perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PT DANLIRIS SUKOHARJO
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Putri Ardiningtyas
NIM. E0008208
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN
Nama : Putri Ardiningtyas
NIM : E0008208
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
“PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS
SUKOHARJO” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam
daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 16 Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Putri Ardiningtyas
NIM. E0008208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam melindungi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya-upaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat resiko bahaya yang berada di divisi garmen PT Danliris Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif untuk menemukan ada atau tidaknya perlindungan hukum bagi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sumber bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan untuk bahan hukum sekunder berasal dari buku, jurnal, penelitian lain yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, wawancara dan observasi yang dilakukan penulis guna memeriksa kembali bahan hukum primer terhadap fakta lapangan. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode deduksi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan yakni PT Danliris Sukoharjo telah menerapkan kebijakan dalam perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa Perjanjian Kerja Bersama yang memberikan perlindungan berupa pengaturan waktu kerja, jaminan sosial tenaga kerja dan mengatur mengenai alat-alat keselamatan kerja. Upaya pengendalian potensi bahaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo divisi garmen yakni dengan melakukan identifikasi potensi bahaya, pengawasan, penyediaan alat pelindung diri dan sarana. Akantetapi masih terdapat kekurangan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja bekerja dan pada sarana penerangan. Berdasar simpulan tersebut, penulis memberikan saran bahwa perlu dilakukan peningkatan dalam pelaksanaan norma-norma perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris Sukoharjo. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja mulai bekerja dan secara bertahap dilakukan penambahan sarana penerangan yang memadai pada bagian menjahit (sewing). Kata Kunci: Perlindungan tenaga kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRACT
Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, IMPLEMENTATION of LABOR PROTECTION In SAFETY and HEALTH at WORK PT DANLIRIS SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. This research was meant to find out the policy of PT Danliris Sukoharjo in protecting labor in the health and safety of work as well as renewed efforts by PT Danliris Sukoharjo to prevent accidents and the illness caused by work inflicted due to the risk of potential danger that being in each work unit division garment PT Danliris Sukoharjo. This research is a normative legal research to discover there is prescriptive or whether legal protection for workers in occupational safety and Health. The primary source of law in the study material consists of legislation related to the implementation of occupational safety and Health and for secondary legal materials derived from books, journals, other relevant research. Data collection is carried out by technical studies library, interviews and observations conducted to re-examine the author of law materials of primary fact field. Data analysis that is used is by the method of deduction Based on the research results and conclusions generated discussion i.e. PT Danliris Sukoharjo in Policies provide protection safety and Health Division of Labor which is set out in the agreement the garment Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ensures protection of PT Danliris Sukoharjo in labor safety and health Work. Although efforts to control the risk of potential dangers in PT Danliris Sukoharjo has been implemented in prevent accidents and the illness caused by work but there are still deficient in examination before labor work, and still not enough means of illumination addition to the production process sewing. Keywords: protecting labor, occupational health and safety.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Sesungguhnya dibalik mimpi itu terselip doa dan harapan akan jalan yang
terbaik untuk hidup kita. Allah Maha Pemurah dan Penyayang (Penulis).
2. Rasakan apapun yang anda lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja, dan
bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita
sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan itu dan menjalani
dengan penuh rasa (Tanadi Santosa).
3. Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat
mempercayakan rahasia (Alessandro Manzoni).
Persembahkan kepada:
v Babe dan Mama tercinta.
v Kakak-Kakakku dan Keluarga.
v Sahabat dan almamaterku.
v Seseorang yang dipersiapkanNya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan jalan kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS
SUKOHARJO”.
Dalam masa penulisan skripsi ini Penulis banyak sekali menerima bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara dan selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
hukum ini.
3. Ibu Sri Lestari Rahayu, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak Fajar Nugroho, S.H. selaku sekretaris P2K3 atau Ahli Keselamatan
Kerja Divisi garmen dan pembimbing lapangan di PT Danliris Sukoharjo.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret.
6. Bapak Mulyadi dan Ibu Sri Arundati, terima kasih telah menjadi orangtua
sekaligus sahabat terbaik penulis.
7. Kakak-kakakku, Mas Agung, Mbak Mella, Mas Ardi, Mbak Ifa, Mas Yan,
Mbak Ima yang rela menjadi tumpuhan hidup dan akhirnya penulis akan
menyusul kesuksesan kalian. Terima kasih juga untuk ponakan-ponakan
penulis yang telah menjadi penghibur lara.
8. Sahabat-sahabat terbaikku Agustin Dyan, Prasetyo Adi, Dwi Arif, Ria
Nuril, Randu Kiningsih, Arin, Adnan.
9. Teman-teman FH UNS 2008 Mei, Vina, Ratih, Adit, Rosi, Tiara, Endah,
Icha, Nitta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis sendiri maupun bagi para
pembaca yang budiman.
Surakarta, 16 Juli 2012
Putri Ardiningtyas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................... ................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
E. Metode Penelitian......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ..................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ............................................................................ 13
1. Tinjauan Umum Hukum Ketenagakerjaan............................. 13
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja ............................. 16
3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja ......................... 18
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja ............................ 25
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo .............................................. 32
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 34
C. Pembahasan
1. Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT Danliris Sukoharjo........................ 39
2. Upaya Pengendalian Resiko Bahaya................................. 44
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 78
B. Saran .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kegiatan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo.......................29
Tabel 2 Standar Intensitas Penchayaan di ruang kerja....................................74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir..............................................................................30
Gambar 2. Susunan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo......................48
Gambar 3. Kotak P3K.........................................................................................55
Gambar 4. Dokumentasi Pelatihan P3K..............................................................55
Gambar 5. Tanda Tempat APAR yang dipasang di Dinding..............................61
Gambar 6. APAR PT Danliris Sukoharjo............................................................62
Gambar 7. Jalur Evakuasi (Passaway)................................................................63
Gambar 8. Alarm Kebakaran..............................................................................75
Gambar 9. Panel Listrik......................................................................................76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri membawa pengaruh yang cukup besar
dalam sektor usaha. Perusahaan semakin banyak didirikan dalam
mengimbangi pemenuhan kebutuhan manusia dan juga memiliki tujuan untuk
mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Dampak positif yang sangat
dirasakan adalah terbukanya lowongan pekerjaan, sehingga pemenuhan
terhadap pekerjaan dan penghidupan yang diidamkan oleh tenaga kerja akan
tercapai. Sebagaimana diamanatkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Telah
jelas disebutkan bahwa pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja berada dalam
keadaan yang terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat
kerja. Peran pemerintah dalam memberikan jaminan kepastian hak dan
kewajiban para pihak sangat diperlukan untuk menjamin hak-hak normatif
pekerja dan meningkatkan dan mendidik pengusaha dan pekerja untuk
menaati peraturan yang berlaku yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jaminan kepastian hak dan
kewajiban tenaga kerja secara tegas diatur dalam Pasal 86 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: “Setiap pekerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.”
Perlindungan tenaga kerja merupakan perlindungan yang
menyangkut mengenai aspek jaminan sosial, jam kerja, upah minimum, hak
berserikat dan berkumpul, dan perlindungan keselamatan tenaga kerja
(Soehatman Ramli, 2010:14). Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
sarana penting menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ramah lingkungan sehinngga dapat mendorong efisiensi dan produktivitas
yang akan memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahteraan baik
pengusaha maupun pekerja. Bahaya-bahaya yang timbul dari lingkungan
tempat kerja bersumber dari faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi dan
psikologi. Dalam industri manufaktur resiko bahaya akibat kurangnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat ditemui pada peralatan kerja, bahan
kimia berbahaya seperti asam dan kaustik soda dan mesin-mesin produksi.
Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada sektor manufaktur yakni terjepit,
terlindas, teriris, terpotong, jatuh terpeleset, tindakan yang tidak benar,
tertabrak, berkontak dengan bahan yang berbahaya, terjatuh, terguling,
kejatuhan barang dari atas, terkena benturan keras, terkena barang yang
runtuh, dan roboh. Suatu proses produksi, peralatan dan mesin di tempat kerja
apabila tidak mendapat perhatian secara khusus akan menimbulkan potensi
kecelakaan kerja.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur dan memberikan perlindungan tenaga kerja untuk mendapat
jaminan atas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja dalam
kelancaran proses produksi perusahaan. Dijelaskan pula bahwa dengan
majunya industrialisasi, maka akan berlangsung pula peningkatan intensitas
kerja operasioanal para pekerja, mesin-mesin, alat-alat, yang semakin canggih
dipergunakan saat ini. Bahan-bahan tehnis baru banyak di olah dan
dipergunakan, bahan-bahan yang mengandung racun, serta cara-cara kerja
yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya
pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan
sumber-sumber bahaya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Perlu
adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan tepat.
Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja, sehingga tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan dapat
merasakan dan menikamati hasil pembangunan. Upaya pelayanan kesehatan
kerja dalam suatu bidang usaha memegang peranan penting, dalam hal
sumber daya manusia, produktivitas, dan kesejahteraan. Keberhasilan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
merealisasikan usaha kesehatan kerja akan berdampak positif dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan dan pendapatan serta kesejahteraan
tenaga kerja. Usaha ini hanya dapat berhasil jika semua pihak dapat ikut
terlibat dalam kesadaran yang penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, aspek
ekonomi dan kesehatan kerja dapat diperhitungkan secara cermat, demi
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
Bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
kerja dan kasus-kasus kecelakaan kerja tiap tahunnya terus meningkat. Angka
kecelakaan kerja dalam laporan PT JAMSOSTEK tahun 2011 lalu mencapai
99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus,
tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus.
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang belum
menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik serta
kurangnya disiplin dan kesadaran tenaga kerja dan pengusaha mengenai
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (Wahyu Praditya Pratomo.
www.inilah.com Diakses pada 19 Mei 2012 pukul 19.00). Setiap kecelakaan
kerja harus selalu dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut,
akibat, dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka pencegahan.
Maksud dari analisis tersebut adalah untuk memberikan jawaban mengapa
kecelakaan atau kematian akibat kerja terjadi, sehingga dapat ditentukan
bagaimana mencegah agar kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi. Perusahaan
harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk
barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilaksanakan dengan metode eliminasi,
subtitusi, rekayasa teknik atau engineering control, upaya administrasi dan
penyediaan alat perlindungan diri (Rofa Husna,
http://cuterofa.blogspot.com/2008pengendalian-kecelakaan-kerja.html,diakses
28 April 2012 Pukul 15.00). Upaya pengendalian resiko bahaya dalam
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi parameter
dasar pemenuhuhan perlindungan tenaga kerja terkait Keselamatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kesehatan Kerja. Identifikasi sumber-sumber bahaya di tempat kerja pelu
dilaksanakan sebagai perwujudan tindakan yang diperlukan dalam upaya
pengendalian resiko bahaya tersebut.
Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan hukum dan
menciptakan suatu kehidupan yang layak bagi tenaga kerja antara lain dengan
pelaksanaan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian kerja
bersama tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 166. Perjanjian kerja bersama
mempunyai hubungan erat dengan gerakan buruh, oleh karena dalam
mengadakan perjanjian kerja, Serikat Pekerja memegang peranan yang
penting, karena jika buruh tidak mempunyai serikat pekerja maka buruh tidak
mempunyai suara. Dengan demikian tumbuhnya Perjanjian Kerja Bersama
selalu atas desakan dari pada Serikat Pekerja untuk memperjuangkan
kepentingan anggota-anggotanya yankni tenaga kerja. Adanya Perjanjian
Kerja Bersama yang dibuat antara serikat pekerja dengan pengusaha akan
terjadi hubungan serasi antara pihak buruh dan pihak pengusaha sehingga
perusahaan tersebut dapat dikembangkan. Keuntungan yang lain adalah
terciptanya suatu hubungan kerja yang selaras, serasi dan seimbang, serta
dapat bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan pekerja yang
kesemuanya diharapkan akan bermuara pada suksesnya pembangunan
nasional.
