Makalah Ilmiah
“Minimnya Implementasi Pancasila Mengakibatkan
Krisis Moral Bagi Bangsa Indonesia”
Disusun Oleh
Retna Rindayani
201042017
Penugasan Makalah Ilmiah Pancasila dan
Bahasa Indonesia
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
KOSGORO
Jakarta 2011
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul “Minimnya Inplementasi Pancasila Mengakibatkan Krisis
Moral Bagi Bngsa Indonesia”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi
penulis. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pancasila dan Bahsa Indonesia, Bapak Doni yang telah
memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan
Mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang berasaskan Pancasila. Panca yang
berarti lima dan sila yang berarti prinsip, dua bahasa ini berasal dari
bahasa sansekerta. Lima prinsip itu terdiri dari : Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan Keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila dalam Pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang trekandung
didalamnya. Lima prinsip inilah yang menjadi dasar Negara ini
berdiri. Pancasila yang merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-
nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan
tahun lalu tumbuh dan berkembang di Indonesia dapat dijabarkan
pula Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman
nenek moyang sampai sekrang. Dalam hal tersebut terdapat
perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat lain.
Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan,
pembawaan serta watak orang Indonesia. Indonesia mempunyai ciri
sendiri yang merupakan kepribadiannya. Kepribadian yang telah
mendarah daging inilah sebagai alas an Pancasila dijadikan sebagai
dasar Negara Indonesia. Tidak satupun diperkenankan untuk
merubah isi dari bunyi Pancasila ini, satu kalimat bahkan satu
katapun karena dengan merubah Pancasila ini maka secara
otomatis ia merubah pondasi negara. Ini mencerminkan betapa
pentingnya kedudukan Pancasila. Namun di era globalisasi ini
banyak nilai-nilai Pancasila yang tergerus atau tergeser oleh nilai-
nilai barat yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia ini
merupakan jawaban kuat atas krisis moral yang terjadi pada bangsa
kita saat ini. Ini merupakan ancaman sekaligus tantangan bagi
bangsa Indonesia untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila agar
tidak tenggelam dengan selalu mengimplementasikan pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian masyarakat menganggap ini
hal sepele, namun pada kenyatannya ini sulit untuk dilaksanakan.
Untuk bertindak bermoral tidaklah semudah seperti mengucapkan,
realitasnya masyarakat kita masih banyak yang lebih senang
bertindak amoral tetapi mendatangkan keuntungan dibandingkan
bermoral tidak menghasilkan. Tindakan kriminal seperti
pengeboman, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, korupsi,
kulusi, dan nepotisme setiap hari menghiasi media cetak maupun
media elektronik. Dalam Kondisi seperti ini manusia telah lupa akan
hekikatnya, baik sebagai makluk yang berTuhan, makluk sosial,
maupun sebagai makluk pribadi sehingga tidak lagi menjalankan
tugasnya sebagai kalifah di muka bumi dengan baik. Justru mereka
melakukan tindakan-tindakan amoral seperti korupsi, kolusi,
nepotisme serta tindakan-tindakan curang lainnya. Dalam kehidupan
masyarakat sekarang kita sering dipertontonkan tindakan-tindakan
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan kecurangan-kecurangan yang lain
(tindakan amoral) yang kesemuanya itu hanya untuk kepentingan
sesaat. Tindakan-tindakan semacam itu sudah merasuk dalam
sendisendi kehidupan yang suatu saat akan menghancurkan
kehidupan bangsa. Untuk membentuk manusia yang bermoral
tersebut perlu adanya kerjasama antar berbagai komponen bangsa
secara senergi dan sistemik yang diwujudkan dalam suatu program.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa arti dari krisis moral?
b. Apa penyebab terjadinya krisis moral?
c. Bagaimana mengatasi terajadinya krisis moral?
1.3 Tujuan
Memenuhi tugas Bapak Doni selaku Dosen pembimbing Mata
Kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia sebagai salah satu tugas
akhir semester 1.
