BATAS TERITORIAL NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)
OLEH
NAMA : ROCHEHAT PARDEDE
NPM : 16211426
KELAS : 2EA27
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Batas Teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia” ini, ditulis untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Setiap Negara berwenang untuk menetapkan batas terluar wilayahnya. Penetapan batas-batas wilayah tersebut tentunya memiliki batasan-batasan yang diatur dalam berbagai kebijakan-kebijakan Internasional. Batas Teritorial Negara Kesatuan Indonesia di darat berbatasan dengan Malaysia, Papua New Guinea (PNG), dan Timor-Leste. Sedangkan dilaut, Indonesia berbatasan dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea (PNG), Ausralia dan Timor-Leste.
Banyak pulau-pulau di Indonesia yang telah direbut oleh Negara lain. Pulau-pulau tersebut terletak di perbatasan kedua wilayah Negara tersebut. Hal ini tentunya sangat merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara yang seharusnya berwenang atas pulau tersebut. Namun dalam Pengadilan Internasional, pulau itu malah jatuh ke tangan Negara lain tersebut. Berkurangnya pulau-pulau tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap batas-batas Teritorial Negara kita. Untuk itulah penulis memilih Topik “Batas Teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia” ini. Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan para pembaca mengenai fakta-fakta Nusantara, khususnya wawasan Nusantara mengenai batas-batas territorial Negara Indonesia.
Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis berharap para pembaca dapat memaklumi segala kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, baik dalam bentuk penulisan, pengejaan, dan diksi yang kurang tepat. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun untuk perbaikan selanjutnya. Demikianlah makalah ini dapat disajikan oleh penulis semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Penulis,
Rochehat Pardede
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….... 1
3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………….. 1
BAB II : RUMUSAN MASALAH
1. Kewilayahan Negara Indonesia …………………………………………………………………. 2
2. Batas Wilayah Negara Indonesia …………………..……………………………………………. 4
1) Batas Darat……………………………………………………………………………………... 4
2) Batas Laut ……..………………………………………………………………………………. 5
a. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939”
(TZMKO 1939) / Ordonansi 1939……………………………………………….……... 5
b. Deklarasi Juanda 1959………………………………………………………………….. 5
c. UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) 1982…………………. 5
3) Batas Udara ………………………..………………………………………………………….. 6
3. Perbatasan Indonesia dengan Negara Tetangga………………………………………………... 6
1) Perbatasan Indonesia-Singapura……………………………………………………………... 6
2) Perbatasan Indonesia-Malaysia……………………………………………………………….. 7
3) Perbatasan Indonesia-Filipina………………………………………………………………… 7
4) Perbatasan Indonesia-Australia………………………………………………………………. 7
5) Perbatasan Indonesia-Papua Nugini…………………………………………………………. 7
6) Perbatasan Indonesia-Vietnam……………………………………………………………….. 8
7) Perbatasan Indonesia-India………………………………………………………………….... 8
8) Perbatasan Indonesia-Thailand……………………………………………………………….. 8
9) Perbatasan Indonesia-Republik Palau……………………………………………………….. 8
10) Perbatasan Indonesia-Timor Leste………………………………………………………….. 8
4. Pulau-pulau Terluar yang Ada di Indonesia…………...……………………………………….. 12
ii
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………... 15
2. Saran………………………………………………………………………………………………. 15
REFERENSI…………………………………………………………………………………………. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Batas wilayah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi suatu negara karena akan mentukan
kesatuan dan kekuasaan suatu Negara tersebut. Dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merupakan negara kepulauan memiliki batas-batas wilayah darat dan laut. Batas wilayah ini tentunya diatur
dlaam berbagai kebijakan Internasional.
Negara Keasatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki
17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar
disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia secara Geografis terletak pada
koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak di antara dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia/Oseania. Selain itu Negara Indonesia juga terletak diantara dua Samudra
yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sebagai Warga Negara yang baik, setiap warga Negara haruslah memiliki wawasan Nusantara yang
cukup. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil hilangnya pulau-pulau dari batas-batas territorial Negara
kita yang dapat memperkecil wilayah kekuasaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI).
2. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan dari Makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas softsill Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas
Gunadarma.
2. Untuk menambah Wawasan Nusantara para pembaca, khususnya mengenai batas-batas wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Untuk meningkatkan rasa persatuan dan patriotisme di hati para pembaca demi menjaga batas-
batas wilayah Nusantara.
3. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Kewilayahan Negara Republik Indonesia.
2. Batas Teritorial Wilayah darat dan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Apa saja kebijakan-kebijakan yang mengatur batas-batas wilayah Indonesia?
4. Negara apa saja yang berbatasan dengan Indonesia?
5. Bagaimanakah kesepakatan perbatasan wilayah Negara Indonesia dengan Negara Tetangga?
6. Pulau-pulau apa saja yang terletak di wilayah perbatasan Indonesia?
1
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Kewilayahan Negara Indonesia
Kewilayahan negara Indonesia terdiri atas daratan dan perairan. Dalam kehidupan bernegara, geografi
merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya
terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan. Wilayah indonesia pada saat merdeka masih
berdasarkan peraturan tentang wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu “Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie 1939” (TZMKO 1939), dimana lebar laut wilayah/teritorial Indonesia adalah
3 mil diukur dari garis air rendah masing-masing pulau Indonesia.
Luas laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua
setengah kali luas daratannya. Menurut situs perbatasan ( dalam www.wilayahperbatasan.com ),
menjelaskan bahwa pembahasan tentang wilayah laut Indonesia, perlu adanya pemahaman terhadap hak dan
kewenangan atas laut sesuai UNCLOS yang dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat kewenangan bagi
negara yang bersangkutan. Secara prinsip dalam kaitannya pengelolaan sumber daya laut dan perikanan,
perlu diperhatikan 3(tiga) jenis laut, meliputi :
a. Wilayah laut dengan kedaulatan penuh bagi Indonesia, meliputi :
1) Perairan pedalaman
Merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara. Pada wilayah ini, Indonesia memiliki
kedaulatan mutlak dan kapal-kapal asing tidak mempunyai hak lewat. Ketetapan perairan
pedalaman telah diatur di UNCLOS 1982, namun hingga saat ini Indonesia belum menetapkan
perairan pedalaman tersebut.
2) Perairan Nusantara
Bagian luar perairan pedalaman adalah perairan kepulauan(nusantara). Wilayah perairan
ini sebagai laut-laut yang terletak diantara pulau-pulau, dibatasi oleh garis-garis pangkal, tanpa
memperhatikan kedalaman dan lebar laut. Kapal-kapal asing dan untuk kepentingan pelayaran
internasional memiliki hak lewat berdasarkan prinsip lintas damai.
3) Laut teritorial
Laut teritorial adalah wilayah perairan diluar perairan nusantara yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal.wilayah laut ini juga memiliki kedaulatan
penuh. Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi
mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik diatas maupun dibawah
permukaan laut. Deklarasi Djuanda kemudian diperkuat dengan mengubahnya menjadi Undang-
Undang No. 4 Prp. 1960.
2
b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang dikandung serta hal-hal tertentu,
meliputi :
1) Zona tambahan
Di luar laut teritorial, terdapat laut dimana Indonesia mempunyai kewenangan-
kewenangan tertentu. Zona tambahan dapat ditetapkan sampai kebatas 12 mil laut diluar laut
teritorial atau 24 mil laut diukur dari garis pangkal. Pada zona ini, Indonesia memiliki hak untuk
dapat malaksanakn kewenangan-kewenangan tertentu dalam mengontrol pelanggaran terhadap
aturan dibidang bea cukai, pengawasan imigrasi dan menjamin pelaksanaan hukum
diwilayahnya. Sampai sekarang zona tambahan belum ditetapkan.
2) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Menurut UNCLOS 1982 ayal 56 ayat 1a, ZEE adalah suatu daerah diluar dan
bedampingan dengan laut teritorial, lebar zona ini tidak lebih dari 200 mil laut dari garis
pangkal. Di ZEE Indonesia memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi
dan pengelolaan sumber daya alam.
