PENGARUH JENIS ZPT ALAMI DAN ASAL BIJITERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PEMBIBITAN
KAKAO (Theobromonas cocoa L.)
(Skripsi)
Oleh
DWI ISMONO
16110038
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIANDHARMA WACANA METRO
2019
PENGARUH JENIS ZPT ALAMI DAN ASAL BIJITERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PEMBIBITAN
KAKAO (Theobromonas cocoa L.)
Oleh
DWI ISMONO
16110038
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Umum untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIANPada
Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIANDHARMA WACANA METRO
2019
Dwi Ismono
ABSTRAK
PENGARUH JENIS ZPT ALAMI DAN ASAL BIJI TERHADAPPERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN PEMBIBITAN
KAKAO (Theobromonas cocoa L.)
Oleh :Dwi Ismono
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas eksporyang cukup potensial. Kakao merupakan sumber pendapatan petani sertapenghasil devisa negara terbesar ketiga pada sub sektor perkebunan setelah karetdan kelapa sawit. Oleh karena itu, sejak awal tahun 1970-an perkembangan kakaodi Indonesia sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untukpertumbuhan kakao telah mendorong pengembangan perkebunan kakaoIndonesia.
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui: (1) Pengaruh berbagai zat pengaturtumbuh terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao. (2) Pengaruhberbagai asal biji terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao.(3)Interaksi antara berbagai zat pengatur tumbuh dan berbagai asal biji terhadapperkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percoban STIPER Dharma Wacana,Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro dengan ketinggiantempat 60 m dpl, pada bulan Oktober 2019. Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara Faktorialdengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) alamiterdiri atas 3 jenis yaitu: z1 = air kelapa, z2 = ekstrak bawang merah, dan z3 =ekstrak daun kelor. Faktor kedua adalah asal biji kakao yang terdiri atas 3 jenisyaitu: k1 = asal biji ujung buah, k2 = asal biji tengah buah, dan k3 = asal bijipangkal buah. Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan.Sehingga memiliki 27 satuan percobaan dengan kombinasi perlakuan sebagaiberikut: z1k1, z1k2, z1k3, z2k1, z2k2, z2k3, z3k1, z3k2, dan z3k3.Data hasil pengamatandiuji homogenitas dengan uji Barlett dan ketidakaditifan data diuji dengan ujiTuckey kemudian dianalisis dengan Sidik Ragam dan dilanjutkan dengan ujiBeda Nyata Terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%.
Hasi penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pengaruh ZPT alami tidak berbeda nyatadalam perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao. (2) Perkecambahan danpertumbuhan bibit tidak dipengaruhi oleh asal biji kakao, walaupunperkecambahan biji bagian tengah lebih serempak. (3) Tidak terdapat interaksiantara berbagai jenis ZPT alami dan asal biji buah kakao terhadap perkecambahandan pertumbuhan bibit kakao.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Pengaruh Jenis ZPT Alami dan Asal Bijiterhadap Perkecambahan Dan PembibitanKakao (Theobromonas cocoa L.)
Nama Mahasiswa : Dwi Ismono
No.Pokok Mahasiswa : 16110038
Jurusan : Agroteknologi
Program Studi : Agroteknologi
MENYETUJUI :KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I,
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.SiNIP. 19680317 199403 2 001
Pembimbing II,
Jamaludin S.P., M.SiNIK. 003033299 A.
Ketua Jurusan,
Priyadi S.P., M.SiNIK. 003027283 A.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua Penguji : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si ...................................
Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.T.A ...................................
Anggota Penguji : Jamaludin, S.P., M.Si ...................................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, MTANIP. 1956304081989032001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 30 November 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya,penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul
Pengaruh Jenis ZPT Alami Terhadap Perkecambahan dan Pembibitan Kakao
(Theobromonas cocoa L.).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Rakhmiati, M.T.A., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro.
2. Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si., sebagai Wakil Ketua III dan sebagai
Pembimbing I yang telah memberikan banyak ilmu dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Jamaludin, S.P., M.Si., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
banyak ilmu dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Yatmin, M.T.A., sebagai Wakil Ketua I dan sebagai Penelaah yang
telah memberikan banyak ilmu dan saran dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moral
maupunmaterial
6. Rekan-rekan yang juga telah membantu dalam pembuatan skripsi ini
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Metro, November 2019
Dwi Ismono
RIWAYAT HIDUP
Penulis tinggal di Desa Endang Rejo Kecamatan Seputih
Agung Kabupaten Lampung Tengah. Lahir di Desa
Harapan Rejo, 26 Juni 1981, anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Teguh Santoso dan Ibu
Sulastri.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Harapan Rejo Kec.
Seputih Agung, Lampung Tengah pada tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama 1
Muhammadiyah Harapan Rejo Kec. Seputih Agung Lampung Tengah pada tahun
1997, dan STM Mesin Krida Wiyata Yukum Jaya Kec. Terbanggi Besar Kab.
Lampung Tengah pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2016 penulis
melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) di Dharma Wacana Metro sebagai
mahasiswa jurusan/prodi Agroteknologi.
PERSEMBAHAN
Tidak bosan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang MahaKuasa
Saya persembahkan karya ini kepada, Kedua Orang Tua yang tercinta,Istri dan Anak-Anak yang saya sayangi
Serta tak lupa kepada rekan-rekan yang setia mendampingi dalammenyelesaikan skripsi
Dan tak lupa para Bapak/Ibu Dosen yang tulus membimbing
Teruntuk almamaterku yang selalu ku junjung tinggi
Moto
“Pantang Menyerah”
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 5
1.2 Tujuan Penelitian. .......................................................................... 3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ........................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Taksonomi Tanaman Kakao .......................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh............................................................................... 8
2.3 Proses Perkecambahan................................................................... 9
2.4 Zat Pengatur Tumbuh .................................................................... 12
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 14
3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 14
3.4 Metode Pelaksanaan....................................................................... 15
3.4.1 Persiapan Benih...................................................................... 153.4.2 Persiapan ZPT Alami ............................................................. 153.4.3 Perendaman Benih ................................................................. 16
ii
3.4.4 Persiapan Media ..................................................................... 163.4.5 Perkecambahan Benih............................................................ 173.4.6 Pemeliharaan .......................................................................... 17
3.5 Peubah Yang Diamati .................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 20
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 20
4.1.1 Persentase Perkecambahan..................................................... 204.1.2 Keserempakan Tumbuh.......................................................... 214.1.3 Persentase Pertumbuhan Bibit................................................ 214.1.4 Tinggi Tanaman ..................................................................... 224.1.5 Jumlah Daun........................................................................... 234.1.6 Panjang Akar .......................................................................... 244.1.7 Bobot Basah Tajuk ................................................................. 244.1.8 Bobot Basah Akar .................................................................. 254.1.9 Bobot Berangkasan Kering .................................................... 26
4.2 Pembahasan.................................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN DARAN............................................................ 29
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 29
5.2 Saran .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 30
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase Perkecambahan Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami danAsal Biji Kakao yang Berbeda pada Hari ke-6 Setelah Semai .......... 20
2. Keserempakan Tumbuh Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan AsalBiji Kakao yang Berbeda ................................................................... 21
3. Persentase Pertumbuhan Bibit Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami danAsal Biji Kakao yang Berbeda Pada Hari ke-11 Setelah Semai ........ 22
4. Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda Pada Hari ke-30 Setelah Semai ....................... 22
5. Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda Pada Hari ke-30 Setelah Semai ....................... 23
6. Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis ZPT dan Asal Biji Kakao yangBerbeda .............................................................................................. 24
7. Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda .......................................................................... 25
8. Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda .......................................................................... 25
9. Bobot Berangkasan Kering Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami danAsal Biji Kakao yang Berbeda........................................................... 26
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tata Letak Percobaan ........................................................................ 35
2. Tata Letak per Satuan Percobaan ...................................................... 36
3. Deskripsi Tanaman Kakao ................................................................. 37
4. Jadwal Kegiatan ................................................................................. 38
5. Hasil Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT Semua Peubahyang Diamati ...................................................................................... 39
6. Data Pengamatan Persentase Perkecambahan Akibat BerbagaiJenis ZPT Alami dan Asal Biji Kakao .............................................. 40
7. Analisis Pengamatan Persentase Perkecambahan Akibat BerbagaiJenis ZPT Alami dan Asal Biji Kakao ............................................... 40
8. Data Pengamatan Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 41
9. Analisis Pengamatan Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 41
10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 42
11. Analisis Pengamatan Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis Zat
Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao........................................................................................................... 42
12. Data Pengamatan Persentase Pertumbuhan Bibit Akibat BerbagaiJenis Zat Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................... 43
13. Analisis Pengamatan Persentase Pertumbuhan Bibit Akibat Berbagai JenisZat Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ............................ 43
v
14. Data Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 44
15. Analisis Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 44
16. Data Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao Transformasi √ + 0,5............ 45
17. Analisis Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao Transformasi √ + 0,5............ 45
18. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 46
19. Analisis Pengamatan Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 46
20. Data Pengamatan Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis Zat Pengatur TumbuhAlami dan Asal Biji Kakao ................................................................ 47
21. Analisis Pengamatan Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 47
22. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 48
23. Analisis Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 48
24. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 49
25. Analisis Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao ................................................. 49
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pencampuran Pupuk Kandang Dengan Tanah................................... 50
2. Memasukkan Media tanam ................................................................ 50
3. Zat Pengatur Tumbuh Alami ............................................................. 51
4. Pemilihan Bibit Kakau ....................................................................... 51
5. Pemisahan Bibit ............................................................................... 52
6. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh dan Perendaman Benih ......... 52
7. Memasukkan Bibit Ke Media Semai ................................................. 53
8. Persemaian ......................................................................................... 53
9. Penyungkupan.................................................................................... 54
10. Pengamatan Perkecambahan.............................................................. 54
11. Pemindahan Benih dari Persemaian................................................... 55
12. Pengamatan Pertumbuhan Bibit Setelah 14 HST .............................. 55
13. Pengamatan Pertumbuhan 19 HST .................................................... 56
14. Pertumbuhan Bibit setelah 23 HST.................................................... 56
15. Pertumbuhan Bibit setelah 27 HST.................................................... 57
16. Pertumbuhan Bibit Setelah 30 HST................................................... 57
17. Pengamatan Tinggi Tanaman............................................................. 58
18. Penimbangan Berat Tajuk Basah ....................................................... 58
vii
19. Sampel Tanaman Kakao z1k1, z1k2, dan z1k3 ................................. 59
20. Sampel Tanaman Kakao z2k1, z2k2, z2k3........................................ 59
21. Sampel Tanaman Kakao z3k1, z3k2, z3k3........................................ 59
22. Penimbangan Berat Akar Basah ........................................................ 60
23. Pengeringan Brangkasan.................................................................... 60
24. Penimbangan Berat Tajuk Kering...................................................... 61
25. Penimbangan Berat Akar Kering ....................................................... 61
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas ekspor
yang cukup potensial. Kakao merupakan sumber pendapatan petani serta
penghasil devisa negara terbesar ketiga pada sub sektor perkebunan setelah karet
dan kelapa sawit. Oleh karena itu, sejak awal tahun 1970-an perkembangan kakao
di Indonesia sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan kakao telah mendorong pengembangan perkebunan kakao
Indonesia.
