rp306.189 juta di tahun 2008. 21
D. Perhitungan Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah I Terhadap Laba
Usaha PT Adhi Karya
1. Deskriptif Variabel
Tabel 4.11 Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha
20 Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 38 21 Ibid., h. 38
122
Periode September 2007 s/d Juli 2010
Laba Usaha Pendapatan
Sukuk
Sep 2007 213.003 7.169 Desember 2007 291.094 12.171 Maret 2008 70.797 15.408 Juni 2008 153.591 15.892 Sep 2008 52.161 16.461 Desember 2008 367.908 16.599 Maret 2009 16.791 17.134 Juni 2009 59.614 21.315 Sep 2009 129.454 20.864 Desember 2009 536.819 20.322 Maret 2010 31.635 8.150 Juni 2010 75.163 6.777
Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk dan Laporan Keuangan PT Adhi Karya (dalam jutaan rupiah)
a. Pendapatan Sukuk Mudharabah
Perkembangan pendapatan sukuk mudharabah PT ADHI KARYA
Tbk per triwulan dari September 2007 sampai dengan Juni 2010 dapat
dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.9
Perkembangan Pendapatan Sukuk
123
Sumber data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai pendapatan sukuk
mudharabah PT ADHI KARYA untuk periode 2007 sampai dengan 2010
mengalami penurunan pada triwulan ke-2 di tahun 2010 yaitu dengan
hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp 6.777 (miliar). Hal ini
disebabkan karena terjadinya krisis global pada tahun sebelumnya,
sehingga dampaknya baru dirasakan di tahun berikutnya dan dengan
adanya kepanikan dari investor. Selain itu juga dikarenakan belum
selesainya kontrak kerjasama pembangunan proyek-proyek sehingga
pendapatan sukuk adhi belum dapat dibagikan.
Akan tetapi dampak dari krisis global tersebut tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja dan performa dari PT ADHI KARYA
seiring dengan laba tertinggi yang berhasil dicetak oleh perusahaan pada
triwulan ke-2 di tahun 2009 sebesar 23.315.
b. Laba Usaha
124
Perkembangan nilai kemampuan perusahaan mencetak laba usaha
PT ADHI KARYA Tbk per triwulan dari September 2007 sampai dengan
Juni 2010 dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.10
Perkembangan Nilai Laba Usaha
Sumber Data: Laporan Keuangan PT Adhi Karya Per-Triwulan.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan nilai laba
usaha PT ADHI KARYA mengalami fluktuasi dan laba usaha terendah
yang diperoleh yaitu pada kuartal pertama ditahun 2009 yang hanya
memperoleh laba sebesar Rp 16.791 Miliar sedangkan laba tertinggi
diperoleh pada kuartal ke-empat ditahun yang sama yaitu sebesar Rp
536.819 Miliar seiring dengan banyaknya proyek kerjasama di bidang
konstruksi yang di terima oleh PT Adhi Karya dan meningkatnya laba
kotor setelah proyek kerjasama sehingga meningkatkan laba usaha
perusahaan.
125
2. Uji Normalitas
Data diolah untuk mengetahui apakah variable-variabel yang
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal, atau mendekati normal, atau
bahkan tidak normal. Jenis pengujian data menggunakan kurva P- Plot,
dimana data dikatakan normal atau mendekati normal apabila berada di
sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal.22
a. Kurva P- Plot
1) Pendapatan Sukuk Mudharabah ADHI
Hasil dari kurva P-Plot untuk pendapatan Sukuk Mudharabah
ADHI dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 4.11
Kurva P-Plot Pendapatan Sukuk
22 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan SPSS,
(Yogyakarya: Penerbit Andi, 2008), h.24.
126
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Normal P-P Plot of Pendapatan Sukuk
Hasil dari kurva p-plot untuk pendapatan sukuk mudharabah dapat
dikatakan normal karena berada di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya searah dengan garis diagonal tetapi pada tahun yang dapat
dilihat pada gambar diatas.