Di zona ini Indonesia memiliki hak-hak berdaulat atas kekayaan alam, terutama perikanan
serta memiliki kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengijinkan
penelitian ilmiah kelautan serta pemberian ijin pembangunan pulau-pulau buatan, instalasi dan
bangunan-bangunan laut lainnya. Perlu ditekankan, bahwa dalam zona ZEE Indonesia tidak ada
hak negara lain untuk menangkap ikan, kecuali dengan ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia berdasarkan peraturan tersendiri.
3) Landas Kontinen
Landas kontinen (continental shelf) adalah pada awalnya merupakan istilah geologi,
maksudnya merujuk pada fakta geologis bahwa daratan pantai akan menurun kebawah laut
dengan kemiringan kecil hingga disuatu tempat tertentu menurun sacara terjal kedasar laut.
Kemiringan kecil itulah yang disebut landas kontinen.
Landasan kontinen dibahas pada konvensi Hukum Laut Internasional 1 tahun 1958.
Konvensi menetapkan bahwa pemberian hak-hak berdaulat dan wewenang kepada negara pantai
untuk menguasai kekayaan alam yang terkandung di permukaan dasar laut dan di dalam tanah di
bawahnya dibatasi sampai kedalaman air 200 meter. Konvensi Jenewa tersebut pernah
diratifikasi oleh Indonesia. Ketetapan konvensi di Jenewa, Indonesia mengeluarkan
pengumuman tentang landas kontinen tanggal 17 Februari 1969 dan telah menetapkan UU No.
17 tahun 1973 tentang landas kontinen.
3
Seiring dengan perkembangan teknologi eksploitasi dasar laut, maka penetapan wilayah
Landas Kontinen kedalaman air hingga 200 meter menjadi bahan pembicaraan serius pada
Konferensi Hukum Laut Internasional III 1973-1982. Disamping itu telah pula berkembang
pengertian continental shelf dalam artian geologi dan dalam artian yuridis.
Pada UNCLOS III telah ditetapkan Landas kontinen dengan pengertian yuridis
kewenangan suatu negara pantai atas kekayaan alam meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya
dari daerah dibawah permukaan laut yang terletak diluar laut teritorial, sepanjang kelanjutan
alamiah daratnya hingga pinggiran luar tepian kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut
dari garis pangkal dimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen
tidak mencapai jarak tersebut (pasal 76 ayat 1).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, mengisyaratkan bahwa dalam penetapan
batas landas kontinen, Indonesia memiliki kepentingan menyangkut :
Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang berhadapan yang dilakukan dengan
persetujuan atas dasar hukum internasional.
Batas Landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal.
c. Wilayah laut, dimana indonesia memiliki kepentingan umum tidak memiliki kedaulatan
kewilayahan ataupun kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut, meliputi wilayah perairan
laut bebas atau ZEE dan dasar laut internasional diluar landas kontinen indonesia.
2. Batas Wilayah Negara Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil,
sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan
cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta
terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania. Negara Kesatuan republic
Indonesia juga diapit oleh dua Samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Perbatasan Wilayah
Darat dan Laut Negara Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Batas Darat
Setiap negara berwenang untuk menetapkan batas terluar wilayahnya. Negara
Kesatuan Republik Indonesia berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga. Di darat, Indonesia
berbatasan dengan Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan dengan Timor-Leste. Sedangkan
dilaut, Indonesia berbatasan dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipin,
Palau,Papua Niugini, Ausralia dan Timor-Leste.
