PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN DAN
KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PRO-
LINGKUNGAN MASYARAKAT BUKIT DURI
JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Ulfa Hannani
NIM : 1111070000033
Oleh :
Muhammad Dimas Muammar
NIM : 1111070000058
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
iii
iv
v
MOTTO
Health is Not Everything, But Without
Health Everything is Nothing
- Prof. Dr. Rusmin T, M.A -
Harga Kebaikan Manusia Diukur Dari
Apa Yang Diperbuatnya
- Ali Bin Abi Thalib -
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Oktober 2015
C) Muhammad Dimas Muammar
D) Pengaruh kesadaran lingkungan dan kesehatan terhadap perilaku pro-
lingkungan masyarakat Bukit duri Jakarta.
E) xiv + 84 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kesadaran lingkungan
dan kesehatan terhadap perilaku pro-lingkungan masyarakat Bukit duri
Jakarta.
Subjek pada penelitian ini berjumlah 203 masyarakat Bukit duri
Jakarta yang diambil dengan metode non probability sampling dan teknik
Accidental. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara
bersama-sama dari kesadaran lingkungan dan kesehatan terhadap perilaku
pro-lingkungan masyarakat Bukit duri Jakarta. Hasil uji hipotesis minor
menunjukkan bahwa general belief, personal attitude dan health self-
monitoring memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pro-lingkungan.
Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari Pro-lingkungan
yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 26.9%,
sedangkan 73.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian
ini.
G) Bahan bacaan : 43 ; 2 buku + 29 jurnal + 12 web internet
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) Oktober 2015
C) Muhammad Dimas Muammar
D) The influence of environmental and health consciousness to Pro-
environmental behavior in peoples of Bukit duri Jakarta
E) xiv + 84 pages + appendix
F) This study was conducted to determine the influence of environmental and
health consciousness to Pro-environmental behavior in peoples of Bukit
duri Jakarta.
The subject in this research were 203 peoples of Bukit duri Jakarta
were taken by non probability sampling and Accidental technique. CFA
(Confirmatory Factor Analysis) was used to test the validity of instrument
and Multiple Regression Analysis was used to test the research hypothesis.
The result showed that there is an effect of environmental and
health consciousness to Pro-environmental behavior in peoples of Bukit
duri Jakarta. Minor hypothesis test result indicated that general belief,
personal attitude and health self-monitoring have a significant effect on
Pro-lingkungan. The result also showed the proportion of the variance of
Pro-lingkungan described by all independent variables was 26.9%, while
73.1% was influenced by other variables outside of this research.
G) Reference: 43 ; 2 books + 29 journals + 12 web internet
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah swt
atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dibawah naungan
Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Bapak Dr.
Abdul Rahman Saleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ibu Dra.
Diana Mutiah, M.Si., dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Bapak Ikhwan
Luthfi, M.Psi., yang telah memberikan peneliti kesempatan untuk belajar
selama 4 tahun di Fakultas Psikologi.
2. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi. Peneliti
mengucapkan Terima kasih atas arahan, masukan, motivasi, kritik, serta
koreksi dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga ilmu yang Bapak berikan
menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amalan yang terus mengalir
pahalanya.
3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik kelas B
angkatan 2011 yang selalu memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan
masukan kepada peneliti selama menempuh studi. Serta seluruh dosen
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak
memberikan pelajaran kepada peneliti. Semoga ilmu tersebut terus
bermanfaat kedepannya.
4. Orang tua peneliti, Bapak Hadi Irianto dan Ibu Masnawati serta keluarga
besar peneliti yang selalu memberikan doa, kasih sayang, pengertian,
perhatian, dan dukungan baik moril maupun materiil.
ix
5. Para responden yang telah membantu peneliti dalam penelitian yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu per satu. Terima kasih karena telah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner peneliti.
6. Fadhila Ajeng R, terima kasih atas segala bantuan, nasihat, kritik, dukungan
dan masukan yang selalu diberikan kepada peneliti. Semoga semua selalu
terus berjalan dengan baik dan sukses dimasa depan.
7. Keluarga kelas B 2011 Nadiah, Mimid, Nida, Lia, Siescha, Egy, Uti, Dini,
Iqbal, Morin, Nisya, Rahman, Ola, Abay, Catur, Pupung, Oi, Ayep, Echa,
Icha, Rully, Ami, Ardy, Tiara, Afifah, Eva, Pipit, Siti, Fuji, Dana, Intan,
Daus, Sofa, Diah, Fara, May, Jane, Echi, Elil, Vira, Baidui, Epet, dan Felix
yang memberikan bantuan, dukungan, canda tawanya kepada peneliti.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa segala bentuk kekurangan dan kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja akan menjadi bahan renungan dan perbaikan
diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Peneliti berharap semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembaca.
Jakarta, Oktober 2015
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6
1.2.1 Pembatasan masalah ............................................................. 6
1.2.2 Perumusan masalah .............................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................... 10
1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pro-Lingkungan (Environmental Behavior) ................................... 13
2.1.1 Pengertian pro-lingkungan (environmental behavior) ......... 13
2.1.2 Bentuk perilaku pro-lingkungan........................................... 14
2.1.3 Pengukuran pro-lingkungan ................................................. 17
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pro-lingkungan ............. 19
2.2 Kesadaran Lingkungan (Environmental Consciousness)............... 20
2.2.1 Pengertian kesadaran lingkungan ......................................... 20
2.2.2 Dimensi kesadaran lingkungan ............................................ 21
2.2.3 Pengukuran kesadaran lingkungan ....................................... 22
2.3 Kesadaran Kesehatan (Health Consciousness) .............................. 23
2.3.1 Pengertian kesadaran kesehatan ........................................... 23
2.3.2 Dimensi kesadaran kesehatan............................................... 24
2.3.3 Pengukuran kesadaran kesehatan ........................................ 26
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 27
2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 31
2.5.1 Hipotesis mayor.................................................................... 31
2.5.2 Hipotesis minor .................................................................... 33
x
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 34
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian ............................................ 34
3.1.2 Teknik pengambilan sampel................................................. 34
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 35
3.3 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 37
3.4.1 Instrumen penelitian ............................................................. 38
3.5 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur .................................................. 40
3.5.1 Uji validitas item pro-lingkungan ........................................ 43
3.5.2 Uji validitas item General Belief .......................................... 45
3.5.3 Uji validitas item Information .............................................. 46
3.5.4 Uji validitas item Personal Attitude ..................................... 47
3.5.5 Uji validitas item Health Alertness ...................................... 49
3.5.6 Uji validitas item Health Consciousness .............................. 50
3.5.7 Uji validitas item Health Involvement ................................. 51
3.5.8 Uji validitas item Health Self-Monitoring ........................... 52
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 54
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .............................................. 58
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 64
4.2.1 Kategorisasi variabel ............................................................ 66
4.3 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 67
4.3.1 Proporsi varians independent variable ................................. 73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 75
5.2 Diskusi ............................................................................................ 85
5.3 Saran ............................................................................................... 81
5.3.1 Saran Teoritis ....................................................................... 81
5.3.2 Saran Praktis ......................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84
LAMPIRAN .................................................................................................... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Likert ......................................................................... 37
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Pro-Lingkungan .................................. 38
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kesadaran Lingkungan ..................................... 30
Tabel 3.4 Blue Print Skala Kesadaran Kesehatan ........................................ 40
Tabel 3.5 Muatan Faktor item Pro-Lingkungan ........................................... 44
Tabel 3.6 Muatan Faktor item General Belief ............................................ 46
Tabel 3.7 Muatan Faktor item Information ................................................. 47
Tabel 3.8 Muatan Faktor item Personal Attitude ........................................ 48
Tabel 3.9 Muatan Faktor item Health Alertness ......................................... 49
Tabel 3.10 Muatan Faktor item Health Consciousness .................................. 51
Tabel 3.11 Muatan Faktor item Health Involvement ..................................... 52
Tabel 3.12 Muatan Faktor item Health Self-Monitoring ............................... 53
Tabel 4.1 Skor Min, Maks, Mean, dan Standar Deviasi Variabel ............... 65
Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Skor .......................................................... 66
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Variabel .......................................................... 66
Tabel 4.4 Model Summary Analisis Regresi ............................................... 68
Tabel 4.5 Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV .......................... 68
Tabel 4.6 Koefisien Regresi ......................................................................... 70
Tabel 4.7 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV .......... 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 32
Gambar 4.1 Gambaran Umum Jenis Kelamin Subjek Penelitian ................... 58
Gambar 4.2 Gambaran Umum Usia Subjek Penelitian ................................... 59
Gambar 4.3 Gambaran Umum Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian........... 59
Gambar 4.4 Gambaran Umum Pekerjaan Subjek Penelitian .......................... 60
Gambar 4.5 Gambaran Umum Merokok Subjek Penelitian ........................... 60
Gambar 4.6 Gambaran Umum Mendapat Penyuluhan Subjek Penelitian ...... 61
Gambar 4.7 Gambaran Umum Pengetahuan Organisasi Lingkungan Hidup . 61
Gambar 4.8 Gambaran Umum Alat Transportasi Subjek Penelitian .............. 62
Gambar 4.9 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Sepeda ....................... 62
Gambar 4.10 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Motor ........................ 63
Gambar 4.11 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Motor ....................... 63
Gambar 4.12 Gambaran Umum Riwayat Penyakit Subjek Penelitian .............. 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Surat Izin Penelitian........................................................... 89
2. Lampiran Kuesioner ........................................................................... 90
3. Lampiran Syntax dan Path Diagram .................................................. 100
4. Lampiran Output Regresi ................................................................... 108
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian secara teoritis dan praktis.
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Namun
pada era globalisasi ini muncul berbagai macam permasalahan lingkungan. Bentuk
permasalahan lingkungan tersebut seperti pemanasan global, degradasi lingkungan,
polusi udara, banjir dan pencemaran air (Oskamp, 2000).
Permasalahan lingkungan ini menjadi perhatian masyarakat dari berbagai
kalangan. Seiring dengan perkembangan permasalahan ini muncul berbagai macam
bentuk perilaku pro-lingkungan sebagai upaya meminimalisir kerusakan lingkungan,
seperti energy conservation, mobility and transportation, waste avoidance,
consumerism, recyling, vicarious and social behavior toward conservation (Davis,
Green & Reed, 2009). Davis, Green dan Reed (2009) menjelaskan bahwa perilaku
pro-lingkungan adalah tindakan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. Perilaku
ini menunjukan tingkat kepedulian individu terhadap lingkungannya.
Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan cerminan dari perilaku pro-
lingkungan warga didaerah tersebut namun hal ini bertolak belakang dengan perilaku
yang ditunjukan warga di Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Kelurahan Bukit Duri merupakan daerah padat penduduk yang menempati peringkat
2
ketiga penduduk terbanyak se-Jakarta Selatan, setelah kelurahan Manggarai Selatan
dan kelurahan Lenteng Agung. Hingga tahun 2013 jumlah penduduk kelurahan Bukit
duri berjumlah 42.013 jiwa. Dari data penduduk kelurahan Bukit duri, diketahui
mayoritas dari penduduk kelurahan Bukit duri adalah warga pendatang
(data.jakarta.go.id, 14 Oktober 2015).
Keadaan pemukiman penduduk kelurahan Bukit duri yang padat dan sempit
membuat kondisi kesehatan menjadi memprihatinkan. Selain itu masih banyak warga
yang belum sadar akan kebersihan lingkungannya, sehingga seringkali warga
membuang sampah ke sungai Ciliwung tanpa memperdulikan dampak yang
ditimbulkan. Melihat keadaan ini, tidaklah mengherankan apabila kelurahan Bukit
duri sering mengalami banjir juga berbagai wabah penyakit seperti diare, demam
berdarah, dan penyakit lainnya (Herviantoro, 2009).
Berdasarkan data dan informasi bencana Indonesia Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga bulan Agustus 2015 kelurahan Bukit duri
adalah salah satu daerah yang terkena dampak banjir terburuk di Jakarta. Rumah-
rumah yang terletak disekitar sungai Ciliwung tergenang air hingga 3,5 meter. Hal ini
tidak hanya disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi melainkan
penumpukan-penumpukan sampah yang diakibatkan oleh perilaku warganya tersebut
(Chrismanto & Permadi, 2010).
Perilaku pro-lingkungan berperan penting dalam meminimalkan permasalahan
lingkungan yang terjadi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Krizek, Handy dan
Forsyth (2009) menjelaskan bahwa perilaku bersepeda atau berjalan kaki merupakan
3
solusi dalam menekan berbagai permasalahan lingkungan seperti polusi udara,
kemacetan dan masalah kesehatan seperti obesitas, jantung, kanker serta kematian
dini.
Menurut Stern (2000) perilaku pro-lingkungan dipegaruhi oleh faktor
kesadaran lingkungan (environmental consciousness). Kesadaran lingkungan ditandai
oleh sejauh mana seseorang terlibat dalam berbagai macam perilaku pro-lingkungan.
Shancez dan Lafuente (2010) menjelaskan bahwa kesadaran lingkungan adalah
pemahaman seseorang tentang lingkungan yang bersih dan sehat. Kesadaran
lingkungan dapat mendorong munculnya perilaku pro-lingkungan jika individu
memiliki general belief/values, personal attitudes, dan information di dalam dirinya.
Nickerson (2003) menjelaskan bahwa kesadaran lingkungan merupakan awal
terbentuknya kepedulian seseorang dalam menjaga lingkungan dari berbagai
kerusakan lingkungan. Kesadaran lingkungan juga memiliki peranan penting dalam
menciptakan keseimbangan, kelestarian lingkungan dan terbentuknya perilaku pro-
lingkungan. Dengan tingginya kesadaran lingkungan maka akan lebih mudah
seseorang untuk menjaga lingkungan dari ancaman kerusakan.
Kesadaran masyarakat Bukit duri yang rendah terhadap masalah lingkungan
hidup ini belum secara maksimal diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari
terbukti dengan penumpukan-penumpukan sampah disekitar tempat tinggal mereka,
menurunnya kualitas air sungai serta sering terjadinya banjir yang diakibatkan oleh
tersumbatnya saluran air oleh sampah. Asisten Menteri Kependudukan dan
Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa sikap masyarakat Bukit duri sebenarnya telah
4
menunjukan sikap positif terhadap pembuangan sampah namun tidak disertai
tindakan yang mendukung sikap tersebut (dalam Fadhilah, 2003).
Sejalan dengan hal tersebut Haeruman (1982) menyatakan meskipun
kesadaran masyawakat Bukit duri tentang pentingnya memelihara lingkungan sudah
meningkat, namun kesadaran untuk berbuat sesuatu guna mencegah perusakan dan
pencemaran lingkungan masih merupakan kelemahan utama (dalam Fadhila, 2003).
Gould (dalam Ture & Ganesh, 2012) menjelaskan bahwa perilaku pro-
lingkungan tidak hanya disebabkan oleh faktor kesadaran terhadap lingkungan tetapi
juga disebabkan oleh faktor kesadaran kesehatan. Orang yang sadar akan
kesehatannya cenderung khawatir akan dampak yang ditimbulkan oleh
lingkungannya terhadap diri sendiri dan sekitarnya. Orang-orang yang sadar akan
kesehatannya akan menunjukan sikap kepeduliannya terhadap lingkungan, salah
satunya adalah menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda,
membuang sampah pada tempatnya.
