MUTASYÂBIH LAFZHȊ MENURUT PANDANGAN
AL-KIRMÂNȊ DAN AL-ZARKASYȊ
Studi komparatif
Kitab al-Burhân fi Mutasyâbih Al-Qurʹan
dan al-Burhân fi ‘Ulûm Al-Qurʹan
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi
Disusun Oleh:
Merliana Saputri
Nim: 12210482
JURUSAN TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2017 M/ 1438 H
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Mutasyâbih Lafzhî Menurut Pandangan Al-
Kirmânî dan Az-Zarkasyî (Studi Komparatif Kitab Al-Burhân fî
Mutasyâbih Al-Qurʹan dan Al-Burhân fi Ulûm Al-Qurʹan)” yang
disusun oleh Merliana Saputri dengan Nomor Induk Mahasiswa: 12210482
telah melalui proses bimbingan dengan baik dan disetujui oleh pembimbing
telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan pada sidang munaqasyah.
Ciputat, 2 Agustus 2017
Pembimbing,
Ali Mursyid, MA.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Mutasyâbih Lafzhî Menurut Pandangan Al-
Kirmânî dan Az-Zarkasyî (Studi Komparatif Kitab Al-Burhân fî
Mutasyâbih Al-Qurʹan dan Al-Burhân fi Ulûm Al-Qurʹan)” yang
disusun oleh Merliana Saputri dengan Nomor Induk Mahasiswa: 12210482
telah diujikan pada sidang munâqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu
Al-Qurʹan (IIQ) Jakarta pada tanggal 26 Juli 2017. Skripsi ini telah diterima
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).
Ciputat, 27 Juli 2017
Dekan fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qurʹan (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfa, MA.
Ketua Sidang Sekertaris Sidang
Dr. M.Ulinnuha, Lc.MA. Dra. Suci Rahayuningsih
Penguji I Penguji II
Dr. M.Ulinnuha, Lc.MA. Dr. Romlah Askar, MA.
Pembimbing,
Ali Mursyid, MA
iv
PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Merliana Saputri
NIM : 12210482
Tempat/ Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 21 Mei 1993
Alamat : Perum. Bumi Sari Permai, Blok H2
No.10, Kasemen, Serang, Banten.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Mutasyâbih
Lafzhî Menurut Pandangan al-Kirmânî dan az-Zarkasyî (Studi
komparatif Kitab al-Burhân fi Mutasyâbih Al-Qurʹan dan al-Burhân fi
‘Ulûm Al-Qurʹan)” adalah benar-benar hasil karya saya, kecuali kutipan-
kutipan yang disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan di dalam
karya ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 02 Agustus 2017
Merliana Saputri
v
MOTTO
اعملوا فكل ميسر لما خلق له
“Hendaklah kalian beramal ! Setiap orang akan dimudahkan
sesuai dengan tujuan dia diciptakan.
߷
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini akan aku persembahkan untuk orang yang
sangat kukasihi dan kusayangi.
Teruntuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, sebagai tanda bakti,
hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya
kecil ini kepada Ayah dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih tiada terhingga yang sungguh menjadi kekuatan
terbesar bagiku. Semoga karya kecil ini bisa menjadi langkah awal untuk
membuat Ayah dan Ibu bahagia. Karna kusadar, selama ini belum bisa
berbuat yang lebih.
Untuk Ayah dan Ibu yang sangat kucintai sekali lagi kuucapkan
Terima kasih Ayah.... Terima Kasih Ibu...
vii
KATA PENGANTAR
Subhânallâh, segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan nikmat
kepada hamba-hamba-Nya. Nikmat yang takkan mampu seorang hamba
untuk menghitung-hitungnya. Dengan izin-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Mutasyâbih Lafzhî Menurut
Pandangan Al-Kirmânî Dan Az-Zarkasyî ”.
Allâhumma Shallî ‘Alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘Alâ Âli
Muhammad, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw. Beserta keluarga dan para sahabatnya hingga akhir
zaman.
Dengan penuh rasa syukur dan dengan sepenuh hati penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa pertolongan dan
rahmat Allah SWT. Sehingga penulis diberi kekuatan dan kesehatan untuk
mampu berfikir, dan menuangkan ide-ide dalam masa penyusunan skripsi
ini. Dan juga adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
kepada penulis baik dari segi materil, moril maupun doa. Untuk itu dengan
segala hormat dan ta’zhîm penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, M.A. selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur`ân (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
IIQ Jakarta.
3. Bapak Ali Mursyid, M.A. sebagai Dosen Pembimbing skripsi, yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya skripsi ini.
viii
4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur`ân (IIQ) Jakarta yang telah
meniupkan ruh semangat dalam belajar sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa.
5. Dra. Rukoyah Tamimi dan Dra. Suci Rahayuningsih selaku
pembantu dekan Fakultas Ushuluddin, yang telah banyak
memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Pustakawan IIQ Jakarta, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan
Umum UIN Jakarta, Pimpinan dan Perpustakaan Islam Iman Jama
serta pimpinan dan karyawan Pusat Studi Al-Quran, yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
membaca dan melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan
skripsi.
7. Instruktur tahfîzh yang dengan sabar membimbing penulis dalam
menghafal Al-Qur`an, Bapak Dr.KH. Fathoni, Lc. MA., Ibu Hj.
Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Ibu Ade Halimah, S.Th.I., Ibu Hj.
Atiqoh, S.Th.I., Ibu Hj. Muthmainnah, MA., Ibu Hj. Istiqamah,
MA., dan Ibu Sami‟ah Khotib, S.Pd.I.
8. Ayahanda dan ibunda tercinta, Bapak Aco Hasanudin dan Ibu
Mery Isma. Tidak ada kata yang dapat penulis sampaikan selain
terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala kasih sayang, doa,
pengorbanan, dukungan, dan bimbingan yang kalian berikan
dengan ikhlas dan kesabaran yang tak terhingga. Hanya do‟a yang
dapat penulis persembahkan untuk keduanya. Allahummaghfir lî
wa liwâlidayya warhamhumâ kamâ rabbayânî shaghîrâ.
9. Kedua adik tercinta, Nurul Hasmi dan Fathan Arrayan yang
senantiasa menjadi suntikan semangat dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
ix
10. Teman-teman IIQ angkatan 2012 khususnya Fakultas Ushuluddin
Prodi Tafsir Hadis yang senasib dan seperjuangan.
11. Sahabat-sahabat terkasih, Siti Hariyanti, Sri Rejeki, Faizah, Desi
puspita, Nida Rahman dan Farhatul Fathiyah yang senantiasa
memberikan semangat dalam menjalani empat dan lima tahun
menimba ilmu di IIQ Jakarta. Terima kasih karena telah bersedia
untuk berbagi kesenangan dan kesedihan. Semoga ikatan ini tidak
akan terputus hingga tua menyapa kita.
12. Ucapan ribuan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, semoga amal baik yang mereka
berikan kepada penulis mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya
dari Allah Swt.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis
lakukan untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah
yang baik, Namun, karena keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, maka skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari para pembaca demi
karya yang lebih baik lagi.
Akhirnya, semoga hasil jerih payah penulis penulis ini dapat
menjadi buah karya yang bermanfaat dan menjadi amal shalih yang
mendapatkan ridha dari Allah Swt di akhirat kelak, Amin.
Ciputat, 2 Agustus 2017 M
Merliana Saputri
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
PEDOMAN TRASLITERASI ............................................................. xiii
ABSTRAKSI ......................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 12
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 15
F. Tektik dan Sistematika Penulisan ............................................... 18
BAB II : DEFINISI DAN PERKEMBANGAN ILMU MUTASYÂBIH
LAFZHI.
