Download - minggu ke 2 DM

Transcript

BAB 1STATUS PASIEN

1. PASIEN1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur: Ny R /Perempuan/ 48 tahun b. Pekerjaan/Pendidikan: IRT/SMAc. Alamat: Rt 03 Arab Melayu2. Latar belakang social ekonomi-demografi-lingkungan keluargaa. Status Perkawinan: Kawinb. Jumlah anak atau saudara: Mempunyai 4 orang anak, hidup 4c. Status ekonomi keluarga: Menengah ke atasd. KB: KB IUDe. Kondisi Rumah : Pasien tinggal dirumah bersama 4 orang anaknya. Rumah pasien semi permanen berisi 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan dan 3 kamar.Ventilasi dirumah pasien ini termasuk baik. Jendela rumah sering dibuka. Dibagian rumah bagian belakang terdapat dapur, pasien masak menggunakan kompor gas. Dirumah bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Jarak antara rumah ke rumah sangat dekat, 2-3 meter. Dirumah pasien sumber air bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal dari PLN.lingkungan sekitar rumah pasien Bersih dan tidak ada tumpukan sampah.

Rumah tampak depan

Ruang tengan

Dapar pasien

Kamar mandi pasien

Foto bersama pasien

Pemeriksan pasien f. Kondisi Lingkungan keluarga: Pasien dirumah tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya. Pasien tidak bekerja. Keluarga pasien ini cukup harmonis. Sumber penghasilan keluarga dari suami sebagai guru SMP (PNS) dan 2 anak yang bekerja sebagai polisi. Pasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu suka makan makanan berlemak dan manis dan jarang berolahraga. 3. Aspek psikologis di keluarga: Pasien adalah seorang istri yang mempunyai 4 orang anak 2 laki-laki dan 2 perempuan. Pasien sudah mempunnyai 1 orang cucu. Hanya satu anaknya yang telah menikah dan bertempat di kota jambi.hubungan pasien dengan suami dan anak sangat harmonis.

4. Riwayat penyakit dahulu atau keluarga: a. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi (-) Riwayat penyakit DM (+)b. Riwayat penyakit Keluarga: Riwayat penyakit yang sama (-)

5. Riwayat penyakit sekaranga. AnamnesisKeluhan utama : Pasien mengeluh badan terasa lemas sejak 4hari.

Riwayat penyakit sekarang:Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluh badan terasa lemas. Pasien juga sering merasa kesemutan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan pandangan kabur disangkal oleh pasien. Badan terasa gatal-gatal (+). Penyakit Diabetes Melitus baru diketahui pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering merasa haus dan sering merasa lapar, pasien juga merasa kalau berat badannya terasa turun. Pasien mempunyai kebiasaan suka makanan yang manis.

6. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : BaikKesadaran : ComposmentisTD : 130/80 mmHg, Nadi : 102x/I, RR :20x/I, Temperatur :36,5CKepala : NormocepalMata: ca -/-, si -/- pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+), reflek kornea (+/+)Telinga : Tidak nyeri dan tidak bengkakHidung : Simetris, Napas cuping hidung (-), lendir (-/-)Mulut : Bibir kering(-), sianosi (-)Tenggorok : T1-T1 Hiperemis(-), faring Hiperemis (-) Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)Thorak Pulmo Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi (-)Palpasi : Stemfremitus sama antara kiri dan kananPerkusi : SonorAuskultasi : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-Cor Inspeksi : Ictus cordis terlihatPalpasi : Ictus cordis terabaPerkusi : Batas jantung dalam batas normalAuskultasi : BJ I/II Reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar, sikatriks (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)Perkusi : TimpaniAuskultasi : Bising usus (+) normalEktremitas : Akral hangat, edema (-)7. Laboratorium dan usulan pemeriksaanHasil Pemeriksaan Gula Darah sewaktu : 309 mg/dlUsulan Pemeriksaan : Kadar Glukosa darah puasa (puasa 10 jam) Kadar glukosa plasma sesudah beban glukosa 75 8. Diagnosis KerjaDiabetes Mellitus Tipe II (E11)