Gould (1988) menjelaskan health conciousness adalah pemahaman seseorang
tentang kondisi kesehatan fisiknya. Kesadaran kesehatan dapat mendorong
munculnya perilaku pro-lingkungan jika individu memiliki health self-alertness,
health self-consciousness, health self-monitoring dan health self-involvement dalam
dirinya. Ture dan Ganesh (2012) menjelaskan bahwa health consciousness
berpengaruh positif sebesar 87,3 % terhadap perilaku pro-lingkungan.
Kesadaran kesehatan masyarakat bukit duri terhadap berbagai macam
penyakit masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan data tabular dari PWS KLB
5
(W2) kelurahan yang memaparkan hingga bulan Oktober 2015 masyarakat kelurahan
Bukit duri yang menderita penyakit diare sebanyak 731 jiwa dibandingkan dengan
kelurahan Kebon baru, Manggarai selatan, Menteng (surveilans.dinkesdki.net, 14
Oktober 2015).
Penelitian lain dari Brody, Highfield dan Alston (2004) menunjukan bahwa
individu dengan pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih tinggi
dalam menjaga lingkungan. Penelitian lain tentang pendidikan dilakukan oleh Scott
dan Willits (1994) bahwa orang yang lebih berpendidikan cenderung untuk terlibat
dalam perilaku pro-lingkungan karena mereka mendapat informasi lebih banyak
tentang kerusakan lingkungan di sekolah. Raudsepp (dalam Brody, Highfield, Alston,
2004) berpendapat bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap kepedulian
lingkungan dalam hal ini wanita jauh lebih peduli terhadap lingkungan dibandingkan
laki-laki. Penelitian lain menjelaskan bahwa wanita lebih mungkin untuk terlibat
dalam perilaku pro-lingkungan karena budaya dan faktor-struktural sosial yang
membuat mereka lebih sadar antara penyebab dan konsekuensi dari kerusakan
lingkungan (Stern, Dietz, dan Kalof, 1993; Hunter, Hatch, dan Johnson, 2004).
Masyarakat kelurahan Bukit duri hingga tahun 2013 berjumah 42.013 jiwa
yang terdiri dari 20.599 jenis kelamin wanita dan 21.414 jenis kelamin laki-laki.
Penduduk dengan rentang 20-60 terdiri 12.417 jenis kelamin wanita dan 12.759 laki-
laki. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir masyarakat Bukit duri hingga tahun 2014
terdiri dari 6.424 tidak sekolah, 5.080 SD, 4.880 SMP, 16.550 SMA, 200 D1/D2,
1.660 D3, 3.505 S1, 255 S2, dan 16 S3 (data.jakarta.go.id, 14 Oktober 2015).
6
Berdasarkan data tersebut mayoritas masyarakat Bukit duri berjenis kelamin laki-laki
dengan mayoritas tingkat pendidikan terakhir SMA.
Pada penelitian ini, peneliti menjadikan warga kelurahan Bukit duri,
kecamatan Tebet, Jakarta Selatan sebagai sampel penelitian. Peneliti memilih sampel
warga kelurahan Bukit duri karena sesuai dengan karakteristik dan tujuan dalam
penelitian ini.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah perilaku pro-lingkungan yang
dipengaruhi oleh kesadaran lingkungan, kesadaran kesehatan dan faktor demografi
pada masyarakat Bukit Duri Jakarta.
Adapun pengertiannya sebagai berikut :
1. Perilaku pro-lingkungan adalah tindakan yang ditunjukan individu dalam
meminimalkan kerusakan lingkungan. Bentuk tindakan pro-lingkungan
diklasifikasikan menjadi enam bentuk tindakan yaitu energy conservation,
mobility and transportation, waste avoidance, consumerism, recyling,
vicarious and social behavior toward conservation (Davis, Green & Reed,
2009).
2. Kesadaran lingkungan (Environmental conciousness) adalah kesadaran
seseorang tentang lingkungan yang bersih dan menyehatkan seperti
kebersihan lingkungan, penggunaan dan pengelolaan air, polusi kendaraan
serta stabilitas keseimbangan lingkungan. Kesadaran lingkungan terbagi
7
dalam tiga dimensi yaitu general beliefs/values, personal attitudes, dan
information/knowledge (Shancez & Lafuente, 2010).
3. Kesadaran kesehatan (Health conciousness) adalah kesadaran seseorang
tentang kondisi kesehatan fisiknya seperti pola hidup sehat, aktivitas
keseharian dan rutinitas individu dalam memonitor kondisi kesehatannya.
Health consciousness merupakan variabel psikologi yang terdiri dari empat
dimensi yaitu health alertness, health self-conciousness , health involvement,
dan self-monitoring (Gould, 1988).
4. Aspek demografis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
pendidikan dan jenis kelamin masyarakat Kelurahan Bukit Duri Kecamatan
Tebet, Jakarta Selatan.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah , dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah kesadaran lingkungan, kesadaran kesehatan dan faktor demografi
mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara signifikan?
2. Apakah general beliefs/values mempengaruhi perilaku pro-lingkungan
secara signifikan?
3. Apakah personal attitudes mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
4. Apakah information/knowladge mempengaruhi perilaku pro-lingkungan
secara signifikan?
8
5. Apakah kesadaran lingkungan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan
secara signifikan?
6. Apakah health alertness mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
7. Apakah health self-consciousness mempengaruhi perilaku pro-lingkungan
secara signifikan?
8. Apakah health involvement mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
9. Apakah self-monitoring mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
10. Apakah kesadaran kesehatan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan
secara signifikan?
11. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
12. Apakah jenis kelamin mempengaruhi perilaku pro-lingkungan secara
signifikan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui adanya pengaruh antara kesadaran lingkungan dan kesadaran
kesehatan terhadap perilaku pro-lingkungan.
2. Menegtahui adanya pengaruh antara general beliefs/values terhadap
perilaku pro-lingkungan.
9
3. Mengetahui adanya pengaruh antara personal attitudes terhadap perilaku
pro-lingkungan.
4. Mengetahui adanya pengaruh antara information/knowladge terhadap
perilaku pro-lingkungan.
5. Mengetahui adanya pengaruh antara kesadaran lingkungan terhadap
perilaku pro-lingkungan.
6. Mengetahui adanya pengaruh antara health alertness terhadap perilaku
pro-lingkungan.
7. Mengetahui adanya pengaruh antara health self-consciousness terhadap
perilaku pro-lingkungan.
8. Mengetahui adanya pengaruh antara health involvement terhadap perilaku
pro-lingkungan.
9. Mengetahui adanya pengaruh antara self-monitoring terhadap perilaku
pro-lingkungan.
10. Mengetahui adanya pengaruh antara kesadaran kesehatan terhadap
perilaku pro-lingkungan.
11. Mengetahui adanya pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap perilaku
pro-lingkungan.
12. Mengetahui adanya pengaruh antara jenis kelamin terhadap perilaku pro-
lingkungan.
10
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Apabila penelitian ini membuktikan adanya pengaruh, maka diharapkan hal ini dapat
memberikan sumbangan terhadap ilmu psikologi, terutama teori dalam bidang
psikologi sosial, psikologi lingkungan dan psikologi kesehatan dengan menunjukan
bahwa kesadaran lingkungan dan kesadaran kesehatan berpengaruh terhadap perilaku
pro-lingkungan.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu
pengetahuan dan wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk penelitian
selanjutnya dengan masalah penelitian yang sama dalam ruang lingkup psikologi.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh
lapisan masyarakat khususnya masyarakat kota untuk mengingatkan pengetahuan
tentang perilaku pro-lingkungan, kesadaran lingkungan dan kesadaran kesehatan.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian yaitu, teori
tentang perilaku pro-lingkungan, kesadaran lingkungan dan kesadaran kesehatan,
kerangka berpikir dan hipotesis.
2.1 Pro-Lingkungan (Environmental Behavior)
2.1.1 Pengertian pro-lingkungan (Pro-environmental behavior)
Secara bahasa, kata pro-environmental behavior terdiri dari dua frasa kata bahasa
inggris yang pertama adalah pro-environmental mempunyai kata dasar
environment yang berarti lingkungan. Sedangkan arti behavior adalah perilaku.
Sehingga kata pro-environmental behavior dapat diartikan sebagai perilaku
individu terhadap lingkungan.
Davis, Green dan Reed (2009) mendefinisikan perilaku pro-lingkungan
sebagai tindakan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan seperti penghematan
energi, penggunaan transportasi, penanggulangan sampah, perilaku hemat, daur
ulang dan konservasi lingkungan. Stern (2000) mengartikan perilaku pro-
lingkungan menjadi dua definisi, yaitu definisi berdasarkan orientasi dampak
(impact-oriented definition) dan definisi berdasarkan orientasi maksud (intent-
oriented definition). Pengertian perilaku pro-lingkungan berdasarkan orientasi
dampak berkaitan dengan perilaku mengubah struktur dan dinamika ekosistem
atau biosfer.
Kaiser (1988) mendefinisikan perilaku pro-lingkungan sebagai tindakan
yang mengedepankan unsur-unsur pelestarian lingkungan. Barrow (2006)
14
mengatakan bahwa perilaku berwawasan lingkungan adalah aktivitas-aktivitas
individu dalam melakukan satu interaksi dengan lingkungan. Aktivitas tersebut
mencakup pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengelolaan lingkungan hidup
dilandasi oleh kesadaran diri yang diorientasikan kepada nilai-nilai moral
pembangunan untuk mencapai tujuan ekologis, sosial dan ekonomi. Sedangkan
Krajhanzl (2010) mengartikan perilaku pro-lingkungan sebagai perilaku yang
menunjukan perlindungan terhadap lingkungan atau kepedulian terhadap
lingkungan yang sehat.
Perilaku pro-lingkungan menurut Sivek dan Hungerford (dalam Halpenny
2005) didefinisikan sebagai tindakan dari individu atau kelompok yang
melakukan pelestarian sumber daya alam dan mengurangi kerusakan lingkungan.
Perilaku pro-environmental adalah perilaku yang umumnya dinilai masyarakat
sebagai cara melindungi lingkungan atau penghargaan untuk lingkungan yang
sehat (Krajhanzl, 2010).
Perilaku pro-lingkungan terbentuk salah satunya melalui tingkat kesadaran
lingkungan yang dimiliki individu. Shancez dan Lafuente (2010) menjelaskan
bahwa perilaku pro-lingkungan disebabkan oleh tingginya tingkat kesadaran
lingkungan yang dimiliki individu terlihat dari general belief, personal attitudes,
information yang dimiliki individu. Selain itu Gould (1988) menjelaskan bahwa
tingginya kesadaran kesehatan juga memiliki pengaruh dalam menciptakan
perilaku pro-lingkungan terlihat dari health alertness, health self-monitoring,
health involvement dan health self-monitoring yang dimiliki individu.
15
Berdasarkan penjelasan para ahli, peneliti menggunakan definisi perilaku
pro-lingkungan dari Davis, Green dan Reed (2009) sebagai dasar teori penelitian
yang mendefinisikan perilaku pro-lingkungan sebagai tindakan untuk
meminimalkan kerusakan lingkungan mencakup penghematan energi,
penggunaan transportasi, penanggulangan limbah, perilaku hemat, daur ulang dan
konservasi lingkungan.
2.1.2 Bentuk perilaku pro-lingkungan
Berdasarkan konsep para ahli perilaku pro-lingkungan terbagi dalam beberapa
bentuk diantaranya sebagai berikut :
1. Menurut Kaiser (1998) bentuk perilaku pro-lingkungan terbagi menjadi
tujuh bentuk perilaku.
a. Prosocial behavior
b. Ecological gerbage removal
c. Water and power conservation
d. Ecologigally aware consumer behavior
e. Gerbage inhibition
f. Volunteering in nature protection activities
g. Ecological automobile use
2. Menurut Davis, Green dan Reed (2009) bentuk perilaku pro-lingkungan
terbagi menjadi enam bentuk perilaku.
a. Energy conservation (penghematan energi)
b. Mobility and transportation (penggunaan transportasi)
c. Waste avoiden (penanggulangan sampah)
16
d. Consumerism (perilaku hemat)
e. Recycling (daur ulang)
f. Vicarious & social behavior toward concervation (perilaku sosial dan
konservasi lingkungan)
3. Menurut Nordlund dan Garvill (2002) bentuk perilaku pro-lingkungan
terbagi menjadi empat bentuk perilaku.
a. Perilaku yang ditunjukan dalam domain yang berbeda, seperti mendaur
ulang plastik, kertas, metal.
b. Konsumsi yang bertanggung jawab secara lingkungan seperti membeli
produk-produk ramah lingkungan.
c. Penghematan energi, seperti kebiasaan meghemat air panas.
d. Perilaku transportasi dengan menggunakan transportasi ramah
lingkungan seperti angkutan umum atau sepeda daripada mobil
pribadi.
4. Menurut Schultz dan associates (dalam Yuliman Gamal, 2009) bentuk
perilaku pro-lingkungan terbagi menjadi delapan bentuk perilaku.
a. Menggunakan kembali barang-barang bekas pakai (reuse).
b. Mengelola kembali surat kabar.
c. Membeli produk-produk dalam kemasan-kemasan yang bisa
digunakan kembali atau diolah kembali.
d. Mengolah kaleng atau botol.
e. Mendorong teman-teman/ keluarga untuk mengelolah barang-barang
bekas pakai.
17
f. Memungut sampah yang bukan anda hasilkan.
g. Mengkomposkan sisa-sisa makanan.
h. Menghemat bahan bakar dengan berjalan kaki atau bersepeda.
Bersadarkan konsep para ahli tersebut, peneliti menggunakan bentuk
perilaku pro-lingkungan berdasarkan Davis, Green dan Reed (2009) yang
mengklasifikasian bentuk perilaku pro-lingkungan menjadi enam bentuk perilaku
yaitu energy conservation, mobility and transportation, waste avoidance,
consumerism, recycling, vicarious & social behavior toward concervation.
Peneliti memilih untuk menggunakan bentuk perilaku pro-lingkungan dari Davis,
Green dan Reed (2009) karena disesuaikan dengan karakteristik sampel
penelitian.
2.1.3 Pengukuran pro-lingkungan
Beberapa alat ukur yang digunakan dalam pengukuran perilaku pro-lingkungan,
yaitu :
1. General Ecological Behavior Scale (GEBS) dikembangkan oleh Kaiser
(1998). Alat ukur ini terdiri dari 40 item dengan pilihan jawaban ya dan
tidak. Kaiser mengklasifikasikan perilaku pro-lingkungan menjadi tujuh
dimensi yaitu Prosocial behavior, Ecological gerbage removal, Water and
power conservation, Ecologigally aware consumer behavior, Gerbage
inhibition, Volunteering in nature protection activities dan Ecological
automobile use. Item dan indikator pada alat ukur ini diadaptasi oleh Davis
et.al (2009) dengan mengklasifikasikan enam jenis perilaku pro-
lingkungan yaitu energy conservation, mobility and transportation, waste
18
avoiden, consumerism, recycling, vicarious & social behavior toward
concervation.
