ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …
Transcript of ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
174
ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA
BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO
NUSA TENGGARA TIMUR
ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF
KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA
TIMUR
Yosa Nurapri Rabani*1, Dewi Rintawati 2, Christina Sari3
1,2Universitas Trisakti/Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan yang memerlukan sarana
dan prasaran yang memadai agar dapat menjadi penopang bagi kemudahan akses dari daerah
maupun Negara lain. Untuk itu pemerintah Republik Indonesia sedang mengembangkan Bandar
Udara Komodo agar dapat menjadi Bandar Udara Internasional agar dapat memudahkan akses
bagi wisatawan asing. Dalam pengembangan fasilitas sisi udara tentunya diperlukan evaluasi,
peramalan pergerakan penumpang maupun pesawat udara dan analisis secara mendalam agar
dalam pengembangannya dapat berfungsi secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian pada kondisi
eksisting panjang landas pacu perlu dikembangkan untuk dapat melayani penerbangan maupun
pendaratan pesawat udara terbesar yaitu Boeing 737-800. Sedangkan dalam pengembangannya
fasilitas sisi udara akan dikembangkan dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2020-
2024, Tahap kedua dimulai pada tahun 2025-2034, sedangkan tahap ketiga atau tahap ultimate
dimulai pada tahun 2035-2040. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis rencanan
pengembangan fasilitas sisi udara yang didalamnya termaksud landas pacu, landas hubung, dan
landas parkir termaksud fasilitas penunjangnya. Setelah menganalisis rencana pengembangan
fasilitas sisi udara pada Bandar Udara Komodo dapat disimpulkan rencana pengembangan fasilitas
sisi udara telah memumpuni untuk melayani pesawat udara rencana terbesar yaitu Boeing 737-900
ER secara efektif.
Kata kunci : Bandar Udara, Pengembangan Fasilitas Sisi Udara, Landas Pacu (runway), Landas
hubung (taxiway), Landas parkir (apron)
ABSTRACT
The Province of Nusa Tenggara Timur (NTT) is an archipelago province that requires adequate
facilities and infrastructure so that it can be a support for easy access from other regions and
countries. For this reason, the government of the Republic of Indonesia is developing Komodo
Airport so that it can become an international airport in order to facilitate access for foreign tourists.
In developing air-side facilities, of course, requires evaluation, forecasting the movement of
passengers and aircraft and in-depth analysis so that their development can function effectively.
Based on the results of research on the existing conditions, the length of the runway needs to be
developed to be able to serve flights and landings of the largest aircraft, namely the Boeing 737-800.
Meanwhile, the air side facility will be developed in three stages. The first stage starts in 2020-2024,
the second stage starts in 2025-2034, while the third stage or the ultimate stage starts in 2035-2040.
In this study, the researchers analyzed the plan for the development of air-side facilities, including
the runway, connecting runway, and parking lot, including the supporting facilities. After analyzing
the plan to develop air side facilities at Komodo Airport, it can be concluded that the plan to develop
air side facilities is capable of serving the largest planned aircraft, namely the Boeing 737-900 ER.
Keywords: Airport, Air Side Facility Development, Runway, Taxiway, Parking Lot (apron)
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
175
A. PENDAHULUAN
Pariwisata telah ditetapkan oleh presiden
jokowi sebagai leading sector untuk
pembangunan ekonomi nasional. Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan segala pesonanya
menjadi salah satu fokus pemerintah dalam
pengembangan sektor pariwisata yang ada
dilamnya. Pulau Komodo menjadi salah satu
destinasi wisata yang diprioritaskan karena
objek wisatanya yang telah ditetapkan sebagai
situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun
1991 karena hanya pada pulau tersebut terdapat
satwa Komodo dragon. Berdasarkan peraturan
Direktorat jenderal perhubungan Udara
No.SKEP/77/VI/2005 tentang persyaratan
teknis pengoperasian fasilitas teknik bandar
udara dinyatakan bahwa Bandar udara
berfungsi menunjang kelancaran, keamanan dan
ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, kargo
dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat
perpindahan intra dan/atau antar moda serta
mendorong perekonomian baik daerah maupun
secara nasional. Transportasi udara sebagai
salah satu alternatif moda transportasi
merupakan moda yang paling cocok sebagai
pintu masuk menuju Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Untuk mendukung provinsi Nusa
Tenggara Timur sebagai salah satu destinasi
laut wisata Indonesia, maka saat ini telah
tersedia bandara Udara Internasional Komodo
yang telah beroperasi sejak tahun 2015. Bandar
Udara Komodo merupakan bandar udara yang
akan di kembangkan menjadi Bandar udara
Internasional. Bandar udara ini terletak di Kota
Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai barat,
pulau Flores Indonesia. Dengan memperkirakan
bahwa jumlah wisatawan lokal dan wisatawan
mancanegara yang akan berkunjung akan terus
meningkat yang berdampak pada peningkatan
jumlah penumpang pesawat udara maka Bandar
Udara Komodo berencana untuk meningkatkan
jenis pesawat yang akan beroperasi. Pesawat
udara yang saat ini beroperasi adalah jenis
pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 78
penumpang dan Boeing 737 Series dengan
kapasitas minimal 126 penumpang. Untuk
Meningkatatkan pelayanan dengan rute antar
negara yaitu jepang, China dan Australia maka
pesawat jenis Boeing 737-900ER akan
dioperasikan di Bandar Udara Komodo. Saat ini
Bandar Udara Komodo dengan kode, IATA :
LBJ. dan kode ICAO : WATO. Bandar Udara
Komodo memiliki panjang landas pacu
(runway) 2250 m dengan lebar 45 m atau 7832
ft x 148 ft. yang akan di perpanjang menjadi
2750 m untuk dapat melayani Take off dan
Landing jenis pesawat udara seperti jenis
Boeing 737-900 ER. Sehigga perlu dilakukan
penelitian untuk menganalisis pengembangan
fasilitas sisi udara agar dapat melayani
perkembangan jenis pesawat udara yang akan
take off dan landing di Bandar Udara
Internasional Komodo.
