BBM 3:
PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT
PENDAHULUAN
Setiap masyarakat manusia selama hidupnya, di mana pun, pasti akan
mengalami perubahan. Perubahan itu merupakan akibat dari adanya interaksi
antarmanusia dan antarkelompok. Akibatnya, di antara mereka terjadi proses
saling mempengaruhi yang menyebabkan perubahan sosial.
Ini berarti perubahan sosial tidak bisa kita elakkan. Apalagi di zaman yang
terbuka ini, kemajuan teknologi yang amat pesat telah membawa berbagai macam
pengaruh baik dari dalam maupun dari luar. Semua pengaruh itu begitu mudah
hadir di tengah-tengah kita. Lambat laun tanpa disadari kita telah mengadopsi
nilai-nilai baru tersebut. Perubahan yang terjadi di masyarakat bisa berupa
perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di masyarakat, pola-pola
perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan maupun kelas-kelas dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi
sosial, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, perubahan sosial bisa meliputi
perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat.
Walau demikian, pengaruh perubahan tersebut pada diri manusia bisa
terbatas maupun luas, bisa cepat atau lambat. Perubahan bukanlah semata-mata
berarti suatu kemajuan, namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang
kehidupan tertentu. Dengan demikian, perubahan sosial merupakan
ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda yang ada di masyarakat sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya.
Pada BBM ini, Anda akan dibawa untuk memahami perubahan sosial yang
menyangkut proses dan dampaknya. Sehingga dengan memahaminya, Anda
sebagai anggota masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi segala perubahan
dan menjadi bagian dari perubahan, tentunya perubahan pada kemajuan.
Setelah mempelajari BBM ini, secara khusus Anda diharapkan dapat:
1. Wujud perubahan sosial
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial
3. Proses perubahan sosial
4. Dampak perubahan sosial
Untuk membantu Anda mencapai tujuan tersebut, BBM ini dibagi ke
dalam empat Kegiatan Belajar (KB) yang harus Anda pelajari, yaitu:
1. Wujud perubahan sosial
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial
3. Proses perubahan sosial
4. Dampak perubahan sosial
Untuk mempelajari BBM ini, sebaiknya Anda perhatikan petunjuk berikut.
1. Pahami BBM ini dengan seksama, baik isi maupun tujuannya, sehingga Anda
dapat mencapai tujuan yang diharapkan sebagai hasil belajar.
2. Setelah Anda merasa memahami, kemudian kerjakan latihan atau tugas yang
terdapat dalam BBM ini sesuai dengan petunjuknya.
3. Tuntaskan mempelajari Kegiatan Belajar 1 sehingga Anda benar-benar
memahaminya, untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan mempelajari
Kegiatan Belajar 2, dan seterusnya.
4. Masyarakat dan lingkungan sekitar Anda merupakan sumber belajar yang
nyata dan tepat dalam mempelajari modul ini. Tentunya pengetahuan Anda
juga harus diperkaya dengan sumber belajar lain yang dapat diambil dari
buku-buku pedoman, surat kabar dan majalah, media elektronik seperti radio
televisi, dan internet, termasuk pengalaman teman.
5. Diskusikan dengan teman atau tutor apabila Anda menemui kesulitan, karena
melalui diskusi dan kerja kelompok dapat meringankan Anda untuk mengatasi
dan menyelesaikan semua tugas dalam mempelajari modul ini.
6. Setiap akhir kegiatan, jangan lupa untuk mengisi soal yang terdapat dalam
BBM ini.
Agar dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan Anda dalam mempelajari
BBM ini, cocokkan jawaban hasil pengisian latihan dengan kunci jawaban yang
tersedia.
Selamat belajar dan semoga sukses!
Kegiatan Belajar 1:
WUJUD PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala
sosial yang ada di masyarakat; dimulai dari yang bersifat individual hingga yang
lebih kompleks. Perubahan sosial juga dapat dilihat dari segi gejala-gejala
terganggunya kesinambungan diantara kesatuan sosial, walaupun keadaannya
relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan
semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau
komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.
Adanya pengenalan teknologi, cara mencari nafkah, migrasi, invensi
(penerapan), pengenalan ide baru dan munculnya nilai-nilai sosial baru untuk
melengkapi ataupun menggantikan nilai sosial yang lama, merupakan beberapa
contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan. Dengan demikian, perubahan
sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda dari
keadaan sebelumnya.
Agar lebih memahami tentang perubahan sosial, beberapa pengertian dari
sosiolog di bawah ini dapat Anda jadikan sebagai batasannya.
William F. Ogburn, mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan material maupun immaterial, yang ditekankan pada
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.
Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan
seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan
politik.
Mac Iver, mengartikan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam
hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
GilIin & Gillin, mengartikan perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya
ditusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Selo Soemardjan, merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial merupakan suatu wujud dinamika yang menjadi inti jiwa
masyarakat. Dengan demikian, masalah-masalah perubahan sosial telah menjadi
topik yang menarik bagi banyak sosiolog modern, terutama dalam hubungannya
dengan pembangunan ekonomi yang diusahakan oleh banyak masyarakat negara-
negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah Perang Dunia ke II.
Perubahan sosial itu didorong oleh rangsangan terhadap kemauan untuk
bertindak. Kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan sosial menurut
Margono (dalam Taneko) bersumber pada :
1) Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan untuk
situasi yang lain;
2) Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara yang ada dan yang seharusnya
bisa ada;
3) Adanya tekanan dari luar seperti kompetisi, keharusan menyesuaikan diri, dan
lain-lain;
4) Kebutuhan dari dalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan, misalnya
produktivitas dan lain-lain.
Perubahan yang paling awal dapat muncul dari adanya kebutuhan setiap
individu sebagai anggota masyarakat dalam menanggapi lingkungannya.
Akibatnya terjadi interaksi sosial antar individu. Baik antarwarga masyarakat
setempat maupun dengan warga masyarakat lain yang saling mempengaruhi.
Menurut Bonner Interaksi sosial adalah suatu hubungan diantara dua individu
atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dalam interaksi sosial
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti imitasi, sugesti, identifikasi,
dan simpati. Keempat faktor itulah individu memilih untuk melakukan interaksi
sosial, yang hasilnya menanggapi setiap gerak kehidupan dalam masyarakat.
Tanggapan anggota masyarakat terhadap gejala yang ada di lingkungannya
terutama dalam menanggapi tradisi yang berlaku.
Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat, disebabkan oleh masyarakat
itu sendiri yang menginginkan perubahan. Perubahan Juga dapat terjadi karena
adanya dorongan dari luar yang mempengaruhi kehidupan, sehingga masyarakat
secara sadar ataupun tidak, akan mengikuti perubahan. Perubahan menyangkut
kehidupan manusia, atau terkait dengan lingkungan kehidupannya yang berupa
lingkungan fisik, alam, dan sosial, Hal itu disebut perubahan sosial.
Perubahan sosial cepat atau lambat senantiasa akan terjadi dan tidak bisa
dihindari. Hanya saja perubahan tersebut tergantung pada masyarakat sendiri yang
menentukannya. Perubahan dapat berarti suatu perkembangan ke arah yang
sesuai dengan tujuan, atau juga tidak sesuai dengan yanghendak dicapai. Untuk itu
kita perlu mengetahui mengapa perubahan dapat terjadi, dan mengapa masyarakat
perlu menanggapi atau menyesuaikan dengan perubahan.
Perubahan sosial dapat terjadi dalam segala bidang yang wujudnya dapat
dibagi menjadi beberapa bentuk. Berikut ini Soekanto mengemukakan beberapa
bentuk perubahan sosial, yaitu:
1) Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
Apabila perubahan terjadi secara lambat, maka akan mengalami rentetan
perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam jangka waktu yang
cukup lama, perkembangan perubahan ini termasuk ke dalam evolusi.
Perubahan secara evolusi ini dapat diamati berdasarkan batas waktu yang lalu
sebagai patokan atau tahap awal sampai masa sekarang yang sedang berjalan.
Sedangkan penentuan kapan perubahan itu terjadi, tergantung pada kita sendiri
menentukan tahap awal atau patokan waktu tertentu. Perubahan sosial yang
terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, umumnya disebut revolusi. Seperti yang terjadi di Eropa yaitu
revolusi industri yang menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses
prosuksi barang-barang industri. Akibatnya mengubah sendi-sendi kehidupan.
Seperti juga isi Proklamsi 17 Agustus 1945 merupakan perubahan yang
mendasar mengenai pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2) Perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar.
Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang mempengaruhi
unsur-unsur kehidupan masyarakat. Akan tetapi perubahan ini dianggap tidak
memiliki arti yang penting dalam struktur. Seperti perubahan mode pakaian.
Perubahan yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat mempenga-
ruhi lembaga-lembaga masyarakat, misalnya perubahan jam kerja bagi
pegawai negeri sipil yaitu dari jam 08.00 sampai jam 16.00 dan hari Sabtu
merupakan hari libur. Perubahan membawa pengaruh terhadap pendidikan
keluarga di rumah apalagi bagi suami istri yang bekerja, maka pendidikan
anak diserahkan pada orang lain.
3) Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.
Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang memang telah
direncanakan sebelumnya terutama oleh pihak yang memiliki wewenang
untuk mengeluarkan kebijaksanaan. Misalnya penerapan program Keluarga
Berencana untuk membentuk keluarga kecil yang sejahtera. Selain itu, di
samping menurunkan angka pertumbuhan penduduk. Perubahan yang tidak
dikehendaki umumnya beriringan dengan perubahan yang dikehendaki.
Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka sumber
alam desa akan mudah dipasarkan ke kota, sehingga tingkat kesejahteraan
penduduk desa menjadi terangkat. Tetapi lancarnya hubungan desa dengan
kota menyebabkan mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan
masuknya budaya kota terutama yang bersifat negatif, seperti mode yang
dipaksakan, minuman keras. VCD porno, dan keinginan penduduk desa untuk
memiliki barang-barang yang besifat konsumtif bertambah besar, dll.
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat atau
perubahan menjadi kemajuan/kemunduran masyarakat, tergantung keadaan
masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan. Berdasarkan hal itu, maka
perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut.
1) Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan, dan
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh
kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Sebagaimana wujudnya, perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu
kemajuan sehingga masyarakat menjadi berkembang. Atau sebaliknya perubahan
sosial menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran. Adapun
kemunduran atau kemajuan suatu masyarakat disebabkan juga karena perubahan
sosial. Apabila muncul inovasi baru dengan kualitas tinggi, maka akan terjadi
proses perubahan yang sangat cepat. Sebaliknya dari itu, mungkin perubahan yang
terjadi di masyarakat “seperti jalan di tempat”. Misalnya keadaan masyarakat
berubah, tetapi perubahan tersebut tidak meningkatkan atau menurunkan kualitas
hidup mereka. Keadaan sosial baru dengan masuknya televisi, teknologi baru,
atau peraturan baru tidak mempunyai kualitas inovasi tinggi apabila masyarakat
menganggapnya hanya mengganti keadaan yang lama. Akibatnya proses
perubahan ke arah kemajuan disebut lambat. Hal itu disebut perubahan sirkuler
(berputar-putar tanpa menimbulkan pengaruh). Apabila dibiarkan tanpa adanya
campur tangan pemerintah, maka akan sampai pada kemacetan pembangunan
(stagnasi). Akibatnya terjadi proses pelapukan kebudayaan atau peradaban
masyarakat menjadi menurun. Karena itu, maju mundurnya suatu masyarakat
akan tergantung pada masyarakat itu sendiri dalam menanggapi setiap gejala
perubahan terhadap lingkungannya.
Perubahan sosial ke arah kemajuan merupakan perubahan yang diinginkan
setiap masyarakat. Adakalanya perubahan sosial tidak diinginkan, karena
perubahan tersebut bagi kelompok masyarakat tertentu dianggap dapat
mengganggu kehidupan yang telah mapan. Perubahan sosial dapat pula
mengakibatkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan nilai di masyarakat.
Dengan demikian, ada beberapa faktor yang cukup berperan dan berpengaruh
terhadap diterima atau tidaknya suatu perubahan oleh masyarakat, antara lain:
1) Adanya sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal yang baru jika
masyarakat itu sendiri mengadakan kebiasaan berhubungan dengan
kebudayaan lain.
2) Suatu unsur baru dapat diterima oleh suatu masyarakat jika unsur baru itu
tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya.
3) Corak struktur sosial masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur
kebudayaan baru. Struktur sosial yang otoriter akan sulit menerima
kebudayaan baru, kecuali kalau sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh rezim
yang berkuasa.
4) Suatu unsur kebudayaan baru akan dapat diterima oleh suatu masyarakat jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang melandasinya.
5) Unsur baru dapat diterima jika memiliki skala kegiatan yang terbatas dan
terbukti kegunaannya oleh warga masyarakat.
Adanya perubahan sosial merupakan suatu hal yang wajar dan akan terus
berlangsung sepanjang manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat
baik yang bersifat materil maupun immaterial sebagai cara untuk menjaga
keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
dinamis. Seperti misalnya unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis atau
kebudayaan.
Para sosiolog berpendapat tentang perubahan sosial bahwa ada kondisi-
kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi
yang dimaksud antara lain: kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis,
ataupun biologis. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada
aspek kehidupan sosial lainnya. Beberapa teori yang menjelaskan sebab-sebab
mengapa terjadi perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh pemikiran
Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim
dan Ferdinand Tonnies.
Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi mempengaruhi cara
pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja.
Sedangkan Tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat
sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe
masyarakat besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan impersonal.
Tonnies tidak yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut selalu membawa
kemajuan. Bahkan dia melihat adanya fragmentasi sosial (perpecahan dalam
masyarakat), individu menjadi terasing, dan lemahnya ikatan sosial sebagai akibat
langsung dari perubahan sosial budaya ke arah individualisasi dan pencarian
kekuasaan. Gejala itu tampak jelas pada masyarakat perkotaan.
Teori ini masih belum memuaskan banyak pihak karena tidak mampu
menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat berubah. Teori ini
hanya menjelaskan bagaimana proses perubahan terjadi.
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok
tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial.
Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa
konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh
dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua
perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. la yakin
bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat.
Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik, yaitu konflik sosial dan
perubahan sosial, selalu melekat dalam struktur masyarakat.
c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai
ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi
mempengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang
tingkatnya moderat.
Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn berusaha menjelaskan
perubahan sosial dalam kerangka fungsionalis ini. Menurutnya, meskipun unsur-
unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja
berubah dengan sangat cepat sementara unsur lainnya tidak secepat itu sehingga
'tertinggal di belakang'. Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan sosial dan
budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah
lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya
pada masyarakat.
Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada
perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan, norma, nilai-nilai yang
mengatur masyarakat sehari-hari. Karena itu, dia berpendapat bahwa perubahan
teknologi seringkali menghasilhn kejutan budaya yang pada gilirannya akan
memunculkan pola-pola perilaku yang baru, meskipun terjadi konflik dengan
nilai-nilai tradisional. Contoh: Ketika alat-alat kontrasepsi pertama kali
diluncurkan untuk mengendalikan jumlah penduduk dalam program keluarga
berencana (KB), banyak pihak menentang program itu karena bertentangan
dengan nilai-nilai agama serta norma yang berlaku di masyarakat pada waktu itu.
Namun, lambat laun masyarakat mulai menerima dan menerapkan kehadiran
teknologi baru tersebut karena bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan
penduduk yang tak terkendali.
d. Teori Siklus (Cyclical Theory)
Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam
melihat perubahan sosial karena beranggapan babwa perubahan sosial tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang-orang ahli sekalipun.
Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Kebangkitan dan
kemunduran suatu peradaban {budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak
selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.
Oswald Spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap masyarakat berkembang
melalui empat tahap perkembangan seperti pertumbuban manusia, yaitu: masa
kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. la merasa bahwa masyarakat barat telah
mencapai masa kejayaannya pada masa dewasa, yaitu selama zaman pencerahan
(renaissance) abad ke-18. Sejak saat itu tidak terelakan lagi peradaban barat mulai
mengalami kemunduran menuju ke masa tua. Tidak ada yang dapat menghentikan
proses ini. Seperti yang terjadi pada peradaban Babilonia, Mesir, Yunani, dan
Romawi yang terus mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh.
Teori-teori yang berkaitan dengan arah perubahan sosial telah diringkas
Moore dalam bentuk diagram-diagram sederhana, sebagai berikut:
Agar Anda lebih memahami uraian di atas, cobalah untuk mengerjakan tugas dan latihan di bawah ini!
PERA
DABA
N
WAKTU
(1)Evolusi rektilinier yang sederhana
TAHA
P PE
RADA
BAN
WAKTU
(2)Evolusi melalui
tahap-tahap
PERA
DABA
N
WAKTU
(3)Evolusi yang terjadi denganTahap kelajuan yg tdk serasi
TAHA
P PE
RADA
BAN
WAKTU
(4)Evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemunduran-kemunduran jangka pendek
PERT
UMBU
HAN
KEBU
DAYA
AN
WAKTU
(5)Evolusi bercabang yang
mewujudkan pertumbuhan dan kebhinekaan
TIPE
-TIP
E PE
RADA
BAN
WAKTU
(6)siklus-siklus yang tidak
mempunyai kecenderungan-kecenderungan
PERA
DABA
N
WAKTU
(7)Pertumbuhan logistik yang digambarkan oleh populasi
ANG
KA K
EMAT
IAN
WAKTU
(8)Pertumbuhan logistik terbalik yang tergambar dari angka
kematian
PENE
MUA
N-PE
NEM
UAN
WAKTU
(9)Pertumbuhan eksponensial
yang tergambar dari penemuan-penemuan baru
PERA
DABA
N
WAKTU
(10)Primitivisme
TUGAS
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Kegiatan Belajar 2:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERUBAHAN SOSIAL
Terjadinya perubahan sosial dilakukan masyarakat bersumber dari
masyarakat itu sendiri dan dari luar. Walaupun perubahan sosial dipengaruhi oleh
bebe-rapa faktor yang berasal dari luar, tetapi masyarakatlah yang akan
melaksanakan perubahan. Karena itu, perubahan sosial dapat terjadi karena
adanya faktor yang saling mempengaruhi baik dari masyarakat sendiri maupun
dari masyarakat lain. Dengan demikian, masyarakatlah yang menerima dan
melaksanakan perubahan.
Masyarakat secara sadar mengetahui perubahan yang terjadi dalam
kehidupannya. Misalnya, masuknya listrik ke pedesaan mempengaruhi
perkembangan industri, seperti : kerajinan akan bertambah maju karena produksi
dapat dilakukan pada malam hari. Masuknya televisi ke desa (yang dapat
menangkap siaran TV swasta) menyebabkan orang desa menikmati hiburan setiap
malam, dll.. Akibat-nya masuknya listrik ke pedesaan membawa perubahan besar
dalam tata kehi-dupan penduduknya yang meliputi peningkatan industri pedesaan,
kepuasaan menikmati hiburan setiap malam, informasi iklan dll. Tetapi dengan
adanya listrik masuk desa secara tidak sadar akan membawa perubahan-perubahan
yang justru dapat merugikan mereka. Misalnya, tayangan iklan di tv swasta akan
mempengaruhi pola konsumtif penduduk desa yang selalu ingin mencoba
membelinya. Persaingan dalam mode pakaian, kebutuhan yang terus meningkat,
kebrutalan dan cara-cara melakukan kejahatan seperti pada tayangan film
mempengaruhi pemuda desa untuk menirunya, juga kegemaran akan musik yang
berasal dari barat, dll.
Berikut ini beberapa faktor perubahan yang bersumber dari masyarakat itu
sendiri dan dari luar masyarakat atau dari masyarakat lain, yaitu :
1. Perubahan kependudukan
Jumlah Penduduk yang terus meningkat akan menambah kebutuhan akan
beberapa fasilitas yang mendukung kehidupan mereka, seperti fasilitas
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dll. Apabila jumlah anak dalam keluarga
cukup besar, maka hak atas warisan akan semakin berkurang, karena terbagi
berdasarkan jumlah anak. Akibatnya pemilikan tanah di pedesaan akan semakin
berkurang. Penduduk yang terus bertambah memerlukan lapangan-lapangan kerja
baru, sedangkan di desa lapangan kerja yang utama hanya di bidang pertanian.
Karena desa tidak mampu menyediakan lapangan kerja baru, dan sumberdaya
alam pedesaan yang terbatas tidak mampu menampung tenaga kerja, maka
penduduk banyak yang mengadu nasib untuk bekerja di kota.
2. Penemuan-penemuan baru
Penemuan baru merupakan proses sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam
jangka waktu yang relatif cepat disebut inovasi atau innovation. Penemuan
tersebut kemudian memiliki guna dan manfaat bagi masyarakat, sehingga tata
kehidupan masyarakat mengalami perubahan. Di samping inovasi terdapat pula
discovery yang artinya, penemuan dari unsur-unsur kebudayaan yang baru. Baik
berupa alat baru atau berupa ide baru atau suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari
warga masyarakat. Discovery merupakan pengembangan dari penemuan yang
sudah ada kemudian disempurnakan. Apabila hasil penyempurnaan atau
pengembangan penemuan tersebut (discovery) diakui manfaatnya oleh
masyarakat, maka dinamakan invention. Berikut ini contoh dari inovasi, discovery
dan invention, yaitu : Ditemukannya mesin cetak membawa perubahan bagi
masyarakat, terutama dalam hal penggandaan buku-buku ilmu pengetahuan. Hal
itu menyebabkan juga masyarakat mengetahui akan kebenaran-kebenaran ilmiah
dan mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak dikenal, penemuan tersebut
dinamakan inovasi. Tetapi alat cetak tersebut sifatnya kaku, karena huruf yang ada
pada mesin cetak tidak dapat diubah-ubah yaitu satu lempengan untuk satu
halaman, maka orang menemukan kembali alat pencetak yang hurupnya dapat
diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan agar pencetakan dapat lebih diperbanyak
lagi, hal itu disebut discovery. Tetapi penemuan yang sudah ada dikombinasikan
dengan berbagai alat bantu, sehingga mempermudah pencetakan-pencetakan
berbagai buku, surat khabar dll. Alat percetakan ini tidak hanya digunakan oleh
penemunya melainkan dipasarkan ke berbagai tempat karena masyarakat
mengetahui manfaat dari alat tersebut, maka proses ini dinamakan invention atau
invensi.
Apabila kita amati perkembangan penemuan baru, tampaknya ada
pendorong bagi masyarakat atau individu untuk menyempurnakannya agar
penggunaan penemuan tersebut menjadi lebih mudah dan bermanfaat, sehingga
akan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain.
3. Pertentangan (konflik)
Pertentangan dalam masyarakat dapat menimbulkan perubahan sosial.
Pertentangan dapat terjadi antara kelompok tua yang konservatif dengan
kelompok pemuda yang dinamis. Pertentangan ini sering terjadi pada masyarakat
yang sedang berkembang dan masyarakat tradisional yang sedang menuju
masyarakat modern yang lebih kompleks. Pertentangan selain terjadi antar
kelompok juga dapat terjadi antara individu dengan kelompok. Misalnya, seorang
membawa nilai-nilai baru mengenai penundaan usia perkawinan pada masyarakat
tradisional yang sering melaksanakan perkawinan usia muda. Tentu saja
gagasannya akan ditentang, karena masyarakat merasa nilai yang ada sudah
mapan sehingga tidak perlu diubah. Usaha agar masyarakat meneri-ma nilai
tersebut memerlukan waktu yang lama. Karena kesadaran akan penun-daan
perkawinan umumnya tergantung pada tingkat pendidikan di masyarakat. Apabila
tingkat pendidikan di masyarakat tinggi maka usia perkawinan dilakukan setelah
anak menyelesaikan sekolah lanjutan (minimal SLA).
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam tubuh masyarakat itu
sendiri
Pemberontakan yang terjadi di masyarakat, baru-baru ini dapat kita ketahui
melalui surat khabar, radio atau televisi akan membawa perubahan-perubahan
politik di negara bersangkutan, seperti yang terjadi di Srilangka pemberontakan
dilakukan oleh Suku Tamil, pemberontakan di India dilakukan di daerah Kashmir,
pernyataan kemerdekaan secara sepihak oleh masyarakat Chechnya
mengakibatkan Rusia berusaha menumpas pemberontakan tsb.
5. Perubahan yang diakibatkan oleh lingkungan fisik
Gejala yang terjadi di lingkungan alam dapat menyebabkan perubahan
sosial. Misalnya, gempabumi terjadi di berbagai wilayah Indonesia seperti di
Majalengka Jawa Barat, Maumere Nusa Tenggara Timur, Banyuwangi Jawa
Timur, Liwa Lampung, Kerinci di Jambi dan lain-lain. Akibat yang ditimbulkan
gempabumi tersebut menyebabkan masyarakat banyak yang kehilangan harta
benda dan keluarga, sehingga mereka diliputi rasa kesedihan, hidup tak menentu,
bantuan tak kunjung datang dll, akibatnya banyak diantara mereka yang merasa
kecewa dengan situasi yang ada. Keadaan yang demikian memaksa masyarakat
membentuk kehidupan kembali melalui lembaga atau organisasi sosial yang baru,
karena kehidupan lama telah rusak atau hilang. Perubahan yang terjadi dalam
kehidupan seperti perubahan mata pencaharian, perubahan keluarga, perubahan
kekayaan dll. Bencara alam ini dapat juga disebabkan oleh faktor yang lain seperti
meletusnya gunung Merapi di Jawa Tengah, kebakaran hutan di Kalimantan dan
Sumatera dll.
6. Peperangan
Peperangan yang terjadi di suatu negara dengan negara lain menyebabkan
terjadinya perubahan, karena kehancuran akibat perang seperti hancurnya harta
benda, anggota keluarga hilang kelaparan, dll. Bagi negara yang kalah perang
akan tunduk dengan menerima ideologi dan kebudayan dari pihak pemenang.
7. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Pengaruh kebudayaan dari masyarakat lain terutama kebudayaan barat,
berasal dari film, televisi radio, surat khabar dan media komunikasi lainnya.
Pengaruh media komunikasi tersebut, memberikan peniruan gaya hidup
masyarakat Barat yang tidak sesuai dengan gara hidup masyarakat Indonesia.
Tetapi ada pula pengaruh luar yang disebabkan pendidikan, terutama pendidikan
tinggi atau mereka Penerima beasiswa belajar di luar-negeri yang memberikan
teori dan pandangan Barat sehingga banyak ahli di Indonesia yang berpikiran
Barat.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial merupakan faktor yang
berpengaruh, tetapi terdapat juga faktor-faktor yang mendorong atau menghambat
terjadinya proses perubahan sosial. Berikut ini beberapa faktor pendorong
terjadinya proses perubahan sosial, antar lain:
a. Kontak
Adanya interaksi dengan masyarakat di luar masyarakatnya sendiri akan
menimbulkan komunikasi yang saling mempengaruhi, akibatnya terjadi
penyebaran atau difusi suatu gagasan atau teknologi dari suatu masyarakat
kemasyarakat yang lain, yang dilakukan baik secara perorangan maupun
kelompok. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan merupakan difusi dari
penemuan baru dapat juga dalam bentuk penyebaran informasi, teknologi atau
manfaat dari suatu lembaga masyarakat seperti KUD.
b. Difusi Intra Masyarakat
Proses penyebaran suatu gagasan atau hasil dari proses (produksi) dari dalam
masyarakat itu sendiri, kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat bersangkutan.
c. Difusi inter masyarakat
Penyebaran unsur-unsur baru di masyarakat pengaruh dari masyarakat lain.
Misalnya, adanya proyek percontohan di masyarakat petani dengan menerap-
kan sistem diversifikasi tanaman. Adanya sistem rotasi tanaman yang tidak
hanya satu jenis tanaman saja setiap musim berpengaruh terhadap kondisi
kesuburan tanah dan hasil yang dicapai sekarang dapat melebihi hasil
sebelumnya, kemudian harga dasar tanaman pertanian jatuh di pasaran akibat
panen melimpah, dengan adanya diversivikasi tanaman ini harga dapat
dipertahankan sehingga memberi keuntungan bagi petani. Dengan adanya,
proyek ini diharapkan petani-petani dari daerah lain mencontohnya yang
berarti diharapkan terjadinya difusi antar masyarakat.
d. Sistem pendidikan yang maju
Kemajuan suatu bangsa atau masyarakat dilihat dari sistem pendidikan
sekolah yang dilaksanakannya. Perkembangan jaman akan membutuhkan
sumberdaya manusia yang berkualitas, tidak lain dipenuhi melalui pendidikan.
