BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut
ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus
bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Secara umum, kurikulum merupakan gambaran gagasan pendidikan yang
diekspresikan dalam praktik. Saat ini definisi kurikulum makin berkembang, termasuk
seluruh program pembelajaran yang terencana di sekolah atau institusi pendidikan. Dalam
pengertian lain, kurikulum juga bisa menjadi pedoman seorang guru atau pengajar dalam
melaksanakan tugasnya. Jika tidak ada pedoman, proses belajar mengajar akan menjadi
tidak terarah. Kurikulum tersebut yang berfungsi memberikan pedoman dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tersebut. Seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 : “Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengatur kurikulum pendidikan sebagaimana tercantum pada Bab X
pasal 36, pasal 37, dan pasal 38. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 36 ayat
1), kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (pasal 36
ayat 2). Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum dengan prinsip diversifikasi
adalah suatu pengembangan yang memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada
satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. Dan dalam
makalah kali ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang Pengembangan Kurikulum.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia ?
2. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum ?
3. Bagaimana landasan perkembangan kurikulum?
4. Bagaimana prinsip perkembangan kurikulum ?
C. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini adalah
1. Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia
2. Mengetahui konsep pengembangan kurikulum
3. Mengetahui landasan perkembangan kurikulum
4. Mengetahui prinsip perkembangan kurikulum
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
1. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengerti tentang konsep
pengembangan kurikulum
2. Pembaca dapat memahami dan mengetahui landasan perkembangan kurikulum
3. Pembaca dapat mengetahui prinsip perkembangan kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum
oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang
membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang
pemisahan ini, tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara
keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah
rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi
di sekolah /kelas adalah sesuatu yang benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan
rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.
Perbedaan titik pandang ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok
ahli kurikulum dan ahli pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran
mempelajari fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan tujuan yang
berbeda. Sementara itu, Unruh dan Unruh (1984: 97) mengatakan bahwa proses
pengembangan kurikulum adalah “a complex process of assessing needs, identifying desired
learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the
cultural, social, and personal needs that the curriculum is to serve.”
Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar
dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis,
selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu,
masyarakat dan mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam
perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita
hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik,
dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan.
3
B. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
1. KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)a) KURIKULUM TAHUN 1947 (RENTJANA PELAJARAN 1947)
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum
(bahasa Inggris). Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa Indonesia pada tahun 1947
adalah Rentjana Pelajaran 1947. Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu (1) daftar
mata pelajaran dan jam pengajarannya, (2) garis-garis besar pengajaran.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan
pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Sedangkan materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana Pelajaran 1947 baru
dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal
pokok:
1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
2. Garis-garis besar pengajaran (GBP)
b) KURIKULUM 1952 RENTJANA PELADJARAN TERURAI 1952
Dalam kurikulum ini, setiap rencana pelajaran pada setiap tingkat pendidikan
harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Depdikbud, 1979:108):
1. Pendidikan pikiran harus dikurangi
2. Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
3. Pendidikan watak
4. Pendidikan jasmani
5. Kewarganegaraan dan masyarakat
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 04 Tahun 1950
dikeluarkan, maka:
1. Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki dasar-dasar
pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta
mengembangkan bakat dan kesukaannya
4
2. Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan
tinggi, serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus, sesuai
dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat
3. Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat
menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan
kemajuan hidup kemasyarakatan.
c) RENTJANA PELADJARAN 1964
Sesuai dengan Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 maka pendidikan berfungsi
sebagai berikut.
1. Pendidikan sebagai Pembina manusia Indonesia baru yang berakhlak tinggi
2. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan
3. Pendidikan sebagai lembaga pengembangan kebudayaan nasional
4. Pendidikan sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan teknik dan fisik/mental
5. Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.
Kurikulum 1960 ini erat kaitannya dengan situasi politik di Indonesia pada
zaman itu sehingga dirumuskan bahwa “pendidikan sebagai alat revolusi dalam suasana
berdikari mengharuskan pembantingan stir dalam segala bidang khususnya bidang
pendidikan” (Tilaar, 1995:255). Maka berdasarkan kebijakan pemerintah tersebut,
tujuan pendidikan di mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi ialah
melahirkan warga negara yang sosialis Indonesia yang susila, bertanggung jawab atas
terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur, baik spiritual maupun
material dan yang berjiwa Pancasila.
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal
dengan istilah Pancawardhana, Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang
studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah.
d) KURIKULUM 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
5
murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus.
2. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)
a) KURIKULUM 1975
Kurikulum ini didasarkan pada tujuan pendidikan yang jelas. Dari tujuan
pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan
instruksional umum, tujuanj instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya
sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini,
satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya sistem instruksional. Dalam tiap
mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum, dan di tiap bahasan, diberikan pula tujuan
instruksional bagi guru dan siswa apa yang harus dicapai.
Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang
secara umum mengharapkan lulusannya :
1. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga Negara yang baik
2. Sehat jasmani dan rohani, dan
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pelajaran;
4. Bekerja di masyarakat;
5. Mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan hidup
Kurikulum1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b) KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Dengan
masukan yang sangat berarti dari hasil komisi pembaharuan pendidikan pendidikan
nasional, begitu pula dengan TAP MPR No. IV/1983, maka lahirlah Kurikulum 1984
6
dengan ciri-ciri menonjol menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut: a) apa yang
akan diajarkan? b) Mengapa diajarkan? c) Bagaimana diajarkan?
Kurikulum 1984 dengan kurikulum 1975 yang berbeda adalah organisasi
pelaksanaanya, dimana kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
bahan-bahan dan buku-buku yang ada.
Perbaikan yang dilakukan dalam kurikulum ini adalah adanya Cara Belajar
Siswa Aktif dan sistem spiral. Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi kepada tujuan instruksional.
2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
5. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
c) KURIKULUM 1994
Menyadari akan kebutuhan pembangunan nasional, demikian pula dengan
lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Naisonal No. 02 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, maka dirasa perlu menyusun suatu kurikulum baru
sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984.
Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
1. Sifat kurikulum objective based curriculum
2. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
3. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
4. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
5. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
d) KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004
Mulai tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diterapkan di
Indonesia. Sevara singkat dengan KBK ini ditekankan agar siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan. KBK diharapkan dapat
7
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk keterampilan, tepat, dan berhasil dengan
penuh tanggung jawab. Depdiknas mengemukakan karakteristik KBKialah sebagai
berikut.
1. Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode
bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya poenguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
e) KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 2006
Sejak tahun 2001, berdarakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah telah diberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan dan
kebudayaan. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara
pada uaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk menentukan sendiri jenis
dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru
dan kepala sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun untuk
menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Muslich, 2009:1)
Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi pada
perubahan sistem majanemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam
pengelolaan pendidikan (Muhaimin, dkk. 2008:2). Guru memiliki otoritas dalam
mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa
dan lingkungan di sekolahnya.
f) KURIKULUM 2013
Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA menegaskan bahwa kurikukulum terbaru 2013
ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar
ialah menuntut kemapuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan
8
sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi
dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa
lebih didorong untuk memeiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan
interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritias. Tujuannya
adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat
SD, pendekatan tematik integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan
memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran IPA ndan IPS
diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti yang dirilis kemdikbud dalam kemdikbud.go.id ada empat aspek yang
harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan
kurikulum 2013.
1. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut
metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru
(UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
2. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian
ilmu pengetahuan kepada siswa.
3. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada
siswa dan teman sejawat lainnya.
4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang
akan digugu dan ditiru siswa.
C. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Yang
perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Berbicara konsep
kurikulum baru 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Konsep
kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan. Ada
tiga konsep tentang kurikulum 2013, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai
bidang studi.
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum dipandang sebagai suatu
rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan,
bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun
9
kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Serta mencakup lingkup
tertentu, sekolah, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara. Konsep ini sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan konsep kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu
kepada kualitas guru sebagai implementator di lapangan.
Konsep kedua, adalah kurikulum 2013 sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem
kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana
cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil
dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum
adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap danamis.
Konsep ini juga dapat dipastikan mengalami prubahan dari konsep kurikulum yang
sebelumnya, sebab wacana pergantian kurikulum dalam sistem pendidikan memang merupakan
hal yang wajar, mengingat perkembangan alam manusia terus mengalami perubahan.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui
studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal
baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 ini merupakan salah satu upaya untuk
memperbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak bangsa dan atau generasi muda. Inti dari Kurikulum 2013 ada pada upaya
penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik berat
kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang
lebih baik dalam melakukan :
3. Observasi,
4. Bertanya (wawancara),
5. Eksperiment
6. Bernalar, dan
7. Membuat jejaring (Networking)
Adapun obyek pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah : fenomena alam, sosial,
seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif,
10
dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Penyusunan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-
integratif mengacu pada kurikulum 2006 yang di dalamnya ada beberapa permasalahan di
antaranya;
1. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui
tingkat perkembangan usia anak;
2. Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional;
3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di
dalam kurikulum;
4. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional, maupun global;
5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru;
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses
dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan
7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
Konsep kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi. Kurikulum baru
tersebut akan diterapkan untuk seluruh lapisan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan. kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh kepada pers di Kantor Wapres di Jakarta. Dikatakan Nuh,
orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang
antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang
holistik dan menyenangkan.