Kebutuhan kakao di dunia semakin meningkat, sehingga perluasan dan
peningkatan produksi harus diupayakan. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan
(2016), perluasan areal dan produksi kakao pada tahun 2015 di Provinsi Lampung
71.192 ha dan 33.177 ton, pada tahun 2016 sebesar 72.027 ha dan 40.594 ton,
serta pada tahun 2017 sebesar 72.077 ha dan 34.604 ton. Peningkatan tanaman
harus disertai dengan peningkatan jumlah dan mutu bibit kakao.
Pembibitan kakao umumnya dilakukan dengan cara generatif yaitu menggunakan
biji. Kekurangan sistem pembibitan generatif adalah kualitas bibit yang tidak
100% memiliki sifat unggul. Untuk meningkatkan mutu bibit dapat dilakukan
dengan penambahan zat pengantar tumbuh (ZPT) baik organik maupu anorganik.
2
Menurut Safira (2018), pemberian ZPT pada tanaman akan mempercepat
pertumbuhan, pembentukan akar dan tunas tanaman sehingga potensi
keberhasilan pembibitan akan meningkat (Safira, 2018).
Selain itu untuk mendapatkan benih kakao yang bermutu tinggi adalah dengan
melakukan pemilihan asal benih kakao. Letak benih akan mempengaruhi
viabilitas dan vigor benih yang dihasilkan. Benih yang letaknya pada bagian
tengah dari buah, mempunyai ukuran lebih besar dan lebih homogen daripada
benih yang letaknya pada bagian pangkal dan ujung buah (Fadila, 2016).
Menurut Sukatario (1996) dalam Fadila (2016) benih bermutu baik adalah benih
yang berukuran sedang dan seragam. Benih yang terletak pada bagian ujung buah
mempunyai viabilitas dan vigor yang rendah, karena mempunyai cadangan
makanan lebih sedikit dibandingkan dengan benih yang terletak di tengah. Selain
itu benih yang terletak dibagian ujung buah mempunyai selaput pelindung yang
sangat tipis, sehingga sangat peka terhadap serangan penyakit dan kekeringan.
Menurut Sutopo (1984) dalam Fadila (2016), benih yang berukuran besar
dianggap lebih baik daripada benih yang berukuran kecil. Hal ini berhubungan
dengan kandungan cadangan makanan, benih yang berukuran besar mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan benih yang berukuran
kecil.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang uji
perkecambahan dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) alami terhadap
asal biji kakao (Theobroma cocoa L.). Zat pengatur tumbuh alami yang digunakan
3
adalah air kelapa, ekstrak bawang merah, dan ekstrak daun kelor sedangkan asal
biji kakao yaitu pada buah kakao bagian pangkal, tengah dan ujung.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui:
1. Pengaruh berbagai zat pengatur tumbuh terhadap perkecambahan tanaman
kakao.
2. Pengaruh berbagai asal biji terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
bibit tanaman kakao.
3. Interaksi antara berbagai zat pengatur tumbuh dan berbagai asal biji
terhadap perkecambahan.
1.3 Dasar Hipotesis
Benih kakao merupakan benih rekalsitran. Benih rekalsitran merupakan kondisi
dimana benih yang tidak tahan terhadap suhu tinggi atau kekeringan, peka
terhadap suhu dan kelembaban yang rendah, sehingga mudah mengalami
penurunan kualitas benih (Maemunah, 2009 dalam Siregar (2018).
Pemberian ZPT pada benih dapat memperbaiki sistem perakaran dan
mempercepat keluarnya akar bagi tanaman muda (bibit), memperbanyak
pertumbuhan vegetatif, meningkatkan proses fotosintesis (Maryadi, 2008 dalam
Roni, 2017).
Menurut Lawalata (2011) dalam Rajiman (2018), air kelapa mengandung auksin
dan sitokinin. Kedua hormon tersebut digunakan untuk mendukung pembelahan
4
sel embrio kakao. Air kelapa memiliki kandungan kalium cukup tinggi sampai
17%. Auksin berfungsi untuk membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, membantu
dalam proses pembelahan sel dan mempercepat pemasakan buah. Air kelapa muda
mengandung senyawa organik seperti vitamin C, vitamin B, hormon auksin,
giberelin, dan sitokinin 5,8 mg/L. Air kelapa muda juga mengandung air, protein,
karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit lemak, Ca, dan P.
Menurut Siswanto (2010), ekstrak bawang merah mengandung auksin, auksin
menyebabkan sel penerima dalam tunas atau batang mengeluarkan ion hydrogen
ke sekeliling dinding sel yang kemudian menurunkan pH dan mengakibatkan
mengendornya dinding sel dan terjadi pertumbuhan dengan cepat. Setyowati
(2004) menyatakan bahwa kandungan allithiamin pada filtrat bawang merah
berperan dalam metabolisme tanaman dalam pembentukan sel sehingga akan
memperlancar aktivitas pada jaringan untuk penyedian energi dalam bentuk ATP.
Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu bahan altenatif yang
dapat digunakan sebagai sumber hormon sitokinin yang mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Kandungan sitokinin dalam ekstrak daun kelor meliputi zeatin, dihydrozeatin, dan
isopentyladenine yang dapat merangsang pembelahan sel (Emongor, 2015 dalam
Warohmah, 2017). Selain itu, menurut Abdalla (2013) dalam Warohmah (2017)
ekstrak daun kelor mengandung protein, mineral, dan vitamin.
Posisi letak biji di dalam buah kakao (tengah, ujung, dan pangkal) berpengaruh
terhadap cadangan makanan. Berdasarkan hasil penelitian Matheus dan Souza
5
dalam Sahroni (2018) menyatakan bahwa benih dengan ukuran lebih besar
menghasilkan bibit yang lebih berkualitas dibanding benih yang berukuran kecil.
Diasumsikan biji yang ditengah yang berukuran lebih besar dan mempunyai
cadangan makanan yang lebih banyak untuk proses perkecambahan. Oleh karena
itu butuh suatu pengaruh antara jenis ZPT alami dan letak posisi biji di dalam
buah terhadap perkecambahan biji kakao.
Menurut hasil penelitian Sahroni (2018) menyatakan interaksi antara perlakuan
perendaman dan posisi biji dalam buah memberikan pengaruh terhadap proses
perkecambahan, tinggi tanaman, berat kering, klorofil b dan total, serta tidak
berpengaruh nyata pada ratio tunas akar dan klorofil a.
Menurut hasil penelitian Fadila (2016) menyatakan letak benih dalam buah
berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih kakao. Benih kakao yang berasal
dari bagian tengah buah menghasilkan viabilitas dan vigor benih terbaik.
