PEMETAAN SOSIAL PARTISIPASI MASYARAKAT RUKUN WARGA 02
KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR
Disusun oleh:
Azhari Baidhowi
108054100010
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
PEMETAAN SOSIAL PARTISIPASI MASYARAKAT
RUKUN WARGA 02 KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Azhari Baidhowi
NIM: 108054100010
Pembimbing
Ahmad Zaky, M.Si
NIP: 19771127 200710 1001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 7 Juni 2015
Azhari Baidhowi
i
ABSTRAK
Azhari Baidhowi
108054100010
"Pemetaan Sosial Partisipasi Masyarakat Rukun Warga 02 Kelurahan Cibubur,
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur”.
Pemecahan masalah kesejahteraan sosial harus berdasarkan pada suatu proses
pengidentifikasian yang tepat. Pemetaan sosial adalah salah satu cara mengidentifikasi
dan formulasi solusi atas masalah yang dihadapi dengan melibatkan partisipasi
masyarakan tentunya. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental atau pikiran
dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan. Sedangkan pembangunan merupakan upaya untuk
memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan
cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun
lingkungan alam. Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di wilayah
Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas sebab wilayah ini menjadi salah satu wilayah RW
kumuh di Jakarta tahun 2013 menurut data BPS. Selain hal tersebut lokasi ini berada
dalam jangkauan yang dekat dengan peneliti. Lokasi ini dalam perkembangan yang pesat
dan diiringi kerentanan terhadap masalah-masalah sosial akibat perkembangan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi faktual yang ada, agar dapat
dijadikan landasan pembangunan bagi masyarakat di Kelurahan Cibubur dan untuk
mengetahui keterkaitan antara partisipasi masyarakat dengan pembangunan
kesejahteraan yang ada di Kelurahan Cibubur. Penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
serangkaian observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dan prosedur pemilihan
informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan
yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai
dokumen yang relevan dari kantor Kelurahan Cibubur dan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah
wawancara dan observasi dengan pegawai di Kantor Kelurahan Cibubur dan beberapa
masyarakat yang terlibat dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informan
adalah informan kunci yaitu ketua rukun tetangga di Kelurahan Cibubur dan informan
biasa yaitu pegawai kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Cibubur. Hasil penelitian
menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi masyarakat Kelurahan Cibubur dalam
pembangunan khususnya pada konteks penanggulangan banjir cukup baik namun tetap
memerlukan perhatian dan peningkatan di beberapa aspek sehingga dapat menjaga tujuan
yang telah tercapai. Perubahan positif yang telah dirasakan manfaatnya bersama semoga
dipelihara dan ditingkatkan baik dalam segi kualitas ataupun kuantitas.
Keyword : Pemetaan Sosial, Pembangunan, Kesejahteraan Sosial Partisipasi
Masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah, Tuhan segala tempat dan segala zaman, tidak ada
awal dari wujud-Nya ataupun akhir keberadaan-Nya, dengan ilmu-Nya sama
baginya hal yang rahasia dan tersembunyi. Ya Allah limpahkan berkah dan
keselamatan pada junjungan kami, Muhammad penutup para Nabi dan rasul, dan
kepada keluarga dan sahabat yang terbaik seluruhnya.
Skripsi dengan judul “Pemetaan Sosial dalam Pelaksanaan Pembangunan
Partisipatif di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur”.
Merupakan upaya peneliti dalam memberikan pengetahuan mengenai pemetaan
sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dilaksanakan
dengan partisipasi masyarakat secara mandiri.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih dimungkinkan terdapat
kekurangan dan semoga peneliti selalu diberikan daya untuk terus
menyempurnakan pada kesempatan berikutnya, hal tersebut disebabkan
keterbatasan yang peneliti miliki. oleh karena itu segala kritikan dan masukan
yang bertujuan membangun merupakan suatu yang sangat berharga dan
membantu peneliti dalam membuat skripsi ini. Peneliti mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
iii
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, PhD selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Hj.
Roudhonah, M.Ag. selaku Wakil Dekan II, dan Bapak. Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wakil Dekan III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah MSW, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial
dan Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan dan bersabar
membimbing peneliti selama ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hadi, Ketua LMK Kelurahan Cibubur yang telah memberi izin dan
berkoordinasi kepada peneliti untuk melakukan penelitian di lingkungan
Kelurahan Cibubur.
6. Ayah dan Ibu beserta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan
dukungan untuk semua yang peneliti lakukan. Semoga dilimpahkan
keberkahan dari Allah.
7. Abah Jagat, Bapak H. Budi Rahman Hakim, MSW, terimah kasih atas
perhatiannya selama ini. Semoga semua yang diharapkan segera
dikabulkan oleh Allah SWT.
8. Rekan-rekan hebat kessos angkatan 2008, Ahmad Gozali, S. Sos,
Ayatullah Humaini, S,Sos. dan semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan
iv
satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat tiada
henti kepada peneliti selama ini. Sukses selalu untuk kalian semuanya dan
segalanya
9. Anita Risnawati, S.IKom. untuk motivasi dan doa selama ini. Semoga
Allah memberkahi selamanya dan segalanya.
10. Semua pihak yang tidak disebutkan, namun telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Peneliti belum mampu memberikan balasan atas segala jasa yang
diberikan, dan hanya ucapan terima kasih tulus ikhlas teriring do’a semoga segala
pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai nilai kebaikan
oleh Allah SWT.
Akhirnya, peneliti berharap semoga karya ini mampu memberikan
manfaat, baik bagi peneliti, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca
umumya. Ridho dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi selalu peneliti harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami
dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta , 30 Mei 2015
Peneliti
Azhari Baidhowi
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 8
E. Pedoman Penulisan Skripsi ...................................................... 14
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 14
G. Sistematika Penelitian ............................................................... 15
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Sosial
1. Pengertian Pembangunan .................................................... 16
2. Pengertian Pembangunan Sosial ......................................... 19
B. Kesejahteraan Sosial
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ........................................ 20
C. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan .................................................... 23
vi
2. Perubahan Dari Bawah .......................................................... 25
3. Partisipasi .............................................................................. 26
D. Pemetaan Sosial
1. Pengertian Pemetaan Sosial .................................................. 27
2. Participatory Rural Appraisal ................................................ 29
BAB III : PROFIL KELURAHAN CIBUBUR
A. Keadaan Wilayah Kelurahan Cibubur ...................................... 33
B. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga ....................... 35
C. Kondisi Pendidikan ................................................................... 35
D. Jenis Pekerjaan .......................................................................... 36
E. Kondisi Agama ......................................................................... 37
F. Etnis .......................................................................................... 38
G. Kondisi Tenaga Kerja ............................................................... 39
H. Kondisi Sarana dan Prasarana ................................................... 40
BAB IV : TEMUAN & ANALISA
A. Penerapan Pengkajian dengan Metode Participatory Rural
Appraisal di Kelurahan Cibubur……………………………...….44
1. Sejarah Daerah sebagai Tinjauan Akar Permasalahan ........ 45
2. Banjir sebagai Dampak Negatif Pembangunan di Kelurahan
Cibubur ................................................................................ 48
B. Respon Masyarakat dalam Mengatasi Permasalahan…………
1. Lembaga yang menjadi stakeholders ..................................... 53
vii
2. Upaya Partisipatif Masyarakat dalam Menanggulangi Banjir di
Wilayah RW 02 Kelurahan Cibubur…………………………. 58
C. Hasil Perubahan yang dirasakan oleh masyarakat ................... 65
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 68
B. Saran .......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Teknik-teknik PRA ............................................................................ 30
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga ................................ 35
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ................................ 35
Tabel 3.3. Jenis pekerjaan ................................................................................... 36
Tabel 3.4. Agama Kelurahan Cibubur ................................................................ 37
Tabel 3.5. Etnis Kelurahan Cibubur .................................................................... 38
Tabel 3.6. Kondisi Tenaga Kerja Kelurahan Cibubur ......................................... 39
Tabel 3.7. Nama Sekolah di Kelurahan Cibubur ................................................ 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1.GOR POPKI Cibubur ...................................................................... 41
Gambar 3.2. RSKO Jakarta ................................................................................. 43
Gambar 4.1. Capture data release BPS Jakarta Timur pada tahun 2013 ............ 49
Gambar 4.2. Wilayah banjir Kelurahan Cibubur akibat luapan kali Cipinang ... 52
Gambar 4.3. Diagram Venn Hubungan Kelembagaan mengatasi banjir di RW 2
Kelurahan Cibubur. ............................................................................................. 55
Gambar 4.4. Menyiapkan Konsumsi ................................................................... 57
Gambar.4.5. Pertemuan membahas banjir di RW 02 Kelurahan Cibubur .......... 62
Gambar 4.6. Sosialisasi Meningkatkan Kebersihan Lingkungan ....................... 63
Gambar 4.7. Proses Perbaikan drainase di rt 009/02 Kelurahan Cibubur ........... 64
Gambar 4.8. Drainase di wilayah RW 02 setelah diperbaiki .............................. 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka
membina bangsa (nation building).1 Pembangunan adalah suatu proses
perubahan yang berangkat dari situasi nasional tertentu untuk mencapai
kondisi nasional yang lain yang lebih baik yakni terwujudnya kesejahteraan
sosial yang adil dan merata bagi seluruh rakyatnya.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejateraan Sosial dikatakan bahwa Negara memiliki tanggung
jawab mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk
memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya
kesejahteraan sosial. Hal demikian-pun sejalan dengan apa yang disebutkan
didalam al-Qur’an yaitu :
“dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah
negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan
kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian.” (Q.S al-Baqarah:126)
1 Siagian, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. h. 4
2
Dalam surah al-Baqarah tersebut diuraikan bagaimana visi dari suatu
negeri dianjurkan memberikan pemenuhan segala kebutuhan dasar
penduduknya dan sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas manusianya
Sebagai sebuah proses, pembangunan di Indonesia tidak lepas dari
dinamika-dinamika yang terjadi dari masa awal kemerdekaan sampai dengan
masa reformasi 1998 bahkan pada masa pemerintahan setelahnya, dimana
pada masa reformasi menjadi titik balik dari paradigma pembangunan di
Indonesia. Krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1998 hingga saat ini
bukan terjadi begitu saja, melainkan suatu proses panjang yang melibatkan
seluruh stake holders. Dapat dikatakan, krisis multidimensi yang terjadi
hingga saat ini merupakan wujud nyata dari kegagalan paradigma
pembangunan dari masa sebelumnya yang secara garis besar hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dalam arti sempit dan pembangunan
yang bersifat sentralistik. Bahkan ironisnya bersumber dari release data Badan
Pusat Statistik tahun 2013 di DKI Jakarta sebagai ibukota dan pusat
perekonomian masih terdapat wilayah dengan kategori RW kumuh.
Selain pergantian rezim pemerintahan yang berorientasi sebatas
pertumbuhan ekonomi dalam arti sempit menjadi lebih komprehensif,
perubahan lain reformasi adalah pergantian dari pembangunan yang
sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah. Tidak lain tujuannya
adalah agar setiap daerah otonom bisa mandiri dengan memanfaatkan segala
potensi baik sumber daya alam dan sumber daya manusia secara mandiri.
3
Dari potensi sumber daya alam, sebenarnya bangsa kita memiliki
sumber daya alam yang sangat besar, tetapi belum mampu maksimal
mengolahnya sehingga harus mengadakan kerjasama dengan perusahaan dari
luar negeri. Dengan demikian, potensi sumber daya alam yang seharusnya bisa
dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya tidak bisa
maksimal karena harus berbagi keuntungan dengan pihak kedua.
Pemanfaatan potensi yang besar tersebut harus dibarengi dengan
pengusahaan perbaikan kualitas di bidang sumber daya manusia. Dimana
masyarakat yang ada di suatu wilayah dapat menikmati hasil dari sumber daya
yang dimiliki oleh alam mereka dan bukannya mengalami kekurangan.
Berdasarkan data dari Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional terdapat 183 daerah tertinggal yang tersebar diseluruh
Indonesia pada tahun 2013 lalu.2 Indonesia memiliki sumber daya manusia
yang besar, tetapi kualitas sumber daya manusianya yang belum sesuai seperti
yang diharapkan. Hal ini mengakibatkan masih tingginya angka kemiskinan
dan banyaknya penggangguran di Indonesia.
Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per-kapita per-bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen), bertambah sebanyak 0,48
juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang
2 http://www.dpr.go.id/id/berita/pansus/2013/feb/20/5185/dpr-akan-tuntaskan-ruu-ppdt-tahun-ini
diakses pada tanggal 28 Mei 2015
4
sebanyak 28,07 juta orang (11,37 persen).3 Data yang diuraikan demikian
sekilas memang hanya angka-angka namun, angka-angka tersebut adalah
gambaran bahwa batapa pembangunan kualitas manusia yang kompetitif dan
pemanfaatan potensi wilayah dari, oleh, dan untuk masyarakat harus menjadi
fokus seluruh pemangku kepentingan sebab dalam beberapa bulan saja jumlah
penduduk miskin semakin bertambah sebagai dampak dari kegagalan
paradigma pembangunan masa pemerintahan sebelum sekarang sebagaimana
peneliti sampaikan diatas.
Kegagalan atau keberhasilan pembangunan sangat tergantung dari
pihak pelaksana yakni pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dalam
merealisasikan suatu kebijakan harus mendapat dukungan dari rakyatnya,
karena tanpa dukungan dari masyarakat suatu kebijakan tidak dapat berjalan
dengan lancar. Pemerintah perlu menempatkan masyarakat sebagai subjek
pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan atau dengan kata lain
menganut model pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered). Model ini menekankan bahwa pembangunan bukan sekedar
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional (GNP) serta
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, tetapi yang lebih penting lagi
adalah pada upaya meningkatkan kualitas manusia agar dapat meningkatkan
partisipasi secara nyata dalam berbagai aktifitas kehidupan untuk mendorong
terciptanya kegiatan produktif yang bernilai tinggi. Model pembangunan ini
mencoba mengembangkan rasa keefektifan politis yang akan mengubah
3 http://www.bps.go.id/?news=1023 diakses pada tanggal 28 Mei 2015
5
penerima pasif dan reaktif menjadi peserta aktif yang memberikan
kontribusinya dalam proses pembangunan, masyarakat yang aktif dan
berkembang yang dapat turut serta dalam memilih isu kemasyarakatan.4
Namun demikian, kegagalan pemecahan masalah pembangunan juga
seringkali disebabkan oleh kesalahan dalam merumuskan masalah daripada
karena perumusan solusi yang salah. Ini menunjukkan bahwa menggali dan
menganalisis masalah merupakan aspek penting, jika bukan yang terpenting,
dalam proses mengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Betapapun
baiknya suatu metode dan strategi penanganan masalah, apabila tidak sesuai
dengan kondisi faktual masyarakat, maka metode tersebut tidak akan mampu
memecahkan masalah tersebut secara efektif.5 Masalah banjir di Jakarta
sebagai dampak negatif kegagalan paradigma pembangunan masa lalu
menjadi salah satu polemik yang harus diselesaikan. Buruknya tata kota dan
rendahnya kesadaran masyarakat melengkapi masalah yang ada. Satu titik
banjir yang menjadi wilayah dengan kategori RW kumuh adalah RW 02
Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.6
Pembangunan yang baik harus berdasarkan perencanaan yang baik,
perencanaan yang baik hanya akan terjadi ketika identifikasi atau pemetaan
masalah yang dilakukan faktual dan akurat. Di sinilah peran partisipatif dari
sumber daya manusia atau masyarakat yang berkualitas dibutuhkan guna
memperoleh pemetaan atau identifikasi yang tepat. Dan yang diharapkan
4 Aziz, Muslim.Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat.2007. (Jakarta:Refika
Aditama) h. 89 5 Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Jakarta: Refika Aditama) h. 81 6 Alifah, Siti, dkk. Evaluasi Rukun Warga Kumuh Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik Provinsi DKI Jakarta) h. 28
6
adalah potensi-potensi yang muncul dari hasil pemetaan dapat menunjang
pembangunan kesejahteraan masyarakatnya.