PT Danliris Sukoharjo merupakan perusahaan internasional yang
bergerak dalam sektor garmen dan tekstile. PT Danliris Sukoharjo yang
mempekerjakan hampir 8.000 tenaga kerja wajib memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja. Bukan hanya tenaga kerja
yang akan diuntungkan dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan
kerjanya, akantetapi kelangsungan PT Danliris sebagai perusahaan yang
memiliki buyer dari luar negeri tetap terjaga. Divisi garmen PT Danliris
Sukoharjo menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan
upaya-upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang dapat timbul
ditempat kerja. Kebijakan-kebijakan aturan yang tertuang dalam Perjanjian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kerja Bersama (PKB), kebijakan Perusahaan hingga visi misi PT Danliris
Sukoharjo berupaya menunjukan konsistensinya dalam memberikan
perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Akantetapi berdasarkan laporan kecelakaan kerja yang dilaporkan PT Danliris
Sukoharjo kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Sukoharjo menunjukkan bahwa PT Danliris Sukoharjo belum mampu
menjadi perusahaan tanpa mengalami kecelakaan kerja (zero accident).
Kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada divisi garmen seperti tenaga
kerja yang terkena jarum maupun patahan jarum jahit yang terlepas dari
mesin, tenaga kerja yang pada saat proses pemotongan kain (cutting) terkena
alat pemotong, hingga kecelakaan non-teknis atau kecelakaan yang tidak
terjadi di tempat kerja yakni kecelakaan lalu lintas pada saat perjalanan
menuju mapun setelah dari perusahaan. Dalam mencegah dan mengurangi
angka kecelakaan kerja tersebut, PT Danliris Sukoharjo berupaya melakukan
pengendalian resiko bahaya yang dapat mengancam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.
Berdasarkan uraian di atas, maksud penelitian ini dilaksanakan
untuk mengetahui penerapan kebijakan peraturan yang diterapkan di PT
Danliris dalam perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga penulis hendak
mengkaji dan meneliti dengan judul: “Pelaksanaan Perlindungan Tenaga
Kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris
Sukoharjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dalam penelitian ini penulis mengajukan rumusan masalah penelitian,
sehingga memudahkan dan memfokuskan arah tujuan yang ingin dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dalam penelitian ini. Adapun pokok permasalahan yang dikaji dan diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kebijakan yang diterapkan PT Danliris Sukoharjo dalam
mengatur perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
2. Bagaimana upaya pengendalian resiko bahaya yang dilakukan untuk
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi tenaga kerja
di PT Danliris Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini yang dilakukan di PT Danliris Sukoharjo mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk diperoleh data yang
akurat, sasaran yang jelas dan fakta-fakta yang ada. Penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan untuk
memberikan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
b. Untuk mengetahui upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di PT Danliris Sukoharjo.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk menambah pengetahuan peneliti di bidang Hukum
Administrasi Negara dalam hal Keselamatan dan Kesehataan Kerja.
b. Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar akademik
sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dengan kegiatan penelitian dalam penulisan
hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat
yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum
Administrasi Negara pada khususnya serta dapat dipakai sebagai acuan
terhadap penulisan maupun penelitian di tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur kepustakaan tentang Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris
Sukoharjo.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran dan
membentuk pola pikir yang dinamis.
c. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman,
memberikan masukan dan pengetahuan kepada pihak-pihak terkait
dengan masalah yang sedang diteliti dan juga kepada berbagai pihak
yang berminat pada permasalahan yang sama.
d. Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat, baik langsung
maupun tidak langsung dalam Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris
Sukoharjo.
E. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang
berarti cara, upaya, atau jalan sehingga metode penelitian adalah cara, upaya
atau jalan untuk menemukan kebenaran dengan suatu teknik atau prosedur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tertentu. Terdapat pemikiran lain yang menyebutkan bahwa metode penelitian
adalah merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian
dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan cara tertentu
untuk melaksanakan suatu prosedur.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang
dilakukan secara metodologis dan sistematis, dengan menggunakan metode-
metode yang bersifat ilmiah dan sesuai dengan pedoman atau aturan yang
berlaku dalam penulisan kegiatan ilmiah. Sedangkan penelitian hukum adalah
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, maupun doktrin-doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,
2009:35). Di dalam penelitian ilmiah sangat diperlukan metode penelitian
yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan dengan
pemilihan metode penelitian yang tepat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian antara lain
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum doktrinal atau
normatif, dimana penelitian ini menempatkan sistem norma sebagai obyek
kajiannya. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian yang
bersifat preskriptif dan terapan. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai
ilmu yang preskriptif, artinya ilmu hukum yang mempelajari tujuan
hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep
hukum dan norma-norma hukum. Sifat terapan menggambarkan bahwa
penelitian ini menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-
rambu dalam melaksanakan suatu aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki,
2005:22).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum antara lain
pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan historis
(Historical Approach), pendekatan kasus (Case Approach) dan
pendekatan konseptual (Conceptual Approach) (Peter Mahmud Marzuki,
2005:93). Dalam pelaksanaan penelitian hukum ini penulis menggunakan
pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) yaitu dengan
menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan
kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam memberikan perlindungan tenaga
kerja berupa Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya pengendalian
resiko bahaya PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerja divisi garmen yang dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT
Danliris Sukoharjo khususnya divisi garmen. Lokasi penelitian yang telah
ditetapkan penulis bertujuan agar ruang lingkup permasalahan yang
hendak diteliti agar lebih terarah.
5. Sumber Bahan Hukum
Penelitian ini menggunakan penelitian normatif atau doctrinal,
maka bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Bahan Hukum Primer
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;
3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari
Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/1998
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa bahan hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,
2005:14). Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku, pendapat
para ahli hukum, pandangan ahli hukum, hasil penelitian hukum,
kamus hukum, ensiklopedi hukum, artikel, internet, dan sumber
lainnya yang mempunyai korelasi untuk mendukung penelitian ini.
Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer yang memberikan petunjuk kearah penulis dalam
penelitian ini.
c. Bahan Non Hukum
Bahan hon hukum penelitian ini terdiri atas buku teks, artikel,
jurnal, internat dan sumber lainnya yang memiliki korelasi dengan
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berkut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengkaji dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan
perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab secara lisan, sehingga penulis dapat mengadakan
komunikasi dengan menggunakan daftar pertanyaan. Wawancara
bertujuan untuk memperoleh data secara langsung mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan jalan menggunakan daftar pertanyaan
terstruktur untuk digunakan tanya jawab secara langsung dengan
divisi garmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo. Sehingga akan diperoleh upaya yang dilaksanakan dalam
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
c. Pengamatan dan Observasi
Pengamatan dan observasi merupakan teknik pengumpulan data
dimana peneliti mengamati secara langsung objek yang ada di
lapangan tentang segala sesuatu mengenai objek penelitian yakni
perlindungan tenaga kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
di PT Danliris mengenai potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja
khususnya pada divisi garmen.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
menggunakan metode deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip
dasar. Melalui konstruksi penalaran ini penulis menarik kesimpulan dari
hal yang bersifat umum terhadap hal yang bersifat khusus. Penggunaan
metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor, kemudian
diajukan premis minor. Lalu, dari kedua premis tersebut ditarik suatu
kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47). Premis
mayor adalah aturan hukum sedangkan premis minor adalah fakta hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sebagai premis mayornya sedangkan fakta hukum atau premis minor
adalah resiko bahaya yang terdapat di tempat kerja, kebijakan dalam
menjalankan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan di PT Danliris
Sukoharjo.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini yang
diselenggarakan di PT Danliris Sukoharjo terdiri dari 4 (empat) bab yaitu
pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan dan penutup. Adapun rincian
sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti memaparkan dan
menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan
hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti menjelaskan landasan teori
dari para ahli dan doktrin hukum yang
dipergunakan penulis dalam penyusunan penulisan
hukum ini. Teori-teori hukum yang dipergunakan
diambil berdasarkan literatur yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian yang diangkat.
Adapun rincian tinjauan pustaka yang
dipergunakan antara lain:
1. Tinjauan Umum tentang Hukum
Ketenagakerjaan
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja
3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja
BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menganalisa, mengkaji dan
mengolah hasil data penelitian. Pembahasan
menguraikan dan menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab akhir dalam penelitian, peneliti
meringkas dari awal bab hingga bab akhir dalam
penelitian menjadi suatu simpulan. Penulis
memberikan masukan saran yang relevan terhadap
realita atau kenyataan yang ada. Sehingga
diharapkan penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan serta koreksi terhadap
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Sebelumnya
peraturan perundang-undangan Hukum Ketenagakerjaan mengalami
perombakan dari istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum
Ketenagakerjaan. Seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud
dengan “Ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.” Sehingga
pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum peburuhan yang
dirumuskan sebagai hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam
hubungan kerja saja (Lalu Husni, 2005:24). Akantetapi seiring
perkembangan jaman hubungan kerja tidak hanya berlaku pada saat kerja
saja melainkan pada waktu sebelum dan sesudah pekerjaan dilakukan.
Perbedaan istilah tersebut terkesan bahwa buruh merupakan pihak yang
terintimidasi oleh majikan dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar.
Adanya perubahan istilah ini dpat merubah persepsi yang bertujuan adanya
kesetaraan atau posisi yang seimbang antara pengusaha dan buruh dalam
memperoleh hak dan kewajibannya karena selama ini tenaga kerja berada
di posisi yang jauh di bawah pengusaha.
Menurut Soepomo bahwa perlindungan tenaga kerja dibagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu
bekerja diluar kehendaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan hak
untuk berorganisasi.
c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan kerja (Dikutip dari Dian Octaviani
Saraswati, 2007:34).
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah “Setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”
Sehingga dari pengertian ini dapat diketahui adanya pihak yang
memberikan upah atau imbalan terhadap pekerja yakni pengusaha atau
pemberi kerja. Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan pengertian “pengusaha, yaitu:
1) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
2) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf (1) dan
(2) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.”
Ketenagakerjaan sangat erat dengan unsur campur tangan
pemerintah dalam memberikan hak-hak dan kewajiban bagi pekerja dalam
perlindungi keselamatan, kesehatan, upah yang layak dan sebagainya.
Tercapainya keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai,
karena telah kita ketahui bahwa pihak yang kuat akan selalu ingin
menguasai pihak yang lemah Tanpa melupakan kewajiban dan hak
pengusaha dalam kelangsungan perusahaan. Penjelasan tersebut
memberikan pengertian bahwa hukum ketenagakerjaan bersifat privat dan
publik. Adanya campur tangan pemerintah dalam perundang-undangan
yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan adanya pemberian sanksi
tegas bagi pelanggar. Sedangkan bersifat privat karena diperbolehkannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
adanya peraturan perundangan yang mengatur mengenai hubungan kerja
antara orang perorangan (Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan
Perjanjian Kerja Bersama) yang tetap memperhatikan aturan-aturan yang
berlaku.
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan,
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah.” Sehingga hubungan kerja itu terjadi karena adanya perjanjian
kerja antara pengusaha dan pekerja atau buruh (Pasal 50 Undang-undang
No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Substansi perjanjian kerja
yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perjanjuan perburuhan atau
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)/Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang
ada, demikian halnya dengan peraturan perusahaan, substansinya tidak
boleh bertentangan dengan KKB/PKB (Lalu Husni, 2005:53). Perjanjian
kerja sebagai bagian dari suatu perjanjian, maka perjanjian kerja harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan telah diatur
pula dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa syarat sahnya
perjanjian kerja harus memenuhi:
a. Kesepakatan kedua belah pihak;
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur dari
perjanjian kerja sebagai substansi pokok hubungan kerja antara lain
adalah:
a. Unsur pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang
diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut harus dilakukan
sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh
orang lain (tanpa melanggar peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum dan kesusilaan).
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan dengan ketrampilan atau keahliannya, karena itu
menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka perjanjian kerja
tersebut putus demi hukum.
b. Unsur Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja
oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada
perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara
dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja
karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan
klien.
c. Unsur Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja
(perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama
seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh
upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan
tersebut bukan merupakan hubungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja
a. Pengertian dan Landasan Hukum Keselamatan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008:4).
Keselamatan kerja merupakan dari, oleh dan untuk tenaga kerja, setiap
orang dan masyarakat yang mungkin akan terkena dampak dari suatu
proses produksi industri. Keselamatan kerja merupakan sarana utama
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
kerugian berupa luka/cidera, cacat, kematian maupun kerugian harta
benda dan kerusakan peralatan dan mesin dan kerusakan lingkungan
yang secara luas.
