PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Definisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfotik dan imunisasi tubuh, tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelejar linier diikut splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra model yaitu diluar sistem limfotik dan imunitas antara lain pada fraktus digestivus, paru, kulit dan organ yang lain-lainnya. (dr. Gani. W. Tambunan, 1991).
B. Patofisiologi
C. Etiologi
Di negara maju limfoma marupakan tumor yang relatif jarang dibanding dengan di Indonesia. Penyebab belum diketahui para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya limfoma disebabkan pengaruh rangsangan imonologik persistem yang menimbulkan perdiferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungannya dengan virus TB terutama birkif. Apabila salah satu anggota keluarga menderita limfoma non hodgin ataupun limfoma hodgin. Maka resiko anggota lain terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang termasuk keluarga itu. Pada orang hidup berkelompok insiden limfoma cenderung lebih banyak.
D. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi limfoma ada 2 macam limfoma menurut histopatologinya: 1) Histopatologi LH
2) Histopatologi LNH
1. Histopatologi LH (Limfoma Hodgin)
Berbeda dengan LNH, klasifikasi histopatologi LH merupakan Klasifikasi tunggal yang diterima secara universal sesuai dengan klasifikasi Rye.
2. Histopatologi LNH (Limfoma Non Hodgin
Berbeda dengan LH yang hanya mempunyai satu jenis klasifikasi histopatogi (Rye), pada LNH terdapat klasifikasi histopatologi yang bervariasi.
E. Gejala Klinis
Keluhan utama penderita limfoma adalah pembesaran kelenjar getah bening, gejala sistemik demam, keringat, berat badan menurun, dan pruritus. Distribusi limfa denojati terbanyak pada leher, aksila, dan papostal medistinal dan inguinal. Bahkan neoplasma ini dapat tumbuh ekstra nodal seperti LNH kulit, gastro intestinal dan paru.
F. Penatalaksanaan
1. Limfoma Hodgin
Pengobatan pada limfoma hodgin adalah radiasi dan kemoterapi.
Radiasi
Pengobatan bertujuan kuratif dan berlaku pada semua stadium. Pada radiasi dilakukan stadium I dan II.
Kemoterapi
Terapi yang digunakan LH pada stadium III dan IV
2. Limfoma Non Hodgin
Pengobatan LNH berbeda dengan LH. Tumor pada dasarnya sama yaitu radiasi dan kemoterapi maupun kombinasi radiasi dan sitostatika, tergantung pada stadium penyakit serta derajat keganasan.
Derajat keganasan rendah dan stadium I, cukup dengan radiasi.
Derajat keganasan menengah dan stadium I dan II: radiasi di daerah KGB yang terjangkit ditambah daerah regional yang berhubungan langsung.
Derajat keganasan menengah, stadium III dan IV: pengobatan utama dengan sitostatika berganda.
Derajat keganasan tinggi, sitostatika ganda.
Pemeriksaan stadium merupakan salah satu pola penting dalam menyfemen LH dan LNH bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi dari satu sentrum pengobatan ke sentrum pengobatan lain. Klasifikasi menurut Arm Abborr yang disepakati tahun 1971.
STADIUM LIMFOMA MENURUT ANN ABBORR
Stadium Interpretasi
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IVTerserang satu KGb pada daerah tertentu (1) atau ekstra limfatik )IE).
Terserang lebih dari satu KGB didaerah diatas diafragma (II) atau terserang ekstra limfatik dan lebih dari satu KGB diatas diafragma (II E)).
Terserang KGB diatas dan dibawah diafragma (III) atau disertai limfoma pada ekstra limfatik (II E), spleen (III S) atau keduanya (III SE).
Tumor tersebar menyeluruh pada organ ekstralimfatik dengan atau tanpa terlibat KGB.
G. Pemeriksaan
1. Pemerintah laboratorium
2. Histopatologi
3. Radiologi
4. Laparotomi
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Pemgumpulan Data
1. Identitas penderita
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, tangal masuk rumah sakit, pendidikan, penghasilan, alamat.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien terjadi benjolan pada paha kanan tidak terjadi perdarahan apabila ditekan tidak nyeri.
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan tumor.
4. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan keluarga yang mempunyai penyakit keturunan atau menular terutama penyakit tumor.
B. Pola-pola FungsiKegiatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pola ini keadaan pasien tidak terjadi perubahan pada pola tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan/tidak
3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi tidak terjadi perubahan
4. Pola istirahat tidur
Biasanya terjadi perubahan/gangguan pada pola tidur karena adanya rasa tidak nyaman yang berhuhbungan dengan cemas.
