PENERAPAN BUDAYA PERUSAHAAN DI PT. BAKRIE
TELECOM
Tugas Mata Kuliah Organisasi dan Manajemen Sumberdaya Manusia
Dosen:
Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS
Disusun Oleh:
Donny Kristiyanto
[P056133092.50E]
Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor
Januari 2015
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 3
I.1. Latar Belakang ...................................................................................... 3
I.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
I.2. Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II. DESKRIPSI PERUSAHAAN ....................................................................... 6
BAB III. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 8
III.1. Teori Komunikasi ................................................................................. 8
III.2. Budaya Perusahaan ............................................................................... 9
III.3. Citra ....................................................................................................... 10
III.4. Peran ..................................................................................................... 11
BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................................ 12
IV.1. Penguatan organisasi, Budaya perusahaan & Governance ................... 12
IV.2. Struktur Organisasi ............................................................................... 13
IV.3. Implementasi I2C & FBC ..................................................................... 14
BAB IV. KESIMPULAN .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Elemen Budaya Kerja PT. Bakrie Telecom, Tbk. ................................. 7
Gambar III.3.1. Sruktur organisasi PT. Bakrie Telecom ................................................ 14
Gambar III.4.1. Nilai Korporasi Perusahaan ................................................................. 16
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Secara sederhana Budaya Perusahaan kerap didefinisikan sebagai "Begitulah cara
kami bekerja di sini. Namun kalau menginginkan yang lebih “akademis” maka Budaya
Perusahaan bisa kita definisikan sebagai Nilai-nilai pokok yang menjadi inti dari falsafah
bekerja dalam organisasi, yang membimbing seluruh karyawan dalam bekerja, sehingga
perusahaan akan mencapai sukses dalam usahanya.Setiap perusahaan seharusnyalah
memiliki budaya perusahaan atau yang dikenal sebagai corporate culture. Hal ini penting
karena berkaitan dengan identitas perusahaan dimata pihak luar, image atau citra
perusahaan, dan berkaitan dengan kualitas perusahaan dimasa depan. Eksistensi
perusahaan itu bergantung tidak hanya pada hasil produktivitas yang dicapai oleh
perusahaan, namun juga dikarenakan pengakuan masyarakat akan perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki Budaya Perusahaan yang kuat akan mampu bertahan
lama. Lihat saja Toyota dengan Toyota Way, P&G dengan Bussiness integrity fair
treatment of employees. Memang, bisa saja perusahaan itu sukses tanpa memiliki Budaya
Perusahaan tetapi keberhasilannya biasanya bersifat sementara. Perusahaan keluarga yang
ambruk dua generas i se te lah pendirinya meninggal, bisa menjadi contoh yang nyata.
Lalu bagaimana caranya membentuk Budaya Perusahaan yang kuat dan mampu
membawa perusahaan bertahan lama? Terdapat sejumlah langkah yang dapat ditempuh
dalam membentuk dan memelihara Budaya Perusahaan. Langkah awal adalah usaha
mengenali, menemukan, menyadari dan menguraikan Budaya Perusahaan yang build-in di
dalam organisasi. Hal-hal yang ditemukan pada usaha itu sendiri dari: norma-norma positif
dan norma-norma negatif, atau hal-hal yang hendak dipertahankan atau diperkuat dan
hal-hal yang merupakan perselisihan antara apa yang ditemukan dengan Budaya Perusahaan
yang dikehendaki.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan sasaran-sasaran yang jelas dan dapat
iukur, mengenai bagaimanakah perselisihan dapat dikurangi dan norma-norma positif
dipertahankan. Sasaran-sasaran program, dan sasaran kultural yang berupa keyakinan,
sikap maupun perilaku.Kegiatan itu disusul dengan perencanaan dan penerapan dari
tindakan-tindakan yang secara ideal akan mewujudkan perubahan pada empat dimensi,
yaitu pada setiap individu, pada anggota tim sekerja, pada pimpinan, dan pada organisasi
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
4
secara proses, sistem, kebijakan dan struktur. Karena “cara bekerja” sebuah perusahaan
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terus berubah, maka usaha untuk
membentuk Budaya Perusahaan sebaiknya ditinjau sebagai suatu sistem. Timbal balik
sebaiknya diperoleh secara berkala guna meninjau kembali kecocokan d a r i asumsi-
asumsi semula dan menyesuaikan tindakan selanjutnya.
