MAKALAH MANAJEMEN BANDAR UDARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman banyak kebutuhan manusia yang
didasarkan pada kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan seorang tersebut mempunyai tujuan yang
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya, seperti contoh dengan para pengusaha yang
selalu melakukan perjalanan dengan tujuan melakukan kunjungan atau peninjauan tentang bisnis
yang akan dilakukannya. Selain itu banyak kelompok orang yang sering melakukan perjalanan
pula dengan tujuan yang berbeda-beda tentuunya.
Pada banyaknya kebutuhan orang atau kelompok orang dalam melakukan perjalanannya,
diperlukan pemikiran atau pemecahan masalah dalam hal perjalanan yang dapat mempersingkat
waktu dalam hal perjalanannya yang dapat memberikan kesan positif dalam pemasarannya.
Maka diperlukan angkutan yang dapat memberikan jawaban atas semua masalah tersebut yang
dinamakan angkutan udara (pesawat udara). dengan angkutan udara diharapkan dapat
mempersingkat waktu dalam perjalanan seseorang.
Pesawat udara diartikan sebagai setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi udara , tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan
bumi yang digunakan untuk penerbangan. Selain itu angkutan udara merupakan alat
transportasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat transportasi lain seperti alat
transportasi darat dan laut dalam hal jangkauan yang lebih luas, dan penghematan waktu dalam
durasi perjalanannya.
Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin, yang disebut dengan
transportasi. Semua manusia melakukan kegiatan perjalanan. Perjalanan tersbut bisa dilaklukan
melalui jalur darat, laut dan udara.
Namun, pada zaman sekarang transportasi udara sudah semakin berkembang pesat.
Pertumbuhan global tidak akan memiliki arti sama sekali, bahkan nyaris menjadi sulit
berkembang tanpa terselenggaranya sistem angkutan udara yang baik.
Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk
memakaiya. Selain memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat
transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
Persaingan dalam banyak hal, terutama dibidang pembangunan ekonomi global ternyata
telah merangsang para ilmuwan untuk menyediakan sistem transportasi yang dapat melayaninya.
Kemudian terjadilah perlombaan besasr-besaran dalam teknologi penerbangan.
Sebagai negara berkembang dan terdiri dari banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dan banyaknya antusiasme masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia
merupakan Negara yang sangat berpotensi kedepannya dalam pengembangan jasa angkutan
udara, dimana angkutan udara dapat menjangkau daerah-daerah terpencil sekaligus, dan juga
dapat menghemat banyak waktu dalam perjalanan dibanding dengan sarana transportasi lain
seperti darat dan laut. Selain itu transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unsur
penunjang (Servicing sector) dan unsur pendorong (Promoting sector). Peran transportasi udara
sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang
efektif dan efisien untuk memenuhi sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakkan
dinamika pembangunan.
Dengan banyaknya peminat dalam penggunaan transportasi udara, pihak-pihak yang
terkait seperti perusahaan penerbangan, dan penyedia layanan penerbangan yaitu bandar udara
melakukan berbagai langkah dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat
dari masa ke masa.
Bandar udara merupakan sebuah sistem karena terdiri atas komponen-komponen yang
saling berinteraksi dan saling menunjang satu sama lain yang menghasilkan suatu produk jasa
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam aktivitasnya. Komponen-komponen bandar udara
terdiri atas pengelolaan bandar udara, pengelolaan perusahaan angkutan udara, dan pemenuhan
kebutuhan jasa angkutan udara.
Pengelolaan perusahaan bandar udara dan kebutuhan pengguna jasa angkutan udara
dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan pengguna dalam penerbangan dengan karakteristik
penerbangan dalam hal penyediaan fasilitas dan pemberian jasa layanan. Dengan
memperhitungkan pelayanan sisi udara dan pelayanan sisi darat akan diperoleh rencana investasi
yang berdampak pada penapata bandar udara.
Penyediaan fasilitas dan pemberian jasa pelayanan pada setiap pengguna terminal bandar
udara merupakan produk yang dihasilkan untuk dijual kepada konsumen penggua jasa dan
layanan tersebu yang akan mengakibatkan adanya timbal balik yang berdampak pada
penerimaan atau atau pendapatan bandar udara. Pendapatan bandar udara sendiri dipengaruhi
oleh pasang surut kegiatan ekonomi dunia. Hal itu mengacu pada kemampuan konsumen dalam
dalam memberikan andil pada pendapatan bandar udara melelui penggunaan jasa layanan
angkutan udara.
