8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
1/18
Universitas Gadjah Mada 1
BAB XI PEMERIKSAAN SISTEMA URINARIA
A. PENDAHULUAN
Fungsi-fungsi ginjal dan saluran kencing memiliki hubungan timbal-balik yang
sangat erat, meskipun demikian diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang
nyata. Ginjal memegang peranan penting dalam mempertahankan homeostasis. Melalui
produksi urin, ginjal mampu membuang produk-produk sisa metabolisme dan mampu
mempertahankan komposisi cairan ekstraselular dalam batasan tertentu. Saluran kencing
memungkinkan penglepasan kencing. Oleh sebab itu, penyakit-penyakit ginjal dan saluran
kencing dapat mengakibatkan problematika yang sangat berlainan. Penyakit ginjal akan
menimbulkan gangguan-gangguan dan gejala-gejala umum lebih awal dari pada penyakit-
penyakit pada saluran kencing. Namun demikian tidak boleh dilupakan bahwa penyakit-
penyakit saluran kencing dapat pula menimbulkan dampak pada ginjal dan demikian pula
sebaliknya (meskipun kecil).
Pada bab XI ini akan dibicarakan tentang gejala klinis gangguan ginjal dan saluran
kencing, pemeriksaan fisik terhadap ginjal, saluran kencing, kandung kemih, prostata dan
sebagian alat kelamin (preputium, penis, vulva, vagina), kateterisasi kandung kencing,
pemeriksaan laboratorik terhadap urin dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang berkaitan
pada hewan kecil dan besar. Bahan kuliah ini akan disajikan selama 4 jam tatap muka.
Tujuan instruksional bab ini adalah bahwa setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat
melakukan pemeriksaan klinis terhadap sistema urinaria pada pasien.
B. PENYAJIAN
Gejala Klinis Gangguan Uropoetika
Ginjal
Dengan adanya filtrasi glomeruler, reabsorpsi tubuler dan sekresi tubuler ginjal
berperan besar dalam mempertahankan isovolemi, isoosmosis dan isoioni. Selain itu ginjal juga mempunyai tugas penting dalam sitem endokrin. Ginjal memproduksi berbagai
hormon seperti renin, erythropoietin dan dihidroksikolekalsiferol (calcitriol). Selain itu ginjal
juga menjadi target organ bagi berbagai hormon lain seperti aldosteron, parathormon dan
vasopressin. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa gangguan funsi ginjal dapat
menyangkut berbagai mekanisme dan menimbulkan akibat-akibat yang sangat banyak.
Gangguan fungsi ginjal dapat memberikan tanda-tanda kepada pemilik melalui tiga
jalan. Pertama, melalui simptom penurunan funsi ginjal. Bilamana fungsi ginjal menurun
lebih dari 50% maka fungsi eliminasi dan homeostasis tidak dapat berlangsung dan hal
tersebut akan menimbulkan sindrom uremia. Kedua, melaui simptom penurunan
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
2/18
Universitas Gadjah Mada 2
kemampuan konsentrasi dan, ketiga, melalui penurunan fungsi filtrasi glomeruler dan
peningkatan pembuangan protein plasma.
Sindrom uremia merupakan suatu kumpulan berbagai siptom yang muncul akibat
adanya penurunan filtrasi glomeruler, reabsorpsi tubuler dan ekskresi. Hal tersebut akan
menimbulkan retensi berbagai metabolit. Pada masa yang lalu Harnstoff dipandang
mempunyai andil besar dalam pemunculan gejala-gejala uremia. Besar kemungkinan
berbagai produk akhir metabolisme protein juga berperan dalam pemunculan gejala-gejala
uremia tersebut. Beberapa senyawa yang tertimbun dan dapat ambilbagian dalam
pemunculan berbagai gejala diantaranya: Cyanate,Phenole, Lactate dan asam-asam
organik lain. Retensi senyawa ini dapat mempengaruhi fungsi otak, terutama di pusat
muntah. Lebih dari itu, dapat pula menimbulkan gangguan-gangguan pada fungsi
homeostatik yang meliki arti penting dalam mempertahankan isoioni dan isovolemia.
Gangguan-gangguan pada fungsi-fungsi tersebut akan mengakibatkan munculnya gejala
insufisiensi ginjal, seperti: anoreksia, nausea dan muntah. Akibat terjadinya penurunan
motorik maka dapat dijumpai adanya lesi pada saluran pencernaan (gastritis dan enteritis
ulserosa). Selain itu, penurunan motorik saluran pencernaan dapat pula mnyebabkan
terjadinya perubahan flora usus dan akibatnya juga terjadi diare. Di dalam rongga mulut
juga sering ditemukan adanya perubahan ulserosa yang disebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi ammoniak hasil perombakan Harnstoff oleh bakteri.
Pada insufisiensi ginjal yang melanjut fungsi-fungsi otak dapat begitu jauh
terganggu sehingga hewan menjadi soporous dan mengalami gangguan thermoregulasi.
Suhu tubuh dapat menurun 1-2°C dan hewan akan dapat menunjukkan adanya gejala
gemetaran. Ada kemungkinan hal tersebut juga berkaitan dengan penggunaan glukosa
yang menurun dan penurunan transpor Na.
Sindrom uremia dapat pula lebih lanjut terkombinasi dengan kehilangan fungsi
endokrin ginjal. Penurunan produksi erythropoietin akan mempengaruhi pembentukan
darah. Kadang-kadang pemilik akan menjumpai adanya selaput lendir yang menjadi pucat.
