M A N A J E M E N K E U A N G A N
M A N A J E M E N M O D A L K E R J A
MAKALAH
Disusun Sebagai Tugas pada Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Oleh Kelompok 4 :Mus Mualim
Ade Nandang J
Lilis YuliaDewi Yulianti
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya semua dapat
terjadi tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam penulis limpahkan pada Nabi tercinta
Muhammad SAW juga pada keluarganya kepada sahabatnya dan umatnya yang senantiasa
istiqomah mengikuti ajaranya sampai akhir zaman.
Alhamdulilah karena dengan bimbingan dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Manajemen Modal Kerja” makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Program Pascasarjana Universitas
Siliwangi.
Dalam menyusun makalah ini penulis Masih sangat banyak kekurangan oleh karena
itu penulis memohon untuk kritik saranya. Tidak lupa penulis juga mengucapakan banyak
terima kasih pad dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang selama ini telah
mengajar kami.
Tasikmalaya 15 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.-------------------------------------------------------------------------- 1
B. RumusanMasalah----------------------------------------------------------------------- 2
C. TujuanMasalah-------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II KAJIAN TEORI
Manajemen Modal Kerja
A. Istilah Dan Konsep Dasar------------------------------------------------------ 3
B. Siklus Arus Kas Modal--------------------------------------------------------- 4
C. Siklus Konversi Kas------------------------------------------------------------ 4
D. Kebijakan Mengenai Aktiva Lancar------------------------------------------ 6
E. Kebijakan Pembiayaan Modal Kerja----------------------------------------- 8
F. Utang Jangka Panjang dan Utang Jangka Pendek ------------------------- 10
G. Beberapa Resiko Pemisahan Peminjam-------------------------------------- 11
BAB III ANALISIS KOMPARATIF
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era perkembagan bebas saat ini, pengusaha indonesia bukan lagi harus
bersaing, namun untuk persaingan yang dihadapi lebih majemuk lagi. Kondisi
tersebut ikut memicu un tuk persaingan di sektor industri . suatu perusahaan
umumnya didirikan bertujuan untuk memperoleh kemampuan yang maksimal
agar kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertankan dan berkembang dengan
baik dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut manajemen atau pimpinan
perusahaan selalu dihadapkan pada berbagai masalah. Baik yang bersifat tekhnis,
administratif maupun financial. Oleh karena itu pimpinan atau pihak manajemen
perusahaan harus mengambil keputusan yang rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan dan pengambil keputusan tersebut memerlukan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang dihadapi.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh manajemen adalah masalah
pembelanjaan. Fungsi pembelanjaan sangat penting, karena menyangkut seluruh
kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan usaha untuk memperoleh dana
dan menggunakan dana tersebut Secara efektif dan efisien. Untuk setiap
efektifitas yang dilakukan tersebut tentunya memerlukan pembiayaan yang
dikeluarkan dari sumber permodalan, baik berupa modal kerja maupun modal
investasi. Modal kerja yang tidak mencukupi akan membuat perusahaan tidak
dapat menjalankan aktivitas perusahaan secara optimal dan jika modal kerja yang
tersedia berlebihan, hal ini mengakibatkan penggunaan modal kerja tidak
produktif. Hal ini berarti bahwa setiap perusahaan harus mampu memanfaatkan
modal kerja secara optimal sesuai kebutuhan dalam menjalankan
aktifitasnya.Dengan latar belakang tersebut kami akan membahas makalah
dengan judul “Manajemen Modal Kerja”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Manajemen Modal Kerja?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Tentang Manajemen Modal Kerja?
Kegunaan Penelitian
1. Penulis
Manfaat yang diperoleh untuk penulis sangat banyak sekali yaitu
menambahan wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan
khususnya dalam mengetahui manajemen modal kerja serta sebagai tugas
makalah mata kuliah manajemn keuangan
2. Akademisi
Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagaibahan refrensi
atau kajian untuk tugas berikutnya, mampu memperbaiki dan
menyempurnakan kelemahan dalam makalah ini.