Telah jelas diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
“Setiap pekerja/buruh berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.” Pengertian maksud dari pasal ini untuk memberikan jaminan
perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh rasa aman dalam
melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan
produktivitas kerja.
b. Syarat Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup
berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana
produksi, manusia dan cara kerja (Soehatman Ramli, 2010:28). Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
secara tegas dan jelas menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan
usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya
memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2008:4). Persyaratan
keselamatan kerja menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut.
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Di samping syarat-syarat keselamatan kerja sesuai Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja di atas, juga dilengkapi syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Syarat-syarat tersebut
memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan, dan pembuatan, perlengkapan alat
perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan, pemberian
label guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
Syarat inilah yang tercantum dan diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha
Pengusaha sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja di tempat kerja. Kewajiban
pengusaha dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut adalah (Lalu
Husni, 2005:134):
1) Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pengusaha
berkewajiban menunjukkan dan menjelaskan tentang:
a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;
b) Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan.
c) Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaan.
d) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga
kerja yang bersangkutan.
2) Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjakan
pengusaha berkewajiban untuk:
a) Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan,
penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pada kecelakaan (P3K), peningkatan usaha Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada umumnya.
b) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara
berkala.
c) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan
bagi seluruh tenaga kerja.
d) Memasang gambar dan peraturan perundnag-undangan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta bahan
pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai dengan petunjuk
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
e) Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi
termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja
yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Departemen
Tenaga Kerja setempat.
f) Membayar biaya pengawasan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ke Kantor Perbendaharaan Negara
setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
g) Menaati semua persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja baik yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.
Sedangkan tenaga kerja memiliki kewajiban dalam tercapainya
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diatur dalam Pasal
12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
adalah:
1) Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Memenuhi dan menaati persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Sedangkan hak-hak yang diperoleh tenaga kerja adalah:
1) Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut
agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diwajibkan di tempat kerja.
2) Menyatakan keberatan apabila syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta APD (alat perlindungan diri) yang
diwajibkan tidak memenuhi persyaratan, kecuali dalam hal
khusus ditetapkan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
d. Potensi Bahaya yang Menyebabkan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja erat kaitannya dengan kecelakaan kerja,
yakni suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan sering tidak terduga
yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja
industri atau yang berkaitan dengan hal tersebut. Unsur-unsur
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut.
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa
kecelakaan kerja tidak terdapat unsur kesengajaan atau
perencanaan.
2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa
kecelakaan kerja akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun
mental.
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-
kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. (Tarwaka,
2008:5)
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat
berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja
atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan
indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sendirinya, akan tetapi terjadi oleh salah satu atau beberapa faktor
penyebab kecelakaan sekaligus dalam satu kejadian. Berikut penyebab
kecelakaan kerja secara umum:
1) Sebab dasar atau asal mula
Terjadinya kecelakaan kerja pastilah terlihat dari sebab dasar
yang menjadikan terjadinya peristiwa kecelakaan kerja yang
dapat dilihat dari faktor:
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di perusahaannya;
b) Manusia atau para pekerjanya sendiri, dan
c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.
2) Sebab Utama
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya
faktor dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang
belum dilaksanakan secara benar (Substandards). Sebab utama
kecelakaan kerja meliputi faktor:
a) Faktor manusia atau adanya tindakan tidak aman (unsafe
action).
Dilatar belakangi oleh adanya tindakan berbahaya dari
tenaga kerja bisa terjadi karena:
(1) Kurang pengetahuan dan ketrampilan kerja (lack of
knowledge and skill)
(2) Ketidakmampuan bekerja secara normal (inadequate
capability)
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak
Nampak (bodily defect)
(4) Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom)
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe
attitude and habits)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja yang
baru dan belum dapat dipahami (confuse and stress)
(7) Belum menguasai atau belum trampil dengan
peralatan atau mesin baru (lack of skill)
(8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat
melakukan pekerjaan (difficulty in concentrating)
(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja (ignorance)
(10) Kurangnya motivasi kerja dari tenaga kerja (improper
motivation)
(11) Kurangnya kepuasan kerja (low job satisfaction)
(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri, dan
sebagainya.
b) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman (unsafe
condition).
Lingkungan disini diartikan bahwa kecelakaan kerja terjadi
apabila lingkungan fisik (mesin, peralatan, pesawat, bahan,
lingkungan dan tempat kerja, proses kerja sifat pekerjaan
dan sistem kerja) dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
c) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja.
Apabila interaksi dan sarana pendukung kerja tidak berjalan
dengan sesuai maka akan terjadi kecelakaan kerja. Dengan
demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan
kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia harus
sudah dilaksanakan sejak perencanaan.
3) Komponen peralatan kerja
Peralatan kerja tenaga kerja haruslah didesain, dipelihara dan
dipergunakan dengan baik sehingga potensi bahaya dari
penggunaan peralatan kerja dapat dihindari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4) Komponen lingkungan kerja
Pertimbangan tertentu harus diberikan terhadap faktor
lingkungan kerja seperti, tata letak ruang, kebersihan, intensitas
penerangan, suhu, kelembaban, kebisingan, vibrasi ventilasi, dll
yang sangat mempengaruhi kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja tenaga kerja.
5) Organisasi kerja
Manajemen keselamatan kerja merupakan variabel terpenting
dalam pengembangan program keselamatan kerja di tempat
kerja. Struktur organisasi yang mempromosikan kerjasama
antara pekerja untuk pengenalan dan pengendalian potensi
bahaya akan mempengaruhi perilaku pekerja secara positif.
Pengembangan manajemen kerja akan efektif dalam
menentukan kinerja keselamatan secara umum di tempat kerja
dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja
a. Pengertian dan Landasan Hukum Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan
yang erat kaitannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat memepengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja. Terdapat beberapa pengertian
kesehatan kerja, Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Lalu Husni,
2005:140).
Kesehatan kerja (occupational health) adalah bagian dari
ilmu kesehatan atau kedokteran yang memepelajari bagaimana
melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh-faktor-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum
dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial (Tarwaka, 2008:22).
Secara garis besar dalam Pasal 164 – Pasal 166 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur
mengenai:
1) Kesehatan kerja diselenggarakan dengan maksud setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
2) Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan
kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan
mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat
kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik
fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya,
persyaratan bahan baku dan proses kerja serta persyaratan tenpat
atau lingkungan kerja.
3) Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja
adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai tenaga kerja paling
sedikit 10 (sepuluh) orang.
Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan kerja di tempat kerja atau
perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk:
1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua
lapangan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.
3) Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan.
4) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisik tubuh dan mental psikologis tenaga kerja
yang bersangkutan.
b. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja dianggap
sebagai kecelakaan kerja dan bisa terjadi secara tiba-tiba maupun
melalui proses dalam jangka waktu tertentu. “Penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1 Keppres No 22 Tahun 1993
tentang Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Kerja).” Penyakit akibat
kerja ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses
terjadinya yang lambat. Sedangkan kecelakaan terjadi karena proses
terjadinya cepat dan cenderung mendadak. Di tempat kerja
mengandung sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya harus
dilaksanakan sedini mungkin untuk mengadakan upaya pengendalian
dan upaya untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Berikut
adalah potensi-potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau penyakit akibat kerja:
1) Potensi Bahaya Fisik
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim
(panas,dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,
radiasi, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2) Potensi Bahaya Kimia
Potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia yang dipergunakan
dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenaga kerja. Terjadinya pengaruh dari
bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja tergantung dari
jenis bahan kimia, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap,
dll), daya racun bahan (toksitas), cara masuk ke tubuh, dll.
3) Potensi Bahaya Biologis
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-
kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya: TBC, Hepatitis A/B, aids, dll ataupun yang
berasal dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses
produksi.
4) Potensi Bahaya Fisiologis
Potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh penerapan
kesehatan kerja yng tidak baik ataupun tidak sesuai dengan
norma-norma Ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan sera peralatan kerja. Termasuk dalam potensi bahaya
fisiologis ini antara lain: sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidaks esuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara
mesin dan manusia.
5) Potensi Bahaya Psikologis
Potensi bahaya ini berasal atau ditimbulkan oleh kondisi atau
aspek-aspek psikologis tenaga kerja yang kurang baik dan
kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya ketrampilan tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pelatihan yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja yang
kesemua potensi ini dapat menimbulkan stress akibat kerja.
6) Potensi Bahaya dari Proses Produksi
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
tergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan
serta jenis kegiatan yang dilakukan. (Tarwaka, 2008:24).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Premis Mayor
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 261/MENKES/SK/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
Premis Minor/Fakta Hukum
1. Perlindungan tenaga kerja dalam jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Ketentuan peraturan mengenai syarat, pemeriksaan dan upaya untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja.
Penerapan
1. Peraturan PT Danliris Sukoharjo dalam PKB dan Kebijakan Perusahaan dalam perlindungan tenaga kerja.
2. Upaya pengendalian resiko bahaya dalam mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesimpulan 1. Pelaksanaan PKB dan Kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam
mengatur dan memberi jaminan K3 bagi tenaga kerja. 2. Upaya pengendalian resiko PT Danliris Sukoharjo masih terdapat
kekurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keterangan:
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur mengenai perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh jaminan
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Mengatur pula mengeanai
hak dan kewajiban yang diperoleh baik pengusaha dan tenaga kerja. Proses
produksi menggunakan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan potensi-potensi
bahaya lain yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
PT Danliris Sukoharjo. Pasal 86 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dengan tegas mengatur bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk
mendapatkan perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sehingga
setiap tenaga kerja yang bekerja bersinggungan dengan potensi bahaya harus
dijamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Perlu diadakannya upaya-upaya
untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tenaga kerja dalam
membina norma-norma perlindungan kerja hal ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kecelakaan kerja terjadi akibat
potensi-potensi bahaya yang timbul karena lingkungan kerja yang tidak aman,
perilaku tenaga kerja yang tidak aman, maupun kurangnya perhatian dari tingkat
pimpinan (pengusaha/pengurus) terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Angka kecelakaan kerja masih didapati di PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
yang belum mampu mencapai zero accident. Diperlukan penanganan serius dan
tegas dalam pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga
potensi-potensi bahaya tersebut tidak membahayakan kinerja tenaga kerja.
Melalui kebijakan-kebijakan perusahaan maupun penerapan perundang-undangan
dan upaya pengendalian resiko bahaya sebagai bentuk perlindungan tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo
1. Sejarah dan Profil PT Danliris Sukoharjo
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1974 untuk pertenunan yang
sebagian digunakan untuk industri batik. Perusahaan yang terletak di
Kelurahan Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
didirikan oleh Hadiman Tjokrosaputro ini terus mengembangkan usahanya
tanpa henti. Pada tahun 1976 PT Danliris dirubah menjadi suatu industri
terpadu yang menghasilkan berbagai jenis benang dan tekstile. Baru pada
tahun 1978 PT Danliris memproduksi pakaian jadi (konfeksi). Setiap
tahunnya PT Danliris memproduksi hingga 80.000 ball benang tenun, baik
untuk mencukupi permintaan lokal maupun ekspor. Produk yang dihasilkan
telah mempergunakan mesin-mesin maupun peralatan berteknologi canggih
untuk meningkatkan mutu dan kualitas yang dihasilkan.
Ekspor impor produk yang dihasilkan PT Danliris telah menempati
posisi dominan dalam perdagangan. PT Danliris merupakan perusahaan
manufaktur yang memproduksi tekstil dan garmen, dengan banyaknya produk
yang dihasilkan setiap tahunnya, maka PT Danliris akan memerlukan tenaga
kerja dengan jumlah yang mendukung. Penelitian dan upaya pengembangan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu produk. PT Danliris telah
memperoleh kepercayaan internasional untuk memproduksi merek-merek
terkenal seperti Mark & Spencer, Inggris Toko, Rumah Frazier, Kacau, Silver
Ox, Hari Ty, dll yang diproduksi pada sektor garmen PT Danliris. Mutu dan
kualitas produk yang dihasilkan PT Danliris telah terkenal hingga ke Jepang,
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.