Semakin berkembangnya pendidikan, maka mendorong terjadi perubahan
sosial, karena pendidikan menyebabkan orang banyak mengetahui tentang
ilmu pengetahuan dan mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi
pada kehidupan masyarakat lain baik yang maju maupun masih berkembang.
Bagi masyarakat yang sedang berkembang akan selalu berusaha untuk sejajar
dengan masyarakat yang maju, hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan
sekolah.
e. Sikap
Masyarakat atau orang yang memiliki keinginan untuk maju, akan menghargai
karya yang dihasilkan oleh masyarakat atau orang lain. Apabila sikap tersebut
telah tertanam, maka akan mendorong untuk mengadakan penemuan-penemu-
an baru atau berusaha untuk membuat karya yang bermanfaat bagi masyara-
kat. Misalnya, pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru terhadap orang
yang berjasa dalam bidang lingkungan hidup; LIPI menyelenggarakan lomba
karya ilmiah remaja sebagai awal dari usaha penemuan baru di kalangan
remaja; setiap pengajar di perguruan tinggi wajib melakukan penelitian
sebagai perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi (Penelitian,
Pengabdian dan Pengajaran). Adanya penelitian dan penemuan unsur-unsur
baru merupakan sikap kepedulian terhadap masyarakat dan sebagai usaha
mempersiapkan dan mengisi pembangunan nasional.
f. Toleransi
Masyarakat tidak kaku dalam menghadapi norma-norma sosial yang berlaku,
terutama norma yang tidak tertulis. Apabila di masyarakat terjadi perilaku
menyimpang seperti sering melakukan protes terhadap kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh tokoh atau orangtua, hal itu bukan berarti yang bersangkutan
melanggar norma, tetapi perilaku tersebut merupakan pemikiran ke arah
perbaikan kehidupan. Masyarakat akan lebih baik membiarkan atau
menanggapinya, karena cara demikian merupakan toleransi terhadap pendapat
orang lain.
g. Sistem stratifikasi sosial terbuka
Masyarakat yang memiliki stratifikasi (lapisan) sosial terbuka memungkinkan
terjadinya mobilitas (perpindahan) sosial antar lapisan. Seseorang yang berada
pada lapisan yang paling bawah dapat berpindah ke lapisan yang lebih atas,
apabila yang bersangkutan berusaha dan kerja keras untuk mencapainya.
h. Penduduk yang heterogen
Penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama,
budaya dll., merupakan masyarakat heterogen atau disebut juga masyarakat
majemuk. Diantara mereka saja ada yang merasa lebih tinggi dibandingkan
dengan yang lain, sehingga hal ini mudah menjadi konflik yang dapat
mengakibatkan munculnya masalah sosial atau kegoncangan masyarakat.
Keadaan yang demikian, akan terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam
rangka mencapai suatu integrasi yang dapat diterima berbagai pihak.
i. Ketidakpuasan terhadap kondisi kehidupan
Masyarakat yang tidak puas dengan keadaan sosial, akibat adanya tekanan dari
pihak lain atau kekecewaan, maka masyarakat ingin ada perubahan agar lepas
dari penderitaan yang telah lama.
j. Orientasi ke masa depan
Masa depan merupakan tumpuan harapan, masa sekarang merupakan masa
berusaha. Masa lalu yang penuh dengan kebahagian jangan dijadikan
harapan untuk masa depan apabila tidak diusahakan dengan kerja keras,
karena hanya akan menjadikan angan-angan yang tidak akan pernah menjadi
kenyataan, tetapi masa lalu sebagai pengalaman untuk diperbaiki di masa
sekarang, dan masa depan memetik hasilnya.
k. Nilai yang menyatakan bahwa manusia harus berusaha memperbaiki
nasibnya
Hidup ini tidak semata-mata ditentukan oleh yang Maha Kuasa, melainkan
hasil usaha yang dicapai manusia itu sendiri. Agar manusia dapat mengubah
nasibnya maka manusia harus berusaha untuk mencapainya. Setiap perubahan
yang diinginkan dapat dicapai dengan jalan usaha, tetapi besar kecilnya hasil
tergantung pada kemampuan manusia itu sendiri.
l. Disorganisasi keluarga
Kehidupan keluarga yang sering terjadi percekcokan atau konflik di antara
anggotanya, menyebabkan keharmonisan dan keutuhan menjadi berkurang,
sehingga anak menjadi korban dan mencari pelarian di luar kehidupan kelu-
arga, bahkan anak memiliki perilaku menyimpang sebagai rasa kesalan, kece-
wa, atau tidak puas tinggal di rumah dengan melampiaskannya di dalam per-
gaulan yang negatif. Disorganisasi keluarga beru-pa, konflik orangtua, konflik
antar anggota keluarga, anak remaja menjadi menyimpang, merupakan jalan
ke arah perubahan, karena diantara mereka satu sama lain sudah tidak ada
kecocokan lagi, maka keluarga tersebut menjadi pecah.
m. Sikap mudah menerima hal-hal yang baru
Barang-barang penemuan baru yang didapat seseorang merupakan langkah ke
arah perubahan, karena yang bersangkutan harus menyesuaikan diri dengan
situasi, kondisi atau barang yang diterimanya. Keadaan tersebut merupakan
perubahan hasil adaptasi terhadap lingkungan dan barang baru yang
dimilikinya. Misalnya, seseorang yang baru saja memiliki rumah, mobil
mewah, maka harus menyesuaikan, jangan bertindak seolah-olah seperti
pembantu. Contoh lainnya yaitu orang yang selalu mengikuti perkembangan
mode, menyebabkan yang bersangkutan selalu mengalami perubahan.
Dorongan terjadinya perubahan sosial senantiasa terdapat di setiap
kehidupan, terutama ditunjang oleh keinginan untuk berubah. Walaupun terdapat
beberapa faktor pendorong, maka terdapat pula beberapa faktor yang menghambat
atau menghalangi terjadinya perubahan sosial. Adapun Faktor penghambat atau
yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, antara lain:
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat yang lain
Akibat kurangnya hubungan dengan masyarakat di luar kehidupannya, maka
informasi atau perkembangan yang terjadi mungkin sebagai penunjang
pembangunan masyarakat tidak dapat diterima
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Latar belakang pendidikan masyarakat yang rendah, menyebabkan ilmu
pengetahuan modern tidak dimiliki masyarakat, akibatnya masyarakat tidak
mengalami kemajuan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
disebabkan masyarakat itu sendiri, karena merasa cukup dengan pengetahuan
yang dimilikinya, sehingga masyarakat tidak siap menerima perubahan.
c. Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap masyarakat ini lebih mengagung-agung masa lampau, karena masa
tersebut sebagai masa yang penuh keemasan, sehingga tradisi yang berlaku
sebagai warisan masa lampau tidak dapat dirubah dan harus dilestarikan. Hal
ini jelas sekali menghambat perubahan, apalagi kelompok orangtua yang
konservatif tetap bertahan dalam kepemimpinan masyarakat.
d. Vested interests atau kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat sekali
Setiap masyarakat memiliki stratifikasi sosial masing-masing yang tergantung
pada kedudukan setiap orang yang memiliki peranan dan pengaruh dalam
masyarakat. Orang yang berpengaruh akan memiliki kedudukan tinggi, agar
kedudukannya tetap bertahan, maka setiap perubahan yang masuk ke akan
ditolaknya dengan berbagai alasan.
e. Rasa takut akan terjadinya desintegrasi
Perubahan yang terjadi dalam kehidupan dianggap mengganggu tatanan sosial
yang telah berjalan, karena masuknya unsur perubahan dari luar akan menggo-
yahkan pola-pola kehidupan yang akhirnya masyarakat tidak mempercayai
pemimpin mereka, bahkan akan meninggalkan tradisi yang telah lama dianut.
f. Sikap yang tertutup
Unsur-unsur perubahan yang datangnya dari luar dianggap berbahaya,
masyarakat yang demikian umumnya masyarakat yang telah dijajah oleh
bangsa lain seperti dari Eropa, sehingga setiap unsur-unsur yang berbau Eropa
akan ditolak dan dianggap tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat. Hal
ini sebagai kekhawatiran bahwa masyarakat akan dijajah kembali dalam
bentuk lain seperti ekonomi, ideologi, politik ,budaya dll.
g. Hambatan yang bersifat ideologis
Setiap unsur perubahan yang berhubungan dengan kepercayaan atau
keyakinan masyarakat akan ditolak, karena dianggap berlawanan dengan
ideologi mereka. Misalnya, masyarakat percaya bahwa pembangunan sebuah
jembatan harus diadakan selamatan terlebih dahulu, tetapi perencana proyek
pembangunan tidak percaya akan hal itu, maka perencana akan ditolak
keberadaannya, karena masyarakat percaya bahwa pembangunan proyek
apabila dilaksanakan tanpa melakukan selamatan akan menyebabkan banyak
memakan korban, tertama warga masyarakat sendiri.
h. Adat atau kebiasaan
Adat atau keyakinan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku turun
temurun, merupakan pegangan hidup yang harus tetap berlaku dan dijalankan.
Kebiasaan-kebiasaan yang turun-temurun merupakan suatu hal yang sulit
diubah walaupun dengan memberikan pengertian mendalam terhadap
masyara-kat, tetapi masyarakat tidak mau mengubahnya, karena takut
membawa bencana atau berkurangnya keberuntungan yang ada dalam
kehidupan mereka. Masyarakat yang memegang teguh adat istiadat lama
umumnya hidup dan bertahan pada masyarakat tradisional.
i. Hakekat hidup
Apabila masyarakat yang berkeyakinan bahwa hidup ini buruk, atau mereka
yakin bahwa baik-buruknya kehidupan ini ada yang mengatur. Kebetulan
kehidupan yang dijalani oleh sebagian masyarakat itu buruk, yang senantiasa
berada pada kemiskinan yang terus menerus, sehingga apapun yang diperbuat
masyarakat akan tetap miskin. Apalagi hal ini melihat bukti di masyarakat
bahwa lulusan SLA atau yang lebih tinggi tidak mendapatkan pekerjaan,
malahan tetap di rumah membantu orangtuanya, maka hal itu dijadikan contoh
dengan jalan tidak menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi,
karena tetap saja tidak dapat mengangkat kehidupan keluarga. Mentalitas yang
demikian merupakan mentalitas fatalistik yang sulit untuk diubah selama
mereka tidak menyadari akan pentingnya usaha untuk memperbaiki nasib.
Dorongan terjadinya perubahan dan penghambat perubahan senantiasa ada
di setiap masyarakat, hanya saja tergantung besar kecilnya kekuatan dalam
menanggapi perubahan tersebut. Apabila dorongan lebih kuat daripada hambatan
maka perubahan sosial akan terjadi, tetapi apabila hambatan lebih kuat daripada
dorongan maka perubahan terhambat atau tidak terjadi.
Agar Anda lebih memahami uraian di atas, cobalah untuk mengerjakan tugas dan latihan di bawah ini!
TUGAS
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Kegiatan Belajar 3:
PROSES PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial merupakan suatu proses yang akan selalu terjadi dalam
setiap kehidupan. Suatu proses perubahan sosial dalam bidang kehidupan tertentu
tidak mungkin berhenti pada satu titik, karena perubahan di bidang lain akan
segera mengikutinya. Ini disebabkan karena struktur lembaga-lembaga
kemasyarakatan sifatnya saling terjalin. Misalnya, apabila suatu negara mengubah
undang-undang atau bentuk pemerintahannya, maka perubahan yang kemudian
terjadi tidak hanya terbatas pada lembaga-lembaga politik saja.
Dewasa ini,proses-proses perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-
ciri tertentu antaralain:
1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena
lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk
mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal
dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi
yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik
yang sangat kuat.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka proses-proses perubahan sosial
menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, saluran-saluran
perubahan, disorganisasi dan reorganisasi, sebagai berikut.
1. Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan
keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat
dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian,
individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman, karena tidak
adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau
mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud
menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadangkala unsur yang baru dipaksakan
masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya
karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap
ada, akan tetapi sifatnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Norma-
norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya dan dapat berfungsi
secara wajar.
Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan
mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula
pada warga masyarakat. Itu berarti ada gangguan yang kontinu terhadap
keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan
serta kekecewaan di antara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan.
Apabila ketidakserasian dpat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan,
maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment). Bila sebaliknya
yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang
mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dari individu yang ada dalam masyarakat
tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil
menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang
mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedang yang kedua menunjuk pada
usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi
psikologis. Dikenalnya kehidupan dan praktek ekonomi yang berasal dari Barat
menyebabkan semakin pentingnya peranan keluarga batih sebagai lembaga
produksi dan konsumsi. Peranan keluarga-keluarga besar atau masyarakat hukum
adat semakin berkurang. Kesatuan-kesatuan kekeluargaan besar atas dasar ikatan
atau kesatuan wilayah tempat tinggal terpecah menjadi kesatuan-kesatuan kecil.
Misalnya di Minangkabau, di mana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan
penting karena garius keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suatu
kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat.
Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula diangap tidak
mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebah ayah dianggap sebagai
orang luar, cenderung menguat. Pendidikan anak-anak yang sebelumnya
dilakukan oleh keluarga ibu diserahkan kepada ayah. Individu, agar tidak
mengalami tekanan-tekanan psikologis, harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Saluran-Saluran Perubahan Sosial
Saluran-saluran perubahan sosial merupakan saluran-saluran yang dilalui
oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan mana yang menjadi
titik tolak, tergantung pada fokus kebudayaan masyarakat pada suatu masa yang
tertentu.
