TOKSISITAS NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF
LAINNYA (NAPZA)
Mekanisme Ketergantungan
Setiap aktivitas berpikir, emosi, dan tindakan SSP (otak, medula spinalis, serabut saraf)
Serabut saraf => neuron-neuron neurotransmitter mengirim sinyal, berita, atau implus efek pada kelenjar, organ, dan otot serta perubahan perilaku dan emosi
NT yg terlibat dlm perubahan perilaku / emosi serta bertanggung jawab pd timbulnya ketergantungan :
• Dopamin
• Serotonin
• Endorfin
• Gama amino butyric acid (gaba)
• Enkefalin
Perubahan Kimiawi yang Memicu Perubahan Moods
suatu zat dapat menimbulkan ketergantungan akan mempengaruhi neurotransmitter (NT) dengan cara :
• Mengurangi atau meningkatkan produksi NT,
• Mengurangi atau mendorong pelepasan NT,
• Menghambat pengambilan kembali NT yang sudah dilepaskan ke sinap tempat penyimpanannya,
• Menghambat atau mempercepat degradasi NT,
• Meniru efek NT, dan
• Menghambat atau menguatkan kinerja NT.
Ketika perubahan kimiawi atau NT terjadi, moods atau perasaan juga akan berubah. Maka obat-obat yang dapat merubah mood atau NT disebut “mood-altering drugs”.
Withdrawal Syndrome (Putus Obat)
Putus obat terjadi jika suatu obat yang telah menjadi bagian “normal” dari tubuh tiba-tiba diberhentikan pemberiannya. Dalam situasi putus obat, tubuh mencoba melompat ke keadaan normal atau menseting ulang.
Efek dari putus obat adalah kebalikan dari efek obat yang dihentikan tersebut. Misalnya alkohol bersifat depresan (menekan SSP, menekan kerja jantung), maka putus obat karena alkohol akan timbul eksitasi jantung, hipertensi, dan stimulasi saraf.
putus obat atau sering disebut sakaw akan menyebabkan rasa sakit yang hebat dan craving (keinginan yang kuat untuk menggunakan zat lagi), stress berat, dan bahkan dapat mengancam kehidupan
NARKOTIKA
Dalam klinik, narkotika digunakan untuk analgetik dan antitusif. Narkotika yang sering disalah gunakan adalah opium, ganja, heroin, dan kokain.
Narkotika dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat-zat yang tergolong narkotika diatur dalam undang-undang No. 22 tahun 1997.
Opium
Opium adalah getah yang membeku dari tanaman Papaver somniferum. Opium mentah melalui berbagai proses akan menghasilkan candu. Candu melalui proses ekstrasi akan diperoleh zat seperti morfin, heroin, dan derivatnya.
Heroin
Heroin di sintetis dari morfin atau kodein dan mempunyai analgetik yang jauh lebih kuat dibandingkan morfin atau kodein. Heroin tidak digunakan dalam medis karena sangat cepat menimbulkan ketergantungan dan euforia.
a. Mekanisme kerja heroinMekanisme kerja heroin
Terdapat 3 reseptor tempat kerja heroin yaitu μ (mu), δ (delta), κ (kappa). Didalam otak terdapat 3 NT yang aktifitasnya seperti heroin, yaitu enkephalin yang berikatan dengan reseptor δ (delta), endorfin dengan reseptor μ (mu), dan dinorpin dengan reseptor κ (kappa). Reseptor μ merupakan reseptor heroin atau morfin. Ketiga jenis reseptor tersebut berhubungan dengan protein G dan berpasangan dengan adenilsiklase menyebabkan penurunan pembentukan siklik AMP sehingga pelepasan neurotransmiter terhambat.
b. Efek heroin pada dosis normalb. Efek heroin pada dosis normal
Euforia
Menghilangkan Nyeri
Kolinergik
c. Efek heroin dosis tinggi
Efek yang timbul pada dosis normal akan meningkat intensitasnya, dan disertai efek berikut: • Tidak mampu
berkonsentrasi Tidur yang dalam (fall a sleep) Pernapasan yang lambat dan
dalam Berkeringat, gatal dan jumlah urin meningkat
d. Efek heroin pada over dosis
• penurunan suhu tubuh
• denyut jantung tidak teratur
• kematian dapat terjadi karena depresi pernapasan yang berat.
