MODEL PENGUJIAN KONSTITUSIONALITAS MODEL PENGUJIAN KONSTITUSIONALITAS DI BEBERAPA NEGARADI BEBERAPA NEGARA
MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA
MOH. SALEH, SH., MH.MOH. SALEH, SH., MH.
Sumber : Jimly Asshiddiqie, iModel-Model Pengujian Konstitusional di Beberapa Negara, Sinar Grafika, 2010
BEBERAPA MODELPENGUJIAN KONSTITUSIONALITAS
1. Model Amerika Serikat
2. Model Austria
3. Model Conseil Constitutionnel Perancis
4. Model Campuran Amerika dan Konstinental
5. Model Pengujian oleh Special Chambers
6. Model Belgia
7. Model Tanpa Judicial Review
8. Model Legislative Review
9. Model Executive Review
10. Model International Judicial Review
MODEL AMERIKA SERIKAT
Sejak adanya putusan MA atas kasus Marbury vs Madison 1803 (John Marshall’s Doctrine ), pengujian konstitusionalitas dilakukan oleh MA.
MA disebut sebagai the guardian, the protector, the interpreter of the constitution
Pengadilan biasa kemudian dapat juga melakukan judicial review melalui prosedur a desentralized or diffuse or dispersed Review.
Dipengaruhi tradisi common law system – Judge Made Law
MODEL AMERIKA SERIKAT
Judiacial Review bersifat a posteriori review Putusan hanya mengikat para pihak (inter partes), akan tetapi
berlaku asas stare decisis yang mengikat bagi peradilan sesudahnya.
Putusan mengenai inkonstitusionalitas bersifat deklaratoir dan retrospektif, yaitu bersifat ex tunc (yang lalu), bukan ex nunc (yang sekarang).
BEBERAPA NEGARA YANG MENERAPKAN MODEL AMERIKA SERIKAT
Di Eropa : Denmark, Estonia, Irlandia, Norwegia, dan Swedia. Di Afrika : Botswanan, Gambia, Ghana, Guenia, Kenya, Malawi,
Namibia, Nigeria, The Seychelles, Sierra Leone, Swaziland, dan tanzania.
Di Timur Tengah : Iran dan Israel. Di Asia : Bangladesh, Fiji Honh Kong (sampai 1 Juli 1997), India,
Jepang, Filipina. Kiribia, Malaysia, Micronesia, Nauru, Nepal, New Zealand, Palau, Papua New Guinea, Singapura, Tibet, tonga, Tuvalu, Vanuatu dan Samoa barat.
Di Amerika Utara : Kanada Di Amerika Tengah dan Selatan : Argentina, Bahamas, Barba-Dos,
Belize, Bolivia, Domanica, Grenada, Guyana, Haiti, Jamaica, Mexico, St. Christopher/Nevis, Trinidad dan Tobago.
MODEL AUSTRIA (CONSTINENTAL MODEL)
Berdasarkan pemikiran Hans Kelsen yang dimuat dalam Konstitusi Austria 1920.
Model ini menyeimbangkan supremasi parlemen dengan supremasi konstitusi, supaya kedaulatan rakyat tidak menyimpang dari the supreme law of tha land.
Model ini menghendaki dibentuknya pengadilan konstitusi yang bersiri sendiri (MK/Verfassungsgerichtshof)
Pengujian dapat bersifat a posteriori review dan a priori review Putusan mengikat secara erga omnes dan bersifat mutlak
berdasarkan the absolute authority of the institution Uji konstitusionalitas MK berupa abstract review, bukan concrete
review (vonnis atau beschikking)
BEBERAPA NEGARA YANG MENERAPKAN MODEL AUSTRIA
Di Eropa : Albania, Andorra, Belarus, Bosnia, Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Czech Republic, Jerman (dan di beberapa negara bagian), Hungaria, Italia, Lithuania, Latvia, Luxembourg, Macedonia, Moldavia, Malta, Polandia, Romania, Russia (dan beberapa negara bagian), Slovakia, Slovenia, Spanyol, Turki, dan Ukraina.
Di Afrika : Angola, Benin, Burundi, Afrika Tengah, Mesir, Equatorial Guinea, Gabon, Madagaskar, Mali, Rwanda, Togo, dan Afrika Selatan.