1.4 Manfaat
- Menambah pengetahuan sejauh mana implementasi/pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila mengakibatkan terjadinya Krisis Moral yang
terjadi pada bangsa Indonesia saat ini.
- Sebagai referensi bagi mahasiswa/i lain yang ingin mengerjakan
makalah dengan tema yang sama
- Sebagai bahan untuk belajar dalam meningkatkan pengetahuan
secara detail tentang Pentingnya Pelaksanaan Pancasila dalam
memelihara nilai-nilai Pancasila
BAB II
Pembahasan
Pada hakikatnya, Pancasila mencerminkan nilai keseimbangan,
keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan,
kebersamaan dan kearifan dalam membina kehidupan nasional.
Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar Negara
mempunyai kekuatan hokum yang mengikat para penyelenggara
Negara, para pimpinan pemerintahan, dan seluruh rakyat Indonesia.
Pengejawantahan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara diaktualisasikan dengan terbinanya aspek
dan dimensi kehidupan nasional yang dinamis, utuh dan menyeluruh,
mampu mempertahankan identitas dan integritas dalam mewujudkan
cita-cita nasional. Tidak hanya itu Pancasila juga dapat dijadikan
sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa Indonesia dalam
menata kehidupan yang berdaulat dan mandiri.
Namun tampaknya Pancasila yang kedudukannya begitu penting,
sekarang nilai-nilainya sudah terpinggirkan. Nilai-nilai Pancasila tidak
sepenuhnya dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Kondisi seperti saat ini manusia telah lupa akan hekikatnya, baik
sebagai makluk yang berTuhan, makluk sosial, maupun sebagai makluk
pribadi sehingga tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi dengan baik. Sifat dasar manusia yang serakah dan selalu
ingin mendapatkan lebih. Terlebih manusia yang tidak bisa
mengendalikan sifat dasarnya itu dengan menghalalkan semua cara
sampai mengesampingkan atau bahkan menghilangkan etika-etika
moral kehidupan serta menyimpang dari norma Pancasila. Dari situlah
awal mula semua masalah yang serba kompleks yang menjalar
kesemua aspek kehidupan dan tidak terbatas hingga akhirnya
mengakibatkan Krisis Moral yang kian merajalela.
Hendaknya dalam menjalankan kehidupan berbangsa harus
menjunjung nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, agar nilai
norma dan sikap yang dijabarkan benar-benar menjadi bagian yang
utuh dan dapat menyatu dengan kepribadian setiap individu Indonesia,
sehingga dapat mengatur dan memberi arah kepada tingkah laku dan
tindak tanduk manusia itu sendiri. Setiap gerak, arah dan cara kita juga
harus senantiasa dijiwai oleh Pancasila. Karena pada dasarnya setiap
tingkah laku merupakan interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari
tingkah laku batiniah dan lahiriah. Tingkah laku batiniah mencerinkan
jiwa, semangat, dan mentalitas, sedangkan lahiriah meliputi tindakan
dan perbuatan. Yang keduanya mencerminkan identitas dan jati diri
bangsa Indonesia.