1.4 Hipotesis
1. Jenis ZPT alami yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap perkecambahan kakao.
2. Asal biji yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
perkecambahan kakao.
3. Terdapat interaksi antara jenis ZPT alami dan asal biji terhadap
perkecambahan kakao.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kakao
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman tahunan yang
tergolong dalam devisi Spermatophuta, kelas Dicotiledonae, ordo Malvales, fmili
Sterculiaceae dan genus Theobroma dan termasuk buah tunggal berbiji banyak,
pada buah tersebut pembentukan biji di dalam buah dimulai pada saat terjadi
fertilisasi yang berlangsung secara serentak (Toruan, 1990 dalam Inawati, 2002).
Berdasarkan warna endosperm biji kakao yang berwarna ungu termasuk tipe
Forestero sedangkan yang berwarna putih termasuk tipe Criollo.
Tipe perkecambahan benih kakao adala epigeal, yaitu kotiledon akan reangkat ke
permukaan sebelum membuka. Keping biji umumnya telah membuka pada umur
15 hari sejak benih disemai (Rahardjo, 1987 dalam Inawati, 2002).
Benih kakao tergolong sebagai benih rekalsitran. Beberapa sifat benih rekalsitran
antara lain berkadar air tinggi, peka terhadap pengeringan dan suhu rendah serta
berdaya simpan rendah serta berdaya simpan rendah. Factor-faktor yang berperan
menentukan viabilitasnya adalah factor internal dan eksternal benih. Factor
internal adalah sifat genetic, viabilitas awal dan kadar air, sedangkan factor
eksternal adalah suhu, kelembaban nisbi, gas dan cendawan (Budiari, 1993 dalam
Inawati 2002).
7
Kakao memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Akar lateral pada
awal pertumbuhan tumbuh pada leher akar yang tidak jauh dari permukaan.
Sedangkan pada tanaman dewasa akar-akar sekunder menyebar sekitar 15-30 cm
di bawah permukaan tanah. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2
tahun dan akan mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur 3 tahun
(Sasmitamihardja, 2003 dalam Afif, 2017).
Daun kakao juga bersifat dimorfisme (dua bentuk percabangan). Pada tunas
ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm.Tangkai daun bentuknya
silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Daun yang tumbuh pada
ujung – ujung tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flus, setelah
dewasa warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaan daun kasar (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 dalam Afif, 2017).
Bunga kakao tergolong bunga sempuna, yang terdiri atas daun kelompok (calyx)
sebanyak 5 helai dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai. Diameter bunga
mencapai 1,5 cm. Tumbuhnya secara berkelompok pada bantalan bunga yang
menempel pada batang tua, cabang atau ranting. Bunga yang keluar pada ketiak
akhirnya akan jadi gemuk membesar. Inilah yang disebut bantalan bunga atau
buah. Bantalan yang ada pada cabang tumbuh bunga disebut ramiflora dan yang
ada pada batang tumbuh bunga disebut cauliflora. Serbuk sarinya hanya
berdiameter 2-3 mikron, sangat kecil (Sugiharti, 2006 dalam Afif, 2017).
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah
8
masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2004 dalam Afif, 2017).
Biji kakao tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya
beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa
biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya
menempel pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putihuntuk tipe
criollo dan ungu untuk tipe forastero.(Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, 2010 dalam Afif, 2017).
2.2 Syarat tumbuh
Faktor suhu pada tanaman kakao sangat erat hubungannya dengan ketersediaan
air, sinar matahari, dan kelembaban. Suhu sangat berpengaruh pada pembentukan
flush atau tunas muda, pembungaan dan kerusakan daun. Tanaman kakao akan
tumbuh baik pada suhu 180 -320 C. Temperatur maksimum 300 -320 C, minimum
180 -210 C. Suhu yang lebih rendah dari 180 akan mengakibatkan gugurnya daun
serta mengeringnya bunga. Sedangkan suhu tinggi mengakibatkan gugurnya
bunga (Susanto, 1994 dalam Afif, 2017).
Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan. Jika tanaman kakao
mendapatkan sinar matahari terlalu banyak akan mengakibatkan tanaman relatif
pendek dan batang menjadi kecil (Sasmitamihardja, 2003 dalam Afif, 2017).
9
2.3 Proses Perkecambahan
Perkecambahan merupakan taham awal dari suatu perkembangan suatu tanaman
yang berbiji. Pada tahap ini embrio yang dalam kondisi dorman mengalami
sejumlah perubahan fisiologis sehingga menjadi kecambah. Suatu benih dikatakan
berkecambah apabila plumula dan radikel tumbuh secara normal dalam jangka
waktu yan sesuai dengan ketentuan. Proses perkecambahan ini merupakan proses
metabolisme yang terdiri dari katabolisme dan anabolisme. Katabolisme yaitu
suatu proses terjadinya perombahan cadangan makanan sehingga menghasilkan
energi ATP sedangkan anabolisme yaitu proses terjadinya sintesa senyawa protein
untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio (Hapsari, 2015 dalam Ajar, 2015).
Perkecambahan benih sering diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan
embrio dari benih yang sudah matang. Suatu benih dapat berkecambah bila
adanya faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Proses
perkecambahan benih dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal terdiri dari tingkat kemasakan benih yaitu apabila benih yang
dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrionya belum sempurna. Ukuran benih yang besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan benih
yang berukuran kecil pada jenis yang sama. Berat benih ini berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen. Dormansi
10
yaitu bila suatu benih sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan
untuk perkecambahan; penghambat perkecambahan yaitu berupa kehadiran
inhibitor baik dalam benih maupun dipermukaan, adanya larutan dengan nilai
osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: air yaitu penyerapan air oleh benih
dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya, dimana air
tersebut berfungsi untuk melembabkan kulit biji sehingga sehingga robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm, untuk memberikan fasilitas
masuknya oksigen kedalam biji, untuk mengencerkan protoplasma dan sebagai
alat transport larutan makanan dari endosperm ke titik tumbuh sehingga terbentuk
protoplasma baru; suhu yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dengan rata-rata suhu antara 26.5 sampai 350C; oksigen yaitu
meningkatnya proses respirasi yang disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi pada saat berlangsungnya
perkecambahan; cahaya, besarnya pengaruh kebutuhan cahaya dalam proses
perkecambahan terganatung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lamanya
penyinaran; medium yaitu sebuah media yang digunakan untuk melakukan
perkecambahan dengan memilki sifat fisik yang baik, gembur, mampu menyerap
air, dan bebas dari organisme penyebab penyakit (Sutopo, 2002).
Adapun tahapan-tahapan dalam suatu proses perkecambahan menurut Hapsari
(2015) dalam Ajar (2015), dapat dirincikan sebagai berikut :
11
a. Tahap pertama, terjadinya penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih
menjadi lunak dan terjadi hidrasi oleh protoplasma.
b. Tahap kedua, dimulainya kegiatan oleh sel-sel dan enzim serta naiknya tingkat
respirasi benih.
c. Tahap ketiga, terjadinya penguraian karbohidrat, protein dan lemak menjadi
bentuk-bentuk yang melarut sehingga mudah ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh.
d. Tahap keempat, terjadinya asimilasi dari bahan-bahan yang sudah terurai
didaerah meristematik untuk menghasilkan energi dalam proses pembentukan
komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
e. Tahap kelima, pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Menurut Khan (1992) dalam Azmi (2010) untuk meningkatkan perkecambahan
pada benih yang sudah kadaluarsa harus diberikan perlakuan khusus sebelum
ditanam yaitu dengan teknik invigorasi benih, antara lain dengan cara hardening,
advancing, chitting, osmoconditioning, priming, moisturizing, matriconditioning,
dan hydropriming. Selain itu solusi lain untuk meningkatkan perkecambahan pada
benih kadaluarsa yaitu dengan melakukan perendaman pada larutan organik yang
mengandung zpt dengam lama waktu perendaman tertentu.
2.4 Zat Pengatur Tumbuh
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh substansi kimia yang
konsentrasinya sangat rendah, yang disebut substansi pertumbuhan tanaman,
12
hormon pertumbuhan, fitohormon atau pengatur pertumbuhan tanaman (plant
growth regulators) (Gardner et al., 1991 dalam Warohmah, 2017).
Zat pengatur tumbuh tanaman mengandung pengertian senyawa organik bukan
nutrisi yang disentesis di salah satu bagian tubuh tanaman dan dipindahkan ke
bagian lain dalam konsentrasi rendah mampu menimbulkan respons biokimia,
fisiologi dan morfologi (Santoso dan Nursandi, 2003). Berdasarkan sumbernya,
ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun sintetik. Umumnya ZPT alami
langsung tersedia di alam dan berasal dari bahan organik. ZPT yang bersumber
dari bahan organik lebih bersifat ramah lingkungan, mudah didapat, aman
digunakan, dan lebih murah (Warohmah, 2017).
Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu, Auksin,
Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Asam Absisat dengan ciri khas serta pengaruh
yang berlainan terhadap proses fisiologis tanaman (Salisbury dan Ross, 1995).
Hormon yang paling sering digunakan pada perbanyakan tanaman yaitu auksin
dan sitokinin (Warohmah, 2017).
Auksin dan sitokinin merupakan dua jenis zat pengatur tumbuh tanaman yang
seringkali digunakan untuk menginduksi morfogenetik tanaman. Hormon auksin
ditemukan dalam jaringan muda yaitu pada pucuk dan endosperm yang sel-selnya
masih aktif membelah (Santoso dan Nursandi, 2003 dalam Warohmah, 2017).
Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah ujung meristem. Auksin
berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga digunakan untuk memacu
kecepatan pertumbuhan tanaman dalam menginduksi akar. Sitokinin mempunyai
13
peranan dalam proses pembelahan sel. Bentuk dasar dari sitokinin adalah adanya
gugus adenin (6-amino purine) yang menentukan kerja sitokinin yakni
meningkatkan aktivitas dalam proses fisiologis tanaman. Sitokinin berfungsi
untuk merangsang tunas-tunas adventif atau menumbuhkan tunas aksilar
(Warohmah, 2017).
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percoban STIPER Dharma Wacana
Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro dengan
ketinggian tempat 60 m dpl. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Oktober 2019.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao, air kelapa,
ekstrak bawang merah, ekstrak daun kelor, air, tanah, dan pupuk kandang.
Sedangkan alat yang akan digunakan adalah nampan, handsprayer, ember,
blender, kamera, dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang
disusun secara Faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah zat pengatur
tumbuh (ZPT) alami terdiri atas 3 jenis yaitu: z1 = air kelapa, z2 = ekstrak bawang
merah, dan z3 = ekstrak daun kelor. Faktor kedua adalah asal biji kakao yang
terdiri atas 3 jenis yaitu: k1 = asal biji ujung buah, k2 = asal biji tengah buah, dan
k3 = asal biji pangkal buah. Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan
15
3 ulangan. Sehingga memiliki 27 satuan percobaan dengan kombinasi perlakuan
sebagai berikut: z1k1, z1k2, z1k3, z2k1, z2k2, z2k3, z3k1, z3k2, dan z3k3.
Data hasil pengamatan diuji homogenitas dengan uji Barlett dan ketidakaditifan
data diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis dengan Sidik Ragam dan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan
pada taraf nyata 5%.
3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1 Persiapan Benih
Buah kakao yang telah dipanen dalam kondisi matang fisiologis yaitu berwarna
oren, kemudian dipilih buah yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama yaitu
15 cm, lalu biji dikupas, dan dipisahkan dari kulitnya. Lalu bagi buah menjadi tiga
bagian, dan pisahkan biji bagian ujung, bagian tengah, dan bagian pangkal.
3.4.2 Persiapan ZPT Alami
Pembuatan ekstrak bawang merah
Penelitian ini menggunakan ekstrak bawang merah dengan konsentrasi
100 g/L. Larutan ekstrak bawang merah dibuat dengan bahan dasar bawang
merah yang telah dikupas dari kulitnya. Selanjutnya, bawang merah
ditimbang sebanyak 100 g untuk diblender dengan menambahkan air 500 ml.
Setelah itu disaring menggunakan saringan atau kertas saring, kemudian
ditambahkan air sehingga volumenya menjadi 1 liter.
16
Pembuatan ekstrak daun kelor
Penelitian ini menggunakan ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 100 g/L.
Daun kelor diambil yang masih muda sebanyak 100 g untuk diblender dengan
menambahkan air 500 ml. Daun yang telah diblender disaring menggunakan
kertas saring atau saringan, kemudian ditambahkan air hingga volumenya
menjadi 1 liter.
Pemilihan air kelapa
Sedangkan untuk air kelapa di pilih dengan cara mencari air kelapa muda
yang berwarna hijau. Kemudian air kelapa dipisahkan dengan volumenya
1 liter.
3.4.3 Perendaman Benih
Benih yang telah dipisah dari kulitnya serta bagiannya kemudian direndam
dengan air kelapa, ekstrak bawang merah, dan ekstrak daun kelor. Biji kakao
dilakukan perendaman selama 9 jam. Hal ini didukung oleh penelitian Siregar
(2018) bahwa lama perendaman 9 jam dalam ekstrak bawang mereah (Allium
cepa L.) mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh,
panjang hipokotil benih kakao (Theobroma cacao L.).
3.4.4 Persiapan Media
Sebelumnya siapkan bak persemaian terlebih dahulu dengan ukuran 50 x 30 cm,
dengan ketinggian bak persemaian 12 cm. Media perkecambahan yang digunakan
adalah tanah, pasir, dan pupuk kandang sapi dengan perbangingan 1:1:1. Sebelum
dimasukkan kedalam bak persemaian, tanah, pasir, dan pupuk kandang sapi
17
terlebih dahulu disaring atau diayak. Agar mendapatkan media tanam yang
gembur. Lalu dimasukkan ke dalam bak persemaian kemudian disiram
menggunakan hand sprayer sampai lembab.
3.4.4 Perkecambahan Benih
Setelah dilakukan perendaman, benih dikecambahkan di bak persemaian,
kemudian media dilembabkan dan benih ditanam sedalam 2 cm dari permukaan
media. Kemudian setiap bak persemaian diisi 20 biji kakao yang telah direndam
oleh ZPT. Bak persemaian yang sudah terisi biji kakao dipindahkan ke dalam
rumah jaring, lalu diberi sungkup menggunakan plastik putih bening. Selanjutnya
disiram dengan air pada pagi dan sore hari.
3.4.5 Pemeliharaan
o Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
handsprayer hingga media menjadi lembab, pemeliharaan dilakukan setiap
hari sampai dengan akhir penelitian.
o Penyiangan gulma dilakukan apabila gulma sudah mulai muncul, dilakukan
secara manual yaitu mencabut langsung menggunakan tangan.
3.5 Peubah Yang Diamati
Peubah tanaman yang diamati yaitu:
1. Persentase perkecambahan
Pengamatan persentase perkecambahan benih diamati hari ke 6 setelah semai
(HSS). Dengan cara menghitung jumlah benih yang berkecambah yaitu
18
munculnya akar. Persentase perkecambahan (%) dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:Persentase perkecambahan= Jumlah benih yang berkecambah normalJumlah benih yang ditanam x 100%
2. Keserempakan Tumbuh
Keserempakan tumbuh dilakukan dengan cara menghitung perkecambahan
normal 80% pada hari keberapa.
3. Persentase Pertumbuhan Bibit
Persentase pertumbuhan bibit dilakukan sampai hari ke-11 hss. Dilakukan
dengan cara mengamati munculnya batang tanaman.
4. Tinggi Tanaman
Pengukuran ini dilakukan di akhir pengamatan yaitu 30 hari setalah pindah
semai, pengukuran tinggi bibit diperoleh dengan melakukan pengukuran
menggunakan mistar yaitu diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh
tanaman kakao.
5. Jumlah Daun
Jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan, penghitungan jumlah daun
bibit tanaman kakao diperoleh dengan melakukan penghitungan jumlah daun
sampai daun benar-benar mekar sempurna.
6. Panjang akar
Pengukuran ini dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 30 hss setelah bibit
pindah semai. Kemudia dipisahkan dari tanah yang menempel pada akar
19
dengan cara dicuci, lalu pengukuran dimulai dari pangkal batang sampai
ujung akar tunggang dengan menggunakan penggaris.
7. Bobot Basah Tajuk
Bobot basah akar dilakukan pada akhir penelitian dengan cara mengambil
dua sampel tanaman. Selanjutnya tanaman dicuci dan dipotong tajuk tanaman
lalu di timbang menggunakan timbangan elektrik.
8. Bobot Basah Akar
Bobot basah akar dilakukan pada akhir penelitian dengan cara mengambil
dua sampel tanaman. Selanjutnya tanaman dicuci dan dipotong akar tanaman
lalu di timbang menggunakan timbangan elektrik.
9. Bobot Berangkasan Kering
Bobot berangkasan kering dilakukan pada akhir penelitian dengan cara
mengambil dua sampel tanaman. Selanjutnya tanaman dikeringkan lalu
timbang menggunakan timbangan elektrik.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Persentase Perkecambahan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap persentase perkecambahan,
serta tidak terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 7).
Tabel 1. Persentase Perkecambahan Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan AsalBiji Kakao yang Berbeda pada Hari ke-6 Setelah Semai.
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- % -----------Air Kelapa 93,33 96,67 98,33 96,11
Ekstrak Bawang Merah 96,67 98,33 93,33 96,11
Ekstrak Daun Kelor 86,67 93,33 96,67 92,22
Rata-rata 92,22 96,11 96,11
Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase perkecambahan benih kakao akibat
pemberian berbagai ZPT alami dan asal biji kakao pada hari ke-6 relatif sama.
