LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PROGRAM JAMKESMAS
TA 2008 DAN SEMESTER I TA 2009
PADA
PEMERINTAH KOTA PADANG
DI PADANG
PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
NOMOR : ………………..
TANGGAL : ……………….
DAFTAR ISI
Halaman
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ............................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
.....................................................................................................................
BAB III HASIL PEMERIKSAAN ................................................................................
Evaluasi Sistem Pengendalian Intern ...........................................................................
1
4
18
18
1. Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan Sisa
Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan Petunjuk
Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya Versi BKU
Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang ………...................
26
2. Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang Sebesar
Rp59.052.400,00 Tidak Sesuai Ketentuan ..........................................................
29
3. Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana Jamkesmas
dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang Statusnya SKPD di
Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Keuangan
Daerah ................................................................................................…………..
31
4. Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan
Jamkesda Kota Padang .......................................................................................
34
5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan
Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ............................................
37
6. Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan ...... 39
7. Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak
Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per Bulan
pada Periode Sebelumnya ..................................................................................
40
8. RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien Maskin
Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp19.914.263,52 ......................
41
9. Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk Memberikan
Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah
Sakit...................................................................................................................
43
10. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp20.315.643,00 Yang Terdapat Pada Rekening
Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009 Tidak
Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp5.078.909,00 .............
45
11. Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD Kota
Padang Terlambat ....................................................................................
47
12. Luncuran Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil
Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata
Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit ............................................................
49
13. Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim
Pelaksana Program Jamkesmas ........................................................................
51
14. RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai
Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ....................................................................
51
15. Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d.
Juli 2009 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi Verifikator Independen .........
52
16. Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang
Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas Terlambat ...............
55
17. Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya
Tambahan ..........................................................................................................
56
18. Terdapat Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang
Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009
Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama .........................................
57
19. Proses Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota Padang
dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak
Tertib ..................................................................................................................
58
20. Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Tidak Dilaksanakan PT Askes (Persero)
Kantor Cabang Padang Sesuai Ketentuan ...........................................................
61
21. PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi
Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan Bulanan
Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit ..............
62
LAMPIRAN
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 1 dari 64
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas
didasarkan pada :
1. Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G UUD 1945;
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
5. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Tahun Anggaran 2009
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas
dilakukan dengan mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
yang ditetapkan dalam Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007.
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas
merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu bersifat eksaminasi yang dilakukan
untuk menilai apakah:
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas manajemen kepesertaan, penyaluran dan
penggunaan dana, pelayanan, serta pertanggungjawaban Program Jamkesmas
telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai.
2. Dana Jamkesmas telah diterima oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dalam
jumlah, waktu dan cara yang tepat.
3. Pemerintah daerah telah memberikan kontribusi dana bagi masyarakat miskin
(maskin) yang tidak tercatat sebagai peserta Jamkesmas.
4. Dana Jamkesmas telah dipergunakan tepat sasaran dan dipertanggungjawabkan
sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku.
Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, sasaran pemeriksaan atas
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi:
1. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Program Jamkesmas pada Kantor Pusat
Departemen Kesehatan (Depkes) yang mencakup kegiatan penetapan alokasi dana
Program Jamkesmas ke dalam Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) masing-
masing unit Eselon I Depkes, meliputi Sekretariat Jenderal (setjen) d.h.i. Biro
Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum, dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan (PPJK); Direktrorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Ditjen Bina
Yanmedik); Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas);
dan DIPA Dekonsentrasi Setjen Depkes pada masing-masing Dinas Kesehatan
(Dinkes) provinsi.
Dasar
Pemeriksaan
Standar
Pemeriksaa
n
Jenis dan
Tujuan
Pemeriksaan
Sasaran
Pemeriksaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 2 dari 64
2. Kegiatan pendataan masyarakat miskin peserta Jamkesmas dan penganggaran
dana kontribusi Program Jamkesmas oleh pemerintah daerah (Pemda).
3. Kegiatan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas oleh PT Askes (Persero)
pada Kantor Pusat, Kantor Regional, dan Kantor Cabang/Area Asisten Manajer
(AAM) PT Askes (Persero).
4. Kegiatan penyaluran dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Yanmedik ke masing-
masing PPK Tingkat Lanjutan (RS) dan dari Ditjen Binkesmas ke puskesmas
selaku PPK Tingkat Pertama.
5. Kegiatan penggunaan dan pertanggungjawaban dana Jamkesmas oleh PPK.
6. Kegiatan pelayanan Jamkesmas yang dilaksanakan oleh PPK Tingkat Pertama
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan PPK Tingkat Lanjutan yang
meliputi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD), RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta.
7. Kegiatan pembinaan, pemantauan/monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh Tim Pengelola Pusat, Tim Pengelola Jamkesmas provinsi/kabupaten/kota dan
ketertiban penyusunan dan penyampaian laporan secara berjenjang mulai dari
RS/puskesmas (PPK), Tim Pengelola Program Jamkesmas tingkat
provinsi/kabupaten/kota sampai dengan Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas
dilakukan terhadap entitas-entitas berikut:
1. Depkes meliputi Setjen d.h.i. PPJK dan Biro Umum; Ditjen Bina Yanmedik, dan
Ditjen Binkesmas.
2. PT Askes (Persero) meliputi kantor pusat, kantor regional, dan kantor cabang.
3. Pemda provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Koordinasi Jamkesmas daerah.
4. Dinkes provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Pengelola Jamkesmas daerah.
5. RSUP, RSUD, RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta.
6. Puskesmas.
Sedangkan entitas pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program
Jamkesmas pada Pemerintah Kota Padang meliputi :
1. Dinas Kesehatan Kota Padang, Puskesmas, dan jaringannya
2. RSUD Kota Padang
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi
TA 2008 dan semester I TA 2009.
Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas
dilakukan untuk menilai aspek-aspek sesuai tujuan pemeriksaan, dilaksanakan secara
uji petik (sampling) melalui:
1. Observasi fisik di PPK;
Entitas yang
Diperiksa
Tahun
Anggaran yang
Diperiksa
Metodologi
Pemeriksaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 3 dari 64
2. Penyampaian kuesioner;
3. Wawancara;
4. Analisis dokumen; dan
5. Konfirmasi.
Pemeriksaan dilaksanakan secara serentak pada seluruh Provinsi di Indonesia. Untuk
Provinsi Sumatera Barat, Entitas yang diperiksa adalah Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, RSUP M.
Djamil, dan PT Askes Cabang Padang. Entitas yang diperiksa berdasarkan surat tugas
dari Kepala Perwakilan BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat mulai Bulan
Agustus dan berakhir Bulan September 2009.
Pemeriksaan dilaksanakan pada 33 pemerintah provinsi dan 63 pemerintah
kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan total realisasi anggaran Tahun 2008
sebesar Rp4.492.157.570.264,00 dan realisasi anggaran sampai dengan semester I
Tahun 2009 sebesar Rp2.768.311.361.800,00. Sesuai dengan sasaran pemeriksaan,
seluruh Tim telah melaksanakan pemeriksaan terhadap entitas yang diperiksa dengan
cakupan tahun 2008 sebesar Rp2.728.220.022.042,00 atau 60.73 % dari realisasi
anggaran dan untuk tahun 2009 sebesar Rp990.585.791.800,00 atau 35,78 % dari
realisasi anggaran.
Cakupan pemeriksaan pada pemerintah Kota Padang TA 2008 untuk dana kapitasi
puskesmas-puskesmas sebesar Rp1.623.403.000,00, dana operasional Tim Pengelola
dan Tim Koordinasi sebesar Rp57.720.000,00, dan RSUD Kota Padang sebesar
Rp1.734.015.150,00 . Sedangkan untuk TA 2009 (sampai dengan Agustus) dana
kapitasi yang diterima Puskesmas sebesar Rp2.220.012.000,00, RSUD Padang sebesar
Rp1.048.127.000,00. Dana tersebut merupakan dana jamkesmas yang diluncurkan
oleh Departemen Kesehatan kepada Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Padang.
Hambatan yang dihadapi selama pemeriksaan berlangsung adalah luasnya obyek
pemeriksaan yang secara geografis tersebar dengan jarak yang relatif berjauhan
sehingga menyulitkan pelaksanaan pemeriksaan sesuai batas waktu yang telah
ditentukan dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.
Waktu
Pemeriksaan
Cakupan
Pemeriksaan
Hambatan
Pemeriksaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 4 dari 64
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pelaksanaan Program Jamkesmas mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H;
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
7. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Sejak tahun 1998, pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan
masyarakat miskin, yaitu:
1. Periode 1998—2001 dengan nama Program Jaring Pengaman bidang Kesehatan
(JPS-BK), untuk mengatasi krisis ekonomi tahun 1997.
2. Periode 2001—2002 dengan nama Program Penanggulangan Dampak
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PDPSE-BK).
3. Periode 2002—2004, dengan nama Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PKPS BBM-BK).
Dalam PKPS BBM-BK pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yaitu rumah sakit
(RS) dan puskesmas. Puskesmas dan RS menerima dana langsung untuk
membiayai pelayanan kesehatan yang diberikan.
Permasalahan yang dihadapi adalah terjadi defisit dana pada beberapa RS dan
terjadi surplus dana dibeberapa puskesmas.
4. Periode 2004—2005, pemerintah mengeluarkan suatu Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJK MM), dimana pemerintah
menunjuk PT Askes (Persero) sebagai badan pelaksana (Bapel PJKMM).
Melalui program ini pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya
serta pelayanan kesehatan rujuk di RS dikelola sepenuhnya oleh PT Askes
(Persero). Karena terjadi kendala dilapangan, maka mulai semester II 2005
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, pembiayaannya
langsung ke puskesmas melalui Bank BRI.
PT Askes (Persero) hanya mengelola pelayanan kesehatan rujukan bagi maskin
yang dilayani oleh rumah sakit.
5. Periode 2006—2007
Dalam rangka memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dan
tidak mampu, pemerintah melalui dana belanja bantuan sosial yang
pengelolaannya dilaksanakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
dikenal dengan Program Askeskin.
Melalui Program Askeskin ini, pengelolaannya sepenuhnya ditugaskan kepada PT
Askes (Persero).
Hasil evaluasi Depkes, Program Askeskin diubah namanya menjadi Program
Jamkesmas, antara lain dengan pertimbangan sebagai berikut:
Dasar hukum
terkait dengan
penyelenggaraan
Jamkesmas
Latar Belakang
Penyelenggaraan
Program
Jamkesmas
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 5 dari 64
a. Belum adanya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
b. Penyelenggaraan Askeskin kurang terkendali, hal ini terbukti dalam tahun
2007 terjadi defisit anggaran (hutang klaim) kepada PT Askes (Persero)
sebesar Rp1.130.150.678.334,00.
Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas, terjadi perubahan
yang sangat mendasar, yaitu semula pengelolaannya sepenuhnya dilaksanakan
oleh PT Askes (Persero), maka mulai tahun 2008 pengelolaan diambil alih
langsung oleh pemerintah (Departemen Kesehatan), sementara PT Askes (Persero)
hanya dilibatkan dalam manajemen kepesertaan.
Berdasarkan Manlak tahun 2008, tujuan Program Jamkesmas adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh maskin dan tidak
mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatnya cakupan maskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan
kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di RS.
2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak
berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.
3. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh
jaringan PPK Jamkesmas.
4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009 menyatakan bahwa :
1. Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari Tim Pengelola
dan Tim Koordinasi Jamkesmas di pusat, provinsi dan kabupaten/kota
Tim Pengelola Jamkesmas bersifat internal lintas program di Depkes/Pusat dan
Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Tim Koordinasi Program Jamkesmas
melaksanakan koordinasi penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat miskin
yang melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan
seperti koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian, dan lain-lain.
2. Pelaksana verifikasi di PPK
Kepala Dinkes provinsi atas nama Menkes berdasarkan usul Kepala Dinkes
kabupaten/kota menetapkan pelaksana verifikasi yang bertugas memverifikasi
administrasi kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan.
3. PT. Askes (Persero)
PT Askes (Persero) pusat, regional, dan cabang/AAM atas penugasan Menkes,
melaksanakan tugas-tugas manajemen kepesertaan.
Maksud dan
Tujuan
Program
Jamkesmas
Pengorganisasian
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 6 dari 64
Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, sasaran program adalah
maskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk
yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Alokasi anggaran Jamkesmas
tahun 2008 sebesar Rp4.742.158.474.097,00 dengan realisasi
Rp4.492.157.570.264,00. Sedangkan tahun 2009 sebesar Rp4.728.960.000.000,00
dengan realisasi sampai semester 1 tahun 2009 adalah Rp2.768.311.361.800,00.
Rincian selengkapnya tampak dalam lampiran 1.
Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dapat diketahui bahwa, realisasi
anggaran tahun 2008 sebesar Rp4.492.157.570.264,00, terinci:
1. Biaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan rumah sakit
mencapai Rp4.168.748.487.728,00, terbagi:
a. Puskesmas untuk pelayanan dasar sebesar Rp571.488.819.500,00
b. Rumah sakit untuk pelayanan rujukan sebesar Rp3.597.259.668.228,00
diantaranya sebesar Rp1.130.150.678.334,00 untuk pelunasan hutang
Askeskin tahun 2007
2. Biaya manajemen kepesertaan PT Askes (Persero) sebesar Rp187.059.500.000,00.
3. Biaya operasional Tim Pengelola, Tim Koordinasi Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota sebesar Rp136.349.582.536,00
Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, penyelenggaraan manajemen
kepesertaan Program Jamkesmas tahun 2008 dan semester I tahun 2009 dilaksanakan
secara nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, Pemda
dan PT Askes (Persero).
Peserta Program Jamkesmas tahun 2008 adalah setiap orang miskin dan tidak mampu,
yang terdaftar dan memiliki kartu Jamkesmas dan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM). Sejak awal September 2008, penggunaan SKTM tidak berlaku lagi, dan
hanya peserta yang memiliki kartu Jamkesmas yang dapat dijamin oleh program ini.
Untuk tahun 2009, peserta Program Jamkesmas adalah pemegang kartu Jamkesmas
dan pemegang kartu Program Keluarga Harapan (PKH). Jumlah sasaran peserta
Program Jamkesmas tahun 2008 dan tahun 2009 bersumber dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2006, yaitu sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau
sekitar 76,4 juta jiwa, yang terdiri dari 73.770.631 jiwa kuota untuk kabupaten/kota
dan 2.629.369 jiwa kuota bagi gelandangan, pengemis, anak terlantar dan maskin
yang tidak mempunyai identitas. Data BPS tahun 2006 dengan jumlah masyarakat
miskin sebanyak 19,1 juta RTM yang bersangkutan merupakan hasil pendataan sosial
ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2005 dengan menggunakan 14
variabel/kriteria. Angka tersebut dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta
secara nasional oleh Menkes.
Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota
kabupaten/kota, kemudian bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas
kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam
bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan
bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi
tanggung jawab Pemda setempat. Kemudian daftar tersebut segera dikirimkan dalam
Kepesertaan
Sasaran
Kegiatan
Program
Jamkesmas
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 7 dari 64
bentuk softcopy dan hardcopy kepada PT Askes (Persero), RS peserta Jamkesmas,
Dinkes provinsi/kabupaten/kota dan Depkes.
Terkait administrasi kepesertaan pada Program Jamkesmas, Depkes melakukan
Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PT Askes (Persero) No
213/MENKES/PKS/III/2008 dan 41/KTR/0308 tanggal 3 Maret 2008. Dalam PKS
Pasal 6, PT Askes (Persero) mempunyai kewajiban melakukan advokasi kepada
bupati/walikota & jajarannya termasuk Dinas Sosial (Dinsos), membuat database
kepesertaan dan mendistribusikan data peserta (masterfile) kepada RS/Balai
Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM)/Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM)/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)/ Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM)/Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4),
Dinkes provinsi/kabupaten/kota, dan data peserta nasional kepada Depkes. Selain itu
melakukan pencetakan blangko, entry data, penerbitan dan pendistribusian kartu, dan
melakukan analisis kepesertaan berdasarkan aspek demografi (umur dan jenis
kelamin).
Penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 oleh PT Askes (Persero) didasarkan
pada surat Menkes No. 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 perihal
Penugasan PT Askes (Persero) dalam Jamkesmas 2009. Namun PKS antara Depkes
dan PT Askes (Persero) sampai 30 Juni 2009 belum ditandatangani karena belum ada
kesepakatan standar perhitungan biaya yang dipergunakan. Depkes berdasarkan
Standar Biaya Umum (SBU) APBN sedangkan PT Askes (Persero) berdasarkan SBU
Korporat. Penyelenggaraan manajemen kepesertaan ini bertujuan untuk menerbitkan
kartu peserta bagi yang berhak melalui pembentukan Masterfile Nasional
berdasarkan jumlah maskin yang ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK)/Surat
Pernyataan (SP) bupati/walikota yang menjadi dasar identifikasi peserta untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dalam Program Jamkesmas ini menerapkan pelayanan berjenjang
berdasarkan rujukan. Pelayanan rawat jalan tingkat primer diberikan di puskesmas dan
jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di RS dan
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.
Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan
kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan
(RITL) dan pelayanan gawat darurat (IGD).
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta adalah sebagai berikut:
1. Peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada
daftar maskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota setempat.
2. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat
rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan
pelayanan kesehatan.
3. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas
dan jaringannya. Tata cara pelayanan kesehatan dasar di puskesmas diatur dalam
“Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya tahun 2008”,
berdasarkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. HK.02.03/BI.3/2318/08 tanggal
21 Agustus 2008.
Pelayanan
Kesehatan
Pelayanan di
Puskesmas
dan
Jaringannya
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 8 dari 64
Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas dan
jaringannya adalah upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif) bagi peserta Jamkesmas meliputi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer
(RJTP), Rawat Inap Tingkat Primer (RITP), persalinan, spesialistik, rujukan, dan
upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada pencegahan yang bersifat
sekunder, yaitu diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit dan
tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor resiko ancaman penyakit tersebut
terhadap masyarakat.
Manajemen pengelolaan puskesmas merupakan tahapan dalam pengelolaan
administrasi yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Perencanaan
Penyusunan Plan Of Action (POA) merupakan unsur perencanaan yang wajib
dibuat oleh Puskesmas dan harus mendapat persetujuan Kepala Dinkes
kabupaten/kota untuk pencairan anggaran Program Jamkesmas. Periode POA
dilaksanakan secara tahunan pada awal kegiatan dan POA bulanan/triwulanan
sebagai rencana pelaksanaan kegiatan bulanan/triwulanan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan diawali dengan proses lokakarya mini untuk membahas
hasil kegiatan bulan lalu, hambatan/masalah yang dihadapi oleh puskesmas, dan
penyusunan POA bulanan/triwulanan bulan selanjutnya. Lokakarya mini yang
dilaksanakan oleh puskesmas diharapkan dihadiri oleh Tim Pengelola Jamkesmas
Dinkes kabupaten/kota dan dilakukan kegiatan pembinaan/supervisi atas
pelaksanaan kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung.
3. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari
termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa
kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan.
Pelayanan rujukan dari puskesmas ke RS dilakukan untuk rawat inap dan pertolongan
atas gawat darurat. Pelayanan rawat inap rujukan dilakukan di ruang rawat inap kelas
III di RS pemerintah termasuk RS khusus, RS TNI/POLRI dan RS swasta yang
bekerjasama dengan Depkes. Depkes melalui Dinkes kabupaten/kota atas nama
Menkes membuat PKS dengan RS setempat yang diketahui kepala Dinkes provinsi.
Ruang lingkup pelayanan rujukan Program Jamkesmas Tahun 2008 di RS tersebut
meliputi RJTL (spesialistik), RITL kelas III, pelayanan obat-obatan, pelayanan
rujukan spesimen dan penunjang diagnostik.
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat lanjut bagi peserta
Jamkesmas:
1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan (RJTL dan RITL),
dirujuk dari puskesmas dan jaringannya disertai kartu peserta Jamkesmas atau
surat/kartu PKH atau surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat
rujukan.
2. Peserta harus menunjukkan Kartu Jamkesmas atau SKTM (sampai dengan 31
Agustus 2008), surat rujukan dari puskesmas di loket PPATRS, dilengkapi Kartu
Pelayanan di
Rumah Sakit
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 9 dari 64
Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk diverifikasi
kebenaran dan kelengkapannya dan selanjutnya PPATRS mengeluarkan Surat
Keabsahan Peserta (SKP). Tata cara penerbitan SKP berpedoman pada Keputusan
Direksi PT Askes No. 143/KEP/0408 tanggal 18 April 2008 tentang “Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun 2008”.
Anak terlantar, pengemis dan gelandangan yang belum teridentifikasi dan belum
mempunyai kartu Jamkesmas, bersangkutan masih dapat dilayani dengan
mendapatkan surat keterangan/rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinsos
setempat.
Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD peserta harus menunjukkan kartu
peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di loket pusat PPATRS. Bila
peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sebelum mendapatkan
pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja
untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu (anak terlantar,
gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera
mendapatkan SKTM) di mana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan
identitas sebagaimana dimaksud di atas, maka direktur RS dapat menetapkan
status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Jika selama tenggang waktu
tersebut pasien miskin belum mampu menunjukkan identitas miskinnya, pasien
tersebut tidak boleh dibebankan biaya dan seluruh pembiayaannya menjadi beban
RS dan untuk selanjutnya diklaimkan ke Depkes.
3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi
peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi memerlukan pelayanan
dapat langsung diberikan pelayanan dengan menggunakan identitas kepesertaan
orangtuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan KK orang tuanya.
Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baik ibu maupun bayinya,
akan tetapi apabila bayi yang mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan
khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai dengan diagnosanya.
4. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tahun 2009 sama dengan di tahun 2008.
5. Untuk kasus kronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam
waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti Diabetes
Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus
pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai dengan 3 bulan.
6. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan
dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari
Dinsos (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu PKH
bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu Jamkesmas serta surat pengantar
dari petugas yang memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar
daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat
melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes
(Persero) tempat asal pasien.
Bagi PPK penerima rujukan, wajib memberikan jawaban atas pelayanan rujukan
(rujukan balik) ke PPK yang merujuk disertai keterangan kondisi pasien dan
tindak lanjut yang harus dilakukan.
7. Pada keadaan gawat darurat (emergency), apabila setelah penanganan kegawat-
daruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas kepesertaanya belum
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 10 dari 64
lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk
melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk pada database
kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero).
Untuk penanganan gawat darurat, seluruh PPK wajib memberikan pelayanan
penanganan gawat darurat kepada peserta Jamkesmas walaupun tidak sebagai
PPK jaringan Jamkesmas. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK
jaringan Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.
8. Pelayanan obat di RS dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) di
RS, Instalasi Farmasi/Apotik RS bertanggungjawab menyediakan semua obat
dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan Indonesia
Diagnose Related Group (INA-DRG), pemberian obat didorong agar
menggunakan formularium obat Jamkesmas di RS. Pada tahun 2009,
ketersediaan obat dan beberapa alat dan BMHP, dilakukan dengan perjanjian
kesepahaman dan penugasan beberapa BUMN farmasi oleh Menkes.
2) Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 hari kecuali untuk penyakit-
penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 hari sesuai dengan
kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu pada
clinical pathway.
9. Sebanyak 15 RSUP Vertikal di seluruh Indonesia (rincian pada lampiran 2) per 1
September 2008 ditetapkan sebagai proyek percontohan penerapan sistem INA-
DRG di Indonesia. Sedangkan untuk RS lainnya baru menerapkan sistem tersebut
per 1 Januari 2009. Pemberlakuan INA-DRG tersebut memerlukan persiapan
perangkat keras, perangkat lunak, administrasi klaim, dan proses verifikasi, serta
SDM.
Software INA-DRG baru tiba di PPK tingkat lanjut pada Bulan April 2009 yang
membutuhkan proses install dan pelatihan/sosialisasi bagi petugas entry data RS
dan verifikator independen. Software ini baru dapat dipergunakan pada Bulan Juli
2009 untuk memverifikasi pertanggungjawaban berkas klaim mulai 1 Januari
2009.
10. Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di RS dilakukan secara terpadu sehingga
biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan
menurut INA-DRG. Agar software ini dapat berjalan dengan baik, dokter harus
menuliskan diagnosa menurut ICD-X dan atau ICD-IX CM, melaksanakan
pelayanan sesuai dengan clinical pathway dan menggunakan sumber daya yang
paling efisien. Coders melakukan pengecekan kesesuaian diagnosa dan
selanjutnya melakukan entry pada software INA-DRG. Selanjutnya petugas
administrasi klaim RS melakukan klaim dan melengkapi data tambahan yang
diperlukan seperti nama pasien, nomor SKP, nama dokter penanggung jawab,
tanda tangan dokter, surat rujukan dan pengesahan Komite Medik atau Direktur
Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh RS
(pada kasus severity level 3) dengan menggunakan format klaim (software) yang
ditentukan dan verifikator melakukan verifikasi klaim RS.
11. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum
tercantum baik kode maupun tarifnya dalam Tarif Paket INA-DRG
(ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 11 dari 64
Casemix/Ditjen Bina Yanmedik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan
khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan petunjuk teknis tersendiri,
SK dan surat edaran (SE) lainnya. Proses aktivasi software INA-DRG dilakukan
dengan konsultasi.
12. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3
menurut kode INA-DRG selain harus dilengkapi butir 10 diatas, harus juga
mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau
Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS.
13. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau
instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan satu kode INA-DRG dengan
jenis pelayanan rawat inap.
14. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih
diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari
diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan satu kode INA-DRG.
15. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang
bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya dapat diklaimkan
menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol ulang
di instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z.
16. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin
ketersediaan Alat Medis Habis pakai (AMHP), obat, dan darah. Untuk menjamin
ketersediaan dan harga obat/vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai
dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama antara Menkes dan konsorsium BUMN
Farmasi. RS dan balai-balai kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama
teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama
tersebut
17. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur
biaya oleh PPK dengan alasan apapun.
Pendanaan Program Jamkesmas merupakan program bantuan sosial (bansos).
Pembayaran ke RS dalam bentuk paket berdasarkan klaim. Khusus untuk
BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengan tarif
paket pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap RS . Pembayaran ke PPK disalurkan
langsung dari Kas Negara melalui PT Pos Indonesia (Persero) ke puskesmas dan
KPKN melalui Bank BRI ke rekening BRI RS/BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM.
Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.
1. Sumber dan Alokasi Dana Jamkesmas
Sumber Dana Jamkesmas berasal dari APBN sektor Kesehatan TA 2008 dan TA
2009 serta kontribusi APBD. Sumber dana APBN terdiri dari:
1) Biro Umum Setjen Depkes untuk honor tim verifikator independen;
2) Dana dekonsentrasi (Program Kebijakan Manajemen dan Pembangunan
Kesehatan) untuk biaya operasional manajemen di Dinkes provinsi yang
melekat di Satuan Kerja (Satker) 01 Setjen;
3) DIPA PPJK untuk dana operasional PPJK, selaku Tim Pengelola Pusat;
Pendanaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 12 dari 64
4) Ditjen Binkesmas untuk pelayanan di puskesmas dan jaringannya, tambahan
kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock), dana Tim
Pengelola dan Koordinasi provinsi/kabupaten/kota;
5) Ditjen Bina Yanmedik untuk biaya di RS/PPK tingkat lanjut dan biaya
manajemen kepersertaan ke PT Askes (Persero).
Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan
pelayanan kesehatan bagi maskin di daerah masing-masing, meliputi:
1) Maskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas.
Kontribusi Pemda provinsi/kabupaten/kota seyogyanya mengikuti pola
Jamkesmas. Terkait pelayanan pasien diluar kuota Jamkesmas, pemda
setempat harus membuat komitmen/PKS dengan RS rujukan.
2) Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008.
Dengan diberlakukannya INA-DRG mulai tahun 2009, pelayanan RS
diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya
pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.
3) Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS
kabupaten/kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukan dari
puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya
operasional puskesmas, sedangkan transportasi pemulangan pasien dari RS
serta rujukan dari RS ke sarana pelayanan kesehatan lainnya menjadi tanggung
jawab Pemda asal PPK lanjutan yang merujuk.
4) Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan;
5) Pendamping pasien rawat inap; dan
6) Menanggulangi kekurangan dana operasional puskesmas.
2. Mekanisme Pendanaan meliputi:
1) Dasar Peluncuran Dana Jamkesmas
(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya
Menkes menetapkan besarnya dana yang akan diluncurkan ke tiap
kabupaten/kota. Berdasarkan SK Menkes tersebut, Dinkes kabupaten/kota
menetapkan SK alokasi dana setiap puskesmas di wilayahnya. Alokasi
dana di tiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan tidak
mampu yang ditetapkan Menkes berdasarkan kuota dikalikan Rp1.000,00
dikalikan 12 bulan.
Langkah-langkah dalam penerbitan SK Kepala Dinkes kabupaten/kota
yaitu menetapkan alokasi dana rawat inap untuk puskesmas perawatan
dengan cara menghitung utilisasi pelayanan rawat inap tahun sebelumnya
di masing-masing puskesmas perawatan. Kemudian, sisa alokasi dana
setelah dikurangi untuk puskesmas perawatan dibagi ke seluruh
puskesmas secara proporsional.
Jumlah dana yang diluncurkan pada tahun 2008 berdasarkan SK Menkes
No. 483/Menkes/SK/V/2008 sebesar Rp559.807.121.000,00. Selain dana
tersebut juga terdapat dana tambahan untuk kegiatan pelayanan di
puskesmas dan jaringannya (buffer stock) sebesar Rp11.681.698.500,00.
Sedangkan dana yang diluncurkan pada tahun 2009, berdasarkan SK
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 13 dari 64
Menkes No. 256/Menkes/SK/IV/2009 adalah sebesar
Rp885.248.292.000,00.
(2) PPK tingkat lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM
Sumber dana pelayanan kesehatan di RS/BBKPM/BKMM/
BKPM/BP4/BKIM didasarkan pada DIPA Ditjen Bina Yanmedik yang
didistribusikan ke PPK tingkat lanjut dalam empat tahapan luncuran.
Dalam rangka penyaluran dana Jamkesmas tersebut, Depkes mengadakan
kerja sama dengan PT BRI (Persero) Tbk No. HK.06.01/I-3/643/2008 dan
B.057-DIR/HBL/02/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Penyaluran
Dana Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin Tahun 2008. Melalui Surat Ditjen Bina Yanmedik No.
PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan
Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Miskin di RS tahun 2008, Depkes meminta masing-masing RS untuk
membuka Rekening Giro pada Bank BRI di masing-masing tempat
domisili RS. Penggunaan rekening tersebut berlanjut hingga luncuran
dana tahun 2009.
Luncuran selama Tahun 2008 sebesar Rp2.474.418.261.625,00 terinci:
(1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.119/Menkes/SK/II/2008
tanggal 6 Februari 2008 sebesar Rp533.636.869.625,00;
(2)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No.514/Menkes/SK/VI/2008
tanggal 6 Juni 2008 sebesar Rp725.537.140.000,00;
(3)) Luncuran 3 berdasarkan SK Menkes No.1050/Menkes/SK/XI/2008
tanggal 11 November 2008 sebesar Rp1.017.157.326.000,00;
(4)) Luncuran 4 berdasarkan SK Menkes No.1150/Menkes/SK/XII/2008
tanggal 5 Desember 2008 sebesar Rp198.086.926.000,00.
Luncuran s.d Juni 2009 sebesar Rp1.845.258.882.000,00 terinci:
(1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 124/Menkes/SK/II/2009
tanggal 6 Februari 2009 sebesar Rp1.139.696.057.000,00;
(2)) Tambahan Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.
346/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei 2009 sebesar
Rp24.905.480.000,00;
(3)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No. 434/Menkes/SK/VI/2009
tanggal 18 Juni 2009 sebesar Rp 680.657.345.000,00.
(3) Dana bagi Manajemen Kepesertaan
Berdasarkan PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) No.
213/Menkes/ PKS/III/2008 dan No. 41/KTR/0308 tentang Manajemen
Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun 2008
tanggal 3 Maret 2008 dengan total biaya sebesar Rp187.059.500.000,00.
Pembayaran dilakukan dalam empat tahap:
(1)) Tahap 1 sebesar 20% atau Rp37.411.900.000,00 pada tanggal
ditandatanganinya perjanjian;
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 14 dari 64
(2)) Tahap 2 sebesar 30% atau Rp56.117.850.000,00 setelah
pendistribusian blanko kartu ke Kantor Cabang PT Askes (Persero)
mencapai 50%;
(3)) Tahap 3 sebesar 40% atau Rp74.823.800.000,00 setelah 70% Kartu
Peserta diserahkan kepada Peserta;
(4)) Tahap 4 sebesar 10% atau Rp18.705.950.000,00 setelah menyerahkan
Laporan Manajemen Kepesertaan Triwulan III.
Pembiayaan manajemen kepesertaan pada penyelenggaraan Program
Jamkesmas tahun 2009 belum diperoleh kesepakatan biaya antara
Depkes dan PT Askes (Persero).
(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota
Penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(1) Pembayaran honorarium dan operasional
(2) Koordinasi pelaksanaan, konsultasi dan pembinaan program
(3) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media
(4) Rekrutmen tenaga verifikator independen Jamkesmas
(5) Evaluasi program di provinsi/kabupaten/kota
(6) Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas di provinsi/
kabupaten/kota.
Disamping itu, untuk menunjang kelancaran pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya disediakan pula dana Operasional Manajemen
melalui DIPA Sesditjen Binkesmas langsung ke Dinkes
provinsi/kabupaten/kota.
2) Pencairan dan pemanfaatan dana Jamkesmas
(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya
Tata cara penyaluran dana ke rekening puskesmas diatur dalam Petunjuk
Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya dimuat dalam Bab III
tahun 2008 dan Bab IV tahun 2009.
Penyaluran dana pelayanan kesehatan ke puskesmas dan jaringannya
dilakukan melalui PT Pos Indonesia (Persero) berdasarkan PKS No.
HK.06.01/BI.1/1938/2008 dan No. 56/DIRBISKUG/0708 tanggal 7 Juli
2008, dengan addendum No. HK.06.01/BI.1/3073/2008 dan No.
95/DIRBISKUG/1108 tanggal 3 November 2008, serta PKS No.
400/YANKESDAS/V/2009 dan No. 28/DIRBISKUG/ 0509 tanggal 13
Mei 2009 tentang Penyaluran Dana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Bagi
Seluruh Penduduk di Puskesmas dan Jaringannya. Jangka waktu
penyaluran dana ke PPK maksimum 75 hari kalender atau sampai dengan
tanggal 4 Agustus 2009.
Dana diluncurkan oleh KPKN Jakarta V melalui PT Pos Indonesia
(Persero) – Sentral Giro Pos dan Layanan Keuangan (SGLK), untuk
selanjutnya dikirim ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) dan diteruskan ke
Kantor Pos Bayar sebagai rekening giro pos puskesmas.
Pencairan dana di puskesmas dilaksanakan dengan membuat POA
berdasarkan kesepakatan dalam lokakarya mini, laporan pemanfaatan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 15 dari 64
dana sebelumnya, dan laporan hasil kegiatan untuk diverifikasi oleh Tim
Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota yang hasilnya dilaporkan ke
Dinkes kabupaten/kota. Berdasarkan persetujuan kepala Dinkes
kabupaten/kota, puskesmas menarik dana dari rekening giro pos untuk
menjadi dana operasional puskesmas.
(2) PPK Tingkat Lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/ BP4/BKIM
Tata cara pembayaran tiap tahap luncuran diatur dalam Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 Bab V tentang Tata laksana
Pendanaan. Luncuran tahap pertama, diperhitungkan berdasarkan rata-rata
pembayaran per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Tahap kedua, dana
pelayanan kesehatan diluncurkan setelah klaim RS diverifikasi oleh tim
verifikator dengan mengacu pada jenis paket dan tarif pelayanan
kesehatan tahun 2008.
Berdasarkan penjelasan dari Tim Pengelola Jamkesmas Pusat, mekanisme
luncuran tahun 2008 belum sesuai dengan ketentuan dalam pedoman
pelaksanaan karena sarana dan prasarana yang mendukung belum siap
(dana DIPA yang terlambat, perubahan dari sistem Askeskin tahun 2007
ke sistem Jamkesmas tahun 2008, tenaga verifikator dan pemahaman tim
medis terhadap penerapan INA-DRG). Dana luncuran tahap kedua dan
seterusnya tetap diluncurkan, tanpa menunggu verifikasi dari verifikator
independen.
Untuk periode klaim Bulan Juli − Desember tahun 2008, dasar besaran
klaim RS mengacu pada Tarif Paket Jamkesmas (INA-DRG).
Pemanfaatan dana yang ada di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM,
antara lain digunakan untuk jasa medik/pelayanan, jasa sarana,
pemenuhan kebutuhan BMHP, dana operasional, pemeliharaan, obat,
darah dan kebutuhan administrasi lainnya.
Penyaluran dana pelayanan kesehatan di PPK tingkat lanjut pada tiap
tahunnya dilakukan dengan cara transfer luncuran dana dari rekening
Bank Operasional I (BO I) KPKN langsung ke rekening RS berdasarkan
SP2D dan SPM yang dikeluarkan Tim Pengelola Pusat. Rekening RS
tersebut adalah rekening BRI yang dibuka untuk “Bantuan Sosial bagi
Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin” sesuai perintah Surat Ditjen
Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal
Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan
Maskin di RS tahun 2008.
Untuk mendapatkan otorisasi dari luncuran dana Jamkesmas, PPK tingkat
lanjut mengajukan klaim yang telah diverifikasi oleh verifikator
independen, dan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas kepada
Depkes atau PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Uraian lebih
lanjut tentang administrasi klaim dan verifikasi oleh tim verifikator diatur
dalam “Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program
Jamkesmas Tahun 2008” yang dikeluarkan oleh PPJK. Administrasi klaim
dan verifikasi pada tahun 2009 masih mengacu pada petunjuk teknis yang
digunakan pada tahun 2008.
(3) Manajemen Kepesertaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 16 dari 64
Pencairan dana manajemen kepesertaan pada tahun 2008 dilaksanakan
dalam empat tahap. PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) untuk
Tahun 2009 belum dibuat dan DIPA Ditjen Bina Yanmedik belum
menganggarkan manajemen kepesertaan tersebut (masih akan dibuat
revisi DIPA).
(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota
Pencairan dan pemanfaatan dana bagi operasional manajemen tidak
optimal karena selain DIPA Dekonsentrasi secara definitif baru bisa
dicairkan pada Bulan September 2008. Sedangkan dana bansos dari DIPA
Ditjen Binkesmas bagi Tim Pengelola Jamkesmas
Provinsi/Kabupaten/Kota, SP2D-nya baru terbit tanggal 4 November
2008.
Pelaksanaan verifikasi di puskesmas dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota ketika puskesmas mengajukan permintaan pencairan dana.
Sedangkan untuk RS, verifikasi dilakukan oleh tim verifikator independen.
Syarat kelengkapan administrasi klaim yang harus dipenuhi terkait dengan
pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh PPK kepada Depkes (PPJK sebagai
Tim Pengelola Jamkesmas Pusat), yaitu:
1. Bukti kepesertaan, surat rujukan, dan surat keabsahan peserta; dan
2. Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan One Day Care (ODC),
meliputi bukti pemeriksaan, bukti penunjang diagnosis, bukti tindakan medik,
bukti diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, bukti resep dokter, dan bukti
billing pelayanan dari masing-masing unit pelayanan.
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara
rencana dengan pelaksanaan Program Jamkesmas, sedangkan evaluasi dilakukan
untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif
dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan
merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester
maupun tahunan, melalui:
1. Pertemuan dan koordinasi.
2. Pengelolaan pelaporan program (pengolahan dan analisis).
3. Kunjungan lapangan dan supervisi.
4. Penelitian langsung (survei/kajian).
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan
penyelenggaraan Program Jamkesmas secara rutin setiap bulan. Data dan laporan dari
puskesmas dan RS yang mengikuti Program Jamkesmas dikirim ke Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya
dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap
bulan ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.
Tim Pengelola Jamkesmas kabupaten/kota membuat dan mengirimkan umpan balik
(feedback) pelaporan ke puskesmas dan RS. Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi
Pemantauan
dan Evaluasi
Program
Pertanggungjawaban
dana Jamkesmas
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 17 dari 64
membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat membuat dan mengirimkan umpan
balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 18 dari 64
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Hasil pengujian terhadap SPI atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program
Jamkesmas menunjukkan terdapat kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian,
terutama dalam unsur kebijakan terkait pengelolaan dan pertanggungjawaban Program
Jamkesmas yang ditetapkan dengan SK Menkes (Manlak Program Jamkesmas).
Manlak tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum bagi kegiatan yang melibatkan
berbagai instansi lintas sektoral dan penetapan kebijakan dilaksanakan terlambat dan
berlaku surut sehingga pelaksanaannya banyak terjadi ketidaksesuaian dengan Manlak
yang dijadikan acuan. Kebijakan terkait pengelolaan dana Program Jamkesmas juga
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan karena bertentangan dengan
kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan penetapan maskin peserta
Program Jamkesmas yang diserahkan mekanismenya kepada Pemda juga
menimbulkan banyak permasalahan, karena belum adanya pedoman mengenai
pendataan maskin yang berhak.
Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas, pemerintah pusat
dan daerah telah menetapkan SPI untuk memastikan tercapainya tujuan Program
Jamkesmas. Namun dari hasil pemeriksaan masih ditemukan kelemahan SPI baik pada
tingkat organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur kerja, pencatatan, pelaporan,
personalia, dan pengawasan.
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas dimulai dari Tingkat Pusat
hingga tingkat kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang didalam
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 dan 2009.
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Jamkesmas yang efektif dan efisien di
tingkat kota/kabupaten, Pemerintah Kota Padang telah membentuk :
a. Tim Pengelola Kota melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor
5011 Tahun 2008 tanggal 3 Januari 2008 untuk periode 2008. Sedangkan untuk
periode 2009 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 1085
Tahun 2009 yang bertugas untuk :
1. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan dan
manajemen keuangan;
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;
3. Menyusun dan membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan
melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
dengan susunan sebagi berikut:
a) Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang
b) Kordinator : 1 orang
c) Pelayanan : 1 orang
d) Keuangan dan Adm : 1 orang
e) Kepesertaan dan Kord. Verifikator : 1 orang
b. Surat Keputusan Walikota Padang Nomor 188.4.30/SK.SB.Bappeda/I.08 tanggal 8
Januari 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jaminan Pemeliharan
Evaluasi
Sistem
Pengendalian
Intern
Organisasi
Dinas
Kesehatan
Kota Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 19 dari 64
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas) Kota Padang Tahun 2008
menyebutkan yang bertugas :
1) Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan,
manajemen keuangan;
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;
3) Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri
Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat;
4) Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program Jamkesmas
tingkat Kota Padang;
5) Melakukan pembinaan dan pengendalian program Jamkesmas tingkat Kota
Padang dengan susunan sebagai berikut :
a) Pelindung : Walikota Padang
b) Ketua : Sekretaris Daerah Kota Padang
c) Anggota : Kepala Bappeda Kota Padang
d) Anggota : Asisten II Bidang Kesra
e) Anggota : Pimpinan RSUD Kota Padang
f) Anggota : Komisi D DPRD Kota Padang
g) Anggota : PT Askes Cabang Padang
h) Sekretariat, terdiri dari
a. Ketua : Kabid. Pemberdayaan Masyarakat dan
Kesehatan Lingkungan
b. Staf Sekretariat : Kabid. Sosbud Bappeda Kota Padang
c. Staf Sekretariat : Sub Bidang Sosial Bappeda Kota Padang
Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas, Tim Pengelola belum melaksanakan
tugasnya secara optimal antara lain dalam penyampaian laporan tidak dilaksanakan
secara tepat waktu. Sedangkan Tim Koordinasi belum melakukan pertemuan-
pertemuan dan masih terdapat peserta ganda antara peserta jamkesmas dan jamkesda.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 17 tahun 2008 tanggal 19
Desember 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Padang yang
telah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
Untuk mensukseskan pelaksanaan program Jamkesmas pada RSUD Kota Padang,
Direktur RSUD Kota Padang telah membentuk Tim Pengelola Jamkesmas melalui
Surat Keputusan Direktur RSUD Padang Nomor 445.549/SK Direktur/RSUD
P/IV/2009 tanggal 1 April 2009 tentang Tim Pengelola Jamkesmas/Jamkesda dan
Askes RSUD Padang yang bertugas untuk melaksanakan administrasi dan klaim
pelayanan terhadap pasien pemegang Kartu Jamkesmas/Jamkesda dan Askes Kota
Padang dengan susunan sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab : Direktur RSUD Kota Padang
2. Koordinator : Kabag. Tata Usaha RSUD Kota Padang
Kabid. Keuangan dan Program RSUD Kota Padang
Kabid. Pelayanan RSUD Kota Padang
Kabid. Keperawatan RSUD Kota Padang
RSUD
Kota Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 20 dari 64
3. Ketua : 1 orang
4. Sekretaris : 1 orang
5. Anggota : 3 orang
6. Bendahara : 1 orang
Dalam pelaksanaan kegiatan Jamkesmas mulai dari pendaftaran peserta sampai
pengajuan klaim seluruhnya dilaksanakan oleh Tim Pengelola.
Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas sejak tahun 2008,
terjadi perubahan yang sangat mendasar. Departeman Kesehatan (Depkes) semula
sebagai regulator dan dilaksanakan oleh PT Askes, maka dengan Program Jamkesmas
Depkes sekaligus sebagai regulator dan pelaksana.
Perubahan kebijakan tersebut tidak dilakukan secara cermat, hal tersebut dapat
diketahui adanya beberapa kelamahan sebagai berikut:
1. Pedoman atau petunjuk terkait dengan pelaksanaan Program terlambat ditetapkan,
contoh:
1) Pedoman penyelenggraan Program Jamkesmas baru ditetapkan oleh Menkes
pada tanggal 6 Februari 2008 melalui Keputusan No
125/Menkes/SK/III/2008. Ketentuan tersebut berlaku surut sejak 1 Januari
2008.
2) Petunjuk teknis Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya, baru ditetapkan
oleh Dirjen Binkesmas pada tanggal 21 Agustus 2008 melalui keputusan No.
HK.02.03/BI.3/2318/08.
3) Software INA-DRG baru diujicobakan pada 15 RSUP sebagai proyek
percontohan, dimulai Bulan September 2008.
Padahal menurut Manlak Jamkesmas, pembayaran klaim sejak periode Juli
2008 seharusnya menggunakan INA-DRG. Dengan menerapkan INA-DRG
setiap PPK (RS) lanjutan dapat memberikan pelayanan secara efisien dan
efektif, yaitu dengan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Penyerahan
software kepada PPK lanjutan dan pelatihan INA-DRG baru dimulai pada
Bulan April 2009.
Kendala yang dihadapi oleh PPK dalam menerapkan INA-DRG antara lain:
(1) Ketidaksiapan SDM dan perangkat pendukung di RS.
(2) Pertanggungjawaban secara lengkap dengan mengisi file atas form-form
yang ditetapkan dalam softcopy, perlu sosialisasi,sementara software
tersebut digunakan untuk memverifikasi tagihan sejak Januari 2009.
3. Kelemahan lainnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam kebijakan
pendataan yang dilakukan oleh Pemda provinsi/kabupaten/kota yaitu penetapan
kriteria untuk menentukan maskin menjadi peserta Jamkesmas. Selain itu,
sebagian Pemda belum sepenuhnya memberikan kontribusi dana pendamping bagi
pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas dan terjadi ketidaksesuaian kebijakan
pengelolaan dana Jamkesmas antara Pemda berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Mendagri) dan SE Menkes sebagai pemilik program. Melalui surat No.
113/Menkes/II/2008 tanggal 4 Februari 2008 dan No. 028/Menkes/I/2009 tanggal
12 Januari 2009, dinyatakan bahwa dana Jamkesmas merupakan dana bantuan
Kebijakan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 21 dari 64
sosial yang secara langsung dapat digunakan oleh RS/PPK untuk pelayanan
peserta Jamkesmas tanpa dilewatkan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal
lain yang menjadi kendala dalam penetapan kebijakan pada masing-masing Pemda
adalah Manlak Jamkesmas terlambat disampaikan kepada PPK dan adanya
perubahan kebijakan terkait pola pertanggungjawaban klaim oleh RS, sehingga
berpengaruh pada proses pertanggungjawaban secara keseluruhan.
Pemerintah Kota Padang tidak memiliki kebijakan yang mengatur khusus tentang
pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman
Pelaksanaan (manlak) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas
luncuran dana Jamkesmas tidak disetorkan ke Kas Daerah namun langsung digunakan
oleh UPTD dhi. Puskesmas-puskesmas yang menerima luncuran dana langsung dari
Pusat.
Untuk Puskesmas seluruh alokasi dana luncuran Jamkesmas digunakan secara
langsung dan untuk penggunaannya diatur sesuai dengan Surat Keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 3603/VIII.SK/YANKES-DKK/2008 tanggal
Agustus 2008 tentang Penetapan Proporsi penggunaan Dana Program Jaminan
Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun
2008 yang memutuskan proporsi penggunaan dana Jamkesmas untuk :
a. Pelayanana kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
c. Biaya Persalinan
d. Pelayanan Spesialistik
e. Pelayanan Gawat Darurat
f. Pelayanan Rujukan Gawat Darurat
g. Dukungan Manajemen Puskesmas.
Lebih lanjut diatur dalam Lampiran Keputusan Kepala Dinas dengan rincian sebagai
berikut:
I. Dana Pelayanan Kesehatan Dasar
A. Jasa Pelayanan Kesehatan 20%
B. Biaya transportasi untuk pelayanan kesehatan dasar luar gedung
Rp25.000,00/hari
C. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama (RITP) diluar persalinan
untuk puskesmas perawatan, dengan unit cost rawat inap per hari
Rp50.000,00. Biaya perawatan termasuk akomodasi dan makan pasien,
biaya petugas jaga dan jasa pelayanan. Untuk pengadaan obat dan bahan
habis pakai menggunakan obat-obatan dan bahan habis pakai dari
pengadaan di Kabupaten/Kota.
