1
BAB I
PENDAHULUAN
KASUS 1
Kebakaran… Kebakaran…
Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan
pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian.
Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah
kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban.
Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan
darah 80/45 mmHg, SaO2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua
lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat
untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien.
1.1. STEP 1
-
1.2. STEP 2
1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan
penangan luka bakar pasien?
2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?
3. Kenapa SaO2 menurun?
4. Pertolongan pertama apa yang diakukan untuk pasien luka bakar?
5. Kapan pasien luka bakar harus dirujuk?
6. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?
7. Fase luka bakar?
8. Kapan kita memberikan cairan pada pasien luka bakar?
9. Komplikasi luka bakar?
10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
11. Bagaimana cara mendiagnosa pasien luka bakar?
12. Apa yang menyebabkan hipotensi?
13. Apa terdapat perbedaan penanganan awal pada pasien luka bakar dengan luka
yang lain?
14. Apa saja kriteria pada luka bakar?
1.3. STEP 3
1. LO
2. LO
3. LO
4. LO
5. LO
6. LO
7. a. Fase Akut
b. Fase Subakut
c. Fase Lanjut
8. LO
9. a. Trauma inhalasi
b. Keracunan Karbon
c. Shock
10. Tergantung derajat luka bakar, Luas permukaan, Daerah, Kesehatan penderita,
Usia dan luas luka bakar
11. LO
12. LO
13. LO
14. a. Luka bakar ringan
b. Luka bakar sedang
c. Luka bakar berat
2
Luka Bakar
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
KlasifikasiKlasifikasi
Rujukan
Prognnosis
FaseDerajatKriteria
Komplikasi
Klasifikasi
Trauma inhalasiKeracunan karbonShock
1.4. STEP 4
3
STEP 5
Mahasiswa harus mampu untuk menjelaskan luka bakar:
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Patofisiolgi
5. Manifestasi Klinis
6. Klasifikasi
a. Fase
b. Derajat
c. Kriteria
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan penunjang
9. Komplikasi
4
a. Trauma inhalasi
b. Keracunan karbon
c. Shock
10. Rujukan
11. Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik
atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.
2.2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
5
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
Gambar 1. Luka bakar listrik
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
6
Gambar 2. Asam sulfat (H2SO4) salah satu penyebab luka bakar kimia
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 500.000 orang dirawat di unit gawat darurat. 74.000
pasien perlu perawatan di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari 20.000 pasien
mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan perawatan pada suatu
pusat perawatan khusus luka bakar. 12.000 korban luka bakar akan meninggal karena
luka-luka nya.
Kelompok terbesar dengan luka bakar adalah anak-anak usia dibawah 6 tahun,
bahkan sebagian besar berusia 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar
akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut usia
dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan
perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Pada tahun-tahun terakhir ini, daya tahan
hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera pada penderita
usia lanjut, memiliki perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi
umum luka bakar lainnya.
Insiden luka bakar terutama terjadi pada pria, oleh Karena dominasi pekerja
pria pada industri berat dan kehidupan pria yang lebih beresiko. Cedera luka bakar
terutama melibatkan kelompok social ekonomi yang kurang beruntung. Pemakaian
alat-alat pemanas terbuka yang dapat dipindah-pindah, sistem listrik dan pemanas
yang tidak benar, kondisi hidup yang penuh sesak, dan tidak adanya alat pendeteksi
asap merupakan penyebab dari meningkatnya resiko pada luka bakar. Meskipun
sebagian besar pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit menyalahgunakan obat-
obat terlarang dan etanol, tidaklah diketahui apakah kebiasaan ini memudahkan
terbentuknya cedera termal. Peralatan minum rumah tangga yang mengandung etanol
7
merupakan resiko tinggi untuk terjadinya cedera luka bakar, oleh karena alat
demikian lebih mudah terbakar.
2.4. PATOFISIOLOGI
Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,
sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi pada
semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Meskipun
peradangan dimulai segera setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung
berkala, biasanya memuncak 5-7 hari setelah luka bakar. Sebagian besar perubahan
lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas disebabkan oleh mediator inflamasi.