Citra perusahaan penting bagi setiap perusahaan karena merupakan keseluruhan kesan
yang terbentuk dibenak masyarakat tentang perusahaan. Citra dapat berhubungan dengan
nama bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas
komunikasi yang dilakukan oleh setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien
perusahaan.
Dengan demikian, citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran mental
secara selektif. Karena keseluruhan kesan tentang karakteristik suatu perusahaan atau
yang disebut corporate culture yang nantinya akan membentuk citra perusahaan dibenak
masyarakat. Setiap perusahaan dapat memiliki lebih dari satu citra tergantung dari kondisi
interaksi yang dilakukan perusahaan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, seperti:
nasabah, karyawan, pemegang saham, supplier dimana setiap kelompok tersebut
mempunyai pengalaman dan hubungan yang berbeda dengan perusahaan. Karena itu, citra
yang dimiliki perusahaan dapat berperingkat positif atau negatif. Untuk itu, perusahaan
perlu mengkomunikasikan secara jelas tentang perusahaan yang diharapkan, sehingga
dapat mengarahkan masyarakat dalam mencitrakan perusahaan secara positif.
Lebih lanjut, citra merupakan hasil dari penilaian atas sejumlah atribut, tetapi citra
bukanlah penilaian itu sendiri, karena citra adalah kesan konsumen yang paling menonjol
dari perusahaan, yang dievaluasi dan dipertimbangkan oleh konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai budaya perusahaan PT.Bakrie Telecom,
Tbk dan hubungannya dalam meningkatkan citra perusahaannya. Seperti diketahui bahwa
dalam pembentukan citra suatu perusahaan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan
tersebut menerapkan budaya perusahaan yang baik. Rumusan masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah ”Bagaimana Peran Corporate Culture dalam Meningkatkan
Citra Perusahaan di PT. Bakrie Telecom, Tbk” dan Tujuan dari Penulisan Makalah ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah peran corporate culture dalam meningkatkan
citra perusahaan di PT. Bakrie Telecom, Tbk.
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
5
I.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran Corporate Culture dalam meningkatkan kompetensi dan nilai
perusahaan di PT. Bakrie Telecom, Tbk
I.3. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah selain sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah Organisasi dan Manajemen Sumberdaya Manusia, juga dilakukan untuk:
1. Mengetahui bagaimana peran Corporate Culture dalam meningkatkan kompetensi
dan nilai perusahaan di PT. Bakrie Telecom, Tbk
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
6
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN
PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL atau Perseroan) adalah perusahaan layanan jaringan
tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas (Fixed Wireless Access -FWA)
berteknologi CDMA 2000 1x. Perseroan didirikan pada tahun 1993 dengan nama PT Radio
Telepon Indonesia (Ratelindo).Di tahun 2003, Perseroan berganti nama menjadi PT Bakrie
Telecom dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak Februari 2006 dengan kode BTEL.
Pada tahun 2007, Departemen Komunikasi dan Informatika mengeluarkan lisensi bagi
BTEL untuk bisa beroperasi secara nasional diikuti oleh lisensi untuk menyelenggarakan
layanan Sambungan Langsung Internasional (SLI).
Pada tahun 2010, BTEL memulai transformasinya dari hanya fokus kepada layanan
percakapan dan SMS menjadi penyedia jasa data Broadband Wireless Access (BWA)
dengan menggunakan teknologi CDMA EVDO (Evolution Data Optimized). Layanan data
tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan Perseroan di masa depan. Pada
tahun yang sama, BTEL juga berubah dari suatu perusahaan yang sebelumnya hanya
mengutamakan pertumbuhan dan keuntungan usaha menjadi suatu perusahaan yang
sangat sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan.