Demikian juga sintesa calcitriol pada gangguan ginjal ini dapat terganggu yang akhirnyaakan mempengaruhi absorpsi Ca dan P dari saluran pencernaan sehingga akan dijumpai
adanya hipokalsemia dan hipopospatemia. Selain itu akibat hipokalsemia ini akan
menimbulkan hiperparatiropidismus yang pada akhirnya akan menimbulkan demineralisasi
tulang. Pada hewan muda akan mengakibatkan munculnya reaksi hiperostotis (tulang
duduk), sedang pada hewan tua akan banyak dijumpai perubahan pada tulang yang
kurang begitu solid (rubber jaw). Konsentrasi parathormon yang tinggi juga dapat
mengganggu eritropoesis.
Bilamana terjadi penurunan fungsi konsentrasi ginjal, maka pemilik akan dapatmenjumpai adanya jumlah urin yang banyak (poliuria) dan peningkatan jumlah konsumsi air
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
3/18
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
4/18
Universitas Gadjah Mada 4
terjadi pengosongan kandung kencing tanpa adanya perlawanan/tekanan balik yang
berarti.
Otot detrusor berkontraksi setelah adanya stimulasi parasimpatis cholinergik melalui
N pelvicus. Penurunan stimulasi simpatis pada leher kandung kencing dan urethra
(terutama melalui reseptor reseptor alfa adrenergik) akan mengakibatkan terjadinya
penurunan pertahanan pada pintu keluar kandung kencing. Bilamana terjadi penurunan
stimulasi simpatis pada fundus kandung kencing melalui N. hypogastricus dan reseptor
beta adrenergik maka akan memungkinkan terjadinya kontraksi m. detrusor yang tidak
terkendali. Fase miksi juga ditentukan secara parasimpatis melalui N. pelvis dan dengan
demikian pengaruh simpatis selanjutnya akan menjadi minimal. Fase reservoir
(penampungan) ditentukan oleh N. hypogastricus. Pengaruh simpatis dari reseptor alfa
adrenergik di bagian leher kandung kencing dan urethra akan menyebabkan terjadinya
tekanan menutup yang cukup memadai. Stimulasi reseptor beta adrenergik pada bagian
fundus kandung kencing yang muncul bersamaan akan menyebabkan terjadinya hambatan
pada reflek parasimpatis. Selama fase reservoir ini kandung kemih terutama berada
dibawah pengaruh simpatis, sementara itu pengaruh parasimpatis akan menjadi minimal.
Suatu kontraksi m. detrusor yang tidak terputus hanya akan mungkin muncul bilamana
tidak ada pengaruh yang bersifat menghambat dari pusat syaraf yang lebih tinggi.
Kemungkinan adanya penghentian miksi yang dikehendaki harus selalu diperhatikan dalam
setiap penilaian dan hal tersebut penting pada perilaku miksi pada anjing jantan.
Miksi pada anjing betina, kucing betina dan kucing jantan yang dikanstrasi dapat
dinilai normal bilamana pada awal miksi dikeluarkan kencing dalam jumlah besar. Para
pemilik anjing betina dan kucing yang sehat akan dapat menjumpai adanya pengejanan
yang cukup kuat pada saat kencing berlangsung. Dalam rangka penempatan kencing
sebagai penanda, miksi pada anjing jantan sering terputusputus. Kesimpulan adanya miksi
yang tidak mengalami gangguan pada anjing jantan baru dapat diketahui melalui
anamnesa dan atau pengamatan sendiri. Untuk itu kadangkadang diperlukan adanya
pengecekan adanya sisa kencing di dalam kandung kencing. Jikalau hewan memilikikesempatan untuk kencing yang memadai maka kencing yang tersisa di dalam kandung
kencing semestinya hanya sedikit (0,2 - 0,4 ml/kg BB).
Kelainan-kelainan saluran kencing yang diamati oleh pemilik dapat berkaitan
dengan air kencing (bau dan warna), miksi (disuria dan incontinentia urinae) dan mungkin
adanya tenesmus alvi.
Terutama pada kucing jantan yang tidak dikastrasi air kencing memiliki bau yang
sangat menusuk, sedang pada anjing dan kucing betina bau air kencing tidak sebegitu
menusuk. Bilamana terjadi bakteriuria pada tingkat yang sangat tinggi maka pemilik dapatmenjumpai adanya bau air kencing yang sangat tajam dikarenakan adanya sejumlah besar
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
5/18
Universitas Gadjah Mada 5
Harnstoff dirombak menjadi ammoniak. Jikalau ditemukan adanya kencing yang berdarah
maka mula-mula harus ditanyakan apakah hal itu berkaitan dengan hematuria (kencing
yang tercampur dengan darah) atau keluarnya darah yang sama sekali tidak terkait dengan
miksi. Sering pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh pemilik secara jelas. Keluarnya darah
yang tidak terkait dengan miksi menunjukkan adanya perdarahan dibagian distal dari
spinkter interna (leher kandung kencing dan urethra bagian proximal). Pada anjing jantan,
berbagai sumber perdarahan yang perlu mendapat perhatian a.1.: prostata, penis,
preputium dan urethra. Darah yang berwarna merah terang menunjukkan adanya
perdarahan di bagian yang sangat distal, sedangkan darah yang berwarna gelap
mengindikasikan adanya perdarahan yang lebih kearah proximal. Pada hewan betina
perdarahan dapat juga berasal dari alat kelamin. Adanya hematuria menunjukkan bahwa
lokasi perdarahan berada di bagian proximal dari spinkter interna. Bilamana konsentrasi
eritrosit dalam kencing mencapai 2,5 x 10 9 sel/L maka hematuria akan terlihat dengan
mata kepala. Hanya pada kejadian yang sangat langka urin tercampur darah tanpa orang
dapat mengamati adanya perdarahan yang tidak terkait dengan miksi. Hematuria hampir
juga selalu berkaitan dengan suatu perdarahan vesikogenik, ureterogenik atau nefrogenik.
