BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan
zaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal
yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh
manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka
dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya
berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yaitu sila Pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, apapun yang diperoleh manusia
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan
pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
2. Rumusan Masalah
Peranan Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
3. Batasan Masalah
Disini akan dibahas tentang penjabaran paradigma, Pancasila sebagai
paradigma pembangunan, reformasi, dan penerapan Pancasila khususnya di ruang
lingkup akademik.
BAB II
PARADIGMA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
A. Pengertian Paradigma
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul“The
Structure Of Scientific Revolution”,paradigma adalah suatu asumsi-asumsidasar dan
teoritis yang umum (merupakansuatusumbernilai) sehingga merupakan suatu sumber
hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam ilmu-ilmu social
manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang
mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat
berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan positivistik, maka hasil
dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja
dari obyek ilmu pengetahuanya itu manusia. Dalam masalah yang popular istilah
paradigm berkembang menjadi terminology yang mengandung konotasi pengertian
sumbernilai, kerangkapikir, orientasidasar, sumber asas serta tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan serta prosesdari suatu bidang tertentu termasuk dalam
bidang pembangunan & pendidikan.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
berikut “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal ini
merupakan tujuan negara hukum formal, adapun rumusan “Memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini merupakan tujuan negara hukum
material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Adapun tujuan
umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Secara filosofis
hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigm pembangunan nasional mengandung
suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila
mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subyek pendukung Pancasila
sekaligus sebagai subyek pendukung negara. Unsur-unsur hakikat manusia
“monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani (jiwa) dan jasmani
(raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk sosial serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk
Tuhan YME.
1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Politik dan Hukum
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau
yang lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara
pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral, diharapakan supaya para elit politik
dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita
moral rakyat yang luhur. Sebagai warga negara indonesia manusia harus ditempatkan
sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang diharapkan
kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem
politik di indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter. Berdasar pada hal diatas,
pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas moral ketuhanan, moral
kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan, apabila pelaku
politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar moral
tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang
baik.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Ekonomi
Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan
kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya pengembangan ekonomi yang
cenderung mengarah pada persaingan bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan
menang, seperti yang pernah terjadi pada abad ke-18, yaitu tumbuhnya perekonomian
kapitalis. Dengan adanya kejadian pada abad ke-18 tersebut, maka eropa pada awal
abad ke-19 bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi tersebut menjadi
sosialisme komunisme, yang berjuang untuk nasib rakyat proletar yang sebelumnya
ditindas oleh kaum kapitalis. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan
demi mensejahterakan rakyat luas, sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto,
yang tidak hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan dan
kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia,
agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus menghindarkan diri
dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada penderitaan
manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan HANKAM
Salah satu tujuan bernegara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab
tidak hanya terletak pada penyelenggara negara semata, akan tetapi juga rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem pertahanan dan keamanan
adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem partahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata). Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas
pertahanan dan keamanan negara. Maka dari itu pertahanan dan keamanan negara
harus mendasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia,
terutama secara rinci terjaminya hak-hak asasi manusia. Dengan adanya tujuan
tersebut maka pertahanan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, guna mencapai tujuan yaitu demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan YME (sila II), Pancasila juga
harus mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga sebagai warga negara (Sila
III), pertahanan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat
serta kebebasan kemanusiaan (sila IV) dan akhirnya pertahanan keamanan haruslah
diperuntukkan demi terwujudnya keadilan keadilan dalam hidup masyarakat atau
terwujudnya suatu keadilan sosial, dan diharapkan negara benar-benar meletakkan
pada fungsi yang sebenarnya sebagai negara hukum dan bukannya suatu negara yang
berdasarkan atas kekuasaan sehingga mengakibatkan suatu pelanggaran terhadap hak
asasi manusia.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila
berdasar pada hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang diharapkan
menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab. Dalam rangka melakukan
reformasi disegala bidang, hendaknya indonesia berdasar pada sistem nilai yang
sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu sendiri yaitu
nilai pancasila yang merupakan sumber normatif bagi peningkatan humanisasi
khususnya dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat
merupakan dorongan untuk :
1. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur
2. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual (koentowijoyo,1986)
Dengan demikian proses humanisasi universal akan dehumanisasi serta
aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok sosial tertentu yang diharapkan
mampu menciptakan sistem sosial budaya yang beradab. Berdasar sila Persatuan
Indonesia pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah nusantara
menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Pengakuan serta penghargaan
terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa sangat diperlukan
sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa, dengan
demikian pembangunan sosial budaya tidak akan menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya
dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral
(etika). Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia,
sehingga Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, keseimbangan antara rasional
dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya
memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan
sekitarnya. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat beradab. Iptek
adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Sila Persatuan
Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme (kemanusiaan)
dalam sila-sila yang lain. Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa
nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat
manusia di dunia. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis.
Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap
yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan
ilmuwan lainnya. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia
dengan alam lingkungannya.
6. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya suatu
kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. hal ini dapat kita
lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-masalah
SARA, terutama pada masalah agama, sebagai contoh tragedi di Ambon, Poso,
Medan, Mataram, Kupang, dan masih banyak lagi daerah yang lain yang terlihat
semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama sehingga menyimpang
dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat
bangsa untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia tercinta ini. Sebagai makhluk Tuhan YME manusia wajib untuk beribadah
kepada Tuhan YME dimanapun mereka hidup. Akan tetapi Tuhan menghendaki
kehidupan manusia yang penuh kedamaian dengan hidup berdampingan, saling
menghormati, meskipun Tuhan menciptakan adanya perbedaan, berbangsa-bangsa,
bergolong-golong, berkelompok, baik sosial, politik, budaya maupun etnis tidak lain
untuk kehidupan yang damai berdasar pada kemanusiaan.
Dalam Pokok Pikiran IV, negara menegaskan bahwa, Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini
berarti bahwa kehidupan dalam negara berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan
memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan menjamin atas
demokrasi dibidang agama. Setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai
dengan keyakinan masing-masing dengan mendasarkan pergaulan kehidupan dalam
beragama atas nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk
agama adalah bagian dari umat manusia di dunia. Maka sudah seharusnya negara
Indonesia mengembangkan kehidupan beragama ke arah terciptanya kehidupan
bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasar pada nilai kemanusiaan
yang beradab.
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali
kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang
sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi
manusia, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang
bermoral kemanusiaan dan beradab. Pada hakikatnya reformasi adalah
mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber nilai yang merupakan platform
kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan
sekelompok orang, baik pada masa orde lama maupun orde baru. Proses reformasi
walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki platform dan
sumber nilai yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-
cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah
yang merupakan paradigma reformasi total tersebut.
Makalah Paradigma Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Di susun Oleh :
1. Linda Puspitasari 8111411057
2. Bati Trisnaningsih 8111411058
3. Richi Budi Nurwibowo 8111411060
4. Dista Octavia B. P 8111411061
5. Chisty Tri P 8111411062
6. Baqqi Zabidi Rois 8111411063
7. Ade Dwi Widianto 8111411064
8. Dwiman Akhmad F 8111411065
9. Ary Widiantoro 8111411066
10. Dio Novario Putra 8111411067
11. Nabilla Afinannisa 8111411068
12. Dian Anggun P. R 8111411069
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2011
Top Related