Luka bakar yang menginisiasi reaksi inflamasi sistemik memproduksi racun
dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah
produk dari metabolisme oksidatif dan pemulung alami dari radikal bebas
menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan organ lebih lanjut
dalam luka bakar. Jaringan terluka menginisiasi suatu inflammation induced
hyperdynamic, hipermetabolik yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif
yang parah.
Luka bakar mayor mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi dapat
meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energi istirahat (REE), tergantung
pada luas dan kedalaman cidera. Katabolisme protein berlebihan dan ekskresi
nitrogen urin meningkat seiring hipermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui
luka bakar eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan secara nyata
meningkatkan kebutuhan energi dan protein. Karena pasien dengan luka bakar mayor
mungkin berkembang menjadi ileus dan anoreksia, dalam hal ini dukungan gizi
sangat diperlukan.
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi
kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskuler karena hilangnya
atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari
compartment intravaskuler ke dalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap
8
dalam sirkulasi dan menyebakan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan
cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi
ileus paralitik, takikardi dan takipnea merupakan kompensasi untuk menurunkan
volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap luka jaringan dan
perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi
vasokonstriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguria.
Respon luka bakar juga akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan
hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan luka
jaringan. Selain itu, kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan
anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan
perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena
terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.
9
Gambar 3. Patofisiologi luka bakar
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada
saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan
cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk ke dalam sel dan kalium
keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam
intravaskuler. Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap luka
pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah luka bakar :
Dalam 24 jam pertama
Luka bakar
Meningkatnya permeabilitas kapiler
10
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam
rongga interstisial : hipoproteinemia, hiponatremia, hiperkalemia
Hipovolemi
Syok
Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam
Edema jaringan yang terkena luka bakar
Compartment intravaskular
Hipervolemia, hipokalemia, hipernatremia
Sjamsuhidajat R. De jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. –ed 2-. Jakarta :
EGC.
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
darah yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah
yang ada didalam nya juga ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bulla yang mengandung
banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume intravaskuler
berkurang.
Bila luka bakar lebih dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bias mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan
tanda yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
11
tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-
pelan dan maksimum terjadi setelah 8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila terjadi luka di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terhisap.
Udem laring yang ditimbulkan dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan
gejala sesak nafas, takipnue, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap.
2.6. KLASIFIKASI
A. Fase
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran
nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi
seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal
ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase
pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis
luka)
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau
struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama
B. Derajat
12
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya
tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau
hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
Gambar 4. Luka bakar derajat pertama
Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut,
luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa
gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena
perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar
derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan
penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-
thickness burn atau luka bakar derajat III.
13
Gambar 5. Luka bakar derajat kedua
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan
kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai
justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit
yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
14
Gambar 6. Luka bakar derajat ketiga
C. Kriteria
1. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum
D. Luas luka bakar
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma
15
inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Jaringan lunak tubuh akan
terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan
oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi
jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler
juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan
resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan
hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap
resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi
metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar
hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu
menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 untuk anak.
Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di
kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
16
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan
dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.
17
Gambar 7. Penentuan luas luka bakar berdasarkan ”rule of nine”
2.7. PENATALAKSANAAN
a. Prinsip evakuasi korban kebakaran
Pertolongan pertama:
1. Jauhkan dari sumber trauma:
Api dipadamkan
Kulit yang panas disiram air
Bahan kimia disiram air mengalir
Cara mematikan api yaitu penderita dibaringkan dan ditutup kain basah atau
berguling-guling.
2. Bebaskan jalan nafas:
Buka baju
Lendir dihisap
Trakeostomi dilakukan bila ada keraguan akan jalan nafas
3. Perbaiki pernafasan (resusitasi pernafasan)
4. Perbaiki sirkulasi (pasang infus NaCl/RL)
5. Terbakar diruangan tertutup, curiga keracunan Co berikan O2 murni
18
6. Trauma asam/basa bilas dengan air terus menerus
7. Baju, alas dan penutup luka atau tubuh diganti dengan yang steril
Tindakan sebelum kerumah sakit untuk melindungi diri:
1. Isolasi luka dari sekitarnya
2. Jaga luka agar tidak terjadi dehidrasi
3. Jaga luka agar dalam keadaan istirahat
b. Primary Survey:
1. Airway
Perhatikan adanya riwayat terkurung api atau tanda-tanda trauma
nafas, periksa jalan nafas dan tindakan pemasangan jalan nafas
definitif
Trauma bakar faring, edema hebat jalan nafas bagian atas kemudian
bebaskan segera jalan nafas
Gambar 8. Intubasi endotrakeal pada korban luka bakar dengan trauma
inhalasi
Manifestasi trauma inhalasi muncul perlahan-lahan dan belum
tampakdalam 24 jam pertama, jika dibiarkan atau menunggu
mengakibatkan edema jalan nafas jika intubasi sulit dilakukan maka
dilkukan untuk pemasangan pipa endotrakeal.
