MANAJEMEN MODAL BANK
A. PENGERTIAN MANAJEMEN MODAL BANK
Pengertian modal menurut Dahlan Siamat (2000;56), “Modal bank adalah dana
yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang
dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi
peraturan yang ditetapkan” . Adapun pengertian modal menurut Komaruddin
Sastradipoera (2004;297), “Modal bank sebagai sejumlah dana yang
diinvestasikan dalam berbagai jenis usaha (ventura) perbankan yang relevan”.
Sedangkan pengertian modal menurut N.Lapoliwa (2000;137),“Modal bank
merupakan modal awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya telah ditetapkan
dalam suatu ketentuan atau pendirian bank”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal bank merupakan
dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk membiayai kegiatan usaha bank
yang jumlahnya telah ditetapkan.
Modal bank ada sebagai cadangan atau back up dana bank jika bank
mengalami kesulitan. Semakin banyak modal bank, pertumbuhan bank akan
semakin baik walaupun modal bank sudah melebihi aturan sebagaimana
ditetapkan oleh bank otoritas (bank sentral). Modal bank dapat berupa modal inti,
laba tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum, dan modal pelengkap. Risiko
kesulitan bank dalam membayar kewajiban keuangan atau kesulitan likuiditas
disebabkan oleh lima factor yaitu :
a. Risiko ketidaklancaran kredit
Ketidaklancaran angsuran kredit dari debitur atau peminjam menyebabkan
dana yang disalurkan berupa kredit tidak kembali lagi pada bank sesuai
perjanjian kredit baik sebagian maupun semuanya. Akibatnya, bank tidak
memiliki cukup dana untuk memenuhi pembayaran atau pengeluaran dan
dana untuk kredit baru.
b. Risiko pendapatan investasi
1
Kemungkinan ketidakstabilan atau bahkan kerugian atas pendapatan yang
diterima oleh bank seperti perbedaan bunga yang didapat dengan bunga
yang dibayar akan mempengaruhi likuiditas bank.
c. Risiko kerugian operasional
Pendapatan operasional bank yang lebih kecil dari biaya, menyebabkan
bank tidak dapat menutup pengeluarannya.
d. Risiko kecurangan atau kenakalan
Kecurangan petugas bank biasanya terjadi karena petugas bank tidak
memahami bahwa dana yang ada dibank adalah utang bank yang mesti
harus aman sehingga jika diminta oleh masyarakat, dana tersebut masih
utuh dalam aset bank.
e. Risiko penurunan kepercayaan masyarakat
Jika kepercayaan masyarakat pada bank menurun, masyarakat bisa saja
menarik uangnya dibank dalam jumlah yang banyak dan atau penarikan itu
terus menerus sehingga bank tidak mampu memenuhinya (rush).
Karena risiko tersebut menyebabkan bank mengalami kesulitan operasional,
maka dengan modal yang kuat kesulitan itu bisa diatasi. Disamping untuk
mengatasi risiko bank, modal bank juga berfungsi untuk :
a. Memenuhi keperluan operasional bank
Operasional bank memerlukan aktiva tetap dan inventaris yang cukup,
yang didanai dari modal sendiri (bukan dari masyarakat). bank sentral
telah mengatur pengadaan inventaris dan aktiva tetap, yaitu hanya dari
modal sendiri bank dengan mempertimbangkan supaya sebagian besar
modal sendiri dapat diproduktifkan oleh bank. Oleh karena itu semakin
kecil rasio inventaris dan aktiva tetap terhadap modal sendiri, bank akan
semakin sehat atau sebaliknya.
b. Memenuhi aturan yang ditetapkna oleh bank sentral
Modal bank dalam jumlah tertentu harus selalu ada. Jumlah tersebut diatur
oleh bank sentral dan penggunaannya untuk inventaris dan aktiva tetap
2
terhadap modal bank kesehatan bank akan semakin baik atau sebaliknya.