2) Batas Laut
Dalam menentukan batas wilayah laut, batas-batas tersebut diatur berdasarkan kesepakatan
atau kebijakan, antara lain adalah :
a. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939” (TZMKO 1939) / Ordonansi
1939
Menurut Ordonansi 1939 ini, wilayah Indonesia terpecah-pecah dengan kebijakan bahwa
laut adalah milik internasional. Laut menjadi pemisah bagi pulau-pulau di Indonesia. Wilayah
Indonesia adalah pulau-pulau serta laut yang berjarak 3 mil sekeliling pulau.
b. Deklarasi Juanda 1959
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu pulau dengan
pulau yang lain menjadi terpisah-pisah, sehingga pada tanggal 13 Desember 1957, pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :
1) Segala perairan disekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan Indonesia.
2) Lalu lintas yang damai diperairan laut pedalaman bagi kapal-kapal yang dijamin
selama dan sekedar tidak bertentangan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia.
3) Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Sebagai negara kepulauan
yang wilayah perairan lautnya lebih luas daripada wilayah daratannya, maka peranan
wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.
c. UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) 1982
Pada keputusan hukum internasional ini ditetapkan batas ZEE wilayah Indonesia, yakni
200 mil. Wilayah ini bukan wilayah teritorial, tetapi Indonesia memiliki kesempatan yang
pertama untuk memanfaatkan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Batas-batas wilayah Indonesia di laut harus mengacu pada UNCLOS (United Nations
Convension on the Law of the Sea). Batas-batas tersebut adalah :
1. Barat : Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa, Benggala dan
Rondo berbatasan dengan Samudera Hindia
2. Timur : Pulau Timor berbatasan dengan Timor Leste, pulau Papua/
Irian berbatasan dengan Papua Nugini
5
3. Selatan : Pulau Dana, Dana (pulau ini tidak sama dengan Pulau Dana yang disebut
pertama kali, terdapat kesamaan nama), Mangudu, Shopialoisa, Barung,
Sekel, Panehen, Nusa Kambangan, Kolepon, Ararkula, Karaweira,
Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batugoyan,
Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, dan
Meatimiarang berbatasan dengan Australia dan Samudera Hindia
4. Utara : Pulaunya perbatasan yang sangat banyak dan berbatasan dengan negara
Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
3) Batas Udara
Batas ruang udara Indonesia diukur dengan menarik garis dari pusat bumi menyinggung
batas wilayah laut Indonesia. Begitu pula dengan batas ruang antariksa Indonesia dan GSO (Geo
Stationery Unit).
3. Perbatasan Indonesia dengan Negara Tetangga
Di kawasan Asia Tenggara, ketidak jelasan batas antar dua negara dialami oleh beberapa negara yang
berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-
negara lain, terlebih lagi mengingat demikian luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki
sepuluh negara tetangga yang berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam,
Papua Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste.
1) Perbatasan Indonesia-Singapura
Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan
langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk
jutaan ton pasir setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup
parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu
oleh akibat penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan
pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat
menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut
menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis
pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian hari.
2) Perbatasan Indonesia-Malaysia
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan Selat
Malaka masih belum disepakati ke dua negara. Ketidakjelasan batas maritim tersebut sering
menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan nelayan Indonesia dengan pihak
Malaysia.
Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas belum tuntas
disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan lain antar kedua negara adalah masalah pelintas
batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan. Forum General Border Committee (GBC) dan
Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), merupakan badan formal bilateral dalam
menyelesaikan masalah perbatasan kedua negara yang dapat dioptimalkan.
3) Perbatasan Indonesia-Filipina
Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan Filipina di
perairan utara dan selatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang harus dicermati. Forum RI-
Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation
(JCBC) yang memiliki agenda sidang secara berkala, dapat dioptimalkan menjembatani
permasalahan perbatasan kedua negara secara bilateral.
4) Perbatasan Indonesia-Australia
Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas kontinen dan batas
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RI-Australia yang ditandatangani pada
tanggal 14 Maret 1997. Penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor
perlu dibicarakan secara trilateral bersama Timor Leste.
5) Perbatasan Indonesia-Papua Nugini
Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim. Meskipun
demikian, ada beberapa kendala kultur yang dapat menyebabkan timbulnya salah pengertian.
Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan,
menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di
kemudian hari.
7
6) Perbatasan Indonesia-Vietnam
Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di
Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas
benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua
belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan
tersebut.