A. Definisi Mutasyâbih Lafzhî ......................................................... 20
B. Hikmah, Urgensi dan Faidah Ilmu Mutasyâbih Lafzhî ............... 27
C. Antara Mukarrar dan Mutasyâbih Lafzhî ................................... 30
D. Masa Perkembanan Ilmu Mutasyâbih Lafzhî dalam Ulûm Al-Qurʹan
dan Kodifikasinya ....................................................................... 33
E. Karya Para Ulama Tentang Mutasyâbih Lafzhî .......................... 38
BAB III : PROFIL PENULIS DAN TINJAUAN UMUM KITAB
xi
A. Mahmûd bin Hamzah al-Kirmânî
1. Biografi ................................................................................ 45
2. Guru dan Murid..................................................................... 48
3. Karya-karya........................................................................... 49
4. Gambaran Umum Kitab al-Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan50
B. Al-Imâm Badru Ad-Dîn az-Zarkasyî
1. Biografi ................................................................................. 56
2. Guru dan Murid..................................................................... 61
3. Karya-Karya .......................................................................... 63
4. Gambaran Umum Kitab al-Burhân fî Ulûm Al-Qurʹan ....... 65
BAB IV : MUTASYÂBIH LAFZHÎ PANDANGAN AL-KIRMÂNÎ DAN
AZ-ZARKASYÎ
A. Pandangan al-Kirmânî dalam Memahami Mutasâbih Lafzhî ..... 69
1. Ayat-Ayat Al-Qurʹan ............................................................ 70
2. Tokoh-Tokoh ........................................................................ 73
3. Kitab-Kitab Samawî .............................................................. 78
4. Kelompok-Kelompok, Syari‟at Agama dan Kepercayaan .... 80
5. Hadits-Hadits Nabawî ........................................................... 82
6. Perkataan Sahabat ................................................................. 85
7. Amtsâl .................................................................................. 86
8. Sya‟ir-Sya‟ir .......................................................................... 87
B. Pandangan az-Zarkasyî dalam Memahami Mutasâbih Lafzhî .... 89
1. Mutasyâbih Lafzhî yang terjadi dalam satu bentuk ayat dan yang
lainnya. .................................................................................. 89
2. Ayat-Ayat yang memiliki 2 bentuk keserupaan.................... 91
3. Ayat-Ayat yang memiliki 3 bentuk keserupaan.................... 91
4. Ayat-Ayat yang memiliki 4 bentuk keserupaan.................... 92
5. Ayat-Ayat yang memiliki 5 bentuk keserupaan.................... 92
xii
6. Ayat-Ayat yang memiliki 6 bentuk keserupaan.................... 93
7. Ayat-Ayat yang memiliki 7 bentuk keserupaan.................... 94
8. Ayat-Ayat yang memiliki 8 bentuk keserupaan.................... 94
9. Ayat-Ayat yang memiliki 9 bentuk keserupaan.................... 95
10. Ayat-Ayat yang memiliki 10 bentuk keserupaan.................. 97
11. Ayat-Ayat yang memiliki 11 bentuk keserupaan.................. 98
12. Ayat-Ayat yang memiliki 15 bentuk keserupaan.................. 100
13. Ayat-Ayat yang memiliki 18 bentuk keserupaan.................. 103
14. Ayat-Ayat yang memiliki 20 bentuk keserupaan.................. 105
15. Ayat-Ayat yang memiliki 23 bentuk keserupaan.................. 107
C. Analisis Perbandingan Antara al-Kirmânî dan az-Zarkasyî dalam
Memahami Mutasyâbih Lafzhî
1. Analisis Klasifikasi Jenis Kitab Mutasyâbih Lafzhî ............. 110
2. Analisis Metode Muqâran .................................................... 110
3. Analisis Metode Penjelasan Mutasyâbih Lafzhî ................... 111
4. Analisis Kajian at-Tikrâr ...................................................... 112
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 113
B. Saran .......................................................................................... 115
Daftar Pustaka ................................................................................ 116
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada pedoman
transliterasi sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Dan
Disertasi Institut Ilmu Al-Qurʹan (IIQ) Jakarta. transliterasi Arab-Latin
mengacu pada aturan berikut ini:
1. Konsonan
th = ط a = ا
zh = ظ b = ب
„ = ع ta = ت
gh = غ ts = ث
f = ف j = ج
q = ق h = ح
K = ك kha = خ
L = ل d = د
M = م dz = ذ
N = ن r = ر
W = و z = ز
H = ه s = س
ʹ = ء sy = ش
Y = ى sh = ص
dh = ض
xiv
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah = A ا = â ي... = ai
Kasrah = I ي = î و... = au
Dhammah = U و = û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Baqarah = البقرة
al-Madînah = المدينة
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
رجلال = ar-rajul
شمسال = Asy-syams
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda Tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik Tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
xv
wa ar-rukka’i = و الركع
Inna al-ladzîna = إن الذين
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
فددة ال = al-Afʹidah
لجامعة الإسلميةا = al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula pada alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapitaladalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî dan
seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qurʹan dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qurʹan, Al-Baqarah,
Al-Fâtihah dan seterusnya.
xvi
ABSTRAKSI
Merliana Saputri , NIM: 12210482
Mutasyâbih Lafzhî Menurut Pandangan al-Kirmânî dan az-Zarkasyî (Studi
komparatif Kitab al-Burhân fi Mutasyâbih Al-Qurʹan dan al-Burhân fi
‘Ulûm Al-Qurʹan ). Skripsi, Program Studi Tafsir Hadits, Fakultas
Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qurʹan (IIQ) Jakarta. Pembimbing: Ali Mursyid,
MA.
Skripsi ini membahas tentang Mutasyâbih dalam Al-Qurʹan. Pada
dasarnya pengertian Mutasyâbih terbagi menjadi dua, yaitu: Mutasyâbih
Tafsirî / Ma’nawi yang kajiannya mencakup tentang penafsiran ayat-ayat
Mutasyâbih terkait sifat-sifat Allah, makna istiwâ, Arsy, dan pembahasannya
meliputi sektor makna atau tafsir dalam Al-Qurʹan. Kemudian yang kedua
Mutasyâbih Lafzhî yang kajian di dalamnya mencakup pembahasan tentang
pengulangan ayat dalam al-Qurʹan yang memiliki kemiripan redaksi ataupun
maknanya. Dan dalam skripsi ini penulis membahas tentang Mutasyâbih
Lafzhî.
Kajian mengenai Mutasyâbih Lafzhî dianggap penting karena penulis
melihat bahwa: Pertama, pembahasan yang lebih sering dibahas dalam
Mutasyâbih Al-Qurʹan adalah kata Mutasyâbih yang menjadi lawan kata
Muhkâm, sedangkan Mutasyâbih Lafzhî sangat jarang sekali dibahas. Kedua,
permasalahan tentang Mutasyâbih Lafzhî juga sebenarnya menjadi hal yang
sangan penting bagi para Huffâzh Al-Qurʹan untuk memperhatikan setiap
susunan Lafazh ayat-ayat yang memiliki kemiripan redaksi sehingga tidak
keliru dalam menghafal dan memahami makna didalamnya. Dan ketiga,
permasalahan tentang Mutasyâbih Lafzhî juga sebenarnya justru telah
dikenal di kalangan ulama-ulama terdahulu. Dan mereka memiliki konsep
berbeda dalam memahami dan mengkaji Mutasyâbih Lafzhî. Dengan
demikian penulis mencoba mengkomparasikan permasalahan tentang
Mutasyâbih Lafzhî menurut pandangan Al-Kirmânî dalam Kitabnya al-
Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan dan az-Zarkasyî dalam Kitabnya al-Burhân
fî Ulûm Al-Qurʹan. karena keduanya memiliki pandangan yang berbeda
dalam mengkaji dan memahami Mutasyâbih Lafzhî yang menyebabkan
perbedaan konsep penjelasan dalam kitab masing-masing.
