PENGARUH EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU DAN EFISIENSI
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP GROSS
PROFIT MARGIN DI PT. BINTANG KUPU-KUPU TAHUN 2014-
2018
SKRIPSI
Oleh :
DESY LESTARI
20160100139
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERPAJAKAN
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
PENGARUH EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU DAN EFISIENSI
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP GROSS
PROFIT MARGIN DI PT. BINTANG KUPU-KUPU TAHUN 2014-
2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh:
DESY LESTARI
20160100139
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
i
PENGARUH EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU DAN EFISIENSI BIAYA
TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP GROSS PROFIT MARGIN
DI PT. BINTANG KUPU-KUPU TAHUN 2014-2018
ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung
terhadap rasio gross profit margin pada perusahaan PT. Bintang Kupu-Kupu.
Populasi dalam penelitian ini adalah data perusahaan PT. Bintang Kupu-
Kupu tahun 2014 sampai 2018 yaitu sebesar 125 pesanan. Untuk menentukan
ukuran sampel dalam penelitian digunakan rumus slovin dengan tingkat eror
pengambilan sampel yang dapat ditolerir sebesar 5% diperoleh sampel sebanyak
95 pesanan yang dibagi rata selama 5 tahun. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, wawancara dan kepustakaan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda dengan menggunakan
program SPSS versi 24.
Hasil pengujian membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara efisiensi
biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung terhadap gross profit
margin.
Kata Kunci : Efisiensi Biaya Bahan Baku, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja
Langsung, dan Gross Profit Margin
ii
THE EFFECT OF THE EFFICIENCY OF RAW MATERIAL COSTS AND
DIRECT LABOR COST EFFICIENCY ON THE GROSS PROFIT
MARGIN OF PT. BINTANG KUPU-KUPU IN 2014-2018
ABTRACT
The purpose of this study was to determine how much influence the
efficiency of raw material costs and direct labor costs have on the gross profit
margin ratio.
The population in this study is the data of PT. Bintang Kupu-Kupu company
from 2014 to 2018 that is 125 orders, to determine the sample size in the study
used the slovin formula with a sampling error that can be tolerated by 5%,
obtained a sample of 95 orders divided equally for 5 years. Data collection
analysis technique used is multiple linear regression analysis using SPSS version
24.
The test results prove that there is an influence between the efficiency of
raw material costs and the efficiency of direct labor on gross profit margin.
Keywords: Efficiency of Material Costs, Direct labor costs efficiency,
And Gross Profit Margin
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
v
DAFTAR ISI
JUDUL LUAR
JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PENYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK …………………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………….……………………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………….………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….…… v
DAFTAR TABEL ……………………………………………...…………… viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... x
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………….. 3
C. Rumusan Masalah …………………………………………. 4
D. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 5
E. Manfaat Penelitian ………………………………………… 5
F. Sistematika Penelitian …………………………………….. 6
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………. 8
A. Gambaran Umum Teori …………………………………... 8
1. Biaya ………………………………………………….. 8
2. Biaya Bahan Baku ……………………………...…….. 18
3. Biaya Tenaga Kerja ………………………………....... 40
vi
4. Gross Profit Margin …………………………………... 44
B. Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………….. 45
C. Kerangka Pemikiran …………………………………….... 49
D. Perumusan Hipotesa .……………………… …………….. 51
BAB III. METODE PENELITIAN ……… ……………..………….. 53
A. Jenis Penelitian ……………………………… …………... 53
B. Objek Penelitian …………………………………… ……. 53
C. Jenis dan Sumber Data ……………………………….…... 56
D. Populasi dan Sample …….……………………………….. 56
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………….…. 59
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian ………….………….. 60
G. Teknik Analisis Data ……………………… …………….. 67
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 74
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ………………………..…. 74
1. Efisiensi Biaya Bahan Baku ………………………….... 74
2. Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung ……………..... 76
3. Gross Profit Margin ……………………………………. 78
B. Analisis Hasil Penelitian ……………………………...…... 78
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………..... 78
2. Uji Asumsi Klasik ……………………………………. 80
a. Uji Normalitas …………………………………….. 80
b. Uji Multikolonieritas ……………………………… 82
c. Uji Heteroskedastisitas ……………………………. 82
d. Uji Autokorelasi …………………………………... 84
e. Uji Regresi Linear Berganda ……………………… 85
f. Uji Koefisien Determinasi ………………………… 86
C. Pengujian Hipotesis ……………………………………….. 87
1. Uji T ………………………………………………….. 87
2. Uji F ………………………………………………….. 88
D. Pembahasan ……………………………………………….. 89
BAB V. PENUTUP ……………………………………………..…… 91
A. Kesimpulan ……………………………………………….. 91
B. Implikasi ………………………………………………..... 92
C. Saran ……………………………………………………… 93
vii
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN RISET
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………..………. 45
Tabel III.1 Jumlah Pesanan PT. Bintang Kupu-Kupu 2014-2018 ……...……….... 57
Tabel III.2 Populasi dan Sampel …………………………...………………...…… 59
Tabel III.3 Nilai Efisiensi Biaya Bahan Baku ……...…………………………….. 62
Tabel III.4 Nilai Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung ………………..……… 63
Tabel III.5 Nilai Rasio Gross Profit Margin ………………………..…..………... 64
Tabel III.6 Variabel dan Pengukurannya …………………...…………………….. 66
Tabel IV.1 Biaya Bahan Baku ……………………...……………………...……... 75
Tabel IV.2 Kuantitas Bahan Baku (Satuan kg) ………...……………………….... 76
Tabel IV.3 Standar dan Realisasi Upah Tenaga Kerja Langsung dan Jam
Tenaga Kerja Kerja Langsung …...………………………...………… 77
Tabel IV.4 Laba Kotor PT. Bintang Kupu-Kupu ………………………………… 78
Tabel IV.5 Hasil Uji Deskriptif …………………………………...…………….... 79
Tabel IV.6 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ………...….……. 81
Tabel IV.7 Uji Multikolonieritas …………………………………...………….…. 82
Tabel IV.8 Uji Autokorelasi ……………………………...……………………..... 84
Tabel IV.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda …………………………………... 85
Tabel IV.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………………………….…….…... 86
Tabel IV.11 Hasil Uji T …………………………………………………….….… 87
Tabel IV.12 Hasil Uji F …………………………………………………….……. 88
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Hubungan biaya-biaya dalam operasional perusahaan ………..……. 15
Gambar II.2 Kerangka Berfikir ……………………………………………...…… 51
Gambar III.1 Struktur Organisasi ……………………..…………………………. 55
Gambar IV.1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ……..……………………….…… 80
Gambar IV.2 Uji Heteroskedastisitas ………………………………..………….. 83
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rincian Pemakaian Bahan Baku Standar dan Pemakaian Bahan Baku
Aktual 2014-2018
Lampiran 2 Data Efisiensi Biaya Bahan Baku Tahun 2014-2018
Lampiran 3 Rincian Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung Standar dan Penggunaan
Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung Aktual Tahun 2014-2018
Lampiran 4 Data Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2014-2018
Lampiran 5 Gross Profit Margin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang melakukan
kegiatan rutin produksi untuk menghasilkan suatu barang. Kegiatan produksi
dilakukan dari proses pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja
untuk pengolahan bahan baku tersebut dan pengeluaran biaya-biaya yang
diperlukan sehingga bahan baku tersebut dapat diolah dan diubah menjadi
produk yang siap dijual untuk memperoleh laba. Sehingga laba yang diperoleh
dari setiap hasil penjualan akan digunakan kembali untuk kegiatan usaha
perusahaan. Laba secara sederhana dapat diukur dengan selisih antara total
penjualan dengan total biaya. Perolehan laba diukur dengan berbagai macam
rasio profitabilitas dalam kemampuan perusahaan memperoleh laba secara
kuantitatif salah satunya seperti ratio profit margin. Ratio profit margin yang
tinggi menandakan dimana perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada
tingkat penjualan tertentu. Ratio profit margin yang rendah menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu atau biaya yang
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua
hal tersebut. Secara umum ratio yang rendah bisa menunjukkan
ketidakefisienan manajemen. Salah satu rasio profit margin yang harus dicapai
oleh manajer pemasaran adalah ratio gross profit margin. Ratio gross profit
margin ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh
laba kotor dari setiap penjualan. Karena laba kotor dihasilkan dari biaya pokok
2
penjualan maka untuk memperbesar tingkat ratio gross profit margin perlu
dilakukan pengendalian biaya produksi.
Pengendalian biaya ini sangat penting bagi perusahaan dimana biaya
produksi merupakan unsur pada pembentukan harga pokok produksi yang akan
dijadikan dasar dalam menentukan harga pokok penjualan dari produk yang
dihasilkan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk
mengolah bahan baku untuk menjadi produk jadi yang siap dijual. Secara garis
besar biaya produksi dibagi menjadi tiga unsur yaitu: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Berdasarkan survei di perusahaan PT. Bintang Kupu-kupu, yang
berlokasi di jalan Gatot subroto, Kota Tangerang. PT. Bintang Kupu-kupu
dimulai sebagai sebuah toko kecil medis disebut ‘Tay Ho Tong’ yang terletak
dipinggiran kota glodok, Jakarta utara pada tahun 1935. Dari 1935-1962, ‘Tay
Ho Tong’ terkenal tidak hanya di masyarakat Indonesia Tionghoa tetapi juga
orang Indonesia lokal untuk kualitas dan reputasi mereka dalam menyediakan
berbagai jenis obat dan efektif terjangkau.
Perusahaan PT. Bintang Kupu-Kupu, perusahaan melakukan proses
produksi berdasarkan pesanan atau permintaan konsumen. Proses produksi
yang dilakukan melalui hand made dan machine made. Dengan demikian
perusahaan harus mengeluarkan berbagai biaya yang pada akhirnya nanti akan
mengurangi pendapatan yang diperoleh sehingga berpengaruh terhadap laba
kotor dari setiap penjualan yang dilakukan. Oleh karena itu pengendalian biaya
3
produksi perlu dilakukan untuk mencapai efisiensi dalam upaya memperbesar
ratio gross profit margin yang di harapkan oleh perusahaan.
Efisiensi biaya produksi dapat dilakukan dengan perbandingan antara
rencana biaya produksi yang disebut biaya standar. Biaya yang ditentukan oleh
perusahaan lebih dulu meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik. Oleh karna itu biaya standar merupakan sebuah biaya yang
telah direncanakan untuk membuat produk berdasarkan kondisi usaha saat ini.
Maka untuk tujuan efisiensi biaya produksi dalam penelitian ini dapat
digunakan biaya standar. Biaya standar dirancang untuk efisiensi. Efisiensi
biaya produksi melalui biaya standar berarti biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan harus mencapai biaya standar yang dibuat atau dengan kata lain
membandingkan antara realisasi biaya produksi dengan biaya standar.
Meskipun pengendalian terhadap biaya produksi telah dilakukan secara hati-
hati namun kenyataannya masih sering terjadi penyimpangan, ini berarti perlu
dilakukan analisis pengaruh Efisiensi biaya bahan baku dan Efisiensi biaya
tenaga kerja langsung terhadap gross profit margin di PT. Bintang Kupu-kupu.
B. Identifikasi Masalah
Kendala pencapaian efisiensi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung menggunakan biaya standar yang dihadapi PT. Bintang Kupu Kupu
adalah biaya yang dikeluarkan terjadi penyimpangan dari biaya standar yang
ditetapkan, hal ini bersamaan dengan kenaikan harga bahan baku sedangkan
perusahaan menetapkan standar harga maksimal, tenaga kerja sering lambat
4
atau boros waktu dalam menyelesaikan proses produksi sehingga perusahaan
perlu menambah pengeluaran untuk upah tenaga kerja, dimana perusahaan
harus mengeluarkan biaya-biaya yang tidak terduga di saat proses produksi
sedang berjalan.
Maka dilakukan penelitian ini untuk memberikan pengertian terhadap
pentingnya penggunaan biaya standar sebagai alat kontrol biaya produksi untuk
menurunkan ratio gross profit margin, dan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam pengendalian biaya yang dilakukan selama ini sudah efisien
atau belum.
Bahwa dari identifikasi masalah maka penulis memberanikan diri
mengambil judul skripsi “ Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan
Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Gross Profit
Margin di PT. Bintang Kupu-Kupu Tahun 2014-2018”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besar pengaruh efisiensi biaya bahan baku terhadap profit margin
menggunakan biaya standar pada perusahaan PT.Bintang Kupu Kupu?
2. Berapa besar pengaruh efisiensi biaya tenga kerja langsung yang dapat
dicapai pada perusahaan PT.Bintang Kupu Kupu?
5
3. Berapa besar pengaruh efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga
kerja langsung menggunakan biaya standar terhadap ratio profit margin
pada perusahaan PT.Bintang Kupu Kupu?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan seberapa besar pengaruh efisiensi biaya bahan baku
menggunakan biaya standar pada perusahaan PT Bintang Kupu Kupu.
2. Untuk mendeskripsikan seberapa besar pengaruh biaya tenaga kerja
langsung menggunakan biaya standar pada perusahaan PT Bintang Kupu-
kupu.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis seberapa besar pengaruh efisiensi
biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung menggunakan
biaya standar terhadap ratio gross profit margin pada perusahaan PT
Bintang Kupu Kupu.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti, sebagai penambah wawasan latihan pengembangan
kemampuan dalam penelitian dan penerapan teori yang diteliti dapatkan
di kampus perkuliahan, serta menambah wawasan tentang perusahaan
6
obat dalam hal ini adalah kaitanya dengan efisiensi biaya produksi
mengguakan biaya standar, dan tentang rasio profit margin.
2. Bagi akademik diharapkan dapat berguna sebagai suatu penelitian
sebagai sumber bacaan yang berguna.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan perusahaan khususnya tentang efisiensi biaya
menggunakan standar dan peningkatan rasio profit margin bagi PT Bintang
Kupu-Kupu.
F. Sistematika Penelitian
Sistem penulisan skripsi merupaan garis besar penyusunan skripsi untuk
memudahkan alur pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi.
Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut:
a. Bagian Awal Skripsi
Bagian ini berisi tentang halaman sampul depan, halaman prasyarat gelar,
halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman persetujuan layak uji,
halaman pengesahan setelah lulus ujian dan revisi, halaman abstrak,
halaman kata pengantar, daftar isi , daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran.
b. Bagian Pokok Skripsi
I. Pendahuluan
Bab pertama merupakan gambaran umum keseluruhan isi skripsi yaitu
memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,
7
rumusan masalah ,tujuan penelitian, maanfaat penelitian, sistematika
penelitan.
II. Landasan Teoritis
Bab kedua merupakan kajian-kajian yang membahas teori-teori yang
merupakan kajian Landasan teoritis. Dalam hal ini berisi tentang rasio
profit margin, efisiensi biaya, biaya harga pokok produksi, hasil pelitian
terdahulu, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian.
III. Metodologi Penelitian
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang meliputi tempat dan
waktu penelitian, metode penelitian , variable-variabel penelitian,
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, dan teknis
analisis data.
IV. Isi Sistematika Skripsi Bagian Inti
Bab ke empat ini merupakan hasil penelitian selama dilakukanya
penelitian serta pembahasan hasil penelitian.
V. Penutup
Bab kelima adalah penutup dari kesimpulan dan saran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. GAMBARAN UMUM TEORI
1. Biaya
a. Pengertian Biaya
Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus
dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri
merupakan hal yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam
menentukan harga pokok produksi. Dengan biaya, perusahaan juga dapat
menentukan laba yang diperoleh perusahaan. Menurut (V. Wiratna
Sujarweni 2015, 9) mengatakan bahwa:
“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk mendapatkan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu baik yang sudah
terjadi/baru direncanakan”.
Menurut (Drs. Harnanto, M. Soc. Sc., Akuntan 2017, 22)
mengatakan bahwa:
“Biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-
sumber (ekonomi) yang dikorbankan (terjadi dan akan terjadi)
untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu”.