2. New Environmental Paradigm (NEP) dikembangkan oleh Dunlap dan
Mertig (2000). Alat ukur ini terdiri dari lima belas item dengan pilihan
jawaban setuju hingga tidak setuju.
3. General ecological behavior scale dari Davis, Green dan Reed (2009)
untuk mengukur perilaku pro-lingkungan yang mengklasifikasikan
perilaku pro-lingkungan menjadi enam bentuk yaitu energy conservation,
mobility and transportation, waste avoiden, consumerism , recycling,
vicarious & social behavior toward concervation.
Peneliti memilih pengukuran dari Davis, Green dan Reed (2009) karena
bentuk item yang sudah sesuai dengan perkembangan perilaku pro-
lingkungan. Pengukuran pro-lingkungan berfokus pada enam indikator, yaitu
(1) energy conservation, (2) mobility and transportation, (3) waste avoiden,
(4) consumerism, (5) recycling, (6) vicarious and social behavior toward
concervation. Alat ukur yang digunakan adalah General Ecological Behavior
Scale (GEBS, Davis, Green & Reed, 2009) bertujuan untuk mengukur perilaku
pro-lingkungan yang terdiri dari 50 item.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pro-lingkungan
Menurut Kollmus dan Agyeman (2002) perilaku pro-lingkungan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Faktor Eksternal
a. Ekonomi
19
Faktor ekonomi adalah faktor yang mempengaruhi perilaku pro-
lingkungan. Individu dengan tingkat ekonomi yang baik, saat mereka
dihadapkan dengan dua pilihan jenis barang (barang dengan efisiensi
energi yang lebih tahan lama serta harga yang lebih mahal dengan barang
yang efisiensi energi rendah namun harga lebih murah), individu
cenderung lebih memilih barang dengan efisiensi yang lebih lama
walaupun harga lebih mahal.
b. Sosial dan kultural
Norma kultural dan faktor sosial mempengaruhi terbentuknya perilaku
pro-lingkungan. Negara kecil dengan penduduk yang padat akan lebih
teliti dan peduli dibandingkan dengan negara yang luas.
c. Institusi
Perilaku pro-lingkungan membutuhkan adanya dukungan dan ketersediaan
dalam bentuk fasilitas infrastruktur seperti menggunakan fasilitas
kendaraan umum untuk berpergian. Jika fasilitas ini kurang memadai maka
individu tidak akan menggunakan kendaraan umum dalam berpergian.
2. Faktor Internal
a. Pengetahuan lingkungan
Pengetahuan lingkungan memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pro-lingkungan dalam berbagai penelitian.
b. Sikap
Sikap berkaitan dengan keyakinan (beliefs) mengarah pada pengetahuan
(knowladge) yang dimiliki individu tentang orang, objek atau isu.
20
c. Kesadaran lingkungan
Kesadaran lingkungan yaitu mengetahui sejauh mana dampak perilaku
manusia terhadap lingkungan. Kesadaran meliputi kognitif, knowladge-
based component, dan afektif (Kollmus & Agyeman, 2002).
d. Keterlibatan emosi
Keterlibatan emosi terlihat dari sejauh mana individu memiliki hubungan
secara afektif dengan alam, sehingga individu dengan emosi yang lebih
kuat akan lebih menyukai perilaku pro-lingkungan.
e. Locus of control
Locus of control merupakan persepsi individu apakah ia memiliki
kemampuan untuk membawa perubahan perilaku untuk diri sendiri.
Individu dengan internal locus of control akan berpendapat bahwa
mereka mampu merubah lingkungan, sedangkan individu dengan
eksternal locus of control akan percaya bahwa perubahan lingkungan
hanya dapat dilakukan oleh orang lain.
f. Tanggung jawab dan prioritas
Saat perilaku pro-lingkungan sejalan dengan prioritas pribadi maka
individu akan termotivasi untuk melakukan perilaku pro-lingkungan. Jika
perilaku pro-lingkungan tidak sejalan dengan prioritas pribadi maka
perilaku pro-lingkungan akan lemah.
3. Faktor Demografi
Faktor yang mempengaruhi perilaku pro-lingkungan adalah gender dan
tahun pendidikan. Wanita pada umumnya memiliki pengetahuan yang
21
kurang luas dibandingkan dengan pria, namun mereka lebih terlibat secara
emosional seperti menunjukan kepedulian yang lebih terhadap kerusakan
lingkungan, kurang mempercayai solusi yang ditawarkan oleh teknologi
serta memiliki keinginan yang lebih untuk melakukan sebuah tindakan
perubahan terhadap alam. Tahun pendidikan dimaksudkan dengan
pengetahuan yang luas tentang emisi lingkungan.
Menurut Gould (1988) perilaku pro-lingkungan dipengaruhi oleh kesadaran
kesehatan (Health conciousness). Kesadaran kesehatan adalah pemahaman
individu tentang kondisi kesehatan fisiknya. Kesadaran kesehatan merupakan
salah satu dasar bagi individu untuk menentukan apakah mereka akan
memutuskan untuk berprilaku pro-lingkungan.
2.2 Kesadaran Lingkungan (Environmental Consciousness)
2.2.1 Pengertian kesadaran lingkungan
Kesadaran lingkungan menurut Shancez dan Lafuente (2010) adalah kesadaran
individu tentang lingkungan yang bersih dan menyehatkan seperti kebersihan
lingkungan, penggunaan dan pengelolaan air, polusi kendaraan serta stabilitas
keseimbangan lingkungan. Menurut Zelezy dan Schultz (2003) kesadaran
lingkungan ditandai oleh sejauh mana individu terlibat dalam berbagai macam
perilaku pro-lingkungan. Sedangkan Neolaka (dalam Retno Jamanti, 2014)
menyatakan bahwa kesadaran lingkungan adalah kesadaran individu terhadap
lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing
individu.
22
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari Shancez dan
Lafuente (2010) sebagai landasan teori dari kesadaran lingkungan yang
didefinisikan sebagai kesadaran individu tentang lingkungan yang bersih dan
menyehatkan seperti kebersihan lingkungan, penggunaan dan pengelolaan air,
polusi kendaraan serta stabilitas keseimbangan lingkungan.
2.2.2 Dimensi kesadaran lingkungan
Shancez dan Lafuente (2010) mengemukakan bahwa kesadaran lingkungan terdiri
dari beberapa dimensi, yaitu :
1. General belief/values
General belief/values adalah keyakinan individu atau cara individu menilai
lingkungan. General belief/values ini mempengaruhi perilaku pro-
lingkungan. General belief/values mencakup persepsi individu terhadap
kondisi kerusakan lingkungan dan terciptanya keseimbangan lingkungan.
2. Personal Attitudes
Personal attitudes adalah sikap individu terhadap kondisi lingkungan
dengan mengedepankan norma dan moral pribadi.
3. Information/knowladge
Information/knowladge adalah pengetahuan yang dimiliki individu
berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
2.2.3 Pengukuran kesadaran lingkungan
Beberapa alat ukur yang pernah digunakan dalam pengukuran kesadaran
lingkungan (environmental consciousness), yaitu :
23
1. Ecological Attitudes and Knowladge Scale (EAKS) yang dikembangkan
oleh Haytko dan Matulich (2008). Alat ukur ini terdiri dari 39 item dengan
pilihan jawaban setuju hingga tidak setuju. Alat ukur ini terdiri dari 3
dimensi yang mengukur tentang kesadaran dan perilaku, kepedulian
tentang lingkungan, dan kesediaan atau kemauan melakukan pro-
lingkungan.
2. Environmental Concern Scale (EC) and Awereness of Consequences Scale
(AC) yang dikembangkan oleh Stern (2000) dengan menerapkan konsep
theory planned behavior yang terdiri dari value-belief-norm (VBN).
3. Measuring Environmental Consciousness yang dikembangkan oleh
Shancez dan Lafuente (2010). Alat ukur ini dibuat untuk mengukur
kesadaran lingkungan dengan menggabungkan antara skala NEP dengan
teori Stern. Alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi yaitu general beliefs/value
(affective dimention), personal attitudes (dispositional dimention), dan
information/knowladge (cognitive dimention) dengan 6 indikator 3 untuk
general belief/value, 2 untuk personal attitudes, dan 1 untuk
information/knowladge.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kesadaran lingkungan
(environmental consciousness) dengan menggunakan alat ukur dari Shancez dan
Lafuente (2010). Peneliti menggunakan alat ukur dari Shancez dan Lafuente
(2010) karena dimensi yang diukur oleh alat ukur ini sesuai dengan teori
kesadaran lingkungan yang digunakan pada penelitian ini. Pengukuran kesadaran
lingkungan berfokus pada tiga indikator, yaitu (1) general belief, (2) information,
24
(3) personal attitudes. Alat ukur yang digunakan adalah Measuring
Environmental Consciousness (Shancez dan Lafuente, 2010) bertujuan untuk
mengukur kesadaran yang dimiliki seseorang akan lingkungannya.
2.3 Kesadaran Kesehatan (Health Consciousness)
2.3.1 Pengertian kesadaran kesehatan
Gould (1988) mengungkapkan bahwa kesadaran kesehatan adalah kesadaran
individu tentang kondisi kesehatan fisiknya seperti pola hidup sehat, aktivitas
keseharian dan rutinitas individu dalam memonitor kondisi kesehatannya.
Kesadaran kesehatan individu membahas tentang informasi pengetahuan tentang
kesehatan sehingga mengambil tindakan pencegahan terhadap penyakit seperti
berolahraga, konsumsi makanan bergizi (Gould et.al dalam Hyehyun Hong,
2009). Orang-orang yang sadar akan kesehatannya akan mencari informasi
tersebut dan menunjukan kekhawatiran tentang keadaan lingkungan serta dampak
negatif terhadap dirinya sendiri atau masyarakat luas. Orang-orang yang sadar
kesehatan adalah orang-orang yang menghargai kesehatannya dan menghormati
lingkungan (Gould, 1988).
Becker et al. (1984) menyatakan bahwa kesadaran kesehatan merupakan
penilaian tingkat kesiapan terhadap tindakan kesehatan. Jayanti dan Burns (1998)
mendefinisikan kesadaran kesehatan sebagai integrasi masalah kesehatan dalam
kehidupan individu. Gould et.al (dalam Hyehyun Hong, 2009) juga menunjukkan
bahwa kesadaran kesehatan mengacu pada bagaimana individu memperhatikan
kesehatan dirinya.
25
Berdasarkan konsep para ahli, peneliti menggunakan definisi kesadaran
kesehatan dari Gould (1988) yang mendefinisikan sebagai kesadaran individu
tentang kondisi kesehatan fisiknya seperti pola hidup sehat, aktivitas keseharian
dan rutinitas individu dalam memonitor kondisi kesehatannya.
2.3.2 Dimensi kesadaran kesehatan
Gould (1988) mengemukakan bahwa kesadaran kesehatan terdiri dari beberapa
dimensi, yaitu :
1. Health alertness
Health alertness adalah tingkat kewaspadaan individu terhadap kondisi
kesehatan fisiknya.
2. Health self-consciousness
Health self-consciousness adalah kesadaran individu yang menimbulkan
adanya perasaan dan keinginan untuk menjaga kondisi kesehatan fisiknya.
3. Health involvement
Health involvement adalah bentuk keterlibatan individu dalam menjaga
kondisi kesehatan fisiknya.
4. Health self-monitoring
Health self-monitoring adalah kemampuan individu dalam memonitor
kondisi kesehatan fisiknya.
2.3.3 Pengukuran kesadaran kesehatan
Beberapa alat ukur yang pernah digunakan dalam pengukuran kesadaran
kesehatan (health consciousness), yaitu :
26
1. Health Consciousness Scales yang dikembangkan oleh Kraft dan Goodell
(dalam Hyehyun Hong, 2009). Alat ukur ini terdiri dari 19 item yang
mengukur 4 dimensi tentang health environment sencitivity, physical fitness,
personal health responsibility, nutrition and stress management.
2. Health Consciousness Scales yang dikembangkan oleh Jayanti dan Burns
yang memodifikasi alat ukur dari Kraft dan Goodell (dalam Hyehyun Hong,
2009). Alat ukur ini terdiri dari 6 item.
3. Health Consciousness Scales yang dikembangkan oleh Gould (1988). Alat
ukur ini terdiri dari 9 item yang mengukur 4 dimensi tentang health alertness,
health self-consciousness, health involvement, health self-monitoring.
4. Health Consciousness Scales yang dikembangkan oleh Furnham & Forey
(dalam Hyehyun Hong, 2009). Alat ukur ini terdiri dari 14 item yang
mengukur 4 dimensi tentang health information seeking, food consumption,
environment awereness, perception of prescription drugs.
5. Health Consciousness Scales yang dikembangkan oleh Dutta-Bergman
(dalam Hyehyun Hong, 2009). Alat ukur ini terdiri dari 23 item yang
mengukur 4 dimensi tentang healthy eating, alcohol consumption, gambling,
exercising.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kesadaran kesehatan dengan
menggunakan alat ukur dari Gould (1988) yaitu Health Consciousness Scales.
Pengukuran kesadaran kesehatan berfokus pada empat indikator, yaitu (1) health
alertness, (2) health self-consciousness, (3) health involvement, (4) health self-
monitoring. Alat ukur yang digunakan adalah Health Consciousness Scales
27
(Gould, 1988) bertujuan untuk mengukur kesadaran kesehatan seseorang secara
fisik.
2.4 Kerangka Berpikir
Perilaku pro-lingkungan adalah bentuk tindakan yang ditunjukan individu dalam
meminimalkan kerusakan lingkungan seperti penghematan energi, penggunaan
transportasi, penanggulangan sampah, perilaku konsumsi, daur ulang dan
konservasi lingkungan (Davis, Green & Reed, 2009). Perilaku pro-lingkungan
merupakan solusi dari berbagai permasalahan lingkungan mulai dari banjir, polusi
udara, degradasi lingkungan, global warming hingga pencemaran air. Dalam
penelitian ini, peneliti akan meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
pro-lingkungan.
Perilaku pro-lingkungan ditunjukan oleh tinggi atau rendahnya tingkat
kesadaran lingkungan individu (Sanchez & Lafuente, 2010). Selain itu perilaku
pro-lingkungan juga ditunjukan oleh tinggi atau rendahnya tingkat kesadaran
kesehatan individu (Gould, 1988). Individu yang sadar akan lingkungan
cenderung akan menjaga dan melestarikan lingkungannya. Individu yang
memiliki kesadaran lingkungan dapat mengarahkan sikap dan perhatiannya
terhadap pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat (Shancez & Lafuente,
2010). Semakin tinggi tingkat kesadaran individu akan lingkungannya maka
semakin tinggi perilaku pro-lingkungannya. Kesadaran akan lingkungan memiliki
tiga dimensi yaitu general belief/values, personal attitudes,
information/knowladge (Davis, Green & Reed, 2009).
28
Individu dengan general belief/values yang tinggi akan menunjukan
tingginya perilaku pro-lingkungan. General belief/values berupa suatu keyakinan
atau nilai yang dimiliki individu tentang pentingnya menjaga lingkungan. Jika
individu memiliki keyakinan, nilai yang tinggi dalam dirinya tentang pentingnya
menjaga lingkungan maka perilaku yang ditimbulkannya berupa perilaku pro-
lingkungan. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya general belief/values yang
dimiliki individu dapat mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Davis, Green &
Reed, 2009).