9. Diagnosis bandingHiperglikemi reaktifToleransi glukosa tergangguGula Darah Puasa Terganggu

10. Manajemen a. Preventif Biasakan diri untuk hidup sehat Mengatur pola makan yang sehat Mengurangi makanan yang manis-manis Lakukan olah raga secara teratur Hindari makanan dengan kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi Mengontrol kadar gula darah setiap obat habis dan setiap ada keluhan b. Promotif Pasien diedukasi mengenai pengertian, faktor resiko, cara pengelolaan, dan komplikasi penyakit DM serta di ajak agar dapat menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis-manis, dan tidak tinggi kolesterol, melakukan olah raga ringan, dan minum obat secara teratur Meningkatkan pengetahuanndiabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut Memerlukan partisipasi aktif dari pasien, keluarga dan masyarakatc. Kuratif Non farmakologis Mempertahankan atau mencapai berat badan idealIstirahat yang cukupMinum obat secara teraturKontrol kadar gula darah setiap obat habis atau adanya keluhan

FarmakologisGlibenklamid tab 5mgMetformin tab 500mg vit B complek RehabilitataifMenjalankan pengobatan secara teraturMengurangi makanan yang mengandung banyak karbohidrat, lemak yang tinggi.Kontrol gula darah secara rutin.Olahraga secara teratur

Pengobatan Tradisional Tanaman pare merupakan salah satu alternatif obat tradisional diabetes melitus yang bisa digunakan untuk penyembuhan, karena didalam pare mengandung zat yang dapat menurunkan gula darah. Cara pemanfaatan pare untuk mengobati diabetes yaitu dengan cara Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan lalu tambahkan setengah gelas air bersih, aduk dan peras. Minum sehari sebanyak satu ramuan. Diulang selama 2 minggu.

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Tahtul Yamandr. Bertylia R.W.U SIP. G1A108084STR 019/02/2015Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.USIP : No. 266/SIK/2014

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Tahtul Yamandr. Bertylia R.W.U SIP. G1A108084STR 019/02/2015Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.USIP : No. 266/SIK/2014

18 Februari 2015R/ vit B complek no. XV S3dd tab 1R/ Glibenklamid tab 5mg no. VII S1dd tab 1R/ Metformin tab 500mg no. XV S3dd tab 1

Pro : Ny. R/48tahunAlamat : RT 03 Tahtul Yaman18 Februari 2015R/ vit B 6 no. VX S3dd tab 1R/ Glimepiride tab 1 mg no. VII S1dd tab 1

Pro : Ny. R/48tahunAlamat : RT 03 Tahtul Yaman

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Tahtul Yamandr. Bertylia R.W.U SIP. G1A108084STR 019/02/2015Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.USIP : No. 266/SIK/2014

18 Februari 2015

R/ Acorbase 1 mg tab no X S1dd tab 1

Pro : Ny. R/48tahunAlamat : RT 03 Tahtul Yaman

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiDibetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemi akibat defek pada:1,21. Kerja insulin (resistensi insulin) dihati (peningkatan produksi glukosa hepatik) dan dijaringan perifer (otot dan lemak)1. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas.1. Atau keduanya.

2.2 Klasifikasi1. DM tipe I (destruksi sel , umumnya diikuti oleh defisiensi insulin absolute)1. DM tipe II (bervariasi, mulai dari predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relative sampai predominan defek sekretorik dengan resistensi insulin)1. DM gestasional1. Tipe spesifik lain :3. Defek genetic pada funsi sel 3. Defek genetic pada kerja insulin3. Penyakit eksokrin pancreas3. Endokrinopati3. Diinduksi oleh obat atau zat kimia3. Infeksi.2

2.3. Etiologi Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa .2,3

2.4 PatofisiologiPada Diabetes Melitus Tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).Pada Diabetes Melitus Tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.2.5 Faktor ResikoFaktor resiko DM tipe 2: Usia > 45 tahun Kebiasaan tidak aktif olahraga IMT > 23 kg/m2 Hipertensi (TD 140/90 mmHg) Riwayat DM dalam garis keturunan