19
Gambar 9. Crikotiroidektomi bila terjadi edema saluran napas akibat trauma
inhalasi
2. Breathing
Penangan awal didasarkan atas tanda dan gejala yang ada, yang timbul akibat
trauma sebagai berikut :
Trauma bakar langsung Edema dan obstruksi jalan nafas bagian atas
Inhalasi hasil pembakaran (partikel karbon) dan asap beracun
Trakheobronkhilitis kimiawi, edema, dan pneumonia
Keracunan karbon monoksida (Co) berikan O2 konsentasi tinggi
Sebelum intubasi :
Beri oksigen dengan pelembab
Luka bakar dengan trauma jalan nafas: Bronkhoskopi
Analisa gas darah mengetahui fungsi paru
Pengukuran kadar karboksihemoglobin
3. Volume sirkulasi darah
Pengukuran produksi urin tiap jam
Pemberian cairan cukup dapat mempertahankan produksi urin 1,0
ml/kg BB/Jam pada anak-anak dengan BB 30 kg atau kurang dan 0,5-
1,0 ml/ kg BB/ jam pada orang dewasa.
20
Pada 24 jam pertama derajat II dan III RL 2-4 ml/kg BB tiap persen
luka bakar untuk pertahankan volume darah sirkulasi dan fungsi ginjal
separuh cairan diberikan 8 jam pertama setelah trauma, separuhnya
diberikan dalam waktu 16 jam berikutnya (Baxter formula/ parkland
formula)
EKG perlu digunakan untuk menentukan gangguan irama jantung
tanda awal hipoksia, gangguan elektrolit dan keseeimbangan asam-
basa.
c. Secondary survey:
1. Pemeriksaan fisik
Tentukan luas dan dalamnya luka bakar
Pemeriksaan jika ada cedera penyerta
Timbang BB
21
Table 1. Formula resusitasi cairan pada luka bakar
2. Dokumentasi
3. Pemeriksaan penunjang
4. Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar pada ekstremitas
Lepas seluruh perhiasan
Nilai keadaan sirkulasi distal (sianosis, penurunan pengisian kapiker
atau gangguan neurologis, denyut nadi perifer periksa dengan
Doppler flowmeter
Bila ada gangguan sirkulasi lakukan eskarotomi
Fisotomi untuk perbaiki sirkulasi dengan fraktur, crush injury, trauma
listrik tegangan tinggi, luka bakar yang mengenai jaringan dibawah
facia
5. Pemasangan pipa lambung
6. Narkotika, analgetik dan sedative
7. Perawatan luka
8. Pemberian anti tetanus
Pertolongaan korban kebakaran di lokasi kejadian :
1. Hentikan penyebab matikan sumber api
2. Periksa nafas dan pernafasan
3. Singkirkan benda-benda yang ikut panas (pakaian, cincin, arloji, perhiasan)
4. Bagi korban yang tidak sadar lakukan perawatan, atasi perdarahan, bersihkan
luka dengan air biasa atau dicuci dibawah air mengalir
5. Cari bantuan medis apabila bantuan medis lama datangnya tutupi luka yang
sudah dingin dengan kassa atau kain lembab jangan pkai kapas atau kain yang
berbulu. Jangan lepaskan kain yang melekat pada luka bakar
22
6. Jika memungkinkan sambil menunggu bantuan medis tinggikan bagian yang
terluka atau pindahkan ketempat yang lebih nyaman
7. Beri korban minum jika korban dalam keadaan sadar
Pertolongan korban kebakaran di UGD (penanganan luka):
1. Pencucian dengan larutan detergen encer
2. Kulit compang-camping dibuang
3. Bila lika utuh >5 cm cairan dihisap, < 5 cc dibiarkan
4. Lika dikeringkan, diolesi mercurochrome/ silver sulfa diazine
5. Pasien dipindahkan keruangan steril
Perawatan diruangan:
1. Perawatan terbuka dengan krem SSD, merupakan obat yang dapat menembus
ester
2. Mandi 2 x sehari dengan air mengalir
3. Eskarotomi dilakukan bila ada penekanan saraf atau pembuluh darah
4. Skin Graft dilakukan setelah mulai ada granulasi
Pemberian antibiotic:
1. Disesuaikan dengan epidemiologi kuman di ruangan
2. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan hasil kultur
d. Escharotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan luka bakar yang melingkar,
berupa penyayatan atau insisi pada eschar luka bakar. Luka bakar yang melingkar
pada tungkai akan timbul eschar yang melingkar. Secara signifikan akan ditemukan
sianosis pada daerah yang tidak terbakar distal dari luka bakar, adanya nyeri yang
terus menerus serta terjadi penurunan atau tidak teraba denyut nadi secara progresif.
