Pembuatan Tertier Butil Klorida
A. Judul Percobaan“ Pembuatan Tertier Butil Klorida”
B. Tujuan PercobaanPada akhir percobaan mahasiswa diharapkan mahir mengenai hal-hal berikut:
1. Cara penyusunan dan penggunaan alat yang dipergunakan dalam pembuatan senyawa organic
berwujud cair seperti merefluks, ekstraksi pelarut, menggunakan corong pisah, pengeringan,
penyaringan, dan destialsi.
2. Asas-asas reaksi substitusi nukleofilik alifatik.
3. Perbedaan yang khas antara substitusi jenis SN1 dan SN2
C. Landasan TeoriReagen yang mempunyai pasangan electron bebas disebut reagen nukleofilik
(nukleofil).Nukleofil mempunyai kecenderungan bereaksi dengan substrak yang kekurangan
electron. Nukleofil ada dua macam, yaitu:
1. Nukleofil negative, yaitu nukleofil yang membawa pasangan electron dan muatan negative.
Jika muatan negative berada pada atom karbon disebut karbonin.
│ │
──C + + : x-→ ─ C ─ x
│ │
Substrak nukleofil negative produk
2. Nukleofil netral, yaitu nukleofil yang kaya akan electron namun tidak bermuatan. Contohnya
H2O dan NH3.
│
──C + + : x → ─ C ─ x+
│
Substrak nukleofil netral produk
Bila ikatan kovalen yang terjadi antara atom karbon dengan atom yang kurang elektronegatif
diputuskan melalui pisolisis, maka atom karbon tidak melepaskan elektronnya dan
mempunyai muatan negative,sehingga disebut karbonion.contohnya, pemutusan ikatan C-H
akan menghasilkan proton dan karbonion, demikian halnya jika senyawa organic logam
diheterolisis.
│ │
─ C ─ H heterolisi ─ C+ + H+
│ │
(Riswiyanto,2009:88)
Terdapar dua mekanisme utama substitusi nukleofilik, keduanya diberi lambang SN2 dan
SN1.SN berarti “substitusi nukleofilik”. Angka 2 dan 1 akan menjadi jelas bila kita membahas
setiap mekanisme tersebut ( Hart,2003:199)
Mekanisme SN1 ialah proses dua langkah. Pada langkah pertama yang terdispersi lambat,
ikatan antara karbon dan gugus pergi putus sewaktu substrak ini terdispersi (mengion)
│
C L lambat C + + :L
Substrak karbokation gugus pergi
Electron dari ikatan C-L pergi bersama gugus pergi, dan terbentuk karbokation.Pada langkah
kedua yang berlangsung cepat, karbokation bergabung dengan nukleofili menghasilkan
produk.
C+ + :Nu cepat C dan C
Karbokation Nu+ +Nu
Bila nukleofili berupa molekul netral, seperti air atau alcohol, lepasnya suatu proton dari
oksigen nukleofilik pada langkah ketiga menghasilkan produk akhir (Hart,2003:202)
Kecepatan reaksi SN1 tidak bergantung pada reagen, namun sangat bergantung pada
substraknya. SN1 bertahap (stepwise), SN2 serentak ( concerted)
SN2( Stepwise mechanism)
R- X lambat R++ X-
R+ + OH- cepat R – OH
SN2( concerted mechanism)
H R R
HO- + H─C─X lambat d- HO- -C- - - Xd+ cepat HO─C─H + X-
H H H
H
( Riswiyanto,2009:94)
Bagaimana kita mengenali apakah nukleofili tertentu dan substrak bereaksi melalui
mekanisme SN1? Berikut ini cirri-cirinya:
1.Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi nukleofilik. Langkah pertama ialah penentuan
laju, dan nukleofili tidak terlibat dalam langkah ini. Dengan demikian, kendala dalam laju
reaksi ialah laju pembentukan karbokation, bukan laju reaksinya dengan nukleofili, yang
berlangsung sangat cepat.
2.Jika karbon pembawa gugus pergi merupakan stereogenik, reaksi berlangsung terutama
dengan hilangnya aktifitas optis ( artinya, denag resenisasi). Pada karbokation, hanya tiga
gugus yang melekat positif. Jadi,karbon positif terhibridisasi SP2 dan berbentuk planar.
