MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH
BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA
SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI GIRIWETAN KEC. GRABAG
KAB. MAGELANG
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Raswati Harini
61029090
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS SEMARANG 2011
ii
SARI
Raswati Harini, 2011. Model Pembelajaran Passing Bawah dalam Bola Voli melalui Pendekatan Lingkungan Kebun pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I : Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd, Dosen Pembimbing II : Drs. Sutardji, MS. Latar belakang permasalahan adalah model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Masalah yang dikaji dalam penelitian adalah bagaimana bagaimanakah model pembelajaran passing bawah bola digantung pada permainan bola voli melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran pasing bawah dalam bola voli melalui pendekatan lingkungan kebun pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan dengan metode dengan tes dan pengukuran. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa IV dan kelas V di SD N Giriwetan berjumlah 54 anak dimana kelas IV sejumlah 20 siswa sebagai kelas Uji Coba I dan kelas V sejumlah 34 sebagai kelas Ujicoba II. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) model pembelajaran passing bawah dengan bola digantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan sebagai model pembelajaran bola voli dalam penjasorkes siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Respon siswa terhadap model pembelajaran passing bawah bola voli dengan bola digantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012 secara umum termasuk dalam kategori baik. Saran yang diajukan peneliti adalah (1) Bahwa latihan passing bawah bola digantung dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran passing bawah dalam pembelajaran bola voli bagi siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kec. Grabag Kab. Magelang (2) penggunaan model pembelajaran penjasorkes dalam pembelajaran bola voli khususnya pada teknik passing bawah bola digantung sebaiknya disesuaikan dengan alokasi waktu, pertumbuhan dan perkembangan anak, kreativitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang pada akhirnya diharapkan hasil belajar siswa menjadi maksimal.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Model Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli
dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa Kelas
IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang” ini
telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Semarang, Agustus 2011
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd Drs. Sutardji, M.S NIP.19620425 198601 1 001 NIP. 19490210 197503 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan PJKR
Universitas Negeri Semarang
Drs. Hermawan Pamot R, M.Pd NIP. 19651020 199103 1002
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya hasil orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011
Raswati Harini NIM. 61029090
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Raihlah ilmu kapan dimanapun engkau berada sepanjang hayat, karena Allah
meninggikan kedudukan orang yang beriman dan berilmu (Penulis)
2. Terimalah kebenaran darimanapun asalnya apabila engkau ingin pandai dalam
urusan agama (Muh. Nawawi)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Bapak, Ibu, Saudara-saudaraku
Suami dan anakku tersayang
Guru dan Dosen FIK UNNES
Teman-teman PGPJSD 2009
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis menjadi mahasiswa UNNES.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini.
4. Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd, selaku Pembimbing Utama yang telah sabar
dalam memberikan petunjuk dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Drs. Sutardji, M.S, selaku Pembimbing Pendamping yang telah sabar dan
teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu
Keolahragaan yang telah memberi bekal ilmu dan sumber inspirasi serta
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini kepada penulis.
7. Kepala SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kab. Magelang yang telah
vii
memberikan ijin penelitian guna penyelesaian skripsi.
8. Seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan yang mau berperan
sebagai sampel dalam penelitian sehingga terselesaikannya penulisan skripsi
ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian untuk penulisan skripsi
ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena
masukan, saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Akhirnya semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca semua.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i SARI .............................................................................................................. ii PERSETUJUAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN .............................................................................................iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................vi DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 5 1.3 Tujuan Pengembangan ................................................................ 5 1.4 Spesifikasi Produk ...................................................................... 6 1.5 Pentingnya Pengembangan ......................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 8 2.1 Sejarah Permainan Bola Voli ..................................................... 8 2.2 Pengertian Kesegaran Jasmani ................................................... 9 2.3 Komponen-komponen Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Bola Voli ...................................................................... 10 2.4 Metode Pembelajaran Bola Voli ............................................... 12 2.5 Teknik Dasar Bola Voli ............................................................ 13 2.6 Pembelajaran Passing Bawah dengan Bola Digantung ............. 17 2.7 Karakteristik Anak Sekolah Dasar ............................................ 18 2.8 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Dasar ......... 18 2.9 Model Pembelajaran ................................................................. 19 BAB III METODE PENGEMBANGAN ..................................................... 23 3.1 Model Pengembangan .............................................................. 23 3.2 Prosedur Pengembangan ......................................................... 25 3.3 Uji Coba Produk ..................................................................... 26 3.4 Cetak Biru Produk .................................................................. 28 3.5 Jenis Data ................................................................................ 29 3.6 Instrumen dan Pengumpulan Data ............................................ 29 3.7 Analisis Data ........................................................................... 35
ix
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ......................................................... 37 4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba I .............................................. 37 4.2 Hasil Analisis Uji Coba I .......................................................... 43 4.3 Revisi Produk .......................................................................... 46 4.4 Penyajian Data Hasil Uji Coba II .............................................. 48 4.5 Hasil Analisis Data Uji Coba II ................................................. 48 4.6 Prototipe Produk ....................................................................... 56 4.7 Keterbatasan Pengembangan..................................................... 59 BAB V KAJIAN DAN SARAN.................................................................. 61 5.1 Kajian Prototipe Produk ............................................................ 61 5.2 Saran Pemanfaatan.................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Lembar Evaluasi Ahli............................................................................... 30
3.2 Aspek, indikator dan Jumlah Butir Kuesioner ........................................... 30
3.3 Klasifikasi Persentase ............................................................................... 36
4.1 Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli .......................................................... 42
4.2 Analisis Deskriptif per Responden ........................................................... 53
4.3 Interval Kriteria Aspek Kognitif ............................................................... 54
4.4 Interval Kriteria Aspek Afektif ................................................................. 55
4.5 Interval Kriteria Aspek Psikomotor ......................................................... 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Prosedur Evaluasi Formatif ...................................................................... 22
4.1 Analisis Deskriptif per Responden ........................................................... 54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing .......................................................... 64
2. Surat Ijin Penelitian dari Kepala UPTD Pendidikan .................................. 66
3. Surat Ijin Penelitian dari Kepala SD N Giriwetan ....................................... 67
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................... 68
5. Kuesioner untuk Siswa .............................................................................. 71
6. Daftar Siswa Kelas IV dan V SD N Giriwetan ........................................... 75
7. Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 77
8. Lembar Evaluasi Ahli ................................................................................ 78
9. Hasil Penelitian .......................................................................................... 98
10. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan olahraga merupakan salah satu bentuk dari pendidikan secara
umum. Dalam proses pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan. Olahraga
memegang peran yang sangat penting karena di dalam materi Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan dapat secara langsung mengembangkan/membina fisik
agar sehat dan kuat. Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara jasmani dan rohani. Pandangan tersebut mengarahkan bahwa
pelaksanaan pendidikan haruslah ditujukan pada manusia yang merupakan satu
kesatuan tersebut. Sehingga pendidikan olahraga merupakan unsur mutlak penting
yang harus diperhatikan, karena sebagai faktor penentu keberhasilan pencapaian
pendidikan itu sendiri. (Aip Sarifudin, 1992/1993: 1)
Tujuan umum pendidikan jasmani SD adalah memacu pada pertumbuhan
jasmani, mental, emosional, dan sosial selaras dalam upaya membentuk dan
mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan kebiasaan
hidup sehat (Aip Sarifudin, 1992/1993: 5).
Bola voli adalah permainan yang menyenangkan di mana mudamudi,
orang dewasa, dan orang tua secara iseng-iseng ikut memantul-mantulkan bola
voli hilir mudik di udara melewati net. Kalau tidak ada net seutas tali pun bisa
dipakai sebagai pemisah lapangan. Dalam lingkungan sekolah khususnya tingkat
SD, SLTP, dan SLTA cabang olahraga bola voli telah tercantum dalam kurikulum
2
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sehingga cabang olahraga ini wajib
diajarkan pada lingkungan sekolah. Seperti pendapat Suharno H.P. (1982: 9)
bahwa untuk mencari pemain berbakat dimulai dari usia dini dapat dilakukan atau
dipantau di sekolahsekolah seperti SD, SLTP, SLTA atau pada klub-klub di
kampung.
Permainan bola voli yang dilakukan di sekolah akan bermanfaat bagi diri
anak didik. Di samping itu dapat mencapai tingkat mutu permainan setinggi
mungkin. Dengan demikian pengaruhnya akan lebih meresap dalam diri anak
didik maupun regu kelompok bermain, sehingga dalam diri anak didik akan
timbul keinginan untuk mengisi waktu senggang degan bermain baik di dalam
maupun luar sekolah.
Permainan bola voli adalah permainan beregu, di mana melibatkan lebih
dari satu orang pemain untuk berlangsungnya permainan ini dengan baik. Masing-
masing pemain dari setiap regu harus memiliki keterampilan di dalam memainkan
bola serta kerja sama yang baik yang diperlukan untuk memenangkan
pertandingan. Upaya untuk menumbuhkan budaya olahraga dalam meningkatkan
kualitas manusia, dilakukan dengan jalan mewujudkan tujuan olahraga pendidikan
yaitu mencapai sasaran Pendidikan Nasional melalui kegiatan olahraga yang telah
disusun dan dijabarkan dalam kurikulum pendidikan meliputi tujuan umum
maupun tujuan khusus pendidikan.
Berorientasi pada pencapaian sasaran pendidikan, kegiatan pendidikan
olahraga di SD mencakup berbagai macam cabang seperti gerak dasar, senam
irama/ritmik, senam ketangkasan/senam lantai, permainan bola kecil, permainan
3
bola besar, aktivitas untuk daya tahan, atletik serta kesehatan, sehingga
persendian, otototot menjadi kuat, sedangkan peredaran darah menjadi lancar,
pernafasan menjadi baik, pertumbuhan maksimal dan dapat melatih pikiran untuk
memecahkan masalah dengan cepat.