Lembaga kemasyarakatan yang pada suatu waktu mendapatkan penilaian
tertinggi dari masyarakat cenderung untuk menjadi saluran utama perubahan
sosial. Perubahan lembaga kemasyarakatan tersebut akan membawa akibat pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, karena lembaga-lembaga tersebut
merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Apabila lembaga-lembaga
kemasyarakatan sebagai suatu sistem sosial digambarkan, maka coraknya adalah
sebagai berikut:
Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu
struktur apabila mencakup hubungan antara lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang mempunyai pola-pola tertentu dan keserasian tertentu. Sebagai contoh,
misalnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, di saat Proklasmasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, maka pertama kali terjadinya perubahan pada struktur
pemerintahan, dari jajahan menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Hal ini
menjalar ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Mislanya dalam bidang
pendidikan, tidak ada lagi diskriminasi antara golongan-golongan, seperti
halnyapada zaman penjajahan. Setiap orang boleh memilih pendidikan macam apa
yang disukai. Perubahan tersebut berpengaruh pada sikap dan pola perilaku serta
nilai-nilai masyarakat Indonesia. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa
saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta
dipergunakan oleh khalayak ramai, atau mengalamai proses institutionalization
(pelembagaan).
3. Disintegrasi dan Reintegrasi
Perubahan sosial dapat mengakibatkan terjadinya proses desintegrasi atau
perpecahan. Desintegrasi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Soekanto
desintegrasi disebut juga disorganisasi, yaitu suatu proses pudarnya norma-norma
dan nilai-nilai dalam masyarakat, yang disebabkan karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Proses perubahan sosial
akan menyebabkan nilai dan norma masyarakat menjadi tergeser atau berubah.
Dengan demikian, maka gejala-gejala disorganisasi dan desintegrasi pada awalnya
dimulai dari,
ORGANISASI POLITIK
ORGANISASI EKONOMI
ORGANISASI HUKUMORGANISASI PENDIDIKAN
ORGANISASI KEAGAMAAN
1) Tidak ada lagi kesepakatan anggota kelompok mengenai tujuan sosial yang
hendak dicapai yang semula menjadi pegangan kelompok tersebut;
2) Norma-norma sosial tidak lagi membantu anggota masyarakat dalam
mencapai tujuan yang disepakati;
3) Norma-norma dalam kelompok yang dihayati oleh setiap anggota dianggap
tidak sesuai lagi;
4) Sanksi sudah lemah, bahkan sudah tidak dilaksanakan secara konsekuen,
misalnya sanksi yang dikenakan pada orang yang melanggar norma dianggap
sudah tidak berlaku;
5) Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat sudah
bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
Desintegrasi atau disorganisasi, merupakan proses pembentukan nilai-nilai
baru, baik yang akan mengurangi ikatan masyarakat, maupun integrasi
masyarakat, yang pada akhirnya tergantung pada keinginan masyarakat itu sendiri.
Maka adanya desintegrasi dalam kehidupan bermasyarakat harus diimbangi
dengan reintegrasi yang bertujuan untuk mengembalikan kepada keadaan yang
diinginkan sesuai dengan tujuan persatuan dan keutuhan masyarakat. Menurut
Soekanto, reintegrasi atau reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma
dan nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kema-
syarakatan yang mengalami perubahan. Reintegrasi terlaksana apabila norma-
norma/nilai-nilai baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga
masyarakat.
Pada dasarnya setiap perubahan bisa mengakibatkan terjadinya perbedaan
tanggapan atau penafsiran. Akibatnya, tidak sedikit terjadi reaksi terhadap
perubahan tersebut. Apabila perubahan tersebut untuk menumbuhkan kepentingan
kesatuan nasional, maka masyarakat pelu diberi pemahaman tentang reintegrasi
atau reorganisasi yang tepat. Seperti: (a) menanamkan kesadaran akan pentingnya
berbangsa dan bertanah air; (b) perundingan apabila terdapat pihak-pihak yang
melakukan reaksi keras (pergolakan); (c) melalui saluran hukum terhadap mereka
yang menyimpang; atau (d) menggunakan saluran militer untuk memadamkannya
apabila terjadi pergolakan mengarah pada pemberontakan. Kasus desintegrasi
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa juga pernah beberapa kali
terjadi.
Perubahan sosial ditandai dengan semakin berkembangnya tingkat
pendidikan masyarakat, maka setiap kebijaksanaan dikeluarkan pemerintah tidak
selamanya diterima masyarakat. Kadangkala masyarakat menolak suatu
kebijaksanaan apabila dianggap merugikan atau terlalu memberatkan masyarakat.
Misalnya, kenaikan harga barang yang diakibatkan oleh harga naiknya BBM
(bahan bakar minyak). Penolakan dapat pula berupa protes dan demontrasi.
Seperti halnya yang dilakukan oleh karyawan di beberapa perusahaan yang
menuntut kenaikan UMP (Upah Minimum Propinsi) sesuai dengan kebijaksanaan
yang. Kadangkala aksi protes dan demonstrasi juga dilakukan oleh mahasiswa
terhadap pemerintah seperti yang terjadi pada tahun 1966 dan reformasi tahun
1998
Desintegrasi sosial yang terjadi mempunyai kekuatan yang merongrong atau
melemahkan kedudukan yang memiliki kekuasaan. Di Indonesia pernah terjadi
beberapa kali konflik atau pertentangan dengan kekuasaan pemerintahan. Hal
seperti itu terjadi sejak awal kemerdekaan sampai awal berdirinya orde baru,
bahkan pada masa reformasi setelah tahun 1998. Uraian berikut disusun
berdasarkan intensitas (besar-kecilnya) pertentangan itu sendiri antara lain:
1) Demonstrasi, ialah protes terhadap pemegang kekuasaan tanpa melalui
kekerasan. Protes dilakukan secara bersama-sama, umumnya terhadap
kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau pimpinan perusahaan;
2) Kerusuhan (dapat juga disebut riot walaupun pengertiannya tidak tepat), ialah
hampir sama dengan demonstrasi atau protes. Perbedaannya kerusuhan
mengandung unsur kekerasan fisik dan biasanya diikuti dengan perusakan
terhadap barang-barang, penganiayaan terhadap orang yang tidak disenangi
atau terjadi bentrokan fisik dengan pihak pengendali kerusuhan (keamanan).
Kerusuhan umumnya ditandai oleh spontanitas terhadap suatu insiden atau
sebagai kelanjutan demontrasi. Akibatnya keadaan kelompok yang terlibat
menjadi kacau;
3) Serangan bersenjata (armed attack), ialah suatu tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh atau untuk kepentingan suatu kelompok tertentu dengan
maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan dari kelompok
lain. Serangan bersenjata ditandai dengan adanya pertumpahan darah,
pergulatan fisik (perkelahian atau pertempuran) atau perusakan barang-barang.
Serangan bersenjata terjadi pada kekerasan politik (pemberontakan),
kriminalitas, atau kelanjutan dari kerusuhan;
4) Kematian akibat kekerasan politik, hal ini terjadi sebagai akibat dari
pengendalian demonstrasi, kerusuhan atau serangan bersenjata.
Agar Anda lebih memahami uraian di atas, cobalah untuk mengerjakan tugas dan latihan di bawah ini!
TUGAS
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Kegiatan Belajar 4:
DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
Adanya suatu perubahan dalam masyarakat akibat perubahan sosial tergan-
tung pada keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan. Dengan
kata lain, perubahan sosial yang terjadi tidak selamanya suatu kemajuan
(progress). Bahkan dapat pula mengakibatkan suatu kemunduran (regress)
masyarakat. Kecepatan perubahan tiap daerah berbeda-beda tergantung pada
dukungan dan kesiapan masyarakat untuk berubah. Perbedaan perubahan tersebut
dapat mengakibatkan munculnya kecemburuan sosial, yang harus dihindari.
Terdapat beberapa tanggapan masyarakat sebagai akibat dari perubahan
sosial yang menimbulkan suatu ketidakpuasan, penyimpangan masyarakat,
ketinggalan, atau ketidaktahuan adanya perubahan, yaitu :
1) Perubahan yang diterima masyarakat adakalanya tidak sesuai dengan
keinginan. Hal itu karena setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan
yang mereka anggap baik, sehingga perubahan yang terjadi dapat ditafsirkan
bermacam-macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka miliki;
2) Perubahan mengancam kepentingan yang sudah tetap. Hak istimewa yang
diterima dari masyarakat akan berkurang atau menghilang, sehingga
perubahan dianggapnya akan menggoncangkan berbagai aspek kehidupan.
Untuk mencegahnya, setiap perubahan harus dihindari dan ditentang, karena
tidak sesuai kepentingan kelompok masyarakat tertentu;
3) Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan, sehingga setiap perubahan harus
diikuti tanpa dilihat untung ruginya bagi kehidupan. Perubahan suga dianggap
membawa nilai-nilai baru yang modern;
4) Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan seseorang
ketinggalan informasi tentang perkembangan dunia;
5) Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu dikarenakan perubahan sosial yang
terjadi dianggap tidak akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya;
6) Ketidaksiapan menghadapi perubahan, karena pengetahuan dan kemampuan
seseorang terbatas akibatnya tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan.
Akibat perubahan sosial terjadi pula masalah-masalah sosial, seperti
kejahatan, kenakalan remaja, dan sebagainya. Walaupun begitu tidak setiap
masalah yang terjadi pada masyarakat disebut masalah sosial. Menurut Merton
(dalam Soekanto), suatu masalah disebut masalah sosial apabila memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut :
1) Tidak adanya kesesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan
kenyataan-kenyataan serta tindakkan- tindakan sosial;
2) Semula ada pendapat keliru yang menyatakan bahwa masalah sosial
bersumber secara langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial.
Pendapat tersebut tidak memuaskan dan telah ditinggalkan. Yang pokok di
sini bukanlah sumbernya melainkan akibat dari gejala tersebut (baik gejala
sosial maupun bukan sosial) yang menyebabkan terjadinya masalah sosial;
3) Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah
sosial atau tidak. Di dalam hal ini urutannya adalah sangat relatif. Karena
orang banyaklah yang harus menentukannya atau mungkin cukup hanya
segolongan orang yang berkuasa saja. Sebetulnya hanya golongan terakhir
inilah yang menentukan. Karena sukar untuk dilakukan bila setiap warga
masyarakat harus menentukan nilai-nilai sosial kemudian mengujinya dalam
kenyataan. Hal ini tidak mungkin terjadi, karena setiap manusia sesuai dengan
kedudukan dan peranannya, mempunyai nilai-nilai dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda;
4) Adanya masalah-masalah sosial manifes dan masalah-masalah sosial yang
laten. Yaitu masalah sosial yang timbul akibat terjadinya kepincangan-
kepincangan masyarakat karena tidak sesuainya tindakan-tindakan dengan
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat. Akibat hal tersebut, masyarakat tidak
menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang dan berlawanan dengan nilai-
nilai yang berlaku;
5) Adanya perhatian masyarakat terhadap masalah-masalah sosial.
Dengan demikian, masalah sosial merupakan proses terjadinya
ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan suatu masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok-kelompok sosial. Atau dengan kata lain
masalah sosial menyebabkan terjadinya hambatan dalam pemenuhan kebutuhan
warga masyarakat. Hal itu berakibat terjadi desintegrasi sosial atau rusaknya
ikatan sosial. Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial yang terjadi
dalam masyarakat antara lain berbentuk:
1. Pergolakan dan Pemberontakan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 diku-
mandangkan oleh Soekarno-Hatta. Momen itu merupakan awal dari perubahan
menyeluruh kehidupan seluruh rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang
merdeka, bebas dari tekanan dan penindasan bangsa lain. Dikumandangkannya
proklamasi sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat diterima di berbagai
daerah, walaupun tidak secara bersamaan. Tetapi rakyat menyambut dan
mendukungnya, maka segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial baru.
Rangkaian peristiwa itu disebut Revolusi.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru berdiri memerlukan kesamaan
pandangan dari berbagai pihak yang sadar akan pentingnya kemerdekaan. Selain
itu semua pihak harus turut membantu terwujudnya suatu pemerintahan yang
ditangani oleh bangsa sendiri. Maka lembaga-lembaga pemerintah mulai diisi dan
melaksanakan program kerja masing-masing. Tetapi hal ini tidak berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, karena Belanda datang kembali untuk menjajah
Indonesia dan berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang
telah disusun berdasarkan Undang-Undang dasar 1945. Rongrongan datang pula
dari bangsa Indonesia sendiri yang ingin melepaskan diri dari negara kesatuan
dengan mendirikan negara di beberapa daerah. Akibatnya menimbulkan
kekacauan dan penyelewengan terhadap negara kesatuan.
Setelah pengambilalihan kekuasaan oleh bangsa Indonesia, terjadilah
perubahan-perubahan yang mengakibatkan banyak orang diliputi kebingungan,
ketidakpastian, ketidakpuasan, dan kehilangan kekuasaan atas masyarakat. Hal itu
merupakan gejala desintegrasi serta dapat meronggrong wibawa pemerintah yang
baru berdiri. Juga merupakan suatu tantangan bagi terwujudnya suatu
pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat. Karena itu, perlu pemahaman
secara sosiologis mengenai awal kemerdekaan Indonesia. Yaitu dengan mencari
bibit-bibit yang menyatukan kebersamaan rakyat Indonesia dalam menentang
setiap kekuatan asing yang ingin kembali menguasi Indonesia. Selain itu juga
perlu mencari bibit-bibit desintegrasi yang ingin memecah persatuan Indonesia,
kemudian mengantisipasinya.
Revolusi Nasional Indonesia, khususnya revolusi fisik melawan kekuasaan
kolonial Belanda merupakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan tersebut menjadi aksi massal dengan menggunakan senjata sebagai
alat untuk mencapai tujuan yaitu ingin mengubah sistem kehidupan yang
menyeluruh secara fundamental. Suatu Revolusi tidak dapat meletus begitu saja
tanpa adanya dasar sosial yang nyata, seperti:
1) sudah jenuh akan penindasan;
2) ingin hidup bebas untuk menentukan nasib sendiri;
3) ingin mencari kebahagiaan hidup;
4) lebih baik diperintah oleh bangsa sendiri daripada diperintah bangsa lain;
5) harapan akan rasa keadilan yang tidak didapatkan di masa penjajahan.
Perasaan-perasaan tersebut bercampur menjadi satu dalam senasib
sepenanggungan akibat penderitaan yang sama untuk mewujudkan solidaritas
nasional. Peristiwa Revolusi Nasional Indonesia dilandasi oleh berbagai perasaan
yang merupakan bibit-bibit kemerdekaan
Revolusi Nasional Indonesia bertujuan mengadakan perubahan secara cepat
dan menyeluruh pada setiapsendi-sendi kehidupan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan usaha pematangan berpikir secara politis dan sosial psikologis.
