MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
DAN BUDAYA BACA SISWA
Makalah tidak dipublikasikan dan didokumentasikan
di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang
Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.
UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2007
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
1
MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS DAN BUDAYA BACA SISWA
Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.1
Abstraks. Majalah dinding memiliki peran yang cukup tinggi dalam upaya pembinaan dan pembentukan siswa, baik dalam aspek pengetahuan, kemampuan/keterampilan, bakat dan minat maupun sikap. Majalah dinding memiliki sejumlah fungsi, yaitu : (1) informatif, (2) komunikatif (3) rekreatif, (4) kreatif . Garis besar majalah dinding meliputi : (1) rubrik tajuk rencana atau editorial, (2) rubrik pemberitaan, (3) rubrik karya ilmiah atau featurue, (4) rubrik kreatif sastra, dan (5) rubrik umum Majalah dinding memiliki manfaat, yaitu (1) sebagai media komunikasi (2) sebagai media kreativitas (3) sebagai media untuk meningkatkan keterampilan menulis (4) sebagai media untuk membangun kebiasaan membaca (5) sebagai pengisi waktu (6) sebagai media untuk melatih kecerdasan berpikir (7) sebagai media untuk melatih berorganisasi.
Kata kunci : Majalah dinding, menulis dan membaca
PENDAHULUAN
Menulis merupakan kegiatan yang hampir tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
sehari-hari. Terutama bagi mereka yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai tenaga
administrasi, dosen, guru, mahasiswa, siswa dan lain-lain. Damono (dalam Warastutik,
1990:6) menyatakan bahwa “ seseorang yang ingin memiliki keterampilan mengarang
mau tidak mau harus rajin mencari contoh yang baik. Dengan kata lain ia harus rajin
membaca “. Dari pernyatan tersebut jelas bahwa kemampuan menulis dapat dipupuk dari
rajin membaca dan salah satu media bacaan sekaligus media untuk menuangkan karya-
karya siswa adalah majalah dinding.
Kegiatan menulis memerlukan banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-
sungguh dan juga menuntut keterampilan yang tidak dimiliki semua orang. Bahkan di
kalangan guru-guru masih banyak yang mengalami kesulitan menulis dengan benar.
Dalam kenyataannya masih sedikit sekali siswa yang dapat membuat karya tulis, baik
yang digunakan dalam lingkungan sekolah sendiri maupun untuk lingkungan luar sekolah
(lomba). Jika saat ini siswa tidak banyak menghasilkan karya tulis, tidak berarti mereka
1 Penulis adalah Pustakawan Madya Pada UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
2
tidak memiliki potensi untuk menulis. Pada dasarnya banyak siswa yang memiliki
potensi untuk menulis, hanya saja potensinya belum terasah karena tidak ada upaya untuk
meningkatkan keterampilan mereka dan tidak ada media sebagai tempat untuk
menyalurkan ide, gagasan dan kreativitasnya.
Dengan kondisi yang demikian perlu ada upaya untuk meningkatkan kemampuan
menulis bagi siswa dan sekaligus membangun budaya baca dan salah satu cara adalah
dengan menerbitkan majalah dinding sebagai alat bantu pengajaran dan pembinaan yang
diharapkan dapat merangsang kreativitas siswa.
Majalah dinding merupakan salah satu wujud keterampilan menulis. Menurut
Supriyanto (dalam Saliwangi, 1992:2) majalah dinding sangat mungkin diselenggarakan
karena merupakan salah satu bentuk majalah sekolah yang sederhana dengan biaya yang
murah sehingga lebih mungkin dilaksanakan di mana saja . Dalam hal ini majalah
dinding bukanlah hal yang baru dan asing dalam dunia persekolahan. Kehadirannya di
sekolah bukan saja disikapi sebagai pelengkap fasilitas semata, tetapi juga telah menjadi
kebutuhan dalam merekayasa siswa, baik yang berkaitan dengan program kurikulum
kurikuler maupun kokurikuler (Widodo, 1992:1). Majalah dinding memiliki peran yang
cukup tinggi dalam upaya pembinaan dan pembentukan siswa, baik dalam aspek
pengetahuan, kemampuan/keterampilan, bakat dan minat maupun sikap. Peranan majalah
dinding yang tampak pokok sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan
faktual serta memiliki sejumlah fungsi, yaitu : (1) informatif, (2) komunikatif (3)
rekreatif, (4) kreatif (Widodo, 1992:1)
Dalam praktiknya terdapat banyak bukti bahwa majalah dinding dapat menjadi
sarana berlatih untuk membina kreativitas menulis dan modal penanaman gemar
membaca. Oleh karena itu dengan adanya majalah dinding diharapkan para siswa
memiliki minat untuk memanfaatkan berbagai bahan pustaka yang ada di perpustakaan
sekolah sebagai bahan rujukan dalam membuat karya tulis dan sekaligus untuk memupuk
kegemaran dan kebiasaan membaca.