Efek ini juga dapat terjadi pada penggunaan dosis normal yang dikombinasikan dengan benzodiazepin atau alkohol.
e. Efek lain
Pada umumnya heroin digunakan melalui injeksi. Jika spuit yang digunakan tidak steril dan digunakan secara bergantian dengan orang lain akan menimbulkan banyak masalah. Antara lain penularan hepatitis C, hepatitis B, HIV atau infeksi lain. Selain itu heroin ilegal sering dicampur dengan zat atau obat lain seperti kafein, gula, dan benzodiazepin. Kelarutan zat tersebut sangat buruk sehingga jika di pakai melalui injeksi akan menyumbat vena, menimbulkan emboli dan berakibat fatal.
Setelah terjadi ketergantungan penghentian pemakaian akan menyebabkan withdrowal atau istilah umumnya sakaw.
Kanabis
Kanabis atau ganja berasal dari tanaman Canabis sativa. Nama lainnya adalah charas, mariuana, grass, dope, pot, weed, mull, bhang, dan hashis. Efek psikoaktif ganja karena mengandung tetrahidrokanabinol atau THC. THC termasuk depresan SSP yang mempunyai efek halusinogenik. Ada 3 bentuk kanabis yang disalah gunakan yaitu daun atau bunga yang di keringkan, harshis (resin THC), dan minyak harshis.
a. Efek ganja pada dosis normal
Efek timbul setelah 2-3 jam setelah merokok ganja, yaitu berupa:
Rilek, tenang, kalm, bahkan tertawa sendiri
Pada awal pemakaian merangsang nafsu makan
Daya ingat berkurang atau hilang
Mata merah dan tekanan darah menurun
b. Efek ganja pada dosis besar
seperti dingin, kelelahan, euforia, halusinasi, gelisah dan paranoid
c. Efek jangka panjang
Gangguan saluran pernafasan.
Hilang motivasi
Fungsi otak menurun
Gangguan hormon
Gangguan sistem saraf
Kokain Kokain adalah stimulan
SSP yang dapat meningkatkan denyut jantung, midriasis, meningkatkan kewaspadaan, dan menunda kelelahan. Kokain diproleh dari ekstraksi tumbuhan Erythroxylon coca. Walaupun kokain merupakan stimulan yang kuat tetapi tidak digunakan dalam pengobatan. Karena selain memiliki durasi pendek kokain juga cepat menimbulkan ketergantungan dan toleransi
a. Mekanisme kerja kokain
Kokain dapat berefek anestesi lokal, vasokonstriksi pembuluh darah, dan psiko stimulan. Efek stimulan dari kokain karena kokain meningkatkan kerja dopamin, NE, dan serotonin dengan cara menghambat pengambilan ke-3 NT tersebut ketempat penyimpanannya sehingga kerjanya menjadi lebih panjang. Peningkatan NT, terutama dopamin di nukleus accumben bertanggung jawab terhadap timbulnya euforia dan adiktif.
b. Efek kokain dosis normal
Mengurangi nafsu makan
Meningkatkan denyut jantung
Pupil melebar dan pandangan
kabur
Kewaspadaan dan rasa percaya diri
meningkat
Euforia, Agitasi dan Dorongan sex
meningkat
c. Efek kokain dosis tinggi
seperti sakit kepala, gelisah, prilaku agresif, hilang konsentrasi, kehilangan libido, hilang motivasi dan ambisi, nyeri dan gangguan jantung
d. Efek penggunaan jangka panjang
dapat menimbulkan ketergantungan baik psikis atau fisik bahkan gangguan jiwa.