2) Laba PT Adhi Karya
Gambar 4.12
Kurva P-Plot Laba Usaha PT Adhi Karya
127
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Normal P-P Plot of Laba Usaha
Sama seperti hasil dari kurva p-plot untuk pendapatan Sukuk
Mudharabah kurva p-plot untuk laba Usaha PT Adhi Karya dapat
dikatakan normal karena berada di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya searah dengan garis diagonal yang dapat dilihat pada
gambar di atas.
b. Nilai Kolmogorof-Smirnov Test
Tabel 4.12
128
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12 1214.85517 166.502505.191016 159.410127
.209 .217
.152 .217-.209 -.174.724 .751.671 .626
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PendapatanSukuk Laba Usaha
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Dari gambar di atas mengenai distribusi data pendapatan sukuk
mudharabah dan Laba Proyek Usaha PT ADHI KARYA perioode
september 2007 sampai dengan Juni 2010 dan diperoleh angka
probabilitas atau Asyamp Sig (2-Tailed). Nilai tersebut dibandingkan
dengan 0,05 (menggunakan taraf signifikansi 5%) maka hasilnya yaitu:
Tabel 4.13 Keputusan Uji Normalitas
Data Kolmogorov-Smirnov Test
No
Nama Variabel
Nilai Asymp Sig (2- Tailed)
Taraf Signifikansi
Keputusan
1)
Pendapatan Sukuk ADHI
0,671
0,05
Normal
2)
Laba
0,626
0,05
Normal
Sumber data Tabel 4.10
Untuk pengambilan keputusan dengan pedoman:
129
Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data
adalah tidak normal.
ilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data
normal.
3. Uji Korelasi
Tabel 4.14 Hasil Korelasi Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha
N
adalah
Correlations
1 .200.533
12 12.200 1.533
12 12
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
PendapatanSukuk Laba Usaha
Pendapatan Sukuk
Laba Usaha
Dari hasil uji korelasi sederhanan (r) pada tabel 4.13 di atas, diperoleh
angka 0.200 yang berarti korelasi antara pendapatan sukuk dan laba usaha
sebesar 20%, sedangkan a
rah hubungan kedua variabel ini adalah positif
(searah), berarti semakin tinngi pendapatan sukuk maka semakin tinggi pula
4.
laba usaha PT Adhi Karya.
Uji Analisis Regresi Linier
130
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk
menentukan persamaan regresi linier sederhana dari Laba perusahaan yang
dipengaruhi oleh pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya
Tabel 4.15 Hasil Uji t Hitung
Coefficientsa
75.199 149.040 .505 .6256.146 9.514 .200 .646 .533
(Constant)Pendapatan Sukuk
Model1
B Std. Error
UnstandardizedficientsCoef
StandardizedCoefficients
Beta t Sig.
Dependent Variable: Laba Usahaa.
n sukuk mengalami kenaikan 1% maka laba usaha
T Adhi Karya akan naik sebesar 6.146 koefisien bernilai positif yang artinya
n yang positif antara pendapatan sukuk dengan laba usaha PT
Dari hasil perhitungan pada table 4.14 di atas, maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Konstanta sebesar 75.199 berarti apabila pendapatan Sukuk
Mudharabah PT Adhi Karya nilainya 0 (nol) maka laba usaha (Y) nilainya
adalah 75.199 koefisien regresi variable pendapatan sukuk sebesar 6.146
artinya apabila pendapata
Y = 75.199 + 6.146 X
P
terjadi hubunga
Adhi Karya, semakin tinggi pendapatan sukuk, maka akan semakin tinggi
pula laba yang diperoleh.
131
5.
t-tabel dengan kriteria:
= 12, df = 10, alpha = 0.05. t tabel = 1,812, t hitung = 0,646 Karena t
aka Ho tidak tolak, artinya pendapatan
Sukuk Mudharaba i Karya.
6. Koefisien Determinasi (R Square)
Tabel 4.16 Hasil Koefisien Determinasi
Uji Hipotesis
Uji t hasil perhitungan pada tabel 4.14 diatas adalah t-hitung
dibandingkan dengan
Ho : β = 0 = Tidak ditolak jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, artinya tidak
terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek
yang dibagihasilkan
Ha : β ≠ 0 = Ditolak jika –t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, artinya
terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek
yang dibagihasilkan.
n
hitung < t tabel, 0,646 < 1,812, m
h berpengaruh terhadap laba usaha PT Adh
Model Summary
.200a .040 -.056 163.807834Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Pendapatan Sukuka.
