Metode dan Corak Tafsir Agus Mustofa
Banyak ta'wil baru di dalam kajian Agus Mustofa yang pasti akan mengundang
perdebatan, dan hal ini disebabkan oleh perbedaan di antara keakraban beliau dengan teori-
teori ilmu pengetahuan modern, dan ilmu al-Qur'an. Dari sini, secara kita bisa mendeteksi
bahwa, terdapat unsur penafsiran dengan kaidah maudhu`i-ilmy-falsafy-adaby.
Beliau bukan saja menafsirkan ayat-ayat kauniyah al-Qur'an dengan ilmu-ilmu
pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang yang menjadi ciri Tafsir Ilmy,[1]
bahkan juga berupaya mengompromikan atau mencari titik temu di antara filsafat dengan
agama serta berusaha menyingkirkan segala pertentangan di antara keduanya,[2] juga
merupakan ciri Tafsir Falsafy. Adapun karyanya dikatakan melibatkan metode Tafsir Adaby
adalah karena beliau mempunyai karakteristik yang berbeda dari corak tafsir lainnya dan
memiliki corak tersendiri yang betul-betul baru bagi dunia tafsir. Walaupun beliau
mengabaikan penggunaan bahasa yang menarik, namun beliau berusaha menghubungkan
nash-nash al-Qur'an yang tengah dikaji dengan realitas sosial dan sistem budaya yang ada.[3]
Dari ketiga macam metode penafsiran maudhu'i tersebut, kecenderungannya lebih
tertonjol pada metode penafsiran Ilmy dan Falsafy.
Jika metodenya adalah secara Ilmu, coraknya pula menonjolkan Falsafy-Sufy. Keduanya
terbukti apabila di dalam pembahasan beliau lebih banyak mengedepankan teknik yang
mengajak para pembaca untuk banyak ber-tafakkur tentang kejadian alam, manusia, dan
pembuktian keberadaan Tuhan berserta firman-Nya berdasarkan hujjah logis dan bukti-bukti
empiris, namun ia lebih ke arah corak Falsafy. Dengan demikian, karya ini adalah berbentuk
Tafsir bi-Ra'yi, metodenya Ilmy/ Saintis, sedang coraknya adalah Falsafy.
Ternyata Adam Dilahirkan
Dalam pembahasannya mengenai penciptaan Adam, Agus Mustofa memaduakan antara
ilmu tasawuf dan sains yang selanjutnya menghasilkan tipikal pemikiran yang 'unik' pada
dirinya, yang disebutnya sebagai Tasawuf Modern. Pendekatan tasawuf yang menggunakan
metode kekinian.
Agus Mustofa mengembangkann penafsirannya mengenai penciptaan Adam dengan
mengangkat penelitian mengenai 'genetika'. Menurutnya, segala aktifitas manusia direkam
oleh alam sekitar. Ada tiga rekaman yang berlangsung selama hidup kita. Yang pertama
adalah rekaman oleh struktur alam. Yang kedua adalah rekaman oleh struktur otak. Dan yang
ketiga adalah rekaman oleh struktur genetika.
Pembahasan tentang hal tersebut telah diangkatnya dalam karyanya yang terdahulu yang
berjudul TERNYATA AKHIRAT TIDAK KEKAL, terutama tentang model rekaman yang
pertama – oleh struktur alam. Sedangkan rekaman model yang kedua dan ketiga dijelaskan
secara gamblang dalam buku ini garis besarnya.
Setiap perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita setiap hari direkam oleh otak dan struktur
genetika. Rekaman otak bisa dibuktikan dengan cara sederhana. Bahwa otak ternyata
memiliki daya ingat alias memori. Ini seperti pita kaset saja layaknya. Atau lebih cocoknya
adalah rekaman digital yang dewasa ini lumrah digunakan[4].
Setiap kita berbuat, maka kita akan menjadi ingat bahwa kita pernah berbuat itu. Setiap
kata yang kita ucapkan juga kita ingat, dan suatu ketika akan muncul kembali di lain waktu.
Kalau pun kita tidak mengingatnya – entah karena lupa – maka orang lainlah yang akan
memorikan di dalam otak mereka.
Otak merekam segala peristiwa yang kita alami dan kemudian akan kita ingat selama kita
masih hidup. Atau sampai suatu ketika nanti, saat kita dibangkitkan kembali di hari
pengadilan. Tapi struktur genetika kita ternyata bisa merekam segala kejadian yang menimpa
kita secara lintras generasi. Kerena sifat-sifat yang terkandung dalam struktur genetika kita
itu ternyata diwariskan kepada anak keturunan kita.
Jadi struktur genetika kita yang sekarang ada dalam tubuh ini adalah warisan orang tua
kita. Separuh berasal dari bapak, dan separuhnya dari ibu. Demikian pula yang dimiliki oleh
orang tua kita, berasal dari orang tua mereka. Dan begitu selanjutnya. Struktur genetika kita
itu mengandung gen-gen nenek moyang kita. Entah berapa persen dari yang ada pada diri kita
itu, adalah gen dari manusia pertama.