23
Dilakukan insisi eschar untuk limb saving pada daerah mid medial atau mid lateral
atau insisi kedua sisi bila perlu.
Gambar 10. Garis insisi pada escharotomi
Luka bakar melingkar pada daerah dada akan membuat dada tidak memungkinkan
untuk mengembang secara adekuat saat bernafas, sehingga terjadi pernafasan cepat
dan dangkal. Bila dibiarkan akan berakibat buruk. Dilakukan escharotomy untuk life
saving berupa insisi eschar pada garis linea aksilaris anterior bilateral. Bila luka bakar
meluas sampai daerah perut insisi dilanjutkan transversal sepanjang batas costae.
24
Gambar 11. Escharoktomi
e. Escharectomy (Early Excision)
Tindakan escharectomy atau tindakan eksisi eschar ini diperkenalkan oleh
Janzekovic, 1970 dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis
jaringan nekrotik (eschar) sampai didapatkan permukaan yang berdarah biasanya
dilakukan dengan humby knife atau dermatome. Prosedur tindakan ini mirip dengan
teknik pengambilan donor skin grafting. Membuang eschar adalah evolusi perawatan
pembedahan luka bakar yang agresif. Teknik eksisi tangensial dilandasi atas tidak
perlunya pembuangan jaringan yang masih vital pada eksisi primer kasus luka bakar.
Eksisi lapis demi lapis sampai didapatkan bintik-bintik perdarahan merupakan tanda
telah mencapai jaringan yang vital. Teknik ini diterima sebagai penilaian yang akurat
saat intraoperatif. Tindakan ini membuat dapat dilakukannya tindakan yang definitif
untuk menutup luka. Indikasi escharectomy adalah luka bakar dalam yang
diperkirakan tidak sembuh dalam 3 minggu. Permukaan luka bakar berwarna putih,
merah, coklat atau hitam dan tidak ada capillary refill maupun sensibilitas. Bintik-
bintik perdarahan adalah suatu tanda yang dapat dipercaya sehubungan dengan
adekuatnya eksisi tangensial. Kerugian eksisi tangensial adalah banyak darah yang
keluar akibat eksisi. Jouglard, 1999 melaporkan rata-rata darah yang keluar saat
eksisi tangensial adalah 114-134 ml/%.1 Sauer, 1997 menyarankan eksisi luka bakar
untuk setiap tindakan terbatas hanya 20% dari TBSA untuk mencegah terjadinya
perdarahan yang banyak selama operasi.6 Bila eksisi dilakukan hari pertama setelah
trauma rata-rata perdarahan 100 ml/%, bila dilakukan hari ke 4 perdarahan 200 ml/%.
Direkomendasikan untuk menyimpan 500 ml darah untuk tiap 5% eksisi permukaan.
Penulis lain menyatakan jumlah total eksisi tiap operasi bisa sampai 25% dari TBSA,
dengan anggapan bahwa eksisi yang lebih agresif pada luka bakar akan mempercepat
penyembuhan luka dan mengurangi pembentukan parut.