D. Jasa tindakan pelayanan gawat darurat Rp10.000,00/paket
E. Jasa pelayanan spesialistik disesuaikan dengan peraturan daerah
F. Operasional dan manajemen puskesmas
II. Dana Pelayanan Kebidanan (Persalinan) dengan rincian biaya unit cost paket
rawat inap per hari Rp50.000,00; jasa tindakan persalinan normal
Rp200.000,00; dan jasa tindakan persalinan dengan penyulit (PONED)
Rp500.000,00.
III. Pemanfaatan dana tidak boleh tumpang tindih atau duplikasi dengan sumber
dana lain.
Dinas
Kesehatan
Kota
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 22 dari 64
Dana Jamkesmas digunakan untuk operasional puskesmas berdasarkan Planning of
Action (POA) yang dibuat oleh masing-masing puskesmas tersebut, dimana untuk
penggunaannya/pencairannya harus mendapatkan persetujuan dari tim pengelola kota.
Disamping Jamkesmas bagi masyarakat miskin yang tidak terdaftar dalam
keanggotaan Jamkesmas, Pemerintah Kota Padang juga telah menyediakan Jamkesda
yang sumber dananya merupakan sharing cost dengan Provinsi Sumatera Barat sejak
Desember 2007. Anggaran Jamkesda berada pada Dinas Kesehatan Kota Padang yang
bekerjasama dengan PT Askes dengan sistem kontrak asuransi yang diperpanjang
setiap tahunnya. Untuk Tahun 2009 Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Askes
(Persero) Cabang Padang dengan Dinas Kesehatan Kota Padang tentang Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat Mendekati Miskin/Tidak Mampu (Program Kemitraan) di
Puskesmas masih dalam proses penyusunan.
Sesuai dengan janji Walikota Incumbent yakni pelayanan kesehatan gratis, maka sejak
tahun 2009 untuk pengobatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di Puskesmas
tidak dikenakan biaya atau gratis, bahkan untuk warga miskin yang tidak memilki
biaya untuk transportasi ke Puskesmas, maka setelah selesai pengobatan akan
diberikan pengganti transport sebesar Rp2.000,00 per orang per kunjungan. Untuk
sumber dananya dibiayai dari zakat penghasilan pegawai di lingkungan Pemerintah
Kota Padang yang dikelola oleh pihak ketiga, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) Kota
Padang.
Dukungan RS terhadap Program Jamkesmas berjalan baik dengan memberikan
kemudahan pelayanan bagi pasien Jamkesmas sehingga berdasarkan wawancara
dengan pasien Jamkesmas, pasien tidak merasa kesulitan dan mengalami hambatan
selama melakukan pengobatan di RS. Pihak Manajemen Rumah Sakit tidak memiliki
kebijakan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan
Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman Pelaksanaan (manlak) yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas luncuran dana Jamkesmas
tidak melalui Kas Daerah namun langsung ditransfer ke rekening milik Rumah Sakit.
Pada RSUD Kota Padang, seluruh luncuran dana Jamkesmas ditampung pada
rekening penampungan Jamkesmas di BRI, kemudian berdasarkan jumlah klaim yang
telah disetujui oleh verifikator Independen dana tersebut ditarik kemudian digunakan
untuk pembelian obat, pembelian Bahan Habis Pakai (BHP) dan untuk pembayaran
jasa sarana dan prasarana, dan jika masih terdapat kelebihan maka disimpan pada
rekening Bank Nagari atas nama RSUD Padang. Penggunaan dana luncuran
Jamkesmas di RSUD diatur oleh Surat Keputusan Direktur RSUD Nomor 445.580/SK
Direktur/RSUD P/III/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Petunjuk Operasional
Penggunaan Jasa Pelayanan Pasien Askes Pegawai, Jamkesmas dan Jamkesda Rumah
Sakit Umum Daerah Padang yang antara lain mengatur besarnya jumlah setoran ke
Kas Daerah. Jumlah setoran ke Kas Daerah ditetapkan sebesar 15% dari Jasa Sarana,
sedangkan untuk Jasa sarana sendiri ditetapkan sebesar 60% dari total klaim yang
disetujui. Dengan kata lain, jumlah setoran ke Kas Daerah adalah sebesar 9% dari total
klaim yang disetujui, dan sisanya digunakan langsung untuk operasional Rumah Sakit.
Hasil evaluasi terhadap kebijakan Pemerintah Kota Padang terhadap penerimaan dan
pengeluaran dana Jamkesmas di RSUD Kota Padang dan Puskesmas-puskesmas Kota
Padang belum sesuai dengan pengelolaan Keuangan Daerah. Dana Jamkesmas yang
diterima digunakan langsung oleh puskesmas, sedangkan di RSUD Kota Padang
RSUD
Kota
Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 23 dari 64
sebesar 9% dari klaim dana jamkesmas telah disetor ke kas daerah dan sisanya 91%
digunakan langsung.
Hasil evaluasi atas perencanaan yang telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa perencanaan dalam rangka penyaluran dana pelayanan kesehatan
ke puskesmas dan jaringannya belum memperhatikan kebutuhan puskesmas.
POA merupakan unsur perencanaan yang wajib dibuat oleh puskesmas dan harus
mendapat persetujuan kepala Dinkes kabupaten/kota untuk pencairan anggaran
Jamkesmas. POA yang disusun oleh puskesmas berupa POA tahunan (pada awal
kegiatan) maupun POA bulanan/triwulanan/tahunan sebagai rencana pelaksanaan
kegiatan bulanan/triwulanan. Hasil evaluasi atas kegiatan penyusunan anggaran oleh
puskesmas dalam bentuk POA menunjukkan bahwa secara umum puskesmas belum
menyusun POA bulanan/triwulanan/tahunan.
Hasil evaluasi atas prosedur kerja Pemerintah Kota Padang tidak memiliki SOP untuk:
• Tim Pengelola Jamkesmas
• SOP untuk rekruitmen verifikator independen
• Prosedur monitoring dan evaluasi PPK
• SOP tentang pedataan masyarakat miskin Jamkesmas
• Prosedur koordinasi tim dengan PT Askes, Dinas Kesehatan, Direktur PPK Tingkat
Lanjut, Satker yang melakukan pendataan, atau internal tim.
Seluruh tugas, kegiatan Tim Pengelola Jamkesmas mengacu kepada Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 dan diperbaharui dengan Pedoman Pelaksanaan
Jamkesmas Tahun 2009.
Beberapa prosedur kerja yang belum diatur dalam Manlak Program Jamkesmas yaitu
mekanisme penilaian kinerja verifikator independen, dan mekanisme pembuatan PKS
antara Pemda dengan RS. Selain itu Depkes belum secara optimal dalam menyediakan
sarana dan prasarana pendukung Program Jamkemas di RS, dan kegiatan manajemen
kepesertaan yang telah dilaksanakan oleh PT Askes (Persero) dalam penyelenggaraan
Program Jamkesmas sampai dengan Bulan Juni 2009 belum diikat dengan PKS.
Disamping itu Pertanggungjawaban dan kapitasi pada puskesmas dan jaringannya
tidak terintegrasi dengan sistem pengelolaan keuangan daerah dan pendistribusiannya
mengalami keterlambatan, dan Software Jamkesmas 2008 dan INA-DRG 2009
terlambat diterima dan belum dapat dioperasionalkan oleh RS sesuai kebutuhan.
Penerimaan dana Jamkesmas oleh Puskesmas adalah melalui PT Pos, sedangkan
penerimaan dana Jamkesmas oleh RS adalah melalui rekening RS masing-masing
sesuai dengan yang dilaporkan kepada Depkes. Namun dalam pelaksanaannya SK
tentang Alokasi Dana Jamkesmas dari Depkes tidak rutin diterima setiap awal
triwulan.
Hasil evaluasi atas pencatatan dan pelaporan diketahui bahwa pelaporan secara
berjenjang dari PPK (puskesmas dan RS) sampai ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat
Prosedur
Kerja
Pencatatan
dan
Pelaporan
Perencanaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 24 dari 64
tidak dilaksanakan secara tertib. Penyampaian laporan dari Tim Pengelola Kota
kepada Tim Pengelola Provinsi tidak disampaikan tepat waktu.
Tim Pengelola Kota Padang telah melakukan pencatatan atas dana yang dikelolanya,
seperti dana Dekon dan dana Bantuan Sosial dari Departemen Kesehatan yang
digunakan untuk biaya operasional dan honor Tim Pengelola Kota. Sedangkan untuk
masing-masing puskesmas memiliki Bendahara tersendiri yang mencatat dan
membukukan transaksi keluar masuk dana Jamkesmas. Bendahara Jamkesmas
biasanya juga merangkap sebagai Bendahara Jamkesda. Paling lambat tanggal 5 setiap
bulannya masing-masing puskesmas membuat laporan penerimaan dan penggunaan
dana Jamkesmas sesuai Manlak yang ditandantangani oleh Kepala Puskesmas.
Kemudian tanggal 10 setiap bulannya Tim Pengelola Kota melakukan kompilasi
laporan dari seluruh Puskesmas tersebut untuk dikirimkan kepada Tim Koordinasi
Provinsi.
Sekretariat Tim Pengelola Program Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang setiap
bulannya melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh laporan hasil kegiatan
Puskesmas di wilayah Kota Padang dengan menggunakan format yang telah
ditentukan dalam Juknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008 dan
mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi cq Sekretariat Tim Pengelola Program
Jamkesmas Dinas Kesehatan Provinsi.
Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas Kota Padang juga telah membuat
laporan pertanggungjawaban dana Bansos dan Dekon untuk mendanai kegiatannya
dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Pencatatan atas pengelolaan dana Jamkesmas dilaksanakan oleh Tim Pelaksana
Jamkesmas RSUD dengan menunjuk satu orang bendahara Jamkesmas yang
bertanggungjawab terhadap penggunaan dana luncuran dari pusat dan
menyelenggarakan pembukuan dan kelengkapan administrasi penggunaan dana.
Bendahara Jamkesmas telah membuat BKU atas dana jamkesmas yang
pengelolaannya terpisah dari bendahara rutin RSUD. Sejak Tahun 2008 RSUD Kota
Padang telah mengalami pergantian bendahara Jamkesmas sebanyak 4 kali.
RSUD Padang sebagai pemberi pelayanan kesehatan setiap bulannya berkewajian
membuat laporan bulanan yang disampaikan kepada kepada Tim Pengelola Kota
untuk kemudian dikompilasikan dan dikirimkan kepada Tim Pengelola Provinsi.
Namun dalam pelaksanannya, selama Tahun 2008 Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD
Padang tidak pernah membuat laporan bulanan untuk disampaikan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas Kota. Sampai saat ini Tim pelaksana RSUD baru membuat
laporan bulan Januari sampai dengan September 2008 pada Februari 2009. Sedangkan
untuk bulan Oktober 2008 sampai Agustus 2009, Tim Pelaksana RSUD belum
membuat laporan pelaksanaan jamkesmas.
Hasil evaluasi terhadap personalia pendukung Program Jamkesmas menunjukkan
adanya kekurangan dan ketidaksiapan tenaga pelaksana Program Jamkesmas. Hal
tersebut terlihat dari kurangnya tenaga pembukuan di puskesmas dan ketidaksiapan
tenaga administrasi, petugas coder, tenaga medis untuk menuliskan diagnosa yang
sesuai dengan sistem INA DRG, bagian farmasi, hingga verifikator independen di RS.
Personalia
Dinas
Kesehatan
RSUD Kota
Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 25 dari 64
Tenaga pelaksana di lapangan untuk Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang terdiri
dari 3 orang, dimana Personil yang menangani Jamkesmas hanya 2 orang dan 1 orang
yang menangani Jamkesda. Dibandingkan dengan jumlah kepesertaan untuk program
Jamkesmas dan Jamkesda jumlah personil tersebut sangat minim.Personil yang
menangani Jamkesmas dan Jamkesda adalah sama dan terletak pada satu seksi yang
sama, yakni seksi Pelayanan Kesehatan.
Sedangkan untuk di puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
bidan dan perawat yang tersedia kurang memadai untuk melayani pasien Jamkesmas.
Untuk memperlancar pelaksanaan program Jamkesmas di RSUD, diperlukan SDM
dengan jumlah dan kualitas yang memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2008. Pada RSUD
Padang jumlah SDM unit pelayanan masih sangat terbatas untuk pengelolaan program
jamkesmas di Rumah Sakit. Berdasarkan questioner diketahui bahwa RSUD Padang
termasuk RS tipe C dengan rincian tenaga medis sebagai berikut :
a. Jumlah Dokter Umum : 39 orang
b. Jumlah Spesialis : 12 orang
c. Jumlah Sub Spesialis : 2 orang
d. Jumlah Perawat : 87 orang
e. Jumlah Entry Data : 3 orang
f. Jumlah Coder : 11 orang (seluruh pegawai bagian Rekam
Medis
g. Jumlah Verifikator Independen : 2 orang
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga medis sangat tidak
memadai untuk pelayanan rumah sakit dengan tipe C.
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif
dan efisien sesuai prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan dilaksanakan
oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota secara berkala (bulanan, triwulanan, semesteran,
maupun tahunan) melalui pertemuan dan koordinasi, pengelolaan pelaporan program,
kunjungan lapangan dan supervisi, serta penelitian langsung.
Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program Jamkesmas dilakukan oleh Aparat
Pengawasan Fungsional (Itjen Depkes dan BPKP). Pada Bulan November – Desember
tahun 2008 telah dilaksanakan pemeriksaan pelaksanaan Program Jamkesmas oleh
Itjen Depkes dan BPKP.
Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari
termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa kegiatan
pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan. Untuk meningkatkan
kinerja berikutnya, dilakukan analisis terhadap laporan hasil kegiatan.
Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas- puskesmas telah
dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kota dan telah dituangkan dalam laporan
hasil monitoring. Sedangkan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pelayanan di RS
dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kota dan Tim Pengelola Jamkesmas
Provinsi. Sejak pelaksanaan Jamkesmas tahun 2008 Tim Pengelola Kota dan Tim
Pengelola Provinsi tidak pernah turun atau melakukan supervisi ke RSUD Padang.
Pengawasan
Dinas
Kesehatan
RSUD
Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 26 dari 64
1. Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan
Sisa Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan
Petunjuk Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya
Versi BKU Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas) mengalokasikan
dana kapitasi untuk Puskesmas dalam dua tahap berdasarkan SK Menkes No.
HK.03.05/BI.1/3456/08 tanggal 28 November 2008 tentang Kab./Kota Penerima Dana
Program Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya. Alokasi dana kapitasi tahap ke
dua merupakan tambahan dana kapitasi tahap pertama akibat kesalahan penghitungan
saldo akhir 2007.
Dalam rangka penyaluran dana ke Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas menggunakan data
sisa dana kapitasi yang berada di Rekening Giro atas nama Puskesmas di PT POS
Indonesia (Persero). Saldo sisa dana kapitasi tersebut berbeda dengan dana yang
terdapat pada Laporan Pengelolaan Jamkesmas dari Dinas Kesehatan Kab./kota yang
memuat data sisa dana kapitasi seluruh Puskesmas di wilayahnya. Data sisa dana
kapitasi seluruh puskesmas diperoleh dari laporan masing-masing Puskesmas yang
merupakan gabungan saldo dana kapitasi di beberapa rekening yang dibuka
Puskesmas. Saldo tersebut berasal dari program-program jaminan kesehatan tahun-
tahun sebelumnya (PKPS-BBM dan Askeskin) maupun sisa dana yang ada di kas
Puskesmas.
Pada Tahun 2008, Dinas Kesehatan Kota Padang Provinsi Sumatera Barat menerima
dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
sebesar Rp1.623.403.000,00 dan pada Tahun 2009 sebesar Rp2.220.012.000,00.
Jumlah tersebut telah disalurkan kepada 20 Puskesmas yang ada di Kota Padang
sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2008
Nomor 3603/VII/SK/DKK/VII/2008 tanggal 23 Juli 2008 dan untuk Tahun 2009
berdasarkan SK Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 2687/SK/DKK/VI/2009
tanggal 1 Juni 2009.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa:
a. Besarnya dana Jamkesmas yang dialokasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang
pada Tahun 2008 dan 2009 dihitung dengan tidak mempertimbangkan saldo dana
Jamkesmas/Askeskin/PKPS-BBM tahun-tahun sebelumnya dengan rincian
sebagai berikut:
No Nama
Puskesmas
No & Nama
Rekening
Saldo tahun
Lalu yg
Dilaporkan
(Rp)
Jumlah Alokasi
Sesuai Maskin
(185.001 x 1000
x 12) (Rp)
Jumlah Alokasi
Seharusnya (Rp)
Realisasi
Penyaluran
Sesuai SK
Dinkes (Rp)
Selisih
1 2 3 4 5 6=5-4 7 8=7-6
Tahun 2008
1 Padang Pasir 2500000 564 91.791.393,00 102.981.442,27
2 Alai 2500000 575 50.155.439,00 43.082.192,94
3 Lapai 2500000 702 12.380.177,00 21.133.171,00
4 Nanggalo 2500000 611 46.525.754,00 45.529.745,75
5 Lubuk Buaya 2500000 520 25.316.165,00 169.118.003,58
Dinas
Kesehatan
Kota
Padang
Temuan
Pemeriksaan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 27 dari 64
No Nama
Puskesmas
No & Nama
Rekening
Saldo tahun
Lalu yg
Dilaporkan
(Rp)
Jumlah Alokasi
Sesuai Maskin
(185.001 x 1000
x 12) (Rp)
Jumlah Alokasi
Seharusnya (Rp)
Realisasi
Penyaluran
Sesuai SK
Dinkes (Rp)
Selisih
1 2 3 4 5 6=5-4 7 8=7-6
6 Air Dingin 2500000 495 64.719.453,00 124.597.105,76
7 Air Tawar 2500000 677 11.713.927,00 19.940.098,67
8 Ulak Karang 2500000 597 11.524.148,36 35.678.126,39
9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 145.668.868,63
10 Seberang Padang 2500000 519 35.927.915,00 30.282.983,11
11 Rawang 2500000 622 69.928.500,85 56.170.898,27
12 Pemancungan 2500000 553 18.493.000,00 55.302.411,79
13 Pauh 2500000 713 91.270.168,00 100.261.939,15
14 Lubuk Kilangan 2500000 531 14.706.786,00 80.839.423,33
15 Lb. Begalung 2500000 688 102.897.476,00 146.072.407,80
16 Pegambiran 2500000 586 122.207.719,00 127.097.294,11
17 Kuranji 2500000 699 40.819.436,00 50.477.486,91
18 Belimbing 2500000 508 74.475.642,00 108.183.588,55
19 Ambacang 2500000 542 34.772.754,00 83.602.789,40
20 Bungus 2500000 644 28.527.070,00 77.383.022,59
Total 1.048.086.383,21 2.220.012.000,00 1.171.925.616,79 1.623.403.000,00 451.477.383,21
Menurut SK Menkes 2008 596.609.000,00 2.220.012.000,00 1.623.403.000,00 1.623.403.000,00 0,00
Selisih 451.477.383,21 0,00 (451.477.383,21) 0,00 451.477.383,21
Tahun 2009
1 Padang Pasir 2500000 564 88.606.535,00 212.500.000,00
2 Alai 2500000 575 60.004.883,00 65.000.000,00
3 Lapai 2500000 702 11.011.038,59 90.000.000,00
4 Nanggalo 2500000 611 43.894.324,00 175.000.000,00
5 Lubuk Buaya 2500000 520 78.669.441,00 212.500.000,00
6 Air Dingin 2500000 495 68.770.008,30 205.000.000,00
7 Air Tawar 2500000 677 3.878.112,00 91.000.000,00
8 Ulak Karang 2500000 597 15.361.424,36 102.500.000,00
9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 140.000.000,00
10 Seberang Padang 2500000 519 22.827.539,00 127.500.000,00
11 Rawang 2500000 622 106.970.143,85 36.512.000,00
12 Pemancungan 2500000 553 35.593.707,00 77.500.000,00
13 Pauh 2500000 713 118.223.441,97 127.500.000,00
14 Lubuk Kilangan 2500000 531 55.391.709,92 77.500.000,00
15 Lb. Begalung 2500000 688 186.506.708,00 47.500.000,00
16 Pegambiran 2500000 586 202.861.036,00 45.000.000,00
17 Kuranji 2500000 699 49.771.422,00 90.000.000,00
18 Belimbing 2500000 508 144.135.850,00 47.500.000,00
19 Ambacang 2500000 542 86.751.293,00 90.000.000,00
20 Bungus 2500000 644 39.910.292,00 160.000.000,00
Total 1.519.072.368,99 2.220.012.000,00 700.939.631,01 2.220.012.000,00 1.519.072.368,99
Sisa dana menurut SK Menkes 2009 0,00 2.220.012.000,00 2.220.012.000,00 2.220.012.000,00 0,00
Selisih 1.519.072.368,99 0,00 1.519.072.368,99) 0,00 1.519.072.368,99
Saldo dana Tahun 2007, berasal dari program-program sejenis tahun sebelumnya
(PKPS BBM, JPK MM, Askeskin). Namun Laporan yang ada tidak memisahkan
sumber dana tersebut secara jelas.
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sisa dana Jamkesmas Tahun 2007 yang ada
di Dinas Kesehatan Kota Padang sebesar Rp1.048.086.382.001,21 berbeda
dengan sisa dana Jamkesmas Kota Padang yang tercantum dalam SK Menkes No.
438/Menkes/SK/V/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang penerima dana program
Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya untuk tiap kabupaten/kota TA 2008
yaitu sebesar Rp596.609.000,00. Sedangkan luncuran pada Tahun 2009 tidak
mempertimbangkan sisa dana 2008 (sebesar Rp1.519.072.368,99).
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 28 dari 64
Dari kondisi di atas diketahui bahwa sisa dana di Puskesmas yang dijadikan dasar
bagi peluncuran Tahun 2008 lebih kecil bila dibandingkan dengan sisa dana
sesungguhnya yang dimiliki Puskesmas, dengan selisih sebesar
Rp451.477.383,21. Demikian juga dengan alokasi bagi Dinas Kesehatan Kota
Padang di Tahun 2009 sebesar Rp2.220.012.000,00 tidak mempertimbangkan
sisa dana jamkesmas Tahun 2008 dan saldo sisa sebelumya (PKPS BBM,
Askeskin) yakni sebesar Rp1.519.072.368,99
b. Selain itu, dari hasil pemeriksaan lebih lanjut juga diketahui bahwa pengalokasian
dana Jamkesmas untuk Puskesmas pada Tahun 2008, tidak berdasarkan pada
Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008. Dinas
Kesehatan Kota Padang telah mengalokasikan terlebih dahulu dana kapitasi untuk
Puskesmas Rawatan berdasarkan tingkat rawat inap tahun sebelumnya. Untuk
kemudian terhadap sisa dana kapitasi setelah dikurangi bagian Puskesmas
rawatan dialokasikan ke seluruh Puskesmas di Kota Padang. Pengalokasian sisa
dana kapitasi non rawatan ini ke masing-masing Puskesmas tidak berdasarkan
perhitungan yang jelas. (rincian pada lampiran 3.1)
c. Sisa dana yang dilaporkan oleh Puskesmas pada akhir 2007 tidak sama dengan
jumlah yang tercatat pada BKU masing-masing Puskesmas. Ketika
dikonfirmasikan ke Puskesmas dan pihak pengelola Jamkesmas Kota Padang,
diperoleh keterangan bahwa perbedaan tersebut karena kesalahan pengetikan oleh
Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang dalam proses pencatatan
saldo masing-masing puskesmas tersebut.(rincian pada lampiran 3.2)
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
a. Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008 Bab III
poin B mengenai Alokasi Dana yang menyatakan bahwa Saldo dana Jamkesmas
yang merupakan bantuan sosial digunakan untuk membiayai kegiatan di tahun
berikutnya. Alokasi dana tiap Kab./Kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan
tidak mampu yang ditetapkan Menkes (kuota) dikalikan Rp1.000,00 dikalikan 12
bulan. Sedangkan alokasi dana tiap Kab./Kota dan selanjutnya dikirim ke
rekening puskesmas, besarannya dikurangi dengan sisa dana Tahun 2007 yang
masih tecatat di rekening giro POS per Januari 2008, sehingga alokasi dana per
puskesmas yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kab./Kota harus
memperhatikan sisa dana di puskesmas.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Dana Jamkesmas yang diterima oleh masing-masing puskesmas tidak tepat
jumlah (berlebih) sebesar Rp451.477.383,21 untuk TA 2008 dan sebesar
Rp1.519.072.368,99 untuk TA 2009.
b. Dana Jamkesmas yang berlebih berpotensi untuk digunakan tidak sesuai
peruntukkannya.