7) Perbatasan Indonesia-India
Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar di India.
Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik-titik koordinat tertentu di kawasan
perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah disepakati oleh kedua negara. Namun
permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh
kedua belah pihak, terutama yang dilakukan para nelayan.
8) Perbatasan Indonesia-Thailand
Ditinjau dari segi geografis, kemungkinan timbulnya masalah perbatasan antara RI dengan
Thailand tidak begitu kompleks, karena jarak antara ujung pulau Sumatera dengan Thailand cukup
jauh, RI-Thailand sudah memiliki perjanjian Landas Kontinen yang terletak di dua titik koordinat
tertentu di kawasan perairan Selat Malaka bagian utara dan Laut Andaman. Penangkapan ikan oleh
nelayan Thailand yang mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah keamanan di
laut. Di samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing merupakan masalah sosio-ekonomi
karena keberadaan masyarakat pantai Indonesia.
9) Perbatasan Indonesia-Republik Palau
Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan ZEE Palau dengan ZEE
Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat hal ini, sering timbul perbedaan pendapat tentang
pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh para nelayan kedua pihak.
10) Perbatasan Indonesia-Timor Leste
Saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih menggunakan
mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara sosial dan budaya dengan masyarakat
Indonesia. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi
perbatasan, dapat menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional, dapat berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste yang masih
berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar potensial menjadi permasalahan
perbatasan di kemudian hari.
4. Pulau-pulau Terluar yang Ada di Indonesia
Indonesia memiliki sangat banyak pulau yang terletak di wilayah perbatasan atau biasa juga disebut
denga pulau terluar. Pulau-pulau tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
No
.
Nama pulau Koordinat titik
terluar
Perairan Wilayah administrasi Negara
terdekat
1. Alor 8° 13′ 50″ LS,
125° 7′ 55″ BT
Selat Ombai Kabupaten Alor, Nusa Tenggara
Timur
Timor Leste
2. Ararkula 5° 35′ 42″ LS,
134° 49′ 5″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku
Tenggara, Maluku
Australia
3. Asutubun 8° 3′ 7″ LS, 131°
18′ 2″BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor Leste
4. Bangkit 1° 2′ 52″ LU,
123° 6′ 45″BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Bolaang
Mongondow, Sulawesi Utara
Filipina
5. Barung 8° 30′ 30″ LS,
113° 17′ 37″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Jember, Jawa Timur Australia
6. Batarkusu 8° 20′ 30″ LS,
130° 49′ 16″ BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor Leste
7. Batek 9° 15′ 30″ LS,
123° 59′ 30″ BT
Laut Sawu Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur
Timor Leste
8. Batu
Bawaikang
4° 44′ 46″ LU,
125° 29′ 24″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Sulawesi Utara
Filipina
9. Batu
Berhanti
1° 11′ 6″ LU, 103°
52′ 57″ BT
Selat
Singapura
Kota Batam, Kepulauan Riau Singapura
10. Batu Goyang 7° 57′ 1″ LS, 134°
11′ 38″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
11. Batu Kecil 5° 53′ 45″ LS,
104° 26′ 26″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Lampung
Barat, Lampung
India
12. Batu Mandi 2° 52′ 10″ LU,
100° 41′ 5″ BT
Selat
Malaka
Kabupaten Bintan, Kepulauan
Riau
Malaysia
13. Benggala 5° 47′ 34″ LU,
94° 58′ 21″ BT
Samudra
Hindia
Kota Sabang, Nanggroe Aceh
Darussalam
India
14. Bepondi 0° 23′ 38″ LS,
135° 16′ 27″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Biak Numfor, Papua Palau
15. Berhala 3° 46′ 38″ LU, 99°
30′ 3″BT
Selat
Malaka
Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara
Malaysia
9
16
.
Bras 0° 55′ 57″ LU,
134° 20′ 30″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Biak Numfor, Papua]] Palau
17
.
Budd 0° 32′ 8″ LU, 130°
43′ 52″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Sorong, Irian Jaya
Barat
Palau
18
.