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran
Penjasorkes di sekolah terutama bola voli adalah terbatasnya sarana dan prasarana
pembelajaran yang tersedia di sekolah baik terbatas secara kuantitas maupun
kualitas. Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara
signifikan terhadap pembelajaran Penjasorkes, karena kurang didukung oleh
tingkat kemampuan, kreativitas, dan inovasi para guru Penjasorkes selaku
pelaksana khususnya dalam pengembangan model pembelajaran.
Ditengarai bahwa guru Penjasorkes dalam melaksanakan proses
pembelajaran bersifat konvensional yang cenderung monoton, tidak menarik, dan
membosankan, sehingga peserta didik tidak memiliki semangat dan motivasi
dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dampak dari itu secara tidak disadari
akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan
keterampilan gerak peserta didik yang seharusnya dapat dikembangkan sesuai
dengan perkembangan gerak seusianya.
Dengan demikian potensi peserta didik akan tidak berkembang secara
optimal pada dasarnya, dan pada akhirnya kurang optimal pula dalam mendukung
dan memberi kontribusi bibitbibit atlet berpotensi yang dapat dikembangkan pada
pembinaan prestasi olahraga ke depan.
4
Model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu
penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model
pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan oleh para guru Penjasorkes dapat
membawa suasana pembelajaran yang inovatif. Dengan terciptanya pembelajaran
yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang
mengeksplorasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang
dimiliki. Biarpun model pembelajaran yang ada masih terbatas dalam lingkup
lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan
lingkungan fisik di luar sekolah yang sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber
belajar yang efektif dan efisien.
Lingkungan fisik di luar sekolah yang merupakan salah satu sumber belajar
yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru
Penjasorkes dalam mengembangkan pembelajarannya. Guru Penjasorkes masih
berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai macam
persoalan dan keterbatasannya. Para guru lupa bahwa lingkungan fisik di luar
lingkungan sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam bebas berupa
perkebunan, persawahan, sungai, hutan, perbukitan, pantai, perumahan, dan lain-lain
yang jika dimanfaatkan secara optimal melalui model pembelajaran akan membantu
para guru dalam meningkatkan pembelajaran Penjasorkes yang inovatif.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipandang perlu
adanya model pembelajaran Penjasorkes dengan pendekatan atau memanfaatkan
lingkungan fisik di luar sekolah, sebagai wahana penciptaan pembelajaran
5
Penjasorkes yang inovatif, sehingga menjadikan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan serta sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti “Model
Pembelajaran Passing Bawah dalam Bola Voli melalui Pendekatan Lingkungan
Kebun pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang”.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimanakah model pembelajaran passing bawah bola digantung pada
permainan bola voli melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa
kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
Tahun Pelajaran 2010/2011?”
1.3 Tujuan Pengembangan
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan
model pembelajaran bola voli (passing bawah bola digantung) dalam Penjasorkes
melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa kelas IV dan V SD
Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2010/2011.
1.4 Spesifikasi Produk
Sesuai dengan judul, maka spesifikasi produk yang dihasilkan adalah
model pembelajaran passing bawah melalui pendekatan lingkungan perkebunan.
6
Agar tidak terjadi salah penafsiran maka dijelaskan istilahistilah yang digunakan
sebagai berikut.
1.4.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
(Trianto, 2007:5)
1.4.2 Passing Bawah Bola Digantung
Passing bawah bola digantung adalah salah satu jenis latihan dalam teknik
dasar bola voli yang bertujuan agar pelaksanaan latihan bola voli dapat
berlangsung lebih efektif.
1.4.3 Lingkungan Kebun
Yang dimaksud dengan lingkungan kebun dalam penelitian ini adalah
lingkungan kebun di luar halaman sekolah namun tidak terlalu jauh dari sekolah.
1.5 Pentingnya Pengembangan
1.5.1 Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan hasil
penelitian.
1.5.2 Untuk mengembangkan kepustakaan bagi penelitipeneliti selanjutnya.
1.5.3 Dapat dijadikan suatu gambaran bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran bola voli (passing bawah bola digantung) di lingkungan perkebunan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SD Negeri Giriwetan Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Permainan Bola Voli
Pada tahun 1895 Morgan (William G. Morgan) menciptakan permainan
dengan menggunakan net tenis yang digantungkan setinggi 216 cm dari lantai.
Selanjutnya sebagai bola dipakai bola bagian dalam dari basket. Permainan ini
dimainkan dengan memantulmantulkan bola di udara secara terus menerus
melewati atas net, tetapi bola tidak boleh menyentuh lantai dan harus di voli.
Morgan memberi nama “minonette” kepada permainan tersebut. Dalam permainan
ini belum ada ketentuan atau peraturan mengenai batas jumlah sentuhan maupun
rotasi pemain. Mengulurkan tangan melewati atas net dengan maksud menyentuh
bola di daerah lawan masih diperbolehkan. Masih pada tahun yang sama (1895)
Morgan diundang oleh Dr. Gulick untuk membawa dua tim minonette ke
Springfield untuk melakukan pertandingan ekshibisi. Akhirnya Alfred T. Halstead
juga dari Springfield College mengusulkan sebuah nama untuk permainan ini,
yaitu “volley ball” dengan alasan bahwa prinsip permainan itu adalah memainkan
bola dengan cara memvolley (di Indonesiakan jadi memvoli), yaitu bola dipukul
hilir mudik di udara melewati net. Usul ini dapat diterima secara bulat dan sampai
saat ini nama permainan volley ball tetap dipakai. Sejak saat itu bola voli tidak
hanya dimainkan di lapangan tertutup tetapi juga di lapangan terbuka. Dan
permainan ini mulai populer baik di kalangan kaum muda maupun tua.
Selanjutnya pada tahun 1990 sistem poin mulai berlaku dengan 21 poin untuk tiap
8
set. Tahun 1917 perubahan angka yaitu sistem 15 angka untuk satu set. Tahun
1918, ditetapkan peraturan mengenai jumlah pemain yaitu ditetapkan bahwa satu
regu terdiri dari 6 orang pemain. Tahun 1921 mulai ditetapkan garis tengah.
Tahun 1922 diberlakukan peraturan bahwa setiap regu diperbolehkan memainkan
bola di dalam petak sendiri sebanyak 3 kali, kemudian harus diseberangkan ke
daerah lawan. Tahun 1923 ukuran lapangan ditetapkan seperti yang ada sekarang
yaitu lebar 9 m, panjang 18 m. Bola voli di Indonesia sudah dikenal sejak tahun
1928 dibawa oleh guruguru Belanda yang mengajar di sekolah lanjutan (H.B.S
dan A.M.S). Namun waktu itu permainan bola voli belum populer di kalangan
masyarakat. Permainan ini mulai berkembang setelah kemerdekaan Republik
Indonesia. Tanggal 22 Januari 1955 di Jakarta diresmikan berdirinya PBVSI,
disahkan oleh KOI (Komite Olahraga Indonesia) pada bulan Maret 1955 sebagai
induk organisasi bola voli yang tertinggi di Indonesia.
2.2 Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan
kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan
efisien. Disadari atau tidak, sebenarnya kesegaran jasmani itu merupakan salah
satu kebutuhan hidup manusia karena kesegaran jasmani senyawa dengan hidup
manusia.
Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia melakukan
pekerjaan dan bergerak. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk
bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidak sama sesuai dengan
gerak atau pekerjaan yang dilakukan. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh
9
karyawan berbeda dengan anggota TNI, berbeda pula dengan penarik becak
dengan pelajar, dan sebagainya. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang
anak berbeda dengan yang dibutuhkan orang dewasa, bahkan kadar kebutuhan
kesegaran jasmani itu sangat individual (Depdiknas, 2007: 1).
Menurut Soemardjono (1992), kesegaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk menunaikan tugasnya seharihari dengan mudah, tanpa merasa
lelah yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk
menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak.
Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk
menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sulit, dimana orang yang
kesegaran jasmaninya kurang tidak akan mampu melakukannya (FC dari Bp.
Taufik H). Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas
sehari-hari dengan giat dan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang
berarti, dan dengan energi yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan
hadapi hal-hal yang darurat yang tak terduga sebelumnya. Sesuai dengan definisi
tersebut, maka kesegaran jasmani yang diperlukan oleh masing-masing individu
sangat berbeda dan bervariasi, tergantung pada sifat tantangan fisik yang
dihadapinya (Drs. Yunusul Hairy, M.S, 2004: 17).
2.3 Komponen-komponen Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan
Bola Voli
Komponen-komponen yang ikut mempengaruhi dalam suatu permainan
bola voli adalah sebagai berikut :
2.3.1 Komponen Postur Tubuh/Komposisi Tubuh
10
Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat
badan lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas masa otot (40-50%), tulang
(16-18%), dan organ-organ tubuh (29-39%). Berat lemak dinyatakan dalam
persentase terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin kecil
persentase lemak, makin baik kinerja seseorang. Selain itu postur tubuh yang
tinggi dalam bola voli akan mendukung prestasi yang akan dicapai selain
penguasaan teknik dasar, taktik, dan strategi.
2.3.2 Komponen Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan tubuh ada 2 macam yaitu daya tahan kardiovaskular dan daya
tahan otot. Daya tahan kardiovaskular yang baik akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh yang akan menunjang kerja otot. Sedang daya tahan otot
adalah kemampuan sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun
atau berulangulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Karena
permainan bola voli dimainkan selama 2 kali kemenangan atau 3 kali kemenangan
(2-0,2-1/3-0,3-1,3-2) dimana setiap kemenagan adalah pengumpulan nilai sampai
25 poin, maka daya tahan tubuh sangat diperlukan.
2.3.3 Komponen Koordinasi
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi
pada suatu gerakan sehingga dalam bola voli sangat diperlukan koordinasi
gerakan agar bisa bermain secara optimal.
2.3.4 Komponen Reaksi
11
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menangani rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf, feeling
lainnya.
2.3.5 Komponen Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah/bagian tubuh
tanpa gangguan pada keseimbangan.
2.4. Metode Pembelajaran Bola Voli
Di dalam proses pembelajaran bola voli seorang guru harus mampu
mengantarkan siswanya mengikuti secara aktif serta bermodifikasi untuk belajar
dengan cara atau metode untuk tujuan pendidikan (Machifud Irsada, 2000: 28).