25
Gambar 12. Escharectomy (Tangential Excision)
Menggunakan pisau (humby, dermatome) untuk eksisi tangensial dapat dilakukan
dengan baik pada daerah tubuh yang datar dan luas tetapi sulit untuk daerah yang
sempit disertai struktur yang berlekuk. Saat ini telah ada alat eksisi tangensial
menggunakan Versajet hydrosurgery system yang dapat dilakukan eksisi pada daerah
yang sempit dan berlekuk. Alat ini merupakan kombinasi eksisi cleansing dan
aspirasi.
f. Skin Grafting
Secara umum skin grafting termasuk salah satu tindakan transplantasi yaitu
pemindahan suatu organ ke tempat lain yang membutuhkannya. Skin grafting adalah
tindakan memindahkan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari satu tempat ke
tempat lain supaya hidup di tempat yang baru tersebut, yang dibutuhkan suplai darah
baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut. Bagian kulit yang
diangkat pada tindakan ini adalah epidermis beserta sebagian atau seluruh lapisan
dermis tergantung pada ketebalan kulit yang dibutuhkan. Skin grafting bertujuan
untuk menutup luka. Skin grafting terbagi dua :
26
1. Split thickness skin grafting, graft ini mengandung epidermis dan sebagian dermis.
Daerah donor diharapkan dapat sembuh sendiri / epitelialisasi.
2. Full thickness skin grafting, graft meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis.
Daerah donor perlu dilakukan penutupan. Pada kasus luka bakar jenis skin grafting
yang digunakan adalah split thickness karena umumnya area yang perlu ditutup relatif
luas dan kondisi vaskularisasi bed luka tidak begitu baik akibat trauma panas. Split
thickness skin grafting dapat merupakan tindakan yang definitif sebagai penutup
defek yang permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu
tindakan definitif. Pada luka bakar Split thickness skin grafting merupakan tindakan
definitif sebagai penutup luka yang luas. Luka bakar yang luas ada batasan dalam
melakukan eksisi tangensial membuang eschar yaitu kurang lebih sekitar 20%, untuk
itu diperlukan skin grafting untuk menutup defek sekitar 20%. Masalah yang ada,
kulit sehat yang akan digunakan sebagai donor belum tentu cukup tersedia, sehingga
diperlukan metode tambahan untuk memperluas kulit dari donor. Metode tersebut
adalah Mesh Grafting. Metode ini digunakan untuk memperluas skin graft dengan
alat skin mesher, prinsipnya adalah membuat insisi kecil multipel dengan jarak yang
teratur. Tindakan ini membuat kulit seperti jala dan bertambah luas sekitar 1,5-9 kali
tergantung dermacarrier yang digunakan. Metode ini memungkinkan menutup defek
yang luas dengan 1 kali operasi.
27
Gambar 13. Skin grafting dengan metode mesh
Penutupan luka dengan skin grafting pada luka bakar dapat dilakukan secara
immediate atau delayed.
Immediate Skin Graft
Suatu tindakan skin grafting untuk menutup defek luka yang dilakukan segera setelah
eksisi tangensial. Prinsip tindakan adalah segera, eksisi yang agresif dan adekuat.
Cara ini punya keuntungan lama perawatan lebih singkat, angka infeksi lebih rendah.
Kerugiannya bila eksisi yang dilakukan kurang adekuat akan menyebabkan kegagalan
skin graft.
Delayed Skin Graft
Suatu tindakan skin grafting yang ditunda, istilah ini mempunyai dua pengertian :