Individu dengan personal attitudes yang tinggi akan menunjukan
tingginya perilaku pro-lingkungan. Personal attitudes berupa tindakan individu
dalam bertindak dengan mengedepankan norma dan moral pribadi yang ada pada
lingkungannya. Individu yang memprioritaskan norma dan moral tentang
lingkungan akan lebih baik dalam menjaga lingkungan, seperti larangan
membuang sampah sembarangan akan dijadikan pertimbangan utama individu
dalam bertindak. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya personal attitudes yang
dimiliki individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Davis, Green &
Reed, 2009).
Individu dengan information yang tinggi akan menunjukan tingginya
perilaku pro-lingkungan. Individu yang memiliki pengetahuan dan wawasan
tentang hal yang berkaitan dengan lingkungan akan lebih menjaga lingkungannya.
Prosesnya dilihat dari sejauh mana individu mendapatkan informasi tentang
lingkungan. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya information yang dimiliki
29
individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Davis, Green & Reed,
2009).
Perilaku pro-lingkungan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kesadaran
lingkungannya saja melainkan melalui faktor kesadaran kesehatan. Jika stimulus
yang dihadirkan berupa penumpukan sampah, polusi udara, dan pencemaran air
pada lingkungannya, maka individu yang memiliki kesadaran kesehatan akan
berprilaku preventif dalam menjaga kesehatannya juga lingkungannya yang dapat
mengancam kesehatannya. Individu dengan kesadaran kesehatan yang tinggi akan
menunjukan tingginya perilaku pro-lingkungan. Kesadaran kesehatan memiliki
empat dimensi yaitu health alertness, health consciousness, health involment,
health self-monitoring (Gould,1990).
Individu dengan health alertness yang tinggi akan menunjukan tingginya
perilaku pro-lingkungan. Health alertness berupa tingkat kewaspadaan individu
akan kesehatannya. Individu yang memiliki health alertness tinggi akan merasa
tidak nyaman ketika lingkungan yang ditempatinya sudah tidak sehat, kotor dan
tercemar. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya health alertness individu akan
mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Gould,1990).
Individu dengan heath self-consciousness yang tinggi akan menunjukan
tingginya perilaku pro-lingkungan. Individu yang memahami tentang
kesehatannya juga akan memahami pentingnya menjaga lingkungan. Jika stimulus
yang dihadirkan berupa penumpukan sampah pada lingkungannya maka individu
tersebut akan menyadari bahwa stimulus tersebut dapat mengancam
30
kesehatannya. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya health self-consciousness
individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Gould,1990).
Individu dengan health involvement yang tinggi akan menunjukan
tingginya perilaku pro-lingkungan. Health involvement berupa keterlibatan
individu dalam menjaga kesehatannya, seperti bersepeda atau berjalan kaki yang
tidak hanya berdampak pada kesehatannya tetapi juga pada lingkungan. Oleh
sebab itu, tinggi dan rendahnya health involvement individu akan mempengaruhi
perilaku pro-lingkungan (Gould,1990).
Individu dengan health self-monitoring yang tinggi akan menunjukan
tingginya perilaku pro-lingkungan. Health self-monitoring berupa tindakan
individu yang berkelanjutan dalam menjaga kesehatannya, seperti bike to work
yang dilakukan secara rutin dan berdampak tidak hanya untuk kesehatannya saja
tetapi juga berdampak pada lingkungan dalam proses pengurangan polusi
kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya health self-monitoring
individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Gould,1990).
Faktor demografis seperti tingkat pendidikan dan jenis kelamin juga
mempengaruhi perilaku pro-lingkungan. Individu dengan tingkat pendidikan
tinggi akan lebih paham mengenai dampak-dampak yang diakibatkan oleh
perilaku individu yang tidak pro-lingkungan. Tingkat pendidikan yang tinggi
memberikan sebuah proses pembelajaran, penambahan wawasan serta informasi
yang lebih luas mengenai lingkungan. Oleh sebab itu, tinggi dan rendahnya
tingkat pendidikan individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan.
31
Individu dengan jenis kelamin wanita jauh lebih memperhatikan kondisi
lingkungan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki yang
kecenderungan aktif bekerja diluar rumah serta mayoritas wanita yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Oleh sebab itu, individu dengan jenis kelamin wanita
lebih mempengaruhi perilaku pro-lingkungan (Brody, Highfield & Alston, 2004).
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
2.5.1 Hipotesis mayor
Ada pengaruh yang signifikan dari kesadaran lingkungan (general beliefs/values,
personal attitudes, dan information/knowledge) dan kesadaran kesehatan (health
alertness, health self-conciousness, health involvement, dan health self-
Demografis
PRO-LINGKUNGAN
General belief/values
Personal attitudes
Information/knowladge
Kesadaran Lingkungan
Kesadaran Kesehatan
Health alertness
Health self-consciousness
Health involvement
Health self-monitoring
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
32
monitoring) terhadap perilaku pro-lingkungan masyarakat Bukit Duri, Kampung
Melayu.
2.5.2 Hipotesis minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara general beliefs/values terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara personal attitudes terhadap perilaku
pro-lingkungan.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan antara information/knowladge terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan antara health alertness terhadap perilaku pro-
lingkungan.
Ha5 : Ada penagruh yang signifikan antara health self-consciousness terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan antara health involvement terhadap perilaku
pro-lingkungan.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan antara health self-monitoring terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku
pro-lingkungan.
Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap perilaku pro-
lingkungan.
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional dari variabel, instrumen penelitian, prosedur
pengumpulan data dan metode analisis data.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Bukit duri. Sampel
pneleitian sebanyak 203 orang dengan rentang usia 20-60 tahun RT 04 dan RT 05
dari 8 RT yang tersedia pada RW 12 Kelurahan Bukit duri Kecamatan Tebet, Jakarta
selatan. Peneliti memilih sampel tersebut karena letak lokasi tempat tinggal warga
yang tepat berada dipinggiran kali Ciliwung.
3.1.2 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode non
probability, dimana individu dalam populasi masyarakat Bukit duri tidak
mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik
yang digunakan adalah teknik accidental, karena peneliti menggunakan sampel yang
ditemukan pada saat proses pengambilan sampel.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain. Adapun
variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
35
1. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah perilaku pro-
lingkungan (Y).
2. Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah :
Kesadaran Lingkungan
X1 = General belief/valeus
X2 = Personal attitudes
X3 = Information/knowladge
Kesadaran Kesehatan
X4 = Health alertness
X5 = Health self-consciousness
X6 = Health involvement
X7 = Health self-monitoring
Demografis
X8 = Tingat pendidikan
X9 = Jenis kelamin
3.3 Definisi Operasional Variabel
1. Variabel terikat (dependent variabel)
Definisi operasional perilaku pro-lingkungan adalah perilaku individu yang
secara langsung berdampak pada perubahan lingkungan, seperti energy
conservation, mobility and transportation, waste avoidance, consumerism,
recycling, vicarious & social behavior toward conservation.
36
2. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Definisi operasional dari variabel bebas pada penelitian ini
adalah :
a. Kesadaran Lingkungan
Kesadaran lingkungan adalah kesadaran individu tentang lingkungannya
yang bersih dan menyehatkan seperti kebersihan lingkungan, penggunaan
dan pengelolaan air, polusi kendaraan serta stabilitas keseimbangan
lingkungan
b. Kesadaran Kesehatan
Kesadaran kesehatan adalah kesadaran individu tentang kondisi kesehatan
fisiknya seperti pola hidup sehat, aktivitas keseharian dan rutinitas
individu dalam memonitor kondisi kesehatannya.
c. Tingkat pendidikan
Terbagi atas pilihan pendidikan, Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, D3, atau
S1 dan diukur dari data identitas sampel yang diperoleh.
d. Jenis kelamin
Terdiri dari pilihan laki-laki atau perempuan dan diukur dari data identitas
sampel yang diperoleh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai
alat ukur pengumpulan data. Skala yang digunakan adalah model skala Likert yaitu
37
pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi
pernyataan setuju dan tidak setuju. Jawaban dari setiap item instrumen ini memiliki
rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif). Setiap item
diukur melalui empat kategori jawaban yaitu “Sangat sering (SS)”, “Sering (S)”,
“Tidak Sering (TS)”, dan “Sangat Tidak Sering (STS)”. Hal ini dilakukan untuk
menghidari terjadinya jumlah respon yang bersifat netral (central tedency).
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavorable). Skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban
sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju
untuk pernyataan favorable. Sedangkan skor tertinggi untuk pernyataan unfavorable
diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan pada
pilihan jawaban sangat setuju.
Tabel 3.1
Skor Skala Likert
Skala Favorable Unfavorable
Sangat Sering (SS) 4 1
Sering (S) 3 2
Tidak Sering (TS) 2 3
Sangat Tidak Sering (STS) 1 4
3.4.1 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu :
1. Skala Perilaku Pro-Lingkungan
38
Alat ukur perilaku pro-lingkungan yang digunakan berdasarkan modifikasi
dari Davies, Green dan Reed (2009) dari hasil adaptasi item dan indikator
General Ecological Behavior Scale (GEBS) yang dikembangkan oleh Kaiser
(1998) dengan mengikutsertakan berbagai jenis perilaku pro-lingkungan tanpa
mengikutsertakan pertanyaan yang mengandung intensi seseorang terhadap
perilaku.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Perilaku Pro-Lingkungan
NO ASPEK INDIKATOR FAV UNFAV TOTAL
1 Perilaku Pro-
Lingkungan
Recycling 1, 2 3 3
Mobility and transportation 4, 5 6 3
Waste avoidance 7, 9 8 3
Consumerism 10, 11, 12, 3
Energy conservation 13, 14 15 3
Vicarious , Social behavior 16, 17 18 3
TOTAL 13 5 18
2. Skala Kesadaran Lingkungan (Environmental Consciousness)
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kesadaran lingkungan dengan
menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Shancez dan Lafuente (2010)
yang menggunakan tiga komponen kesadaran lingkungan, adapun komponen
– komponen tersebut adalah general beliefs/values, personal attitudes,
information/knowladge.
39
Tabel 3.3
Blue Print Skala Kesadaran Lingkungan
NO ASPEK INDIKATOR FAV UNFAV TOTAL
1 General belief
/ values
Sikap terhadap kondisi
lingkungan global. 1
5
Tingkat persetujuan dengan
memberikan pernyataan berkaitan
dengan kepedulian terhadap
lingkungan.
3 13
Dukungan tindakan terhadap
peningkatan dan pengelolaan air. 5 14
2 Information /
knowladge
Sejauh mana seseorang
menganggap dirinya diberitahu
tentang isu – isu yang berkaitan
dengan lingkungan.
4
11
5
Pengetahuan seseorang yang
berkaitan dengan lingkungan
secara spesifik.
6,9 15
3
Personal
attitudes
Tingkat persetujuan dengan
memberikan pernyataan yang
berkaitan dengan sikap individu
terhadap perilaku pro-lingkungan
(norma personal dan self-
efficacy)
2, 8
7
5
Tingkat persetujuan dengan
usulan pro-lingkungan.
10,
12
TOTAL 10 5 15
3. Skala Kesadaran Kesehatan (Health Consciousness)
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kesadaran kesehatan dengan
menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Gould (1988) yang
menggunakan empat komponen kesadaran lingkungan, adapun komponen –
komponen tersebut adalah health alertness, health self-consciousness, health
involvement, health self-monitoring.
40
Tabel 3.4
Blue Print Skala Kesadaran Kesehatan
NO ASPEK INDIKATOR FAV UNFAV TOTAL
1 Health
Alertness
Tingkat kewaspadaan
seseorang akan kesehatannya
5, 6,
11 10, 12 5
2 Health Self –
consciousness
Kesadaran seseorang akan
kesehatannya. 1, 2, 3 13, 14 5
3 Health
Involvement
Keterlibatan seseorang dalam
menjaga kesehatannya.
4,9,
15, 16 17 5
4 Health Self –
Monitoring
Kemampuan individu dalam
memantau dan menampilkan
perilaku sehat.
7, 18,
19, 20 8 5
TOTAL 15 5 20
3.5 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Peneliti melakukan uji instrumen dengan sejumlah item dari tiga skala, yaitu skala
pro-lingkungan, skala dukungan sosial dan skala makna hidup. Uji instrumen ini
diberikan kepada seluruh sampel. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Adapun prosedur uji validitas konstruk dengan CFA adalah sebagai berikut :
1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait
yang hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan
item sebagai indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah
valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan
(hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang
didefinisikan (model unidimensional).
41
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar
item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika
teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item
hanya mengukur satu faktor saja (unidimensional).
5. Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang
dalam hal ini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian
kesalahan pengukuran (residual)
b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian di estimasi (dihitung)
korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar
item berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut
sigma).
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=Σ atau
dapat dituliskan Ho : S - Σ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan
menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan
(p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak.
Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu
konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.
42
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria,
yaitu :
a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan di drop karena
tidak memberikan informasi yang secara statistik bermakna.
b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga didrop karena
mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan.
Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang
pernyataannya unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (di reverse)
skornya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item
dimana tidak ada jawaban yang benar ataupun salah (misalnya, alat
ukur personality atau motivasi)
c. Item dapat juga di drop jika residualnya (kesalahan pengukuran)
berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini
berarti bahwa item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk
yang hendak diukur.
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-item
inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian
perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur
43
ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True score inilah yang
dianalisis dalam penelitian ini.
Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka peneliti
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T
score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah :
Rumus 3.1
T score = (10 x skor faktor) + 50
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software LISREL 8.70.
3.5.1 Uji validitas item pro-lingkungan
Peneliti menguji apakah 18 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Pro-lingkungan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 764.43, df = 135, Pvalue =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.152, oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare = 107.43,
df = 91, P-value = 0.11508, RMSEA = 0.030.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan apakah item tersebut perlu didrop
44
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.5
Muatan Faktor item Pro-Lingkungan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.55 0.07 8.09 SIGNIFIKAN
2 0.73 0.07 10.61 SIGNIFIKAN
3 0.42 0.07 6.21 SIGNIFIKAN
4 0.58 0.07 8.86 SIGNIFIKAN
5 0.48 0.07 7.02 SIGNIFIKAN
6 0.19 0.07 2.61 SIGNIFIKAN
7 0.66 0.07 9.56 SIGNIFIKAN
8 0.45 0.07 6.70 SIGNIFIKAN
9 0.45 0.07 6.66 SIGNIFIKAN
10 0.74 0.07 10.24 SIGNIFIKAN
11 0.47 0.07 4.43 SIGNIFIKAN
12 0.30 0.07 4.43 SIGNIFIKAN
13 0.47 0.07 6.44 SIGNIFIKAN
14 0.08 0.07 1.12 TIDAK SIGNIFIKAN
15 0.17 0.07 2.49 SIGNIFIKAN
16 0.55 0.07 7.99 SIGNIFIKAN
17 0.20 0.07 2.70 SIGNIFIKAN
18 0.38 0.07 5.62 SIGNIFIKAN
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 14 tidak
signifikan sehingga harus di drop. Sedangkan muatan faktor item lainnya signifikan
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, ada tujuh belas item valid yang mengukur
apa yang hendak diukur.