Adapun dalam kajian skripsi ini penulis berfokus dalam membahas
pengertian Mutasyâbih Lafzhî menurut pandangan al-Kirmânî dan az-
Zarkasyî dan mendeskripsikan konsep penjelasan keduanya dalam mengkaji
dan memahami Mutasyâbih Lafzhî, kemudian menganalisa persamaan dan
berbedaan pandangan al-Kirmâni dan az-Zarkasî tentang Mutasyâbih Lafzhî.
xvii
Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research,
yaitu suatu rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data
pustaka, dengan mendeskripsikan penjelasan dari beberapa pendapat ulama.
Dari penelitian ini penulis menemukan beberapa kesimpulan yaitu
dalam pengertian Mutasyâbih Lafzhî para ulama termasuk al-Kirmânî dan
az-Zarkasyî mendefinisikan dengan makna yang sama yaitu pengulangan
ayat dalam Al-Qurʹan yang memiliki kemiripan redaksi. Namun yang
menjadi perbedaan antara mereka adalah mengenai penempatan makna al-
Mukarrar atau Tikrâr dalam Al-Qurʹan. Terkait pembahasan al-Mukarrar
atau Tikrâr dalam Al-Qurʹan al-Kirmânî memasukan pembahasannya
kedalam permasalahan Mutasyâbih lafzhî karena antara keduanya sama-sama
memiliki unsur pengulangan. Sedangkan az-Zarkasyî tidak menggolongkan
al-Mukarrar ke dalam pembahasan Mutasyâbih lafzhî karena adanya
perbedaan maksud antara keduanya. Al-Mukarrar yang terjadi dalam Al-
Qurʹan biasanya memiliki arti yang sama dan bertujuan untuk menguatkan
makna. Sedangkan Mutasyâbih lafzhî biasa memiliki perbedaan tertentu dan
antara dua lafazh tidak sama susunannya. Hal ini juga yang menyebabkan
perbedaan konsep penjelasan keduanya dalam memahami Mutasyâbih Lafzhî.
Dalam konsep pembahasan kitab kedua kitab ini memiliki perbedaan.
Al-Kirmânî dengan kitabnya al-Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan
memeberikan penjelasan tentang pengulangan ayat-ayat Al-Qurʹan denga
rinci disertai penjelasan singkat tentang tafsirnya dengan demikian kitab ini
juga dikenal dengan sebutan kitab Asrâr at-Tikrâr fî Al-Qurʹan. sedangkan
az-Zarkasyî dalam Kitabnya al-Burhân fî Ulûm Al-Qurʹan hanya sedikit
menghimpun beberapa ayat yang memiliki kemiripan redaksi sesuai dengan
jumlah keserupaannya dalam Al-Qurʹan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qurʹan diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk
membawa kebenaran dan membenarkan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelumnya.1 Allah SWT. telah menetapkan pula Al-Qurʹan sebagai
mukjizat terbesar Nabi, maka dengan keutamaannya itulah Al-Qurʹan
mendapatkan perhatian yang sangat besar untuk diketahui dan dikaji
segala aspek kemukjizatannya.
Para ulama memiliki beragam pandangan dalam menentukan aspek
kemukjizatan Al-Qurʹan. Diantaranya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin
Sayyâr an-Nizam yang merupakan guru al-Jâhiz dan salah seorang tokoh
mu‟tazilah yang memandang bahwa kemukjizatan Al-Qurʹan adalah
dengan cara sirfah (pemalingan) yaitu Allah memalingkan kemampuan
orang-orang Arab untuk menentang Al-Qurʹan yang padahal sebenarnya
mereka mampu untuk menghadapinya maka pemalingan ini yang
dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa (mukjizat).2 Namun pendapat
ini kemudian banyak ditolak oleh Jumhȗr „Ulamâʹ karena dianggap
memiliki konotasi bahwa kemukjizatan Al-Qurʹan tersebut akan
menghilang dengan berakhirnya masa tantangan tersebut. Dan ini jelas
1 QS. Al-Maidah [5] : 48
2 Mannâ Khalil Al-Qaththân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013), Cet. ke-16, h. 375
2
bertentangan dengan ijma‟ umat bahwa kemukjizatan Rasȗlallah akan
tetap abadi dan tidak ada mukjizat yang abadi selain Al-Qurʹan.3
Adapun pandangan lain mengenai aspek kemukjizatan Al-Qurʹan
dapat dilihat dari sisi Balaghah-nya. Ini adalah pendapat ahli bahasa Arab
yang gemar akan bentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-
kata yang terjalin kokoh dengan retorika yang menarik. Al-Qurʹan
memberikan pemberitaan hal-hal gaib yang akan datang yang tidak dapat
diketahui kecuali oleh wahyu dan pemberitaan tentang hal-hal yang sudah
terjadi sejak masa penciptaan makhluk, yang tidak mungkin dapat
diterangkan oleh Nabi yang Ummi.4
Dengan hanya memperhatikan beberapa aspek kemukjizatan yang
telah disebutkan di atas itu tidaklah cukup bagi para ulama dan kita
sebagai umat Nabi untuk mengetahui keutamaan Al-Qurʹan karena masih
banyak sekali aspek keindahan Al-Qurʹan yang dapat kita kaji lebih
dalam.
Diantara sisi lain kemukjizatan Al-Qurʹan yang dapat kita lihat
adalah pesona kekayaan lafazh-lafazh Al-Qurʹan yang tersusun begitu
menarik dari setiap susunan kata, kalimat, bahkan keseluruhan ayat di
setiap surat-surat dalam Al-Qurʹan. Pembahasan mengenai aspek yang
satu ini berkenaan dengan sektor redaksi dalam Al-Qurʹan seperti
perhatian para ulama mengenai ayat-ayat Al-Qurʹan yang memiliki
kemiripan redaksi (Mutasyâbih Lafzhȋ).
Kata Mutasyâbih dalam Al-Qurʹan merupakan salah satu istilah
dalam bidang ilmu Al-Qurʹan yang sudah tidak asing lagi didengar.
3 Jalaluddin as-Suyȗthî, Al-Itqân fi „Ulȗmil Qur‟ân,(Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2007),
Cet I, jilid.4, h. 8 4 Mannâ Khalil Al-Qaththân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an ,h. 376
3
Namun secara garis besar makna Mutasyâbih yang sering
diperbincangkan di kalangan para mufassir Al-Qurʹan adalah istilah
Mutasyâbih yang menjadi lawan kata dari Muhkâm. Diantaranya seperti
yang dijelaskan oleh As-Suyȗthî dengan menyatakan bahwa ke-muhkâm-
an ayat dalam Al-Qurʹan adalah adalah ketelitiannya dan tidak adanya
kekurangan dan perselisihan terhadapnya, sedangkan ke-mutasyâbih-
annya adalah keadaannya yang saling menyerupai satu dengan yang
lainnya dalam hal kebenaran, kejujuran dan kemukjizatan.5
Menurut Manna‟ Al-Qaththân, Muhkâm adalah ayat yang mudah
diketahui maksudnya, pengertiannya mengandung satu wajah dan
maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan
keterangan lain, sedangkan Mutasyâbih hanyalah diketahui maksudnya
oleh Allah sendiri, dalam pengertiannya mengandung banyak wajah dan
memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain. Ini
merupakan pandangannya tentang makna Muhkâm dan Mutasyâbih dalam
pengertian khusus.6
Makna Mutasyâbih dalam Al-Qurʹan yang telah dipaparkan di atas
merupakan makna Mutasyâbih yang terkait dengan makna atau tafsir
dalam Al-Qurʹan dengan kata lain pengertian makna Mutasyâbih di atas
adalah pengertian secara khusus dan ini tidak termasuk dalam
pembahasan mengenai ayat-ayat Al-Qurʹan yang beredaksi mirip.