Persentase perkecambahan ZPT alami menghasilkan lebih dari 92%, demikian
juga asal biji kakao menghasilkan persentase perkecambahan lebih dari 92%.
21
4.1.2 Keserempakan Tumbuh
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
berpengaruh tidak nyata terhadap keserempakan tumbuh, sedangkan asal biji
kakao berpengaruh nyata terhadap keserempakan tumbuh serta tidak terdapat
interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 9).
Tabel 2. Keserempakan Tumbuh Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- hari -----------Air Kelapa 4,67 4,00 4,00 4,22
Ekstrak Bawang Merah 4,00 3,67 4,33 4,00
Ekstrak Daun Kelor 5,33 4,00 4,00 4,44
Rata-rata 4,67 b 3,89 a 4,11 ab
BNT K = 0,60
Dari hasil uji BNT Tabel 2 menunjukkan bahwa asal biji memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap keserempakan tumbuh. Asal biji kakao ujung lebih tinggi
20,05% dan 13,62% dibandingkan dengan asal biji kakao bagian ujung dan
pangkal.
4.1.3 Persentase Pertumbuhan Bibit
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis zat pengatur
tumbuh Alami dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap persentase
pertumbuhan bibit, serta tidak terdapat interaksi antara perlakuan tersebut
(Lampiran 13).
22
Tabel 3. Persentase Pertumbuhan Bibit Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami danAsal Biji Kakao yang Berbeda Pada Hari ke-11 Setelah Semai
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- % -----------Air Kelapa 83,33 90,00 83,33 85,55
Ekstrak Bawang Merah 83,33 83,33 93,33 86,66
Ekstrak Daun Kelor 86,67 90,00 83,33 86,67
Rata-rata 84,44 87,78 86,66
Dari hasi Uji BNT Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase persentase
pertumbuhan bibit kakao akibat pemberian berbagai ZPT alami dan asal biji
kakao pada hari ke-11 relatif sama. Persentase pertumbuhan bibit terhadap ZPT
alami menghasilkan lebih dari 85%, sedangkan asal biji kakao menghasilkan
persentase pertumbuhan bibit lebih dari 84%.
4.1.4 Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, serta tidak
terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 15).
Tabel 4. Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal Biji Kakaoyang Berbeda Pada Hari ke-30 Setelah Semai
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- cm -----------Air Kelapa 13,19 12,78 12,08 12,68
Ekstrak Bawang Merah 12,78 13,20 12,49 12,82
Ekstrak Daun Kelor 13,34 13,91 12,44 13,23
Rata-rata 13,10 13,30 12,34
23
Tabel 4 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bibit kakao akibat pemberian
berbagai ZPT alami dan asal biji kakao pada hari ke-30 relatif sama. Pemberian
ZPT alami menghasilkan tinggi tanaman bibit kakao lebih dari l2 cm, demikian
juga asal biji kakao menghasilkan tinggi tanaman lebih dari 12 cm.
4.1.5 Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, serta tidak
terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 17).
Tabel 5. Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal Biji Kakaoyang Berbeda Pada Hari ke-30 Setelah Semai
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- helai -----------Air Kelapa 4,93 5,13 4,93 5,00
Ekstrak Bawang Merah 5,00 5,00 5,03 5,01
Ekstrak Daun Kelor 5,13 5,20 4,93 5,09
Rata-rata 5,02 5,11 4,96
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao akibat pemberian berbagai
ZPT alami dan asal biji kakao pada hari ke-30 relatif sama. Pemberian ZPT alami
menghasilkan jumlah daun bibit kakao lebih dari 5 helai daun, demikian juga asal
biji kakao menghasilkan jumlah daun bibit kakao lebih dari 5 helai.
24
4.1.6 Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, serta tidak
terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 19).
Tabel 6. Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis ZPT dan Asal Biji Kakao yangBerbeda
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- cm -----------Air Kelapa 10,47 9,97 11,28 10,57
Ekstrak Bawang Merah 11,32 11,27 9,30 10,63
Ekstrak Daun Kelor 10,65 9,35 11,37 10,46
Rata-rata 10,81 10,20 10,65
Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang akar bibit kakao akibat pemberian berbagai
ZPT alami dan asal biji kakao relatif sama. Pemberian ZPT alami menghasilkan
panjang akar bibit kakao lebih dari 10 cm, demikian juga asal biji kakao
menghasilkan panjang akar bibit kakao lebih dari 10 cm.
4.1.7 Bobot Basah Tajuk
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk, serta tidak
terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 21).
25
Tabel 7. Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- gr -----------Air Kelapa 3,57 3,73 3,37 3,56
Ekstrak Bawang Merah 3,33 3,97 3,47 3,59
Ekstrak Daun Kelor 3,47 4,17 3,40 3,68
Rata-rata 3,46 3,96 3,41
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basah bibit kakao akibat pemberian berbagai
ZPT alami dan asal biji kakao relatif sama. Pemberian ZPT alami menghasilkan
bobot basah tajuk bibit kakao lebih dari 3 gr, demikian juga asal biji kakao
menghasilkan bobot basah tajuk bibit kakao lebih dari 3 gr.
4.1.8 Bobot Basah Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, serta tidak
terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 23).
Tabel 8. Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan Asal BijiKakao yang Berbeda
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- gr -----------Air Kelapa 0,63 0,50 0,53 0,55
Ekstrak Bawang Merah 0,53 0,70 0,47 0,57
Ekstrak Daun Kelor 0,63 0,87 0,63 0,71
Rata-rata 0,60 0,69 0,54
26
Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot basah akar bibit kakao akibat pemberian
berbagai ZPT alami dan asal biji kakao pada relatif sama. Pemberian ZPT alami
menghasilkan bobot basah akar bibit kakao lebih dari 0,55 gr, sedangkan asal biji
kakao menghasilkan bobot basah akar bibit kakao lebih dari 0,54 gr.
4.1.9 Bobot Berangkasan Kering
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis ZPT Alami
dan asal biji kakao berpengaruh tidak nyata terhadap bobot berangksan kering,
serta tidak terdapat interaksi antara perlakuan tersebut (Lampiran 27).
Tabel 9. Bobot Berangkasan Kering Akibat Berbagai Jenis ZPT Alami dan AsalBiji Kakao yang Berbeda
ZPT (Z)Asal Biji (K)
Rata-rataUjung Tengah Pangkal
------------- gr -----------Air Kelapa 0,83 0,77 0,87 0,82
Ekstrak Bawang Merah 0,83 0,87 0,80 0,83
Ekstrak Daun Kelor 0,93 0,93 0,80 0,89
Rata-rata 0,86 0,86 0,82
Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot berangkasan kering bibit kakao akibat
pemberian berbagai ZPT alami dan asal biji kakao relatif sama. Pemberian ZPT
alami menghasilkan bobot berangkasan kering bibit kakao lebih dari 0,82 gr,
demikian juga asal biji kakao menghasilkan bobot berangkasan kering bibit kakao
lebih dari 0,82 gr.
27
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh ZPT alami terhadap
perkecambahan dan pembibitan kakao berpengaruh tidak nyata pada semua
peubah pengamatan. Hal ini diduga dalam ZPT alami (air kelapa, ekstrak bawang
merah, dan ekstrak daun kelor) berpengaruh sama terhadap perkecambahan dan
pembibitan biji kako. ZPT alami yang digunakan diduga mengandung bahan-
bahan organic dan unsur hara yang bermanfaat bagi perkembangan embrio
sehingga dapat memacu persentase perkecambahan. Menurut Safira (2018),
menyatakn pemberian ZPT pada tanaman akan mempercepat pertumbuhan,
pembentukan akar dan tunas tanaman sehingga potensi keberhasilan pembibitan
akan meningkat. Hal ini ini juga dapat dilihat dari kandungan ZPT air kelapa yang
mengandung auksin dan sitokinin, ekstrak bawang merah mengandung auksin,
dan ekstrak daun kelor mengandung sitokinin. Sehingga dapat memicu
perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao. Menurut Lawalata (2011) dalam
Rajiman (2018) menyatakn aukisn berfungsi untuk membantu dalam proses
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, membantu
dalam proses pembelahan sel. Sedangkan menurut Emongor (2015) dalam
Warohmah (2017) menyatakan kandungan sitokinin yang terdapat dalam ekstrak
daun kelor meliputi zeatin, dihydrozeatin, dan iso pentyladenine yang dapat
memicu pembelahan sel.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asal biji buah kakao berpengaruh
nyata terhadap semua peubah kecuali keserempakan tumbuh. Dari hasil uji BNT
asal biji tengah memberikan pengaruh lebih baik terhadap keserempakan tumbuh
28
biji kakao. Hal ini diduga biji bagian tengah memiliki ujuran biji yang lebih besar
dari pada biji bagian ujung dan pangkal. Sehingga sejalan menurut Sutardi (2009)
dalam Komala (2014) umumnya biji bagian tengah buah memiliki ukuran yang
lebih besar dan memiliki cadangan makanan yang lebih banyak. Pada awal
pertumbuhan bibit, cadangan makanan dalam biji digunakan untuk mendukung
sistem perakaran sebelum bibit mampu menyerap hara dalam tanah. Menurut
Hartman dan Kester (1968) dalam Komala (2014) karbohidrat, lemak dan protein
sangat diperlukan dalam pembentukan akar. Dengan demikian, biji yang memiliki
cadangan makanan yang mencukupi akan lebih berkembang, sehingga akar
menjadi lebih panjang. Energi yang dihasilkan dari perombakan karbohidrat
digunakan untuk pembelahan sel, sehingga sel menjadi lebih banyak dan lebih
panjang yang akhirnya dapat mendorong pertumbuhan tanaman. Sedangkan
menurut Sukatario (1996) dalam Fadila (2016) biji bagian ujung buah mempunyai
visabilitas dan vigor yang rendah, karena mempuyai cadangan makanan lebih
sedikit dibandingkan dengan biji bagian tengah. Selain itu biji yang terletak
dibagian ujung mempunyai selaput pelindung yang sangat tipis, sehingga sangat
peka terhadap serangan penyakit dan kekeringan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
berbagai jenis ZPT alami da nasal biji buah kakao terhadap persentase
perkecambahan, laju perkecambahan, panjang akar, tinngi tanaman, persentase
pertumbuhan, bobot basah akar, bobot basah tajuk, jumlah daun, dan ratio tajuk
akar. Steel dan Torrie (1991) dalam Mebang dan Puji (2016), apabila interaksi
antara perlakuan satu dengan perlakuan lainya tidak memberikan pengaruh yang
29
nyata maka dapat disimpulkan bahwa factor-faktor tersebut bertindak bebas atau
tidak saling mempengaruhi satu dengan yang lainya.
