5/22/2018 Makalah Energi
1/10
PENDAHULUAN
Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) cenderung semakin meningkat dalam kurun waktu
lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral/ESDM (2011), konsumsi BBM mencapai 61.730 ribu kilo liter (+388.241 Ribu
Setara Barel Minyak). Sementara itu, cadangan minyak bumi semakin menurun dan di tahun
2010 tinggal 7,76 milyar barel. Oleh karena itu, pencarian dan pengembangan energi baru
dan energi terbarukan menjadi agenda utama bidang energi di Indonesia untuk mencapai
kedaulatan energi. Pengembangan dan pemanfaatan biofuel menjadi salah satu upaya yang
dilakukan. Kebijakan Energi Nasional ditetapkan pemerintah dengan salah satu sasarannya
adalah menetapkan penggunaan biofuel menjadi lebih dari 5% terhadap konsumsi energi
nasional pada tahun 2025 atau ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter.
Dengan makin tipisnya cadangan BBM fosil yang ada dalam perut bumi Indonesia, yang
menurut data Automotive Diesel Oil diperkirakan akan habis dalam waktu 10-15 tahun yang
akan datang, maka akan makin besar pula impor BBM, dan makin besar pula beban APBN
dan perekonomian nasional. Untuk meringankan beban tersebut, pemerintah berupaya keras
mencari sumber-sumber BBM alternatif yang dapat diperbaharui atau disebut biofuel
sebagai pengganti sumberdaya energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Sumber biofuel
adalah tanaman pertanian, utamanya : kelapa sawit dan jarak pagar yang menghasilkan
biodiesel sebagai pengganti solar; dan ubikayu dan tebu yang menghasilkan bioetanol sebagai
pengganti premium. Sumber-sumber energi alternatif tersebut sebenarnya sudah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia, walaupun belum pada taraf komersial. Teknologi
yang digunakan juga tidak terlalu rumit yaitu trans-esterifikasi atau
esterifikasitransesterifikasi (estrans) untuk biodiesel dan fermentasi untuk bioetanol.
Menurut Blue Print Energi Nasional, pada tahun 2025 peranan energi yang dapat
diperbaharui akan meningkat menjadi 4,4% dengan porsi biofuel sebesar 1,335% yang setara
dengan 4,7 juta KL. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang baru bagi sektor pertanian,
yaitu tidak hanya memproduksi bahan makanan dan serat-seratan (food and fiber farming)
saja, tetapi juga memproduksi energi (energy farming).
Pengembangan biofuel sudah merupakan tekad bulat dan keputusan pemerintah yang
mendapat legitimasi politik kuat dan akan menjadi sebuah gerakan nasional. Hal ini terbukti
5/22/2018 Makalah Energi
2/10
dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional dan Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. Dalam Inpres
tersebut ada 13 Menteri, semua Gubernur dan Bupati/Walikota yang mendapat instruksi
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan mandatnya masing-masing. Dalam hal ini, Menteri
Pertanian diberi tanggungjawab sebagaimana tertuang pada pasal 3, yaitu: (1) Mendorong
penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya;
(2) Melakukan penyuluhan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati; (3)
Memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati; dan (4)
Mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku
bahan bakar nabati.
Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut diperlukan sumberdaya alam (terutama
lahan) dan sumberdaya finansial (publik dan swasta) cukup besar, namun kegiatan produksi
biofuel belum pernah dilakukan pada skala komersial. Oleh karena itu, prospek
pengembangan biofuel seyogyanya tidak hanya dijustifikasikan dari aspek teknis saja, tetapi
juga dari aspek sosial-ekonomi. Berkaitan dengan itu, diperlukan sebuah kajian aspek sosial-
ekonomi yang hasilnya akan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
penyusunan perencanaan yang lebih matang sehingga program pengembangan industri
biofuel berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki.
Prospek pemanfaatan biofuel, baik dalam bentuk Bio-diesel sebagai bahan bakar pengganti
ataupun campuran minyak solar atau Automobile Diesel Oil (ADO), maupun dalam bentuk
Bio-ethanol sebagai bahan bakar pengganti ataupun campuran bensin atau premium pada
sektor transportasi ditentukan berdasarkan hasil Model MARKAL (Market Allocation), yaitu
suatu model optimasi penggunaan energi berdasarkan biaya terendah. Sumber energi
terbarukan biofuels diperkirakan akan menarik secara ekonomi pada harga minyak mentah
tinggi, yaitu 60 $/barrel. Sebagai tantangan adanya kebutuhan biofuel pada harga minyak
mentah tinggi tersebut, antisipasi penyiapan lahan untuk media tumbuh bahan baku biofuel
seperti kelapa sawit untuk bahan baku Bio-diesel, dan ubi kayu untuk bahan baku ethanol
perlu dilakukan, sehingga pemanfaatan biomasa sebagai sumber energi alternatif pengganti
minyak dapat lebih optimal, efisien, dan berdaya guna.