B. STUDI PUSTAKA
B.1 Landas Pacu (Runway)
Landas Pacu (runway) adalah fasilitas sisi
udara di sebuah bandar udara yang sangat
penting untuk kegiatan pendaratan maupun
penerbangan sebuah pesawat udara. Devinisi
runway adalah sebuah wilayah yang
diperuntukkan untuk pendaratan dan lepas
landas sebuah pesawat. Diperlukan rencana dan
kelola yang baik seusai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku seperti pada peraturan
ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara.
Panjang Landas Pacu dapat menjadi sebuah
kategori dari sebuah klasifisikasi bandar udara
hal ini diatur dalam ICAO tahun 2016 tentang
petunjuk pelaksanaan perencanaan atau
pengembangan fasilitas sisi udara, dinyatakan
bahwa dalam perencanaan landas pacu terdapat
kode untuk bandar udara berdasarkan ukuran
landas pacu seperti pada Gambar 1 :
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
176
Gambar 1 : Klasifikasi Bandar Udara
Sumber : ICAO,2016
Dalam menentukan pengembangan panjang
landas pacu diperlukan karakteristik pesawat
udara terbesar yang beroperasi dan perlu
memperhatikan faktor koreksi elevasi, koreksi
temperatur, dan koreksi kelandaian. Perhitungan
faktor koreksi dapat dihitung menggunakan
rumus rumus berikut :
a. Koreksi Elevasi
Fe = 1 + 0,07 x (h/300)
Keterangan :
Fe = Koreksi elevasi
h = Elevasi bandar udara
b. Koreksi Temperatur
Ft = 1 + 0,01 (Tr – (15-0,0065 x h))
Keterangan :
Ft = Koreksi temperatur
Tr = Temperatur pada bandar udara
c. Koreksi Kelandaian
Fg = 1 + 0,1 x G
G = ((Elevasi maks – elevasi min) /
panjang runway) x 100%
Keterangan :
Fg = Koreksi Kelandaian
G = Gradien efektif landas pacu
d. Menghitung Panjang Runway Aktual
P = ARFL x Fe x Ft x Fg
Keterangan :
P = Panjang Runway Aktual
ARFL = Aeroplane Reference Field
Length
Dalam menentukan lebar landas pacu
diperlukan data karakteristik pesawat udara
terbesar yang beroperasi di bandar udara
tersebut, setelah itu baru dapat ditentukan
klasifikasi pesawat berdasarkan kode huruf dan
angka seperti pada gambar berikut :
Gambar 2 : Lebar landas pacu
Sumber : ICAO,2016
B.2 Landas Hubung (Taxiway)
Taxiway biasa juga disebut landas hubung,
adalah sebuah jalur penghubung antara runway
dengan perasaran pada bandar udara seperti
apron, hanggar pesawat, terminal dan fasilitas
prasarana lainnya. Untuk menentukan lebar
landas hubung diperlukan data klasifikasi
pesawat udara menurut kode huruf dan angka
lalu dapat ditentukan menggunakan peraturan
dari ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara
seperti pada gambar berikut :
Gambar 3 : Lebar Landas Hubung
Sumber : ICAO,2016
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Wheel Base < 18m gunakan C = 15m
Wheel Base > 18m gunakan C = 18m
Main gear wheel span < 9m gunakan D = 18m
Main gear wheel span > 9m gunakan D = 23m
Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara
pada SKEP/77/VI/2005 exit taxiway perlu
dirancang untuk meminimalisi waktu
penggunaan runway yang diperlukan oleh
pesawat yang mendarat. Untuk menentukan
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
177
lokasi Exit taxiway perlu dilakukan perhitungan
dengan rumus-rumus berikut :
Gambar 4 : Kecepatan dan perlambatan
pesawat udara
Sumber : Zadly,2010
D1 = ((Vtot²-Vtd²) / (2 x a1))
D2 = ((Vtd²-Ve²) / (2 x a2))
S = D1 + D2
Keterangan :