Proses pemetaan yang melibatkan partisipasi masyarakat bisa dimulai
dari sistem pemerintahan terdepan yaitu kelurahan. Kelurahan adalah
pemerintahan yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan masyarakat.
Selain itu, kelurahan menjadi salah satu pelaksana dari kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah pusat sekaligus wadah musyawarah perencanaan
pembangunan bagi masayarakat dilingkungannya.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah hubungan antara
pemetaan sosial yang ada di kelurahan dengan pembangunan kesejahteraan
masyarakat adalah memberdayakan potensi yang ada di kelurahan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul " Pemetaan Sosial Partisipasi Masyarakat Rukun Warga 02
Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur”.
Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di wilayah
Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas sebab wilayah ini menjadi salah satu
wilayah RW kumuh di Jakarta tahun 2013 menurut data BPS. Selain hal
tersebut lokasi ini berada dalam jangkauan yang dekat dengan peneliti. Lokasi
ini dalam perkembangan yang pesat dan diiringi kerentanan terhadap masalah-
masalah sosial akibat perkembangan tersebut.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
7
Untuk memperjelas dan menghindari ruang lingkup permasalahan
terlalu luas maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan
masalah yang diteliti. Fokus penelitian ini menitikberatkan pada
pemahaman masyarakat yang ada di Kelurahan Cibubur tentang pemetaan
potensi yang mempengaruhi pembangunan kesejahteraan sosial mereka.
Baik itu berupa Sumber Daya Alam, Sumber daya Manusia, Kelembagaan,
Sarana, dan prasarana di lingkungan mereka.
2. Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Untuk itu
dalam suatu penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang
diteliti. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. ”Bagaimana pemetaan sosial masyarakat rukun warga 02 di Kelurahan
Cibubur dapat dijadikan landasan pelaksanaan pembangunan sosial?”.
2. “Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan sosial di
Kelurahan Cibubur?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Agar suatu penelitian dapat berhasil guna, atau untuk mencapai
sasaran tertentu harus dirumuskan tujuan yang harus dicapai. Berdasarkan
ruang lingkup dan permasalahan masalah maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
a. Untuk mengetahui situasi faktual yang ada, agar dapat dijadikan
landasan pembangunan bagi masyarakat di Kelurahan Cibubur.
b. Untuk mengetahui keterkaitan antara partisipasi masyarakat dengan
pembangunan kesejahteraan yang ada di Kelurahan Cibubur.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian khususnya Ilmu Kesejahteran Sosial terutama
mengembangkan pemahaman tentang pemetaan potensi Kelurahan dan
kaitannya dengan pembangunan kesejahteraan sosial.
b. Secara teoritis, dapat melatih diri dan mengembangkan pemahaman
dan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dengan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama Prodi Kesejahteraan
Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
c. Secara Praktis, memberikan masukan dan wawasan tentang pemetaan
potensi Kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan
sosial di Kelurahan Cibubur.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
9
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.7 Pendekatan kualitatif ini
peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan
kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim dalam
mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik dan unik bermakna dilapangan.8
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh potensi yang ada di Kelurahan dalam pelaksanaan
pembangunan kesejahteraan sosial yang ada di Kelurahan Cibubur.
Peneliti mengambil beberapa lingkungan dari Kelurahan sebagai
perwakilan yang representatif sebagai objek penelitian dan masyarakatnya
sebagai subjek penelitian.Ini bertujuan agar peneliti dapat mendapatkan
data yang lebih akurat dengan menggunakan perwakilan masyarakat yang
bersifat representatif.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Cibubur, Kecamatan
Ciracas, Jakarta timur. Pemlihan lokasi tersebut didasari oleh
keingintahuan peneliti tentang seberapa besar pengaruh dari pemetaan
potensi yang ada di daerah tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan
7 Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. H. 63 8 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta PT Grafindo Persada,
2003), Cet. Ke-2, h. 39.
10
masyarakatntya. Selain itu, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas,
Jakarta Timur merupakan salah satu daerah perbatasan antara DKI Jakarta
dengan wilayah-wilayah penyangga ibukota dengan mobilitas yang cukup
tinggi sehingga sangat potensial dengan disertai pertumbuhan
pembangunan yang cukup pesat dalam lima sampai sepuluh tahun
belakangan. Waktu Penelitian dimulai pada bulan Mei s/d Juli 2015.
3. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan
responden dalam penelitian ini adalah purposive sampling9 yang
memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi responden
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang penting disini bukan jumlah
respondennya melainkan potensi dari setiap kasus untuk memberikan
pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.
Ada beberapa jenis informan yang akan dipilih digunakan dalam
penelitian ini. Masing-masing informan memiliki kriteria tersendiri.
Informan terdiri dari:
a. Pihak Kelurahan Cibubur
b. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).
c. Ketua RW di kelurahan Cibubur
d. Tokoh masyarakat yang berpengaruh di wilayah Kelurahan Cibubur.
Tabel. 1.1 Data Informan
9 Prof. Dr. Sugiyono, Penelitian Kualitatif, (Bandung Alfabeta, 2009) Cet, Ke-5, h. 101
11
Informan Jumlah
Pihak Kelurahan Cibubur 2 orang
Ketua LMK Kelurahan Cibubur 2 orang
Ketua Rukun Warga 1 orang
Tokoh Masyarakat 3 orang
4. Sumber Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan
skiripsi ini, maka peneliti menggunakan penelitian lapangan (field
research). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek
penelitian, yaitu pejabat lingkungan, tokoh masyarakat dan
masyarakat umum di lingkungan Kelurahan Cibubur.
b. Data Sekunder, yaitu data yang peneliti peroleh baik berupa
dokummen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun
gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data dengan Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Seperti ditegaskan
oleh Lincon dan Guba antara lain, mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian
dan yang dialami masa lalu. Peneliti melakukan wawancara jenis baku
12
terbuka, jenis wawancara ini adalah jenis wawancara yang
menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaannya,
kata-katanya, dan penyajiannya pun sama untuk setiap responden.
Wawancara demikan digunakan apabila dipandang sangat perlu umtuk
mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seorang
yang wawancarai dengan yang lainnya.
b. Pengumpulan Data dengan Observasi
Observasi adalah pengamatan dari sumber data, dalam hal ini
peneliti datang ketempat yang diamati, tetapi tidak ikut dalam kegiatan
tersebut, tetapi melakukan pengamatan langsung bagaimana
perusahaan menjalankan tanggung jawab social perusahaannya.
c. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Maksud
pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata
tentang situasi social dan arti berbagai factor di sekitar subjek
penelitian.10
6. Teknik Analisis Data
Tahapan penganalisaan data merupakan tahap penyederhanaan
data. Setelah data informasi terkumpul, maka selanjutnya disusun melalui
tahap pengeditan terhadap informasi dan data. Hal ini dilakukan guna
10 Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk
Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996), h. 36.
13
kesempurnaan pengisian dari setiap instrumen penelitian dan memeriksa
seluruh pertanyaan yang terlewatkan, tidak terjawab atau belum jelas.
Teknik analisis data dalam penelitian adalah menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif. Dimana data yang telah didapatkan dari hasil
penelitian ke lapangan kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis.
Pengolahan dengan penganalisisan data ini mempunyai tujuan untuk
menjabarkan data yang diperoleh dari penelitian. Kemudian dilakukan
analisa data dengan menggambarkan, menjelaskan dan memberikan
komentar-komentar.
7. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji
dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat
diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat
realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang. Selain itu
teknik untuk keabsahan data dengan cara Triangulasi sumber, yang berarti
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.
Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber
yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi
dan wawancara. Peneliti melakukan wawancara dari informan yang satu
14
ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari
observasi. 11
E. Pedoman Penelitian Skripsi
Untuk tujuan mempermudah, teknik penelitian yang dilakukan dalam
skripsi ini merujuk pada buku pedoman penelitian karya ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka pada skripsi
yang berjudul “Analisis pemetaan potensi sumber daya manusia : studi kasus
kec.kebon jeruk Jakarta”, yang disusun oleh Asnawati Fakultas Sains
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Selanjutnya, peneliti juga meninjau
skripsi lainnya dengan tema serupa yaitu, “Pemetaan Sosial Pemulung Di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Sebakul Kelurahan Sukarami
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu”, dengan penyusun Rina Yulyanti, Jurusan
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Bengkulu, 2012. Apa yang dilakukan didalam penelitian skripsi ini tentu
menjadi bahan perbandingan terhadap skripsi-skripsi tersebut.
G. Sistematika Penelitian
11 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung CV Alvabeta, Agustus 2007),
Cet-ke 5, h. 83
15
Sistematika Penelitian ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II Landasan Teori, yang terdiri dari pengertian Pembangunan
Sosial, pengertian Kesejahteraan Sosial, pengertian
Pemberdayaan Masyarakat, pengertian Partisipasi, pengertian
Pemetaan Sosial, dan Participatory Rural Appraisal.
BAB III Profil Kelurahan Cibubur
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian, Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian
berupa data-data yang diperoleh selama penelitian dan
pembahasannya.
BAB V Penutup, dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari
pemikiran sebelumnya serta saran-saran sebagai bentuk hasil dari
analisa dalam penelitian peneliti.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Sosial
1. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka membina bangsa
(nation building). 1 Lebih jauh lagi pembangunan mengandung aspek yang
sangat luas mencakup :
1. Pembangunan dibidang politik.
2. Pembangunan dibidang ekonomi.
3. Pembangunan dibidang sosial budaya.
4. Pembangunan dibidang pertahanan dan keamanan.
Carolie mengartikan pembangunan sebagai upaya manusia untuk
mempengaruhi masa depannya. Sebaliknya dia mengatkan implikasi dari
defenisi tersebut, yaitu ;2
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemauan optimal manusia maupun
individu maupun kelompok (capacity).
2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan
nilai dan kesejahteraan (equlity).
1 Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), h. 4 2 Ndraha, Taliziduhu,. Pengantar Teori Pembangunan Sumber Daya Manusia. (Jakarta : Rineka
Cipta1999), h.15
17
3. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini
dinyatakan sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan
(empowerment).
Pembangunan adalah suatu strategi yang bertujuan meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Pembangunan sosial pada prinsipnya lebih
berorientasi pada prinsip keadilan sosial ketimbang pertumbuhan ekonomi.
Beberapa sektor yang menjadi pusat perhatian pendekatan ini mencakup
pendidikan, kesehatan, ketanagakerjaan, jaminan sosial dan pengentasan
kemiskinan.
Secara sempit, pembangunan dapat didefinisikan sebagai
pembangunan kesejahteraan sosial. Ia berorientasi pada peningkatan
keberfungsian sosial (social functioning) kelompok-kelompok tidak beruntung
(disadvantage groups), atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (P2KS)
yang meliputi fakir miskin, anak terlantar, anak jalanan, pekerja anak,
keluarga rentan, wanita rawan sosial ekonomi, dan komunitas adat lokal.
Pembangunan dapat dilihat dari indikator keluaran, seperti tingkat
kemiskinan, melek huruf, harapan hidup, dan partisipasi sosial. Indikator
standar hidup ini telah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Pembangunan
sosial bisa pula diukur dari indikator masukan yang umumnya dilihat dari
pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, kesehatan dan jaminan
sosial. Dalam kaitannya dengan indikator masukan ini, masih berkembang
anggapan bahwa pembangunan nasional adalah ”pengeluaran mahal” yang
18
tidak akan mampu dilakukan oleh negara-negara berkembang. Hanya negara-
negara kaya saja yang pantas melakuakan investasi sosial yang mewah ini.3
Teori-teori pembangunan yang lazim digunakan dimulai dengan
mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan rata-rata
produk domestik netto, tingkat tabungan dan investasi, serta tingkat
perdagangan. Walaupun berguna bagi pemahaman kita mengenai
pembangunan ekonomi, teori-teori dan model-model pembangunan ini tidak
mengatakan apa-apa tentang bagaimana memulai pembanguunan itu. Teori-
teori dan model-model itu berbicara mengenai unsur-unsur luar dari proses
pembangunan, dan gejala-gejala yang dapat diukur.
Dorongan ke arah peningkatan perbaikan tolak ukur, dan kebutuhan
akan keleusan teoritis yang sebanding semakin membuat model-model ini
tidak relevan bagi kita yang walaupun terlibat dalam proses pembangunan
politik juga telah dirumuskan. Tetapi kebanyakan model teorities ini
tampaknya didasarkan pada sejumlah variabel yang sangat terbatas dan
penjelasan-penjelasan senada yang berfungsi dengan sistem tunggal. Faktor-
faktor yang dapat dikenali dan diukur berdasarkan dampaknya pada tingkat
pertumbuhan rata-rata berdasarkan asumsi khusus, misalnya, hanya
mempunyai relevansi yang terbatas dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah secara pesat. Untuk itu diperlukan sejumlah teori yang mencoba
mengaitkan pertumbuhan ekonomi dengan proses pembangunan politik.
3 Suharto , edi, .Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), h 88
19
2. Pembangunan Sosial
Konsep ini memperkenalkan pembangunan sosial sebagai suatu proses
perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses
pembangunan ekonomi. 4 Edi Suharto mengartikan Pembangunan Sosial
sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia
yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial.5 Secara kontekstual
pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial ketimbang
pertumbuhan ekonomi.