Antara perdarahan vesikogenik dan ureterogenik/nefrogenik dapat dibedakan
dengan adanya disuria (miksi yang sulit atau disertai rasa sakit) yang mengikuti. Bilamana
terjadi disuria sangat besar kemungkinannya bahwa darah terkucur kedalam kandung
kencing. perdarahan dari ginjal atau saluran kencing tidak muncul bersamaan dengan
suatu diuria. Lebih lanjut warna darah, endapan/jendalan dan campuran urin dan darah
dapat digunakan untuk membedakan antara hematuria vesikogenik dan
ureterogenik/nefrogenik. Bila campuran darah terutama muncul pada akhir miksi dan
warnanya merah terang maka dapat ditarik kesimpulan yang sangat kuat akan adanya
perdarahan vesikogenik. Adanya campuran darah dengan
keseluruhan air kencing sehingga membentuk cairan berwarna merah gelap, kebanyakan
tidak disertai adanya jendalan, mengindikasikan adanya perdarahan yang bersifat
ureterogenik atau nefrogenik.Disuria adalah suatu akibat dari stimulasi reseptor sakit dan reseptor rentang pada
dinding kandung kencing. Stimulasi ini berjalan secara afferen melalui N. peivicus dan
dapat mengakibatkan kontraksi m. detrusor melalui serabut parasimfatis efferen. Bilamana
tidak ada obstruksi urethra maka disuria ini dapat terjadi dengan adanya kandung kencing
yang terisi maupun kosong. Berbgai penyaki4t seperti radang kandung kencing, tumor
kandung kencing dan batu kandung kencing dapat menimbulkan rangsangan afferen terus
menerus sehingga hewan sering mengejan tanpa adanya suatu sebab. Biasanya pemilik
memberitahukan bahwa hewannya tetap mengejan setelah miksi.
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
6/18
Universitas Gadjah Mada 6
Incontinentia urinae adalah pengeluaran urin yang lepas dari kendali kehendak
yang memiliki kaftan dengan adanya tekanan vesikal yang melebihi resistensi maksimal
urethra. Kejadian ini dapat dikelompokkan menjadi 2:
1. Resistensi urethra yang relatif terlalu rendah (Sphinkterinkontinenz)
2. Tekanan vesikal yang relatif terlalu tinggi (Detrusorinkontinenz).
Melalui wawancara dengan pemilik umumnya kedua kelompok tersebut dapat dibedakan.
Detrusorinkontinenz umumnya terjadi bersamaan dengan adanya gejala disuria.
Sementara itu, bilamana diduga ada sphinkterinkontinenz maka mesti dikalrifikasi apakah
juga terjadi poliuria. Pada anjing betina kadang-kadang fungsi sphinkter menurun setelah
menjalani sterilisasi sehingga muncul inkontinenz.
Petunjuk adanya penyebab-penyebab neurogenik dapat diketahui melalui
anamnese tentang gejala-gejala yang menyertai seperti: ataxia/parese, rutentonus yang
menurun dan incontinencia alvi. Perlu juga dicermati kemungkinan pemilik akan
mengemukakan suatu cairan selain kencing yang keluar dari alat kelamin sebagai kencing.
Hal seperti ini dapat terjadi berkaitan dengan pengeluaran cairan material keradangan
pada kejadian vaginitis atau balanophostitis.
Tenesmus alvi adalah defekasi yang disertai rasa sakit luar biasa dan atau dengan
kesulitan yang tinggi. Pembesaran prostata dapat mengakibatkan munculnya hambatan
pasase tinja melalui rektum. Pada kasus tertentu mungkin dapat mengakibatkan
terbentuknya feses yang pipih. Suatu pembesaran prostata kadangkala ke arah rongga
abdomen sehingga dapat mengganggu pasase tinja. Pada saat defekasi kadang-kadang
terjadi penimbunan feses sampai kaudal sehingga meningkatkan reflex defekasi.
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
7/18
Universitas Gadjah Mada 7
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terhadap sistem ini meliputi pemeriksaan daerah perut yang
ditujukan khususnya terhadap ginjal, kandung kencing, dan prostata. Pemeriksaan rektal
juga dilakukan terhadap ginjal, ureter, kandung kencing, urethra dan prostata. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan penis dan preputium atau vulva dan vagina.
Pemeriksaan bagian perut
Pemeriksaan perut meliputi inspeksi dan palpasi perut dan kadangkala perkusi dan
auskultasi. Pada scat inspeksi perut dilakukan evaluasi apakah perut terangkat keatas
dengan baik atau menggantung atau menunjukkan juga adanya pembesaran perut
(simetris atau asimetris). Palpasi mulamula dilakukan pada bagian permukaan dan
selanjutnya pada bagian yang lebih dalam. Perkusi perlu dilakukan terutama bila ditemukan
adanya peningkatan volume perut. Ascites mungkin disebabkan oleh adanya proteinuria
yang hebat dan juga dapat disebabkan oleh adanya trauma yang disertai dengan adanya
ruptur saluran kencing. Perut yang teraba penuh dan disertai adanya disuria dapat
disebabkan oleh karena terjadi retensi kencing yang kadang menimbulkan pembesaran
kandung kencing yang terlihat dari luar.