Vtd = kecepatan touchdown
Vot = kecepatan pendaratan
a1 = perlambatan di udara
a2 = perlambatan di darat
Ve = kecepatan keluar exit taxiway
S = lokasi exit taxiway
B.3 Landas Parkir (Apron)
Apron adalah sebuah tempat untuk parkir
pesawat. Biasanya digunakan untuk melakukan
kegiatan pengisian bahan bakar dan menaikan
maupun menurunkan penumpang atau kargo
dan pos serta melakukan kegiatan persiapan
sebelum atau sesudah penerbangan. Dimensi
landas parkir dapat dihitung menggunakan
klasifikasi pesawat udara rencana. Untuk
mengetuahui jumlah gate dapat ditentukan
berdasarkan prakiraan arus kedatangan dan
keberangkatan pesawat udara. Jumlah gate
tergantung pada jumlah pesawat udara yang
akan dilayani dengan waktu tertentu. Jumlah
gate position dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
G = ((VxT) / U)
Keterangan :
G = Gate position
V = Jumlah Pesawat
U = Faktor Pemakaian Gate (0,6 – 0,8)
T = Waktu Pemakaian (45 menit pesawat
udara code 4C)
Dari data rencana pengembangan bandar udara
Komodo menuru Direktorat Jendral
Perhubungan Udara Jumlah pesawat udara yang
beroperasi pada landas parkir bandar udara
komodo kondisi eksisting adalah 8 pesawat
udara. Sedangkan dalam rencana
pengembangannya pesawat udara yang
menggunakan landas parkir adalah 16 pesawat
udara.
Setelah menghitung jumlah gate position
dapat dihitung panjang landas parkir
menggunakan rumus berikut :
Panjang Landas Parkir
= Gate position x (Clearance + wingspan)
Untuk menentukan jarak bersih antar pesawat
udara yang berada di landas parkir dapat
ditentukan dengan mengikuti peraturan ICAO
Gambar 5 : Jarak bersih minimum
Sumber : ICAO,2016
Lebar landas parkir dapat ditentukan
dengan memperhatikan jarak antara landas pacu
dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi
landas parkir yang dibutuhkan seperti pada
ketentuan SKEP/77/VI/2005 Dirjen
perhubungan udara :
Gambar 6 : Panjang Landas Parkir
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
178
Sumber:SKEP/77/VI/2005Dirjen
Perhubungan Udara
X1 = Posisi maksimum dari ekor pesawat
hingga garis tengah runway
X2 = X1 + Panjang maksimum pesawat udara
terbesar
X3 = X1 – Clearance antar 2 pesawat udara
X4 = X3 – (Wingspan / 2)
Maka untuk menentukan panjang landas
parkir adalah X2 – X4.
B.4 Karakteristik Pesawat Udara
Dalam merencanakan atau mengembangkan
suatu bandar udara dibutuhkan data
karakteristik pesawat udara rencana agar dapat
menentukan kebutuhan dimensi fasilitas-
fasilitas pada bandar udara dalam pelayanan
operasionalnya. Berikut adalah data
Karakteristik Pesawat Udara :
Gambar 7 : Karakteristik Pesawat Udara
Sumber : Boeing 737 Characteristics
B.4 Forecasting
Forecasting adalah sebuah metode untuk
melakukan peramalan data pergerakan pesawat
maupun penumpang. Peramalan atau prakiraan
adalah hal yang penting dalam merencanakan
atau mengembangkan sebuah bandar udara.
Karena data peramalan dapat menentukan
pesawat rencana, perencanaan fasilitas sisi
udara dan lainnya. Ramalan menurut Basuki
(1986) dibagi atas tiga bagian: 16
1. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun
2. Ramalan jangka menengah sekitar 10
tahun
3. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun
C. METODE
Adapun tahapan penelitian dimulai dengan
studi pustaka terkait rencana pengembangan
fasilitas sisi udara bandar udara Komodo.