Agar metode pembelajaran bola voli di sekolah dapat dipilih secara tepat
hendaknya memperhatikan :
1. Materi yang sesuai untuk perkembangan siswa.
2. Aspek dan tuntutan yang ditekankan untuk perkembangan siswa.
3. Penyusunan materi pembelajaran.
4. Penyajian materi pembelajaran.
5. Perencanaan situasi belajar.
6. Keterlibatan materi pelajaran dengan para siswa.
Pendidikan olahraga bola voli yang merupakan bagian dari mata rantai
pendidikan jasmani, bila dikategorikan, maka olahraga bola voli masuk ke dalam
pendidikan olahraga yang bercirikan permainan, di dalamnya mengandung unsur
keterampilan gerak yang berupa teknikteknik, kebugaran fisik, dan unsur kerja
sama di antara teman seregunya. Hal-hal yang berkaitan pada keterampilan gerak
12
dalam bola voli sudah menjadi obyek dalam setiap pembelajaran pendidikan bola
voli. Demikian pula yang berkaitan dengan unsurunsur kebugaran fisik dalam
setiap suasana pembelajaran, oleh karena upaya pembelajaran keterampilan bola
voli akan selalu beriringan dengan upaya peningkatan kebugaran fisik.
2.5 Teknik Dasar Bola Voli
Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu dan tiap regu beranggotakan
enam orang. Mengingat permainan bola voli adalah permainan beregu, maka pola
kerja sama antar pemain, sifat toleransi antar kawan, sikap saling percaya serta
sikap mau mengisi kekurangan anggota regu dalam kesatuan tim mutlak
diperlukan kekompakan pemain.
Cabang olahraga bola voli sebagai cabang olahraga permainan yang
dilakukan secara beregu, membutuhkan penguasaan teknik dasar sebaik mungkin
bagi setiap pemain, agar permainan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian
maka setiap pemain voli harus selalu berusaha untuk meningkatkan penguasaan
teknik-teknik dasar bola voli secara baik dan sempurna.
Mengkaji arti penting yang diberikan oleh teknikteknik dasar tersebut
mutlak harus dikuasai dengan baik dan sempurna oleh setiap pemain bola voli.
Adapun teknikteknik dasar dalam permainan bola voli meliputi service, passing,
setup, smash, dan block (Suharno HP (1981: 3638).
2.5.1 Service (Servis)
Pada mulanya servis hanya pukulan pembuka untuk memulai suatu
permainan, namun jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan
awal untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan pertama.
13
2.5.2 passing bawah(Passing/operan)
Passing adalah usah seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan suatu
teknik tertentu yang tujuannya untuk mengoperkan bola yang dimainkannya
kepada teman seregunya sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan
kepada regu lawan.
2.5.3 Umpan (Set up)
Umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu yang
kemudian diharapkan bola tersebut dapat disarangkan ke daerah lawan dalam
bentuk smash. Teknik mengumpan pada dasarnya sama dengan teknik passing.
Letak perbedaannya hanya terletak pada tujuan dan jalannya bola. Teknik
mengumpan dapat dilakukan baik dengan passing atas maupun passing bawah.
Namun jika ditinjau dari segi keuntungan pelaksanaannya tentu akan
menguntungkan jika teknik umpan itu dilakukan dengan teknik passing atas.
Mengumpan dengan teknik passing atas akan lebih menjamin ketepatan
sasarannya jika dibandingkan dengan teknik passing bawah.
Umpan yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: a) bola
harus melambung dengan tenang di daerah serang di lapangan sendiri, b) bola
harus berada di atas jaring dengan ketinggian yang cukup agar dapat di smash
oleh smasher, dan c) jarak umpan dengan net sesuai dengan tipe serangan yang
diinginkan. Pada umpan normal jarak bola dengan net berkisar antara 2050 cm.
2.5.4 Smash (Spike)
Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha
mencapai kemenangan. Untuk mencapai keberhasilan yang gemilang dalam
14
melakukan smash ini diperlukan latihan yang tinggi dan kemampuan meloncat
yang tinggi. Smash merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang
kompleks tang terdiri dari :
1) Langkah awalan
2) Tolakan untuk meloncat
3) Memukul bola saat melayang di udara.
4) Saat mendarat kembali setelah memukul bola.
Proses gerakan keseluruhan dalam smash dapat diuraikan sebagai berikut :
(dengan anggapan pemukul menggunakan tangan kanan dan smash dari daerah
posisi tempat). Sikap pemula, berdiri lebih kurang 45 derajat dengan jarak 3
sampai 4 meter dari net.
Gerak pelaksanaan, langkah kaki kiri depan dengan langkah biasa,
kemudian diikuti dengan langkah kaki kanan yang panjang, diikuti dengan segera
oleh kaki kiri yang diletakkan di samping kaki kanan (ujung kaki kiri sedikit di
depan kaki kanan), sambil menekuk lutut rendah, kedua lengan berada di
belakang badan, segera melakukan tolakan sambil mengayun lengan ke depan
atas. Pada saat loncatan tertinggi, segera meraih dan memukul bola setinggi-
tingginya
di atas net.
Gerak lanjutan, menjaga keseimbangan badan agar tidak menyentuh dan
menabrak net, dan mendarat kembali dengan menumpu pada dua kaki sambil
mengoper dan mengambil sikap siap normal. Teknik gerakan smash dan posisi
badan saat akan memukul bola di atas net.
15
2.5.5 Block
Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis
serangan lawan, yaitu menangkis atau menahan serangan lawan atau smash silang
dengan cara membendung di depan net.
2.5.6 Teknik Dasar Passing Bawah
Teknik passing bawah lebih wajar, gampang, dan lebih aman pada saat
menerima bola yang keras, dibandingkan dengan passing atas yang membutuhkan
sikap tangan dan jari yang khusus. Dengan passing bawah semua bola yang
datang bisa diterima dengan mudah dan dapat dilambungkan kembali, juga posisi
bola sangat rendah atau menyamping dari tubuh. Passing bawah dilakukan di
depan setinggi perut ke bawah (A. Sarumpaet dan Imam Sadikun, 1992: 91).
Adapun cara-cara pelaksanaan passing bawah adalah : sikap permulaan
badan sedemikian rupa sehingga dalam keadaan seimbang labil, lengan dijulurkan
ke depan bawah siku tidak ditekuk (sudut antara lengan dan badan kira-kira 450).
Badan dibungkukkan, kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar
bahu, lutut ditekuk, kedua lengan bawah dirapatkan sampai siku, sementara jari-
jari tangan yang satu memegang jari-jari tangan lainnya.
Gerakan passing bawah : 1) Siap menunggu kedatangan bola, 2) Lari
menyongsong bola (posisi yang dituju harus sedemikian rupa), sehingga passing
bawah dapat dilakukan ketika bola berada tepat di depan dan setinggi panggul, 3)
Tangan dirapatkan dan tangan terentang, 4) Tubuh direntangkan menyongsong
bola, 4) Bola dipantulkan dengan lengan bawah, 6) Ikuti gerakan bola (A.
Sarumpaet Zulfar Djzet, 1992: 92).
16
2.5.7 Kesalahan Umum Melakukan Passing Bawah
Kesalahan umum passing bawah adalah :
10. Terlalu banyak gerakan lengan pukulan ke depan dibanding gerakan ke atas
sehingga sudut datang bola terhadap lengan bawah.
11. Kurang menekuk lutut pada sikap permulaan dan sikap saat perkenaan bola.
12. Perkenaan bola pada kepala tampak tangan.
13. Bidang pemukul kurang lebar dan tidak rata.
14. Kurang cepat menghadap bidang pemukul terhadap bola.
15. Kedua tangan pemukul tidak sejajar dan rapat serta goyah saat perkenaan.
16. Lengan pemukul diayun lebih tinggi dari bahu (kecuali bawah ke belakang).
17. Sebelum perkenaan bola sendi siku ditekuk terlebih dahulu.
18. Kurang berani jatuh.
19. Terlalu eksposi gerakannya secara keseluruhan, gerakan statis, kaku.
2.6 Pembelajaran Passing Bawah dengan Bola Digantung
Sikap pemula berdiri di depan bola yang digantung, posisi bola berada di
depan tubuh, jarak antar bola 2 m. Bola dilempar ke depan atas, kemudian segera
di passing bawah diarahkan ke depan atas. Dilakukan berkali-kali begitu
seterusnya sampai semua siswa melakukannya.
2.7. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:101) perkembangan fisik anak yang
terjadi pada masa ini menunjukkan adanya kecenderungan yang berbeda
dibanding pada masa sebelumnya dan juga pada masa sesudahnya.
17
Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola
pertumbuhan fisik anak laki-laki dan anak perempuan sudah mulai menunjukkan
kecenderungan semakin jelas tampak adanya perbedaan.
Ukuran dan proporsi tubuh berubah secara bertahap, dari hubungan hampir
konstan dipertahankan dalam perkembangan tulang dan netan. Oleh karenanya
energi anak diarahkan ke arah penyempurnaan pola gerak dasar yang terbentuk
selama periode masa awal anak. Di samping penyempurnaan pola gerak dasar,
adaptasi, dan modifikasi terhadap gerak dasar perlu dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghadapi adanya peningkatan atau pertambahan berbagai
situasi (Yanuar Kiram, 1992:36).
2.8 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Dasar
Karakteristik perkembangan gerak pada anak sekolah dasar adalah
peningkatan kemampuan gerak yang bisa diidentifikasi dalam bentuk: gerakan bisa
dilakukan dengan melanika tubuh yang makin efisien. Gerakan bisa dilakukan
semakin lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi, gerakan
semakin bertenaga, kecepatan perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk
melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanika faktor yang
mempengaruhinya adalah : koordinasi tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot.
Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau perkembangan kemampuan
dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak
(Didin Budiman, 2004:12)
18
2.9 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran
termasuk didalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain (Joyce
dalam Trianto, 2007:5). Sementara itu Nurulwati (Trianto, 2007:5)
mengemukakan maksud model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Menurut Arend (1997) istilah model pengajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksisnya, lingkungan,
dan sistem pengelolaannya. Jadi model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Dari ketiga pendapat ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memberikan kerangka
dan arah bagi guru untuk mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan
(materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Model desain sistim pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dan
Carey (2005), telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran
yang efektif dan efesien dan menarik. Model yang mereka kembangkan
didasarkan pada penggunaan pendekatan system atau system approach terhadap
19
komponen-komponen dasar yang meliputi : analisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Setelah draf atau rancangan program pembelajaran
selesai dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan
evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulakan data yang
terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran . Hasil dari proses
evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki
program.
Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
produk atau program pembelajaran yaitu :
Evaluasi perorangan / one to one evaluation
Evaluasi kelompok / small group evaluation
Evaluasi lapangan / field trial
2.9.1 Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam
menerapkan evaluasi formatif, evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung
dengan dua atau tiga orang calon pengguna program (dalam hal ini adalah 35
siswa) untuk memperoleh masukan tentang keterencanaan dan daya tarik
program.
2.9.2 Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan menguji cobakan program
terhadap sekelompok kecil pengguna program pengembangan yang terdiri dari 10
atau 15 orang siswa. Evaluasi ini untuk memperoleh masukan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kualitas program model pengembangan.
20
2.9.3 Evaluasi lapangan adalah uji coba terhadap sekelompok besar calon
pengguna program, sebelum progam tersebut digunakan dalam situasi
pembelajaran yang sesungguhnya.
2.9.4 Langkah akhir dari proses desain program pengembangan model
pembelajaran ini adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran.
Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan
untuk mengetahui kelemahan – kelemahan yang dimiliki oleh program
pembelajaran.
Gambar 2.1 Prosedur Evaluasi Formatif.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yag bertujuan
menghasilkan produk berupa model pembelajaran bola voli melalui lempar
tangkap dan pasing bawah dengan bola digantung pada siswa sekolah dasar.
melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V Sekolah
Dasar Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Dalam penerapan model pembelajaran efektitas metode latihan
keseimbangan, melalui pendekatan lingkungan perkebunan ini peneliti
menggunakan model prosedural yang bersifat deskriptif. Model ini menggunakan
langkah-langkah umum yang harus diikuti untuk menghasilkan produk,
sebagaimana siklus penelitian dan pengembangan (Borg & Gall, 1983 dalam
Sugiyono, 2009) adalah sebagai berikut:
3. Penelitian dan pengumpulan informasi awal
Penelitian dan pengumpulan informasi yang meliputi kajian pustaka, pengamatan
atau observasi lapangan.
4. Pengembangan produk awal
Pengembangan format produk awal yang mencakup bahan-bahan pembelajaran
berupa bahan cetak urutan proses yang dilengkapi dengan alat evaluasi.
5. Evaluasi Ahli dan Ujicoba Awal
22
Evaluasi para ahli dengan menggunakan dua guru mitra (guru
Penjasorkes) serta uji coba kelompok kecil yang melibatkan 5 – 10 siswa dengan
menggunakan kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian dianalisis.
6. Revisi Produk Pertama
Revisi produk berdasarkan dari evaluasi ahli yang dilakukan berdasarkan
uji coba awal kelompok kecil tentang produk yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai perbaikan dari produk yang telah diujicobakan.
7. Uji coba lapangan
Uji coba lapangan dilakukan terhadap 10 – 15 subyek. Data kuantitatif
hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan khusus yang hendak
dicapai.
8. Revisi Produk Kedua
Revisi yang dikerjakan berdasarkan hasil uji coba lapangan dengan
melibatkan subyek yang lebih besar, ini dimaksudkan untuk menentukan
keberhasilan produk dalam mencapai tujuan dan mengumpulkan informasi yang
dapat dipakai untuk meningkatkan program untuk keperluan perbaikan
berikutnya.
9. Uji lapangan
Uji lapangan, yang melibatkan 54 subyek dan disertai dengan
penyampaian angket bagi siswa kemudian dilakukan analisis.
10. Revisi Produk Ahir
Revisi produk akhir , yaitu revisi yang dikerjakan berdasar uji lapangan.
11. Implementasi
20
23
Penyampaian hasil pengembangan (proses, program, atau produk) kepada
para pengguna dan profesional dalam bentuk laporan.
3.2 Prosedur Pengembangan
Secara skematis prosedur pengembangan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Analisis Kebutuhan
Kajian Pustaka Observasi dan Wawancara
Pembuatan Produk Awal
Tinjauan Ahli Penjas dan Ujicoba kelompok kecil Ahli Pembelajaran 20 siswa SD N Giriwetan
Revisi Produk Pertama
Ujicoba Lapangan
Revisi Produk Akhir
Produk Akhir Passing bawah Bola digantung
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Metode Pembelajaran Passing Bawah Bola
digantung 3.2.1 Revisi Produk Pertama
24
Setelah ujicoba produk, mka dilakukan revisi produk pertama hasil dari
evaluasi para ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk
yang telah diujicobakan.
3.2.2 Uji Coba Lapangan
Pada tahap ini dilakukan uji lapangan terhadap produk yang
dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas IV dan V SD
Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang berjumlah 22
dan 34 siswa.
3.2.3 Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji lapangan yang telah diujicobakan siswa kelas
IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
berjumlah 56 siswa.
3.2.4 Hasil Akhir
hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa metode
pembelajaran bola voli melalui passing bawah bola digantung.
3.3 Uji Coba Produk
Uji Coba produk penelitian in bertujuan untuk memperoleh efektifitas,
efisiensi dan kebermanfaatan dari produk. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :
3.3.1 Desain Uji Coba
Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain ujicoba
yang diilaksanakan terdiri dari :
25
3.3.1.1 Evaluasi Ahli
Sebelum produk pembelajaran yang dikembagkan diujicobakan kepada
subjek, produk yang dibuat dievaluasi (validasi) terlebih dahulu oleh ahli Penjas
atau guru ahli pembelajaran (penjasorkes). Variabel yang dievaluasi oleh ahi
meliputi fasilita dna peralatan, jumlah pemain, perlengkapan pemain, ukuran
lapangan, dan cara permainan. Untuk menghimpun data dari para ahli digunakan
dengan cara memberikan draf model awal dengan disertai lembar evaluasi ahli.
Hasil dari para ahli berupa penilaian, masukan dan saran terhadap produk yang
telah dibuat, dipergunakans ebagai acuan dasar pengembangan produk.
3.3.1.2 Uji Coba Kelompok Kecil
Pada tahapan ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli
kemudian diujicobakan kepada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Pada uji coba kelompok kecil ini
menggunakan 20 siswa putra dan putri sebagai subjeknya.
Pertama siswa diberikan penjelasan peraturan passing bawah bol
adigantung yang kemudian melakukan ujicoba passing bawah bola digantung.
Setelah selesai melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang pembelajaran
yang dilakukan. Tujuan ujicoba kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui
respon awal dari produk yang telah dikembangkan.
3.3.1.3 Revisi Produk Kedua
Hasl dari data evaluasi ahli Penjas serta ujicoba kelompok kecil kemudian
dianalisis untuk selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk yang telah
dibuat.
26
3.3.1.4 Uji Coba Lapangan
Setelah dilakukan analisis uji coba kelompok kecil (baik dari ahli maupun
dari siswa) selajutnya dilakukan uji coba lapangan yang dilakukan dalam skala
besar yaitu siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang sebanyak 56 siswa.
Pertama-tama siswa diberikan penjelasan mengenai permainan lempar
tangakp bola kemudian melakukan uji coba passing bawah bola digantung.
Setelah selesai uji coba siswa mengisi kuesioner tentang respon setelah
melakukan pembelajaran.
3.3.2 Subyek Uji coba
Subyek penelitian pengembangan yang terlibat dalam uji coba model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi dari ahli baik dosen atau guru ahli pembelajaran (Penjasorkes)
2. Ujicoba kelompok kecil yang terdiri dari 20 siswa kelas IV dan V SD Negeri
Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang (ujicoba instrumen)
3. Uji coba lapangan yang terdiri dari 56 siswa kelas IV dan V SD Negeri
Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
3.4 Cetak Biru Produk
Cetak Biru (Blueprint) produk merupakan draft model pengembangan dari
uji coba pertama yang diperbaiki (direvisi) agar dapat dilaksanakan pada tahap
selanjutnya (Uji coba II).
27
3.5 Jenis Data
Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa
alasan dalam memilih jawaban dan saran-saran. Oleh karena itu jenis data yang
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang efektif, artinya data digali apakah uji coba yang
dilaksanakan dapat mengembangkan kognitif, afektif, psikomotor dan fisik
peserta didik.
a. Data yang menunjukkan kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ada dalam
materi kurikulum
b. Mudah dilakukan peserta didik
c. Menyenangkan dan mendorong peserta didik untuk aktif bergerak.
d. Aman dan nyaman bagi peserta didik
2. Peserta didik menjadi lebih aktif jangan sebaliknya peserta didik menjadi pasif
3. Lama waktu pelaksanaan sesuai jam tatp muka pembelajaran penjasorkes
4. Sarana yang ada disekitar lingkungan fisik luar sekolah tanpa merusak
kelestarian lingkungan.
3.6 Instrumen dan Pengumpulan Data
3.6.1 Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan (lembar evaluasi ahi) berupa aspek yang harus
dinilai kelayakanya. Faktor yang digunakand alam kuesioner berupa kualitas
model passing bawah bola digantung serta komentar dan saran umum jika ada.
Rentangan evaluasi mulaidari tidka baik, sampai dengan sangat baik dengan cara
memberi tanda “v” pada kolom yang tersedia.
28
Berikut adalah variabel dan indikator dan jumlah kuesioner yang
digunakan dalam lembar evaluasi ahli.
Tabel 3.1 Lembar Evaluasi Ahli No Variabel Indikator Jumlah 1 Kualitas Model Kualitas produk terhadap standar
kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SD
15
Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah eprtanyaan yang harus
diajwab oleh siswa dengan pilihan jawaban “Ya” dan “tidak”. Faktor yang
digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif.