Hal itu harus ada dalam suatu organisasi massa dengan memiliki pemimpin dan
program kerja yang jelas. Sehingga revolusi dapat berjalan dan terlaksana berkat
dukungan rakyat yang mengerti dandibenarkan secara hukum.
Berdirinya Republik Indonesia senantiasa mendapat tekanan dari Belanda
yang ingin kembali menjajah. Pemerintahan Republik yang baru berdiri memiliki
banyak keterbatasan dan kelemahan, sedangkan pengalaman dalam membina dan
menjalankan negara belum ada. Hal itu karena Pemerintahan kolonial Hindia-
Belanda tidak memberikan kesempatan untuk itu. Begitu juga pada masa
pendudukan Jepang, segala bentuk perkumpulan dilarang aktif karena akan
melemahkan pemerintahan Jepang di Indonesia. Keadaan demikian tentu saja
memerlukan pengertian dari berbagai pihak, karena dengan serba kekurangan dan
keterbatasan tidak menjadi alasan bagi pelanggaran terhadap negara kesatuan.
Walaupun demikian, adapula pihak yang sengaja merongrong negara kesatuan
dengan memberontak dan secara sepihak menyatakan terpisah dari negara
kesatuan Republik Indonesia. Dari pemberontakan tersebut menurut Simatupang
dan Lapian ada tiga alasan yang satu sama lain saling berhubungan, yaitu :
1) Mempelajari pergolakan dan pemberontakan untuk memahami perkembangan
pemikiran yang terdapat di dalamnya. Pada mulanya pemikiran memiliki jiwa
memberontak terhadap kekuasaan kolonial Hindia-Belanda. Kemudian
menjadi pemikiran yang berlandaskan tugas untuk menggunakan kekuasaan
negara dan bangsa merdeka yang bertanggung jawab. Apabila dipandang perlu
maka harus menghadapi dan menyelesaikan pergolakan dan pemberontakan
terhadap kekuasaan negara yang dilakukan oleh bangsa kita sendiri;
2) mempelajari pergolakan dan pemberontakan untuk memahami setiap
kekuatan, nilai-nilai, dan aspirasi yang terdapat dalam masyarakat. Pada saat
terjadinya pergolakan atau pemberontakan, setiap masyarakat
memanifestasikan dirinya, baik dalam bentuk mendukung maupun
berpartisipasi untuk menghadapi dan menyelesaikan setiap pelanggaraan
terhadap kedaulatan negara;
3) Mempelajari pergolakan dan pemberontakan dengan tujuan menarik pelajaran
dari pengalaman yang dihadapi dengan mengembangkannya ke dalam
kehidupan bernegara. Yaitu, terutama dalam bidang politik, ketatanegaraan,
sosial-ekonomi, kebudayaan, militer, dan pemanfaatan aparatur negara untuk
bekerja membangun negara. Diharapkan, sehingga dengan pengalaman-
pengalaman tersebut bangsa Indonesia memiliki saluran yang wajar untuk
membangun masyarakat yang adil, makmur, dan lestari berdasarkan Pancasila.
Terdapat sedikit perbedaan antara pengertian "pergolakan" dengan
"Pemberontakan". Pergolakan lebih menitik pada ketidakpuasan terhadap suatu
kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. Akibatnya terjadi protes terhadap
kekuasaan yang ada. Yaitu dengan jalan kerusuhan, pemboikotan, subversi,
pembangkangan, pemogokan dan sebagainya. Apabila dibiarkan dapat menjurus
pada pemberontakan. Sedangkan pemberontakan merupakan cita-cita memisahkan
diri dari negara kesatuan yang secara langsung dilakukan dengan jalan kekerasan.
Biasanya pemberontakan dimulai dengan pergolakan. Kelompok pemberontak
sering dinamakan kaum separatis, yaitu kelompok yang ingin memisahkan diri
dari suatu negara dengan mendirikan negara baru.
Setiap terjadinya pergolakan atau pemberontakan dapat diselesaikan melalui
jalan perundingan maupun penumpasan. Tergantung kesediaan mereka yang
melakukan aksi terhadap pemerintahan yang sah. Perundingan maupun
penumpasan merupakan salah satu upaya untuk mencapai integrasi. Perundingan
merupakan penyelesaian secara damai terhadapsetiap kelompok penentang.
Apabila tidak dapat diselesaikan, maka jalan militer ditempuh dengan tujuan
untuk mengembalikan kesadaran agar tunduk kepada kekuasaan dan hukum
sebagai norma sosial yang telah disepakati bersama.
2. Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Hal itu terjadi karena setiap memiliki pendapat dan pandangan yang
mungkin berbeda. Protes dapat terjadi, apabila suatu hal menimpa kepentingan
individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan
akan hak yang harus diterima. Akibatnya individu atau kelompok tersebut tidak
puas dan melakukan tindakan penyelesaian. Protes merupakan aksi tanpa kekeras-
an yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes
dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa solidaritas antar sesama,
karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan
orang lain.
Demonstrasi sebagai kelanjutan dari protes yang tidak diterima oleh
pemegang kekuasaan atau wewenang. Juga sebagai ungkapan rasa ketidakpuasan
dan umumnya dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok sepenanggungan
dan sependeritaan. Demonstrasi dapat juga merupakan protes terhadap pemegang
kekuasaan sebagai akibat dari kebijaksanaan yang dianggap tidak sesuai dengan
kepentingan umum. Demonstrasi dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1) Turun ke jalan atau dilakukan bersama-sama untuk melakukan protes, dengan
harapan dapat ditanggapi yang berwenang sebagai pemegang kebijaksanaan;
2) Melakukan pemogokan atau tidak bekerja umumnya dilakukan oleh karyawan
perusahaan industri agar produksi mengalami penurunan sehingga dapat
merugikan perusahaan yang bersangkutan. Pemogokan ini sering dilakukan
buruh pabrik. Mereka menuntut perusahaan agar meningkatkan kesejahteraan
yang berupa gaji sesuai UMP, tunjangan kesehatan, keluarga, dsb. Namun
perusahaan tidak mengabulkan. Akibatnya buruh melakukan aksi mogok
kerja;
3) Demonstrasi dapat berlanjut menjadi aksi perusakan apabila demonstrasi ini
mendapat perlakukan yang tidak semestinya dari petugas yang melakukan
pengendalian. Juga bila demonstrasi ditunggangi oleh pihak lain yang tidak
berkepentingan terhadap tujuan demostrasi tersebut.
Aksi protes dan demontrasi dapat dilakukan oleh masyarakat terhadap
pemerintah, petani terhadap pemilik tanah atau penguasa setempat. Juga
mahasiswa terhadap pimpinan perguruan atau terhadap pemerintah sebagai
solidaritas terhadap masyarakat yang merasa dirugikan. Aksi protes dan
demostrasi merupakan saluran komunikasisecara massal untuk mencapai tujuan
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Kriminalitas
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap
orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke
arah yang dicita-citakan. Akibatnya terjadi perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, pergaulan dll.. Perubahan sosial tersebut dapat
membawa seseorang atau kelompok kearah tindakan yang menyimpang, karena
dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan dalam
kehidupannya. Dalam keadaan demikian, bila mental orang itu buruk, ia
memenuhi kebutuhan tidak dengan jalan yang sesuai dengan norma sosial, bahkan
melakukan pelanggaran, akibatnya merugikan orang lain. Dengan demikian,
setiap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat akan mempengaruhi terjadinya
masalah-masalah sosial. Apabila hal ini dibiarkan akan merupakan penyakit sosial
yang merugikan masyarakat sendiri. Karena itu, perlu adanya penanggulangan
sosial melalui norma hukum yang berwibawa agar masyarakat mau menghormati
dan tunduk pada norma tersebut.
Bagi orang yang senantiasa melakukan pelanggaran dan menjurus kepada
tindak kejahatan (kriminil), oleh Durkheim dianggap sebagai masyarakat anomi.
Yaitu masyarakat yang tidak memiliki norma, karena dalam kehidupan
masyarakat anomi tidak terdapat perangkat nilai atau norma yang dipatuhi secara
teguh, diterima secara luas, dan mampu mengikat masyarakat. Masyarakat yang
anomis tidak mempunyai pedoman hidup yang mantap untuk dipelajari dan
sebagai pegangan anggota masyarakat. Maka seorang yang anomis adalah yang
tidak memiliki pedoman nilai yang jelas untuk digunakan sebagai pegangan
hidupnya. Walaupun begitu, dalam kelompok masyarakat anomi itu sendiri
memiliki nilai dan norma yang bertentangan dengan nilai dan norma secara
umum. Merton menyatakan bahwa anomi disebabkan oleh adanya ketidak-
harmonisan tujuan sosial dan budaya masyarakat secara formal.
Perubahan sosial mendorong semua anggota masyarakat untuk memper-oleh
kekayaan dan kedudukan sosial. Tetapi kenyataannya hanya beberapa orang yang
berhasil mencapainya, sedangkan yang lain banyak mengalami kegagalan yang
disebabkan oleh : (a) fasilitas yang tersedia terbatas; (b) kesempatan sangat kecil
kemungkinannya atau tertutup sama sekali; (c) hubungan sosial (koneksi) untuk
mencapainya tidak ada; (d) kurang usaha dan keuletan; (e) banyaknya persaingan;
dll., akibatnya tidak jarangorang yang ingin mendapatkan kekayaaan atau
kebahagiaandengan jalan pintas yaitu melanggar nilai dan norma sosial.
Memang dalam kehidupan sosial, negara menjamin hak setiap wargane-gara
untuk mencapai kebahagian senantiasa terbuka, sehingga setiap orang dapat
memperolehnya tanpa kecuali. Misalnya tidak mustahil bahwa anak yang hidup
dari keluarga petani miskin akan menjadi seorang pengusaha yang kaya. Tetapi
negara tidak menjamin setiapwarga negara dapat menjadi orang kaya. Negara
tidak melarang orang untuk berusaha mencapai kebahagian hidup, asalkan tidak
melanggar hukum atau norma yang berlaku. Tetapi apabila usaha untuk mencapai
keinginan tidak sesuai dengan hukum sebagai norma yang berlaku dan merugikan
orang lain, maka orang tersebut dianggap melakukan pelanggaran.
Sangat disayangkan apabila penyimpangan yang terjadi dianggap hal yang
wajar dan berlaku umum, sehingga setiap orang menganggap bahwa
penyimpangan-penyimpangan tersebut dianggap hal yang biasa. Serta norma yang
berlaku sudah tidak dipedulikan lagi. Bahkan pelanggaran terhadap norma tidak
mendapat sangsi. Keadaan demikian tentu saja akan menimbulkan reaksi keras
bagi orang atau masyarakat yang mendambakan keadilan dan kebenaran.
Ketenangan, ketentraman, keadilan, atau ketertiban merupakan dambaan
setiap orang. Walaupun begitu, di masyarakat tetap terjadi pelanggaran yang
mengakibatkan kerugian. Maka norma harus ditegakkan agar setiap pelanggar
mendapat sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukannya. Setiap
pelanggaran dianggap sebagai tindakan kriminal atau kejahatan. Dalam hal ini,
Sosilogi mengkaji tindakan kriminal berdasarkan, (a) latar belakang sosial orang
yang melakukan tindakan kriminal; (b) akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
kriminal; dan (c) penyelesaian bagi pelaku tindakan kriminal.
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secarak husus akan
diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan
kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya tidak
semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut
menyebabkan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak
dan kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan
kewajiban yang dilakukan. Adakalanya orang ingin mendapatkan hak tetapi
tidak sesuai dengan kewajiban yang harus dilakukan dan kesempatan untuk
melakukan hal yang salah terbuka, sedangkan pengawasan terhadap perbuatan
yang salah lemah, akibatnya terjadi penyelewengan dan pelanggaran. Perbuatan
demikian bisa terjadi, karena melihat perubahan orang lain dianggap lebih baik
dari dirinya, atau sebagian besarmasyarakat mengalami perubahan sedangkan
dirinya tidak. Maka timbul suatu dorongan untuk meningkatkan kemampuannya
namun tidak sesuai dengan kebenaran/norma yang berlaku dalam masyarakat.
Kejahatan merupakan satu unsur dari desitegrasi sosial sebagai akibat
adanya perubahan sosial. Akibatnya masyakat merasa tertekan, sengsara, dan
tidak percaya terhadap norma yang berlaku. Di Indonesia terjadi beberapa jenis
gangguan yang termasuk kejahatan dan tindak pelanggaran yang bukan kejahatan
sesuai dengan jenisnya. Baik dilakukan secara langsung oleh manusia maupun
akibat dari aktivitas manusia itu sendiri, tetapi merupakan gangguan terhadap
ketenangan, ketertiban, dan ketentraman masyarakat.
Kejahatan dan pelanggaran dikelompokkan ke dalam :
1) Kelompok bentuk-bentuk gangguan yang bersifat tradisional pada masyarakat
desa seperti pencurian, penggelapan, pembunuhan dan lain-lain;
2) Kelompok bentuk gangguan yang bersifat baru pada masyarakat kota yang
meliputi :
a) Bentuk bentuk gangguan tradisional yang dilakukandengan cara kota,
yaitu diorganisasi seperti: pencopetan di dalam bis, perampasan di tempat
traffic light (lampu stopan), perkosaan massal.
b) Bentuk-bentuk gangguan yang timbul bersamaan dengan masalah
odernisasi pada umumnya, masalah perkotaan pada khususnya. Lebih-
lebih masalah yang terjadi dikota besar dan kota metropolitan seperti
Jakarta Raya. Untuk mudahnya disebut kriminalitas kota. Contohnya:
(1) Bersamaan dengan masalah urbanisasi timbul pula faktor-faktor dalam
masyarakat yang berpengaruh sebagai kriminogeen seperti: Warga
Tuna Karya, tuna wisma, yang terbukti banyak menghasilkan pelaku-
pelaku kriminal, setidak-tidaknya menghasilkan pengemudi becak,
pedagang asongan di traffic light yang mengganggu ketertiban lalu
lintas; timbulnya slums atau daerah kumuh yang terbukti menjadi
sumber untuk bahaya kebakaran,tempat persembunyian penjahat dan
lain-lain; timbulnya sumber-sumber ketegangan sosial diantara warga
masyarakat.
