Nilai Sitokin Sebagai Petunjuk Tingkat Keparahan Penyakit
PATOFISIOLOGI SEPSIS DENGAN SITOKIN
Sepsis Angka kejadian
tinggi
Tingkat kematian
tinggi
Intervensi•Penggunaan antibiotik spesifik•Intervensi operasi yang agresif•Dukungan Gizi•Terapi anti inflamasi
Heterogenitas
•Usia, Berat Badan, Jenis Kelamin•Adanya penyakit Sekunder•Sistem kekebalan Tubuh•Tingkat keparahan infeksi
•Di Amerika Serikat, 700.000 orang dengan sepsis, 210.000 meninggal
Angus & Wax(2001)
•Dengan terapi dukungan dan pemberian antibiotik, 30%—70% pasien sepsis meninggal.Wheeler &
Bernard(1999)
•Sepsis secara signifikan emngurangi kualitas hidup dari orang-orang yang bertahan hidup dari sepsis.
Perl et al(1995)
Sepsis adalah konsekuensi dari kurangnya respon imun bawaan untuk melawan infeksi mikroba (Glauser 2000)
Infection SIRS Sepsis Severe
SepsisSepstic Shock
Aktivasi sel responsif terhadap patogen
Pelepasan sitokin
TNF-a, IL-1, MIF, MCP-1, IL-6, IL-10
Pelepasan mediator lipid
PAF, Prostaglandin
Pelepasa spesies
oksigen yang reaktif
Disfungsi Organ
Hipoperfusi dan hipoksia jaringan
Mediator Inflamasi - Patogen
Dilatasi pembuluh darahPeningkatan permeabilitasKebocoran Plasma
DICDisseminated Intravascular Coagulation
Pengelompokkan stratifikasi pasien menggunakan resiko dasar terhadap outcome yang buruk dan
potensi untuk memberikan respon terhadap terapi yang diberikan
PIRO, untuk membedakan sepsis berdasarkan faktor predisposisi dan kondisi premorbid, sifat dari infeksi yang ada, karakteristik dari respon host, dan luasnya disfungsi organ yang terjadi
(Levy et al. 2003)
Perlu identifikasi profil respon untuk biomarker yang mampu mengidentifikasi pasien beresiko
untuk terjadinya disfungsi organ, dan intervensi apakah yang dapat mengurangi tingkat disfungsi
organ
Produk Bakteri(Endotoksin & DNA
Bakteri)
Protein Fase Akut(Protein C,
Procalcitonin, LBP LPS – binding
protein)
Faktor Koagulasi(Fibrin, degrading
products, antitrombin III, D
dimer)
Penanda Sel Membran
(HLA-DR, CD-64, Eselectin)
Proses seluler(Apoptese)
Hormon(Kortisol, ACTH)
Reseptor Larut(SCD-14, sTNFRI,
sTNF-RII)
Sitokin(TNF, IL-6, IL-8,IL-
10)
Molekul Biomarker
Menetapkan diagnosis sepsis pada pasien dengan sindrom perancu seperti
systemic inflammatory response syndrome (SIRS)
Mengukur tingkat keparahan penyakit dan mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi dari hasil
yang tidak menguntungkan
Cara yang mudah dan dapat diandalkan untuk mengetahui respon dari pasien untuk terapi tertentu, dan berfungsi sebagai cara untuk mengukur efek dari terapi
tertentu pada respon pejamu
Fungsi biomarker dalam manajemen klinis pasien sepsis
•CRP normal 10mg/L .•Meningkat 4-6 jam setelah infeksi.•Mencapai puncak 36-50 jam hingga
500mg/L•Infeksi virus biasanya tidak
meningkatkan CRP plasma secara signifikan.
CRP•Dapat diukur kadarnya dalam plasma
paling cepat 2 jam setelah awal infeksi, •Memuncak dalam 12-24 jam•Nilai normal biasanya dibawah 0,5 ng / ml
dan bisa meningkat hingga 2000 kali lipat selama terjadinya infeksi yang berat.
•PCT biasanya tidak meningkat selama terjadinya infeksi virus
PCT
Kadar PCT lebih sensitif (88 vs 75%) dan juga lebih spesifik (81 vs 67%) daripada kadar CRP untuk membedakan peradangan
bakteri dan non-bakteri(Simon et al 2004.)
CRP dan PCT berguna untuk diagnosis pada pasien sepsis ,meskipun dianggap sebagai tanda peradangan sistemik,
biasanya terlihat pada pasien dengan infeksi bakteri dibandingkan pada pasien rawat inap yang mengalami SIRS atau
infeksi virus
PCT menunjukkan sensibilitas dan spesifisitas yang lebih baik dalam membedakan pasien septik dan non-septik, juga menjadi
penanda tingkat keparahan pada sepsis dan mungkin dapat berguna dalam memeriksa efektivitas terapi pada pasien sepsis.
klinis.
•Mampu membedakan antara kelompok yang dapat bertahan hidup dengan kelompok yang tidak dapat bertahan hidupIL-1, IL-2, IL-4, IL-6, IL-8, IL-10,
IFNγ, GCSF, MCP-1
•Tidak berbeda antara kelompok yang dapat bertahan hidup dengan kelompok yang tidak dapat bertahan hidupTNF, IL-5, IL-7, IL-12, IL-13, IL-17, MIP-1, GM-
CSF•Merupakan sitokin yang mempunyai
kinerja terbaik dalam memprediksi outcome yang akan terjadi
IL-8 dan IL-1
•Meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan pasien yang mngalami sepsis atau kelompok kontrol yang sehatIL-1β, IL-2, IL-4,
IL-10, IL-13 GM-CSF
•Kinetikanya yang lambat dan stabil dalam plasma, yang memungkinkan deteksinya yang mudah dalam sampel darah pasien, dan korelasinya yang baik dengan intensitas respon inflamasi
•Mayoritas (64-100%) dari pasien yang mengalami sepsis mengalami peningkatan kadar IL-6 dalam sirkulasi darahnya, dan kadar tersebut berkorelasi dengan tingkat keparahan dan outcome yang terjadi
•Prediktor outcome yang berharga pada pasien yang mengalami sepsis dan syok septik. Semua pasien memiliki kadar yang dapat terdeteksi dan kadar yang tinggi ditemukan pada sebagian besar pasien
IL-6
•Adalah cikal-bakal protein yang terdapat dalam kelenjar hipofisis, dalam sel - T dan dalam makrofag dan dilepaskan sebagai respon dalam menanggapi rangsangan yang berbeda-beda, termasuk infeksi dan stres
•Kadar MIF dalam sirkulasi dapat secara dini mendeteksi sepsis dengan kultur yang positif pada pasien yang akan menjalani operasi jantung (Mendonça Filho et al. 2004).
•Peningkatan konsentrasi MIF tampaknya menjadi indikator awal dari terjadinya outcome yang buruk dari pasien yang mengalami sepsis pada ruang perawatan intensif (Bozza dkk. 2004)
Macrophage
Migration Inhibitory
Factor (MIF)
KesimpulanSecara signifikan, pencarian
biomarker dengan peran patofisiologi yang penting dalam sepsis mempunyai implikasi penting dalam
perawatan pasien, penentuan prognosa outcome dan dalam uji coba senyawa baru dalam
pengembangan klinis.
Top Related