5/22/2018 Makalah Energi
3/10
DASAR TEORI
1. Biodiesel.Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh
dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan
alkohol. Karena bahan bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan,
biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui. Pada dasarnya semua
minyak nabati atau lemak hewan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan bahan baku
alternatif yang dapat dikembangkan secara luas sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel berasal minyak sawit, minyak jelantah, minyak jarak, dan minyak kedelai.
Biodiesel memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari pada solar dan dapat
digunakan pada motor diesel tanpa modifikasi sedikitpun. Biodiesel dianggap tidak
menyumbang pemanasan global sebanyak bahan bakar fosil. Mesin diesel yang
beroperasi dengan menggunakan biodiesel menghasilkan emisi karbon monoksida,
5/22/2018 Makalah Energi
4/10
hidrokarbon yang tidak terbakar, partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah
dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.
2. Bioethanol.Bioethanol atau ethanol dapat dibuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati
seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu, dan tetes. Ubi kayu, ubi jalar, dan jagung
merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk
dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol. Bioethanol dapat
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, baik sebagai bahan bakar tunggal
(hanya ethanol) maupun sebagai campuran bensin atau premium. Ethanol dikenal pula
sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena bersih dari emisi bahan
pencemar.Bioethanol dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, karena
bersih dari emisi bahan pencemar. Selain itu, bioethanol merupakan salah satu jenis
biofuel yang telah dan terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Perpres No. 5 tahun
2006 tentang kebijakan energi nasional, Inpres No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan
dan pemanfaatan biofuel, Kepres No. 10 tahun 2006 tentang tim nasional
pengembangan bahan bakar nabati untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan
pengangguran, dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 tahun
2008 tentang penyediaan, pemanfaatan dan tata niaga bahan bakar nabati sebagai
bahan bakar lain, merupakan upaya pemerintah dalam mendukung pengembangan
energi alternatif khususnya biofuel.
Bioethanol dibuat dari biomasa yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu : (i) bahan bergula (sugary materials) seperti tebu, molasses dan gula bit;
(ii) bahan berpati (starchy materials) seperti jagung, ubi kayu, sorghum manis dan
kentang; (iii) bahan berlignoselulosa (lignocellulosic materials) seperti limbah
pertanian dan kayu (Kozaric dkk., 1987). Penggunaan bahan berlignoselulosa sebagai
bahan baku bioethanol dikembangkan untuk menghindari konflik kepentingan antara
kebutuhan pangan dan kebutuhan energi.
5/22/2018 Makalah Energi
5/10
HASIL
1. Biodiesel.Biodiesel dapat dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi khususnya dibidang
perindustrian dengan memiliki berbagai macam kelebihan seperti :
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi
yang signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Hasil percobaan membuktikan bahwa jarak tempuh 15.000.000 mil, biodiesel
memberikan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama dengan
minyak diesel konvensional.
4. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak
menyebabkan pemanasan global. Analisa siklus kehidupan memperlihatkan
bahwa emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan
dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.