11
D. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai
dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
yang ada dalam masyarakat. Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan
yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan – landasan
pengembangan kurikulum. Dalam landasan program dan pengembangan dikemukakan
bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu : (1) Landasan Yuridis (2)
Landasan Filosofis (3) Landasan Teoritis
1. Landasan Yuridis
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada
dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan yuridis
kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk
mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,
pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum
haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan
bangsa di masa mendatang.
Konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan
dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota
masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa
mendatang.
12
3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan
teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah
pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar
yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai
Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas
minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi
Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses,
konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses
adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi
kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok
manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang lingkup adalah keluasan
lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi
antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan
pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun
2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum
yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada
pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran
yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan
pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan
kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,
kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari
prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di
masa mendatang. Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu
pengetahuan dan konten berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan
keterampilan.
13
Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum
menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Peserta
didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan
pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami
peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh
karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama
atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh
karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur
dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian
kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi
Dasar (KD).
2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran
3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran
ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap
menjadi kepedulian utama kurikulum.
5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi,
topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau
“content-based curriculum”.
6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
14
7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang
memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana
pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery).
8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan
kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat
dijadikan tingkat memuaskan).
4. Landasan Empiris
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata
mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya
sumber air bersih, adanya potensi rawan pangan pada berbagai belahan dunia, dan
pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa
kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk
membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan
menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secara kreatif
terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia
harus terus ditingkatkan. Hasil studi PISA (Program for International Student
Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan
IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari
65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam
kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam
membangun negara pada masa mendatang.
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah
15
rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik
setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu.
Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu
satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang
dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai
Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi
dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan
dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka
pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan
pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat
dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah
kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip
perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah
ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan).
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
16
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu
konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan
hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum
dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di
masyarakat.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur
kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.
Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut
dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di
sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan
kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
F.Model – Model Pengembangan Kurikulum
17
Model pengembangan kurikulum dapat diartikan suatu desain atau panduan dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum berikutnya.
Ada beberapa tipe model pengembangan kurikulum yang biasa dijadikan acuan, yakni:
a) Model Administratif (Line-Staff)
Model pengembangan kurikulum ini merupakan tipe top-down approach. Artinya,
bahwa pengembangan kurikulum dilakukan oleh kalangan atas praktisi pendidikan
kemudian dilaksanakan sepenuhnya oleh guru dan pihak sekolah. Model kurikulum
ini dianggap kurang efektif untuk diterapkan di Indonesia mengingat sistem
pemerintahan negara kita adalah desentralisasi dan juga kemajemukan budaya yang
tidak memungkinkan adanya penyamarataan sistem pendidikan di setiap daerah.
b) Model Grass-Roots
Model Grass-Roots merupakan kebalikan dari model administratif, yakni model
Grass-Roots bersifat bottom-up yang berarti mengutamakan peranan dari kalangan
bawah ) dalam hal ini guru yang melakukan pengembangan kurikulum karena dirasa
bahwa gurulah yang mengetahui kondisi lingkungan di sekolah. Namun,
pengembangan kurikulum ini tidak mesti keseluruhan kurikulum melainkan bisa
hanya beberapa bagian atau aspek tertentu saja sesuai kebutuhan dan hanya berlaku
untuk beberapa bidang studi dan sekolah-sekolah tertentu.
Model pengembangan kurikulum Grass-Roots ini baik digunakan jika memang benar-
benar berdasarkan sikap kritis guru yang menginginkan adanya perbaikan kurikulum
berdasarkan temuan masalah di lapangan.
c) Model Sentral-Desentral
Adapun model pengembangan kurikulum sentral-desentral ialah model
pengembangan kurikulum yang menggabungkan kedua model pengembangan
sebelumnya, yakni: Model Administratif dan Model Grass-Roots di mana terjadinya
kerja sama antara pihak pejabat tinggi pendidikan dengan para guru-guru di lapangan.
Di dalam model ini, ide pengembangan kurikulum berasal dari pusat tetapi dalam
pelaksanaannya guru dan pihak sekolah diberikan keluwesan dalam pelaksanaannya
sesuai dengan kebutuhan sekolah, karakteristik siswa dan lingkungan, serta tuntutan
masyarakat sekitar.
