137
PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN CARA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.
L-.._~ _____ oleh: B 0 h a r i, SH _______ _
I. PENDAHULUAN.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan yang sedang me-
•
lakukan pem bangunan secara besar-be-saran, sangat membutuhkan modal asing dari luar negeri, tenaga-tenaga ahli, teknologi ser!a know how. Sejalan dengan itu garis besar politik perpajakan negara dalam menghadapi pembangunan meliputi peningkatan tabungan pemerintah melalui peningkat- . an penerimaan, perangsang tabungan masyarakat, mendorong investasi dan produksi serta mem bantu redistribusi . penghasilan kearah yang lebih seimbang dan mudah didalam administrasinya. Dalam rangka usaha tabungan pemerintah melalui peningkatan penerimaan, penanaman modal asing pada dewasa ini merupakan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. 1).
Perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung berusaha dan menanamkan modalnya di Indonesia ber-dasarkan undang-undang Penanaman Modal Asing merupakan sumber penerimaan pajak yang baru, karena at as labanya yang diperoleh akan dikenakan pajak perseroan, ' dan bagi yang untuk sementara mendapatkan masa bebas pajak, sesudah masa bebas pa-
l). Penjelasan · Undang-undang No_ 1 ta-hun 1967 ten tang. Penanaman Modal Asing, dimuat .dalam "Himpunan PeralUran Penmdang-undangan tentang Masaalah Orang Asing ", - oleh :
. SUNTJAYA, Penerbit : LUKITA -Jakarta, 1976, hal. 297 _ ' . .
•
jak tersebut berakhir, disamping dikenakan pajak perseroan juga akan dikenakan p!ijak-pajak lainnya ' seperti pajak penjualan dan pajak-pajak daerah.
,Disamping perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung melakukan usaha dan menanamkan rnadalnya di Indonesia, terdapat perusahaan-perusahaan asing baik perorangan maupun badan-badan, yang secara tidak ' langsung melakukan usaha di Indonesia, misalnya dengan cara meminjamkan modal kepada perusahaan-perusahaan baik asing maupun bukan asing yang berusaha di Indonesia, untuk mana sipemilik modal di luar negeri itu memperoleh keuntungan berupa bunga atas pinjaman uang terse but. Berdasarkan ketentuan perp!ijakan yang ada, keuntungan yang diperoleh sipemilik modal di luar negeri bunga itu, tid,ak dapat dikenakan pajak pendapatan atau pajak perseroan. Keadaan demikian itu sudah barang tentu merugikan penerimaan Negara . '
dan tidak dapat dibiarkan terus. Te-lah menjadi pengeta.Q.uan umum, bahwa dalam dunia niaga yang modern, pembiayaan perusahaan untuk sebagi~ an ' besar dilakukan , dengan modal pinj am an, atas pinjaman mana harus dibayar bunga. Dengan adanya penanaman modal oleh ' berbagai negara, dapatlah dibayangkan betapa luasnYa peranan yang dimainkan oleh bunga,
•
•
138
sehingga bumi Indonesia selain mengeluarkan hasil-hasil alamnya yang dibutuhkan untuk komsumsi dunia, juga harus mengeluarkan hasil modalnya dalam bentuk bunga dalam jumlah yang cukup berarti.
Bunga itu selain beredar didalam negeri, banyak pula 'Yang mengalir keluar negeri, dari mana pinjaman itu berasal. Adalah suatu hal -yang wajar, bila atas hasil ini yang keluar dari bumi kita dibebani pajak. Bilamana hal ini tidak dilakukan maka negara lain dim an a penerima bunga itu bertempat tinggal atau berkedudukan yang akan mendapatkan keuntungan dengan memungut pajak atas hasil terse but, yang berarti bahwa negara kita mengalihkan hak memungut pajaknya pada negara lain, yang mengakibatkan kerugian finansiil bagi negara kita yang just:p1 pada dewasa ini sangat memerlukannya.