Damar 2° 44′ 29″ LU,
105° 22′ 46″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau
Malaysia
19
.
Dana
(Ndana)
11° 0′ 36″ LS,
122° 52′ 37″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur
Australia
20
.
Dana 10° 50′ 0″ LS,
121° 16′ 57″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur
Australia
21
.
Deli 7° 1′ 0″ LS, 105°
31′ 25″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Pandeglang, Banten Australia
22
.
Dolangan 1° 22′ 40″ LU,
120° 53′ 4″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi
Tengah
Malaysia
23
.
Enggano 5° 31′ 13″ LS,
102° 16′ 0″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Bengkulu
Utara, Bengkulu
India
24
.
Enu 7° 6′ 14″ LS, 134°
31′ 19″ BT
Laut Arafuru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
25
.
Fani 1° 4′ 28″ LU, 131°
16′ 49″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Sorong, Irian Jaya
Barat
Palau
26
.
Fanildo 0° 56′ 22″ LU,
134° 17′ 44″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Biak Numfor, Papua Palau
27
.
Gosong
Makasar
3° 59′ 25″ LU,
117° 57′ 42″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Timur
Malaysia
28
.
Intata 4° 38′ 38″ LU,
127° 9′ 49″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan Talaud,
Sulawesi Utara
Filipina
29
.
Iyu Kecil 1° 11′ 30″ LU,
103° 21′ 8″ BT
Selat Malaka Kabupaten Karimun, Kepulauan
Riau
Malaysia
30
.
Jiew 0° 43′ 39″ LU,
129° 8′ 30″ BT
Laut
Halmahera
Halmahera, Maluku Utara Palau
31
.
Kakarutan 4° 37′ 36″ LU,
127° 9′ 53″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Kepulauan Talaud,
Sulawesi Utara
Filipina
32
.
Karang 7° 1′ 8″ LS, 134°
41′ 26″BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
10
33
.
Karaweira 6° 0′ 9″ LS,
134° 54′ 26″BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
34
.
Karimun
Kecil
1° 9′ 59″ LU, 103°
23′ 20″ BT
Selat Malaka Kabupaten Karimun,
Kepulauan Riau
Malaysia
35
.
Kawalusu 4° 14′ 6″ LU, 125°
18′ 59″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Sulawesi Utara
Filipina
36
.
Kawio 4° 40′ 16″ LU, 125°
25′ 41″ BT
Laut
Mindanao
Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Sulawesi Utara
Filipina
37
.
Kepala 2° 38′ 42″ LU, 109°
10′ 4″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
38
.
Kisar 8° 6′ 10″ LS, 127°
8′ 36″BT
Selat Wetar Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
39
.
Kolepon 8° 12′ 49″ LS, 137°
41′ 24″ BT
Laut Aru Kabupaten Merauke, Papua Australia
40
.
Kultubai
Selatan
6° 49′ 54″ LS, 134°
47′ 14″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
41
.
Kultubai
Utara
6° 38′ 50″ LS, 134°
50′ 12″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
42
.
Laag 5° 23′ 14″ LS, 137°
43′ 7″ BT
Laut Aru Irian Jaya Timur, Papua Australia
43
.
Larat 7° 14′ 26″ LS, 131°
58′ 49″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Australia
44
.
Leti 8° 14′ 20″ LS, 127°
37′ 50″ BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
45
.
Liki 1° 34′ 26″ LS, 138°
42′ 57″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Sarmi, Papua Papua
Nugini
46
.
Lingian 0° 59′ 55″ LU, 120°
12′ 50″ BT
Selat
Makasar
Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi
Tengah
Malaysia
47
.
Liran 8° 3′ 50″ LS, 125°
44′ 0″BT
Selat Wetar Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
48
.
Makalehi 2° 44′ 15″ LU, 125°
9′ 28″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Sulawesi Utara
Filipina
49
.
Mangkai 3° 5′ 32″ LU, 105°
35′ 0″BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
11
50
.