Di Timur Tengah : Cyprus, Irak, Palestina, dan Syiria.. Di Asia : Amenia, Azerbaijan, Georgia, Kyrgyzstan, Mongolia, Korea
Selatan, Sri Lanka, Tajikistan, Thailand, Uzbekistan. Di Amerika tengah dan Selatan : Chile, Suriname, Tucuman Province
1990(Argentina)
MODEL CONSEIL CONSTITUTIONNEL PERANCIS
Conseil constitutionnel dibentuk melalui Konstitusi kelima Perancis 1958.
Pada mulanya Perancis menentang bersama Inggris dan Belanda. Namun akhirnya Perancis mengambil jalan tengah dg membentuk dewan konstitusi, bukan Court.
Pengujian konstitusionalitas oleh Dewan Konstitusi bersifat a priori contitutional review (preventif) atau constitutional preview.
Dalam perkembangannya, constitutional review juga dilakukan oleh special chamber dari MA dalam perkara khusus dan bersifat a priori review dan konsultatif. Akan tetapi untuk perkara Pemilu bersifat a posteriori review.
BEBERAPA NEGARA YANG MENERAPKAN MODEL CONSEIL CONSTITUTIONNEL
Di Timur tengah : Lebanon Di Afrika : Aljazair, Comoros, Djibouti, Ivory Coast,
Marocco, Mauritania, Mozambique, dan Senegal. Di Asia, Kamboja dan Kazakhztan.
MODEL CAMPURAN AMAERIKA DAN KONSTINENTAL
Menerapkan sistem yang tersebar dan terkonsentrasi, tercampur dalam satu kesatuan (both a diffuse and concentrated system).
Meskipun pengujian konstitusionalitas terpusat di MK atau MA atau bahkan pada special chamber tertentu dalam peradilan yang ada, semua tingkatan pengadilan pun dapat mengesampingkan penerapan UU yang diyakini bertentangan dengan konstitusi.
Di negara yang mempunyai MK : Kolombia, Ekuador, Guatemala, dan Peru.
Beberapa negara yang memberikan pengujian konstitusional kepada pengadilan tinggi ataupun kepada badan khusus : Yunani dan Switzerland.
MODEL CAMPURAN AMAERIKA DAN KONSTINENTAL
Di Asia yang menerapkan model campuran : Cina Taiwan, Di Afrika : Cape Verde Di Amerika Tengah dan Selatan : Brazil, El Savador,
Honduras, dan Venezuela.
MODEL PENGUJIAN OLEH SPECIAL CHAMBER
Melembagakan kewenangan konstitusionalitas ke dalam fungsi lembaga peradilan yang sudah ada dalam bentuk special chamber (bukan di MA).
Di Yaman, mekanisme pengujian konstitusional dilakukan oleh kamar khusus (special chamber ) di pengadilan tinngi.
Di Afrika : Burkina Faso, Cameeron, Chad, Eritrea, Niger, Sudan, Uganda, Zaire, dan Zambia.
Di Amerika tengah dan Selatan : Costa rica, Nicaragua, Panama, Paraguay, dan Uruguay.
MODEL BELGIA
Sebelum 2005, fungsi konstitusional review diberikan kepada Badan Peradilan Tertinggi di Bidang Arbitrase (Court of Arbitration), yang berkedudukan sejajar dengan MA.
Dibentuknya Court of Arbitration sebagai jalan tengah atas pengaruh Tradisi Politik Belanda, Perancis dan Jerman.
Dasar Pemikirannya bahwa sengketa konstitusional terjadi antar lembaga negara atau antara organ negara dengan warga negara, oleh karena itu lembaga yang melakukan pengujian ini dapat disebut Court of Constitutional Arbitration.
Model Belgia ini diterapkan di Islandia, Liechtenstein, Monaco, dan Kosovo.
MODEL BELGIA
Dalam perkembangannya, Mahkamah Arbitrase ini melengkapi di dengan kewenangan baru yaitu constitutional review.
Sejak 2005, karena banyaknya kasus kerugian konstitusional warga negara, maka Court of Arbitration berubah menjadi Mahkamah Konstitusi.
Model Belgia sekarang sudah sama dengan Model Austria (decentralised Model)
MODEL TANPA JUDICIAL REVIEW
Terjadi di Inggris dan Belanda yang tetap menerapkan supremasi parlemen secara murni.
UU di Belanda tidak dapat digangu gugat. Hakim menerapkan UU, bukan menilai UU. Di Inggris berlaku doktrin the Queen or the King in Parliament,
dimana Ratu atau raja sebagai Kepala Negara secara simbolis berfungsi juga sebagai Ketua House of Lords, seperti Raja atau ratu menjadi Ketua Raad van State (Dewan Penasehat) di Belanda.