Nukleofili dapat bereaksi pada “muka” manapun dari karbokation,menghasilkan campuran
50:50 dari dua enantiomer, yaitu contohnya, reaksi (R) -3-bromo-3-metilheksana dengan air
menghasilkan alcohol resemik. Karbokation intermediet terbentuk planar dan akilar.
Gabungan dengan H2O dari “atas” atau “ bawah” sama peluangnya, masing-masing
menghasilkan alcohol R dan S dalam jumlah yang sama.
3.Reaksi paling cepat bila gugus alkil pada substrat keadaannya tersier dan paling lambat pada
primer. Alasannya ialah karena reaksi SN1 berlangsung melalui karbokation sehingga
urutannya reaktivitasnya sama dengan urutan kestabilan karbokation (30>20>10). Artinya,
semakin mudah pembentukan karbokation semakin cepat berlangsung. Oleh karena alsan
inilah reaktivitas SN1 juga sejalan dengan karbokation yang terstabilkan resonansi, seperti
karbokation alilik.
Demikian pula, reaktivitas SN1 kurang menyukai aril dan vinil halide karena karbokation aril
dan vinil tidak stabil dan tidak mudah terbentuk ( Hart,2003:203-204).
Tahap pembentukan ion karboniun pada SN1 merupakan tahap penuntu kecepatan
reaksi.Semakin stabil ion karboniunm yang terbentuk, semakin mudah reaksi pembemtukan
karbonium tersebut.Hal ini berarti bahwa kecepatan reaksi bergantung pada kestabilan ion
karbonim. Telah diketaui bahwa kestabilan ion karbonium adalah sebagai berikut: karbonium
30c>20>10. Karena ion karbonium tersier mempunyai kestabilan yang paling tinggi maka
kecepatan reaksi alkil halide tersier berlangsung lebih cepat dari pada reaksi dengan reaktan
alkil halide sekunder maupun primer (Rasyid,2006:118-119).
Meaknisme SN2 ialah proses satu langkan, dinyatakan dengan persamaan berikut:
Nu :- + C ─ L s- Nu------C-------LS+ Nu─C + : L-
Nukleofili substrat keadaan transisi produk gugus pergi
Nukleofili menyerang dari sisi belakang dari ikatan C-L pada tahap tertentu ( keadaan
transisi), nukleofili dan gugus pergi keduanya terikat secara persial pada karbon tempat
berlangsungnya reaksi substitusi. Sewaktu guguspergi meninggalkan karbon dengan sepasang
electron bebasnya, nukleofili memasok sepasang electron lain pada atom karbon. Angka 2
digunakan untuk menjelaskan mekanisme ini karena reaksi ini bimolecular. Artinya, dua
molekul, yaitu nukleofili dan substrat, yang terlibat dalam langkah kunci ( hanya satu langkah
) dalam mekanisme reaksi ini ( Hart,2003:199).
Apabila 2-bromobutana dengan hidroksida (OH-) direaksikan, maka akan diperoleh fakta-
fakta sebagai berikut:
1.Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi alkil bromide dan konsentrasi OH-.
2.Apabila (R) -2-bromobutana digunakan sebagai reaktan, maka produk yang dihasilkan adalah
(S)-2-butanol.
3.Apabila digunakan nukleofili dan gugus sisa / lepas yang sama, kecepatan reaksinya lebih
besar untuk substrat berupa halide primer dan sekunder dibandingkan dengan substrat berupa
halide tersier ( Rasyid,2006:115-116).
Bagaimana kita mengenali apakah suatu nukleofili dan substrat bereaksi melalui
mekanismi SN2 ?ada beberapa petunjuk yang dapat membantu:
1.Laju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofili maupun substrat.
2.Setiap penggantian melalui SN2 selalu mengakibatkan inverse konfigurasi.
3.Reaksi akan paling cepat bila gugus alkil pada substrat berupa metil atau primer dan paling
lambat bila berupa tersier, alkil halide sekunder bereaksi dengan laju pertengahan
( Hart,2003:199-200).