Berdasarkan definisi biaya diatas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan
uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dan
memberikan manfaat saat ini maupun akan datang.
9
Adapun unsur-unsur pokok biaya yaitu:
1. Biaya merupakan sebuah pengorbanan sumber ekonomi,
2. Diukur dalam satuan uang,
3. diprediksikan telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi,
4. Pengorbanan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Biaya sebagai suatu nilai tukar atau pengorbanan yang dilakukan
untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi setiap expense adalah cost,
namun tidak setiap cost merupakan expense. Dengan demikian
pertanyaannya adalah bilamana cost akan berubah atau diakui expense ?
Jawabannya adalah pada saat cost dapat dikaitkan atau dihubungkan
dengan manfaat sesuai prinsip ‘matching’ (dapat saling di tandingkan)
antara pengorbanan dengan manfaat.
Menurut (Bastian Bustami Nurlela 2015, 7) “Biaya atau cost adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang di ukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu”. Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Menurut
(Bastian Bustami Nurlela 2015, 8) “Beban atau expense adalah biaya
yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang
belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa akan dating
dikelompokkan sebagai harta”. Beban berasal dari aktiva atau terjadi
langsung tanpa melalui aktiva, contohnya seperti: penyusutan peralatan
kantor.
10
Berdasarkan data biaya, baik data biaya masa lalu, data biaya masa
kini dan data biaya masa yang akan datang semuanya mempunyai
manfaat masing-masing. Dilakukannya pengawasan terhadap biaya-biaya
saat ini, diperlukan data biaya masa lalu/lampau, demikian juga
pengambilan keputusan, disajikan dan dianalisis, sehingga biaya dapat
digunakan untuk kepentingan perusahaan, antara lain untuk perencanaan
sebuah laba, pengawasan terhadap biaya, penilaian pada laba tahunan,
dan menetapkan harga jual dalam mengambil sebuah keputusan.
b. Perilaku biaya
Dalam konsep perilaku biaya sangat diperlukan dalam penyusunan
anggaran. Jika jumlah produksi meningkat, maka biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja berdasarkan jumlah unit produksi akan meningkat.
Meskipun demikian, ada beberapa biaya lain yang tidak akan berubah
meskipun volume produksi meningkat. Maka perilaku biaya dapat
dikategorikan sebagai: biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel
merupakan biaya yang secara keseluruhan berubah sebanding dengan
aktivitas produksi perunit yang bersifat tetap. Contoh biaya variabel
seperti: bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dalam
perusahaan dagang, semua biaya produksi, biaya pemasaran dan
administrasi merupakan biaya variabel, namun pada perusahaan
manufaktur tidak semua biaya produksi pabrikasi adalah variabel,
sebagian dari biaya produksi adalah bersifat tetap. Biaya tetap merupakan
biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevan range) tetapi
11
per-unit berubah, dan biaya tetap akan bersifat tetap dalam rentang waktu
terbatas, sedangkan diluar rentang waktu terbatas biaya tetap akan
berubah. Contoh dari biaya tetap meliputi: biaya gaji, biaya sewa, pajak
bumi dan bangunan, asuransi, dan lain-lain sebagainya.
c. Pengurangan dan penghematan biaya
Pengurangan biaya (cost reducation) dan pengehematan biaya (cost
saving) merupakan dua konsep yang perlu mendapat perhatian penting
dan harus diperhatikan secara serius
1) Pengurangan biaya
Cost reducation atau yang biasa disebut dengan pengurangan
biaya merupakan strategi utama perusahaan sebagai alternatif dalam
menurunkan anggaran perusahaan. Dalam konsep pengurangan biaya
(cost reducation) untuk me-manage aktivitas yang berhubungan
dengan proses produksi dapat mengurangi biaya produksi dengan
mengeliminasi biaya yang seharusnya tidak terjadi. Sebagai contoh
dari pengurangan biaya (cost cutting) adalah melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan karyawan yang memiliki gaji tinggi.
Keputusan ini akan bermanfaat untuk jangka pendek karena akan
menurunkan motivasi karyawan dalam perusahaan sehingga
perusahaan menghadapi ancaman bahwa kinerja perusahaan yang
terus menerus mengalami penurunan dan pada akhirnya perusahaan
tidak dapat bersaing dengan pesaing yang lain.
12
2) Penghematan biaya
Penghematan biaya meliputi pengurangan biaya secara
bijaksana. Penghematan biaya dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya melalui program pengurangan biaya, perencanaan biaya, dan
perhatian yang terus menerus terhadap keputusan-keputusan biaya
yang diambil yang berkaitan dengan pengeluaran biaya.
d. Hubungan biaya dengan produk
Biaya yang terjadi dapat dikelompokkan berdasarkan hubungannya
dengan produk yaitu biaya manufaktur, dan biaya komersial.
1) Biaya manufaktur
Biaya manufaktur juga disebut juga biaya produksi atau biaya
pabrik didefinisikan sebaga jumlah dari tiga elemen yaitu bahan baku,
tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost).
Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya
konversi.
a) Biaya Bahan baku
Menurut Sofia Prima Dewi (2013, 19)
“Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan
menjadi bahan baku dan bahan baku penolong. Bahan baku
(direct material) merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat di
identikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan
nilainya yang relatif besar. Misalnya dalam perusahaan mebel,
bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul akibat
pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku”
13
(1) Biaya bahan langsung
Biaya bahan langsung (Direct Material) adalah bahan mentah
yang langsung digunakan untuk memproduksi barang jadi
yang secara bentuk dapat diidentifikasi pada barang jadi.
(2) Biaya bahan baku tidak langsung (Indirect Material) adalah
bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk
tetapi pemakaiannya relatif kecil, atau pemakaiannya sangat
rumit untuk dikenali dalam produk jadi.
b) Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai
akibat pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi.
(1) Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang melakukan konversi
terhadap bahan baku langsung yang akan menjadi produk jadi
dan dibebankan secara layak ke produk tertentu.
(2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak
dapat ditelusuri secara langsung pada kontruksi atau komposisi
dari produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung termasuk gaji
pegawas, pekerja bagian pemeliharaan.
14
c) Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik juga disebut biaya overhead manufaktur.
Biaya overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya
manufaktur kecuali bahan baku dan tenaga kerja langsung. Yang
termasuk biaya overhead pabrik antara lain biaya mandor, gaji
manager, biaya penyusutan mobil, biaya penyusutan pabrik, biaya
listrik, biaya asuransi, dan biaya pabrikasi lainnya.
2) Biaya komersial
Biaya komersial terdiri dari:
a) Biaya pemasaran
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan melakukan kegiatan
pemasaran atau promosi produk. Biaya pemasaran meliputi biaya
penjualan, biaya promosi, biaya gaji karyawan bagian penjualan
dan gaji karyawan bagian pemasaran, insentif penjualan, iklan, dan
biaya pemasaran lainnya.
b) Biaya administrasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan melakukan kegiatan
produksi dan pemasaran produk. Biaya administrasi meliputi gaji
direktur, gaji satpam, biaya tulis alat kantor, biaya penyusutan
kantor, biaya penyusutan komputer, biaya utang tak tertagih dan
biaya lainnya.
15
Gambar II.1. Hubungan biaya-biaya dalam operasional perusahaan.
e. Biaya Pabrik
Biaya pabrik adalah biaya yang mengatur kegiatan pengolahan
dengan biaya paling rendah. Pencapaian biaya paling rendah dicapai
melalui kegiatan pengadaan bahan baku dan bahan baku yang ditawarkan
dengan harga yang paling rendah dengan mutu bahan baku yang tinggi
dan pemasok dengan jarak tempuh jarak ke perusahaan yang tidak terlalu
jauh sehingga biaya pengangkutan tidak akan mengakibatkan biaya
pengadaan bahan tersebut menjadi lebih tinggi dari yang akan
dikeluarkan untuk bahan baku yang harganya lebih tinggi tetapi jarak
gudang pemasok ke pabrik lebih dekat.
Bahan baku
langsung
Tenaga Kerja
Langsung +
Bahan Baku
Tidak Langsung
Tenaga Tidak
Kerja Langsung
Biaya Tidak
Langsung Lainnya + +
=
=
Biaya Utama
+
+
Overhead Pabrik
Biaya
Pemasaran
Biaya
Administratif = Biaya Komersial
=
Biaya Manufaktur
+
Total Biaya
Operasi
=
16
Biaya-biaya penyimpanan dan penanganan juga merupakan
pertimbangan penting. Kemudian perencanaan dan juga pengawasan
produksi dapat membantu untuk menghindarkan terjadinya kekurangan
maupun kelebihan persediaan bahan baku di mana keduanya merupakan
suatu keadaan yang akan merugikan perusahaan. Sumber daya akan lebih
berdayaguna dengan perencanaan dan pengawasan produksi yang baik.
Penentuan secara tepat jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap
satuan waktu atau setiap satuan pekerjaaan.
Tujuan utama dari pusat pertanggung jawaban biaya pabrik adalah
untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi sumber-sumber daya
sehingga hasil atau hasil-hasil pengolahan perusahaan akan mempunyai
nilai yang lebih besar daripada jumlah nilai seluruh sumber daya yang
digunakan.
f. Biaya standar
Menurut (Drs. Daulat Freddy, Ak, MM., Diakses 2019,
https://www.esaunggul.ac.id/biaya-standar-dalam-menetapkan-produksi/)
“Biaya standar adalah biaya yang di tentukan dimuka, yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan
tertentu”.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen
beberapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu sehingga memungkinkan mereka lakukan dengan pengurangan
17
biaya pada perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan
kegiatan lainnya.
Biaya yang seharusnya dikeluarkan memiliki arti bahwa biaya yang
ditentukan dimuka sebuah pedoman dalam pengeluaran biaya
sesungguhnya. Jika biaya yang sesusngguhnya menyimpang dari
biaya standar maka yang dianggap benar adalah biaya standar,
sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak
berubah.
g. Fungsi controller manajer terhadap pengendalian biaya pabrik
Seorang manajer perusahaan harus mengembangkan sistem dan
prosedur operasional sehingga catatan akuntansi perusahaan dapat
berfungsi untuk:
1) Mengurangi biaya bahan baku yang tidak efisien.
2) Mengurangi resiko kehilangan bahan baku atau produk jadi.
3) Mengurangi keterlambatan produksi karena kekurangan bahan
baku.
4) Mengurangi investasi terhadap persediaan bahan baku atau barang
jadi.
5) Membatasi jumlah pegawai yang dimasukkan dalam daftar upah
sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan sumber daya
manusia.
6) Meningkatkan prestasi kerja karyawan dengan membandingkan
hasil yang dicapai antara karyawan yang satu dengan karyawan
18
yang lain, dan perbandingan antara prestasi yang dicapai karyawan
pada saat ini dengan prestasi yang dicapai yang lalu.
7) Mengurangi biaya lembur dan pemakaian karyawan yang
berlebihan.
8) Melakukan analisis terhadap standar kerja karyawan.
h. Biaya pemasaran dan biaya distribusi
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan
oleh para pengusaha untuk mempertahankan perputaran roda
perusahaan, untuk berkembang dan mendapatkan laba yang optimum,
sedangkan biaya distribusi dapat didefinisikan sebagai biaya yang
memiliki hubungan dengan seluruh kegiatan, mulai dari saat
pembelian barang, sampai barang-barang tiba di tempat pelanggan.
2. Biaya Bahan Baku
a. Pengertian Biaya Bahan Baku
Dalam perusahaan bahan baku terdiri dari 2 yaitu bahan baku dan
bahan baku penolong. Bahan baku sendiri mempunyai definisi bahan-
bahan yang merupakan komponen utama yang membentuk keseluruhan
dari produk jadi. Sedangkan bahan baku penolong adalah bahan yang
digunakan dalam proses produksi yang nilainya kecil dan tidak dapat
diidentifikasikan dalam produk jadi. Bahan baku ini masuk dalam
komponen biaya produksi sebagai biaya overhead pabrik (V.Wiratna
Sujarweni 2015, 27). Di dalam memperoleh bahan baku, perusahaan
tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja,
19
tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan
biaya-biaya perolehan lainnya.
Jenis-jenis bahan baku adalah:
1) Bahan baku langsung
Bahan baku langsung atau disebut dengan direct material merupakan
bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi yang akan
menghasilkan barang jadi. Biaya yang dikeluarkan membeli bahan
baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding
dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
2) Bahan baku tidak langsung
Bahan baku tidak langsung disebut juga sebagai indirect material
dimana bahan tidak langsung ini berperan dalam pembuatan barang
produksi, tetapi wujudnya tidak langsung terlihat terlihat pada barang
yang dihasilkan. Jika bahan tak langsung tidak tersedia maka proses
produksi bisa terganggu, sedangkan jika bahan penolong yang tidak
tersedia saat proses produksi maka masih bisa dilakukan namun hal ini
menyebabkan penurunan kualitas terhadap barang. Sebagai contoh
jenis dari bahan baku adalah apabila barang jadi yang dihasilkan obat
maka yang merupakan bahan langsung adalah bahan baku awal dan
bahan penolong.
a) Bahan baku awal
Bahan baku awal adalah bahan baku dan bahan pengemas yang
digunakan dalam pembuatan suatu produk obat tradisional,
20
contohnya bahan simplisia yang terdiri dari beberapa jenis : jahe,
kunyit, cabe, singkong, kulit jeruk, daun batuk.
b) Bahan penolong
Bahan penolong merupakan bahan yang diperlukan dalam proses
produksi, namun hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi
saja. bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang
nilainya kecil dan tidak dapat diidentifasikan dalam produk jadi,
contoh bahan penolong yang terdiri dari beberapa jenis; gula,
madu, sodium benzoat, talcum haican, propylene glycol.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita lihat bahwa
kebutuhan bahan baku lebih besar. Tanpa adanya bahan utama ini,
maka proses produksi tidak bisa dilakukan. Mengenai porsinya,
tentu saja bahan utama (baku) memiliki porsi yang besar, terutama
yang bersifat langsung. Sedangkan bagi bahan penolong memiliki
porsi yang sangat kecil, bahkan pemakaiannya pun bisa
dihilangkan atau diganti dengan bahan lain. Karena bahan baku
memiliki porsi yang dominan dalam penggunannya, maka harga
yang dikeluarkan pun juga lebih banyak. Jika harga bahan ini naik
maka akan berimbas pada harga jual barang yang dihasilkan.
Berbeda dengan harga penolong meskipun imbas kenaikannya
tidak begitu signifikan terhadap harga jual yang dihasilkan.
21
b. Pembelian dan Formulir Pembelian
Proses pembelian bahan baku merupakan suatu hal terpenting
dalam suatu proses bisnis. Proses berjalannya suatu bisnis terutama
perusahaan manufaktur yang bergerak dalam kegiatan produksi,
membutuhkan bahan baku agar dapat berjalan sehingga mampu
menciptakan sebuah produk yang siap untuk dijual. Harga perolehan
bahan baku dalam perusahaan, tidak hanya harga beli bahan baku saja,
namun termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan bahan baku tersebut. Ketika perusahaan membutuhkan
bahan baku untuk produksinya. Perusahaan melakukan transaksi
pembelian, maka pihak-pihak dalam perusahaan yang terlibat adalah
bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang dan
akuntansi.
Dalam perusahaan yang besar untuk memilih bahan baku yang
dibutuhkan perusahaan dilakukan oleh dapartemen sendiri, yaitu
dapartemen pembelian. Pembelian dilakukan tertulis dengan membuat
formulir-formulir guna menetapkan tanggung jawab dan memberikan
informasi mengenai pihak-pihak yang akan menggunakan informasi
tentang bahan baku. (V. Wiratna Sujarweni 2015, 28).
Formulir-formulir yang dibuat dalam pembelian bahan baku diantaranya
adalah:
22
1) Formulir Pembelian
Dalam formulir pembelian terdiri dari formulir permintaan bahan
baku. Dibuat dari bagian gudang dimana bagian tersebut membuat
formulir permintaan bahan baku yang diajukan pada bagian
pembelian. Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika
bahan baku yang di gudang sudah mencapai pada tahap minimal
sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali (reorder point).