PT Danliris Sukoharjo termasuk dalam perusahaan yang bergerak
pada sektor manufaktur yang memiliki produk tekstil dan garmen. Untuk
penelitian dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT
Danliris Sukoharjo, penulis akan meneliti pada divisi garmen. Divisi Garmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pada PT Danliris terbagi menjadi 4 (empat) konfeksi, dengan masing-masing
konfeksi memiliki komposisi kerja sesuai dengan pesanan.
2. Visi dan Misi PT Danliris Sukoharjo
Visi:
Menjadi perusahaan tekstile yang terintegrasi yang terkenal sebagai
terbaik terutama oleh pemegang saham, pelanggan dan karyawan.
Misi:
1) Menjadi perusahaan tekstile yang terintegrasi yang dapat memuaskan
pemegang saham melalui profit dan pelanggan melalui baiknya
pelayanan, kualitas dan harga.
2) Menyediakan lingkungan kerja yang menekankan kejujuran, kehati-
hatian, keamanan dan penghargaan berdasarkan hasil.
3. Proses Produksi
Proses produksi pada PT Danliris terbagi menjadi dua divisi yakni
divisi tekstil dan garmen. Pada divisi tekstil memproduksi selembaran kain
bahan baku untuk dijadikan pakaian. Sedangkan pada divisi garmen
merupakan divisi yang memproduksi pakaian jadi yang bahan baku sebagian
berasal dari divisi tekstile PT Danliris Sukoharjo. Setelah melalui proses pada
divisi tekstile proses selanjutnya untuk membuat pakaian jadi adalah:
1) Cutting
Cutting atau pemotongan kain akan dilakukan dengan menggambar pola
sesuai dengan model pakaian sesuai dengan pemesanan. Pemotongan kain
menggunakan mesin strike knife atau band knife.
2) Pressing
Pengepressan kain meliputi pada lekukan untuk kerah baju, press untuk
tempat kancing baju, atau press pada lekukan ujung pergelangan tangan
untuk lengan pakaian panjang.
3) Sewing
Sewing merupakan proses penjahitan kain yang telah tergambar pola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4) Finishing
Pakaian yang telah dijahit akan dilakukan proses finishing yakni proses
terakhir dengan penyetrikaan pakaian dan pengemasan pakaian.
5) Quality Control
Quality control terletak pada setiap proses produksi dari awal hingga akhir.
Quality control merupakan pengecekan terhadap produk yang dihasilkan
sehingga diperoleh kualitas dan mutu terbaik.
6) Packing
Produk yang telah lolos uji pengecekan dari awal hingga akhir akan siap
untuk dikirim kepada pemesan atau buyer.
B. Hasil Penelitian
1. Kebijakan PT Danliris Sukoharjo Terkait Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
PT Danliris Sukoharjo di dalam memberikan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yakni dengan memiliki kebijakan yang
berpegang pada standar kondisi kerja, peduli lingkungan, menjaga kesehatan,
keselamatan dan keamanan dalam pemenuhan terhadap permintaan
konsumen. Untuk itu, perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT
Danliris Sukoharjo tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris
Sukoharjo Nomor: 011/DL.UM.HK/07.11 dengan masa berlaku antara
tanggal 1 Juli 2011 sampai dengan 30 Juni 2013. Perjanjian Kerja Bersama
PT Danliris terdiri dari 41 Pasal yang mengatur mengenai kesepakatan
bersama antara serikat pekerja dengan pengusaha. Tujuan Perjanjian Kerja
Bersama adalah untuk menciptakan keserasian kerja yang berasaskan pola
perlindungan tenaga kerja untuk terciptanya ketenagan kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga terwujud peningkatan usaha dan kesejahteraan
tenaga kerja. Selain kebijakan perusahaan dalam komitmen perusahaan
meningkatkan perlindungan tenaga kerja, PT Danliris memiliki kebijakan
sebagai pelaksanaan komitmen perusahaan mencapai kepuasan pelanggan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
terlindungnya tenaga kerja dalam keselematan dan Kesehatan kerja antara
lain sebagai berikut.
1) PT Danliris bertanggungjawab untuk mempromosikan tenaga kerja
dan menjamin tidak adanya operasi kerja yang membahayakan.
2) PT Danliris menjamin untuk memproduksi barang yang memenuhi
keinginan pelanggan dengan tidak membahayakan pelanggan, pekerja
dan masyarakat.
3) PT Danliris berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan tingkat
keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan yang bersih dan
aman.
4) PT Danliris menyadari pentingnya dalam mengadakan pelatihan
tenaga kerja tentang hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja. Serta tenaga kerja bertanggungjawab untuk
memakai dan menggunakan alat pelindung diri dan peralatan-
peralatan dengan standar keamanan dan keselamatan yang tinggi.
5) Dengan adanya bagian pengembangan sumber daya manusia akan
memberikan kepastian bahwa kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja dari PT Danliris akan dikontrol dan ditingkatkan terus menerus
secara efektif.
Kebijakan kedua antara lain sebagai berikut.:
1) Memakai seragam, alas kaki dan kartu tanda pengenal (NPK) yang
telah ditentukan.
2) Menggunakan sarung tangan metal yang disediakan ketika
menggunakan straight knife dan band knife pada proses pemotongan
divisi garmen dan atau alat-alat pelindung diri lainnya.
3) Bekerja dengan cara yang benar dengan menjalankan instruksi kerja
yang ada untuk mencegah kecelakaan terhadap diri sendiri dan orang
lain.
4) Tidak mengoperasikan mesin tanpa pengalaman dan kompetensi serta
kewenangan yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5) Bahan-bahan kimia yang berbahaya disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dan adanya pelatihan cara atau prosedur penggunaannya.
6) Dilarang merokok di area kerja maupun di lingkungan pabrik.
7) Dilarang membawa barang-barang yang membahayakan kesehatan
fisik dan mental serta potensi bahaya peledakan.
8) Setiap tamu atau orang luar yang masuk ke perusahaan harus seijin
yang berkepentingan dengannya dan harus lapor satpam jaga.
2. Upaya Pengendalian Resiko Bahaya di Tempat Kerja
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen memberikan upaya-upaya dalam
mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan menyediakan:
a. Sarana dan Alat Pelindung Diri (APD):
b. Kegiatan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT
Danliris Sukoharjo
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris
telah terbentuk dan telah dilakukan pengesahan oleh Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei
tahun 2011. Melalui Surat Keputusan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Sukoharjo Nomor: Kep.21/P2K3/KK/2011,
mengesahkan Panitita Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3)
PT Danliris Sukoharjo, yang terdiri ketua, wakil ketua, sekretaris, dan
masing-masing anggota pada tiap konfeksi 1, konfeksi 2, konfeksi 3 dan
konfeksi 4. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT
Danliris Sukoharjo melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi dan tugas
yang telah ditetapkan dan melakukan hasil kegiatan secara berkala kepada
Disnaker Kabupaten Sukoharjo. Berikut merupakan kegiatan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Danliris Sukoharjo
dalam melakukan upaya preventif mencegah timbulnya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 1 Kegiatan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris
No Item Target
(Thn)
Action Plan Sarana
1. Pertemuan P2K3 4x a. Perencanaan
Jadwal
b. Koordinasi
c. Kelengkapan
Administrasi
a. Absensi
b. Monitoring
c. laporan
2. Pelatihan P3K 1x a. Perencanaan
Jadwal
b. Koordinasi
c. Kelengkapan
Administrasi
a. Absensi
b. Monitoring
c. laporan
3. Pemeriksaan
Kesehatan
2x a. Perencanaan
Jadwal
b. Koordinasi
c. Kelengkapan
Administrasi
Diikuti Semua
Tenaga Kerja
4. Pelatihan Evakuasi
Tanggap Darurat
1x Bekerjasama
dengan Dinas
Pemadam
Kebakaran
Diikuti Semua
Tenaga Kerja
5. Audit Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
3x a. Perencanaan
Jadwal
b. Koordinasi
c. Kelengkapan
Administrasi
a. Monitoring
b. Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
6. Pengawasan Eksternal 1x Dilakukan oleh
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
(Disnakertrans
Kab. Sukoharjo)
Evaluasi
Kebijakan dan
Pelaksanaan
K3 di PT
Danliris
Sumber: Laporan Tahun 2011 P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
C. Pembahasan
1. Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT Danliris Sukoharjo
PT Danliris Sukoharjo merupakan perusahaan industri yang
bergerak pada sektor tekstile dan garmen. Dalam pembahasan dan penelitian
yang dilakukan difokuskan dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tenaga kerja yang bekerja dalam divisi garmen. Jumlah tenaga kerja
pada divisi garmen PT Danliris Sukoharjo adalah 3.496 orang yang terbagi
dalam 4 unit kerja yakni konfeksi 1, 2, 3, dan 4. Kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi oleh beberapa faktor yang kurang
mendapat perhatian dalam penanganannya. PT Danliris Sukoharjo dalam
melaksanakan Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan untuk memberikan perlindungan tenaga kerja berupa
jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan mengaturnya kedalam
Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris Sukoharjo Nomor
011/DL.UM/HK/07/11 adalah sebagai berikut.
a. Pengaturan Waktu Kerja
Proses produksi PT Danliris Sukoharjo divisi garmen dilakukan
sesuai pesanan buyer dengan dibagi diantara keempat konfeksi. Menurut
Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur bahwa tenaga kerja hanya diperbolehkan
bekerja 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja. Untuk
mengimbangi agar tidak terlalu banyak tenaga kerja yang bekerja dalam
satu unit kerja maka pengaturan jam kerja diatur dalam Pasal 9 Perjanjian
Kerja Bersama PT Danliris Sukoharjo yang menjelaskan bahwa tenaga
kerja bekerja 8 jam setiap harinya yang bekerja pada Senin – Jumat atau
40 jam seminggu dengan waktu istirahat 1 jam perhari setiap 4 jam
bekerja. Terhadap kelebihan kerja dikarenakan order yang meningkat
maka tenaga kerja akan diberikan upah lembur. Pengaturan waktu kerja PT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Danliris Sukoharjo telah sesuai dengan Pasal 77 ayat (2) huruf b Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
b. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Upaya PT Danliris Sukoharjo untuk memberikan hak tenaga kerja
berupa jaminan sosial tenaga kerja sesuai dengan Pasal 99 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. PT
Danliris Sukoharjo mengatur dalam Pasal 22 Perjanjian Kerja Bersama
bahwa Kesejahteraan sosial yang diadakan bagi tenaga kerja yakni
Jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian yang
merupakan program dari PT Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja),
sedangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja PT Danliris
Sukoharjo diselenggarakan oleh PT Askes (Inhealth). Terbukti bahwa PT
Danliris Sukoharjo memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dengan
mengikutkannnya dalam program-program jaminan sosial tenaga kerja.
Terdapat perbedaan penyelenggaraan program jaminan sosial yang
diikutkan PT Danliris Sukoharjo bagi tenaga kerjanya, yakni program
jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT Askes
(Inhealth).
Jaminan sosial bagi tenaga kerja yang diikuti oleh PT Danliris
Sukoharjo tidak semuanya merupakan program-program yang dikelola
oleh PT Jamsostek, melainkan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
tenaga kerja PT Danliris Sukoharjo diikutkan dalam program Inhelath (PT
Askes). Hal tersebut dimungkinkan karena Pasal 2 Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik
dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga
Kerja mengatur bahwa “Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
(PT Danliris Sukoharjo menyelenggarakan dengan bekerjasama dengan
badan yang menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan)
dinyatakan dengan manfaat lebih dari Paket Jaminan Pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang-kurangnya
harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB II
dan BAB III peraturan ini.
2) Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Pelaksana pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh tenaga
kerja dan keluarganya.