Adapun makna Mutasyâbih yang masuk dalam pembahasan sektor
redaksi adalah makna umum dari Mutasyâbih atau biasa disebut
Mutasyâbih Lafzhȋ. Menurut Manna‟ Al-Qaththân adalah bila salah satu
5 As-Suyȗthî, Al-Itqân fi „Ulȗmil Qur‟ân,(Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2008), Cet I,
Jilid.3, h. 1 6 Mannâ Khalil Al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2007), Cet.11, h. 305-306
4
dari dua hal serupa dengan yang lain. Dan Syubhah adalah keadaan
dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain
karena adanya kemiripan di antara keduanya secara konkrit maupun
abstrak.7
Maka, istilah Mutasyâbih yang dimaksud dalam pengertian
umum ini adalah terkait dengan lafazh dalam Al-Qurʹan yang mana dalam
bahasa Arab dijumpai kata – kata Syibh, Syabah, Syabih, dan sebagainya
dan kata Mutasyâbih juga berasal dari kata-kata tersebut. Adapun yang
dimaksud di sini adalah pembahasan tentang ayat yang beredaksi mirip
yaitu gaya dan susunan sejumlah firman Allah yang memiliki kesamaan
atau keserupaan ungkapan satu sama lain.8
Dalam Al-Qurʹan banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memiliki
redaksi yang serupa dalam susunan kalimatnya dan itu semua merupakan
bentuk dari kesempurnaan, kebagusan, dan banyak memberikan hikmah
di dalamnya. pernyataan ini didukung oleh QS.az-Zumar [39] : 23:
....
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu kitab
Al-Qurʹan yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-
ulang...”(QS.az-Zumar [39] : 23)
Para ulama seperti Ath-Thabari, Al-Qurthubî dan Quraish Shihab
menerjemahkan lafazh متشابها dengan kata Mutasyâbih dalam arti sesuatu
yang serupa dengan yang lain, serupa dalam mutunya sehingga sangat
7 Mannâ Khalil Al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, h. 304
8 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), Cet I, h.17
5
sulit untuk membedakannya,9 yaitu serupa hikmah ayat-ayatnya, tidak ada
perbedaan di dalamnya dan tidak ada kontradiksi.10
Kemudian ada pula
yang mengatakan serupa dengan kitab yang diturunkan kepada para Nabi
lainnya, sebab isinya berkisar antara perintah dan larangan, berita gembira
dan ancaman. Hanya saja Al-Qurʹan lebih menyeluruh dan agung.11
Adapun klasifikasi bentuk dari pada ayat-ayat yang beredaksi mirip
(Mutasyâbih Lafzhȋ) para ulama memiliki konsep yang berbeda-beda. ada
yang membagi sesuai dengan bentuk kata, tata letak kata dan tema kata
dalam satu ayat.
Diantara contoh ayat Al-Qurʹan yang beredaksi mirip adalah seperti
QS.Âli-„Imrân [3]:126. Yang redaksinya mirip dengan QS.Al-Anfâl
[8]:10 dengan redaksi sebagai berikut:
1. QS. Âli-„Imrân [3]:126.
“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu
melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan
agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu
hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(
QS. Âli-„Imrân [3]:126)
9 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), Cet.I, Vol. 12,
h. 217 10
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabarî, Tafsîr Ath-Thabarî (Jâmi‟ Al-
Bayân „an Ta‟wîl Ayi Al-Qur‟an), Terj. Misbah Dkk (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), Cet.I,
Jilid.22, h. 336-337. 11
Syaikh Imam Al-Qurthubî, Tafsîr Al-Qurthubî (Al-Jâmi‟ Li Ahkâm Al-Qur‟an),
Terj. Muhyiddin Mas Rida Dkk. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), Cet, I. Vol. 15, h. 584
6
2. QS.Al-Anfâl [8]:10
“Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu),
melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi
tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(QS.Al-Anfâl [8]:10)
Penjelasan perbedaan kedua ayat tersebut adalah :
a. Istbât لكم pada ayat pertama dan Hadzf لكم pada ayat kedua
Penggunaan لكم menunjukan informasi tentang kabar
kegembiraan yang ditujukan pada al-Mukhâthabȋn, adapun di Hadzf
kannya pada ayat kedua karena kata لكم telah disebut pada ayat
sebelumnya yaitu pada Al-Anfâl ayat 9 dengan kalimat تجاب ...فاس
sehingga cukup untuk tidak perlu menyebutkannya lagi padaلكم ...
ayat setelahnya. 12
b. Ta‟khȋr به pada ayat pertama dan Taqdȋm به pada ayat kedua
Ta‟khȋr به ini disandingkan dengan kisah kemenangan orang-
orang mu‟min yang menjadi al-Mukhâthabȋn langsung pada
penjelasan ayat ini, yaitu kisah yang menceritakan perang Uhud
yang terjadi. Adapun Taqdȋm به pada ayat kedua disandingkan
12
Mahmȗd bin Hamzah Al-Kirmânî, Asrâr at-Tikrâr fi Al-Qur`an, (Dâr Al-
Fadhîlah: Mesir. T.t), h. 92
7
kisah perang Badar yang mana al-Mukhâthabȋn pada ayat ini tidak
disebutkan secara langsung (Ghâibȋn).
c. Hadzf إنالله pada ayat pertama dan Istbât إنالله pada ayat kedua13
Hadzf الله pada ayat pertama ini karena ini menceritakan إن
perang Uhud yang mana pada saat itu jumlah mereka banyak,
semangat mereka pun sangat menggebu, sampai-sampai para
pemuda mendesak agar kaum muslim keluar menghadapi musuh,
keyakinan tentang turunnya malaikat pun tidak mereka ragukan.
Berbeda dengan kisah pada ayat kedua yang menceritakan tentang
perang Badar di mana keadaan mereka penuh kekhawatiran karena
mereka lemah pada jumlah pasukan dan perlengkapannya, mereka
juga sebelum Badar belum pernah berperang membela agama dan
belum pernah juga mendapatkan bantuan malaikat, maka dari itu
Istbât الله حكيم pada kalimat إن عزيز الله ini sebagai penekanan atas إن
keperkasaan dan kebijaksanaan Allah atas pertolonganNya yang
diturunkan kepada orang-orang muʹmin pada peperangan Badar.14
Dengan memperhatikan fungsi dari setiap penempatan kata dalam
Al-Qurʹan seperti contoh di atas, maka untuk memahami dan mengkaji ayat-
ayat mutasyâbih lafzhî ini merupakan hal penting yang perlu dipahami oleh
para pengkaji dan penghafal Al-Qurʹan dalam memahami perbedaan maksud
dan hikmahnya, karna setiap susunan kalimat dalam Al-Qurʹan memiliki
makna dan hikmah tersendiri dalam setiap susunan lafazhnya dan ini akan
membantu pemahaman para pengkaji dan penghafal Al-Qurʹan dalam
mendapatkan maksud dan fungsi dari setiap ayat Al-Qurʹan.