3. Umum
Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat dan pihak-pihak yang
berkepentingan terutama bagi yang membutuhkannya untuk penulisan
selanjutnya
BAB II
KAJIAN TEORI
A. ISTILAH DAN KONSEP DASAR
Modal kerja, terkadang disebut modal kerja bruto, yakni investasi
perusahaan dalam aktiva jangka pendek. Investasi dana yang digunakan dalam suatu
periode accounting tertentu yang seluruhnya menghasilkan pendapatan bagi periode
tersebut (current income) dan ada juga yang lain yang juga digunakan selama
periode tersebut tapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income.
Ada juga istilah modal kerja bersih (neto) yakni aktiva lancar dikurangi kewajiban
lancar.
Salah satu rasio modal kerja terpenting adalah rasio lancar yang didefinisikan
sebagai aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Rasio ini dimaksudkan untuk
memberi informasi mengenai likuiditas perusahaan, yakni kemampuan untuk
membayar kewajiban yang akan jatuh tempo dalam setahun.
Rasio cepat (quick ratio) didefiniskan sebagai aktiva lancar dikurangi
persediaan,lalu dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio ini juga mengukur
likuiditas perusahaan, menyisihkan persediaan dari total aktiva lancar, sehingga
memperlihatkan kemampuan perusahaan “dalam waktu singkat” untuk memenuhi
kewajiban lancarnya.
Kebijakan modal kerja mengacu pada kebijakan dasar perusahaan mengenai
jumlah setiap kategori aktiva lancar yang ditargetkan dan bagaimana aktiva lancar
dibiayai. Dalam buku lain disebutkan, kebijakan modal kerja adalah keputusan
mendasar sehubungan dengan jumlah setiap kategori aktiva lancar yang
ditargetkan dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibiayai.
Pengelolaan modal kerja menyangkut administrasi aktiva lancar dan
kewajiban lancar dengan berpedoman pada kebijakan yang telah digariskan.
Aktiva Lancar Permanen adalah jumlah aktiva lancar yang tetap dimiliki perusahaan
dalam setiap siklus usaha.
Aktiva Lancar Temporer atau Musiman, adalah aktiva lancar yang
berfluktuasi sesuai dengan variasi penjualan musiman.
B. SIKLUS ARUS KAS MODAL KERJA
Konsep modal kerja muncul dari para pedagang keliling Amerika di zaman dulu,
yang meminjam uang untuk membeli persediaan, menjual persediaan tersebut dan
memperoleh uang tunai, melunasi pinjaman bank dan begitu seterusnya. Konsep
ini diikuti oleh banyak perusahaan saat ini. Salah satu contohnya Computer
Enterprise yang baru saja meluncurkan pc supermini yang dijual seharga $ 300.000.
pengaruh produk ini terhadap modal kerjanya dapat dianalisis dengan siklus arus
modal kerja. Sebagai gambaran, anggaplah CE mengantisipasikan 100 permintaan
atas kompuetr baru tsb. Berikut kita mendefinisikan siklus arus kas dan
menunjukkan pengaruh keputusan produksi terhadap posisi modal kerja perusahaan.
1. CE akan memesan dan kemudian menerima bahan baku yang diperlukannya untuk
memproduksi 100 komputer secara kredit. Transaksi ini menimbulkan utang usaha.
Tetapi belum mempengaruhi arus kas.
2. Para pegawai akan mengubah bahan baku menjadi computer. Namun upah tidak
dibayar penuh setiap saat sehingga akan terjadi upah akrual.
3. Computer yang sudah selesai akan dijual, biasanya secara kredit, maka transaksi
ini akan menimbulkan piutang usaha, sehingga tidak langsung menghasilkan uang
4. Pada saat tertentu sepanjang siklus tersebut, CE harus membayar utang usaha dan
upah yang terutang, karena pembayaran ini normalnya akan terjadi sebelum
piutang usaha ditagih maka akan terjadi arus kas keluar bersih dan hal ini harus
dibiayai
5. Siklus arus kas modal akan berhenti ketika CE menerima hasil penagihan piutang
usahanya. Pada saat ini, perusahaan siap membayar utang usahanya,
membagikan dividen, dan memulai siklus arus kas yang baru.