Pada kuda ginjal kanan terletak pada posisi ventral bagian atas tiga tulang iga
terakhir dan processus tranversus lumbal pertama. Bagian atas ginjal ini berhubungan
dengan diafragma sedang permukaan bawahnya berbatasan dengan pankreas, hati dan
caecum. Ujung posteriornya bersinggungan dengan pangkal caecum. Ginjal sebelah kiri
melekat longgar sehingga posisinya dapat berubah-ubah dan biasanya lebih ke belakang
daripada ginjal kanan. Ujung posteriornya berada pada posisi di bawah processus
tranversus lumbal ke tiga. Oleh karena dinding abdomen kuda yang cukup tebal dan rigid
maka ginjal pada hewan ini tidak dapat dipalpasi dari luar.
Pada sapi, kambing dan domba permukaan atas ginjal kanan bersinggungan dengan
iga terakhir dan dua atau tiga processus tranversus verterbra lumbalis pertama, sedang
bagian bawahnya bersinggungan dengan hati, pankreas, duodenum dan kolon. Letak ginjalkiri sangat bervariasi. Bilamana rumen hanya terisi sedikit ingesta seperti pada keadaan
puasa pakan ginjal kiri terletak sedikit di sebelah kiri garis median tubuh. Setelah makan dan
rumen teregang maka ginjal terdorong melampaui garis median tubuh dan berposisi di
bawah dan di belakang ginjal kanan, di bawah vertebra lumbalis ke 3, 4, dan 5. Palpasi
ginjal melalui dinding abdomen pada hewan-hewan ini pun tidak dapat dilakukan.
Pada anjing dan kucing kedua ginjal terletak retroperitoneal dan pada posisi ini ginjal
didukung oleh jaringan ikat subperitoneal. Fiksasi tersebut cukup longgar sehingga pada
saat bernafas posisi tersebut sedikit bergeser. Ginjal sebelah kanan berada sdikit lebih kedepan dari pada ginjal kiri. Pada kebanyakan anjing ginjal yang kanan tidak secara utuh
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
8/18
Universitas Gadjah Mada 8
berada pada rippenbogen. Ujung kranialnya terletak di fossa caudalis hati, sedang batas
kanan ginjal terletak di dekat vena cava caudalis. Bagian bawah bersentuhan dengan
pankreas dan colon ascendens. Ginjal kiri bagian depan bersinggungan dengan pankreas,
sedang bagian permukaan kraniomedial berbatasan dengan permukaan medial limpa dan
curvatura major lambung. Bagian medial ginjal kiri berbatasan dengan vena cava caudalis.
Di bawah ginjal kiri terletak colon descendens. Pada anjing umumnya hanya bagian ujung
kaudal ginjal kiri yang dapat dipalpasi. Pembesaran ginjal akibat tumbuh ganda, cyste atau
hydronephrose umumnya dapat diketahui secara baik dengan cara palpasi ini. Sebaliknya,
pengecilan.ginjal sangat sulit untuk diketahui dengan cara palpasi.
Pada kucing kedua ginjal umumnya dapat dipalpasi dengan baik. Fiksasi
retroperitonealnya umumnya lebih longgar dibanding pada anjing dan karena itu posisi ginjal
umumnya dapat dirobah-robah oleh jari yang mempalpasi tersebut dan adanya pembesaran
padas salah satu ginjal pun dapat diketahui. Lebih dari itu, oleh karena dinding perut kucing
umumnya sangat elastis maka pada hewan ini pemeriksaan tentang ukuran dan konsistensi
ginjal lebih baik dilakukan dibanding pada anjing. Bahkan terkadang dapat dilakukan
pemeriksaan tentang permukaannya pula, sehingga dengan itu dapat dibedakan antara
perubahanperubahan dengan retraksi jaringan ikat dan tumbuh ganda.
Ureter yang terbentang retroperitoneal baik dalam keadaan normal maupun dilatasi
yang hebat tidak mungkin dapat dipalpasi dari luar. Sebagian besar dari kedua ureter
tersebut terletak didekat aorta dan vena cava caudalis. Semakin kebelakang ureter
melengkung/membelok kebawah dan bermuara di trigonum kandung kencing.
Pada hewan besar (kuda, sapi, kambing dan domba) kandung kencing bilamana
kosong terletak di bagian depan lantai pelvis. Bilamana terisi oleh urin dan teregang maka
vertex kandung kencing bergeser ke depan dan dapat mencapai dinding abdomen bagian
ventral serta bersinggungan dengan usus kecil dan kolon kecil. Bagian atas kandung
kencing pada hewan jantan bersinggungan langsung dengan rectum, sedang pada hewan
betina bersinggungan dengan bagian depan vagina dan corpus uteri. Pemeriksaan fisik
terhadap kandung kencing tidak dapat dilakukan melalui dinding abdomen.Pada anjing bagian bawah kandung kencing berbatasan dengan dinding perut dan
bagian atas berbatasan dengan colon descendens. Tergantung isi kandung kencing,
dinding lateral kandung kencing dapat pula bersinggungan dengan dinding perut. Pada
kucing kolon sedemikian sering berberak-gerak sehingga dalam keadaan terisi dapat
berada disisi lateral kandung kencing. Hal ini dalam keadaan seperti ini suatu potongan
feses dapat dikira batu kandung kencing. Sedangkan konkrement dalam urin sangat
berbeda dengan potongan feses.