Menurut UN-ESCAPE, pembangunan sosial pada dasarnya dilakukan
untuk meningkatkan taraf hidup manusia melalui upaya-upaya untuk
mengangkat manusia dari keterbelakangan menuju kesejahteraan.6
Pembangunan sosial bertujuan meningkatkan kapasitas perseorangan
dan institusi mereka, memobilisasi dan mengelola sumber daya guna
menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup
sesuai dengan aspirasi mereka sendiri demi mencapai hasil yang lebih baik
dan mencapai keadilan sosial.7
4 Migley, James. Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare.
(London:Sage Publications Ltd 1995). h. 25 5 Suharto, Edi. Analisis Kebijakan Publik. (Bandung: Alfabeta 2010). h. 38 6 Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008). h. 52 7 Migley, James.. Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare.
(London:Sage Publications Ltd. 1995). h. 27
20
B. Kesejahteraan Sosial
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Dalam Undang-Undang Kesejahteraan sosial yang dimaksudkan
dengan kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.8
Sedangkan kesejahteraan sosial menurut Midgley menjelaskan bahwa:
Suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai
berikut. pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua,
seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi dan terakhir, setinggi apa
kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi
individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas-komunitas dan bahkan
seluruh masyarakat.9
Selanjutnya, Kesejahteraan Sosial mempunyai pengertian yang
berbeda, Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi
semua bentuk intervensi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan
kebahagiaan dan kesejahteraan individu, kelompok, masyarakat sebagai
keseluruhan. Dapat pula mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan yang secara
langsung ditujukan untuk penyembuhan, pencegahan, masala-masalah sosial
misalnya: pengembangan sumber-sumber manusia, kemiskinan, serta
disorganisasi social.
8 Undang-undang dasar Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan sosial 9 Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h.14
21
Menurut PBB, Kesejahteraan Sosial adalah suatu keadaan atau kondisi
sejahtera baik fisik maupun mental, maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-
perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Dan kemudian pengertian
tersebut disempurnakan menjadi suatu kegiatan yang terorganisir dengan
tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan
lingkungan sosial mereka.
Menurut UU No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :
”Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial material dan spiriyual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
azasi manusia serta kewajiban manusia dengan Pancasila”.
Definisi diatas menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah sesuai
dengan yang sebaik-baiknya yaitu pemenuhan kebutuhan manusia yang terdiri
dari aspek rohaniah dan jasmaniah. Manusia membutuhkan makanan, tempat
tinggal, air, udara, dan pemeliharan kesehatan yang cukup disamping
kebutuhan rohaniah. Konsep kesejahteraan tersebut bersifat statis yaitu
menyangkut tujuan dari kesejahteraan sosial.
22
Untuk mencapai kesejahteraan sosial maka dilakukan Pembangunan
kesejahteraan sosial yang merupakan usaha terencana dan melembaga
meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk
memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta
memperkuat institusi-institusi sosial.10
Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.
b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.
c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial.
d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan.
e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan.
f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya
mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
10 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 4
23
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila kelima Pancasila menyatakan
bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dan
kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Upaya
untuk mewujudkan suatu kesejahteraan sosial, meliputi rehabilitasi sosial,
perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan sosial.
C. Pemberdayaan masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
mereka.11
Menurut Moh. Ali Aziz dkk dalam buku Dakwah, Pemberdayaan
adalah sebuah konsep yang fokusnya adalah kekuasaan. Pemberdayaan secara
11 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, hal. 57
24
substansial merupakan proses memutus (break down) dari hubungan antara
subjek dan objek. Proses ini mementingkan pengakuan subjek akan
kemampuan atau daya yang dimiliki objek. Secara garis besar proses ini
melihat pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek Hasil akhir dari
pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula objek menjadi
subjek (yang baru), sehingga relasi sosial yang nantinya hanya akan dicirikan
dengan relasi sosia l antar subyek dengan subyek lain.12
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu
yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat bersangkutan. Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat
fisik dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan
tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur–unsur yang memungkinkan
masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis
mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyara kat ini
menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional
disebut ketahanan nasional.13
Sunyoto Usman dalam Pengorganisasian dan Pengembangan masyarakat
mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam
bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance atau
kemandirian.14
12 Moh. Ali Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi
Metodologi.(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 169 13 14 Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT Elex Komputindo, 2007), h. 75 14 Abu Huraerah, Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat, (Bandung:
Humaniora, 2008), h. 87
25
2. Perubahan Dari Bawah
Di jantung pengembangan masyarakat terdapat gagasan perubahan
dari bawah. Gagasan bahwa masyarakat harus mampu menetapkan kebutuhan
mereka sendiri dan bagaimana memenuhinya, bahwa masyarakat pada tingkat
lokal paling mengetahui apa yang mereka butuhkan dan bahwa masyarakat
seharusnya mengarahkan dirinya sendiri dan berswadaya adalah menarik, dan
hal itu konsisten dengan banyak literatur ekologis dan keadilan sosial.15
Orang dengan mudah diyakinkan oleh pernyataan-pernyataan seperti
“Masyarakat seharusnya berswadaya”, “Seharusnya ada lebih banyak
pemberdayaan pada tingkat akar rumput”, atau “Rakyat seharusnya mampu
menentukan masa depan mereka sendiri”. Tetapi mungkin mudah menyatakan
retorika tersebut, gagasan itu sendiri ketika ditempatkan ke dalam praktik
adalah sangat radikal, dan bagi banyak orang membutuhkan suatu perubahan
cara berpikir yang besar. Memang salah satu penyebab utama dari kegagalan
banyak program pengembangan masyarakat adalah perubahan tidak berasal
dari masyarakat itu sendiri.
Penting untuk mengkaji lebih rinci gagasan perubahan dari bawah dan
apa saja yang terlibat. Hal ini akan dilakukan mula-mula dalam hubungan
dengan gagasan-gagasan menghargai pengetahuan lokal, menghargai
kebudayaan lokal, menghargai sumber daya lokal, menghargai keterampilan
lokal, dan menghargai proses lokal.
15 Ife, jim. Community Development. (Yogyakarta. Pustaka pelajar.2008) h. 241
26
3. Partisipasi
Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk
memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam
masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat,
serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. 16
Dengan demikian, partisipasi merupakan suatu bagian penting dari
pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang
menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal
kepemilikan dan proses masyarakat serta proses-proses inklusif yang akan
diwujudkan.
Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat,
digunakan secara umum dan luas. Partisipasi adalah sebuah konsep sentral,
dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, diantara banyak hal,
partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM. Dalam pengertian ini, partisipasi
adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri; artinya partisipasi mengaktifkan ide
HAM, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan untuk memperkuat
demokratif deliberatif.17
16 Ife, jim. Community Development. (Yogyakarta. Pustaka pelajar.2008) h. 285 17 Ife, jim. Community Development. (Yogyakarta. Pustaka pelajar.2008). h. 295
27
D. Pemetaan Sosial
1. Pengertian Pemetaan Sosial
Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses
penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan
data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan
masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.18 Merujuk pada Netting,
Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai
social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.
Metode Partisipatoris
Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang
melibatkan kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-
pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis-
garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan
berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan responden.
Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di
bawah ini cukup penting diketahui:
1) Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and
Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut
Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data
yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan
18 Suharto, Edi, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran,
(Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS) 1997). h. 174
28
responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual
(penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk
pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang
buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara
lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik
Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto,
1997; 2002; Hikmat, 2001).
2) Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus
dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi
sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti
relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai
pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan
terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau
organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
3) Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang
melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima
pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk
mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-
inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna
memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan
pembangunan.
4) Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and
Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai
29
tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi,
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
2. Participatory Rural Appraisal
.Metode pemetaan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PRA (Participatory Rural Appraisal) karena metode ini dapat digunakan
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang situasi komunitas.
PRA adalah suatu proses dimana komunitas akan menganalisis situasi yang
mereka hadapi dan mengambil keputusan tentang bagaimana cara untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
Menurut Chambers dalam Acuan Penerapan PRA PRA adalah
sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat perdesaan
untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan. 19 Dengan kata lain PRA merupakan salah satu cara yang
menekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan
pengumpulan data tentang masyarakat yang bersangkutan. Manfaatnya bagi
masyarakat adalah menimbulkan proses belajar dan penyadaran tentang
berbagai keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka hadapi sehingga
dapat mencari alternatif jalan keluar dari permasalahan yang mengganggu.
19 Buku Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. (Bandung:Dria Media.1996), h. 15
30
Istilah PRA (Participatory Rural Appraisal) secara harfiah adalah
“Penilaian / pengkajian / penelitian keadaan desa secara partisipatif. 20
Pengertian desa (rural) disini bukan berarti metode dan teknik-teknik PRA
hanya sesuai untuk diterapkan di daerah rural / desa, tetapi juga di daerah kota
atau daerah pertemuan antara desa dan kota. Dengan demikian akan lebih
tepat bila PRA diartikan sebagai ”kajian masyarakat” daripada “kajian desa”.
Penulis memilih metode ini dengan pemikiran bahwa istilah desa dan
kota bukan sekedar menggambarkan lokasi berdasarkan struktur pemerintahan
daerah atau sebagai satuan daerah administratif saja tetapi juga merujuk pada
kondisi daerah serta gaya hidup masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Ada beberapa teknik dalam PRA sebagai metode Pengidentifikasian
masalah dan potensi masyarakat secara kualitatif. Teknik-teknik PRA yang
akan dilakukan adalah:21
Tabel .1. Teknik-Teknik PRA
No. Nama Teknik Penjelasan Jenis informasi
yang dikaji
Target
Penelitian
1. Teknik penelusuran
sejarah desa
Mengkaji
suatu keadaan
dari waktu ke
waktu (waktu
tidak dibatasi)
Informasi umum,
asal usul
desa/penduduk yang
merintis,
perkembangan
masyarakat dan
tanggapan
masyarakat atas
berbagai masukan
dan kegiatan
pembinaan yang
telah diterima
serta masalah yang
dihadapi serta
Wawancara
dengan tokoh
masyarakat,
FGD
20 Buku Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. (Bandung:Dria Media.1996), h. 13 21 Buku Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. (Bandung: Dria Media1996). h. 71
31
berbagai alternative
pemecahan
permasalahannya
2. Teknik pembuatan
Bagan kecenderungan
Sama seperti
no. 1
tetapi ada
patokan
waktu misal 5
tahun, 10
tahunan
Perubahan-
perubahan keadaan
di
desa yang paling
menonjol.
Wawancara
tokoh
Masyarakat
3. Teknik penyusunan
kalender musim
Sama dengan
no. 1 tetapi
jarak dan
waktu
biasanya
hanya satu
tahun musim
Pola kegiatan
masyarakat
terutama pada
kegiatan pertanian,
juga pada kegiatan
mata pencaharian
yang lain
Wawancara
dengan LMK
4. Teknik pembuatan
bagan arus masukan
dan keluaran
Dilakukan
dengan
mengamati ke
lokasi
Sumber daya alam
yang terdapat di
desa dan pemasaran
hasil hasil pertanian
Wawancara
dengan Ketua
RW di
Kelurahan
Cibubur
5. Diagram Venn
(hubungan
kelembagaan)
Untuk
mengkaji
System
organisasi
desa,
bagaimana
lembaga desa
mengatur
kehidupan
masyarakat.
Memperlihatkan
keberadaan
lembaga- embaga di
desa, dan di
luar desa yang
hanya dikenal oleh
sebagian kecil
masyarakat, fungsi,
kegiatan-kegiatan,
dan manfaat
lembaga desa dalam
kehidupan
masyarakat,
permasalahan dalam
hubungan
masyarakat dengan
lembaga tersebut,
serta mengkaji
harapan-harapan
mereka mengenai
kegiatan lembaga
dan bentuk
FGD ,
wawancara
dengan tokoh
masyarakat,
Ketua LPM,
Ketua BKM,
Aparat
kelurahan,
Karang Taruna
dan pengurus.
PKK
32
hubungan yang
sesuai dengan
harapan.
Melihat peran
lembaga yang ada
terhadap penurunan
tingkat kemiskinan
6. Teknik kajian mata
pencaharian/ nafkah
Biasanya
mata
pencaharian
desa
diurutkan
berdasarkan
yang paling
banyak
dilakukan
masyarakat.
Mata pencaharian
utama masyarakat,
dan potensi
pengembangan
usahanya
Wawancara
informan kunci,
FGD
7. Teknik pembuatan peta
desa/pemetaan sosial
Mengkaji
keadaan
suatu ruang
wilayah,
bisanya
wilayah desa
atau
per dusun
Melukiskan keadaan
desa dan potensi
yang dimiliki serta
gambaran untuk
situasi desa tentang
peta umum wilayah,
peta khusus seperti
kepemilikan lahan,
stratifikasi
sosial/harta
kekayaan, sumber
daya alam.
FGD
33
BAB III
PROFIL KELURAHAN CIBUBUR
A. Keadaan Wilayah Kelurahan Cibubur
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 tentang Pemecahan dan Perubahan
Batas-batas Wilayah Kelurahan di Propinsi DKI Jakarta, luas wilayah
Kelurahan Cibubur adalah 450,90 Ha atau 4.509 km21 yang terbagi habis
dalam 14 Rukun Warga dan 153 Rukun Tetangga, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Jln. PKP, Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kec. Ciracas
1 Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
34
- Sebelah Timur : Jln. Tol Jagorawi-Kelurahan Munjul Kec. Cipayung
- Sebelah Selatan : Pilar Batas Propinsi DKI Jakarta-Kelurahan Harja Mukti
dan Kelurahan Mekar Sari (Depok-Jawa Barat)
- Sebelah Barat : Kali Cipinang, Kelurahan Pekayon Kec. Pasar Rebo
Selanjutnya status, keadaan dan peruntukkan tanah di kelurahan
Cibubur adalah sebagai berikut :
a. Status Tanah
- Tanah Negara = 384,31 Ha
- Tanah Milik Adat = 59,42 Ha
- Tanah Wakaf = 7,17 Ha
b. Keadaaan Tanah
- Tanah Darat = 291,19 Ha
- Tanah Sawah = 107,38 Ha
- Tanah Rawa Setu = 4,20 Ha
- Tanah Lain-lain = 48,13 Ha
c. Peruntukan Tanah
- Perumahan = 342,02 Ha
- Perkantoran/Industr = 4,66 Ha
- Sawah = 3,15 Ha
- Fasilitas Umum
- Sarana Ibadah
- Pemakaman
=
=
=
93,82
3,20
1,55
Ha
Ha
Ha
- Lain-lain = 2,5 Ha
35
B. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah penduduk di kelurahan Cibubur cukup tinggi untuk ukuran satu
buah kelurahan sebagaimana diuraikan dalam table dibawah ini.