Selama ini banyak orang menilai tentang bagai mana dan siapa yang mengelola bandara-
bandara tersebut dalam dunia penerbangan. Mungkin di indonesia ini ada dua pihak yang
mengatur atau yang mengelola dalam hal pengelolaan bandar udara yaitu bandar udara yang
dikelola oleh BUMN atau komersial dan bandar udara yang dikelola oleh TNI AU.
Pada umunya bandar udara tidak hanya bermasalah dalam hal pengelolaannya tetapi
pelayanan dan kepuasan pelanggan haruslah diutamakan. Oleh karena itu banyak pihak
neranggapan kalo semua babndara yang dikelola TNI AU atau yang lainnya sama aja tetapi
pelayanan yang harus diutamakan.
1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian bandar udara
2. Pengelolaan bandar udara
3. Perbedaan bandar udara komersial dan dikelola oleh TNI AU
1.3. Tujuan
Setelah mempelajari dan membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu.
1. Mampu mendefinisikan tentang pengertian bandar udara
2. Mampu menjelaskan tentang fasilitas bandar udara
3. Mampu menjelaskan memahami dan membedakan bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan
bandar udara yang dikelola oleh TNI AU
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bandar Udara
Bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan
mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun
bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan
penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara
adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Selain itu bandar udara juga memiliki fungsi yang sama dalam hal pengoperasiannya,
seperti contoh bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan bandar udara yang dikelola oleh TNI
AU.
2.2. Fasilitas Bandar Udara
Fasilitas bandara ini terdapat beberapa hal di dalamnya salah satunya adalah runway.
Semua komponen fasilitas bandar udara memiliki suatu fungsi yang berbeda-beda namun
memiliki tujuan yang sama dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.
Kebanyakan fasilitas bandar udara diartikan sebagai fasilitas yang menunjang dalam
keberhasilan pengoperasian penerbangannya namun pada akhirnya semua dilakukan demi untuk
mewujudkan pengoperasian yang aman sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam dunia
penerbangan.
Keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama dalam menjalankan pengoperasiannya
hal itu dikarenakan demi mewujudkan terselenggaranya kepuasan pelanggan dalam
menggunakan jasa angkutan udara.
Di indonesia beberapa bandar udara bahkan dalam hal pengurusan pengoperasiannya
dilakukan dengan cara yang seefektif mungkin untuk menjadikan bandar udara yang dapat
bersaing dalam memperebutkan pasar yang ada.
2.3. Pengelolaan Bandar Udara
Pada umumnya kita ketahui bandar udara di Inonesia ini dikelola oleh dua instansi yang
berbeda satu sama lain namun tetap memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan priorotas
utamanya.
Pada periode tahun 1950-1970, fungsi bandara hanya sebagai fasilisator penerbangan
yang melayani jasa air traffic operations dengan menyediakan infrastruktur dan fasilitas untuk
penerbangan. Pada perkembangan periode 1970-1990 bandara telah mengembangkan operasinya
menjadi penyedia layanan penuh bagi masyarakat pengguna jasa penerbangan dengan
menyediakan berbagai layanan publik termasuk restoran dan tempat belanja. Mulai tahun 1990-
an model bisnis bandara telah bertransformasi dengan menekankan pada pendapatan yang
optimal.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan seluruh pengelola bandara
internasional, baik PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, maupun Kepala Bandara Unit
Pelaksana Teknis (UPT), untuk segera mengimplementasikan konsep bandara ramah lingkungan
(ecological airport/eco-airport).
Pengelolaan bandara di Indonesia selain ditangani Departemen Perhubungan, Pemerintah
juga menyerahkan sebagian bandara untuk di kelola PT (Persero) Angkasa Pura. PT. (Persero)
Angkasa Pura adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara di bawah Departemen Perhubungan
yang bergerak di bidang pengelolaan dan pegusahaan bandar udara di Indonesia.
Sesuai dengan UU No 1 th 2009, mulai tahun ini kewenangan pengelolaan bandar udara
seharusnya sudah diambil alih oleh apa yang disebut sebagai Otoritas Bandara. Dalam UU ini
diatur otoritas bandara paling lama diimplementasikan pada tahun 2012. Selama ini kewenangan
tersebut berada di tangan AdministraturBandara.
Namun belum sempat hal ihwal otoritas bandara itu direalisasikan, sudah muncul gagasan
untuk menyerahkan pengelolaan bandara kepada pihak asing. Gagasan Mustafa Abubakar itu
terang saja memunculkan pendapat pro dan kontra.