Bilamana dinding perut tidak begitu ditegangkan maka kandung kencing padaanjing dan kucing hampir selalu dapat dipalpasi. Pada keadaan terisi penuh kandung
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
9/18
Universitas Gadjah Mada 9
kencing teraba sebagai kumpulan cairan yang diberada pada suatu kantong berdinding
elastik. Kandung kencing yang teraba keras (tegang) menunjukkan adanya kontraksi m.
detrusor yang meningkat dan harus dinilai sebagai suatu penyimpangan. Kandung kencing
yang kososng akan teraba seperti bola jaringan. Posisi/letak kandung kencing sangat
tergantung dari tingkat isiannya. Kandung kencing yang terisi penuh akan dapat ditemukan
di bagian ventral dan medial hypogastrium, sementara itu bilamana terisi sangat penuh
dapat terbentang sampai epigastrium.
Pada anjing yang besar palpasi bimanual sebaiknya dilakukan dari arah atas,
sedang pada anjing yang kecil dan kucing palpasi sebaiknya dilakukan dengan sebuah
tangan dari arah ventral. Tingkat isian dapat dinilai dengan palpasi permukaaan kandung
kencing. Dengan melakukan palpasi yang lebih dalam kadang-kadang dapat dijumpai
adanya abnormalitas dinding kandung kencing (Tumor) dan isi kandung kencing (Batu).
Prostata
Pada hewan besar prostata terletak di dalam cavum pelvis sehingga palpasi melalui
dinding abdomen terhadap organ ini tidak mungkin dilakukan.
Sebagaimana pada hewan besar, pada anjing dan kucing prostata yang tidak
mengalami perubahan terletak didalam cavum pelvis dan tidak dapat dipalpasi dari
abdomen. Bilamana terjadi pembesaran yang sangat maka prostata akan teraba masa
jaringan yang amat kuat melekat di bagian hypogastrium. Bila pembesaran tersebut
dikarenakan oleh adanya cyste maka dapat dikelirukan dengan kandung kencing. Kadang-
kadang kandung kencing dan prostata keduanya dapat dipalpasi, namun mungkin untuk
membedakan kedua organ tersebut perlu diperiksa lebih teliti sekali lagi, seperti dengan
palpasi ulang setelah kandung kencing dikosongkan dengan katheterisasi.
Pemeriksaan rektal
Ginjal
Pada kuda dan sapi palpasi dapat dilakukan melalui explorasi rektal. Pada domba,kambing dan hewan kecil lain pemeriksaan dengan explorasi rektal tidak dapat
menjangkau organ ginjal.
Ureter
Ureter normal tidak terdeteksi pada pemeriksaan fisik melalui explorasi rektal.
Namun demikian, pada hewan besar bila ureter mengalami distensi, seperti pada kasus
pyelonefritis dan hydronephrosis, dapat teraba sebagai pipa yang fleksibel yang mungkin
akan menunjukkan pulsasi bilamana ditekan dengan kekuatan yang bervariasi.
Urethra
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
10/18
Universitas Gadjah Mada 10
Urethra terbentang di garis median pada dasar pelvis dan pada hewan jantan dapat
diraba di kaudal dari prostata sampai Beckenumschlag. Pada hewan betina sepanjang
urethra dapat dipalpasi di daerah ini. Urethra yang normal akan teraba glatt dan
geschmeidig dan mudah bergerak di permukaaan dasar pelvis.
Prostata
Prostata pada anjing jantan yang tidak dikastrasi dan telah mencapai dewasa
kelamin dapat dipalpasi secara rektal dengan baik. Di atas garis median hampir selalu
dapat diraba adanya suatu sulcus. Hal tersebut mempunyai keterkaitan dengan suatu
septum median yang membagi prostata menjadi dua, lobus kanan dan kiri. Dengan
bertambahnya umur maka bertambah pula ukuran prostata (hypertrophie). Suatu
hypertrophie yang sangat akan menyebabkan terjadinya pergeseran kearah abdominal,
sehingga kadang-kadang prostata tidak dapat diraba secara rektal. Setelah kastrasi
prostata mengalami atrophie yang sangat kuat, meskipun demikian kadang prostata masih
bisa diraba secara rektal.
Untuk mengetahui adanya pembesaran dan perluasan prostata, maka pada saat
dilakukan pemeriksaan rektal bagian hypogastrium diangkat dengan tangan lain lebih tinggi
sehingga telapak tangan tersebut berada didepan pelvis. Bila hypogastrium semakin tinggi
ditekan maka prostata akan terdorong ke atas dan ke arah pelvis dan dengan demikian
akan mempermudah dalam memeriksa prostata.
Pemeriksaan prostata pada kucing jarang dilakukan. Bilamana dilakukan maka
pemeriksaan ini harus dilakukan dengan jari kecil dan kadang-kadang diperlukan sedasi.
Sebagaimana pada hewan kecil, prostata pada hewan besar dapat diperiksa
dengan palpasi secara rektal.
Pemeriksaan penis dan preputium
Pada kuda glans penis memiliki permukaan yang konvek, dikelilingi batas tepi yang
meninggi (corona glandis) dan bagian bawahnya memiliki depresi yang dalam (fossa
glandis). Pada fossa glandis inilah urethra menonjol sepanjang 2 cm sebagai pipa bebasyang disebut processus urethrae. Preputium bagian luar membentang dari scrotum sampai
beberapa cm dari umbilicus. Orificium dari preputium berada di dekat umbilicus tersebut.