Tabel 3.1: Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
Bulan Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga
Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah
Januari 37.226 35.458 72.684 16.040 5.220 21.260
Pebruari 37.246 35.498 72.744 16.040 5.220 21.260
Maret 37.275 35.547 72.822 16.040 5.220 21.260
April 37.318 35.589 72.907 16.040 5.220 21.260
Mei 37.378 35.681 73.059 16.040 5.220 21.260
Juni 37.459 35.756 73.215 16.040 5.220 21.260
Juli 37.522 35.817 73.339 16.040 5.220 21.260
Agustus 37.563 35.855 73.418 16.040 5.220 21.260
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
C. Kondisi Pendidikan
Secara umum wilayah Kelurahan Cibubur memilki pendidikan cukup
baik karena jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA atau
sederajat sudah cukup besar dan dapat dilihat dari data kondisi pendidikan
dibawah ini.
Tabel 3.2: Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
RW
TINGKAT PENDIDIKAN
Tdk
Sekolah SD SLTP SLTA AK/PT S.1 S.2
01 14 1.210 1.891 1.540 38 41 8
02 21 1.136 1.689 1.675 30 39 12
03 13 1.108 1.425 1.566 35 45 17
04 12 1.029 1.182 1.386 32 44 6
05 23 967 1.320 1.368 40 54 19
06 7 1.280 1.473 1.290 33 45 0
36
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
Melihat dari latar belakang kondisi pendidikan di kelurahan Cibubur
diatas dapat diartikan bahwa tingkat pendidikannya cukup baik atau
seimbang dengan melihat pendidikan wajib belajar dua belas tahun. Hal ini
juga didukung oleh jumlah sekolah yang memadai.
Sarana pendidikan yang tersedia di lingkungan Cibubur cukup
memadai mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Menengah, dan Atas
diantaranya 3 unit SD, 3 unit SMPN,1 unit SMAN, dan 1 unit SMKN.
D. Jenis Pekerjaan
Wilayah Kelurahan Cibubur berkorelasi dengan mata pencaharian
sebagian besar penduduk yaitu sebagian besar Pegawai Negeri Sipil,
karyawan Swasta/Pengusaha, pedagang dll.
Tabel 3.3 Jenis pekerjaan di Kelurahan Cibubur
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 6.295
2 TNI 2.318
3 POLRI 1.025
4 Swasta/Pengusaha 3.972
5 Pensiunan 6.773
07 6 15 47 1.040 148 111 18
08 5 10 53 1.116 128 197 13
09 7 1320 708 1.138 53 43 18
10 17 980 1106 1.537 106 109 28
11 - 5 65 995 144 177 49
12 6 988 1125 1.160 90 89 13
13 4 957 1.325 956 100 108 14
14 9 960 1.105 1.632 96 100 19
Jml 144 11.965 14.514 19.659 10.739 1.202 234
37
6 Tani 26
7 Buruh 2.631
8 Pedagang 4.217
9 Lain-lain 5.526
10 Pengangguran 539
J u m l a h 33.322
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
Dari tabel ini terlihat bahwa dari total jumlah penduduk kelurahan
Cibubur 33.322 jiwa dengan mayoritas masyarakat di Cibubur ini bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang dan Pegawai swasta.
E. Kondisi Agama
Meskipun sebagian besar masyarakat Cibubur beragama islam, agama
lain leluasa menjalankan ibadah sesuai agamanya. Antara pemeluk agama
saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Pemuka agama
memiliki peranan penting dalam kehidupan keagamaan, dan mereka
dijadikan figur sebagai panutan masyarakat.
Tabel 3.4 Keagamaan Kelurahan Cibubur
Agama
Jumlah
Islam
67.544 orang
Kristen
2.276 orang
Katholik
2.123 orang
Hindu
587 orang
Budha
881 orang
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
38
Dari tabel ini terlihat bahwa dari total jumlah penduduk beragama islam di
kelurahan Cibubur sebesar 67.544 jiwa atau 92 % mayoritas masyarakat di
kelurahan Cibubur. Tetapi dengan perbedaan keyakinan tersebut kehidupan
masyarakatnya sangat rukun dan tentram.
F. Etnis
Wilayah Kelurahan Cibubur adalah wilayah yang cukup ramai,
sebagian besar penduduknya merupakan pendatang dari berbagai daerah dan
berbagai macam etnis.
Tabel 3.5 Etnis Kelurahan Cibubur
Etnis
Jumlah
Jawa
19. 822 orang
Sunda
14. 683 orang
Betawi
27.899 orang
Batak
2.937 orang
Padang
2.202 orang
Ambon
734 orang
Makassar
733 orang
Aceh
733 orang
Lain-lain 3.670 0rang
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
Dari data etnis masyarakat kelurahan Cibubur diatas menggambarkan
banyaknya suku budaya Indonesia. Meskipun ada perbedaan etnis di
kelurahan Cibubur, tetapi tingkat partisipasi/ gotong royong masyarakat
39
sangat bagus, tingkat swadaya dan kontribusi cukup baik dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan masyarakat seperti siskamling dan posyandu.
G. Ketenagakerjaan
Pada umumnya penduduk berusia produkrif. Karena itu, meskipun dari
segi tingkat pendidikan dan status social ekonomi termasuk kategori
sederhana. pengetahuan, kemauan masyarakat, dan keterampilan penduduk
memungkinkan untuk dikembangkan dengan pelatihan-pelatihan yang
berkelanjutan.
Tabel 3.6 Kondisi Tenaga Kerja Kelurahan Cibubur
No. Umur W N I W N A
Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml
1 0 – 4 2.766 2.510 5.276 2 2 4 5.280
2 5 – 9 3.465 3.243 6.708 6 2 8 6.716
3 10 – 14 3.160 2.938 6.098 2 2 4 6.102
4 15 – 19 3.123 3.068 6.191 1 0 1 6.192
5 20 – 24 3.070 2.888 5.958 1 1 2 5.960
6 25 – 29 3.448 3.629 1.077 4 4 8 7.085
7 30 – 34 3.823 3.860 7.683 2 0 2 7.685
8 35 – 39 3.499 3.265 6.764 4 1 5 6.769
9 40 – 44 3.152 2.860 6.012 0 0 0 6.012
10 45 – 49 2.458 2.457 4.915 1 3 4 4.919
11 50 – 54 1.961 1.937 3.898 1 2 3 3.901
12 55 – 59 1.499 1.352 2.851 1 2 3 2.854
13 60 – 64 886 839 1.725 0 2 2 1.727
14 65 – 69 677 498 1.175 0 0 0 1.175
15 70 – 74 355 268 623 0 0 0 623
16 75 keatas 195 223 418 0 0 0 418
Jumlah 37.537 35.835 73.372 25 21 46 73.418
Sumber: Data olahan Kependudukan Kelurahan Cibubur tahun 2013
40
Dari data kondisi tenaga kerja atau usia produktif masyarakat kelurahan
Cibubur dapat dijelaskan bahwa usia 15-60 tahun adalah usia produktif untuk
bekerja.
H. Sarana dan Prasarana
Bentuk sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas penduduk
Kelurahan Cibubur, baik yang berkaitan dengan aspek perekonomian
maupun social dan budaya, yaitu:
a. Untuk kegitan olah raga masyarakat, telah tersedia sarana olah raga
yang aktif digunakan, seperti lapangan sepak bola sebanyak satu unit
yang terletak di RW 2, tujuh unit lapangan Voli, dan lapangan
bulutangkis yang tersebar di RW 7, 8, dan 13. Selain sarana-sarana
tersebut masih terdapat sekitar belasan tanah lapang di wilayah RW
yang penulis tidak sebutkan namun secara kondisional dapat
digunakan sebagai penunjang kegiatan masyarakat. Juga terdapat
gedung olahraga POPKI Cibubur yang berada dikawasan RW 14
kelurahan Cibubur.
41
Gambar 3.1. GOR POPKI Cibubur
b. Sarana pendidikan yang tersedia adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Nama Sekolah di Kelurahan Cibubur
Nama Sekolah Alamat
SDN Cibubur 01-02 Pagi Jl. Bulak Ringin
SDN Cibubur 03-04 Pagi Jl. Cibubur 1
SDN Cibubur 05-06 Petang Jl. Taruna Jaya
SDN Cibubur 07-08 Petang Jl. Taruna Jaya
SDN Cibubur 09-10Pagi Jl. Bulak Ringin
SDN Cibubur 11 Pagi (SSN) Jl. Cibubur 1
SDN Cibubur 12-13 Petang Jl. Bulak Ringin
SMPN 147 Jakarta Jl. Jambore Raya
SMPN 233 Jakarta Jl. Taruna Jaya
SMPN 258 Jakarta Jl. Bulak Ringin
42
SMAN 99 Jakarta Jl. Bulak Ringin
SMKN 52 Jakarta Jl. Taruna Jaya
TK Al Azhar 20 Cibubur Jl. Jambore Raya
SDI Al Azhar 20 Cibubur Jl. Jambore Raya
SMPI Al Azhar 19 Cibubur Jl. Abdurrahman
c. Dalam mendukung pelayanan kesehatan terdapat Rumah Sakit
Umum/ RSKO satu unit (milik pemerintah), dua unit Puskesmas
(milik pemerintah), Posyandu binaan kelurahan yang berjumlah empat
belas unit di masing-masing RW serta klinik dan dokter praktik
kurang lebih 10 unit (milik swasta). Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa fasilitas kesehatan masyarakat kelurahan Cibubur sudah bisa
dinilai baik bahkan untuk kalangan menengah kebawah, dengan
dilengkapi 2 Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
menggunakan kartu BPJS dan KJS.
43
Gambar. 3.2. RSKO Jakarta
d. Untuk kegiatan Ibadah umat islam, terdapat lima belas unit mesjid
jami’ di tiap-tiap RW dan dua puluh dua unit mushola yang
memudahkan kaum muslim menjalankan ibadah mereka. Selain itu,
untuk peribadatan umat Kristen terdapat dua unit gereja di RW 12 dan
1 buah gedung serba-guna di RW 14.
44
BAB IV
TEMUAN& ANALISIS DATA
A. Penerapan Pengkajian dengan Metode Participatory Rural Appraisal di
Kelurahan Cibubur
Penerapan pengkajian Metode Participatory Rural Appraisal (PAR) di
Kelurahan Cibubur ini peneliti berkoordinasi dengan lembaga yang telah
dibentuk masyarakat bersama pemerintah kelurahan Cibubur yaitu Lembaga
Musyawarah Kelurahan yang selanjutnya disebut LMK. Peneliti berkoordinasi
pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2014.
LMK, yang menjadi baju baru dari Dewan Kelurahan berdasar dari
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Lembaga Musyawarah
Kelurahan (LMK), merupakan institusi penampung dan menyampaikan
aspirasi masyarakat, penggerakan partisipasi dan solidaritas masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, turut serta dalam menyelesaian masalah sosial
kemasyarakatan, perumusan usulan kebutuhan masyarakat yang perlu dibantu
oleh pemerintah, serta membantu pemerintah dalam mensosialisasikan
peraturan perundang-undangan dan program lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan serta menjamin tercapainya tujuan pembangunan di
provinsi DKI Jakarta. Anggota LMK merupakan perwakilan dari setiap RW di
kelurahan dan diterapkannya kembali institusi Dewan Kota untuk tingkat kota-
madya/kabupaten yang anggotanya perwakilan dari setiap kecamatan.
45
LMK dalam perda tersebut meliputi lima hal. Antara lain, menampung
serta menyalurkan aspirasi warga masyarakat kepada lurah. Aspirasi tersebut
menyangkut berbagai hal. Bisa permintaan fasilitas sosial atau fasilitas umum.
Berperan memberi masukan kepada kelurahan dalam rangka meningkatkan
partisipasi warga. Sebagai ujung tombak dalam menyampaikan informasi
kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Menggali potensi di wilayah guna
untuk mengerahkan dan mendorong peran serta masyarakat. Ikut serta dalam
menyelesaikan masalah kelurahan dan membuat rencana kerja tahunan.
Dalam melaksanakan tugasnya, merupakan keharusan bagi kelurahan
untuk bekerjasama dengan anggota masyarakat di wilayahnya. Koordinasi yang
harmonis yang tercipta, diharapkan dapat mempermudah terwujudnya visi dan
misi. Yakni, peningkatan persatuan dan kesatuan, pelayanan pemberdayaan dan
pembangunan dalam lingkup komunitas masyarakat kelurahan menuju
masyarakat sejahtera.
1. Sejarah Daerah sebagai Tinjauan Akar Permasalahan
Pada masa dahulu mata pencaharian utama warga Cibubur adalah petani
dengan sistem pertanian sawah tadah hujan. Sarana pendidikan saat itu masih
sangat kurang, hanya ada sekolah rakyat atau SR. Sangat jarang anak yang
sekolah karena lokasinya yang jauh dari tempat tinggal ditambah kondisi jalan
masih jalan tanah. Para orang tua pun tidak menganggap penting pendidikan.
46
Anak-anak hanya disekolahkan di SR dan kebanyakan tidak sampai tamat
karena tenaganya dibutuhkan untuk membantu menggarap sawah dan
ladang.Sarana transportasi sangat terbatas, baik jalan maupun angkutan. Jalan
masih berupa jalan tanah dan angkutan hanya menggunakan “roda” yaitu
gerobak yang ditarik sapi, atau berjalan kaki.
Tahun 1970-an mulai terasa adanya perubahan, baik di bidang
pendidikan maupun ekonomi. Setelah adanya Inpres, SR yangsudah ada
sebelumnya menjadi SDN. Pada periode ini mulai ada warga Cibubur yang
berpendidikan SMP danditerima sebagai pegawai negeri (guru). Hal ini ternyata
mempengaruhi wargaCibubur lainnya, sehingga lebih bersemangat
menyekolahkan anak-anaknyasampai ke jenjang SMP karena berharap dengan
sekolah lanjutan, anak-anakmereka kelak akan dapat menjadi pegawai juga.
Tahun 1980-anmulai ada pembangunan komplek perumahan di wilayah
ini. Suasana pedesaan yang masih asri pada saat itumengundang keinginan
orang-orang kota seperti Jakarta untuk membeli tanah. Masyarakat lokal
pemilik tanah mulai terdorong untuk menjual tanah-tanahnya. Saat itu jalan di
Cibubur masih banyak yang berupa jalan tanah namun aliran listrik sudah mulai
masuk ke wilayah ini.
Penjualan tanah oleh warga lokal secara besar-besaran terus berlanjut
hingga tahun 1990-an dan menjadikan Cibubur suatu wilayah yang multi-
etnik.Peristiwa ini juga terdorong oleh penggusuran secara besar-besaran di
47
pusat ibukota dan kawasan bisnis di Jakarta. Hal ini membawa perubahan yang
baik dimana pembangunan di wilayah Cibubur menjadi semakin
berkembang.Seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk, pemerintah
membangun berbagai fasilitas pelayanan untuk masyarakat seperti perbaikan
dan perluasan jalan-jalan umun, sekolah-sekolah dan puskesmas.