Tantangan persaingan yang demikian ketat dalam industri telekomunikasi Indonesia
mendorong manajemen Bakrie Telecom untuk melakukan 5 tahap revitalisasi pada awal
kuartal kedua 2012. Pertama, meliputi program penyehatan dan penguatan keuangan
perusahaan. Kedua, penguatan organisasi, budaya perusahaan dan governance. Ketiga,
kembali ke inti kekuatan BTEL yaitu “One Brand, One Price (ESIA)”, tapi dengan banyak
opsi produk. Keempat, mendorong pertumbuhan revenue dari data. Kelima, peningkatan
kualitas produk dan layanan pelanggan.
Hasil revitalisasi tersebut mulai memperlihatkan hasil positif baik dari sisi kinerja
keuangan perusahaan maupun laju pertumbuhan pelanggan. Pada kuartal ketiga 2012,
Bakrie Telecom mencatat pertumbuhan pelanggan sebesar 4,5% dari 11,46 juta pelanggan
di kuartal kedua 2012 menjadi 11,98 juta pelanggan di kuartal ketiga 2012.
Laju profitabilitas perusahaan sebagai hasil penghematan dan efisiensi operasional,
pada dua quarter terakhir, telah membukukan pertumbuhan rata-rata 30%. Likuiditas
perseroan memang masih ketat, tapi pertumbuhan EBITDA di Q3 dibandingkan Q2 dan
Q1 2012 menunjukkan peningkatan daya saing Perseroan yang cukup signifikan. Ini
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
7
membuktikan kinerja operasional perusahaan semakin kuat sehingga secara finansial
pengaruh positifnya terhadap keuangan dapat segera dirasakan.
VISI
“Memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan menyediakan
konektivitas informasi”
MISI
“Menyediakan konektivitas informasi yang berkualitas dengan harga terjangkau”
Gambar II.1. 4 Elemen Budaya Kerja PT. Bakrie Telecom, Tbk.
(Sumber : www.bakrietelecom.com)
Nilai utama yang dikembangkan oleh perusahaan:
1. Memaksimalkan koneksi data internet untuk bisnis
2. Mengoptimalkan karyawan dengan alat telekomunikasi terpercaya dan hemat
3. Menekan biaya operasional
4. Memberikan layanan 24/7 kepada pelanggan dengan cepat
5. Memperluas jaringan penjualan baik domestic maupun internasional
6. Menambah wawasan bisnis dan ekonomi baik secara mikro maupun makro
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
8
BAB III
LANDASAN TEORI
III.1. TEORI KOMUNIKASI
Secara umum komunikasi merupakan kegiatan manusia untuk saling memahami
atau mengerti suatu pesan antara komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan
(penerima pesan) dan umumnya berakhir dengan suatu hasil yang disebut sebagai efek
komunikasi (Caropeboka, 2008).
Masih menurut sumber di atas (Caropeboka, 2008:1), komunikasi akan berlangsung
selama ada kesamaan makna di dalam apa yang dipercakapkan atau disampaikan.
Kesamaan makna dalam hal ini yaitu kesamaan bahasa yang dipakai, penggunaan
suatu kalimat atau kata yang disampaikan dalam suatu bahasa tertentu, belum tentu
menimbulkan kesamaan makna bagi orang lain. Hal ini dapat terjadi kesalahan pengertian
dari makna yang terkandung dalam bahasa tersebut, sebaiknya bila kedua orang yang
berbahasa dan bermakna sama di dalam suatu pengertian makna disebut sebagai komunikatif.
Kegiatan komunikasi bukan hanya memberikan informasi tetapi juga merupakan
kegiatan persuasif, yaitu suatu kegiatan dengan cara membujuk yang bertujuan agar orang
lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, yang pada akhirnya mau melakukan
suatu tindakan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi pesan atau komunikator,
dengan demikian akan terjadi suatu perubahan sebagai hasil atau efek dari pesan yang
diterimanya dalam hal ini penerima pesan disebut sebagai komunikan (Caropeboka, 2008:
1). Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Lasswell
mengemukakan bahwa fungsi komunikasi dalam Cangara (2007:59) antara lain:
1. Manusia dapat mengontrol lingkunganya.
2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada.