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi (R Square) pada tabel
4.15 di atas menunjukan bahwa pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah
terhadap laba usaha PT Adhi Karya Tbk adalah sebesar 0,040
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti dan membahas dan menguraikan tentang masalah bagaimana
Pengarug Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap Laba Usaha PT Adhi karya
(Persero) pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tahun 2007 ini adalah surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perseroan
kepada pemegang sukuk yang mewajibkan kepada perseroan untuk membayar
pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana sukuk yang dibuktikan
dengan sertifikat jumbo sukuk untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal 6 juli 2007 sampai dengan 6 juli 2012, dengan sukuk sebesar
Rp125.000.000.000 (seratus dua puluh lima miliar rupiah).
2. Alasan dan manfaat PT Adhi Karya menerbitkan Sukuk yaitu untuk
refinancing dan sebagai tambahan modal kerja perusahaan, Adapun kenapa
PT Adhi Karya lebih memilih menerbitkan sukuk karena adanya peluang
untuk menjaring dana-dana yang masuk di pasar syari’ah dan untuk lebih
dikenal oleh para investor syari’ah agar pada saat menerbitkan sukuk yang
berikutnya menjadi lebih mudah. Dan akad yang digunakan yaitu mudharabah
karena pada saat itu yang paling cocok dengan jasa konstruksi adalah
132
133
mudharabah atas saran dari Dewan Syari’ah Nasional. dengan menggunakan
akad Mudharabah yaitu antara Pemegang Sukuk Mudharabah bertindak
sebagai (Shahibul Mal) memberikan dana sukuk kepada perseroan dan pihak
perseroan sebagai (Mudharib) menggunakan dana tersebut untuk tambahan
modal kerja dan penyelesaian proyek-proyek yang sedang dan akan
dikerjakan. Dan perseroan juga menambahkan dana dari modal kerjanya
untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dijalankan maka ini dapat
disebut juga akad Syirkah Mudharabah.
3. Dari hasil penelitian ini penentuan bagi hasil yang diterima oleh pemegang
sukuk Adhi yaitu sebesar Rp3.437.500.000. dari jumlah yang dibagihasilkan
sebesar Rp4.500.000.000 dengan nisbah 76,39% untuk pemegang sukuk.
adapun sisa laba kotor setelah proyek kerjasama lebih dari 4,5 miliar maka
pemegang sukuk memberikan kelebihannya kepada perseroan. Sedangkan
bagi hasil yang diterima oleh emiten yaitu sebesar Rp1.062.500.000 dari
nisabah 23,61% untuk emiten/perseroan. Dari pendapatan bagi hasil tersebut
penulis memberikan kesimpulan bahwa dengan sudah ditetapkan di awal
pendapatan yang dibagi hasilkan sukuk sebesar 4,5 miliar, ini menunjukan
bahwa adanya kesamaan cara penentuan imbalan dengan obligasi seri ke 4
adhi dengan tingkat bunga tetap sebesar 11% per tahun.
4. dan yang terakhir pengaruh pendapatan sukuk terhadap laba usaha penulis
mengambil kesimpulan atas penelitian ini bahwa uji korelasi sederhana (r)
134
diperoleh hasil korelasi antara pendapatan sukuk Adhi dan laba proyek yang
dibagihasilkan sebesar 20%, sedangkan arah hubungan kedua variabel ini
adalah positif (searah), berarti semakin tinnggi pendapatan sukuk maka
semakin tinggi pula laba usaha Adhi Karya. Berdasarkan hasil uji hipotesis,
karena t hitung < t tabel, 0,646 <1,812, maka Ho tidak ditolak, artinya
pendapatan sukuk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha.