45
3.5.2 Uji validitas item General Belief
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur General Belief. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 61.83, df = 5, Pvalue =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.237, oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare = 4.74, df
= 3, P-value = 0.19219, RMSEA = 0.054.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
General belief. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6
Muatan Faktor item General Belief
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.75 0.07 11.01 SIGNIFIKAN
2 0.97 0.07 14.54 SIGNIFIKAN
3 0.53 0.07 7.65 SIGNIFIKAN
4 0.12 0.07 1.68 TIDAK SIGNIFIKAN
5 0.34 0.07 4.80 SIGNIFIKAN
46
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 4 tidak
signifikan sehingga harus di drop. Sedangkan muatan faktor item lainnya signifikan
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, ada empat item valid yang mengukur apa
yang hendak diukur.
3.5.3 Uji validitas item Information
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Information. Dari hasil analisis CFA didapatkan model fit satu
faktor, dengan Chi-square=6.81, df = 5, Pvalue = 0.23533, dan nilai RMSEA = 0.042.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model hanya mengukur
satu faktor yaitu Information. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini.
Tabel 3.7
Muatan Faktor item Information
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.68 0.08 8.07 SIGNIFIKAN
2 0.63 0.08 7.63 SIGNIFIKAN
3 0.42 0.08 5.13 SIGNIFIKAN
4 0.49 0.08 5.93 SIGNIFIKAN
5 0.29 0.08 3.43 SIGNIFIKAN
47
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor
dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.4 Uji validitas item Personal Attitude
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Personal Attitude. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 26.47, df = 5, Pvalue =
0.00007, dan nilai RMSEA = 0.146, oleh sebab itu, Peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare = 3.34, df
= 3, P-value =0.34218, RMSEA = 0.024.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
Personal Attitude. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini.
48
Tabel 3.8
Muatan Faktor item Personal Attitude
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.71 0.07 9.77 SIGNIFIKAN
2 0.53 0.07 7.65 SIGNIFIKAN
3 0.60 0.07 8.73 SIGNIFIKAN
4 0.88 0.06 13.60 SIGNIFIKAN
5 0.72 0.07 10.99 SIGNIFIKAN
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor
dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.5 Uji validitas item Health Alertness
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Health Alertness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 82.99, df = 5, Pvalue =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.278, oleh sebab itu, Peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare = 2.90, df
= 3, P-value =0.40742, RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
49
Health Alertness. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini.
Tabel 3.9
Muatan Faktor item Health Alertness
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.51 0.09 5.95 SIGNIFIKAN
2 1.26 0.14 8.85 SIGNIFIKAN
3 0.08 0.05 1.42 TIDAK SIGNIFIKAN
4 0.88 0.06 5.13 SIGNIFIKAN
5 0.22 0.06 3.59 SIGNIFIKAN
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 3 tidak
signifikan sehingga harus di drop. Sedangkan muatan faktor item lainnya signifikan
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, ada empat item valid yang mengukur apa
yang hendak diukur.
3.5.6 Uji validitas item Health Consciousness
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Health Consciousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 40.15, df = 5,
Pvalue = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.187, oleh sebab itu, Peneliti melakukan
50
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chisquare = 7.12, df = 3, P-value =0.06831, RMSEA = 0.082.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
Health Consciousness. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10 dibawah ini.
Tabel 3.10
Muatan Faktor item Health Consciousness
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.45 0.08 5.89 SIGNIFIKAN
2 0.61 0.09 7.07 SIGNIFIKAN
3 0.67 0.09 7.52 SIGNIFIKAN
4 0.42 0.09 4.70 SIGNIFIKAN
5 0.32 0.09 3.74 SIGNIFIKAN
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor
dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
51
3.5.7 Uji validitas item Health Involvement
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Health Involvement. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 21.85, df = 5, Pvalue =
0.00056, dan nilai RMSEA = 0.129, oleh sebab itu, Peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare = 6.24, df
= 4, P-value =0.18224, RMSEA = 0.053.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
Health Involvement. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11 dibawah ini.
Tabel 3.11
Muatan Faktor item Health Involvement
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.28 0.08 3.73 SIGNIFIKAN
2 0.50 0.08 6.57 SIGNIFIKAN
3 0.64 0.08 8.13 SIGNIFIKAN
4 0.92 0.09 10.79 SIGNIFIKAN
5 0.24 0.08 3.19 SIGNIFIKAN
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor
52
dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.8 Uji validitas item Health Self-Monitoring
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Health Self-Monitoring. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
didapatkan model fit satu faktor, dengan Chi-square = 9.44, df = 5, Pvalue = 0.09264,
dan nilai RMSEA = 0.066.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
Health Self-Monitoring. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini.
Tabel 3.12
Muatan Faktor item Health Self-Monitoring
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.58 0.07 8.19 SIGNIFIKAN
2 0.17 0.08 2.26 SIGNIFIKAN
3 0.52 0.07 7.14 SIGNIFIKAN
4 0.77 0.07 11.36 SIGNIFIKAN
5 0.84 0.07 12.48 SIGNIFIKAN
53
Berdasarkan tabel 3.12, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor
dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
3.6 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor yang
diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik yang
digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi
beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti. Melalui analisis
faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor) sebagai data input analisis
lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis
nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini
digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari satu independent
variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent variable. Pada penelitian
ini terdapat delapan independent variable dan satu dependent variable. Dengan
menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + b8X8 + b9X9+ e
54
Keterangan:
Y = Perilaku pro-lingkungan
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = General Belief
X2 = Personal Attitude
X3 = Information
X4 = Health Alertness
X5 = Health Self-Consciousness
X6 = Health Involvement
X7 = Health Self-Monitoring
X8 = Tingkat pendidikan
X9 = Jenis Kelamin
e = Residual
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara pro-lingkungan sebagai DV dengan general belief, personal attitude,
information, health alertness, health self-consciousness, health involvement, health
self-monitoring, tingkat pendidikan dan jenis kelamin sebagai IV. Besarnya perilaku
pro-lingkungan yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan ditunjukkan oleh
koefisien determinasi berganda atau R2.
R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan
independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan perkiraan
55
proporsi varians dari perilaku pro-lingkungan yang dijelaskan oleh general belief,
personal attitude, information, health alertness, health self-consciousness, health
involvement, health self-monitoring, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Untuk
mendapatkan nilai R2, maka digunakan rumus sebagai berikut :
Rumus 3.2
SSreg
R2 =
SSy
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada Ftest.
Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah
pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu
sendiri dengan df-nya (dilambangkan ‘k’), yaitu sejumlah IV yang dianalisis
sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah total
sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai
denumerator. Jika dirumuskan, maka:
Rumus 3.3
R2/k
F =
(1-R2)/(N-k-1)
56
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV yang
di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan IV
signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk
menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi terhadap DV.
Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standart error estimate
dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar MSres dibagi dengan SSx.
Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien
regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat dirumuskan:
Rumus 3.4
bi
ti =
sbi
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Total sampel pada penelitian ini berjumlah 203 orang. Berikut ini adalah sampel
yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan data gambaran
umum mengenai latar belakang subjek penelitian maka pada sub bab ini
ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian berdasarkan demografis dari
subjek penelitian.
Gambar 4.1 Gambaran Umum Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 82 orang atau 40 % dan jenis kelamin perempuan sebanyak 121 orang
atau 60 %.
59
Gambar 4.2 Gambaran Umum Usia Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel dengan usia 20-30 tahun sebanyak
85 orang atau 42 %, sampel dengan usia 31-40 tahun sebanyak 61 orang atau 30
%, sampel dengan usia 41-50 tahun sebanyak 42 orang atau 21 %, dan sampel
dengan usia 51-60 tahun sebanyak 15 orang atau 7%.
Gambar 4.3 Gambaran Umum Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas, dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel dengan tingkat pendidikan yang
beragam. Sampel dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 7 orang atau 3%,
terdapat sampel dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 5 orang atau 3%,
terdapat sampel dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 102 orang atau 50%,
terdapat sampel dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 54 orang atau 27%,
60
terdapat sampel dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 27 orang atau 13%, dan
terdapat sampel dengan tingkat pendidikan tidak sekolah sebanyak 8 orang atau
4%.
Gambar 4.4 Gambaran Umum Pekerjaan Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 81 orang atau 40%, sampel yang bekerja sebagai PNS sebanyak
2 orang atau 1%, sampel yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 45
orang atau 22%, sampel yang bekerja sebagai wirausaha sebanyak 4 orang atau
2%, dan pekerjaan lain sebanyak 71 orang atau 35%.
Gambar 4.5 Gambaran Umum Merokok Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel yang merokok sebanyak 87 orang
atau 43% dan sampel yang tidak merokok sebanyak 116 orang atau 57%.
61
Gambar 4.6 Gambaran Umum Mendapat Penyuluhan Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel yang sering mendapat penyuluhan
mengenai lingkungan sebanyak 55 orang atau 27%, sampel yang beberapa kali
(kadang-kadang) mendapat penyuluhan mengenai lingkungan sebanyak 135
orang atau 67% dan sampel yang tidak pernah mendapat penyuluhan mengenai
lingkungan sebanyak 13 orang atau 6%.
Gambar 4.7 Gambaran Umum Pengetahuan Organisasi Lingkungan Hidup
Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel yang mengetahui organisasi
Greenpeace Indonesia sebanyak 28 orang atau 14%, organisasi World Wide Fund
Indonesia (WWFI) sebanyak 11 orang atau 5%, organisasi Koalisi Pemuda Hijau
62
Indonesia (KOPHI) sebanyak 18 orang atau 9%, organisasi Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (WALHI) sebanyak 47 orang atau 23%, dan tidak tahu
organisasi lingkungan hidup di Indonesia sebanyak 99 orang atau 49%.
Gambar 4.8 Gambaran Umum Alat Transportasi Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, terdapat sampel yang menggunakan kendaraan
umum sebanyak 129 orang atau 64% dan sampel yang menggunakan kendaraan
pribadi sebanyak 74 orang atau 36%.
Gambar 4.9 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Sepeda Subjek
Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, sampel dengan intensitas penggunaan sepeda “rutin”
sebanyak 6 orang atau 3%, sampel dengan intensitas penggunaan sepeda “jarang”
sebanyak 19 orang atau 9% dan sampel dengan intensitas penggunaan sepeda
“tidak pernah” sebanyak 178 orang atau 88%.
63
Gambar 4.10 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Motor Subjek
Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, sampel dengan intensitas penggunaan motor “rutin”
sebanyak 129 orang atau 63%, sampel dengan intensitas penggunaan motor
“jarang” sebanyak 56 orang atau 28% dan sampel dengan intensitas penggunaan
motor “tidak pernah” sebanyak 18 orang atau 9%.
Gambar 4.11 Gambaran Umum Intensitas Penggunaan Mobil Subjek
Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, sampel dengan intensitas penggunaan mobil “rutin”
sebanyak 27 orang atau 13%, sampel dengan intensitas penggunaan mobil
64
“jarang” sebanyak 155 orang atau 77% dan sampel dengan intensitas penggunaan
mobil “tidak pernah” sebanyak 21 orang atau 10%.
Gambar 4.12 Gambaran Umum Riwayat Penyakit Subjek Penelitian
Berdasarkan data pada pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 203 orang, sampel dengan riwayat penyakit berat (diabetes,
lambung, tifus, rematik, TBC, DBD, hipertensi, hepatitis B, usus buntu, atep, dan
paru-paru) sebanyak 18 orang atau 9%, sampel dengan riwayat penyakit ringan
(kepala, magh, pinggang, demam, batuk, pilek, dan asam urat) sebanyak 27 orang
atau 13%, dan sampel yang tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 158 orang
atau 78%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
65
Tabel 4.1
Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
V1 203 13.13 94.86 50.00 15.00014
V2 203 3.79 80.92 50.00 15.00076
V3 203 8.91 86.97 50.00 15.00016
V4 203 3.72 85.09 50.00 15.00087
V5 203 1.00 81.78 50.00 15.00102
V6 203 7.32 87.21 50.00 14.99953
V7 203 .28 85.43 50.00 15.00001
V8 203 3.41 89.76 50.00 15.00021
V9 203 1.00 6.00 3.4433 1.00518
V10 203 .00 1.00 .4039 .49190
Valid N (listwise) 203
Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai
minimum dari variabel perilaku pro-lingkungan adalah 13.13 dengan nilai
maksimum = 94.86, mean = 50.00 dan SD = 15.00014. General belief memiliki
nilai minimum = 3.79 dan nilai maksimum = 80.92, mean = 50.00, dan SD =
15.00076. Information memiliki nilai minimum = 8.91 dan nilai maksimum =
86.97, mean = 50.00, SD = 15.00016. Personal attitude memiliki nilai minimum
= 3.72 dan nilai maksimum = 85.09, mean = 50.00, SD = 15.00087. Health
alertness memiliki nilai minimum = 1.00 dan nilai maksimum = 81.78, mean =
50.00, SD = 15.00102. Health self-consciousness memiliki nilai minimum = 7.32
dan nilai maksimum = 87.21, mean = 50.00, SD = 14.99953. Health involvement
memiliki nilai minimum = 0.28 dan nilai maksimum = 85.43, mean = 50.00, SD =
15.0001. Health self-monitoring memiliki nilai minimum = 3.41 dan nilai
maksimum = 89.76, mean = 50.00, SD = 15.00021. Tingkat pendidikan memiliki
nilai minimum = 1.00 dan nilai maksimum = 6.00, mean = 3.4433, SD = 1.00518.
Jenis kelamin memiliki nilai minimum = 0.00 dan nilai maksimum = 1.00, mean =
0.4039, SD = 0.49190.
66
4.2.1 Kategorisasi variabel
Peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan true score yang skalanya telah
dipindah menggunakan rumus T score yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Nilai tersebut menjadi batas peneliti untuk menentukan kategorisasi
rendah dan tinggi dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi
skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Pedoman Interpretasi Skor
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pro-lingkungan 101 102 49.75 50.24
general belief 129 74 63.54 36.45
Information 126 77 62.06 37.93
personal attitude 128 75 63.05 36.94
health alertness 121 82 59.60 40.39
health self-consciousness 130 73 64.03 35.96
health involvement 122 81 60.09 39.90
health self-monitoring 146 57 71.92 28.07
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 155 jumlah subjek
penelitian, terlihat pada variabel perilaku pro-lingkungan skor rendah sebanyak
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X ≤ Mean
67
49.75% dan skor tinggi sebanyak 50.24%. Pada variabel general belief skor
rendah sebanyak 63.54% dan skor tinggi sebanyak 36.45%. Pada variabel
Information skor rendah sebanyak 62.06% dan skor tinggi sebanyak 37.93%. Pada
variabel personal attitude skor rendah sebanyak 63.05% dan skor tinggi sebanyak
36.94%. Pada variabel health alertness skor rendah sebanyak 59.60% dan skor
tinggi sebanyak 40.39%. Pada variabel health self-consciousness skor rendah
sebanyak 64.03% dan skor tinggi sebanyak 35.96%. Pada variabel health
involvement skor rendah sebanyak 60.09% dan skor tinggi sebanyak 39.90%.