Penentuan pesanan kembali menggunakan reorder point rumusnya
sebagai berikut:
Reorder point = (lead time x rata-rata pemakian) + safety stock.
Keterangan:
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara barang yang dipesan
hingga sampai diperusahaan. Tingkat pemakain bahan baku rata-rata
persatuan waktu tertentu. Persediaan pengamanan (safety stock)
adalah jumlah persediaan barang minimum yang harus dimiliki oleh
perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya
bahan baku.
2) Formulir pemesanan bahan baku
Formulir permintaan-permintaan bahan baku yang dibuat oleh bagian
gudang selanjutnya diberikan pada bagian pembelian lalu bagian
pembelian membuat formulir pemesanan bahan baku yang
ditunjukkan oleh supplier atau pemasok bahan baku.
23
3) Formulir Penerimaan
Tugas penerimaan yaitu menerima bahan baku yang dipesan dari
supplier, membongkar bahan baku yang sudah dikirim dari supplier,
membandingkan jumlah bahan baku yang diterima dengan formulir
pemesanan, membuat laporan penerimaan. Jika ada ketidaksesuaian
dan kerusakan maka bagian penerima perlu memberitahukan pada
bagian pembelian mengenai selisih. Lalu bagian pembelian akan
menghubungi pihak supplier.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2015, 275) sistem pembeliannya pada
pembelian bahan baku diantara lain:
a) Prosedur permintaan pembelian bahan baku adalah jika persediaan
bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat
minimum pemesanan kembali (reorder point), bagian gudang
kemudian membuat surat permintaan pembelian (Purchase
Requisition) untuk dikirimkan ke bagian pembelian.
b) Prosedur order pembelian. Bagian pembelian melaksanakan
pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari bagian
gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan
surat permintaan penawaran harga (Purchase Price Quatation)
kepada para pemasok, yang berisi permintaan informasi harga dan
syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut.
Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, bagian pembelian
24
kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada
pemasok yang dipilih.
c) Prosedur penerimaan bahan baku adalah pemasok yang
mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat
order pembelian yang diterimanya. Bagian penerimaan yang
bertugas menerima barang, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis,
serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok dengan
tembusan surat order pembelian. Apabila bahan baku yang diterima
telah sesuai dengan surat order pembelian, bagian penerimaan
membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada
bagian akuntansi
d) Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di bagian gudang.
Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari
pemasok kepada bagian gudang. Bagian gudang menyimpan bahan
baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima
dalam kartu gudang (stock card) pada kolom “masuk”. Kartu
gudang ini digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat mutasi
setiap jenis barang di gudang. Kartu gudang hanya berisi informasi
kuantitas setiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak
berisi mengenai informasi harganya.
e) Prosedur pencatatan hutang yang timbul dari pembelian bahan
baku. Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok.
Bagian pembelian memberikan tanda tangan diatas faktur
25
pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayar
karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang
ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah
ditandatangani oleh bagian pembelian tersebut diserahkan kepada
bagian akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku, bagian
akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur
pembelian dan mencocokkannya dengan informasi dalam tembusan
surat order pembelian yang diterima dari bagian pembelian dan
laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian penerimaan.
Faktur pembelian yang dilampiri dengan tembusan surat order
pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh bagian
akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal
pembelian, faktur pembelian beserta dokumen pendukungnya
tersebut dicatat dalm kartu persediaan (sebagai rekening pembantu
persedian bahan baku) pada kolom ”masuk”.
c. Biaya Yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku Yang
Dibeli
Menurut (Mulyadi 2014, 281) harga beli dan biaya angkutan
merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok
bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan (order cost), biaya
penerimaan, biaya pembongkaran, pemeriksaan, asuransi,
pergudangan, dan biaya akuntansi biaya bahan baku, merupakan
unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok
26
bahan baku yang dibeli. Sebagai akibatnya biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku dan untuk menjadikan
bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah, pada umumnya
diperhitungkan unsur biaya overhead pabrik.
Apabila di dalam pembelian bahan baku, pemasok memberikan
potongan tunai (cash discount), maka potongan tunai ini diperlakukan
sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan baku yang dibeli.
Seringkali di dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar
biaya angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Hal ini
menimbulkan masalah mengenai pengalokasian biaya angkutan
tersebut kepada masing-masing jenis bahan baku yang diangkut.
Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Biaya angkutan yang diperlakukan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli.
2) Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli, tetapi diperlakukan sebagai unsur biaya
overhead pabrik.
3) Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan pokok bahan baku
yang dibeli. Apabila biaya angkutan diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya
angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli
dapat didasarkan pada:
27
a) Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
b) Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
c) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku
yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Sedangkan menurut (V. Wiratna sujarweni 2015, 31) harga
pokok bahan baku yang dibeli mempunyai unsur dari harga pokok
bahan baku yang dibeli adalah terdiri dari:
a) Harga pembelian (harga yang tercantum dalam faktur
pembelian).
b) Biaya–biaya pembelian seperti biaya angkut.
c) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku
dalam keadaan siap diolah.
Harga pembelian dan biaya angkutan adalah unsur harga pokok
yang mudah dalam perhitunganya untuk perlakuan terhadap biaya
angkutan ini dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Biaya angkutan dikeluarkan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang akan dibeli.
(1) Biaya angkut dihitung berdasarkan kuantitas bahan baku
(2) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga bahan
pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka.
b) Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga
pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai
28
unsur biaya overhead pabrik. Pada awal tahun perusahaan
melakukan pembuatan anggaran, untuk besarnya biaya
angkutan pembelian bahan baku akan dilakukan penaksiran
sebagai unsur biaya overhead pabrik. Kemudian biaya
angkutan yang sesungguhnya terjadi dan dikeluarkan
kemudian dicatat dalam debit rekening biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
d. Penentuan Harga Pokok Biaya Bahan Baku Yang Dipakai Dalam
Produksi
Menurut (V. Wiratna Sujarweni 2015, 34) Harga bahan baku
dari waktu ke waktu ada kemungkinan tidak stabil, maka dari itu
persediaan bahan baku yang di gudang terdiri dari beberapa harga.
Untuk mengatasi masalah beberapa harga yang berbeda walaupun
jenis bahan bakunya sama, perlu dilakukan metode penentuan harga
pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang. Metode
tersebut adalah:
1) Metode masuk pertama keluar pertama (First In First-Out Method)
Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa
harga pokok persatuan bahan baku yang pertama masuk kedalam
gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang
pertama kali dipakai.
2) Metode masuk terakhir keluar pertama (last-In, First-Out Method)
Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa
29
harga pokok per satuan bahan baku yang masuk terakhir digudang,
digunakan untuk menentukana harga bahan baku yang pertama kali
dipakai.
3) Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method) Metode ini
menghitung harga pokok rata-ratanya dengan cara membagi total
harga pokok dengan jumlah satuanya. Setiap kali terjadi pembelian
yang harga pokok per satuan berbeda dengan harga pokok satuan
barang yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga
pokok rata-rata per satuan yang baru.
Menurut Mulyadi (2015, 288) penentuan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi adalah karna dalam satu periode
akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli bahan
baku juga bebeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang
lain. Oleh karena itu persediaan bahan baku yang ada di gudang
mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun
jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi.
Untuk mengatasi masalah ini diperlakukan berbagai macam
metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
produksi (material costing methods), diantaranya adalah:
1) Metode identifakasi khusus.
2) Metode masuk pertama keluar pertama.
30
3) Metode masuk pertama keluar pertama.
4) Metode rata-rata bergerak.
5) Metode biaya standar.
6) Metode rata- rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
Sebelum diuraikan tiap-tiap metode penentuan harga pokok
bahan baku yang dipakai tersebut diatas, berikut ini dijelaskan
prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku dari gudang.
Transaksi pemakaian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi,
gudang, dan akuntansi persediaan. Sumber dokumen sumber yang di
buat dalam transaksi pemakaian bahan baku adalah bukti permintaan
barang (materials requisition).
e. Metode pencatatan biaya bahan baku
Menurut (Mulyadi 2015, 290) Ada dua macam metode
pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi metode
mutasi persediaan (Perpetual inventory method) dan metode
persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi
persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan.
Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan
baku dari pembelian saja yang dicatat sedangkan mutasi berkurangnya
bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi, harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan
31
bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi.
Harga pokok persediaan bahan awal bahan baku ditambah dengan
harga pokok bahan baku yang dibeli selama periode yang dikurangin
dengan harga pokok persediaan bahan baku yang masih ada pada
akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi selama periode bersangkutan.
Metode persediaan fisik merupakan cocok digunakan dalam
penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok
produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses.
Metode mutasi persediaan juga cocok digunakan dalam perusahaaan
yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga
pokok pesanan. Metode identifikasi khusus (Specific Identification
Method) dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di
gudang harus diberikan pada harga pokok per satuan berapa bahan
baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga per
satuannya berbeda dengan harga per satuan yang sudah ada di gudang,
harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa
bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini setiap jenis bahan baku yang
ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap
pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya
secara tepat. Perusahaan yang memakai metode harga pokok pesanan
seringkali memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku
yang tidak disediakan dalam persediaan gudang (yang hanya secara
32
insidental dibeli untuk memenuhi spesifikasi pemesanan) dan
memakai metode penentuan harga pokok yang lain untuk bahan baku
yang biasa dipakai dalam produksi yaitu:
1) Metode masuk pertama, keluar pertama (First-in, first-out Method)
Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP)
menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga
pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang
digunakan unuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali
dipakai. Perlu ditekankan disini bahwa untuk menentukan biaya
bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran
fisik bahan baku dalam produksi.
2) Metode masuk terakhir, keluar pertama (Last-in, First-out Method)
metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP)
menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang
terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk
menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai
dalam produksi.
3) Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)
Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang
dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total
harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi
33
pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga
pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan
perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan
baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya
dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan
harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang di gudang.
Metode ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena
dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku,
metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka
penimbangannya.
4) Metode biaya standar
Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu
persediaan sebesar harga standar (standar price) yaitu harga
taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi
dimasa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang
diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai,
bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut.
Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam
rekening selisih harga. Setiap akhir bulan saldo rekening harga
dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam laporan keuangan
bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening selisih harga
setiap akhir bulan mungkin saling mengkompensasi, sehingga
34
hanya pada akhir tahun saja saldo rekening selisih harga perlu
ditutup ke rekening lain.
5) Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
Dalam metode ini pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan
harga pokok rata-rata per satuan setiap jenis persediaan bahan baku
yang digudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian
digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi dalam bulan berikutnya.
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015, 37) ada dua macam
metode pencatatan metode biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi, yaitu:
1) Metode mutasi persediaan atau perpetual
Dalam metode mutasi persediaan setiap ada mutasi atau
perpindahan bahan baku harus dicatat dalam kartu persediaan, jadi
sewaktu-waktu bisa diketahui berapa total persediaan bahan baku.
Perhitungan dengan melakukan pencatatan yang tertib dan teratur
setiap ada perubahan persediaan. Persediaan bahan baku digunakan
untuk mencatat persediaan bahan awal dan mutasi selama satu
periode waktu.
2) Metode persediaan fisik
Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan
baku dan pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi
berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam
35
kartu persediaan. Perhitungan dengan cara melihat secara langsung
wujud/fisik barang yang dimiliki saat itu (stok opname).
f. Masalah-masalah khusus berhubungan dengan bahan baku
V. Wiratna Sujarweni (2015, 39) ada bebarap masalah yang
berkaitan dengan bahan baku yang sering terjadi adalah sebagai
berikut:
1) Sisa bahan
Ketika memproses bahan mentah menjadi barang jadi, tidak
semua bahan baku terpakai semua, ada bahan-bahan sisa. Namun
sisa tersebut tidak dapat digunakan lagi. Apabila sisa bahan baku
tidak mempunyai nilai atau tidak dapat dijual, hal ini berakibat
harga bahan baku yang dibebankan ke produk jadi menjadi lebih
tinggi. Jika sisa bahan mempunyai nilai artinya bisa terjual, maka
perlakuan hasil penjualan sisa bahan tersebut dapat pengurang
biaya bahan baku pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut,
sebagai pengurangan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi, atau sebagai penghasil diluar usaha.
Sedangkan menurut Mulyadi (2015, 298) didalam proses
produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk
jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses
pengerjaannya disebut sisa bahan. Jika di dalam proses produksi
terdapat sisa bahan, masalah yang timbul adalah bagaimana
36
memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil
penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai:
a) Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang
menghasilkan sisa bahan tersebut.
b) Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi.
c) Penghasilan di luar usaha (other income)
Jika jumlah dan nilai bahan relatif tinggi, maka diperlakukan
pengawasan terhadap persedian sisa bahan. Pemegang kartu
persediaan di bagian akuntansi perlu mencatat mutasi persediaan
sisa bahan yang ada digudang. Cara pencatatan persediaan sisa
bahan dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut:
a) Bagian akuntansi persediaan menyelenggarakan catatan mutasi
persediaan sisa bahan dalam kartu persediaan. Pada saat sisa
bahan ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang, bagian
akuntansi persediaan menerima laporan jumlah sisa bahan dari
bagian gudang. Bagian akuntansi persediaan mencatat kuantitas
sisa bahan tersebut kedalam kartu persdiaan.
b) Bagian akuntansi persediaan tidak hanya menyelenggarakan
pencatatan mutasi persediaan sisa bahan dalam kauantitasnya
saja, tetapi juga nilai rupiahnya.
37
2) Produk rusak
Produk rusak merupakan produk yang tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan, kemungkinannya produk tersebut
sudah tidak diperbaiki, padahal produk tersebut sudah
menggunakan unsur biaya produksi untuk memproduksinya. Unsur
biaya produksi tersebut adalah bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik. Perlakuan produk rusak berdasarkan sifat
dan sebab tersebut adalah sebagai berikut:
a) Apabila produk rusak terjadi karena kesulitan dalam
pengerjaannya sehingga produk yang dihasilkan ada beberapa
yang rusak. Jika terjadi seperti hal tersebut maka harga pokok
produk rusak dibebankan sebagai penambahan tambahan harga
pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika
produk rusak tersebut masih dapat dijual, maka hasil uang
penjualan dapat mengurangi biaya produksi yang menghasilkan
produk rusak tadi. Maka hasil penjualanya dilakukan sebagai
pengurang biaya produksi yang mengahasilkan produk rusak
tersebut.
b) Apabila produk rusak karena hal yang wajar terjadi, maka
kerugian yang timbul karena adanya kerusakan akan dibebankan
kepada produk secara keseluruhan kedalam biaya overhead
pabrik.
38
Menurut Mulyadi ( 2015, 302) produk rusak adalah produk
yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang
secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan
merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses
produksi , sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan
produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan,
biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.
3) Produk cacat
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar
yang telah ditetapkan, sehingga membutuhkan perbaikan atau revisi
produk kembali. Untuk memperbaiki produk tersebut dibutuhkan
biaya perbaikan agar produk tersebut dapat sesuai standar yang
ditetapkan. Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk
cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk
rusak.
a) Apabila produk cacat terjadi karena kesulitan dalam
pengerjaanya sehingga produk yang dihasilkan ada beberapa
yang cacat. Jika terjadi hal tersebut maka harga pokok produk
cacat dibebankan sebagai penambahan tambahan harga pokok
produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika
produk cacat tersebut masih dapat dijual, maka hasil uang
penjualan dapat mengurangi biaya produksi yang menghasilkan
39
produk cacat tadi. Maka hasil penjualannya diperlakukan
sebagai pengurang biaya produksi yang menghasilkan produk
cacat tersebut.
b) Apabila produk cacat karena hal yang wajar terjadi, maka
kerugian yang timbul karena adanya produk cacat akan
dibebankan kepada produk secara keseluruhan kedalam biaya
overhead pabrik.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2015, 306) produk catat adalah
produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan,
tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Masalah yang
timbul dalam produk catat adalah bagaimana memperlakukan biaya
tambahan untuk pengerjaan kembali (rework cost) produk catat
tersebut. Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk catat
adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak.
g. Efisiensi Biaya Bahan Baku
Efisiensi biaya bahan baku dalam penilitian ini sebagai (X1)
yang dihitung menggunakan analisis varians yang dilakukan
menggunakan perbandingan antara realisasi biaya bahan baku dengan
standar biaya bahan baku dan dinyatakan dalam bentuk persen.