Hal tersebut terjadi karena :
a. Kepala Dinas Kesehatan tidak memperhatikan ketentuan tentang pengalokasian
dana kapitasi.
b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lalai dalam melaporkan
sisa dana yang masih berada pada masing-masing puskesmas yang berada
diwilayahnya.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 29 dari 64
c. Kepala Puskesmas lalai dan tidak melaporkan seluruh saldo rekening mereka di
PT. Pos Indonesia, Bank BRI, Bank BPD dan bank lainnya kepada Tim Pengelola
Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang.
Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menjelaskan bahwa
langkah-langkah yang dilakukan untuk menyalurkan dana kapitasi ke puskesmas
Tahun 2008 yaitu dengan menjumlahkan sisa dana Tahun 2007 yang ditetapkan pusat
ditambah luncuran Tahun 2008, kemudian dialokasikan ke puskesmas berdasarkan
jumlah maskin, utilisasi rawat inap dan rawat jalan. Sedangkan untuk Tahun 2009
adalah dengan mengurangi quota dari pusat dengan sisa dana Tahun 2008 kemudian
diakalikan 2,5 kali dari jumlah sebelumnya.
BPK RI merekomendasikan agar Kepala Dinas Kesehatan dalam menetapkan alokasi
luncuran dana kapitasi kepada puskesmas pembagiannya mempedomani pedoman
pelaksanaan jamkesmas pada puskesmas dan jaringannya.
2. Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang
Sebesar Rp59.052.400,00 Tidak Sesuai Ketentuan
Pemerintah Kota Padang memiliki 20 Puskesmas yang merupakan UPTD Dinas
Kesehatan yang tersebar pada 11 kecamatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Kesehatan Nomor 483/Menkes/SK/IV/2008 tentang Penerima Dana Program
Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya. Pemerintah Kota Padang mendapatkan
alokasi dana sebesar Rp1.623.403.000,00, sedangkan untuk Tahun 2009 berdasarkan
SK Menkes Nomor 256/Menkes/SK/IV/2009, Pemerintah Kota Padang mendapatkan
alokasi sebesar Rp2.220.012.000,00. Jumlah dana dari pusat tersebut setiap tahunnya
dialokasikan kepada 20 Puskesmas sesuai dengan SK kepala Dinas Kesehatan Kota
Padang No.2687/SK/DKK/VI/2009 tentang penerima alokasi dana pelayanan
kesehatan dasar dan persalinan bagi penduduk miskin Kota Padang Tahun Anggaran
2009, dan SK Kepala Dinas No.3603/VII/SK/DKK/VII/2008 tanggal 22 Juli 2008.
Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik pada lima puskesmas yang ada di Kota
Padang diketahui hal-hal berikut:
a. Alokasi dana luncuran untuk ke-lima puskesmas tersebut adalah sebagai berikut :
No. Nama Puskesmas
Tahun
2008
(Rp)
2009
(Rp)
1 Puskesmas Andalas 145.668.868,63 140.000.000,00
2 Puskesmas Padang Pasir 102.981.442,27 212.500.000,00
3 Puskesmas Lubuk Begalung 146.072.407,80 47.500.000,00
4 Puskesmas Bungus 77.383.022,59 160.000.000,00
5 Puskesmas Lubuk Buaya 169.118.003,58 212.500.000,00
Total: 641.223.744,87 772.500.000,00
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap SPJ dari kelima Puskesmas yang diuji
petik terdapat penggunaan dana Jamkesmas tidak sesuai ketentuan yang berlaku,
antara lain sebagai berikut:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 30 dari 64
No. Uraian Nilai (Rp)
1 Puskesmas Andalas
Biaya Konsumsi Mini Lokakarya
Biaya Spanduk
Biaya Service Alat Elektronik
Biaya Pembakaran Sampah Medis
Biaya Cetak Kartu
Biaya Cetak Kertas Resep
10.500.000,00
815.000,00
2.097.000,00
1.191.250,00
1.800.000,00
540.000,00
Jumlah I 16.943.250,00
2 Puskesmas Padang Pasir
Biaya Konsumsi Mini Lokakarya
Biaya Spanduk
Biaya Service elektronik
Biaya Pembakaran Sampah Medis
Biaya Sedot WC
Biaya Kartu
Biaya Registrasi Posyandu
Biaya Foto Dokumentasi
Biaya Cetak Kertas Resep
16.497.100,00
275.000,00
2.583.500,00
1.764.000,00
250.000,00
4.450.000,00
402.000,00
500.000,00
1.050.000,00
Jumlah II 27.771.600,00
3 Puskesmas Lubuk Begalung
Biaya Cetak
3.450.000,00
Jumlah III 3.450.000,00
4 Puskesmas Bungus
Pembakaran Sampah Obat
Biaya Konsumsi Mini Lokakarya
108.000,00
4.329.550,00
Jumlah IV 4.437.550,00
5 Puskesmas Lubuk Buaya
Pajak Kendaraan Bermotor
Biaya Konsumsi Mini Lokakarya
2.660.000,00
3.790.000,00
Jumlah V 6.450.000,00
Jumlah 59.052.400,00
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa untuk Tahun 2008, proporsi penggunaan
dana Jamkesmas Kota Padang diatur berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Nomor 3603/VIII/Yankes-DKK/2008 tanggal Agustus 2008 tentang
Penetapan Proporsi Penggunaan Dana Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun 2008. Berdasarkan SK
tersebut proporsi dana tersebut terdiri dari a) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP); b) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama
(RITP); c) Biaya Persalinan; d) Pelayanan Spesialistik; e) Pelayanan Gawat Darurat; f)
Pelayanan Rujukan Gawat Darurat; g) Dukungan Manajemen Puskesmas.
Penggunaan dana lebih lanjut diatur berdasarkan Lampiran Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Padang Tanpa (Nomor --/--SK/YANKES-DKK/2008) tanggal 24 juli
2008 tentang Penetapan jenis kegiatan dan jasa penggunaan dana program jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun
2008. Dari lampiran SK tersebut terdapat penggunaan-penggunaan dana yang tidak
sesuai Manlak dan Juknis Pelaksanaan Jamkesmas di Puskesmas, antara lain:
penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) termasuk
pencatatan dan pelaporan serta kartu rekam medis, biaya untuk perpanjangan STNK
kendaraan operasional Puskesmas, biaya untuk menunjang mutu pelayanan di
puskesmas dan jaringannya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008, Bab III Pendanaan, Poin E
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 31 dari 64
tentang Pemanfaatan Dana yang mengatakan bahwa pemanfaatan dana disesuaikan
dengan alokasi biaya untuk setiap kegiatan yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Pembayaran Retribusi
b. Operasional Pelayanan Kesehatan
c. Pelayanan Rawat Inap
d. Pertolongan Persalinan
e. Pelayanan Spesialis
f. Transportasi Rujukan
Hal tersebut mengakibatkan pemanfaatan dana Jamkesmas untuk Puskesmas dan
jaringannya tidak tepat sasaran sebesar Rp59.052.400,00;
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Kepala Dinas Kesehatan dalam menerbitkan Surat Keputusan tentang alokasi
dana pelayanan penetapan kesehatan dasar dan persalinan bagi penduduk miskin
di Puskesmas dan Jaringannya tidak mempedomani ketentuan/ aturan yang lebih
tinggi;
b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lemah dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan dana oleh Puskesmas
yang berada dibawah unit kerjanya.
Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan bahwa
dasar pembuatan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penggunaan dana Jamkesmas
masih mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar dan Pertolongan
Persalinan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di
Puskesmas dan Jariangannya Tahun 2007. Selain itu dengan APBD saat ini yang
sangat minim dan dana lainnya tidak memadai, memang puskesmas menggunakan
dana Jamkesmas untuk tambahan biaya operasional.
BPK RI merekomendasikan agar:
a. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang mempedomani ketentuan yang berlaku
dalam menerbitkan Surat Keputusan;
b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lebih aktif melakukan
pengendalian dan pengawasan atas penggunaan dana Jamkesmas di puskesmas-
puskesmas se-Kota Padang.
3. Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana
Jamkesmas dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang
Statusnya SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan
Pengelolaan Keuangan Daerah
Seluruh Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota menerima bantuan sosial dari Pemerintah
Pusat (Departemen Kesehatan) berupa dana Jamkesmas yang ditransfer langsung ke
rekening penampungan dana Jamkesmas milik Rumah Sakit (RS), termasuk RS yang
masih berstatus SKPD. Atas penerimaan dana luncuran Jamkesmas tersebut setiap
Pemda mempunyai kebijakan akuntansi yang berbeda-beda. Hasil pemeriksaan
terhadap pengelolaan dana Jamkesmas dan penyajiannya pada laporan keuangan atas
RSUD Kota Padang yang disampel diketahui bahwa RSUD Kota Padang menyetorkan
sebagian dana luncuran tersebut ke Kas Daerah sedangkan Puskesmas sebagai UPTD
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 32 dari 64
Dinas Kesehatan tidak menyetorkan dana kapitasi pengelolaan Jamkesmas ke Kas
Daerah. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada tabel berikut :
No.
Pemberi
Pelayanan
Kesehatan
Kab./Kota
Jumlah
Luncuran 2008
(Rp)
Perlakuan Dana Luncuran
Disetor Kas
Daerah
(Rp)
Digunakan
Langsung
(Rp)
1 RSUD
Padang Padang 1.669.888.423,67 204.989.028,00 1.464.899.395,67
2 20 Puskesmas Padang 1.623.403.000,00 0,00 1.623.403.000,00
a. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Selama ini atas dana-dana luncuran Askes Sosial/Pegawai, Jamkesmas, dan
Jamkesda penggunaannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Nomor 445.580/SK Direktur/RSUD.P/III/2008 tanggal 24 Maret 2008 yang
mengacu pada SK Menteri Kesehatan yang membagi Penerimaan RSUD sebesar
60% untuk Jasa Sarana dan 40% untuk Jasa Pelayanan. Jumlah yang disetorkan
ke Kas Daerah adalah sebesar 15% dari Jasa Sarana dan dicatat sebagai
pendapatan retribusi pelayanan kesehatan pada LK Kota Padang sedangkan
sisanya digunakan langsung sebagai biaya operasional dan pengadaan obat
RSUD.
b. Puskesmas se Kota Padang
Atas dana Kapitasi Askes Sosial/Pegawai, Jamkesmas dan Jamkesda yang
diterima oleh Puskesmas selama ini tidak disetorkan ke Kas Daerah dan
digunakan langsung oleh Puskesmas untuk kegiatan operasional Puskesmas.
Puskesmas menggunakan dana-dana luncuran tersebut berdasarkan POA yang
telah disetujui oleh Kepala Dinas Kota Padang. Untuk kebijakan penggunaannya
telah diatur dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang
Nomor 3603/VIII/SK/YANKES-DKK/2008 tanggal Agustus 2008 tentang
Penetapan Proporsi Penggunaan Dana Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun 2008.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Pasal 16 ayat
(2) menyatakan bahwa Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah
pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
Dalam menyikapi hal tersebut Pemerintah Kota Padang belum menetapkan suatu
kebijakan khusus yang mengatur hal tersebut. Sampai saat ini berdasarkan Perda
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Nomor 01 tahun 2008 dan Peraturan
Walikota Nomor 22 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota
Padang tidak ditemukan aturan/kebijakan tentang penggunaan pendapatan secara
langsung tersebut. Pemerintah Kota Padang menganut Cash Basis dimana Pendapatan
dan Pengeluaran diakui pada saat disetorkan/dikeluarkan ke/dari Kas Daerah.
Sehingga untuk dana yang ditrasfer langsung dari Pemerintah Pusat ke rekening
SKPD tanpa melalui rekening Kas Daerah tidak pernah tercatat dan dilaporkan oleh
SKPD yang bersangkutan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Dengan demikian selama ini Pemerintah Kota Padang belum menganggarkan
pendapatan dan belanja RSUD dan Dinas Kesehatan atas dana Kapitasi Askes
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 33 dari 64
Sosial/Pegawai, Jamkesmas, dan Jamkesda dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) RSUD dan Dinas Kesehatan. Sehingga atas saldo akhir tahun yang masih
terdapat pada masing-masing rekening penampungan Askes Sosial/Pegawai,
Jamkesmas, dan Jamkesda tidak tercatat dalam Laporan Keuangan RSUD maupun
Dinas Kesehatan dan juga tidak dilaporkan ke Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPKA) Kota Padang sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Atas permasalahan ini telah menjadi Catatan Pemeriksaan atas Pemeriksaan Laporan
Keuangan Kota Padang TA 2008 dengan Nomor LHP 172/S/XVIII.PDG/07/2009
tanggal 30 Juli 2009. Tanggapan pihak RSUD terhadap catatan pemeriksaan tersebut
adalah untuk unit kerja yang bertugas dalam pelayanan langsung kepada masyarakat
sebaiknya dapat mengelola sendiri keuangan unit kerjanya, mengingat jika harus
melalui Kas Daerah untuk mekanisme pengeluarannya membutuhkan waktu yang
relatif lama dan berbelit.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 16:
1) Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor seluruhnya ke
Kas Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah;
2) Ayat (3) yang menyatakan bahwa penerimaan Kementrian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak boleh digunakan
langsung untuk membiayai pengeluaran.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
1) Pasal 57 ayat (2) yang menyatakan bahwa Bendahara Penerima wajib
menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-
lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.
2) Pasal 59 ayat (1) yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang
merupakan penerimaan daerah tidak dapat diperguakan langsung untuk
pengeluaran
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 20 ayat (1) yang menyatakan bahwa seluruh
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara
bruto dalam APBD.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Penerimaan dan pengeluaran dana Jamkesmas di RSUD Padang tidak seluruhnya
tercatat dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Kota Padang
b. Dana Jamkesmas yang dikelola oleh RSUD Kota Padang kurang terkendali.
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Kebijakan Kepala Daerah yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran
RSUD dari dana Jamkesmas belum mempedomani ketentuan pengelolaan
Keuangan Daerah;
b. Belum adanya Kebijakan Kepala Daerah yang mengatur penerimaan dan
pengeluaran Puskesmas dari dana Jamkesmas.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 34 dari 64
Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur RSUD Kota Padang
menyatakan bahwa hal tersebut memang benar, dan atas dana luncuran yang tidak
disetorkan ke Kas Daerah karena dana tersebut merupakan dana bantuan sosial dari
Departemen Kesehatan sehingga tidak diharapkan untuk disetorkan ke Kas Daerah,
dan jika dana jamkesmas ini dimasukkan ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dikhawatirkan akan menghambat dan menjadi kendala dalam pelayanan masyarakat
miskin sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Menteri Kesehatan RI.
BPK RI menyarankan Walikota Padang agar:
a. Membuat kebijakan/peraturan daerah yang mengatur tentang dana Jamkesmas
yang diterima oleh RSUD Padang berpedoman pada ketentuan Pengelolaan
Keuangan Daerah;
b. Membuat kebijakan tentang dana Jamkesmas yang diterima oleh Puskesmas
dengan berpedoman pada ketentuan Pengelolaan Keuangan Daerah.
4. Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan
Jamkesda Kota Padang
Pemerintah Kota Padang telah membuat Keputusan Walikota Padang Nomor 118
Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Masyarakat Miskin Kota Padang. Keputusan tersebut memuat 185.001 jiwa yang
merupakan masyarakat miskin yang berhak untuk memperoleh layanan kesehatan
gratis melalui program Askeskin di Tahun 2007. Pada Tahun 2008, untuk program
Jamkesmas, tidak ada perubahan jumlah kuota masyarakat miskin dan nama peserta
Jamkesmas Kota Padang. Hanya dilakukan pendataan ulang atas jumlah data yang
ternyata masih kurang dalam database Askeskin Kota Padang di PT Askes (Persero)
Cabang Padang, sebanyak 36.925 jiwa. Atas jumlah kekurangan database tersebut
tidak diterbitkan Keputusan Walikota yang baru. Data masyarakat untuk mencukupi
kekurangan tersebut hanya diantarkan dalam bentuk softcopy ke PT Askes (Persero)
Cabang Padang. Dan sampai pemeriksaan berakhir, Tim BPK RI tidak berhasil
memperoleh softcopy tersebut.
Selanjutnya, Keputusan Walikota Padang Nomor 118 Tahun 2007 kemudian dirubah
dengan Keputusan Nomor 912 Tahun 2008 tentang Perubahan Keputusan Walikota
Padang Nomor 118 Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota Padang. Dalam keputusan tersebut
ditetapkan bahwa peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin Kota Padang Tahun 2008 sebanyak 38.099 kepala keluarga (185.001 jiwa) dan
dilakukan penggantian sejumlah nama peserta (12.430 jiwa). Jumlah tersebut
merupakan pengganti atas kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan
berbagai sebab (meninggal, pindah alamat, dan lain-lain).
Selain Keputusan Walikota Padang tersebut, juga terdapat Keputusan Kepala Dinas
Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang Nomor
465/II/SK/91/DKS PB2/2008 tentang Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam
Panti Asuhan Swasta Se-Kota Padang Tahun 2008. Lampiran Keputusan Kepala
Dinas Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang ini
memuat nama 572 jiwa, yang terdiri dari 558 jiwa anak panti asuhan dan 14 jiwa
gelandangan, pengemis, dan anak terlantar serta 12 jiwa bayi baru lahir dari peserta
Jamkesmas (belum ada sesuai data PT Askes dan belum ada SK Pemkotnya).
Sehingga jumlah peserta Jamkesmas keseluruhan di Kota Padang dan yang kemudian
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 35 dari 64
menjadi database/masterfile peserta Jamkesmas di PT Askes (Persero) Cabang
Padang adalah sebanyak 185.585 jiwa.
Pemerintah Kota Padang juga berpartisipasi pada program Jaminan Kesehatan
Masyarakat Umum (PJKMU) yang pelaksanaannya melalui mekanisme asuransi
kesehatan dan biaya sharing dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Partisipasi
ini terlihat melalui Keputusan Walikota Padang Nomor 67 Tahun 2009 tentang
Penetapan Nama Peserta Penerima Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum
(PJKMU)/Jamkesda Kota Padang Tahun 2008/2009 yang menyatakan bahwa peserta
Jamkesda Kota Padang sebanyak 23.896 jiwa.
Program Jamkesda ini pun dilaksanakan bekerjasama dengan PT Askes (Persero)
Cabang Padang. Mulai dari kepesertaan sampai proses klaim, dengan mekanisme
asuransi kesehatan. Dengan demikian, sepertihalnya Jamkesmas, database peserta
Jamkesda pun terdapat di PT Askes (Persero) Cabang Padang. Kedua database peserta
(Jamkesmas dan Jamkesda) tersebut berasal dari proses pendataan yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Padang. Dalam hal ini Bappeda Kota Padang bekerjasama
dengan Kelurahan-kelurahan.
Berdasarkan penjelasan dari Bappeda Kota Padang yang bertugas menangani
pendataan pendududuk miskin, diketahui bahwa mekanisme pendataan peserta
Jamkesmas Kota Padang yang dilakukan oleh Bappeda sebagai berikut:
a. Pemerintah Kota Padang belum memiliki SOP mengenai pendataan masyarakat
miskin khususnya peserta Jamkesmas.
b. Kriteria masyarakat miskin (maskin) dan database awal yang digunakan adalah
hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat Tahun 2006 untuk
Kota Padang dengan hasil 38.099 Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga Miskin
(RTM).
c. Berdasarkan data BPS tersebut Bappeda meminta masing-masing kelurahan
untuk melengkapi data masing-masing anggota keluarga KK/RTM (nama,
tanggal lahir dan alamat). Hasil dari pendataan seluruh kelurahan (dalam bentuk
hard copy) disampaikan ke Bappeda untuk di input oleh Bappeda dan kemudian
disampaikan ke PT Askes dalam bentuk softcopy. Penyerahan data peserta
Jamkesmas ke PT Askes oleh Bappeda dilakukan secara bertahap tanpa Berita
Acara (BA) serah terima.
d. Data peserta Jamkesmas yang diterima dari Bappeda oleh PT Askes kemudian
diolah dan digabungkan. Data peserta Jamkesmas yang telah digabungkan oleh
PT Askes ini yang kemudian dijadikan sebagai lampiran SK Walikota tentang
Peserta Jamkesmas Kota Padang.
e. Revisi terhadap peserta Jamkesmas dilakukan oleh Bappeda pada Tahun 2009
dengan mengganti data peserta lama dengan peserta baru dan Bappeda tidak
melakukan pendataan berapa jumlah dan siapa peserta Jamkesmas yang direvisi.
Penyerahan data revisi ke PT Askes juga tidak dengan BA serah terima.
f. Bappeda sendiri tidak memiliki database dalam bentuk softcopy hasil pendataan
dari seluruh kelurahan juga data hasil revisi data peserta Jamkesmas Kota Padang
Tahun 2009. Sampai dengan akhir pemeriksaan, tim tidak dapat memperoleh
softcopy database awal kepesertaan dan revisi Tahun 2009, baik dari hasil
pendataan oleh Bappeda maupun dari PT Askes.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 36 dari 64
Hasil pemeriksaan terhadap database/master file peserta (Jamkesmas dan Jamkesda)
Kota Padang yang ada di PT Askes (Persero) Cabang Padang diketahui terdapat hal-
hal sbb:
a. Terdapat data ganda. Baik ganda di dalam (inter) masing-masing database (data
lebih dari satu di dalam database Jamkesmas atau Jamkesda), maupun ganda antar
kedua database (data ada di database Jamkesmas dan Jamkesda). Hasil uji petik
Tim BPK RI terhadap database Jamkesmas dan Jamkesda, diperoleh jumlah data
ganda (inter dan antar database) dengan rincian sebagai berikut:
No. Puskesmas Jumlah Data
Ganda
1. Air Tawar 81 jiwa
2. Air Dingin 208 jiwa
3. Alai 71 jiwa
4. Ambacang 32 jiwa
5. Andalas 1.229 jiwa
6. Belimbing 227 jiwa
7. Bungus 169 jiwa
8. Kuranji 190 jiwa
9. Lapai 186 jiwa
10. Lubuk Begalung 428 jiwa
11. Lubuk Buaya 219 jiwa
12. Lubuk Kilangan 232 jiwa
13. Pauh 239 jiwa
14. Padang Pasir 696 jiwa
15. Pemancungan 48 jiwa
16. Pegambiran 152 jiwa
17. Rawang Barat 72 jiwa
18. Seberang Padang 107 jiwa
19. Siteba 214 jiwa
20. Ulak Karang 104 jiwa
Jumlah: 4.904 jiwa
b. Terdapat data 50 jiwa peserta Jamkesmas yang tidak jelas berasal dari data apa.
Berdasarkan data base peserta Jamkesmas Kota Padang dari PT Askes jumlah
peserta Jamkesmas sebanyak 185.585 jiwa yang terdiri dari:
1) 185.001 jiwa sesuai dengan kuota Menkes (data BPS Kota Padang),
2) 558 jiwa merupakan anak panti (sesuai SK Dinsos No. 465/II/SK/91/DKS
PB2/2008)
3) 14 jiwa gelandangan (sesuai dengan SK Dinsos No. 465/II/SK/91/DKS
PB2/2008)
4) 12 jiwa bayi lahir yang berasal dari peserta Jamkesmas (belum ada SK-nya)
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap data anak panti sejumlah 558
jiwa terdapat 50 jiwa yang double sehingga seharusnya jumlah peserta Jamkesmas
Kota Padang sebesar 185.535 jiwa.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Kepmenkes No.125/Menkes/SK/II/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2008 pada BAB
I huruf B angka 2 mengenai sasaran yang menyebutkan bahwa Sasaran program
adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta
jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
Hal tersebut mengakibatkan:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 37 dari 64
a. Dana yang diberikan oleh Pemerintah/Depkes melalui Program Jamkesmas untuk
pelayanan kesehatan maskin tidak tepat sasaran;
b. Hilangnya kesempatan masyarakat miskin lainnya yang seharusnya berhak
menjadi peserta Jamkesmas.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Pemerintah Kota Padang kurang memahami peraturan yang berlaku terkait
penerbitan SK Penetapan Peserta Jamkesmas;
b. Proses pendataan peserta Jamkesmas 2008 pada Pemerintah Kota Padang yang
dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda), kurang tertib.
c. Pemerintah Kota Padang tidak memiliki SOP tentang pendataan dan revisi
masyarakat miskin khususnya peserta Jamkesmas.
Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan bahwa
untuk data ganda inter yang terjadi akibat salah ketik (human error) telah
ditindaklanjuti dalam bentuk pencabutan kartu yang ganda dan menggantinya dengan
warga miskin yang berhak yang terdaftar dalam database yang kartu jamkesmasnya
tidak keluar, demikian juga dengan kartu Jamkesda. Sedangkan dalam pendistribusian
kartu jamkesda Tahun 2009 terdapat masyarakat yang memiliki kartu ganda karena
mereka takut tidak mendapatkan kartu Jamkesmas pada saat updating data Jamkesmas
pada Desember 2008, sehingga mereka juga mendaftar untuk kepesertaan Jamkesda.
Dan kartu ganda di Jamkesmas disebabkan mereka mendapatkan informasi bahwa
pelayanan kesehatan yang didapat pada Jamkesmas lebih lengkap dari Jamkesda
sehingga peserta Jamkesda yang telah terdaftar pada 2007 mendaftar kembali pada
saat updating data Jamkesmas.