13
Al-Kirmânî, Asrâr at-Tikrâr fi Al-Qur`an, h. 93 14
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir,(Tanggerang: Lentera Hati, 2013), h.383
8
Nashruddin Baidan dalam karyanya yang berjudul Metode
Penafsiran Al-Qurʹan menjelelaskan di dalam ayat-ayat yang beredaksi
mirip terdapat perbedaan-perbedaan kecil, namun berpengaruh besar
terhadap konotasi ayat tersebut. Perbedaan-perbedaan itu ditemukan
dalam beberapa kategori; antara lain sebagai berikut:
1) Berbeda urutan letak kata.
2) Tidak sama jumlah kata yang digunakan. Suatu redaksi misalnya,
memakai kata dalam jumlah tertentu, sementara redaksi lain yang
mirip dengannya mempunyai jumlah kata yang lebih atau kurang
dari yang digunakan oleh redaksi yang pertama.
3) Berbeda letak kata depan (harf al-jarr): di muka atau di belakang.
4) Pemakaian kata tidak sama karena terjadi penggantian kata-kata
tertentu (ibdâl).15
Mengenai ayat mutasyâbih lafzhî As-Suyȗthî menjelaskan dalam
kitabnya Al-Itqân fȋ Ulȗmil Qurʹan bahwa ada beberapa ulama yang
menyusun permasalahannya dalam sebuah kitab tersendiri. Menurut As-
Suyȗthi yang pertama kali menyusun adalah Al-Kisâʹî yang dibuat
Nazhamnya oleh As-Sakhâwî dan kemudian penjelasannya di tulis oleh
al-Kirmânî di dalam kitabnya Al-Burhân fi Mutasyâbihil Qurʹân.16
Karya – karya terkait ayat yang beredaksi mirip (Mutasyâbih lafzhî)
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Karya yang menghimpun ayat-ayat beredaksi mirip.
2) Karya yang menjelaskan penafsiran ayat – ayat yang beredaksi
mirip.17
15
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, h. 24 16
As-Suyȗthî, Al-Itqân fi Ulȗmil Qur‟an, h. 553 17
Agus Imam Kharomen, Metode Alternatif Dalam Menafsirkan Ayat-Ayat
Beredaksi Mirip, (Ciputat Timur: Penerbit A-Empat, 2015), h. 53
9
Seperti yang telah dijelaskan oleh As-Suyȗthî diantara ulama yang
telah mengkaji dan mendalami tentang Mutasyâbih lafzhȋ dalam ayat-ayat
Al-Qurʹan adalah Mahmȗd bin Hamzah Al-Kirmânî. Beliau adalah
seorang ulama yang hidup pada masa kekhalifahan Ibnu Abbas. Beliau
merupakan ulama yang banyak menghasilkan karya-karya dibidang ilmu-
ilmu Al-Qurʹan. diantara karyanya adalah Kitab Asrâr at-Tikrâr fî Al-
Qurʹan yang lebih dikenal dengan Al-Burhân fî Taujîh Mutasyâbihil
Qurʹân. 18
Ulama lain yang menghimpun dan mengkaji Mutasyâbih lafzhȋ
diantaranya adalah Az-Zarkasyî dalam karyanyanya Al-Burhân fî Ulȗm
Al-Qurʹan. Pembahasan mengenai Mutasyâbih lafzhȋ dalam karyanya ini
dijelaskan dalam satu tema khusus „Ilmu al-Mutasyâbih.19
Kitab Asrâr at-Tikrâr fî Al-Qurʹân menerangkan tentang bagaimana
memahami ayat yang beredaksi sama atau mirip (Mutasyâbih lafzhȋ), dan
menjelaskan perbedaannya baik dari sisi mubtada‟ dan khabar, taqdȋm
dan ta`khȋr, mudhôf dan mudhôf ilaihi, atau pun dari sisi lain dalam
urutannya pada segi gramatikal bahasa Arab. Namun, kitab ini tidak
banyak dikenal karena sebagian memahami Mutasyâbih dalam artian
perumpamaan makna sebuah pemahaman yang lebih memerlukan
penjelasan terlebih dahulu sedangkan dalam kitab ini bukan hal itu yang
menjadi pokok pembahasan melainkan penjelasan tentang ayat-ayat Al-
Qurʹan yang mempunyai kemiripan redaksi.20
Kemudian az-Zarkasyî juga menjelaskan tentang Mutasyâbih Lafzhȋ
ini dalam satu bab „Ilmu Mutasyâbih‟. Dalam bab ini az-Zarkasyî
18
Al-Kirmânî, Asrâr at-Tikrâr fi Al-Qur`an, h. 15 19
Al-Imâm Badru Ad-Dîn Az-Zarkasyî, Al-Burhân fi „Ulȗm Al-Qur‟an,( Mesir :
Dâr Al-Hadîts). 2006, h.85 20
Al-Kirmânî, Asrâr at-Tikrâr fi Al-Qur`an, h. 19
10
mencoba menghimpun beberapa redaksi ayat-ayat Al-Qurʹan yang dinilai
memiliki keserupaan antara satu dengan yang lainnya.
Baik Al-Kirmânî maupun Az-Zarkasî keduanya memiliki
pandangan dan Konsep penjelasan yang berbeda dalam mengkaji
Mutasyâbih Lafzhȋ maka penulis merasa perlunya melakukan kajian
tentang ayat-ayat Mutasyâbih Lafzhȋ dengan melakukan studi
perbandingan antara Kitab Al-Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹân karya
Mahmud bin Hamzah Al-Kirmânî dan Kitab Al-Burhân fî „Ulȗm Al-
Qurʹân karya Al-Imâm Badru Ad-Dîn Az-Zarkasyî.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dibahas oleh penulis di atas, dapat
ditemukan beberapa masalah yang patut untuk dibahas, di antaranya
adalah:
a. Al-Qurʹan memiliki beragam aspek kemukjizatan seperti sisi
pemberitaan, sisi Balaghah dan juga indah pada semua sektor
redaksi yang diantaranya adalah ayat-ayat yang memiliki kemiripan
redaksi (Mutasyâbih Lafzhȋ).
b. Term Mutasyâbih memiliki dua aspek, yaitu Mutasyâbih Ma‟ nawȋ
dan Mutasyâbih Lafzhȋ , dan yang kedua ini jarang dibahas.
c. Mutasyâbih Lafzhȋ ( kemiripan redaksi) merupakan aspek
kemukjizatan yang memiliki urgensi sangat penting untuk
memahaminya terutama bagi para penghafal juga pengkaji Al-
Qurʹan dan tafsir.
d. Para ulama memiliki konsep yang beragam dalam menghimpun dan
mengkaji Mutasyâbih Lafzhȋ
2. Pembatasan masalah
11
Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
untuk menambah fokus dalam penelitian, maka penulis membatasi
pembahasan dengan melakukan studi perbandingan tentang
Mutasyâbih Lafzhȋ dalam pandangan Mahmud bin Hamzah Al-Kirmânî
dalam karyanya Al-Burhân fi Mutasyâbih Al-Qurʹan dan Al-Imâm
Badru Ad-Dîn Az-Zarkasyî dalam Karyanya Al-Burhân fi Ulȗm Al-
Qurʹan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalahnya yaitu:
a. Apa pengertian Mutasyâbih Lafzhȋ ?
b. Bagaimanakah Mutasyâbih Lafzhȋ menurut Al-Kirmânî dan Az-
Zarkasyî ?
c. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan Mutasyâbih Lafzhȋ
menurut pandangan Al-Kirmânî dan Az-Zarkasyî ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui maksud dari Mutasyâbih Lafzhȋ dalam Al-Qurʹan
yang memiliki kemiripan redaksi ataupun pengulangan redaksi
(Tikrâr).
b. Untuk mengetahui pembahasan Mutasyâbih Lafzhî menurut
pandangan Al-Kirmânî dan Az-Zarkasyî.
c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan pandangan antara
Mahmud bin Hamzah Al-Kirmânî dan Al-Imâm Badru Ad-Dîn Az-
Zarkasyî dalam mengkaji Mutasyâbih Lafzhî.