Mangudu 10° 20′ 8″ LS,
120° 5′ 56″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Sumba
Timur, Nusa Tenggara Timur
Australia
51
.
Manterawu 1° 45′ 47″ LU,
124° 43′ 51″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Bolaang
Mongondow, Sulawesi Utara
Filipina
52
.
Manuk 7° 49′ 11″ LS,
108° 19′ 18″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat
Australia
53
.
Marampit 4° 46′ 18″ LU,
127° 8′ 32″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan Talaud,
Sulawesi Utara
Filipina
54
.
Maratua 2° 15′ 12″ LU,
118° 38′ 41″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur
Malaysia
55
.
Marore 4° 44′ 14″ LU,
125° 28′ 42″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Sulawesi Utara
Filipina
56
.
Marsela 8° 13′ 29″ LS,
129° 49′ 32″ BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
57
.
Meatimiarang 8° 21′ 9″ LS, 128°
30′ 52″ BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
58
.
Mega 4° 1′ 12″ LS, 101°
1′ 49″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Bengkulu Utara,
Bengkulu
India
59
.
Miangas 5° 34′ 2″ LU, 126°
34′ 54″ BT
Laut
Sulawesi
Kabupaten Kepulauan Talaud,
Sulawesi Utara
Filipina
60
.
Miossu 0° 20′ 16″ LS,
132° 9′ 34″ BT
Samudra
Pasifik
Kabupaten Sorong, Irian Jaya
Barat
Palau
61
.
Nipa 1° 9′ 13″ LU,
103° 39′ 11″ BT
Selat
Singapura
Kota Batam, Kepulauan Riau Singapura
62
.
Nongsa 1° 12′ 29″ LU,
104° 4′ 47″ BT
Selat
Singapura
Kota Batam, Kepulauan Riau Singapura
63
.
Nusakambangan 7° 47′ 5″ LS, 109°
2′ 34″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah
Australia
64
.
Panambulai 6° 19′ 26″ LS,
134° 54′ 53″ BT
Laut Aru Kabupaten Maluku Tenggara,
Maluku
Australia
65
.
Panehan 8° 22′ 17″ LS,
111° 30′41″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur
Australia
66
.
Pelampong 1° 7′ 44″ LU, 103°
41′58″ BT
Selat
Singapura
Kota Batam, Kepulauan Riau Singapura
12
67
.
Raya 4° 52′ 33″ LU,
95° 21′ 46″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Aceh Barat,
Nanggroe Aceh Darussalam
India
68
.
Rondo 6° 4′ 30″ LU, 95° 6′
45″BT
Samudra
Hindia
Kota Sabang, Nanggroe Aceh
Darussalam
India
69
.
Rusa 5° 16′ 34″ LU, 95°
12′ 7″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Aceh Besar,
Nanggroe Aceh Darussalam
India
70
.
Salando 1° 20′ 16″ LU, 120°
47′ 31″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi
Tengah
Malaysia
71
.
Salaut Besar 2° 57′ 51″ LU, 95°
23′ 34″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Aceh Utara,
Nanggroe Aceh Darussalam
India
72
.
Sambit 1° 46′ 53″ LU, 119°
2′ 26″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur
Malaysia
73
.
Sebatik 4° 10′ 0″ LU, 117°
54′ 0″BT
Selat Makasar Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur
Malaysia
74
.
Sebetul 4° 42′ 25″ LU, 107°
54′ 20″ BT
Laut China
Selatan
Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau
Vietnam
75
.
Sekatung 4° 47′ 45″ LU, 108°
1′ 19″ BT
Laut China
Selatan
Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau
Vietnam
76
.
Sekel 8° 24′ 24″ LS, 111°
42′ 31″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur
Australia
77
.
Selaru 8° 10′ 17″ LS, 131°
7′ 31″ BT
Laut Timor Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Australia
78
.
Semiun 4° 31′ 9″ LU, 107°
43′ 17″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau
Malaysia
79
.
Sentut 1° 2′ 52″ LU, 104°
49′ 50″ BT
Selat
Singapura
Kabupaten Kepulauan Riau,
Kepulauan Riau
Malaysia
80
.