C. SIKLUS KONVERSI KAS
Pendekatan ini bertitik tolak pada konversi bahan baku dan tenaga kerja
menjadi uang tunai, dan oleh sebab itu disebut sebagai model siklus konversi kas.
Berikut ini dipaparkan, dipaparkan sejumlah istilah yang digunakan dalam model
tersebut. Siklus konversi kas didefinisikan sebagai lamanya jangka waktu sejak
bahan baku yang dibeli dibayarkan hingga piutang usaha dari penjualan
barang jadi tertagih. Berdasarkan kasus CE, berikut konversinya
1. periode konversi persediaan defined as jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjualnya.
Perhatikan bahwa periode konversi persediaan dapat dihitung sebagai 360
dibagi dengan rasio perputaran persediaan. Katakan penjualannya adalah $ 10 juta
dan persediaan rata-rata $ 2 juta. Maka rasionya adalah $ 10 juta / $ 2 juta
dan didapat periode konversi persediaannya adalah 72 hari.
Periode konversi persediaan = 360
Penjualan/persediaan
360
$ 10 juta / $ 2 juta
360 = 72 hari
5
2. Periode konversi piutang defined as jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak
penjualan hingga realisasi penagihan. Disebut juga jangka waktu penagihan
(DSO). Perhatikan DSO didapat dari piutang usaha dibagi dengan hasil dari
penjualan dibagi 360. Katakan jika piutang usaha adalah $ 1,5juta dan
penjualannya mencapai $ 10 juta maka penghitungannya sebagai
berikut.
Periode konversi piutang = $ 1 , 5 j u t a = 54 hari
$ 10 juta/360
Jadi secara rata-rata hasil penjualan baru diterima tunai 54 hari setelah penjualan
berlangsung.
3. Periode penangguhan utang usaha defined as jangka waktu rata-rata sejak
pembelian bahan baku atau pengkaryaan pekerja hingga terlaksananya pembayaran
atas bahan dan pekerja tersebut. Misalnya, mungkin saja perusahaan secara rata-
rata membayar pekerja dan bahan yang dibelinya 30 hari kemudian.
4. Siklus konversi kas yang menggabungkan ketiga periode diatas adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pengeluaran tunia untuk sumber daya produksi hingga
terealisasinya penagihan atas penjualan produk.
Konsep siklus konversi kas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut
(1) (2) (3) (4)Periode periode periodeKonversi + Konversi - penangguhan = Siklus KonversiPersediaan piutang utang Kas
Berdasarkan kasus diatas maka persamaannya menjadi
72 hari + 54 hari – 30 hari = 96 hari
Dari persamaan diatas, dapatlah dikethui jika perusahaan membutuhkan waktu sampai
dengan 96 hari untuk melakukan proses siklus konvrsi maupun siklus arus kas,
tentunya dengan penanggungan biaya yang tidak sedikit. Oleh karenanya
perusahaan dapat memperpendek siklus konversi kas, pemendekan ini akan
memperkecil pembiayaan eksternal yang dibutuhkan sehingga memperendah biaya
bagi pendapatan tersebut. Memperpendek siklus konversi kas dapat5 dilakukan
dengan
1. mempersingkat periode konversi persediaan dengan mempercepat proses produksi
dan penjualan barang
2. mempercepat periode konversi putang usaha dengan jalan mempercepat penagihan
3. memperpanjang periode penangguhan utang usaha dengan memperlambat
pembayaran kepada pemasok dan pekerja.
Usaha ini dapat dilakukan sejauh tidak menaikkan biaya atau mengganggu proses
penjualan.