Reaktivitas terhadap reaksi substitusi nukleofilik sangat dipengaruhi oleh substrat,
nukleofil, pelarut, dan suhu. Kemungkinan terjadinya reaksi adalah sebagai berikut:
SN1 : alkil halida tersier > sekunder > primer ;
SN2 : alkil halida primer > sekunder > tersier .
( Riswiyanto,2009:95)
Berbeda dengan reaksi SN2, reaksi SN1 berjalan melalui dua tahap ( tidak meliputi
protonasi atau deprotonasi ). Tahap penutapan laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh
karena itu laju reaksi dari keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan
karbokation dan tidak melibatkan konsentrasi nukleofili. Oleh karena itu kenukleofilikan
tidak menjadi factor kelajuan reaksi dan laju keseluruhan reaksi hamya bergantung pada
konsentrasi pereaksi (Wikipedia,2013).
Bahan dasar P-tersier-butilfenil benzoate melalui reaksi esterifikasi P-tersier-buti fenol
dengan benzoil klorida menggunakan piridin sebagai katalis basa sekaligus pelarut. Reaksi
esterifikasi P-tersier-butilfenol dilakukan dengan melarutkan senyawa tersebut dalam piridin,
kemudian penambahan benzoil klorida dilakukan pada suhu 00C (Ratnawati,2007:volume 3
No. 1).
D. Alat Dan Bahan1. Alat
a) Corong pisah 250 ml 1 buah
b) Corong biasa 1 buah
c) Gelas ukur 25 ml dan 50 ml
d) Pipet tetes 4 buah
e) Gelas kimia 100 ml dan 250 ml
f) Labu 1 buah
2. Bahan
a) Tertier butyl alcohol (CH3)3COH 16 ml
b) Asam klorida (HCL) pekat 42,5 ml
c) Larutan NaHCO3 5 % 10 ml
d) CaCl2 / CaSO4 anhidrat
e) Aguades
f) Kertas saring
E.Prosedur Kerja1. Mengisi corong pisah dengan 16 ml (CH3)3COH dan 42,5 ml HCL pekat.
2. Mengocok campuran selama 20 menit, tiap pengocokan, longgarkan corong pisah untuk
mengurangi letupan.
3. Kemudian didiamkan selama beberapa menit, sampai lapisannya memisah sempurna.
4. Mengambil dan membuang lapisan asam dibagian bawah.
5. Mencuci halide tersebut dengan 10 ml NaHCO3 5 % dan mengocok selama 2 menit.
6. Mencuci dengan 10 ml H2O dan mengocok selama 2 menit.
7. Menambahkan dengan CaCl2 anhidrat ( mengaduk ).
8. Menyaring ke dalam gelas kimia dengan menggunakan kertas saring.
F. Hasil PengamatanNo. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 16 ml (CH3)3COH + 42.5 ml HCL lapisan keruh dan beruap
2. Mengocok campuran selama 20
menit kemudian didiamkan.
Terbentuk 2 lapisan
Atas: bening / tak berwarna
Bawah: hijau bening
3. Membuang lapisan bawahnya Lapisan atas bening / tak
berwarna.
4. Mencuci dengan 10 ml NaHCO35 %
dan dikocok selama 2 menit
Terbentuk 2 lapisan
Atas: keruh ( seperti keruh)
Bawah: bening / tak berwarna
Mambuang lapisan bawah.
5. Mencuci dengan 10 ml H2O dan
dikocok.
Terbentuk 2 lapisan
Atas: agak keruh
Bawah: bening / tak berwarna
Membuang lapisan bawah.
6. Menambahkan dengan
CaCl2anhidrat (diaduk ).
Campuran keruh dan jenuh
7. Menyaring kedalam gelas kimia
dengan menggunakan kertas saring.
6,2 ml tertier butil klorida dan
larutannya bening.
G. Analisis DataDiketahui:
Massa (CH3)3COH : 12,5 gram
Massa jenis (CH3)3COH : 0.775 g/ml (Wikipedia, 2013)
Massa molar (CH3)3COH : 74 g/ml
Massa molar (CH3)3Cl : 92,57 g/mol
Massa jenis (CH3)3Cl : 0,84 g/ml (Wikipedia, 2013)
Massa (CH3)3Cl : 90 % : 14 gram
Massa molar HCL : 36,46 g/ml
Massa jenis HCL : 1,18 g/ml (Wikipedia, 2013)
Volume HCL pekat: 42,5 ml
Ditanyakan: Rendemen……?
