STRUKTUR HISTOLOGI SISTEM INDERA
(CAVUM NASI, GLANDULA LAKRIMAL DAN AURIKULA)
1. Cavum Nasi
Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi oseosa. Dari masing-masing dinding lateral, keluar tiga tonjolan
bertulang mirip rak yang dikenal sebagai konka. Di antara konka superior,
media dan inferior hanya konka media dan inferior yang ditutupi oleh epitel
respirasi. Konka superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Celah-celah
sempit yang terjadi akibat adanya konka memudahkan pengkondisian udara
inspirasi dengan menambah luas permukaan epitel respirasi dan dengan
menimbulkan turbelensi aliran udara. Hasilnya adalah bertambahnya kontak
antara aliran udara dan lapisan mukosanya. Didalam lamina propria konka
terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell
bodies). Setiap 20-30 menit, badan pengembang pada satu sisi fosa nasalis
akan penuh terisi darah sehingga mukosa konka membengkak dan
mengurangi aliran udara. Sementara itu, sebagian besar udara diarahkan
lewat fosa nasalis lain. Interval penutupan periodik ini mengurangi aliran
udara sehingga epitel respirasi dapat pulih dari kekeringan.
Selain badan-badan pengembang, rongga hidung memiliki system vascular
yang rumit dan luas. Pembuluh-pembuluh besar membentuk jalinan-jalinan
rapat dekat periosteum, dan dari tempat ini, cabang-cabang pembuluh
meluas ke permukaan. Darah dari belakang mengalir ke depan dengan arah
yang berlawanan dengan aliran udara inspirasi. Akibatnya, udara yang
masuk dihangatkan secara efisien oleh system arus balik.
Perdarahan :
Arteri yang paling penting pada perdarahan cavum nasi adalah
A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale
anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai
pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama – sama arteri.
Persarafan :
1. Anterior cavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus
yaitu N. Etmoidalis anterior
2. Posterior cavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion
pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian
menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
2. Aurikula
Aurikula atau disebut juga pinna, terdiri dari suatu lempeng yang tak
teratur di tulang rawan elastis, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua
sisinya.
Tulang rawan elastis ini pada dasarnya identik dengan tulang rawan
hialin, kecuali banyaknya kandungan serat elastis halus yang membentuk
jalinan, selain serabut kolagen tipe II. Tulang rawan elastic segar memiliki
warna kekuning-kuningan karena adanya elastin dalam serat elastin.
Tulang rawan elastic seringkali ditemukan menyatu dengan tulang
rawan hialin secara berangsur. Seperti tulang rawan hialin, tulang rawan
elastis memiliki perikondrium.
Meatus auditorius eksternus merupakan saluran yang agak gepeng
dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah
membran timpani. Suatu epitel berlapis squamosa yang berlanjut dari kulit,
melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam sumukosa.
Kelenjar seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan
serumen (lilin telinga) campuran lemak dan lilin yang semisolid dan
berwarna kecoklatan. Rambut dan serumen agaknya memiliki fungsi
protektif. Dinding meatus auditorius eksternus ditunjang tulang rawan
elastis di sepertiga bagian luar, sedangkan tulang temporalis menyokong
bagian bagian dalam saluran ini.
Ujung bagian dalam meatus auditorius eksternus ditutupi suatu
membrane lonjong, yaitu membrane timpani. Permukaan luarnya dilapisi
epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid, yang
menyatu dengan lapisan rongga timpani. Diantara kedua lapisan epitel
tersebut terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas serat-serat
kolagen, elastis dan fibroblast. Membran timpani adalah bangunan yang
meneruskan gelombang suara ke tulang-tulang pendengaran di telinga
tengah.
3. Glandula Lakrimal
Glandula Lakrimal ataupun kelenjar air mata Adalah kelenjar
penghasil air mata yang terletak di bagian anterior superior temporal dari
orbita. Kelenjar ini terdiri atas beberapa lobus kelenjar yang terpisah
dengan 6-12 duktus ekskretorius yang menghubungkan kelenjar dengan
forniks superior konjungtiva (forniks : sinus-sinus berlapis konjungtiva
diantara kelopak mata dan bola mata). Kelenjar lakrimal merupakan
kelenjar tubulo alveolar yang umumnya memiliki lumen lebar dan terdiri
atas sel berbentuk kolom berjenis serosa, yang mirip dengan sel asinar
parotis. Sel-sel ini memperlihatkan granul sekresi yang terpulas pucat dan
suatu lamina basal yang memisahkan sel dari jaringan ikat sekitarnya.
Sel mioepitel yang berkembang baik mengelilingi bagian sekresi
kelenjar lakrimal. Sekret kelenjar mengalir ke bawah melalui permukaan
kornea dan konjungtiva bulbi dan palpebra, yang membasahi permukaan
bagian-bagian ini. Secret mengalir kedalam kanalikuli lakrimalis melalui
punktum lakrimal, yang merupakan lubang bulat berdiameter sekitar 0,5
mm pada sisi medial tepian kelopak atas dan bawah. Kanalikuli, yang
berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 8 mm, bergabung membentuk
kanalikulus communis tepat sebelum bermuara kedalam sakus lakrimalis,
dan dilapisi epitel berlapis gepeng tebal. Di vertikulum kanalikulus
communis, yang merupakan bagian dari struktur normal, seringkali rentan
terhadap infeksi.
Kelenjar lakrimal menyekresi cairan yang kaya akan lisosom, yaitu suatu
enzim yang menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertentu, yang
memudahkan penghancurannya.