D. KEBIJAKAN MENGENAI AKTIVA LANCAR
Kebijakan modal kerja melibatkan dua isu pokok (1) Berapa semestinya jumlah
aktiva lancar, baik jumlah totalnya maupun jumlah setiap pos aktiva lancar dan (2)
bagaimana jumlah aktiva tersebut dipenuhi oleh pembiayaannya. Dalam figure berikut
kita akan menelaah sejumlah kebijakan sehubungan dengan kedua isu tersebut
Perhatikan Figure 1.1 berikut ini
Figure 1.1 memaparkan tiga alternative kebijakan modal kerja sehubungan dengan
tingkat aktiva lancar yang mungkin dimiliki oleh perusahaan CE. Setiap kebijakan
menetapkan jumlah modal kerja yang berbeda guna mendukung tingkat penjualan.
1. garis dengan tingkat kecuraman yang tinggi menunjukkan kebijakan
modal kerja yang relative “longgar”, yakni kebijakan yang menghendaki
tersedianya kas, sekuritas, dan persediaan dalam jumlah yang relative besar
dan berupaya menggalakkan penjualan dengan kebijakan penjualan
kredit yang longgar sehingga menimbulkan banyak piutang usaha.
2. sedangkan garis dengan tingkat kecuraman yang rendah menunjukkan
kebijakan ,modal kerja yang relative ketat dalam artian kebijakan yang
berupaya meminimumkan jumlah kas, sekuritas, persediaan dan piutang usaha
yang dimilikinya.
3. diantara keduanya terdapat kebijakan moderat yakni apabila kebijakan yang
menghendaki diketahui secara pasti penjualan, biaya-biaya,
Tenggang waktu pemesanan,dan periode penagihan. Sehingga perusahaan akan
memiliki jumlah aktiva lancar yang besar. Hal ini akan mengakibatkan makin
perlunya pendanaan eksternal tanpa peningkatan laba. Sedangakan jumlah aktiva
lancar yang lebih kecil menyebabkan keterlambatan pembayaran kepada pemasok,
berkurangnya penjualan dan ketidakefisienan produksi karena kurangnya persediaan.
E. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN MODAL KERJA
Seperti yang telah diketahui diatas, kebijakan aktiva lancar atau modal kerja
selalu berkaitan dengan kebijakan pembiayaan modal kerja, Figure 1.2 membahas
secara keseluruhan beberapa alternative kebijakan pembiayaan modal kerja.
Figure 1.2, Menjelaskan Beberapa Alternative Kebijakan Pembiayaan Modal
Figure 1.2.a, Kebijakan Pembiayaan Modal dengan pendekatan Maturity
Matching
1. Figure 1.2.a memaparkan Kebijakan pembiayaan modal kerja melalui
pendekatan maturity matching, yakni kebijakan pembiayaan yang
menyelaraskan saat jatuh tempo aktiva dengan kewajiban. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh figure, aktiva permanent dibiayai dengan modal jangka
panjang. Hal ini tentu saja memperkecil resiko. Sampai batas tertentu,
perusahaan dapat mencoba setepat mungkin mencocokkan struktur jatuh
tempo dengan dari aktiva dan kewajibannya, sebagai contoh, Persediaan yang
dimiliki CE, yang diharapkan terjual sampai dengan 30 hari, dibiayai dengan
kredit bank berjangka 30 hari; mesin yang yang diharapkan berumur lima
tahun akan dibiayai dengan kredit berjangka lima tahun dan seterusnya. Dengan
demikian setiap pinjaman (kewajiban) akan dilunasi oleh arus kas yang
dihasilkan oleh aktiva yang dibiayai dengan pinjaman bersangkutan, sehingga
pinjaman ini disebut pinjaman self liquidating.