12
2. Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Penelitian ini secara formal disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana program starata satu (S-1)
pada Jurusan Tafsir Hadits.
b. Secara non-formal penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai perbedaan pandangan antara al-Kirmânî dan
Az-Zarkasyî dalam menghimpun dan mengkaji Mutasyâbih Lafzhȋ
untuk membantu para pengakaji dan penghafal Al-Qurʹan
memahami Mutasyâbih Lafzhȋ dalam Al-Qurʹan.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang ayat-ayat Mutasyâbihat ini sudah banyak dilakukan
oleh para peneliti. Namun pada umumnya yang dibahas dalam penelitian
tersebut membahas tentang ayat-ayat Mutasyâbihât lawan kata dari
Muhkamât. Beberapa karya yang membahas terkait hal ini diantaranya:
1. Nadia , Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jurusan
Humaniora 2010 dalam Tesisnya yang berjudul “Teori Mutasyâbih
Syaikh Zakaryya Al-Ansharî (Tahqîq dan Dirâsah Kitab Fath Ar-
Rahmân bi Kasyf mâ Yaltabis fî Al-Qur`an)”. Pembahasan dalam Tesis
ini adalah tentang teori Syaikh Zakariyya al-Ansharî dalam memahami
ayat Mutasyâbihât dan pengertian Mutasyâbihât yang diperluas dalam
pembahasan ini adalah Mutasyâbihât lawan kata Muhkamât bukan
berkaitan dengan pembahasan ayat-ayat yang beredaksi mirip.21
21
Nadia. Teori Mutasyabih Syaik Zakaryya Al-Ansharî (Tahqîq dan Dirâsah Kitâb
Fath Ar-Rahmân bi Kasyf Mâ Yaltabis fî Al-Qur`an). tesis. Uin Sunan Kalijaga Jurusan
Humaniora 2010
13
2. Dede Maria Ulfah, Mahasiswa Program S1 Institut Ilmu Al-Qurʹan
Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits 2011 dalam
Skripsinya yang berjudul “Metode Ulama Salaf dan Khalaf dalam
Memahami Ayat-Ayat Mutasyabihat (Studi Terhadap Metode Tafwîdh
dan Ta‟wîl Ayat-Ayat Tentang Sifat Allah )”. Dalam penelitiannya ini
penulis menjelaskan metode yang digunakan oleh para ulama dan
menjelaskan seperti pengertian Tafwîdh dan Ta‟wîl dalam memahami
ayat Mutasyâbihât.22
Metode ini juga yang sama dapat digunakan
untuk memahami ayat-ayat yang yang berkaitan dengan aqidah namun
konteks pembahasannya Sifat-sifat Allah dan ini tidak sama dengan
pembahasan yang akan dikaji oleh penulis yang pembahasannya
berfokus dengan mengkaji metode Al-Kirmânî dan Az-Zarkasyî dalam
menghimpun dan mengkaji ayat-ayat yang mirip dengan menganalisis
metode penulisan dan konsep pembahasan dari masing-masing karya
mereka.
3. Ach. Musta‟in, Mahasiswa Program Doktor Institut Agama Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya Program Studi Ilmu Ke-Islam-an
Konsentrasi Pemikiran Islam 2013 dalam Disertasinya yang berjudul
“Kontradiksi dalam Al-Qur‟an (Manhaj Tawfiqiy Ayat-Ayat
Muta'âridah dan Mukhtalifah)”. Pada disertasi ini dijelaskan bahwa
dalam Al-Qur`an terdapat istilah Mukhtalifah fî al-Khabar dipakai
untuk ayat-ayat yang beredaksi mirip dengan nada pemberitaan
(khabar). Al-Mukhtalifah fi al-Khabar punya banyak varian yang
secara ringkas dipilah menjadi tiga, yaitu : pertama, bi az-Ziyâdah wa
an-Nuqsân, yakni dengan penambahan kata (Ziyâdah al-Lafzh) dan
pengurangan (Nuqsân). Pada ayat yang satu ada lafazh tertentu dan
22
Dede Maria Ulfah, “Metode Ulama Salaf dan Khalaf dalam Memahami Ayat-
Ayat Mutasyabihat (Studi Terhadap Metode Tafwîdh dan Ta‟wîl Ayat-Ayat Tentang Sifat
Allah )”, Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta Jurusan Tafsir Hadits 2011
14
pada ayat yang lain lafazh tersebut ditiadakan. Kedua, bi at-Taqdîm wa
at-Ta‟khîr, yaitu dengan mendahulukan satu kata (Taqdîm) dan
mengakhirkan (Ta‟khȋr) yang lain. Kata yang sama, pada satu ayat
ditaruh di depan dari pada kata yang lain, namun di ayat yang lain
justru sebaliknya. Ketiga, bi at-tabdîl, yakni ada penggantian kata yang
berbeda pada ayat yang satu dengan ayat yang lain.23
Maka dengan penjelasan tersebut penelitian ini terfokuskan
dalam menghasilkan teori memahami ayat yang beredaksi mirip yang
terkadang dinilai kontradiksi namun sebenarnya tidak, ini berbeda
dengan skripsi yang akan disusun oleh penulis yang mana dalam
skripsi ini penulis mencoba mendeskripsikan perbedaan pandangan
antara Al-Kirmânî dan Az-Zarkasyî dalam menghimpun dan mengkaji
mutasyâbih lafzhî dalam Al-Qurʹan.
4. Kudsiah, S1 Institut Ilmu Al-Qurʹan Jakarta Fakultas Ushuluddin
Jurusan Tafsir Hadits 2016 dalam Skripsinya yang berjudul “Analisis
Ayat- Ayat Mutasyabihat Lafzhî Pada Kisah Nabi Musa a.s (Kajian
Telaah Tematik-Semantik) ”. penilitian pada skripsi ini Kudsiah
mencoba mengidentifikasi ayat-ayat Mutasyabih Lafzhî yang
bertemakan kisah Nabi Musa a.s. dengan menghimpun beberapa
ayatnya sesuai dengan bentuk redaksi seperti ibdâl, ziyâdah dan
nuqsân, taqdîm dan ta‟khîr juga redaksi khitâb dalam Al-Qurʹan,
dengan kemudian menjelaskan hikmah dari isi setiap ayat. Berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan, penulis akan
mengkomparasikan pandangan al-Kirmâni dan az-Zarkasyî mengenai
23
Ach Musta‟in. Kontradiksi dalam Al-Qur‟an (Manhaj Tawfiqiy Ayat-Ayat
Muta'âridah dan Mukhtalifah). Disertasi. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya Program Studi Ilmu Ke-Islam-an Konsentrasi Pemikiran Islam 2013
15
mutasyabih lafzhî dengan merujuk kepada masing-masing kitab kedua
ulama tersebut.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan penulis adalah Penelitian
Kepustakaan (Library Research) dan ini masuk pada jenis penelitian
kualitatif yang cenderung menganalisis data secara induktif. Penelitian
ini biasanya tidak memformulasikan suatu hipotesis lalu mengujinya
melainkan hanya melihat dan melaporkan sebagaimana adanya,
peneliti lebih banyak mengumpulkan data.24
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan penelitian ini
penulis menggunakan menggunakan beberapa sumber data yang
diklasifikasikan menjadi sumber data primer dan skunder. Adapun
sumber data primer yang digunakan penulis adalah:
a. Al-Qurʹan dan terjemahnya
b. Kitab Asrâr At-Tikrâr fȋ Al-Qurʹan - al-Burhân fȋ Taujȋh
Mutasyabih Al-Qurʹan.
c. Kitab Al-Burhân fȋ „Ulum Al-Qurʹan
Sumber data Sekunder yang digunakan penulis adalah:
a. Kaidah-kaidah penafsiran Al-Qurʹan
b. Kamus bahasa Arab-Indonesia
c. Buku-buku dan tulisan-tulisan yang memiliki relevansi dengan
pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini.