Pada kasus harga minyak tinggi ($60/barrel), Bio-diesel sebagai sumber energi
alternatif pengganti atau campuran minyak solar (ADO) diperkirakan akan layak secara
ekonomis untuk dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pada sektor
transportasi mulai tahun 2017 dengan jumlah kebutuhan sekitar 10 PJ yang setara
dengan 0,25 juta ton atau sekitar 0,22 juta kiloliter Bio-diesel. Potensi pemanfaatan
Bio-diesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti ataupun campuran minyak solar
dapat dijabarkan sebagai pangsa pemanfaatan Bio-diesel terhadap penggunaan minyak
solar pada sektor transportasi. Peluang pemanfaatan Bio-diesel terhadap penggunaan
minyak solar atau ADO (Automotive Diesel Oil) pada sektor transportasi dimulai dari
tahun 2017 sampai 2025 meningkat terus dari 2 persen hingga mencapai 57 persen dari
total penggunaan minyak solar pada sektor tersebut. Pangsa penggunaan Bio-diesel
tersebut setara dengan 0,50 persen menjadi hampir 10 persen dari total kebutuhan
energi pada sektor transportasi tahun 2017 sampai dengan 2025. Berdasarkan
perbedaan kondisi sosial, ekonomi, dan potensi wilayah dalam penyediaan bahan baku
5/22/2018 Makalah Energi
6/10
CPO dari kelapa sawit, setiap wilayah mempunyai kelayakan ekonomi yang berbeda
dalam pemanfaatan Bio-diesel. Kalimantan diperkirakan merupakan wilayah pertama
sebagai lokasi pemanfaatan Bio-diesel pada tahun 2017 tersebut, disusul oleh Papua
atau Irian Jaya yang mulai menggunakan Bio-diesel pada tahun 2022 sekitar 14 PJ yang
setara dengan 0,35 juta ton atau 0,31 juta kiloliter Bio-diesel. Pada tahun 2025,
kebutuhan Biodiesel di Indonesia diperkirakan akan mencapai total lebih 281 PJ yang
setara dengan 7 juta ton atau 6 juta kiloliter Bio-diesel. Sebagian besar dari Bio-diesel
di Indonesia pada tahun 2025 tersebut dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan Bio-
diesel di Papua, yaitu lebih dari 163 PJ yang setara dengan 4,13 juta ton atau 3,59 juta
kiloliter Bio-diesel, sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan Biodiesel di
Kalimantan. Besarnya kebutuhan Bio-diesel di Kalimantan dan Papua tersebut
diperkirakan karena besarnya potensi pengembangan lahan sebagai media tumbuh
bahan baku kelapa sawit di kedua wilayah tersebut.
2. Bioethanol.Kenaikan harga minyak mentah, selain akan meningkatkan keekonomian Bio-
diesel juga meningkatkan keekonomian ethanol (Bio-ethanol) sebagai sumber bahan
bakar alternatif untuk sektor transportasi. Bahkan Bio-ethanol diperkirakan akan layak
secara ekonomi lebih awal lagi sebagai pengganti atau campuran premium atau gasolin,
yaitu pada tahun 2013 dengan perkiraan kebutuhan sekitar 10 PJ yang meningkat menjadi
15,60 PJ pada tahun 2014, dan 59,55 PJ pada tahun 2015, serta sekitar 613 PJ pada tahun
2025. Jumlah kebutuhan ethanol pada tahun-tahun 2013, 2014, 2015, dan 2025 tersebut
setara secara Prospek Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak
berturut-turut dengan 0,48 juta KL (kiloliter), 0,74 juta KL, 2,83 juta KL, dan 29,18 juta
KL ethanol.
Meningkatnya keekonomian ethanol pada tingkat harga minyak yang lebih tinggi
tersebut, disebabkan oleh semakin kecilnya selisih antara biaya produksi ethanol dengan
biaya produksi bahan bakar minyak. Sementara itu potensi Bio-ethanol sebagai bahan
bakar pengganti premium ditunjukkan dengan kenaikan pangsa kebutuhan Bio-ethanol
terhadap kebutuhan premium pada sektor transportasi dalam waktu sekitar 20 tahun
mendatang. Pada harga minyak mentah $60/barrel tersebut, ethanol (Bioethanol)
diperkirakan mempunyai potensi yang sangat besar dalam menggantikan premium untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar pada sektor transportasi. Oleh karena itu kebutuhan
premium yang dapat dipenuhi oleh Bioethanol atau pangsa penggunaan ethanol terhadap
5/22/2018 Makalah Energi
7/10
penggunaan premium diperkirakan akan meningkat dari 1,65 persen pada tahun 2013,
2,52 persen pada tahun 2014, 10 persen pada tahun 2015 hingga mencapai 41,52 persen
pada tahun 2019. Bahkan pada tahun 2020, potensi pemanfaatan Bio-ethanol terhadap
premium tersebut atau pangsa Bio-ethanol tersebut mencapai lebih dari 71 persen, dan
pada tahun 2025 mencapai sekitar 90 persen.