5. Pola sensori dan kognitif
Pola terjadi gangguan pada pola ini
6. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik/kekeluargaan dan tidak ada masalah.
7. Pola penanggulangan stress
Adanya keefetifan dalam mengalami masalah individu dan keluarga.
8. Pola aktivitas
Pada pola aktivitas tidak terjadi gangguan.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola ini reproduksi dan seksual tidak mengalami gangguan.
10. Pola persepsi diri
Didapatkan adanya kecemasan, ketakutan, dan perasaan tidak berdaya sehingga terjadi perubahan mekanisme.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Mengkaji tentang kepercayaan pasien mengenai penyakit.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran composmetis, suara bicara terdengar jelas, tekanan darah 150/100 mmHg, pasien mempunyai riwayat hipertensi. Nadi dalam batas normal (60 100 x/mnt) pernafasan dalam batas normal (16 20 x/mnt).
2. Kepala
Pada kepala normo chepalik, tidak ada benjolan pada kepala dan tidak ada gangguan nyeri pada kepala.
3. Muka
Pada muka simetris, tidak ada oedema dan tks dan serta tidak ada ganguan pada mkua.
4. Mata
Pada mata tidak ada gangguan, tidak ada sekret, serumen dan benda asing.
5. Telinga
Pada mata tidak ada gangguan, tidak ada sekret, serumen dan benda asing.
6. Hidung
Pola hidung tidak ada gangguan, tidak ada sekret, serumen dan benda asing.
7. Mulut dan Faring
Tidak ada kelainan pada bibir, pasien mengalami kories gigi.
8. Leher
Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
9. Thorax
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah thorax.
10. Paru
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah paru, adakah suara tambahan (egofani, gonchi, whesing) atau tidak.
11. Abdomen
Pada daerah abdomen tidak mengalami kelainan.
12. Jantung
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah jantung, perkusi jantung, suara 1, 2, 3, dan 4.
II. DIGANOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan lingkungan baru.
3. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
Diagnosa I:
Tujuan: Pasien mengerti tentang penyakitnya
KH: Pasien mengatakan tidak cemas lagi
: Expresi wajah pasien tenang
: Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan:
1. Jelaskan pada klien tentang penyakitnya.
R/ pasien mengerti tentang penyakitnya.
2. Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaan dengan identifikasi kecemasan.
R/ pasien dapta mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan.
3. Observasi tanda-tanda vital
R/ mengetahui perkembangan pasien.
4. Kaji tingkat kecemasan pasien
R/ untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
5. Pertahankan hubungan baik dengan pasien dan keluarga
R/ untuk meningkatkan kepercayaan terhadap diri perawat.
Diagnosa II:
Tujuan: Pola istirahat dapat terpenuhi
KH: Pasien tampak segar
: Pasien tidak gelisah
: wajah pasien tampak pucat
1. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan
R/ pasien dapat mengerti tentang pentingnya menjaga kesehatan.
2. Jelaskan tentang pentingnya istirahat
R/ pasien kooperatif
Diagnosa III:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dalam 1 x 24 jam.
KH: Pasien tidak menyeringai
Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi.
Tanda-tanda vital batas normal.
Rencana kegiatan:
1. Kaji tanda-tanda vital
R/ mengetahui perkembangan pasien
2. Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri
R/ mengetahui skala nyeri pasien sehingga mempermudah dalam tindakan.
3. jelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri
R/ dengan mengetahui penyebab nyeri cemas pasien berkurang
4. Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang
R/ mengurangi ketegangan sehingga nyeri dapat berkurang
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/ analgesil dapat mengurangi rasa nyeri
Diagnosa IV:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi
KH: Luka pembedahan tidak bertambah luas
Luka pembedahan kering
Observasi tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda-tanda vital
R/ mengetahui perkembangan pasien
2. Lakukan rawat luka
R/ luka tidak bertambah luas
3. Membantu pencegahan sumber infeksi
R/ infeksi tidak terjadi
4. Kolaborasi dalam pemberian antseptik
R/ antiseptik dapat mencegah terjadinya infeksi
Rangsangan imonologik persistem
Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali
Limfoma
Perubahan bentuk tubuh
Radiasi
Kemoterapi
Biopsi
Resiko infeksi
Nyeri
Cemas
Persepsi diri
Gangguan rasa nyaman
Intoleransi aktivitas
Gangguan pola istirahat tidur
Ansietas
Top Related