Berikut ii adalah aspek, indikator dan jumlah butir kuesioner yang akan
digunakan pada siswa :
Tabel 3.2. Aspek, Indikator dan Jumlah Butir Kuesioner No Aspek Indikator Jumlah 1 Kualitas Model Kemampuan siswa mempratikkan variasi
gerak dalam passing bawah bola digantung 10
2 Kognitif Kemampuan siswa mengetahui teknik dasar bola voli melalui passing bawah bola digantung
10
3 Afektif Menampilkan sikap dalam melakukan passing bawah bola digantung serta sportifitas, dan kejujuran.
10
Adapun indikator atau instrumen penelitian yang dikembangkan adalah
sebagai berikut:
3.6.1.1 Instrumen Penelitian Pendahuluan (Analisis kebutuhan)
1. Karakteristik dan kelayakan lokal lingkungan fisik luar sekolah sebagai
tempat pengembangan model
29
2. Sejauh mana motivasi peserta didik dalam aktivitas latihan pasing bawah
dalam penjasorkes selama ini di SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang
3. Sudah pernahkah guru mengembangkan model dengan pendekatan
lingkungan fisik luar sekolah
4. Sejauh mana sarana prasarana penjasorkes yang dimiliki oleh SD Negeri
Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
5. Sejauh mana efektifitas model pembelajaran yang dilaksanakan.
3.6.1.2 Instrumen Evaluasi Model Oleh Ahli
1. Kesesuaian dengan kompetensi dasar dalam kurikulum
2. Kejelasan petunjuk model yang dikembangkan
3. Kesesuaian fasilitas yang digunakan
4. Mendorong perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor
5. Ketepatan pemilihan model ditinjau dari berbagai aspek
6. Ketepatan penerapan metode dan strategi pembelajaran
7. Kemudahan dalam pengembangan model.
3.6.1.3 Instrumen Kuesioner Untuk Peserta Didik
1. Tingkat kesulitan peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran
baik secara tekhnis maupun peraturan yang diberlakukan.
2. Sejauh mana peningkatan peserta didik setelah melakukan model yang
dikembangkan , baik secara kognitif, afektif, psikomotor, maupun fisik.
3. Sejauh mana kemampuan peserta didik dalam melakukan latihan passing
bawah melalui pendekatan fisik lingkungan luar sekolah
30
4. Sejauh mana pengaruh sosial peserta didik setelah melakukan model yang
dikembangkan.
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Selain menggunakan teknik tes, untuk mengetahui respon siswa terhadap
model pembelajaran passing bawah dengan pendekatan lingkungan perkebunan
juga dilengkapi dengan teknik kuesioner (angket). Teknik kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
respoden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui
(Suharsimi Arikunto, 2002 :151).
Metode angket atau kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode angket tertutup dengan dua pilihan pilihan yaitu Ya dan tidak.
Dalam angket yang dimaksud dilakukan rincian penilaian tabel untuk jawaban Ya
diberi nilai 2 dan jawaban tidak diberi nilai 1. Kuesioner langsung adalah jika
sesuatu kuesioner daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang ingin
dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaannya
sendiri (Sutrisno Hadi, 1995:158)
Adapun alasan menggunakan angket langsung adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri,
2. Bahwa apa yang dinyatakan benar dan dapat dipercaya,
3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaanpertanyaan yang diajukan adalah
sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Sedangkan alasan menggunakan item pilihan ganda adalah :
1) Untuk responden lebih mudah menjawabnya,
31
2) Menghemat waktu,
3) Baik untuk menyelidiki faktafakta subyek maupun fakta-fakta
obyektif.
Untuk menghindari kelemahan dan kekurangan penggunaan metode
angket ini, maka perlu diperhatikan halhal sebagai berikut:
1) Penggunaan metode angket dilengkapi dengan metode pengumpul data
yang lain dan perlu dijelaskan pada responden tentang maksud dan tujuan angket
yang diberikan agar informasi yang diberikan benar-benar obyektif dan data yang
digunakan tidak memberatkan respoden atau tidak bersifat memaksa.
2) Adapun pernyataan yang ada dalam pertanyaan ini digunakan untuk
memperoleh data tentang respon siswa terhadap model pembelajaran passing
bawah melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V SD
Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
3.6.3 Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan latihan menggunakan sistim
repetisi dan set dengan pengertian bahwa “repetisi adalah jumlah ulangan
mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari
suatu repetisi” (M.Sajoto, 1988: 47)
Setiap kali latihan menggunakan waktu 2 jam pelajaran efektif selama 70 menit
dengan perincian pengunaan waktu sebagai berikut :
3.6.3.1 Prosedur mendapatkan anak coba
Prosedur untuk mendapatkan anak coba, pertama kali penulis meminta ijin
secara langsung kepada kepala SD Negeri Giriwetan. Pengajuan surat ijin kepada
32
Kepala SD Negeri Giriwetan dengan diketahui Dekan FIK Universitas Negeri
Semarang memohon agar dapat diperkenankan untuk menggunakan siswa kelas
IV dan V SD Negeri Giriwetan tahun ajaran 2011/2012 sebagai anak coba dalam
penelitian. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah, selanjutnya menetapkan
siswa yang disajikan sebagai anak coba dalam penelitian.
3.6.3.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan selama pelaksanaan penelitian yaitu di
halaman sekolah dan lingkungan kebun di sekitar SD Negeri Giriwetan
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
3.6.3.3 Waktu dan Alat Perlengkapan Penelitian
Waktu penelitian pada uji coba skala kecil adalah pada hari Rabu 25 Mei
2011, Sedangkan untuk uji coba skala besar pada hari Selasa 19 Juli 2011. Alat
dan perlengkapan penelitian
a. Lapangan
b. Bola Voli sebanyak 2 buah
c. Stop Watch 1 buah
d. Peluit
e. Alat tulis
f. Petunjuk pelaksanaan
Tes respon dilaksanakan pada hari Senin 24 Juli 2011 untuk mengetahui
respon siswa terhadap model pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk
menguasai ketrampilan khususnya melakukan passing bawah, diperlukan
kesungguhan dalam mengikuti setiap pembelajaran agar tujuan yang diharapkan
33
dapat tercapai. Dalam penelitian ini menetapkan 2 kali latihan dan dua kali
pertemuan untuk tes awal dan tes akhir untuk tiap minggunya tiga kali tatap muka.
Kegiatan penelitian meliputi tiga hal pokok yaitu pemanasan, latihan inti,
dan penenangan
a. Warming Up (Pemanasan)
Sebelum melaksanakan latihan inti terlebih dahulu diberikan pemanasan
terhadap sampel dengan tujuan untuk persiapan kondisi baik fisik maupun psikis
untuk menghadapi latihan yang dilakukan agar tidak terjadi cidera
b. Latihan Inti
Latihan inti ini ditujukan kepada materi atau masalah yang akan diteliti
yaitu dua macam latihan yang dicari perbedaanya. Dua cara latihan yaitu latihan
passing bawah secara langsung dan passing bawah tidak langsung.
c. Penenangan
Latihan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik seperti semula atau
keadaan sebelum latihan sehingga ketegangan otot akan berkurang secara
berangsur-angsur agar kemungkinan terjadinya rasa sakit dapat dihindari selain
pelemasan dan penenangan yang berupa aktifitas fisik, juga diadakan koreksi
secara klasikal kepada anak coba tentang latihan yang telah telah dilakukan.
3.7 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dlam penelitian pengembangan ini
adalah mengunakan teknik analisis statistik deskriptif persentase. Sedangkan data
yang berupa saran dan alasan memilih jawaban dianalisis menggunaan teknik
analisis kualitatif.
34
Dalam analisis data, digunakan rumus deskriptif persentase seperti berikut
:
Dp = x 100%
Keterangan :
Dp : Deskriptif Persentase
F : Frekuensi yang diari
N : Jumlah seluruh data
dari data hasil persentase kemudian diklasifikasikan untuk memeproleh
kesimpulan data. Pada tabel berikut disajikan klasifikasi persentase.
Tabel 3.3 Klasifikasi Persentase Persentase Klasifikasi Makna
0 – 20% Tidak Baik Dibuang 20,1 – 40% Kurang Baik Diperbaiki
40,1 – 70% Cukup Baik Digunakan (bersyarat) 70,1 – 90% Baik Digunakan
90,1 – 10% Sangat Baik Digunakan (Sumber : Guilford dalam Faqih, 1996:57)
F N
35
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN
4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba 1
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan
Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi
di lapangan terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan jasmani, lahraga
dan kesehatan serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut, maka perlu
dilakukan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis
proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan, melakukan observasi
pembelajaran dan melakukan studi pustaka.
Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi permainan bola besar bagi
siswa kelas IV dan V sekolah dasar, disebutkan bahwa siswa dapat mempratikkan
gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola besar beregu
dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama regu, sportivitas, dan
kejujuran (BSNP, 2006:16). Kenyataan yang ada dalam proses pembelajaran
permainan bola besar khususnya siswa putri yang mengeluh rasa sakit ketika
menemrima bola dengan menggunakan pass bawah bola digantung serta merasa
takut apabila akan menerima bola pada permainan bola voli, diketahui beberapa
siswa aktif mengikuti pembelajaran bola voli. Pembelajaran bola voli yang
diberkan guru msih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga masih
dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan dan malas untuk bergerak.
36
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk
mengembangkan model pembelajaran passing bawah bola digantung pada siswa.
SD. Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran permainan bola besar khususnya bola voli yang dapat
membuat siswa aktif mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan dapat
membantu siswa aktif mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan dapat
membantu guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran bola voli lebih
bervariasi dengan menggunakan produk yang dihasilkan.
4.1.2 Deskripsi Draf Produk Awal
Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan berupa model
permainan bola voli yang sesuai dengan siswa SD. Tahap selanjutnya yang akan
dilakukan adalah membuat produk dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
4.1.2.1 Mengkaji literatur tentang prinsip-prinisip atau cara membuat dan
mengembangkan modifikasi pembelajaran bola voli.