Konkretnya, menurut Menteri, pemerintah membuka peluang kepada investor asing
untuk mengelola pengembangan Bandar Udara Soekarno-Hatta dengan membentuk anak
perusahaan bersama PT Angkasa Pura II. Menteri menjelaskan, pemerintah terus mencari
investor, baik lokal maupun asing untuk ikut melakukan pengembangan bandara yang sudah
berusia seperempat abad tersebut. “Kami juga sedang mencari investasi yang besar untuk
meningkatkan Bandara Soekarno-Hatta, dan ini terbuka sekali untuk investor asing,” katanya.
Menurut dia, untuk pengembangan, nantinya akan dibentuk anak perusahaan Bandara
Soekarno-Hatta yang akan mengelola kerja sama dengan investor. Mustafa mengemukakan sejak
direksi PT Angkasa Pura (AP) II yang merupakan pengelola Bandara Soekarno-Hatta dilantik,
Kementerian BUMN telah memberi tugas untuk membuat strategi besar untuk pengelolaan dan
peningkatan bandara tersebut. Direksi AP II sendiri sebagaimana diungkapkan kepada AVIASI,
akan menjadikan bandara yang dikelolanya berkelas dunia.
Syarat dan AturanDalam UU Penerbangan, hal yang berkaitan dengan kebandarudaraan diatur mulai dari
Bab XI. Pasal 193 UU ini mengatur:
Tatanan kebandarudaraan nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan bandar
udara yang andal, terpadu, efisien, serta mempunyai daya saing global untuk menunjang pemba-
ngunan nasional dan daerah yang berwawasan nusantara.
Tatanan kebandarudaraan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem perencanaan kebandarudaraan nasional yang menggambarkan interdependensi, interrelasi,
dan sinergi antar unsur yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis,
potensi ekonomi, dan pertahanan keamanan dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Tatanan kebandarudaraan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:Peran, fungsi, penggunaan, hierarki, dan klasifikasi bandar udara; serta
Rencana induk nasional bandar udara.
Sedangkan menyangkut Otoritas Bandar Udara diatur dalam Pasal 227 yang berbunyi:
Otoritas bandar udara ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri. Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk untuk satu atau beberapa bandar udara terdekat.
Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugasnya berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Pasal 228: ”Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227 ayat (1)
mempunyai tugas dan tanggung jawab:
Menjamin keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan di bandar udara;
Memastikan terlaksana dan terpenuhinya ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan,
kelancaran, dan kenyamanan di bandar udara;
Menjamin terpeliharanya pelestarian lingkungan bandar udara;
Menyelesaikan masalah-masalah yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan operasional
bandar udara yang dianggap tidak dapat diselesaikan oleh instansi lainnya;
Melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal pejabat instansi di bandar udara, melalaikan
tugas dan tanggungjawabnya serta mengabaikan dan/atau tidak menjalankan kebijakan dan
peraturan yang ada di bandar udara; dan
Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada Menteri.”
Kewenangandalam Pasal 227 ayat (1) mempunyai wewenang:
Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan di bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan keselamatan, keamanan,
kelancaran, serta kenyamanan penerbangan di bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan pelestarian lingkungan; Pasal
229 UU Penerbangan menyebutkan otoritas bandar udara sebagaimana
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan/atau perairan bandar
udara sesuai dengan rencana induk bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan kawasan keselamatan operasional
penerbangan dan daerah lingkungan kerja bandar udara serta lingkungan kepentingan bandar
udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan standar kinerja operasional pelayanan
jasa di bandar udara; dan
Memberikan sanksi administratif kepada badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar
udara, dan/atau badan usaha lainnya yang tidak memenuhi ketentuan keselamatan, keamanan,
kelancaran serta kenyamanan penerbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 230 berbunyi: ”Aparat otoritas bandar udara merupakan pegawai negeri sipil yang
memiliki kompetensi di bidang penerbangan sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan
oleh Menteri.”
Jika investor asing diberi kepercayaan untuk mengelola bandara, tidak bisa dimungkiri sang
investor pasti tidak mau merugi. Oleh sebab itulah di dalam UU Penerbangan juga diatur soal
“bisnis” pengusahaan bandar udara.
Dalam Pasal 232 jelas-jelas disebutkan:
Kegiatan pengusahaan bandar udara terdiri atas:
a. Pelayanan jasa kebandarudaan; dan
b. Pelayanan jasa terkait bandar udara.