30
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh ZPT alami tidak berbeda nyata dalam perkecambahan dan
pertumbuhan bibit kakao.
2. Perkecambahan dan pertumbuhan bibit tidak dipengaruhi oleh asal biji kakao,
walaupun perkecambahan biji bagian tengah lebih serempak.
3. Tidak terdapat interaksi antara berbagai jenis ZPT alami dan asal biji buah
kakao terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao
5.2 Saran
Perlu dilakukan uji lebih lanjut tentang berbagai jenis ZPT dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap perkecambahan dan pertumbuhan biji kakao atau terhadap
komoditi lainya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afif, dan Nauval. 2017. Pengaruh Lama Perendaman Ekstrak Bawang MerahTerhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) SetalahMengalami Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Program StudiAgroteknologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ajar. 2015. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa dan Lama Perendaman TerhadapPerkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Kadaluarsa. Skripsi.Fakultas Pertanian. Program Studi Agroteknologi. Universitas TeukuUmar. Meulaboh Aceh Barat.
Azmi dan Syaiful. 2010. Pengaruh Masa Kadaluarsa dan Penggunaan BerbagaiEkstrak Bahan Organik Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Semangka(Citrullus vulgaris Schard). Jurnal Agrista. Fakultas PertanianUniversitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Darojat. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah(Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacaoL.). Jurnal. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017Kakao Cocoa. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Fadila dan Nanda. 2016. Pengaruh Tingkat Kekerasan Buah dan Letak BenihDalam Buah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao (Theobromacacao L.). Jurnal.
Ichsan dan Cut Nur. 2006. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi(Oryza sativa L.) yang Diproduksi Pada Temperatur Yang BerbedaSelama Kemasakan. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. BandaAceh.
Inawati. 2002. Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Media Pembibitan TerhadapViabilitaas dan Vigor Benih serta Pertumbuhan dan Vigor Bibit Kakao(Theobroma cacao L.).
32
Komala dan Selvi. 2014. Pengaruh Letak Biji dalam Buah dan Tiga MacamPupuk Organik Terhadap Daya Tumbuh dan Pertumbuhan Bibit Nangka(Artocarpus integra L.). Jurnal Vegetalika Vol. 3 No. 4
Mebang dan Puji, 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa DanPupuk Kandangan Ayang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi TanamnSelada (lactuca Sativa L.) Jurnal Agrifor. ISSN: 1412-6885.
Rajiman. 2018. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Terhadap Hasil danKualitas Bawang Merah. Seminar Nasional. STPP Magelang JurusanPenyuluhan Pertanian. Yogyakarta.
Roni dan Abdul. 2017. Pegaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa L.)Terhadap Pertumbuhan Akar Stek Tanaman Kaca Piring (GardeniaJasminoides Ellis) Dan Sumbangsihnya Pada Materi PerkembangbiakanVegeratif Tumbuhan Kelas IX SMP/MTS. Skripsi. Program StudiPendidikan Biologi. Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.
Safira dan Bunga. 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daubn Kelor TerhadapPertumbuhan Benih Kopi (coffea) Robusta. Proposal Tugas Akhir.Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan. Jurusan ProduksiPertanian. Politeknik Negeri Jember.
Sahroni dam Mizan. 2018. Pengaruh Perendaman dan Posisi Biji Dalam BuahTerhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Biji Kakao(Theobroma cacao L.). Skripsi. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Jurusan Biologi. Universitas Lampung. BandarLampung.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I Edisi keempat. Bandung315 Halaman.
Santoso dan Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Pers. UniversitasMuhammadiyah Malang. Malang.
Setyowati. 2014. Pengaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) dan EkstrakBawang Putij (Allium sativum L.) Terhadap Pertumbuhan Stek BungaMawar (Rosa Sinensis L.).
Siregar D.A. 2018. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.)Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma kakao L.). Jurnal. FakultasPendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut PendidikanTapanuli Selatan.
Siswanto. 2010. Penggunaan Auksin dan Sitokinin Alami Pada PertumbuhanBibit Lada Panjang (Piper retrofractumvah L.). Jurnal Tumbuhan ObatIndonesia.
33
Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Warohmah. 2017. Pengaruh Pemberian Dua Jenis Zat Pengatur Tumbuh AlamiTerhadap Pertumbuhan Seedling Manggis (Garcinia mangostana L.).Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Tata Letak Percobaan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
50 cmz3k2
z2k3
z2k1
z1k3
z1k2
z1k1
z3k1
z3k3
z2k2
z1k1 z3k2
z1k2
z2k3
z3k3
z3k1
z1k3
z2k1
z2k2
z2k1
z3k2
z1k2
z1k3
z3k1
z2k3z2k2
z3k3
z1k1
S
U50 cm
50 cm
Keterangan :z1 : air kelapaz2 : ekstrak bawang merahz3 : ekstrak daun kelork1 : asal biji bagian ujungk2 : asal biji bagian tengahk3 : asal biji bagian pangkal
36
Lampiran 2. Tata Letak Per Satuan Percobaan
10 cm
10 cm
50 cm
30 cm
37
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kakao
Tipe pertumbuhan : tajuk berukuran sedang, merata, kokoh
Percabangan : - primer: sudut arah pertumbuhan 45o, warna coklattua, permukaan beralur, keadaan bantalan buahjelas, jarak antar bantalan buah 5 cm
- sekunder: sudut arah pertumbuhan 60o, warnacoklat tua, alur permukaan tegas, jarak antarketiak daun 4 cm
Daun : warna tangkai daun hijau,bentuk elip, pangkal bulat,ujung meruncing, warna daun muda merah,permukaan atas daun tua berwarna hijau,permukaan bawah daun tua berwarna hijau muda
Bunga : letak pembungaan tersebar di batang dan cabang,pembuangan sedang, periode pembungaankontinyu, warna tangkai bunga kemerahan, terdapatantosianin (pada petal, staminode), staminodetertutup.
Kompatibilitas : kompatibel menyerbuk silang secara umum, danmampu menyerbuk sendiri, tingkat kompatibilitas29-56%
Buah : bentuk elip (panjang 18 cm , lebar 8 cm), pangkalada leher botol, ujung runcing, permukaan kasar,kedalaman alur sedang, kulit buah tebal, warnabuah muda merah, warna buah masak orange.
Biji : bentuk oblong, berat rata-rata 1 biji kering 1,32 g,rendemen biji 41,41%, kadar kulit ari 6,11%, warnabiji basah putih (99,75%), kadar lemak biji 56%.