Penyelesaian:
Volume (CH3)3COH : 12,5 g = 16 ml
0,775 g/ml
Mol (CH3)3COH : 12,5 g = 0,17 mol
74 g/ml
Massa HCL : V HCl x þ HCl
42,5 ml x 1.18 g/ml
50,15 gram
Mol HCl : Massa HCl
Massa molar HCl
50,15 g
36,46 g/ml
1,36 mol
Reaksi :
(CH3)3COH + HCl (CH3)3CCl + H2O
Mula-mula : 0,17 mol 1,38 mol
Bereaksi : 0,17 mol 0,17 mol 0,17 mol
Akhir : - 1,21 mol 0,17
Massa (CH3)3CCl secara reori : mol (CH3)3CCl x mr (CH3)3CCl
0,17 mol x 92,57 g/ml
15,74 gram
Massa (CH3)3CCl secara praktek : þ (CH3)3CCl x V (CH3)3CCl hasil perc.
0.84 g/ml x 6,2 ml
5,21 gram
Jadi, rendeman : Massa (CH3)3CCl secara praktek X 100 %
Massa (CH3)3CCl secara teori
5,21 gram x 100 %
15,74 gram
33, 10 %
H. PembahasanPada tertier butyl klorida dilakukan penambahan 16 ml tertier butyl alcohol dan 42,5
ml HCl pekat kedalam corong pisah. HCl pekat berfungsi sebagai reaktan untuk
menghasilkan tertier butyl klorida dan bersifat nukleofilik dimana ion Cl-akan menyerang
masuk ke gugus butyl alcohol (OH-). Pada proses ini, terbentuk larutan keruh dan beruap, dan
pada saat memisahkan dapat diamati pemisahannya setelah dilakukan pengocokan pada
corong pisah selama 20 menit, dimana proses tersebut sesuai dengan reaksi :
(CH3)3COH + HCl (CH3)3CCl + H2O
(CH3)3 CH3
H3C ─ C ─OH + HCL H3C─C ─Cl + H─O─
CH3 CH3
Hasil reaksi antara tertier butyl alcohol dengan asam klorida dapat dilihat dengan mekanisme
reaksi :
Reaksi yang terjadi dalam dua tahap, Karena pembuatan tertier butyl klorida merupakan
mekanisme substitusi nukleofilik 1 ( SN1) yaitu substitusi dengan dua tahap. Tahap pertama,
ikatan antara karbon dan gugus bebas putus atau substrat terurai.
CH3 CH3 CH 3
H3C ─ C ─OH + H+ H3C─ C ─ OH2 H3C─C+ + H2O
CH3 CH3 CH3
Elektron-elektron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua, yaitu tahap cepat,ion karbonium bergabung dengan nukleofil
membentuk hasil.
CH3 CH3
H3C ─ C+ + Cl- H3C─C ─Cl
CH3 CH3
Tertier butyl klorida
Pada reaksi diatas yang merupakanreaksi subsitusi nukleofilik yaitu hidrolisis alkil klorida.R-
Cl. Pada kondisi basa dimana nukleofilnuya adalah OH- dan gugus perginya adalah Cl-.. hal
sesuai dengan teori bahwa reaksi SN1 berlangsung dalam dua tahap, dan reaksi berlangsung
cepat jika R merupakan stuktur tersier. Artinya bila alkil (R) merupakan tersier maka
reaksinyaakan cepat berlangsung seperti pada tersier butyl alcohol [(CH3)3COH].
Pada saat campuran dikocok dalam corong pisah,harus hati-hati karena tekanan dalam
corong pisah sangat besar. Hal itu disebabkan oleh adanya pergeseran antar molekul dalam
corong pisah sehingga tekanannya sangat besar.Sehingga pada saat dikocok sesekali corong
pisah harus dibuka sehingga udara atau tekanan dalam corong pisah dapat berkurang. Tujuan
pengocokan yaitu agar tersier butyl alcohol bereaksi sempurna dengan HCl, oleh karena itu
dikocok dengan keras agar dapat bereaksi sempurna dengan begitu akan terbentuk halide
yang banyak. Didalam corong pisah,terjadi reaksi eksoterm disebabkan karena adanya
penambahan HCl pekat yang mengion sehingga pada saat pengocokan partikel-partikel dalam
corong pisah terasa panas. Adapaun prinsip corong pisah adalah pemisahan suatu senyawa
dari campurannya berdasarkan perbedaan kepolaran.