Figure 1.2.b. Kebijakan Pembiayaan Modal dengan pendekatan Aggressive
2. Figure 1.2.b memaparkan kebijakan pembiayaan modal kerja melalui
pendekatan agresif, panel b dari figure 1.2. memaparkan perusahaan yang
agressif, yang membiayai seluruh aktiva jangka panjangnya dengan kredit jangka
panjang. Tetapi sebagian dari aktiva lancar permanent-nya dibiayai dengan kredit
jangka pendek. Kita lihat kembali figure 1.1. perusahaan CE, disana nampak
CE menerapkan strategi ini. Dimisalkan pada saat operasi rendah, CE memiliki
$ 20 juta aktiva lancar ditambah dengan $ 50 juta aktiva tetap atau $ 70 juta
aktiva permanent, pada saat itu ekuitas serta utang jangka panjang sebesar $ 59
juta, jadi $11 juta dari kredit jangka panjang digunakan untuk membiayai
aktiva permanent. Kembali ke figure 1.2.b, garis terputus-putus seharusnya
dapat digambarkan dibawah garis aktiva tetap, yang menunjukkan bahwa
semua aktiva lancar dan sebagian aktiva tetap dibiayai oleh kredit
jangka panjang. Ini merupakan posisi yang riskan yang
memungkinkan perusahaan terkena resiko kerugian suku bunga serta masalah
perpanjangan jadwal angsuran kredit. Jadi dalam kebijakan modal kerja
agresif, perusahaan terkadang mengorbankan keamanan untuk mengejar laba
yang tinggi.
Figure 1.2.c. Kebijakan Pembiayaan Modal Kerja dengan Pendekatan
Conservative
3. Figure 1.2.c memaparkan kebijakan pembiayaan modal kerja melalui
pendekatan konsevatif, pada figure ini garis terputus-putus dapat
digambarkan diatas garis aktiva lancar permanent, yang berarti bahwa modal
jangka panjang digunakan untuk membiayai semua aktiva
permanent dan sebagian atau semua aktiva lancar musiman. Dalam hal ini
perusahaan menggunakan kredit jangka pendek dalam jumlah yang sangat
kecil untuk memenuhi kebutuhannya pada masa sibuk, tetapi perusahaan juga
memenuhi sebagian dari aktiva musimannya dengan menabung liquiditas
dalam bentuk sekuritas yang mudah dipasarkan selama masa lengang. Garis
bukit diatas garis terputus menunjukkan sekuritas yang dimiliki perusahaan.
Figure ini memperlihatkan kebijakan yang konsevatif.
F. UTANG JANGKA PANJANG VS UTANG JANGKA PENDEK
Meskipun utang jangka pendek acap kali lebih murah ketimbang utang
jangka panjang, namun pembiayaan pembiayaan dengan kredit jangka pendek
menimbulkan risiko yang lebih besar. Hal itu dikarenakan dua hal
1. jika perusahaan memperoleh kredit jangka panjang biaya bunganya akan tetap dan
stabil selama masa kredit, sedangkan kredit jangka pendek, bisa sangat berfluktuasi
dan sangat tinggi pada saat-saat tertentu.
2. jika pinjaman jangka pendek perusahaan sangat besar, mungkin saja ia tak
mampu melunasinya jika jatuh tempo dan posisi keuangannya mungkin saja
sangat buruk sehingga bank maupun kreditur tidak bersedia memperpanjang masa
pinjaman tersebut, hal ini bisa menyebabkan perusahaan jatuh pailit.