Pada era 2000-an wilayah Cibubur bahkan menjadi semakin
berkembang pesat. Pertokoan di sepanjang jalan utama Cibubur, yaitu jalan
Lapangan Tembak semakin banyak. Jalan utama ini menjadi wilayah yang
sangat strategis untuk dijadikan lokasi berbagai usaha. Di bidang pemukiman,
kebutuhan akan pemukiman bagi para pekerja yang bekerja di Jakarta namun
tingginya harga disana menjadikan Cibubur alternatif strategis bagi mereka. Hal
ini semakin mendorong para pengembang properti membuka usaha mereka
dengan membeli tanah warga lokal untuk dijadikan cluster-cluster dan
perumahan.Untuk skala yang lebih kecil, bagi penduduk lokal yang memiliki
tanah dan modal lebih memilih untuk membangun rumah-rumah untuk
disewakan.Namun hal ini justru menyebabkan semakin sedikitnya ruang
terbuka publik.Lapangan-lapangan yang semula menjadi tempat berbagai
kegiatan warga beralih fungsi menjadi rumah-rumah kontrakan dan perumahan.
48
2. Banjir sebagai Dampak Negatif Pembangunan di Kelurahan Cibubur
Proses pembangunan di Kelurahan Cibubur dapat dikatakan berlangsung
dengan sangat cepat dalam 10 tahun terakhir. Dimulai dari pembangunan jalan
dan sarana publik yang diikuti dengan datangnya warga kota Jakarta dan
pengembang perumahan untuk membeli tanah-tanah warga lokal. Masyarakat
lokal dengan senang hati menjual tanah mereka yang luas dengan harga pantas ,
karena menurut mereka harga itu sudah menguntungkan.
Dampak negatif yang dirasakan dari pembangunan di kelurahan Cibubur
adalah banjir sebagaimana wilayah-wilayah lainnya di Jakarta. pembangunan
yang begitu cepat tidak diikutipengelolaan drainase yang sesuai.
Setiap musim penghujan datang, ada beberapa lokasi di wilayah
kelurahan Cibubur yang rentan terhadap banjir seperti wilayah RW 02, RW 03,
dan RW 010.Bahkan,RW 02 Kelurahan Cibubur termasuk didalam kategori RW
kumuh menurut BPS tahun 20131.Banjir tersebut akibat dari meluapnya kali
cipinang yang melintasi wilayah RT 006 dan 009 RW 02 Kelurahan Cibubur.
Banyaknya bangunan di sepanjang kali ini mempersempit aliran air dengan
debit yang cukup besar ketika hujan datang, keadaan ini juga diakibatkan air
hujan kiriman dari bogor dan sekitarnya.
1Laporan Evaluasi RW Kumuh Dki Jakarta tahun 2013
49
Gambar 4.1. Capture data release BPS Jakarta Timur pada tahun 2013. Data diatas menempatkan
wilayah RW 02 Kelurahan Cibubur pada klasifikasi kumuh ringan.
Permasalahan banjir ini diungkapkan ketua RT 009/02 Kelurahan
Cibubur Pak Pringadi dalam petikannya sebagai berikut :
“Seingat saya, kita terkena banjir paling besar tu tiga kali, tahun
2014,2012 sama 2007. Waktu itu lantai satu terendam 1 meter lebih, kita
ngungsi ke lantai dua semua.Tapi kalau banjir kecilnya nggak terhitung
berapa kali.”2
Apa yang disampaikan Pak Pringadi sesuai dengan pendapat Bapak M. Idris,
Ketua RT 006/02 Kelurahan Cibubur. Selama 23 tahun menjadi Ketua RT tidak
terhitung berapa kali rumahnya dihantam banjir.Dia mengingat ada tiga kali terjadi
banjir besar.Pendapat peneliti banjir besar yang dimaksud M. Idris sama dengan
pendapat Pringadi yaitu di tahun 2007, 2012 dan 2014 lalu.
“Udah nggak terhitung lagi berapa kali banjir di sini, tapi yang saya ingat
banjir besarnya ada tiga kali”3
Setiap kali terjadi banjir, Pak Pringadi selalu dalam keadaan sadar atau tidak
sedang tidur. Hal ini dikarenakan memang beliau melihat tanda-tanda banjir akan
2 Pringadi, Wawancara pribadi (Jakarta, 19 Mei 2015) 3 M. Idris, Wawancara pribadi (Jakarta, 15 Mei 2015)
50
datang. Oleh karenanya beliau bisa mengevakuasi keluarga dan barang-barangnya
terlebih dahulu sebelum banjir benar-benar datang. Seperti penuturannya :
“Kalau mau banjir tu biasanya banyak sampah-sampah yang hanyut dibawa
sungai, terus arusnya agak kencang, ditambah lagi debit air yang pelan-
pelan naik dari debit normal. Kan kita tau tu debit normal sungai tu
batasnya semana. Jadi kalau debitnya terus naik, bisa dipastikan
banjir.Selain itu kalau hujan turun terus-menerus sampe dua hari lebih,
biasanya pasti banjir. Apalagi kalau ada informasi di bogor juga hujan
lebat. Tau bakal banjir, kita pindahkanlah barang-barang ke lantai
atas.Kalau kita lihat banjir bakal besar, ngungsi ke tempat keluargalah.Tapi
kalau nggak, kita bertahan dirumah aja, karena satu hari biasanya surut.”4
Pak Pringadi benar-benar mengerti bagaimana banjir dari luapan sungai
Cipinang akan datang. Dan dengan beberapa tanda banjir tersebut akan datang,
beliau juga tahu harus segera bertindak seperti apa agar dapat meminimalisir
dampak dari banjir tersebut, baik itu kerusakan pada barang-barang yang
dimilikinya ataupun terserang macam penyakit. Dari kutipan ini peneliti
berpendapat Pak Pringadi cukup mengerti tentang mitigasi bencana banjir.Begitu
pula dengan Pak M.Idris yang mengatakan.
“Tanda banjir mau datang tu mendung di arah bogor sana. Terus hujan
nggak berhenti sampai empat jam lebih. Debit air sungai naik, terus
airnya betul-betul keruh.Kalau mengurangi resiko banjir nggak bisa,
paling hanya berbicara mengantisipasilah, kalau dia (banjir) datang kita
harus siap-siap aja.”5
Menurut Pak Pringadi permasalahan banjir luapan sungai Cipinang di
Lingkungannya adalah permasalahan yang kompleks.Bagi beliau hujan bukanlah
penyebab terjadinya banjir.Beliau mengatakan bahwa hujan merupakan kodrat
alamiah yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Hanya saja bagaimana manusia bisa
4 Pringadi, Wawancara pribadi (Jakarta, 19 Mei 2015) 5 M. Idris, Wawancara pribadi (Jakarta, 15 Mei 2015)
51
bijak dengan turunnya hujan tersebut, dan bukan menilai bahwa hujan yang turun
akan menyebabkan banjir. Ada beberapa faktor menurut beliau yang menjadi satu
kesatuan yang menyebabkan banjir,yaitu penyempitan sungai karena pemukiman,
pembuangan sampah ke sungai, dan tidak ada atau tidak teraturnya pohon
penyangga di bantaran sungai. Berikut penuturannya :
“Saya melihat ada tiga faktor yang menyebabkannya.Satu, aliran sungai
terlampau kecil.Hal ini dikarenakan pemukiman-pemukiman yang secara
perlahan menjorok ke sungai.Dua, membuang sampah ke sungai.Dan ketiga
pohon-pohon dipinggir sungai tu nggak teratur.Malah kebanyakan nggak
ada pohonnya. Yang ini kan faktor manusia semua. Kalau aliran sungai tu
normal, bentuk aslinya nggak terganggu, mau hujan kayak manapun, nggak
akan banjir dia. Paling meluap ke bantaran, dan itu kan wajar.”6
Hal ini menjelaskan bahwa Lingkungan RT 006 dan 009 RW 02
Kelurahan Cibubur benar-benar daerah langganan banjir. Ketika di tanya apa
yang menyebabkan banjir tersebut, Pak M. Idrismengatakan :
“Ada bebera penyebabnya menurut saya.Hujan deras nggak berhenti-
berhenti. Terus membuang sampah ke sungai, lama-lama kan sungai tu
jadi dangkal dan sempit. Alhasil daya tampungnya jadi kecil, jadi
gampang meluap dia.”7
6 Pringadi, Wawancara pribadi (Jakarta, 19 Mei 2015) 7 M. Idris, Wawancara pribadi (Jakarta, 15 Mei 2015)
52
Gambar.4.2. Wilayah banjir Kelurahan Cibubur akibat luapan kali Cipinang
Wilayah banjir yang dimaksud dalam penelitian ini terlihat di wilayah
lingkaran berwarna merah dalam gambar diatas. Dimana secara geografis
wilayah dengan lingkaran berwarna merah yaitu wilayah RT 006 dan 009 RW
02 Kelurahan Cibubur dilalui oleh kali Cipinang.Wilayah tersebut juga
berseberangan dengan Pasar Jaya Cibubur.Karena letak yang tak jauh dari pasar
banyak pedagang yang membuat tempat usaha pula di lingkungan RT 06 RW
02.Salah satu usaha yang menurut peneliti cukup memberikan dampak adalah
rumah pemotongan ayam dan penjual barang-barang bekas.Limbah cairan
dialirkan dari rumah pemotongan ayam dan barang-barang bekas langsung ke
arah kali Cipinang.
Wilayah Banjir di RW 02
Kelurahan Cibubur
53
B. Respon Masyarakat dalam Mengatasi Permasalahan
1. Lembaga yang menjadi stakeholders
Di dalam setiap masyarakat pasti terdapat lembaga-lembaga yang tumbuh
dan berkembang dalam diri masyarakat itu sendiri. Baik itu berupa lembaga
tradisional maupun lembaga-lembaga yang datang dari luar masyarakat seperti
lembaga pemerintah, swasta maupun LSM (lembaga swadaya masyarakat). Ada
lembaga yang bersifat informal seperti kelompok atau perkumpulan, adapula
lembaga-lembaga formal yang memiliki struktur organisasi yang jelas seperti
Kantor Kelurahan dan aparatnya. Penelitian ini melakukan identifikasi terhadap
lembaga-lembaga dan peranannya dalam mengatasi banjr yang terjadi di
wilayah RW 02 Kelurahan Cibubur.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi, diperoleh gambaran bahwa
secara umum terdapat beberapa lembaga yang merupakan stakeholder atau
pemangku kepentingan terhadap kesejahteraan masyarakat di lokasi penelitian,
antara lain aparat Kelurahan, Ketua RT/RW, LMK, Karang Taruna, puskesmas,
posyandu, dan PKK. Diantara semua elemen masyarakat diatas adalah sosok
Ketua RT 006 dan 009 RW 02 Kelurahan Cibubur yang sangat berperan
menjadi motor penggerak sebab mereka mampu menyerap keluhan juga
menggalang gotong royong warga dan elemen lainnya untuk mengatasi kondisi
yang dihadapi.
54
Aparat kelurahan sebagai bawahan dari pemerintah kota menjalankan
program-program turunan dari pemerintah kota dan Lurah melakukan tugas-
tugas koordinasi dengan kecamatan maupun pemerintah kota. Manfaat dan
pengaruh yang dirasakan masyarakat adalah pelayanan administratif
pemerintahan seperti pengurusan surat-menyurat dan memfasilitasi musyawarah
untuk menyelesaikan permasalahan diseputar lingkungan Kelurahan. Lurah dan
aparat kelurahan lainnya sebagian besar tidak berdomisili di Cibubur tetapi
ditempatkan oleh Pemerintah kota, sehingga ikatan yang terjadi antara aparat
kelurahan dengan masyarakatnya timbul sebatas tugas dari pemerintah.
Lembaga-lembaga bentukan pemerintah seperti LMK, PKK dan
posyandu cukup mampu menjadi penggerak dari proses pemberdayaan
masyarakat dalam bidangnya masing-masing yakni kesehatan, pembangunan,
dan keharmonisan lingkungan. Hampir setiap kegiatan yang diadakan lembaga-
lembaga tersebut dapat berjalan tanpa masyarakat mendapatkan imbalan materi
seperti uang atau materi dalam bentuk lainnya.Adapun diagram venn
kelembagaan yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
55
Gambar 4.3. Diagram Venn Hubungan Kelembagaan mengatasi banjir di
RW 2 Kelurahan Cibubur.
a. Kelurahan Cibubur
Pemerintah Kelurahan berpengaruh bagi masyarakat dalam pelayanan
administratif pemerintahan karena bertugas melayani masyarakat dalam
pembuatan surat-menyurat seperti KTP, KK dan kartu miskin, menyalurkan
bantuan dari pemerintah seperti raskin, meneruskan program-program dari
pemerintah daerah, membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan di kelurahan, sebagai mediator yang memfasilitasi hubungan
masyarakat dengan pemerintah kecamatan dan kota juga dalam masalah-
masalah sosial ekonomi lainnya.Untuk permasalahan ini kelurahan berperan
dalam fasilitasi musyawarah-musyawarah dan sosialisasi kebersihan lingkungan.
MASYARAKAT
KETUA
RW/RT
PUSKESMAS
PKK
POSYANDU
KELURAHAN
LMK
56
b. Pengurus RT/RW
Pengurus RT/ RW memiliki pengaruh dan hubungan yang sangat dekat
dengan masyarakat, karena menjadi ujung tombak dari pemerintahan di
kelurahan dan sangat memahami kondisi di wilayahnya masing-masing. Ketua
RT diperlukan oleh masyarakat untuk memfasilitasi hubungannya dengan Ketua
RW dan pemerintah kelurahan misalnya dalam penyaluran beras miskin,
pengurusan kartu keluarga (KK), kartu tanda penduduk (KTP), pembayaran
pajak bumi dan bangunan (PBB), pengurusan surat keterangan tidak mampu
dan sebagainya.Dalam permasalahan banjir ini pengurus RT 006 dan 009 RW
02 Kelurahan cibubur menjadi motor penggerak kegiatan penanggulangan
banjir diwilayahnya. Bapak M. Idris, Ketua RT 006 RW 02 Kelurahan Cibubur
yang juga sebagai penduduk asli Cibubur cukup disegani dan memiliki
pengaruh tidak hanya di lingkungan RT-nya bahkan di seluruh lingkungan
Kelurahan Cibubur.Seringkali pendapat beliau diharapkan untuk mengatasi
berbagai kondisi di lingkungan.
c. PKK dan Posyandu
PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)sudah cukup dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat secara luas, bahkan sudah setiap RW memiliki pos
untuk kegiatan rutin bulanan. Saat ini PKK melaksanakan program Posdaya
seperti JUMANTIK (Jumat Anti Jentik-nyamuk), BKB (Bina Keluarga Balita) ,
BKR (Bina Keluarga Remaja) dan BKL (Bina Keluarga Lansia). Posyandu
57
yang merupakan bagian dari kegiatan PKK dianggap cukup penting karena
disini anak-anak balita mendapatkan imunisasi dan makanan tambahan yang
bergizi.banyak ibu-ibu yang tertarik datang ke posyandu untuk melihat
perkembangan kesehatan balita mereka. PKK berperan dalam sosialisasi
kebersihan lingkungan dan membantu dalam hal konsumsi pada saat kegiatan
berlangsung.