3. Melakuakan transformasi warisan social kepada generasi berikutnya.
Selain itu ada beberapa pihak menilai bahwa, dengan komunikasi yang baik hubungan
antar manusia dapat dipelihara kelangsungannya. Sebab melalui komunikasi dengan
sesama manusia kita bisa memperbanyak sahabat, rezeki, memperbanyak dan
memelihara pelanggan (costumers), dan juga memelihara hubungan yang baik antara
bawahan dan atasan dalam suatu organisasi. Pendek kata komunikasi berfungsi
menjembatani hubungan antar manusia dalam bermasyarakat (Cangara, 2007: 59).
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
9
III.2. BUDAYA PERUSAHAAN
Terdapat beberapa definisi budaya perusahaan atau budaya organisasi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli seperti berikut ini:
1. Menurut Robbins (2001) mendefinisikan bahwa : “Budaya perusahaan adalah
suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam
organisasi. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut
sebagai landasan gerak organisasi”.
2. Masih menurut Robins (2001:57) “Budaya p e r u s a h a a n m e r u p a k a n
n i l a i , kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota.”
Terdapat beberapa elemen dasar budaya perusahaan, Eugene McKenna dan Nic
Beech (2001:15) mengelompokan elemen-elemen budaya perusahaan sebagai berikut:
a. Artifacts
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika sesorang
berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak
dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti
produk, jasa, dan tingkah laku anggota kelompok.
b. Espoused Values
Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang
dikerjakan. Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang
didukung kembali kepenemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi.
c. Basic Underlying Assumption
Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya
menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali
melalui asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi meyakini
ketepatan tindakan tersebut.
Menurut Robbins (2001: 16) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya organisasi
atau budaya perusahaan sebagai berikut: Inovasi dan keberanian mengambil resiko
(inovation and risk taking), Perhatian terhadap detail (Attention to detail), Berorientasi
Kepada hasil (Outcome orientation), Berorientasi kepada manusia (People orientation),
Berorientasi tim (Team orientation), Aggresif (Aggressiveness), Stabil (Stability).
Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah:
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
10
menciptakan perbedaan yang jels antara suatu organisasi dengan
organisasi yang lain.
2. Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada
kepentingan individu.
4. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial.
5. Budaya sebagai mekanisme pmbuat makna dan kendali yang memandu sera
membentuk sikap dan perilaku karyawan.
III.3. CITRA
Menurut Steinmentz dalam Sutojo (2004:1), citra perusahaan adalah pancaran
atau reproduksi jati diri atau bentuk dari perorangan, benda atau organisasi.
Menurutnya, bagi perusahaan citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat
terhadap jati diri perusahaan. Sedangkan menurut Lawrence dalam Sutojo (2004 : 1),
citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil
berbagai keputusan penting. Setiap perusahaan mempunyai citranya tersendiri di
masyarakat. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, ataupun buruk. Pendapat lain
mengenai citra, menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations Technique
(Soemirat,2004:114) menyimpulkan bahwa secara umum, “citra diartikan sebagai
kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari
pengetahuan dan pengalamannya”. Jenis – Jenis Citra:
1. Citra yang diharapkan (wish image) Citraharapan adalah suatu citra yang
diinginkan oleh pihak manajemen.
2. Citra perusahaan (corporate image) Citra perusahaan atau citra lembaga adalah
citra dari suatu organisasi.