Oleh karena itu, kepatuhan terhadap aturan rasio maksimum aktiva tetap
dan inventaris terhadap modal bank sangat penting.
c. Melindungi dan menyerap kerugian
Disamping untuk mengatasi kemacetan operasional bank, modal bank
dapat juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan bank dalam
bersaing karena dana tersebut tanpa bunga dan didapat dengan cara pasif
dan tidak beresiko.
Secara teknis, kewajiban bank dalam menyediakan jumlah modal minimal
dapat ditentukan dengan presentase tertentu dari jumlah modal terhadap jumlah
aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR), yang umumnya ditentukan oleh bank
sentral. Ketentuan sampai saat ini tentang penyediaan modal minimum BPR
adalah 8% dari ATMR (SK.Dir. BI No.26/20/KEP/DIR tertanggal 29 mei 1993).
Penyesuaian jumlah modal minimum bank sering dilakukan karena adanya
perubahan nilai inventaris dan aktiva tetap serta adanya perubahan kolektibilatas
kredit, disamping untuk mempercepat pertumbuhan bank. Jika bank diperkirakan
akan menghadapi resiko dengan pertimbangan sifat asset dan hutang bank, bank
akan membentuk modal yang jumlahnya relative lebih besar dari 8% kali ATMR.
Jika asset bank ditanam dalam jangka panjang dengan jangka waktuh utang yang
lebih pendek, maka jumlah minimum modal bank cenderung lebih tinggi dari
aturan atau sebaliknya. Oleh karena itu setiap bank harus mengukur jumlah
kecukupan modalnya yang didasarkan pada alat untuk melakukan test terhadap
risiko yang ditimbulkan oleh aset atau penananman aktiva (adequency test model)
yang kemudian menjadi adequency standard, yaitu mengukur batas jumlah modal
yang diperlukan yang dikaitkan dengan risiko portofolio yang digunakan untuk
memantau sehat atau tidaknya sebuah bank. Jumlah modal diatas kecukupan
modal bank 8% didasarkan pada perhitungan :
3
Equity to total assets =
Equity to total deposit =
Equity to Risk Assets =
Equity to Loan And Discount =
Konsep adequncy didasarkan pada kerugian yang dialami oleh sebuah bank
dalam keadaan bank beroperasi secara dinamis. Potensi kerugian bank dibedakan
dalam keadaan normal (dapat diperkirakan sebelumnya) dan tidak normal (tidak
dapat diperkirakan sebelumnya). Untuk kerugian normal, ditutup dengan laba
tahun berjalan dan kerugian tahun sebelumnya ditutup dengan modal. Factor-
faktor kuantitatif yang diperlukan dalam menentukan capital adequency adalah :
a. Kualitas Manajemen
Merupakan factor utama untuk meniadakan risiko. Manajemen bank yang
berkualitas adalah manajemen yang memenuhi criteria-kriteria tertentu.
b. Kualitas Assets
Kecukupan modal bank dipengaruhi oleh likuiditas bank, karena kesulitan
likuiditas dapat diatasi dengan jumlah modal yang cukup. Untuk itu, setiap
bank akan berusaha agar likuiditasnya tinggi.
c. Sejarah Pendapatan Bank
4
Bank yang baik adalah bank yang pertumbuhan pendapatan
operasionalnya meningkat secara teratur karena pertumbuhan aktiva
produktifnya baik dengan angsuran pokok pinjaman dan pembayaran
bunga kredit yang baik. Dengan pertumbuhan pendapatan yang baik, bank
memiliki peningkatan kemampuan dalam memenuhi kecukupan modal
dengan baik atau sebaliknya.
d. Kualitas Watak Dan Pemilik Bank
Kualitas watak dan pemilik bank yang baik seperti memahami visi, misi,
sasaran dan tujuan bank akan mempercepat tercapainya kecukupan modal.
e. Potensi kegoncangan struktur penabung
Penabung memiliki potensi menggoyahkan bank dengan cara penarikan
simpanannya di bank. Kemampuan mengatasi goncangan tersebut
merupakan suatu keunggulan bank dalam mengatasi risiko atau
sebaliknya.