Putus obat karena kokain dapat menimbulkan depresi yang sangat dalam, ingin bunuh diri, muntah dan kelelahan, perasaan sangat lapar, gangguan tidur, nyeri otot, dan carving.
Psikotropika
Psikotropika adalah obat atau zat baik alamiah atau sintesis yang dapat mempengaruhi SSP, aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan, namun psikotropika yang digunakan untuk pengobatan sangat kecil kemungkinannya. Psikotropika berdasarkan UU no 5 tahun 1997 digolongkan menjadi 4 golongan. Psikotropika golongan I hanya digunakan untuk penelitian, sedangkan golongan II, III, dan IV selain untuk penelitian diizinkan untuk pengobatan.
Amfetamin
Amfetamin merupakan stimulan yang kuat, jauh lebih kuat dibandingkan kafein dan nikotin. Efek stimulansianya relatif sama dengan kokain tetapi durasinya lebih panjang, lebih mudah diproleh dan harganya lebih murah. Speed adalah nama jalanan untuk zat ilegal yang terdapat amfetamin. Produk ilegal, selain mengandung amfetamin juga dicampur dengan klorokuin, efedrin, paverin atau kafein.
a. Mekanisme efek amfetamin
Efek amfetamin pada umumnya karena kemampuannya dalam mendorong pelepasan NE dan dopamin dari tempat penyimpanannya diujung syaraf presinaptik. Efek yang timbul pada sistem saraf perifer kemungkinan hasil dari peningkatan kadar NE. Perubahan prilaku dan peningkatan aktivitas psikomotor yang muncul karena peningkatan perangsangan reseptor dopamin di sistem mesolimbik (termasuk nukleous accumbent).
b. Efek amfetamin dosis normal
Menstimulasi sistem saraf simpatik menimbulkan efek peningkatan denyut jantung, pernafasan cepat, mulut kering, berkeringat, midriasis dan sakit kepala
Merasa lebih berenergi dan waspada, banyak bicara dan rahang menegang (gerakan mengunyah)
Mengurangi nafsu makan
Respon yang berlebihan terhadap suatu rangsangan.
c. Amfetamin dosis tinggi
dapat menyebabkan kulit pucat, sakit kepala, dizziness, pandangan kabur, tremor, denyut nadi tidak teratur, keram perut, berkeringat, resah, nafas tidak teratur, dan hilangnya koordinasi (ataksia). Selain itu, amfetamin dosis tinggi dapat menyebabkan psikokis.
d. Efek jangka panjang
Efek pengguna jangka panjang meliputi:
Malnutrisi, karena amfetamin mengurangi nafsu makan
Mudah terkena infeksi karena penggunaan jangka panjang menyebabkan kurang tidur dan kurang gizi
Berperilaku keras dan kasar
Kerusakan otak
Toleransi dan ketergantungan
Ekstasi Ekstasi adalah nama jalanan
dari 3,4 metilen dioksid metamfetamin (MDMA). Selain mempunyai efek stimulasi, ekstasi juga mempunyai efek halusinogen. Ekstasi diindonesia terkadang berisi campuran dari amfetamin, MDMA, metafetamin, dan metilen dioksi ethamfetamin yang semua itu sering disebut amfetamin type stimulant.
a. Efek ekstasi
Segera setelah meminum ekstasi timbul efek seperti:
Mual, muntah, dan suhu tubuh meningkat
Jantung berdebar (perangsangan simpatik)
Ketegangan otot terutama rahang
Pupil melebar sehingga sulit melihat dengan fokus
Bingung atau panik
Efek tersebut umumnya akan hilang setelah 1 jam bersamaan tercapainya keseimbangan antara absorbsi dan eleminasi.