3. Citra bayangan (mirror image) Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota
anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan
pihak luar tentang organisasinya.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan
pengertian komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dalam Soemirat (2004 : 114 -
115) yaitu public relations digambarakan sebagai input – output, yaitu proses intern
dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang
diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra ini sendiri
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
11
digambarkan melalui Persepsi – Kognisi – Motivasi – Sikap. Walter Lipman dalam
Soemirat (2004 : 114 – 116), menyebutkan terdapat empat komponen pembentukan
citra yaitu persepsi – kognisi – motivasi – sikap sebagai yang diartikan citra individu
terhadap rangsangan sebagai “ Picture in our head ”
III.4. PERAN
Soekanto ( 2002:243) mengatakan peran merupakan aspek dinamisi kedudukan
(status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran.
Konsep peran menurut Sastradipoera (1994:768) dalam buku ensiklopedia
manajemen mengungkapkan sebagai berikut:
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang apa
adanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
12
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. PENGUATAN ORGANISASI, BUDAYA PERUSAHAAN &
GOVERNANCE
Budaya Perusahaan merupakan suatu kekuatan yang tidak terlihat namun
mampu mempengaruhi pikiran, perasaan, pembicaraan, sikap dan tindakan pekerja di
perusahaan. Seiring dengan perkembangan organisasi dan tindak lanjut dari pencanangan
strategi human capital, BTEL berupaya untuk terus mengembangkan kualitas organisasi
dan human capital di dalam Perusahan. Human capital merupakan salah satu aset
terbesar yang dimiliki BTEL. Hal inilah yang kemudian mendorong BTEL untuk
menerapkan revitalisasi dari sisi organisasi. Upaya revitalisasi dilaksanakan dengan fokus
pada beberapa aspek penting seperti penguatan struktur organisasi, manajemen talenta,
pengembangan human capital, penekanan budaya Perusahaan berbasis winning spirit serta
struktur tata kelola Perusahaan. Guna memperkuat organisasi, upaya awal yang dilakukan
BTEL adalah dengan melakukan alignment brand yakni dengan menyatukan layanan data
yang selama ini menggunakan merek dagang AHA ke dalam satu brand yakni ESIA.
Upaya ini sejalan dengan fokus bisnis ESIA sebagai budget operator.
Di samping itu, sepanjang tahun 2012 BTEL juga memperkuat struktur organisasi.
Terjemahan dari penguatan organisasi itu sendiri bagi BTEL adalah perbaikan
organisasi baik melalui efisiensi fungsi kerja, enrichment fungsi organisasi serta pemekaran
organisasi termasuk di dalamnya rotasi fungsi kerja sesuai dengan prinsip “The Right
Man In The Right Place And At The Right Time”. Melalui pemekaran organisasi di beberapa
unit kerja, organisasi dapat berfungsi lebih optimal karena adanya peningkatan peran
dan tanggung jawab yang lebih besar. Sementara rotasi karyawan yang didasarkan pada
hasil penilaian kerja melalui penempatan individu yang tepat di bidangnya, akan mampu
mendorong kinerja organisasi ke arah yang lebih baik.
Tahun 2012 juga menjadi tahun penyegaran bagi BTEL. Dengan budaya perusahaan
I2C, BTEL berupaya menyegarkan kembali ingatan karyawan terhadap budaya Perusahaan,
dengan penekanan terhadap winning spirit. Budaya ini kemudian direalisasikan perusahaan
dalam bentuk development training serta berbagai program aktivasi budaya perusahaan bagi
para karyawan BTEL.
Sementara itu, fungsi Departemen SDM lainnya juga tetap berjalan sebagaimana
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
13
mestinya, mulai dari pelatihan dan pengembangan SDM, talent management, maupun
sistem penunjang lainnya. BTEL selalu berupaya menciptakan suasana kerja yang
kondusif bagi peningkatan kinerja karyawan sehingga mereka dapat berkontribusi secara
optimal. Berbagai inisiatif dilaksanakan untuk mendukung hal ini, misalnya melalui Pesta
Komunitas, Town Hall Meeting, Buka Puasa Bersama dan lain-lain. Acara-acara ini
digelar tidak hanya di kantor pusat, tapi juga di seluruh kantor regional. Disamping itu, para
karyawan juga diberi kebebasan untuk mengikuti berbagai kegiatan sesuai minat
mereka seperti bersepeda, fotografi, beladiri, futsal dan sebagainya. Untuk membina
persahabatan sekaligus meningkatkan semangat kompetisi yang sehat, digelar juga
pertandingan olah raga antar operator telekomunikasi.