Kemudian dilakukan pengumpulan data
sekunder berupa :
a. Data umum bandar udara
b. Layout bandar udara
c. Data kondisi eksisting
d. Data pergerakan pesawat
e. Data pergerakan penumpang
Selanjutnya berdasarkan studi pustaka yang
dilakukan dan data-data sekunder yang
diperoleh, dilanjutkan dengan evaluasi dan
analisis terhadap :
a. Evaluasi kondisi eksisting fasilitas sisi
udara dengan pesawat udara terbesar
yang beroperasi
b. Melakukan peramalan pergerakan
pesawat dan penumpang 20 tahun
kedepan berdasarkan data 5 tahun
c. Analisis pengembangan bandar udara
20 tahun mendatang
d. Kesimpulan dan saran
Data diperoleh melalui Direkorat Jendral
Perhubungan Udara dan penelitian sebelumnya.
Data-data tersebut dibutuhkan untuk
mengevaluasi fasilitas udara kondisi eksisting
dan menganalisis pengembangan fasilitas sisi
udara Bandara Udara Komodo 20 tahun
mendatang. Dalam melakukan ramalan
pergerakan pesawat maupun penumpang,
peneliti menggunakan metode statistika regresi
linier dengan excel, berdasarkan data
pergerakan penumpang dan pesawat udara 5
tahun sebelumnya yaitu data tahun 2015-2019.
Setelah menentukan pesawat udara rencana,
selanjutnya dilakukan analisa terhadap
pengembangan fasilitas sisi udara berdasarkan
data – data spesifik yang ada pada pesawat
udara rencana. Berikut adalah data-data
penelitian :
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
179
Gambar 7 : Data umum Bandar Udara
Data fasilitas sisi udara kondisi eksisting
pada Bandar Udara Komodo Labuan Bajo :
Gambar 8 : Fasilitas Sisi Udara
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
D.1 Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi
Udara Bandar Udara Komodo
Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi
Udara diantara lainnya evaluasi landas pacu,
landas hubung dan landas parkir.
a. Evaluasi Landas Pacu
Klasifikasi kode pesawat udara jenis Boeing
737-800 menurut ICAO dengan menerapkan
kode huruf dan angka pesawat udara jenis
Boeing 737-800 termasuk kedalam pesawat
dengan kode 4C. karena ARFL > 1800m,
bentang sayap lebih besar dari 24m namun
lebih kecil dari 36m.
Dalam menghitung panjang landas pacu
diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi,
dan kemiringan pada bandar udara. Selain data
tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari
pesawat udara rencana. Pada kondisi eksisting
pesawat udara terbesar yang beroperasi adalah
pesawat udara jenis Boeing 737-800 dengan
ARFL = 2130 m . maka dapat ditentukan faktor
koreksi panjang landas pacu sebagai berikut :
Koreksi Elevasi
Fe = 1 + 0,07 x (69/300) = 1,0161
Koreksi Temperatur
Ft = 1 + 0,01 (28 – (15 – 0,0065 x 69) = 1,1344
Koreksi Kelandaian
G = ((76-60) / 2250) x 100% = 0,7%
Fg = 1 + 0,1 x 0,7% = 1,0007
Panjang Runway Aktual
= 2130 x 1,0161 x 1,1344 x 1,0007 = 2457 m
Menurut ICAO lebar landas pacu dapat
ditentukan dengan kode huruf dan angka maka
pesawat jenis Boeing 737-800 yang memiliki
kode 4C membutuhkan lebar runway 45m
dengan menggunakan persyaratan yang di
syaratkan oleh ICAO.
b. Evaluasi Landas Hubung
Dirjen Perhubungan Udara telah
menentapkan ketentuan dimensi yang
digunakan untuk landas hubung pada
SKEP/77/VI/2005. Pesawat udara dengan kode
4C dengan wheel base < 18m maka lebar
landas hubung adalah 15m.
Menurut Direktorat Jendral Perhubungan
Udara pada SKEP/77/VI/2005 Untuk
menentukan lokasi Exit taxiway perlu
dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
180
D1 = ((79,94²-61,67²) / (2 x 0,76)) = 902,74m
D2 = ((61,67²-30,87²) / (2 x 1,52)) = 937,56m
Pada Perhitungan D2 harus dikalikan dengan
faktor koreksi elevasi dan koreksi temperature
Maka D2 adalah :
D2 = 937,56 x 1,0161 x 1,1344 = 1983,43 m
S = 962,3 + 902,74 = 1865m
Pada Exit taxiway Kondisi Eksisting di
Bandar Udara Komodo Labuan Bajo lokasi exit
taxiway berada di 1780 m dari ujung runway,
Namun pada pengembangan tahap 1 Exit
taxiway sudah sesuai dengan perhitungan
peneliti dikarenakan pada tahap 1 yang
direncanakana dikerjakan pada tahun 2020 –
2024 panjang runway akan diperpanjang
menjadi 2450 m sehingga jarak dari ujung
runway ke exit taxiway menjadi 1865 m Dapat
Disimpulkan Bahwa letak exit taxiway untuk
pesawat udara dengan kode 4C sudah sesuai
dengan rencana pengembangan fasilitas sisi
udara tahap 1 namun belum sesuai dengan
kondisi prasarana sisi udara pada kondisi
eksisting.
c. Evaluasi Landas Parkir
Untuk Menghitung jumlah gate position
dibutuhkan data pergerakan pesawat pada
kondisi Peak Our yaitu 8 pesawat udara.
Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron
berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk
pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk
faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan
penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan faktor
pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
G = ((8 x (45/60)) / 0,8) = 7,5 ~ 8 buah
Dapat disimpulkan bahwa Gate Position
yang diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti
Boeing 737-800 adalah 8 buah Gate. Dalam
menentukan panjang landas parkir perlu
memperhatikan jumlah pesawat udara yang
parkir pada gate position dan total clearance
area ditambah dengan bentang sayap pesawat
udara terbesar. Maka dapat dihitung panjang
landas parkir menggunakan rumus berikut :
Panjang landas parkir
= 8 x ( 4,5 + 35,8) = 322,4 m atau 323 m
Lebar landas parkir dapat ditentukan
dengan memperhatikan jarak antara landas pacu
dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi
apron yang dibutuhkan seperti pada ketentuan
SKEP/77/VI/2005 Direktorat jendral
perhubungan udara pada Gambar 6.
Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor
pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 9 : Denah Prasarana Sisi Udara
Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020
Dari gambar 4.5 dapat dihitung posisi
maksimum dari ekor pesawat hingga garis
tengah runway (X1) dengan menggunakan
perhitungan berikut :
X1 = (100 – 39,5) + 90 + (45/2) = 173m
Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam
rumus berikut :
a. X1 = 173 m
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
181
b. X2 = 173 m + 39,5 m X2 = 212,5 m
c. X3 = 173 m – 4,5m
d. X4 = 168,5m – (35,8m / 2) = 150,6m
Maka panjang landas parkir minimum adalah :
X2 – X4 + 15m
= 212,5m – 150,6m + 15m = 76,9 m ~ 77m
D.2 Prakiraan Pergerakan Pesawat Udara
dan Penumpang 20 Tahun Mendatang.
Dalam memperkirakan pertumbuhan lalu
lintas peneliti menggunakan metode Forcasting
menggunakan data pergerakan pesawat dan
penumpang tahun 2015 sampai 2019
selanjutnya akan di perkirakan hingga tahun
2040. Berikut adalah data pergerakan pesawat
udara dari tahun 2015 – 2019 menurut
Direktorat Jendral Perhubungan Udara yang
dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 10 : Pergerakan Pesawat Udara 2015-
2016
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan
Udara
Prakiraan Pergerakan pesawat udara pada tahun
rencana 2040 yaitu 20 tahun mendatang dengan
menggunakan metode forecasting dapat
diperoleh menggunakan data 5 tahun terakhir
seperti pada Gambar berikut :
Gambar 11 : Grafik prakiraan pergerakan
pesawat udara
Hasil Perhitungan Forecast menunjukan bahwa
kenaikan jumlah penerbangan pesawat udara
dari tahun 2015 sejumlah 6553 penerbangan
dan diperkirakan pada tahun 2040 akan naik
menjadi 35311 penerbangan. Maka dapat
disimpulkan perlunya pengembangan fasilitas
sisi udara di Bandar udara Labuan Bajo agar
dapat melayani penerbangan pesawat udara
yang akan menggunakan fasilitas sisi udara di
Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.
Dengan metode yang sama berikut adalah
data pergerakan penumpang udara dari tahun
2015 – 2019 menurut Direktorat Jendral
Perhubungan Udara yang dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 12 : Pergerakan Penumpang Tahun
2015 – 2019
Sumber : Dirjen perhubungan udara
Prakiraan pergerakan penumpang pada tahun
rencana yaitu 2040 yaitu tahun 20 tahun
mendatang dengan menggunakan metode
forecasting dapat diperoleh menggunakan data
5 tahun terakhir pada gambar berikut :
Gambar 13 : Grafik Prakiraan Pergerakan
Penumpang
Hasil dari perhitungan forecast menunjukan
bahwa kenaikan jumlah penumpang dari tahun
2019 sejumlah 252.987 penumpang dan di
perkirakan pada tahun 2040 menjadi 3.043.781
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
182
penumpang. Untuk itu diperlukan
pengembangan fasilitas udara maupun darat
agar dapat memenuhi kebutuhan 3 juta
penumpang setiap tahunnya
D.3 Analisis Pengembangan Fasilitas Sisi
Udara
a. Analisis Pengembangan Runway
Dalam pengembangan fasilitas sisi udara
di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo akan
dibagi menjadi III tahap. Yaitu Tahap I (2020-
2024) dimana pada tahap ini panjang landas
pacu akan diperpanjang menjadi 2450m,
dimensi apron akan diperbesar menjadi 374m x
100m dan akan dibangun landas hubung baru
dengan dimensi 136 m x 23 m. Pada tahap II
(2025-2034) panjang landas pacu akan
diperpanjang menjadi 2650m dan dimensi
apron akan diperluas menjadi 470 m x 100 m.