4.1.2.2 Menetapkan prinsip-prinsip pengembangan model modifikasi
pembelajaran bola voli
4.1.2.3 Menetapkan tujuan, isi dan strategi pengelolaan pembelajaran.
4.1.2.4 Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran
4.1.2.5 Menyusun produk awal model pembelajaran pasing bawah bola voli
DRAF PRODUK AWAL PASSING BAWAH BOLA DIGANTUNG BAGI
SISWA SD
1. Pengertian Permainan menjadi raja bola
33
37
Permainan menjadi raja bola merupakan permainan bola voli
dalam rangka menerapkan teknik passing bawah bola voli dimana setiap
bolayang dilempar ke arah siswa harus dipassing dengan 2 tangan ke arah
luar lapangan oleh siswa yang berada di dalam lapangan.
Cara Bermain menjadi raja bola
Satu regu terdiri atas 12 orang dimana 2 orang menjadi ke-10
orang berada di dalam kotak lapangan dengan ukuran 10 x 10 meter.Saat
peluit berbunyi penjaga yang membawa bola mulai menembakkan bola ke
regu yang di dalam kota.
Siswa yang berada di dalam kotak lapangan berusaha mempassing
bola yang datang ke arah luar, bagi yang tidak bisa mempassing bola
keluar dan terkena tembakan maka dia menjadi penjaga demikian
seterusnya sampai waktu habis (bola harus dipassing dari bawah).
Ketika waktu habis masih ada siswa yang di dalam kotak maka siswa
tersebut menjadi “raja bola” waktu yang dipakai adalah 5 menit.
Peraturan permainan menjadi raja bola
a. Jumlah pemain12 orang
b. Jumlah penjaga awal : 2 orang selanjutnya yang kena menjadi penjaga
c. Jumlah regu di lapangan awal 10 orang
d. Ukuran lapangan 10 x 10 meter
e. Lama permainan 5 menit
Gambar Lapangan Permainan menjadi raja bola
38
x : penjaga
x x x : regu bermain
x x : arah lemparan
x x : arah passing bawah keluar lapangan
x x : garis batas lemparan salah
x : garis ukuran 10 x 10 meter
2. Pengertian Passing bawah bola digantung
Passing bawah bola digantung adalah passing bawah biasa dimana posisi
bola ditempatkanm pada jaring dan digantung diantara dua pohon
kemudian siswa secara bergilkiran melakukan passing bawah ke arah atas
selama 30 detik.
Tujuan penggantungan bola adalah siswa dapat lebih cepat melakukan
passing dimana jika terjadi kesalahan dalam passing bola tetap kembali ke
tempatnya sehingga volume latihan dalam waktu yang singkat menjadi
banyak.
Cara melakukan passing bawah bola digantung
1. Siswa dibagi dalam 4/5 kelompok yang sama banyak setiap kelompok
dihadapannya terdapat bola yang digantung.
2. Ketika guru membunyikan peluit tand amulai maka siswa yang paling
depan melakukan passing bawah selama 30 detik. Demikain dengan siswa
yang berada di urutan belakangnya secara bergantian melakukan passing
bawah sampai semua siswa melakukannya.
10m
10m
x x
x
39
4.1.3 Validasi Ahli
4.1.3.1 Validasi Draft Produk Awal
Produk awal pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak melalui
pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa Sekolah Dasar sebelum
diujicobakan dalam skala kecil perlu dilakukan validasi olah para ahli yang sesuai
dengan produk pengembangan ini. Ahli (validator) yang memvalidasi produk
awal yaitu Zaenal Arifin, S.Pd dari SD Negeri Ngasinan 2 dan Bambang
Cahyono, S.Pd daro SD Negeri Ngrancah Kab. Magelang.
Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf awal model pembelajaran
passing bawah disertai lembar evaluasi untuk ahli. Lembar evaluasi berupa kuesioner
yang berisi aspek kualitas pengembangan model pembelajaran passing bawah bola
gantung, saran, serta komentar dari ahli dan guru Penjas. Hasil evaluasi berupa nilai
dari aspek kualitas model pembelajaran menggunakan skala Likert 1 sampai 5 yaitu
dengan memberi tanda cek (v) pada salah satu angka yang tersedia pada lembar
evaluasi.
4.1.3.2 Diskripsi Data Validasi Ahli
Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner merup[akan pedoman untuk
mengetahui apakah produk model pengembangan kelincahan gerak dapat
diujicoba skala kecil maupun skala besar. Berikut hasil pengisian kuesioner dari
ahli dan guru Penjas.
Tabel 4.1 Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli No Validator Hasil rata-rata 1 Guru Penjas 3,50 2 Guru Penjas 3,15 Rata-rata 3,33
40
Berdasarkan hasil pengisian kuesioer yang dilakukan ahli penjas dan guru
penjas diperoleh skor rata-rata 3,33 yang termasuk kategori cukup baik maka
disimpulkan model pembelajaran passing bawah bola digantung melalui
pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan untuk uji coba skala kecil.
4.1.4 Revisi Draft Produk Awal sebelum Ujicoba Skala Kecil
Berdasarkan saran ahli dan guru Penjas maka dapat dilaksanakan revisi
produk berdasarkan saran dari hali dan guru Penjas sebagai berikut :
1. Revisi produk pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak
adalah memilih alternatif tempat, sesuai dengan tema terbatasnya alat dan
sarana olahraga di sekolah dengan memanfaatkan lingkungan perkebunan
sebagai tempat kegiatan pembelajaran.
2. Alternatif peralatan yang digunakan disesuaikan dengan materi pokok dan
benar-benar menunjang terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar.
3. Metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siwa Sekolah
Dasar dimana anak usia Sekolah Dasar adalah seorang peniru, aktif
bergerak, dan suka mendapatkan pernghargaan, komentar dan pujian dari
guru atau orang yang lebih dewasa.
4. Menuangkan perencanaan pembelajaran pada sebuah Rencana Pelaksaaan
Pembelajaran (RPP)
5. Menciptakan suasana riang selama kegiatan pembelajaran dan
menghindari penjelasan yang menyulitkan anak dalam memahami.
6. Menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif sesuai materi.
41
4.1.5 Data Ujicoba Skala Kecil
Setelah produk pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak
divalidasi oleh ahli dan guru Penjas dan telah direvisi, maka pada tanggal 25 Mei
2011 draft produk diujicobakan pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan masing-masing 10 anak.
Pengambilan sampel urut absen.
Ujicoba skala kecil ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi anak selama proses pembelajaran kelincahan gerak
berlangsung seperti kualitas produk, ketertarikan anak terhadap produk, tingkat
kesenangan, motivasi siswa, dan kesulitan saat digunakan siswa.
Ujicoba skala kecil dengan kuesioner bertujuan untuk mengetahui validitas
dan realiabilitas instrumen (kuesioner) yang digunakan. Berdasarkan hasil
ujicoba skala kecil untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen diketahui
bahwa ke-30 soal dalam instrumen termasuk dalam kriteria valid karena r hitung
bergerak dari 0,47 hingga 0,77 lebih besar dari r tabel (0,42). Sedangkan nilai
alpha cronbach (r11) adalah 0,936 > r tabel (0,42) sehingga instrumen (kuesioner)
reliabel.
Keseluruhan data yang diperoleh dari evaluasi ahli dan ujicoba skala kecil
digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kualitas produk untuk ujicoba skala
besar. Permasalahan dan kendala yang muncul ketika produk model pembelajaran
passing bawah bola gantung diujicobakan dalam skala kecil perlu dicari
pemecahannya. Hal ini sangat diperlukan sebagai perbaikan terhadap model
pembelajaran. Berikut berbagai permasalahan setelah ujicoba skala kecil.
42
1. Lapangan Permainan
Lapangan yang sempit, karena terhaang oleh adanya pepohonan di
lingkungan perkebunan.
2. Sarana dan Prasarana
Minimnya peralatan yang sesuai untuk digunakan sebagai media
pembelajaran passing bawah bola gantung selama proses pembelajaran.
3. Memilih tempat yang rata dan tidak terhalang pepohonan agar
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan aman untuk meminimalkan
risiko cedera.
4.1.6 Revisi Draft setelah Ujicoba Skala Kecil
Setelah mendapat saran dan ahli dan guru Penjas Sekolah Dasar terhadap
produk yang diujicobakan maka dilakukan revisi sebagai berikut :
1. Lapangan
Lapangan yang digunakan tetap memperhatikan keamanan, dan sesuai
dengan kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar
2. Sarana dan Prasarana
Peralatan yang digunakan harus aman, nyaman dan tidak membahayakan
anak. Media yang digunakan dapat bola voli plastik dan tali rafia yang
disesuaikan dengan jumlah anak agar semua siswa terlibat aktif sehingga
penggunaan waktu lebih efektif.
3. Proses Pembelajaran
Dalam mengelola pembelajaran guru menciptakan suasana gembira dan
menyenangkan, memotivasi anak, berkompetitif supaya menambah
43
semangat anak dalam latihan. Tidak lupa guru memberikan koreksi pada
kesalahan gerak yang dilakukan siswa agar memberikan rasa aman dan
menghindari risiko cedera.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran maka
diberikan kuesioner bagi siswa. Sebelum digunakan pada skala besar (uji
coba II) maka kuesioner diujicobakan terlebih dahulu kepada 20 siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas angket/instrumen. Berdasarkan
perhitungan dengan rumus korelasi product moment, kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikan 5%. Butir soal yang
mempunyai koefisien korelasi (rxy) lebih besar dari rtabel (0,444) termasuk
dalam kriteria valid dan yang kurang dari rtabel termasuk dalam kriteria tidak
valid.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus alpha Cronbach, kemudian
dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada taraf signifikan 5%. Setelah
dilakukan perhitungan diperoleh bahwa koefisien alpha Cronbach adalah
0,936 lebih besar daripada nilai r tabel yaitu 0,444 dengan taraf signifikan
5%. Sehingga disimpulkan bahwa instrumen (angket) reliabel sehingga dapat
digunakan pada uji Coba II (Skala besar).