BTEL menyadari penuh pentingnya penguatan organisasi melalui peningkatan
kualitas SDM di berbagai aspek dari hulu ke hilir. Untuk itu BTEL menyiapkan
serangkaianprogram pelatihan dan workshop mulai dari leadership program bagi top
manajemen BTEL, sales academy hingga network learning community. Berbagai program
pelatihan dan workshop ini ditujukan untuk menyiapkan seluruh karyawan BTEL untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa depan dengan meningkatnya kompetisi dan
perubahan yang dinamis di dunia telekomunikasi.
Berkenaan dengan otomatisasi sistem pendukung administrasi SDM, sejak
2011 BTEL telah meluncurkan program e-payslip yang memberikan kemudahan akses
administrasi bagi karyawan.
Sebagai fasilitator dari seluruh proses di dalam organisasi BTEL, Departemen SDM
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan BTEL yang berperan dari balik
layar. Artinya, melalui departemen ini perusahaan dapat menerapkan program- program baru
dalam rangka mendukung revitalisasi yang tujuannya tidak lain adalah untuk
meningkatkan revenue dan menurunkan operational cost perusahaan.
Revitalisasi merupakan langkah bijak yang diambil perusahaan guna menunjang
tujuan jangka panjang BTEL sebagai operator unggul. Program ini dilakukan melalui
optimalisasi secara berkesinambungan, baik dari segi teknologi maupun organisasi, guna
meningkatkan pertumbuhan ke tahap yang lebih lanjut dengan menyadari saat ini tengah
terjadi perubahan mendasar di pasar telekomunikasi di Indonesia.
III.2. STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi dan tata kerja PT. Bakrie Telecom ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direksi No. C-21884-HT.0.1.04, tanggal 12 September 2003 tentang struktur organisasi
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
14
dan tata kerja PT. Bakrie Telecom. Surat keputusan tersebut juga mengatur tentang
pembagian tugas dan pemisahan fungsi yang ada. Susunan organisasi PT. Bakrie Telecom
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar III.3.1 Struktur Organisasi PT. Bakrie Telecom
III.3. IMPLEMENTASI I2C & FBC
Sebagai upaya untuk tetap menjaga konsistensi dan kompetensi BTEL, dan sebagai
bentuk penghargaan terhadap karyawannya yang kompeten dan menawarkan system
remunerasi yang menarik dan kompetitif bagi mereka. Karyawan berprestasi tinggi akan
memperoleh bonus tahunan yang sangat memadai. Sistem tunjangan karyawan didesain agar
semuanya melakukan yang terbaik bagi perusahaan.
Di samping menyediakan paket kompensasi yang menarik, BTEL juga menjaga agar
suasana kerja senantiasa positif dan menyenangkan dengan hubungan kerja yang terbuka dan
terjalin baik. agar kondisi demikian dapat tercapai, Perseroan aktif menyelenggarakan
berbagai acara pertemuan ataupun outing karyawan secara berkala. Kegiatan tersebut
merupakan dasar yang akan mempererat hubungan antara perusahaan dengan karyawan dan
juga menjadi ajang untuk menyalurkan bakat dan minat karyawan.
Pada tahun 2008 ini, perusahaan mengenalkan budaya perusahaan yang baru yang
mencakup 6 nilai korporasi I2C (baca: eye to see), yaitu:
1. Integritas
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
15
2. Inovasi
3. Kerjasama
4. Semangat untuk Menang
5. Kesempurnaan Operasional
6. Ketergantungan terhadap pelanggan
Keenam nilai tersebut diterapkan untuk membentuk semangat FBC yaitu “Faster,
Better,and Cheaper”. Faster berarti upaya untuk selalu lebih cepat dibanding para pesaing
dalam menyediakan produk dan layanan baru yang menarik dan memuaskan dan kompetitif;
Better berarti memberikan produk dan layanan yang berkualitas, inovatif dan lebih baik
daripada produk pesaing sementara Cheaper bermakna bahwa kami selalu menyediakan
produk dan layanan dengan harga yang lebih terjangkau dibanding para pesaing. Keenam
nilai tersebut telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui berbagai acara
pertemuan.