PEMBAHASAN
Majalah Dinding sebagai Media Massa di Sekolah
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
3
Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading merupakan satu jenis
media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena
prinsip majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya
dipampang pada dinding atau yang sejenisnya (Nursito, 1999:1)
Membahas majalah dinding tidak akan lepas dari pembahasan tentang media massa
secara umum. Hal ini karena majalah dinding di sekolah merupakan salah satu bagian
dari sejumlah media massa yang ada (Harsiati, 1992:1)
Dari aspek historis, majalah dinding merupakan cikal bakal adanya sejumlah media
massa yang dikenal dewasa ini. Majalah dinding digunakan sebagai media informasi
sejak jaman Romawi Kuno. Ahli sejarah Suetonius mengatakan bahwa pada tahun 59
sdebelum Masehi, Yulius Caesar telah memerintahkan kepada bawahannya agar di
Forum Romanum (stadion Romawi) di pasang papan pengumuman atau acta diurna
Pengertian majalah mengacu pada rentang penerbitan berkala. Sementara majalah
dinding sendiri umumnya memang diterbitkan secara berkala. Misalnya mingguan, dwi
mingguan, bulanan. Hal ini karena adanya kendala-kendala manajerial dan keterbatasan
sumber daya.
Majalah dinding pada hakekatnya merupakan miniatur sebuah koran dari segi
perwajahan dan isinya. Satu rentang perwajahan majalah dinding harus mencerminkan
sosok halaman muka sebuah koran ditambah dengan berbagai isi atau rubrik yang
ditampilkan dan dikehendaki. Oleh karena wajah halaman mukah merupakan kemasan
dari keseluruhan koran, maka pembuatan halaman muka harus memiliki kriteria tertentu.
Antara lain menarik, otonom, karkateristik, dan menggungah minat pembaca. Hal ini
perlu diperhatikan karena pada umumnya sebelum melihat pada isi, orang lebih suka
melihat kemasannya terlebih dahulu. Untuk mencapai perwajahan tersebut, maka
setidaknya unsur-unsur balansi visual dan verbal, balansi proporsional, dan nuansa
pewarnaan harus diperhatikan. Disamping itu, ketepatan tata letak merupakan sendi yang
tidak boleh diremehkan. Dengan demikian jika majalah dinding yang telah selesai dibuat
itu sudah siap dipasang, akan menjadi enak dinikmati dan merangsang untuk diikuti
sajiannya (Rifa’i, 1992).
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
4
Bahan yang disajikan dalam majalah dinding dapat berwujud tulisan, gambar, atau
kombinasi dari keduanya. Materi majalah dinding disusun secara variatif dan harmonis
sehingga secara keseluruhan perwajahan majalah dinding tampak menarik dalam bentuk
kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang,
karikatur, cerita bergambar, puisi, cerpen dan lain-lain.
Majalah dinding merupakan ragam pers khusus yang dipakai di lingkungan sekolah.
Isi yang disajikan tidak berbeda jauh dengan isi majalah sekolah yang lain. Garis besar
majalah dinding menurut Widayati (1996) meliputi : (1) rubrik tajuk rencana atau
editorial, (2) rubrik pemberitaan, (3) rubrik karya ilmiah atau featurue, (4) rubrik kreatif
sastra, dan (5) rubrik umum
Tajuk rencana atau editorial dalam pers umum merupakan pendapat redaksi
terhadap suatu persoalan yang aktual di masyarakat. Konsep dasar sebuah penerbitan
tercermin pada editorialnya. Penulis tajuk rencana pada surat kabar atau majalah
biasanya terdiri dari staf khusus yang telah ditunjuk oleh pemimpin redaksinya. Pada
majalah sekolah termasuk majalah dinding, tajuk rencana sebaiknya ditulis oleh guru atau
tim guru yang ditunjuk (Harsiati, 1992:2)
Ditinjau dari isinya tajuk rencana diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu : (a) tajuk
interpretasi, (2) tajuk kritik, (3) tajuk persuasi, dan (4) tajuk pujian.