Parlemen menyandang kedudukan yang lebih tinggi dari pada kekuasaan kehakiman.
Di Samping itu pula, di Inggris tidak punya konstitusi tertulis.
MODEL LEGISLATIVE REVIEW
Terjadi di negara-negara yang menganut faham komunisme, misalnya china.
Di negara komunis berlaku prinsip supremasi parlemen. Dewan rekyat Tertinggi yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam
struktur negara. DI Indonesia, sebelum perubahan ketiga, diberikan kepada
pembentuknya sendiri yaitu Presiden bersama DPR. Tap MPR No. III/MPR/2000 bahwa MPR yang berwenang menguji
konstitusionalitas UU. Beberapa negara yang menerapkan model ini : Finlandia, Bahrain,
Kuwait, Oman, Congo, Ethiopia, Tunisia, Simbabwe, Brunai, Myanmar, China, Laos, Korea utara, Pakistan, Turmenistan, dan Vietnam serta Cuba,
MODEL EXECUTIVE REVIEW
DI Indonesia, Pemerintah melalui Mendagri diberikan wewenang membatalkan Perda yang bertentangan dengan peraturan di atasnya.
Tidak meski terkait dengan konstitusional review.
BAGAIMANA PENDAPAT SAUDARA TERIAT ADANYA WEWENANG EXECUTIVE REVIEW OLEH PEMERINTAH
PUSAT ?
Perpres (60 hari)
Sekdaprov. an. Gub.
Pergub.
Surat Pernyataan
Persetujuan Bersama
MEKANISME PEMBATALAN
Penetapan
Klarifikasi Evaluasi
Pengundangan
3 ha
ri
Bupati
15
hari
Pembatalan
Tidak Sesuai Sesuai
Rekomendasi Penyempurnaan dan/atau pencabutan
Mahkamah Agung
Psl 66 – 83 Permendagri No. 53 Th. 2011
7 hari
60 hari
Penghentian Pelaksanaan 7 hari
Per
da
Pen
cabu
tan
30 hari
Rekomendasi Penyempurnaan dan/atau pencabutan
7 ha
ri
EVALUASI RAPERDA(Pasal 66 - 70 Permendagri No. 53 Th. 2011)
Penyampaian Raperda terkait APBD, pajak,
retribusi dan tata ruang kepada Gubernur
Tim Evaluasi Raperda Provinsi
Laporan Hasil Evaluasi kepada Gubernur
Keputusan Gubernur
Ber
koo
rdin
asi
den
gan
kem
ente
rian
ter
kait
Bupati
Tindak Lanjut Hasil evaluasi
Jika tidak ditindaklanjuti dan tetap menetapkan jadi Perda, Gubernur
membatalkan dg Pergub
Pengundangan Perda
KLARIFIKASI PERDA(Pasal 73 (2) jo. Psl 77-82 Permendagri No. 53 Th. 2011
Tim Klarifikasi yang dibentuk oleh Gubernur
Melakukan Klarifikasi Perda Kabupaten/Kota
Laporan Hasil Klarifikasi
Sudah Sesuai
Surat Pernyataan Sekdaprov.
Tidak Sesuai
Rekomendasi Penyempurnaan atau
pencabutan
Jika rekeomendari
tidak dilaksanakan,
maka Gubernur mengusulkan pembatalan
melalui Mendagri kpd Presiden (Perpres – 60
hari)
Paling lama 7 hari setelah
diterimanya pembatalan,
kepala daerah harus
menghentikan pelaksanaan Perda
dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah
mencabut Perda
MODEL INTERNATIONAL JUDICAIL REVIEW
Akibat munculnya perkembangan teori dan praktik ketatanegaraan dewasa ini, misalnya European Community dan European Union.
Dilakukan oleh International Judicial Institution. European Union dibentuk mirip dengan negara baru, ada
eksekutif, legislatif dan pengadilan Eropa bahkan ada konstitusi Eropa.
HTN dihadapkan pada HI (menjadi kajian Hukum Publik) Bagaimana kedudukan konstitusi di depan konstitusi Eropa? Pilihan tradisi dualisme (a dualist tradition) dan monisme
tradition (a monist tradition).
TIGA MODEL UTAMA PENGUJIAN KONSTITUSIONALITAS
MODEL AMERIKA SERIKAT MODEL AUSTRIA MODEL PERANCIS
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH
Top Related