Pada sapi penis berbentuk silidris dan di belakang scrotum membentuk bangunan
berbebtuk "S" yang di sebut flexura sigmoidea. Glans penis memiliki ujung yang terpilin dan
memilki panjang 8 cm. Orificium urethrae externum berlokasi di ujung cekungan yang
terbentuk oleh bangunan spiral tersebut. Preputium pada sapi cukup panjang (40 cm) dan
sempit. Orificium dikelilingi oleh rambut yang panjang dan berlokasi 5 cm di belakang
umbilicus.
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
11/18
Universitas Gadjah Mada 11
Pada kambing dan domba ditemukan adanya processes urethrae yang memiliki
panjang 3 cm dari glans penis.
Glans penis pada anjing terdiri dari bulbus dan pars longa. Pars longa berada di 3/4
bagian distal. Bulbus yang beada di bagian proximal merupakan suatu perlebaran
kavernosa dari corpus spongiosum. Pada saat ereksi penis, terutama bagian dorsal dari
bulbus, dapat sangat membengkak. Pada bagian bawah dari corpus spongiosum dilalui
oleh urethra yang sebagian dikelilingi oleh os penis. Preputium sebagian besar melekat
pada dinding perut dan hanya bagian ujung saja yang bebas.Dalam keadaan tidak ereksi
preputium menutupi pars longa dan sebagian bulbus penis. Bilamana penis atau
sebagiannya tidak tetutupi oleh preputium dalam waktu lama dan terjadi suatu kemacetan
maka keadaan demikian sering disebut paraphimosis. Selaput lendir preputial dipenuhi
oleh limfonoduli yang sebagian besar berada di posisi kantong selaput lendir di atas penis.
Pemeriksaan inspeksi terhadap penis dan preputium utamanya sangat penting
bilamana terjadi perdarahan yang tidak terkait dengan miksi. Hal tersebut kadang-kadang
disebabkan oleh adanya lesi-lesi yang akan ditemukan bila dilakukan inpeksi terhadap
selaput lendir preputium dan penis secara cermat.Dalam keadaan normal selaput lendir ini
berwarna rosa, glatt (kecuali limfonoduli) dan lembab. Pada sejumlah anjing jantan selaput
lendir ini kadang mudah sekali mengalami peradangan yang mengakibatkan adanya
kemerahan dan munculnya material radang yang bersifat purulen di sekitar mulut
preputium.
Inspeksi preputium dan penis pada hewan besar dapat dilakukan pada posisi
hewan berdiri. Pada kuda penis dapat di keluarkan dengan memasukkan tangan ke dalam
cavum preputium, memegang daerah belakang glans penis dan kemudian menarik penis
tersebut keluar. Pada sapi, domba dan kambing jantan pengeluaran penis dapat
diusahakan dengan mendekatkan hewan betina atau menaiki betina palsu yang dilengkapi
dengan vagina buatan. Pada keadaan demikian biasanya penis dapat diinspeksi meskipun
dengan waktu yang relatif pendek. Inspeksi pada anjing dilakukan pada posisi hewan rebah
lateral. Bilamana punggung anjing sedikit agak dibungkukkan dan Becken didorongkedepan maka penis dengan mudah dikeluarkan dari preputium. Dengan satu jari yang
ditekankan di lipatan kulit antara preputium dan dinding perut dan mendorong preputium
melampaui pars longa penis ke arah belakang, maka dengan demikian penis akan keluar
pada posisi yang agak ke arah ventral dan preputium tergeser melewati bulbus. Selain
inspeksi, dapat pula dilakukan palpasi terhadap penis dan bagian dalam cavum preputium.
Pemeriksaan vulva dan vagina
Vulva
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
12/18
Universitas Gadjah Mada 12
Selain aspek-aspek yang terkait dengan ginekologi, maka perhatian terhadap
keadan vulva pun perlu diperhatikan. Disamping adanya pembesaran klitoris, keadaan
vulva yang berada pada posisi vetrokranial sering menjadi tanda adanya interseksualitas.
Selanjutnya juga harus diperhatikan pula kulit dan bulu disekitar vulva. Bulu disekitar vulva
yang basah (lembab) dan mungkin juga disertai adanya perubahan-perubahan kulit dapat
menjadi suatu tanda adanya incontinentia urinae.
Vagina
Pada kuda dan sapi orificium urethrae externum berlokasi di lantai vulva yang
berbatasan dengan vagina. Posisi orificium urethrae ini kurang lebih 10 - 12 cm dari
commissura ventralis vulva. Pada kambing dan domba posisi orificium urethrae externum
sama seperti pada sapi namum pada jarak yang lebih pendek dari commissura ventralis
labia vulva. Pada hewan-hewan ini, termasuk anjing betina yang besar dan memiliki vagina
yang cukup besar, urethra dapat diraba dengan jari di dasar pelvis. Orificium urethrae akan
teraba seperti suatu Eindellung pada dinding ventral vagina yang berbatasan dengan lantai
vulva pada posisi arcus ischiadicus. Kearah cranial akan teraba urethra seperti Strang yang
begitu jelas. Pada anjing urethra meiliki diameter kurang lebih 0,5 cm. Dalam rangka
pemeriksaan urologi dengan vaginoskop maka orificium urethrae perlu diperhatikan dengan
baik. Pada pemeriksaan tersebut hares diperhatikan penampakan selanut lendir dan
kemungkinan adanya deformasi.