Tajuk interpretasi adalah tajuk rencana yang memaparkan suatu pendapat tentang sesuatu
problema yang muncul. Pendapat di sini merupakan pendapat yang mewakili media yang
bersangkutan. Tujuannya adalah untuk menyajikan pendapat redaksi untuk memperoleh
opini publik/membentuk opini tertentu di lingkungan masyarakat pembacanya.
Tajuk kritik merupakan tajuk rencana yang menyajikan suatu kritik untuk membangun,
disampaikan oleh redaksi pers terhadap keganjilan di masyarakatnya. Tujuan penyajian
tajuk kritik agar terjadi perubahan-perubahan di masyarakat oleh lembaga yang
berwenang demi kepentingan umum.
Tajuk persuasif adalah tajuk rencana yang mengajak masyarakat pembaca untuk
melakukan perbuatan tertentu demi kepentingan umum. Misalnya isi tajuk tentang
pentingnya kedisiplinan dalam proses belajar.
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
5
Tajuk pujian adalah tajuk yang disajikan untuk membangkitkan sikap kebersamaan demi
sesuatu tujuan tertentu. Tajuk ini juga ditujukan kepada seseorang yang berprestasi di
bidang profesinya atau sekelompok orang yang berhasil meraih ssuatu prestasi tertentu.
Rubrik pemberitaan berkaitan dengan berita-berita yang terjadi di sekolah. Ruang
lingkup pemberitaan meliputi bidang olahraga, kesenian, pramuka, PMR, laporan
darmawisata, kegiatan perpustakaan, ujian dan sebagainya.
Berita-berita yang ditulis disajikan secara singkat dan menarik perhatian, apalagi jika
berisi berita kegiatan-kegiatan umum yang akan dilaksanakan. Misalnya pelaksanan
Unas, Ujian Semester, Jadwal peringatan HUT Sekolah dan sebagainya
Rubrik artikel atau feature. Artikel dalam dunia jurnalistik mempunyai ruang
lingkup yang luas. Ditinjau dari pokok masalah dan kegunaannya, artikel dapat
diklasifikasikan menjadi : (1) artikel ilmiah populer, (2) artikel penuntun praktis yang
berisi petunjuk praktis untuk melakukan sesuatu, (3) artikel olahraga yang memuat
analisis keolahragaan, (4) artikel budaya yang berisi seluk beluk kebudayaan atau
kesenian baik secara umum maupun secara khusus, (5) artikel politik yang berisi analisis
politik baik di dalam maupun di luar negeri.
Feature atau karangan khas yang menarik perhatian pembaca yang dilengkapi data dan
dirakit dengan pengetahuan penulisnya dengan tujuan membimbing atau memberi
masukan secara luas. Beberapa bentuk feature diantaranya : (a) sketsa humor yang
berkaitan dengan kejadian sehari-hari, (b) Sketsa kehidupan orang/tokoh penting yang
menarik, (c) Sketsa pribadi tokoh khusus yang berkaitan dengan berita-berita aktual
waktu itu, (d) dokumen biografi/autobiografi kemanusiaan yang disorot secara obyektif,
(e) feature historis, kisah mengenai orang atau kejadian-kejadian yang menonjol dan
bernilai dalam sejarah dan mempunyai pengaruh menarik bagi pembacanya pada masa
sekarang, (f) feature perjalanan/sketsa perjalanan berisi kisah perjalan atau pengalaman
seseorang dalam suatu perjalanan, (g) feature interpretasi yang berisi analisis informatif
dengan latar belakangnya dalam soal seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam
kehidupan sehari-hari (Harsiati, 1992:4-5)
Rubrik kreatif sastra, berisi berbagai karya kreatif sastra yang meliputi puisi, cerpen,
esai dan drama.
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
6
Rubrik umum, berisi tulisan-tulisan tentang humor, anekdot, TTS atau surat pembaca.
Dalam rangka mengembangkan minat baca siswa, guru dapat menugaskan murid-
muridnya mengutip humor-humor yang ada dalam majalah kemudian menempelkan di
majalah dinding atau bisa siswa disuruh membuat sendiri,.