Gambar 4.4. Menyiapkan Konsumsi – Ibu-ibu PKK berpartisipasi untuk
kegiatan perbaikan drainase di wilayah RW 02 Kelurahan CibuburMinggu
(15/7).Doc.LMK Kelurahan Cibubur.
d. Puskesmas
Puskesmas sangat penting dan dekat hubungannya dengan masyarakat.
Di Puskesmas seluruh penduduk kelurahan Cibubur bisa menikmati layanan
kesehatan gratis dan lokasinya yang relatif dekat dengan pemukiman warga dan
dilewati angkutan umum KWK T18. Pelayanan kesehatan terhadap terkena
dampak banjir sangat dibutuhkan terutama untuk anak-anak dan lansia.
58
e. LMK
LMK, yang menjadi baju baru dari Dewan Kelurahan berdasar dari
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Lembaga Musyawarah
Kelurahan (LMK), merupakan institusi penampung dan menyampaikan
aspirasi masyarakat, penggerakan partisipasi dan solidaritas masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, turut serta dalam menyelesaian masalah sosial
kemasyarakatan, perumusan usulan kebutuhan masyarakat yang perlu dibantu
oleh pemerintah, serta membantu pemerintah dalam mensosialisasikan
peraturan perundang-undangan dan program lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan serta menjamin tercapainya tujuan pembangunan di
provinsi DKI Jakarta. Anggota LMK merupakan perwakilan dari setiap RW di
kelurahan dan diterapkannya kembali institusi Dewan Kota untuk tingkat kota-
madya/kabupaten yang anggotanya perwakilan dari setiap kecamatan.
2. Upaya Partisipatif Masyarakat dalam Menanggulangi Banjir di Wilayah RW
02 Kelurahan Cibubur.
Keberhasilan suatu proses pembangunan tidak dapat dilepaskan dari
adanya partisipasi anggota masyarakatnya, baik sebagai kesatuan sistem
maupun sebagai individu yang merupakan bagi yang sangat integral yang
sangat penting dalam proses dinamika pembangunan, karena secara prinsip
pembangunan ditunjukkan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Oleh
59
sebab itu tanggung jawab berhasil tidaknya pembangunan tidak saja ditangan
pemerintah tetapi juga ditangan masyarakat.
Untuk mengetahui pemahaman para pegawai kelurahantentang
partisipasimasyarakat, maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan
dalam penelitianini. Adapun pertanyaannya mengenai pengertian partisipasi
masyarakat dalampembangunan.Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
Lurah, Budy Hartati, S.Sos, beliau mengatakan :
“Partisipasi masyarakat merupakan peran serta masyarakat dalam
setiapprogram yang dilaksanakan oleh Kelurahan yang tentunya hanrus
bersinergi dengantujuan serta mekanisme yang telah ditentukan oleh
Kelurahan, peran masyarakatdalam pembangunan jelas sebagai subjek
maupun objek dari pembangunan itusendiri“.8
Kemudian hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua RW 02 Kelurahan
Cibubur, beliau mengatakan bahwa :
“Partisipasi masyarakat ialah segala sesuatu yang masyarakat berikan
demikelancaran program – program yang Kelurahan laksanakan dan
tentunya demikepentingan masyarakat itu sendiri, jadi partisipasi
masyarakat dalam pembangunandapat dilihat dari peran aktif masyarakat
dalam menjalankan setiap programpembangunan yang ada”.9
Kasi Pemerintahan, Sandy Adamsyah juga memberikanpengertian
mengenai partisipasi masyarakat, beliau mengatakan bahwa:
“Partisipasi yang masyarakat berikan tentunya akan berdampak
signifikandengan tingkat keberhasilan dari program – program yang
Kelurahan laksanakan”.10
8 Budi Hartati, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015) 9 Idris Kinam, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015) 10 Sandy Adamsyah, Wawancara pribadi (Jakarta, 14 Mei 2015)
60
Dari jawaban para informan tersebut dapat disimpulkan bahwa
partisipasimasyarakat dalam pembangunan tersebut adalah peran serta yang
diberikanmasyarakat dalam melancarkan setiap program kerja yang
direncanakan olehKelurahan sebagai perwujudan tujuan Kelurahan agar
masyarakat di daerahtersebut sejahtera dan menikmati pembangunan. Peran
aktif masyarakat dalammembantu tugas Kelurahan dalam menjalankan setiap
program pembangunan yang ada.
Partisipasi yang baik bergantung pada pola komunikasi yang baik antara
pemerintahan dan masyarakatnya. Hasil wawancara peneliti dengan Lurah,
beliau mengatakan bahwa :
“Selama ini tidak pernah ada masalah antara pihak Kelurahan
denganmasyarakat karena Kelurahan sangat welcome dan legowo dalam
menanggapisetiap keluhan masyarakat. Setiap ada permasalahan yang
timbul pihak Kelurahandan masyarakat sama – sama mencari
solusinya.”11
Hal senada juga diungkapkan Ketua RW 02, Idris Kinam, beliau
jugamengatakan :
“Pegawai Kelurahan sangat legowo dan bersifat mengayomi ketika
setiapmasyarakat memiliki masalah.Mereka selalu mengarahkan dan
memberi solusi ataspermasalahan yang dihadapi.Tapi pihak Kelurahan
juga memiliki ketegasan ketikamasyarakat kurang pro aktif dalam setiap
program.”12
11 Budi Hartati, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015) 12 Idris Kinam, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015)
61
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Kelurahan Cibubur beliau
mengatakan :
“Masyarakat diberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat di
setiappertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh Kelurahan terutama
dalam halperencanaan drainase di Kelurahan Cibubur”13
Hal senada dikatakan oleh Kasi Pemerintahan, beliau mengatakan kepada
peneliti bahwa:
“Setiap ada pertemuan yang diadakan oleh Kelurahan maka
masyarakatselalu diundang agar dapat memberikan ide – ide serta
gagasan yang dapat membuatperencanaan jadi lebih baik”.14
Dari pernyataan informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Kelurahansebagai pihak yang berwenang menentukan alur perencanaan
drainase memberikan kebebasan atau peran lebih kepada masyarakat agar
masyarakat dapat berperan penuh dalam setiap pelaksanaan rencana tersebut.
13 Budi Hartati, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015) 14 Sandy Adamsyah, Wawancara pribadi (Jakarta, 14 Mei 2015)
62
Gambar.4.5. Pertemuan membahas banjir di RW 02 Kelurahan
Cibubur.Bapak Hadi (berbaju kuning) tengah menyampaikan gagasan
mengatasi banjir.Minggu (8/6).Doc.LMK Kelurahan Cibubur.
Dari hasil pertemuan masyarakat dengan kelurahan tersebut maka
dihasilkan dua rencana kegiatan untuk menanggulangi banjir di wilayah RW 02
Kelurahan Cibubur yaitu sosialisasi meningkatkan kebersihan lingkungan
dengan tidak membuang sampah ke kali cipinang dan perbaikan drainase di
wilayah terkena dampak banjir.
Sosialisasi kebersihan dari kelurahan dimulai dengan mengundang
jajaran pengurus Rukun Warga 02 Kelurahan Cibubur, seluruh perwakilan
Rukun Tetangga, PKK, LMK, dan Karang Taruna. Diharapkan masing-masing
perwakilan yang hadir proaktif mensosialisasikan yang disampaikan terkait
banjir di lingkungan RW 02 Kelurahan Cibubur.
63
Gambar. 4.6. Sosialisasi Meningkatkan Kebersihan Lingkungan. Sosialisasi
disampaikan oleh Kasi Pemerintahan, Sandy Adamsyah (berbaju biru) kepada
masyarakat saat pertemuan persiapan HUT DKI Jakarta.Minggu (15/6)
Doc.LMK Kelurahan Cibubur.
Hasil dari pertemuan mengatasi banjir selanjutnya adalah perbaikan
drainase diwilayah banjir yaitu RT 006 dan 009 RW 02 Kelurahan Cibubur.
Dalam musyawarah tersebut telah disepakati bahwa yang menjadi sumber dana
untuk kegiatan perbaikan drainase berasal dari dana pembangunan lingkungan
dari kelurahan, dana pembangunan RW 02, dana Pembangunan RT 006 dan 009
RW 02 Kelurahan Cibubur dan swadaya masyarakat sekitar.Pelaksanaan
perbaikan drainase dilakukan secara gotong royong dengan melibatkan
komponen masyarakat yang ada.Mereka berpartisipasi sesuai dengan
kemampuan masing-masing baik dalam bentuk uang, materi, ataupun secara
langsung menggunakan tenaga mereka. Sebagaimana diungkapkan Kepala
Kelurahan Cibubur, beliau mengatakan :
64
“ Dalam pembangunan juga kami biasanya menyampaikan kepada
masyarakat bahwa bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi untuk
pembangunan dapat membantu dalam bentuk uang atau dalam bentuk
swadaya masyarakat yang lain. namun kami tidak memaksakan, Respon
masyarakat yang kami liat cukup baik.”15
Dana merupakan salah satu penggerak utama yang menentukan dalam
penyelengaraan pembangunan, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah
sumbangan masyarakat dalam bentuk materi (barang).Tidak semuanya
masyarakat menyumbang dalam bentuk uang tetapi ada juga masyarakat yang
berpartisipasi dalam bentuk materi (barang), bahkan ada masyarkat yang
menyumbangkan kedua-duanya (uang dan materi).Hal ini didasari karena
adanya rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan yang
dilaksanakan di lingkungannya.
Gambar.4.7. Proses Perbaikan drainase di rt 009/02 Kelurahan
Cibubur. Warga masyarakat bergotong royong memperbaiki drainase
untuk mengatasi banjir di RW 02 Kelurahan Cibubur.Minggu
(13/7)Doc.LMK Kelurahan Cibubur.
15 Budi Hartati, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015)
65
Namun partisipasi masyarakat dalam bentuk materi (barang) bisa
dikatakan rendah, karena berdasarkan wawancara langsung dengan responden
mengatakan bahwa masyarakat lebih banyak menyumbangkan dalam bentuk
uang (dana). Alasan lain yang diungkapkan responden bahwa untuk
menyumbang dalam bentuk materi agak menyita waktu dan tenaga. Hal ini
sesuai dengan yang di ungkapkan oleh bapak Sandy Alamsyah yang
mengatakan bahwa :
“jarang sekali masyarakat yang memberikan sumbangan dalam
bentuk materi. Mereka lebih memilih memberikan uang, karena
mereka tidak repot. Namun ada juga yang memang memberikan
materi seperti semen, pasir, batu dan lain-lain…”16
Bentuk lain partisipasi dalam proses perbaikan drainase yang
merupakan wujud dari rasa tanggung jawab masyarakat ditunjukkan melalui
partisipasi aktif atau tenaga.Ketua RW 02, bapak Idris Kinam mengatakan :
“semua bentuk partisipasi masyarakat kita butuhkan, terutama gotong
royong warga. Tinggal sejauh mana kemampuan tenaga dan keahlian
masing-masing.Yang bisa nyemen, ngaduk…ya semua berguna
sekali.”17
C. Perubahan yang dirasakan oleh masyarakat
Manfaat dengan adanya kegiatan perbaikan drainase di lingkungan RW
02 di Kelurahan Cibubur sudah dirasakan oleh masyarakat.Seperti hasil
wawancara dengan Ketua RT 006/02, M.Idris Kelurahan Cibubur :
16 Sandy Adamsyah, Wawancara pribadi (Jakarta, 14 Mei 2015) 17 Idris Kinam, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015)
66
“Yahh…dampak perubahannya benar-benar terlihatlah..,semuabisa
selesai juga dan masyarakat juga dapat menikmati, yang dulunya jalan-
jalan kalau hujan digenangi air”18
Seperti yang di katakan oleh Ketua RT 009 Kelurahan Cibubur :
“Semua manfaat dari program penanganan banjir di RW 02 benar-benar
berdampak positif, contohnya saja, dulu disitu kan tidak seperti sekarang,
kalau lagi banjir, kasihan lihatnya apalagi anak-anak.Alhamdulillah..,
tentunya ini semua berdampak kepada masyarakat juga.”19
Gambar 4.8. Drainase di wilayah RW 02 setelah diperbaiki. Berdiri Pawit S,
Anggota LMK RW 2 Kelurahan Cibubur (paling kanan) bersama pengurus
LMK dan warga.Minggu (13/7). Doc.LMK Kelurahan Cibubur.
Dengan lingkungan yang tidak banjir lagi memperlancar kegiatan
ekonomi, pendidikan,dansosial masyarakat.Bahkan diharapkan label kumuh
menurut BPS tahun 2013 tidak lagi melekat di lingkungan RW 02 Kelurahan
Cibubur. Ketua RW 02 Kelurahan Cibubur mengatakan :
18 M. Idris, Wawancara pribadi (Jakarta, 15 Mei 2015) 19 Pringadi, Wawancara pribadi (Jakarta, 19 Mei 2015)
67
“semoga saja lingkungan kita gak masuk kategori kumuh lagi, tapi
minimalnya warga gak kena banjir lagi juga memang itu yang kita
harapkan.”20
Alur Proses Kegiatandi Masyarakat dalam upaya penanggulangan banjir di
RW 02 Kelurahan Cibubur.
20 Idris Kinam, Wawancara pribadi (Jakarta, 18 Mei 2015)
BANJIR
DI RW 2 CIBUBUR
KATEGORI RW KUMUH
KELUHAN
MASYARAKAT
MUSYAWARAH BANJIR
•SOSIALISASI KEBERSIHAN LINGKUNGAN
•PERBAIKAN DRAINASE
MUSYAWARAH PANITIA
PERBAIKAN DRAINASE
PELAKSANAAN PERBAIKAN
DRAINASE DI RW 2 CIBUBUR
BANJIR TERMINIMALISIR / TIDAK KUMUH
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan oleh penulis tentang Pemetaan
Sosial Partisipasi Masyarakat Rukun Warga 02 Kelurahan Cibubur, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, maka kesimpulan sebagai berikut :
1. Kaitan antara pemetaan sosial kelurahan dengan pelaksanaan
pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat yang ada di Kelurahan
Cibubur sebagai suatu hubungan timbal balik dimana dengan
menggunakan potensi yang ada dari hasil pemetaan di masing-masing
kelurahan dapat mempengaruhi pelaksanaan pembangunan yang ada serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dari seluruh aspek yang ada di
Kelurahan Cibubur.