BPK RI menyarankan agar:
a. Walikota Padang Membuat SOP tentang Pendataan peserta Jamkesmas Kota
Padang;
b. Walikota Padang memerintahkan Lurah agar lebih optimal dan selektif dalam
melakukan pendataan warganya;
c. Kepala Bappeda Kota Padang lebih optimal dalam melakukan pengawasan atas
pendataan peserta Jamkesmas dan Jamkesda;
d. Kepala Dinas Sosial Kota Padang meninjau ulang daftar nama peserta yang
termasuk dalam data anak terlantar dan gelandangan, sehingga tidak terdapat
duplikasi data.
5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan
Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas
Rumah Sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar
fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem pelaporan yang memadai
seperti yang diatur dalam alur dan format pelaporan program Jamkesmas yaitu antara
lain bahwa Rumah Sakit sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut (PPK
II) mempunyai kewajiban menyampaikan format laporan PPK IIA (Laporan
Kepesertaan), PPK IIB (10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap), dan PPK IIC
(Asal dan Jenis Penanganan Keluhan) kepada Tim Pengelola Jamkemas Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 38 dari 64
Untuk memperlancar pelaksanaan program Jamkesmas di RSUD Kota Padang, pada
Tahun 2009 Direktur RSUD telah menetapkan Tim Pengelola Jamkesmas, Jamkesda
dan Askes RSUD Kota Padang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RSUD Kota
Padang Nomor 445.549/SK Direktur/RSUD.P/IV/2009 tanggal 1 April 2009 yang
terdiri dari satu orang penanggung jawab, empat orang koordinator, satu orang ketua,
satu orang sekretaris, 3 orang anggota dan satu orang bendahara. Tim Pengelola
tersebut bertugas untuk melaksanakan administrasi dan klaim pelayanan terhadap
pasien pemegang kartu Jamkesmas, Jamkesda dan Askes Kota Padang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa RSUD Kota Padang selama Tahun
2008 tidak pernah menyampaikan Laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang,
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dan Tim Pengelola Pusat Departemen
Kesehatan. Laporan yang seharusnya disampaikan setiap bulan selama Tahun 2008
sesuai Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Jamkesmas baru disampaikan pada bulan
Februari 2009. Hal ini dapat diketahui dari surat Kasi Pelayanan atas nama Direktur
RSUD Kota Padang Nomor 445.168/RSUD.P/II/2009 tanggal 6 Februari 2009 perihal
Laporan Pelayanan Jamkesmas 2008 yang berisikan rekapitulasi laporan dari bulan
Januari sampai dengan September 2008, sedangkan untuk periode Oktober sampai
dengan Desember 2008 sampai saat ini tidak dibuatkan Laporan Pelaksanaan
Jamkesmas. Sedangkan untuk Tahun 2009 sampai akhir Agustus 2009 tim pengelola
RSUD Kota Padang belum membuat Laporan Pelaksanaan Jamkesmas karena
menurut penjelasan dari Ketua Tim Pengelola Jamkesmas RSUD, pihaknya belum
membuat Laporan Pelaksanaan karena dalam Pedoman Pelaksanaan (Manlak)
Jamkesmas 2009 tidak ada format laporan seperti Manlak 2008.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008,
alur laporan penyelenggaraan Jamkesmas lampiran V dan format laporan PPK IIA,
IIB dan IIC.
Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan pelayanan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan program Jamkesmas untuk suatu periode tertentu tidak diketahui.
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Direktur RSUD belum memahami pentingnya laporan perkembangan pelayanan
Jamkesmas;
b. Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang lemah dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian atas Penyampaian Laporan dari RSUD;
c. Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD lalai dalam melaksanakan kewajibannya untuk
menyampaikan laporannya secara periodik dan tepat waktu.
Menurut Direktur RSUD Padang format laporan yang diberikan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumbar hanya sampai bulan September 2008 yang mana laporan per bulan
tidak pernah diminta kepada pihak Rumah Sakit, namun pihak RSUD Padang hanya
menerima format rekapitulasi laporan.
BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar:
a. Memerintahkan Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD untuk membuat dan
menyampaikan Laporan secara rutin (bulanan) dengan format yang sesuai
Petunjuk Teknis kepada Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang;
b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terkait pembuatan dan penyampaian
Laporan Pelaksanaan Program Jamkesmas tersebut.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 39 dari 64
6. Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan
Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan (RJ) dan Rawat Inap (RI), serta pelayanan
kesehatan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat
Lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat, tanpa dipungut iur biaya dengan alasan
apapun. Berdasarkan hasil wawancara dengan tujuh belas pasien Jamkesmas di RSUD
Padang, diketahui bahwa terdapat sepuluh pasien Jamkesmas (delapan pasien RITL
dan enam pasien RJTL) masih dikenakan biaya tambahan berupa pembelian obat.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap data obat/resep yang dibeli oleh sepuluh
peserta Jamkesmas dan medical record dibandingkan dengan formularium obat
Jamkesmas di RS, diketahui bahwa obat yang harus di beli/diresepkan adalah obat
yang tidak terdapat dalam formularium obat RS. Adapun data pasien yang dikenakan
biaya obat sbb:
No. Nama
Pasien
No. kartu
Peserta
Jamkesmas
Kamar
Rawat
Inap
Waktu
Perawatan Nama Obat
Nilai Obat
(Rp)
Nilai
Perawatan
(Rp)
1 Nurkayah 0000490220076 Internee 8 hari Tidak diketahui 800.000,00 -
2 Elita Isna 0000489890158 Internee 20 hari Tidak diketahui 2.500.000,00 -
3 Septina Lisa 0000490151935 Internee 3 hari Tutofusin Ops. 5 %, Sonbitol 221.000,00 -
4 Mardiana 0000489916563 Internee 11 hari Ocatablin 20% 50cc 814.687,00 -
5 Nurlis 0000518145052 Internee 4 hari Vit. C Injeksi, DOPAC 154.726,00 -
6 Dafrianto Tidak diketahui Internee 11 hari Beli Obat dari UGD 60.000,00 -
7 Ramdanil Tidak diketahui Internee 11 hari Lizor Tab
365.150,00
(UGD)
40.000,00
8 Yusna 0000490809071 Internee 2 hari Lexatab 100.000,00 -
9 Deni Saputra Tidak diketahui Internee 11 hari Dumocalsin
Tidak
diketahui -
10 Rahima Zakia 0000490217782 Kls III 3 hari Tidak diketahui 82.000,00 -
Berdasarkan pengujian pada dokumen (medical record) terdapat obat kesehatan yang
dibeli pasien tidak ada dalam daftar formularium.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal 8 Februari 2008 tentang Pelaksanaan
Jamkesmas TA 2008 Bab IV nomor 16 yang menyebutkan bahwa pasien Jamkesmas
tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Tujuan pemerintah untuk memberikan pelayanan gratis kepada pasien
Jamkesmasbelum tercapai secara keseluruhan;
b. Hak pasien Jamkesmas belum terpenuhi
Hal tersebut terjadi karena:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 40 dari 64
a. RSUD Padang tidak menyediakan obat sesuai formularium yang tercantum dalam
Pedoman Pelaksanaan;
b. Resep obat yang diberikan oleh Dokter kepada pasien Jamkesmas tidak sesuai
dengan formularium yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan.
Menurut Direktur RSUD Padang obat yang diberikan sudah sesuai dengan diagnosa
dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Akan tetapi obat yang diperlukan tidak
ada di formularium.
BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar:
a. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pelayanan yang diberikan
kepada pasien khususnya peserta Jamkesmas;
b. Menetapkan kebijakan mengenai pemberian obat sesuai dengan formularium pada
Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas;
c. Memerintahkan kepada dokter-dokter yang melayani pasien Jamkesmas agar
dalam membuat resep pengobatan mengacu kepada formularium Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas.
7. Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak
Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per
Bulan pada Periode Sebelumnya
Dana Jamkesmas ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjut
sebagaimana dijelaskan dalam Manlak Tahun 2008 disalurkan langsung melalui
KPPN Pusat ke rekening Rumah Sakit (RS). RS penerima dana Jamkesmas Tahun
2008 dan 2009 ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Luncuran Dana Jamkesmas. Jumlah dana yang diluncurkan dihitung berdasarkan rata-
rata klaim per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Selain memperhitungkan rata-rata
klaim per bulan di PPK Tingkat Lanjut, jumlah dana yang diluncurkan ke RS juga
memperhitungkan kelebihan atau kekurangan dana Jamkesmas/Askeskin/PKPS BBM
tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas berkas pengajuan klaim diketahui bahwa pada
Tahun 2008 dan 2009, RSUD Kota Padang menerima luncuran dana lebih besar dari
rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya, dengan rincian sebagai berikut:
No.
Nama PPK
Tingkat
Lanjut
Rata-Rata
Klaim per
Bulan
(Rp)
Rata-rata
Luncuran per
Bulan
(Rp)
Selisih
(Rp)
Rata-Rata
Klaim per
Bulan
(Rp)
Rata-rata
Luncuran per
Bulan
(Rp)
Selisih
(Rp)
2007 2008 2008 2009
A B c D e = d-c F G h = g-f
1. RSUD Padang 153.197.875,00 144.501.262,50 (8.696.612,50) 139.157.118,64 174.687.833,33 35.530.714,69
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa RSUD Padang menerima luncuran Tahun
2008 sesuai SK Menkes tentang Penerima Dana Penyelenggaraan Jamkesmas sebesar
Rp1.734.015.150,00 dengan rata-rata luncuran per bulan sebesar Rp144.501.262,50.
Sedangkan jumlah total klaim tahun sebelumnya (Tahun 2007) adalah sebesar
Rp1.838.374.500,00 dengan rata-rata klaim per bulan sebesar Rp153.197.875,00,
sehingga terdapat selisih kurang sebesar Rp8.696.612,50 (Rp144.501.262,50 -
Rp153.197.875,00). Selanjutnya sampai dengan Agustus 2009 RSUD Padang telah
menerima dana Luncuran I dan II sebesar Rp1.048.127.000,00 dengan rata-rata
luncuran per bulan sebesar Rp174.687.833,33 sedangkan jumlah total klaim Tahun
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 41 dari 64
2008 adalah sebesar Rp1.669.885.423,67 dengan rata-rata klaim per bulan sebesar
Rp139.157.118,64, sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp35.530.714,69
(Rp174.687.833,33 - Rp139.157.118,64).
Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Padang menerima dana luncuran untuk Tahun
2008 lebih kecil dari rata-rata pembayaran per bulan tahun sebelumnya, sedangkan
pada Tahun 2009 RSUD Padang menerima luncuran lebih besar dari rata-rata
pembayaran per bulan tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
jumlah luncuran pada Tahun 2008 dan 2009 tidak memperhitungkan besarnya rata-
rata klaim per bulan tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Manlak Jamkesmas 2008 Bab. V yang antara
lain menyatakan bahwa:
a. Departemen Kesehatan mengucurkan dana awal pada Februari 2008 ke rekening
RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Besarnya jumlah dana yang dibayarkan
diperhitungkan berdasarkan rata-rata pembayaran per bulan di rumah sakit pada
tahun sebelumnya. Dana luncuran tersebut disalurkan dari Departemen Kesehatan
melalui KPPN Pusat ke rekening RS/BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM;
b. Kekurangan atau pun kelebihan pembayaran pada bulan Januari sampai dengan
Maret 2008 akan diperhitungkan pada pembayaran berikutnya.
Hal tersebut mengakibatkan jumlah dana pada rekening RSUD berlebih dan kelebihan
dana berpeluang disalahgunakan.
Hal tersebut disebabkan karena RSUD Kota Padang tidak rutin dan tepat waktu
mengirimkan laporan penggunaan dana Jamkesmas ke PPJK (Departemen Kesehatan).
Menurut Direktur RSUD Kota Padang luncuran dana yang diterima RSUD Kota
Padang tidak memperhitungkan sisa dana Jamkesmas dan rata-rata pembayaran per
bulan di Rumah Sakit karena Rumah Sakit hanya memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien Jamkesmas yang datang berobat. Sementara untuk pembayaran klaim
Rumah Sakit sesuai dengan jumlah pasien yang dilayani.
BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar meningkatkan
pengendalian dan pengawasan terhadap unit kerja yang bertanggung jawab atas
pengajuan klaim dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas
kepada Departemen Kesehatan secara rutin dan tepat waktu.
8. RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien
Maskin Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp19.914.263,52
Berdasarkan Berita Acara Verifikasi Klaim Jamkesmas RSUD Kota Padang oleh
Verifikator Independen yang dilakukan setiap bulan, diketahui bahwa terdapat tagihan
klaim pasien Maskin yang tidak bisa diklaim ke Jamkesmas minimal sebesar
Rp19.914.263,52. Klaim tersebut berasal dari pelayanan terhadap pasien Maskin yang
merupakan peserta Jamkesmas namun berkasnya tidak lengkap. Atas
ketidaklengkapan berkas pasien Jamkesmas tersebut maka RSUD Kota Padang harus
menanggung seluruh biaya pasien Maskin yang tidak bisa ditagihkan ke Jamkesmas.
Adapun rincian klaim yang ditolak adalah sebagai berikut:
No Bulan Jumlah (Rp)
Selisih (Rp) Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi
1 Januari 215.437.312,50 212.526.982,20 2.910.330,30
2 Februari 249.046.687,20 247.922.762,90 1.123.924,30
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 42 dari 64
No Bulan Jumlah (Rp)
Selisih (Rp) Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi
3 Maret 158.482.818,30 158.255.180,70 227.637,60
4 April 99.705.140,26 99.018.486,83 686.653,43
5 Mei 138.328.293,60 136.783.401,10 1.544.892,50
Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi
6 Juni Tidak ada Berita Acara Verifikasi
7 Juli 117.886.166,10 117.586.166,10 300.000,00
8 Agustus 147.667.602,90 141.481.598,30 6.186.004,60
9 September Tidak ada Berita Acara Verifikasi
10 Oktober 114.895.220,80 111.114.470,90 3.780.749,90
11 November 96.631.064,01 95.951.379,52 679.684,49
12 Desember 142.869.792,40 140.395.406,00 2.474.386,40
1.480.950.098,07 1.461.035.834,55 19.914.263,52
Pemeriksaan atas berkas klaim yang ditolak tersebut diketahui bahwa alasan
penolakan disebabkan antara lain karena tidak ada no SKP, tidak ada surat rujukan,
surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan, tidak ada surat keterangan tidak mampu
(SKTM), tidak ada nomor rekam medis pasien, dan kesalahan diagnosa. Namun atas
klaim yang ditolak tersebut terdapat beberapa berkas klaim yang sebenarnya dapat
dibayarkan namun tidak dibayarkan oleh Verifikator Independen. (rincian pada
lampiran 3.3).
Pemeriksaan lebih lanjut atas pemantauan alur pelayanan pasien Jamkesmas pada
RSUD Padang diketahui bahwa petugas Askes sebagai pihak yang menerbitkan SKP
menerbitkan SKP secara manual, dimana setiap pasien yang datang hanya
menunjukkan copy kartu Jamkesmas kemudian petugas akan membuatkan SKP, tanpa
harus mengecek kedalam data base peserta Jamkesmas. Kemudian setelah selesai jam
pelayanan maka petugas tersebut baru mengentry data pasien Jamkesmas kedalam
sistem Jamkesmas yang ada pada PT Askes. Menurut penjelasan dari petugas tersebut,
pengecekan kedalam data base dan memperlihatkan kartu asli peserta hanya dilakukan
pada saat-saat awal Jamkesmas diberlakukan, kemudian untuk selanjutnya petugas
tersebut sudah mengenal pasien-pasien yang datang berobat ke RSUD Padang.
Sehingga pasien yang datang cukup membawa copy kartu Jamkesmas saja. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian atas penerbitan SKP sangat lemah.
Sedangkan untuk pasien Maskin yang berasal dari dalam wilayah Kota Padang namun
tidak mempunyai kartu Jamkesmas atau Jamkesda, menurut keterangan dari Ketua
Pengelola Jamkesmas Tahun 2009, pihak RSUD akan mengarahkan pasien tersebut ke
Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Padang yang mengelola zakat para pegawai
Pemerintah Kota Padang. Namun untuk pengurusan berkas dan kelengkapannya,
diurus sendiri oleh keluarga pasien tanpa keterlibatan dari pihak RSUD, kemudian
nantinya pihak BAZ Kota Padang yang akan menbayarkan tagihan pasien Maskin
tersebut ke RSUD.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Keputusan Menkes No. 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Manlak Program
Jamkesmas Tahun 2008 Bab V huruf F yang menyatakan bahwa proses verifikasi
dalam pelaksanaan Program Jamkesmas salah satunya adalah mengecek
kebenaran dokumen identitas peserta Program Jamkesmas.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 43 dari 64
b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program Jamkesmas Tahun
2008 Butir II:
1. Huruf C tentang syarat-syarat kelengkapan berkas klaim:
a) Pasien yang dilayani benar-benar peserta Jamkesmas dan menyerahkan
foto copy bukti kepesertaan dan surat rujukan (SKP/SKTM/Kartu
Peserta Jamkesmas).
b) Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan ODC dilengkapi
dengan bukti: pemeriksaan, penunjang diagnostik, tindakan medik,
diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, resep dokter, billing
pelayanan dari masing-masing unit pelayanan.
2. Huruf D yang menyatakan bahwa seluruh bukti pelayanan dicatat dalam
formulir yang telah ditentukan dan diajukan oleh PPK kepada verifikator
PPK dalam form 1a s.d 4a, dan verifikator PPK mengirimkan hasil verifikasi
kepada PPK dengan form 1b s.d 4b dan Berita Acara Verifikasi. Selanjutnya
dibuat rekapitulasi dalam form 1c s.d 4c.
c. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas Tahun
2008 terkait dengan persyaratan dan format pengajuan klaim; tugas dan fungsi
verifikator independen.
Hal tersebut mengakibatkan keuangan Rumah Sakit terbebani dan pelayanan Rumah
Sakit terhadap pasien Maskin di luar kuota Jamkesmas berpotensi tidak optimal
karena harus menanggung biaya pelayanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Petugas Rumah Sakit tidak tertib dalam mengadministrasikan berkas klaim.
b. Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) Askes lalai dalam
menerbitkan SKP, sehingga pasien yang berobat tanpa surat rujukan dan SKTM
tetapi SKPnya tetap diterbitkan.
c. Petugas Rekam Medis lalai dalam mencantumkan nomor Rekam Medis Pasien
dan kode diagnosis penyakit.
d. Pengawasan dan Pengendalian Direktur RSUD Kota Padang masih lemah
Menurut Direktur RSUD Padang semua data yang sudah dientri oleh petugas RS dan
yang telah diverifikasi baik yang layak maupun tidak, dokumennya ada dan telah
sesuai dengan ketentuan verifikasi.
BPK RI menyarankan Direktur RSUD Padang agar meningkatkan pengawasan dan
pengendalian terhadap unit kerja yang bertanggung jawab atas pengajuan klaim dan
mengadministrasikan berkas klaim secara tertib.
9. Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk
Memberikan Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Di Rumah Sakit
Sesuai dengan Pedoman Pelaksaaan Jamkesmas Tahun 2008 tentang manfaat yang
diperoleh oleh masyarakat miskin dalam hal pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
mengenai rawat inap tingkat lanjut yang dilaksanakan di ruang perawatan kelas III
Rumah Sakit, pasien Jamkesmas mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 44 dari 64
a. Akomodasi rawat inap pada kelas III;
b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan.
c. Penunjang diagnostik; meliputi laboratorium klinik, radiologi, dan elektromedik.
d. Tindakan medis.
e. Operasi sedang dan besar.
f. Pelayanan rehabilitasi medis.
g. Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU).
h. Pemberian obat yang mengacu pada formularium RS program Jamkesmas.
i. Pelayanan darah.
j. Bahan dan alat kesehatan habis pakai.
k. Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit.
l. Pelayanan gawat darurat.
Kemampuan RS untuk memenuhi pelayanan tersebut dapat dilihat dengan
membandingkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Rumah Sakit. Berdasarkan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Tahun 2008.
Pedoman ini disusun sebagai panduan untuk penyelenggaraan pelayanan di Rumah
Sakit kelas B, C, dan D.
Dalam pedoman tersebut, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah semua sarana
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat,
tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan
perorangan. Klasifikasi Rumah Sakit dibedakan sesuai dengan jenis penyelenggaraan
pelayanan.
Pemeriksaan atas dokumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan dan
pemantauan langsung yang dilakukan pada RSUD Kota Padang Provinsi Sumatera
Barat dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Tipe RSUD Kota Padang adalah tipe C Bersyarat;
b. RSUD Kota Padang sampai saat ini belum mempunyai izin tetap penyelenggaraan
Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan, hal ini diketahui dari Surat Walikota
Padang kepada Menteri Kesehatan Nomor 645/03.58/RSUD-09 tanggal 28 Mei
2009 perihal Usulan Penetapan klasifikasi dan Izin Tetap Rumah Sakit yang
ditujukan kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan pada
poin a), bahwa Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) RSUD Kota Padang telah
mengacu kepada Rumah Sakit Kelas C, namun untuk penetapan klasifikasi rumah
sakit haruslah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dan poin
b) bahwa sampai saat ini RSUD Kota Padang belum mempunyai izin tetap
penyelenggaraan Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
c. Penetapan tipe RS belum berdasarkan SK Menkes, namun baru berdasarkan
rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kepada Menteri Kesehatan
sesuai dengan Surat Nomor PPK-02/3645/VIII/2009 tanggal 10 Agustus 2009
perihal Rekomendasi Penetapan Kelas RSUD Kota Padang
d. Perbandingan standar Rumah Sakit Tipe C dengan keadaan yang sebenarnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
No. Kondisi Seharusnya Kondisi di Lapangan Keterangan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 45 dari 64
Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Padang belum memenuhi
standar sesuai dengan kelas RS seperti yang telah ditetapkan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008.
b. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2009.
c. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2008.
Hal tersebut mengakibatkan RSUD Kota Padang tidak dapat melayani pasien,
terutama pasien Jamkesmas secara optimal.
Hal tersebut disebabkan karena Pemerintah Kota Padang dan RSUD Padang kurang
memperhatikan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung Program Jamkesmas
khususnya dan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya.
Menurut Direktur RSUD Padang sarana dan prasarana yang dimiliki RSUD Padang
sudah sesuai dengan pedoman peralatan Rumah Sakit Umum kelas C. Seluruh pasien
Jamkesmas yang memerlukan perawatan mendapatkan haknya di kelas III.
BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar memperhatikan dan
melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mendukung
pelaksanaan Program Jamkesmas.
10. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp20.315.643,00 Yang Terdapat Pada Rekening
Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009
Tidak Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp5.078.909,00
Dana Program Jamkesmas disalurkan langsung dari Kas Negara melalui Bank BRI ke
rekening RSUD Kota Padang. Atas dana Program Jamkesmas yang disimpan di Bank
BRI tersebut, RSUD Kota Padang memperoleh jasa giro. Dana Jamkesmas RSUD
1 Tenaga Medik Spesialis Purna Waktu Tidak Ada
2 Pelayanan Medik Dasar harus ada dokter gigi dan
dokter umum sesuai dengan kebutuhan RS
Anak 1 org
Kebidanan &
Kandungan 3 org
Peny. Dalam 2 org
THT 1 org
Paru 1 org
Ortopedi 1 org
Sub.Spesialis
Bedah Digestif 1 org
Mata 1 org
Gigi 2 org
Umum 21 org
3 Pelayanan Medik Spesialis 4 dasar (masing-masing
minimal 2 orang dokter spesialis)
Kebidanan &
Kandungan 3 org
Gigi 2 org
Peny.Dalam 2 org
4 Untuk Radiologi, Patologi klinik, Anestesi dan
Rehabilitasi Medik harus ada dokter spesialisnya Tidak Ada
5 Sudah terakreditasi untuk 5 pelayanan Belum
6 Mempunyai ruangan untuk perawatan intensif
dengan jumlah tempat tidur minimal 1 buah Tidak Ada
Yang ada
HCU (Health
Care Unit)
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 46 dari 64
Kota Padang tersebut seluruhnya disimpan pada Bank BRI Cabang Padang dengan
nomor rekening 58-01-001114-30-0 atas nama RSUD Padang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada rekening koran Bank BRI RSUD Kota Padang
diketahui bahwa jumlah jasa giro yang diterima selama Tahun 2008 sebesar
Rp12.920.149,00 dan untuk tahun 2009 sampai dengan 30 Juni 2009 sebesar
Rp12.474.403,00 dengan rincian sebagai berikut:
No Bulan
2008 2009
Jasa Giro
(Rp)
Pajak
(Rp)
Selisih
(Rp)
Jasa Giro
(Rp)
Pajak
(Rp)
Selisih
(Rp)
1 Januari 0,00 0,00 0,00 944.606,00 188.921,00 755.685,00
2 Februari 0,00 0,00 0,00 431.574,00 86.315,00 345.259,00
3 Maret 700.106,00 140.021,00 560.085,00 1.280.923,00 256.185,00 1.024.738,00
4 April 1.551.423,00 310.285,00 1.241.138,00 1.850.276,00 370.055,00 1.480.221,00
5 Mei 1.503.927,00 300.785,00 1.203.142,00 1.793.632,00 358.726,00 1.434.906,00
6 Juni 1.195.472,00 239.094,00 956.378,00 1.856.466,00 371.293,00 1.485.173,00
7 Juli 1.304.658,00 260.932,00 1.043.726,00 2.224.034,00 444.807,00 1.779.227,00
8 Agustus 1.412.381,00 282.476,00 1.129.905,00 2.092.892,00 418.578,00 1.674.314,00
9 September 2.461.213,00 492.243,00 1.968.970,00
10 Oktober 1.120.907,00 224.181,00 896.726,00
11 November 1.046.526,00 209.305,00 837.221,00
12 Desember 623.536,00 124.707,00 498.829,00
12.920.149,00 2.584.029,00 10.336.120,00 12.474.403,00 2.494.880,00 9.979.523,00
Pada tanggal 27 Mei 2009 Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik)
Departemen Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran No. KU.01.08/I/1878/09 yang
menyatakan bahwa Rumah Sakit wajib menyetorkan dana jasa giro ke Kas Negara
tanpa menyebutkan nomor rekening Kas Negara yang dimaksud.
Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan belum ada tindak lanjut atas Surat Edaran
Dirjen Yanmedik tersebut oleh pihak RSUD Padang. Seluruh jasa giro (setelah
dipotong pajak) yang diterima oleh RSUD Padang di Bank BRI Cabang Padang
sampai dengan Agustus 2009 sebesar Rp20.315.643,00 (Rp10.336.120,00 +
Rp9.979.523,00) belum disetorkan ke Kas Negara. Selain itu, pendapatan jasa giro
yang diperoleh pada rekening BRI Cabang Padang selama Tahun 2008 dan 2009
(sampai dengan Juni 2009) dikenakan pajak sebesar Rp5.078.909,00 (Rp2.584.029,00
+ Rp2.494.880,00).
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:
1) Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah Pusat/Daerah berhak
memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank
umum
2) Pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa bunga dan/atau jasa giro yang
diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan
Negara/Daerah pasal 24 ayat (3) yang menyatakan bahwa bunga/jasa giro yang
diterima pemerintah disetor ke Kas Negara/Daerah.
c. Penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa unit tertentu dari Badan Pemerintah
yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai Subjek Pajak, yaitu: 1)
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 47 dari 64
Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Dibiayai
dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD; 3) Penerimaan Lembaga
tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan 4)
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Jasa giro atas rekening dana Jamkesmas RSUD Padang di BRI Cabang Padang
yang belum disetorkan ke Kas Negara sebesar Rp20.315.643,00 belum dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan negara;
b. Jasa giro yang diterima oleh RSUD Padang pada rekening dana Jamkesmas di
Bank BRI Cabang Padang lebih kecil diterima sebesar Rp5.078.909,00.
Hal tersebut terjadi karena :
a. Pihak RSUD Padang dhi. Pengelola Jamkesmas lalai tidak menindaklanjuti Surat
Edaran Dirjen Yanmedik tanggal 27 Mei 2009;
b. Bank BRI tidak memahamai ketentuan yang berlaku dalam mengenakan pajak atas
jasa giro rekening RSUD Padang di BRI Cabang Padang.
Atas permasalahan tersebut Direktur RSUD Padang menyatakan bahwa jasa giro yang
terdapat pada rekening penampungan Jamkesmas belum disetorkan karena edaran
untuk penyetoran jasa giro baru diterima pada akhir Juli 2009 dan untuk kedepannya
akan segera disetorkan ke Kas Negara.
BPK RI menyarankan agar Bendahara Jamkesmas RSUD Padang berkoordinasi
dengan Departemen Kesehatan terkait penyetoran jasa giro kemudian segera
menyetorkan jasa giro TA 2008 dan TA 2009 yang terdapat pada rekening
penampungan Jamkesmas di BRI ke Kas Negara sebesar Rp20.315.643,00.
11. Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD
Kota Padang Terlambat
Proses pengajuan klaim pasien Jamkesmas dari RSUD Kota Padang ke Departemen
Kesehatan (PPJK) dilakukan dengan bantuan software Jamkesmas. Software ini
digunakan untuk memproses klaim pasien Jamkesmas Tahun 2008. Pengajuan klaim
pasien Jamkesmas sesuai Pedoman Pelaksanaan (Manlak) 2008 dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Petugas Rumah Sakit di Bagian Keuangan melakukan entry data atas berkas klaim
pasien;
b. Data yang telah dientry ke dalam software Jamkesmas tersebut beserta dokumen
sumbernya diberikan kepada Verifikator Independen untuk dilakukan verifikasi;
c. Proses verifikasi yang dilakukan oleh Verifikator Independen tersebut berdasarkan
Manlak Jamkesmas Tahun 2008 dan Juknis verifikasi Tahun 2008;
d. Hasil verifikasi tersebut selanjutnya dikembalikan lagi ke Pihak RS untuk
selanjutnya diotorisasi dan dikirmkan ke Depkes;
Adapun tanggal penyampaian laporan hasil verifikasi dari Verifikator Independen ke
PPJK / Departemen Kesehatan seperti terdapat dalam tabel berikut:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 48 dari 64
No Jenis
Laporan
2008 2009
Ja
n
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Ju
n
Ju
l
Ags
Sep
Ok
t
Nov
Des
Ja
n
1. Form
Laporan 1c
31 Des
‘08
31 Des
‘08
8 Jan
‘09
16 Jan
‘09
5 Feb
‘09
3 Nov
‘08
26 Nov
‘08
16 Des
‘08
30 Sep
‘08
12 Jan
‘09
23 Jan
‘09
2 Feb
‘09
31 Jan
‘09
2. Form
Laporan 2c
31 Des
‘08
31 Des
‘08
8 Jan
‘09
16 Jan
‘09
5 Feb
‘09
3 Nov
‘08
26 Nov
‘08
16 Des
‘08
30 Sep
‘08
12 Jan
‘09
23 Jan
‘09
2 Feb
‘09
31 Jan
‘09
3. Form
Laporan 3c
31 Des
‘08
31 Des
‘08
8 Jan
‘09
16 Jan
‘09
5 Feb
‘09
3 Nov
‘08
26 Nov
‘08
16 Des
‘08
30 Sep
‘08
12 Jan
‘09
23 Jan
‘09
2 Feb
‘09
31 Jan
‘09
4. Form
Laporan 4c
31 Des
‘08
31 Des
‘08
8 Jan
‘09
16 Jan
‘09
5 Feb
‘09
3 Nov
‘08
26 Nov
‘08
16 Des
‘08
30 Sep
‘08
12 Jan
‘09
23 Jan
‘09
2 Feb
‘09
31 Jan
‘09
5. Form
Laporan 5c
31 Des
‘08
31 Des
‘08
8 Jan
‘09
16 Jan
‘09
5 Feb
‘09
3 Nov
‘08
26 Nov
‘08
16 Des
‘08
30 Sep
‘08
12 Jan
‘09
23 Jan
‘09
2 Feb
‘09
31 Jan
‘09
Dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa:
a. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Januari 2008 s.d Februari 2008 baru
disampaikan ke PPJK pada Desember 2008;
b. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Maret 2008 s.d April 2008 baru
disampaikan ke PPJK pada Januari 2009;
c. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Mei 2008 baru disampaikan ke PPJK pada
Februari 2009;
d. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Juni 2008 s.d Juli 2008 baru disampaikan
ke PPJK pada November 2008;
e. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Agustus 2008 baru disampaikan ke PPJK
pada Desember 2009;
f. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode September 2008 disampaikan secara tepat
waktu ke PPJK;
g. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Oktober s.d November 2008 baru
disampaikan ke PPJK pada Januari 2009;
h. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Desember 2008 baru disampaikan ke
PPJK pada Februari 2009;
i. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Januari 2009 disampaikan ke PPJK tepat
waktu.
j. Klaim pasien Jamkesmas periode Februari s.d April 2009 masih dalam proses
verifikasi.
k. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Desember 2008 baru disampaikan ke
PPJK pada Februari 2009.
Penjelasan dari Pengelola Jamkesmas RSUD Kota Padang diperoleh keterangan
bahwa:
a. Penempatan Verifikator Independen baru dilakukan pada awal September 2008;
b. Pada Tahun 2009 software INA-DRG mulai dapat dioperasionalkan sejak Juni
2009 dan membutuhkan waktu lagi untuk mensosialisaikan kode diagnosis kepada
para petugas dan dokter ;
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 49 dari 64
c. Petugas entry data pada RSUD Kota Padang hanya 2 orang, sampai saat ini klaim
yang telah diverifikasi baru bulan Januari 2009, berkas yang telah selesai
dientrykan oleh pengelola baru sampai bulan April 2009;
d. Pemakaian Software INA-DRG butuh pelatihan khusus dari RSUP M Djamil
untuk petugas Coding, Costing, Verifikator Independent dan Pengendali
Jamkesmas.
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 Bab V (Tata
Laksana Pendanaan) Poin D (Pencairan Dana dan Pemanfaatan Dana di PPK)
yang diantaranya menyatakan bahwa apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit
melebihi 30 hari kalender sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan
dibayarkan;
b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas tahun
2008 Bab II Poin C (Persyaratan Pengajuan Klaim) yang diantaranya menyatakan
bahwa biaya pelayanan kesehatan yang dapat diklaim tidak melebihi waktu 30
(tiga puluh) hari setelah pasien berakhir mendapat pelayanan kesehatan.
Hal tersebut mengakibatkan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana
Jamkesmas menjadi terlambat.
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Departemen Kesehatan sebagai Tim Pengelola Pusat Jamkesmas terlambat dalam
menyediakan software dan melakukan sosialisasi.
b. RSUD Kota Padang belum mempunyai SDM yang berkemampuan memadai
untuk menangani software INA DRG.
Atas permasalahan tersebut Direktur RSUD Padang menyatakan bahwa keterlambatan
pada Tahun 2008 disebabkan karena verifikator independen baru selesai pelatihan
software Jamkesmas 2008 pada bulan Agustus 2008, sementara petugas entri data
Rumah Sakit pelatihannya setelah verifikator indepanden selsai pelatihan. Sedangkan
pada Tahun 2009 keterlambatan tersebut karena program INA-DRG yang berlaku
surut mulai bulan Januari 2009 sementara program INA-DRG baru disosialisasikan
pada bulan Maret 2009 dan setelah itu harus menunggu lisensi dari Depkes agar
program bisa dijalankan.
BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar secara berkala dan
berkesinambungan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada petugas RS yang
terkait dengan Program Jamkesmas dhi. bagian pelayanan, petugas coder, petugas
entry, dan bagian keuangan dalam rangka mempercepat dan memperlancar proses
klaim RS.
12. Luncuran Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil
Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata
Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit
Dana Jamkesmas ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjut
sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Tahun 2008 disalurkan
langsung melalui KPPN Pusat ke rekening RS. RS penerima dana Jamkesmas Tahun
2008 dan 2009 ditetapkan dengan SK Menkes tentang Penerima Dana
Penyelenggaraan Jamkesmas pada Tahun 2008 dan 2009. Jumlah dana yang
RSUP DR.
M. Djamil
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 50 dari 64
diluncurkan dihitung berdasarkan rata-rata klaim per bulan di RS pada tahun
sebelumnya. Selain memperhitungkan rata-rata klaim per bulan di PPK Tingkat
Lanjut, jumlah dana yang diluncurkan ke RS juga memperhitungkan kelebihan atau
kekurangan dana Jamkesmas/Askeskin/PKPS BBM tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa pada Tahun 2008 dan 2009, RSUP Dr.
M. Djamil Padang yang di uji petik menerima luncuran dana lebih besar dari rata-rata
klaim per bulan tahun sebelumnya seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
No.
Nama
PPK
Tingkat
Lanjut
Rata-Rata
Klaim per
Bulan
(Rp)
Luncuran I
(Rp) Selisih
(Rp)
Rata-Rata
Klaim per
Bulan
(Rp)
Luncuran I
(Rp) Selisih
(Rp)
2007 2008 2008 2009
A B C D e = d – ( c x 2) F g h = g – ( f x 2)
1. RSUP Dr.
M. Djamil
Padang
2.539.952.878,426.512.790.937,00
1.432.885.180,16 2.410.016.911,08
9.769.186.000,00
4.949.152.177,84
(Rincian lihat Lampiran 3.1)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa RSUP menerima luncuran I Tahun 2008
yaitu sebesar Rp6.512.790.937,00, sedangkan jumlah rata-rata klaim per bulan tahun
sebelumnya (Tahun 2007) hanya sebesar Rp2.539.952.878,42. Seharusnya, RSUP
hanya menerima dana luncuran I Tahun 2008 sebesar rata-rata klaim perbulan tahun
sebelumnya dikalikan 2 bulan yaitu sebesar Rp5,079,905,756.84
(Rp2.539.952.878,42 x 2 bulan) sehingga terdapat selisih lebih sebesar
Rp1.432.885.180,16 (Rp6.512.790.937,00 – Rp5,079,905,756.84). Selanjutnya pada
awal Tahun 2009, RSUP menerima dana luncuran I Jamkesmas sebesar
Rp9.769.186.000,00, sedangkan jumlah rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya
(Tahun 2008) hanya sebesar Rp2.410.016.911,08. Seharusnya, RSUP hanya menerima
dana luncuran I Tahun 2009 sebesar rata-rata klaim perbulan tahun sebelumnya
dikalikan 2 bulan yaitu sebesar Rp4.820.033.822,16 (Rp2.410.016.911,08 x 2 bulan)
sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp4.949.152.177,84 (Rp9.769.186.000,00 –
Rp4.820.033.822,16). Hal ini menunjukkan bahwa RSUP menerima dana luncuran I
untuk periode Tahun 2008 dan 2009 lebih besar dari rata-rata pembayaran per bulan
tahun sebelumnya dan tidak memperhitungkan besarnya rata-rata klaim perbulan
tahun sebelumnya.
Tahun 2008 dan 2009, RSUP Dr. M. Jamil belum secara rutin dan tepat waktu
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Jamkesmas ke
Departemen Kesehatan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) 2008 Bab V (Tata Laksana Pendanaan Poin C.2 (Penyaluran
Dana ke PPK Rumah Sakit) yang antara lain meyatakan bahwa pada tahap pertama
diluncurkan dana awal sebesar 2 (dua) bulan dana pelayanan kesehatan yang
diperhitungkan berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya.
Hal tersebut mengakibatkan RSUP Dr. M. Djamil Padang menerima dana luncuran
Jamkesmas lebih besar dari rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya dan berpotensi
terjadinya penyalahgunaan dana.
Hal tersebut disebabkan karena RSUP Dr. M. Djamil Padang tidak secara rutin
mengirimkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana Jamkesmas.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 51 dari 64
13. Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim
Pelaksana Program Jamkesmas
Rumah sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar
fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem organisasi yang bertanggung
jawab terhadap pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas.
Untuk itu, di setiap RS yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
Jamkesmas dan telah menerima dana luncuran Jamkesmas seharusnya membentuk tim
khusus yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas.
Penetapan tim khusus ini dapat berupa penerbitan surat keputusan Direktur RS
ataupun kebijakan Direktur lainnya.
Pemeriksaan atas dokumen yang diperoleh dari RSUP Dr. M. Djamil Padang
diketahui bahwa RSUP belum membentuk tim khusus yang mengelola Program
Jamkesmas. Pengelolaan Jamkesmas diserahkan kepada unit-unit kerja di RSUP
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 190/Menkes/SK/III/2008 tentang
Susunan dan Uraian Jabatan serta Tata Hubungan Kerja RSUP Dr. M. Djamil Padang,
dimana setiap unit kerja bertanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing. Unit kerja yang terlibat didalam pengelolaan Jamkesmas pada RSUP
antara lain, Bagian Tata Usaha Rawat Pasien (TURP), Bagian Perbendaharaan dan
Mobilisasi Dana (PMD), Instalasi Rekam Medik (Medical Record).
Namun demikian, SK Menkes tentang Susunan dan Uraian Jabatan serta Tata
Hubungan Kerja RSUP Dr. M. Djamil Padang hanya mengatur tentang tatalaksana
RSUP Dr. M. Djamil Padang secara keseluruhan dan bersifat umum. Sedangkan
Jamkesmas merupakan Program Pemerintah Pusat dhi. Depkes dalam rangka
mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin, sehingga butuh
penanganan yang khusus atas pelaksanaan dan pengelolaan Program Jamkesmas di
RSUP.
Pengelolaan Program Jamkesmas di RS secara memadai harus didasarkan kepada
pembentukan organisasi yang khusus mengelola dan mempunyai tanggung jawab atas
pelaksanaan Program Jamkesmas. Pembentukan tim khusus atau unit organisasi yang
menangani Program Jamkesmas merupakan salah satu usaha untuk menuju
pengelolaan Program Jamkesmas dengan baik.
Kondisi tersebut mengakibatkan perancanaan, pelayanan dan penyelenggaraan
program Jamkesmas tidak optimal.
Kondisi tersebut disebabkan Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang lalai dalam
menetapkan Tim Pelaksana Program Jamkesmas khusus di lingkungan satuan
kerjanya.
14. RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai
Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas
Rumah Sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar
fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem pelaporan yang memadai
seperti yang diatur dalam alur dan format pelaporan program Jamkesmas yaitu antara
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 52 dari 64
lain bahwa RS sebagai PPK tingkat lanjut (PPK II) mempunyai kewajiban
menyampaikan format Laporan PPK IIA (Laporan Kepesertaan, Pelayanan Kesehatan
dan Pendanaan), Laporan PPK IIB (10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap)
dan Laporan PPK IIC (Asal dan Jenis Penangan Keluhan) kepada Tim Pengelola
Jamkemas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa RSUP Dr. M. Djamil Padang belum
membuat laporan bulanan dimaksud. Namun demikian, selama periode Januari s.d.
Agustus 2008 sudah menyampaikan laporan bulanan program Jamkesmas dengan
format yang berbeda dari Manlak. Format laporan belum sesuai dengan yang diatur di
dalam Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas dan penyampaian laporan tidak
dilaksanakan secara rutin setiap bulannya. Laporan tersebut diampaikan kepada
Depkes melalui Surat Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Nomor KU.06.02.06.233
tertanggal 11 Februari 2009 yang ditujukan kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat
d/a Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI dengan tembusan kepada
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan Kota Padang..
Selanjutnya diketahui bahwa RSUP juga sudah mengirimkan laporan kepada Kepala
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI sesuai dengan Surat Direktur
Utama RSUP Dr. M. Djamil Nomor PR.03.01.04 tertanggal 22 Agustus 2009 perihal
Instrumen Bimtek Jamkesmas yang berisi tentang Laporan Pemantauan Pekaksanaan
Penyelenggaraan Jamkesmas Rumah Sakit untuk periode semester II Tahun 2008
(bulan Juli s.d. Desember) dan semester I 2009 (Januari s.d. Juni 2009) dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan
Kota Padang.
Berdasarkan keterangan lisan Kepala Subbagian Mobilisasi Dana diperoleh informasi
bahwa format pelaporan yang disampaikan sesuai dan mengacu kepada format dari
Depkes RI.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008 dan 2009 Bab VII (Pemantauan dan Evaluasi
Program) Poin E (Pelaporan) yang menyatakan bahwa untuk mendukung pemantauan
dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) secara rutin setiap bulan (sesuai pedoman
pelaporan). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program
Jamkesmas mengirimkan laporan ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya dikirim ke Tim Pengelola
Jamkesmas Propinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap bulan ke Tim Pengelola
Jamkesmas Pusat.
Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan pelayanan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan program Jamkesmas untuk suatu periode tertentu tidak diketahui.
Hal tersebut disebabkan karena Pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang belum
memahami pentingnya laporan perkembangan pelayanan Jamkesmas, dan pengawasan
dari Tim Pengelola Kabupaten/Kota masih lemah.
15. Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d. Juli
2009 sebesar Rp20.994.039.291,64 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi
Verifikator Independen
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 53 dari 64
Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 merupakan acuan
dan digunakan sebagai standar dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program
Jamkesmas yang berlaku secara nasional. Dalam Manlak yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan tersebut, diantaranya diatur tentang administrasi klaim untuk
periode Januari sampai dengan Juni 2008 masih berdasarkan pada Jenis Paket dan
Tarif Pelayanan Kesehatan Tahun 2008, sedangkan untuk periode Juli sampai dengan
Desember 2008 dan seterusnya mengacu pada Tarif Paket Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 Indonesia Diagnostic Related Group
(INA DRG) sesuai dengan diagnosa penyakit.
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan salah satu Rumah Sakit vertikal yang
menjadi pilot project berkaitan dengan penerapan sistem INA DRG yang diberlakukan
sejak bulan September 2008. Hasil penelusuran terhadap pengaplikasian sistem INA
DRG diketahui bahwa software INA DRG sendiri baru sampai di RSUP pada bulan
April 2009. Sosialisasi terhadap dokter dan bagian pelayanan juga baru berlangsung
bulan April 2009.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen klaim RSUP yang telah diverifikasi
oleh verifikator independen diketahui bahwa untuk periode Januari sampai dengan
Agustus 2008 dasar pengajuan dan penilaian klaim oleh verifikator internal dan
verifikator independen masih mengacu pada Jenis Paket dan Tarif Pelayanan
Kesehatan Tahun 2008. Namun, hasil verifikasi oleh Tim Verifikator Independen
tidak dilengkapi dengan Berita Acara Hasil Verifikasi, sehingga tidak diketahui
dengan jelas nilai klaim yang diajukan oleh verifikator internal RSUP dan nilai klaim
RSUP yang tidak layak bayar. Sedangkan pemberlakuan tarif paket INA DRG efektif
digunakan pada bulan April 2009 dan pengaplikasiannya berlaku surut sejak
September 2008. Sampai pemeriksaan BPK RI berakhir pada tanggal 11 September
2009 diketahui bahwa proses verifikasi klaim RSUP dari bulan September 2008
sampai dengan bulan Agustus 2009 oleh Verifikator Independen masih belum selesai.
Meskipun demikian, RSUP Dr. M. Djamil Padang sudah melakukan pencairan
terhadap klaim bulan September 2008 sampai dengan Juli 2009 dengan rincian
sebagai berikut:
No Bulan Nilai Klaim
(Rp)
1 September 2008 1.531.577.897,00
2 Oktober 2008 1.510.097.138,00
3 November 2008 2.020.509.913,00
4 Desember 2008 1.865.374.700,00
5 Januari 2009 2.018.579.353,00
6 Februari 2009 1.713.518.238,00
7 Maret 2009 1.843.051.101,24
8 April 2009 2.036.058.594,49
9 Mei 2009 1.727.562.160,65
10 Juni 2009 2.310.731.785,47
11 Juli 2009 2.416.978.410,79
Jumlah: 20.994.039.291,64
Dari tabel di atas diketahui bahwa selama periode September 2008 sampai dengan Juli
2009 RSUP sudah mencairkan dana Jamkesmas sebesar Rp20.994.039.291,64.
Verifikator Independen ikut mengetahui atas pencairan dana tersebut oleh RSUP,
walaupun belum mengeluarkan hasil verifikasi secara resmi. Pihak Verifikator
Independen membuat pernyataan tertulis bahwa klaim dana Jamkesmas dicairkan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 54 dari 64
berdasarkan hasil verifikasi internal dan bukan hasil verifikasi dari Verifikator
Independen.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi
Dana dan dari Verifikator Independen diketahui bahwa permasalahan mendasar yang
terjadi selama periode September 2008 s.d. Juli 2009 diantaranya adalah:
a. Belum adanya formulir verifikasi, sehingga verifikator independen tidak dapat
menyelesaikan berkas klaim periode September 2008 s.d. Juli 2009;
b. Kurang lengkapnya berkas klaim yang diajukan pada saat dilakukan verifikasi oleh
verifikator independen.
c. Kurangnya jumlah lisensi untuk menambah jumlah komputer/laptop dan SDM
(petugas input) untuk proses input data pada software INA DRG
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2009 Bab V
(Tata Laksana Pendanaan) Poin D.2.c (Pencairan, Pemanfaatan dan
Pertanggungjawaban Dana) yang diantaranya menyatakan bahwa
Pertanggungjawaban atas dana tersebut menjadi sah setelah mendapat persetujuan
dan ditandatangani Direktur PPK lanjutan dan Verifikator Independen. Untuk
selanjutnya pertanggungjawaban pemanfaatan dana tersebut dikirim secara resmi
kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dan ditembuskan kepada Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota dan Propinsi sebagai bahan monitoring, evaluasi dan
pelaporan;
b. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 Bab V
(Tata Laksana Pendanaan) Poin F (Verifikasi) yang diantaranya menyatakan bahwa
tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolehnya hasil pelaksanaan program
Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang menerapkan prinsip
kendali biaya dan kendali mutu.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Tujuan penggunaan Paket Tarif INA DRG dalam rangka menciptakan kendali
biaya dan kendali mutu pelayanan, pembayaran dan pertanggungkjawaban tidak
berjalan dengan optimal;
b. Besaran nilai klaim yang sudah dicairkan untuk periode September 2008 sampai
dengan Juli 2009 tidak menggambarkan jumlah klaim yang sebenarnya karena
belum diverifikasi oleh Verifikator Independen
Hal tersebut disebabkan:
a. Manajemen RSUP Dr. M. Djamil Padang belum maksimal dalam
mensosialisasikan tentang penerapan INA DRG kepada pihak terkait (dokter dan
bagian pelayanan RSUP) sehingga dapat memperlancar proses pengklaiman RSUP;
b. Manajemen RSUP belum maksimal dalam mengupayakan jumlah lisensi untuk
menambah jumlah komputer/laptop dan SDM (petugas input) untuk proses input
data pada software INA DRG;
c. Departemen Kesehatan dhi. Direktorat Bina Pelayanan Medik belum optimal
dalam upaya memberikan feedback (umpan balik) atas permasalahan yang terjadi
di RSUP.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 55 dari 64
16. Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil
Padang Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas
Terlambat
Proses pengajuan klaim pasien Jamkesmas dari RS ke Depkes dilakukan dengan
bantuan software Jamkesmas. Software ini digunakan untuk menghitung klaim pasien
Jamkesmas Tahun 2008. Pengajuan klaim pasien Jamkesmas dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Petugas RS di bagian keuangan melakukan entry data atas berkas klaim pasien;
b. Data yang telah dientry ke dalam software Jamkesmas tersebut beserta dokumen
sumbernya diberikan kepada verifikator independen untuk dilakukan verifikasi;
c. Proses verifikasi yang dilakukan oleh verifikator independen tersebut berdasarkan
Manlak Jamkesmas Tahun 2008 dan Juknis verifikasi Tahun 2008;
d. Hasil verifikasi tersebut selanjutnya dikembalikan lagi ke Pihak RS untuk
selanjutnya diotorisasi dan dikirmkan ke Depkes.