Potensi hasil : jumlah buah per pohon rata-rata 48, jumlah biji pertongkol rata-rata 35, nilai buah rata-rata 23,07,produksi 2,16 kg/pohon, produksi 2376 kg/ha/tahun(konversi pada populasi 1100 ph/ha)
Ketahanan : tahan terhadap hama Helopeltis, dan busuk buah
38
Lampian 4. Jadwal Kegiatan
No Tanggal Jenis Kegiatan01 Oktober 2019 Pencampuran Pupuk Kandang dengan
Tanah05 Oktober 2019 Persiapan Media Semai05 Oktober 2019 Persiapan Bibit
06 Oktober 2019 Persiapan ZAT PT06 Oktober 2019 Perendaman Bibit06 Oktober 2019 Penyemaian
08 Oktober 2019 Pengamatan Perkecambahan10 Oktober 2019 Pengamatan Perkecambahan12 Oktober 2019 Pengamatan Perkecambahan
12 Oktober 2019 Pemindahan Bibit dari Penyemaian keMedia Tanam
12 Oktober s/d 05November 2019
Perawatan Bibit
05 November 201905 November 201905 November 201905 November 2019
07 November 2019
39
Lampiran 5. Hasil Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT Semua Peubah yang Diamati
Perlakuan
Peubah yang Diamati
PersentasePerkecambahan
(%)
KeserempakanTumbuh
(hari)
PersentasePertumbuhan
Bibit(%)
TinggiTanaman
(cm)
JumlahDaun(helai)
PanjangAkar(cm)
BobotBasahTajuk(gr)
BobotBasahAkar(gr)
BobotBerangkasan
Kering(gr)
F-Tabel
ZPT Alami (Z) 0,606 tn 1,231 tn 0,06 tn 1,03 tn 0,35 tn 0,04 tn 0,07 tn 1,58 tn 0,158 tn 3,634
Asal Biji (K) 0,606 tn 4,000 tn 0,45 tn 3,31 tn 0,80 tn 0,53 tn 1,65 tn 1,11 tn 0,066 tn 3,634
Interaksi 0,476 tn 1,538 tn 1,31 tn 0,47 tn 0,43 tn 2,16 tn 0,15 tn 0,75 tn 0,166 tn 3,007
Air Kelapa 96,11 tn 4,22 tn 85,55 tn 12,68 tn 5,00 tn 10,57 tn 3,56 tn 0,55 tn 0,82 tn -
EkstrakBawang Merah
96,11 tn 4,00 tn 86,66 tn 12,82 tn 5,01 tn 10,63 tn 3,59 tn 0,57 tn 0,83 tn -
Ekstrak DaunKelor
92,22 tn 4,44 tn 86,67 tn 13,23 tn 5,09 tn 10,46 tn 3,68 tn 0,71 tn 0,89 tn -
Ujung 92,22 tn 4,67 b 84,44 tn 13,10 tn 5,02 tn 10,81 tn 3,46 tn 0,60 tn 0,86 tn -
Tengah 96,11 tn 3,89 a 87,78 tn 13,30 tn 5,11 tn 10,20 tn 3,96 tn 0,69 tn 0,86 tn -
Pangkal 96,11 tn 4,11 ab 86,66 tn 12,34 tn 4,96 tn 10,65 tn 3,41 tn 0,54 tn 0,82 tn -
BNT (Z) - - - - - - - - - -
BNT (K) - 0,60 - - - - - - - -
BNT Z x K - - - - - - - - - -
40
Lampiran 6. Data Pengamatan Persentase Perkecambahan Akibat Berbagai JenisZPT Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- % -----------z1k1 95,00 95,00 90,00 280,00 93,33z1k2 100,00 90,00 100,00 290,00 96,67z1k3 95,00 100,00 100,00 295,00 98,33z2k1 100,00 90,00 100,00 290,00 96,67z2k2 100,00 95,00 100,00 295,00 98,33z2k3 80,00 100,00 100,00 280,00 93,33z3k1 70,00 100,00 90,00 260,00 86,67z3k2 100,00 80,00 100,00 280,00 93,33z3k3 100,00 100,00 90,00 290,00 96,67
Jumlah 840,00 850,00 870,00 2560,00 853,33
Rata-rata 93,33 94,44 96,67 284,44 94,81Uji Homogenitas x2-hitung = 11,95 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 7. Analisis Pengamatan Persentase Perkecambahan Akibat BerbagaiJenis ZPT Alami dan Asal Biji Kakao
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 51,852 25,926 0,346 3,63
Perlakuan 8 324,074 40,509 0,541 2,59
K 2 90,741 45,370 0,606 3,63
U 2 90,741 45,370 0,606 3,63
K*U 4 142,593 35,648 0,476 3,01
Galat 16 1198,148 74,884Non Aditif 1 92,857 92,857 1,260 4,54
Sisa 15 1105,291 73,686
Total 26 1574,074 KK 9,13%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
41
Lampiran 8. Data Pengamatan Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- cm -----------z1k1 9,50 11,60 10,30 31,40 10,47z1k2 9,15 8,75 12,00 29,90 9,97z1k3 14,10 9,40 10,35 33,85 11,28z2k1 9,85 11,55 12,55 33,95 11,32z2k2 11,70 9,50 12,60 33,80 11,27z2k3 9,65 7,85 10,40 27,90 9,30z3k1 11,10 10,15 10,70 31,95 10,65z3k2 9,65 8,05 10,35 28,05 9,35z3k3 11,95 11,05 11,10 34,10 11,37
Jumlah 96,65 87,90 100,35 284,90 94,97
Rata-rata 10,74 9,77 11,15 31,66 10,55Uji Homogenitas x2-hitung = 7,49 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 9. Analisis Pengamatan Panjang Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 9,084 4,542 2,615tn 3,63
Perlakuan 8 16,997 2,125 1,223tn 2,59
K 2 0,139 0,070 0,040tn 3,63
U 2 1,841 0,921 0,530tn 3,63
K*U 4 15,017 3,754 2,161tn 3,01
Galat 16 27,791 1,737Non Aditif 1 0,943 0,943 0,527tn 4,54
Sisa 15 26,849 1,790
Total 26 53,872 KK = 12,49%
Keterangan :* = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman
42
Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- cm -----------z1k1 12,95 14,46 12,16 39,57 13,19z1k2 12,90 13,07 12,38 38,35 12,78z1k3 12,00 11,82 12,43 36,25 12,08z2k1 13,27 13,18 11,89 38,34 12,78z2k2 13,15 13,11 13,35 39,61 13,20z2k3 12,29 11,02 14,17 37,48 12,49z3k1 13,45 13,61 12,97 40,03 13,34z3k2 13,52 15,24 12,97 41,73 13,91z3k3 12,85 11,75 12,72 37,32 12,44
Jumlah 116,38 117,26 115,04 348,68 116,23
Rata-rata 12,93 13,03 12,78 38,74 12,91Uji Homogenitas x2-hitung = 15,47 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 11. Analisis Pengamatan Tinggi Tanaman Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 1,99 0,99 1,42tn 3,63
Perlakuan 8 7,39 0,92 1,32tn 2,59
K 2 1,45 0,72 1,03tn 3,63
U 2 4,64 2,32 3,31tn 3,63
K*U 4 1,31 0,33 0,47tn 3,01
Galat 16 11,19 0,70Non Aditif 1 1,33 1,33 2,02tn 4,54
Sisa 15 9,87 0,66
Total 26 20,57 KK = 6,48%
Keterangan :* = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
43
Lampiran 12. Data Pengamatan Persentase Pertumbuhan Bibit Akibat BerbagaiJenis Zat Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- % -----------z1k1 80,00 90,00 80,00 250,00 83,33z1k2 100,00 100,00 70,00 270,00 90,00z1k3 90,00 80,00 80,00 250,00 83,33z2k1 80,00 90,00 80,00 250,00 83,33z2k2 80,00 90,00 80,00 250,00 83,33z2k3 100,00 100,00 80,00 280,00 93,33z3k1 100,00 90,00 70,00 260,00 86,67z3k2 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00z3k3 90,00 80,00 80,00 250,00 83,33
Jumlah 810,00 810,00 710,00 2330,00 776,67
Rata-rata 90,00 90,00 78,89 258,89 86,30Uji Homogenitas x2-hitung = 14,17 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 13. Analisis Pengamatan Persentase Pertumbuhan Bibit AkibatBerbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 740,74 370,37 6,40* 3,63
Perlakuan 8 362,96 45,37 0,78tn 2,59
K 2 7,41 3,70 0,06tn 3,63
U 2 51,85 25,93 0,45tn 3,63
K*U 4 303,70 75,93 1,31tn 3,01
Galat 16 925,93 57,87Non Aditif 1 192,76 192,76 3,94tn 4,54
Sisa 15 733,16 48,88
Total 26 2029,63 KK 8,82%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
44
Lampiran 14. Data Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- gr -----------z1k1 0,20 0,50 1,20 1,90 0,63z1k2 0,50 0,50 0,50 1,50 0,50z1k3 0,30 0,80 0,50 1,60 0,53z2k1 0,40 0,60 0,60 1,60 0,53z2k2 0,50 0,90 0,70 2,10 0,70z2k3 0,20 0,50 0,70 1,40 0,47z3k1 0,60 0,50 0,80 1,90 0,63z3k2 0,90 0,90 0,80 2,60 0,87z3k3 0,70 0,60 0,60 1,90 0,63
Jumlah 4,30 5,80 6,40 16,50 5,50