Pancasila yang bulat dan utuh akan memberikan kita keyakinan
kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan
tercapai apabila didasarkan atas keserasian dan keselarasan serta
keseimbangan. Baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam maupun dalam
mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah. Namun mereka justru
melakukan tindakan-tindakan amoral seperti korupsi, kolusi, nepotisme
serta tindakan-tindakan curang lainnya. Dalam kehidupan masyarakat
sekarang kita sering dipertontonkan tindakan-tindakan ketidakjujuran,
ketidakadilan, dan kecurangan-kecurangan yang lain (tindakan amoral)
yang kesemuanya itu hanya untuk kepentingan sesaat. Tidak jarang
untuk memenuhi kebutuhan hidup para pedagang mengurangi
timbangannya, para penegak hukum tidak lagi menegakan keadilan,
para birokrat dan pejabat negara asyik meningkatkan KKNnya,
sedangkan rakyat kecil lebih banyak menerima akibatnya. Bangsa
Indonesia seharusnya prihatin dengan kondisi ini dimana sebenarnya
bangsa ini mempunyai prinsip yang dituangkan dalam ideology
Pancasila. Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar
seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana
pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideologi
diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun
secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya, baik sebagai individu, social, maupun dalam kehidupan
bernegara.Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Pancasila jika dilihat
dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar,
bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh kareanya ideologi tersebut tidak
langsung bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan
melalui penafsiran yang sesuai dengan konteks jaman. Pancasila
sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi-ideologi idealitas, normative
dan realities. Namun apakah semua itu benar-benar di hayati dan
dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat? Tidak. Ya jawaban itu
begitu jelas. Pemahaman terhadap Pancasila dewasa ini semakin
mengendur oleh tergerusnya pemikiran-pemikiran dan perilaku yang
semakin jauh dari nilai-nilai pancasila itu sendiri. Padahal dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila masih memiliki
relevansi dengan kehidupan kekinian. Bisa kita lihat krisis moral yang
terus merajalela. bangsa tercinta yg tampak bersih dan aman ternyata
masih menyisakan kesemrawutan, terutama masalah krisis moral yang
seolah luput dari kepedulian. Dulu, Indonesia dikenal sebagai negara
yang ramah berpenduduk penuh etika dan sopan santun. Masyarakat
masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan sebagaimana
anak bersikap pada orang tua, orang tua kepada yang lebih muda,
maupun pada hubungan antar teman. Dan pertumbuhan teknologi
informasi yang semakin pesat. Mau tidak mau ikut berpengaruh pada
perilaku masyarakat. Disadari ataupun tidak, dalam realitanya moral
merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita
dan akan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sosial
masyarakat. Para ahli mendefinisikan moral sebagai perbuatan manusia
yang berkaitan dengan baik dan buruk, meskipun tidak berlaku untuk
semua orang dan bangsa. Baik dan buruk dalam arti etis memiliki
peranan sangat penting dalam hidup manusia. Bukan saja sekarang ini,
tetapi juga masa lampau dan sepanjang masa. Ilmu-ilmu seperti
antropologi budaya dan sejarah menjelaskan bahwa pada semua
bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsafan tentang baik dan
buruk, tentang mana yang harus dilakukan, dan yang tidak boleh
dilakukan. Apabila moral tidak lagi diindahkan, maka berbagai
kekacauan dan permasalahan bangsa akan senantiasa muncul di
masyarakat. Ketika moral telah diabaikan, lalu bagaimana jadinya, jika
negara kita kelak benar-benar dipegang oleh generasi yang tidak
bermoral? maka dapat dipastikan yang ada hanya kebobrokan di segala
bidang dan sisi kehidupan. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan
bahwa “jumlah anak-anak hanya 25% dari total penduduk, tetapi
menentukan 100% masa depan bangsa”. Ungkapan tersebut
menunjukkan betapa besarnya pengaruh generasi muda terhadap maju-
mundurnya sebuah bangsa. Untuk itu kualitas generasi muda sangat
berpengaruh terhadap kualitas sebuah bangsa. Manakala generasi
mudanya “bobrok”, maka “bobrok” pula bangsa tersebut. Manakala
generasi mudanya “latah”, maka “latah” pula bangsa tersebut.
Sebaliknya manakala generasi mudanya jujur, tekun, sopan, cinta
damai, kerja keras, dan bertanggungjawab, maka dipastikan akan baik
pula kualitas bangsa tersebut. Dari itu persoalan moral harus menjadi
hal yang diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Ini sebabnya
Krisis Moral jauh lebih berbahaya dari krisis lainya. Krisis Moral akan
melumpuhkan segala aspek/sendi dalam kehidupan
bermasyarakat/bernegara. Salah satu penyebab utama kegagalan
pendidikan Pancasila pada masa lalu adalah metode penyampaiannya
yang cenderung mendoktrinasi peserta didik tanpa implementasi nyata,
dilaksanakan secara represif sehingga menimbulkan stigma buruk yang
membuat pendidikan Pancasila tidak lagi diminati sehingga masyarakat
tidak memiliki Idiologi yang bagus dalam penerapanya dan ditambah
lagi dengan globalisasi yang masuk ke Indonesia berdampak pada
hilangnya kebanggaan sebagai bangsa dan tergerusnya tata karma.