Pemeriksaan atas proses entry data oleh petugas RSUP Dr. M. Djamil Padang ternyata
terlambat. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Verifikator Independen dan
Kasubag. Mobilisasi Dana diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Proses pemberian coder di bagian medical record (MR) membutuhkan waktu lebih
kurang 1 (satu) bulan. Hal ini disebabkan kurangnya jumlah petugas coder yang
masih berjumlah 8 orang;
b. Proses entry data pada bagian keuangan membutuhkan waktu rata-rata 2 – 3
minggu. Sejak penerapan sistem paket INA DRG petugas entry berjumlah
sebanyak 4 orang;
c. Proses verifikasi oleh verifikator independen membutuhkan waktu rata-rata 2 (dua)
minggu;
d. Penempatan verifikator independen baru pada bulan Juni 2008 dan mulai aktif
melakukan verifikasi pada bulan Agustus 2008. Begitu pula software klaim sesuai
Tarif Jamkesmas untuk periode klaim bulan Januari s.d. Agustus 2008 baru
diperoleh pada bulan September 2008 dan dilakukan proses verifikasi ulang oleh
verifikator independen (klaim Januari s.d. Agustus 2008) yang baru selesai pada
bulan Januari 2009;
e. Software INA-DRG diterima oleh RSUP pada bulan Oktober 2008 dan
penerapannya dimulai pada bulan November 2008 hingga saat ini. Hal ini
menyebabkan petugas entry data RSUP kesulitan dalam proses penginputan data
yang berlaku surut sejak bulan September 2008 sampai dengan Juni 2009.
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa untuk periode Januari s.d.
Agustus 2008 sudah selesai diverifikasi oleh Tim Verifikator Independen, sedangkan
untuk periode September 2008 s.d. Agustus 2009 baru dalam tahapan proses verifikasi
oleh Verifikator Independen.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 Bab V (Tata
Laksana Pendanaan) Poin D (Pencairan Dana dan Pemanfaatan Dana di PPK)
yang diantaranya menyatakan bahwa apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 56 dari 64
melebihi 30 hari kalender sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan
dibayarkan;
b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas tahun
2008 Bab II Poin C (Persyaratan Pengajuan Klaim) yang diantaranya menyatakan
bahwa biaya pelayanan kesehatan yang dapat diklaim tidak melebihi waktu 30
(tiga puluh) hari setelah pasien berakhir mendapat pelayanan kesehatan.
Hal tersebut mengakibatkan Laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana
Jamkesmas menjadi terlambat.
Hal tersebut disebabkan karena:
a. Departemen Kesehatan sebagai Tim Pengelola Pusat Jamkesmas terlambat dalam
menyediakan software dan melakukan sosialisasi terhadap sistem pengklaiman
yang berdasarkan paket tarif Jamkesmas maupun sistem paket tarif INA DRG;
b. RSUP Dr. M. Djamil Padang belum memiliki SDM yang memadai untuk
melaksanakan sistem paket tarif INA DRG.
17. Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya
Tambahan
Setiap peserta jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan
kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan
(RITL) dan pelayanan gawat darurat, tanpa dipungut iur biaya dengan alasan apapun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 pasien Jamkesmas pada beberapa bangsal
perawtan diantaranya bangsal anak, kebidanan, bedah dan penyakit dalam (interne),
serta berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pasien Jamkesmas yang dirawat di
RSUP Dr. M. Djamil Padang masih dikenakan biaya tambahan berupa pembelian obat
yang tidak tersedia dalam formularium RS, dengan hasil sebagai berikut:
No Nama pasien
No. Kartu
Peserta
Jamkesmas
Kamar
Rawat
Inap
Waktu
Perawatan
Dipungut
Biaya Biaya
Ya Tidak Obat
(Rp)
Perawatan
(Rp)
1 Misiah 657524608 Kebidanan 7 hari √ 350.000,00 -
2 Megawati 490368655 Obgyn 4 hari √ 58.000,00 -
3 Lucia 47434294 Obgyn 3 hari √ 143.000,00 -
4 Saruji 495660745 Interne 11 hari √ 500.000,00 -
5 Syamsudin Interne 12 hari √ 141.500,00 -
6 Yuswar Interne 8 hari √ 107.000,00 -
7 Leo Fernando 523920789 Anak 3 hari √ 81.500,00 -
8 Novandri 490109758 Anak 14 hari √ 101.200,00 -
9 Candika Pujiana 490291896 Anak 2 hari √ 14.600,00 -
10 Rayhan Detrial 501060385 Anak 21 hari √ 2.466.250,00 -
11 Dian 523667799 Bedah 14 hari √ 1.318.400,00 -
12 Ris 484810975 Bedah 2 hari √ 137.000,00 -
13 Oma Irama 645944218 Bedah 7 hari √ 1.408.600,00 -
14 Leni Yafrida (Farel) 645531636 Anak 7 hari √ 189.900,00 -
15 Syafar 489080226 Bedah 1 hari √ 73.000,00 -
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 57 dari 64
No Nama pasien
No. Kartu
Peserta
Jamkesmas
Kamar
Rawat
Inap
Waktu
Perawatan
Dipungut
Biaya Biaya
Ya Tidak Obat
(Rp)
Perawatan
(Rp)
16 Lucyana Andria 490246299 Bedah 13 hari √ 48.500,00 -
17 Burmawi 657348761 Bedah 50 hari √ 30.000,00 -
18 Adi Gusmanto 484778676 Bedah 16 hari √ 190.500,00 -
19 Dina 524157478 Anak 18 hari √ 160.000,00 -
Jumlah 7.518.950,00
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 19 pasien Jamkesmas yang masih dikenakan
biaya yang pada umumnya digunakan untuk pembelian obat di apotek pelengkap
RSUP dengan total nilai sebesar Rp7.518.950,00, sedangkan sisanya yaitu sebanyak
11 pasien Jamkesmas tidak mengeluarkan biaya tambahan selama perawatan. Dari
bukti pembayaran yang diperoleh Tim Pemeriksa di lapangan, bukti pembayaran
tersebut tidak mencantumkan merek obat yang dibeli oleh pasien, namun bukti
pembayaran hanya mencantumkan kode obat. Hal ini menyebabkan Tim tidak dapat
menyakini apakah obat yang dibeli tercantum di dalam formularium Manlak atau
tidak.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran SK Menkes No. 125/Menkes/SK/II/2008
tanggal 06 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008 Bab IV (Tatalaksana Pelayanan Kesehatan)
Poin B.2.t (Prosedur Pelayanan) yang menyatakan bahwa dalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan
apapun.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Tujuan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada pasien
Jamkesmas belum tercapai secara menyeluruh;
b. Hak pasien Jamkesmas belum terpenuhi.
Hal tersebut disebabkan karena:
a. RSUP Dr. M. Djamil Padang tidak menyediakan obat sesuai formularium yang
tercantum dalam manlak;
b. Dokter tidak memberikan resep obat sesuai dengan formularium yang tercantum
dalam Manlak.
18. Terdapat Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang
Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009
Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama
PT Askes (Persero) pada Tahun 2009 diberikan penugasan oleh Departemen
Kesehatan (Depkes) untuk melaksanakan manajemen kepesertaan program
Jamkesmas berdasarkan Surat Menkes RI Nomor 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30
Desember 2008. Surat penugasan tersebut sampai saat ini (September 2009) belum
disertai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Depkes dan PT Askes (Persero).
Meskipun belum didukung PKS, PT Askes (Persero) telah melaksanakan kegiatan-
kegiatan manajemen kepesertaan dan telah mengeluarkan biaya untuk kegiatan
tersebut. PT Askes (Persero) masih memberlakukan peraturan-peraturan mengenai
PT Askes
(Persero)
Cabang
Padang
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 58 dari 64
Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun 2008 untuk pelaksanaan
manajemen kepesertaan Tahun 2009.
Berdasarkan Laporan Realisasi Biaya per Akun Program Jamkesmas (Maskin
Overhead) sampai dengan Agustus 2009, PT Askes (Persero) Cabang Padang telah
mengeluarkan biaya sebesar Rp336.619.399,00. Menurut Bagian Keuangan dan
diperkuat oleh keterangan Bagian JKPBI PT Askes (Persero) Cabang Padang, atas
pengeluaran biaya sebesar Rp336.619.399,00 tersebut tidak dapat dirinci pada
kegiatan-kegiatan apa saja terkait manajemen kepesertaan Jamkesmas. Karena seluruh
biaya tersebut dikeluarkan untuk operasional PT Askes (Persero) Cabang Padang
melalui mekanisme joint cost. Namun, berdasarkan keterangan Bagian JKPBI PT
Askes (Persero) Cabang Padang, kegiatan terkait manajemen kepesertaan Jamkesmas
yang mereka lakukan pada Tahun 2009, baru terbatas pada kegiatan penerbitan SKP.
Seharusnya pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah penandatanganan suatu Perjanjian
Kerja Sama (PKS), sehingga hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang
bersangkutan menjadi jelas.
Kondisi tersebut mengakibatkan
a. Pengeluaran PT Askes (Persero) Cabang Padang untuk program Jamkesmas
sebesar Rp336.619.399,00. tidak mempunyai dasar yang kuat;
b. PT Askes (Persero) berisiko menanggung biaya kepesertaan Jamkesmas apabila
sampai akhir tahun 2009 PKS dengan Departemen Kesehatan masih belum
ditandatangani;
c. Departemen Kesehatan mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan
pengeluaran yang telah dibayarkan PT Askes (Persero) dalam negosiasi harga saat
penyusunan PKS Manajemen Kepesertaan Jamkesmas Tahun 2009.
Kondisi tersebut disebabkan karena lambatnya proses pembuatan dan
penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Departemen Kesehatan dengan
PT Askes (Persero) di tingkat pusat.
19. Proses Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota
Padang dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang
Padang Tidak Tertib
Wilayah kerja PT Askes (Persero) Cabang Padang meliputi lima Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat, yaitu Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Mentawai, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Dari lima Kabupaten/Kota
tersebut, Tim BPK RI melaksanakan pemeriksaan terhadap dua daerah, yaitu Kota
Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, dengan uraian sebagai berikut:
a. Kota Padang
Pada bulan Mei 2008, PT Askes (Persero) Cabang Padang menghubungi Walikota
Padang melalui surat Nomor 1.376/03-01/0508 perihal konfirmasi data peserta
Jamkesmas Tahun 2008. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT Askes (Persero)
Cabang Padang memerlukan data peserta Jamkesmas Kota Padang Tahun 2008
untuk keperluan penerbitan kartu peserta. Kuota dari Menteri Kesehatan untuk
peserta Jamkesmas Kota Padang adalah sebanyak 185.001 jiwa dan jumlah tersebut
sesuai dengan yang dicantumkan dalam Keputusan Walikota Padang Nomor 118
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 59 dari 64
Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Masyarakat Miskin Kota Padang. Namun data peserta yang ada di PT Askes
(Persero) Cabang Padang hanya sebanyak 148.076 jiwa. Untuk kekurangan data
sebanyak 36.925 jiwa, diharapkan tambahannya dari Pemerintah Kota Padang.
Menurut keterangan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran
(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, data kekurangan peserta tersebut telah
dilengkapi oleh Pemerintah Kota Padang melalui Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Padang bekerjasama langsung dengan
kelurahan-kelurahan. Namun tidak terdapat bukti apakah berupa berita acara serah
terima data maupun Surat Keputusan (Walikota atau Kepala Bappeda), yang
mendukung keterangan tersebut.
Keputusan Walikota Padang berikutnya adalah Keputusan Nomor 912 Tahun 2008
tentang Perubahan Keputusan Walikota Padang Nomor 118 Tahun 2007 tentang
Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota
Padang. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa peserta Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota Padang Tahun 2008
sebanyak 38.099 kepala keluarga (185.001 jiwa) dan dilakukan penggantian
sejumlah nama peserta (12.430 jiwa). Jumlah tersebut merupakan pengganti atas
kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan berbagai sebab (meninggal,
pindah alamat, dan lain-lain).
Dalam pelaksanaannya, nama-nama pengganti dalam Keputusan Walikota Padang
Nomor 912 Tahun 2008 tersebut merupakan rekapitulasi dari pengajuan kartu
pengganti yang diterima beberapa kali (tidak serentak) oleh PT Askes (Persero)
Cabang Padang.
Pengajuan kartu pengganti sendiri dapat dilakukan langsung oleh masyarakat
dengan datang ke PT Askes (Persero) Cabang Padang membawa persyaratan yang
ditentukan. Persyaratan dimaksud meliputi Surat Pengantar dari Kelurahan diketahui
Bappeda dan Kartu Jamkesmas yang akan diganti. Atas penggantian kartu peserta
ini, PT Askes (Persero) Cabang Padang langsung melakukan perubahan data di
program mereka.
Selain Keputusan Walikota Padang tersebut, data peserta Jamkesmas Kota Padang
juga diperoleh PT Askes (Persero) Cabang Padang dari Keputusan Kepala Dinas
Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang Nomor
465/II/SK/91/DKS PB2/2008 tentang Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam
Panti Asuhan Swasta Se-Kota Padang Tahun 2008. Lampiran Keputusan Kepala
Dinas Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang ini
memuat nama 572 jiwa, yang terdiri dari 558 jiwa anak panti asuhan dan 14 jiwa
gelandangan, pengemis, dan anak terlantar.
b. Kabupaten Padang Pariaman
Pada bulan Juni 2008, PT Askes (Persero) Cabang Padang menyurati Bupati Padang
Pariaman melalui surat Nomor 1.502/03-01/0608 perihal konfirmasi data peserta
Jamkesmas Tahun 2008. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT Askes (Persero)
Cabang Padang menerima data masyarakat miskin Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2008 sejumlah 108.896 jiwa. Sementara Keputusan Bupati Padang Pariaman
Nomor 90/KEP/BPP/2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2008 menyatakan sejumlah 118.490 jiwa (sesuai kuota Menteri Kesehatan).
Sehingga terdapat kekurangan data sejumlah 9.594 jiwa. Menurut keterangan
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 60 dari 64
Bagian JKPBI PT Askes (Persero) Cabang Padang, data kekurangan peserta tersebut
telah dilengkapi oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman. Namun tidak terdapat bukti apakah berupa
berita acara serah terima data maupun Surat Keputusan (Walikota atau Kepala Dinas
Kesehatan), yang mendukung keterangan tersebut.
Keputusan Bupati Padang Pariaman berikutnya adalah Keputusan Nomor
143/KEP/BPP/2008 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Bupati Padang
Pariaman Nomor 90/KEP/BPP/2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2008. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa peserta Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2008 adalah sebanyak 118.490 jiwa dan dilakukan perubahan
sejumlah nama peserta (9.144 jiwa). Jumlah tersebut merupakan pengganti atas
kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan berbagai sebab (meninggal,
pindah alamat, dan lain-lain).
Dalam pelaksanaannya, nama-nama pengganti dalam Keputusan Bupati Padang
Pariaman 143/KEP/BPP/2008 tersebut merupakan rekapitulasi dari pengajuan kartu
pengganti yang diterima beberapa kali (tidak serentak) oleh PT Askes (Persero)
Cabang Padang. Dimana pengajuan kartu pengganti dapat dilakukan oleh pegawai
Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman atau langsung oleh masyarakat
dengan datang ke PT Askes (Persero) Cabang Padang. Persyaratan untuk
penggantian kartu ini photocopy Kartu Keluarga yang dilegalisir Dinas Kesehatan
Kabupaten Padang Pariaman dan Kartu Jamkesmas yang akan diganti. Atas
penggantian kartu peserta ini, PT Askes (Persero) Cabang Padang langsung
melakukan perubahan data di program mereka.
Selain Keputusan Bupati Padang Pariaman tersebut, data peserta Jamkesmas
Kabupaten Padang Pariaman juga diperoleh PT Askes (Persero) Cabang Padang dari
Keputusan Bupati Padang Pariaman (berkop surat Kantor Sosial dan ditandatangani
Kepala Kantor Sosial atas nama Bupati) Nomor 27/KEP/KKS/2008 tentang
Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam Panti Asuhan Swasta Se-Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2008. Lampiran Keputusan ini memuat nama 248 jiwa
anak panti asuhan.
Pemeriksaan lebih lanjut terhadap data base peserta Jamkesmas dari PT Askes
(Persero) Cabang Padang dibandingkan secara manual dengan data Lampiran
Keputusan yang ada (secara uji petik), terdapat sebagian besar nama yang tidak
terdapat dalam data base (master file) PT Askes (Persero) Cabang Padang.
Pengujian secara keseluruhan dengan fasilitas software audit (seperti ACL atau
Arbutus) tidak mungkin dilaksanakan karena tidak adanya data softcopy yang
lengkap dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal
06 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksananan Jaminan Kesehatan Masyarakat
2008;
b. Keputusan Direksi PT Askes (Persero) Nonor 143/KEP/0408 tanggal 18 April
2008 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program
Jamkesmas Tahun 2008.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 61 dari 64
a. Keakuratan data base peserta Jamkesmas pada PT Askes (Persero) Cabang
Padang sulit ditelusuri;
b. Tingginya kemungkinan penerbitan kartu untuk peserta yang tidak berhak;
c. Masyarakat yang sebenarnya terdaftar sebagai peserta, tidak mendapatkan kartu
peserta Jamkesmas.
Kondisi tersebut disebabkan karena:
a. PT Askes (Persero) Cabang Padang tidak mempunyai Standar Operasi dan
Prosedur (SOP) secara tertulis dalam menangani pengumpulan data dan
penggantian kartu peserta Jamkesmas;
b. Kurangnya koordinasi antara PT Askes (Persero) Cabang Padang dengan
Pemerintah Daerah terkait;
c. Keterbatasan waktu dan kondisi sangat mendesak di akhir Tahun 2008.
20. Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Yang Dilaksanakan PT Askes (Persero)
Kantor Cabang Padang Tidak Sesuai Ketentuan
Selama Tahun 2008 dan 2009 (s.d. semester I) dalam Laporan Bulanan pelaksanaan
kegiatan Jamkesmas yang disampaikan oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang
kepada PT Askes (Persero) Regional II Pekanbaru, salah satunya adalah Laporan
Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas. Dalam Laporan tersebut diketahui
jumlah keluhan yang diterima PT Askes (Persero) Cabang Padang, asal keluhan
tersebut, akar permasalahan dari keluhan tersebut, dan tingkat penyelesaian keluhan
dalam periode laporan tersebut (bulanan).
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima
Bantuan Iuran (JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang dan juga sesuai jenis
keluhan yang dibuat dalam Laporan Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas,
yaitu keluhan mengenai manajemen kepesertaan, akar masalah yang ditampilkan
dalam Laporan tersebut antara lain masyarakat yang tidak masuk dalam SK Walikota
namun membutuhkan kartu Jamkesmas, peserta yang ingin merevisi kartu
Jamkesmasnya, dan lain-lain terkait manajemen kepesertaan. Atas masalah tersebut,
PT Askes (Persero) Cabang Padang melakukan penyelesaian dengan jalan
memberikan informasi pada masyarakat tersebut bahwa PT Askes (Persero) Cabang
Padang belum ada penunjukkan lagi untuk mencetak kartu baru. Masyarakat
disarankan menghubungi Pemerintah Daerah masing-masing terkait pendataan.
Konfirmasi lebih lanjut juga diperoleh keterangan bahwa keluhan yang dilaporkan
dalam Laporan Bulanan Pelaksanaan Kegiatan Jamkesmas PT Askes (Persero)
Cabang Padang hanyalah keluhan yang diterima langsung di kantor PT Askes
(Persero) Cabang Padang, bukan dari petugas Askes di Rumah Sakit. Untuk keluhan
yang diterima oleh petugas Askes di Rumah Sakit, yang pada umumnya menyangkut
masalah pasien Jamkesmas yang masih dikenai biaya oleh pihak Rumah Sakit
(terutama untuk pembelian obat), tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan. Petugas
PT Askes (Persero) di Rumah Sakit langsung menyarankan peserta penyampai
keluhan untuk menemui pihak yang berwenang di Rumah Sakit.
Selain itu, data penanganan keluhan yang dimuat dalam Laporan Bulanan Pelaksanaan
Kegiatan Jamkesmas tersebut, tidak informatif. Meskipun akar permasalahan terlihat
dan dinyatakan telah diselesaikan 100% namun tidak terlihat bentuk penyelesaiannya
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 62 dari 64
seperti apa. Sehingga tidak dapat ditarik manfaat serta feedback dari Laporan
Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Manajemen Kepesertaan
Program Jamkesmas Tahun 2008 Bab IV huruf B, yang menyatakan:
a. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian
secara memadai dan dalam waktu yang singkat, dicatat, dan diberikan umpan
balik kepada pihak yang menyampaikannya;
b. Pada hari diterimanya keluhan segera dibuatkan konsep surat jawaban atau
tanggapan, dimana selambat-lambatnya sudah harus dikirimkan dalam waktu 3
hari kerja ditingkat Kantor Regional dan Kantor Cabang; dan
c. PT Askes Kantor Cabang melakukan rekapitulasi penanganan keluhan setiap akhir
bulan dan dikirimkan ke Kantor Regional, selambat-lambatnya 5 hari kerja setelah
bulan bersangkutan berakhir, dengan dilampiri penjelasan tentang rincian akar
permasalahan dari setiap keluhan dan memuat jumlah keluhan yang terjadi dan
atau telah diselesaikan.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. PT Askes tidak mendapat manfaat dan umpan balik dalam rangka perbaikan
manajemen kepesertaan;
b. Pemerintah (Pusat, Daerah, RS, Puskesmas atau PPK lainnya) tidak dapat
memperbaiki pelayanan kesehatan yang dikeluhkan.
Kondisi tersebut disebabkan:
a. Kelalaian PT Askes (Persero) Cabang Padang yang tidak menangani keluhan
sesuai dengan ketentuan;
b. Kelalaian pihak selain PT Askes (dalam hal ini Pemda dan RS) yang tidak segera
menangani keluhan sehingga keluhan tidak dapat segera diselesaikan;
c. Kurangnya sosialisasi dan informasi kepada masyarakat sehingga mereka
menyampaikan keluhan pada pihak yang kurang tepat.
21. PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi
Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan
Bulanan Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit
Selain kegiatan tata laksana kepesertaan dalam kegiaan manajemen kepesertaan, PT
Askes (Persero) Cabang Padang juga melaksanakan kegiatan tata laksana pelayanan
yang meliputi kegiatan penetapan keabsahan peserta untuk memperoleh pelayanan
kesehatan RJTL, RITL, IGD dan ODC melalui penerbitan SKP. Namun PT Askes
(Persero) Cabang Padang tidak membuat laporan dan melakukan telaahan utilisasi
kepesertaan Jamkesmas.
Kegiatan penerbitan SKP yang dilaksanakan PT Askes (Persero) terkait erat dengan
Laporan Bulanan Pelaksanaan Jamkesmas yang harus dilaporkan secara berjenjang
mulai dari petugas PT Askes (Persero) di Rumah Sakit sampai ke Kantor Regional PT
Askes (Persero). Keterangan dari Bagian Jaminan kesehatan Bagi Penerima Bantuan
Iuran(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, paling lambat tanggal 2 (dua)
setiap bulannya Kantor Regional II Pekanbaru sudah harus menyampaikan Laporan
Kegiatan Jamkesmas kepada Kantor Pusat PT Askes (Persero). Kantor Regional II
Pekanbaru meminta paling lambat tanggal 29 bulan sebelumnya (sama dengan bulan
Laporan), telah menerima Laporan dari Kantor Cabang. Untuk dapat memenuhi
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 63 dari 64
permintaan Kantor Regional II Pekanbaru tersebut, PT Askes (Persero) Cabang
Padang mulai bulan Mei 2009 mengambil kebijakan bahwa data penerbitan SKP dari
seluruh PPK yang berada di wilayah mereka, sudah harus diterima paling lambat pada
tanggal 28 bulan laporan.