Katheterisasi kandung kencing
Dengan melakukan katheterisasi kandung kencing maka dapat diketahui
kemungkinan adanya obstruksi urethra secara mekanis. Selain pada hewan tertentu seperti
sapi, kambing dan babi jantan, dalam keadaan normal katheter dapat dimasukkan kedalam
kandung kencing tanpa adanya kesulitan. Dengan cara ini maka dapat dilakukan
pengukuran volume secara tepat. Pada hewan-hewan yang sebelum dilakukan katheterisasi
telah urinasi, maka volume kencing yang terkumpul merupakan volume sisa kencing.
Volume kencing tersisa tersebut umumnya hanya beberapa mililiter. Urin yang terkumpuldapat digunakan untuk pemeriksaan labotratorik. Namun demikian perlu juga mendapat
perhatian bahwa katheterisasi dapat dengan mudah menimbulkan kelukaan kecil dan ringan
pada urethra dan atau selaput lendir kandung kencing sehingga di dalam kencing yang
diperoleh melalui katheterisasi tersebut sering dijumpai adanya darah yang lebih banyak
daripada kencing yang dikoleksi dari proses urinasi spontan.
Lebih dari itu, kencing yang diperiksa melalui katheterisasi juga dapat digunakan
untuk pemeriksaan bakteriologik. Meskipun demikian tetap juga harus selalu
dipertimbangkan bahwa meskipun pelaksanaan katheterisasi dilakukan dengan penangananyang aseptis tetap terbuka kemungkinan adanya kontaminasi bakteri dari saluran kencing
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
13/18
Universitas Gadjah Mada 13
bagian perifer sehingga dapat menimbulkan kesulitan dalam mengevaluasi kuman yang ada
di dalam kandung kencing. Untuk mengatasi kemungkinan pencemaran seperti itu maka
pengambilan sampel kencing dari kandung kencing dengan cara pungsi kandung kencing
akan memberi hasil yang lebih baik. Pungsi kandung kencing yang terisi penuh oleh kencing
dapat dilakukan pada garis median tubuh.
Katheterisasi hewan jantan
Pada kuda jantan penis perlu dikeluarkan dari preputium sehingga katheter dapat
dimasukkan ke dalam urethra dengan baik. Kadang-kadang hal ini sulit dilakukan dan untuk
itu memerlukan pemberian tranquilizer. Oleh karena urethra pada kuda cukup panjang
maka diperlukan katheter yang cukup rigid tetapi juga harus fleksibel. Pada sapi,
pemasangan katheter urethra memerlukan adanya relaksasi m. retractor penis (pembiusan
pada N. pudenda). Setelah m. retractor penis terrelaksasi selanjutnya penis ditarik dari
cavum preputium untuk meniadakan fleksura sigmoidea. Untuk keperluan ini diperlukan
katheter yang mempunyai panjang 290 cm dengan diameter 2,5 - 3 mm. Pada
kambing/domba tidak dapat dilakukan katheterisasi oleh karena ujung katheter tidak
mungkin dimasukkan melalui processus urethrae. Pada anjing dan kucing, katheterisasi
sangat mungkin dilakukan karena penis sangat mudah dijangkau.
Setelah lobang preputium dibersihkan secara baik dengan krem disenfektan, penis
dikeluarkan dari preputium dan selanjutnya dilakukan desinfensi orificium urethrae.
Katheter dilumasi dan dedesinfeksi dengan krem desinfektan tersebut. Pada anjing dan
kucing, dengan cara memegang penis dan katheter seperti yang terlihat pada Gambar 6
maka katheterisasi dapat dilakukan dengan resiko kontaminasi yang sangat minimal. Pada
anjing jantan yang sehat, biasanya disaat katheter didorong melalui os penis dijumpai
adanya hambatan. Dengan manipulasi/tekanan yang hati-hati maka hambatan tersebut
dapat dilalui, namun demikian bilamana pada posisi ini dijumpai adanya konkremen urinmaka usaha seperti ini tidak akan berhasil. Hambatan yang ringan dapat juga dijumpai
ketika katheter melalui urethra yang membelok tajam di daerah arcus ischiadicus. Dengan
katheter yang fleksibel dan memiliki ukuran yang cocok untuk hewan yang diperiksa maka
katheterisasi tersebut dapat dilakukan tanpa adanya kesulitan apapun.
Pada kucing jantan urethra lurus. Penis yang telah dikeluarkan diarahkan ke
belakang. Dengan menggunakan katheter yang kecil maka katheter dapat didorong masuk
ke dalam kandung kencing tanpa adanya kesulitan apapun.
Kathetirisasi hewan betina
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
14/18
Universitas Gadjah Mada 14
Tidak seperti pada hewan jantan, orificium urethrae pada hewan betina tidak dapat
dilihat dari luar. Pada kuda, sapi dan anjing betina katheterisasi dapat dilakukan dengan
mudah. Namun demikian, untuk keperluan itu terkadang diperlukan spikulum (kuda dan
anjing). Pada sapi, pemasukan katheter ke dalam urethra kadang memerlukan adanya
pemasukan ujung salah satu jari ke dalam diferticulum suburethralis sehingga ujung
katheter mudah diarahkan ke orificium urethrae. Pada kambing/domba, meski telah dibantu
dengan spikulum, kadangkala pemasukan katheter secara langsung ke oroficium urethrae
menjadi sangat sulit karena diverticulum suburethrae pada hewan ini sangat kecil. Pada
anjing-anjing betina yang besar dengan lobang vestibulum ke arah vagina yang tidak
sempit katheterisasi dapat dilakukan dengan bantuan/bimbingan jari. Ujung jari telunjuk
diposisikan di kranial dari orificium urethrae, sementara itu katheter diletakkan di bawah
telunjuk tersebut dan selanjutnya dengan tekanan jari katheter didorong masuk melalui
orificium. Bilamana katheter dapat didorong kedepan dan ujung jari telunjuk tidak
merabanya maka dapat dipastikan bahwa katheter masuk pada tempat yang semestinya.