Disamping peminjaman uang seperti diuraikan diatas, terdapat pula orangorang atau badan-badan yang bertemp at tinggal atau berkedudukan di luar negeri yang menyerahkan penggunaan hak PATEN/OKTROI,lisensi, merek dagang, pola, rencana rahasia perusahaan ataupun menyewakan alat'alat dan perlengkapan perindustrian, perniagaandan ilmu pengetahuan kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, untuk mana diperoleh pembayaran balas jasa atau uang sewa, yang lazim disebut royalty. 2). '
Pad a umuinmnya hukulll berlaku didalam wilayah negara ya'ng bersangktitan. Tetapi hukum yang mengenai "Status dan Wewenang" seorang war-
. ga negara mengikuti < warga negara ' itu dimana ia berada. Hukum Pajak
Indonesia merupakan bagian dari ------------------2). Drs. B. Boediono, - Uraian Dasar
Pajak atas Bunga, Dividen dan Royal· ty, diterbitkan oleh : Majalah Ming· guan "Berita Pajak", hal. 110 sId 111
Hukum dan Pembangunan
, '
Hukum Publik ini terbatas pada wi-layah. Untuk dapat dikenai pajak, baik yang bertalian dengan subyeknya maupun yang bertalian dengan obyeknya yang ada diluar wilayah Indonesia harus ada sesuatu hubungan dengan Indonesia secara erat yang dalam bahasa Jellilan disebut zuge· horigkeit. Zugehorigkeit. dapat bersifat ekonomis ataupun bersifat kenegaraan. Orang atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan diluar negeri pada prinsipnya tidak akan dikenakan p,yak di Indonesia begitu saja, kecuali jika dipenuhi satu syarat yaitu antara lain mempunyai hubungan ekonomiS atau hubungan kenegaraan dengan Indonesia, umpamanya mempunyai harta tak bergerak di Indonesia, ·atau melakukan perusahaan di Indonesia yang disini dilakukan dengan perantluaan wakilnya atau dengan sesuatu PERMANENT ESTABLISHMENT, atau melakukan jabatan pemerintah di luar negeri.
II. YURIDIKSI HUKUM PAJAK IN· TERNASIONAL. Ada dua prinsip yang dipakai ne
gara sebagai dasar wewenangnya untuk memungut pajak yaitu :
a. status dari wajib pajak, b. sum ber pendapatannya.
Negara-negara yang menggunakan status wajib pajak sebagai pangkal, biasanya mendas<lrkan pungiltan atas hubungan an tara w,yib p,yak dengan negara yaitu berdasarkan :
a. kewarganegaraan, b. temp at tinggal/domisili, c. sumbernya.
Prinsip kewarganegaraan pada umumnya tidak dipakai lagi. Indonesia pada pajak bangsa asing masih menggunakan azas , kewarganegaraan yang negatip, bahwa yang dikenakan p,yak bangsa asing adalah mereka yang bukan warga negara Indonesia .
•
•
•
Pajak Berganda
Azas tempat tinggal atau domisili digunakan oleh Indonesia untuk mengenakan pajak berdasarkan world wide income. Tetapi sebaliknya Indonesia menggunakan juga azas sum ber sehingga hasil-hasil yang keluar dari sumber-sumber yang ada di wilayah Indonesia. Menuru t draft treaty O.E.C.D. (Organization for Economic Coorperation and Development) yakni suatu organisasi kerja sarna dan pengem bangan ekonomi, un tuk pendapatan tertentu seperti bunga dan Dividen, ada kecenderungan untuk lebih mem berikan hak kepada negara dimana wajib pajak berdomisili untuk memungut pajaknya. Ini adalah sangat bertentangan dengan kehendak negara yang sedang berkembang.3).
III. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PAJAK GANDA.
Wewenang negara untuk mengadakan pemungutan yang didasarkan pada titik-titik pertautan dapat saling menindih lebih dari dua kali sehingga terjadi pajak ganda, dan hal ini akan dirasakan oleh wajib pajak sebagai beban yang sangat memberatkan. Pajak ganda dapat terjadi karena :
a. perbedaan peraturan hukum, b. penjelasan yang berlainan dari per-
aturan.