(2) Bersamaan dengan masalah mobilitas kota timbul pula masalah
administrasi lalu lintas seperti: kemacetan lalu lintas karena kepadatan
jalan-jalan umum dengan segala akibat lanjutannya; pertumbuhan
jumlah kendaraan yang tinggi sehingga menimbulkan masalah sistem
pengawasannya, bentuk pencurian kendaraan, dan lain-lain.
(3) Bersamaan dengan pengaruh international timbul penyakit-penyakit
international seperti narkotika, sindikat-sindikat pemeras dan lain-lain
sampai bahaya terorisme international.
(4) Kelompok bentuk-bentuk gangguan yang bersifat musiman, seperti:
bahaya kebakaran pada musim kemarau, bahaya banjir pada musim
penghujan, bahaya kecelakaan kapal/perahu laut pada musim angin
barat, bahaya bencana gunung api.
(5) Kelompok bentuk gangguan yang bersifat subversif. Seperti
rongrongan terhadap kewibawaan pemerintah.
Kejahatan dapat pula berbentuk penipuan dan kejahatan menggunakan
komputer. Penipuan merupakan kejahatan tidakdengan kekerasan tetapi dilakukan
secara halus. Biasanya antara dua pihak melakukan interaksi dan membuat
kesepakatan bersama, tetapi salah satu pihak mengingkari kesepakatan yang
dibuat. Akibatnya salah satu pihak merasa dirugikan. Korban penipuan umumnya
merasa dirugikan karena memberikan sesuatu kepada orang lain (uang,barang,
kepercayaan, kehormatan dll.). Kedudukan orang yang menipu yaitu menyele-
wengkan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Penjelasan kejahatan dengan
penipuan menurut Moeljatno (dalam Sudarsono), yaitu: Barangsiapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat (hoednighheid) palsu, ataupun
rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Maka
jelas bahwa unsur penipuan memiliki sanksi hukum yang tegas, dan penipuan
merupakan salah satu unsur kejahatan menyebabkan orang lain menderita.
Kejahatan komputer merupakan kejahatan paling modern saat ini, karena
dengan alat ini seseorang ahli dapat menembus komputer-komputer lain yang
jaraknya berjauhan, akibatnya banyak yang dirugikan. Kejahatan melalui
komputer dilakukan dalam bentuk,
1) Penggandaan hak cipta seperti penggandaan program (software) tanpa izin
dari pembuatnya;
2) Kemajuan bidang komputer memudahkan seseorang untuk melakukan
penyelewengan, seperti mengganggu data milik orang lain dengan membuat
virus, yang akibatnya data menjadi rusak atau hilang;
3) Memindahkan data keuangan yang ada di bank untuk kepentingan pribadi;
Kadangkala kejahatan komputer sulit untuk dilacak pelakunya, karena yang
bersangkutan tidak langsung berhadapan dengan pihak yang dirugikan, melainkan
dengan program yang dibuatnya.
Tindak kejahatan tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada hubungan
antara keinginan seseorang untuk melakukan kejahatan dengan kesempatan yang
tersedia untuk bertindak. Dapat kita simpulkan bahwa perkembangan kejahatan
pada umumnya dipengaruhi oleh:
1) Norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat;
2) Penerimaan pertumbuhan teknologi bagi pengisian kehidupan sebagian atau
seluruh anggota masyarakat;
3) Hubungan/kontak sosial yang terjadi antar budaya baik regional, nasional
maupun internasioal;
4) Tingkat berlangsungnya sosialisasi yang terjadi dalam membentuk norma-
norma dan nilai-nilai yang lebih relevan bagi tata kehidupan sosial
masyarakat.
Agar stabilitas sosial dapat terwujud, maka kejahatan perlu pencegahan
yang tepat. Untuk menanggulangi kejahatan ada syarat yang perlu diperhatikan
oleh berbagai pihak. Yaitu:
1) Sistem dan Organisasi kepolisian lebih baik;
2) Pelaksanaan peradilan yang lebih efektif;
3) Hukum yang berwibawa;
4) Pengawasan dan pencegahan kejahatan yang terkordinir;
5) Partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan.
Penanggulangan kejahatan perlu melibatkan masyarakat, karena sasaran
tindak kejahatan paling banyak dilakukan terhadap masyarakat. Karena itu,
masyarakat diharapkan dapat cepat tanggap apabila terjadi tindak kejahatan
dengan jalan melaporkannya pada yang berwenang. Begitu pula, dengan syarat-
syarat lain yang harus ditegakkan. Karena hukum tidak pandang bulu terhadap
orang yang bersalah. Apabila kejahatan dibiarkan dan masyarakat tidak percaya
lagi terhadap hukum, niscaya masyarakat akan main hakim sendiri atau kejahatan
semakin merajalela. Karena itu, hukum sebagai normasosial harus sejalan dengan
kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan terlindungi dari
setiap usaha yang akan mengganggu hak miliknya.
4. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem
adminitrasi yang bersih dan berwibawa bebas dari segala korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Karena, masalah korupsi menyangkut berbagai aspek sosial dan
budaya, maka Bung Hatta (dalam Mubyarto) mengatakan: "Bahwa korupsi adalah
masalah budaya". Apabila hal ini sudah membudaya dikalangan bangsa Indonesia
atau sudah menjadi bagian dari kebudayaan bangsa, maka akan sulit untuk
diberantas, akibatnya akan menghambat proses pembangungan nasional. Untuk
memberantas korupsi tidak hanya satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja
berperan. Melainkan seluruh rakyat Indonesia harus bertekad untuk
menghilangkan korupsi.
Korupsi dapat disebut sebagai masalah psikologi. Karena ia menyangkut
perilaku seseorang yang melakukan penyelewengan sebagai akibat dari perilaku
kelompok yang dibentuk oleh latar belakang budaya seluruh kelompok.
Penanganan korupsi tidak hanya menindak yang melakukan korupsi atau hanya
perbaikan administrasi semata-mata, melainkan harus dilakukan perbaikan secara
menyeluruh, terutama perbaikan aspek mental masyarakat.
Korupsi juga sebagai masalah politik karena berhubungan dengan
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi. Pemerintah akan
kuat dan stabil apabila secara tegas memerangi korupsi, tetapi sebaliknya apabila
korupsi dibiarkan merajalela tanpa penanganan yang jelas, maka wibawa
pemerintah akan jatuh dan tidak dipercaya lagi oleh masyarakat.
Korupsi hampir sama dengan pengertian kolusi, yaituberupa sogokan, uang
siluman atau pungli diartikan sebagai"harga pasar" yang harus dibayar oleh
konsumen (orang yang memerlukan) yang ingin membeli barang tertentu.
Sedangkan barang yang dibeli berupa surat keputusan, ijin, atautegasnya "tanda
tangan" orang yang berwenang. Secara teori ekonomi bahwa "harga pasar tanda
tangan" akan naik turun sesuai dengan naik turunnya permintaan dan penawaran
untuk mencapai "harga keseimbangan".
Kolusi hampir sama dengan korupsi yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan jabatan dilakukan dengan terselubung dan lebih rapi. Kadangkala
sulit untuk dibuktikan karena masing-masing tidak secara terangterangan.
Perbuatan kolusi ini merupakan suatu pertukaran sosial dimana dua pihak yang
melakukan kolusi terjadi interaksitimbal balik yang saling menguntungkan.
Dalam hal ini menurut Homans (dalam Zeitlin) kolusi adalah perilaku
menyimpang yang bersifat aktual yakni interaksi antar manusia dan bukan antar
norma-norma atau hukum yang diterapkan dalam kondisi mereka. Ia menyatakan
bahwa perlakuannya terhadap norma-norma yang ada bukanlah berarti bahwa ia
mengabaikan keberadaan norma-norma tersebut tetapi ia menganggap bahwa
norma-norma dan hukum-hukum tersebut tidak membuat eksplanasi (penjelasan).
Dengan demikian, kolusi yang berhubungan dengan pertukaran sosial bukan
menentang peraturan atau norma yang berlaku melainkan bagaimana pertukaran
tersebut seakan-akan terhindar dari norma. Hal itu karena norma tidak secara jelas
mengemukakan kolusi sebagai pelanggaran atau penyimpangan. Selanjutnya Blau
(dalam Zeitlin) mengatakan bahwa definisi norma sosial tergantung pada apakah
permintaan yang dibuat oleh orang yang memiliki kekuasaan (pejabat) itu jujur
dan adil, atau apakah permintaan itu terlalu berlebihan di bandingkan dengan jasa
yang diberikan sehingga penguasa (pejabat) mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dengan menggunakan kekuasaannya.
Kolusi yang berarti pertukaran sosial yaitu persengkongkolan dilakukan
oleh dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan atau jabatan untuk melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan, tetapi tidak sesuai dengan kedudukan
yang dipegangnya, dan sengaja menyeleweng dari nilai atau norma sosial.
Perbuatan kolusi ini merupakan penyelewengan wewenang yang sulit untuk
dibuktikan atau dianggap menentang hukum. Akibatnya orang yang melakukan
kolusi sangat jarang dapat dikenakan sanksi oleh pengadilan, karena tidak ada
buktidan tidak ada orang dirugikan secara langsung atau mengadukan perbuatan
kolusi tersebut.
Lain halnya dengan nepotisme yang tidak berhubungan dengan penyele-
wengan uang secara langsung seperti korupsi dan kolusi. Nepotisme penyele-
wengannya lebih mentikberatkan pada hubungan kekerabatan ayau keluarga di
mana seseorang yang memegang jabatan, menyalahgunakan wewenangnya dgn
jalan memasukkan kelompok kerabatnya di dalam pekerjaan atau instansi yang ia
pimpin atau nepotisme dapat juga dilakukan dengan memberikan proyek atau
kemudahan berusaha pada kelompok kerabatnya, sehingga pihak lain kemung-
kinan mampu dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan ternyata tidak
dilibatkan
5. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan desintergasi dari keutuhan suatu masyarakat.
Hal itu, karena tindakan yang merekalakukan dapat meresahkan masyarakat.
Karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya
kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya
perubahan-perubahan sosial dimasyarakat. Seperti pergeseran fungsi keluarga
karena kedua orangtua bekerja, sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi
berkurang. Selain itu, pergeseran nilaidan norma masyarakat mengakibatkan
berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat
mengakibatkan, masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan pada yang
berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya,dan unsur budaya lainnya dapat
mengakibatkan desintegrasi.
Kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang penanganannya perlu
melibatkan kepedulian masyarakat terhadap perkembangan remaja sebagai
generasi penerus. Begitupula peranan agama turut terlibat dalam masalah
kenakalanremaja agar mereka yang merasa berbuat kesalahan dapatkembali ke
jalan yang benar. Karena itu, dalam penangananmasalah sosial yang menyangkut
kenakalan remaja, perlu dicari latar belakang mengapa remaja bertindak nakal.
Maka pemecahan masalah sosial disesuaikan dengan latarbelakang tersebut.
Usia manusia dikatakan mulai remaja menurut pendapat, Soekanto dengan
membaginya berdasarkan jenis kelamin. Seorang gadis disebut remaja muda
apabila telah berusia 13 sampai 17 tahun karena dianggap telah mengalami
kematangan secara seksual yaitu dengan dimulainya masa haid. Sedangkan laki-
laki disebut remaja muda apabila 14 sampai 18 tahun, sehingga remaja remaja
apabila mereka telah mening galkan masa anak-anak, kemudian akan menginjak
masa dewasa. Tetapi perkembangan mental mereka belum berkembang mencapai
kedewasaan, karena usia remaja merupakan masa transisi dalam mencari identitas
diri untuk mencapai dewasa. Walaupun demikian, masa remaja sampai pada usia
21 tahun. Dengan demikian, masa remaja berada di antara masa anak-anak dengan
masa dewasa, maka disebut masatransisi. Pada masa inilah berkembang jiwa
mereka untukmenjadi remaja yang nakal atau remaja yang baik.
Kenakalan remaja disebut juga Juvenile deliquency. Apabila remaja
melakukan penyelewengan terhadap norma dan nilai sosial, mereka cenderung
anti sosial dengan bertindak sering mengganggu ketertiban, sehingga tidakjarang
berhubungan dengan aparat keamanan (yang berwajib). Tindakan kenakalan
remaja kadangkala mengarah padatindak kejahatan, apabila perbuatan tersebut
dianggap sudah melampaui batas seperti tindak kejahatan yang dilakukan orang
dewasa, maka dianggap kejahatanremaja (anak-anak), seperti pencopetan,
pemerasan terhadap remaja yang seusia, pencurian dll. Dengan demikian,
suatuperbuatan disebut kenakalkan apabila perbuatan tersebut bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup. Kenakalan
merupakan suatu perbuatan yang bersifat anti sosial yang mengandung unsur-
unsur anti normatif.
Berikut ini, lingkup kenakalan remaja sebagai dasar pengertian dari
perbuatan yang mereka lakukan,
1) Kenakalan remaja berarti perbuatan dan tingkah laku yang merupakan
perbuatan melawan terhadap norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap
kesusilaan yang dilakukan oleh para remaja;
2) Kenakalan remaja dilakukan oleh mereka yang berusia di bawah 21 tahun
yang memiliki sifat aktif terhadap lingkungannya. Perbuatan yang mereka
lakukan termasuk pada yuridiksi (sistem hukum) pengadilan anak.
Kenakalan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya faktor
lingkungan, seperti teman sepermainan, keretakan rumah tangga, selalu
disalahkan oleh orang lain, meniru perbuatan orang yang lebih tua, ataupengaruh
media massa (TV, Bioskop, atau bahan bacaan yangtidak sesuai dengan tingkat
usia dan perilaku mereka).Sedangkan faktor yang lain menumbuhkan kenakalan
remajaadalah remaja itu sendiri, karena memiliki rasa emosiyang berlebihan
atau memiliki keunggulan (fisik, mental atau intelektual) dibandingkan dengan
orang lain),sehingga remaja memiliki sikap agresif.