Pelayanan jasa kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang, dan pos yang terdiri atas penyediaan dan/atau
pengembangan:
a. Fasilitas untuk kegiatan pelayanan
pendaratan, lepas landas, manuver,
parkir, dan penyimpanan pesawat
udara;
b. Fasilitas terminal untuk pelayanan
angkutan penumpang dan kargo;
c. Fasilitas elektronika, listrik, air, dan
instalasi limbah buangan; dan
d. Lahan untuk bangunan, lapangan,
dan industri serta gedung atau ba-
ngunan yang berhubungan dengan
kelancaran angkutan udara.
Pelayanan jasa terkait bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
kegiatan:
a. Jasa terkait untuk menunjang kegia-
tan pelayanan operasi pesawat udara
di bandar udara, terdiri atas:
Penyediaan hanggar pesawat udara;
Perbengkelan pesawat udara;
Pergudangan;
Katering pesawat udara;
Pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat (ground handling);
Pelayanan penumpang dan bagasi; serta
Penanganan kargo dan pos.
b. Jasa terkait untuk menunjang kegiat-
an pelayanan penumpang dan ba-
rang, terdiri atas:
Penyediaan penginapan/hotel dan transit;
Penyediaan toko dan restoran;
Penyimpanan kendaraan bermotor;
Pelayanan kesehatan;
Perbankan dan/atau penukaran uang; dan
Transportasi darat.
c. Jasa terkait untuk memberikan nilai
tambah bagi pengusahaan bandar
udara, terdiri atas:
Penyediaan tempat bermain dan rekreasi;
Penyediaan fasilitas perkantoran;
Penyediaan fasilitas olah raga;
Penyediaan fasiltas pendidikan dan pelatihan;
Pengisian bahan bakar kendaraan bermotor; dan
Periklanan.
Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan.
Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal
yang wajib dikelola secara professional. Bandara / bandar udara mencakup suatu kumpulan
aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan.
Bandara merupakan terminal tentunya.
Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan. Oleh karena itu
bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat :
1. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini adalah pesawat.
2. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.
3. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat barang/muatan.
4. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum, fasilitas sosial,
fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
5. Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan wilayah.
Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan pada usaha
yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja
pengelolaan / manajemen.
a. Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan. [Handoko,
1998; 7]
Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pengguna jasa.
2. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan saling berkaitan
dan terpadu.
3. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam waktu singkat,
dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.
b. Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar, memperoleh
keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada masukan (tenaga kerja, bahan,
uang, mesin, dan waktu) yang digunakan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk
mencapai keluaran yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah
masukan terbatas. [Handoko, 1998; 7]
Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa
angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai
konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum, misalnya: tingkat
pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan prasarana dan sarana
optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.
Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan /
manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.
c. Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai
dengan penawaran atau “janji”-nya dan harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik
eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran
yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain.
Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam
setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap
waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar
udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data
barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas ekonomi.
Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib
dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung
dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas,
efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai
kualitasnya dengan standar internasional.
Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara,
dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan
efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya
kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling
efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.
2.4. Perbedaan Badara komersial dan Bandar Udara yang Dikelola oleh TNI AU
Dalam percakapan umum sering terdengar istilah bandara, lapter, dan lanud. Ketiga
istilah itu memang menunjuk pada sebuah fasilitas atau instalasi yang berkaitan dengan dunia
penerbangan. Lalu, apa sih sebenarnya perbedaannya?
Mari kita simak apa itu beda tiga istilah tersebut. Secara praktis, kita coba merujuk saja
pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Oh ya, sekadar pengingat
Undang-Undang ini merupakan revisi dari UU Penerbangan sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun
1992). Jika dirunut lebih jauh, UU Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari Ordonansi
Pengangkutan Udara (Luchtvervoer-Ordonnantie) di jaman Pemerintahan Hindia Belanda dulu
kala, yaitu Staadsblaad 1939 100 jo. 101. Kalau gak percaya, lihatlah tiket penerbangan, masih
ada lho airline yang mencantumkan UU No.15/1992 atau pun Ordonantie S. 1939-100 jo 101
tersebut.
Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan pangkalan udara adalah
sebagai berikut:
Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di
perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan
untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan
negara oleh Tentara Nasional Indonesia.
Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area atau
fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk kepentingan
penerbangan sipil atau penerbangan militer. Bandar Udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara
adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan
negara).
Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara dan lanud itu
sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya hanyalah pada kepentingan
untuk kepentingan penerbangan militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada
lokasi parkir pesawat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal
penumpangnya berikut aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim
Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar udara untuk penerbangan
sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan
pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo
yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan
pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula
Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di
sebelah utara runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Bandara-bandara yang berada di kawasan
pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave airport (kurang lebih berarti bandar
udara sipil dalam kawasan militer).
Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut
military enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata
Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan
militer.
Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai
bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan
beberapa bandar udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk
penerbangan militer atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut,
penerbangan selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada
otoritas penerbangan sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai penerbangan
sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas
bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk
sebagai pegawai negeri sipil.
Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam Undang Undang
Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya merupakan terjemahan dari kata
airfield. Dalam beberapa referensi terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu
wilayah daratan dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat
udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang terdapat
di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang
penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah bandar udara. Pada beberapa bandar udara
khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang atau kehutanan, sering
dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.
Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah menjadi istilah
standar dari “bandar udara”. Pada era terdahulu memang ada Direktorat Pelabuhan Udara dan
unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata
asing airport, sebagaimana Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada
Pelabuhan Laut.
Sayangnya, pada Bagian atau Jurusan atau Departemen Teknik Sipil Transportasi di
beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta rupanya masih mempergunakan istilah
Perencanaan Lapangan Terbang atau Perencanaan Pelabuhan Udara untuk bagian dari mata
kuliahnya. Nampaknya menjadi sesuatu yang khas di negeri ini, dunia praktisi tampaknya selalu
selangkah di muka dibandingkan dunia pendidikan dan penelitian.
Pada dasarnya semua pengelolaan bandar udara adalah memiliki tujuan yang sama yaitu
dalam hal penanganannya dalam memberikan kepuasan pada pelanggan untuk mendapatkan
pangsa pasar yang ada demi memajukan pendapatan bandar udara tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadikan sebuah bandar udara melakukan perombakan yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu salah satunya adalah masalah pengelolaan bandar udara.
BUMN merupakan salah satu badan yang banyak memegang pengelolaan bandar udara di
indonesia kemudian yang sisanya adalah dikelola oleh TNI AU atau ikut campur dalam
pengelolaannya. Pasti semua itu memberikakn dampak dalam kinerja bandara tersebut entah itu
dari segi sistem kerja atau cara dalam memajukan bandar udara tersebut.
Pada dasarnya bandar udara yang dikelola oleh TNI AU adalah berawal dari bandara
tersebut yang awal mula digunakan dalam hal pengkhususan TNI AU, namun dengan
berembangnya zaman bandara semakin berubah dengan memberikan andil komersial di
dalamnya yang dianggap menguntungkan dalam segi pendapatan bandar udara tersebut, seperti
bandar udara yang ada di malang dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
pengelolaan bandara perlu perencanaan dan komunikasi yang intens kepadamasyarakat,
pekerja, perusahaan-perusahaan dalam industri penerbangan dankekuatan politik. Sementara itu,
pihak yang kontra dan pesimistis terhadap
privatisasijuga perlu berpikir lebih jernih dan tidak hanya terjebak pada
romantisme lokal dan menutup mata akan rendahnya kualitas pelayanan publik
fasilitas umum.
Pelibatan swasta sebenarnya dapat dilakukan melalui beberapa skema. Operations and
management contractdengan penguasaan kontrak manajemen dan leasing bandar udara selama
periodeyang disepakati. Kemudian operations and management contract with major
capitalexpenditure, yaitu penguasaan kontrak manajemen dan leasing Bandar udara selama
periode waktu tertentu disertai konsesi. Konsesi itu bergantung padakesepakatannya, apakah itu
build-transfer-opcrate, bnild-leasc-operate, danbnild-rehabilitate-operate-transftr contracts.
Kedua kesepakatan itu tidakmemengaruhi kepemilikan pemerintah terhadap aset bandar udara
yang dimiliki. Olehkarena itu, tipe kerja sama tersebut, terutama operations and
managementcontract with major capital expenditure, paling banyak direalisasikan dalamkerja
sama pemerintah dan swasta dalam” pengelolaan badar udara.
Maka sebenarnya pengelolaan dilakukan demi untuk memajukan bandar udara tersebut
mungkin dengan cara yang berbeda diantara keduanya dengan menerapkan sistem yang berbeda
pula di dalamnya.
3.2. Saran
Sebaiknya pengelolaan bandar udara dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu untuk
memajukan bandar udara tersebut dengan memberikan pelayanan yang maksimal pada
pelanggannya bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan individu di dalamnya.
Maka sudah sepantasnya pemerintah ikut serta dalam mengontrol pergerakan semua
bandar udara yang ada di indonesia dengan cara memberikan arahan pada semua otoritas
pengelola bandar udara dan memberikan jaminan yang maksimal dalam pergerakan ke depannya.
Top Related