Dapat dibedakan kelompok-kelompok pajak ganda internasional sebagai 00-rikut :
1. subyek yang sarna dikenakan pajak yang sarna di beberapa negara, karena:
3).
a. Domisili rangkap. Wajib pajak dianggap mempunyai domisili dimasing-masing negara, ini yang disebut Conflict of residence
•
Prof. DR. Rochmat Soemitro,"Hukum Pajak Intemasional Indonesia Perkembangan dan Pengaruhnya", cetakan I, P.T. ERESCO Jakarta -Bandung, 1977, hal. 21.-
139
rules.
b. Kewarganegaraan rangkap. Seorang X oleh negara A dapat dianggap sebagai warga negaranya karena ia dilahirkandari seorang warga negara A, sedangkan oleh negara B ia dianggap juga sebag~i warga negara B karena dilahirkan di wilayah negara B.
c. Bentrokan azas domisili dan azas ke bangsaan. •
Contoh : X karena bertempat tinggal di negara A, yang menganut azas domisili, dikenakan pajak oleh negara A untuk seluruh pendapatannya, yang diperoleh dimana saja, sedangkan oleh negara B yang menganut azas kewarganegaraan juga dikenakan pajak untuk seluruh pendapatannya, karena X adalah warga negara dari negara B.
2. obyek yang sarna yang merupakan bagian dari pendapatan yang diperoleh atas transaksi yang dilakukan di negara lain dikenakan pajak yang sarna lebih dari satu negara.
3. subyek yang sarna dikenakan pajak di negara tempat tinggal berdasarkan world wide income, sedangkan di negara situs dikenakan pajak berdasarkan azas sum ber karena mempunyai pendapatan yang berasal dari suatu sum ber yang ada di negara itu. Disini ' terjadi bentrokan an tara azas domisili dan azas sumber.
Setiap negara, tentu akan menggunakan prinsip yang paling menguntungkan bagi negaranya, seperti negara negara kreditor yaitu negara yang biasanya merupakan negara yang SU
dah maju yang rnengalirkan simpanan masyarakatnya ke negara-negara yang sedang berkembang untuk diinvestasikan disana, untuk pengenaan pajak,
Mant 1983
,
-----------_____ , ,-, _U,,!.2_: .$ i; J, ( . _ I : he,," 2! Ii': e Ii i k
140
tentunya aKan menganut prinsip tempat tinggal (azas domisili) sedang negara-negara yang sedang berkem bang in gin menerapkan azas sum ber yang menguntungkan baginya dan akan menolak prinsip pengenaan pajak atas hasil yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan di negaranya di negara tempat tinggal si investor. Hal ini menjadi persoalan hangat antara developed countries dan less developed countries. Kalau terdapat pertentangan an tara kedua prinsip itu, jalan yang sebaiknya ialah diputuskan dalam suatu peIjanjian pajak, walaupun dalam hal ini sudahada kabiasaaii. untuk mem berikan hak utama kepada negara sum ber.4).
IV. PEMAJAKAN ATAS BUNGA SERTA PENCEGAHAN PAJAK GANDA.
Dalam sidang Ad Ho c Group of Experts on Tax Treaties pada umumnya dapat disetujui pendapat bahwa tujuan dan pem buatan peIjanjian pencegahan pajak ganda antara negaranegara yang sudah maju dengan negara-negara yang sedang berkembang harus dilihat dalam rangka hubungan ekonomis antara kedua negara itu dan atas keinginannya untuk memudahkan perdagangan antara kedua negara itu , lagi pula untuk meningkatkan penanaman modal asing di negara-negara yang sedang berkem bang. Masalah teknis perpajakan dan berbagai cara/alat untuk mencegah pajak ganda bukan merupakan satu-satunya masaalah yang harus dipecllhkan dalam peIjanjian itu dan bukan merupakan tujuan terakhir melairtkan hanya me-4). Prof. DR. Rochmat Soemitro - "Tin-
, .
jauan Yuridis ten tang Perjanjian Antar (dua) Negara mengenai Penghin· daran Pajak Berganda In temasional" dihimpun dan diperbanyak oleh : (katan Mahasiswa Notariat Fakultas .
Hukum UNPAD Bandung, 1973, hal ,10 sId 11. -
Hukum dan Pembangunan
rupakan suatu alat untuk meningkatkan perkem bangan ekonomi dari negara-negara yang sedang berkem bang.