40
Efisiensi biaya bahan baku dapat diperoleh dengan rumus
analisa varians Menurut (Bastian Bustami Nurlela, 284) sebagai
berikut:
Rumus:
Biaya Bahan Standar – Biaya Bahan Aktual
(Kuatitas BB Standar x Harga BB Standar) – ( Kuantitas BB Aktual –
Harga BB Aktual)
Adapun sub variabel pengukuran efsiensi biaya bahan baku
adalah: standar biaya bahan baku dan biaya sesungguhnya tiap
pesanan yang meliputi harga dan kuantitas bahan baku.
Selisih positif maupun negatif bisa diabaikan karena hal ini
berlaku harga mutlak atau absolut. Dengan demikian pengendalian
biaya bahan baku dinyatakan efisien apabila hasil yang dicapai oleh
suatu kegiatan itu sesuai dengan biaya standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Biaya Tenaga Kerja
a. Pengertian Biaya Tenaga Kerja
Menurut (Drs. Harnanto, M.Soc. Sc., Akuntan 2017, 110) Biaya
tenaga kerja atau karyawan merupakan elemen biaya yang penting pada
tahap pengkonversian bahan baku menjadi produk akhir tersebut. Oleh
karena itu, adanya pengukuran, analisis dan pengendalian secara terus-
menerus diperlukan agar efisiensi produksi yang sudah direncanakan
dapat dicapai.
41
b. Penggolongan kegiatan dan biaya tenaga kerja
Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.
organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam 3 fungsi yaitu,
produksi, pemasaran, dan administrasi. Maka dari itu perlu adanya
penggolongan dari tenaga kerja pabrik dan tenaga kerja non pabrik.
Penggolongan ini bertujuan untuk membedakan antara tenaga kerja yang
merupakan sebuah unsur harga pokok produksi dari biaya tenaga kerja,
dan non pabrik yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi,
biaya tenaga kerja manufaktur digolongkan menjadi: biaya tenaga kerja
dan umum.
1) Biaya tenaga kerja produksi:
a) Gaji karyawan pabrik
b) Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
c) Upah lembur karyawan pabrik
d) Upah mandor pabrik
e) Gaji manajer pabrik
2) Biaya tenaga kerja pemasaran
a) Upah karyawan pemasaran
b) Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
c) Biaya komisi pramuniaga
d) Gaji manajer pemasaran
3) Biaya tenaga kerja administrasi dan umum
a) Gaji karyawan bagian akuntansi
42
b) Gaji karyawan personalia
c) Gaji karyawan sekretariat
d) Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
e) Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
f) Biaya kesejahteraan karyawan sekretariat
c. Penggolongan Menurut Jenis Pekerjaanya
Dalam suatu departemen tenaga kerja dapat digolongkan menurut
sifat pekerjaanya. Dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja
digolongkan yaitu operator, mandor, dan penyelia (supervisor). Biaya
tenaga kerja digolongkan yaitu, upah operator, upah mandor, dan upah
penyelia (supervisor). Penggolongan tenaga kerja semacam ini
digunakan sebagai dasar deferensial dan standar kerja.
d. Penggolongan Menurut Hubungannya Dengan Produk
Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi
tenaga kerja langsung dengan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja
langsung merupakan semua karyawan yang secara langsung ikut serta
dalam membuat sebuah produk jadi yang jasanya dapat diusut secara
langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar
dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan
sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai
unsur biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung
dapat diusut pada produk disebut dengan biaya tenaga kerja tak
langsung.
43
e. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung
Efisiensi biaya tenaga kerja langsung dalam penelitian ini sebagai
(X2) yang dihitung dengan membandingkan antara realisasi biaya tenaga
kerja langsung dengan standar biaya tenaga kerja langsung dan
dinyatakan dalam bentuk persen. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung
dapat diperoleh dengan rumus analisis varian Menurut (Bastian Bustami
Nurlela, 286) sebagai berikut:
Rumus:
BTKL Standar – BTKL Aktual
(Jam TKL standar x Tarif TKL Standar) – ( Jam TKL Aktual – Tarif
TKL Aktual)
Adapun sub variabel dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung
adalah: standar biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja
langsung sesungguhnya tiap pesanan yang meliputi tarif upah dan jam
kerja.
Selisih positif ataupun negatif dapat diabaikan karena hal ini
berlaku harga mutlak atau absolut. Dengan demikian pengendalian biaya
tenaga kerja langsung dinyatakan efisien apabila hasil yang dicapai oleh
suatu kegiatan itu sesuai dengan biaya standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
44
4. Gross Profit Margin
a. Pengertian Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotor adalah rasio
profitabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase laba kotor
terhadap pendapatan penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang
dimaksud disini adalah pendapatan Penjualan yang dikurangi dengan
Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang termasuk pada Harga Pokok
Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini seperti bahan baku
dan tenaga kerja langsung yang terkait dalam pembuatan suatu produk.
Dengan kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini
digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam
menggunakan bahan dan tenaga kerja untuk memproduksi dan menjual
produk-produknya dalam menghasilkan laba.
Profit margin yang tinggi menandakan dimana perusahaan
menghasilkan laba yang besar pada tingkat penjualan tertentu. Profit
margin yang rendah menandakan dimana penjualan yang dialami oleh
perusahaan terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, secara umum
rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan dalam manajemen
perusahaan. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa ratio profit
margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga
pokok penjualan + biaya administrasi ditambah biaya umum), selisih
dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross margin adalah ratio
45
atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang
sama.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan&Kesamaan
1
Nono
Supriatna
(2014)
ANALISIS
KONTRIBUSI
EFISIENSI BIAYA
PRODUKSI
TERHADAP
KEMAMPULABA
AN PADA PT
PERKEBUNAN
NUSANTARA
VIII JAWA
BARAT
Efisiensi biaya
produksi
memberikan
kontribusi positif
terhadap
kemampulabaan
perusahaan pada
komoditi teh di
PTPN VIII
Wilayah Jawa
Barat.
Peneliti menggunakan 1
(satu) variabel yaitu
Efisiensi Biaya Produksi
(X1) sedangkan penulis
menggunakan 2 variabel
bebas. Persamaan dari
peneliti dengan penulis
yaitu sama-sama membahas
mengenai efisiensi.
2
M Findo
Riatama
(2017)
ANALISIS
EFISIENSI BIAYA
OPERASIONAL
TERHADAP
PROFITABILITAS
PADA
PERUSAHAAN
SEKTOR
MAKANAN DAN
MINUMAN
YANG
TERDAFTAR DI
BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
PERIODE 2011-
2014
Biaya operasional
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas
perusahaan sektor
makanan dan
minuman periode
2011-2014 yang
terdaftar di BEI.
Peneliti menggunakan 1
variabel yaitu efisiensi
biaya operasional (X1),
sedangkan penulis
menggunakan 2 variabel.
Adapun persamaan dalam
penelitian ini yaitu untuk
menunjukkan efisiensi
terhadap biaya.
46
3
Willy
Dharma
Laksono
(2018)
ANALISIS
PENGARUH
BIAYA
KUALITAS DAN
BIAYA
OPERASIONAL
TERHADAP
PROFITABILITAS
PT. MAYORA
INDAH, TBK
Penelitian ini
dilakukan untuk
menyelidiki apakah
biaya kualitas dan
biaya operasional
berpengartuh
terhadap
peningkatan
profitabilitas.
Berdasarkan uji
yang telah
dilakukan dalam
penelitian ini biaya
kualitas tidak
berpengaruh
sedangkan biaya
operasional sangan
berpengaruh
terhadap
profitabilitas PT.
MAYORA, TBK
Adapun kesamaan pada
penelitian yaitu, peneliti
dan penulis sama-sama
menggunakan 2 variabel
yang bertema biaya.
Namun perbedaan pada
penelitian ini peneliti
menggunakan biaya
kualitas (X1) dan biaya
operasional (X2)
4
Kristina
Meisella
Ransun,
David Paul
Elia
Saerang,
Jessy D. L.
Warongan
(2016)
PENGARUH
BIAYA
KUALITAS DAN
BIAYA
PRODUKSI
TERHADAP
PENINGKATAN
KUALITAS
PRODUK PADA
TRINITY
PERCETAKAN
MANADO
Biaya kualitas dan
biaya produksi
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap
peningkatan
kualitas produk
Trinity Percetakan
Manado.
Peneliti menggunakan 2
variabel yang berbeda
dengan penulis, namun
kesamaan pada peneliti dan
penulis membahas
mengenai biaya.
5
Rini
Herliani
(2012)
PENGARUH
ANGGARAN
BIAYA
TERHADAP
EFISIENSI BIAYA
OPERASIONAL
PADA ASURANSI
JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA
1912 MEDAN
Dari hasil
penelitian ini
pengaruh anggaran
biaya terhadap
efisiensi biaya
operasional
memiliki hubungan
yang sangat kuat
Adapun persamaan pada
peneliti dan penulis
membahas mengenai
efisiensi biaya
47
6
Imron
Rosyadi,
Didit
Purnomo
(2014)
PROFITABILITY
AND
EFFICIENCY OF
RED ONION
FARMING
Pada hasil
penelitian usahatani
bawang merah di
lokasi penelitian
tidak memberikan
keuntungan yang
siginfikan
(unprofitable)
terhadap ekonomi
rumah tangga
petani; harga jual
yang cukup tinggi
di tingkat pengecer
dan supermarket
tidak tertransmisi-
kan dengan baik ke
tingkat petani,
sehingga
petani tetap
memperoleh
farmer’s share yang
kecil dan
berfluktuasi
Peneliti menggunakan 1
variabel namun persamaan
pada penelitian ini peneliti
dan penulis membahas
mengenai efisiensi
7
Rina
Tresnawati,
Evi Octavia,
Shinta Dewi
Herawati
(2017)
THE EFFECT OF
EFFICIENCY
AND QUALITY
COST ON
PROFITABILITY
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa biaya
kualitas secara
signifikan
mempengaruhi
profitabilitas
tingkat. Rendahnya
profitabilitas
perusahaan
disebabkan oleh
biaya perawatan
dan perbaikan yang
lebih rendah
menyebabkan
peningkatan biaya
kegagalan internal
dan biaya
kegagalan
eksternal.
Peneliti menggunakan 1
variabel namun persamaan
pada penelitian ini peneliti
dan penulis membahas
mengenai efisiensi
48
8 Reza Azad
(2016)
THE EFFECT OF
COST
ACCOUNTING
SYSTEM
INVENTORY ON
INCREASING
THE
PROFITABILITY
PRODUCT
Hasil penelitian
dari penggunaan
persediaan sistem
penyimpanan yang
tepat dapat
meningkatkan
efisiensi dan
profitabilitas pabrik
Persamaan pada penelitian
ini peneliti dan penulis
membahas mengenai biaya
9
Martha B.
Rombe
(2016)
STUDY OF
INCOME OVER
FEED AND
CHICK COST
EFFICIENCY OF
BROILER FED
ON SEA GRASS
Berdasarkan hasil
penelitian dapat
disimpulakn bahwa
pemberian ransum
rumput laut untuk
makanan broiler
lebih efisien dan
nilai pendapatan
(IOFCC) yang
menguntungkan
karena nilai
komersil dari jenis
rumput laut yang
digunakan
harganya lebih
murah.
Persamaan pada penelitian
ini peneliti dan penulis
membahas mengenai
efisiensi
10
Indriyani
Eka
Wulandari
(2016)
ANALYSIS
DETERMINING
THE COST OF
PRODUCTION
WITH A FULL
COSTING
METHOD ON
SMALL AND
MEDIUM
ENTERPRISE
TAPE
HANDAYANI 82
BONDOWOSO
Penghitungan ini
diperoleh biaya
produksi yang lebih
tinggi karena yang
ada dalam proses
produksi tersebut
dihitung secara
terperinci.
Perbedaan biaya
produksi ini
disebabkan karena
penghitungan
metode yang
diterapkan oleh
tape
tidak merinci
semua biaya-biaya
yang
dikeluarkan selama
proses produksi.
Persamaan pada penelitian
ini peneliti dan penulis
membahas mengenai biaya
49
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka penelitian dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan mempresentasikan
suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep
tersebut.
Pada perusahaan yang bergerak di bidang industri obat tradisional
melakukan aktivitas usahanya dengan memproduksi barang atau jasa. Proses
pengolahan produk dimulai dari dimasukannya bahan baku ke dalam proses
produksi sampai dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi
tersebut. Biaya yang digunakan untuk proses produksi dicatat dalam harga
pokok produksi meliputi tiga unsur yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
Sistem pengumpulan harga pokok produksi pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok
proses. Harga pokok pesanan merupakan cara penentuan harga pokok dimana
biaya-biaya produksi yang dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu, atau
suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya dan perlu ditentukan harga
pokoknya secara individual. Sedangkan metode harga pokok proses merupakan
cara penentuan harga pokok yang membebankan biaya produksi dan
membagikannya sama rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode
tersebut.
Sistem harga pokok produk pesanan terdapat sistem harga pokok produk
sesungguhnya dan sistem harga pokok standar. Sistem harga pokok produk
50
sesungguhnya bertujuan untuk menentukan harga pokok produk yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
dicatat sebesar biaya yang benar-benar terjadi dan dihitung setelah produk
selesai diproses.
Tingkat efisiensi biaya produksi menggunakan biaya standar dapat
diketahui dari perhitungan dan analisis selisih dari harga pokok standar
menggunakan “ prinsip pengendalian“ yaitu selisih biaya atau penyimpangan
yang terjadi dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapkan. Sehingga
semakin kecil selisih biaya atau penyimpangan antara biaya standar dengan
realita memiliki kesalahan nol maka pengendalian tersebut semakin baik atau
efisien. Apabila didapat nilai positif atau negatif pada varians yang terjadi
maka dapat diabaikan karena hal ini berlaku harga mutlak.
Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila rasio dikurangkan
terhadap angka 100% maka akan menunjukkan jumlah yang tersisa untuk
menutup biaya operasi dan laba bersih. Besar kecilnya rasio profit margin pada
setiap transaksi sales ditentukan dua faktor, yaitu net sales dan besarnya biaya
usaha ( operating expenses). Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil satu
pemahaman bahwa pengendalian biaya produksi menggunakan biaya standar
yang efisien akan berpengarung terhadap peningkatan ratio profit margin
51
Sumber: Data Sekunder Diolah Penulis.
D. Perumusan Hipotesa
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih memerlukan
pembuktian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta yang
diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasrkan tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesinya sebagai berikut:
1) H0: Diduga tidak terdapat hubungan atau pengaruh antara biaya
efisiensi biaya bahan baku terhadap gross profit margin di PT.
Bintang Kupu-Kupu.
H1: Diduga terdapat hubungan atau pengaruh antara biaya efisiensi biaya
bahan baku terhadap gross profit margin di PT Bintang Kupu-Kupu.
Efisiensi Biaya
Bahan Baku (X1)
Efisiensi Biaya
Tenaga Kerja
Langsung (X2)
Gross Profit Margin
(Y)
Gambar II.2 Kerangka Berfikir
52
2) H0: Diduga tidak terdapat hubungan atau pengaruh antara efisiensi biaya
tenaga kerja langsung terhadap profit margin di PT Bintang Kupu-
Kupu.
H2: Diduga terdapat hubungan atau pengaruh antara efisiensi biaya tenaga
kerja langsung terhadap gross profit margin di PT Bintang Kupu-
Kupu.