2.6 DiagnosisGejala klasik Diabetes Melitus (DM) adalah rasa hausyang berlebihan (polidipsi), sering kencingterutama pada malam hari (poliuri), banyak makan (polifagi) serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg1-4Selain dengan gejala khas DM, penegakan diagnosis DM dapat dilakukan dengan TTGO dan glukosa darah puasa. Namun jika keluhan klasik ditemukan disertai dengan peningkatan glukosa darah sewaktu 200 mg/dL, maka itu sudah cukup untuk menegakan diagnosis DM.4Kriteria diagnosis DM :41. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dL. Glukosa darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau1. Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL. Puasa diartikan pasien tidak mendapat tambahan kalori selama 8 jam. Atau1. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dL. TTGO dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.2Apabila hasil pemeriksaan tifak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL.2Pada pasien ini diagnosis DM ditegakan dengan adanya gejala khas ditambah dengan kadar gula darah sewaktu 345 mg/dl.Langkah-langkah diagnostik DM dan Gangguan toleransi glukosa:

2.7 TatalaksanaTujuan :10. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala DM danmempertahankan rasa nyaman dan sehat.0. Jangka panjang: mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupunneuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortilitas DM. Dengan cara: menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin. Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor genetik,tekanan darah, resistensi insulin dan insufisiensi sel beta pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki kelainan dasar yang dapat dikoreksi harus tercermin pada langkah pengelolaan. Kegiatan: mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan mandiri dan melakukan promosi perubahan perilaku.Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus.41.Edukasi2.Terapi gizi medis3.Latihan jasmani4.Intervensi farmakologisEdukasiDiabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006 yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.

Terapi Gizi MedisTerapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.6

Latihan jasmaniKegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurang dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan.

Intervensi FarmakologisIntervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.1. Obat hipoglikemik oral (OHO)Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:A. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):Nsulfonilurea dan glinidB. penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin,tiazolidindionC. penghambat glukoneogenesis (metformin)D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.Cara Pemberian OHO, terdiri dari:OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal Sulfonilurea generasi I & II : 15 30 menit sebelum makan Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan Repaglinid, Nateglinid : sesaat/ sebelum makan. Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan. Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan suapan pertama. Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.

2. InsulinInsulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat badan yang cepat Hiperglikemia berat yang disertai ketosis Ketoasidosis diabetik Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik Hiperglikemia dengan asidosis laktat Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,stroke) Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHOJenis dan lama kerja insulinBerdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni: insulin kerja cepat (rapid acting insulin) insulin kerja pendek (short acting insulin) insulin kerja menengah (intermediate acting insulin) insulin kerja panjang (long acting insulin) insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).

Efek samping terapi insulin Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia. Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

3. Terapi KombinasiPemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja.

2.8 Komplikasi 1. Penyulit akutPenyulit akut DM sampai saat ini masih merupakan kegawatan yang harus ditangani dengan tepat dan benar karena hanya dengan cara itulah angka kematiannya dapat ditekan serendah mungkin.0. Ketoasidosis diabetik0. Hiperosmolar nonketotik0. Hipoglikemia1. Penyulit menahun1. Makroangiopati, yang melibatkan :0. Pembuluh darah jantung0. Pembuluh darah tepi Pembuluh darah otak1. Mikroangiopati: Retinopati diabetik Nefropati diabetik1. Neuropati

2.9Pengendalian DMUntuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik yag merupakan sasaran terapi. DM terkndali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah .1Tabel 2. Kriteria pengendalian DMBaikSedangBuruk