Sejarah menunjukkan bahwa perjanjian itu disusun dibawah pengaruh keadaan ekonomi, kebijaksanaan fiskal, keuangan dan sosial dari masingmasing negara yang bersangku tan. Konsep reciprocity yang merupakan dasar dari peIjanjian antara dua negara yang sudah berkem bang, tidak berlaku sarna antara n'egara yang tingkat perkem bangan ekonominya berlain an. Taraf perkem bangan ekonomi yang berbeda antara negara yang berkern bang dengan negara yang sudan maju akan membawa konsekwensi berupa tidak terdapatnya manfaat yang tim bal-balik yang seim bang ' didalam hal mengadakan peIjanjian perpajakan bilateral. Hal ini dise babkan karena di dalam kenyataannya praktis tidak ada lalu lintas yang timbal balik dalam investasi modal. Arus modal hanya dari negara-negara yang sudah mliju sebagai capital exporting country kearah negara-negara berkem bang se bagai capital importing country. 5).
Undang-undang Penanaman Modal Asing telah dikeluarkan oleh beberapa negara yang sedang berkem bang sebagai salah satu saraha unfuk menarik modal asing, namun pelaksanaannya masih subyek pada negosiasi-negosiasi , satu dan lain berhubung adanya interest dari kedua pihak yang berbeda beda. Untuk itu bergaining posisinya dari masing-masing pihak sangat menentukan da!) biasanya dalam tahaptahap pertama dim ana negara yang sedang berkem bang mem bu tuhkan / mengundang modal asing maka biasanya menunjukkan kedudukan sebagai
,
pihak yang lemah, walaupun sebenar-
5) Kumpulan Bina Pajak KOMPAS 1976 - 1977, ditcrbitkan oleh : " Yayasan Bina Pajak", - Jakarta, hal P 5 sid 126.
•
,
•
Pajak 8erganda
nya tidak harus demikian. Karena itu dengan beberapa pengalaman kelemahan tersebut dapat dihindari sehingga perjanjian-perjanjian yang tidak fair berobah menjadi fair.
Penanaman modal asing setiap geraknya selalu menghendaki mendapatkan interest sebanyak-banyaknya di negara yang sedang berkem bang maupun dari negara asalnya sendiri, disini penanam modal asing mempunyai kebebasan untuk menentukan dim ana dan seberapa akan menanam modalnya menurut kehendaknya. Kebebasan penanam modal ini tidak hanya terdapat dian tara negara-negara yang sedang berkem bang sen diri, melainkan juga antara negara yang sedang berkem bang dengan negara yang sudah maju.6).
Sampai sekarang oleh negara yang sudah maju dan negara yang sedang berkem bang dikatakan bah wa tujuan dari tax treat)' ialah untuk menghilangkan "tax barrier" yang menghalang-halangi pengaliran investasi, tenaga yang berpengalaman (skilled labour) dan pengetahuan teknis (techn ical kn owledge).
Anggota-anggota negara yang sedang berkem bang menunjukkan bahwa perjanjian pajak harus diintegrasikan dalam sistim pajak dari negara yang bersangkutan, dan ditinjau dalam hubungan kebijaksanaan bantuan ekonomis kepada negara-negara yang sedang berkem bang.
Dalam hubungan internasional pendapatan yang diperoleh disuatu negara tcrtentu atau di bcberapa negara, dapat berupa laba usaha, dividen, bunga, ruyalties, dan lain sebagainya, dan hasil-hasil ini ll1engalir kencgara lain,
6). Soemantoro, - "Aspek }fukLlm dall t:k(J/lomi dari Pellallaman Modal Asillg dalam Pemballgllllall ", - Lem · baga PClll'litian Hukum '& Kriminolo· gi Fakliitas 1I11kum UNPAD, llano dung, 1975, hal. 76 sId 77 . -
141
biasanya ketempat tinggal orang yang memiliki sumber-sumber pendapatan itu. Apabila pemajakan dari pendapatan internasional itu tidak dikoordinasikan an tara negara-negara yang bersangku tan, hal ini akan mengakibatkan suatu pemajakan yang lebih berat menekan wajib pajak, dari pada jika pendapatan itu diperoleh di satu negara saja, karena baik negara sum ber
,maupun negara tempat tinggal secara bersam aan mengenakan pajak atas pendapatan yang sarna. Akibatnya ialah pajak yang kumulatif yang sangat mengham bat atau merusak hubungan dagang an tara serta mengganggu aliran modal, teknologi, tenaga kerja dan lain se bagainya.