Bentuk fisik majalah dinding biasanya berwujud triplek, partikel, karton maupun
bentuk lain dengan ukuran yang bervariasi misalnya yang tergolong relatif besar adalah
120 cm X 240 cm
Widodo (1992:2) menyatakan bahwa majalah dinding memiliki manfaat, yaitu : (1)
peningkatan minat baca; (2) pengembangan cakrawala pengetahuan, (3) sumber acuan
informasi keilmuan; (4) pengisi waktu luang dan penyalur serta penampung bakat, minat,
dan hobi; (5) dokumentasi dan (6) media pengajaran.
Sedang menurut Nursisto (1999:2-8) majalah dinding yang ada di sekolah memberikan
beberapa manfaat, yaitu :
1. Sebagai media komunikasi
Majalah dinding yang dipasang di sekolah merupakan media komunikasi yang
termurah untuk menciptakan komunikasi antar warga sekolah. Melalui majalah
dinding setiap warga sekolah dapat menuangkan gagasan dan idenya melalui berbagai
macam ragam tulisan sehingga dapat dibaca oleh warga sekolah yang lain.
Pemasangan majalah dinding merupakan komunikasi yang praktis mengingat bahan
dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan kondisi
atau keperluan yang aktual. Bila tema atau isu yang berkembang masalah lingkungan
hidup, sangat mungkin majalah dinding yang ada di sekolah akan lebih banyak
didominasi oleh tulisan, gambar, puisi, cerpen dan lain-lain yang berisi tentang
lingkungan hidup.
Dengan adanya majalah dinding, bermacam informasi dapat disebarkan secara
mudah ke seluruh wilayah sekolah tersebut dan akan banyak hal yang semula tidak
diketahui akhirnya menjadi perbendaharaan pengetahuan, baik yang bersifat praktis
maupun yang perlu perenungan
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
7
2. Sebagai media kreativitas
Siswa sebagai anak muda tidak pernah sepi dan kaya dengan kreativitas, termasuk
aktivitas ekpresi tulis. Melalui karya tulis pada majalah dinding dapat memberikan
manfaat ganda, yaitu (a) dari sisi penulis, majalah dinding merupakan tempat untuk
mencurahkan berbagai macam ide, beragam gagasan,pikiran,daya cipta bahkan
fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan media untuk
menuangkannya. Oleh sebab itu majalah dinding merupakan wadah kreativitas bagi
siswa karena didukung oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang
murah, (b) dari sisi pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan dengan
keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai pikiran lain yang
tidak dapat disalurkannya sendiri . Dengan membaca tulisan-tulisan teman atau orang
lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Majalah dinding
dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan oleh orang
lain dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu,
berkeinginan,berkomentar, berolok-olok, mengkritik serta masih banyak lagi yang
lain.
3. Sebagai media untuk meningkatkan keterampilan menulis
Melalui majalah dinding, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
melatih diri dalam membuat tulisan. Kebiasaan dan keterampilan menulis tidak terjadi
dalam seketika atau secara otomatis, melainkan terjadi melalui proses pembelajaran
dan latihan. Siswa yang memiliki kebiasaan dan keterampilan menulis, cenderung
memiliki wawasan dan cara berpikir yang sistematis, kritis dan analitis.
4. Sebagai media untuk membangun kebiasaan membaca
Jika majalah dinding dikemas dengan baik , akan dapat menarik perhatian siswa
untuk melihat dan membacanya sehingga majalah dinding dapat dipakai sebagai satu
media untuk meningkatkan kebiasaan membaca. Jika hal tersebut terjadi, maka
majalah dinding tidak akan pernah sepi dari siswa-siswa yang akan membacanya dan
terbuka peluang bagi siswa tidak hanya sekedar untuk membaca, namun dapat
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
8
menimbulkan insipirasi bagi siswa untuk menuangkan gagasan, ide dan kreativitasnya
dalam majalah dinding. Dengan demikian siswa tidak hanya sebagai pembaca tetapi
juga sebagai penulis.
5. Sebagai pengisi waktu
Majalah dinding dapat dimanfaatkan sebagai satu sarana oleh siswa untuk
mengisi waktu luangnya, di saat ada jam-jam kosong atau pada saat istirahat dan
selesai mengikuti semua pelajaran.