GD puasa80 - 109110 - 125 126

GD 2 jam pp80 - 144145 - 179 180

A1C< 6,56,5 8>8

Kolesterol total< 200200 - 239 240

LDL< 100100 - 129 130

HDL>45

Trigliserida< 150150 - 199 200

IMT18,5 22,923 - 25>25

Tekanan darah< 130/80130 140 / 80 - 90>140/90

Sumber : Sudoyo Aru, 2006

2.10 PrognosisSekitar 60% pasien DM yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronis, dan kemungkinan untuk meninggal lebih cepat.62.11 PENCEGAHAN DM2.11.1 Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk menderita DM (lihat halaman 4). Tentu saja untuk pencegahan primer ini harus dikenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya pencegahan primer. Masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya harus diikutsertakan. Demikian pula pemerintah melalui semua jajaran terkait seperti Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perlu memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.2.8.2 Pencegahan Sekunder Maksud pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan penyaring, namun kegiatan tersebut memerlukan biaya besar. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal berarti mengelola DM dengan baik agar tidak timbul penyulit lanjut DM. Dalam mengelola pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai DM dan pengelolaannya memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan DM. Melalui langkah-langkah yang disebutkan di atas diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal, apalagi bila ditunjang pula dengan adanya tatacara pengobatan baku yang akan menjadi pegangan bagi para pengelola.12.8.3 Pencegahan Tersier Kalau kemudian penyulit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80 - 325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyulit makro-angiopati. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli dari disiplin lain seperti dari bagian ilmu penyakit mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatri dan lain sebagainya.1

BAB IIIANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosa dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan lingkungan sekitarDari anmnesis keluhan yang pasien alami yaitu Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluh badan terasa lemas. Pasien juga sering merasa kesemutan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan pandangan kabur disangkal oleh pasien. Badan terasa gatal-gatal (+). Penyakit Diabetes Melitus baru diketahui pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering merasa haus dan sering merasa lapar, pasien juga merasa kalau berat badannya terasa turun. Pasien mempunyai kebiasaan suka makanan yang manis. Dari Anamnesis tersebut, terdapat hubungan antara anamnesis dengan diagnosis diabetes mellitus.Pada Pemeriksaan fisik yaitu gula darah sewaktunya 253 mg/dl( hiperglikemia) berhubungan dengan Diabetes Mellitus.Pasien tinggal dirumah bersama 4 orang anaknya. Rumah pasien semi permanen berisi 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan dan 3 kamar.Ventilasi dirumah pasien ini termasuk baik. Jendela rumah sering dibuka. Dibagian rumah bagian belakang terdapat dapur, pasien masak menggunakan kompor gas. Dirumah bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Jarak antara rumah ke rumah sangat dekat, 2-3 meter. Dirumah pasien sumber air bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal dari PLN.lingkungan sekitar rumah pasien Bersih dan tidak ada tumpukan sampah.Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Jadi dapat disimpulakan kalau tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluargaPasien dirumah tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya. Pasien tidak bekerja. Keluarga pasien ini cukup harmonis. Sumber penghasilan keluarga dari suami sebagai guru SMP (PNS) dan 2 anak yang bekerja sebagai polisi. Pasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu suka makan makanan berlemak dan manis dan jarang berolahraga. Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, niddm), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe ii bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/i>, 80-90% penderita mengalami obesitas. diabetes tipe ii juga cenderung diturunkan. Jadi pada kasus ini dapat disimpulkan kalau tidak ada hubungan anatar keadaan keluarga dan hubungan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien. c. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitarPasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu suka makan makanan berlemak dan manis serta jarang olahraga. Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Jadi pada pasien ini ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan perilaku kesehatan pasien.

d. Analisa kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien iniInsulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktifitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.

e. Analisa untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien iniSebaiknya pasien teratur minum obatnya dan rajin mengontrol gula darahnya. edukasi untuk memperbaiki pola hidup, untuk mengurangi konsumsi makanan yang manis, berolah raga secara teratur, dan pasien di anjurkan untuk meminum obat secara teratur setiap hari dan kontrol kembali bila obat habis.

DAFTAR PUSTAKA1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: Hal. 1857-9.2. Soegondo Sidartawan,dkk. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dlam Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.2006: Hal. 9-153. Suyono, S. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: Hal. 1853. 4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsesus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe2 diIndonesia. Jakarta: PB Perkeni. 20065. Suyono S. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007; Hal 7-146. Soegindo S. Farmako Terapi pada Pengendalian Glikemi Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1860-3.

11