Liputan pelayanan kesehatan dimaksudkan bagi peserta program
pemeliharaan kesehatan yang terdiri dari tenaga kerja wanita maupun laki-
laki dan untuk keluargamya yakni istri dan/atau suami serta maksimal 3
anak dengan syarat anak tersebut masih berusia 21 tahun maupun belum
menikah dan belum bekerja. “Jaminan sosial dalam bentuk Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan yang dilaksanakan dan yang dibutuhkan adalah
secara nasional dan bersifat wajib dengan memenuhi prinsip skala besar
ekonomi, gotong royong, pemerataan, perlindungan serta pendidikan masa
depan (Dahlia Hafni Lubis. 2007:147).” Setiap orang tidak akan terhindar
dari penyakit dan untuk itu kesehatan sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pelayanan yang diberikan oleh program jaminan pemeliharaan
kesehatan PT Askes (Inhealth) diberikan kepada tenaga kerja PT Danliris
Sukoharjo serta istri atau suami dan maksimal tiga (3) orang anak, dengan
memberikan layanan kesehatan berupa:
1) Rawat Jalan Tingkat I
2) Rawat Inap
3) Rawat Jalan Tingkat Lanjut.
4) Pemeriksaan Kehamilan dan persalinan.
5) Penunjang Diagnostik.
6) Pelayanan Khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Alat-Alat Keselamatan Kerja
PT Danliris Sukoharjo sangat memperhatikan pokok-pokok
terpenting dalam terwujudnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga
kerja dengan diaturnya secara khusus pasal yang mengatur tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pasal 40 Perjanjian Kerja Bersama PT
Danliris Sukoharjo mengatur mengenai pakaian kerja dan alat-alat
keselamatan kerja yang wajib dikenakan oleh tenaga kerja. Saat memasuki
area PT Danliris Sukoharjo, tenaga kerja diwajibkan mengenakan pakaian
kerja yang telah ditentukan serta memakai alat pengenal yang telah
disediakan. Pasal 40 ayat (8) Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris
Sukoharjo menyatakan bahwa “Demi kelancaran pekerja dalam bekerja,
maka perusahaan menyediakan alat-alat keselamatan kerja dengan
petunjuk dan anjuran dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
pekerja diwajibkan mempergunakan sesuai dengan kepentingannya dan
memelihara sebaik-baiknya alat-alat perlengkapan keselamatan kerja
tersebut dengan penuh tanggungjawab.” Dapat terlihat bahwa PT Danliris
Sukoharjo melaksanakan kewajibannya untuk menyediakan alat-alat
pelindung diri demi meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tenaga kerja
Kewajiban PT Danliris Sukoharjo melalui Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) divisi garmen selain
menyediakan alat pelindung diri adalah menjelaskan dan memasang semua
peraturan dan kebijakan menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja bahwa pengurus memiliki kewajiban untuk
memasang peraturan, syarat keselamatan kerja, petunjuk-petunjuk pada
tempat yang mudah terlihat dan mudah dipahami oleh tenaga kerja. untuk
itu PT Danliris Sukoharjo selain membagikan buku saku berupa Perjanjian
Kerja Bersama pada setiap tenaga kerja juga memasang kebijakan-
kebijakan perusahaan yang memiliki komitmen dalam memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja, masyrakat, lingkungan dan pemesan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
di tempatkan pada tiap-tiap tempat kerja di masing-masing unit kerja.
Kebijakan tersebut antara lain menjelaskan dan mengatur bahwa:
a. PT Danliris bertanggungjawab untuk mempromosikan tenaga kerja
dan menjamin tidak adanya operasi kerja yang membahayakan.
b. PT Danliris menjamin untuk memproduksi barang yang memenuhi
keinginan pelanggan dengan tidak membahayakan pelanggan,
pekerja dan masyarakat.
c. PT Danliris berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan
tingkat keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan yang
bersih dan aman.
d. PT Danliris menyadari pentingnya dalam mengadakan pelatihan
tenaga kerja tentang hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja. Serta tenaga kerja bertanggungjawab untuk
memakai dan menggunakan alat pelindung diri dan peralatan-
peralatan dengan standar keamanan dan keselamatan yang tinggi.
e. Dengan adanya bagian pengembangan sumber daya manusia akan
memberikan kepastian bahwa kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja dari PT Danliris akan dikontrol dan ditingkatkan terus
menerus secara efektif.
Kebijakan lain yang dipasang di tempat kerja divisi garmen PT Danliris
Sukoharjo antara lain:
a. Memakai seragam, alas kaki dan kartu tanda pengenal (NPK) yang
telah ditentukan.
b. Menggunakan sarung tangan metal yang disediakan ketika
menggunakan straight knife dan band knife pada proses
pemotongan divisi garmen dan atau alat-alat pelindung diri lainnya.
c. Bekerja dengan cara yang benar dengan menjalankan instruksi
kerja yang ada untuk mencegah kecelakaan terhadap diri sendiri
dan orang lain.
d. Tidak mengoperasikan mesin tanpa pengalaman dan kompetensi
serta kewenangan yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e. Bahan-bahan kimia yang berbahaya disimpan pada tempat yang
telah ditentukan dan adanya pelatihan cara atau prosedur
penggunaannya.
f. Dilarang merokok di area kerja maupun di lingkungan pabrik.
g. Dilarang membawa barang-barang yang membahayakan kesehatan
fisik dan mental serta potensi bahaya peledakan.
h. Setiap tamu atau orang luar yang masuk ke perusahaan harus seijin
yang berkepentingan dengannya dan harus lapor satpam jaga.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo tersebut di atas merupakan pembuktian secara umum bahwa PT
Danliris Sukoharjo memegang standard kondisi kerja, peduli lingkungan,
menjaga kesehatan, keselamatam dan keamanan dalam melindungi nama
baik perusahaan dan sebagai upaya menarik minat pelanggan dan
melaksanakan kewajiban pengurus sebagaimana diatur dalam Pasal 14
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Upaya Pengendalian Resiko Bahaya
Suatu keadaan tempat kerja yang aman dan nyaman sangat
dipengaruhi oleh faktor yang mendukung dalam terciptanya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Tenaga kerja sangat rentan dan dekat dengan resiko bahaya
yang ditimbulkan dalam pekerjaan yang dilakukannya. Resiko bahaya yang
dapat mengancam Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut dapat dikenali
dengan dilakukan identifikasi bahaya di tempat kerja. PT Danliris Sukoharjo
divisi garmen memperkerjakan 3.496 tenaga kerja, dalam upayanya
mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terjadi
akibat potensi bahaya di tempat kerja menerapkan beberapa upaya yang
terdiri yakni:
a. Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
PT Danliris Sukoharjo pada divisi garmen.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) wajib
dibentuk oleh perusahaan yang memiliki tenaga kerja minimal 100 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
atau berpotensi terjadi kebakaran, peledakan, keracunan dalam proses
produksi maupun bahan-bahan yang dipergunakan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. “In
the majority of major accidents there is a complex chain of events,
including organizational policies and descision, individual behaviours and
mechanical that when combined, resulted in the accident. While the
individual behaviours that resulted in the accident are wide and varied,
they are relate to human and organizational factors and many are
symptomatic of a poor safety culture (Julie Bell & Nicola Healey.
2006:8).” Penelitian mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja bukan
hanya terdapat dan masalah kompleks mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Indonesia saja. Melainkan di Inggris, terus melakukan
riset dan peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi tenaga
kerjanya. Kecelakaan kerja terjadi akibat dari adanya keadaan yang
mempengaruhi termasuk kebijakan organisasi dan topic, perilaku manusia
(tenaga kerja), faktor mesin. Pada perilaku manusia yang sangat
merugikan dirinya sendiri tersebut sangat beragam dan bervariasi yang
memiliki kaitan dengan kebijakan organisasi dan kesalahan keselamatan
kerja yang diterapkan. Sehingga dalam hal ini kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh faktor-faktor di atas dapat ditangani dengan pembentukan
organisasi di perusahaan-perusahaan untuk mengontrol dan membuat
kebijakan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar dihasilkan
kerja aman, sehat dan nyaman. PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
berupaya dalam peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yakni
dengan mematuhi Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli
Keselamatan Kerja untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo dengan susunan panitia sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 2 Susunan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja menyatakan bahwa:
1) Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
2) Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) adalah Ahli Keselamtan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.
3) Ketua Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3), diupayakan dijabat oleh pimpinan perusahaan atau salah
satu pengurus dari perusahaan.
KETUA Direktur Umum
WAKIL KETUA Kadiv. Umum
Sekretaris I Sekretaris II
Konfeksi I Konfeksi II Konfeksi III Konfeksi IV
Personalia
Anggota
Personalia
Anggota
Personalia
Anggota
Personalia
Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tujuan pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) harus dapat menjamin bahwa organisasi yang akan dibentuk
merupakan perwakilan seluruh komponen yang ada di tempat kerja.
Konsultasi antara pihak manajemen dengan pekerja harus terfokus pada
pengembangan struktur P2K3 yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan
tempat kerja atau perusahaan. Pada saat memutuskan kebutuhan organisasi
P2K3 yang sesui dengan tempat kerja atau perusahaan dan dapat
memenuhi tuntutan peraturan perundangan dalam memberikan
perlindungan tenaga kerja, hal-hal yang harus difikirkan antara lain adalah:
1) Besar kecilnya tempat kerja atau perusahaan;
2) Jenis operasional dan pengaturan tempat kerja;
3) Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja;
4) Calon-calon anggota dari setiap kelompok kerja yang akan
mengisi struktur organisasi; dan
5) Ukuran ideal organisasi yanag dapat bekerja secara efektif.
Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) PT Danliris Sukoharjo divisi garmen telah ditetapkan dan disahkan
dengan Surat Keputusan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Sukoharjo Nomor: Kep.21/P2K3/KK/2011 dengan susunan organisasi
telah dibentuk sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja. 0Dimana kepengurusan yang terdiri Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan Anggota merupakan perwakilan dari pengurus atau
pimpinan perusahaan serta ikut melibatkan tenaga kerja dalam
kepengurusan. Di dalam melakukan fungsi dan tugas untuk meningkatkan
kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen melakukan
program kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1) Identifikasi Resiko Bahaya Tempat Kerja (Inspeksi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja)
Suatu resiko bahaya yang dapat mengancam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga kerja dapat diketahui
dengan adanya identifikasi masalah yang menjadi sumber-
sumber bahaya tersebut. Upaya yang dilakukan PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen yakni dilakukannya inspeksi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan secara rutin
yakni satu bulan sekali dengan dibuat laporan secara tertulis
berupa checklist. Inspeksi dilakukan dengan tujuan menemukan
sumber potensi bahaya sebelum mengakibatkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Penyelenggaraan inspeksi yang
dilakukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) PT Danliris Sukoharjo pada divisi garmen bertujuan
untuk:
a) Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan
secara sistematis mempunyai peran penting di dalam upaya
melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap sumber-
sumber bahaya yang mengancam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Sehingga permasalahan dapat terdeteksi
lebih awal sebelum mengakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
b) Inspeksi dilakukan untuk menjamin agar setiap tempat kerja
berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Peraturan
Perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris
Sukoharjo yang secara jelas mengatur mengenai
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
c) Inspeksi dilakukan juga untuk mempertemukan dan menjadi
bahan diskusi bagi tenaga kerja dan pimpinan maupun
pengurus (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) PT Danliris Sukoharjo terkait isu-isu Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang sedang dihadapi. Tenaga kerja
merupakan subjek yang paling mengenal dan mengerti
terhadap aspek kerja, peralatan, mesin-mesin dan proses
operasional di tempat kerja sehingga mereka merupakan
sumber informasi yang utama. Diharapkan dengan
komunikasi yang tercipta baik tersebut akan tercipta kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris
Sukoharjo.
Adapun yang menjadi penilaian pada saat dilakukan inspeksi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi
garmen antara lain yaitu:
a) Mengidentifikasi masalah-masalah yang berpotensi
mengancam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
yang tidak terantisipasi selama proses desain ataupun
selama analisis tugas-tugas pekerjaan..
b) Mengidentifikasi adanya ketidakfungsian mesin-mesin dan
peralatan kerja pada setiap konfeksi di divisi garmen PT
Danliris Sukoharjo atau disebut dengan pemeriksaan mesin
produksi (Engineering Control). Dengan melakukan
inspeksi rutin yang diadakan dalam pengidentifikasian
pemeriksaan mesin produksi dapat diketahui dan dilakukan
pencegahan terhadap resiko bahaya dari mesin produksi
yang rusak. Bilamana mesin-mesin yang masih bisa
diperbaiki akan tetap digunakan akantetapi bila mesin
tersebut rusak maka akan dilakukan penggantian dengan
mesin baru. Pemeriksaan terhadap sarana pengamanan yang
terpasang pada mesin produksi juga tidak luput dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
penilaian inspeksi yang dilakukan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo
divisi garmen.
c) Mengidentifikasi kondisi lingkungan kerja dan tindakan-
tindakan tidak aman atau yang tidak sesuai dengan prosedur
kerja aman. Seperti contoh masih banyaknya tenaga kerja
yang kurang kesadaran untuk memakai alat pelindung diri
yang disediakan perusahaan dengan alasan bahwa alat
pelindung diri yang mereka pakai justru menghambat
pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja.
d) Mengidentifikasi pengaruh dari perubahan proses produksi
atau perubahan material yang digunakan dalam pengolahan
bahan baku.
e) Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang kurang tepat
dilakukan dan dapat menimbulkan masalah lain di tempat
kerja.