24
Prasetyo Irawan. Dkk, Metode Penelitian, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009),
Modul 8, h.5
16
3. Metode Pengumpulan Data
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
mana dalam metodologi penelitian kualitatif, ada berbagai metode
pengumpulan data/sumber yang biasa digunakan.
Jamesh Mc. Millan dan Sally Schumacer dalam Research in
Education; A Conceptual Introduction, paling sedikit ada empat
strategi pengumpulan data dengan multi-metode dalam penelitian
kualitatif, yaitu dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam,
studi dokumen dan artefak, serta teknik pelengkap.25
Dengan penjelasan diatas maka metode pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah metode studi dokumen (documentary study),
yaitu suatu metode pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisa dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar maupun
elektronik.
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis ayat-ayat yang dikaji penulis menggunakan
pendekatan komparatif (Muqârin). Metode pada pendekatan ini disebut
dengan metode perbandingan yang didefinisikan sebagai suatu metode
yang bersifat perbandingan dengan mengemukakan penafsiran ayat-
ayat Al-Qurʹan yang ditulis oleh mufassir.26
Maka dengan metode
komparatif ini penulis mengoleksi sejumlah ayat-ayat Al-Qurʹan, lalu
25
https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-
kualitatif/. Di unduh 26 juni 2017, 08.05 26
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur‟an Kontemporer dalam
Pandangan Fazlur Rahman, (Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta dan Sulthan Thoha Press,
2007), h. 52
17
dikaji dan diteliti penafsiran para pakar tafsir menyangkut ayat-ayat
tersebut dengan mengacu pada karya-karya tafsir yang mereka sajikan.
Pendekatan penelitian ini yang menjadi objek penelitian utama
penulis adalah membandingkan ayat-ayat yang beredaksi mirip
(Mutasyâbih Lafzhȋ) dengan memfokuskan penelitian pada
perbandingan pandangan dan metode antara al-Kirmânî dan az-
Zarkasyî. Maka langkah-langkah yang akan ditempuh adalah; (1)
Melacak dan mengoleksi ayat-ayat Al-Qurʹan yang redaksinya
mengandung kemiripan, sehingga dapat dibedakan mana yang mirip
dan yang tidak; (2) Memperbandingkan antara ayat yang memiliki
redaksi mirip tersebut, yang berbicara tentang satu kasus yang sama,
atau dua kasus yang berbeda dalam sebuah redaksi yang sama; (3)
Menganalisis pelbagai perbedaan yang ada redaksi ayat yang mirip itu
dari sudut konotasi ayat, penggunaan kata dan penataan ayat; dan (4)
Memperbandingkan opini mufasir tentang ayat yang menjadi objek
kajian.27
F. Teknik Dan Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada pedoman penulisan
skripsi, tesis dan disertasi Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) jakarta edisi
terbaru yang diterbitkan oleh IIQ Jakarta Press.
Kajian dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bab utama, yaitu
pendahuluan, isi dan penutup. Untuk memudahkan pemahaman maka
penulis menyajikan sistematika penulisan yang digambarkan melalui sub
bab, diantaranya:
27
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur‟an Kontemporer Dalam
Pandangan Fazlur Rahman, (Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta dan Sulthan Thoha
Press.2007), h. 52
18
Bab pendahuluan disusun dalam bab pertama yang berisi tentang
latar belakang masalah, Pembatasan dan rumusan masalah, Tujuan dan
kegunaan penelitian, Kajian pustaka, Metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Sedangkan untuk landasan teori dan isi penulisan dijelaskan dalam
Bab ke-2, ke-3 dan Bab ke-4. Adapun pembahasan dalam bab ke-2 terdiri
dari beberapa sub bab, yaitu: Definisi Mutasyâbih Lafzhȋ, Hikmah,
Urgensi dan faidah ilmu Mutasyâbih Lafzhȋ, perbedaan antara Mutasyâbih
Lafzhȋ dan Mukarrar, Sejarah dan perkembangan ilmu Mutasyâbih Lafzhȋ,
dan karya-karya para ulama tentang Mutasyâbih Lafzhȋ.
Pada bab ke-3 menjelaskan tentang profil Al-Kirmânî dan Az-
Zarkasyî kemudian uraian mengenai potret kitab Al-Burhân fî Mutasyâbih
Al-Qurʹan dan Al-Burhân fî „Ulȗm Al-Qurʹan kemudian pada bab ke-4
penulis mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang Mutasyâbih Lafzhȋ
menurut pandangan Al-Kirmânî dan Az-Zarkasyî. dan Pada bab akhir
penelitian ini yaitu bab ke-5 penulis memuat kesimpulan penelitian dan
saran-saran
113
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adanya perbedaan pandangan dalam penjelasan suatu
permasalahan tentulah merupakan hal yang biasa terjadi diantara para
ulama. Hal ini mungkin terjadi karena tujuan pembahasan dan
penjelasan ulama yang berbeda pada setiap karyanya. Begitu pula yang
terjadi antara al-Kirmânî dan az-Zarkasyî yang memiliki cara pandang
dan konsep yang berbeda dalam memahami Mutasyâbih Lafzhî. Dan
dalam penjelasan masing-masing pandangan al-Kirmânî dan az-
Zarkasyî diatas penulis menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut:
1. Pada pengertian Mutasyâbih Lafzhî secara istilah para ulama dan
demikian juga al-Kirmânî dan az-Zarkasyî memiliki pengertian
yang sama yaitu pengulangan ayat yang disertai kemiripan redaksi
antara keduanya . Namun terjadi perbedaan pandangan ketika
dikaitkan dengan permasalahan Tikrâr dalam Al-Qurʹan. Terkait
pembahasan al-Mukarrar atau Tikrâr dalam Al-Qurʹan al-Kirmânî
memasukan pembahasannya kedalam permasalahan Mutasyabih
lafzhi karena antara keduanya sama-sama memiliki unsur
pengulangan. Sedangkan az-Zarkasyî tidak menggolongkan al-
Mukarrar kedalam pembahasan Mutasyabih lafzhi karena adanya
perbedaan maksud antara keduanya. Al-Mukarrar yang terjadi
dalam Al-Qurʹan biasanya memiliki arti yang sama dan bertujuan
untuk menguatkan makna. Sedangkan Mutasyabih lafzhi biasa
memiliki perbedaan tertentu dan antara dua lafazh tidak sama
susunannya. Maka jelas keduanya dianggap berbeda.
114
2. Dalam metode penjelasan Mutasyabih lafzhi diantara ulama
melakukannya dengan menghimpun sesuai bentuk lafazh, tata letak
lafazh, dan tema ayat dalam Al-Qurʹan. Al-Kirmânî menggunakan
semua metode ini dengan dilengkapi penafsiran singkat dalam
pembahasannya. Berbeda dengan az-Zarkasyî yang menghimpun
beberapa ayat terkait Mutasyabih lafzhi sesuai dengan bentuk dan
tata letak lafazh yang disusun berdasarkan jumlah keserupaan
kalimatnya dalam Al-Qurʹan.