3. Kebijakan dan dukungan Pemerintah untuk Bioenergi.Meskipun pengembangan bioenergi telah disepakati untuk dicapai namun ada
beberapa masalah yang harus diperhatikan mengenai hal tersebut yaitu :
1. Berapa harga jual yang layak untuk bahan baku bioenergi (kelapa sawit,kedelai, tanaman jarak, tebu, ubi kayu, dll) sehingga petani atau pemilik
kebun bersedia menjadi produsen bahan baku dan pengusaha bioenergi
bersedia membeli bahan baku bioenergi.
2. Berapa biaya produksi per liter bioenergi sehingga para pengusaha bisa dapatmenjual hasil produksinya dengan nilai yang wajar dan untuk skala rumah
tangga dapat mengusahakan pembuatan bioenergi untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangganya.
3. Bagaimana kondisi pasar bioenergi akan terbentuk dan siapa yang akanmembeli produk tersebut, serta bagaimana standarisasi, pengawasan mutu dan
sistem pemasarannya.
4. Bagaimana jika harga BBM menurun karena menurunnya harga minyakmentah dunia sebagai akibat dari pulihnya kondisi sosial, ekonomi dan politik
di negara-negara penghasil minyak bumi utama (Irak, Iran, Meksiko, AS, dll).
Terhadap masalah-masalah diatas maka setidaknya pemerintah perlu
menjamin hal-hal sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu menetapkan harga beli bahan baku bioenergi sehinggapetani, produsen bahan baku dan pengusaha bioenergi tidak perlu
khawatir terhadap turun naiknya harga bahan baku.
2. Pemerintah perlu menetapkan harga jual bioenergi berdasarkan biayaproduksi yang dikeluarkan oleh pengusaha boenergi. Sehingga pengusaha
tidak khawatir akan kerugian yang disebabkan oleh rendahnya nilai jual,
dan masyarakat juga tidak perlu cemas akan tingginya harga jual
bioenergi oleh pengusaha-pengusaha nakal.
5/22/2018 Makalah Energi
8/10
3. Pemerintah harus bisa menciptakan kondisi pasar yang dapat mendukungpenggunaan bioenergi. Seperti kebijakan penggunaan kompor berbahan
baku bioenergi, bahan bakar kendaraan dari campuran bioenergi ataupun
murni bioenergi, bahan bakar industri menggunakan bionergi, pembangkit
listrik dari bioenergi, dll.
4. Pemerintah harus mampu membuat kebijakan pembatasan pemakaianenergi dari bahan bakar fosil, dan cenderung membuka lebar kesempatan
pengembangan bioenergi.
Diluar hal diatas, pemerintah misalnya perlu menyiapkan dukungan fiskal (baik
dalam bentuk subsidi maupun insentif perpajakan lainnya untuk mendukung
pengembangan industri biofuel. Regulasi industri juga perlu dirancang agar
industri terkait (otomotif, misalnya) terdorong untuk merancang produk
industrinya agar berbasis biofuel. Regulasi perdagangan juga perlu dirancang agar
terdapat kemudahan bagi industri biofuel untuk mengembangkan instalasinya dan
perlindungan proteksi yang memadai. Perbankan kurang berperan dalam
pembiayaan untuk sektor pertanian. Kondisi ini disebabkan risiko usaha (seperti
gagal panen, kepastian harga, dan daya serap pasar) di sektor pertanian sangat
tinggi. Sementara itu, lembaga penjaminan kredit (LPK) kurang terlibat menjamin
kredit perbankan oleh petani. Kondisi ini disebabkan karena ketentuan BI belum
memasukan penjaminan oleh LPK dalam perhitungan asset tertimbang menurut
risiko (ATMR). Terkait dengan ini, perlu insentif dari BI agar memasukan
penjaminan oleh LPK sebagai unsur yang dapat dikurangkan dalam perhitungan
ATMR.
5/22/2018 Makalah Energi
9/10
5/22/2018 Makalah Energi
10/10
DAFTAR PUSTAKA
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
Kozaric, N., Farkas, A., Salim, H., and Mayer, O. (1987). Ethanol. In Ullmanns
Encyclopedia of Industrial Chemistry. Vol. A.9. Tokyo : VCH. 615-630.
Kusdiana, D. 2011. Aspek Keberlanjutan Bioenergi. Makalah disampaikan pada Seminar dan
Eksibisi Indo-Bioenergy 2011 tanggal 24 Mei 2011 di Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
Untuk Pengembangan Sumber Energi Alternatif Pengganti BBM.
Stevens, C and Verhe,R.G., 2004, Renewable Bioresources, John Wiley and Sons, WestSussex