Sumber Rujukan
Dalam pembahasan ini sebenarnya al-Qur'an memberikan guidance alias petunjuk
komprehensif, bahwa kita harus melakukan explorasi dua sisi. Sisi pertama, adalah menggali
arahan al-Qur'an tentang asal-usul penciptaan manusia. Dan sisi yang kedua, petunjuk itu
mesti kita telusuri dari tanda-tanda yang dihamparkan Allah di alam sekitar kita. Petunjuk
pertama berdasar pada ayat-ayat qauliyah, sedangkan petunjuk kedua berasal dari ayat-ayat
kauniyah[5].
QS. Al-Furqan (25): 54
ا ) ق�د�ير� ك� ب ر� �ان� و�ك ا و�ص�ه�ر� �ا ب �س� ن �ه� ع�ل ف�ج� ا ر� �ش� ب �م�اء� ال م�ن� خ�ل�ق� 'ذ�ي ال و�ه�و�
٥٤)
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah* dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
*Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.
QS. An-Nur (24): 45
م�ن� �ه�م� و�م�ن �ه� �ط�ن ب ع�ل�ى �م�ش�ي ي م�ن� �ه�م� ف�م�ن م�اء2 م�ن� 'ة2 د�اب �ل' ك �ق� ل خ� 'ه� و�الل�ن' إ اء� �ش� ي م�ا 'ه� الل �ق� ل �خ� ي �ع2 ب ر�
� أ ع�ل�ى �م�ش�ي ي م�ن� �ه�م� و�م�ن �ن� �ي ل ر�ج� ع�ل�ى �م�ش�ي يق�د�ير> ) ي�ء2 ش� �ل< ك ع�ل�ى 'ه� (٤٥الل
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat inilah yang diklaim oleh para penganut teori evolusisebagai bukti adanya
perpindahan binatang air ke binatang darat. Itu adalah masa-masa dimana muncul binatang
amphibi dan reptilia yang berjalan dengan perut, dua kaki dan kemudian empat kaki. Dalam
periodisasi evolusi, itu terjadi sekitar 360 juta tahun yang lalu.
Namun ayaat ini memang tidak menyaebut secara eksplisit bahwa binatang darat itu
berasal dari binatang air yang berevolusi. Ayat tersebut bisa ditafsirkan bahwa masing-
masing binatang daratan itu diciptakan Allah dari air. Bukan dari binatang air yang lebih
rendah tingkatannya.
QS. Al-Hijr (15): 26
�ون2 ) ن م�س� 2 ح�م�إ م�ن� ص�ل�ص�ال2 م�ن� ان� �س� اإلن �ا �ق�ن ل خ� �ق�د� (٢٦و�ل
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
QS. Al-Hijr (15): 28-30
�ون2 ) ن م�س� 2 ح�م�إ م�ن� ص�ل�ص�ال2 م�ن� ا ر� �ش� ب �ق> ال خ� <ي �ن إ �ة� �ك �م�الئ �ل ل ك� ب ر� ق�ال� �ذ� و�إاج�د�ين�( )٢٨ س� �ه� ل ف�ق�ع�وا وح�ي ر� م�ن� ف�يه� �ف�خ�ت� و�ن �ه� �ت و'ي س� �ذ�ا د�(٢٩ف�إ ج� ف�س�
�ج�م�ع�ون� ) أ ه�م� �ل ك �ة� �ك �م�الئ (٣٠الDan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud*.Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama.
*Yang dimaksud dengan sujud disini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Allah memberiakan penjelasan yang lebih rinci bahwa yang diciptakan dari 'tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam' itu adalah basyaran. Yaitu manusia sebelum al-insan.
Atau nenek moyang al-insan, yang memang sudah ada dalam jutaan tahun sebelumnya.
Karena itu, ayat berikutnya memberikan penjelasan bahwa basyaran itu masih perlu
disempurnakan lagi oleh Allah, agar menjadi al-insan. 'Maka bila telah kusempurnakan
kejadiannya, dan telah kutiupkan Ruh-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud'. Dan para malaikat pun bersujud bersama-sama. Bukan kepada al-basyar,
melainkan kepada al-insan.
Jadi, adalah kekeliruan jika kita menafsiri ayat itu sebagai proses penciptaan Adam –
manusia pertama – dari tanah liat. Itu adalah cerita tentang penciptaan al-basyar secara
kolektif, yang 'ditumbuhkan' oleh Allah dari tanah bumi. Dan setelah disempurnalan
kejadiannya – menjadi al-insan – barulah malaikat diperintahkan bersujud kepada salah satu
dari al-insan itu, yaitu Adam.
Lantas, dari keturunan Adam inilah manusia modern berkembang biak. Sedangkan
manusia lain selain keturunan Adam mengalami kepunahan. Maka manusia modern yang ini
disebut sebagai sebagai 'bani Adam' alias keturunan Adam[6].
Tugas Sejarah
Teori Agus Mustofa
Nama : Liris Firiani RahayuKelas :X-4
Tahun Pelajaran 2012/2013
Top Related