3) H0: Diduga tidak terdapat hubungan atau pengaruh antara biaya
efisiensi biaya bahan baku (X1) dan efisiensi biaya tenaga kerja
langsung (X2) terhadap gross profit margin ( Y ) di PT Bintang
Kupu-Kupu.
H3: Diduga terdapat hubungan atau pengaruh efisiensi biaya bahan baku
(X1) dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung (X2) terhadap gross
profit margin (Y) di PT Bintang Kupu-Kupu.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: program efisiensi biaya bahan
baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung yang berpengaruh terhadap
profit margin di perusahaan PT Bintang Kupu-Kupu.
Dengan kata lain: Ha diterima dan H0 ditolak.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif karena data yang digunakan berupa angka dan dihitung
menggunakan data statistik.
Menurut Sandu Siyoto (2015, 17)
“Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuuatan desain penelitiannya”.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dimana
data sekunder ini sudah dikumpulkan oleh beberapa orang (organisasi) untuk
tujuan tertentu, contoh: jurnal, buku, laporan, dan lain-lain.
B. Objek Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian yang harus diperhatikan adalah dari
objek yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut terkandung beberapa
fenomena yang akan dijadikan bahan penelitian dan untuk dicari
pemecahannya. Objek penelitian ini dilakukan pada PT. Bintang Kupu-Kupu.
1. Sejarah Singkat PT. Bintang Kupu-Kupu
Seperti yang sudah dibahas pada BAB I PT. Bintang Kupu-Kupu
dimulai sebagai toko medis kecil bernama 'Tay Ho Tong' yang berlokasi di
pinggiran Glodok, Jakarta Utara pada tahun 1935. Berdasarkan analisis
berbagai tuntutan untuk berbagai jenis obat pada waktu itu, apoteker yang
juga pemilik mulai melakukan penelitian sendiri pada beberapa jenis obat
54
yang paling efektif, dirancang untuk mengobati penyakit tertentu. Saat
itulah salah satu merek paling terkenal dalam pengobatan sakit perut
ditemukan Tay Pin San atau juga dikenal sebagai Tjap Koepoe-Koepoe pada
waktu itu. Obat sakit perut Tjap Koepoe-Koepoe mulai mendapatkan
popularitas sebagai salah satu obat resep terkemuka yang dirancang untuk
meredakan sakit perut. Itu terkenal di seluruh Jawa, menerima permintaan
tinggi dari Tangerang, Serang, Jatinegara, Kerawang, Bekasi, dan juga
daerah Bangka Belitung. Pada tahun 1963, obat Tjap Koepoe Koepoe / Tay
Pin San akhirnya diluncurkan sebagai obat umum, dijual di outlet
tradisional di Indonesia. Pada tahun 1971, sesuai dengan peraturan
pemerintah, setiap obat yang diproduksi di Indonesia diwajibkan untuk
menyediakan dokumen yang tepat dan di bawah pengawasan apoteker lokal.
Dan itu harus pada entitas yang terpisah dengan toko obat, sehingga
pendirian PT. Bintang Kupu-Kupu (PT. BKK).
Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kesehatan melalui
penggunaan jamu; mewariskannya dari generasi ke generasi, membuktikan
sendiri dari waktu ke waktu untuk menjadi yang efektif dan terjangkau
namun aman untuk dikonsumsi. Pada tahun 2003, perusahaan berekspansi
ke kota-kota besar seperti Semarang dan Surabaya. Beberapa tahun
kemudian, perusahaan menunjuk Perusahaan Sub-Distribusi di seluruh
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Melalui
penelitian yang luas, perusahaan terus berupaya menyediakan obat-obatan
berkualitas tinggi yang terjangkau namun aman untuk dikonsumsi. Dengan
55
Sertifikat setara ISO, PT. BKK memperluas bisnis mereka ke pasar
internasional, khususnya Cina dan Vietnam. Dengan pembelajaran
berkelanjutan dan ideologi hasrat bisnis, perusahaan terus belajar dan
memerangi penyakit, yang bertujuan untuk hari esok yang lebih baik.
2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi perusahaan obat tradisional yang terkemuka dan terpercaya
dengan produk yang berkualitas.
b. Misi
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penyediaan obat
yang bermutu, terdistribusi luas dan merata dengan harga yang
terjangkau
3. Struktur Organisasi Perusahaan
m
Direktur
Wakil Direktur
Manajer
Pemasaran
Manajer
Pembelian
Manajer
Produksi
Manajer
Personalia
Manajer
Keuangan
Bagian
Pengiriman
Bagian
Marketing
Bagian
Pembelian
Bagian
Gudang
Bagian
Produksi HRD
Bagian
Keuangan
Bagian
Akuntansi
Gambar III.1 Struktur Organisasi
56
C. Jenis dan Sumber Data
1. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang memberikan informasi
mengenai data yang akan diteliti. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan.
b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan peneliti untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder digunakan oleh penulis
sebagai informasi dasar dan sekaligus sebagai sarana pendukung dalam
memberikan penjelasan-penjelasan mengenai teori-teori untuk dapat
memahami masalah yang penulis teliti.
D. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneiliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (V.
Wiratna Sujarweni 2016, 4)
57
Jumlah pesanan yang diterima oleh PT Bintang Kupu Kupu pada
tahun 2014-2018.
Tabel III.1 Jumlah Pesanan PT Bintang Kupu-kupu 2014-2018
No Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018
1
Jumlah produk pesanan obat
yang diterima PT Bintang
Kupu Kupu.
26 22 25 22 30
Sumber : Data diolah oleh penulis
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak
mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena terbatasnya dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang harus diambil dari
populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur. (V.Wiratna Sujarweni 2016, 4)
Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini digunakan rumus
slovin (V. Wiratna Sujarweni 2016, 8) sebagai berikut:
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Populasi
58
E = Prosentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih diinginkan
Dalam penelitian ini jika menggunakan rumus slovin dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat eror 5%. Maka perhitungannya sebagai
berikut :
N = 125
E = 5%
n = 95.24
n = 95 Pesanan
sampel sebanyak pesanan dibagi selama lima tahun atau untuk
menentukan jumlah pesanan setiap tahun dihitung sama rata yaitu :
Jadi besarnya sampel pesanan yang diterima oleh perusahaan PT.
Bintang Kupu-Kupu selama lima tahun terakhir didapat 95 pesanan produk
yang masing-masing tahun diambil 19 pesanan produk. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
59
Tabel III.2 Populasi dan Sampel
Sumber : Data diolah oleh penulis
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015, 93) Teknik pengumpulan data
merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring
informasi kuantitatif dari responden sesuai lingkup penelitian. Teknik
pengumpulan data memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapatkan data.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu,
sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur,
buku-buku, mengenai teori dari permasalahan yang diteliti dan
menggunakan media internet sebagai media pendukung dalam penelusuran
informasi tambahan mengenai teori maupun data-data yang diperlukan.
2. Penelitian lapangan (Field Research Method)
Teknik penelitian ini dilakukan dengan mengadakan tinjauan langsung ke
dalam perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui masalah-masalah
yang ada di dalam perusahaan tersebut serta mendapatkan data dan
informasi lain yang sifatnya nyata. Penelitian lapangan dapat dilakukan
Tahun Populasi Sampel
2014 26 19
2015 22 19
2016 25 19
2017 22 19
2018 30 19
60
dengan cara pengamatan langsung (Observation). Pengamatan langsung
(Observation) adalah penelitian yang dilakukan dengan pengamatan secara
langsung terhadap kegiatan-kegiatan diperusahaan yang berhubungan
dengan topik pembahasan.
3. Wawancara
Wawancaran adalah proses mendapatkan keterangan untuk tumpuan
penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada
pihak-pihak yang dipandang perlu untuk dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
terstruktur. Dimana daftar pertanyaan tidak disiapkan, sehingga pertanyaan
diajukan dengan pemikiran pewawancara pada saat itu dan narasumber
diberikan kesempatan untuk menjawab serta mengeluarkan ide atau
pikirannya. Namun, yang dilakukan hanya seputar dengan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Seperti, sejarah perusahaan, visi-misi perusahaan, dan struktur
organisasi pada perusahaan tersebut.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Definisi Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan penjelasan dan pengertian teoritis
variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Definisi yang dibuat harus jelas
dan tepat sehingga dapat memberikan penelitian yang akurat terhadap
variabel yang akan digunakan, dalam penelitian ini ada 3 variabel yang akan
diteliti.
Adapun variabel yang akan dipergunakan adalah:
61
a. Efisiensi biaya bahan baku
b. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung
c. Gross profit margin
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen (Variabel Bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (variabel terikat). Adapun variabel independen pada
penelitian dalam menentukan rentang varians yaitu efisiensi biaya bahan
baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung.
Dalam menetukan rasio efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi
biaya tenaga kerja langsung menggunakan rumus:
Sumber: Oi Sarah Maghfirah, Yulia Fitri: 2019
Ket:
n: Selisih dari Anggaran – Realisasi
N: Jumlah Anggaran
1) Efisiensi Biaya Bahan Baku
Efisiensi biaya bahan baku dalam penelitian ini sebagai (X1)
yang dihitung dengan membandingkan antara realisasi biaya bahan
baku dengan standar biaya bahan baku dan dinyatakan dalam bentuk
persen.
62
Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya
bahan baku sebagai berikut:
a) Menentukan adanya rentang varians (persentase varians absolut
terbesar dikurangi persentase varians absolut terkecil), misalnya:
60% - 00% = 60%
b) Penilaian efisiensi biaya bahan baku dapat dibedakan menjadi 4
kriteria yaitu: tidak efisien, kurang efisien, cukup efisien, dan
efisien.
c) Menetapkan interval kelas varians,
Yaitu: 60% : 3 = 20%
d) Penilaian efisiensi biaya bahan baku menggunakan biaya standar
tiap pesanan, dapat dibuat seperti pada tabel berikut:
Tabel III.3 Nilai Efisiensi Biaya Bahan Baku
No Rentang Varians Kriteria
1 0% - 20% Tidak Efisien
2 21% - 40% Cukup Efisien
3 41% - 60% Efisien
Sumber : Data Diolah Sendiri
2) Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Efisiensi biaya tenaga kerja langsung dalam penelitian ini
sebagai (X2) yang dihitung dengan membandingkan antara realisasi
biaya tenaga kerja langsung dengan standar biaya tenaga kerja
langsung dan dinyatakan dalam bentuk persen.
Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya
tenaga kerja langsung sebagai berikut:
63
a) Menentukan adanya rentang varians (persentase varians absolut
terbesar dikurangi persentase varians absolut terkecil),
misalnya:
60% - 00% = 60%
b) Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung dapat dibedakan
menjadi 4 kriteria yaitu: tidak efisien, kurang efisien, cukup efisien,
dan efisien.
c) Menetapkan interval kelas varians,
Yaitu: 60% : 3 = 20%
Tabel III.4 Nilai Efisiensi Tenaga Kerja Langsung
No Rentang Varians Kriteria
1 0% - 20% TIDAK EFISIEN
2 21% - 40% CUKUP EFISIEN
3 41% - 60% EFISIEN
Sumber : Data Diolah Sendiri
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi akibat dari adanya variabel bebas (variabel independen).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan gross profit margin pada
perusahaan PT. Bintang Kupu-kupu tahun 2014-2018. Gross profit
margin dalam penelitian ini sebagai (Y) dapat dihitung dengan
membandingkan laba kotor dengan penjualan/harga jual tiap pesanan
produk yang dinyatakan dalam bentuk %. Gross profit margin dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
64
Untuk penelitian rasio gross profit margin setiap pesanan produk
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan rentan rasio (rasio terbesar dikurangi rasio terkecil),
misalnya: 75% - 00% = 75%
2) Penilaian rasio gross profit margin dibedakan menjadi tiga kriteria
yaitu : tinggi, sedang, dan rendah.
3) Menetapkan interval kas rasio, yaitu:
75% : 3 = 25%
4) Penilaian rasio gross profit margin tiap pesanan, dapat dibuat seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel III.5 Nilai Rasio Gross Profit Margin
No Rentang Varians Kriteria
1 0% - 25% TINGGI
2 25% - 50% SEDANG
3 51% - 75% RENDAH
Sumber: Data diolah oleh penulis
Adapun sub variabel dari gross profit margin rasio dalam
penelitian adalah:
a) Laba kotor tiap pesanan
b) Penjualan/harga jual tiap pesanan
c) HPP
65
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional variabel merupakan konsep-konsep yang berupa
kerangka yang menjadi kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala
yang diamati, dan dapat diuji kebenarannya.
Definisi Operasional Variabel diharapkan dapat membantu penelitian
dalam hal pengukuran suatu variabel sehingga dapat diketahui baik
buruknya pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini diperoleh Indikator
variabel yang akan diukur yaitu efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya
tenaga kerja langsung dan gross profit margin.
66
Berikut ini adalah variabel yang digunakan beserta dengan indikator
pengukurannya:
Tabel III.6
Variabel dan Pengukurannya
No Variabel Pengertian/Definisi Indikator
1 Efisiensi
Biaya
Bahan
Baku (X1)
1. Selisih Total Bahan
Baku
2. Harga Bahan Baku
Langsung
3. Kuantitas bahan
baku Sesungguhnya
4. Kuantitas Bahan
Baku Standar
5. Harga Bahan Baku
Standar
1. Standar Biaya bahan
baku dan biaya bahan
baku sesungguhnya tiap
pesanan yang meliputi
harga dan kuantitas
bahan baku
2. Selisih Positif maupun
negatif dapat diabaikan
karena hal ini berlaku
harga mutlak atau
absolut.
3. Pengendalian biaya
bahan baku dinyatakan
efisien apabila hasil yang
dicapai oleh suatu
kegiatan itu sesuai
dengan biaya standar
yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2 Efisiensi
Biaya
Tenaga
Kerja
Langsung
(X2)
1. Selisi Total Biaya
2. Tenaga Kerja
Langsung
3. Tarif Upah
Sesungguhnya
4. Kualifikasi
Kapasitas
Sesungguhnya
5. Kapasitas Standar
BOPS
1. Standar biaya tenaga
kerja langsung dan biaya
tenaga kerja langsung
sesungguhnya tiap
pesanan yang meliputi
tarif upah dan jam kerja.
2. Komponen biaya tenaga
kerja langsung terdiri
dari biaya tenaga kerja
bagian konstruksi,
bagian assembling,
bagian finishing, dan
bagian packing.
3. Selisih positif maupun
negatif dapat diabaikan
67
karena hal ini berlaku
harga mutlak atau
absolut.
3 Gross
Profit
Margin
(Y)
1. Menghitung dengan
membandingkan
laba kotor dengan
penjualan atau harga
jual tiap pesanan
produk yang
dinyatakan dalam
bentuk %.
1. Laba kotor tiap pesanan
2. Penjualan/harga jual tiap
pesanan
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah alat yang digunakan dalam menganalisis dan
menguji hipotesis yang dikemukakan. untuk memudahkan penelitian terhadap
data yang terkumpul, maka metode analisis data yang digunakan yaitu :
1. Uji Asumsi Klasik
Agar dapat diperoleh nilai pemikiran yang tidak bisa dan efisien dari
persamaan regresi, maka dalam pelaksanaan analisis data harus memenuhi
beberapa asumsi klasik sebagai berikut (pengolahan data dengan
komputerisasi menggunakan program SPPS), dalam penelitian ini peneliti
menggunakan program SPSS 24.
a. Uji Normalitas
Menurut Rochmat Aldy Purnomo (2016, 83)
“Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi
dalam analisis parametrik. Normalitas data merupakan hal yang
68
penting karna dengan data yang terdistribusi normal maka data
tersebut dianggap dapat mewakili populasi”
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 68) mengatakan bahwa Uji
Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam, variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.