Didalam model Convention OEeD, bUJlga diatur dalam pasal II yang berbunyi :
(1). Bunga yang berasal dari suatu negara pihak yang dibayarkan kepada penduduk negara pihak lainnya, dapat dikenakan pajak di negara lainnya itu.
(2). Namun demikian , bunga itu dapat dikenakan pajak juga di negara pihak tempat asal bunga itu, sesuai dengan hukum negara itu , akan tetapi pajak yang dikenakan sedemikian itu tidak boleh melebihi 10% dari jumlah bunga. Penguasa negara pihak yang berwcnang dalam suatu pcrsetujuan menentukan cara pcnggunaan.
(3). Istilah bunga yang dipergunakan dalam pasal ini, meliputi juga hasil dari surat-surat perbendaharaan negara, obligasi atau surat -surat hutang lainnya, baik yang dijaminhipothek maupun yang tidak.
(4) Ketcn tuan ayat 1 dan 2 tidak berlaku, apabila penerima bunga yang bcrtell1,pat tinggal di suatu
Maret /983
142
negara pihak , di negara pihak lainnya, tempat asal bunga itu , memiliki seatu pendirian tetap (permanent establishment) yang bertalian erat dengan piutang itu, yang merupakan sum'ber dari bunga itu. Dalam hal demikian ketentuan pasal 7 berlaku.
Kalau dividen merupakan hasil dari modal yang dimasukkan dalam. suatu perseroan se bagai "Equity Capital" maka bunga adalah hasil dari modal yang dipinjamkan (loan capital). Walaupun kedua-duanya adalah hasil dari modal, namun masing-masing mempunyai sifat yang berlainan. kedudukan pemegang saham ikut serta dalam modal perseroan, dengan seluruh konsekwensinya, artinya bertanggung-jawab sepenuhnya atas laba yang diperoleh perseroan, dalam perbandingan modal yang dimasukkannya. Kreditur tanggung jawabnya tidak begitu luas seperti pemegang saham, tidak ikut menanggung kerugian yang diderita oleh perseroan- dan pula tidak mempunyai hak at as laba yang diperoleh perseroan, tetapi setiap tahun hanya mempunyai hak mendapat bunga dari modal yang dipinjamkannya tak pandang apakah perseroan mendapat keuntungan atau tidak.
Dalam perdagangan in ternasional jarang sekali transaksi diselesaikan secara tunai, lebih-lebih kalau menyangkut jumlah yang besar. Para Pembeli lazimnya oleh suppliersnya diberi kelonggaran ?,aktu pembayaran 60 sampai 90 hari, setelah pem belian. Ini dalam perdaganjran in ternasional dise bu t "Leveranciers Credit"atau. pembayar-
" an tangguh. Palla levenmcier juga tidak akan mampu berbuat demikian apabila tidak mendapat bantuan dari Bank atau lembaga kredit lainnya.
Transaksi barang modal atau pekerjaan umum yang meliputijumlah uang yang sangat besar, lazimnya tidak di-
_.n _ ' , ' , , OiL ,n"" • "_ " .. , ., ..... ,~¥ .. . ~v~ • . ~ •.• , .
Hukum dan Pembangunan
bayar sekaligus. Baik pem beli maupun penjual, apabila menyangkut jumlalf yang sangat besar, sering tidak mampu menyelesaikan pembayarannya tanpa bantuan suatu Bank. Ini sudah menjadi kebiasaan dalam perdagangan internasional, oleh karena itu mudah dimengerti pentingnya fungsi kredit dalam lapangan internasional, hal mana mengakibatkan timbulnya berpuluhpuluh perusahaan BankJatau lembagalembaga pemberi kredit. Bank atau badan atau orang yang meminjamkan uangnya mendapatkan bunga sebagai jasa tim bal penggunaan uangnya untuk waktu sendirinya akan dikenakan pa~
•
jak pendapatan atau perseroan. Bila si penerima itu adalah Bank atau, lembaga pemberi ,kredit, maka bunga yang diterimanya itu merupakan pendapatan kotor karen a tentunya ada biaya-biaya lain yang harus dibebankan pada pendapatan itu, dan kalau uang yang dipergunakan bank itu dipinjamkan dariorang lain, maka untuk itu bank harus juga membayar bunga, walaupun suku bunganya lebih rendah.7),
Masaalah yang dibicarakan oleh Ad Hoc Group dibagi dalam 4 macam:
a. pengertian bunga dan scope dari bunga,
b. negara mana yang berhak mengenakan pajak,
c. apa dasar yang digunakan untuk mengenakan pajak, netto atau bruto,
d. methode yang digunakan dan pencegahan pajak ganda.
