Penerapan Arsitektur Hijau di
Daerah Perkotaan
Disusun oleh :
Anastasia Maria Delfiera (3213100039)
Viranita Julianti (3213100052)
Dea Ervinda Fitrah P (3213100067)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Penerapan Arsitektur Hijau
di
Daerah Perkotaan
Disusun oleh :
Anastasia Maria Delfiera (3213100039)
Viranita Julianti (3213100052)
Dea Ervinda Fitrah P (3213100067)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
iii
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan alhamdulillah dan segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
selesainya Makalah Penerapan Arsitektur Hijau untuk Daerah Perkotaan ini. Tanpa ridha dan kasih
sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil Makalah ini dapat dirampungkan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Makalah ini. Penulis menulis ini berdasarkan
sumber-sumber dan referensi yang penulis dapatkan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Penulis
berharap nantinya Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberi telaah bagi siapapun yang
membacanya.
Dibalik kesempurnaan, pasti ada kelemahan. Begitupun pepatah mengatakan “tiada gading
yang tak retak”. Penulis menyadari Makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Karnanya penulis juga mengharap saran dan kritik, khususnya dari para pembaca tentang
Makalah ini.
Surabaya, 3 Maret 2014
Penulis
iiiii
Abstraksi
kata kunci : arsitektur hijau
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Saat ini, bumi sedang dilanda global warming yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem. Hal ini harus segera diantisipasi oleh umat manusia dikarenakan dapat berdampak serius. Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep Green architecture. Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. Manusia yang sehat berawal dari lingkungan yang sehat. Disini arsitektur hijau berperan penting untuk mengatasi masalah polusi yang timbul di daerah perkotaan sebagai pusat padatnya penduduk.
Saat ini pembangunan semakin digalakkan di daerah perkotaan. Hal ini tak lain adalah karena meledaknya jumlah penduduk di wilayah perkotaan. Banyak orang yang berpindah ke kota besar untuk mengadu nasib atau untuk mencari pekerjaan yang layak. Tapi pembangunan saat ini seringkali tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya sehingga memunculkan banyak masalah baru. Penerapan arsitektur hijau juga dinilai sangat minim. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui manfaat dari arsitektur hijau dan bagaimana penerapannya. Oleh karena itu dalam Makalah ini akan dibahas secara mendalam tentang apa itu arsitektur dan arsitektur hijau, pentingnya arsitektur hijau untuk daerah perkotaan dan juga penerapannya.
iviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
ABSTRAKSI ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................. 21.3 Tujuan ................................................................................... 21.4 Manfaat ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Arsitektur ............................................................ 53.2 Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru .................................. 53.3 Pentingnya Arsitektur Hijau Untuk Daerah Perkotaan........... 63.4 Penerapan Arsitektur Hijau di Perkotaan...............................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12
viv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya suatu kota menyebabkan meningkatnya arus urbanisasi yang antara
lain menimbulkan permasalahan akan perumahan dan permukiman. Masalah pengadaan
perumahan dan permukiman bagi masyarakat diselesaikan melalui beberapa program oleh
pemerintah secara formal. Namun karena permintaan akan perumahan dan permukiman
tersebut belum dapat terpenuhi secara formal, maka masyarakat membangun secara individu
baik secara legal maupun ilegal. Urbanisasi secara besar-besaran terjadi di sebagian besar
kota-kota besar di dunia karena tidak ada keseimbangan pembangunan antara desa dan kota.
Daya dukung kota-kota semakin lemah dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota dan polusi
udara, pencemaran air serta tanah semakin menjadi. Pemenuhan kebutuhan warga untuk bisa
hidup sehat, nyaman dan sejahtera, menjadi persoalan yang perlu dicari solusinya oleh semua
pihak.
Perumahan dan permukiman merupakan bagian dari kehidupan komunitas dan
keseluruhan lingkungan sosial. Hunian dalam arti harfiah dapat diidentikkan dengan rumah,
sebagai benda mati. Atau dalam konteks ini, hunian dimaksudkan sebagai istilah ‘vernacular
architecture’, yaitu merupakan hasil karya perwujudan kesepakatan seluruh lapisan
masyarakat, bukan hasil karya seseorang saja dan merupakan bagian dari aktivitas kehidupan
manusia yang menghuninya. Akan selalu terjadi hubungan timbal balik antara penghuni dan
huniannya yang tidak lepas dari konsep hubungan manusia dengan lingkungannya.
Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan
arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam
sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim
mengonsumsi sumber daya alam serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,
yang merupakan langkah untuk merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan.
Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian arsitektur?
2. Apa pengertian arsitektur hijau?
3. Apa pentingnya arsitektur hijau untuk daerah perkotaan?
4. Bagaimana penerapanan arsitektur hijau di daerah perkotaan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian arsitektur.