Waktu-waktu luang dapat dimanfatkan oleh siswa dengan membaca berbagai macam
tulisan yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasannya.
6. Sebagai media untuk melatih kecerdasan berpikir
Majalah dinding dapat membangkitkan gairah siswa untuk mencari bacaan lain
lewat “ umpan “ yang disajikan dalam majalah dinding. Sangat mungkin sajian-sajian
majalah dinding itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan
menjadikan majalah dinding berperan sebagai perangsang bagi siswa untuk mencari
bahan bacaan lain yang lebih lengkap.
Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan siswa dalam berbagai bidang.
Semakin banyak membaca, pengetahuan siswa akan bertambah dan secara tidak
langsung akan menjadi pendorong bertambahnya kecerdasan siswa. Dengan demikian
majalah dinding berperan sebagai “ terminal awal “ yang dapat menjembatani
lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir dan terbentuknya kecerdasan.
7. Sebagai media untuk melatih berorganisasi
Penyelenggaraan majalah dinding jelas merupakan kerja tim yang membutuhkan
proses perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Oleh sebab itu diperlukan
suatu keterampilan untuk berorganisasi sebagai satu wadah untuk mencapai tujuan.
Penyelenggaraan majalah dinding merupakan perwujudan kerja tim atau kerja
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
9
kelompok yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan,
kedisiplinan diri dan kesungguhan bekerja.
Ada tiga faktor pendukung dalam menyelenggarakan majalah dinding, yaitu penulis,
ilustrator dan dokumentator. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lain
dalam melahirkan majalah dinding yang berkualitas. Penulis sebagai sumber utama
lahirnya majalah dinding mempunyai kontribusi terbesar dalam penyelenggaraan majalah
dinding, hal ini mengingat bagian terbesar isi majalah dinding berupa tulisan. Selanjutnya
agar perwajahan majalah dinding menarik dan tidak kaku perlu diberi ilustrasi berbagai
bentuk hiasan atau pemanis. Melalui penampilan aneka variasi, baik warna maupun
bentuk gambar, garis atau yang lain, beragam ilustrasi yang pengaturannya diselang-
seling akan membuat majalah dinding mempunyai daya tarik. Di sinilah letak pentingnya
seorang ilustrator untuk menjadikan majalah dinding agar terlihat menarik bagi
pembacanya. Sedangkan seorang dokumentator mempunyai peranan untuk
mendokumentasikan, yaitu menyimpan dan mengamankan semua naskah yang pernah
dimuat dalam majalah dinding. Naskah-naskah tersebut diklasifikasikan berdasarkan
penggolongan naskah, misalnya opini, cerpen, puisi, rubrik khusus (agama, wanita,
pengetahuan dan lain-lain), vinyet, kata hikmat/mutiara, teka teki silang dan lain-lain)
Sedangkan bahasa yang digunakan dalam majalah dinding memiliki ciri-ciri khusus,
yaitu singkat , padat, jelas dan komunikatif. Singkat berarti menghindari pemilihan
bentuk kata yang kurang ringkas. Padat berarti menggunakan jumlah kata sesedikit
mungkin, tetapi dapat menjangkau makna yang selengkap-lengkapnya. Sedang jelas,
mengandung makna tidak membingungkan, dan komunikatif mengandung unsur yang
mudah dipahami.
Oleh sebab itu dalam majalah dinding, pemilihan kata menjadi unsur penentunya.
Setiap kata yang dipilih harus dipertimbangkan demi daya dukung ketentuan tadi. Agar
kalimat tidak terlalu panjang, apabila ada beberapa kata yang kurang lebih bermakna
sama atau bersinonim, maka harus dipilih yang paling pendek. Bila ada frase dan kata
tertentu artinya sama, maka harus dipilih kata dari frase tersebut.
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
10
Meskipun bahasa majalah dinding bersifat ringkas, tidak berarti harus menggunakan
singkatan-singkatan atau akronim-akronim sebagai pengganti kata yang sebenarnya. Bila
singkatan dan akronim itu harus digunakan, sebaiknya dipilih singkatan atau akronim
yang sudah bersifat umum dan frekuensi pemakainnya tinggi.