Pada pengembangan Tahap III (2035-2040)
panjang landas pacu akan diperpanjang menjadi
2750 m dan dimensi apron akan diperluas
menjadi 582 m x 100 m, dengan pesawat
rencana terbesar adalah pesawat jenis Boeing
737-900ER. Pada tugas besar ini peneliti akan
menganalisis pengembangan Tahap III
(Ultimate) Bandar udara Komodo Labuan Bajo.
Tipe pesawat udara rencana yang akan
digunakan adalah pesawat udara berjenis
Boeing 737-900 ER dengan karakteristik sebgai
berikut :
1. Panjang pesawat (length) = 40,67 m
2. Bentang sayap (wingspan) = 35,79 m
3. Wheel Base = 17,17 m
4. ARFL = 2.240 m
5. MTOW = 74.389 m
Dalam menghitung panjang landas pacu
diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi,
dan kemiringan pada bandar udara. Selain data
tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari
pesawat udara rencana. Pesawat udara rencana
terbesar yang beroperasi adalah pesawat udara
jenis Boeing 737-900ER dengan ARFL = 2240
m . maka dapat ditentukan faktor koreksi
panjang landas pacu dengan perhitungan
sebagai berikut :
Koreksi Elevasi
Fe = 1,0161
Ft = 1,1344
Fg = 1,00058
Panjang Runway Aktual = 2584 m
Maka panjang landas pacu actual yang
diperoleh dengan perhitungan ICAO adalah
2584m. Pada rencana pengembangan tahap III
panjang runway akan diperpanjang menjadi
2750m. Hal ini berarti bahwa pengembangan
runway pada tahap III sudah memenuhi panjang
landas pacu yang dibutuhkan untuk melayani
penerbangan maupun pendaratan pesawat jenis
Boeing 737-900ER. Dengan perhitungan
tersebut dapat disimpulkan juga bahwa
pengembangan pada tahap II sudah dapat
melayani penerbangan dan pendaratan pesawat
jenis Boeing 737-900 ER karena pada tahap ini
panjang runway akan diperpanjang menjadi
2650 m. Menurut tabel 4.1 klasifikasi kode
pesawat udara jenis Boeing 737-900ER
menurut ICAO dengan menerapkan kode huruf
dan angka pesawat udara jenis Boeing 737-
900ER termasuk kedalam pesawat dengan kode
4C. dikarenakan jumlah ARFL > 1800m,
bentang sayap lebih besar dari 24m namun
lebih kecil dari 36m.
Menurut ICAO lebar landas pacu
dapat ditentukan dengan kode huruf dan
angka maka pesawat jenis Boeing 737-900
ER yang memiliki kode 4C membutuhkan
lebar runway 45m dengan menggunakan
persyaratan yang di syaratkan oleh ICAO
seperti pada tabel 4.2 Maka pengembangan
lebar landas pacu Bandar Udara Komodo
Labuan Bajo sebesar 45 m sudah memenuhi
persyaratan yang disyaratkan oleh ICAO.
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
183
b. Analisis Pengembangan Taxiway
Dari ketentuan ICAO dapat
disimpulkan bahawa pesawat udara jenis B737-
900ER memiliki kode 4C memerlukan lebar
minimum landas hubung sebesar 15m. Dapat
disimpulkan bahwa pada pengembangan landas
hubung lebar landas hubung Bandar Udara
Komodo Labuan Bajo adalah 23 m sudah
memenuhi persyaratan ICAO.
Dalam menentukan exit taxiway dapat
ditentukan menggunakan ketentuan peraturan
ICAO didalam Annex Volume I . Untuk
pesawat udara dengan kode 4C yang telah
dihitung pada evaluasi kondisi eksisting landas
hubung bandar udara komodo. Diperoleh nilai
Jarak ujung runway ke exit taxiway adalah 1865
m.
Dapat dilihat pada gambar 14 akan dibangun
landas hubung baru yang akan menghubungkan
apron dan terminal baru. Jarak ujung runway
menuju exit taxiway pada rencana
pengembangan tahap III menjadi 1195 m yang
dapat dilihat pada gambar 15. Dari hasil
analisis ini disimpulkan bahwa exit taxiway
sudah sesuai dengan perhitungan peneliti
karena jarak ujung runway menuju exit taxiway
lebih kecil dari S (1865 m).