G. BEBERAPA RESIKO PERUSAHAAN PEMINJAM
Bagian A: Jika Suku Bunga Normal Conservative Moderate Aggressive
Aktiva Lancar 50,00 50,00 50,00
Aktiva Tetap 50 , 00 50 , 00 50 , 00
Total Aktiva 100,00 100,00 100,00
Kredit Jangka Pendek (@ 7%) - 25,00 50,00
Kredit Jangka Panjang (@ 9%) 50, 00 25, 00 -
Total Kredit (Utang/Aktiva=50%) 50,00 50,00 50,00
Ekuitas 50 , 00 50 , 00 50 , 00
Total Kewajiban Dan Ekuitas 100,00 100,00 100,00
Laba Sebelum Bunga Dan Pajak (EBIT) 15,00 15,00 15,00
Dikurangi Bunga 4 , 50 4 , 00 3 , 50
Laba Kena Bunga 10,50 11,00 11,50
Dikurangi Pajak(@ 40%) 4 , 20 4 , 40 4 , 60
Laba Atas Saham Biasa 6,30 6,60 6,90
Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas 12,60% 13,20% 13,80%
Rasio Lancar - 2 : 1 1 : 1
Rasio Kemampuan Membayar Bunga 3,33 3,75 4,29
Bagian B Jika Suku Bunga Naik 21%
Aktiva Lancar 50,00 50,00 50,00
Aktiva Tetap 50 , 00 50 , 00 50 , 00
Total Aktiva 100,00 100,00 100,00
Kredit Jangka Pendek (@ 21%) - 25,00 50,00
Kredit Jangka Panjang (@ 9%) 50 , 00 25 , 00 -
Total Kredit (Utang/Aktiva=50%) 50,00 50,00 50,00
Ekuitas 50 , 00 50 , 00 50 , 00
Total Kewajiban Dan Ekuitas 100,00 100,00 100,00
Laba Sebelum Bunga Dan Pajak (EBIT) 15,00 15,00 15,00
Dikurangi Bunga 4 , 50 7 , 50 10 , 50
Laba Kena Bunga 10,50 7,50 4,50
Dikurangi Pajak(@ 40%) 4 , 20 3 , 00 1 , 80
Laba Atas Saham Biasa 6,30 4,50 2,70
Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas 12,60% 9,00% 5,40%Rasio Lancar
Rasio Kemampuan Membayar Bunga
-
3,33
2 : 1
2,00
1 : 1
1,43
H. RISIKO SUKU BUNGA
Pada bagian a Figure 1.3 menjelaskan bahwa utang jangka pendek
diasumsikan berbunga 7% sementara utang jangka panjang lebih besar yakni 9%. Laba
bersih dan tingkat pengembalian atas ekuitas jelas akan lebih tinggi apabila yang
digunakan adalah kredit jangka pendek karena biayanya lebih murah dibandingkan
kredit jangka panjang. Akan tetapi bila perusahaan menggunakan kredit jangka
pendek, maka ia akan menghadapi resiko akibat suku bunga yang berfluktuasi, inilah
yang disebut risiko suku bunga. Kenyataan ini dilihtkan pada figure 1.3. bagian b,
yang mana suku bunga kredit jangka pendek naik menjadi 21%, hal ini tentu
mengakibatkan beban bunga semakin besar sehingga mengurangi besaran laba
maupun rasio kemampuan membayar bunga.
I. RISIKO JATUH TEMPO
Perusahaan yang memperoleh kredit jangka pendek juga menghadapi risiko tidak
mampu memperpanjang kredit tersebut pada saat jatuh tempo, inilah yang disebut
risiko jatuh tempo. Perpanjangan kredit jangka pendek ini mungkin tidak bisa
dilakukan karena keadaan umum pasar uang dan pasar modal yang relative ketat.
Lebih jauh lagi, jika perusahaan menghadapi kesulitan seperti permasalahan
ketenagakerjaan,persaingan usaha atau lesunya permintaan akan produk dan suku
bunga yang berfluktuasi maka pada saat jatuh tempo, kreditur mungkin tidak bisa
memperpanjang kredit. Solusinya adalah jika perusahaan mengikuti kebijakan yang
conservative dan hanya menggunakan kredit jangka panjang, tidak perlu cemas akan
perubahan temporer baik pada tingkat suku bungan maupun pada posisi
keuangan perusahaan itus endiri. Yang menjadi pertimbangan utamanya hanyalah
prestasinya untuk jangka panjang dan struktur keuangannya yang conservative
mungkin akan membuatnya bertahan terhadap resesi jAngka pendek dan siap
menikmati masa cerah berikutnya.
BA III
STADI KOMPARATIF
Ketika Amory Jackson, Presiden Direktur Computer Enterprise memasuki ruang
kerjanya, dia begitu terkejut membaca sebuah memo dari salah satu pemasok
utamanya yang mengatakan bahwa pemasokan disk drive akan segera dihentikan.