Menurut Nursisto (1999) ada beberapa teknik penyajian tulisan dalam majalah
dinding yang lazim dipakai adalah : (1) Spot News, yaitu pengungkapan sesuatu secara
lugas. Apabila akan menuliskan kejadian atau berita tentang sesuatu, pengungkapan
secara spot news adalah dengan langsung mengungkapkan inti permasalahan seperti apa
adanya. Berkaitan dengan cara pengungkapan semacam itu, ada kebiasaan yang dapat
dilakukan sebagai pemandu arah dalam melakukan penulisan langsung, yaitu tentang
sesuatu yang selanjutnya dikenal dengan hukum ” 5W + 1 H ”, yaitu What (apa), Who
(Siapa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), dan How (bagaimana); (2)
Feature, yaitu prngungkapan sebuah peristiwa yang diusahakan berdaya tarik indah dan
mampu memikat pembaca. Meskipun tujuannya sama, yaitu mengungkapkan suatu hal,
tetapi gaya penyampaiannya tampak lebih menonjolkan unsur keindahan. Akibatnya, di
dalam feature terkandung unsur yang sedikit menyerupai bentuk karya sastra. Disamping
isinya yang bersumber pada fakta dapat terungkapkan dengan jelas, feature juga
menampilkan satu unsur lain yang bergaya menghibur, enak diikuti dan tidak terlalu lugu.
(3) Reportage, adalah jenis tulisan yang tujuan utamanya menyampaikan informasi
dengan mempertimbangkan rasa keingintahuan pembaca berdasarkan data dan faktor
pendukung yang lengkap. Untuk menggali data tersebut seorang reporter harus
melakukan observasi, interview dan riset. Dalam sebuah reportase, penulis akan berusaha
menarik minat pembaca secara maksimal.
Organisasi pengelola majalah dinding secara sederhana terdiri dari :
1. Kepala Sekolah : Penanggung jawab
2. Pembina : Guru yang ditunjuk
3. Redaksi : Beberapa siswa, dibantu dengan bagian-bagian, yaitu :
a. Bagian Dokumentasi
b. Bagian Reportase
c. Bagian Editing (Penyunting)
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
11
d. Bagian Produksi
Majalah dinding sebagai media peningkatan kemampuan menulis dan budaya baca
siswa
Majalah dinding dapat memberikan inspirasi bagi para siswa untuk dapat
menuangkan gagasan, ide dan kreativitasnya dalam bentuk tulisan. Melalui majalah
dinding , siswa dapat mengembangkan potensi menulisnya sehingga menjadi semakin
baik dan berkualitas. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu adanya dorongan dari guru
untuk terus memotivasi para siswa agar terus mengembangkan potensinya dalam hal
menulis dan bila perlu dengan memberi tugas-tugas terstruktur
Tulisan atau karangan (komposisi tulis) sebagaimana yang dinyatakan Taksonomi
Bloom (dalam Ahmadi , 1988:22) dapat dimasukkkan dalam kategori sintesis, yaitu
sebagai upaya menyampaikan gagasan, ide dan perasaan. Kemampuan menulis siswa
dalam arti yang lebih luas bukan sekedar menulis atau merangkaikan kata-kata menjadi
kalimat yang tidak memiliki makna, melainkan di dalamnya harus tercermin berbagai
gagasan yang runtut untuk disampaikan kepada orang lain. Selain gagasan yang runtut,
karangan yang baik harus sistematis dan menarik
Senada dengan pendapat di atas, Caraka (1983:7) menjelaskan bahwa mengarang
berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik
yang mengena pada pembaca. Di sisi lain, Mc Mahan dan Day memberikan penjelasan
tentang ciri-ciri tulisan yang baik meliputi : (1) jujur, bahwa karangan itu benar-benar
merupakan gagasan dari penulisnya, (3) bahasanya jelas, artinya tidak membingungkan
pembacanya, (3) uraiannya singkat, sehingga tidak memboroskan waktu pembacanya,
dan (4) panjang pendeknya kalimat bervariasi (Tarigan, 1984:7)
Tulisan merupakan suatu bentuk berpikir yang ditujukan kepada pembaca dan
karena suatu kejadian, hal atau alasan yang khusus pula. Tugas yang paling penting bagi
seorang siswa adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir yang akan
membantunya dalam mencapai tujuan penulisannya. Segi-segi yang paling penting dari
prinsip-prinsip atau asas-asas menulis itu adalah penemuan, pengaturan, dan gaya
(Angelo dalam Ahmadi, 1990:154).