Rata-rata 0,48 0,64 0,71 1,83 0,61Uji Homogenitas x2-hitung = 6,02 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 15. Analisis Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 0,260 0,130 3,029tn 3,63
Perlakuan 8 0,360 0,045 1,049tn 2,59
K 2 0,136 0,068 1,579tn 3,63
U 2 0,096 0,048 1,113tn 3,63
K*U 4 0,129 0,032 0,751tn 3,01
Galat 16 0,687 0,043Non Aditif 1 0,033 0,033 0,753tn 4,54
Sisa 15 0,654 0,044
Total 26 1,307 KK = 33,90%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
45
Lampiran 16. Data Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao Transformasi √ +0,5
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- gr -----------z1k1 0,20 0,50 1,20 1,90 0,63z1k2 0,50 0,50 0,50 1,50 0,50z1k3 0,30 0,80 0,50 1,60 0,53z2k1 0,40 0,60 0,60 1,60 0,53z2k2 0,50 0,90 0,70 2,10 0,70z2k3 0,20 0,50 0,70 1,40 0,47z3k1 0,60 0,50 0,80 1,90 0,63z3k2 0,90 0,90 0,80 2,60 0,87z3k3 0,70 0,60 0,60 1,90 0,63
Jumlah 4,30 5,80 6,40 16,50 5,50
Rata-rata 0,48 0,64 0,71 1,83 0,61Uji Homogenitas x2-hitung = 6,02 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 17. Analisis Pengamatan Bobot Basah Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao Transformasi √ +0,5
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 0,260 0,130 3,029tn 3,63
Perlakuan 8 0,360 0,045 1,049tn 2,59K 2 0,136 0,068 1,579tn 3,63
U 2 0,096 0,048 1,113tn 3,63
K*U 4 0,129 0,032 0,751tn 3,01
Galat 16 0,687 0,043
Non Aditif 1 0,033 0,033 0,753tn 4,54
Sisa 15 0,654 0,044
Total 26 1,307 KK = 33,90%
Keterangan :* = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman
46
Lampiran 18. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- gr -----------z1k1 2,20 3,90 4,60 10,70 3,57z1k2 3,30 4,20 3,70 11,20 3,73z1k3 3,00 4,40 2,70 10,10 3,37z2k1 3,30 2,90 3,80 10,00 3,33z2k2 3,20 4,30 4,40 11,90 3,97z2k3 2,70 3,00 4,70 10,40 3,47z3k1 4,20 2,80 3,40 10,40 3,47z3k2 4,00 4,40 4,10 12,50 4,17z3k3 3,40 3,30 3,50 10,20 3,40
Jumlah 29,30 33,20 34,90 97,4 32,47
Rata-rata 3,26 3,69 3,88 10,82 3,61Uji Homogenitas x2-hitung = 13,07 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 19. Analisis Pengamatan Bobot Basah Tajuk Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 1,83 0,92 1,84tn 3,63
Perlakuan 8 2,03 0,25 0,51tn 2,59
K 2 0,07 0,04 0,07tn 3,63
U 2 1,65 0,82 1,65tn 3,63
K*U 4 0,31 0,08 0,15tn 3,01
Galat 16 7,98 0,50Non Aditif 1 0,07 0,07 0,14tn 4,54
Sisa 15 7,91 0,53
Total 26 11,84 KK = 19,58%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
47
Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis Zat PengaturTumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- helai -----------z1k1 5,00 5,00 4,80 14,80 4,93z1k2 4,80 5,50 5,10 15,40 5,13z1k3 5,10 5,10 4,60 14,80 4,93z2k1 5,00 5,00 5,00 15,00 5,00z2k2 5,00 5,30 4,70 15,00 5,00z2k3 4,90 4,90 5,30 15,10 5,03z3k1 5,20 5,10 5,10 15,40 5,13z3k2 5,00 5,70 4,90 15,60 5,20z3k3 5,10 5,20 4,50 14,80 4,93
Jumlah 45,10 46,80 44,00 135,90 45,30
Rata-rata 5,01 5,20 4,89 15,10 5,03Uji Homogenitas x2-hitung = 1,10 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 21. Analisis Pengamatan Jumlah Daun Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 0,442 0,221 3,694* 3,63
Perlakuan 8 0,240 0,030 0,501tn 2,59
K 2 0,042 0,021 0,353tn 3,63
U 2 0,096 0,048 0,798tn 3,63
K*U 4 0,102 0,026 0,427tn 3,01
Galat 16 0,958 0,060Non Aditif 1 0,007 0,007 0,117tn 4,54
Sisa 15 0,950 0,063
Total 26 1,640 KK = 4,86%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
48
Lampiran 22. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- hari -----------z1k1 0,00 0,25 0,22 0,47 0,16z1k2 0,00 0,25 0,00 0,25 0,08z1k3 0,29 0,20 0,00 0,49 0,16z2k1 0,00 0,00 0,25 0,25 0,08z2k2 0,00 0,25 0,00 0,25 0,08z2k3 0,00 0,00 0,20 0,20 0,07z3k1 0,00 0,33 0,25 0,58 0,19z3k2 0,22 0,25 0,00 0,47 0,16z3k3 0,25 0,00 0,00 0,25 0,08
Jumlah 0,76 1,53 0,92 3,21 1,07
Rata-rata 0,08 0,17 0,10 0,36 0,12Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 23. Analisis Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao.
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 0,04 0,02 1,89tn 3,63
Perlakuan 8 0,05 0,01 2,33tn 2,59K 2 0,02 0,01 1,56tn 3,63
U 2 0,01 0,00 4,22* 3,63
K*U 4 0,02 0,01 1,27tn 3,01
Galat 16 0,03 0,02
Non Aditif 1 0,02 0,02 1,00tn 4,54
Sisa 15 0,01 0,02
Total 26 0,43 KK 121,50%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
49
Lampiran 24. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
------------- gr -----------z1k1 1,00 1,12 1,11 3,23 1,08z1k2 1,00 1,12 1,00 3,12 1,04z1k3 1,13 1,10 1,00 3,23 1,08z2k1 1,00 1,00 1,12 3,12 1,04z2k2 1,00 1,12 1,00 3,12 1,04z2k3 1,00 1,00 1,10 3,10 1,03z3k1 1,00 1,15 1,12 3,27 1,09z3k2 1,11 1,12 1,00 3,23 1,08z3k3 1,12 1,00 1,00 3,12 1,04
Jumlah 9,36 9,73 9,45 28,54 9,51
Rata-rata 1,04 1,08 1,05 3,17 1,06Uji Homogenitas x2-hitung = 0,21 < x2-tabel = 15,51 (data homogen)Keterangan :I, II, III : Ulanganz1 : air kelapa k1 : asal biji ujung buahz2 : ekstrak bawang merah k2 : asal biji tengah buahz3 : ekstrak daun kelor k3 : asal biji pangkal buah
Lampiran 25. Analisis Pengamatan Rasio Tajuk Akar Akibat Berbagai Jenis ZatPengatur Tumbuh Alami dan Asal Biji Kakao
SumberKeragaman
DerajatKuadrat
JumlahKuadrat
KuadratTengah
F Hitung F Tabel
Kelompok 2 0,008 0,444 0,866tn 3,63
Perlakuan 8 0,012 0,001 0,311tn 2,59
K 2 0,005 0,003 0,534tn 3,63
U 2 0,002 0,001 0,201* 3,63
K*U 4 0,005 0,001 0,256tn 3,01
Galat 16 0,076 0,005Non Aditif 1 0,004 0,004 0,875* 4,54
Sisa 15 0,072 0,005
Total 26 0,097 KK 6,54%
Keterangan :* = berbeda nyatatn = tidak berbeda nyataKK = koefisien keragaman
50
Gambar 1. Pencampuran Pupuk Kandang Dengan Tanah
Gambar 2. Memasukkan Media tanam
51
Gambar 3. Zat Pengatur Tumbuh Alami
Gambar 4 . Pemilihan Bibit Kakau
52
Gambar 5 . Pemisahan Bibit
Gambar 6. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh dan Perendaman Benih
53
Gambar 7. Memasukkan Bibit Ke Media Semai
Gambar 8. Persemaian
54
Gambar 9. Penyungkupan
Gambar 10. Pengamatan Perkecambahan
55
Gambar 11. Pemindahan Benih dari Persemaian
Gambar 12. Pengamatan Pertumbuhan Bibit Setelah 14 HST
56
Gambar 13. Pengamatan Pertumbuhan 19 HST
Gambar 14. Pertumbuhan Bibit setelah 23 HST
57
Gambar 15 Pertumbuhan Bibit setelah 27 HST
Gabar 16. Pertumbuhan Bibit Setelah 30 HST
58
Gabar 17. Pengamatan Tinggi Tanaman
Gabar 18. Penimbangan Berat Tajuk Basah
59
Gambar 19. Sampel Tanaman Kakao z1k1, z1k2, dan z1k3
Gambar 20. Sampel Tanaman Kakao z2k1, z2k2, z2k3
Gabar 21. Sampel Tanaman Kakao z3k1, z3k2, z3k3
60
Gabar 22. Penimbangan Berat Akar Basah
Gabar 23. Pengeringan Brangkasan
61
Gabar 24. Penimbangan Berat Tajuk Kering
Gambar 25. Penimbangan Berat Akar Kering
Top Related