Dengan penerapan FBC secara konsisten, maka BTEL, karyawan dan pelanggan
memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Dengan melakukan segala sesuatunya lebih cepat, maka pelanggan akan
mendapatkan manfaat layanan yang lebih cepat pula. Kecepatan dalam segala hal
juga akan menempatkan BTEL selalu lebih maju dibandingkan pesaingnya,
sehingga mampu memimpin di industri telekomunikasi. Disamping itu,
membiasakan melakukan setiap pekerjaan dengan cepat akan membuat kita dapat
melakukan lebih banyak hal. Kemudian, ini akan memberi waktu lebih banyak
untuk terus belajar maupun untuk keluarga.
2. Untuk mendapat hasil optimal dan berkualitas, maka kecepatan tentu harus
disertai dengan ketepatan dan kesempurnaan. Dengan senantiasa berusaha
memberikan kinerja yang lebih baik, pada akhirnya pelanggan akan mendapatkan
kualitas layanan yang lebih baik juga. Hal ini akan membuat BTEL tumbuh
menjadi perusahaan dengan reputasi dan citra yang lebih baik di mata pelanggan
maupun publik.
3. Dengan selalu mengupayakan efektivitas dan efisiensi dalam setiap pengeluaran,
baik untuk investasi maupun operasional, maka kita dapat menginvestasikan dana
yang masih ada untuk memberikan produk dan layanan yang lebih berkualitas
kepada pelanggan, meningkatkan cakupan operasional dan meningkatkan
kompetensi SDM melalui program pelatihan dan pengembangan yang lebih
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
16
Kegigihan untuk
mempertahankan nilai dan
prinsip untuk berperilaku
sesuai dengan norma sosial,
etika dan nilai organisasi.
Memberikan ide-ide
yang
mendobrak
CHEAPER
semangat
untuk
secara lebih efektif efisien
sehingga menekan
biaya meniadakan
semangat
menyediakan produk
layanan yang
lebih baik lebih
lebih
semangat
untuk
secara lebih
melalui
perencanaan cerdas dan
eksekusi cepat
hasil unggul dan
intensif.
Melalui berbagai program pengembangan kemampuan internal, BTEL diharapkan
dapat terus tumbuh dan mampu mewujudkan misi dan visinya menjadi penyedia jasa
telekomunikasi yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh rakyat indonesia.
Gambar III.4.1 Nilai korporasi Perusahaan
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
17
BAB IV
KESIMPULAN
Penerapan sistem manajemen kinerja yang berorientasi pada output dapat
membantu organisasi/ perusahaan untuk merencanakan dan melaksanakan program-
program dengan lebih tepat dan lebih baik. Disamping itu sistem tersebut juga
diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun
kelompok dengan memberikan kesempatan kepada mereka dengan memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan
menetapkan bersama sasaran kerja dan standar prestasi yang harus dicapai.
Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia 2015
18
DAFTAR PUSTAKA
Boatright, John R. 2007. Ethics And The Conduct of Business, Fifth Edition. Pearson
Prentince Hall.
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
PT Remaja Rosdakarya Robbin, (2001). Teori Organisasi, Arcan, Jakarta.
Sastradipoera, Komaruddin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus,dan Implementasi.
Grasindo : Jakarta.
Hartman, Laura P. 2005. Perspective in Business Ethics, Third Edition. Mc Graw Hill.
Sutojo, Siswanto. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Damar Mulia
Pustaka. Jakarta.
Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
http://www.bakrietelecom.com, diakses pada tanggal 30 Januari 2015, 23:50
Top Related