Gambar 14 : Lokasi exit runway baru pada
rencana pengembangan
Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020.
Gambar 15 : Jarak lokasi exit taxiway terhadap
ujung runway setelah dikembangkan
Sumber : Google Earth.
c. Analisis Pengembangan Landas Parkir
Untuk Menghitung jumlah gate position
dibutuhkan data pergerakan pesawat pada
kondisi Peak Our yaitu 16 pesawat udara.
Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron
berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk
pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk
faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan
penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan faktor
pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
G = ((16 x (45/60)) / 0,8) = 15 buah
Dapat disimpulkan bahwa Gate Position yang
diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti
Boeing 737 900 ER adalah 15 buah Gate
Dalam menentukan lebar landas parkir perlu
memperhatikan jumlah pesawat udara yang
parkir pada gate position dan total clearance
area ditambah dengan bentang sayap pesawat
udara terbesar. Maka dapat dihitung lebar
landas parkir menggunakan rumus berikut :
Lebar landas parkir
= 15 x ( 4,5 + 35,8) = 604,5 m atau 605 m
Dalam menghitung lebar landas parkir dapat
ditentukan dengan jarak antara runway dan
taxiway untuk mendapatkan dimensi apron
yang dibutuhkan seperti pada ketentuan
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
184
SKEP/77/VI/2005 Dirjen perhubungan udara.
Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor
pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 16 : Denah pengembangan fasilitas
sisi udara bandar udara Komodo
Sumber : Dirjen perhubungan udara 2020
Dari gambar 16 dapat dihitung posisi
maksimum dari ekor pesawat hingga garis
tengah runway (X1) dengan menggunakan
perhitungan berikut :
X1 = (lebar apron – panjang pesawat) +
panjang taxiway + runway strip
X1 = (100 – 40,67) + 136 + (45/2)
X1 = 217,83 m
Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam
rumus berikut :
a. X1 = 217,83 m
b. X2 = 217,83 m + 40,67 m X2 = 258,5 m
c. X3 = 217,83 m – 4,5 m X3 = 213,33 m
d. X4 = 213,33m – (35,8 / 2) = 195,43 m
Maka panjang landas parkir minimum adalah :
X2 – X4 + 15m =
258,5m – 195,43m + 15m = 78,07 m
Panjang landas parkir minimum = 79 m
Panjang landas parkir pada rencana
pengembangan fasilitas udara bandar udara
komodo perlu ditambahkan 23m dari 582m
menjadi 605m. sedangkan lebar landas parkir
pada rencana pengembangan bandar udara
komodo sudah mencukupi untuk menampung
pesawat Tipe C secara maksimal dengan
kebutuhan lebar 79m. dengan total luas apron
47,795 m² Namun melihat rencana
pengembangan landas parkir Bandar Udara
Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m
= 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis
peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa
rencana pengembangan perluasan landas parkir
pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi
untuk menampung kebutuhan operasional
pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER
secara maksimal.
E. KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi dan analisis kondisi
eksisting dan rencana pengembangan Bandar
Udara Komodo Labuan Bajo dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Fasilitas sisi udara Bandar Udara Komodo
Labuan Bajo menggunakan persyaratan
SKEP/77/VI/2005 Dirjen Perhubungan Udara
dan ICAO maka dapat disimpulkan bahwa
panjang landas pacu aktual setelah di koreksi
dengan faktor lingkungan dan pesawat udara
terbesar yang beroperasi (B737-800) di Bandar
Udara Komodo didapatkan panjang landas pacu
aktual sepanjang 2457m sedangkan panjang
landas pacu Bandar Udara Komodo saat ini
adalah 2250m. untuk itu pada pengembangan
Tahap 1 (2020-2024) panjang landas pacu perlu
di tambahkan 207m, dari rencana awal
perpanjangan landas pacu pada tahap 1
sepanjang 200 m. Selain itu setelah melakukan
perhitungan menggunakan persyaratan ICAO
didapat lokasi exit taxiway aktual untuk dapat
melayani pesawat jenis 4C secara maksimal
berlokasi di 1865m dari ujung runway menuju
exit taxiway. Untuk itu pada pengembangan
tahap 1, perlu dibuat lokasi exit taxiway baru
tepatnya berada di 1865m dari ujung runway.
Dikarenakan pada kondisi eksisting lokasi exit
taxiway berada di 1780m dari ujung runway.
Untuk fasilitas udara lain pada kondisi eksisting
meliputin runway,runway slope, runway
shoulder, stopway, clearway, RESA, Taxiway,
apron dan penunjangnya sudah memenui syarat
ICAO maupun SKEP/77/VI/2005 Dirjen
Perhubungan Udara.