Sehingga dengan dilakukannya upaya identifikasi resiko
bahaya di tempat kerja dengan dilakukannya inspeksi (audit)
Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) pada divisi garmen
PT Danliris Sukoharjo maka syarat-syarat Keselamatan Kerja
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dengan
diselenggarakannya inspeksi rutin setiap satu bulan sekali.
2) Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Pencapaian taraf keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja agar dapat terarah secara baik, di dalam Pasal 8
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Nomor: Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
menjelaskan bahwa setiap perusahaan diharuskan melakukan
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja. Hal tersebut
dimaksudkan agar tenaga kerja terbebas dari penyakit menular
atau berbahaya, dan tenaga kerja tersebut dapat ditempatkan
dalam pekerjaan yang sesuai untuk dirinya sehingga dapat
terjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga kerja.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter
perusahaan yang ditunjuk meliputi pemeriksaan badan secara
umum, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pembantu
diagnostik. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja terdiri dari
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
Upaya peningkatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang dilakukan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan PT Danliris Sukoharjo divisi garmen telah
memprogramkan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara
berkala yang dilakukan 2 (dua) kali dalam satu tahun.
Akantetapi PT Danliris Sukoharjo belum melakukan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja baru sebelum mereka mulai
bekerja, padahal di dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan dalam
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor: Per. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja menjelaskan bahwa pengurus diwajibkan memeriksakan
kesehatan tenaga kerja sebelum bekerja dan ditempatkan sesuai
dengan sifat pekerjaan yang sesuai untuk tenaga kerja tersebut.
Tenaga kerja yang diterima bekerja di PT Danliris Sukoharjo
divisi garmen hanya melampirkan surat keterangan dokter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Terhadap pemeriksaan secara berkala yang diatur
dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, PT Danliris Sukoharjo
menyelenggarakan pemeriksaan berkala bagi tenaga kerja dalam
peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo melalui Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja divisi garmen telah dilaksanakan sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor: Per. 02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa: “semua
perusahaan harus melakukan pemeriksaan berkala bagi tenaga
kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.” Terhadap
pemeriksaan kesehatan khusus, belum pernah diselenggarakan
oleh PT Danliris Sukoharjo divisi garmen dikarenakan belum
pernah didapati tenaga kerja yang mengalami kecelakaan yang
parah. “Two teams of occupational health and safety advisors,
who have been providing such a service to patients in the
primary care setting over several years agreed to be involved in
an evaluation of how such primary care delivery of occupational
health advice could work. Such a formal evaluation is heavily
reliant on the expertise of such teams and would not have been
possible without their close cooperation. Such expertise could
include advice on the management of workplace hazards, the
assessment of the “work-relatedness” of any health problems,
or improved treatment and data collection to help identify
patterns of work-related ill-health (Craig A Jackson, 2004:1).”
Pemeriksaan kesehatan sangat diperlukan dalam upaya
peningkatan Keselamatan dan Kesehtan Kerja dan sebagai
evaluasi terhadap kesehatan tenaga kerja selama melakukan
pekerjaannya. Sehingga, adanya organisasi yang menangani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kesehatan tenaga kerja harus terdapat di setiap perusahaan, jika
terjadi resiko akibat potensi bahaya yang mengancam kesehatan
tenaga kerja dapat segera diketahui dan ditangani oleh
organisasi (P2K3) tersebut. Kualitas manajemen organisasi
(P2K3) dalam melakukan pemeriksaan kesehatan sangat
berguna didalam menyelesaikan problem atau masalah dan
sebagai upaya peningkatan identifikasi pekerjaan yang
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
Di dalam upaya peningkatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tenaga kerja divisi garmen PT Danliris
Sukoharjo, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) tidak hanya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala yang dilakukan setidaknya 6 bulan sekali atau didalam
satu tahun diselenggarakan selama 2 (dua) kali. Akantetapi PT
Danliris Sukoharjo memberikan sarana kesehatan yang
diperuntukan bagi tenaga kerja antara lain sebagai berikut.
a) Poliklinik
PT Danliris Sukoharjo telah menyediakan
pengobatan dan perawatan bagi tenaga kerja yang sakit
dengan disediakan dokter jaga yang memberikan konsultasi
dan pengobatan secara gratis bagi tenaga kerja.
b) Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) PT Danliris Sukoharjo divisi garmen melakukan
pembinaan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Kecelakaan.” Upaya pembinaan tersebut diselenggarakan
terhadap tenaga kerja yang pada saat melakukan
pekerjaannya mengalami kecelakaan dapat ditangani
dengan pertolongan sementara sebelum penanganan dari
dokter atau petugas medis. PT Danliris Sukoharjo
menyediakan kotak P3K pada setiap ruang konfeksi di
divisi garmen. Dalam kotak P3K tersebut berisi minimal
antara lain: kaca steril, perban, plester, kapas, kain mitella,
gunting, sarung tangan sekali pakai, masker, pinset, alcohol,
buku panduan P3K di tempat kerja dan buku catatan serta
daftar isi kotak P3K. terhadap persediaan isi dari kotak P3K
dilakukan pengecekan dan distribusi setiap tiga bulan sekali
sehingga perlengkapan P3K setiap konfeksi divisi garmen
PT Danliris Sukoharjo selalu tersedia.
Kecelakaan kerja di tempat kerja dapat terjadi
sewaktu-waktu, oleh karena itu tenaga kerja merupakan
objek yang dapat mengalaminya. Upaya PT Danliris
Sukoharjo yang telah menyediakan sarana kotak P3K di
setiap ruang kerja didukung dengan diberikannya pelatihan
Pertolongan Pertama Pada saat terjadi Kecelakaan (P3K).
Pelatihan P3K diselenggarakan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Danliris
Sukoharjo dan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam
setahun sekali bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan tenaga kerja apabila terjadi kecelakaan kerja
yang menimpa tenaga kerja lain.
Sehingga upaya pembinaan PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen dengan menyediakan kotak P3K
dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan telah
memenuhi yang diatur dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Oleh karena itu syarat keselamatan kerja sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 huruf e Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yakni memberikan
pertolongan pada kecelakaan telah dilaksanakan oleh PT
Danliris Sukoharjo pada divisi garmen dengan
disediakannya kotak P3K dan pelatihan P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan)
Gambar 3 Kotak P3K
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
Gambar 4 Dokumentasi Pelatihan P3K
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3) Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dilaksanakan guna meningkatkan pengetahuan tenaga kerja
dalam mengenali dan mengantisipasi potensi bahaya di tempat
kerja. Pelatihan yang diadakan Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo pada divisi garmen
diharapkan meningkatkan motivasi tenaga kerja untuk memakai
alat pelindung diri yang telah disediakan serta menekan angka
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang disebabkan
karena kelalaian dari tenaga kerja maupun dari potensi bahaya di
tempat kerja. Penyelenggaraan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen telah
sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja mengatur bahwa “Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan kepada tenaga kerja baru tentang:
a) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerja;
b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerja;
c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.”
Sedangkan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa
“pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerja di bawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
dilakukan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PT Danliris Sukoharjo bagi tenaga kerja divisi garmen
yang ruitn dilaksanakan satu tahun sekali dan bagi tenaga kerja
baru telah mencerminkan adanya pembinaan dan upaya
perusahaan untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat
(3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
4) Pelatihan Keadaan Darurat
Keadaan darurat disebabkan oleh kegagalan
teknologi, manusia, dan alam yang dapat terjadi setiap saat dan
dimana saja sehingga tempat kerja perlu mempersiapkan suatu
cara penanggulangan guna mengurangi dampak kerugian yang
ditimbulkan. Adapun kerugian yang dapat terjadi:
a) Kecelakaan yang dapat menimpa setiap orang yang berada
pada lokasi atau tempat kerja.
b) Gangguan kesehatan baik fisik maupun psikologis.
c) Kerusakan aset baik berupa kerugian finansial dan
terhentinya proses kegiatan perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan.
Dengan memahami kerugian yang bisa timbul
akibat keadaan darurat tersebut di atas diperlukan adanya
perencanaan dan pelaksanaan tanggap darurat oleh perusahaan.
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen dalam melaksanakan upaya
pengendalian resiko bahaya di tempat kerja memberikan dan
menyelenggarakan pelatihan tanggap darurat bagi tenaga kerja
yang diselenggarakan satu tahun sekali dengan bekerja sama
dengan Dinas Pemadam Kebakaran dalam pelatihan pemadaman
kebakaran dan pelatihan evakuasi keadaan darurat setidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
diselenggarakan satu tahun sekali. Hal tersebut telah sesuai
dengan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.” Pelatihan tanggap
darurat tersebut merupakan salah satu pembinaan pengurus
dalam hal ini Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PT Danliris Sukoharjo pada divisi garmen untuk
meningkatkan kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Di samping dengan memberikan pelatihan tanggap
darurat terhadap pencegahan kebakaran maupun bencana alam
yang terjadi, PT Danliris Sukoharjo pada divisi garmen
menyediakan sarana untuk mencegah potensi bahaya yang dapat
membahayakan tenaga kerja antara lain sebagai berikut.
a) Alat Perlindungan Kebakaran
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) huruf b Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah
untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen berupaya
melaksanakan perundangan-undangan tersebut yakni
dengan menyediakan alat pemadam api berupa:
(1) Hydrant
Hydrant merupakan alat pemadam api jenis
permanen karena tidak bisa dibawa mendekati
sumber lokasi api namun memiliki selang air yang
dapat menyalurkan air untuk memadamkan api.
Hydrant di PT Danliris Sukoharjo lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ditempatkan di luar gedung konfeksi (divisi
garmen). Hydrant ditempatkan di dalam ruangan
(indoor) dan di luar ruangan (outdoor) dengan
sumber air yang telah dipisahkan. Hydrant di PT
Danliris Sukoharjo masih terbatas di tempatkan di
gedung baru sedangkan gedung lama belum
ditempatkan hydrant yang mencukupi. Untuk jumlah
hydrant yang terletak di divisi garmen adalah:
(i) Konfeksi I : 0
(ii) Konfeksi II : 7
(iii) Konfeksi III : 1
(iv) Konfeksi IV : 3
Mencermati jumlah ketersediaan hydrant yang
terletak disetiap konfeksi divisi garmen PT Danliris
Sukoharjo di atas masih kurang diperhatikan atau
masih kurang dalam pemenuhan untuk mencegah
kebakaran dengan skala tinggi.
(2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam api yang bersifat mudah
dibawa (portable) adalah Alat Pemadam Api Ringan
(APAR). APAR yang tersedia di PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen berisi powder, memiliki
selang yang tidak sepanjang hydrant melainkan
APAR dapat dibawa menuju titik lokasi api. PT
Danliris Sukoharjo divisi garmen meletakkan APAR
dengan jumlah 157 buah dalam 4 konfeksi di divisi
garmen. Peletakkan APAR harus pada tempat yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan. Untuk pemasangan yang mudah dilihat
adalah di tempat yang strategis, APAR yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
diletakkan di divisi garmen PT Danliris yakni
dengan cara di pasang pada dinding maupun tiang.
Tinggi pemasangan pemberian tanda pemasangan
adalah 125 cm atau setinggi dada orang dewasa, dari
lantai dasar hal ini sesuai dengan yang diatur dalam
Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan. Penyediaan APAR di dalam
tempat kerja yakni tidak melebihi 15 meter.