Pengujian normalitas menggunakan uji normal kolmogorov-smirnov (K-
S). Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016 : 72) Jika nilai signifikan dari
uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05, maka data berdistribusi normal dan
namun sebaliknya apabila uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016: 230) mengatakan bahwa Uji
Multikolinearitas adalah untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam
suatu model. Kemiripan antara variabel independen akan mengakibatkan
korelasi yang sangat kuat. Selain itu untuk uji ini juga untuk menghindari
kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada
uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Jika VIF yang dihasilkan diantara 1-10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
69
c. Uji Autokorelasi
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 158)
“mengatakan bahwa menguji autokorelasi dalam suatu model
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel
pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya”.
Dalam buku Sujarweni berjudul Metodologi Penelitian Bisnis
Ekonomi (2015, 177) mendeketsi autokorelasi dengan menggunakan
nilai Durbin Watson dengan kriteria jika :
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi
3) Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 232) mengatakan bahwa
Uji heteroskedastisitas untuk menguji terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas jika:
1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
70
e. Uji Regresi Linier Berganda
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 108) regresi yang memiliki
satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Model
persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:
Y = a + B1X1 + b2X2+…. + e
Keterangan:
Y : Variabel terikat Gross Profit Margin
a : Konstanta
B1 : Koefisien regresi efisiensi biaya bahan baku
B2 : Koefisien regresi efisiensi biaya tenaga kerja langsung
x1 : Efisiensi biaya bahan baku
x2 : Efisiensi biaya tenaga kerja langsung
e : Residual
f. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase
perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh varibel bebas
(X). Jika R2 semakin besar, maka persentase perubahan variabel tidak
bebas (Y) disebabkan oleh variabel bebas (X) semakin tinggi. Jika R2
71
semakin kecil, maka persentase perubahan varibel tidak bebas (Y)
disebabkan oleh varibael (X) yang semakin rendah.
g. Uji Hipotesis
Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2017. 84)
“Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa
pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih”.
Untuk mengetahui hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak
bermakna maka digunakan uji statistik, sebagai berikut :
1) Uji t (Uji Parsial)
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 319) mengatakan bahwa
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual mempengaruhi variabel dependen (Y).
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung
dengan nilai ttabel. Apakah thitung > ttabel dengan signifikan dibawah
0,05 (5%), maka secara parsial atau individual variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, begitu juga
sebaliknya.
72
Kriteria pengambilan keputusan:
a) Jika thitung < ttabel, maka HO diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2) Uji F
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016, 323) mengatakan bahwa
Uji F adalah pengujian signifikan persamaan yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh varibel bebas (X1 dan X2) secara
bersama-sama terhadap varibel tidak bebas (Y) yaitu kinerja
karyawan. Dalam penelitian ini, dilakukan dengan melihat hasil
perhitungan SPSS Anova yang membandingkan Mean Square dari
regresi dan Mean Square dari residual sehingga didapatkan hasil yang
dinamakan Fhitung. Sebagai dasar pengambilan keputusan dapat
digunakan kriteria pengujian sebagai berikut:
a) Apabila Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
73
b) Apabila Fhitung < Ftabel dan tingkat signifikansi > α (0,05), maka
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan
pengamatan sejumlah variabel. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya bahwa penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu
Gross Profit Margin dan dua variabel independen yaitu Biaya Bahan Baku dan
Biaya Tenaga Kerja Langsung. Populasi pada penelitian ini diambil dari
banyaknya jumlah pesanan dari produk New Tay Pin San dalam satuan batch
dari tahun 2014- 2018.
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin dan
didapatkan sampel sebesar 19 batch per tahun sehingga jumlah sampel yang
diperoleh sebesar 95 pesanan/batch selama tahun 2014-2018.
Berikut ini disajikan deskripsi dari tiga variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang digunakan dalam membuat
produk dimana bahan tersebut menyeluruh tampak pada produk jadinya.
Dalam penelitian ini indikator biaya bahan baku yang dibutuhkan yaitu
harga bahan baku dan kuantitas bahan baku baik standar biaya/anggaran
yang ditentukan yang telah direncanakan maupun realisasi biayanya.
75
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi obat New Tay Pin
San diantaranya yaitu : Viticis Cannabifolia Fructus, Galangae rhizome,
Patchouli Herba, Menthae Herba, Angelica Anomala Radix, Perillae
Frutescens (L) Britton, Amomum Cardamomum Gleditsiae Senensis Fructus,
Citri Immaturus Exsiccatus Fructus, Atractyloidis Rhizoma. Pembelian
bahan baku yang dilakukan PT. Bintang Kupu-Kupu yaitu multiple supplier
artinya pembelian bahan baku tidak hanya dari satu pemasok. Kebijakan ini
dilakukan untuk menjaga kelancaran proses produksi dan menghemat biaya.
Tabel IV.1
Biaya Bahan Baku
Tahun Standar Biaya
Bahan Baku
Realisasi Biaya
Bahan Baku
Varians Biaya
Bahan Baku
2014 Rp 204,750,000 Rp 125,274,875 Rp 79,475,125
2015 Rp 241,500,000 Rp 147,987,125 Rp 93,512,875
2016 Rp 296,625,000 Rp 179,504,000 Rp 117,121,000
2017 Rp 341,250,000 Rp 231,619,200 Rp 109,630,800
2018 Rp 420,000,000 Rp 252,683,200 Rp 167,316,800
Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, data diolah
Pada tabel IV.1 Biaya Bahan Baku dapat dideskripsikan, tahun 2014
varians biaya bahan baku sebesar Rp 79.475.125, tahun 2015 Rp 93.512.875,
tahun 2016 Rp 117.121.000, Tahun 2017 Rp 109.630.800, Tahun 2018 Rp
167.316.800. Terjadi peningkatan varians biaya bahan baku dari tahun 2014
- 2016 dan dari 2017 sampai tahun 2018 sebesar Rp 92.331.875 dan terjadi
penurunan varians dari tahun 2016 ke tahun 2017 sebesar Rp 7.490.200 .
76
Adanya kenaikan dan penurunan pada varians biaya bahan baku
dikarenakan harga bahan baku tiap tahunnya mengalami ketidakstabilan.
Adapun kuantitas bahan baku yang dianggarkan dan direalisasikan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.2
Kuantitas Bahan Baku (Satuan kg)
Tahun Standar Kuantitas
Bahan Baku
Realisasi
Kuantitas Bahan
Baku
Varians
Kuantitas Bahan
Baku
2014 5250 4555.45 694.55
2015 5250 4553.45 696.55
2016 5250 4487.6 762.4
2017 5250 5035.2 214.8
2018 5250 4512.2 737.8
Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah
Pada tabel IV.2 dapat dideskripsikan bahwa terjadi varians kuantitas
bahan baku dari tahun 2014 – 2018 dikarenakan kuantitas bahan baku yang
dibeli sedikit dibandingkan dengan kuantitas yang dianggarkan. Hal ini
disebabkan volume produksi lebih kecil dari yang direncanakan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja merupakan kontribusi seorang pekerja kedalam
proses produksi, dalam hal organisasi manufaktur dan jasa, biaya tenaga
kerja ini mempunyai peranan yang penting, karena biaya tenaga kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya produksi suatu produk,
77
untuk itu biaya tenaga membutuhkan pengukuran, pengendalian dan analisis
sistematis (Bastian Bustami Nurlela 2015 : 207). Dalam penelitian ini
indikator yang dibutuhkan yaitu standar tarif upah tenaga kerja langsung
dan realisasi tarif upah tenaga kerja langsung, dan standar jam tenaga kerja
langsung dan realisasi jam tenaga kerja langsung.
Tabel IV.3
Standar dan Realisasi Upah Tenaga Kerja Langsung dan Jam Tenaga
Kerja Langsung
Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah
Pada tabel diatas dapat dideskripsikan upah tenaga kerja langsung
mengalami kenaikan baik upah tenaga kerja langsung standar dan
realisasinya, dan jam tenaga kerja yang mengalami ketidakstabilan dalam
realisasi jam tenaga kerja dikarnakan pada saat produksi produk New Tay
Pin San seringkali terjadi kendala seperti mesin yang mengalami kerusakan
sehingga proses produksi diharuskan untuk berhenti ataupun suhu udara
pada ruangan produksi mempengaruhi pada proses produksi karena itu
merupakan persyaratan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),
Tahun Upah Tenaga Kerja Langsung
Jam Tenaga Kerja
Langsung
Dianggarkan Realisasi Dianggarkan Realisasi
2014 Rp 869,281,920 Rp 528,057,000 893 690
2015 Rp 984,103,860 Rp 608,142,150 893 693
2016 Rp1,164,561,300 Rp 687,472,400 893 664
2017 Rp1,221,088,200 Rp 784,525,000 893 700
2018 Rp1,352,252,040 Rp 837,040,800 893 687
78
dan kendala-kendala lainnya yang mengharuskan proses produksi tersebut
berhenti dan mengalami kenaikan atau penurunan dalam jam tenaga kerja.
3. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih (Penjualan – HPP).
Berikut ini tabel laba kotor PT. Bintang Kupu-Kupu dari Tahun 2014-2018.
Tabel IV.4
Laba Kotor PT. Bintang Kupu-Kupu
Tahun Penjualan HPP Laba Kotor
2014 Rp 1,491,728,264 Rp 653,331,875 Rp 838,396,389
2015 Rp 2,011,480,000 Rp 796,907,500 Rp 1,214,572,500
2016 Rp 2,579,000,000 Rp 1,049,392,500 Rp 1,529,607,500
2017 Rp 2,539,600,450 Rp 1,228,270,000 Rp 1,311,330,450
2018 Rp 3,118,090,000 Rp 1,713,423,400 Rp 1,404,666,600
Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah
Berdasarkan tabel diatas bahwa laba kotor yang diterima PT. Bintang
Kupu-Kupu mengalami kenaikan dari tahun 2014-2106 dan kenaikan pada
tahun 2018, sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan. Kenaikan
dan penurunan yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor baik dari biaya
bahan baku yang mengalami kenaikan, besarnya biaya tenaga kerja, dan jam
tenaga kerja yang mengalami ketidakstabilan.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pada uji statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
pada suatu data yang dapat dilihat dari nilai minimum, maximum, mean dan
79
standar deviasi. Analisi ini menggambarkan sampel yang telah ada tanpa
bermksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.
Tabel IV.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Dari output statistik pada tabel IV.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai
N = 95 yang berarti jumlah data diolah pada penelitian ini terdiri dari 95
pesanan/batch selama 5 tahun yang terdiri dari data variabel dependen yaitu
gross profit margin dan variabel independen yaitu efisiensi biaya bahan
baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung.
Hasil uji deskriptif pada efisiensi biaya bahan baku dapat dilihat
memiliki standar deviasi 4.301. Rata-rata nilai efisiensi biaya bahan baku
adalah sebesar 37.80, nilai minimumnya 25,00 dan nilai maximum 45,00.
Hasil uji deskriptif pada efisiensi biaya tenaga kerja langsung dapat
dilihat memiliki standar devisiasi 2.941, rata rata nilai efisiensi 38.42, nilai
minimum 31,00 dan nilai maximum 44,00.
Hasil uji deskriptif pada gross profit margin dapat dilihat memiliki
standar devisiasi 6.590. Rata-rata nilai gross profit margin dalam penilitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Efisiensi BB 95 25 45 37,80 4,301
Efisiensi BTKL 95 31 44 38,42 2,941
GPM 95 42 70 55,98 6,590
Valid N (listwise) 95
80
ini 55.98, nilai minimumnya 42,00 dan nilai maximumnya 70,00 dan pada
nilai terendah perusahaan mengalami penurunan laba.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan regresi linear berganda, diuji terlebih dahulu
apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik agar data yang diperoleh
menjadi layak untuk dilakukan pengujian sehingga dapat dilakukan model
regresi yang signifikan dan repsentative. Hasil uji asumsi klasik adalah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Gambar IV.1
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Data hasil pengolahan spss versi 24 pada gambar IV.1
menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi dengan normal dan
81
model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Jadi model regresi
tersebut layak digunakan untuk mengukur efisiensi biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
Dalam pengujian normalitas data dapat juga dilakukan dengan
melakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai signifikannya
seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.6.
Tabel IV.6
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diatas terlihat bahwa hasil
uji normalitas menunjukkan level signifikan (Asymp. Sig. (2-tailed))
sebesar 0,200 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 95
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 6,12596799
Most Extreme Differences Absolute ,058
Positive ,037
Negative -,058
Test Statistic ,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
82
b. Uji Multikolonieritas
Tabel IV.7
Uji Multikolinieritas
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Berdasarkan dari hasil uji multikolonieritas pada tabel IV.7 dapat
dilihat hasil perhitungan nilai VIF dan Tolerance. Nilai VIF untuk
variabel efisiensi biaya bahan baku (X1) sebesar 1.112 dan Tolerance
0,899, dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung (X2) sebesar 1.112 dan
Tolerance 0,899. Masing-masing variabel bebas tersebut memiliki nilai
VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gejala multikolinieritas antara variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot
dengan menggunakan variabel dependen (SRESID) dan variabel
independen (ZPRED), dimana jika grafik tidak membentuk suatu pola
dan titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut juga
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23,056 8,931 2,582 ,011
Efisiensi BB ,334 ,157 ,218 2,133 ,036 ,899 1,112
Efisiensi
BTKL
,528 ,229 ,236 2,307 ,023 ,899 1,112
a. Dependent Variable: GPM
83
homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar IV.2 Scatterplot
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Dari gambar IV.2 diatas berdasarkan output (grafik scatterplot)
diatas dapat diketahui bahwa:
1) Titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka nol.
2) Titik data tidak hanya mengumpul diatas dan dibawah saja.
3) Penyebaran titik data tidak boleh membentuk pola menggelombang,
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4) Penyebaran titik data sebaiknya tidak berpola
84
Dengan demikian data dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedasitas sehingga model regresi yang baik dan ideal dan
dapat dipenuhi.
d. Uji Autokorelasi
Tabel IV.8
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,369a ,136 ,117 6,192 1,503
a. Predictors: (Constant), Efisiensi BTKL, Efisiensi BB
b. Dependent Variable: GPM
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Mendeteksi autokorelasi
dengan menggunakan nilai Durbin Watson.
Hasil analisis menunjukkan bahawa angka D-W sebesar +1.503.
Hal ini menunjukkan pada tidak terjadi autokorelasi.
85
e. Uji Regresi Linear Berganda
Tabel IV.9
Hasil Uji Linear Berganda
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Berdasarkan hasil regresi diatas pada tabel IV.9 diperoleh persamaan
model regresi sebagai berikut:
Y = 2.582 + 0,334 + 0,528 + e
Dimana :
Y = Gross Profit Margin
X1t = Efisiensi Biaya bahan baku
X2t = Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung
E = error
Keterangan :
1) Konstanta sebesar 5.582 dengan arah hubungan positif menunjukkan
apabila variabel independen dan variabel probabilitas yang diwakili
oleh efisiensi biaya bahan baku dan solvabilitas diwakili dengan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23,056 8,931 2,582 ,011
Efisiensi BB ,334 ,157 ,218 2,133 ,036
Efisiensi BTKL ,528 ,229 ,236 2,307 ,023
a. Dependent Variable: GPM
86
efisiensi biaya tenaga kerja langsung mengalami kenaikan sebesar
5.58%.
2) B1 koefisien regeresi efisiensi biaya bahan baku 0,528 dengan arah
hubungannya positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan efisiensi
biaya bahan baku maka akan diikuti kenaikan gross profit margin
sebesar 0,528 atau sebesar 52.8% dengan asumsi variabel independen
lainnya dianggap konstan atau sama dengan nol.
3) B1 regresi efisiensi biaya tenaga kerja langsung dengan arah
hubungannya positif menunjukkan bahwa setiap kenaikan efisiensi
biaya tenaga kerja langsung maka akan diikuti kenaikan gross profit
margin sebesar 0,221 atau sebesar 22,1% dengan asumsi variabel
independen lainnya dianggap konstan atau sama dengan nol.