Campuran yang dikocok akan terlihat dua lapusan pada corong pisah. Setelah didiamkan
beberapa menit maka dua lapisan tersebut akan semakin jelas terlihat. Terbentu 2 lapisan
yaitu lapian atas bening/ tak berwarna (halide) dan pada lapisan bawah hijau bening (asam).
Kedua campuran ini terpisah karena adanya perbedaan massa jenis dari kedua larutan,
dimana massa jenis lapisan asam (H2O) lebih besar yaitu 1,18 g/ml dibandingkan dengan
massa jenis halide (CH3)3CCl yaitu 0,84 g/ml. kemudian lapisan asam (H2O) dipisahkan dan
dibuang. Larutan halide yang di peroreh, dijenuhkan dengan cara mencuci halide dengan
larutan NaHCO3 5 % sebanyak 10 ml yang berfungsi mengikat sisa-sisa asam yang masih
terdapat dalam halide. Adpun reaksi ynag terjadi :
NaHCO3(l) + HCl (l) NaCl + CO2 + H2O
Kelebihan asam
Setelah pencucian, larutan didiamkan selama beberapa saat terbentuk 2 lapisan yaitu atas
keruh ( seperti kental) dan lapisan bawah bening / tak berwarna, yang merupakan air,
sedangkan CO2 lepas kelingkungan saat tutup corng pisah dilonggarkan, kemudian lapisan
bawah dibuang.
Lapisan atas (tertier butyl klorida) kemudian di cuci dengan air (H2O) terbentuk 2 lapisan,
yaitu lapisan atas ( tertier butyl klorida ) ynga agak keruh dan lapisan bawah bening / tak
berwarna. Pencucian ini bertujuan untuk melarutkan lapisan asam dan garam yang terbentuk
sebelumnya yang ada dalam halide (tertier butyl klorida ). Adapun reaksinya yaitu:
H2O(l) + NaHCO3(l) NaOH(l) + H2O(l) + CO2(g)
Gas CO2 lepas saat tutup corong pisah dilonggarkan selama pengocokan.Kemudian lapisan
bawah dibuang.
Lapisan atas ( tertier butyl klorida ) kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia dan
dikeringkan dengan CaCl2 yang dimasukkan kedalam percobaan ini atau sama dengan
penambahan CaCl2 dihentikan apabila larutannya jenuh, pada larutan ditandai dengan
perubahan warna larutan, atau CaCl2 tidak beraksi lagi. CaCl2anhidrat berfungsi untuk
mengikat sisa air yang masih terdapat dalam tertier butyl klorida.Reaksinya :
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2 . H2O
Setelah itu, campuran disaring sehingga menghasilkan tertier butyl klorida 6,2 ml dan
larutannya bening. % rendemen yang diperoleh setelah melakukan anlisis data yaitu 33,10%.
Hal ini tidak sesuai dengan teori karena pada saat pengocokan larutannaya sedikit demi
sedikit keluar melalui mulut corong pisah yang disebabkan karena tekanan yang ada dalam
corong pisah dan juga pada saat pengocokan yang kurang kuat sehingga hasil yang diperoleh
sedikit. Apabila ingin melakukan destilasi, maka volume larutan yanh harus dihasilkan 19-20
ml. sehingga pada percobaan, tidak dilakukan destilasi karena volumenya hanya mencapai
6,2 ml.
I. Kesimpulan1. Dalam proses pembuatan tertier butyl klorida dilakukan ekstraksi pelarut menggunakan
corong pisah, dekantasi, dan destilasi. Tapi pada percobaan ini, tidak dilakukan destilasi
karena volume yang diperoleh hanya 6,2 ml.
2. Substitusi nukleofilik alifatik merupakan suatu kelompok dasar reaksi substitusi, dimana
sebuah nukleofil yang kaya electron, secara selektif berikatan dengan atau menyerang muatan
positif dari sebuah gugus kimia atau atom yang disebut gugus lepas.