Akantetapi jumlah APAR untuk masing-masing
konfeksi pada divisi garmen PT Danliris Sukoharjo
yakni:
(i) Konfeksi 1 : 44
(ii) Konfeksi 2 : 23
(iii) Konfeksi 3 : 33
(iv) Konfeksi 4 : 60
Dengan meneliti bahwa jumlah APAR yang
tersedia untuk setiap konfeksi pada divisi garmen
tersebut di atas maka diperoleh hasil bahwa jumlah
tersebut telah mencukupi terhadap kebutuhan APAR
untuk masing-masing konfeksi divisi garmen PT
Danliris Sukoharjo. Peletakkan APAR dengan jarak
15 meter telah sesuai dengan Pasal 4 ayat (5)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor: Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan. Serta tinggi pemasangan pemberian tanda
pemasangan adalah 125 cm atau setinggi dada orang
dewasa, dari lantai dasar hal ini sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan. Untuk menjaga dan memeriksa fungsi
APAR tetap berfungsi baik dilakukan penelitian
secara rutin selama satu bulan sekali dan dilakukan
pengisian bahan jenis APAR dilakukan pemeriksaan
satu tahun sekali. Sehingga upaya pembinaan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT
Danliris Sukoharjo divisi garmen telah sepenuhnya
melaksanakan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
bahwa pengurus memiliki kewajiban melakukan
pembinaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kebakaran.
Tanda Untuk Menyatakan Tempat Alat Pemadam
Api Ringan Yang Dipasang Pada Dinding
35 cm
35 cm
7,5 cm
Gambar 5 Tanda Tempat APAR yang dipasang di
Dinding
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
ALAT PEMADAM API
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pemberian tanda segitiga merah terbalik
tersebut berfungsi untuk memudahkan dalam
pencarian APAR jika terjadi kebakaran maupun
dalam keadaan darurat lain yang dapat menimbulkan
kebakaran. Untuk APAR yang tergantung pada tiang
maka di atas tiang akan dicat warna merah
melingkar sebagai tanda pemasangan APAR. Sekitar
APAR akan tertempel instruksi cara penggunaan
APAR beserta klasifikasi kebakaran. Pada bagian
bawah APAR, dilantai terdapat rambu kotak dengan
cat bewarna mencolok dengan garis kuning dan di
tengah kotak bercat warna merah serta disertai
rambu untuk dilarang menaruh barang atau apapun
di area tersebut. hal tersebut berfungsi sebagai lokasi
steril atau clean area, sehingga untuk memudahkan
dalam pengambilan APAR disaat keadaan darurat.
Gambar 6 APAR PT Danliris Sukoharjo
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
b) Arah Evakuasi (Passaway)
Passaway adalah jalan yang berfungsi menuju ke
pintu darurat, yang merupakan jalur evakuasi saat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
keadaan darurat. Di dalam dan di sekitar jalur evakuasi
tidak diperbolehkan menaruh benda pada jalur ini.
Dimaksudkan supaya tidak ada hambatan menuju pintu
keluar saat keadaan darurat. Jalur evakuasi ini memiliki dua
garis hijau pada setiap pinggirnya dan di tengah jalur
terdapat rambu arah panah berwarna merah yang berfungsi
sebagai arah jalan menuju pintu keluar. Jalur evakuasi yang
terdapat di setiap konfeksi PT Danliris Sukoharjo divisi
garmen terletak di dalam ruangan dan disekitar area tempat
kerja. Dengan disediakannya jalur khusus sebagai penunjuk
jalan ke pintu darurat pada saat terjadi kebakaran maupun
keadaan darurat lain, PT Danliris Sukoharjo telah
melaksanakan syarat keselamatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang
mengatur bahwa syarat keselamatan kerja adalah
perusahaan memberikan kesempatan atau jalan untuk
menyelamatkan diri pada saat terjadi kebakaran dan
keadaan darurat lain.
Gambar 7 Jalur Evakuasi (Passaway)
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
5) Pertemuan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Komitmen Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) PT Danliris Sukoharjo pada divisi
garmen dalam menangani isu-isu keselamatan dan kesehatan
kerja, menyusun rencana dan pemantauan program-program
terkait keselamatan dan kesehatan kerja agar tetap efisien dan
efektif yakni dengan menyelenggarakan rapat atau pertemuan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
Agenda pertemuan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PT Danliris Sukoharjo rutin diadakan setidaknya dalam
waktu 3 (tiga) bulan sekali. Didalam pertemuan tersebut agenda
pembahasan adalah materi-materi yang menyangkut
permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau masalah
yang relevan dengan peningkatan kinerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu:
a) Membahas hasil evaluasi program kerja yang telah
direncanakan.
b) Menyusun rekomendasi tentang tata cara pengendalian
resiko bahaya di tempat kerja.
c) Penyusunan program pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bagi tenaga kerja.
d) Mengadakan diskusi dengan tenaga kerja terkait
permasalahan-permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada saat melakukan pekerjaan.
e) Mengevaluasi keefektifitasan sarana pengendalian resiko
yang telah diimplementasikan.
Dengan diadakan pertemuan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi
garmen telah berupaya melaksanakan tugas dan fungsi
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1987
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, bahwa P2K3
mempunyai fungsi dalam membantu pengusaha yakni dalam:
a) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
b) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
c) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja;
d) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang
diperlukan;
e) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang
keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi;
f) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan;
g) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
h) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
i) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan
kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan
melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
j) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene
perusahaan dan kesehatan kerja.
b. Pengawasan Internal
Pengusaha didorong untuk meningkatkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen
perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan diwajibkan dibentuk organisasi
dan tata laksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja supaya program ini
menjadi komitmen semua pihak yang terlibat dari proses produksi mulai
dari pimpinan yang membuat kebijakan dan hingga pelaksana lapangan.
“Untuk membantu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
perusahaan wajib dibentuk P2K3 yang memiliki tugas pembinaan dan
pengawasan intern perusahaan akan berjalannya program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Termasuk di dalamnya usaha meningkatkan kesadaran
tenaga kerja, memberikan pengetahuan dan ketrampilan karyawan
melaksanakan program, upaya penyuluhan dan pelatihan pada tenaga kerja
(Harrys Siregar. 2005:3).” Pengawasan internal terhadap pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3). Pengawasan internal yang dilakukan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dilaksanakan secara rutin dengan dilakukannya
inspeksi rutin dan inspeksi formal. Selain inspeksi yang rutin
diselenggarakan oleh P2K3 PT Danliris Sukoharjo divisi garmen,
pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris Sukoharjo
dilakukan oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berjumlah 6
(enam) orang. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen memiliki kewajiban untuk mengawasi
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaporkan
tugas pengawasannya, mengevaluasi pelaksanaan syarat-syarat
keselamatan kerja yang dilaksanakan, serta melaksanakan monitoring,
memeriksa, menguji, menganalisa dalam memberikan pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi:
1) Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
2) Keadaan mesin-mesin, alat-alat kerja, instalasi dan peralatan lainnya.
3) Penanganan bahan-bahan
4) Proses produksi
5) Sifat pekerjaan
6) Cara kerja
7) Lingkungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Pengawasan Eksternal
Terhadap pengawasan eksternal Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di PT Danliris Sukoharjo divisi garmen diselenggarakan oleh Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukoharjo setiap 1 – 2 tahun
sekali. Pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui potensi-potensi
bahaya yang mengakibatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Pengawasan eksternal bertujuan untuk melakukan
evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukoharjo
melakukan pengawasan terhadap:
1) Pemeriksaan Administrasi
Terhadap dokumen-dokumen, laporan dan hasil monitoring
yang dilakukan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen diperiksa oleh
Disnakertrans Kab. Sukoharjo. Dokumen-dokumen tersebut adalah
laporan rutin kegiatan P2K3, kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Tenaga Kerja, SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), dan
kelengkapan-kelengkapan dokumen lainnya yang menyangkut
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris Sukoharjo divisi
garmen.
2) Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan merupakan evaluasi administrasi PT
Danliris Sukoharjo yang betujuan untuk mengoreksi fakta
administrasi dengan fakta lapangan.
3) Pemeriksaan Sarana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemeriksaan sarana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.
Sukoharjo terhadap sarana pendukung Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bertujuan untuk memeriksa jumlah dan untuk mengetahui
fungsi sarana yang tersedia di PT Danliris Sukoaharjo pada setiap
unit kerja divisi garmen. Pemeriksaan sarana ini seperti: pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
terhadap bahan kimia yang dipergunakan, pengukuran intensitas
cahaya yang digunakan sebagai penerangan, pemeriksaan terhadap
kesehatan tenaga kerja dan pemeriksaan terhadap jumlah dan
kualitas Alat Pelindung Diri yang dipakai oleh tenaga kerja serta
pemeriksaan lainnya yang diajukan oleh PT Danliris Sukoharjo
divisi garmen.
d. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) dan Sarana
Divisi garmen PT Danliris Sukoharjo terbagi menjadi empat
konfeksi dengan disetiap konfeksi terdiri dari kelompok kerja bahan baku,
kelompok kerja cutting (pemotongan), pressing, finishing dan packing.
Berdasarkan Pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja menjelaskan dan mengatur bahwa tenaga kerja
wajib memakai alat pelindung diri yang diwajibkan dikenakan di tempat
kerja sebagai bentuk upaya pengendalian resiko bahaya yang dapat
mengancam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk itu PT Danliris
Sukoharjo tentu berkewajiban menyediakan alat perlindungan diri kepada
setiap tenaga kerja sesuai dengan beban kerja yang mereka lakukan. Alat
Pelindung Diri yang wajib dikenakan oleh setiap tenaga kerja dan telah
disediakan oleh perusahaan adalah masker, penutup kepala, sarung tangan
dan sepatu.
Pasal 14 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamtan Kerja menyebutkan bahwa “setiap pengurus diwajibkan untuk
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.” Adapun alat
pelindung diri yang disediakan oleh PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) APD untuk Kelompok Kerja Bahan Baku
Gudang bahan baku merupakan tempat penyimpanan bahan
baku yang berasal dari divisi tekstile PT Danliris Sukoharjo yang
berupa kain jadi yang siap dijadikan pakaian (proses ini dilakukan
pada konfeksi 1 – 4 pada divisi garmen) sesuai dengan pesanan. Tidak
semua bahan baku berasal dari divisi tekstile PT Danliris Sukoharjo
melainkan didatangkan pula dari tempat asal buyer atau pemesan. Di
dalam gudang bahan baku ini ditempelkan rambu atau aturan yang
mengatur mengenai tinggi maksimum penataan rak yang
diperbolehkan yaitu setinggi 2,5 meter. Apabila tinggi rak untuk
menyimpan bahan baku tersebut melebihi batas maksimum tersebut
dapat menimbulkan bahaya seperti terkena lampu atap yang
dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan arus pendek yang dapat
terjadi kebakaran dan dapat pula mengakibatkan rak penyimpanan
bahan baku terjatuh dan menimpa tenaga kerja di sekitarnya.
2) APD untuk Kelompok Kerja Pemotongan (Cutting)
Proses cutting yakni pemotongan selembaran kain sesuai dengan
pola pakaian. Pemotongan dilakukan satu persatu melainkan sekitar
50-100 lembar kain sekaligus dalam setiap pemotongan. Pemotongan
dilakukan dengan menggunakan 2 jenis mesin yaitu mesin strike knife
dan mesin band knife. Mesin strike knife adalah mesin pemotong kain
yang mesin berjalan memotong mengikuti pola yang dijalankan oleh
seorang operator. Sedangkan mesin band knife adalah mesin
pemotong kain dimana mesian diam ditempat dan yang digerakkan
adalah kain yang mengikuti pola dan dijalankan oleh operator.
Alat pelindung diri yang digunakan oleh tenaga kerja yang
bekerja pada proses pemotongan ini yakni masker dan sarung tangan
yang terbuat dari baja atau yang disebut sebagai metal hand glove.
Sarung tangan metal hand glove akan melindungi tangan dan jari-jari
agar tidak terluka atau terpotong karena sarung tangan ini sangat kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Setiap tenaga kerja yang bekerja pada proses pemotongan telah
disediakan jumlah yang sesuai dengan jumlah tenaga kerja.
3) APD untuk Kelompok Kerja Pressing
Proses pengepressan kain dilakukan pada daerah kancing
baju, lekukan ujung pergelangan tangan dan lekukan kerah leher.