Dengan adanya globalisasi, kita dapat saksikan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang terkandung dalam Pancasila terpinggirkan seperti
kekeluargaan, gotong-royong, toleransi, musyawarah mufakat dan
digantikan oleh individualisme, kebebasan tanpa batas dan sebagainya.
Sebenarnya Bangsa Indonesia memiliki Ideologi yang luhur yaitu
Pancasila akan tetapi Idiologi ini sekarang tidak dijalankan secara murni
dan konsekuen sehingga yang terjadi adalah keserakahan dan
kekacauan dimana mana. Tuhan juga memberikan berbagai hal yang
sangat menakjubkan di negeri ini dan bangsa Indonesia tidak bisa
memanfaatkan potensi-potensi karena mengalami krisis moral. Jadi
segala tindakanya tidak menyentuh Asas Ketuhanan, Kemanusian,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai warisan bangsa dapat digolongkan sebagai budaya
sebab kompleksitas masyarakat Indonesia pada dasarnya dibangun
selaras paham-paham dalam Pancasila. Dalam budaya Pancasila juga
dianut dan dikembangkan sikap kekeluargaan yang dilandasi oleh
semangat kebersamaan, kesediaan untuk saling mengingatkan, saling
mengerti dan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Itu berarti kesadaran introspkesi dan saling
mengingatkan satu sama lain mampu menekan tingkat krisis moral saat
ini. Bisa kita bayangkan jika setiap individu bertindak tidak sesuai
aturan, minimnya introspeksi dan sikap apatis akan menambah
keterpurukan bangsa ini serta meningkatkan tingkat krisis moral yang
pada akhirnya akan menghancurkan bangsa ini. Hal ini tidak dapat
disepelekan begitu saja, ini menjadi tanggung jawab semua lapisan
masyarakat, terutama krisis moral yang terjadi dikalangan remaja saat
ini atau dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Remaja merupakan
cikal bakal pemegang tampuk keberhasilan dunia. Namun kita akan
miris melihat fenomena yang menimpa generasi penerus kita saat ini.
Sederet kenakalan remaja semakin marak terjadi. Kenakalan Remaja
(juvenile delinquency) merupakan perilaku jahat atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan
oleh salah satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Faktor-faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja yaitu bisa timbul dari dalam
(internal), maupun dari luar (eksternal). Faktor dari dalam antara lain
yaitu: krisis identitas, kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor dari luar
yaitu keluarga, teman sebaya yang kurang baik (salah pergaulan), serta
komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Di era yang
serba modern ini gaya kebarat baratan sudah mulai melekat di kalangan
pelajar. Bahkan untuk menunjukkan eksisitensi mereka, remaja dan
pelajar rela melakukan hal hal yang bersifat negatif guna meraih label
“anak gaul”. Bahkan sebagian kalangan remaja mengatakan kalau
belum bisa mabuk, balap liar itu belum dinamakan anak gaul. Remaja
menganggap mengikuti kebudayaan daerahnya merupakan tanda tidak
gaul, tidak cocok untuk diikuti dan dilesterakian dizaman modern seperti
saat ini. Pada akhirnya krisis moral atau dekadensi moral generasi
muda Indonesia merupakan tanggungjawab kita bersama. Hal ini sudah
waktunya ditangani secara serius tidak hanya oleh sekolah melainkan
juga orang tua dan seluruh elemen masyarakat. Mengatasi para remaja
tidak bisa dengan kekerasan. karena psikologis remaja yang sedang
dalam masa pencarian jati diri. Memerlukan kontrol dan bimbingan dari
orang – orang terdekat, khususnya orang tua. Dalam hal ini keluarga
merupakan benteng utama dalam hal penanganan masalah krisis moral
ini, yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam hal
pengajaran moral. Mereka dididik oleh orang tuanya dan dibentuk
seperti apa yang diinginkan orang tuanya. Bila keteladanan dari orang
tua baik, maka akan tergambar dalam moral anak. Jika ini tidak segera
ditangani, dikhawatirkan krisis moral di kalangan pelajar akan semakin
mengalami kemerosotan. Sungguh disayangkan jika sikap atas
sejumlah pelajar yang merupakan penerus bangsa yang akhir-akhir ini
bebas berkeliaran melakukan aksi seperti bolos pada jam belajar lebih
asik nongkrong di warnet, PS (Play Station) sambil merokok dan
minum-minuman beralkohol. Bagaimanapun sikap-sikap negative yang
ditunjukkan remaja saat ini bukan tanpa sebab, sebagaimana diketahui
dengan adanya tekhnologi yang semakin canggih juga merupakan
faktor pendukung krisis moral bangsa kita. Kemajuan informasi di satu
sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas
seputar masalah dan kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media
merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai
produk yang ditawarkan. Seperti diketahui bersama bahwa media,
berperan besar dalam pembentukan budaya masyarakat dan proses
peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya
perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh
negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat
diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup
barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia,
mulai dari fashion, gaya rambut, cashing HP yang berganti-ganti,
pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk
hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang
terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.
Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja
perempuan cenderung tertanam dalam pandangan mereka jika
perempuan menarik adalah perempuan yang agresif dan seksi.
Perkembangan IPTEK dan perkembangan masyarakat global yang
berkaitan dengan dunia tanpa batas merupakan tantangan bagi bangsa
Indonesia karena perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi
pola piker, pola sikap dan pola tindak masyarakat Indonesia dalm
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, dengan semakin
mudahnya remaja mendapatkan VCD porno dan internet yang
menampilkan gambar-gambar porno, membuat para remaja penasaran
untuk mencobanya, malalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika
hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan pemerkosaan.Di
samping itu juga, terdapat juga pemilik warung kecil terlihat menjajakan
“kondom”, pemilik warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi
pembeli utama adalah kaum remaja tidak terlepas dari kalangan lain.
Dalam pada itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja diperkotaan
sering terlihat terdapat berduaan pasangan muda-mudi yang belum
resmi melakukan sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya lagi
terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang berwenang karena
terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun
patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh
pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa
ini mulai merosot. Inilah PR yang panjang bagi para pemikir bangsa ini
untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi krisis moral para pelajar
sekarang. Mencermati fenomena bangsa yang sedang dilanda krisis
dan mulai menghirup udara demokrasi, maka reformasi di bidang
pendidikan harus melibatkan semua komponen pendukungnya baik
siswa, guru, sekolah, maupun manajemen pengelolanya.Oleh sebab itu
siswa, guru, sekolah, birokrat, orang tua, seluruh lapisan masyarakat
harus bahu membahu bekerja keras untuk meningkatkan potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan, sehingga
menghasilkan SDM yang berpengetahuan, terampil, sehat jasmani dan
rohani, kreatif, inovatif, dan berbudi pekerti. Untuk itu lembaga
pendidikan menempati posisi strategis, sebab baik buruknya bangsa ini
tercermin dari hasil pendidikan sebelumnya. Kiranya sangat tepat dan
ideal bila mulai sekarang dimasukkan mata pelajaran budi pekerti yang
bertujuan untuk menciptakan moral pelajar yang lebih baik.Mengenai
pelajaran budi pekerti ini, dulu pernah ada, dan masih membekas dalam
diri pelajar yang pernah mengalaminya. Misalnya untuk kelas I Sekolah
Dasar, pelajar diajari bagaimana cara memegang pensil yang baik
sehingga tulisannya menjadi rapi, baik, dan dapat terbaca. Kuku-kuku
siswa selalu dilihat oleh guru, bila terlalu panjang langsung diberi
sangsi, rambutnya yang panjang langsung dipotong. Kerapian setiap
hari diperhatikan, dan seterusnya. Semuanya dilakukan secara terus
menerus tanpa mengganggu jalannya proses belajar. Bahkan, setiap
minggu diadakannya razia terhadap siswa didalam kelas, tampaknya
fungsi control dan pemberian sangsi langsung lebih dikedepankan
sehingga anak selalu mengingat bahwa yang ini baik dan yang itu tidak
baik. Di sinilah kunci pelajaran budi pekerti yaitu fungsi kontrol sejak
anak usia dini. Sekarang ini yang periu dipikirkan bersama adalah
mekanisme kontrol bagaimana yang efektif untuk diterapkan pada saat
ini. Maraknya tawuran pelajar yang brutal, keras dan anarkis tak luput
dari lepasnya fungsi kontrol sekolah terhadap budi pekerti siswanya.