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
12
Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas produktif, aktivitas
menghasilkan bahasa. Dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas
mengemukakan gagasan melalui media bahasa tulis. Kedua aktivitas tersebut dalam
pengajaran menulis di sekolah seharusnya mendapat porsi yang sama. Artinya , walaupun
tugas menulis diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa siswa , penilaian
yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan berbahasa dalam kaitannya
dengan konteks dan isi. Jelasnya, penilaian yang diinginkan adalah tentang kemampuan
siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat.
Untuk maksud tersebut, tugas yang sesuai adalah tugas menulis esai, artinya berupa tes
esai (Nurgiantoro, 1988:273-279)
Hardjono (1988:86) menyatakan bahwa kemampuan menulis yang dapat
dikembangkan adalah kemampuan reproduktif, reseptif-komunikatif, dan produktif.
Kegiatan yang dilakukan dalam kemampuan reproduktif ialah menyalin teks dari buku-
buku atau yang ditulis di papan tulis. Dalam mengembangkan kemampuan reseptif-
produktif, teks diberikan kepada siswa diminta untuk mereproduksi atau menceritakan
kembali teks tersebut secara keseluruhan atau hanya intinya saja, sedangkan dalam
mengembangkan kemampuan produktif siswa harus menulis secara bebas berdasarkan
tema yang diberikan dengan pertolongan beberapa kunci.
Tes kemampuan menulis yang paling sering diberikan kepada siswa adalah dengan
menyediakan tema atau sejumlah tema bahkan ada kalanya sudah berupa judul yang
harus dipilih satu diantaranya, jika yang disediakan berupa tema, siswa diberi kebebasan
untuk memberi judul karangannya sepanjang mencerminkan tema yang dimaksud. Jenis
karangan yang dimaksud/ditulis dapat berupa fiksi, cerita ataupun non fiksi. Penyediaan
tema yang lebih dari sebuah, kiranya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih tema yang menarik atau yang dikuasai masalahnya (Nurgiantoro, 1988:278).
Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif
dan selintas. Jadi penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh
dari membaca karangan secara selintas. Penilaian yang demikian jika dilakukan oleh
orang yang ahli dan berpengalaman memang dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi,
keahlian itu belum tentu dimiliki semua orang.
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
13
Penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan akan tetapi agar redaksi majalah
dinding dapat menilai secara lebih obyektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih
terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian
hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan
pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau katagori-katagori
tertentu. Perincian karangan ke dalam aspek-aspek atau katagori-katagori tersebut antara
karangan yang satu dengan karangan yang lain dapat berbeda, tergantung jenis karangan
itu sendiri. Walaupun pengkatagorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok
hendaknya meliputi : (1) kualitas dan ruang lingkup isi; (2) organisasi dan penyajian isi;
(3) gaya dan bentuk bahasa; (4) mekanik : tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan,
dan kebersihan serta (5) respon afektif guru terhadap karya tulis.
Penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah dilakukan secara spontan sebagaimana
bertutur, tetapi harus mempertimbangkan kaidah penulisan yang benar. Sehubungan
dengan pernyataan ini, Syafi’ie (dalam Suyitno, 1987:42) menjelaskan bahwa menulis
merupakan kegiatan merangkaikan kalimat yang sedemikian rupa supaya pesan yang
terkandung bisa disampaikan dengan baik. Untuk itu setiap kalimat yang disusun sesuai
dengan kaidah-kaidah gramatika, sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam
taraf signification maupun dalam taraf value. Menulis juga merupakan kegiatan kompleks
dengan melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam
bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, yaitu : (1) kesatuan
gagasan, (2) kejelasan susunan kalimat, (3) ketepatan penyusunan paragraf, dan (4)
ketepatan teknik penulisan (Hastuti, 1982:1).
Dengan demikian, menulis bertujuan menyampaikan maksud, pesan, ataupun gagasan
kepada orang lain dengan menggunakan tulisan. Menulis sangat memerlukan latihan,
pengalaman, waktu, kesempatan, serta pengajaran langsung menjadi seorang penulis.
Oleh sebab itu sekolah perlu mengadakan diklat tentang teknik menulis bagi siswa untuk
meiningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam membuat karya tulis.