Mesin yang dipergunakan disebut pressing machine yang terhubung
dengan boiler yaitu semacam mesin yang mengubah air menjadi uap
yang sangat panas untuk mengepress kain.
Alat pelindung diri yang dipergunakan dan disediakan oleh PT
Danliris Sukoharjo yakni masker, sarung tangan kain dan lengan
panjang.
4) APD untuk Kelompok Kerja Sewing
Proses sewing merupakan menjahit kain sesuai dengan pola
yang terbentuk. Alat pelindung diri yang dipergunakan yakni: needle
guard merupakan pelindung jarum pada mesin jahit agar tidak terlepas
kearah operator atau tenaga kerja yang menjalankan. Bentuk dari
needle guard seperti semacam kawat yang melingkar disekitar
penahan jarum yang berfungsi sebagai penghambat ketika jarum lepas
dan patah. Untuk jumlah ketersediaan needle guard setiap mesin jahit
telah dilengkapi dengan pengamanan ini dan telah terpasang di mesin
jahit pada seluruh konfeksi divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.
Pengamanan lain yakni strength belt, merupakan pengamanan yang
terletak di bawah mesin jahit rotor dynamo dan mesin jahit. Untuk
melindungi tenaga kerja yang menjalankan mesin jahit agar tidak
terjerat tali tersebut. Untuk alat bantu jahit seperti gunting dan cungkil
yang mempunyai ujung runcing dan tajam, alat ini diberikan identitas
serta terikat tali dengan meja kerja supaya mudah dalam pengambilan
saat bekerja dan menghindari benda terjatuh dan hilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
5) APD untuk Kelompok Kerja Finishing
Kain yang sudah dijahit menjadi baju akan masuk ke proses
finishing yakni proses terakhir sebelum pakaian jadi dikemas dan
dikirim. Proses ini meliputi penyetrikaan baju.
Pada proses penyetrikaan baju tenaga kerja menggunakan
alat pelindung diri berupa sarung tangan yang terbuat dari kain. Pada
bagian pengecekan baju, tenaga kerja yang bekerja diberikan alat
pelindung diri berupa karpet karet yang berfungsi untuk memperlancar
peredaran darah selama bekerja.
6) APD untuk Kelompok Kerja Packing
Packing merupakan proses pengemasan produk yang siap
dikirim sesuai dengan pesanan pembeli. Baju yang telah melalui
proses finishing akan di palet dan dipacking. Agar tidak ada benda
logam yang berbahaya yang melekat di baju pesanan maka hasil
packing akan dicek kembali dengan melalui metal detector. Untuk
tenaga kerja yang mengurusi pengangkatan baju yang telah dikemas
menggunakan alat pelindung diri berupa safety belt. Safety belt
digunakan untuk melindungi diri tenaga kerja agar tidak cedera tulang
punggung saat melkukan pekerjaan mengangkat barang yang
dilakukan secara berulang-ulang.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT
Danliris Sukoharjo dalam penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja
yang sebelumnya telah memberikan petunjuk cara pemakaian dan
penggunaan yang benar. Terhadap alat pelindung diri yang disediakan oleh
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen tersebut di atas, Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah melaksanakan Pasal 14 huruf c
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja untuk
menyediakan sarana alat pelindung diri dan petunjuk-petunjuknya kepada
tenaga kerja dalam memberikan perlindungan terhadap resiko bahaya yang
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta jumlah
APD yang disediakan PT Danliris Sukoharjo divisi garmen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Selain Alat Pelindung Diri yang wajib digunakan tenaga kerja dan
telah disediakan oleh PT Danliris Sukoharjo, terdapat beberapa sarana lain
sebagai pendukung Alat Pelindung Diri yang terdapat di tempat kerja.
Sarana tersebut merupakan faktor pengendalian resiko bahaya dalam
upaya peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen. Sarana-sarana pengendali resiko bahaya tersebut
antara lain sebagai berikut.
1) Penerangan
Penerangan sangat penting dalam kinerja tenaga kerja yang
optimal serta penting dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerangan yang baik dan sesuai wajib dilaksanakan oleh pengusaha
dalam upaya mengendalikan resiko potensi bahaya yang timbul di
tempat kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) huruf i
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur bahwa syarat keselamatan kerja bagi tenaga kerja diperlukan
penerangan yang cukup. PT Danlliris Sukoharjo divisi garmen pada
setip unit kerja telah memberikan penerangan yang cukup dengan
standar sesuai dengan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja yakni 200 Lux. Adapun kriteria tandar
pencahayaan pada lingkungan kerja adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Standar Intensitas Pencahayaan
Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan
Minimal (Lux)
Keterangan
Pekerjaan Kasar dan
Tidak Terus Menerus
100 Lux Ruang penyimpanan dan
ruang peralatan yang
memerlukan pekerjaan
yang kontinyu
Pekerjaan Kasar dan
Terus Menerus
200 Lux Pekerjaan dengan mesin
dan perakitan kasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Pekerjaan rutin 300 Lux Pekerjaan kantor
administrasi, ruang control,
pekerjaan mesin dan
perakitan
Pekerjaan agak halus 500 Lux Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
kantor pekerja
pemeriksaan, pekerjaan
dengan mesin.
Pekerjaan Halus 1.000 Lux Pemilihan/pewarnaan,
pemrosesan, tekstile,
pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus
Pekerjaan Amat Halus 1.500 Lux
Tidak Menimbulkan
bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan
halus
Pekerjaan Rinci 3.000 Lux
Tidak Menimbulkan
Bayangan
Pemeriksaan Pekerjaan,
perakitan yang sangat
halus.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261 /MENKES /SK/II/1998
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Walaupun PT Danliris Sukoharjo untuk setiap unit kerja di
divisi garmen mengikuti standar pencahayaan ruang kerja yakni 200
Lux, akantetapi pada proses produksi menjahit (Sewing) tidak cukup
dengan pencahayaan 200 Lux. proses menjahit merupakan proses yang
dilakukan secara terus menerus dan menggunakan mesin, sehingga
intensitas pencahayaan yang seharusnya mencukupi adalah 300 – 500
Lux. Terhadap pemenuhan intensitas pencahayaan yang cukup tersebut
PT Danliris Sukoharjo pada proses sewing di divisi garmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
memberikan penerangan tambahan pada mesin jahit berupa lampu LED
di dekat jarum jahit. Akantetapi, pemasangan penerangan tambahan
tersebut masih terbatas pada satu unit kerja di divisi garmen sehingga
ketiga unit kerja divisi garmen PT Danliris Sukoharjo belum
ditambahkan pemasangan penerangan lampu LED di mesin jahit. PT
Danliris Sukoharjo divisi garmen belum sepenuhnya menerapkan syarat
keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) huruf I
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
yakni menyediakan penerangan yang cukup dan sesuai.
2) Alarm Kebakaran
Syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja mengatur bahwa untuk mencegah timbulnya
kecelakaan kerja disebabkan oleh kebakaran selain adanya APAR,
hydrant dan evakuasi tanggap darurat diperlukan sarana berupa alarm
peringatan saat terjadi kebakaran. PT Danliris Sukoharjo divisi
garmen telah memasang alarm kebakaran pada setiap unit kerja.
Alarm kebakaran ditempatkan pada tempat yang tinggi dan akan
berbunyi jika tombol alarm dipencet disertai lampu alarm menyala
disertai bunyi keras sebagai peringatan telah terjadi kebakaran dan
diperingatkan tenaga kerja untuk segera mengevakuasi dirinya.
Tombol alarm yang terpasang di setiap unit kerja PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen dilengkapi dengan kotak berwarna merah dan
tertutup mika tembus pandang dengan fungsi agar tombol alarm tidak
tersentuh atau terpencet dengan tidak sengaja. Pengecekan rutin
dilaksanakan untuk mengontrol alarm kebakaran tetap berfungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Gambar 8 Alarm Kebakaran
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
3) Panel Listrik
Panel listrik merupakan kotak yang berisi tombol-tombol
saklar pengatur aliran listrik di setiap unit kerja PT Danliris Sukoharjo
divisi garmen. Di dalam kotak panel listrik terdapat identitas masing-
masing bagian tombol beserta penomoran dan keterangan. Untuk
mencegah terkena aliran listrik, panel listrik yang terletak di setiap
unit kerja PT Danliris Sukoharjo divisi garmen diletakkan pada tempat
tersendiri yang diberikan pagar pembatas dari besi serta terkunci. Pada
luar pagar besi tersebut tertempel rambu peringatan bewarna merah
(Danger), Tidak semua orang dapat mengoperasikan panel listrik
karena hanya operator yang mendapat ijin yang bisa. untuk keamanan
operator maka pada bagian lantai ruangan panel listrik atau di setiap
bawah panel akan terdapat karpet terbuat dari karet yang berfungsi
sebagai penghambat aliran arus listrik sehingga mencegah terjadinya
resiko terkena aliran listrik. Upaya pengendalian PT Danliris
Sukoharjo terhadap resiko bahaya terkena aliran listrik dengan
mengamankan dan memberi pelindung pada panel listrik agar tidak
mencelakai tenaga kerja telah sesuai dengan syarat keselamatan kerja
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) huruf q Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yakni syarat
keselamatan kerja untuk melindungi tenaga kerja dari terkena aliran
arus listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Gambar 9 Panel Listrik
Sumber: PT Danliris Sukoharjo Divisi Garmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam hasil penelitian dan
pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1. PT Danliris Sukoharjo telah menerapkan kebijakan dalam perlindungan
tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa
Perjanjian Kerja Bersama yang memberikan perlindungan berupa
pengaturan waktu kerja, jaminan sosial tenaga kerja dan mengatur
mengenai alat-alat keselamatan kerja.
2. Upaya pengendalian potensi bahaya yang dilakukan PT Danliris
Sukoharjo divisi garmen yakni dengan melakukan identifikasi potensi
bahaya, pengawasan, penyediaan alat pelindung diri dan sarana.
Akantetapi masih terdapat kekurangan dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum tenaga kerja bekerja dan pada sarana penerangan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka penulis memberikan
saran antara lain sebagai berikut.
1. Terhadap kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan
PT Danliris Sukoharjo perlu dilakukan peningkatan terhadap
dilaksanakannya norma-norma yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja
Bersama tersebut yakni dalam pengaturan waktu kerja, jaminan sosial
tenaga kerja dan alat-alat keselamatan kerja.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja mulai
bekerja dan secara bertahap dilakukan penambahan sarana penerangan
yang memadai pada bagian menjahit (sewing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
DAFTAR PUSTAKA
Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta: PT
Sinar Grafika.
Craig A Jackson. 2004. “The Evaluatior of Occupational Health Advice in
Primary Health Care.” Research Report. Vol. 242. United Kingdom: The
University of Central England.
Dahlia Hafni Lubis. 2007. “Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
PT Askes dan PT Jamsostek”. Jurnal Wawasan. Vol. 13 No. 2.
FX Djumialdji. 2008. Perjanjian Kerja. Jakarta: PT Sinar Grafika.
Harrys Siregar. 2005. “Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai
Wujud Keberhasilan Perusahaan.” Jurnal Teknologi Press Vol.4 No. 2.
Julie Bell and Nicola Healey. 2006. “The Causes of Major Hazar Incident and
How to Improve Risk Control and Health and Safety Management: A
Review of The Existing Literature.” Health and Safety Laboratory.
HSL/2006/117.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/1998 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
Lexy J Moleong. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ninik Hesti Cahyaningtyas. 2005. Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bagi Tenaga Kerja pada PT Mutu Gading Tekstil.
Surakarta: Uiversitas Sebelas Maret Surakarta. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1980
tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan;
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.04/MEN/1987
tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.01/MEN/1998
tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja
dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Rofa Husna, http://cuterofa.blogspot.com/2008-pengendalian-kecelakaan-
kerja.html,diakses 28 April 2012 Pukul 15.00 WIB.
Sendjun H. Manulang, 1995. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soehatman Ramli. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Wahyu Praditya Pratomo. http://nasional.inilah.com/read/detail/kasus-kecelakaan-
kerja-di-2011.Diakses pada 19 Mei 2012 pukul 22.00 WIB.
Top Related