Pada variabel health self-monitoring skor rendah sebanyak 71.92% dan skor
tinggi sebanyak 28.07%.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan Multiple Regression
Analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari
hasil analisis faktor. Lalu peneliti memindahkan skala faktor skor tersebut
menjadi T score.
Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan
oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan
terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti
melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan
68
oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Standars Error of
the Estimate
1 .519a .269 .235 13.11847
a. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Information, Tingkat pendidikan, Health Self-
Consciousness, Health Alertness, General Belief, Health Involvement, Personal Attitude
Heatlh Self-monitoring
Berdasarkan data pada tabel 4.4 diketahui bahwa perolehan R2 sebesar
0.269 atau 26.9%. Artinya proporsi varians dari perilaku pro-lingkungan yang
dijelaskan oleh semua Independent Variable dalam penelitian ini adalah sebesar
26.9 %, sedangkan 73.1 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh
Independent Variable terhadap perilaku pro-lingkungan. Adapun hasil uji F dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12236.655 9 1359.628 7.900 .000a
Residual 33214.179 193 172.094
Total 45450.834 202
a. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Information, Tingkat pendidikan, Health Self-Consciousness, Health
Alertness, General Belief, Health Involvement, Personal Attitude Heatlh Self-monitoring
b. Dependent Variable: Pro-lingkungan
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. <
69
0.05, maka hipotesis mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi kesadaran lingkungan (general belief, information, dan personal
attitude), dimensi kesadaran kesehatan (health alertness, health self-
consciousness, health involvement, dan health self-monitoring) dan demografis
(tingkat pendidikan dan jenis kelamin) terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari general belief, information, personal
attitude, health alertness, health self-consciousness, health involvement, health
self-monitoring, tingkat pendidikan dan jenis kelamin terhadap perilaku pro-
lingkungan.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig. < 0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap perilaku pro-lingkungan,
begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV
terhadap perilaku pro-lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.446 5.230 3.909 .000
General belief .179 .082 .179 2.180 .030
Information -.041 .078 -.041 -.524 .601
Personal attitude .396 .090 .396 4.402 .000
Health alertness -.034 .084 -.034 -.409 .683
Health self-consciousness .139 .071 .139 1.958 .052
Health involvement .133 .092 .133 1.444 .150
Health self-monitoring -.226 .087 -.226 -2.603 .010
Tingkat pendidikan .811 .950 .054 .854 .394
Jenis kelamin -1.407 1.921 -.046 -.732 .465
a. Dependent Variable: Pro-lingkungan
70
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi Pro-
lingkungan : 20.446 + 0.179 (General Belief) – 0.41 (Information) + 0.396
(Peronal Attitude) – 0.034 (health alertness) + 0.139 (health self-consciousness) +
0.133 (health involvement) – 0.226 (health self-monitoring) + 0.811 (Tingkat
pendidikan) – 1.407 (Jenis kelamin).
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tujuh
Independent Variable hanya general belief, personal attitude dan health self-
monitoring yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh
pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel general belief : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.179
dengan Sig. sebesar 0.030 (Sig. < 0.05), dengan demikian H1 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari general belief terhadap
terhadap pro-lingkungan tidak ditolak. Artinya general belief memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan.
2. Variabel Information : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.041
dengan Sig. sebesar 0.601 (Sig. > 0.05), dengan demikian H2 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari Information terhadap
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya Information tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan.
3. Variabel Personal attitude : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.369
dengan Sig. sebesar 0.000 (Sig. < 0.05), dengan demikian H3 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari Personal attitude terhadap
perilaku pro-lingkungan tidak ditolak. Artinya, Personal attitude memiliki
71
pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan. Nilai
koefisien regresi yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif
antara Personal attitude dan perilaku pro-lingkungan. Dari arah hubungan
tersebut dapat diartikan jika skor Personal attitude seseorang itu tinggi
maka skor perilaku pro- lingkungannya akan tinggi ataupun sebaliknya.
4. Variabel health alertness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.034
dengan Sig. sebesar 0.683 (Sig. > 0.05), dengan demikian H4 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari health alertness terhadap
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya health alertness tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pro-lingkungan.
5. Variabel health self-consciousness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.139 dengan Sig. sebesar 0.052 (Sig. < 0.05), dengan demikian H5 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari health self-consciousness
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya dari health self-
consciousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan.
6. Variabel health involvement : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.133
dengan Sig. sebesar 0.150 (Sig. > 0.05), dengan demikian H6 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari health involvement terhadap
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya, health involvement tidak
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan.
72
7. Variabel health self-monitoring : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.226 dengan Sig. sebesar 0.010 (Sig. < 0.05), dengan demikian H7 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari health self-monitoring
terhadap perilaku pro-lingkungan tidak ditolak. Artinya dari health self-
monitoring memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan. Nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan arah
hubungan yang negatif antara health self-monitoring dan perilaku pro-
lingkungan. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika skor health
self-monitoring seseorang itu tinggi maka skor perilaku pro-lingkungannya
akan rendah.
8. Variabel tingkat pendidikan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.811
dengan Sig. sebesar 0.394 (Sig. > 0.05), dengan demikian H8 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari tingkat pendidikan terhadap
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya, tingkat pendidikan tidak
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan.
9. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -1.407
dengan Sig. sebesar 0.465 (Sig. > 0.05), dengan demikian H9 yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap
terhadap perilaku pro-lingkungan ditolak. Artinya, jenis kelamin tidak
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan.
73
4.3.1 Proporsi varians independent variable
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap perilaku pro-lingkungan. Maka dari itu,
peneliti melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu
independent variable setiap melakukan regresi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut :
Tabel 4.7
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
Sig. F
Change
General belief .373a .139 .135 13.95473 .139 32.399 .000
Information .390b .152 .144 13.87809 .014 3.226 .074
Personal attitude .467c .218 .206 13.36339 .066 16.703 .000
Health alertness .468d .219 .203 13.39064 .001 .191 .663
Health self-consciousness .486e .236 .217 13.27362 .017 4.507 .035
Health involvement .488f .238 .215 13.29069 .002 .494 .483
Health self-monitoring .515g .265 .238 13.09118 .026 7.020 .009
Tingkat pendidikan .517b .267 .237 13.10279 .002 .655 .419
Jenis kelamin .519c .269 .235 13.11847 .002 .537 .465
Predictors: (Constant), general belief, information, personal attitude, health alertness, health self-
consciousness, health involvement, health self-monitoring, Tingkat pendidikan, Jenis Kelamin
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel general belief/values memberikan sumbangan sebesar 13,9 %
terhadap varians perilaku pro-lingkungan.
2. Variabel information memberikan sumbangan sebesar 1,4 % terhadap
varians perilaku pro-lingkungan.
3. Variabel personal attitude memberikan sumbangan sebesar 6,6 % terhadap
varians perilaku pro-lingkungan.
74
4. Variabel health alertness memberikan sumbangan sebesar 0,1 % terhadap
varians perilaku pro-lingkungan.
5. Variabel health self-consciousness memberikan sumbangan sebesar 1,7 %
terhadap perilaku pro-lingkungan.
6. Variabel health involvement memberikan sumbangan sebesar 0,2%
terhadap perilaku pro-lingkungan.
7. Variabel health self-monitoring memberikan sumbangan sebesar 2,6 %
terhadap varians perilaku pro-lingkungan.
8. Variabel Tingkat pendidikan memberikan sumbangan sebesar 0,2 %
terhadap varians perilaku pro-lingkungan.
9. Variabel Jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,2 % terhadap
varians perilaku pro-lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
IV yaitu adanya general belief, personal attitude, health self-consciousness, dan
health self-monitoring yang memberikan sumbangan terhadap varians perilaku
pro-lingkungan secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan.
75
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari general belief/values, information, personal
attitude, health alertness, health self-consciousness, health involvement, health
self-monitoring, tingkat pendidikan dan jenis kelamin terhadap perilaku pro-
lingkungan. Berdasarkan hasil proporsi varians keseluruhan, perilaku pro-
lingkungan dipengaruhi oleh general belief/values, information, personal attitude,
health alertness, health self-consciousness, health involvement, health self-
monitoring, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Sedangkan dalam hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, terdapat empat
variabel yang signifikan yaitu general belief/values, personal attitude, health self-
consciousness dan health self-monitoring.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa general belief/values, personal attitude,
health self-consiousness, dan health self-monitoring memberi pengaruh signifikan
terhadap perilaku pro-lingkungan.
Variabel general belief memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif
terhadap perilaku pro-lingkungan. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan
jika general belief individu itu tinggi maka perilaku pro-lingkungan akan tinggi
76
ataupun sebaliknya. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sanchez dan Lafuente (2010) yang menunjukkan bahwa general
belief/values pada sektor non-proenvironmental memiliki pengaruh terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat sebagian besar warga Bukit duri
memiliki general belief/values yang rendah sehingga memiliki pengaruh terhadap
perilaku pro-lingkungan. Sebagian warga Bukit duri menilai sampah itu sebagai
sesuatu yang tidak berharga dan tidak dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang
bernilai ekonomi selain itu juga terlihat dari tidak tertatanya sistem pengelolaan
dan pengematan air dilingkungan sekitar. Hal ini menunjukan rendahnya general
belief/values yang dimiliki sebagian warga Bukit duri.
Variabel personal attitude memiliki pengaruh signifikan dengan arah
positif terhadap perilaku pro-lingkungan. Dari arah hubungan tersebut dapat
diartikan jika personal attitude individu itu tinggi maka perilaku pro-lingkungan
akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Sanchez dan Lafuente (2010) yang menunjukkan bahwa
personal attitude pada sektor non-proenvironmental memiliki pengaruh terhadap
Pro-lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat sebagian besar warga Bukit duri,
memiliki personal attitude yang rendah sehingga memiliki pengaruh terhadap
perilaku pro-lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya partisipasi dan
dukungan warga dalam menjaga kebersihan lingkungannya sehingga tidak
77
mengherankan apabila Kelurahan Bukit Duri memiliki intensitas banjir yang
tinggi.
Variabel health self-consciousness memiliki pengaruh yang signifikan
dengan arah positif terhadap perilaku pro-lingkungan. Dari arah hubungan
tersebut dapat diartikan jika health self-consciousness individu itu tinggi maka
perilaku pro-lingkungan akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ture dan Ganesh (2012) yang
menjelaskan bahwa health self-consciousness berpengaruh positif terhadap
perilaku pro-lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat sebagian besar warga bukit duri
memiliki health self-consciousness yang rendah sehingga mempengaruhi perilaku
pro-lingkungan. Rendahnya health self-consiousness sebagian warga Bukit duri
terlihat dari kurangnya kesadaran sebagian warga Bukit duri dalam menjaga
kondisi kesehatan fisiknya dari berbagai macam ancaman penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat pola hidup yang tidak sehat seperti intensitas merokok warga
dan dibiarkannya sampah menumpuk disekitar lingkungan mereka.
Variabel health self-Monitoring memiliki pengaruh signifikan dengan
arah negatif terhadap perilaku pro-lingkungan. Dari arah hubungan tersebut dapat
diartikan jika health self-Monitoring individu itu rendah maka perilaku pro-
lingkungan akan tinggi ataupun sebaliknya. Health self-monitoring merupakan
kemampuan individu dalam memantau kondisi kesehatan fisiknya dengan
menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga dengan sepeda, tidak merokok,
mengontrol makanan yang masuk dalam tubuh dan medical check-up. Temuan ini
78
tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Krizek, Handy
dan Forsyth (2009) menjelaskan tentang health self-monitoring seperti perilaku
bersepeda atau berjalan kaki yang merupakan solusi dalam menekan beberapa
masalah kesehatan seperti obesitas, jantung, kanker, kematian dini dan masalah
lingkungan seperti polusi udara yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan
bermotor secara berlebihan.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa sebagian besar warga Bukit
duri memiliki health self-monitoring yang rendah sehingga mempengaruhi
perilaku pro-lingkungan. Rendahnya health self-monitoring terlihat dari
rendahnya intensitas penggunaan sepeda sebagai media dalam menjaga kondisi
kesehatan fisik dan lingkungan sekitar serta ditunjukan dari rendahnya aktivitas
medical ckeck-up warga. Rendahnya self-monitoring warga didukung dari data
PWS KLB (w2) salah satunya mengenai tingginya penyakit diare warga kelurahan
Bukit duri dibandingkan dengan kelurahan lainnya, sedangkan berdasarkan
gambaran umum responden didapatkan hasil bahwa sebagian masyarakat Bukit
duri adalah perokok. Sedangkan, variabel lain tidak memenuhi signifikan adalah
information, health alertness, health involvement, tingkat pendidikan dan jenis
kelamin.
Variabel information tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
pro-lingkungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian De Frutos dan Egea
(2011) yang menjelaskan bahwa information yang dimiliki individu tentang
lingkungan tidak memberikan jaminan individu untuk berperilaku pro-lingkungan.
79
Dalam penelitian ini, peneliti melihat sebagian besar warga Bukit duri
memiliki information yang rendah sehingga memiliki pengaruh terhadap perilaku
pro-lingkungan serta dibuktikan dengan kurangnya warga Bukit duri mendapatkan
penyuluhan mengenai informasi tentang lingkungan. Hal ini yang menyebabkan
information tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan.
Variabel health alertness tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku pro-lingkungan. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian Bhangale
(2011) menjelaskan bahwa health alertness memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku pro-lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa sebagian besar warga Bukit
duri memiliki health alertness yang rendah sehingga memiliki pengaruh terhadap
perilaku pro-lingkungan. Rendahnya health alertness sebagian warga Bukit duri
terlihat dari kurangnya kewaspadaan warga akan ancaman penyakit yang dapat
ditimbulkan dari kondisi lingkungan yang tercemar. Hal ini yang menyebabkan
health alertness tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan.
Variabel health involvement tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku pro-lingkungan. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian dari Fox,
Andersen, Rotter, Cavill dan Davis (2007) menjelaskan jika health involvement
individu tinggi terhadap kondisi kesehatannya maka perilaku pro-lingkungannya
juga tinggi.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa sebagian besar warga Bukit
duri memiliki health involvement yang rendah sehingga memiliki pengaruh
terhadap perilaku pro-lingkungan. Health involvement adalah keterlibatan
80
individu dalam menjaga kondisi kesehatan fisiknya, seperti beristirahat saat tubuh
mengalami keletihan, mensosialisasikan bahaya merokok, dan berkonsultasi
dengan dokter saat kesehatan mulai menurun. Rendahnya intensitas sosialisasi
bahaya merokok disertai rendahnya konsultasi warga dengan dokter dalam
menjaga kesehatannya menyebabkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
antara health involvement dan perilaku pro-lingkungan.
Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku pro-lingkungan. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian dari Brody,
Highfield dan Alston (2004) menunjukan bahwa individu dengan pendapatan dan
pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku pro-
lingkungan.