f. Kualitas prosedur operasioanl bank
prosedur operasioanl bank yang baik, kuat serta dlaksanakan dengan
konsisten oleh pejabat dan petugas bank, akna mengurangi kebocoran
keuangan bank sehingga dapat meniadakan risiko operasional.
g. Kapasitas bank dalam mendapat dana
Kemampuan bank dalam mendapatkan dana pihak ketiga atau DPK setiap
saat dapat diwujudkan dan bahkan bank dapat menigkatkan jumlah dana
dimaksud secara baik dan teratur dalam setiap masa sehingga risiko
likuiditas tidak terjadi.
Perencanaan kecukupan modal bank ditetapkan dan ditentukan secara periodic
dengan jumlah minimal tertentu. Jumlah modal minimal bank ditetapkan setelah
mempertimbangkan factor-faktor diatas dan sesuai dengan ketentuan minimal
yang ditetapkan oleh otoritas. Perencanaan kebutuhan modal merupakan hal
sangat penting apalagi jumlah modal diatas ketentuan minimal adalah sangat baik
sebagai back up risiko. Perencanaan kecukupan modal berkaitan dengan
5
perencanaan keseluruhan. Untuk memudahkan pemahaman tentang keterkaitan
itu, dapat dibantu dengan gambar :
6
Penyusunan rencana strategi :Perencanaan target keuntungan
Penentuan tujuan bank
(mis.pertumbuhan aset)
Pertumbuhan jangka panjang
Penentuan Rencana Tahunan:-Penentuan Pertumbuhan Tahunan-Penentuan Target Keuntungan Tahunan
Realitas Pendapatan
Penentuan Rencana Keuntungan Dg Meminimalkan Biaya
Target Dividend Per Periode
Penentuan Proyeksi Struktur Modal Per Periode
Penentuan Proyeksi Deviden Dalam Setahun
Target Struktur Modal Per Periode
Berdasarkan gambar proses perencanaan kecukupan modal diatas,
perencanaan kecukupan modal dalam sebuah bank dapat dilakukan dengan
penjualan saham kepada masyarakat dengan terlebih dahulu mennetukan harga
saham menurut harga pasar. Jika saham dapat terjual lebih tinggi dari harga
nominalnya, maka kelabihan itu disebut agio saham. Harga saham yang terjual
didasarkan pada analisis aliran kas yang akan datang, kemudian didskontokan
ketahun dasar sehingga didapat nilai bank pada tahun dasar. Analisis aliran kas
dilakukan degan pendekatan aset bersih, keuntungan dan pendekatan deviden.
Nilai sebuah bank di tahun dasar dibagi dengan share saham yang outstanding
yang akan diterbitkan atau yang akan dijual oleh bank, didapat nilai saham yaitu :
a. Pendekatan net asset
P =
Dimana :
P = nilai saham
An = Net Assets
Es = Jumlah saham yang diterbitkan
b. Pendekatan keuntungan
P =
P = nilai saham
Np = Net Profit
Es = Jumlah saham yang diterbitkan
c. Pendekatan deviden
P =
7
Np = Keuntungan (Net Profit)
D = Devidend
Es = Jumlah saham yang diterbitkan
B. KOMPONEN - KOMPONEN MODAL BANK
Modal Inti (primary capital)
Komponen modal inti terdiri atas modal disetor, modal sumbangan pemilik,
agio saham, cadangan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan.
1. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai
dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing -masing bank.
4. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
5. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah
dikurangi pajak yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
6. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum
Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya
sebesar 50 %. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu,
maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan
8
yang diperhitungkan sebagai modala inti hanya sebesar 50%. Dalam hal
pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8. Bagian kekayaaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan (minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan
setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak
perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah
bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh bank.