1. Menunda tindakan skin grafting.
2. Menunda penempelan skin grafting.
Istilah delayed skin graft pengertian yang pertama untuk luka-luka trauma
yang terkontaminasi dan diragukan vitalitas jaringannya. Ditunggu sampai kondisi
tenang atau sampai terbentuk jaringan granulasi karena dianggap kemungkinan
sukses atau take tindakan ini lebih besar. Kerugian dari tindakan ini adalah waktu
rawat lebih lama. Anggapan bahwa menunggu sampai kondisi tenang atau terbentuk
28
granulasi kesuksesan tindakan skin graft lebih tinggi adalah kurang benar karena
kondisi yang memungkinkan untuk tindakan skin grafting dapat dibuat/dikondisikan
jadi tidak perlu menunggu, misalnya dengan melakukan eksisi yang adekuat dengan
membuang jaringan non vital sampai ke bagian yang benar-benar vital. Perlu
diketahui bahwa setiap jaringan yang potensi terbentuk jaringan granulasi dapat
dilakukan skin grafting tanpa perlu menunggu sampai terbentuk granulasi, kecuali
daerah yang tidak vaskuler seperti tulang perlu dilakukan chipping sampai ada bintik-
bintik perdarahan atau dibuat lubang-lubang dengan bor agar terbentuk granulasi
yang memungkinkan untuk dilakukan skin grafting. Pengertian yang kedua yaitu
menunda penempelan skin graft. Setelah skin graft diambil dari daerah donor, kulit
disimpan dalam lemari es dengan suhu 4oC. Resipien dipersiapkan untuk penempelan
yang akan dilakukan beberapa hari kemudian. Tindakan ini dilakukan pada keadaan :
Dikhawatirkan saat evakuasi dari kamar operasi karena posisi
penderita atau karena gerakan gerakan dalam keadaan tidak sadar/efek
narkose akan merusak penempelan. Ditunggu sampai penderita sadar
kemudian dilakukan penempelan.
Kondisi luka resipien masih banyak rembesan-rembesan darah yang
diduga akan mengganggu proses take. Penempelan dilakukan
kemudian setelah keadaan resipien relatif bersih tampaktidak ada
bekuan darah.
Luka resipien kotor/terinfeksi, penempelan dilakukan setelah keadaan
terkendali,
Adanya keraguan pada jaringan yang saat ini tampak vital tetapi masih
ada kemungkinanberubah menjadi non vital, misalnya luka bakar
akibat listrik dimana proses nekrosis masih berjalan.
Janzekovic menyatakan sebaiknya pembedahan dini pada luka bakar
dilakukan sekitar hari ke 3 atau hari ke 5. Pada periode ini belum ada koloni
mikroorganisme dan jaringan mati sudah definitive establish. Jika operasi ditunda
akan terjadi hyperemia disekitar luka yang akan menyebabkan perdarahan saat
29
operasi. Bila menunggu lebih dari lima hari koloni kuman akan menghambat take
skin grafting dan eschar menjadi lunak sehingga membuat sukar untuk di eksisi.
Gambar 13. Prosedur skin grafting
2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan
MODS
7. Pemeriksaan darah lengkap
a. Golongan darah
b. Crossmatch
c. Kadar karboksi Hb
d. Gula darah
e. Elektrolit
30
2.9. KOMPLIKASI
Luka bakar dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bila tidak diatasi akan
mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian. Berikut adalah kompikasi pada luka
bakar :
A. Trauma Inhalasi
Luka bakar dengan trauma inhalasi :
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)
Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
Dapat merusak mukosa jalan napas
Edema laring
Hambatan jalan napas.
Gejala :
Sesak napas
Takipnea
Stridor
Suara serak
Dahak berwarna gelap (jelaga
Mekanisme kerusakan saluran napas:
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti
jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada
percabangan trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi
terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,
nitrogen klorida, akreolin menyebabkan iritasi dan bronkokonstriksi saluran
31
napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis
dan edema.
Gambar 14. Gas toksik yang bersifat iritatif bagi paru- paru
B. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO adalah hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup
kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2)
CO akan memisahkan O2 dari Hb maka terjadi hipoksia jaringan. Peningkatan kadar
karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya
intoksikasi CO.
Gambar 15. Gejala keracunan gas CO
32
C. Syok
Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang mengakibatkan
hipoksia jaringan. Jenis syok sebagai berikut :
a. Syok neurogenik
Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang
mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus, sehingga
perdarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh
suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Penderita merasa
pusing dan biasanya jatuh pingsan. Denyut nadi lambat tapi umumnya
cukup besar dan berisi.
b. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau yang
tidak terlihat. Perdarahan yang terlihat misalnya perdarahan dari luka atau
hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak tampak
misalnya perdarahan dari saluran cerna seperti tukak duodenum, cedera
limpa, kehamilan diluar uterus dan patah tulang pelvis.
c. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali.
d. Syok septik
Syok septik disebabkan oleh septikimia. Infeksi sistemik ini biasanya
timbul karena kuman gram negatif yang menyebabkan kolaps
kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer.
Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan
hipovolemia relatif sedangkan peningkatan permeabilitas
kapilermenyebabkan kehilangan cairan intravaskuler yang terlihat sebagai
udem.
33
e. Syok anafilaktik
Sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti
antibiotik atau media kontras. Sengatan seranggan seperti lebah juga
dapat menimbulkan syok pada orang yang rentan.
Syok pada luka bakar terjadi akibat pembuluh kapiler yang terpajan suhu
tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga menyebabkan keluarnya
cairan dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial hal ini
disebut sebagai SIRS(Systemic Inflamation Response Syndrom ) dimana akibat
luka bakar menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator inflamasi baik
bersifat local maupun sistemik. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan
menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan (evaporasi) yang berlebihan yaitu sekitar 3-5 liter (10 kali nilai
normal), masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Selain itu saat
seseorang mengalami lika bakar berat nyeri akibat luka bakar juga dapat
menyebankan syok neurogenik, stok neurogenik terjadi akibat aktivasi respon
vasovagal akibat nyeri yang amat sangat, respon vasovagal akan menyebabkan
pembuluh darah seluruh tubuh mengalami vasodilatasi sehingga meurunkan
tekanan darah hingga meneyebabkan penurunan perfusi ke otak dan berujung
pada penurunan kesadaran.
D. Ileus paralitik
Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan cairan. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka
34
tubuh dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang menyebabkan
ileus paralitik akibat penurunan aliran darah ke saluran cerna selain ileus
paralitik gangguan saluran cerna lain yang dapat muncul adalah ulkus curling
yang patofisiologinya juga disebabkan karena penurunan perfusi ke saluran
cerna. Selain menyebabkan ulkus, penurunan perfusi ke gaster juga akan
menyebabkan gastroparesis sehingga pasien luka bakar asupan makanan harus
dibantu dengan selang post pilori atau TPN (Total Parenteral Nutrition). Asupan
nutrisi sangat penting pada pasien yang mengalami luka bakar karena pasien
luka bakar mengalami kondisi hipermetaboisme yang mengakibatkan
peningkatan kebutuhan nutrisi.
E. Gagal ginjal akut
Selain menurunnya perfusi ke saluran cerna tubuh juga akan
menurunkan perfusi ke ginjal yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah
ke otak dan juga menghentikan atau menekan pengekuaran cairan lewat ginjal,
melalui rangsangan saraf simpatis aliran darah ke ginjal dihentikan dan
berakibat depresi filtrasi glomerulus dan oliguri. Pada kasus luka bakar akibat
sengatan listrik gagal ginjal akut juga dapat terjadi akibat rhabdomiolisis,
dimana terjadi pelepasan myoglobin dalam jumlah besar kedalam darah dan
kemudian akan diekskresikan melalui ginjal atau myoglobinuria, hal ini akan
menyebabkan urin berwarna gelap karena mengandung hemokhromogens yang
bersifat toksik terhadap ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut. Kondisi ini
ditangangi dengan pemberian cairan 100cc/jam serta pemberian manitol 25gr
bila urin belum juga menjadi jernih sambil melakukan koreksi bila terjadi
asidosis metabolik.
35
Gambar 16. Myoglobinuria pada pasien tersengat listrik
F. Gagal hepar
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang
merupakan hasil dari peningkatan produksi energi, peningkatan katekolamin,
yang megakibatkan peningkatan temperature tubuh serta kondisi hiperglikemia
dimana untuk memenuhi kebutuhan glukosa tubuh akan memecah cadangan
glukosa (glikogen), lemak dan protein. Fase permulaan luka bakar merupakan
fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh
banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan
berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang
diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari
otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan
berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit
berat yang disebut penyakit luka bakar. Pada proses lipolisis atau pemecahan
lemak, sel lemak yang dipecah gagal mengalami metabolisme sehingga tetap
dalam bentuk triglyserida yang kemudian akan menumpuk di hepar dan
menyebabkan perlemakan hepar (steatosis) dan berujung pada kerusakan
hepar.