Jackson malah merasa tak habis pikir karena tindakan tersebut diambil sebagai akibat
penundaan pembayaran Computer Enterprise kepada para pemasoknya, dan hal itu
terjadi karena adanya kekurangan kas. Jackson langsung melabrak manajer pengaturan
dananya“pertumbuhan kita begitu mengesankan dan laba kita terus
meningkat, bagaimana mungkin kita kekurangan kas untuk membayar
tagihan-tagihan pada waktunya?”
Manajer Pengaturan dana tersebut berkomentar ringkas dan lancar,
“seandainya bapak mendengarkan apa yang telah kami kemukakan, dan andaikata
bapak membaca laporan keuangan kita, pasti bapak memahami
bahwa ada perbedaan besarantara laba dan kas. Benar, kita telah
menghasilkan laba, namun demi pertumbuhan yang amat bapak banggakan itu,
kita harus membeli lebih banyak aktiva baru daripada yang dapat kita beli
dengan menggunakan laba ditahan, kita mempunyai persediaan,
piutang, dan aktiva tetap yang berlimpah, tetapi kas kita kosong sama sekali.
Saya telah menyarankan untuk mengubah operasi kita. Ya… itu sih terserah bapak,
apakah akan melakukan perubahan besar-besaran pada kebijakan modal
kerja kita saat ini juga atau membiarkan perusahaan menuju kebangkrutannya”
Peristiwa yang dialami oleh Amory Jackson dan perusahaannya,
Computer Enterprise, bukanlah kejadian langka, banyak juga perusahaan- perusaan
lain mengalami hal yang sedemikian, ataupun mirip dengan kejadian. Disinilah letak
pentingnya manajemen modal kerja. Dalam pembahasan paper kita kali ini, kita
akan mengulas hubungan antara pertumbuhan dan kebutuhandana. Kita
juga akan membicarakan beberapa cara guna menjamin
selalu tersedianya dana yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan.
Amory Jackson keluar dari kantor manajer keuangan dengan berfikir keras,
apakah kebijakannya yang mengejar laba tinggi dengan menggunakan kredit jangka
pendek dengan berbagai resiko, termasuk kosongnya kas yang membuat pemasok disk
drive menghentikan pasokannya atau ia menuruti nasihat manajer keuangannya untuk
lebih ketat dan conservative, lebih baik tetap menghasilkan laba kecil dengan kredit
jangka panjang tapi kas selalu tersedia, yang menjamin tersedianya pasokan atas
disk drive.
Akhirnya setelah mempertimbangkan masak-masak kebijakan apa yang akan
diambil, Amory Jackson segera mengontak manajer keuangannya dan
mengatakan bahwa perusahaan akan mengambil tindakan sesuai dengan nasihat
manajernya.
Beberapa bulan kemudian, pasokan disk drive datang, dan perusahaan dapat
menjalankan kembali produksinya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Seberapa besar perusahaan baik itu dalam meraih keuntungan atau pun asset yang
besar pengelolaan keuangan mempunyai peranan yang penting bagi keberlanjutan sebuah
perusahaan. Disini peranan manaejemen keuangan termasuk manajemen modal kerja
mempunyai peranan yang sangat penting sekali.sehingga disni penan manajemen keuangan
dalam megelola modak kerja sangan di perlukan sekali bagi sebuah perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Keown, Arthur, Chaerul Djakman (alih bahasa) dkk. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. 1999. Jakarta; Penerbit Salemba Empat
_, dkk. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Prinsip-prinsip dan
Aplikasi. 2002. Jakarta; Prentice Hall dan Indeks (KKG)
Riyanto, Bambang, Prof., Dr., Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi ke 4.
2004. Jogjakarta; BPFE UGM
Sartono, Agus, Drs., MBA, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi ke 4.
2001. Jogjakarta; BPFE UGM
Weston, J. Fred, Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid 1.
2000. Jakarta; Erlangga