Peneliti melihat bahwa sebagian besar warga Bukit duri merupakan
lulusan SMA dan sederajat dibandingkan warga Bukit duri dengan tingkat
pendidikan S1. Rendahnya tingkat pendidikan warga Bukit duri menyebabkan
tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan perilaku pro-
lingkungan warga Bukit duri.
Variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku pro-lingkungan. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian dari Rausepp
(dalam Brody, Highfield & Alston, 2004) yang menjelaskan bahwa jenis kelamin
memiliki pengaruh terhadap kepedulian lingkungan. Dalam hal ini wanita jauh
lebih peduli terhadap lingkungan dibandingkan laki-laki. Sedangkan penelitian
dari Van Liere dan Dunlap (1980) menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak
81
mempenagruhi perilaku pro-lingkungan jika tidak didukung dengan tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang tinggi.
Peneliti melihat bahwa sebagian besar sampel di Bukit duri adalah wanita
dari total keseluruhan sampel. Sampel wanita tersebut juga di dominasi oleh ibu
rumah tangga dengan mayoritas tingkat pendidikan terkahir SMA dan sederajat.
Hal ini yang menyebabkan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap
warga Bukit duri.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat melengkapi penelitian selanjutnya, baik berupa saran
teoritis maupun saran praktis.
5.2.1 Saran Teoritis
1. Dalam penelitian ini besar pengaruh IV terhadap DV sebesar 26,9%
artinya masih ada 73,1% variabel lain yang mempengaruhi Pro-lingkungan
namun belum diteliti dalam penelitian ini. Diharapkan penelitian
selanjutnya dapat memasukan variabel-varibel lainnya yang
mempengaruhi perilaku pro-lingkungan seperti keterlibatan emosi, locus
of control, kepribadian, dan faktor demografi seperti faktor ekonomi dan
pekerjaan.
2. Dari hasil penelitian ini, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
membandingkan sampel tidak hanya dari karakteristik perilaku pro-
lingkungan pada masyarakat Ibukota yang tinggal dipinggiran kali tetapi
82
juga perilaku pro-lingkungan masyarakat Ibukota yang tinggal di
perkotaan.
3. Berdasarkan keterbatasan sumber pada penelitian ini, diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat memperhatikan dan mengembangkan skala
yang akan digunakan untuk variabel kesadaran lingkungan ataupun
kesadaran kesehatan.
5.3.2 Saran Praktis
Peneliti sertakan saran praktis yang dapat diaplikasikan secara nyata oleh
pihak-pihak terkait.
1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
a) Memberikan penyuluhan secara rutin tentang pentingnya menjaga
lingkungan karena warga Bukit duri jarang mendapatkan penyuluhan
tentang lingkungan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
lingkungan warga Bukit duri.
b) Melakukan kegiatan rutin pembersihan kali ciliwung sebagai
antisipasi penanggulangan banjir (kerusakan lingkungan) dan
penyebaran wabah penyakit.
2. Warga Kelurahan Bukit duri, Kecamatan Tebet, Jakarta selatan.
a) Menggunakan barang-barang yang masih dapat digunakan kembali
dan mengurangi penggunaan listrik secara berlebihan.
b) Meningkatkan penggunaan transportasi umum dan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor dengan beralih menggunakan
kendaraan yang ramah lingkungan seperti sepeda. Hal ini
83
dimaksudkan untuk mengurangi dampak polusi yang dapat
merugikan kesehatan serta meningkatkan perilaku pro-lingkungan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2015). Statistik Bencana Indoensia
2015. Dipublikasi pada Agustus 2015 pada http://dibi.bnpb.go.id/
Barrow, C.J. (2006). Environmental management for sustainable development.
Taylor & Francis.
Becker, M. H., & Janz, N. K. (1984). The health belief model: A decade later.
Health education quarterly. 11 (1): 1-47.
Bhangale, S. (2011). Health consciousness among tribal and rural population.
Indian Streams Research Journal, 1, 2.
Brody, S. D., Highfield W., & Alston L. (2004). Does location matter? Measuring
environmental perceptins of creeks in two san antonio watersheds.
Environment and Behavior, 36, 229-250.
Davis, J. L., Green, J. D., & Reed, A. (2009). Interdependence with the
environment: Commitment, interconnectedness, and environmental
behavior Journal of Environmental Psychology, 29, 173–180.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. (2015). Data Jumlah Kecamatan,
Kelurahan, RW, RT Dan KK DKI Jakarta. Dipublikai pada Mei 2015.
http://data.jakarta.Go.id/dataset/jumlahkecamatankelurahanrtrwdankkdkij
akarta
De Frutos dan Egea. (2011). Environmental information influences on pro-
environmental behaviour aimed at fighting climate change: Main and
moderating effects. Advances in Advertising Research (Vol. 2).
85
E. Dunlap, R., Kent, D.V., Angela, G.M., Robert, E.J. (2000). Measuring
endorsment of the new ecological paradigm : A revised nep scale. Journal
of Social Issues, Vol. 56 , No. 3, 425- 442.
Fadhilah, A. (2002). Persepsi dan sikap penduduk dki jakarta terhadap penggunan
air sungai ciliwung (studi kasus penduduk tepian sungai ciliwung di
kelurahan bukitduri jakarta selatan). Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gamal, Yuliman. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Pro-
lingkungan pada masyarakat perkotaan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gould, S. J. (1988). Consumer attitudes toward health and health care: A
differential perspective. Journal of Consumer Affairs, 22(1), 96-118.
Groot, Judith I. M. de & Steg, Linda. 2009. Mean or green: which values can
promote stable pro-environmental behavior?. CONL Journal, No. 6.
Halpenny, Elizabeth. (2005). Pro-environment intentions: examining the affect of
place attachment, environmental attitudes, place satisfaction and attitudes
toward pro-environmental behaviour. Canadian Association for Leisure
Studies.
Haytko, L. D., & Matulich E. (2008). Green advertising and environmentally
responsible consumer behaviors: linkages examined. Journal of
Management and Marketing Research, 1, 2.
Herviantoro, A. (2009). Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis
komunitas (studi deskriptif pada pusat kegiatan belajar masyarakat bina
mandiri, kelurahan bukit duri, jakarta selatan). Jakarta: Universitas
Indonesia.
86
Hunter, L. M., Hatch, A., & Johnson A. 2004. Cross-national gender variation in
environmental behaviors. Social Science Quarterly, 85, 3.
Hong, H.. Scale development for measuring health consciousness: Re-
conceptualization. University of Missouri.
Jamanti, R. (2014). Pengaruh berita banjir di koran kaltim terhadap kesadaran
lingkungan masyarakat kelurahan temidung permai samarinda.
Jayanti, R. K., & Burns, A. C. (1998). The antecedents of preventive health care
behavior: an empirical study. Journal of the Academy of Marketing
Science. 26 (1), 6-15.
Kaiser, F. G. (1998). A general od ecological behavior. Journal of Applied Social
Psychology, 28, 395-422.
Kaiser, F. G., Wilson, M. (2003). General ecological behavior scale. American
Psychological Association.
Kleinman, Michael T. (2000). The health effects of air pollution on children.
University of California, Irvine.
Kollmuss, Anja & Agyeman, Julian. (2002). Mind the gap: Why do people act
environmentally and what are the barriers to pro-environmental
behavior?. Environmental Education Research, Vol. 8, No. 3.
Krajhanzl, Jan. (2010). Environmental and proenvironmental behavior. Health
Education: International Experiences
Krizek K. J., Susan L.H., & Ann Forysth. (2009). Expalining changes in walk and
bicyling behavior : challenges for transportation research. Environment
and Planning Behavior, 36, 725-740.
87
Nikerson, Raymond S. (2003). Psychology and Environmental Change. London :
Lawrence Erlbaum Associates.
Nordlund, Annika M., & Garvill, Jorgen. (2002). Value structures behind
proenvironmental behavior. Environment And Behavior, 34, 6, 740-756.
Oskamp, Stuart. (2000). Psychological contributions to achieving an ecologically
sustainable future for humanity. Journal of Social Issues, = 56, 3, 373–
390.
Sanchez, Manuel Jimenez dan Lafuente, Regina. (2010). Defining and measuring
environmental consciousness. Revista Internacional de Sociología (RIS)
68, 3, 731-755.
Schultz, P. Wesley & Zelezny, Lynnette. (2003). Reframing environmental
messages to be congruent with american values. Human Ecology Review.
10, 2.
Scott, D. and Willits, F.K. (1994). Environmental attitudes and behavior: A
pennsylvania survey. environment and behavior, 26, 239.
Shivadas, R.T., M.P. Ganesh. (2000). Effect of health consciousness and material
values on environmental belief and pro-environmental behaviors.
Steg, L. & Vlek, C.. (2008). Encouraging pro-environmental behavior : An
integrative review and research agenda. Journal of Environmental
Psychology. 29 , 309-317.
Stern, Paul C. (2000). Toward a coherent theory of environmentally significant
behavior. Journal of Social Issues, Vol. 56 , No. 3 , 407-424.
Stern, Paul C., Dietz T., & Kalof L. (1993). Value orientations, gender, and
environmental concern. Environment and Behavior, 25, 322.
88
Subdin Kesehatan Masyarakat. (2015). Data tabular dari PWS KLB (W2)
Kelurahan - Hanya data PKM Kelurahan yang dihitung. Dipublikasi pada
2015. http://surveilans-dinkesdki.net/tab_rekap_pwsklbkel.php
Sudiaman, Maman. Peringati Hari Lingkungan Sedunia, Sahabat Paly Gelar
Ekowisata Ciliwung. Dipublikasi pada 22 Juni 2014 dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/ 14/ 06
/22 /n7k5lm-peringati-hari-lingkungan-sedunia-sahabat-paly-gelar-
ekowisata-ciliwung
Van Liere K. D. & Dunlap, R. E. (1980). The social bases of environmental
concern: a review of hypotheses, explanations and empirical evidence.
Social bases of environmental concern.
90
KUESIONER PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD DIMAS MUAMMAR
1111070000058
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
91
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Psikologi. Maka saya membutuhkan sejumlah data dengan menggunakan data
jawaban Anda pada kuesioner ini.
Pada penelitian ini, terdapat 3 buah skala. Anda diminta untuk memilih pernyataan
yang paling sesuai dengan diri Anda. Dalam mengisi skala, tidak ada jawaban salah. Semua
jawaban dan identitas Anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan penelitian ini.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan pada skala ini sangat penting dan berrarti
bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Agustus 2015
Hormat saya,
Peneliti
92
DATA RESPONDEN
1. Nama / inisial :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Hobby :
7. *Apakah Anda merokok : [.........] Ya [.........] Tidak
8. *Seberapa sering Anda mendapat penyuluhan/informasi mengenai lingkungan
a. Sering
b. Beberapa kali (kadang-kadang)
c. Tidak pernah
9. Organisasi Lingkungan Hidup di Indonesia yang Anda ketahui/kenal (boleh
pilih/tulis lebih dari 1) :
a. Greenpeace Indonesia
b. World Wide Fund Indonesia
c. KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia)
d. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)
e. (tuliskan yang lain jika ada) .......................................................................
10. *Alat transportasi yang dipilih : [.........] Umum [...........] Pribadi
93
11. Alat transportasi yang biasa digunakan, (silahkan beri tanda ceklis)
ALAT TRANSPORTASI RUTIN JARANG TIDAK PERNAH
1. SEPEDA
2. MOTOR
3. MOBIL
Ket :
Rutin (Hampir setiap hari)
Jarang (Dalam 1 bulan hanya 1-2 kali)
Tidak Pernah (Tidak sama sekali)
12. Aktifitas olah raga yang diminati :
13. Pengalaman sakit :
*Pilih/beri tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan
94
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk mengisi kuesioner dan menyetujui
pernyataan di bawah :
1. Saya memberikan izin kepada peneliti (Muhammad Dimas Muammar) untuk
menggunakan semua jawaban yang saya berikan, hanya untuk kepentingan penelitian.
2. Informasi dan jawaban yang saya berikan terjaga kerahasiaannya.
3. Membaca petunjuk pengisian kuesioner.
4. Kuesioner ini terdiri dari 3 skala.
5. Mohon mengisi semua pernyataan kuesioner dengan lengkap dan sejujur-jujurnya
(karena hasil penelitian ini sangat bergantung pada jawaban Anda).
6. Tidak ada jawaban benar/salah, karena kuesioner ini adalah pernyataan terbuka.
Sesuai dengan pendapat masing-masing individu.
Responden,
(Tanda Tangan)
..................................
95
SKALA I
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√) .
Sangat Sering (SS)
Sering (S)
Tidak Sering (TS)
Sangat Tidak Sering (STS)
Contoh :
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya menjaga kesehatan saya. √
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya memanfaatkan koran bekas untuk berbagai hal.
2. Saya menggunakan kembali kantong plastik dari
toko/minimarket.
3. Saya membuang botol kosong bekas minuman.
4. Saya menggunakan angkutan umum saat berpergian.
5. Saya berjalan kaki ketempat tujuan yang tidak jauh dari
rumah.
6. Saya menggunakan kendaraan pribadi saat berpergian.
7. Saya memungut sampah yang saya temukan di jalan.
8. Saya tidak menghiraukan sampah yang berserakan di
sekitar saya.
9. Saya membuang sampah pada tempatnya.
10. Saya menggunakan bagian belakang kertas yang masih
kosong untuk menulis.
11. Saya menggunakan produk yang kemasannya dapat di isi
ulang.
12. Saya menggunakan tempat minum yang dapat dibawa
kemana saja.
13. Saya memiliki barang/benda yang hemat energi.
96
No PERNYATAAN SS S TS STS
14. Saya mematikan lampu saat saya meninggalkan ruangan.
15. Saya membiarkan komputer/laptop dalam kondisi
menyala.
16. Saya ikut berperan dalam kegiatan yang diadakan oleh
organisasi lingkungan hidup.
17. Saya mendukung organisasi lingkungan dengan
mendonasikan uang saya.
18. Saya jarang mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup.
SKALA II
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda
ceklis (√) .
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Contoh :
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya menjaga kesehatan saya. √
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya menjaga kebersihan lingkungan di sekitar saya.
2. Saya berpartisipasi menjaga lingkungan agar tidak
menimbulkan penyakit.
3. Saya mendukung perilaku kepedulian lingkungan
dengan membuang sampah pada tempatnya.
4. Saya mendapatkan sosialisasi tentang menjaga
lingkungan di daerah tempat tinggal saya.
97
No PERNYATAAN SS S TS STS
5. Saya mensosialisasikan penghematan dan pengelolaan
air kepada orang-orang disekitar saya.
6. Saya mengetahui bahwa banyaknya asap kendaraan
bermotor mempengaruhi kondisi lingkungan.
7. Saya tidak berpartisipasi dalam mensosialisasikan
menjaga kebersihan lingkungan.
8.
Saya berpartisipasi mengurangi asap kendaraan
bermotor dengan menggunakan angkutan umum atau
berjalan kaki.
9. Saya mengetahui bahwa membuang sampah pada
tempatnya dapat mencegah kerusakan lingkungan.
10. Saya mendukung dan mengajak orang-orang untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam kebersihan lingkungan.