4) e standar error estimasi merupakan variasi nilai yang berada disekitar
garis regresi yang menyimpang dari garis regresi sehingga
menimbulkan kesalahan estimasi akibat adanya pengaruh variabel lain
diluar model regresi.
f. Uji Koefisien Determinasi
Tabel IV.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Olah Data SPSS v24)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,369a ,136 ,117 6,192
a. Predictors: (Constant), Efisiensi BTKL, Efisiensi BB
b. Dependent Variable: GPM
87
Tabel IV.10 diatas menunjukkan nilai Adjusted R2
sebesar 0,136.
Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya indikasi bahwa variabel
independen mempunyai pengaruh yang cukup baik terhadap variabel
dependen. Jika nilai Adjusted R2
semakin mendekati 1 yang berarti
menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen dengan
variabel dependen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji T
Uji t (uji signifikan parsial) digunakan untuk menguji tingkat
signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara terpisah. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikan
0.05 (5%). Jika sig < 0,05 maka Ha diterima dan jika sig > 0,05 maka Ha
ditolak. Hasil pengujian signifikan t disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel IV.11
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23,056 8,931 2,582 ,011
Efisiensi BB ,334 ,157 ,218 2,133 ,036
Efisiensi BTKL ,528 ,229 ,236 2,307 ,023
a. Dependent Variable: GPM
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
88
Berdasarkan tabel diatas adalah sebagai berikut:
a. Nilai signifikasi pada Efisiensi Biaya Bahan Baku 0,036 < 0,050
sedangkan thitung 2.133 > ttabel 1.9860 artinya terdapat hubungan dan
pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku terhadap Gross Profit Margin
b. Nilai signifikasi pada Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung 0,023 <
0,050 sedangkan thitung 2.307 > ttabel 1.9860 artinya terdapat hubungan dan
pengaruh Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Gross Profit
Margin.
2. Uji F
Tabel IV.12
Hasil Uji F
Sumber : Olah data SPSS v24 (2020)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,001
sehingga < 0,050. Cara perhitungan F-Tabel df=(k; n-k), (2 ; 92 ) , maka
diketahui F-Tabel = 3,10 < F-hitung = 7.229.
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 554,374 2 277,187 7,229 ,001b
Residual 3527,583 92 38,343
Total 4081,958 94
a. Dependent Variable: GPM
b. Predictors: (Constant), Efisiensi BTKL, Efisiensi BB
89
D. Pembahasan
1. Pengaruh efisiensi biaya bahan baku terhadap gross profit margin
Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh efisiensi
biaya bahan baku terhadap gross profit margin di PT. Bintang Kupu-Kupu
periode 2014-2018. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji t) jika thitung >
ttabel , tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima dan tingkat
signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tabel uji t pada
penelitian ini variabel efisiensi biaya bahan baku memiliki nilai signifikan
dibawah 0,050 yaitu sebesar 0,036. Hal ini menunjukkan bahwa secara
parsial variabel efisiensi biaya bahan baku terbukti mempengaruhi variabel
dependen (gorss profit margin).
2. Pengaruh efisiensi biaya tenaga kerja langsung terhadap gross profit
margin
Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat pengaruh efisiensi biaya
tenaga kerja langsung terhadap gross profit margin di PT. Bintang Kupu-
Kupu periode 2014-2018. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji t) jika
thitung > ttabel , tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima dan
tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tabel
uji t pada penelitian ini variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung
memiliki nilai signifikan dibawah 0,050 yaitu sebesar 0,023. Hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial variabel efisiensi biaya tenaga kerja
langsung terbukti mempengaruhi variabel dependen (gorss profit margin).
90
3. Pengaruh efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja
langsung terhadap gross profit margin
Berdasarkan hasil tabel anova pada penelitian ini, diperoleh nilai
signifikan sebesar 0,001 < 0,05. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
variabel independen (efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga
kerja langsung) mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan
terhadap variabel dependen (gross profit margin).
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh
efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi tenaga kerja langsung terhadap gross
profit margin di PT. Bintang Kupu-Kupu periode 2014 – 2018.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis ditunjukkan bahwa variabel efisiensi biaya
bahan baku dan variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung terbukti
berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin di PT. Bintang Kupu-
Kupu periode 2014-2018.
2. Efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi tenaga kerja langsung berpengaruh
terhadap rasio gross profit margin pada perusahaan PT. Bintang Kupu-kupu
selama tahun pengamatan 2014-2018 dengan koefisien determinasi sebesar
14,1%. Dengan demikian semakin efisien biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung maka semakin meningkatkan rasio gross profit
margin, akan tetapi apabila biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung tidak efisien maka rasio gross profit margin semakin menurun.
92
B. Implikasi
Implikasi penelitian adalah metode untuk membandingkan penelitian
yang lalu dengan hasil penelitian yang terbaru. Ada tiga jenis implikasi yang
banyak digunakan untuk kebutuhan penelitian diantaranya:
1. Implikasi teoritis
Teori yang digunakan dalam penelitian ini dan menggunakan sumber-
sumber yang mewakili variabel-variabel yang diteliti, diharapkan dapat
memberikan kontribusi dan juga dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Manajerial
a. Bagi PT. Bintang Kupu-Kupu, hasil ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi untuk meningkatnya efisiensi biaya bahan
baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi.
b. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk memperkaya pengetahuan akademik.
3. Implikasi Metodologi
Dalam penelitian ini yang berjudul “ Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan
Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Gross Profit
Margin PT. Bintang Kupu-Kupu Tahun 2014-2018”, peneliti menggunakan
data sekunder yang diolah menggunakan program SPSS versi 24 yang
sangat membantu sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya. Data sekunder didapatkan dari buku, jurnal-jurnal, penelitian
terdahulu, dan data yang diperoleh dari PT. Bintang Kupu-Kupu.
93
C. Saran
1. Dengan adanya penelitian di PT. Bintang Kupu-Kupu diharapkan
bermanfaat bagi pemilik perusahaan PT. Bintang Kupu-Kupu. Untuk
diperoleh rasio profit margin yang tinggi, maka bagi manajemen perusahaan
untuk lebih memperhatikan tingkat efisiensi biaya bahan baku dan tingkat
efisiensi biaya tenaga kerja langsung, seperti mencari supplier yang
memberikan harga bahan baku yang lebih murah agar pengendalian biaya
bahan baku lebih efisien, di samping itu harus juga meningkatkan efisiensi
biaya tenaga kerja langsung dengan meminimalkan terjadinya batas waktu
penyelesaian pesanan atau menghindari pemborosan waktu produksi.
2. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas
wawasan pengetahuan.
3. Bagi penulis memberikan bukti empiris mengenai pengaruh efisiensi biaya
bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung terhadap gross profit
margin di PT. Bintang-Kupu-Kupu.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sofia Prima. Akuntansi Biaya. Penerbit : IN MEDIA, 2013
Freddy, Daulat. Biaya Standar Dalam Menetapkan Produksi: Universitas Esa Unggul,
Jakarta. 2018. https://www.esaunggul.ac.id/biaya-standar-dalam-menetapkan-
produksi/ . (Diakses tanggal 7 September 2019)
Harnanto. Akuntansi Biaya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017
Ilmu Manajemen Industri. Pengertian Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) dan
Rumusnya. https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gross-profit-margin-
marjin-laba-kotor-rumus-gpm/ . (Diakses tanggal 15 September 2019)
Magfirah, Sarah Oi, dkk. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Dengan Penggunaan
Biaya Stanar Dalam Meningkatkan Rasio Net Profit Margin (Studi Empiris
Pada UMKM Dendeng Sapi Di Banda Aceh). Jurnal Ilmiah. Banda Aceh.
Universitas Syiah Kuala, 2019
Mulyadi. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2014
Mulyadi. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2015
Nurlela, Bastian Bustami. Akuntansi Biaya. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media,
2015
Siyoto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian. Sleman : Penerbit Literasi Media
Publishing, 2015
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017
Sujarweni, V. Wiratna. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press,
2015
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Baru Press, 2015
Sujarweni, V. Wiratna. Kupas Tuntas Penelitian Akuntansi Dengan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press, 2016
Purnomo, Rochmat Aldy. Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS.
Ponorogo : Penerbit : CV. WADE GROUP, 2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Desy Lestari
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 17 Desember 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Angsana V No. 21 RT/RW 007/005, Kel. Periuk
Jaya, Kec. Periuk. Kota Tangerang.
Nomor Telepon : 083808854859
E-Mail : [email protected]
IPK terakhir : 3.56
Riwayat Pendidikan
SD : SDN Periuk 5 Tangerang
SMP/MTS : SMP Perintis 1 Sepatan
SMA/SMK/MA : SMK Perintis 1 Sepatan
Perguruan Tinggi : Universitas Buddhi Dharma
Riwayat Pekerjaan
1. PT. Bintang Kupu-Kupu : 2016 – Sekarang
Alamat : Jl. Gatot Subroto KM 5.5 Kp. Ledug, Ds. Kroncong,
Kec. Jatiuwung, Kota Tangerang
Scanned by TapScanner
Lampiran 1
Rincian Pemakaian Bahan Baku Standar dan Pemakaian Bahan Baku
Aktual Tahun 2014-2018
PT. Bintang Kupu-Kupu
Jumlah Batch
Jumlah Pemakaian Bahan Baku Standar (kg)
Jumlah Pemakaian Bahan Baku Aktual (kg)
2014 2015 2016 2017 2018
1 276,32 216,75 223,15 232,05 244,5 244,15
2 276,32 255,05 237,65 227,7 259,35 232,75
3 276,32 220,15 259 232,05 259,25 244,85
4 276,32 225,15 247,95 243,1 251,95 226
5 276,32 241,75 234,15 240,4 256,8 219,3
6 276,32 245,25 240,55 249,85 276,05 228,25
7 276,32 241,55 239,65 245,7 279,3 247,05
8 276,32 218,15 243,15 235,25 291,45 241,95
9 276,32 221,7 256,95 239,4 294,05 230,8
10 276,32 241,35 252,65 222,75 286,85 246,55
11 276,32 222,65 245,15 221,95 269,25 255,15
12 276,32 250,95 222,65 230,25 259,15 224,65
13 276,32 242,05 219,85 238,2 258,2 222,75
14 276,32 245,85 224,6 233,45 256,65 247,25
15 276,32 244,25 233,45 220,4 251,15 261,4
16 276,32 258,9 246,35 233,85 254,8 257,95
17 276,32 249,75 244,25 234,15 267,15 238,55
18 276,32 255,25 240,75 257,1 258,1 219,75
19 276,32 258,95 241,55 250 261,2 223,1 Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah
Lampiran 2
Data Efisiensi Biaya Bahan Baku Tahun 2014-2018
PT. Bintang Kupu-Kupu
Tahun 2014-2018
Biaya Standar Bahan Baku Yang
dianggarkan
Biaya Aktual Bahan Baku Yang
direalisasikan
Varians Efisiensi Biaya
Bahan Baku
Rasio Efisiensi
(%) Kriteria
(KS x HS) (KA x HA) ( BS - BA)
2014 Rp 10.776.480 Rp 5.960.625 Rp 4.815.855 45 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 7.013.875 Rp 3.762.605 35 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.054.125 Rp 4.722.355 44 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.191.625 Rp 4.584.855 43 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.648.125 Rp 4.128.355 38 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.744.375 Rp 4.032.105 37 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.642.625 Rp 4.133.855 38 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 5.999.125 Rp 4.777.355 44 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.096.750 Rp 4.679.730 43 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.637.125 Rp 4.139.355 38 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.122.875 Rp 4.653.605 43 EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.901.125 Rp 3.875.355 36 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.656.375 Rp 4.120.105 38 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.760.875 Rp 4.015.605 37 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.716.875 Rp 4.059.605 38 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 7.119.750 Rp 3.656.730 34 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 6.868.125 Rp 3.908.355 36 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 7.019.375 Rp 3.757.105 35 CUKUP EFISIEN
Rp 10.776.480 Rp 7.121.125 Rp 3.655.355 34 CUKUP EFISIEN
2015 Rp 12.710.720 Rp 7.252.375 Rp 5.458.345 43 EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.723.625 Rp 4.987.095 39 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 8.417.500 Rp 4.293.220 34 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 8.058.375 Rp 4.652.345 37 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.609.875 Rp 5.100.845 40 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.817.875 Rp 4.892.845 38 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.788.625 Rp 4.922.095 39 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.902.375 Rp 4.808.345 38 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 8.350.875 Rp 4.359.845 34 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 8.211.125 Rp 4.499.595 35 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.967.375 Rp 4.743.345 37 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.236.125 Rp 5.474.595 43 EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.145.125 Rp 5.565.595 44 EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.299.500 Rp 5.411.220 43 EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.587.125 Rp 5.123.595 40 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 8.006.375 Rp 4.704.345 37 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.938.125 Rp 4.772.595 38 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.824.375 Rp 4.886.345 38 CUKUP EFISIEN
Rp 12.710.720 Rp 7.850.375 Rp 4.860.345 38 CUKUP EFISIEN
2016 Rp 15.612.080 Rp 9.282.000 Rp 6.330.080 41 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.108.000 Rp 6.504.080 42 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.282.000 Rp 6.330.080 41 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.724.000 Rp 5.888.080 38 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.616.000 Rp 5.996.080 38 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.994.000 Rp 5.618.080 36 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.828.000 Rp 5.784.080 37 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.410.000 Rp 6.202.080 40 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.576.000 Rp 6.036.080 39 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 8.910.000 Rp 6.702.080 43 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 8.878.000 Rp 6.734.080 43 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.210.000 Rp 6.402.080 41 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.528.000 Rp 6.084.080 39 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.338.000 Rp 6.274.080 40 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 8.816.000 Rp 6.796.080 44 EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.354.000 Rp 6.258.080 40 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 9.366.000 Rp 6.246.080 40 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 10.284.000 Rp 5.328.080 34 CUKUP EFISIEN
Rp 15.612.080 Rp 10.000.000 Rp 5.612.080 36 CUKUP EFISIEN