2. Untuk mengetahui pengertian arsitektur hijau.
3. Untuk mengetahui pentingnya arsitektur hijau untuk daerah perkotaan.
4. Untuk mengetahui penerapan arsitektur hijau di perkotaan
1.4 Manfaat
1. Mengetahui lebih jelas tentang arsitektur
2. Mengetahui lebih jelas tentang arsitektur hijau
3. Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya arsitektur hijau untuk daerah perkotaan
4. Mengetahui macam-macam penerapan arsitektur hijau di perkotaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon. Arche berarti: yang asli, yang
utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh,
stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika
bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli
bangunan yang utama.
Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli
karya) atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir,
kaisar-kaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki
profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-
bangunan istana dan gedung-gedung negara.
Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan,
penasehat bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman,
pemahat). Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa
Jawa Kuna, Vasthuvidya atau Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu
kebijaksanaan; wastu = bangunan).
Green architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi
dan sumber daya alam secara efisien. Konsep arsitektur ini pada dasarnya lebih bertanggung
jawab terhadap lingkungan sekitar, penggunaan bahan daur ulang dan juga ramah
lingkungan. Green architecture diharapkan akan digunakan di masa kini dan masa yang akan
datang, demi kelangsungan hidup yang lebih baik, di bawah ini beberapa prinsip dari Green
architecture :
1. Hemat energi, Pengoperasian bangunan meminimalkan penggunaan bahan
bakar dan energi listrik.
2. Memperhatikan kondisi iklim, mendesain bangunan harus disesuaikan dengan
kondisi iklim setempat.
3. Meminimalkan pemakaian sumber daya baru, seperti menggunakan bahan
daur ulang atau penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi
ekosistem dan sumber daya alam.
3
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut, bangunan yang akan dibuat nantinya tidak merusak alam
sekitarnya sehingga pada saat bangunan tersebut sudah tidak digunakan,
lingkungan sekitar akan tetap tampak aslinya
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan, dalam merancang bangunan harus
memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua
kebutuhannya.
6. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip Green architecture secara keseluruhan,
ketentuan di atas tidak baku dan kita dapat menyesuaikannya dengan
kebutuhan.
Green architecture (arsitektur hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para
arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain
digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi alam. Penggunaan
material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga
penggunaan material dapat dihemat. Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable
(berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan
dengan performa sangat baik).
A. Sustainable ( Berkelanjutan ).
Yang berarti bangunan Green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring
zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya
perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep Green
architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan, artinya bukan
hanya desain tetapi juga dalam implementasinya dalam penggunaan bahan atau
material untuk bangunan.
C. High performance building.
Bangunan yang disebut green arsitektur juga harus memiliki sifat ini, artinya
memanfaatkan tenaga alam dengan didukung teknologi tinggi .
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Arsitektur
Kalau kita melihat sekilas, hampir semua ciri yang ada dalam bangunan merupakan
ciri arsitektur. Dalam hal fungsi bangunan dan arsitektur memiliki persamaan, yakni untuk
mewadahi manusia dengan segala aktifitas serta peralatannya. Dalam segi bentuk dan ukuran
sama-sama memiliki dimensi yang besar yang cukup untuk melingkupi kegiatan manusia
dalam tiga dimensi sehingga manusia dan peralatannya dapat diwadahi oleh bangunan atau
juga arsitektur. Pada bentukan dan sistem struktur yang digunakan juga merupakan hal yang
sama, dan arsitektur memang bangunan yang diberi nilai dan estetika.
Perbedaan antara bangunan dan arsitektur terletak pada estetikanya, karena perbedaan
estetika itu berbeda pula nilai dan tampilannya. Bila bangunan hanya dinilai dari segi fisik
yaitu bahan yang digunakan (kekuatan, keawetan, ketahanan) dan fungsinya, pada arsitektur
tidak hanya itu, arsitektur juga dinilai seni dan keindahannya. Jadi bila pada bangunan, dalam
posisi dan fungsi yang sama, semakin besar dan semakin kokoh bangunan itu maka harganya
akan semakin mahal. Namun pada arsitektur, dapat juga yang lebih kecil walau fungsinya
sama mempunyai harga yang lebih mahal karena nilai seni dan keindahannya tinggi. Dengan
demikian dalam berarsitektur efisiensi itu sangat diperlukan juga penggunaan teknologi yang
mutakhir, untuk mendapat nilai dan seni yang lebih tinggi. Karena harga dari arsitektur tidak
hanya dari kegunaan dan kapasitasnya, namun juga dari tampilan dan nilai-nilai
kearsitekturalnya, yang tidak dimiliki oleh bangunan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa arsitektur
adalah bangunan yang perencanaannya memperhatikan unsur estetika.
3.2 Pengertian Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang
terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi
arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan
kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan
lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding
bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat.
5
Tujuan utama dari Green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur
ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga
dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian
bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur
hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini
sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green
building).
3.3 Pentingnya Arsitektur Hijau untuk daerah perkotaan
Perubahan iklim yang terjadi pada dua dekade belakangan ini akan menjadi masa
perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak pasti. Hal ini tentunya
menjadi kekhawatiran bagi umat manusia akan timbulnya bencana alam yang datang secara
tiba-tiba.