ad.a. Pengertian serta scope bunga,
Apa yang dicakup oleh pengertian bunga?, Apakah bunga yang dim in takan karen a adanya "deferred payment" (pembayaran ditangguhkan) atau credit sales, tellllasuk juga dalam
Pajak Berganda 143
pengertian bunga seperti dimaksudkan yang diberikan oleh pemerintah atau dalam pasal II. model convention OE- bagian dari pemerintah.8). CD sehingga merupakan obyek yang
Dalam undang-undang Penanaman dikenakan pajak?
Modal Asing No. I Tahun 1967, kre-Beberapa anggota developed coun- dit Luar Negeri tidak dimasukkan
tries con dong untuk mengecualikan dalam pengertian modal asing. Pengebunga semacam itu dari pasal II mo- cualian ini dimaksudkan agar pemerindel convention OECD. Jumlah pen- tah tetap ' menguasai secara langsung cicilan umpamanya yang merupakan alat-alat pembayaran luar negeri yang suatu pembayaran ali-in, artinya yang tercellnin dalam neraca pembayaran. ditentukan dalam suatu jumlah, tetapi Negara sendiri perlu menguasainya m.enganduR~ harga barang dan bunga- dalam peranannya melakukan investanya, meIli!n bulkan kesukaran, walau- si sendiri secara langsung dalam rangpun mungkin juga diad~kan analisa ka pembangunan ekonomi terutarna dengan membandingkan j~mlah yang . menjaga kestabilan ekonomi dan mo-
.' , ., .. diterima dengan nilai tunai dari barang net¢r sementara pembangunan dilan-itu pada waktu dilakukan penjualan. carkan.9).
Jika suatu negara akan mengena-Bertalian dengan ini dikemukakan
kan pajak atas bunga dari credit sales, persoalan apakah sikap yang sarna ini
maka yang akan . dikenakan hanya • . . tidak dapat diberlakukan juga terha
bunganya, tetapi harus diingat bahwa dap bunga atas pinjaman jangka pan
credit sales khususnya yang berjang-jang yang diberikan oleh bank-bank,
ka panjang, pada umumnya tidak di-tetapi dijamin atau dibiayai kern bali
berikan oleh supplier itu sendiri de-oleh pemerintah.
ngan keuangannya sendiri, melainkan oleh bank atau lembaga kredit lain-
• •
nya, yang untuk itu harus juga me-ngam bil uang dari pasaran uang, yang dengan sendirinya harus juga dibayar bunganya.
Walaupun pada umumnya disetujui bahwa bunga dari defered payment jangka panjang (lebih dari 12 bulan) akan dikuasai oleh ketentuan dari ayat 3 pasal 11 model convention
. OECD, narnun untuk mencegah salah faharn, diusulkan supaya pada ayat 3 itu ditam bahkan kata-kata "termasuk unsur bunga dari deferred payment". Sebenarnya ada beberapa negara de-
. veloping countries yang keberatan atas tidak dikenakannya pajak atas bunga dari short credit sales. Dalam perjanjian perpajakan antara negara lazimnya disetujui oleh negara-negara yang bersangkutan, bahwa tidak akan dikenakan pajak atas bunga dari hu tang
ad. b. Negara mana yang berhak mengenakan pajak?
Seperti halnya dengan dividen, disini juga saling berhadapan dua pendapat yang berlainan. Anggota-anggota dari negara-negara yang sedang berkern bang berpendapat, bahwa pada prinsipnya negara sum berlah, yaitu negara dimana modal yang bersangkutan digalakkan, semata-mata mempunyai hak untuk mengenakan pajak atau sekurang-kurangnya mempunyai prioritas untuk itu. Sesuai dengan .. _----------------_ ..... - .. _-_.