Untuk lebih menggairahkan siswa dalam membuat tulisan pada majalah dinding, ada
baiknya bila di sekolah diselenggarakan lomba mengarang atau menulis dengan tema-
tema yang aktual dan bersifat edukatif. Naskah-naskah dari siswa yang masuk nominasi
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
14
dan memenuhi persyaratan penulisan dapat dimuat di majalah dinding secara berkala.
Pemuatan naskah tersebut disamping untuk mendapatkan naskah yang berkualitas juga
dapat memberikan kebanggaan bagi siswa dan menjadi alat motivasi untuk lebih
produktif dalam menghasilkan karya tulis pada masa mendatang serta dapat
menimbulkan hasrat ingin tahu dari siswa lain untuk membacanya.
Melalui membaca pada majalah dinding secara berkala diharapkan pula timbul kebiasaan
dan budaya membaca di kalangan siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, redaksi
majalah dinding harus terus meningkatkan kualitas tulisan dan mengadakan penelitian
terhadap kebutuhan siswa sehingga apa yang disajikan dalam majalah dinding sesuai
dengan apa yang dibutuhkan siswa.
PENUTUP
Untuk meningkatkan kegairahan siswa dalam menulis pada majalah dinding, diperlukan
proses pembelajaran dan latihan-latihan. Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan
pengetahuan dan keterampilan siswa untuk menulis semakin meningkat yang pada
akahirnya diharapkan dapat menghasilkan karya tulis yang berkualitas.
Disamping itu majalah dinding harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian
siswa. Dengan penampilan yang menarik, majalah dinding diharapkan juga mampu
mendorong siswa untuk membacanya pada waktu-watu luang. Oleh sebab itu penerbitan
majalah dinding perlu mendapatkan dukungan sarana dan prasarana, dana dan yang lebih
penting keterlibatan semua warga sekolah untuk menjadikan majalah dinding sebagai
sarana meningkatkan cakrawala pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin. 1984. Keterampilan Menulis. Malang : UT UPBJJ
Caraka, Cipta Loka. 1983. Teknik Mengarang. Yogyakarta : Yayasan Kanisius
Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta :
Dirjen Dikti PPLPTK Depdikbud.
Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011
15
Harsiati, Titik. 1992. Tata Letak Majalah Dinding. Makalah disajikan dalam Diklat
Pembuatan Majalah Dinsing bagi Para Guru di SD di Kecamatan Sumbefmanjing
Wetan Kabupaten Malang. Malang : LPM IKIP MALANG
Hastuti. 1982. Tulis Menulis. Yogyakarta : Penerbit Lukman
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran bahasa dan Sastra. Yogyakarta :
BPFE
Nursisto. 1999. Membina Majalah Dinding.Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Rifai, Muhammad. 1992. Teknik Membuat dan Menerbitkan Majalah Dinding. Makalah
disampaikan dalam Kegiatan PKMTD HMP IKIP MALANG, Himpunan
Mahasiswa Penulis, 17,18-25,25 Oktober 1992.
Saliwangi, Basenang.1992. Diktat Pembuatan Majalah Dinding Sebagai Upaya
Peningkatan Minat Baca Siswa di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Malang. Malang : LPM IKIP MALANG
Suyitno, Imam. 1987. Hubungan antara kebiasaan Berbahasa dengan Kemampuan
Menulis Siswa Kelas II SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 1985/1986. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang : JPBSI FPBS IKIP MALANG
Syafi’I, Imam, Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Menulis Mahasiswa Tiga
IKIP di Jawa. Malang FPS IKIP MALANG
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung
: Angkasa
Warastutik, Enik. 1990. Pengaruh Minat Baca terhadap Kemampuan Menulis Siswa
Kelas II SMPN 4 Malang Tahun Ajaran 1989/1990. Skripsi tidak dipublikasikan.
Malang : JPBSI FPBS IKIP MALANG
Widayati, Rini. 1996. Penegaruh Kualitas Majalah Dinding terhadap Kemampuan
Menulis Siswa Kelas I SMUN Kepanjen Tahun Pelajaran 1995/1996. Malang :
JPBSI FPBS IKIP MALANG
Widodo, HS. 1992. Majalah Dinding sebagai Pembinaan Kreativitas Siswa. Makalah
disajikan dalam Diklat Pembuatan Majalah Dinsing bagi Para Guru di SD di
Kecamatan Sumbefmanjing Wetan Kabupaten Malang. Malang : LPM IKIP
MALANG
Top Related