Apalagi, dunia saat ini sedang dihadapkan pada permasalahan degradasi kondisi
lingkungan seperti pencemaran air, udara dan tanah tidak terelakkan lagi seiring
perkembangan pembangunan di seluruh dunia, terutama di perkotaan. Urbanisasi secara
besar-besaran terjadi di sebagian besar kota-kota besar di dunia karena tidak ada
keseimbangan pembangunan antara desa dan kota. Daya dukung kota-kota semakin lemah
dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota dan polusi udara dan pencemaran air serta tanah
semakin menjadi.
Pemenuhan kebutuhan warga untuk bisa hidup sehat, nyaman dan sejahtera, menjadi
persoalan yang perlu dicari solusinya oleh semua pihak. Seiring jalannya pembangunan,
dalam upaya memberikan kenyamanan dan lingkungan sehat bagi warga kota, Konsep
"Green City" dan "Eco City" (kota hijau berwawasan lingkungan) dapat menjadi solusi.
Kota hijau yang dimaksud di sini adalah pengefektifan dan pengefisiensian sumber
daya air dan energi, pengurangan limbah, penerapkan sistem transportasi terpadu, adanya
jaminan kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan,
yang berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).
6
3.4 Penerapan Arsitektur Hijau di perkotaan
Penerapan arsitektur hijau didasari oleh prinsip-prinsip arsitektur hijau, yaitu :
1. Conserving Energy (hemat energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan
dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan
waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya
adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi
dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya
dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain
bangunan agar hemat energi, antara lain:
Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan
menghemat energi listrik.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal
sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan
di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan
sinar matahari yang maksimal.
Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain
itu juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai
tingkat terang tertentu.
Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
7
2. Working with Climate (memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan Green architecture bangunan beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara:
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan
udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberdaan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut :
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti
bentuk tapak yang ada.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain
bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan Green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Kebutuhan akan Green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang
didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada
dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan
dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
8
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas
menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip Green architecture pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu
secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu,
sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan Green architecture yang ada secara
keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Contoh bangunan yang menggunakan konsep arsitektur hijau :
Gambar 1 Sekolah Berkonsep Green Building.
Berdiri diatas sebidang tanah dengan luas 2300 m2 . Sekolah ini didirikan
dengan sebuah konsep Green architecture. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan
pengaturan sirkulasinya. Sekolah ini banyak mengambil ruang terbuka untuk
mengambil sirkulasi udara alami dan memanfaatkan kaca – kaca sebagai pencahayaan
alami melaui sinar matahari.
9
Gambar 2 EDITT Tower yang Berkonsep Green Building
Singapura juga akan memiliki bangunan yang indah dan tinggi dengan
perusahaan EDITT Tower (Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan
dibangun dengan dukungan finansial dari National University. Desain menara ini
terdiri dari 26 lantai dengan panel fotovoltaik. Bangunan pencakar langit akan
menggunakan vegetasi organik untuk membungkus bangunan yang juga berfungsi
sebagai insulator dinding hidup. Proyek ini diambil oleh T.R. Hamzah & Yeang dan
dirancang untuk mengumpulkan air hujan, baik untuk irigasi tanaman dan
kebutuhannya.
10
BAB IV
KESIMPULAN
Green architecture merupakan sebuah konsep merancang dengan memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan yang sudah ada, sehingga keberadaan bangunan tersebut tidak merugikan lingkungannya. Green architecture adalah pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah bangunan.
Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep Green architecture. Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau (Green architecture) yang berkelanjutan, di antaranya lanskap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan.
Wilayah perkotaan merupakan tempat yang paling utama untuk diterapkannya arsitektur hijau dikarenakan wilayah perkotaan tempat yang padat penduduk dan pusat aktivitas masyarakat. Hal ini menyebabkan wilayah perkotaan memiliki polusi yang sudah tidak dapat ditoleril lagi, oleh karena itu penerapan arsitektur hijau di daerah perkotaan merupakan salah satu solusi yang paling tepat untuk mengurangi dampak dari polusi.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.e-bookspdf.org. Diakses pada 1 Maret 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_hijau. Diakses pada 1 Maret 2014
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/453/jbptunikompp-gdl-asrialdnim-22635-8-unikom_a-a.pdf. Diakses pada 1 Maret 2014
http://www.imagebali.net. Diakses pada 1 Maret 2014
http://ebookbrowsee.net. Diakses pada 1 Maret 2014
http://rahmatsinjai.blogspot.com/2014/02/makalah-hubungan-arsitektur-dan.html. Diakses pada 2 Maret 2014
http://gospoth.blogspot.com/. Diakses pada 2 Maret 2014
http://www.yahomey.com/2013/08/perbedaan-karya-arsitektur-dengan.html. Diakses pada 2 Maret 2014
http://hardi91.wordpress.com/2010/04/08/172/. Diakses pada 9 Maret 2014
http://barisankatakata.blogspot.com/2012/10/green-achitecture_18.html. Diakses pada 9 Maret 2014
12