3. Perbedaan yang khas antara substitusi jenis SN1 dan SN2 adalah arah serang, proses reaksi
ada yang dua tahap dan ada yang satu tahap dan kecepatan reaksinya dimana SN1 hanya
tergantung pada konsentrasi substrat dan nukleofilnya.
J. Saran1. Berhati-hati pada saat penambahan tertier butyl klorida kedalam corong pisah yang berisi
larutan HCl pekat.
2. Memegang dengan baik corong pisah pada saat pengocokan, karena tekanan dalam corong
pisah sangat kuat sehingga keterampilan membuka dan menutup corong pisah sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hart,H,dkk.2003.Kimia Organic 1 Satu Mata Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Rasyid,M.2006.Kimia Organic 1. Makassar: UNM.
Ratnawati, D.2007.sintesis.Turunan Benzoalfenon Melalui Reaksi Penataan Ulang Fries Dari Senyawa Para-Tersier-Butilfenilbenzoat. (http://gradienfmipaunib.fileswordpress.com/2008/07/devi4.pdf.bengkulu).volume 3 nomor 1.Diakses tanggal 25 Mei 2013.
Riswiyanto. 2009.Kimia Organic. Jakarta: Erlangga.
Wikipedia.2013. Reaksi SN1.http://id.wikipedia.org/wiki/reaksi SN1. Diakses pada tanggal 25 mei 2013.
Wikipedia.2013.Asam Klorida dan Natrium Bikarbonat.http://id.wikipedia.org /wiki/AsamkloridadanNatriumBikarbonat diakses tanggal 25 Mei 2013.
Wikipedia.2013. Corong Pemisah.http://id.wikipedia.org/wiki/corong-pisah diakses pada tanggal 25 mei 2013.
Wikipedia. 2013. Ter-Butyl Choride. http://id.wikipedia.org/wiki/Ter-Butyl Chloride diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
JAWABAN PERTANYAAN
1.Dapatkah n-butil alcohol dan sec-butil alcohol diubah menjadi kloridanya dengan cara hanya
mengocoknya dengan HCl pekat? Jelaskan!
Jawaban:
n-butil alcohol dan sec-butil alcohol tidak dapat diubah menjadi kloridanya jika hanya dengan
mengocoknya dengan HCl pekat karena n-butil alcohol dan sec-butil alcohol merupakan
reaksi substitusi SN2 yang memerlukan dua reaktan dalam menghasilkan kloridanya dan
memerlukan suhu yang tinggi. Sehingga harus di panaskan.
2.Asam halide mana yang lebih mudah bereksi dengan alcohol membentuk halidanya!
Jawaban :
Asm halida yang lebih cepat / mudah bereaksi dengan alcohol membentuk halidanya adalah
gugus iodida karena ion iodida yang paling mudah digantikan oleh gugus lain karena ion
iodida merupakan garam-garam diazonium yang reaksinya dengan nukleofil memberiakan
hasil yang berupa substitusi atom A gugus diazonium oleh nukleofil pada proses ini terjadi
tahap lepasnya gugus pergi dari karbonium.
3.Apakah yang akan terjadi jika tertier butyl alcohol dipanaskan dengan NaOH? Jelaskan!
Jawaban:
Akan terjadi reaksi yang akan menghasilkan Natrium Butil Oksida. Reaksinya :
CH3 .. CH3 CH3
H3C─C─ O ─H+ + Na+ ─OH- CH3─C─O- + Na+ + H2O H3C─C─ONa +H2O CH3 CH3 CH3
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik I dengan Judul Praktikum “Pembuatan
Tertier Butil Klorida” disusun oleh :
Nama : Pebri Ramdani
NIM : 1213042004
Kelompok : VII
Kelas : Pendidikan Kimia
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten / Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Makassar, Juni 2013
Koordinator Asisten Asisten
Arfan Syam Rapiahtul Hikmah
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Dr. Pince Salempa, M.Si NIP: 19571220 198602 2 001
http://chemistrylover94.blogspot.co.id/2014/04/pembuatan-tertier-butil-klorida.html
Top Related