Remaja yang cenderung nakal, menurut Gerungan akan memiliki sikap yang
berbeda dengan remaja yang normal,yaitu:
1) Mereka lebih cenderung untuk tidak menceritakan isi hati dan cita-cita kepada
orangtuanya;
2) Mereka lebih cenderung menolak hukuman yang diberikan karena
pelanggaran yang dilakukan;
3) Mereka cenderung memberi hukuman yang terlampau berat dan tidak
mendidik terhadap lawan atau oarang lain yang dianggap salah;
4) Mereka lebih suka menonton film-film yang bersifat kekerasan atau bersifat
sadis, begitu pula kesenangan terhadap musik lebih cenderung terhadap
musikyang keras (hard rock, metal, rap, punk dll.). Kadangkala mereka
meniru perilaku bintang film atau pemain musik yang dijadikan idolanya;
5) Mereka lebih cenderung untuk tidak melanjutkan sekolah apabila telah tamat.
Selanjutnya Gerungan mengemukakan sikap-sikap remaja yang nakal
umumnya memiliki latar belakang sosial yang tidak mendukung terhadap perkem-
bangan psikologis mereka. Terutama disebabkan oleh beberapa hal seperti :
1) Berasal dari keluarga rumahtangga yang tidak utuh lagi struktur dan
interaksinya (orangtuanya bercerai);
2) Kurang mendapat perhatian akan perkembangan norma-norma dan disiplin di
dalam kehidupan keluarga. Misalnya: kelalaian dalam memelihara norma-
norma tingkahlaku yang wajar antara anak dan orangtua;
3) Kurang mempunyai kesempatan hiburan di rumahnya sendiri, sehingga remaja
mencarinya di luar;
4) Mereka umumnya memiliki kemampuan intelektual yang kurang di sekolah
dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Remaja yang cenderung berperilaku menyimpang umumnya mempunyai
latar belakang kehidupan keluarga yang kurang harmonis yang ditunjang dengan
kehidupan sosial mereka yang tidak mendukung ke arah pergaulan yang
positif. Selain lingkungan keluarga di mana terdapat orangtua, saudara (kandung
atau tiri) atau kerabat, tentu saja harus diperhitungkan pula lingkungan
sepermainan dan lingkungan pendidikan.
Pendidikan keluarga terhadap remaja dilakukan orangtua, saudara, dan
kerabat semenjak mereka anak-anaksampai menginjak usia remaja. Pada saat itu
remaja mulai diperkenalkan pada norma dan nilai kehidupan, seperticara
berpakaian, makan, berbicara atau berperilaku yang baik dan ditegur apabila
berbuat salah. Tetapi tidak semua keluarga dapat mendidik anak-anak sesuai
dengan yang diharapkan. Kadangkala orangtua terlalu memberikan kasih sayang
berlebihan. Atau bahkan tidak memperhatikan anaknya. Percekcokan orangtua
juga akan mempengaruhi perilaku anak. Akibatnya anak, berusaha untuk
melepaskan diri dari keadaan yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Suasana
rumah yang dianggap tidak menyenangkan bagi remaja akan menyebabkan
remaja berontak dan menyalahkan orangtua. Menurut Soekanto terutama karena
orang tua:
1) terlalu mengekang atau sebaliknya terlalu memberikankebebasan;
2) hanya memberikan nasehat (advis), tanpa memberikanteladan yang
mendukung nasehat tersebut;
3) terlalu mementingkan pekerjaan kantor, organisasidll, sehingga anak merasa
tidak atau kurang diperhatikan kebutuhannya;
4) terlalu mementingkan kebutuhan material (kebendaan) belaka, sedangkan
kebutuhan rohani remaja terabaikan;
5) umumnya mau menang sendiri. Artinya tidak mau menyesuaikan dengan
kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda. juga terkadang orang tua tidak
menghargai pendapat dan kritik yang dilontarkan remaja;
6) kurang mencurahkan kasih sayang.
Gejala-gejala tersebut merupakan umumnya banyak dijumpai dalam
pendidikan keluarga. Akibatnya, bila ada tindakan remaja yang sedikit
menyimpang saja, mereka selalu menyalahkan orangtua. Padahal belum tentu
demikian. Karena itu orangtua yang bijaksana senantiasa memberikan rasa aman
bagi anak-anaknya dan orangtua tidak membedakan-bedakan keberadaan mereka
(baik anaktiri maupun anak kandung atau ada anak yang diistimewakan). Karena
bila ada salah satu anak yang dimanja, makadapat menimbulkan rasa iri. Hak itu
bisa mengakibatkanterjadinya pertentangan (konflik) di antara anak, danmerka
akan merasa tidak betah berada di tengah-tengah keluarga.
Guru sebagai pengganti orangtua dalam mendidik anak remaja terbatas
hanya pada lingkungan pendidikan disekolah saja. Setiap pelanggaran yang
dilakukan anak-anak sekolah yang menginjak remaja penanganannya terbatas
hanya di sekolah. Bila dipandang perlu, kadangkala melibatkan orangtua. Tetapi
situasi sekolahpun dapat menimbulkan ketidakpuasan apabila remaja sebagai
siswadi sana menganggap sekolah sebagai tempat yang membosankan. Sehingga
kebutuhan anak tidak terperhatian dan perlindungan terhadap dirinya tidak
terpenuhi. Akibatnyamereka berontak terhadap keadaan yang ada.
Begitu pula pelanggaran yang dilakukan remaja di masyarakat, bukan
memberikan hukuman yang dapat membuatnya sengsara seperti halnya hukuman
untuk orang dewasa. Melainkan hukuman yang dapat membuatnya jera, malu
atau tidak akan melakukan pelanggaran lagi. Karena remajamemiliki masa depan
yang masih panjang dan masih memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk
memperbaiki sifat dan sikapnya. Karena itu, mengendalikan kenakalan remaja
tidak hanya dilakukan oleh orangtua dan sekolah saja. Peran masyarakat dan
penegak hukum dapat menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terutama
melibatkan orangtua secara langsung dan sekolah sebagai pendukung untuk
memperbaiki kenakalan. Tetapi bagi anak remaja putus sekolah yang melakukan
pelanggaran, harus dicari dahulu penanggung jawab bersangkutan atau mencari
orang yang paling dekat dan paling dipercaya. Juga yang memiliki kesadaran
untuk mengembalikan anak itu kepada kehidupan yang wajar. Apabila hal ini
terlaksana, diharapkan anak tersebut dapat menentukan sikap selanjutnya dengan
memilih jalan yang dibenarkan.
Pengedalian remaja yang selalu melakukan pelanggaran harus ditangani
oleh berbagai pihak. Walaupun semua pihak sudah mengarahkan dan membimbin
gtetapi bila anak tidak memiliki niat untuk berubah. Maka setiap usaha yang telah
dilakukan akan menjadi sia-sia. Bila demikian halnya, perlu ditempuh jalur lain
yang dapat menyentuh sanubarinya untuk kembali pada jalan yang benar. Tiada
lain melalui pendekatan rohani atau keagamaan.Tentang peranan agama ini, O'dea
(dalam Djamari), menguraikan fungsinya, yaitu:
1) Agama menyajikan dukungan moral dan sarana emosional, pelipur di saat
manusia menghadapi ketidapastian dan frustrasi;
2) Agama menyajikan sarana hubungan transendental melalui amal ibadat yang
menimbulkan rasa damai dan identitas baru yang menyegarkan;
3) Agama mengesahkan, memperkuat, memberi legitimasi dan mensucikan nilai-
nilai dan norma masyarakat yang telah mapan. Selain itu juga, agama
membantu mengendalikan ketentraman, ketertiban dan stabilitas masyarakat;
4) Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji ulang nilai-nilai dan norma-
norma yang telah mapan;
5) Agama memberikan rasa identitas diri, tentang siapa dan apa siapa;
6) Agama memberikan status baru dalam pertumbuhan dan siklus perkembangan
individual melalui berbagai krisis.
Dengan demikian jelas behwa agama memberikan pemecahan masalah bagi
remaja yang ingin kembali pada kehidupan masyarakat yang normal. Hanya
tinggal remaja itu sendiri yang menentukan pilihannya untuk sadar atau terus
berlanjut menjadi penjahat.
Jelaslah bahwa dampak dari perubahan sosial dapat berakibat positif tapi
juga bisa berakibat negatif. Untuk itu, dalam menghadapi perubahan yang terjadi
di masyarakat, perlu diketahui ke arah mana perubahan itu bergerak. Yang jelas,
perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah
meninggalkan fakor itu, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk
yang sama sekali baru, namun mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang
sudah ada di dalam waktu yang lampau. Usaha-usaha masyarakat Indonesia
bergerak ke arah modernisasi dalam pemerintahan, angkatan bersenjata,
pendidikan, dan industrialisasi yang disertai dengan usaha untuk menemukan
kembali kepribadian Indonesia, merupakan contoh dari kedua arah yang
berlangsung pada waktu yang sama dalam masyarakat kita.
Usaha penyesuaian diri (adaptasi) terhadap lingkungan sosial menyangkut
penyesuaian diri masyarakat dengan jalan mengadakan hubungan sosial dan
melaksanakan tuntutan sosial dari masyarakat lain yang sama-sama mengalami
perubahan agar terjadi keserasian antara individu-individu yang berubah dengan
lingkungan sosialnya, sangat diperlukan, sehingga perubahan dapat diterima
masyarakat dan tidak memunculkan kesenjangan.
Perubahan-perubahan sosial senantiasa terus dilaksanakan agar bangsa
Indonesia tidak ketinggalan dari bangsa lain melalui tahap-tahap pembangunan
sesuai dengan GBHN. Pembangunan menurut Soekanto sebenarnya merupakan
suatu proses perubahan sosial yang direncanakan dan dikehendaki. Setidak-
tidaknya pembangunan merupakan kehendak segenap rakyat Indonesia yang
terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya,
kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan.
Perubahan sosial yang direncanakan dan dikehendaki dalam bentuk pembangunan
nasional sebagai kesinambungan masyarakat Indonesia.
Modernisasi
Suatu perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Salah satu
jenis perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan modernisasi. Modernisasi
dan aspirasi-aspirasi modernisasi mungkin persoalan menarik yang dewasa ini
merupakan gejala umum di dunia. Kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini
terkait pada jaringan modernisasi, baik yang baru memasukinya, maupun yang
sedang meneruskan tradisi modernisasi.
Pengertian modernisasi pada awalnya berkembang pada abad ke XVIII di
Eropa, ketika ditemukannya mesin uap dan mesin pemintal untuk tekstil, sehingga
perkembangan tersebut merupakan landasan bagi industrialisasi di berbagai
bidang kehidupan masyarakat Eropa, yaitu lazim di dengar Revolusi Industri.
Perubahan-perubahan penggunaan alat-alat industri terjadi di Inggris, kemudian
menyebar ke berbagai negara di Eropa, peristiwa industrialisasi tersebut ternyata
sejalan dengan Revolusi Perancis yang menentang dan menghancrkan hak-hak
istimewa yang dimiliki secara turun-temurun oleh sekelompok orang (kaum
feodal), dan munculnya persamaan hak setiap warga negara, sehingga hal ini
merupakan hal awal demokratisasi di Eropa. Dari kedua revolusi tersebut
kemajuan perekonomian melalui industrialisasi menyebabkan negara menjadi
maju dan munculnya persamaan hak telah menyadarkan peranan setiap orang
dalam menentukan kehidupannya, sehingga dapat dikatakan sebagai awal dari
modernisasi.
Perkembangan modernisasi selanjutnya tidak terbatas peda industrialisasi
dan demokratisasi saja, tetapi menyangkut pula berbagai bidang kehidupan lain
yang saling berhubungan, sehingga kemajuan suatu bidang kehidupan akan diikuti
oleh bidang-bidang kehidupan lain, seperti,
1) kemajuan ilmu pengetahuan maka akan di ikuti oleh teknologi;
2) kemajuan material atau kebendaan yang digunakan setiap manusia harus
dimbangi oleh sikap mental untuk menyesuaikan diri dengan benda yang
dimilikinya, jika tidak akan dianggap sebagai orang yang ketinggalan jaman
atau ketinggalan kebudayaan.
Setiap perubahan yang terjadi di masyarakat tentu saja ada sisi baik dan sisi
buruknya, hal ini tergantung pada masyarakat sendiri yang menafsirkan modern.
Tetapi apabila, terlalu banyak menafsirkan kata modern secara salah maka akan
mengakibatkan bukan kemodernan, yang didapat melainkan perilaku masyarakat
yang tidak sesuai dengan budaya atau kepribadian bangsa, seperti meniru gaya
penyanyi atau bintang film supaya dianggap modern, padahal modern dan
tidaknya bukan dengan jalan meniru kehidupan gaya Eropa atau Amerika
melainkan sikap dan perilaku sebagai orang modern.
Modernisasi sebagai perubahan sosial dari keadaan yang tradisional, atu
pra-industri yang merupakan titik tolak perkembangan ke arah disederhanakan
modernitas melalui transisi (peralihan). Dalam kehidupan masyarakat tradisional
dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat memiliki jiwa yang tradisional pula,
tetapi pada masyarakat peralihan akan terdapat beberapa masyarakat yang
memiliki jiwa berlainan baik tradisional, transisi (peralihan) atau telah modern,
sehingga di dalam masyarakat tersebut berbaur sehingga perilaku antar sifat-sifat
masyarakat satu sama lain akan nampak sekali perbedaanya, seperti,
1) Masyarakat yang berjiwa tradisional akan menganggap setiap perubahan dapat
mendatangkan pengaruh bagi kehidupan masyarakat dan dapat menyebabkan
kerugian, sehingga setiap perubahan akan ditentang, karena mereka lebih
mementingkan kemampuan sebagai setiap kehidupan masyarakat;
2) Masyarakat transisi akan senantiasa memperhitungkan perubahan yang
datang, tetapi mereka ini kadangkala salah menafsirkan konsep modern,
sehingga setiap yang datang dan berasal dari luar (terutama berasal dari
masyarakat Barat dan Eropa/Amerika) kadangkala dianggap modern; dan
3) Masyarakat yang berjiwa modern akan menerima setiap perubahan yang
bernilai positif dan menolak pengaruh yang bersikap negatif, karena penting
sekali bagi perkembangan kehidupan masyarakat, walaupun datangnya dari
luar.