8). Prof. DR. Rochmat Soemitro, - ibid hal. 242. -
9). Mustamin DG. Matutu. S.H. - "Be· berapa Catatan mengenai pengertian Modal Asing dan Penanaman Modal Asing dalam Un dang· Ulldang No. J talulli 1 967 tell tang Pellanaman 1110· dal Asing" Prasaran pada Seminar Economic Law. yang diadakan di Bandung tahun 1972. hal. II sId 12.-
Ma~t 198.1
_. . . .. . ...... ..... , ... .. ~~-~ -.... --_ .... _-_ .. ~.------------" _i i'i:;;: " " "
: 144
itu menurut pendapat negara yang su-. dah maju (negara tempat tinggal kreditur) mempunyai kewajiban untuk menghindarkan teIjadinya pajak ganda dengan mem berikan tax credit atau exemption. Beberapa peserta develop- . ed countries sebaliknya berpendapat bahwa, sudah menjadi prinsip bahwa negara dim ana si kreditur bertempat tinggal, yaitu negara tempat asal uang itu, seharusnya yang mempunyai hak tunggal untuk mengenakan pajak atas bunga yang diperoleh kreditur terse"but. Sedangkan negara sum ber menuru t jalan pikiran me.reka, harus menyesuaikan sikapnya untuk menjarnin, bahwa pajak yang mereka kenakan adalah seimbang dengan di negara kreditur. Jika ini dilakukan, _ maka hal ini akan menjamin mobilitas modal dan pula menjarilm bahwa pemajakan dilakukan ' oleh negara yang paling tepat dan dapat menilai sifat-sifat dari wajib pajak. Juga dimintakan . perhatiannya kepada kenyataan bahwa sebahagian besar dari pinjaman itu diberikan oleh bank:bank, dana-dana pensiun dan lem baga-lem baga keuangan lainnya, maka pemajakan bunga oleh negara sumber dimana uang itu digunakan, dengan tarif yang tinggi akan menyebabkan bahwa peminjaman uang keluar negeri (kenegara-negara yang sedang berkem bang) tidak akan menarik lagi, sehingga akan lebih baik menggunakan uang yang tersedia untuk pinjarnan dalarn negeri saja~
Karena kedua pendapat yang saling bertentangan itu tidak dapat didekatkan, maka akhirnya disetujui untuk menggunakan jalin \<:ompromis sebagai pemecahan masaalah ini, dan kedua negara yang bersangkutan sebaiknya membagi wewenang pengenaan pajak
. terse but . dahlin suatu perundingan . ' . bersarna .
Oleh anggota negara developed countries ditunjukkan adanya tarif
•
Hukum dan Pembangunan
yang sangat tinggi di beberapa negara yang sedang berkembang yang apabila jumlah fili ~e_bih besar dari pajak di negara tempat tinggal kreditur, akan
•
mengakibatkan penggeseran beban pajak itu kepada kreditur, hal mana akan berarti mengharnbat kelancaran pem berian pinjarnan ke negara-negara yang sedang berkembang.
ad.c. Dasar yang digunakan untuk pengenaan pajak. .
Mengingat bahwa dalam bidang in-• •
ternasional bunga yang dibayar oleh negara yang sedang berkembang diterirna oleh bank-bank ataulembaga-lembaga keuangan internasional, makabu~ nga yang diterima itu tidak mungkin sarna dengan mendapatkan bersihnya, karena bank-bank itu masih harus mengeluarkan biaya-biaya lain. Maka oleh sebab itu bunga yang dibayarkan ke-
-pada . non resident akan dikenakan pa-jak di negara tempat tinggalnya pada jumlah bersihnya, apabila si kreditur melakukan suatu usaha. Dalam lain hal; pajak atas bunga dikenakan pada jumlah kotornya. Anggota dari negaranegara yang sedang berkem bang pada umumnya berpendapat bahwa bUnga di negara sumber sebaiknya dikenakan pajak atas dasar jumlah kotornya, demikian itu karena mempermudah administrasinya, dan menghindarkan penelitian-penelitian biaya-biaya yang dikeluarkan di negara si kreditllr yang sangat sulit pelaksanaannya.
Oleh Ad ' Hoc Group diputuskan bahwa bunga sebaiknya hanya dikenakan di negara sumber. Tetapi juga ditetapkan bahwa pemajakan bunga itu harus ditujukan kepada hasil bersih bunga, meskipun dalarn praktek untuk meriludahkan administrasi ditetapkan
•
suatu prosentasi tertentu terhadap jumlah kotor.
ad.d. Methode yang digunakan untuk pencegahan pajak ganda.