G. Kontraktur
Kontraktur adalah gangguan yang terjadi jika jaringan parut luka bakar
menebal dan memendek, sehingga membatasi gerakan kedua arah (ekstensi
36
atau fleksi). Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat
sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai
dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal,
sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam
mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara
estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang
atau hilang. Penyembuhan yang memakan waktu lama, sehingga menimbulkan
kekakuan (kontraktur) akibat dari organisasi bahan-bahan inflamasi. Parut yang
berlebihan / tebal, sehingga mengganggu gerakan. Maturasi jaringan parut yang
disertai proses pengerutan, sehingga timbul kontraktur.
Beberapa hal yang bisa meminimalkan terbentuknya jaringan parut dan
mencegah kontraktur, antara lain
Bidai
bidai terutama pada persendiannya berguna untuk menjaga agar sendi
tetap lurus dan mencegah terjadi kontraktur.
Melatih Range Of Motion (jarak pergerakan)
Latihan Range of motion (ROM) membantu untuk menjaga agar otot dan
sendi yang mengalami luka bakar menjadi lebih fleksibel.
Kemandirian
usahakan pasien dibiarkan melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Walaupun biasanya ada kesulitan kecil, biarkan mereka melakukannya
dan hindari untuk segera membantunya. Pergerakan yang timbul pada
kegiatan sehari-hari akan membantu daerah jaringan parut teregang.
37
Gambar 17. Kontraktur
H. Infeksi
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh
kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman
saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi
nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah
resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi
invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif
dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna
hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur
keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.
38
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-
mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II
menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh
kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan
yang didarahinya nanti.
2.10. RUJUKAN
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
Menurut American burn association, luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka
bakar adalah :
1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada usia
kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut.
39
3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai daerah wajah, mata, telinga,
tangan, kaki, genitalia atau perineum dan kulit sendi-sendi utama.
4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh.
5. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir ( kerusakan jaringan bawah kulit
hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut dan komplikasi lain).
6. Luka bekas kimia.
7. Trauma inhalasi.
8. Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang dideritanya dapat
mempersulit penanganan, memperpanjang memulihan, atau dapat
mengakibatkan kematian.
9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan
mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka
bakar.
10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan
peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar.
11. Pasien luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah
social, emosional atau yang rehabilitasinya lama , termasuk adanya tindakan
kekerasan pada anak atau anak yang ditelantarkan.
2.11. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada :
1. Tergantung derajat luka bakar
2. Luas permukaan
3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit
perawatan dan mudah kontraktur
4. Keadaan kesehatan penderita
5. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada
luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,
serta parut hipertrofik dan kontraktur.
40
6. Usia dengan luas bakar
Persentase kematian dihitung dengan R_Baux :
Rumus : Umur + Persentase luas luka bakar
No R_Baux Death %
1 10-20 0
2 20-30 0
3 30-40 0
4 40-50 0
5 50-60 2.90
6 60-70 16.67
7 70-80 47.83
8 80-90 82.35
9 90-100 76.92
10 100-110 100
11 110-120 100
12 120-130 100
Table 2. Baux score
BAB III
PENUTUP
41
Luka bakar adalah jenis trauma yang memerlukan perawatan yang telti serta intesif
karena luka bakar bersifat kommpleks dan bila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan kecacatan seumur hidup.luka bakar dapat disebabkan langsung oleh
api atau kontak dengan benda cair, padat atau gas (uap), listrik, radiasi listrik dan
sebagainya.bearat ringan nya luka bakar seseorang ditentukan oleh luas luka bakar,
derajat luka bakar dan letak luka bakar. Primsip utama dari tindakan gawat darurat
luka bakar adalah menghentikan proses kerusakan akibat panas yamg diteruskan
dengan resusitasi cairan karena resiko syok hipovolemik pada kasus luka bakar yang
dapat mengakibatkan multi organ failure dan berujung ke kematian. Dari segi.
Kosmetik terdapat prosedur skin gtaft yang dapat memperbaiki kerusakan akibat luka
bakar dengan autograft, dan menghasilkan kesembuhan yang lebih baik dengan
perbaikan lapisan kulit yang terbakar.
DAFTAR PUSTAKA
42