3. Adanya perbedaan jenis kitab yang menyebabkan berbeda pula
metode dan isi penjelasan antara keduanya. Al-Kirmânî menulis
kitab yang berjudul al-Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan sehingga
penjelasan di dalamnya dikhususkan mengenai pembahasan terkait
Mutasyabih lafzhi dan juga Tikrâr dalam Al-Qurʹan. Sedangkan az-
Zarkasyî menulis kitab al-Burhân fî ‘Ulûm Al-Qurʹan yang memang
di dalamnya ia juga menjelaskan permasalahan terkait Mutasyabih
lafzhi namun kitab ini memiliki penjelasan dengan bab-bab yang
banyak terkait ilmu-ilmu Al-Qurʹan. Dengan demikian ini bukan
merupakan kitab khusus yang menjelaskan Mutasyabih lafzhi.
4. Jika dilihat dari konsep penjelasan keduanya, al-Kirmânî dan az-
Zarkasyî sama-sama menggunakan metode Muqâran. Karna
Mutasyabih lafzhi manjadi salah satu objek kajian metode Muqâran.
Namun az-Zarkasyî tidak banyak melakukan perbandingan antara
beberapa ayat yang tergolong Mutasyabih lafzhi. Karena az-
Zarkasyî tidak menjelaskan penafsiran tiap ayat. Berbeda dengan al-
Kirmânî yang menjelaskan titik permasalahan pada Mutasyabih
lafzhi antar ayat sampai pada penjelasan singkat tafsir tentang ayat
yang dibahas.
115
B. SARAN
Setelah penulis menyimpulkan beberapa poin di atas, maka perlu
adanya saran sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan akan menarik perhatian para pengkaji dan
khususnya para penghafal Al-Qurʹan untuk kembali memperhatikan
setiap hikmah dari kajian Mutasyâbih Lafzhȋ.
2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kesempatan pada
penulis lain untuk membahas lebih lanjut dan lebih detail terhadap
setiap Mutasyâbih Lafzhȋ pada ayat-ayat Al-Qurʹan.
116
DAFTAR PUSTAKA
Âidîn. Mustafâ, Dirâsah Tahqîq wa Taʻlîq ʻÂlâ Durroh Al – Tanzîl Wa
Gurroh Al – Ta’wîl, Makkah: al-Mamlakah al-‘Arabiyyyah al-
Suʻûdiyyah Wizârah al-Taʻlîm al-ʻÂlî, 2001.
Al-Ajhuȗrȋ , Athiyyah ibn Athiyyah, Irsyâd ar-Rahmân Fi Asbâb an-Nuzȗl
Wa an-Nâsikh wa al-Mansȗkh Wa al-Mutasyâbih wa Tajwȋd al-
Qur’an,(Dar ibn Hazm : Maroko)
A’yun, Qurrata, Repetisi Frasa Yaghfiru Liman Yasya’ Wa Yuadzdzibu Man
Yasya’ Dalam Al-Qur’an, (Skripsi Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta:
2017)
Al-Badar. ʻAbd al-Muhsîn bin Hamad al-ʻAbbâd, Âyât Mutasyâbihat al-
Fâzh fî al-Qurʹân wa Kaifa Tamyîz Bainahâ, Riyadh :Dâr-Fadhîlah,
2001.
Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2001.
Faris. Ibnu, Maqâyis Al-Lughah, Mesir : Dâr al-Hadits, 1429 H.
Hakim. Baqir, Ulûm Al-Qurʻan, terj. Nashirul Haq.dkk , Jakarta:Al-Huda,
2006.
Https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-
penelitian-kualitatif/.
Http://majles.alukah.net/t53000/
Https://wadod.org/vb/showthread.php?t=5331
Http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=320353
Http://www.dr-alawni.com/users.articles.php?show=2#_ftn1
Ibnu Manzhûr, Muhammad, Lisân Al-‘Arab, Mesir: Dâr al-Hadîts, 2003
117
Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis
Dan Disertasi, IIQ Press: Jakarta, 2011.
Irawan , Prasetyo, Dkk, Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka,
2009.
Kharomen , Agus Imam, Metode Al-Ternatif Dalam Menafsirkan Ayat-ayat
Beredaksi Mirip, Ciputat Timur: Penerbit A-Empat, 2015.
Al-Kirmani, Mahmud Bin Hamzah, Asrar At-Tikrar Fi Al-Qur`an, (Dar Al-
Fadhilah: Mesir)
-------, Gharaib at-Tafsir wa ‘Ajâib at-Taʹwîl, (jeddah: dar al-Qiblah li ats-
Tsaqafah al-Islamiyyah, T.tp)
-------, Khath al-Mashahif, (T.p, 2012)
Kudsiah, Analisis Ayat-Ayat Mutasyabihat Lafzhi Pada Kisah Nabi Musa
A.S (Kajian Telaah Tematik-Semantik), Skripsi Institut Ilmu Al-QurʹAn
Jakarta 2016.
Maria Ulfah, Dede, Metode Ulama Salaf Dan Khalaf Dalam Memahami
Ayat-Ayat Mutasyabihat (Studi Terhadap Metode Tafwidh dan Ta’wil
ayat-ayat Tentang Sifat Allah )”, Skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta Jurusan Tafsir Hadits 2011.
Munawwir, A.W., Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997
Musta’in, Ach, Kontradiksi Dalam Al-Qur’an (Manhaj Tawfiqiy Ayat-Ayat
Muta'aridah dan Mukhtalifah), Disertasi Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya Program Studi Ilmu Ke-Islam-An Konsentrasi
Pemikiran Islam 2013.
Nadia, Teori Mutasyabih Syaik Zakaryya Al-Anshari (Tahqiq Dan Dirasah
Kitab Fath Ar-Rahman Bi Kasyf Ma Yaltabis Fi Al-Qur`An), tesis Uin
Sunan Kalijaga Jurusan Humaniora 2010.
Al-Qattân, Mannâ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2007.
118
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi (Al-Jami’ Li Ahkam Al-
Qur’an), Terj. Muhyiddin Mas Rida Dkk, Jakarta : Pustaka
Azzam,2009.
Ar-Râzȋ , Muhammad ibn Abi Bakr ibn ‘Abd al-Qadir, Gharâib ay at-Tanzȋl,
(Musthafa al-babi al-halabi )
Ar-Rumi, Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Udaba, (Dar Al-Gharbu Al-Islami,
Juz 6)
As-Sakhâwî, Hidayah al-Murtâb, beirut : Dâr al-Fikr, 1994.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
-------, Dkk. Ensiklopedi Al-Qur’an, Jakarta : Yayasan Bimantara, 1997.
-------, Kaidah Tafsir, Tanggerang : Lentera Hati, 2013.
As-Suyuthi. Jalaluddin, Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an,Surabaya: PT.Bina Ilmu,
2008.
Syukri Saleh , Ahmad, Metodologi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Dalam
Pandangan Fazlur Rahman, Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta dan
Sulthan Thoha Press, 2007.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir, Tafsir Athabari (Jami’ Al-
Bayan An Ta’wil Ayi Al-Qur’an), Terj. Misbah Dkk, Jakarta : Pustaka
Azzam,2009.
Ats-Tsabt. Khâlid bin ‘Utsmân, Qawâ’id at-Tafsîr jam’an wa dirâsatan, t.t,
Dâr- Ibnu ‘Affân, t.tp.
W. Al-Hafidz . Ahsin, Kamus Ilmu Al-Qur’an , jakarta: Amzah, 2006.
Az-Zarkasyi , Badru Ad-Din, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Dar at-Turast,
Juz 1, 2008)
-------, Tasynîf al-Masâmi’, ( T.tp. Maktab Qurtubah.T.t)
119
-------, al-Mantsȗr fi al-Qawâ’id Fiqhu asy-Syâfi’î, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah. 2000)
-------, al-Bahr al-Muhîth fi Ushul al-Fiqh, (Tp, 1992)
Top Related