Masyarakat tradisional dianggap statis dan hampir tidak mengalami
perubahan. Seperti halnya, karakteristik masyarakat tradisional berorientasi
pada pertanian dengan menggunakan metode yang dianggap belum
berkembang misalnya,
1) mengolah tanah menggunakan cangkul atau bajak yang ditarik hewan;
2) menabur dan menanam benih dengan tangan; dan
3) industri bersifat rumah tangga dengan tidak menggunakan mesin.
Keadaan seperti ini di negara-negara yang sedang berkembang masih
banyak dilakukan oleh para petani yang tradisional, sehingga kehidupan
masyarakat tradisional tidak banyak pilihan yang efektif, karena budi daya
(pertanian) secara tradisional merupakan satu-satunya alternatif dalam
mempertahankan kehidupannya. Sebaliknya, dalam kehidupan masyarakat
dipandang terus menerus mengalami perubahan secara dinamis dengan
karakteristik yang berupa inovasi, kemajuan teknologi dan perkembangan
ekonomi. Dengan demikian, masyarakat modern dianggap lahir dari kalangan
yang anggotanya memiliki jiwa rasional, fleksibel dan mereka condong memiliki
dan menghargai pendapat masing-masing.
Proses perubahan kearah lebih maju dari sebelumnya yang ditunjang oleh
sikap dan perilaku masyarakat untuk menerima perubahan-perubahan tersebut,
merupakan suatu proses ke arah modern yang dinamakan modernisasi. Dengan
demikian, modernisasi dapat diartikan sebagai suatu sikap pikiran yang
mempunyai kecenderungan untuk pendahuluan sesuatu yang baru dari pada yang
bersifat tradisi, dan satu sikap pikiran yang hendak menyesuaikan soal-soal yang
sudah menetap dan menjadi kepada kebutuhan-kebutuhan yang baru. Dengan kata
lain, modernisasi merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change)
yang didasarkan pada perencanaan (social planing). Modernisasi umumnya di
hubungkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk suatu
kemajuan masyarakat secara positif, begitu pula masyarakat secara terbuka
menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam modernisasi memainkan peranan yang sangat
penting di berbagai bidang kehidupan, sehingga manusia sebagai pelaku
modernisasi situntut untuk selalu siap menerima perubahan-perubahan ke arah
kemajuan yang positif.
Gejala modernisasi merupakan awal terjadinya perubahan-perubahan ke
arah yang diketahui. Misalnya,
- sikap masyarakat akan pentingnya pendidikan sekolah;
- keinginan untuk hidup lebih baik;
- adanya usaha untuk mengejar ketinggalan dari masyarakat lain;
- menghargai pendapat orang lain;
- tidak menganggap pendapatnya lebih baik dari orang lain;
- memandang bahwa kehidupan hari esok harus lebih baik sari ini; dan lain-lain.
Dari adanya gejala-gejala tersebut di atas merupakan landasan bagi setiap
masyarakat untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke arah yang diharapkan dan
dikehendaki. M. Kamal Hasan (dalam Pardoyo) dalam proses modernisasi
Indonesia, menurut beberapa partisipasi bangsa Indonesia, antara lain:
1) Melihat ke depan, bukan melihat ke belakang. Bahwa kemajuan bangsa dan
negara jangan terlalu membenggakan terhadap hal-hal yang telah berlalu,
maliankan melihat ke masa yang akan datang, dengan jalan memperbaiki diri
guna menyongsong hari esok yang lebih baik;
2) Memiliki sikap dinamis dan aktif, bukan menunggu. Memperbaiki diri dan
kemajuan suatu negara harus dilakukan dengan usaha dan kerja keras, karena
kemajuan tidak akan datang sendiri tanpa adanya perjuangan;
3) Memberikan tempat bagi rasionalitas, bukan perasaan atau asumsi. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan harus diperkirakan baik atau
buruknya bagi manusia dan kehidupannya, tidak dirasakan atas dasar perasaan
atau pendapat pribadi;
4) Mengembangkan suatu sikap terbuka terhadap pemikiran dan hasil penemuan
ilmiah. Pendapat atau pemikiran orang lain yang dianggap baik bagi
pembangunan dapat kita terima sebagai suatu masukan guna melengkapi hasil
pemikiran yang telah ada, begitu pula halnya hasil penelitian merupakan
kebenaran ilmuah yang bermanfaat bagi pelaksanaan modernisasi;
5) Memberikan prioritas kepada hal-hal yang telah dicapai seseorang, bukan
kepada statusnnya yang diakui. Keberhasilan seseorang patut untuk di tiru
sebagai langkah ke arah kemajuan dan jangan beranggapan bahwa suatu
kemajuan berasal dari pendapat orang yang memiliki status sosial terhormat di
masyarakat;
6) Memberikan perhatian yang terbesar kepada persoalan langsung, yang lebih
konkret, yang lebih mendunia. Segala masalah yang terjadi dan dirasakan
langsung oleh masyarakat, yang merupakan bidang kajian seseorang
merupakan suatu hal yang sangat utama dibandingkan masalah-masalah lain
yang bukan bidang garapannya; dan
7) Melibatkan dirinya kepada tujuan yang mengatasi tujuan golongan. Tujuan
yang lebih penting adalah tujuan yang lebih besar dan lebih utama
dibandingkan dengan tujuan pribadi atau golongan, sehingga seseorang
dituntut untuk terlibat dalam segala kepentingan masyarakat dan negara.
Dengan demikian, bahwa setiap bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
sedang membangun, secara sadar harus turut serta menyukseskan program
pembangunan nasional. Pembangunan nasional melalui modernisasi akan
melibatkan beberapa aspek kehidupan, terutama yang dapat dinikmati dan
dirasakan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Adapun aspek-
aspek kehidupan tersebut muncul sebagai gejala modernisasi, diantaranya
meliputi: bidang iptek, politik dan ideologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-
faktor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, dan agar proses
tersebut tidak mengarah pada angan-angan, sebaliknya modernisasi harus dapat
memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat ke arah waktu-
waktu yang mendatang. Menurut Soekanto, terdapat syarat-syarat suatu
modernisasi sebagai berikut:
1) Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas
penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan
dan pengajaran yang terencana dan baik.
2) Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada
suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang terus-
menerus, agar data tidak tertinggal.
4) Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, di satu fihak berarti disiplin, sedangkan di lain
fihak berarti pengurangan kemerdekaan.
6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social
planing).
Agar Anda lebih memahami uraian di atas, cobalah untuk mengerjakan tugas dan latihan di bawah ini!
TUGAS
Petunjuk: 1) Bentuklah kelompok kerja dimana setiap kelompok beranggotakan
4-5 orang.
2) Cobalah mengidentifikasi contoh perubahan sosial yang terjadi
dalam masyarakat yang diakibatkan oleh masing-masing faktor
penyebabnya!
3) Buatlah dalam bentuk tabel berikut!
Kegiatan :.................................................................Nama Kelompok :.................................................................Anggota Kelompok :.................................................................
No Faktor Contoh
1 Kependudukan
2 Penemuan baru
3 Lingkungan alam
4 Pemberontakan
5 Konflik
LATIHAN
1. Apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial?
2. Sebutkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses
perubahan sosial?
3. Sebutkan 4 kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan sosial?
4. Jelaskan faktor demografi dalam mempengaruhi perubahan sosial di
masyarakat?
5. Sebutkan faktor-faktor yang cukup berperan dan berpengaruh terhadap
diterima atau tidaknya suatu perubahan oleh masyarakat?
6. Jelaskan tentang perbedaan perubahan sosial yang bersifat progress dan
regress, serta berikan masing-masing contohnya!
7. Jelaskan 2 teori yang Anda ketahui untuk menjelaskan sebab-sebab terjadi
perubahan sosial!
8. Sebutkan beberapa faktor pendorong dan penghambat terjadinya perubahan
sosial?
9. Bagaimana sikap kritis yang harus Anda lakukan dalam menghadapi
perubahan sosial?
10. Apa yang dimaksud dengan modernisasi, dan sebutkan syarat-syaratnya?!
RANGKUMAN
TES FORMATIF 4
1. Berikut ini adalah faktor perubahan sosial yang intern, yaitu...
a. Perubahan alam
b. Peperangan
c. Krisis demografi
d. Akulturasi
e. Kontak budaya
2. Contoh dari kecenderungan masyarakat mempertahankan unsur lama karena
diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil adalah.....
a. Makanan pokok
b. Upacara adat perkawinan
c. Tata cara beribadah
d. Solidaritas kelompok
e. Hubungan kekerabatan
3. Perubahan sosial mengakibatkan masalah sosial yang dimulai dengan....
a. Terciptanya integrasi sosial
b. Lahirnya golongan menengah
c. Lahirnya disinegrasi sosial
d. Berkembangnya kriminalitias
e. Peledakan populasi penduduk
4. Pemberontakan RMS muncul karena mereka menolak bergabung dengan
NKRI. Gerakan ini dinamakan.....
a. Integrasi
b. Anekasasi
c. Kolonialisme
d. Saparatisme
e. Disintegrasi
5. Masyarakat dan budaya cenderung mengalami perubahan, ini berarti terdapat
sifat tertentu yang dimiliki, yaitu....
a. Labil
b. Statis
c. Dinamis
d. Evolutif
e. Revolutif
6. Contoh perubahan yang berbentuk progress di bawah ini adalah.....
a. Listrik masuk desa mengakibatkan kenakalan remaja
b. Siaran televisi menyebabkan siswa malas belajar
c. Banyak wanita berpakaian sangat minim
d. Penemuan komputer memperlancar sistem informasi
e. Pemakaian robot menyebabkan menjamurnya pengangguran
7. Perubahan mode pakaian dari masa ke masa dikategorikan sebagai perubahan
yang sedikit sekali pengaruhnya serta ruang lingkupnya pun tak luas,
karena.....
a. Hanya menguntungkan kaum muda-mudi saja
b. Hanya terjangkau oleh golongan tertentu saja
c. Tidak ada hubungan dengan kebutuhan politik dan hukum
d. Tidak ada hubungan dengan kebutuhan sekunder saja
e. Perubahan tersebut hanya diciptakan kaum pedagang dan para
perancang mode
8. Beberapa faktor yang peranannya berpengaruh terhadap penerimaan suatu
unsur baru antara lain yang dikemukakan sebagai berikut, kecuali.....
a. Tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat
b. Sejalan dengan kemauan aparat keamanan masyarakat
c. Langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
d. Sudah ada unsur yang melandasi unsur baru
e. Terbiasanya masyarakat kontak dengan masyarakat lain
9. Pengertian dasar aksi protes adalah gerakan atau tindakan yang dilakukan
bersama-sama untuk menyampaikan pernyataan tidak setuju terhadap suatu
kebijakan dengan cara.....
a. Persuasif
b. Mengecam secara pedas
c. Mengajak kepada kebenaran
d. Berontak dengan penjarahan
e. Mengalihkan situasi politik
10. Perubahan struktural dan memakan waktu relatif cepat disebut......
a. Evolusi
b. Radikal
c. Destruktif
d. Moderat
e. Reaktif
11. Tindakan korupsi adalah kejahatan yang terjadi karena.....
a. Pelakunya mempunyai kebiasaan buruk
b. Ada kelainan jiwa pada para pelakunya
c. Pelakunya mempunyai cacat fisik
d. Ada kesempatan yang dimiliki pelaku
e. Pelakunya mempunyai krisis jiwa]
12. Upaya utama untuk menanggulangi kenakalan remaja adalah.....
a. Menciptakan lapangan kerja yang luas
b. Menciptakan sarana hiburan yang mendidik
c. Memperketat pengendalian sosial
d. Mengadakan razia di sekolah dan kendaraan umum
e. Mengadakan penyuluhan secara efektif
13. Situasi yang menandai terjadinya disintegrasi sosial sebagai akibat perubahan
sosial antara lain.....
a. Sanksi berfungsi secara efektif
b. Timbul kebersamaan dalam masyarakat
c. Meningkatkan wibawa aparat
d. Solidaritas kelompok meningkat
e. Masyarakat kurang mematuhi norma yang berlaku
14. Kemerdekaan Republik Indonesia membawa perubahan yang mendasar bagi
kehidupan rakyat Indonesia, termasuk perubahan secara....
a. Evolusi
b. Revolusi
c. Modernisasi
d. Regres
e. Progres
15. Manakah yang merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat progress.....
a. Koran masuk desa untuk meningkatkan informasi
b. Listrik masuk desa mempermudah para pemuda untuk begadang
c. ABRI masuk desa untuk menakut-nakuti rakyat
d. Banyak keluarga memiliki pesawat TV membuat nushola menjadi kosong
e. Gotong royong semakin menurun karena penduduk mencari pekerjaan di
kota
16. Proses integrasi sosial akan baik apabila.....
a. Ada homogenitas kelompok
b. Adanya penggunaan berbagai ragam bahasa
c. Kepribadian setiap individu sama
d. Terdapat sifat egoisme pada setiap individu
e. Norma-norma itu konsisten dan tidak berubah-ubah
17. Contoh perubahan sosial secara cepat dan mendasar adalah.....
a. Revolusi kemerdekaan
b. Mode pakaian
c. Penggunaan alat telekomunikasi
d. Perubahan peranan wanita
e. LMD
18. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan akan mempengaruhi sistem
sosialnya yang meliputi....
a. Nilai, sikap, dan pola perilaku masyarakatnya
b. Kebutuhan, asal-usul, dan ciri fisik masyarakat
c. Keyakinan, suku bangsa, dan adat istiadat
d. Kebutuhan hidup, pola perilaku, dan asal-usul
e. Norma, nilai, dan seluruh kondisi alam lingkungan
19. Perubahan regress adalah bentuk perubahan yang menyebabkan kemunduran
kehidupan masyarakat yang meliputi....
a. Seluruh bidang kehidupan
b. Sebagai dasar bidang kehidupan
c. Pola hidup dan tingkah laku warga
d. Bidang pemenuhan kebutuhan
e. Bidang kehidupan tertentu
20. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat adalah
demografi, maksudnya adalah.....
a. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
b. Program transmigrasi dari pemerintah
c. Berkurang atau bertambanhnya penduduk
d. Adanya tingkat kelahiran dan kematian
e. Keberhasilan pelaksanaan program KB
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
DAFTAR PUSTAKA
Top Related