2. Partisipasi masyarakat di Kelurahan Cibubur cukup baik dalam mengatasi
masalah sosial yang ada. Masyarakat terlibat dalam menentukan akar
masalah, menentukan alternatif solusi, dan tahap pelaksanaan mengatasi
masalah tersebut.
B. Saran-saran
1. Bagi pihak Kelurahan Cibubur hendaknya terus menerus
mempertahankan hubungan baik yang telah dicapai selama ini dengan
masyarakat, agar secara bersama dapat menentukan akar masalah serta
formulasinya yang tepat untuk segala masalah yang akan dihadapi.
69
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkoordinasi dengan
masyarakat agar tidak terjadi perbedaan pandangan mengenai
pelaksanaan pembangunan dimana tujuan pelaksanaan pembangunan
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Bagi masyarakat agar menjaga kelestarian lingkungan yang ada di
Kelurahan Cibubur dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkandiri dalam proses
pengumpulan data segala persiapannyanya sehingga penelitian
dapatdilaksanakan dengan lebih baik.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2008.
Aziz,Muslim. Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat,
Bandung: Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. 2007.
Buku Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. Bandung:Dria Media.
1996.
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif , Jakarta PT Grafindo Persada,
2003.
Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian
untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
1996.
Ife, jim. Community Development. Yogyakarta. Pustaka pelajar. 2008.
Kartasapoetra. Pembangunan Berkelanjutan. Semarang : PT. Dwi Antara. 1987.
Laporan Evaluasi RW Kumuh Dki Jakarta Tahun 2013
Migley, James. Social Development: The Developmental Perspective in Social
Welfare. London:Sage Publications Ltd. 1995.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 1991.
Ndraha, Taliziduhu. Pengantar Teori Pembangunan Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Rineka Cipta. 1991.
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. 2001.
71
Soekidjo. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung : Penerbit Gramedia Group.
1994.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung CV Alvabeta, Agus, Cet-ke
5. 2007.
Sugiyono, Prof. Dr. Penelitian Kualitatif, Bandung Alfabeta, Cet, Ke-5. 2007.
Suharto , edi .Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika
Aditama: Bandung. 2009
Sumarno, Nugroho, T. 1987. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:
PT. Hanindita.
Soenarno, Kamanto. 2002. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit FE-UI,.
Jakarta.
Undang-undang dasar Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan sosial.
UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
Widjaja, Mahmud. 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Medan : Gempita
Group.
Internet
http://www.dpr.go.id/id/berita/pansus/2013/feb/20/5185/dpr-akan-tuntaskan-ruu-
ppdt-tahun-ini diakses pada tanggal 28 Mei 2014
http://www.bps.go.id/?news=1023 diakses pada tanggal 28 Mei 2014
Pedoman Observasi
Kegiatan ditingkat masyarakat
1. Kondisi kependudukan dan Lingkungan di Kelurahan Cibubur
2. Keadaan sosial budaya di Kelurahan Cibubur
3. Kondisi lingkungan di Kelurahan Cibubur, khususnya di RW 02
4. Hubungan Kelurahan dengan masyarakat di Kelurahan Cibubur
5. Pertemuan-pertemuan kelurahan dengan masyarakat di Kelurahan Cibubur
6. Kegiatan mengatasi permasalahan banjir di RW 02 Kelurahan Cibubur
PEDOMAN WAWANCARA
Pemetaan Potensi Kelurahan dalam Pelaksanaan Pembangunan
Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur.
Biodata Informan (informan kunci/ terkena dampak permasalahan).
Nama : ………………………………..
Jenis Kelamin : …………………….
Usia : ….. Tahun.
Pendidikan : ……………………..
Pekerjaan : ………………………………..
Pertanyaan.
1. Sudah berapa lama anda tinggal di lingkungan ini?
2. Apakah rumah anda pernah dilanda banjir? Berapa kali hal tersebut terjadi?
3. Sejauh ini apa yang anda lakukan untuk mengantisipasi atau setidaknya
mengurangi resiko banjir?
4. Menurut anda, faktor apa saja yang menyebabkan banjir dan dampaknya di
lingkungan ini?
5. Apakah anda pernah membuat atau terlibat diskusi tentang banjir dengan
masyarakat lingkungan ini?
6. Jika pernah, berapa lama atau berapa kali diskusi tersebut berlangsung dan
berapa orang yang megikutinya?
7. Apakah anda pernah mengajak atau diajak warga untuk mengevaluasi banjir ?
8. Jika pernah, seperti apa evaluasi yang dilakukan?
Biodata Informan (informan kunci/ stake holder).
Nama : ………………………………..
Jenis Kelamin : …………………….
Usia : ….. Tahun.
Pendidikan : ……………………..
Pekerjaan : ………………………………..
Pertanyaan.
1. Menurut Bapak/Ibu apa pengertian partisipasi masyarakat dalam
pembangunan?
2. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
lingkungan ini?
3. Bagaimana pola hubungan antara Kelurahan dengan Masyarakat agar
menciptakan masyarakat yang partisipatif?
4. Apakah ada wadah komunikasi yang khusus membahas tentang banjir di
RW 02?
5. Bagaimana tingkat kebebasan masyarakat dalam memberikan pendapat
mengenai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di lingkungan tersebut?
6. Bagaimana pengawasan di daerah aliran sungai yang dilakukan oleh
masyarakat?
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi : Penanggulangan banjir di RW 2 Kelurahan Cibubur
Waktu Observasi : Minggu, 8 Juni 2015
Tempat Observasi : Beranda Barat Kelurahan Cibubur
Orang yang terlibat : Pihak Kelurahan Cibubur, LMK, Ketua RW dan RT ,PKK,
dan masyarakat
Pertemuan membahas banjir di RW 02 Kelurahan Cibubur. Bapak Hadi
(berbaju kuning) tengah menyampaikan gagasan mengatasi banjir.
Minggu (8/6).Doc. LMK Kelurahan Cibubur.
Aspek Kegiatan Deskripsi Makna
Penyusunan Program
Penanggulangan banjir
di RW 2 Kelurahan
Cibubur
Penyusunan program
Penanggulangan banjir di
RW 2 Kelurahan
Cibubur adakan di
rumah ketua LKM, yang
hadir dalam acara ini
Pihak Kelurahan
Cibubur, LMK, Ketua
Perencanaan ini adalah
perencanaan partisipatif
warga untuk
mengembangkan program
penanggulangan banjir di
RW 2 Cibubur. Program
dikembangkan berdasarkan
hasil kajian masalah
RW dan RT ,PKK, dan
masyarakat. Acara di
awali dengan kata
sambutan dari ketua
LMK, dan kemudian
berdiskusi program apa
yang akan dilaksanakan
di Cibubur, setelah
berdiskusi, para peserta
yang hadir telah
memustuskan program
yang akan dilaksanakan
untukRW 2 Cibubur,
yaitu sosialisasi
kebersihan dan perbaikan
Drainase
(kebutuhan) dan analisa
potensi dalam Pemetaan
Swadaya di masyarakat.
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi : Sosialisasi Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Cibubur
Waktu Observasi : Minggu, 15 Juni 2015
Tempat Observasi : Aula Kantor Lurah Cibubur
Orang yang terlibat : Pihak Kelurahan Cibubur, LMK, Ketua RW dan RT ,PKK,
dan masyarakat
Sosialisasi Meningkatkan Kebersihan Lingkungan. Sosialisasi
disampaikan oleh Kasi Pemerintahan, Sandy Adamsyah (berbaju biru)
kepada masyarakat saat pertemuan persiapan HUT DKI Jakarta. Minggu
(15/8) Doc. LMK Kelurahan Cibubur.
Aspek Kegiatan Deskripsi Makna
Sosialisasi Kebersihan
Lingkungan di
Kelurahan Cibubur
Dalam sosialisasi awal di
Kelurahan Cibubur
dilaksanakan oleh Pihak
Kelurahan yang terdiri
dari lima orang, Lurah
Cibubur, dan juga para
perangkat masyarakat dari
Peserta adalah orang-orang
yang berkepentingan
langsung dengan materi
yang diberikan oleh pihak
terkait. Apa diharapkan
dari sosialisasi adalah
masyarakat melaksanakan
RW dan RT untuk
mensosialisasikan
Kebersihan Lingkungan
kepada masyarakat, dalam
sosialisasi ini Lurah
memberikan sedikit kata
sambutan dan penjelasan
awal kemudian langsung
dibuka oleh ketua LMK.
masyarakat Cibubur
cukup antusias dalam
sosialisasi awal di
wilayah mereka.
apa yang disampaikan dan
terjadi perubahan menjadi
lebih baik.
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi : Pembentukan Panitia Pelaksana Perbaikan Drainase di
RW 02 Kelurahan Cibubur
Waktu Observasi : Senin, 16 Juni 2015
Tempat Observasi : Aula RW 02 Cibubur
Orang yang terlibat : LMK, Ketua RW, RT 06 dan 09 ,PKK, dan masyarakat
Pertemuan pembentukan panitia perbaikan drainase turut dihadiri ibu-
ibu PKK dari RT 006 dan 009 RW 02 Cibubur. Pembentukan panitia
didasari kemampuan dan kemauan masing-masing elemen
masyarakat.(15/6). Dok. LMK Kelurahan Cibubur.
Aspek Kegiatan Deskripsi Makna
Pembentukan
Panitia Pelaksana
Perbaikan
Drainase di RW 02
Kelurahan Cibubur
Pembentukan LKM Cibubur
dilaksanakan di Aula RW 02, yang
hadir dalam acara ini setiap
perwakilan RT yang ada di RW 2
Cibubur. Pembentukan LKM dengan
didasari kemampuan dan kemauan
Pembentukan panitia ini
merupakan jawaban dari
kebutuhan masyarakat
terhadap adanya
organisasi masyarakat
warga yang mampu
masing-masing elemen masyarakat. menerapkan nilai nilai
luhur seperti musyawarah
untuk mufakat dan
gotong royong.
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi : Pelaksanaan Perbaikan Drainase di RW 2 Cibubur
Waktu Observasi : Minggu, 13 Juli 2015
Tempat Observasi : Lingkungan Masyarakat RW 02 Cibubur
Orang yang terlibat : Pihak Kelurahan Cibubur, LMK, Ketua RW dan RT ,PKK,
dan masyarakat RW 02 Cibubur
Perbaikan drainase di rt 009/02 Kelurahan Cibubur. Warga
masyarakat bergotong royong memperbaiki drainase untuk
mengatasi banjir di RW 02 Kelurahan Cibubur. Minggu (13/7)
Doc. LMK Kelurahan Cibubur.
Aspek Kegiatan Deskripsi Makna
Pelaksanaan Perbaikan
Drainase di RW 2
Cibubur
Pelaksanaan program-
program yang sudah
direncanakan oleh
masyarakat dilaksanakan
pada hari minggu pagi,
dalam pekerjaan ini
Pelaksanaan Program yang
dilaksanakan masyarakat
sendiri bukti dari masih
tinggi nya tingkat
partisipasi masyarakat
untuk membangun atau
semua masyarakat
diundang untuk
bergotong royong
mengerjakan
programnya. Masyarakat
yang hadir cukup banyak
dan terlihat ke
kompakakan dan canda
tawa satu sama lain,
terlihat sekali kalau
tingkat partisipasi di
Cibubur sangat tinggi.
menanggulangi masalah di
lingkungan mereka. Dan
dalam pembangunan,
prinsip utamanya adalah
menjadikan masyarakat
sebagai subyek dan objek
pembangunan tersebut
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : M. Idris. (Ketua RT 006/02 Cibubur/ terkena dampak
permasalahan)
Waktu Wawancara : Kamis, 15 Mei 2015
Tempat Wawancara : Kediaman Narasumber.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama anda
tinggal di lingkungan ini?
“Alhamdulillah…saya udah dari lahir di
Cibubur. Turun-temurun tinggal disini..”
2. Apakah rumah anda pernah
dilanda banjir? Berapa kali
hal tersebut terjadi?
“Udah nggak terhitung lagi berapa kali
banjir di sini, tapi yang saya ingat banjir
besarnya ada tiga kali.”
3. Sejauh ini apa yang anda
lakukan untuk
mengantisipasi atau
setidaknya mengurangi
resiko banjir?
“Tanda banjir mau datang tu mendung di
arah bogor sana. Terus hujan nggak
berhenti sampai empat jam lebih. Debit air
sungai naik, terus airnya betul-betul keruh.
Kalau mengurangi resiko banjir nggak
bisa, paling hanya berbicara
mengantisipasilah, kalau dia (banjir)
datang kita harus siap-siap aja.”
4. Menurut anda, faktor apa
saja yang menyebabkan
banjir dan dampaknya di
lingkungan ini?
“Ada bebera penyebabnya menurut saya.
Hujan deras nggak berhenti-berhenti. Terus
membuang sampah ke sungai, lama-lama
kan sungai tu jadi dangkal dan sempit.
Alhasil daya tampungnya jadi kecil, jadi
gampang meluap dia.”
5. Apakah anda pernah
membuat atau terlibat
diskusi tentang banjir
“Kita kan punya arisan bapak-bapak RT
disini, ya paling setiap arisan kita bahas
masalah-masalah yang ada di
dengan masyarakat
lingkungan ini?
lingkungan…gak cuma banjir, masalah lain
juga kita musyawarahkan..”
6. Jika pernah, berapa lama
atau berapa kali diskusi
tersebut berlangsung dan
berapa orang yang
mengikutinya?
.”Kalo berapa kalinya, saya juga hampir
lupa udah berapa kali…ya pokoknya sering
juga. Kan arisan tiap minggu..pasti ada aja
obrolan ke banjir…yang ikut sekitar 20
orang ada”
7. Apakah anda pernah
mengajak atau diajak warga
untuk mengevaluasi banjir ?
“pernah juga kita evaluasi, apalagi
sosialisasi masalah sampah jangan
dibuang ke kali”
8. Jika pernah, seperti apa
evaluasi yang dilakukan?
“evaluasi..musyawarah sama warga kira-
kira udah gimana perkembangan dari yang
udah kita musyawarahkan..”
9. Bagaimana dampak
perbaikan drainase di
Lingkungan?
“Yahh…dampak perubahannya benar-
benar terlihatlah..,semua bisa selesai juga
dan masyarakat juga dapat menikmati,
yang dulunya jalan-jalan kalau hujan
digenangi air”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Pringadi. (Ketua RT 009/02 Cibubur/ terkena dampak
permasalahan)
Waktu Wawancara : Senin, 19 Mei 2015 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Kediaman Narasumber
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama anda
tinggal di lingkungan ini?