Keseluruhan data yang diperoleh dari evaluasi ahli dan ujicoba skala
kecil digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kualitas produk untuk
ujicoba skala besar. Permasalahan dan kendala yang muncul ketika produk
model pembelajaran passing bawah bola voli diujicobakan dalam skala kecil
perlu dicari pemecahannya. Hal ini sangat diperlukan sebagai perbaikan
44
terhadap model pembelajaran. Berikut berbagai permasalahansetelah ujicoba
skala kecil.
1. Lapangan Permainan
Lapangan yang sempit, karena terhalang oleh adanya pepohonan di
lingkungan perkebunan
2. Sarana dan Prasarana
Minimnya peralatan yang sesuai untuk digunakan sebagai media
pembelajaran passing bawah bola digantung.
3. Proses Pembelajaran
Memilih tempat yang rata dan tidak terhalang pepohonan agar
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan aman untuk meminimalkan
risiko cedera.
4.1.7. Revisi Produk
Revisi Draft Ujicoba I (Skala Kecil) diberi penilaian dan saran dari ahli
atau guru Penjas Sekolah Dasar terhadap produk yang diujicobakan maka
dilakukan revisi sebagai berikut :
1. Lapangan
Lapangan yang digunakan tetap memperhatikan keamanan, dan sesuai
dengan kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar
2. Sarana dan Prasarana
Peralatan yang digunakan harus aman, nyaman dan tidak membahayakan
anak. Media yang digunakan dapat ebrupa tempurung kelapa, keranjang,
45
kotak telur yang disesuaikan dengan jumlah anak agar semua siswa terlibat
aktif sehingga penggunaan waktu lebih efektif.
3. Proses Pembelajaran
Dalam mengelola pembelajaran guru menciptakan suasana gembira dan
menyenangkan, memotivasi anak, berkompetitif supaya menambah
semangat anak dalam latihan. Tidak lupa guru memberikan koreksi pada
kesalahan gerak yang dilakukan siswa agar memberikan rasa aman dan
menghindari risiko cedera.
Draft Produk Skala Besar Model Pembelajaran Passing Bawah Bola Gantung pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
1. Gerak Pemasanan
Pemanasan dilakukan dengan mulai melakukan senam peregangan
2. Latihan I
Latihan pertama adalah permainan menjadi raja bola.
3. Latihan II
Latihan dua adalah passsing bawah bola digantung.
4. Latihan III
Melakukan gerakan penenangan, yaitu dengan senam peregangan dengan
tujuan mengembalikan dan menetralisir otot-otot ke kondisi semula.
4.1.8 Data Ujicoba Skala Besar
Ujicoba skala besar dilakukan setelah dilakukan validasi dan evaluasi oleh
ahli atau Guru Penjas pada ujicoba skala kecil. Uji coba skala besar bertujuan
mengetahui keefektifan perubahan yang telah dilakukan pada ujicoba sebelumnya,
46
apakah model pembelajaran passing bawah bola gantung melalui pendekatan
lingkungan perkebunan dapat digunakan pada lingkungan yang sebenarnya.
Ujicoba skala besar dilakukan oleh siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang berjumlah 56 anak. Data ujicoba
skala besar dihimpun dengan menggunakan kuesioner untuk siswa dan ahli.
4.1.9 Analisis Data Skala Besar Kuesioner Ahli
1. Aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP
Pada aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP diperoleh
persentase 80%. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan maka aspek
kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP memenuhi kriteria baik
sehingga model dapat digunakan.
2. Ketepatan memilih bentuk/model permainan bagi siswa
Aspek ketepatan memilih bentuk/model diperoleh persentase 70%.
Berdasar kriteria yang telah ditetapkan maka aspek ini memenuhi kriteria
cukup baik maka model dapat digunakan.
3. Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan
Pada aspek kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan mendapat
persentase 50%. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka aspek
kesesuaian alat dan fasilitas termasuk kriteria kurang baik sehingga model
pembelajaran dapat digunakan.
4. Kesesuaian bentuk/model permainannya
Pada aspek kesesuaian bentuk/model permainan diperoleh persentase 50%
yang artinya aspek kesesuaian bentuk/model termasuk dalam kriteria
kurang baik sehingga model dapat digunakan.
47
5. Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa
Pada aspek kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa diperoleh
persentase 80%. Berdasarkan pada aspek model permainan dan karakteristik
siswa maka memenuhi kriteria baik sehingga model dapat digunakan.
6. Mendorong perkembangan aspek fisik/jasmani siswa
Pada aspek mendorong perkembangan aspek fisik/jasmani siswa diperoleh
persentase 70% yang berarti termasuk dalam kriteria cukup baik sehingga
model dapat digunakan.
7. Mendorong perkembagan aspek psikomotorik
Pada aspek mendorong perkembangan aspek psikomotorik diperoleh
pencapaian persentase 80%. Berdasarkan kriteria yang telahd itetapkan
maka termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat digunakan.
8. Mendorong perkembangan aspek afektif siswa
Pada aspek mendorong perkembangan afektif siswa, diperoleh persentase
80% yang artinya termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat
digunakan.
9. Membantu perkembangan aspek kognitif siswa
Pada aspek mendorong perkembangan kognitif siswa, diperoleh persentase
80% yang artinya termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat
digunakan.
10. Dapat dimainkan oleh siswa yang terampil dan tidak terampil
Pada aspek dapat dimainkan oleh siswa yang terampil dan tidak terampil
diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang
baik sehingga model dapat digunakan.
48
11. Kejelasan petunjuk latihan dengan modifikasi latihan
Pada aspek kejelasan petunjuk latihan dengan modifikasi latihan,
diperoleh persentase 50% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang
baik sehingga model dapat digunakan.
12. Dapat dimainkan siswa putra dan putri
Pada aspek dapat dimainkan oleh siswa putra dan putri diperoleh
persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga
model dapat digunakan.
13. Meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi
Pada aspek meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi, diperoleh
persentase 70% yang artinya termasuk dalam kriteria cukup baik sehingga
model dapat digunakan.
14. Menarik bagi siswa Sekolah Dasar
Pada aspek menarik bagi siswa Sekolah Dasar diperoleh persentase 80%.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka termasuk dalam kriteria
baik sehingga model dapat digunakan.
15. Efektif dan efisien dalam metode pembelajaran kelincahan gerak
Pada aspek efektif dan efisien dalam metode pembelajaran kelincahan
gerak diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria
kurang baik sehingga model dapat digunakan.
16. Aman dan dapat digunakan pada pembelajaran kelincahan gerak
Pada aspek aman dan dapat digunakan pada pembelajaran kelincahan
gerak diperoleh persentase 70% yang artinya termasuk dalam kriteria
cukup baik sehingga model dapat digunakan.
49
17. Model dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam mengajar
Pada aspek model dapat menumbuhkan kreatifiats guru dalam mengajar,
diperoleh persentase 70% yang artinya termasuk dalam kriteria cukup baik
sehingga model dapat digunakan.
18. Model dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran
Pada aspek model dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dalam
pembeljaran diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam
kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.
19. Mendorong siswa aktif bergerak
Pada aspek mendorong siswa aktif bergerak diperoleh persentase 50%
yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat
digunakan.
20. Menghilangkan rasa canggung bagi siswa yang kurang terampil/kurang
menguasai
Pada aspek menghilangkan rasa canggung bagi siswa yang kurang
terampil/kurang menguasai diperoleh persentase 60%. Berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan termasuk dalam kriteria kurang baik
sehingga model dapat digunakan.
4.1.10 Analisis Data Skala Besar Kuesioner untuk Siswa
Hasil penelitian pada aspek kognitif siswa terhadap model pembelajaran
kelincahan gerak, diperoleh skor 895 sedangkan skor total 1080 sehingga
diperoleh persentase 90,09 yang termasuk dalam kriteria sangat baik.
50
Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek kognitif termasuk dalam
kategori sangat baik.Hasil penelitian pada aspek afektif siswa terhadap model
pembelajaran kelincahan gerak, diperoleh skor 895 sedangkan skor totalnya 1080.
sehingga diperoleh persentase 82,87% yang termasuk dalam kriteria baik.
Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek afektif termasuk dalam kategori
baik. Hasil penelitian pada aspek psikomotor siswa terhadap model pembelajaran
kelincahan gerak diperoleh skor 966 sedangkan skor totalnya 1080 sehingga
peroleh persentase skor adalah 89,44. Berdasarkan skor yang diperoleh maka
aspek psikomotor termasuk dalam kategori sangat baik.
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif per Responden
No Interval Kategori f Persentase
1 65 – 76 Sangat Baik 2 3,7
2 53 – 64 Baik 31 57,41
3 41 – 52 Kurang Baik 17 31,48
4 29 – 40 Tidak Baik 4 7,41
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa jumlah responden yang
termasuk dalam kategori sangat baik ada 2 responden (3,7%), responden yang
termasuk dalam kategori baik ada 31 responden (57,41%), responden yang
termasuk dalam kategori kurang baik ada 17 responden (31,48%), dan responden
yang termasuk dalam kategori tidak baik ada 4 responden (7,41%).
Lebih jelasnya, hasil analisis deskriptif per responden respon siswa
terhadap model pembelajaran passing bawah bola digantung dapat dilihat seperti
pada grafik berikut :
51
Gambar 4.1 Analisis Deskriptif per Responden Hasil Kuesioner
4.4.2 Analisis Deskriptif per Aspek
4.4.2.1 Aspek Kognitif
Pada aspek kognitif digunakan 10 butir pernyataan, masing-masing
pernyataan skornya 1 sampai 2, berikut perhitungannya :
Skor minimal = 1 × 54 × 10 = 540
Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080
Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540
Interval kelas = 540 : 4 = 135
Tabel 4.3 Interval Kriteria Aspek Kognitif
No Interval Kategori 1 945 – 1080 Sangat Baik 2 809 – 944 Baik 3 673 – 808 Kurang Baik 4 542 – 677 Tidak Baik
Hasil penelitian pada aspek kognitif siswa terhadap model pembelajaran
kemampuan passing bawah bola digantung dan tidak digantung dengan skor terendah
52
1 dan skor tertingginya adalah 2, diperoleh skor total 973 yang berada pada interval
945 – 1080 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan skor yang diperoleh maka
aspek kognitif jawaban responden termasuk dalam kategori sangat baik.