Modal Pelengkap (secondary capital)
Modal Pelengkap terdiri atas modal pinjaman dari pihak lain/pemegang saham,
lembaga atasannya/subordinasi, cadangan yang dibentuk yang tidak berasal dari
laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal.
Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangna yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah medapat persetujuan Direktorat
Jendral Pajak
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, denga maksud
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari
tidak diterimanya kembali sebagain atau seluruh aktiva produktif. Dalam
kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan
penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan penghapusan aktiva
yang diklasifikasikan yang dapat diperhitungkan adalah maksimum
sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut resiko.
3. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital
instrumen, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal atau utang dan mempunyai ciri-ciri :
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan
9
modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.
Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan Bank Indonesia.
Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan
yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi
pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan
rugi atau laba tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang
berasal dari penyetoran modal yang efektf oleh pemilik bank yang
belum didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan
dari instansi yang berwenang) yang mencukupi.
4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut :
Ada perjanjian tetulis antara bank dengan pemberi pinjaman.
Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam
hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan,
bank harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman
subordinasi tesebut.
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh.
Minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun.
Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI,
dan dengn pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat. Hak
tagihnya dalam hal terjadinya likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
Jumlah pinjaman subordinasi yang diperhitungkan sebagai modal
untuk sisa jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah
pinjaman subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus (prorata). Maksimum pinjaman
10
subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap adalah
sebesar 50% dari modal inti. Sesuai dengan ketentuan pada Pasal 4
Ayat 3 Surat Keputusan Direksi BI No. 23/67/KEP/DIR tanggal 28
februari 1991 di atas, seluruh modal pelengkap tersebut pada nomer 1
sampai dengan nomer 4 hanya dapat diperhitungkan sebagai modal
yang setinggi-tingginya 100% dari jumlah modal inti.
C. TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM
BANK
Perhitungan kebutuhan modal bank didasarkan pada ATMR. Dalam
menghitung ATMR terhadap masing-masing akun aktiva diberikan bobot risiko
yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu
sendiri atau pada golongan peminjam dan sifat agunannya. Bobot risiko
umumnya ditentukan otoritas moneter bardasarkan kemunkinan keamanan
aktiva.
Tabel 5.1. Persentase Bobot Resiko
Persentase Bobot
ResikoPos-Pos dalam Neraca Bank
0%
1. Kas
2. Emas dan Mata uang emas
3. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a.Pemerintah Pusat RI
b.Bank Indonesia
c.Bank Sentral Negara OECD dan non-OECD
d.Pemerintah Pusat Negara OECD dan non-OECD
20% 1. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh,atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a. Bank-bank didalam negeri (termasuk kantor cabang bank
11
asing)
b. Pemerintah daerah di Indonesia
c. Lembaga non-departemen di RI
d. Bank-bank pembangunan multilateralseperti :
ABD,IDB,IBRD,AFDB dan EIB
e. Bank-bank diluar negeri
f. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara OECD
2. Giro, deposito derjangka, sertifikat deposito, tabungan serta
tagihan lainnya kepada bank lain.
3. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau peemrintah
daerah
50%
Tagihan dalam rangka inkaso kredit kepemilikan rumah (KPR) yang
dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni kredit pada
real esatate tidak termasuk didalam kriteria ini.
100%
1. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh,atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a. Perum atau Perjan
b. BUMN atau BUMD
c. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara non-OECD
d. Koperasi
e. Perusahaan swasta
f. Perorangan
g. Lain-lain
2. Penyetoran yang tidak dikonsolidasikan
3. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
4. Rupa-rupa aktiva
5. Antar kantor aktiva
Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa pos-pos aktiva dengan tingkat likuid yang
12
tinggi memiiki bobot yang lebih kecil demikian sebaliknya.