Kebijakan penyampaian Laporan secara berjenjang ini, tanpa disadari ternyata
membawa dampak terhadap Rumah Sakit dan terhadap Laporan Bulanan PT Askes
(Persero) Cabang Padang sendiri. Aplikasi SKP milik PT Askes hanya mengakomodir
penerbitan SKP dan Laporan Penerbitan SKP (sama dengan Laporan Kunjungan)
berada pada satu bulan yang sama. Sehingga untuk tanggal-tanggal setelah tanggal 28,
terdapat dua alternatif perlakuan yang dilaksanakan oleh Petugas Askes di PPKTL dan
masing-masing membawa dampak yang berbeda, yaitu:
a. Penerbitan SKP akhir bulan tetap dilakukan pada bulan yang bersangkutan.
Karena aplikasi SKP hanya mengakomodir penerbitan SKP dan Laporan
Penerbitan SKP berada pada satu bulan yang sama, padahal SKP yang diterbitkan
sampai dengan tanggal 28 sudah termasuk ke Laporan sebelumnya (yang telah
dilaporkan ke Kantor Regional), akibatnya SKP yang diterbitkan setelah tanggal
28 tidak termasuk di Laporan bulanan yang mana pun.
Contoh: Bulan Juli 2009, telah dibuat dan disampaikan Laporan Penerbitan SKP
periode tanggal 01 s.d. 28 Juli 2009. Tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tetap
dilakukan penerbitan SKP. Pada saat pembuatan Laporan bulan Agustus 2009,
SKP yang termasuk hanya periode tanggal 01 s.d. 28 Agustus. Sehingga SKP
yang diterbitkan pada tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tidak termasuk dalam
Laporan Bulanan baik dalam Laporan Bulan Juli maupun Laporan Bulan Agustus.
b. Penerbitan SKP akhir bulan dilakukan pada awal bulan berikutnya.
Tanggal SKP menjadi berbeda dengan tanggal berkas pelayanan lainnya di Rumah
Sakit, sehingga ketika diverifikasi oleh Verifikator Independen, berkas klaim
dianggap tidak layak. Sehingga menjadi beban Rumah Sakit.
Contoh: Bulan Juli 2009, telah dibuat dan disampaikan Laporan Penerbitan SKP
periode tanggal 01 s.d. 28 Juli 2009. Untuk kunjungan pasien pada tanggal 29, 30,
dan 31 Juli 2009 tidak dilakukan penerbitan SKP (hanya dibuatkan SKP
manual/sementara). Penerbitan SKP untuk kunjungan-kunjungan pada tanggal
tersebut melalui aplikasi, baru dilakukan pada tanggal 01 Agustus 2009 dan akan
masuk di Laporan PT Askes bulan Agustus 2009. Dengan kata lain, tidak ada SKP
yang tidak terlaporkan. Namun tanggal SKP (01 Agustus 2009) menjadi berbeda
dengan tanggal berkas pelayanan lainnya yang sesuai dengan tanggal
pelayanan/kunjungan (29, 30, dan 31 Juli 2009). Ketika berkas pasien Jamkesmas
yang berkunjung tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tersebut diserahkan pada
Verifikator Independen, berkas dinyatakan tidak layak, sehingga menjadi beban
Rumah Sakit.
Menurut keterangan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran
(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, dari sembilan PPK Tingkat Lanjut yang
berada di wilayah kerja mereka, tiga di antaranya menerapkan alternatif yang kedua,
menerbitkan SKP pada bulan berikutnya. Tiga PPK Tingkat Lanjut dimaksud adalah
RSUD Padang, RSJ Prof. Dr .HB. Sa’anin, dan BP4 Lubuk Alung. Sedangkan enam
lainnya (RSUP Dr. M. Djamil, RST Reksodiwiryo, BKMM Sumbar, RSUD Pariaman,
RSUD Painan, dan RSUD Mentawai) menerapkan alternatif pertama, tetap
menerbitkan SKP sesuai tanggal kunjungan.
LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Program Jamkesmas Kota Padang halaman 64 dari 64
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
b. Perjanjian Kerjasama antara Depkes RI dengan Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Askes Nomor 213/MENKES/PKS/III/2008 (Nomor 41/KTR/0308) tentang
Manajemen Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun
2008 pada pasal 5 angka 1 huruf c dan pasal 6 angka 2 poin a.8) yang menyatakan
bahwa PT Askes berkewajiban melakukan analisis kepesertaan sesuai variabel
yang ditetapkan Depkes dan menyampaikan laporan analisis pemanfaatan kartu
peserta dalam pelayanan rujukan di Rumah Sakit dan analisis peserta tersebut
kepada Depkes RI secara twriulanan;
c. Petunjuk Teknis Manajemen Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2008 pada BAB V poin A angka 4 s.d. angka 6 yang antara
lain menyatakan bahwa:
1) Untuk pelayanan rawat jalan di PPK Tingkat Lanjut, peserta harus
menunjukkan identitas miskin dan surat rujukan dari Puskesmas di loket
PPATRS. Bila berkas sudah lengkap, maka petugas PT Askes (Persero)
menerbitkan Surat Keabsahan Peserta (SKP). Untuk selanjutnya peserta
memperoleh pelayanan kesehatan;
2) Untuk kasus pada IGD, peserta harus dapat menunjukkan identitas miskin dan
Petugas PT Askes (Persero) memeriksa kebenaran identitas tersebut. Bila
benar, maka Petugas PT Askes (Persero) akan menerbitkan SKP;
3) Jika setelah pelayanan rawat jalan dan IGD diperlukan rawat inap, maka
peserta membawa surat pengantar rawat inap dari Poli Rawat Jalan/IGD ke
loket PPATRS untuk diterbitkan SKP.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Tidak ada hasil analisis pemanfaatan kartu peserta yang dapat dijadikan masukan
bagi Depkes;
b. Jumlah penerbitan SKP pada Laporan Bulanan PT Askes (Persero) Cabang
Padang tidak menggambarkan jumnlah yang sebenarnya;
c. Rumah Sakit terpaksa menanggung biaya atas klaim Jamkesmas yang dinyatakan
tidak layak oleh Verifikator Independen karena ketidaksamaan tanggal pelayanan
dengan SKP.
Kondisi tersebut disebabkan karena:
a. Kepala PT Askes (Persero) Cabang Padang dalam mengambil kebijakan
penyampaian Laporan Bulanan Jamkesmas kurang mempertimbangkan
dampaknya baik terhadap PT Askes sendiri maupun terhadap Rumah Sakit;
b. Aplikasi SKP yang dipergunakan PT Askes (Persero) kurang fleksibel dan tidak
dapat mengakomodir kebutuhan pemakainya.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran 2.1
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Cakupan (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi sd Juli (Rp) Cakupan (Rp) %
1 DIPA BinkesmasPelayanan di Puskesmas dan Jaringannya
(Kapitasi)Bansos 560.000.000.000 559.807.121.000 72.990.063.000 13,04% 916.800.000.000 885.248.292.000 114.929.136.000 12,98%
2 DIPA BinkesmasTambahan Dana Kapitasi Puskesmas
(Buffer Stock)Bansos 45.000.000.000 11.681.698.500 1.728.939.500 14,80% 0 0 0 0
3 DIPA Binkesmas Bansos Tim Pengelola Provinsi dan
Kab/Kota6.075.060.000 0 0 0
3.908.310.000 0
4 DIPA Bina YanmedikDana luncuran/klaim di PPK Tingkat
Lanjutan (RS)Bansos 2.467.108.989.894 1.219.957.888.672 49,45% 1.842.417.493.000 835.011.079.000 45,32%
5 DIPA Bina Yanmedik Pelunasan hutang Askeskin 2007 Bansos 1.130.150.678.334 1.130.150.678.334 100,00% 0 0 0
6 DIPA Bina Yanmedik Barang 75.000.000.000 74.632.173.903 74.632.173.903 100,00% 0 0 0 0
7 Barang 112.427.326.097 112.427.326.097 112.427.326.097 100,00% 0 0 0 0
8 DIPA PPJKOperasional PPJK selaku Tim Pengelola
PusatPeg, Barang 96.164.550.000 60.848.218.000 60.848.218.000 100,00% 80.050.752.000 20.589.576.800 20.589.576.800 100,00%
9 DIPA Biro Umum Honor Tim Verifikator Independen Pegawai 29.440.000.000 23.788.900.000 23.788.900.000 100,00% 44.160.000.000 20.056.000.000 20.056.000.000 100,00%
10 DIPADekon Dinkes Prov
(01)
Operasional Tim Pengelola/Koordinasi
Prov, Kab/KotaBarang 76.465.450.000 21.712.464.536 21.712.464.536 100,00% 79.949.248.000 0 0 0
Jumlah 4.742.158.474.097 4.492.157.570.264 2.728.220.022.042 60,73% 4.728.960.000.000 2.768.311.361.800 990.585.791.800 35,78%
Biaya manajemen kepesertaanSaldo Dana PTL Askeskin 2007
2009
Bansos 30.000.000.000 30.000.000.000 33,28% 0
Sumber Dana Eselon I
CAKUPAN PEMERIKSAAN (ACOV) PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMKESMAS SERTA ALOKASI ANGGARAN JAMKESMAS TAHUN 2008 DAN 2009
3.717.661.148.000 3.608.000.000.000
No KegiatanJenis
Belanja
2008
Lampiran 2.2
No Nama Rumah Sakit Kota Status
1 RSU Cipto Mangunkusumo Jakarta BLU PENUH
2 RS Fatmawati Jakarta BLU PENUH
3 RS Persahabatan Jakarta BLU PENUH
4 RSAB Harapan Kita Jakarta BLU PENUH
5 RS Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta BLU PENUH
6 RS Kanker Dharmais Jakarta BLU PENUH
7 RS Hasan Sadikin Bandung BLU PENUH
8 RSU Dr. Kariadi Semarang BLU PENUH
9 RS Dr. Sardjito Yogyakarta BLU PENUH
10 RS Dr. M. Djamil Padang BLU PENUH
11 RS Moh. Hoesin Palembang BLU PENUH
12 RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar BLU PENUH
13 RS Sanglah Denpasar BLU PENUH
14 RSU H. Adam Malik Medan BLU PENUH
15 RS Prof. Dr. R. D. Kandau Manado BLU PENUH
DAFTAR RUMAH SAKIT VERTIKAL
yang menjadi pilot project INA-DRG
Lampiran 3.2
Saldo Dana Puskesmas Tahun 2007 (dalam Rupaiah)
No Nama Puskesmas Saldo BKU Des 07
Saldo yang dilaporkan
Dinas Kesehatan Kota
Padang
Selisih
1 2 4 5 6=5-4
1 Padang Pasir 2500000 564 91.791.393,00 91.791.393,00 -
2 Alai 2500000 575 45.563.826,04 50.155.439,00 4.591.612,96
3 Lapai 2500000 702 12.380.177,59 12.380.177,00 (0,59)
4 Nanggalo 2500000 611 46.525.754,00 46.525.754,00 -
5 Lubuk Buaya 2500000 520 53.312.665,00 25.316.165,00 (27.996.500,00)
6 Air Dingin 2500000 495 64.719.453,30 64.719.453,00 (0,30)
7 Air Tawar 2500000 677 10.539.014,00 11.713.927,00 1.174.913,00
8 Ulak Karang 2500000 597 11.522.323,36 11.524.148,36 1.825,00
9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 99.933.460,00 -
10 Seberang Padang 2500000 519 35.927.917,00 35.927.915,00 (2,00)
11 Rawang 2500000 622 20.707.095,00 69.928.500,85 49.221.405,85
12 Pemancungan 2500000 553 24.033.546,00 18.493.000,00 (5.540.546,00)
13 Pauh 2500000 713 85.760.167,97 91.270.168,00 5.510.000,03
14 Lubuk Kilangan 2500000 531 8.706.786,92 14.706.786,00 5.999.999,08
15 Lb. Begalung 2500000 688 136.093.540,00 102.897.476,00 (33.196.064,00)
16 Pegambiran 2500000 586 122.287.719,00 122.207.719,00 (80.000,00)
17 Kuranji 2500000 699 44.956.163,00 40.819.436,00 (4.136.727,00)
18 Belimbing 2500000 508 74.475.642,00 74.475.642,00 -
19 Ambacang 2500000 542 99.911.543,00 34.772.754,00 (65.138.789,00)
20 Bungus 2500000 644 28.524.070,00 28.527.070,00 3.000,00
1.117.672.256,18 1.048.086.383,21 (69.585.872,97)
Saldo Dana Puskesmas Tahun 2008 (dalam Rupaiah)
No Nama Puskesmas Saldo BKU Des 08
Saldo yang dilaporkan
Dinas Kesehatan Kota
Padang
Selisih
1 2 4 5 6=5-4
1 Padang Pasir 2500000 564 86.606.535,00 88.606.535,00 2.000.000,00
2 Alai 2500000 575 60.004.882,04 60.004.883,00 0,96
3 Lapai 2500000 702 11.011.038,59 11.011.038,59 -
4 Nanggalo 2500000 611 43.894.324,00 43.894.324,00 -
5 Lubuk Buaya 2500000 520 78.669.441,00 78.669.441,00 -
6 Air Dingin 2500000 495 68.770.008,30 68.770.008,30 -
7 Air Tawar 2500000 677 3.891.524,00 3.878.112,00 (13.412,00)
8 Ulak Karang 2500000 597 15.359.179,66 15.361.424,36 2.244,70
9 Andalas 2500000 633 134.044.278,00 99.933.460,00 (34.110.818,00)
10 Seberang Padang 2500000 519 22.827.539,00 22.827.539,00 -
11 Rawang 2500000 622 64.754.993,00 106.970.143,85 42.215.150,85
12 Pemancungan 2500000 553 35.593.707,00 35.593.707,00 -
13 Pauh 2500000 713 118.223.441,97 118.223.441,97 -
14 Lubuk Kilangan 2500000 531 55.391.709,92 55.391.709,92 -
15 Lb. Begalung 2500000 688 210.154.683,00 186.506.708,00 (23.647.975,00)
16 Pegambiran 2500000 586 202.860.036,00 202.861.036,00 1.000,00
17 Kuranji 2500000 699 86.751.293,00 49.771.422,00 (36.979.871,00)
18 Belimbing 2500000 508 144.135.850,00 144.135.850,00 -
19 Ambacang 2500000 542 86.751.293,00 86.751.293,00 -
20 Bungus 2500000 644 39.910.292,00 39.910.292,00 -
1.569.606.048,48 1.519.072.368,99 (50.533.679,49)
No & Nama
Rekening
3
Total
No & Nama
Rekening
3
Total
Lampiran 3.3
No. Tanggal Atas Nama Status Hasil Verifikasi Keterangan
11-Jan-08 Bainar RJTL
Dimasukkan dalam rawat jalan, padahal hari
tersebut libur
2 3-Jan-08 Ernawati RJTL SKTM Tidak ada
3 4-Jan-08 Sarbaini RJTL SKTM Tidak ada
4 7-Jan-08 Anestesia RJTL Surat Rujukan Tidak ada
5 16-Jan-08 Eldi RJTL Surat Rujukan Tidak ada
6 17-Jan-08 Ny. Asrianti RJTL Surat Rujukan Tidak ada
7 18-Jan-08 Asnidar IGD diagnosa Herpes (tidak masuk diagnosa IGD)
8 22-Jan-08 Lasmi RJTL Surat Rujukan Tidak ada
9 23-Jan-08 Syafrudin RJTL Surat Rujukan Tidak ada
10 23-Jan-08 Surya D RJTL Surat Rujukan Tidak ada
11 26-Jan-08 Nurhayati dan By Nurhayati RITL tgl 8 Januari sudah dientrykan oleh orang RS
12 11-Feb-08 By Melda Mitra RITL Nomor MR tidak ada Tidak ada dokumen
13 13-Feb-08 Hartati & Bayi RITL Di entry dua kali Tidak ada dokumen
14 16-Feb-08 Mariani RJTL SKTM Tidak ada
15 19-Feb-08 Salsa RJTL Nomor MR tidak ada
16 25-Feb-08 Aprideni RJTL Surat Rujukan Tidak ada
17 25-Feb-08 Nia Suci D RJTL Surat Rujukan Tidak ada
18 25-Feb-08 Yusma RJTL Surat Rujukan Tidak ada Ada surat rujukan
19 12-Mar-08 Netti RJTL Nomor MR tidak ada
20 24-Mar-08 M. Imran Kamil RJTL SKTM bukan atas nama M. Imran Kamil
21 25-Mar-08 Desniyanti RJTL Nomor MR tidak ada
22 25-Mar-08 Rafli RJTL Nomor MR tidak ada
23 29-Mar-08 Yanti RJTL Nomor MR tidak ada
24 31-Mar-08 Wahyudi RJTL Nomor MR tidak ada
25 31-Mar-08 Ratna Gusya RJTL Nomor MR tidak ada
26 31-Mar-08 Eni Siswi Santi RJTL Surat Rujukan Tidak ada
27 6-Mar-08 Mardawati IGD tumor mamae, tudak masuk diagnosa IGD
28 15-Mar-08 Zarnila IGD Nomor MR tidak ada
292-Apr-08 Adi Putra RJTL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
30 4-Apr-08 Irmansyah IGD Diagnosa tidak masuk IGD Tidak ada dokumen
315-Apr-08 Rosni RJTL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
327-Apr-08 Rivai RJTL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
33 9-Apr-08 Nurjani RITL Tidak tertera dalam SKTM Tidak ada dokumen
3416-Apr-08 Suardi IGD Hemiparise, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD
3524-Apr-08 Rosmam IGD Osteo Artritis, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD
3629-Apr-08 Awaludin RJTL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
37 29-Apr-08 Janewar IGD Atralgia, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD
3830-Apr-08 Hasan Husin RJTL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak adaTidak ada dokumen
39 3-May-08 Farel Prawira RJTL Nomor MR tidak ada
40 5-May-08 Zuraini RJTL Tidak ada SKTM
41 6-May-08 Wili RJTL nama pasien tidak ada dalam SKTM
42 23-May-08 Silvia RITL Tidak ada surat rujukan Tidak ada dokumen
43 27-May-08 Deffi Rusmiyati & Bayi Deffi R RITL Tidak ada surat rujukan Tidak ada dokumen
4410-Jul-08 By Ermaini RITL
Np MR tidak ada, setelah dikonfirm kepihak RS
tetap tidak ada
45 21-Aug-08 Reni Susanti RJTL Surat Rujukan Tidak ada
46 20-Aug-08 RizkiPutra RITL SKTM tidak ada
47 22-Aug-08 Gery Fernando RITL SKTM tidak ada
4823-Aug-08
YulnetriRITL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
49 30-Aug-08 Sandra Winata RITL SKTM tidak ada
5013-Aug-08
Bayi ErnawatiRITL
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
514-Aug-08
Sri Kurniati IGD
Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan
pihak RS tetap tidak ada
5226-Aug-08
Jumardi IGD diagnosa Splenomegali tidak masuk diagnosa IGD
53 8-Aug-08 Nabil ODC nama dokter tidak ada
54 1-Oct-08 Nurmaiwati & Bayi RITL Tidak ada Kartu Jamkesmas Tidak ada dokumen
55 2-Oct-08 Yelni Eka Putri IGD SKTM tidak berlaku lagi SKTM tertanggal 28 Mei 2008
56 3-Oct-08 Kasini dan Farhan Ramadhan IGD kartu jamkesmas dan SKTM tidak berlaku lagi
573-Oct-08
Puja dan Serli Feriani IGD
diagnosa post VE dan post SC tidak masuk
diagnosa IGD
58 6-Oct-08 Kasini RJTL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi
59 9-Oct-08 Fitri handayani ODC pasien ODC tidak masuk IGD
60 10-Oct-08 Isnizarti RJTL surat rujukan lewat 2 bulan
61 12-Oct-08 Fatimah ODC pasien ODC tidak masuk IGD
62 13-Oct-08 Janiar RITL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi (kartu BLT) Tidak ada dokumen
63 14-Oct-08 Agung Abdullah ODC pasien ODC tidak masuk IGD
64 20-Oct-08 Yuliani RJTL rujukan lewat 11 hari
65 23-Oct-08 Nabil ODC pasien ODC tidak masuk IGD
66 28-Oct-08 Lukman RITL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi Tidak ada dokumen
REKAPITULASI BERKAS KLAIM YANG DITOLAK OLEH VERIFIKATOR INDEPENDEN
Lampiran 3.3
No. Tanggal Atas Nama Status Hasil Verifikasi Keterangan
67 3-Nov-08 Marni RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Surat rujukan tertanggal 3 Nov 2008
68 4-Nov-08 Iswandi RJTL surat rujukan melebihi waktu 2 bulan
69 9-Nov-08 Bayi Nurmeli RITL Tidak ada No.MR Tidak ada dokumen
70 10-Nov-08 Marlis IGD No. SKP dan surat jaminan pelayanan tidak ada Tidak ada dokumen
71 12-Nov-08 Fatmawati RJTL dientrikan 2 kali berkas klaim ada 2
72 12-Nov-08 Yusri IGD Tidak ada No.MR Tidak ada dokumen
7315-Nov-08
Rosmeri, M Reval Ramadhan,
AmirRITL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Tidak ada dokumen
74 17-Nov-08 Heldayanti RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Tidak ada dokumen
75 17-Nov-08 Debi Amelia RJTL surat rujukan rawat inap kopian, bukan asli Tidak ada dokumen
76 21-Nov-08 Suhatril RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan
77 24-Nov-08 Arnelis RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan
7828-Nov-08 Agung Abdullah RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan
Surat rujukan tertanggal 16 Okt 2008 (1 bulan 12
hari)
79 1-Dec-08 Heldayanti dan Arnelis
80 2-Dec-08 Fitra Dewi RITL No. SKP tidak ada Tidak ada dokumen
81 5-Dec-08 Evi Yuharni RITL Tidak bisa diklaim karena pulang 5 Januari 2009 Tidak ada dokumen
82 14-Dec-08 Zulmaini ODC No. SKP tidak ada
83 16-Dec-08 Darlis ODC No. SKP tidak ada Tidak ada dokumen
84 16-Dec-08 M. Salih RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan
85 17-Dec-08 Syamsinar RJTL Tidak ada dokumen Dokumen ada
86 17-Dec-08 Aditya Ernanda RJTL No MR Tidak ada
87 23-Dec-08 Elita RITL Surat rujukan melebihi jangka waktu 17 hari Tidak ada dokumen
88 25-Dec-08 Ermaini RITL Di entry dua kali Tidak ada dokumen
Lampiran 3.4
Rincian Klaim RSUP Tahun 2007
a. Pembayaran klaim oleh PT Askes sebesar Rp7.414.443.598,00, yang terdiri dari:
- Tanggal 30 Juli 2007 Rp291.965.500,00
- Tanggal 27 September 2007 Rp4.646.818.938,00
- Tanggal 22 November 2007 Rp2.475.659.160,00
b. Pembayaran Hutang Askeskin Tahun 2007 oleh Depkes sebesar Rp12.360.482.650,00, yang
terdiri dari:
- Tanggal 22 Agustus 2008 Rp11.103.687.800,00
- Tanggal 28 Agustus 2008 Rp1.256.794.850,00
c. Hutang Askeskin yang belum dibayarkan sebesar Rp10.704.508.293,00 (berdasarkan Surat
Direktur Utama Nomor KU.03.01.06 tanggal 27 Juni 2009 kepada Menteri Kesehatan RI)
Total Klaim selama Tahun 2007 (a+b+c) adalah sebesar Rp30.479.434.541,00
Rata-rata klaim per bulan selama Tahun 2007 adalah sebesar Rp2.539.952.878,42
(Rp30.479.434.541,00 : 12)
Rincian Klaim RSUP Tahun 2008
No Bulan Jumlah Klaim Thn 2008 (Rp) Luncuran Thn 2009
(Rp) Tanggal Diterima Keterangan
1 Januari 3.058.021.847,00
2 Februari 3.000.864.404,00
3 Maret 3.082.744.095,00 9.769.186.000,00 20/03/2009 Luncuran 1
4 April 3.274.895.638,00
5 Mei 2.894.410.357,00
6 Juni 2.889.389.769,00
7 Juli 1.879.551.552,00 3.622.081.000,00 03/07/2009 Luncuran 2
8 Agustus 1.924.423.326,00
9 September 1.698.345.845,00
10 Oktober 1.330.205.279,00
11 November 1.959.390.727,00
12 Desember 1.927.960.094,00
Total 28.920.202.933,00 13.391.267.000,00
Rata-rata/bulan (Rp) 2.410.016.911,08