2017 Rp 17.960.800 Rp 11.247.000 Rp 6.713.800 37 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.930.100 Rp 6.030.700 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.925.500 Rp 6.035.300 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.589.700 Rp 6.371.100 35 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.812.800 Rp 6.148.000 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 12.698.300 Rp 5.262.500 29 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 12.847.800 Rp 5.113.000 28 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 13.406.700 Rp 4.554.100 25 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 13.526.300 Rp 4.434.500 25 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 13.195.100 Rp 4.765.700 27 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 12.385.500 Rp 5.575.300 31 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.920.900 Rp 6.039.900 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.877.200 Rp 6.083.600 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.805.900 Rp 6.154.900 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.552.900 Rp 6.407.900 36 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.720.800 Rp 6.240.000 35 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 12.288.900 Rp 5.671.900 32 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 11.872.600 Rp 6.088.200 34 CUKUP EFISIEN
Rp 17.960.800 Rp 12.015.200 Rp 5.945.600 33 CUKUP EFISIEN
2018 Rp 22.105.600 Rp 13.672.400 Rp 8.433.200 38 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.034.000 Rp 9.071.600 41 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.711.600 Rp 8.394.000 38 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.656.000 Rp 9.449.600 43 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.280.800 Rp 9.824.800 44 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.782.000 Rp 9.323.600 42 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.834.800 Rp 8.270.800 37 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.549.200 Rp 8.556.400 39 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.924.800 Rp 9.180.800 42 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.806.800 Rp 8.298.800 38 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 14.288.400 Rp 7.817.200 35 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.580.400 Rp 9.525.200 43 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.474.000 Rp 9.631.600 44 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.846.000 Rp 8.259.600 37 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 14.638.400 Rp 7.467.200 34 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 14.445.200 Rp 7.660.400 35 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 13.358.800 Rp 8.746.800 40 CUKUP EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.306.000 Rp 9.799.600 44 EFISIEN
Rp 22.105.600 Rp 12.493.600 Rp 9.612.000 43 EFISIEN Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah oleh penulis
Lampiran 3
Rincian Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung Standar dan Penggunaan
Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung Aktual Tahun 2014-2018
PT. Bintang Kupu-Kupu
Jumlah Batch
Jumlah Jam Tenaga Kerja
Standar
Jumlah Jam Tenaga Kerja Aktual
2014 2015 2016 2017 2018
1 47 38 35,21 34,12 37,55 35,35
2 47 37,15 36,59 33,53 36,35 34,58
3 47 37,14 35,51 34,54 35,45 34,25
4 47 35,52 38,17 35,32 36,2 35,35
5 47 37,55 36,45 35,81 34,42 35,55
6 47 38,47 36 35,05 39,12 36,45
7 47 34 37 34,29 37 37,22
8 47 37,25 37,52 37,05 37,25 35,59
9 47 36,59 36,17 37,2 38,57 40,31
10 47 35,02 36,58 36,55 37,42 39,58
11 47 36,17 38,16 35,82 37,38 38,55
12 47 37,25 38,35 34,11 36,59 35,58
13 47 36,5 36,01 33,23 38,41 38,49
14 47 34,12 35,23 35,05 37,04 36,32
15 47 33,22 34,5 35,44 35,35 33,56
16 47 38,47 38,51 34,35 37,35 34,08
17 47 34,55 37,01 33,57 37,55 36,45
18 47 36,51 36,44 34,42 35,45 35,37
19 47 36,52 33,59 34,55 35,55 34,37 Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, data diolah
Lampiran 4
Data Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2014-2018
PT. Bintang Kupu-Kupu
Tahun 2014-2018
Biaya Standar Bahan Tenaga Kerja Langsung
dianggarkan
Biaya Aktual Tenaga Kerja
Langsung direalisasikan
Varians Efisiensi Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Rasio Efisiensi
(%) Kriteria
(TKLS x JS x BS) (TKLA x JA x BA) ( BS - BA)
2014 Rp 45.751.680 Rp 29.081.400 Rp 16.670.280 36 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.430.895 Rp 17.320.785 38 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.423.242 Rp 17.328.438 38 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 27.183.456 Rp 18.568.224 41 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.737.015 Rp 17.014.665 37 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 29.441.091 Rp 16.310.589 36 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 26.020.200 Rp 19.731.480 43 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.507.425 Rp 17.244.255 38 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.002.327 Rp 17.749.353 39 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 26.800.806 Rp 18.950.874 41 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 27.680.901 Rp 18.070.779 39 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 28.507.425 Rp 17.244.255 38 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 27.933.450 Rp 17.818.230 39 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 26.112.036 Rp 19.639.644 43 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 25.423.266 Rp 20.328.414 44 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 29.441.091 Rp 16.310.589 36 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 26.441.115 Rp 19.310.565 42 EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 27.941.103 Rp 17.810.577 39 CUKUP EFISIEN
Rp 45.751.680 Rp 27.948.756 Rp 17.802.924 39 CUKUP EFISIEN
2015 Rp 51.794.940 Rp 30.898.536 Rp 20.896.405 40 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 32.109.555 Rp 19.685.386 38 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.161.801 Rp 20.633.140 40 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 33.496.084 Rp 18.298.857 35 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.986.698 Rp 19.808.243 38 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.591.800 Rp 20.203.140 39 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 32.469.350 Rp 19.325.590 37 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 32.925.676 Rp 18.869.264 36 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.740.984 Rp 20.053.957 39 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 32.100.779 Rp 19.694.161 38 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 33.487.308 Rp 18.307.632 35 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 33.654.043 Rp 18.140.898 35 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.600.576 Rp 20.194.365 39 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 30.916.087 Rp 20.878.854 40 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 30.275.475 Rp 21.519.465 42 EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 33.794.451 Rp 18.000.490 35 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 32.478.126 Rp 19.316.815 37 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 31.977.922 Rp 19.817.018 38 CUKUP EFISIEN
Rp 51.794.940 Rp 29.476.905 Rp 22.318.036 43 EFISIEN
2016 Rp 61.292.700 Rp 35.326.142 Rp 25.966.558 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 34.715.286 Rp 26.577.415 43 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.760.989 Rp 25.531.711 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 36.568.562 Rp 24.724.138 40 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 37.075.884 Rp 24.216.817 40 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 36.289.018 Rp 25.003.683 41 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.502.152 Rp 25.790.549 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 38.359.718 Rp 22.932.983 37 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 38.515.020 Rp 22.777.680 37 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 37.842.043 Rp 23.450.658 38 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 37.086.237 Rp 24.206.463 39 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.315.789 Rp 25.976.912 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 34.404.681 Rp 26.888.020 44 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 36.289.018 Rp 25.003.683 41 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 36.692.804 Rp 24.599.896 40 CUKUP EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.564.273 Rp 25.728.428 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 34.756.700 Rp 26.536.001 43 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.636.747 Rp 25.655.953 42 EFISIEN
Rp 61.292.700 Rp 35.771.343 Rp 25.521.358 42 EFISIEN
2017 Rp 64.267.800 Rp 42.084.163 Rp 22.183.638 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 40.739.263 Rp 23.528.538 37 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 39.730.588 Rp 24.537.213 38 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 40.571.150 Rp 23.696.650 37 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 38.576.215 Rp 25.691.585 40 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 43.843.740 Rp 20.424.060 32 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.467.750 Rp 22.800.050 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.747.938 Rp 22.519.863 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 43.227.328 Rp 21.040.473 33 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.938.465 Rp 22.329.335 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.893.635 Rp 22.374.165 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.008.243 Rp 23.259.558 36 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 43.048.008 Rp 21.219.793 33 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.512.580 Rp 22.755.220 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 39.618.513 Rp 24.649.288 38 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 41.860.013 Rp 22.407.788 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 42.084.163 Rp 22.183.638 35 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 39.730.588 Rp 24.537.213 38 CUKUP EFISIEN
Rp 64.267.800 Rp 39.842.663 Rp 24.425.138 38 CUKUP EFISIEN
2018 Rp 71.171.160 Rp 43.070.440 Rp 28.100.720 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 42.132.272 Rp 29.038.888 41 EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 41.730.200 Rp 29.440.960 41 EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 43.070.440 Rp 28.100.720 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 43.314.120 Rp 27.857.040 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 44.410.680 Rp 26.760.480 38 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 45.348.848 Rp 25.822.312 36 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 43.362.856 Rp 27.808.304 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 49.113.704 Rp 22.057.456 31 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 48.224.272 Rp 22.946.888 32 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 46.969.320 Rp 24.201.840 34 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 43.350.672 Rp 27.820.488 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 46.896.216 Rp 24.274.944 34 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 44.252.288 Rp 26.918.872 38 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 40.889.504 Rp 30.281.656 43 EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 41.523.072 Rp 29.648.088 42 EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 44.410.680 Rp 26.760.480 38 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 43.094.808 Rp 28.076.352 39 CUKUP EFISIEN
Rp 71.171.160 Rp 41.876.408 Rp 29.294.752 41 EFISIEN Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah oleh penulis
Lampiran 5
Gross Profit Margin
Tahun Penjualan HPP Laba Kotor Interval
Rasio (%)
Kriteria
2014 Rp 78.950.000 Rp 27.031.500 Rp 51.918.500 66 TINGGI
Rp 75.230.000 Rp 41.965.600 Rp 33.264.400 44 SEDANG
Rp 78.430.100 Rp 28.710.000 Rp 49.720.100 63 TINGGI
Rp 85.792.000 Rp 40.495.000 Rp 45.297.000 53 TINGGI
Rp 86.709.464 Rp 37.974.350 Rp 48.735.114 56 TINGGI
Rp 81.840.000 Rp 39.186.400 Rp 42.653.600 52 TINGGI
Rp 84.870.200 Rp 34.355.200 Rp 50.515.000 60 TINGGI
Rp 87.310.000 Rp 38.210.300 Rp 49.099.700 56 TINGGI
Rp 73.800.000 Rp 28.604.300 Rp 45.195.700 61 TINGGI
Rp 75.350.200 Rp 27.043.200 Rp 48.307.000 64 TINGGI
Rp 75.290.000 Rp 35.240.000 Rp 40.050.000 53 TINGGI
Rp 80.250.000 Rp 35.310.400 Rp 44.939.600 56 TINGGI
Rp 77.238.200 Rp 29.991.500 Rp 47.246.700 61 TINGGI
Rp 83.049.000 Rp 37.105.800 Rp 45.943.200 55 TINGGI
Rp 73.050.200 Rp 42.433.725 Rp 30.616.475 42 SEDANG
Rp 75.420.500 Rp 27.300.000 Rp 48.120.500 64 TINGGI
Rp 73.175.000 Rp 39.122.500 Rp 34.052.500 47 SEDANG
Rp 74.520.000 Rp 34.401.600 Rp 40.118.400 54 TINGGI
Rp 71.453.400 Rp 28.850.500 Rp 42.602.900 60 TINGGI
2015 Rp 102.924.000 Rp 36.470.100 Rp 66.453.900 65 TINGGI
Rp 105.560.000 Rp 39.720.000 Rp 65.840.000 62 TINGGI
Rp 109.850.000 Rp 42.895.000 Rp 66.955.000 61 TINGGI
Rp 108.590.000 Rp 42.200.000 Rp 66.390.000 61 TINGGI
Rp 108.940.500 Rp 47.676.200 Rp 61.264.300 56 TINGGI
Rp 100.105.200 Rp 40.292.500 Rp 59.812.700 60 TINGGI
Rp 106.920.300 Rp 46.040.200 Rp 60.880.100 57 TINGGI
Rp 107.095.100 Rp 47.304.000 Rp 59.791.100 56 TINGGI
Rp 106.055.000 Rp 44.605.000 Rp 61.450.000 58 TINGGI
Rp 102.082.300 Rp 46.750.100 Rp 55.332.200 54 TINGGI
Rp 107.320.000 Rp 47.600.000 Rp 59.720.000 56 TINGGI
Rp 108.230.000 Rp 37.974.000 Rp 70.256.000 65 TINGGI
Rp 105.664.000 Rp 39.880.200 Rp 65.783.800 62 TINGGI
Rp 105.814.000 Rp 35.700.500 Rp 70.113.500 66 TINGGI
Rp 103.070.000 Rp 37.243.000 Rp 65.827.000 64 TINGGI
Rp 104.225.100 Rp 39.600.000 Rp 64.625.100 62 TINGGI
Rp 109.310.500 Rp 44.241.505 Rp 65.068.995 60 TINGGI
Rp 104.814.000 Rp 45.610.195 Rp 59.203.805 56 TINGGI
Rp 104.910.000 Rp 35.105.000 Rp 69.805.000 67 TINGGI
2016 Rp 127.900.000 Rp 38.430.000 Rp 89.470.000 70 TINGGI
Rp 126.263.200 Rp 45.216.000 Rp 81.047.200 64 TINGGI
Rp 132.263.500 Rp 44.810.100 Rp 87.453.400 66 TINGGI
Rp 138.432.100 Rp 56.150.000 Rp 82.282.100 59 TINGGI
Rp 137.100.000 Rp 48.205.900 Rp 88.894.100 65 TINGGI
Rp 130.214.000 Rp 49.800.000 Rp 80.414.000 62 TINGGI
Rp 128.200.000 Rp 51.105.500 Rp 77.094.500 60 TINGGI
Rp 149.655.100 Rp 75.800.000 Rp 73.855.100 49 SEDANG
Rp 140.870.000 Rp 66.540.000 Rp 74.330.000 53 TINGGI
Rp 147.590.000 Rp 74.310.000 Rp 73.280.000 50 SEDANG
Rp 136.450.100 Rp 61.950.000 Rp 74.500.100 55 TINGGI
Rp 135.475.000 Rp 58.645.000 Rp 76.830.000 57 TINGGI
Rp 145.795.000 Rp 59.033.500 Rp 86.761.500 60 TINGGI
Rp 135.210.000 Rp 52.067.000 Rp 83.143.000 61 TINGGI
Rp 144.690.000 Rp 52.112.500 Rp 92.577.500 64 TINGGI
Rp 136.092.000 Rp 47.910.000 Rp 88.182.000 65 TINGGI
Rp 125.100.000 Rp 42.340.200 Rp 82.759.800 66 TINGGI
Rp 126.570.000 Rp 59.804.000 Rp 66.766.000 53 TINGGI
Rp 135.130.000 Rp 65.162.800 Rp 69.967.200 52 TINGGI
2017 Rp 135.700.000 Rp 55.784.000 Rp 79.916.000 59 TINGGI
Rp 139.205.000 Rp 75.284.450 Rp 63.920.550 46 SEDANG
Rp 132.730.000 Rp 77.279.500 Rp 55.450.500 42 SEDANG
Rp 140.075.000 Rp 70.150.300 Rp 69.924.700 50 SEDANG
Rp 125.200.000 Rp 61.720.100 Rp 63.479.900 51 TINGGI
Rp 123.100.000 Rp 71.750.100 Rp 51.349.900 42 SEDANG
Rp 129.124.000 Rp 61.025.000 Rp 68.099.000 53 TINGGI
Rp 127.600.100 Rp 67.540.200 Rp 60.059.900 47 SEDANG
Rp 133.250.100 Rp 45.930.000 Rp 87.320.100 66 TINGGI
Rp 128.250.000 Rp 60.345.000 Rp 67.905.000 53 TINGGI
Rp 130.205.000 Rp 60.230.000 Rp 69.975.000 54 TINGGI
Rp 131.735.000 Rp 58.514.500 Rp 73.220.500 56 TINGGI
Rp 122.510.000 Rp 60.008.000 Rp 62.502.000 51 TINGGI
Rp 138.250.000 Rp 69.370.200 Rp 68.879.800 50 SEDANG
Rp 133.155.000 Rp 63.998.550 Rp 69.156.450 52 TINGGI
Rp 136.630.000 Rp 55.200.000 Rp 81.430.000 60 TINGGI
Rp 145.305.000 Rp 72.500.100 Rp 72.804.900 50 SEDANG
Rp 139.105.000 Rp 65.263.000 Rp 73.842.000 53 TINGGI
Rp 148.471.250 Rp 76.377.000 Rp 72.094.250 49 SEDANG
2018 Rp 177.936.000 Rp 84.980.000 Rp 92.956.000 52 TINGGI
Rp 165.452.100 Rp 66.165.000 Rp 99.287.100 60 TINGGI
Rp 162.310.500 Rp 75.650.000 Rp 86.660.500 53 TINGGI
Rp 170.700.200 Rp 81.560.100 Rp 89.140.100 52 TINGGI
Rp 169.010.000 Rp 94.565.000 Rp 74.445.000 44 SEDANG
Rp 165.575.000 Rp 85.163.500 Rp 80.411.500 49 SEDANG
Rp 175.540.000 Rp 95.555.000 Rp 79.985.000 46 SEDANG
Rp 182.605.500 Rp 95.332.800 Rp 87.272.700 48 SEDANG
Rp 180.500.000 Rp 90.400.000 Rp 90.100.000 50 SEDANG
Rp 170.200.000 Rp 89.572.000 Rp 80.628.000 47 SEDANG
Rp 180.470.000 Rp 90.630.100 Rp 89.839.900 50 SEDANG
Rp 175.810.000 Rp 89.938.500 Rp 85.871.500 49 SEDANG
Rp 174.030.000 Rp 78.424.000 Rp 95.606.000 55 TINGGI
Rp 162.450.700 Rp 86.724.500 Rp 75.726.200 47 SEDANG
Rp 174.670.000 Rp 70.250.000 Rp 104.420.000 60 TINGGI
Rp 171.870.000 Rp 82.904.700 Rp 88.965.300 52 TINGGI
Rp 178.810.000 Rp 80.166.300 Rp 98.643.700 55 TINGGI
Rp 180.150.000 Rp 74.430.000 Rp 105.720.000 59 TINGGI
Rp 180.710.000 Rp 72.965.100 Rp 107.744.900 60 TINGGI Sumber : PT. Bintang Kupu-Kupu, Data diolah oleh penulis
Top Related