11. Saya tidak mendapatkan sosialisasi tentang pentingnya
menjaga lingkungan
12. Jika ada ajakan dalam membersihkan lingkungan, saya
akan mengikutinya.
13. Saya tidak setuju dengan Car Free Day demi
pengurangan asap kendaraan bermotor.
14. Saya tidak memikirkan berapa jumlah air yang saya
gunakan setiap harinya.
15. Saya tidak tahu dampak yang akan timbul dari efek
rumah kaca
98
SKALA III
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√) .
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Contoh :
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya menjaga kesehatan saya. √
No PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya jarang merasakan gejala sakit di tubuh saya.
2. Saya tahu bagaimana kondisi kesehatan saya setiap
harinya.
3. Kesehatan saya tidak terganggu dengan aktivitas yang
saya jalani.
4. Saya memeriksa kesehatan saya secara rutin.
5. Saya waspada terhadap munculnya gejala sakit pada
kesehatan saya.
6. Semakin beragamnya wabah penyakit di lingkungan,
membuat saya semakin meningkatkan gaya hidup sehat.
7. Saya menjaga makanan yang saya konsumsi agar tidak
mempengaruhi kesehatan saya.
8. Pekerjaan yang saya lakukan membuat waktu istirahat
saya semakin berkurang.
9. Saya segera memeriksa diri saya jika terjadi penurunan
kesehatan.
10. Saya tidak menyadari bagaimana kondisi kesehatan
saya.
11. Melakukan gaya hidup sehat menjadi hal yang penting
bagi saya.
12. Saya tidak memperdulikan wabah penyakit di
lingkungan yang dapat mengancam kesehatan saya.
13. Tubuh saya mudah sakit apabila tidak dijaga dengan
baik.
99
No PERNYATAAN SS S TS STS
14. Saya tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan diri saya.
15. Saya berolahraga untuk meningkatkan kesehatan saya. 16. Saya berusaha meningkatkan kondisi kesehatan saya. 17. Saya jarang melakukan medical check-up.
18. Saya berkonsultasi mengenai masalah kesehatan dengan
dokter secara rutin.
19. Saya menjaga hidup sehat demi kesehatan tubuh saya.
20. Saya mengamati perubahan kondisi kesehatan saya
setiap harinya.
TERIMA KASIH
100
LAMPIRAN SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
UJI VALIDITAS PRO LINGKUNGAN DA NI=18 NO=203 MA=PM LA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 PM SY FI=PROLINGKUNGAN.COR MO NX=18 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PROLINGKUNGAN FR TD 6 4 TD 15 8 TD 2 1 TD 12 11 TD 17 16 TD 15 13 TD 13 10 FR TD 12 8 TD 14 12 TD 15 1 TD 18 8 TD 18 15 TD 14 9 TD 5 4 FR TD 14 10 TD 6 5 TD 13 8 TD 17 4 TD 5 2 TD 8 5 TD 17 11 FR TD 10 2 TD 14 6 TD 16 10 TD 10 7 TD 13 12 TD 7 2 TD 15 7 FR TD 12 3 TD 12 1 TD 17 12 TD 17 7 TD 13 2 TD 8 1 TD 18 3 FR TD 16 3 TD 17 6 TD 11 9 TD 11 6 TD 15 6 TD 18 6 TD 8 6 FR TD 10 6 TD 17 13 PD OU TV SS MI
101
UJI VALIDITAS GENERAL BELIEF DA NI=5 NO=203 MA=PM LA G1 G2 G3 G4 G5 PM SY FI=GENERALBELIEF.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK GENERALBELIEF FR TD 5 4 TD 4 3 PD OU TV SS MI
102
UJI VALIDITASINFORMATION DA NI=5 NO=203 MA=PM LA I1 I2 I3 I4 I5 PM SY FI=INFORMATION.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK INFORMATION PD OU TV SS MI
103
UJI VALIDITAS PERSONAL ATTITUDE DA NI=5 NO=203 MA=PM LA PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PM SY FI=PERSONALATTITUDE.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PERSONAL ATTITUDE FR TD 3 2 TD 4 1 PD OU TV SS MI
104
UJI VALIDITAS HEALTH ALERTNESS DA NI=5 NO=203 MA=PM LA A1 A2 A3 A4 A5 PM SY FI=HEALTHALERTNESS.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK HEALTH ALERTNESS FR TD 5 3 TD 5 4 PD OU TV SS MI
105
UJI VALIDITAS HEALTH INVOLVEMENT DA NI=5 NO=203 MA=PM LA I1 I2 I3 I4 I5 PM SY FI=INVOLVEMENT.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK HEALTH INVOLVEMENT FR TD 3 1 PD OU TV SS MI
106
UJI VALIDITAS HSC DA NI=5 NO=203 MA=PM LA HSC1 HSC2 HSC3 HSC4 HSC5 PM SY FI=HSC.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK HSC FR TD 5 2 TD 4 3 PD OU TV SS MI
107
UJI VALIDITAS HEALTH MONITORING DA NI=5 NO=203 MA=PM LA M1 M2 M3 M4 M5 PM SY FI=MONITORING.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK MONITORING PD OU TV SS MI
108
GET DATA /TYPE=XLSX /FILE='G:\SKRIPSI\(NEW) INPUT MDM\DATA\REGRESI 2\TRUE
SCORE.xlsx' /SHEET=name 'Sheet1' /CELLRANGE=full /READNAMES=off
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF
OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT
V1 /METHOD=ENTER V2 /METHOD=ENTER V3 /METHOD=ENTER V4 /METHOD=ENTER
V5 /METHOD=ENTER V6 /METHOD=ENTER V7 /METHOD=ENTER V8.
Regression
Notes
Output Created 22-Sep-2015 21:55:40
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
203
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT V1 /METHOD=ENTER V2 /METHOD=ENTER V3 /METHOD=ENTER V4 /METHOD=ENTER V5 /METHOD=ENTER V6 /METHOD=ENTER V7 /METHOD=ENTER V8.
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.069
Memory Required 3916 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
[DataSet1]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 V2a . Enter
2 V3a . Enter
3 V4a . Enter
4 V5a . Enter
5 V6a . Enter
6 V7a . Enter
7 V8a . Enter
109
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: V1
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .373a .139 .135 13.95473
2 .390b .152 .144 13.87809
3 .467c .218 .206 13.36339
4 .468d .219 .203 13.39064
5 .486e .236 .217 13.27362
6 .488f .238 .215 13.29069
7 .515g .265 .238 13.09118
a. Predictors: (Constant), V2
b. Predictors: (Constant), V2, V3
c. Predictors: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .139 32.399 1 201 .000
2 .014 3.226 1 200 .074
3 .066 16.703 1 199 .000
4 .001 .191 1 198 .663
5 .017 4.507 1 197 .035
6 .002 .494 1 196 .483
7 .026 7.020 1 195 .009
ANOVAh
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6309.198 1 6309.198 32.399 .000a
Residual 39141.637 201 194.735
Total 45450.834 202
2 Regression 6930.567 2 3465.283 17.992 .000b
Residual 38520.267 200 192.601
Total 45450.834 202
3 Regression 9913.401 3 3304.467 18.504 .000c
Residual 35537.433 199 178.580
Total 45450.834 202
4 Regression 9947.586 4 2486.897 13.869 .000d
Residual 35503.248 198 179.309
110
Total 45450.834 202
5 Regression 10741.605 5 2148.321 12.193 .000e
Residual 34709.229 197 176.189
Total 45450.834 202
6 Regression 10828.926 6 1804.821 10.217 .000f
Residual 34621.908 196 176.642
Total 45450.834 202
7 Regression 12031.925 7 1718.846 10.030 .000g
Residual 33418.909 195 171.379
Total 45450.834 202
a. Predictors: (Constant), V2
b. Predictors: (Constant), V2, V3
c. Predictors: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8
h. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 31.373 3.416 9.184 .000
V2 .373 .065 .373 5.692 .000
2 (Constant) 27.657 3.978 6.953 .000
V2 .318 .072 .318 4.420 .000
V3 .129 .072 .129 1.796 .074
3 (Constant) 24.281 3.918 6.197 .000
V2 .181 .077 .181 2.356 .019
V3 -.017 .078 -.017 -.214 .831
V4 .350 .086 .350 4.087 .000
4 (Constant) 24.911 4.183 5.955 .000
V2 .189 .079 .189 2.388 .018
V3 -.016 .078 -.016 -.203 .839
V4 .361 .089 .361 4.037 .000
V5 -.033 .074 -.033 -.437 .663
5 (Constant) 20.944 4.548 4.605 .000
V2 .146 .081 .146 1.796 .074
V3 -.024 .077 -.024 -.314 .754
V4 .369 .089 .369 4.160 .000
V5 -.052 .074 -.052 -.705 .482
V6 .143 .067 .143 2.123 .035
6 (Constant) 20.813 4.558 4.567 .000
V2 .138 .082 .138 1.685 .094
111
V3 -.029 .078 -.029 -.376 .707
V4 .364 .089 .364 4.085 .000
V5 -.078 .083 -.078 -.941 .348
V6 .127 .071 .127 1.791 .075
V7 .062 .088 .062 .703 .483
7 (Constant) 22.448 4.531 4.954 .000
V2 .176 .082 .176 2.147 .033
V3 -.036 .077 -.036 -.469 .639
V4 .400 .089 .400 4.502 .000
V5 -.030 .084 -.030 -.359 .720
V6 .128 .070 .128 1.826 .069
V7 .141 .091 .141 1.545 .124
V8 -.228 .086 -.228 -2.649 .009
a. Dependent Variable: V1
Excluded Variablesg
Model
Collinearity Statistics
Beta In t Sig. Partial
Correlation Tolerance
1 V3 .129a 1.796 .074 .126 .820
V4 .342a 4.498 .000 .303 .678
V5 .073a .989 .324 .070 .795
V6 .142a 2.034 .043 .142 .871
V7 .149a 2.006 .046 .140 .766
V8 -.041a -.543 .588 -.038 .742
2 V4 .350b 4.087 .000 .278 .536
V5 .052b .703 .483 .050 .773
V6 .135b 1.944 .053 .137 .868
V7 .127b 1.678 .095 .118 .734
V8 -.063b -.819 .414 -.058 .726
3 V5 -.033c -.437 .663 -.031 .712
V6 .137c 2.053 .041 .144 .868
V7 .073c .985 .326 .070 .708
V8 -.152c -2.007 .046 -.141 .676
4 V6 .143d 2.123 .035 .150 .854
V7 .111d 1.328 .186 .094 .562
V8 -.163d -1.983 .049 -.140 .579
5 V7 .062e .703 .483 .050 .506
V8 -.184e -2.260 .025 -.159 .571
6 V8 -.228f -2.649 .009 -.186 .510
a. Predictors in the Model: (Constant), V2
b. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3
c. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Dependent Variable: V1
112
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT V1 /METHOD=ENTER V2
V3 V4 V5 V6 V7 V8 /METHOD=ENTER V9 /METHOD=ENTER V10.
Regression
Notes
Output Created 22-Sep-2015 21:56:15
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
203
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT V1 /METHOD=ENTER V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 /METHOD=ENTER V9 /METHOD=ENTER V10.
Resources Processor Time 0:00:00.015
Elapsed Time 0:00:00.027
Memory Required 4612 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7a
. Enter
2 V9a . Enter
3 V10a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: V1
Model Summary
113
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .515a .265 .238 13.09118
2 .517b .267 .237 13.10279
3 .519c .269 .235 13.11847
a. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7
b. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7, V9
c. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7, V9, V10
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .265 10.030 7 195 .000
2 .002 .655 1 194 .419
3 .002 .537 1 193 .465
ANOVAd
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12031.925 7 1718.846 10.030 .000a
Residual 33418.909 195 171.379
Total 45450.834 202
2 Regression 12144.319 8 1518.040 8.842 .000b
Residual 33306.515 194 171.683
Total 45450.834 202
3 Regression 12236.655 9 1359.628 7.900 .000c
Residual 33214.179 193 172.094
Total 45450.834 202
a. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7
b. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7, V9
c. Predictors: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7, V9, V10
d. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 22.448 4.531 4.954 .000
V2 .176 .082 .176 2.147 .033
V3 -.036 .077 -.036 -.469 .639
V4 .400 .089 .400 4.502 .000
V5 -.030 .084 -.030 -.359 .720
V6 .128 .070 .128 1.826 .069
V7 .141 .091 .141 1.545 .124
V8 -.228 .086 -.228 -2.649 .009
114
2 (Constant) 20.353 5.222 3.897 .000
V2 .176 .082 .176 2.146 .033
V3 -.043 .077 -.043 -.560 .576
V4 .405 .089 .405 4.545 .000
V5 -.035 .084 -.035 -.416 .678
V6 .133 .070 .133 1.896 .060
V7 .135 .092 .135 1.475 .142
V8 -.232 .086 -.232 -2.686 .008
V9 .766 .947 .051 .809 .419
3 (Constant) 20.446 5.230 3.909 .000
V2 .179 .082 .179 2.180 .030
V3 -.041 .078 -.041 -.524 .601
V4 .396 .090 .396 4.402 .000
V5 -.034 .084 -.034 -.409 .683
V6 .139 .071 .139 1.958 .052
V7 .133 .092 .133 1.444 .150
V8 -.226 .087 -.226 -2.603 .010
V9 .811 .950 .054 .854 .394
V10 -1.407 1.921 -.046 -.732 .465
a. Dependent Variable: V1
Excluded Variablesc
Model
Collinearity Statistics
Beta In t Sig. Partial
Correlation Tolerance
1 V9 .051a .809 .419 .058 .939
V10 -.043a -.679 .498 -.049 .958
2 V10 -.046b -.732 .465 -.053 .954
a. Predictors in the Model: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7
b. Predictors in the Model: (Constant), V8, V6, V3, V5, V2, V4, V7, V9
c. Dependent Variable: V1
115
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT V1 /METHOD=ENTER V2
V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10.
Regression Notes
Output Created 22-Sep-2015 21:59:19
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
203
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT V1
/METHOD=ENTER V2 V3 V4 V5 V6
V7 V8 V9 V10.
Resources Processor Time 0:00:00.016
Elapsed Time 0:00:00.018
Memory Required 4492 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots
0 bytes
[DataSet1]
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 V10, V3, V9, V6,
V5, V2, V8, V4,
V7a
. Enter
a. All requested variables entered.
116
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .519a .269 .235 13.11847
a. Predictors: (Constant), V10, V3, V9, V6, V5, V2, V8, V4, V7
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .269 7.900 9 193 .000
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12236.655 9 1359.628 7.900 .000a
Residual 33214.179 193 172.094
Total 45450.834 202
a. Predictors: (Constant), V10, V3, V9, V6, V5, V2, V8, V4, V7
b. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.446 5.230 3.909 .000
V2 .179 .082 .179 2.180 .030
V3 -.041 .078 -.041 -.524 .601
V4 .396 .090 .396 4.402 .000
V5 -.034 .084 -.034 -.409 .683
V6 .139 .071 .139 1.958 .052
V7 .133 .092 .133 1.444 .150
V8 -.226 .087 -.226 -2.603 .010
V9 .811 .950 .054 .854 .394
V10 -1.407 1.921 -.046 -.732 .465
a. Dependent Variable: V1
Top Related