Penghitungan Kebutuhan Modal Minimum
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administrative dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administrative yang bersangkutan dengan bobot resiko
dari masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administrative
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membendingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATM. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
CAR =
5. Hasil perhitungan rasio di atas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%)
6. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban
penyediaan modal minimum sama dengan 100%, atau lebih, modal bank
yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR
Misalnya : berapa jumlah minimum yang harus dimilik bank apabila bank
central menetapkan minimal CAR = 8 % bank memiliki ATMR sebesar Rp 2000
Milyar
Modal bank ( minimal ) = ATMR x CAR
= 2000 x 0.08
13
= 160 Milyar
Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum ( yakni sebesar 8 % ). Berdasarkan hasil
perbadingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah
memenuhi ketentuan CAR ( kecukupan modal ) atau tidak. Jika hasil
perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal
minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah
memenuhi ketentuan CAR ( kecupan modal ). Sebaliknya, bila hasilnya kurang
dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
D. SUKU BUNGA DANA BANK
Secara umum, masyarakat menyimpan uang dibank dipengaruhi oleh tingkat
bunga uang, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi. Dana yang
semata-mata untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga dikategorikan sebagai dana
murah karena bunganya sangat ernedah, seperti dalam bentuk giro dan tabungan,
sebaliknya dana yang dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga uang
diketegorikan sebagai dana mahal karena penyimpanannnya semata-mata ingin
mendapatkan hail bunga riil yang tinggi seperti tabungan berjangka atau deposito
da pinjaman.
Dengan anggapan kondisi perbankan adalah normal, kecenderungan dana yang
ada di bank lebih banyak dalam bentuk dana mahal dibanding dengan dana
murah. Tingkat bunga uang dibedakan menjadi suku bunga nominal, suku bunga
riil, dan suku bunga efektif. Suku bunga nominal dapat dihitung dengan cara:
in =
dimana :
in = tingkat bunga nominal
ir = tingkat bunga riil
▲P/P = tingkat inflasi
14
= hubungan tingkat bunga dan inflasi
Umumnya hubungan tingkat bunga dan inflasi diabaikan sehingga tingkat
bunga riil menjadi :
in = atau ir =
Jika si penyimpan dana di bank memperkirakan bahwa bank akan tertimpa
suatu gangguan/default, maka rumus perhitungan tersebut menjadi :
in = atau ir =
dimana :
k= default premium dan k bagi bank swasta adalah lebih tinggi dari bank
pemerintah
Akibat adanya default, suku bunga deposito bank swasta lebih tinggi dari bank
pemerintah. Tinggi rendahnya suku bunga uang berhubungan denga jangka waktu
simpanna,sehingga suku bunga di bank antara simpanna satu dengan simpanan
lainnya sering berbeda-beda atau term of interest rate structure simpanan bank
berbeda-beda. Hubungan suku bunga dan jangka waktu simpanan dipengaruhi
oleh perkiraan tinggi rendahnya suku bunga dimasa yang akan datang, suku bunga
diluar negeri, peningkatan ekonomi, dan factor lainnya. Jika diperhitungkan akan
ada suku bunga dimasa yang akan datang, perhitungan tersebut menjadi :
ir =
dimana :
k= default premium dan k bagi bank swasta adalah lebih tinggi dari bank
pemerintah
s = interest risk premium
15
Contoh:
Suku bunga uang untuk kredit 10% per tahun, karena mampu menutup :
Penyesuaian inflasi 5%
Gangguan terhadap bank (default premium) 1%
Perubahan bungan dimasa datang (interest rate risk premium) 1%
Ongkos modal 2%
Keuntungan 1%
Tingkat Bunga Nominal 10%
Jika hasil bunga nominal di atas dikurangi dengan pajak (tax), maka hasil
bunga bank akan berkurang atau sebaliknya. Perhitungan diatas akan menjadi:
ir – tx = in – DP/P + k + s
Dengan dasar perhitungan diatas, bunga kredit yang disalurkan oleh bank akan
diatas atau lebih tinggi dari 20%. Penentuan jumlah bunga tersebut dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan bunga, terbentuknya cadangan dan tertutupnya
biaya serta pengeluaran bank lainnya.
16
Top Related