Pentingnya pendidikan budi pekerti terhadap anak didik juga didasarkan
pada pentingnya iman, akhlaq dan moral. Terkait dengan pelajaran budi
pekerti ini, sebenamya telah banyak pelajaran yang diajarkan disekolah
yang menitik beratkan pada etika moral dan adab yang santun seperti
pendidikan Agama, PPKN, dan BK (bimbingan konseling). Tetapi itu
semua telah terbukti tidak mampu membentuk budi pekerti yang baik.
Karena titik berat pada pelajaran ini hanya pada nilai saja, bukan pada
perilaku para siswa dalam keseharian, Oleh karena itu, apabila
pelajaran budi pekerti benar-benar diterapkan di sekolah, maka disini
memberikan beberapa alternatif pemikiran yang perlu dipikirkan sebagai
sumbangsih. Karena itu, Pendidikan kewarganegaraan tidak kalah
pentingnya untuk terus ditingkatkan dan dikembangkan disemua jalur,
jenis dan jenjang pendidikan dalam usaha menekan tingkat Krisis Moral
yang pada dsarnya dimaksudkan agar semua masyarakat Indonesia
memilii wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki
pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah
air berdasarkan Pancasila. Apabila anak bangsa sudah sadar dan
kembali pada Ideologi Pancasila & UUD'45 dan
mengimplementasikannya secara murni dan konsekuen maka secara
otomatis pula akan mengikis Krisis Moral yang sudah mengakar kuat
pada bangsa ini. Bahkan Indonesia akan menjadi MERCUSUAR DUNIA
bilamana seluruh Anak Bangsa bisa bersatu padu
membangun/mengelola Sumber Daya Alam yang berlimpah di bumi
pertiwi atas dasar ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Maraknya Krisis Moral yang
melanda Bangsa Indonesia saat ini tidak lain disebabkan penghayatan
dan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila sangat minim terutama di
kalangan Remaja yang lebih mengagung-agungkan kebudayaan asing
dibanding kebudayaannya sendiri, sikap apatis antar penduduk
terhadap Pancasila, dan sikap antusias pemerintah yang lebih
memikirkan kondisi fisik dibandingkan kondisi nonfiisk (mental) bangsa
Indonesia.
3.2 Saran
Perlu perhatian serta partisipasi yang tidak kecil tidak hanya bagi
Remaja, namun Pemerintah serta seluruh elemen masyarakat dalam
mengurangi krisis moral agar tidak tejadi kemandulan bangsa.
Penanaman nilai serta mengimplementasikannya dalam kehiduppan
sehari-hari serta cermat dalam menyaring kebudayaan-kebudayaan
asing yang kerap menjadi faktor lunturnya nilai-nilai Pancasila, dan
mengambil segi positif dari masuknya kebudayaan tersebut.
Daftar Pustaka
http://mulyaihza.blogspot.com/2010/05/krisis-moral-penghancur-kehidupan.html . Mulyadi, M. Pd
Indonesia alami Krisis Moral. www.detikpertama.com .