Senua 4° 0′ 48″ LU, 108°
25′ 4″BT
Laut China
Selatan
Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau
Malaysia
81
.
Sibarubaru 3° 17′ 48″ LS, 100°
19′ 47″ BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat
India
82
.
Simeuleuceut 2° 31′ 47″ LU, 95°
55′ 5″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Aceh Barat,
Nanggroe Aceh Darussalam
India
83
.
Simuk 0° 5′ 33″ LS,
97° 51′ 14″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Nias, Sumatera
Utara
India
13
84
.
Sinyaunyau 1° 51′ 58″ LS, 99°
4′ 34″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat
India
85
.
Sophialouisa 8° 55′ 20″ LS, 116°
0′ 8″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat
Australia
86
.
Subi Kecil 3° 1′ 51″ LU,
108° 54′ 52″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
87
.
Tokong Belayar 3° 27′ 4″ LU, 106°
16′ 8″BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
88
.
Tokong Malang
Biru
2° 18′ 0″ LU, 105°
35′ 47″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
89
.
Tokong Nanas 3° 19′ 52″ LU,
105° 57′ 4″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
90
.
Tokongboro 4° 4′ 1″ LU, 107°
26′ 9″BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau
Malaysia
91
.
Wetar 7° 56′ 50″ LS,
126° 28′ 10″ BT
Laut Banda Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku
Timor
Leste
92
.
Wunga 1° 12′ 47″ LU, 97°
4′ 48″BT
Samudra
Hindia
Kabupaten Nias, Sumatera
Utara
India
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kewilayahan negara Indonesia terdiri atas daratan dan perairan. Dalam kehidupan bernegara, geografi
merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya
terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan. Wilayah indonesia pada saat merdeka masih
berdasarkan peraturan tentang wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu “Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie 1939” (TZMKO 1939), dimana lebar laut wilayah/teritorial Indonesia adalah
3 mil diukur dari garis air rendah masing-masing pulau Indonesia.
Di kawasan Asia Tenggara, ketidak jelasan batas antar dua negara dialami oleh beberapa negara yang
berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-
negara lain, terlebih lagi mengingat demikian luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki
sepuluh negara tetangga yang berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam,
Papua Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste
2. Saran
Untuk menjaga pulau-pulau terluar di Indonesia, sebaiknya pemerintah mengerahkan pasukan
pertahanan yang ketat, sehingga akan memperkecil kemungkinan direbutnya kembali beberapa pulau
tersebut oleh Negara lain. Disamping itu pemerintah juga harus terus memperhatikan pergeseran lempeng
bumi di bagian perbatasan Indonesia, sehingga setiap pergeseran dan pergerakan daratan Indonesia bisa
diketahui dan apabila akibat pergeseran tersebut perbatasan Indonesia memasuki perbatasan wilayah Negara
lain maka bisa segera dinegosiasikan secepatnya.
15
REFERENSI
Anwar, Chairul. Horison Baru Hukum Laut Internasional (Konvensi Hukum Laut 1982). Jakarta : Penerbit Djambatan, 1989.
http://mays-tkj3.blogspot.com/2010/07/batas-batas-wilayah-indonesia.html
http://syamsul-pjkr.blogspot.com/2012/06/makalah-kewilayahan-indonesia.html
http://tulusyuliannty.blogspot.com/2012/06/batas-wilayah-negara-indonesia.html
Irewati, Awani. Masalah Perbatasan Wilayah Laut Indonesia-Malaysia di Laut Sulawesi. Jakarta : Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2006.
Pati Jalal, Dino. The Geopoltics of Indonesia’s Maritime Territorial Policy. Jakarta: CSIS, 1996.
Retraubun, Alex. 12 Pulau- pulau Kecil Terluar Yang Menjadi Perhatian Khusus. Jakarta : Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2007.
http://www.geomatika.its.ac.id/lang/id/archives/774
http://www.setneg.go.id/index.php?Itemid=29&id=3303&option=com_content&task=view
16