18
Arus pelaksanaan model sentral-desentral ini berupa siklus di mana setelah evaluasi
dari hasil pelaksanaan kurikulum maka pemerintah akan menuangkan ide apa yang
harus dilakukan atau tindak lanjut setelah melihat hasil evaluasi.
d) Model Beauchamp
Pengembanga kurikulum dengan model ini memiliki 5 tahap pembuatan keputusan
tersebut :
1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan
ruang lingkup upaya pengembangan
2. Memilih dan melibatkan personalia pengembangan kurikulum. Kategori
personalia yang dilibatkan yakni : (a) personalia ahli misalnya ahli kurikulum atau
ahli bidang studi (b) kelompok terpilih yang terdiri dari ahli pendidikan dan guru
– guru terpilih (c) semua personil profesional dalam sistem persekolahan (d)
personil profesional dan tokoh masyarakat yang terpilih.
3. Pengorganisasian dan prosedur pengembangan kurikulum, (a) membentuk tim
pengembangan kurikulum (b) menilai kurikulum yang sedang berlaku (c) studi
awal tentang isi kurikulum baru dan alternatifnya (d) memutuskan kriteria
kurikulum baru (e) tim pengembang menyusun dan menulis kurikulum.
4. Implementasi kurikulum, yaitu kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti
yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
5. Evaluasi kurikulum, memiliki 4 dimensi (a) evaluasi guru – guru yang
menggunakan kurikulum (b) evaluasi rancangan kurikulum (c) evaluasi hasil
belajar mengajar (d) evaluasi sistem pengembangan kurikulum.
e) Model Arah Terbalik Taba (Taba’s Inverted Model)
Sesuai dengan namanya model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang lazim
dilaksanakan yaitu, yang biasanya dilakukan secara deduktif dibalik menjadi induktif.
Dalam model ini pengembangan kurikulum dilaksanakan dalam 5 langkah :
1. Membuat unit – unit percobaan, suatu kegiatan membuat eksperimen unit – unit
percobabaan melalui kelompok guru yang dijadikan contoh melalui penyajia
dalam tingkat atau kelas tertentu dan pokok bahasan tertentu dengan pengamatan
yang seksama.
19
2. Menguji unit – unit eksperimen, yaitu kegiatan untuk menguji ulang unit – unit
yang telah digunakan oleh guru yang membuatnya di kelas guru itu sendiri, di
kelas lain atau kelas yang berbeda.
3. Merevisi dan mengkonsolidasi, yaitu kegiatan lanjutan uji coba dimana revisi
berarti mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pada unit yang dicobakan
sehingga dapat disajikan suatu kurikulum umum, sedangkan mengkonsolidasi
berarti mengadakan penyimpulan tentang hasil percobaan yang memungkinkan
digunakannya unit – unit tersebut dalam lingkup yang lebih luas.
4. Mengembankan jaringan kerja, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk lebih
meyakinkan apakah unit yang telah direvesi dan dikonsolidasi dapat digunakan
lebih luas atau tidak.
5. Memasang dan mendeseminasi unit – unit baru, yaitu kegiatan untuk menerapkan
dan memperluas unit baru yang dihasilkan.
20
f) Model Rogers
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model
relasi interpersonal Rogers. Model interelasi terdiri dari empat langkah :
1. Pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
2. Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
3. Pengembangan suatu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau
unit pelajaran
4. Melibatkan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif
21
BAB III
PENUTUP
Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Konsep kurikulum 2013
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi
sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Ada tiga konsep tentang kurikulum
2013, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Dalam landasan
program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada
tiga unsur, yaitu Landasan Yuridis, Landasan Filosofis, Landasan Teoritis. Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakan antara lain, model
Administratif, model Grass-Roots, model Sentral-Desentral, model Beauchamp, model Arah
Terbalik Taba, dan model Rogers.
Pengembangan kurikulum pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk
menciptakan kemajuan. Tanpa adanya pengembangan, maka semua proses pendidikan
hanya akan berjalan di tempat. Bagi mereka yang menginginkan kemajuan, adanya
perubahan tersebut akan dimaknai sebagai sebuah proses untuk maju. Dengan demikian,
perubahan yang terjadi tersebut harus diikuti bukanlah sebaliknya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
http://untuksebuahhasilbutuhproses.blogspot.com/2013/03/analisis-pengembangan-
kurikulum-2013.html
http://asepjamaluddin16.blogspot.com/2013/01/makalah-prinsip-dasar-pengembangan.html
prinsip
http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkembangan-kurikulum-di-indonesia/
http://yudiruswandi.blogspot.com/2012/12/definisi-pengembangan-kurikulum.html
dokumen kurikulum 2013. Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Desember 2012
23
Top Related