4.4.2.2 Aspek Afektif
Pada aspek afektif digunakan 10 butir pernyataan, masingmasing pernyataan
skornya 1 sampai 4, berikut perhitungannya :
Skor minimal = 1 × 54 × 10 = 540
Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080
Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540
Interval kelas = 540 : 4 = 135
Tabel 4.4 Interval Kriteria Aspek Afektif
No Interval Kategori 1 945 – 1080 Sangat Baik 2 809 – 944 Baik 3 673 – 808 Kurang Baik 4 542 – 677 Tidak Baik
Hasil penelitian pada aspek afektif siswa terhadap model pembelajaran
passing bawah dengan skor terendah 1 dan skor tertingginya adalah 2, diperoleh
skor total 895 yang berada pada interval 809 - 944 dengan kategori baik.
Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek afektif jawaban responden
termasuk dalam kategori baik.
4.4.2.3 Aspek Psikomotor
Pada aspek psikomotor digunakan 10 butir pernyataan, masingmasing pernyataan
skornya 1 sampai 2, berikut perhitungannya :
Skor minimal = 1 × 54 × 10 = 540
53
Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080
Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540
Interval kelas = 540 : 3 = 135
Tabel 4.5 Interval Kriteria Aspek Psikomotor No Interval Kategori 1 945 – 1080 Sangat Baik 2 809 – 944 Baik 3 673 – 808 Kurang Baik 4 542 – 677 Tidak Baik
Hasil penelitian pada aspek psikomotor siswa terhadap model
pembelajaran passing bawah dengan skor terendah 1 dan skor tertingginya adalah
2, diperoleh skor total 966 yang berada pada interval 945 – 1080 dengan kategori
sangat baik. Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek psikomotor termasuk
dalam kategori sangat baik.
4.5 Protipe Produk
Selama penelitian pengembangan ini berlangsung nampak kesungguhan
semua peserta penelitian baik siswa kelas IV maupun siswa kelas V SD Negeri
Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Pada awal pertemuan untuk
pelaksanaan latihan nampak sekali bahwa sampel penelitian masih canggung
dalam melaksanakan tes dikarenakan model tes passing bawah dengan bola
digantung yang dilakukan tergolong masih sebagai pengetahuan yang baru
sehingga hasil yang diperoleh nampak tidak sebaik jika dibandingkan dengan
hasil setelah melakukan latihan. Sampel yang memiliki bakat dalam permainan
bola voli nampak sekali dari hasil yang diperoleh dalam tes dengan hasil yang
lebih baik. Perubahan kemampuan melakukan passing bawah, baik yang latihan
54
passing bawah dengan bola digantung maupun bola tidak digantung terlihat pada
saat tes. Perubahan ini dikarenakan masing-masing peserta sudah dapat
menyesuaikan dengan bola pada saat latihan, baik pada siswa kelas IV maupun
kelas V. Suasana latihan yang menyenangkan membuat semua program yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Memperhatikan hasil tes passing bawah
yang diperoleh ternyata kelompok siswa kelas IV memperoleh hasil yang lebih
baik pada pelaksanaan passing bawah dengan bola digantung, sedangkan pada
siswa kelas V memperoleh hasil yang lebih baik pada pelaksanaan tes passing
bawah dengan bola tidak digantung. Berikut selisih rata-rata dari hasil tes bola
digantung dan bola tidak diganutng.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan passing bawah bola
voli dengan bola digantung lebih baik dibanding dengan yang menggunakan
latihan passing bawah voli bola tidak digantung. Hal ini dapat terjadi karena
latihan passing bawah dengan bola digantung lebih menghemat waktu dan tenaga
disebabkan anak tidak perlu mengambil bola yang melayang terlalu jauh saat
pelaksanaan latihan. Sedangkan bila bola tidak digantung maka pada saat bola
melayang jauh dari peserta tes, maka diperlukan waktu bagi peserta tes berikutnya
untuk mengambil bola demikian seterusnya. Telah diketahui bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan di berbagai sekolah selama ini, sebagian besar masih
menggunakan pendekatan konvensional.
Pada pembelajaran konvensional, aspek yang berupa konsep, prinsip,
definisi dan proses diajarkan melalui pemberitahuan oleh guru kepada siswa. Pada
pembelajaran pendidikan jasmani secara konvensional, aktivitas guru
55
mendominasi dengan menyuruh atau memberikan contoh agar ditirukan oleh
siswa yang dimulai dengan melakukan pemanasan kemudian melakukan kegiatan
olahraga sesuai materi dalam kurikulum. Pelaksanaan kegiatan inti biasanya
dilaksanakan di lapangan yang masih berada di lingkungan sekolah. Padahal
biasanya lapangan yang ada di sekolah digunakan untuk berbagai kegiatan mulai
dari olahraga, tempat bermain anakanak saat sebelum pelajaran atau waktu
istirahat, dan kegiatan yang lain seperti upacara bendera. Belum lagi jika lapangan
yang ada telah diubah dipersempit atau lantainya disemen sehingga lapangan
sekolah menjadi kurang aman dan nyaman bagi kegiatan olahraga. Hal ini berbeda
dengan keberadaan lapangan di luar sekolah misalnya bila dilaksanakan di
lingkungan kebun dekat sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah
sehingga dalam berolahraga anak dengan bimbingan dan pengawasan guru merasa
lebih aman dan nyaman tanpa merasa khawatir sakit saat terjatuh sehingga
penggunaan lapangan olahraga di lingkungan kebun memberikan dampak positif
(efektif) bagi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa dalam
berolahraga.
4.6 Keterbatasan Pengembangan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terletak pada sarana bola voli
karena jumlah bola voli yang ada di sekolah hanya ada dua buah sehingga hasil
tes bola digantung lebih baik daripada bola tidak digantung dalam pembelajaran
passing bawah bola voli. Sedangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian terutama dalam penelitian yang dilakukan di luar gedung atau
laboratorium antara lain :
56
4.7.1 Lapangan
Dalam penelitian ini sangat membutuhkan sebuah lapangan yang rata dan
tidak licin. Oleh sebab itu kondisi lapangan juga harus mendapat perhatian.
Lapangan yang licin atau berbatu dapat mengganggu passing bawah anak.
Sehingga data yang dihasilkan tidak dapat maksimal.
4.7.2 Cuaca
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, maka yang menjadi kendala
adalah cuaca seperti hujan, dan atau terlalu panas. Untuk mengantisipasi kendala
tersebut maka tes dapat dilakukan di dalam ruangan.
4.7.3 Kondisi Kesehatan Sampel
Latihan olahraga harus dilakukan oleh siswa dalam keadaan sehat, begitu
pula saat tes pelaksanaan passing bawah karena pasing bawah memerlukan
koordinasi antara mata, tubuh, dan tangan sebagai anggota gerak. Oleh karena itu
pada waktu diambil data diharapkan sampel dalam keadaan yang sehat, apabila
sampel (testee) sakit maka testee tidak bisa memberikan kemampuan yang
sesungguhnya.
4.7.4 Petugas Pengambil Data
Data adalah catatan penting yang akan dijadikan acuan dalam penelitian.
Oleh sebab itu dalam mencatat hasil data harus mencari petugas yang benarbenar
trampil, cermat dan berpengalaman. Hal ini untuk menghindari kesalahan
pencatatan data yang bisa berakibat salah faham dalam menganalisis datanya.
4.7.5 Tingkat Ketelitian Alat Ukur
Tes dan evaluasi juga ditentukan keberhasilannya oleh tingkat ketelitian
penilaian. Untuk pengukuran waktu tes dalam penelitian ini menggunakan
57
stopwatch karena stopwatch memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi dibanding
dengan jam tangan. Semakin teliti informasi yang diperoleh (melalui tes dan
pengukuran) akan semakin baik keputusan yang diambil.
58
BAB V
KAJIAN DAN SARAN
5.1 Kajian Prototipe Produk
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan ini dapat ditarik simpulan
bahwa :
5.1.1 Model pembelajaran passing bawah dengan bola digantung melalui
pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan sebagai model pembelajaran
bola voli dalam penjasorkes untuk siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan
Kcamatan Grabag Kabupaten Magelang.
5.1.2 Respon siswa terhadap model pembelajaran bola voli dengan passing bawah
bola digantung di lingkungan kebun pada siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar
Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012
secara umum termasuk dalam kategori baik.
5.2 Saran Pemanfaatan
Dari hasil penelitian pengembangan ini peneliti memberikan saran sebagai
berikut.
5.2.1 Bahwa latihan passing bawah bola digantung dapat digunakan sebagai salah
satu model pembelajaran passing bawah dalam pembelajaran bola voli bagi siswa
SD karena dari penelitian pengembangan ini terbukti lebih efektif dengan hasil tes
siswa yang lebih baik dari pada pelaksanaan passing bawah bola tidak digantung.
59
5.2.2 Penggunaan model pembelajaran penjasorkes dalam pembelajaran bola voli
khususnya pada teknik passing bawah bola digantung sebaiknya disesuaikan
dengan alokasi waktu, pertumbuhan dan perkembangan anak, kreativitas guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan serta sarana dan prasarana yang ada di
sekolah sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang
pada akhirnya diharapkan hasil belajar siswa menjadi maksimal.
56
60
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifudin. MP, 1987. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Andi Suntoda F. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Machfud Irsyada, 2000. Bola Voli. Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Margono S, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
M Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta : Dirjen Dikti.
Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993. Perkembangan dan Belajar Gerak Jilid 2. Jakarta : Depdikbud.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi offset.
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2009. ModelModel Pembelajaran Menciptakan Proses Belajarr Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.
Yanuar Kiram. 1992. Belajar Motorik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Top Related