Dan berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi (R Square), terlihat
bahwa pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah terhadap laba usaha PT Adhi
Karya adalah sebesar 0,040 atau 4% dan pengaruh lain diluar model
pendapatan sukuk adalah sebesar 96%
Dan dengan melihat analisa laporan keuangan sebelum dan sesudah
tahun penerbitan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya, maka dapat dikatakan
bahwa Sukuk Mudharabah tersebut belum menjadi hal utama dalam
peningkatan pendapatan usaha, hal ini dikarenakan perseroan memang
bergerak dibidang jasa konstruksi dan EPC yang mengandalkan pendapatan
dari jasa konstruksi sehingga penerbitan Sukuk Mudharabah ini hanya sebagai
usaha kecil untuk refinancing dan pemenuhan modal kerja perseroan yang
berupaya untuk mengurangi beban financial perseroan. Dengan kata lain dana
yang dihasilkan dari Sukuk Mudharabah Adhi Tahun 2007 ini tidak
berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan permodalan bagi perseroan.
135
B. Saran
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan saran-saran dalam
kapasitasnya sebagai akademisi yang semoga bermanfaat bagi pihak-pihak
yang ingin mengetahui atau meneliti lebih lanjut mengenai pendapatan sukuk
mudharabah PT Adhi Karya dan laba proyek yang dibagihasilkan.
1. Diharapkan ada penelitian lanjutan baik oleh mahasiswa maupun peneliti
lainnya terhadap laba proyek yang dibagihasilkan PT Adhi Karya karena
penelitian ini hanya terbatas sampai pada periode juni 2010 dan belum
sampai terjadinya jatuh tempo pada sukuk mudhrabah ini yang baru akan
jatuh tempo pada 6 juli 2012.
2. Terdapat kemungkinan untuk melakukan penelitian dengan menggnakan
analisis perbandingan antara sebelum dan sesudah sukuk mudharabah I itu
diterbitkan dan adakah pengaruhnya terhadap pendapatan usaha PT Adhi
Karya Tbk
3. Dalam penelitian selanjutnya ada baiknya dilakukan di perusahaan-
perusahaan lainnya yang menerbitkan instrumen investasi yang berbasis
syariah. Sehingga semakin banyaknya penelitian yang dapat kita kaji atau
diperbandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang
yang sama-sama menerbitkan instrumen investasi yang berlandaskan
dengan prinspi syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, edisi.I. Cet.I. Jakarta: PT. Sinar
Grafika, 2008.
AlMuslih, Abdulah dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, Cet.
Ke-1 Jakarta: Darrul Haq, 2004.
Antonio, Muhammad Syafi`i. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, Cet.I. Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan,
Jakarta: Tazkia Institute, 1999
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi
VI., cet.XIII. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, edisi.I. Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada, 2007.
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta, BI.
Badan Pengawas Pasar Modal, Annual Report PT Adhi Karya, Jakarta: Bapepam
2009
Badan Pengawas Pasar Modal, Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya,
Jakarta: Bapepam 2007
Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002
Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah,
Cet. Ke-2 Jakarta: Kencana, 2008.
Haroen, Nasrun. Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Cet.I.
Jakarta: Yayasan Kalimah, 2000.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Hosen, M. Nadratuzzaman, dan A.M. Hasan Ali, Kamus: Populer Keuangan dan
Ekonomi Syariah, cet.I. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah
(PKES), 2007.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Jusuf, Jopie, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1995.
Latief, Azharudin, Fiqh Muamalat, Cet.1, UIN Jakarta Press, 2005.
Nathif J, Adam and Abdulkader Thomas, Islamic Bonds, Your Guide to Issuing,
Structuring and Investing in Sukuk, London: Euromoney Books, 2008
Nazir, Habib dan Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan
Syariah, Cet.I. Bandung: Kaki Langit, 2004.
Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Cet. Ke-1 Yogyakarta: Ekonisia 2008. Cet.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, Cet.IV, Bandung:
Alfabeta, 2008
Sujianto, Agus Eko, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Cet.I, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2009
Supranto, Josep, Statistik, Teori dan Aplikasi, edisi keenam, jilid 2. Cet.I, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2001.
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
http://www.adhi.co.id/ diakses pada tanggal 13 mei 2010
http://www.idx.co.id/ diakses pada tanggal 12 Januari 2010.
http://www.dmo.or.id/dmodata/Sukuk diakses pada 13 mei 2010
http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/ diakses pada 02 September 2010
www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2007/laporan
Studi akuntansi Syariah.pdf diakses pada 27 November 2010
Top Related