Pada anjing-anjing betina yang kecil sebaiknya digunakan vaginoskop. Setelah orificium
urethrae teramati katheter dapat dimasukkan dan didorong masuk ke dalam kandung
kencing.
Pada kucing betina katheterisasi berlangsung tanpa kita dapat memantaunya
secara nyata (buta). Dengan sedikit tarikan pada vulva maka vagina akan tertarik ke arah
beLakang dan selanjutnya katheter yang tidak terlalu kecil dan cukup kaku didorong
melalui atas lipatan selaput lendir vestibulum bagian bawah secara hati-hati ke arah depan.
Dalam pelaksanaanya penanganan yang sangat hati-hati sangat diperlukan karena
sentuhan berulang-ulang pada cervix dapat menimbulkan perlawanan yang hebat.
Kepastian bahwa katheter masuk ke dalam kandung kencing baru dapat diteguhkan
bilamana kencing telah mengalir melalui katheter. Kadang kala, sebagaimana pada anjing
yang kecil, diperlukan melihat orificium dengan alai Bantu (seperti otcskop).
Pemeriksaan-pemerikaaan yang lainUntuk memenuhi kebutuhan praktis diperlukan beberapa pemeriksaan lain, antara lain:
1. Pemeriksaan kencing (biokimiawi dan morfologi)
Pemeriksaan terhadap kencing dapat meliputi hal-hal berikut:
a. Warna
b. Kejernihan
c. Kekentalan
d. Bau
e. Berat Jenisf. Konsentrasi ion hidrogen (pH)
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
15/18
Universitas Gadjah Mada 15
g. Protein
h. Hemoglobin
i. Myoglobin
j. Garam empedu
k. Benda keton
l. Pigmen empedu
m. Endapan
2. Pemeriksaan darah (ke arah fungsi-fungsi ginjal) Meliputi pemeriksaan-pemeriksaan
metabolit yang dikeluarkan melalui sistema urinaria, antara lain:
a. Urea
b. Kreatinin
c. Elektrolit (Ca dan P)
3. Pemeriksaan bakteriologik (dengan antibiogramm)
4. Kuantifikasi pembuangan protein
5. Pemeriksaan fungsi ginjal (seperti, clearance kreatinin dn.)
6. Pemeriksaan radiologik
Rangkuman
Pemeriksaan fisik sistema urinaria pada hewan jantan dan betina dilakukan dengan
metoda adspeksi/inspeksi, palpasi (baik dari luar maupun rektal), radiologik, ultrasonografi.
Sementara itu, juga diadakan pemeriksaan terhadap urin (fisik, kimia dan mikrobiologik)
dan fungsi ginjal (clearance, kimia klinik)
C. PENUTUP
Latihan
1. Pada saat anamnesa dapat diperoleh informasi tentang adanya beberapa
gejala/perubahan yang sering ditemukan oleh pemilik hewan yang menderita gangguanginjal. Sebutkan gejala/perubahan-perubahan tersebut!
2. Jelaskan cara pemeriksaan fisik baik dari dinding tubuh maupun melalui rektum
terhadap ginjal saluran kencing dan kandung kencing!
3. Sebutkan beberapa pemeriksaan laboratorik terhadap urin dan darah (plasma/serum)
yang mempeunyai keterkaitan erat dengan pemeriksaan sistema urinaria.
4. Terangkan cara kateterisasi anjing jantan danbetina!
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
16/18
Universitas Gadjah Mada 16
DAFTAR PUSTAKA
Baumgartner, W. (1999). Klinische Propaedeutik der inneren Krankheiten und
Hautkrankheiten der Haus- und Heimtiere, 4th ed., Parey Buchverlag, Berlin
Boddie, F. 1962. Diagnostic methods in veterinary medicine. Oliver and Boyd, Edinburgh
and London.
Kelly, W.R. 1974. Veterinary clinical diagnosis. 2nd ed. Bailliere Tindall.
Marek, J. and Mocsy, J. 1951. Lehrbuch der klinischen Diagnostik der inneren Krankheiten
der Haustieren.
4 Aufl., Verlag von Gustav Fischer, Jena.
Rijnberk, A. and H.W. de Vries. 1993. Anamnese und koerperliche Untersuchung kleiner
Haus- und Heimtiere. Gustav Fischer Verlag, Jena, Stuttgart.
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
17/18
Universitas Gadjah Mada 17
SENARAI
Adspeksi
Anamnesa
Angiografi
Anuria
Auskultasi
Biopsi
Bradikardia
Bronchoskopi
Defekasi
Diagnosa
Diastole
Dispnu
Disuria
Echokardiografi
Ekspirasi
Eksplorasi rektal
Elektrokardiografi
Ikhterus Incontintia
Inspeksi
Inspirasi
Insufisiensi
Katheterisasi
Miksi
Oliguria
Otoskop
Palpasi
PerkusiPerkusi
Phonendoskop
Polidipsi
Polidipsia
Poliuria
Pollakiuria
Prognosa
PulsusPulsus venosus
8/16/2019 Pemeriksaan Sistema Urinaria
18/18
Universitas Gadjah Mada 18
Pungsi
Respirasi
Sekret
Sistole
Spikulum
Suara bronchial
Suara friksi
Suara ronchi
Suara vesikuler
Symptome
Takhikardia
Takhipnu
Ultrasonografi
Urinasi
Vaginoskop