Setelah efek tersebut dilalui akan timbul seperti:
Euforia
Sensasi terhadap sinar, suara dan sentuhan meningkat sehingga sesuatu yang normal kelihatan lebih baik
Meningkatkan rasa ingin berdekatan, terbuka, dan cinta, maka disebut love drug
Energi meningkat, percaya diri dan banyak bicara
Berkeringat, dehidrasi, dan sangat haus
Depresi, iritabel, gelisah dan paranoid
c. Efek ekstasi yang lain
Peningkatan suhu tubuh tak terkendali lebih-lebih jika dipakai dilingkungan night club yang lembab, panas dan untuk aktivitas dansa berjam-jam. Suhu tubuh yang tinggi akan menyebabkan banyak keringat keluar sehingga timbul dehidrasi. Untuk mengkompensasi hal tersebut, pemakai akan minum dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan terjadinya pengenceran mineral-mineral dalam tubuh. Pengenceran mineral dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan otak, koma, dan kematian.
Lisergid Acid Diethylamine
LSD termasuk halusinogen.
a. Efek setelah memakai LSD
Otot terasa melilit (sakit)
Lemah, mati rasa dan gemetar
Mual, muntah dan terasa tergoncang-goncang
Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
Pernafasan cepat dan dalam
Gangguan koordinasi
b. Halusinasi karena LSD
Warna kelihatan lebih cerah, suara lebih keras dan tajam
Distorsi ruang dan waktu
Emosional swing
Halusinasi flash back (merasa mengalami peristiwa lampau) walaupun sudah lama tidak menggunakan LSD
c. Efek halusinasi yang menakutkan
Cemas dan takut yang luar biasa
Panik yang dapat merangsang perbuatan yang beresiko
Paranoid dan bunuh diri
Psilosibin
Adalah halusinogen yang terdapat pada jamur yang tumbuh pada kotoran sapi, kuda atau kerbau. Secara kimiawi psilosibin mirip dengan LSD sehingga mempunyai efek yang serupa. Zat ini sering digunakan oleh suku-suku tertentu pada saat upacara adat.
Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lain yang dimaksud disini adalah zat yang dapat menimbulkan ketergantungan atau psikoaktif tetapi secara UU tidak termasuk narkotika maupun psikotropika seperti alkohol dan pelarut organik.
Alkohol Bagi orang Eropa atau penduduk di daerah
bersuhu dingin lainnya, alkohol digunakan unruk menghangatkan badan. Namun pada penggunaan yang tidak terkontrol akan menimbulkan akibat seperti :
Ketergantungan
Pola makan tidak teratur, kekebalan tubuh menurun
Peradangan dan pendarahan usus
Kekurangan vitamin, karena alkohol dapat mengurangi nafsu makan dan menghambat absorpsi beberapa vitamin
Peradangan hati, denyut jantung tidak teratur
Kerusakan otak, tangan dan kaki gemetar
Bahaya tersebut akan meningkat jika alkohol yang diminum adalah ilegal atau alkohol yang diperuntukan sebagai antiseptik. Alkohol tersebut tidak untuk dikonsumsi, umumnya mengandung metanol yang dapat menimbulkan kebutaan. Disamping itu, alkohol dapat meningkatkan iritasi lambung yang besar terutama jika dikombinasi dengan AINS, dan dengan psikotropik akan meningkatkan terjadinya depresi.
Pelarut Organik
Pelarut organik adalah zat yang mudah menguap pada tempratur kamar. Zat ini dapat ditemukan pada ratusan bahkan ribuan produk kimiawi rumah tangga atau industri sebagai pelarut atau inggridiens. Pelarut organik misalnya terdapat dalam minyak petrolium, lem, obat anestesi, cairan pembersih, cairan poles, tip-ex, tinner, dan cat.
Banyak orang menghirup pelarut organik yang terdapat pada cat atau lem untuk mendapatkan efek “high” seperti menggunakan psikotropika dan alkohol. Tindakan tersebut sangat berbahaya, menghirup uap pelarut organik dapat menyebabkan kerusakan mukosa hidung, bronkus, menyebabkan hepatitis, dan gagal ginjal.