Pajak Berganda
Pengenaan pajak atas bunga secara bersamaan di tempat tinggal kreditur dan di negara sum ber yang tidak terkoordinir akan mengakibatkan beban yang berat atas pundak si kreditur. Pajak atas bunga yang dibayarkan kepada ,!on resident, di negara sum ber lazimnya dikenakan pajak dengan jalan pemotong (withholding) yang mengurangi jumlah bunga itu. Jika jumlah yang diterima bersih oleh kreditur di negara tempat tinggalnya dikenakan lagi p<\iak (pendapatan atau perseroan) maka si kniditur akan memikul pajak baik dari negara sum ber maupun dari negara tempat tinggal.
Untuk menghilangkan ini oleh negara tempat tinggal kreditur dapat dilakukan tax credit atau exemption, atau tax sparing. Kalau sis tim ini tidak diterapkan, maka cara lain ialah bersarna-sarna mengenakan pajak berdasarkan suatu prosen tasi yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yang jumlahnya dari kedua pajak itu tidak melebihi tarif yang normal. Tax credit harus diberikan tanpa memandang jumlah yang dikenakan di negara sumber diberi pembebasan dari pajak atas
K e pUS t a k a a n.
145
bunga, negara tempat tinggal harus memberikan tax sparing, agar pembebasan pajak atas bunga di negara sumber benar-benar memperoleh effek yang dapat dinikmati oleh si pemilik modal. I 0).
Tidak semua anggota negara developed countries dapat menyetujui sikap demikian, bahkan ada yang mengemukakan bahwa tax exemption yang diberikan oleh negara developed countries, secara langsung tidak ada gunanya, karena ini hanya akan mempengaruhi para kreditur untuk memilih memberikan pinjarnan kependuduk negara-negara dimana pajaknya terendah atau sarna sekali tidak dikenakan pajak.
Apabila antara kedua negara tidak ada 'suatu peIjanjian p<\iak ganda, maka masing-masing negara berwenang mengenakan pajak dengan tidak mengurangi wewenang negara tempat tinggal untuk mem berikan tax credit atau tax exemption.
EE _ . _
10). Bandingkan R. Glynne Williams, F.C.A.- "Comprehensive Aspects of Taxation" - Cassel & Company LTD Edition 1972, hal, 332 sId 333.-
I. Suntjaya, "Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Masaalah Orang Anng," Lukita, - Jakarta 1976.
2. Drs. B. Boediono, Uraian Dasar Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty ". - Mingguan Berita Pajak, Jakarta.
3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. "Hukum Pajak Intemasional Indonesia Perkembangan dan Pengaruhnya ", PT. Eresco ] akarta - Bandung 1977.
4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, "Tinjauan Yuridis ten tang Perjajian antar (dua) Negara mengenai penghindaran pajak berganda Intemasional", dihimpun da!) diperbanyak oleh lkatan Mahasiswa Notariat Fak. Hukum UNPAD Bandung. 1973.
5. - -- - ----, Kumpulan Bina Pajak KOMPAS, 1976/1977, diterbitkan oleh: "Yayasan Bina Pajak, Jakarta.
6. Soemantoro, - "Aspek Hukum dan Ekonomi dari Penanaman Modal Asing dal .. 11 hm-
MuetlH3
••• ". ,." _"~'w •
. 146
. .. . , .. - -~.' r-~" ~
Hukum dan PembangUnan
bangunan, " diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Hukum & Kriminologi Fak. Hu· kum UNPAD Bandung, 1975.
• 7. Mustamin Daeng Mantutu, S.H. - "Beberapa Catatan mengenai pengertian modal Asing.
dan Pen an am an Modal Asing dalam undang·undang No. 1 tahun 1967, ten tang Penanaman Modal Asing", - Prasaran pada seminar Economic Law, yang diada· kan di Bandung tahun 1972.
8. R. Glynne Williams, F.C.A. - "Comprehensive Aspects of Taxation" - Cassel & Company Ltd, Edition 1972.
•
•
•
•
Orang saklt sama saja dengan benalu masyarakat. (Nletsche)
•
< PenyaKit adalah pajak kenikmatan yang tak nyaman. (Peribahasa [nggeria)
Menyembunylkan penyakit berarti maut. (Peribahasa latin)
•
•
Top Related