“Saya di RT 06 ini sudah dari tahun 1986,
berarti kurang lebih 30 tahunan ya..”
2. Apakah rumah anda pernah
dilanda banjir? Berapa kali
hal tersebut terjadi?
“Seingat saya, kita terkena banjir paling
besar tu dua kali, tahun 2012 sama 2007.
Waktu itu lantai satu terendam 1 meter
lebih, kita ngungsi ke lantai dua semua.
Tapi kalau banjir kecilnya nggak terhitung
berapa kali.”
3. Sejauh ini apa yang anda
lakukan untuk
mengantisipasi atau
setidaknya mengurangi
resiko banjir?
“Kalau mau banjir tu biasanya banyak
sampah-sampah yang hanyut dibawa sungai,
terus arusnya agak kencang, ditambah lagi
debit air yang pelan-pelan naik dari debit
normal. Kan kita tau tu debit normal sungai
tu batasnya semana. Jadi kalau debitnya
terus naik, bisa dipastikan banjir. Selain itu
kalau hujan turun terus-menerus sampe dua
hari lebih, biasanya pasti banjir. Apalagi
kalau ada informasi di bogor juga hujan
lebat. Tau bakal banjir, kita pindahkanlah
barang-barang ke lantai atas. Kalau kita
lihat banjir bakal besar, ngungsi ke tempat
keluargalah. Tapi kalau nggak, kita bertahan
dirumah aja, karena satu hari biasanya
surut.”
4. Menurut anda, faktor apa
saja yang menyebabkan
banjir dan dampaknya di
lingkungan ini?
“Saya melihat ada tiga faktor yang
menyebabkannya. Satu, aliran sungai
terlampau kecil. Hal ini dikarenakan
pemukiman-pemukiman yang secara
perlahan menjorok ke sungai. Dua,
membuang sampah ke sungai. Dan ketiga
pohon-pohon dipinggir sungai tu nggak
teratur. Malah kebanyakan nggak ada
pohonnya. Yang ini kan faktor manusia
semua. Kalau aliran sungai tu normal,
bentuk aslinya nggak terganggu, mau hujan
kayak manapun, nggak akan banjir dia.
Paling meluap ke bantaran, dan itu kan
wajar.”
5. Apakah anda pernah
membuat atau terlibat
diskusi tentang banjir
dengan masyarakat
lingkungan ini?
“pernah mas, warga disini gampang buat
diskusi…juga kalo lagi arisan”
6. Jika pernah, berapa lama
atau berapa kali diskusi
tersebut berlangsung dan
berapa orang yang
megikutinya?
.”banyak yang diskusi…kan kita yang kena
banjir..tapi ya paling satu atau dua jam
saja..”
7. Apakah anda pernah
mengajak atau diajak warga
untuk mengevaluasi banjir ?
“Habis banjir surut ya uda kita beres-beres
rumah masing-masing.”
8. Jika pernah, seperti apa
evaluasi yang dilakukan?
“Paling ngomong-ngomong sekedarnya
aja.”
9. Bagaimana dampak
perbaikan drainase di
Lingkungan?
“Semua manfaat dari program penanganan
banjir di RW 02 benar-benar berdampak
positif, contohnya saja, dulu disitu kan
tidak seperti sekarang, kalau lagi banjir,
kasihan lihatnya apalagi anak-anak.
Alhamdulillah.., tentunya ini semua
berdampak kepada masyarakat juga.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Pawit S (Anggota LMK RW 02 Kelurahan Cibubur)
Waktu Wawancara : 24 Mei 2015, 13:00-14:00 WIB
Tempat Wawancara : Kediaman Narasumber
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama anda
tinggal di lingkungan ini?
“Saya Pindah ke Cibubur tahun 1980an,
jadi kira-kira 35 tahun”
2. Apakah rumah anda pernah
dilanda banjir? Berapa kali
hal tersebut terjadi?
“Saya pribadi sih alhamdulullah gak
pernah yang namanya kebanjiran. Paling
warga RT 006 dan 009 yang di bawah..”
3. Sejauh ini apa yang anda
lakukan untuk
mengantisipasi atau
setidaknya mengurangi
resiko banjir?
“sering kita himbau ke warga jangan lagi
buang sampah ke kali..bersihin lingkungan
apalagi tiap bulan kita sosialisasikan..”
4. Menurut anda, faktor apa
saja yang menyebabkan
banjir dan dampaknya di
lingkungan ini?
“Pertama ya pendangkalan sungai karena
sampah itu tadi. Terus nggak cuma itu, dia
juga terjadi penyempitan. Penyebabnya
populasi juga. Buang sampah di pinggir
sungai, lama-lama jadi daratan.”
5. Apakah anda pernah
membuat atau terlibat
diskusi tentang banjir
dengan masyarakat
lingkungan ini?
“saya dan pihak kelurahan memfasilitasi
dan menghimbau ke warga melalui RT
masing-masing..”
6. Jika pernah, berapa lama
atau berapa kali diskusi
tersebut berlangsung dan
.”koordinasi dan himbauan dari Kelurahan
bisa sebulan sekali..seterusnya kita ke RT-
RT-nya..”
berapa orang yang
megikutinya?
7. Apakah anda pernah
mengajak atau diajak warga
untuk mengevaluasi banjir ?
“setiap setelah kejadian banjir kita
evaluasi”
8. Jika pernah, seperti apa
evaluasi yang dilakukan?
“musyawarah bersama bahas yang sudah
kita kerjakan di lingkungan dan
sosialisasi..”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Budy Hartati, S.Sos (Kepala Kelurahan Cibubur)
Waktu Wawancara : 18 Mei 2015, 10:00-11:15 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan Cibubur
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut Bapak/Ibu apa
pengertian partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan?
“Partisipasi masyarakat merupakan peran
serta masyarakat dalam setiap program
yang dilaksanakan oleh Kelurahan yang
tentunya hanrus bersinergi dengan tujuan
serta mekanisme yang telah ditentukan
oleh Kelurahan, peran masyarakat dalam
pembangunan jelas sebagai subjek
maupun objek dari pembangunan itu
sendiri“.
2. Bagaimana bentuk partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan di lingkungan
ini?
“ Dalam pembangunan juga kami
biasanya menyampaikan kepada
masyarakat bahwa bagi masyarakat yang
ingin berpartisipasi untuk pembangunan
dapat membantu dalam bentuk uang atau
dalam bentuk swadaya masyarakat yang
lain. namun kami tidak memaksakan,
Respon masyarakat yang kami liat cukup
baik.”
3. Bagaimana pola hubungan
antara Kelurahan dengan
Masyarakat agar menciptakan
masyarakat yang partisipatif?
“Selama ini tidak pernah ada masalah
antara pihak Kelurahan dengan
masyarakat karena Kelurahan sangat
welcome dan legowo dalam menanggapi
setiap keluhan masyarakat. Setiap ada
permasalahan yang timbul pihak
Kelurahan dan masyarakat sama – sama
mencari solusinya.”
4. Apakah ada wadah
komunikasi yang khusus
membahas tentang banjir di
RW 02?
“Wadah komunikasi yang disediakan
khusus untuk banjir disana oleh Kelurahan
belum ada sejauh ini tapi ke depannya
bakalan rencanakan”
5. Bagaimana tingkat kebebasan
masyarakat dalam
memberikan pendapat
mengenai perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan di
lingkungan tersebut?
“Masyarakat diberikan kebebasan dalam
menyampaikan pendapat di setiap
pertemuan atau rapat yang dilaksanakan
oleh Kelurahan terutama dalam hal
perencanaan drainase di Kelurahan
Cibubur”
6. Bagaimana pengawasan di
daerah aliran sungai yang
dilakukan oleh masyarakat?
“Masyarakat berperan aktif dalam setiap
kegiatan yang berhubungan dengan
drainase, entah itu berpartisipasi langsung
atau sekedar mengawasi jalannya proses
perencanaan drainase yang telah
ditetapkan oleh Kelurahan”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Idris Kinam (Ketua RW 02 Kelurahan Cibubur)
Waktu Wawancara : 18 Mei 2015, 15:00-15:45 WIB
Tempat Wawancara : Kediaman Narasumber
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut Bapak/Ibu apa
pengertian partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan?
“Partisipasi masyarakat ialah segala
sesuatu yang masyarakat berikan demi
kelancaran program – program yang
Kelurahan laksanakan dan tentunya demi
kepentingan masyarakat itu sendiri, jadi
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dapat dilihat dari peran
aktif masyarakat dalam menjalankan
setiap program pembangunan yang ada”.
2. Bagaimana bentuk partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan di lingkungan
ini?
“semua bentuk partisipasi masyarakat
kita butuhkan, terutama gotong royong
warga. Tinggal sejauh mana kemampuan
tenaga dan keahlian masing-masing. Yang
bisa nyemen, ngaduk…ya semua berguna
sekali.”
3. Bagaimana pola hubungan
antara Kelurahan dengan
Masyarakat agar menciptakan
masyarakat yang partisipatif?
“Pegawai Kelurahan sangat legowo dan
bersifat mengayomi ketika setiap
masyarakat memiliki masalah. Mereka
selalu mengarahkan dan memberi solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Tapi
pihak Kelurahan juga memiliki ketegasan
ketika masyarakat kurang pro aktif dalam
setiap program.”
4. Apakah ada wadah
komunikasi yang khusus
membahas tentang banjir di
RW 02?
“Memang wadah komunikasi belum
terlaksana oleh karena itu dirasa sangat
perlu ke depannya dilakukan perencanaan
soal pengadaan wadah tersebut dengan
Kelurahan”.
5. Bagaimana tingkat kebebasan
masyarakat dalam
memberikan pendapat
mengenai perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan di
lingkungan tersebut?
“Pegawai Kelurahan sangat legowo dan
bersifat mengayomi ketika setiap
masyarakat memiliki masalah. Mereka
selalu mengarahkan dan memberi solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Tapi
pihak Kelurahan juga memiliki ketegasan
ketika masyarakat kurang pro aktif dalam
setiap program.”
6. Bagaimana pengawasan di
daerah aliran sungai yang
dilakukan oleh masyarakat?
“pengawasan oleh masyarakat sejauh ini
dengan tidak membuang sampah ke sungai
dimulai dari diri sendiri saja sudah baik
bagi saya.”
7. Bagaimana harapan bapak
dari perbaikan drainase di
RW 02?
“semoga saja lingkungan kita gak masuk
kategori kumuh lagi, tapi minimalnya
warga gak kena banjir lagi juga memang
itu yang kita harapkan.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Sandy Adamsyah (Kasi Pemerintahan Kelurahan
Cibubur)
Waktu Wawancara : 14 Mei 2015, 13:15-13:45 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan Cibubur
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut Bapak/Ibu apa
pengertian partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan?
“Partisipasi yang masyarakat berikan
tentunya akan berdampak signifikan
dengan tingkat keberhasilan dari program
– program yang Kelurahan laksanakan”
2. Bagaimana bentuk partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan di lingkungan
ini?
“jarang sekali masyarakat yang
memberikan sumbangan dalam bentuk
materi. Mereka lebih memilih memberikan
uang, karena mereka tidak repot. Namun
ada juga yang memang memberikan
materi seperti semen, pasir, batu dan lain-
lain…”
3. Bagaimana pola hubungan
antara Kelurahan dengan
Masyarakat agar menciptakan
masyarakat yang partisipatif?
“Setiap ada pertemuan yang diadakan
oleh Kelurahan maka masyarakat selalu
diundang agar dapat memberikan ide – ide
serta gagasan yang dapat membuat
perencanaan jadi lebih baik”.
4. Apakah ada wadah
komunikasi yang khusus
membahas tentang banjir di
RW 02?
“Wadah komunikasi banjir harusnya ada,
apalagi sampai masuk klasifikasi kumuh
menurut BPS.”
5. Bagaimana tingkat kebebasan
masyarakat dalam
memberikan pendapat
“Masyarakat diberikan kebebasan dalam
menyampaikan pendapat di setiap
pertemuan atau rapat yang dilaksanakan
mengenai perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan di
lingkungan tersebut?
oleh Kelurahan terutama dalam hal
perencanaan drainase di Kelurahan
Cibubur”
6. Bagaimana pengawasan di
daerah aliran sungai yang
dilakukan oleh masyarakat?
“Pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat dapat dikatakan sudah
maksimal dan tidak menyalahi aturan -
aturan yang telah ditetapkan bersama,
Kelurahan memberikan porsi lebih kepada
masyarakat untuk mengawasi jalannya
pelaksanaan drainase di Kelurahan
Cibubur”.
28 Evaluasi Rukun Warga (RW) Kumuh, DKI Jakarta 2013
Kota : Jakarta Timur
Kecamatan Kelurahan No RWKlasifikasi
Kumuh
Luas RW
(Ha)
Jumlah
RT
Jumlah
KK
Jumlah
Penduduk
Luas RW
Kumuh (Ha)
Jumlah RT
Kumuh
Jumlah KK
Kumuh
Jumlah
Penduduk
Kumuh
Jumlah RT
Rawan Banjir
Jumlah RT
Rawan
Kebakaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Pasar Rebo Pekayon 4 Sangat Ringan 2,34 6 415 1601 0,66 3 236 796 3 5
Ciracas Cibubur 2 Ringan 2,79 12 1701 5927 1,87 8 1177 4103 2 0
Rambutan 1 Tidak Kumuh 10,70 12 1299 3610 0,00 0 0 0 0 0
Cipayung Ceger 1 Tidak Kumuh 48,63 8 1218 5990 41,15 2 312 1171 1 0
Makasar Pinang Ranti 2 Sangat Ringan 26,02 14 1651 5909 2,18 3 470 1240 1 0
Kebon Pala 6 Tidak Kumuh 6,00 7 613 3008 2,10 2 318 1580 7 1
Cipinang Melayu 3 Sangat Ringan 13,46 14 1117 4762 10,22 7 532 2495 7 2
Kramat Jati Kampung Tengah 4 Tidak Kumuh 15,07 12 2178 8194 1,80 3 730 2986 8 12
7 Sangat Ringan 10,15 11 1587 6177 3,86 6 1031 3984 4 10
Cawang 1 Ringan 1,67 5 561 1835 1,67 5 561 1835 5 4
Cawang 2 Tidak Kumuh 5,25 12 678 3133 0,72 2 200 780 6 8
Jatinegara Cipinang Besar Selatan 2 Ringan 4,30 15 896 4448 2,00 6 504 2927 8 6
6 Sangat Ringan 9,33 12 1523 6943 4,02 3 786 3812 1 9
9 Sangat Ringan 2,40 12 716 2877 0,50 4 298 1346 0 10
Tabel 2.3
Direktori RW Kumuh Menurut Kecamatan, DKI Jakarta 2013
Top Related