2. Pengembangan fasilitas sisi udara Bandar
Udara Komodo Labuan Bajo dilakukan dalam
tiga tahap yaitu tahap 1 (2020-2024), tahap
2 (2025-2034), dan tahap 3 (2035- 2040) yang
diperkirakan akan melayani 35 ribu
penerbangan dan 3 juta penumpang setiap
tahunnya dengan pesawat rencana terbesar
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
185
adalah jenis Boeing 737-900ER. Berdasarkan
pesawat rencana dan faktor koreksi lingkungan
didapatkan hasil berikut : 62
a. Landas Pacu (runway) Analisis terhadap
dimensi landas pacu didapatkan hasil (2584m x
45m) dengan bahu landas pacu sebesar 7,5m,
Dimensi RESA (90m x 90m), Clearway (90m x
150m), Stopway (60m x 45m) dan memiliki
luas runway strip sebesar (2930m x 150m)
Dimensi rencana pengembangan landas pacu
Bandar Udara Komodo sudah sesuai dan
memadai berdasarkan perhitungan dari tugas
akhir ini.
b. Landas Hubung (taxiway) Lebar landas
hubung adalah 15m dengan taxiway shoulder
5m disetiap sisi taxiway, kemiringan 1,5%,
Fillet taxiway sebesar 30m dan lokasi exit
taxiway 1865 m dari ujung runway. Dapat
disimpulkan bahwa lokasi dan landas hubung
sudah sesuai dan memadai dengan rencana
pengembangan landas hubung di Bandar Udara
Komodo Labuan Bajo.
c. Landas Parkir (Apron) Panjang landas parkir
pada rencana pengembangan fasilitas udara
bandar udara komodo perlu ditambahkan 23m
dari 582m menjadi 605m. sedangkan lebar
landas parkir pada rencana pengembangan
bandar udara komodo sudah mencukupi untuk
menampung pesawat Tipe C secara maksimal
dengan kebutuhan lebar 79m. dengan total luas
apron 47,795 m² Namun melihat rencana
pengembangan landas parkir Bandar Udara
Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m
= 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis
peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa
rencana pengembangan perluasan landas parkir
pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi
untuk menampung kebutuhan operasional
pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER
secara maksimal.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian mengenai
kelayakan fasilitas darat agar melayani 35
ribu penerbangan dan 3 juta penumpang
setiap tahunnya. Selain itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai kelayakan
fasilitas udara untuk pengembangan tahun
berikutnya dengan tipe pesawat rencana
yang lebih besar agar sesuai dengan
prosedur keselamatan operasional
penerbangan
REFERENSI
Agata Desiwanty Kiding Allo (2017). Rencana
Pengembangan Bandar Udara Naha
Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi
Sulawesi
Utara Andri Azhari Wicaksono (2018).
Perencanaan Fasilitas Sisi Udara Pada
Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang. Boeing Commercial Airplanes
(2005).
737 Airplane Characteristics For Airport
Planning
Chika Agariani Ariska Putri (2019). Analisis
Pengembangan Geometrik Fasilitas Sisi
Udara Bandar Udara Internasional Ahmad
Yani Semarang
Dian M Setiawan, Noor Mahmudah & Edo
Laksmana Putra. (2019). Analisis Panjang
Runway Bandara Raden Inten II untuk
Pendaratan dan Take Off Pesawat Airbus
A330-200 dan A330-300
Direktorat Jendral Perhubungan Udara (2020).
Pengembangan Bandar Udara Komodo.
Horonjeff R., & Mckelvey. F.X. (2010).
Planning & Design Of Airports (Fifth Edit).
New York: Mc Graw Hill, Inc.
ICAO (International Civil Aviation
Organization). 2016. Annex 14 :
Aerodromes Design and Operation Volume I
(7th ed.) Canada.
Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara
No : KP 39 Tahun 2015. Standar Teknis Dan
Operasi Peraturan Keselamatan
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,
22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.
Yosa Nurapri Rabani
186
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of
Standard CASR – Part 139) Volume I
Bandar Udara (Aerodromes) Peraturan
Direktur Jendral Perhubbungan Udara No :
SKEP/77/VI/2005. Persyaratan Teknis
Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar
Udara
Priscilla Azzahra Chairani (2020).
Perancangan Efektivitas Perbaikan Tanah
Dengan Menggunakan Metode
Prefabricated Vertical Drain. Indonesia
Journal Of Construction Engineering and
Sustainable Development (Cesd)
Sitti Subekti & Sri Hapsari Winahyu. (2015).
Strategi Pengembangan Bandar Udara
Komodo Labuan Bajo Development Strategy
At Komodo Airport Labuan Bajo